• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM NASIONAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN DI

KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Sosial

Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial

Disusun Oleh:

ARI JUNIKO SIALLAGAN NIM : 060902013

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : ARI JUNIKO SIALLAGAN NIM : 060902013

ABSTRAK

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 95 halaman, 39 tabel, 4 lampiran serta 18 kepustakaan)

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Di Indonesia, salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Setelah program ini berjalan, sedikit banyak masyarakat yang mengalami dampak positif secara langsung. Masalah yang dibahas didalam skripsi ini adalah untuk melihat secara langsung bagaimana respon masyarakat terhadap PNPM-MP yang dilihat dari 3 variabel yaitu persepsi, sikap dan partisipasi.

Penelitian ini dilaksanakan pada kecamatan Simanindo Kabupaten Samoisr. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menerima program dan merasakan dampak langsung dari program serta yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 98 orang dan instrument yang digunakan adalah angket. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil ini didukung oleh wawancara dan observasi dilapangan. Data yang diperoleh dari penelitian ini ditabulasikan dalam tabel tunggal kemudian dianalisis.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diketahui bahwa respon masyarakat terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan adalah positif. Hal ini dapat dilihat dari tiga variable yaitu persepsi, sikap dan partisipasi. Berdasarkan hasil dari tiga variabel tersebut, rata-rata respon masyarakat terhadap PMPN-MP adalah positif, dimana nilai untuk persepsi yaitu 0,91, sikap dengan nilai 1 dan partisipasi dengan nilai 0,94.

(3)

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE Name : ARI JUNIKO SIALLAGAN

NIM : 060902013

ABSTRACT

Community Response Against the National Program for Community Empowerment in Rural Districts Self Simanindo Samosir regency

(Thesis consists of 6 chapters, 95 pages, 39 tables, 4 appendix and 18 literature)

Indonesia has the problem of poverty and unemployment. In Indonesia, one of the efforts made to improve the effectiveness of poverty reduction and job creation is the National Community Empowerment Program Mandiri. Once the program is running, slightly more people who have a positive impact directly. The problems discussed in this essay is to see firsthand how the public response to the PNPM-MP visits of 3 variables, namely the perception, attitude and participation.

The research was conducted on sub Simanindo Samoisr District. The total population in this study are all people who receive the program and felt the direct impact of the program and that the samples in this study were 98 people and the instrument used was a questionnaire. The method used is descriptive method. These results are supported by interviews and field observations. Data obtained from this study are tabulated in a single table and then analyzed.

Based on the research and data analysis, it can be seen that the public response to the National Program for Community Empowerment Rural Self is positive. This can be seen from the three variables that is the perception, attitude and participation. Based on the results of these three variables, the average public response to PMPN-MP is positive, where the value is 0.91 for the perception, attitude and participation with a value of 1 with a value of 0.94.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

kasihNya, penelitian ini dapat penulis rangkumkan dengan baik, walaupun penulis sadari

bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan

pengetahuan, waktu dan kemampuan yang penulis miliki. Maka dengan segala kerendahan

hati, penulis mohon untuk adanya perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini, yang tentunya

mengharapkan koreksi dan saran dari segenap pembaca sekalian.

Skripsi ini berjudul “Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir ”, yang

merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi pada program

strata satu (S-1), Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sumatera Utara. Dengan segala keterbatasan penulis berharap penelitian ini

bermanfaat bagi penulis khususnya, pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan

pembaca tentunya.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan

bisa selesai tanpa bantuan, perhatian bahkan kasih sayang dari berbagai pihak yang bersifat

moril maupun materil, maka dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan

terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos. M.SP, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan

(5)

3. Bapak Agus Suriyadi S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang tidak

pernah bosan-bosannya membimbing, memberikan saran, kritik, bahkan semangat

kepada penulis untuk menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

4. Seluruh staf administrasi seperti Kak Zuraida, Kak Deby yang telah setia ada di

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dalam memberikan informasi dan

mempersiapkan segala kebutuhan penulis.

5. Seluruh staf pengajar FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

yang telah membimbing dan mengajar penulis selama masa perkuliahan.

6. Kepada Pak”uda” Camat Simanindo, ito Dormian Siallagan dan seluruh pegawai dan

staf di Kecamatan Simanindo serta perangkat desa yang ada di Kecamatan Simanindo

atas bantuannya kepada peneliti selama melakukan penelitian di Kecamatan

Simanindo.

7. Kedua orang tuaku, Bapak SL.Siallagan dan Ibu R.Sibagariang yang telah merawat

penulis dengan penuh kasih sayang serta telah banyak mengorbankan waktu dan

materi yang tak terhitung nilainya guna keberhasilan penulis dalam meraih cita-cita.

8. Kepada abangku Frans dan adikku Lia untuk dukungan dan pengertiannya selama

penulis berada dalam proses penyelesaian skripsi.

9. Seluruh keluarga besar Siallagan dan Sibagariang yang selalu memberi dukungan

yang luar biasa, terlebih di saat penyelesaian skripsi ini.

10. Buat sahabat seperjuangan, Ananta, Edo, Manuk, Rahmad, Fenny, Irene, Lista,

Sando, Halim, Anul, Pandu, Dicky, Nobel, Rijal, Rio’07 dan yang lainnya yang tidak

dapat dipersebutkan satu persatu, makasi buat kebersamaan kita selama ini.

11. Seluruh stambuk 2006, baik yang sedang berjuang untuk tamat maupun yang sudah

tamat, semoga kita dapat menjaga persahabatan untuk membangun jaringan, dan

(6)

12. Seluruh kawan-kawan seperjuangan selama jadi pengurus PEMA FISIP USU,

Lintang, Bobby, Kumkum, Kokom, Wallad, Tika, Selvi, Titin, Tino Antro, Suci,

Dody”KPU”, Zikri, Bembeng dan seluruh kawan-kawan yang tidak dapat juga

dipersebutkan satu persatu, makasi kawan-kawan buat kebersamaannya. What I care,

I live on my own!!

13. Seluruh kawan-kawan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, baik yang masih

aktif berkuliah maupun yang sudah menjadi alumni.

14. Seluruh responden yang telah membantu penulis selama ini dalam menjalankan

penelitian. Penulis ucapkan banyak terima kasih atas data dan informasinya.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun banyak membatu

dan memberikan dorongan moril maupun materil bagi terselesainya penulisan skripsi

ini, penulis ucapkan banyak terima kasih.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi penulis telah semaksimal

mungkin berusaha memberikan yang terbaik. Untuk itu dengan segala kerendahan hati,

penulis mengharapkan saran dan kritik yang benar-benar membangun, agar skripsi ini dapat

menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan

mahasiswa dan semua pihak yang membutuhkannya. Dan semoga Tuhan Yang Maha Esa

memberi perlindungan, kesehatan, dan berkatNya kepada kita semua.

Medan, Maret 2011

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

ABSTRAK...ii

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR GAMBAR...iv

DAFTAR TABEL...v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian... 9

1.3.2 Manfaat Penelitian... 9

1.4 Sistematika Penulisan... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Respon ... 12

2.2 Masyarakat 2.2.1 Masyarakat dan jenisnya ... 14

2.2.2 Asal Masyarakat ... 15

2.2.3 Pengembangan Masyarakat ... 16

2.2.4 Model-model Pengembangan Masyarakat ... 20

2.2.5 Pemberdayaan Masyarakat ... 21

(8)

2.3.1 Latar belakang ... 23

2.3.2 Tujuan PNPM-MP ... 25

2.3.3 Prinsip Pokok PNPM-MP ... 26

2.3.4 Prinsip lain PNPM-MP ... 28

2.4 Sasaran PNPM-MP 2.4.1 Lokasi Sasaran ... 28

2.4.2 Kelompok Sasaran ... 28

2.4.3 Pelaksanaan PNPM-MP ... 29

2.4.4 Pemberdayaan Masyarakat dan Prosesnya ... 30

2.5 Kesejahteraan Sosial 2.5.1 Defenisi Kesejahteraan Sosial ... 31

2.5.2 Pengertian Kesejahteraan Sosial ... 33

2.6 Kerangka Pemikiran ... 34

2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1 Defenisi Konsep ... 37

2.7.2 Defenisi Operasional ... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 40

3.2 Lokasi Penelitian ... 40

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi ... 41

3.3.2 Sampel ... 42

(9)

3.5 Tehnik Analisa Data ... 46

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Kecamatan Simanindo ... 50

4.2 Letak dan Batas Wilayah ... 50

4.3 Keadaan Geografis ... 51

4.4 Keadaan Demografis 4.4.1 Luas dan Wilayah Penggunaan lahan ... 51

4.4.2 Pembagian Wilayah ... 52

4.4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

4.4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 53

4.4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur ... 54

4.4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 55

4.4.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 56

4.4.8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 57

4.5 Sarana dan Prasarana Kecamatan Simanindo ... 58

4.5.1 Sarana Rumah Ibadah ... 58

4.5.2 Sarana Pendidikan ... 59

4.5.3 Sarana Kesehatan ... 60

4.5.4 Sarana Air Bersih ... 60

4.5.5 Sarana Olah Raga ... 61

4.5.6 Lembaga Kemasyarakatan ... 61

(10)

BAB V ANALISA DATA

5.1 Karakteristik Identitas Responden... 65

5.2 Respon Masyarakat Terhadap PNPM-MP 5.2.1 Persepsi ... 71

5.2.2 Sikap ... 76

5.2.3 Partisipasi ... 79

5.3 Analisa Data Kuantitatif Responden Terhadap PNPM-MP... 84

5.3.1 Persepsi Responden Terhadap PNPM-MP ... 86

5.3.2 Sikap Responden Terhadap PNPM-MP ... 88

5.3.3 Partisipasi Responden Terhadap PNPM-MP ... 89

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan... 92

6.2 Saran... 93

DAFTAR PUSTAKA

LEMBARAN KUESIONER

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Cakupan Wilayah PNPM-MP di Indonesia ... 8

Tabel 3 Komposisi Penduduk ...42

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan Kecamatan Simanindo ...52

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin ...53

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk berdasarkan Umur ...54

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 55

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk berdasarkan Pekerjaan ...56

Tabel 4.6 Komposisi Penduduk berdasarkan Suku Bangsa ...57

Tabel 4.7 Sarana Rumah Ibadah ... 58

Tabel 4.8 Sarana Pendidikan ...59

Tabel 4.9 Sarana Kesehatan ...60

Tabel 4.10 Sarana Air Bersih ... 60

Tabel 4.11 Sarana Olah Raga ...61

Tabel 4.12 Lembaga Kemasyarakatan ...61

Tabel 5.1 Karakteristik Responden berdasarkan Umur ...65

Tabel 5.2 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ...66

(12)

Tabel 5.4 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ...67

Tabel 5.5 Karakteristik Responden berdasarkan Suku ...68

Tabel 5.6 Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ... 68

Tabel 5.7 Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan . ... 69

Tabel 5.8 Karakteristik Responden berdasarkan Penghasilan per Bulan ...70

Tabel 5.9 Distribusi Responden Tentang PNPM-MP ...71

Tabel 5.10 Distribusi Responden Tentang Tujuan PNPM-MP ...72

Tabel 5.11 Distribusi Responden Tentang PNPM Mandiri. ...73

Tabel 5.12 Distribusi Responden Tentang Penjelasan PNPM di Kecamatan ...74

Tabel 5.13 Distribusi Responden Tentang Sumber Informasi PNPM-MP ...75

Tabel 5.14 Distribusi Responden Tentang Penilain, Pelaksanaan dan Perencanaan PNPM-MP ...76

Tabel 5.15 Distribusi Responden Tentang PNPM-MP dalam peningkatan Kesejahteraan, Kesempatan Kerja dan Pembangunan ...77

Tabel 5.16 Distribusi Responden Tentang Kelanjutan PNPM-MP ... 78

Tabel 5.17 Distribusi Responden Tentang PNPM-MP jika dihentikan disetiap desa ...79

(13)

Tabel 5.19 Distribusi Responden Tentang Memenuhi Aturan yang ditetapkan ...80

Tabel 5.20 Distribusi Responden Tentang Keterlibatan Secara aktif dalam Perencanaan PNPM-MP ...81

Tabel 5.21 Distribusi Responden Tentang Keterlibatan dalam Pelaksanaan PNPM-MP. ...82

Tabel 5.22 Distribusi Responden Tentang Keterlibatan dalam Pengawasan PNPM-MP ...83

Tabel 5.23 Distribusi Responden Tentang Keterlibatan dalam Evaluasi ...84

Tabel 5.24 Persepsi Responden Terhadap PNPM-MP ...87

(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : ARI JUNIKO SIALLAGAN NIM : 060902013

ABSTRAK

Respon Masyarakat Terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

(Skripsi terdiri dari 6 bab, 95 halaman, 39 tabel, 4 lampiran serta 18 kepustakaan)

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Di Indonesia, salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Setelah program ini berjalan, sedikit banyak masyarakat yang mengalami dampak positif secara langsung. Masalah yang dibahas didalam skripsi ini adalah untuk melihat secara langsung bagaimana respon masyarakat terhadap PNPM-MP yang dilihat dari 3 variabel yaitu persepsi, sikap dan partisipasi.

Penelitian ini dilaksanakan pada kecamatan Simanindo Kabupaten Samoisr. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menerima program dan merasakan dampak langsung dari program serta yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 98 orang dan instrument yang digunakan adalah angket. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil ini didukung oleh wawancara dan observasi dilapangan. Data yang diperoleh dari penelitian ini ditabulasikan dalam tabel tunggal kemudian dianalisis.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat diketahui bahwa respon masyarakat terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan adalah positif. Hal ini dapat dilihat dari tiga variable yaitu persepsi, sikap dan partisipasi. Berdasarkan hasil dari tiga variabel tersebut, rata-rata respon masyarakat terhadap PMPN-MP adalah positif, dimana nilai untuk persepsi yaitu 0,91, sikap dengan nilai 1 dan partisipasi dengan nilai 0,94.

(15)

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE Name : ARI JUNIKO SIALLAGAN

NIM : 060902013

ABSTRACT

Community Response Against the National Program for Community Empowerment in Rural Districts Self Simanindo Samosir regency

(Thesis consists of 6 chapters, 95 pages, 39 tables, 4 appendix and 18 literature)

Indonesia has the problem of poverty and unemployment. In Indonesia, one of the efforts made to improve the effectiveness of poverty reduction and job creation is the National Community Empowerment Program Mandiri. Once the program is running, slightly more people who have a positive impact directly. The problems discussed in this essay is to see firsthand how the public response to the PNPM-MP visits of 3 variables, namely the perception, attitude and participation.

The research was conducted on sub Simanindo Samoisr District. The total population in this study are all people who receive the program and felt the direct impact of the program and that the samples in this study were 98 people and the instrument used was a questionnaire. The method used is descriptive method. These results are supported by interviews and field observations. Data obtained from this study are tabulated in a single table and then analyzed.

Based on the research and data analysis, it can be seen that the public response to the National Program for Community Empowerment Rural Self is positive. This can be seen from the three variables that is the perception, attitude and participation. Based on the results of these three variables, the average public response to PMPN-MP is positive, where the value is 0.91 for the perception, attitude and participation with a value of 1 with a value of 0.94.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kehidupan yang baik merupakan kehendak manusia yang paling hakiki. Tiada satu

pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

dijalaninya untuk menjadi lebih baik – lebih sejahtera dan lebih bahagia – serta tidak

mengharapkan akan merasakan kehidupan di masa depan dengan lebih baik lagi. Namun

sebaliknya, dinamika kehidupan manusia sendiri serta kemampuan alam untuk mendukung

kebutuhan manusia agar mencapai kehidupan lebih baik itu ternyata sangat terbatas (Randy,

Ryan, 2006:3).

Masalah kemiskinan adalah salah satu masalah yang telah lama ada. Pada masa lalu

umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam

bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini,

mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan

kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada zaman modern.

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,

dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya

kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk

menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang berdimensi

pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus memadukan aspek-aspek penyadaran,

(17)

sciences/sociology/1867470-pto-pnpm-mandiri-perdesaan

Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang penanganannya membutuhkan

keterkaitan berbagai pihak. Kemiskinan di Indonesia diiringi masalah kesenjangan baik antar

golongan penduduk maupun pembangunan antar wilayah, yang diantaranya ditunjukkan oleh

buruknya kondisi pendidikan dan kesehatan serta rendahnya pendapatan dan daya beli,

sebagaimana tercermin dari rendahnya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Penduduk dikatakan miskin apabila memiliki pendapatan berada dibawah kemiskinan yang

dijadikan sebagai ukuran resmi kondisi kemiskinan di Indonesia ( Sumodiningrat, 2009 : 5).

, diakses pada hari Kamis, tanggal 26 September 2010, jam 16:03).

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2009 sebesar 32,53 juta juta jiwa

(14,15 %). Dibandingkan penduduk miskin bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta jiwa (15,42

%), berarti ada penuruna sebesar 2,43 juta jiwa. Selama periode Maret 2008 – Maret 2009

penduduk miskin didaerah perdesaan berkurang 1,57 juta jiwa, sementara didaerah perkotaan

berkurang 0,86 juta jiwa. Sedangkan jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 adalah 37,17

juta jiwa (16,58%) dari total penduduk. Jumlah tersebut menurun 2,13 juta jiwa jika

dibandingkan jumlah penduduk miskin pada tahun 2006 sebanyak 39,30 juta jiwa (17,75%)

dari total penduduk. ( BPS, 2009 ).

Penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara masih cukup banyak. Hasil survei sosial

ekonomi nasional yang dilaksanakan pada bulan Maret 2007, menunjukkan bahwa jumlah

penduduk miskin di daerah ini sebanyak 1.768.400 jiwa, atau sebesar 13,9 persen terhadap

jumlah penduduk seluruhnya. Namun demikian, kondisi ini masih lebih baik jika

dibandingkan pada tahun 2006, karena jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara menurun

sekitar 211.300 jiwa. Pada tahun 2006, penduduk miskin Sumatera Utara sebanyak

(18)

Penurunan jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara ini sejalan dengan perbaikan

indikator makro ekonomi Sumatera Utara. Pertumbuhan ekonomi triwulan pertama Sumatera

Utara 2007, dari tahun ke tahun sebesar 8,44 persen, lebih baik dari pertumbuhan ekonomi

nasional sebesar 5,97 persen di periode yang sama. Pertumbuhan ekonomi triwulan pertama

tahun 2007 juga lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi triwulan pertama

tahun 2006, yang tumbuh sebesar 2,89 persen. Dari sisi tenaga kerja, meskipun tingkat

pengangguran masih sangat besar, namun menunjukkan penurunan dari periode sebelumnya.

Tingkat pengangguran terbuka Sumatera Utara bulan Februari 2007 sebesar 10,63 persen,

lebih rendah dibandingkan bulan Agustus 2006, yakni 11,51 %. Adanya program upaya

penanggulangan kemiskinan ini harus ditingkatkan agar target penurunan penduduk miskin

pada tahun 2008 sebesar 11,40 % sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

dapat tercapai ( BPS Sumut, 2007 ).

Di Indonesia, salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas upaya

penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja adalah Program Nasional

Pemberdayaan (PNPM) mulai tahun 2007. Sebagai langkah awal, pelaksanaan PNPM tahun

2007 dimulai dengan dua program pemberdayaan masyarakat yang dinilai cukup besar dan

efektif, yaitu Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang menjadi dasar bagi

pengembangan PNPM di perdesaaan, dan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

(P2KP), yang menjadi dasar bagi pengembangan PNPM di perkotaan.

(http//www.pnpm-mandiri.or.id)

PNPM adalah suatu instrument pemerintah yang digulirkan untuk mencapai salah satu

poin dari MDGs (Millenium Development Goals) yaitu pengentasan kemiskinan. Program ini

akan menyatukan berbagai program yang dimiliki oleh berbagai departemen dibawah satu

koordinasi tim penanggulangan kemiskinan. Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan

(19)

mulai tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri ini dirumuskan kembali mekanisme upaya

penanggulangan kemiskinanyang melibatkan unsur masyarakat mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif,

kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat

ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek, melainkan sebagai subyek

dalam upaya penanggulangan kemiskinan (Pedoman Umum PNPM, 2007).

Secara umum, PNPM adalah suatu program yang memberdayakan masyarakat secara

optimal dalam mengatasi problem-problem kemiskinan yang terjadi. Masyarakat diharapkan

aktif dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-masalah yang mereka hadapi.

Dengan kata lain, dengan program ini, masyarakat hendaknya mandiri dan dapat menentukan

sendiri apa yang harus dilakukan agar mereka terbebas dari kemiskinan.

Konsep PNPM Mandiri terus disempurnakan dengan tujuan peningkatan dan

pengembangan penanggulangan kemiskinan dapat menyentuh langsung kebutuhan

masyarakat, sehingga mampu mengatasi dampak krisis keuangan global karena melibatkan

masyarakat sebagai pelaku aktif di bidang pembangunan.

Mulai tahun 2008, PNPM Mandiri diperluas dengan melibatkan Program

Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) untuk mengintegrasikan

pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. PNPM Mandiri diperkuat

dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai

departemen/sektor dan pemerintah daerah. Pelaksanaan PNPM Mandiri 2008 juga akan

diprioritaskan pada desa-desa tertinggal ( Pedoman Umum PNPM, 2007 ).

PNPM Mandiri bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dan

meningkatkan kesempatan kerja (infrastruktur, ekonomi produktif, dan pelatihan

(20)

mencakup 47.854 desa. Jumlah anggaran Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang sudah

disalurkan sampai mid-November 2008 sebesar Rp.10 triliun (72,94%) dari Rp.13,7 triliun.

Jumlah peserta aktif PNPM Mandiri sejak awal mencapai 41,3 juta jiwa dengan 14,1 juta jiwa

terlibat langsung pada tahun 2008 (http//www.setneg.go.id).

Disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah menggantikan

UU Nomor 22 Tahun 1999 menjadi tonggak pelaksana otonomi daerah dengan paradigma

baru. Pemberlakuan UU ini tidaklah dimaksudkan sebagai upaya resentralisasi atau

mengembalikan iklim politik dengan kekuasaan yang memusat. Namun didalamnya justru

terkandung semangat penguatan makna desentralisasi dengan membuka peluang luas bagi

daerah untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan secara lebih baik, lebih mandiri

dan terkoordinasi. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, tak dapat dipungkiri

desentralisasi selama ini masih menimbulkan bias persepsi yang menjadi tantangan tersendiri.

Pergesaran ketersediaan dana dan kewenangan pembangunan dari pemerintah pusat ke daerah

membuat pelaksanaaan program lebih efisien dan tepat sasaran karena lebih dekat ke

masyarakat sebagai sasaran akhirnya, dengan syarat adanya kemauan dan kemampuan

pemerintah. Dengan demikian, perlu adanya dukungan peran dan fungsi pemerintah daerah

dalam menjaga proses pembangunan yang mempunyai fokus pemberdayaan masyarakat.

Kuncinya adalah bagaimana menyediakan mekanisme yang sesuai bagi daerah untuk

berlomba memberdayakan masyarakat nya dalam menanggulangi kemiskinan dan

melakukan pembangunan partisipatif, serta mengenyampingkan ego sektoral yang berdampak

bagi masyarakat luas.

Sejalan dengan disahkannya UU Nomor 32 Tahun 2004, Program Pengembangan

Kecamatan (PPK) yang dimulai pelaksanaannya sejak tahun 1998, semakin dewasa belajar

dari pengalaman untuk melakukan transisi pengelolaan program pemberdayaan secara

(21)

pada tahun anggaran 1998/1999, yang diawali pilot proyek di beberapa wilayah. Dengan

demikian, hingga saat ini program telah berjalan selama lebih dari 10 tahun.

Masa transisi pengalihan PPK ke PNPM diawali pada tahun 2007 dengan nama

PNPM-PPK, selanjutnya dimulai tahun 2008 secara penuh diterapkan PNPM-MP yang

tergabung didalamnya beberapa program pemberdayaan masyarakat dengan pola yang sama

dicanangkan pelaksanaannya hingga tahun 2009.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)

merupakan salah satu proyek pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan yang bertumpu

pada peningkatan harkat dan martabat manusia yang lebih mengutamakan kepentingan dan

kebutuhan masyarakat miskin serta kelompok masyarakat yang kurang mampu. Program ini

telah diluncurkan oleh Presiden RI, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 20

April 2007 di Provinsi Sulawesi Tengah.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaaan (PNPM-MP) pada

hakikatnya adalah gerakan nasional yang dijalankan oleh semua kalangan untuk

menanggulangi kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja melalui upaya-upaya

pemberdayaan masyarakat dengan tujuan peningkatan kualitas hidup dan kemandirian

ditingkat kesejahteraan masyarakat.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)

merupakan program pemberdayaan masyarakat terbesar di tanah air. Bukan hanya dari

cakupan lokasinya, namun juga jumlah pemanfaatnya. Sejak 1998, PNPM-MP telah

dilaksanakan di lebih dari 58% desa di seluruh Indonesia. Hingga 2009, program ini

(22)

Tabel 1

Cakupan wilayah PNPM-MP di Indonesia

Tingkat

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti merasa tertarik untuk

melihat bagaimana respon masyarakat terhadap program PNPM-MP yang dilaksanakan

pemerintah khususnya di Kecamatan Simanindo yang merupakan salah satu kecamatan di

Kabupaten Samosir, yang terdiri dari 16 desa yang terdapat program PNPM-MP. Untuk itu,

peneliti melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul “Respon

Masyarakat Terhadap PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Simanindo Kabupaten

Samosir”.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan suatu langkah yang sangat penting karena langkah ini

menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah pada hakekatnya

merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui penelitian

(23)

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang

dikemukan dalam penelitian ini adalah Bagaimana respon masyarakat terhadap Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Simanindo

Kabupaten Samosir.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui respon masyarakat terhadap

PNPM-MP yang telah dilakukan pemerintah di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian, diharapkan agar hasil yang diperoleh dapat

memberikan manfaat antara lain :

a. Secara subyektif, sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangakan

kemampuan berfikir ilmiah, sistematis dan metodologis penulis dalam menyusun

berbagai kajian literature untuk menjadikan suatu wacana baru dalam memperkaya

khazanah kognitif.

b. Secara praktis, memberikan data dan informasi yang berguna bagi semua kalangan

terutama mereka yang secara serius mengamati pelaksanaan PNPM, serta

memberikan masukan khususnya bagi masyarakat daerah di tempat penelitian ini

dilaksanakan agar dapat terus meningkatkan keberhasilan pelaksanaan PNPM.

c. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara

langsung atau tidak bagi kepustakaan Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan bagi

kalangan penulis lainnya yang tertarik untuk mengeksplorasi kembali kajian tentang

(24)

1.5. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori, uraian dan konsep yang berkaitan dengan

masalah penelitian, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi

operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang lokasi penelitian, tipe penelitian, populasi

dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian dimana penulis

mengadakan penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil

penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis yang penulis berikan

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Respon

Respon merupakan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum

pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta

pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Selain itu menurut Daryl Beum, respon diartikan

sebagai tingkah laku balas atau sikap yang menjadi tingkah laku atau adu kuat.

Respon juga diartikan sebagai suatu proses pengorganisasian rangsang dimana

rangsangan-rangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi

representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan proksimal tersebut ( Adi, 1994:105 ).

Respon pada prosesnya didahului oleh sikap seseorang, karena sikap merupakan

kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu

rangsangan tertentu. Jadi berbicara mengenai respon tidak terlepas pembahasannya dengan

sikap. Dengan melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan

diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut.

Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan perasaan,

kecurigaan, dan prasangka, pra pemahaman yang mendetail, rasa takut, ancaman dan

keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Dapat diketahui bahwa pengungkapan sikap

melalui :

1. Pengaruh atau penolakan

2. Penilaian

(26)

4. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau sekelompok

orang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan atau situasi lain. Sikap

yang muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu

objek, seseorang disebut mempunyai respon positif dilihat dari tahap kognisi, afeksi, dan

psikomotorik. Sebaliknya seseorang mempunyai respon negatif apabila informasi yang

didengarkan atau perubahan suatu objek tidak mempengaruhi tindakan atau malah

menghindar dan membenci objek tertentu. Terdapat dua jenis variabel yang mempengaruhi

respon yaitu:

1. Variabel struktural yakni faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik;

dan,

2. Variabel fungsional yakni faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat,

misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu

(Cruthefield dalam Sarlito, 1991:47).

Menurut Hunt (1962), orang dewasa mempunyai sejumlah unit untuk memproses

informasi-informasi. Unit-unit ini dibuat khusus untuk menangani representasi fenomenal

dari keadaan diluar yang ada dalam diri individu. Lingkungan internal ini dapat digunakan

untuk memperkirakan peristiwa peristiwa yang terjadi diluar. Proses yang berlangsung

secara rutin inilah yang disebut Hunt sebagai suatu respon (Adi, 1994;129).

Teori rangsang balas (stimulus response theory) yang sering juga disebut sebagai teori

penguat dan digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah laku sosial dan sikap.

(27)

kalau ia mengalami rangsang tertentu. Sikap ini menjadi biasanya terhadap benda, orang,

kelompok, nilai-nilai dan semua hal yang mendapat di sekitar manusia.

2.2. Masyarakat

Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang atau

dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain (

Shadily, 1993 : 47 ). Pengaruh dan pertalian kebatinan yang terjadi dengan sendirinya disini

menjadi unsur yang sine qua non (yang harus ada) dalam masyarakat, bukan hanya

menjumlahkan adanya orang – orang saja, diantara mereka harus ada pertalian satu sama lain.

2.2.1. Masyarakat dan Jenisnya

Masyarakat adalah satu kesatuan yang berubah yang hidup karena proses masyarakat

yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal kehidupan yang tenang, teratur dan

aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggota –

anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan

nafsu atau kehendak sewenang– wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan

bersama, dengan paksa berarti tunduk kepada hukum–hukum yang telah ditetapkan (negara

dan sebagainya) dengan sukarela berarti menurut adaptasi dan berdasarkan keinsyafan akan

persaudaraan dalam kehidupan bersama itu.

Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam :

a. Masyarakat Paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat tawanan dan

sebagainya;

(28)

1. Masyarakat alam (nature) yaitu yang terjadi dengan sendirinya suku, golongan, yang

bertalian karena darah atau keturunan, umumnya yang masih sederhana sekali

kebudayaanya dalam keadaan terpencil atau tak mudah berhubungan dengan dunia

luar ; dan

2. Masyarakat budidaya, terdiri karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan

(keagamaan) yaitu antara lain kongsi perekonomian, koperasi gereja dan sebagainya.

2.2.2. Asal Masyarakat

Bermacam–macam penyelidikan dijalankan, untuk mendapat jawaban tentang asal

masyarakat, tetapi tidak satupun yang dapat ditegaskan benar semua, Pendapat hanya

merupakan kira–kira dan pandangan saja antara lain, orang berkesimpulan bahwa manusia

tidak dapat hidup seorang diri, hidup dalam gua dipulau sunyi umpamanya selalu ia akan

tertarik kepada hidup bersama dalam masyarakat, karena:

a. Hasrat yang berdasar naluri (kehendak diluar pengawasan akal) untuk memelihara

keturunan, untuk mempunyai anak, kehendak akan memaksa ia mencari istri

hingga masyarakat keluarga terbentuk;

b. Kelemahan manusia selalu terdesak ia untuk mencari kekuatan bersama, yang

terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung bersama–sama

dan dapat pula mengejar kebutuhan kehidupan sehari – hari dengan tenaga

bersama;

c. Aristoteles berpendapat, bahwa manusia ini adalah zoon politikon, yaitu mahluk

sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau sedikitnya mencari teman

untuk hidup bersama lebih suka dari pada hidup sendiri.

Lain dari pada Aristoteles, maka Bergson (lahir 1895) berpendapat, bahwa manusia

(29)

terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainya, demikian oleh karena pendapat ini berdasar

kepada pelajaran dialektika, yang mencoba melihat kebenaran dalam kenyataan dengan

mengadakan perbedaan dan perbandingan.

2.2.3. Pengembangan Masyarakat

Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk

membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri atas pemetaan potensi,

masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan

sumber daya, pemantauan dan pemeliharaan hasil-hasil yang tercapai ( Sumodiningrat,

2009:69 ).

Ada beberapa defenisi mengenai pengembangan masyarakat.

1. Defenisi dari PBB, pengembangan masyarakat adalah suatu proses dimana usaha

masyarakat bertemu dengan usaha pemerintah untuk meningkatkan kondisi, baik

kondisi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.

2. Arthur Durkheim mengatakan, pengembangan masyarakat adalah suatu proses

yang bertujuan untuk meningkatkan keadaan ekonomi dan sosial seluruh

masyarakat dengan partisipasi aktif masyarakat.

3. Henry, mengatakan pengembangan masyarakat adalah suatu proses untuk

menciptakan masyarakat yang sadar terhadap pembangunan dan menstimulir

aktivitas yang tujuannya untuk meningkatkan tanggung jawab pribadi terhadap

(30)

Pengembangan masyarakat tergantung pada inisiatif dan kemampuan masyarakat

lokal dalam menentukan alternatif pemecahan masalah. Kemampuan ini ditunjang oleh

keterlibatan dari anggota masyarakat dalam kegiatan intervensi, sehingga perlu pembinaa

kesadaran dan motivasi pada masyarakat lokal untuk mewujudkan kemampuan mereka dalam

usaha bersama memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Berdasarkan pada jenis tantangan dan kesulitan yang berbeda dan spesifik pada

masyarakat tertentu, menuntut adanya arah kegiatan yang berbeda, oleh sebab itu proses

pengembangan masyarakat perlu memperhatikan karakteristik dan perkembangan masyarakat

lokal. Pengembangan masyarakat menggambarkan suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa

aspek penting. Keberadaan aspek tersebut sebagai persyaratan terlaksananya upaya

pengembangan masyarakat. Aspek-aspek tersebut adalah :

1. Masyarakat sebagai unit kegiatan

Masyarakat sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam suatu lokasi yang sama

dan mereka terikat kepentingan dan nilai-nilai yang sama. Terdapat berbagai jenis masyarakat

yang ditentukan oleh berbagai tingkatannya dari masyarakat lingkungan desa, kota dan

negara. Anggota masyarakat memiliki konsen dan kepentingan untuk kemajuan kehidupan

yang lebih baik yang menuntut keterlibatan dari semua anggota. Pengembangan masyarakat

menempatkan masyarakat sebagai unit dari kegiatan mereka.

2. Inisiatif dan kepemimpinan lokal

Di dalam masyarakat terdapat sumber daya manusia yang dapat dikembangkan untuk

kepentingan masyarakat dalam mewujudkan keinginan akan perubahan dalam masyarakat

lokal, harus memanfaatkan inisiatif dan kepemimpinan secara internal dari sumber-sumber

(31)

3. Penggunaan sumber-sumber dari dalam dan luar

Sumber mengacu kepada berbagai kekuatan yang bermanfaat untuk mengadakan

perubahan. Orang perlu memahami terlebih dahulu sumber-sumber apa yang tersedia, dimana

dan bagaimana cara menggunakannya untuk memberikan manfaat yang optimal. Sumber

tersebut bisa berasal dari dalam atau luar masyarakat lokal yang menggunakannya secara

fleksibel sesuai dengan kebutuhan.

4. Partisipasi secara inklusif.

Partisipasi secara inklusif berarti memberikan kesempatan kepada semua kelompok

dan segmen dalam masyarakat untuk berperan serta dalam pengembangan masyarakat.

Struktur masyarakat harus terbuka yang memungkinkan kelompok-kelompok baru menjadi

bagian dari proses yang berlangsung. Diharapkan bahwa semua anggota masyarakat bisa

memainkan peranannya dalam pengembangan masyarakat.

5. Pendekatan terorganisir, komprehensif sebagai konsep penyerta dari partisipasi

inklusif.

Pendekatan komprehensif merupakan upaya untuk memusatkan perhatian terhadap

situasi masyarakat yang luas tidak membatasi pada isu-isu dan perhatian tertentu yang

dihadapi dengan menggunakan sekumpulan sumber-sumber yang luas. Pendekatan

komprehensif mencoba untuk memperluas usaha masyarakat dalam pendekatan yang

digunakan, kepentingan masyarakat. Pendekatan ini akan menghasilkan partisipasi yang luas

dalam arti keterlibatan yang intensif.

6. Proses pengambilan keputusan secara demokratis, rasional, dan diorientasikan pada

(32)

Demokratis berarti keputusan diambil dengan suara mayoritas dan tiap orang

memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk menyalurkan pendapat mereka. Tidak ada

kewenangan tunggal dan terpusat dalam pengambilan keputusan, namun perlu rasional untuk

melihat sejauhmana keputusan tersebut logis dan dapat dilaksanakan. Keputusan diarahkan

dalam pelaksanaan tugas yang spesifik.

Pada dasarnya unsur pokok pengembangan masyarakat adalah perencanaan dan

integrasi masyarakat. Perencanaan itu merupakan proses untuk menentukan, menemukan dan

memperjelas arti dari suatu masalah, meningkatkan hakekat ruang lingkup masalah,

mempertimbangkan berbagai upaya yang diperlukan guna penanggulangannya, memilih

upaya yang kiranya dapat dilaksanakan serta mengadakan yang sesuai dengan upaya yang

telah dipilih.

Integrasi masyarakat, yaitu suatu proses dimana menerapkan sikap-sikap dan

praktik-praktik kerjasama menghasilkan berbagai peningkatan dalan mengidentifikasi dengan

masyarakat secara keseluruhan, minat dan partisipasi dalam urusan masyarakat dan saling

menukar nilai-nilai dan sarana-sarana untuk mengutarakan nilai-nilai.

2.2.4. Model-model Pengembangan Masyarakat.

Adapun model-model dalam pengembangan masyarakat sebagai berikut:

1. Pengembangan Masyarakat Total

Pengembangan masyarakat total adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan

kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota

masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien yang

bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi tersebut belum

(33)

2. Perencanaan Sosial

Perencanaan sosial disini menunjuk pada proses pragmatis untuk menentukan

keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu seperti

kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan, kesehatan masyarakat yang buruk,

dan lain-lain. Berbeda dengan pengembangan masyarakat lokal, perencanaan sosial lebih

berorientasi pada tujuan tugas.

3. Aksi Sosial

Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan fundamental dalam

kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses pendistribusian kekuasaan, sumber dan

pengambilan keputusan. Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat

adalah sistem klien yang seringkali menjadi korban ketidakadilan stuktur. Mereka miskin

karena dimiskinkan, mereka lemah karena dilemahkan, dan tidak percaya karena tidak

diberdayakan, oleh kelompok elit masyarakat yang menguasai sumber-sumber ekonomi,

politik, dan kemasyarakatan. Aksi sosial berorientasi pada tujuan proses dan tujuan hasil.

Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran, pemberdayaan dan tindakan-tindakan

aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokrasi,

kemerataan dan keadilan.

2.2.5. Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemerintah untuk mendorong akselerasi

penurunan angka kemiskinan yang berbasis partisipasi yang diharapkan dapat menciptakan

proses penguatan sosial yang dapat mengantar masyarakat yang madani, sejahtera,

(34)

Sebagai tujuan pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hal yang ingin dicapai

oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau

mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang

bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu

menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial

dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya (Suharto, 2005 : 60) .

Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan dan pemerataan, tetapi

konsep ini berpandangan bahwa dengan pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk

pertumbuhan dan yang akan menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan.

Upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan tiga hal :

1. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi manusia berkembang. Titik tolaknya

adalah penekanan bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi-potensi,

kemudian diberikan motivasi dan penyadaran bahwa potensi itu dapat dikembangkan.

2. Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat dimana perlu langkah-langkah yang

lebih positif dan nyata, penyediaan berbagai masukan serta pembukaan berbagai akses

kepada peluang yang akan membuat masyarakat mampu dan memanfaatkan peluang.

Pemberdayaan pada jalur ini dapat berupa pemberian berbagai bantuan produktif.,

pelatihan, pembangunan sarana dan prasarana baik fisik maupun sosial dan

pengembangan kelembagaan di tingkat masyarakat.

3. Pemberdayaan mengandung arti pemihakan pada pihak yang lemah untuk mencegah

persaingan yang tidak seimbang dan menciptakan kemitraan yang saling

(35)

2.3. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP)

2.3.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di

Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktual

dan kesenjangan antar wilayah. Persoalan pengangguran lebih di picu oleh rendahnya

kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk

menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multidisiplin yang berdimensi

pemberdayaan. Pemberdayaan yang tepat harus memadukan aspek penyadaran, peningkatan

kapasitas dan pendayagunaan.

Mulai tahun 2007, Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan,

PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal.

PNPM-MP adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan

berkelanjutan (PTO PNPM-MP, 2007:2). Pendekatan PNPM-MP merupakan pengembangan

dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa

keberhasilan PPK adalah penyediaan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi kelompok

rakyat miskin, efisien dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan

partisipasi masyarakat.

Visi PNPM-MP adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin

perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian

berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di

lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola

(36)

Adapun misi PNPM-MP adalah :

1. Peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya;

2. Pelembagaan sistem pembangunan partisipatif;

3. Pengefektifan fungsi dan peran pemerintah lokal;

4. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi

masyarakat;

5. Pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.

Dalam rangka mencapai visi dan misi MP, strategi yang dikemukakan

PNPM-MP yaitu menjadikan rumah tangga miskin sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem

pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa.

Berdasarkan visi, misi dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM-MP lebih menekankan

pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM-MP dihrapkan

masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan

keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui PPK.

2.3.2. Tujuan PNPM-MP

Tujuan umum PNPM-MP adalah meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja

masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan

keputusan dan pengelolaan pembangunan. Tujuan khususnya meliputi :

1. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan

kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan,

(37)

2. Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan pendayagunaan sumber

daya lokal;

3. Mengembangkan kapasitas pemerintah desa memfasilitasi pengelolaan pembangunan

partisipatif;

4. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh

masyarakat;

5. Melembagakan pengelolaan dana bergulir;

6. Mendorong terbentuk dan berkembangnya Badan Kerja Sama Desa (BKAD);

7. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya

penanggulangan kemiskinan perdesaan.

2.3.3 Prinsip Pokok PNPM-MP

Dalam pelaksanaannya, PNPM-MP menekankan prinsip-prinsip pokok SiKOMPAK,

yang terdiri dari :

1. Transparansi dan akuntabel, yaitu masyarakat harus memiliki akses yang memadai

terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan

kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggung-gugatkan, baik secara

moral, teknis, legal maupun administrasi.

2. Desentralisasi, yaitu kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan

kewilayahan kepada Pemerintah Daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.

3. Keberpihakan pada orang miskin, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan

mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok yang

(38)

4. Otonomi, yaitu masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi

dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.

5. Partisipasi, yaitu masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan

keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan.

6. Prioritas, yaitu pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan

kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan bermanfaat bagi

sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan mendayagunakan secara optimal berbagai

sumber daya yang terbatas.

7. Kesetaraan dan keadilan gender, yaitu laki-laki dan perempuan mempunyai

kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara

adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut.

8. Kolaborasi, yaitu semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan

kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar-pemangku

kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.

9. Keberlanjutan, yaitu setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan

kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat ini tetapi

juga di masa depan, dengan menjaga kelestarian lingkungan.

2.3.4. Prinsip Lain PNPM-MP

1. Bertumpu pada pembangunan manusia, yaitu setiap kegiatan diarahkan untuk

(39)

2. Demokratis, yaitu pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara

musyawarah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat

miskin.

2.4. Sasaran PNPM-MP

2.4.1. Lokasi Sasaran

Pada tahun 2009, lokasi sasaran PNPM-MP meliputi seluruh kecamatan perdesaan di

Indonesia yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Untuk tahun 2008,

ketentuan pemilihan lokasi sasaran berdasarkan ketentuan :

a. Kecamatan-kecamatan yang tidak termasuk kategori “kecamatan yang bermasalah

dalam PPK”

b. Kecamatan-kecamatan yang diusulkan oleh pemerintah daerah dalam skema

kontribusi pendanaan.

2.4.2. Kelompok Sasaran

a. Rumah Tangga Miskin (RTM) di perdesaan

b. Kelembagaan masyarakat di perdesaan

c. Kelembagaan pemerintah local.

2.4.3. Pelaksanaan PNPM-MP

Pelaksanaan PNPM-MP berada di bawah binaan Direktorat Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Program ini didukung dengan

(40)

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dana hibah dari sejumlah bantuan dan

pinjaman dari Bank Dunia.

Pelaksanaan kegiatan PNPM-MP tersebut merupakan tahap dari seluruh rencana yang

telah disepakati dalam pertemuan Musyawarah Antar Desa (MAD) dimana dalam pertemuan

tersebut dilakukan untuk menetapkan usulan dan hal yang berhubungan dengan kebutuhan

masyarakat serta rapat-rapat persiapan pelaksanaan. Dalam pelaksanaan kegiatan ini perlu

diperhatikan hal-hal penting sebagai berikut, yaitu :

1. Masyarakat merupakan pemilik kegiatan, sehingga keputusan pelaksanaan dan

tanggung jawab ada pada masyarakat.

2. Masyarakat desa mendapatkan prioritas untuk turut bekerja dalam pelaksanaan

kegiatan, terutama bagi RTM.

3. Apabila ada bagian pekerjaan yang belum mampu dikerjakan oleh masyarakat sendiri,

masyarakat dapat mendatangkan tenaga trampil atau ahli dari luar sepanjang disepakati

dalam musyawarah daerah dan kebutuhan tersebut di atas harus diperhitungkan dalam

rancangan anggaran belanja kegiatan.

4. Penggunaan dana sesuai dengan rencana dan kegiatan agar mencapai hasil yang

memuaskan serta selesai tepat waktu.

2.4.4. Pemberdayaan Masyarakat dan Proses Pembangunan

Melalui PNPM-MP, masyarakat tidak dijadikan objek melainkan subjek dari proses

perubahan. Masyarakat harus menjadi pelaku utama dalam pembangunan, ini merupakan

prinsip pembangunan yang berpusat pada rakyat. Perlunya restrukturisasi dalam sistem

pembangunan sosial pada tingkat mikro (masyarakat lokal, kelembagaan) dan mikro

(41)

berimplikasi pada perlunya restrukturisasi sistem pembangunan sosial pada tingkat mikro,

messo dan makro agar masyarakat lokal (tingkat mikro) dapat mengembangkan potensinya

tanpa mengalami hambatan yang bersumber dari faktor-faktor eksternal pada struktur mikro

dan makro. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya mempersiapkan masyarakat seiring

dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat agar mampu mewujudkan kemajuan,

kemandirian dan kesejahteraan.

Dalam program pemberdayaan masyarakat harus diperhatikan bahwa masyarakat

setempat yang mempunyai tempat tinggal tetap dan permanen biasanya mempunyai ikatan

solidaritas yang tinggi sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya, adanya perasaan saling

memerlukan di antara mereka, perasa, demikian yang pada dasarnya merupakan perasaan

komuniti.

Dalam program pemberdayaan masyarakat penting juga diperhatikan modal sosial

yang dimiliki masyarakat setempat. Karena modal sosial merupakan sesuatu yang membuat

masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan dan

didalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang tumbuh dan dipatuhi. Situasi ini

akan menjadi kunci bagi keberhasilan program pemberdayaan yang terdapat dalam suatu

daerah.

2.5. Kesejahteraan Sosial

2.5.1. Defenisi Kesejahteraan Sosial

Istilah kesejahteraan sosial sering diidentikkan dengan “kesejahteraan masyarakat

atau kesejahteraan umum”. Sedangkan tentang kesejahteraan, kamus besar bahasa Indonesia

(42)

macam gangguan dan kesusahan). Sedangkan kesejahteraan artinya keamanan, keselamatan,

ketentraman, kesenangan hidup dan kemakmuran (Mahadi, 1993:550).

Oleh Walter A. Friedlander, mengutarakan bahwa konsep dan istilah kesejahteraan

sosial dalam pengertian program yang ilmiah baru saja dikembangkan sehubungan dengan

masalah sosial dari pada masyarakat kita yang industrial. Kemiskinan, kesehatan yang buruk,

penderitaan dan disorganisasi sosial telah ada dalam sejarah kehidupan umat manusia, namun

masyarakat yang industrial dari abad ke-19 dan 20 ini menghadapi begitu banyak masalah

sosial sehingga lembaga-lembaga insani yang sama seperti keluarga, ketetanggaan, gereja,

dan masyarakat setempat tidak mampu lagi mengatasinya secara memadai.

Berikut ini beberapa defenisi yang menjelaskan arti kesejahteraan sosial. W.A

Fridlander mendefenisikan :

“Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari usaha-usaha dan

lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok

dalam mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai

relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan

kemampuan-kemampuannya secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka

selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat”. (Muhaidin, 1984:

1-2).

Defenisi di atas menjelaskan :

1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem atau “organized system” yang

(43)

2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera

dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan

juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya.

3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara, meningkatkan “kemampuan individu”

baik dalam memecahkan masalahnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya.

Dalam Kamus Ilmu Kesejahteraan Sosial disebutkan pula :

“Kesejahteraan Sosial merupakan keadaan sejahtera yang meliputi keadaan

jasmaniah, rohaniah dan sosial tertentu saja. Bonnum Commune atau kesejahteraan sosial

adalah kesejahteraan yang menyangkut keseluruhan syarat, sosial yang memungkinkan dan

mempermudah manusia dalam memperkembangkan kepribadianya secara sempurna”

(Suparlan, 1989: 53)

Sementara itu Skidmore, sebagaimana dikutip oleh Drs. Budie Wibawa, menuturkan :

“Kesejahteraan Sosial dalam arti luas meliputi keadaan yang baik untuk kepentingan orang

banyak yang mencukupi kebutuhan fisik, mental, emosional, dan ekonominya” (Wibawa,

1982: 13).

2.5.2. Pengertian Kesejahteraan Sosial

Secara yuridis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial termuat dalam UU No.

11 Tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial sosial, pasal 1 ayat 1

adalah sebagai berikut :

“Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial

warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat

(44)

Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai upaya,

program dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik yang dilaksanakan

pemerintah maupun masyarakat. UU No.11 Tahun 2009 dalam pasal 4, juga menjelaskan

secara tegas tugas serta tanggung jawab pemerintah di bidang kesejahteraan sosial, yang

meliputi :

1. Menetapkan garis kebijaksanaan di bidang kesejahteraan sosial.

2. Mengembangkan kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial masyarakat.

3. Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan sosial

(Muhaidin, 1984: 9-10).

Untuk melaksanakan ketiga tugas pokok tersebut maka pemerintah menyelenggarakan

usaha-usaha di bidang kesejahteraan sosial sebagai berikut :

1. Bantuan sosial kepada warga masyarakat yang kehilangan peranan sosial karena

berbagai macam bencana (sosial maupun alamiah) atau akibat-akibat lain.

2. Menyelenggarakan sistem jaminan sosial.

3. Bimbingan, pembinaan dan rehabilitasi sosial.

4. Pengembangan dan penyuluhan sosial dan

5. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan khusus untuk membentuk tenaga-tenaga ahli

dan keahlian di bidang kesejahteraan sosial

2.6. Kerangka Pemikiran

Masalah sosial adalah situasi yang dinyatakan sebagai sesuatu yang bertentangan

dengan nilai-nilai oleh warga masyarakat yang cukup signifikan, dimana mereka sepakat

(45)

penting dalam masalah sosial, antara lain adalah suatu situasi yang dinyatakan, warga

masyarakat yang signifikan dan kebutuhan akan tindakan pemecahan masalahnya.

Pada umumnya kajian dalam rangka penanganan masalah sosial diawali dengan

identifikasi masalah yang memberikan kesadaran akan keberadaan masalah sosial tertentu.

Kesadaran akan keberadaan masalah sosial itu kemudian akan memberikan inspirasi untuk

melakukan usaha perubahan dan perbaikan. Untuk melakukan upaya perbaikan yang efektif

dibutuhkan pemahaman tentang kondisi dan latar belakang masalahnya.

Respon masyarakat adalah tingkah laku balas/tindakan masyarakat yang merupakan

wujud dari persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat. Masyarakat dapat memahami dan

menilai positif atau negatif, menerima/menolak dan juga mengharapkan/menghindari suatu

kegiatan yang telah dilaksanakan. Masyarakat juga hidup dan bekerja sama dalam waktu

yang relatif lama dan saling berinteraksi menurut sistem adat istiadat, hukum, agama maupun

sosial budaya yang bersifat kontiniu dan juga terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Agar PNPM-MP berjalan lancar maka dibutuhkan partisipasi dari seluruh masyarakat,

khususnya masyarakat miskin dan kelompok perempuan dalam pengambilan keputusan

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan. Baik itu kegiatan

untuk memperbaiki sarana dan prasarana, pemberian modal kepada usaha kecil dan kegiatan

(46)

Gambar 1.1

BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN

1. Respon Positif

a. Setuju dengan adanya PNPM-MP;

b. Memahami PNPM-MP; dan

c. Mendapatkan dampak positif dari PNPM-MP.

PNPM-MP

1. Perbaikan Sarana Dan

Prasarana

2. Pemberian Modal Kepada

Usaha Kecil

3. Kegiatan Simpan Pinjam

Perempuan

Masyarakat

Respon

(47)

2. Respon Negatif

a. Tidak setuju dengan adanya PNPM-MP;

b. Tidak memahami PNPM-MP, dan

c. Dampak negatif yang didapat dari PNPM-MP.

2.7. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.7.1. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara

abstrak, kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar

agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat

mengaburkan penelitian.

Untuk memfokuskan penelitian ini maka peneliti memberikan batasan konsep sebagai

berikut :

1. Respon merupakan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum

pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta

pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.

2. Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang atau

dengan sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama

(48)

3. Pemberdayaan masyarakat yakni upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat

lapisan yang dalam kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap

kemiskinan dan keterbelakangan.

4. PNPM-MP adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan pemerintah

sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program pananggulangan kemiskinan

berbasis pemberdayaan nasyarakat. Program ini dilakukan untuk lebih mendorong

upaya peningkatan kualitas hidup, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di

perdesaan.

2.7.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang

lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki

rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan

penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasinya dari konsep-konsep yang

menggambarkan tentang apa yang harus diamati. (Ulber Silalahi, 2009:120).

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini, maka

dapat diukur melalui indikator-indikator atas dasar respon masyarakat terhadap PNPM-MP

di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir, meliputi :

1. Sikap penerima program terhadap PNPM-MP meliputi penilaian, penolakan atau

penerimaan serta suka atau tidak suka terhadap program;

2. Persepsi penerima program terhadap PNPM-MP meliputi pengetahuan tentang apa,

bagaimana dan tujuan program; dan

3. Partisipasi penerima program mengenai keterlibatan dan keaktifan dalam pelaksanaan

(49)

Operasional mengenai PNPM-MP yang akan diukur berhubungan dengan respon

masyarakat terhadap program, tingkat kepuasan terhadap PNPM-MP, pengetahuan

masyarakat mengenai PNPM-MP, serta tingkat keterlibatan masyarakat terhadap program itu

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan

masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan objek penelitian (seseorang,

lembaga, masyarakat, dan lain – lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang

tampak atau sebagaimana adanya ( Nawawi, 1998 : 73).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu membuat gambaran secara

menyeluruh tentang bagaimana respon masyarakat terhadap Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir. Adapun alasan

peneliti melakukan penelitian di lokasi ini dikarenakan salah satu kecamatan di Kabupaten

Samosir yang terdapat program MP. Peneliti ingin mengetahui sejauh mana

PNPM-MP merealisasikan programnya di desa-desa terpencil di Sumatera Utara, khususnya di

(51)

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda – benda,

hewan, tumbuh – tumbuhan, gejala – gejala, nilai atau peristiwa berbagai sumber data yang

memiliki karakter tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1998 : 141).

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat

Kecamatan Simanindo yang terdiri 16 desa yang berjumlah 19.912 jiwa dan terdiri dari 5219

Gambar

Tabel 2. Komposisi Penduduk
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Kecamatan Simanindo Berdasarkan Umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

” Analisis Ketersediaan Bahan Baku dan Kelayakan serta Prospek Agroindustri Kerupuk Lidah Buaya ” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika.. disebutkan

“Aku harus merawat kerbau ini dengan baik apabila Si Boke datang suatu kali kepadaku dia tidak akan kecewa karena aku merawat kerbau ini dengan baik,” pikir sang guru.. Kerbau itu

Hal inilah yang kemudian menjadi alasan untuk peneliti mengkaji peran teori persepsi visual yang ada pada foto karya Henri Cartier Bresson.. Seorang komunikator visual

keterprediksian laba, faktor resiko sistematis (Beta), struktur modal, serta ukuran perusahaan. Untuk membuktikan sesuatu yang baru dalam upaya meningkatkan kerelevenan

Sebagai bagian dari kerangka kerja manajemen risiko Deutsche Bank secara keseluruhan, Loan Exposure Management Group (LEMG) fokus pada pengelolaan risiko kredit pinjaman dan

Koefisien regresi variabel iklim komunikasi (β3= 0,390) memberikan makna bahwa pada kondisi ceteris paribus , jika skor rata-rata luas lahan meningkat sebesar

Data aktivitas siswa diperoleh melalui instrumen observasi aktivitas siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Indikator Aktivitas siswa terdiri dari 7

31 participants and 3 observers came from different universities, High Schools, and Institutes located in different cities in Indonesia, Jakarta, Yogjakarta, Bandung,