SKRIPSI
PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH DI INDONESIA
OLEH:
RAHMAT FADHLY M 060503042
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul “Perbandingan Kinerja Keuangan
Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia” adalah benar hasil karya
saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi atau diteliti
oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Studi Strata-1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan
informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang
ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 15 Juni 2011 Yang membuat pernyataan,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, serta sholawat dan salam kita berikan kepada junjungan kita Nabi Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank Konvensional Dan Perbankan Syariah Di Indonesia”
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi, Universitas Sumatera Utara, penulis mengakui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan skripsi ini, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri, kesulitan itu akan terasa mudah apabila kita yakin terhadap kemampuan yang kita miliki.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa pengarahan, bimbingan, bantuan, dan kerjasama semua pihak yang telah turut membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Thafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi Strata-1
Akuntansi dan Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak. selaku Sekretaris Program Studi
Strata-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. H.Arifin Lubis, M.M, Ak. selaku dosen pembimbing yang telah
4. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku dosen penguji I dan Bapak Drs.
Chairul Nazwar, M.Si, Ak selaku dosen penguji II yang telah banyak
memberikan arahan bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ayah saya, Bahrum Marpaung, dan ibu saya, Khadiah Sirait, yang senantiasa
melimpahkan kasih sayang, didikan, perhatian, dukungan moral maupun materi,
dan do’anya kepada saya.
Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan – kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Terima kasih
Medan, 15 Juni 2011 Penulis,
ABSTRAK
Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan di Indonesia. Beberapa badan usaha pembiayaan non-bank telah didirikan sebelum tahun 1992 yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut menunjukkan kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan syariah.
Perbandingan ini akan membandingkan kinerja antara Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan BTPN, Sumatera Utara Bank, Bank Riau Hasil analisis didasarkan pada rasio Keuangan Perbankan dari Carel (Capital, Asset, Rentabilitas, Laba, Likuiditas) dimana ini Carel adalah perwakilan dari rasio Keuangan Indikator seperti CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan LDR. Menggunakan metode uji t statistik Independent-sample t-test, tidak ada perbandingan signifikan kinerja keuangan antara Perbankan Syariah dan Perbankan Konvensional, kecuali rasio keuangan ROE tidak memiliki signifikan Perbandingan. Hasil analisis berdasarkan statistik Paired Sampel Test menyatakan bahwa hasil uji statistik menggunakan Bandingkan Means menjelaskan bahwa semua pertunjukan yang dinyatakan oleh variabel kinerja totalitas. Variabel ini merupakan rasio keuangan sebesar dengan menambahkan tentu nilai bobot.
Dari lima bank, hanya Sumatera Utara Bank memiliki dampak secara signifikan. Bank Muamalat Indonesia memiliki rasio NPL keuangan yang terbaik dan LDR. Kondisi ini akan timbul kepercayaan pelanggan untuk Perbankan Syariah dan pemerintah disarankan untuk melindungi dan mengembangkan dengan peraturan Perbankan Syariah.
ABSTRACT
The development of Islamic financial industry has begun an informal basis before issuing a formal legal framework as a basis for banking operations in Indonesia. Some business entities of non-bank financing has been established before 1992 which have applied the concept of profit sharing in its operational activities. This shows the community needs will the presence of financial institutions that can provide financial services in accordance with sharia.
This comparison will compare the performance between the Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, and BTPN, Bank of North Sumatra, Riau Bank. The analysis result is based on the ratio of Carel Finance Banking (Capital, Assets, Profitability, Earnings, Liquidity), which is representative of this Carel Financial ratio indicators such as CAR, NPLs, ROA, ROE, BOPO and LDR. Using a statistical t-test method of the Independent-sample t-test, no significant comparison between the financial performance of Islamic Banking and Conventional Banking, except financial ratios have no significant ROE Comparison. The result of statistical analysis based on Paired Samples Test states that the statistical test using Compare Means explained that all the performances are expressed by the totality of the performance variables. This variable is the financial ratio of the added weight of course value.
Of the five banks, only Bank of North Sumatra has a significant impact. Bank Muamalat Indonesia has the best financial NPL ratio and LDR. This condition will arise confidence customers for Islamic Banking and advised the government to protect and develop the rules of Islamic Banking.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2.Rumusan Masalah dan Batasan Masalah ... 9
A. Rumusan Masalah ... 9
B. Batasan Masalah... 10
1.3.Tujuan Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Bank Konvensional ... 12
A. Sistem Penghimpunan Dana ... 13
B. Penyaluran Dana ... 15
2.2.Bank Syariah ... 17
A. Prinsip dasar Bank Syariah ... 18
B. Sistem Operasional Bank Syariah ... 19
C. Sistem Penghimpunan Dana ... 20
D. Sistem Penyaluran Dana ... 21
2.3.Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 21
2.4.Kinerja Perbankan ... 25
2.5.Rasio Keuangan ... 25
A. Rasio Permodalan ... 26
B. Rasio Kualitas Aktiva Produktif ... 28
C. Rasio Rentasbilitas (Earning) ... 30
D. Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional) ... 31
E. Rasio Likuiditas (Liquidity)... 31
2.6.Penelitian Terdahulu ... 33
2.7.Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 34
B. Hipotesis Penelitian ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 37
3.2. Populasi dan Sampel ... 37
3.3. Prosedur Pengumpulan Data ... 38
3.4. Pengukuran Variabel ... 39
3.5. Jenis Data ... 43
3.6. Metode Analisis Data ... 44
3.7. Jadwal Penelitian ... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Data Penelitian ... 46
4.2.Analisis Data Penelitian ... 47
4.3.Analisis Rasio CAR ... 48
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel ... 49
B. Pengujian Hipotesis ... 49
4.4.Analisis Rasio NPL ... 49
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel ... 49
4.5.Analisis Rasio ROA ... 50
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel ... 51
B. Pengujian Hipotesis ... 51
4.6.Analisis Rasio ROE ... 51
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel ... 51
B. Pengujian Hipotesis ... 52
4.7.Analisis Rasio LDR ... 52
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel ... 52
B. Pengujian Hipotesis ... 53
4.8.Analisis Rasio LDR ... 53
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel ... 53
B. Pengujian Hipotesis ... 54
4.9.Analisis Kinerja Bank Secara Keseluruhan ... 54
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel ... 54
B. Pengujian Hipotesis ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56
DAFTAR TABEL
Nama Judul Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Bunga dan Bagi Hasil ... 24
Tabel 2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 33
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 45
DAFTAR GAMBAR
Nama Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nama Judul Halaman
Lampiran i Data Rasio Sampel Bank ... 61
Lampiran ii Statistik Group ... 62
ABSTRAK
Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan di Indonesia. Beberapa badan usaha pembiayaan non-bank telah didirikan sebelum tahun 1992 yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut menunjukkan kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan syariah.
Perbandingan ini akan membandingkan kinerja antara Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan BTPN, Sumatera Utara Bank, Bank Riau Hasil analisis didasarkan pada rasio Keuangan Perbankan dari Carel (Capital, Asset, Rentabilitas, Laba, Likuiditas) dimana ini Carel adalah perwakilan dari rasio Keuangan Indikator seperti CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan LDR. Menggunakan metode uji t statistik Independent-sample t-test, tidak ada perbandingan signifikan kinerja keuangan antara Perbankan Syariah dan Perbankan Konvensional, kecuali rasio keuangan ROE tidak memiliki signifikan Perbandingan. Hasil analisis berdasarkan statistik Paired Sampel Test menyatakan bahwa hasil uji statistik menggunakan Bandingkan Means menjelaskan bahwa semua pertunjukan yang dinyatakan oleh variabel kinerja totalitas. Variabel ini merupakan rasio keuangan sebesar dengan menambahkan tentu nilai bobot.
Dari lima bank, hanya Sumatera Utara Bank memiliki dampak secara signifikan. Bank Muamalat Indonesia memiliki rasio NPL keuangan yang terbaik dan LDR. Kondisi ini akan timbul kepercayaan pelanggan untuk Perbankan Syariah dan pemerintah disarankan untuk melindungi dan mengembangkan dengan peraturan Perbankan Syariah.
ABSTRACT
The development of Islamic financial industry has begun an informal basis before issuing a formal legal framework as a basis for banking operations in Indonesia. Some business entities of non-bank financing has been established before 1992 which have applied the concept of profit sharing in its operational activities. This shows the community needs will the presence of financial institutions that can provide financial services in accordance with sharia.
This comparison will compare the performance between the Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, and BTPN, Bank of North Sumatra, Riau Bank. The analysis result is based on the ratio of Carel Finance Banking (Capital, Assets, Profitability, Earnings, Liquidity), which is representative of this Carel Financial ratio indicators such as CAR, NPLs, ROA, ROE, BOPO and LDR. Using a statistical t-test method of the Independent-sample t-test, no significant comparison between the financial performance of Islamic Banking and Conventional Banking, except financial ratios have no significant ROE Comparison. The result of statistical analysis based on Paired Samples Test states that the statistical test using Compare Means explained that all the performances are expressed by the totality of the performance variables. This variable is the financial ratio of the added weight of course value.
Of the five banks, only Bank of North Sumatra has a significant impact. Bank Muamalat Indonesia has the best financial NPL ratio and LDR. This condition will arise confidence customers for Islamic Banking and advised the government to protect and develop the rules of Islamic Banking.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam menunjang keberhasilan perekonomian. Hal ini sesuai dengan tujuan dari
perbankan Indonesia yang tercantum dalam UU perbankan No. 10 tahun 1998
pasal 4 yaitu perbankan Indonesia bertujuan untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat
banyak.
Sebagai lembaga intermediasi yakni menghimpun dana dari pihak
ketiga dan menyalurkannya kembali dalam bentuk simpanan, dan kredit,
menjadikan bank sebagai salah satu sumber pembangunan. Semakin besar suatu
negara tersebut maka semakin besar pula peranan perbankan dalam
mengendalikan negara tersebut. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin
dibutuhkan pemerintah dan masyarakat. Oleh sebab itu pemerintah senantiasa
memberi perhatian maksimum terhadap eksistensi perbankan nasional. Selain
itu perbankan juga menghubungkan anatara pihak yang memerlukan dana dan
muncul setelah uang sebagai alat tukar dalam perekonomian. Berdasarkan
peranan tersebut, bank memiliki dua kegiatan utama, yaitu menghimpun dana
dari unit surplus dan penyaluran dana kepada unit defisit.
Dari defenisi diatas akan dapat ditarik kesimpulan bahwa bank dalam
melakukan usahanya terutama menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang
merupakan sumber dana bank. Demikian pula dari segi penyaluran dananya,
hendaknya dalam dunia perbankan tidak hanya memerhatikan keuntungan
semata melainkan meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Peranan perbankan
sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara.
Jenis bank di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis bank, yang
dibedakan berdasarkan pembayaran bunga atau bagi hasil usaha:
1. Bank yang melakukan usaha secara konvensional (pembayaran dengan
bunga).
2. Bank yang melakukan usaha secara syariah (pembayaran dengan sistem
bagi hasil).
Secara tegas undang-undang perbankan diatas tersebut menjelaskan
bahwa dalam perbankan Indonesia terdapat dua sistem (dual banking system)
yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah.
Pelaksanaan pengaturan dan pengembangan perbankan syariah oleh Bank
yang menegaskan bahwa Bank Indonesia selaku otoritas perbankan perlu
mempersiapkan perangkat peraturan dan fasilitas selaku otoritas perbankan
syariah nasional secara legal jelas dasar hukumnya.
Pada dual system bank, bank dapat melakukan dua kegiatan sekaligus
yaitu kegiatan perbankan berbasis bunga dan kegiatan perbankan syariah, bagi
yang mengkonversi banknya menjadi perbankan syariah, maka seluruh
kinerjanya mengikuti mekanisme prinsip-prinsip syariah islam, sedangkan bagi
yang melakukan kedua-dunya maka mekanisme kerjanya diatur sedemikian
rupa, terutama yang menyangkut interaksi antara kegiatan-kegiatan yang
berbasis bunga dengan kegiatan yang bebas bunga, sehingga keduanya dapat
dipisahkan secara tegas.
Sistem operasional pada bank syariah menerapkan sistem free rate
interest banking. Sistem ini diperkenalkan untuk pertama kali oleh umat islam.
Dengan kata lain adalah sistem perbankan yang tata cara operasinya sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah islam. Dalam sistem operasional ini, pada
hakekatnya nasabah yang mengadakan transaksi dengan bank yang
bersangkutan sama dengan melakukan investasi dengan imbalan bagi hasil yang
sesuai dengan keadaan yang benar-benar terjadi. Bank syariah tidak
memberikan jaminan tingkat pengembalian yang pasti (peranatara bunga) dari
sebagai modal dan nasabah yang bersangkutan sebagai shareholder akan
mendapat bagian keuntungan sebesar persentase yang telah disepakati bersama.
Demikian pula perlakuan yang sama akan diterapkan pada kredit yang akan
diberikan oleh bank.
Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan non Islami
dengan Islam adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan
yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan
oleh nasabah kepada lembaga keuangan kepada nasabah. Sehingga terdapat
istilah bunga dan bagi hasil. Hal ini lah yang membedakan yang sangat
mendalam terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank syariah,
dimana untuk menghindari sistem bunga dikembangkan adalah jual beli serta
kemitraan yang dilaksakan dalam bentuk bagi hasil. Pada dasarnya, semua jenis
transaksi perniagaan melalui bank syariah yang diperbolehkan asalkan tidak
mengandung unsur bunga (riba). Riba secara sederhana berarti sistem bunga
berbunga atau coumpound interest yang dalam semua prosesnya bisa
mengakibatkan membengkaknya kewajiban salah satu pihak.
Bank harus menetapkan stategi yang tepat untuk survive (bertahan
hidup) di tengah kompetisi sengit antarbank. Agar masyarakat mau menyimpan
uangnya di bank, maka pihak perbankan memberikan rangsangan berupa balas
bunga, bagi hasil, hadiah, pelayanan atau balas jasa lainnya.” Strategi bersaing
yang berusaha mengembangkan (membesarkan) bank sesuai dengan ukuran
yang disepakati untuk mencapai tujuan jangka panjang disebut strategi
pertumbuhan. Bank dapat menyalurkan dananya untuk tujuan modal kerja,
investasi, konsumsi, dan berbagai kegiatan lain untuk tujuan invesatasi.
Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan
kemampuannya menghimpun dana masyarakat, baik skala kecil maupun besar,
dengan masa pengendapan yang memadai.
Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional
perbankan di Indonesia. Beberapa badan usaha pembiayaan non-bank telah
didirikan sebelum tahun 1992 yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam
kegiatan operasionalnya. Hal tersebut menunjukkan kebutuhan masyarakat akan
hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan
yang sesuai dengan syariah.
Perbankan konvensional dan perbankan syariah merupakan instusi
keuangan yang mempunyai beberapa perbedaan. Perbedaan mendasar diantara
keduanya yaitu menyangkut aspek legal, stuktur organisasi, usaha yang dibiayai
dan lingkungan kerja. Bank syariah beroperasi menggunakan prinsip bagi hasil
dalam operasi dan berprinsip meraih untung yang sebesar-besarnya. Selain itu
pada bank syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah sedangkan pada bank
konvensional tidak ada.
Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga, Islam
memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah islam. Dengan kata lain, Bank
Islam hadir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan
antara bunga bank dengan riba. Bank Islam lahir di Indonesia, yang gencarnya,
pada sekitar tahun 90-an atau tepatnya setelah undang-undang No. 7 tahun
1992, yang direvisi dengan undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998,
dalam bentuk sebuah bank yang beroperasinya dengan sistem bagi hasil atau
bank syariah.
Periode 1992 sampai 1998, hanya terdapat satu Bank Umum Syariah
dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang telah beroperasi. Tahun
1998 muncul UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No 7 Tahun 1992
tentang perbankan. Perubahan UU tersebut menimbulkan beberapa perubahan
yang memberikan peluang yang lebih besar bagi pengembangan bank syariah.
Undang-undang tesebut telah mengatur secara rinci landasan hukum serta
jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.
Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional
menjadi bank syariah. Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami
banyak perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selain disebabkan oleh
perkembangan internal dunia perbankan, juga tidak terlepas dari pengaruh
perkembangan di luar dunia perbankan, seperti sektor riil dalam perekonomian,
politik, hukum, dan sosial.
Perkembangan bank syariah dan bank konvensional yang membuka
cabang syariah juga didukung dengan tetap bertahannya bank syariah pada saat
perbankan nasional mengalami krisis cukup parah pada tahun 1998. Sistem bagi
hasil perbankan syariah yang diterapkan dalam produk-produk Bank Muamalat
menyebabkan bank tersebut relatif mempertahankan kinerjanya dan tidak
hanyut oleh tingkat suku bunga simpanan yang melonjak sehingga beban
operasional lebih rendah dari bank konvensional.
Perkembangan peran perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas
dari sistem perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah
juga diatur dalam Undang-undang No. 10 tahun 1998 dimana Bank Umum
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Peran bank syariah dalam memacu pertumbuhan
perekonomian daerah semakin strategis dalam rangka mewujudkan struktur
perbankan syariah juga diperlihatkan dengan adanya “dual banking system”,
dimana bank konvensional diperkenankan untuk membuka unit usaha syariah.
Kemajuan yang dialami perbankan syariah saat ini cukup pesat, namun
jika dibandingkan dengan perbankan konvensional, share perbankan syariah
masih sangat kecil atau hanya sekitar 2,14%dari total perbankan nasional pada
tahun 2008. Bank Muamalat berdiri pada tahun 1992 membuktikan bahwa
disaat perbankan nasional kolaps sistem perbankan syariah dapat tetap eksis
bahkan memperoleh keuntungan, hal inilah yang membuat perhatian
pemerintah dan para pelaku ekonomi untuk mengembangkan sistem perbankan
syariah.
Kedudukan atau status perbankan menunjukkan ukuran kemampuan
bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun
kualitas pelayanannya. Dalam memperoleh status tertentu maka diperlukan
penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu pula. Untuk mengetahui prestasi
yang dicapai oleh suatu bank, baik perbankan konvensional dan bank syariah
perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja bank tersebut dalam kurun waktu
tertentu.
Kinerja keuangan dalam dunia perbankan sangat penting untuk
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan
diluar perbankan, misalnya investor. Dengan adanya kinerja keuangan yang
baik, maka investor tidak akan ragu-ragu dalam menanamkan modalnya baik
pada bank syariah maupun bank konvensional. Terlebih lagi bank syariah harus
bersaing dengan bank konvensional yang dominan dan telah berkembang pesat
di Indonesia. Persaingan yang semakin tajam ini harus dibarengi dengan
manajemen yang baik untuk bisa bertahan di industri perbankan. Salah satu
faktor yang harus diperhatikan oleh bank untuk bisa terus bartahan hidup adalah
kinerja (kondisi keuangan) bank. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judu “Perbandingan Kinerja Keuangan Antara
Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia”.
1.2. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, dapat
dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja keuangan perbankan syariah jika dibandingkan
dengan perbankan konvensional untuk masing-masing rasio keuangan?
2. Adakah perbedaan yang signifikan atas kinerja keuangan perbankan
syariah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional secara
B. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Informasi yang digunakan untuk mengukur kinerja bank adalah
berdasar Laporan Publikasi Keuangan Bank selama periode 2007-
2009. Data yang diambil adalah laporan triwulanan masing-masing
bank yang dipublikasikan di surat kabar atau internet.
2. Ukuran kinerja bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
keuangan bank yang meliputi Capital Adequacy Ratio (mewakili rasio
permodalan), Non Performing Loan (mewakili rasio kualitas aktiva
produktif), Return on Asset dan Return on Equity (mewakili rasio
rentabilitas), Beban Operasional dibagi Pendapatan Operasional
(mewakili rasio efisiensi), dan Loan to Deposit Ratio (mewakili rasio
likuiditas).
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja keuangan perbankan syariah jika dibandingkan dengan
perbankan konvensional untuk masing-masing rasio keuangan.
2. Bagaimana kinerja perbankan syariah jika dibandingkan dengan perbankan
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat antara lain :
1) Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh
pengalaman dan ilmu pengetahuan baru mengenai perbankan syariah.
2) Bagi Bank syariah, dapat dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk
mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya, sekaligus memperbaiki
apabila ada kelemahan dan kekurangan.
3) Bagi bank konvensional, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
acuan atau pertimbangan untuk membentuk atau menambah Unit Usaha
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bank Konvensional.
Pengertian bank menurut UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 :
1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyaraka dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
2. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi, dalam
penghimpunan dan penyaluran dananya, bank memberikan atau mengenakan
imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari
dana untuk suatu suatu periode tertentu. Menurut Sigit Triandaru & Totok
Budisantoso, “Persentase tertentu ini biasanya ditetapkan pertahun.”
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia saat ini adalah bank
yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah
bangsa indonesia dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh bangsa
Sebagaimana telah dikemukakan oleh Kasmir, (2008: 20)
Dalam mencari keuntungan bank konvensional menggunakan dua metode yaitu :
a. Menetapkan bunga sebagai harga untuk produk simpanan seperti giro, tabungan, ataupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjaman (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan spread based
b. Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based
A. Sistem Penghimpunan Dana
Aktifitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari
masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah
kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah
mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat.
Pada dasarnya suatu bank mempunyai empat alternatif untuk
menghimpun dana untuk kepentingan usahanya, yaitu : • Dana sendiri
• Dana dari deposan • Dana pinjaman
• Sumber dana lain
dalam bentuk simpanan. Simpanan/ dana dari deposan yang sering disebut
dengan nama rekening atau account. Jenis simpanan yang dapat dipilih
oleh masyarkat adalah seperti :
1. Simpanan Giro (Demand Deposit),
Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannya
dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Kepada
setiap pemegang rekening giro akan diberikan bunga yang dikenal
dengan nama jasa giro. Besarnya jasa giro tergantung dari bank yang
bersangkutan
2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
Merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dapat
dilakukan dengan menggunakan buku tabungan, slip penarikan,
kuitansi atau kartu ATM. Kepada para pemegang rekening tabungan
akan diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atas
tabungannya. Sama seperti halnya dengan rekening giro, besarnya
bunga tabungan tergantung dari bank yang bersangkutan.
3. Simpanan Deposito (Time Deposit)
Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu
tersebut. Jenis deposito pun beragam sesuai dengan keinginan nasabah.
Dalam prakteknya Deposito terdiri dari Deposito Berjangka, Sertifikat
Deposito, dan Deposit on call.
Disamping itu, bank juga memberikan jasa-jasa Bank Lainnya sebagai
kegiatan penunjang , kegiatan ini banyak memberikan keuntungan bagi
bank dan nasabah.
Dalam praktiknya jasa-jasa perbankan yang ditawarkan antara lain
adalah : pengiriman uang, kliring, inkaso, safe deposit box, Bank card,
Bank Notes, Bank Garansi, Bank Draft, Letter of Credit (L/C),
menerima setoran-setoran, serta melayani pembayaran-pembayaran.
B. Sistem Penyaluran Dana
Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil
dihimpun dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan
lending. Penyaluran dana dilakukan oleh bank konvensional melalui
pemberian pinjaman yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan kredit.
Kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari beragam jenis, tergantung dari
kemampuan bank dalam menyalurkan dananya. Sebelum kredit
dikucurkan, bank terlebih dahulu menilai kelayakan kredit yang diajukan
Menurut Dahlan Siamat (1995 : 97) “Sistem penyaluran dana bank
berdasarkan pada suatu proses yang disebut transformasi asset dengan
mempertimbangkan faktor-faktor likuiditas, risiko, dan keuntungan.” Besar
kecilnya bunga kredit sangat mempengaruhi keuntungan bank, mengingat
keuntungan utama bank adalah selisih bunga kredit dengan bunga
simpanan.
Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan meliputi :
1. Kredit Investasi
Merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan
investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki
jangka waktu yang relatif panjang.
2. Kredit Modal Kerja
Merupakan kerdit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasa kredit
jenis iniberjangka waktu pendek, yaitu tidak lebih dari satu tahun.
3. Kredit Perdagangan
Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka
memperlancar atau memperluas atau memperbesar kegiatan
perdagangannya.
Merupakan kredit yang bisa berupa investasi, modal kerja, atau
perdagangan. Dalam arti kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali
sehingga pengembalian kredit diharapkan dari hasil usaha yang
dibiayai.
Agar penyaluran dana tersebut dapat menghasilkan keuntungan bagi
bank, maka biaya yang dikeluarkan dalam penghimpunan dana harus lebih
kecil daripada penerimaan yang diperoleh dari penyaluran dana. Menurut
Sigit Triandaru & Totok Budisantoso (2006 : 106), “penghimpunan dan
penyaluran dana inilah yang akan melandasi penerapan tingkat bunga
pinjaman yang akan dikenakan antara tingkat bunga simpanan dan tingkat
bunga kredit.”
Selisih antara tingkat bunga pinjaman dan tingkat bunga simpanan
disebut dengan spread. Semakin efisien kinerja suatu bank, akan semakin
kecil komponen-komponen yang ditambahkan pada tingkat bunga
simpanan untuk membentuk tingkat bunga pinjaman. Dengan kata lain,
besar kecilnya spread pada suatu bank dapat dijadikan indikator tingkat
efisiensi atas kinerja suatu bank.
Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank islam atau biasa dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga
keuangan/ perbankan yang operasionalnya dan produknya dikembangkan
berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank
Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan
dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
perngoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam
Bank syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang
diterima dari aktifitas funding untuk disalurkan kepada aktifitas financing,
dengan harapan bank yang bersangkutan tetap mampu memenuhi
kriteria-kriteria likuiditas, rentabilitas dan solvabilitasnya. Sebagaimana halnya bank
konvensional, bank syariah juga mempunyai peran sebagai lembaga perantara
(intermediary) antara satuan-satuan kelompok masyarakat atau unit-unit
ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit yang
mengalami kekurangan dana (deficit unit).
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bank syari’ah
adalah bank yang dalam melaksanakan aktivitasnya dalam pemberian jasa dan
lainnya berdasarkan prinsip Syari’ah Islam, seperti menghindari penggunaan
instrumen bunga (riba) dan beroperasi dengan prinsip bagi hasil (profit anf loss
A. Prinsip dasar perbankan syariah
Bank berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di
Indonesia, namun sudah menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan
sejak hadirnya bank syariah saat ini. Menurut Kasmir, “saat ini bank syariah
sudah berjumlah sekitar empat ratusan lebih kantornya.” Keluarnya fatwa
MUI yang mengharamkan bunga bank Konvensional tahun 2003 lalu
memperkuat kedudukan bank syariah di Indonesia. Jumlah keuntungan bank
syariah semakin besar maka semakin besar pula bagi hasil yang diterima
nasabah, demikian juga sebaliknya.
Dalam menjalankan fungsi dan perannya bank syari’ah secara garis
besar, sistem operasional bank syari’ah ditentukan aqad yang terdiri dari
lima dasar aqad. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi
bank berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut :
a. Pembiayaan berdarasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
b. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah)
c. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah)
d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan
(ijarah); atau
e. Dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang
Selanjutnya, penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank yang
berdasarkan prinsip syariah juga sesuai dengan syariah islam. Sumber
penetuan harga atau pelaksanaan kegiatan prinsip syariah dasar hukumnya
adalah Al-Quran dan Sunnah Rasul.
B. Sistem Operasional Bank Syariah
Menurut Novita Wulandari 2004, “Pada sistem operasi bank syariah,
pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif
mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi
hasil.” Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang
membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian pembagian
keuntungan sesuai kesepakatan.
C. Sistem Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan oleh bank
konvensional adalah dalam bentuk Tabungan, Deposito, dan Giro yang
lazim disebut dengan Dana Pihak Ketiga. Dalam bank syariah
penghimpunan dana dari masyarakat dilakukan tidak membedakan nama
produk tetapi melihat pada prinsip yaitu prinsip wadiah dan prinsip
yang digunakan atas produk tersebut, hal ini sangat terkait dengan porsi
pembagian hasil usaha yang akan dilakukan antara pemilik dana/deposan
(shahibul maal) dengan bank syariah sebagai mudharib.
Menurut Muhammad (2004 : 50),
Berdasarkan prinsip tersebut diatas bank syariah dapat menghimpun dana dari pihak ketiga dalam bentuk :
a) Titipan (Wadiah) simpanan yang dijamin keamanan dan pengembaliannya tetapi tanpa memperoleh imbalan atau keuntungan.
b) Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi risiko untuk investasi umum dimana bank akan membayar pembagian keuntungan secara proporsional
c) Investasi khusus/mudharabah muqayyadah dimana bank bertindak sebagai manajer investasi untuk memperoleh fee. Jadi bank tidak ikut berinvestasi sedangkan investor sepenuhnya mengambil risiko atas investas itu.
D. Sistem Penyaluran Dana
Setelah Dana Pihak Ketiga terkumpul, maka sesuai dengan fungsi
intermediary-nya maka bank berkewajiban menyalurkan dana tersebut
untuk pembiayaan. Dalam hal ini, bank harus mempersiapkan strategi
penggunaan dana-dana yang dihimpunnya sesuai dengan rencana alokasi
berdasarkan kebijakan yang telah digariskan. Berikut ini beberapa bentuk
pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah dalam sistem penyaluran
dananya antara lain :
a) Pembiayaan dalam prinsip bagi hasil (Mudharabah)
c) Pembiayaan dalam prinsip jual beli (Al Bai’)
d) Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (Iajarah dan Ijarah wa Iqtina)
e) Surat-surat berharga syariah dan investasi lainnya.
2.3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah menyangkut
aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja.
1. Akad dan Aspek Legalitas Akad yang dilakukan dalam bank syariah
memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan
berdasarkan hukum Islam. Nasabah seringkali berani melanggar
kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya
berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian
tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti. Setiap
akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi,
maupun ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad.
2. Lembaga Penyelesaian Sengketa Penyelesaian perbedaan atau perselisihan
antara bank dan nasabah pada perbankan syariah berbeda dengan perbankan
konvensional. Kedua belah pihak pada perbankan syariah tidak
menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata
atau berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan
Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama
oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.
3. Struktur Organisasi Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan
bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur
yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah
keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi
operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis
syariah.
Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan
Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap
opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu biasanya
penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu
mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.
4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank
syariah, tidak terlepas dari kriteria syariah. Hal tersebut menyebabkan bank
syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang mengandung
Tidak semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dana bank
syariah, namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.
5. Lingkungan dan Budaya Kerja Sebuah bank syariah selayaknya memiliki
lingkungan kerja yang sesuai dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat
amanah dan shiddiq, harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin
integritas eksekutif muslim yang baik, selain itu karyawan bank syariah
harus profesional (fathanah), dan mampu melakukan tugas secara team-work
dimana informasi merata diseluruh fungsional organisasi (tabligh). Dalam
hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan
Tabel 2.3. Perbedaan sistem bunga dengan syariah No Pokok-pokok
perbedaan
Sistem bunga Prinsip syariah
1. Dasar perjanjian
penentuan bunga/imbalan
Perjanjian pengenaan bunga tidak berdasarkan keuntungan/kerugian.
Perjanjian imbalan berdasarkan pada keuntungan/kerugian
2. Dasar perhitungan bunga/ imbalan
Persentase tertentu dari total dana yang
dipinjamkan kepada nasabah
Besarnya misbah bagi hasil didasarkan atas jumlah keuntungan yang diperoleh nasabah
3. Kewajiban pembayaran bunga/ imbalan
a. Pembayaran bunga tetap harus dibayar, meskipun usaha nasabah
mengalami kerugian
b. besarnya pembayaran bunga oleh nasabah jumlahnya tetap meskipun keuntungan nasabah lebih besar dari jumlah yang diperkirakan a. Pembayaran imbalan dilakukan apabila nasabah memperoleh keuntungan. Sebaiknya bila rugi, jumlah kerugian atau risiko ditanggung kedua belah pihak
b. Besarnya imbalan berubah sesuai dengan besar-kecilnya
keuntungan yang didapat nasabah
4. Persyaratan jaminan pembiayaan
Pembiayaan umumnya memerlukan penyerahan jaminan berupa barang atau harta nasabah
Persyaratan jaminan tidak mutlak
diperlukan
5. Obyek pembiayaan Jenis usaha yang dibiayai tidak dibedakan, sepanjang memenuhi persyaratan
Jenis usaha yang dibiayai harus sesuai dengan ketentuan syariah
2.4. Kinerja Keuangan bank
Menurut Farid dan Siswanto, (1998). Kinerja keuangan pada dasarnya
merupakan hasil yang dicapai suatu bank dengan mengelola sumber daya yang
ada dalam manajemen bank seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan manajemen. Penilaian terhadap kinerja keuangan
perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, karena berdasarkan
penilaian tersebut dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan suatu
perusahaan selama periode waktu tertentu. Disamping itu penilaian kinerja juga
dapat dijadikan pedoman bagi usaha perbaikan atau peningkatan kinerja
keuangan perusahaan tersebut. Untuk melaksanakan analisis kinerja keuangan
yang dinyatakan dalam persentase.
2.5. Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan alat ukur yang digunakan bank untuk
menganalisis laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau
pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan
menggunakan alat analisa berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan
memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan
atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya.
Rasio keuangan adalah proses penentuan operasi yang penting dan
keuangan. Tujuan dari rasio ini adalah untuk menentukan efisiensi kinerja dari
bank yang diwujudkan dalam catatan keuangan dan laporan keuangan. Dalam
menggunakan rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua
macam perbandingan, yaitu:
I. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari
waktu yang telah lalu (histories ratio) atau dengan rasio-rasio yang
diperkirakan untuk waktu yang akan datang dari perusahaan yang
sama.
II. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio
sejenis dari perusahaan yang lain yang sejenis.
Rasio keuangan tersebut. menurut Robert Ang (1997) dapat dikelompokkan
menjadi :
A. Rasio Permodalan
Menurut Manullang, (2002) bahwa rasio permodalan yang lazim
digunakan untuk mengukur kinerja bank adalah Capital Adequacy Ratio
(CAR). Besarnya CAR diukur dari rasio antara modal sendiri terhadap
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Sesuai dengan SE BI No.
26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 besarnya CAR yang harus dicapai oleh
Perhitungan penyediaan modal minimum atau kecukupan modal bank
(capital adequacy) didasarkan kepada rasio atau perbandingan antara
modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR). Aktiva dalam perhitungan ini mencakup aktiva yang tercantum
dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana
tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau
komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga.
Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank
adalah sebagai berikut:
1. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal
masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari
masing-masing pos aktiva neraca tersebut.
2. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai
nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko
dari masing-masing pos rekening tersebut.
3. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administrat if.
4. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal
bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR. Rasio tersebut
5. Hasil perhitungan rasio diatas, kemudian dibandingkan dengan
kewajiban penyediaan modal minimum (yakni sebesar 8%).
Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, dapatlah diketahui apakah
bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan
modal) atau tidak. Jika hasil perbandingan anta ra perhitungan rasio
modal dan kewajiban penyediaan modal minimum sama dengan 100%
atau lebih, modal bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan
CAR (kecukupan modal). Sebaliknya, bila hasilnya kurang dari 100%,
modal bank tersebut tidak memenuhi ketentuan CAR.
B. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang
Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam Rupiah
maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana
antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening
administratif.
1. Prospek usaha
2. Kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur
3. Kemampuan membayar
Berdasarkan analisis dan penilaian terhadap faktor penilaian
mengenai usaha, kinerja debitur, kemampuan membayar dengan
mempertimbangkan komponen-komponen yang tidak disebutkan, kualitas
kredit ditetapkan menjadi:
o Lancar (Pass)
o Dalam perhatian khusus (special mention)
o Kurang lancar (sub standard)
o Diragukan (doubtful)
o Macet (loss)
Rasio Non Performing Loan menunjukan bahwa kemampuan
manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh
bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas
kredit bank, yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar.
Menurut Naser, (2003). “Kemungkinan suatu bank dalam kondsi
bermasalah semakin besar dan kemungkinan menghasilkan laba semakin
rendah Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak
Aktiva produktif bermasalah (NPL) merupakan aktiva produktif
dengan kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet. Besarnya NPL
dapat dirumuskan sebagai berikut:
C. Rasio Rentabilitas (Earning)
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
yang bersangkutan. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).
1. Return on Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin
besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari
2. Return on Equity (ROE)
ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal
sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
D. Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional)
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional
dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang
dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung
berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban
operasional lainnya.
Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga
dan total pendapatan operasional lainnya.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
E. Rasio Likuiditas (Liquidity)
Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat
memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua
depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa
terjadi penangguhan. Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut. Dalam
penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio
(LDR).
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh
jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank.
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar
kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya
dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin
tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Rasio ini dapat
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang perbandingan kinerja bank sudah dilakukan oleh
beberapa orang peneliti, antara lain:
Nama peneliti
Sabi (1996), Samad dan Hasan (2000) melengkapi penelitian Sabi (1996)
Mustafa Edwin Nasution dan Surya Deni, (2006)
Judul Perbandingan kinerja bank antara bank domestik dengan bank asing pada masa transisi menuju ekonomi yang berorientasi pasar (market-oriented
economy) di Hungaria periode 1992-1993
Membandingkan kinerja Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) pada awal dan akhir pendiriannya.
Analisis Perbandingan Keuangan Bank syariah dan Bank Konvensional sebelum dan sesudah deregulasi finansial dan krisis moneter studi kasus pada BMI dan 4
(empat) Bank umum konvensional.
Data yang digunakan
Rasio keuangan yang dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu profitabilitas, likuiditas
dan komitmen terhadap ekonomi domestik.
ROA dan ROE akhir periode lebih baik dibandingkan awal periode. Metode
inter-bank digunakan untuk membandingkan kinerja BIMB dengan 8 bank konvensional di Malaysia selama periode 1984-1997.
Rasio keuangan yang dihitung CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, LDR.
Hasil penelitian
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, dibanding dengan bank lokal, profitabilitas bank asing lebih tinggi, tingkat likuiditas dan penyaluran kredit berisiko lebih kecil.
Hasilnya menunjukkan bahwa BIMB mempunyai likuiditas relatif lebih baik dan risiko kecil dibandingkan 8 bank konvensional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank asing mempunyai tingkat profitabilitas lebih tinggi dibandingkan bank domestik.. Studi tersebut juga membuktikan bahwa
2.7. Konseptual dan Hipotesis A. Kerangka konseptual
Bank harus memiliki kinerja keuangan yang baik untuk dapat
menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Kinerja keuangan
bank menunjukkan kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu
yang umumnya diukur dengan indikator kecukupan modal (solvabilitas),
likuiditas, dan profabilitas bank.
Berdasarkan kemampuan melakukan transkasi sesuai syariah islam
dan melakukan transaksi berdasarkan sistem bunga, Dengan demikian,
kedua jenis bank tersebut memiliki ruang lingkup opersional yang berbeda.
Beberapa penelitian terdahulu menguji apakah terdapat perbedaan
kinerja keuangan antara bank syariah dan bank konvensional, sehubungan
dengan adanya perbedaan ruanglingkup operasional. Hasil penelitian
terdahulu menunjukkan bahwa terdapat kinerja keuangan yang signifikan
antara bank syariah dan bank konvensional. Namun, perbedaan ruang
lingkup opersional tersebut menghasilkan perbedaan kinerja keuangan
sehingga bagi para yang berkepentingan dapat mengambil keputusan.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis membuat kerangka konseptual seperti
Gambar : Kerangka Konseptual
BANK
BANK KONVENSIONAL
BANK SYARIAH
Kinerja keuangan bank :
• CAR • NPL
• ROA dan ROI • BOPO • LDR
Kinerja keuangan bank :
• CAR • NPL
• ROA dan ROI • BOPO • LDR
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan diuji untuk mencapai tujuan penelitian adalah
sebagai berikut:
H1 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah
dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio permodalan.
H2 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah
dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio kualitas aktiva
produktif.
H3 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah
dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio rentabilitas.
H4 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah
dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio efisiensi bank.
H5 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah
dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio likuiditas.
H6 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan berbentuk komparatif yakni penelitian yang
bersifat menguraikan tentang sifat-sifat dan keadaan sebenarnya dari dua atau
lebih objek penelitian, yang kemudian di bandingkan guna mencari perbedaan
antara kedua atau lebih objek yang diteliti.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian sekelompok orang atau objek kejadian yang
mempunyai karakteristik tertentu, dan Sampel penelitian adalah bagian yang
populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Erlina
dan Sri Mulyani, 2007). Populasi penelitian disini adalah bank konvensional
dan bank syariah yang terdaftar di Bank Indonesia dan telah mempublikasikan
laporan keuangannya dimulai dari tahun 2005.
Penulis menggunakan teknik purposive sampling untuk menentukan
sampel penelitian. Pertimbangan yang ditentukan penulis adalah sebagai
1. Bank umum konvensional dan Bank umum serta unit usaha syariah
yang terdaftar di Bank Indonesia, dan telah mempublikasikan laporan
keuangan bank.
2. Bank konvensional dengan total asset sebanding dengan bank umum
syariah.
3. Diantara Bank umum konvensional merupakan Bank pemerintah
Daerah, dan Bank umum milik negara, Bank Pensiun tabungan negara,
dan bank devisa yang di miliki pemerintah serta Bank nondevisa
swasta nasional.
Diantara pertimbangan diatas tersebut maka penulis mengambil sampel adalah :
2 bank umum syariah dan 3 bank umum konvensional.
o Bank Muamalat Indonesia.
o Bank Syariah Mandiri
o Bank Negara Indonesia
o Bank Tabungan Pensiun Negara
o Bank Sumut
3.3. Prosedur pengumpulan data
Tahap ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data sekunder
Data yang diperoleh diambil melalui beberapa website dari bank yang
bersangkutan dan Bank Indonesia. Jenis laporan yang digunakan penulis
menggunakan data eksternal, antara lain Neraca Keuangan, Laporan Laba-Rugi,
Laporan Kualitas Aktiva produktif, Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum dan Ikhtisar keuangan.
3.4. Pengukuran Variabel
Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah pengolahan data yang diawali dengan menghitung variabel-variabel yang digunakan.
Variabel-variabel tersebut yaitu rasio keuangan yang meliputi Capital
Adequacy Ratio (mewakili rasio permodalan), Non Performing Loan (mewakili
rasio kualitas aktiva produktif), Return on Asset dan Return on Equity
(mewakili rasio rentabilitas), Beban Operasional dibagi Pendapatan Operasional
(mewakili rasio efisiensi), dan Loan to Deposit Ratio (mewakili rasio
likuiditas). Setelah itu, untuk mengetahui kinerja bank secara keseluruhan
dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh rasio yang sebelumnya telah
diberi bobot nilai tertentu.
b. Rasio kualitas aktiva produktif, yang diwakili oleh NPL (Non Performing Loan).
c. Rasio Rentabilitas, yang diwakili oleh variabel rasio ROA (Return on Asset) dan ROE (Return on Equity)
d. Rasio biaya/efisiensi bank, yang diwakili oleh variabel rasio BOPO.
e. Rasio biaya/efisiensi bank, yang diwakili oleh variabel rasio BOPO.
ROA, ROE, BOPO, dan LDR yang sebelumnya telah diberi bobot nilai
tertentu. Perhitungan presentase dan bobot rasio-rasio tersebut adalah:
I. CAR
Menurut ketentuan Bank Indonesia suatu bank umum sekurang
kurangnya harus memiliki CAR 8%. Variabel ini mempunyai bobot
nilai 20%. Skor nilai CAR ditentukan sebagai berikut;
Jika CAR bernilai :
•Kurang dari 8%, skor nilai = 0
•Antara 8% - 12%, skor nilai = 80
•Antara 12%- 20%, skor nilai = 90
•Lebih dari 20%, skor nilai = 100
II. NPL
Standar terbaik NPL menurut Bank Indonesia adalah bila NPL berada
dibawah 5%. Variabel ini mempunyai bobot nilai 20%. Skor nilai NPL
ditentukan sebagai berikut;
Jika NPL bernilai :
• Lebih dari 8%, skor nilai = 0
III. ROA
Standar ROA menurut Bank Indonesia adalah 1,5%. Variabel ini mempunyai
bobot nilai 15%. Skor nilai ROE ditentukan sebagai berikut;
Jika ROE bernilai :
• Kurang dari 8%, sor nilai = 0
• Antara 8% - 10%, skor nilai = 80
• Antara 10% - 12%, skor nilai = 90 • Lebih dari 12%, skor nilai = 100
IV. ROE
Standar ROE menurut Bank Indonesia adalah 12%. Variabel ini mempunyai
bobot nilai 15%. Skor nilai ROE ditentukan sebagai berikut;
Jika ROE bernilai :
• Kurang dari 8%, sor nilai = 0 • Antara 8% - 10%, skor nilai = 80
• Antara 10% - 12%, skor nilai = 90
• Lebih dari 12%, skor nilai = 100
V. BOPO
Standar terbaik BOPO menurut Bank Indonesia adalah 92%. Variabel ini
mempunyai bobot nilai sebesar 15%. Skor nilai BOPO ditentukan sebagai berikut;
• Lebih dari 125%, skor nilai = 0
• Antara 92% - 125%, skor nilai = 80 • Antara 85% - 92%, skor nilai = 100
• Kurang dari 85%, skor nilai = 90
VI. LDR
Standar terbaik LDR menurut Bank Indonesia adalah 85%-110%. Variabel ini
diberi bobot nilai 15%. Skor nilai LDR ditentukan sebagai berikut;
Jika LDR bernilai :
• Kurang dari 50%, skor nilai = 0
• Antara 50% - 85%, skor nilai = 80
• Antara 85% - 110%, skor nilai = 100 • dLebih dari 110%, skor nilai = 90
3.5. Jenis data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder mengenai laporan keuangan dari lima perusahaan perbankan dan diperoleh dari
berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal, koran, internet dan lain-lain
yang berhubungan dengan aspek penelitian. Bank Umum Syariah dalam hal ini
diwakili oleh Bank Muamalat Indoneisia, Bank Syariah Mandiri. Bank Umum
adalah bank konvensional dengan total asset sebanding dengan bank umum
syariah. Dengan demikian terdapat lima perusahaan perbankan yang
dibandingkan mengenai kinerja keuangannya. Dalam penelitian ini analisis
kinerja hanya dibatasi pada aspek kuantitatif yakni mengenai rasio
keuangannya saja.
Data sekunder ini diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan yang
rutin diterbitkan oleh Bank Indonesia pada situs
literatur seperti buku, majalah, jurnal, koran, internet dan lain-lain yang
berhubungan dengan aspek penelitian.
3.6. Metode Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik statistik yang berupa uji beda dua rata-rata (independent sample t-test).
Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda dua rata-rata pada penelitian ini
3.7. Jadwal penelitian
Penelitian ini direncanakan dari bulan Juni 2010 sampai dengan Mei
2011. Jadwal penelitian yang direncanakan adalah sebagai berikut:
Tahap Penelitian (2010)
Juni Juli Agst Sept Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni
Pencarian data awal dan penyelesaian proposal Pengajuan proposal Bimbingan proposal Seminar proposal Bimbingan dan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Penelitian
Objek penelitian ini adalah dua jenis perbankan yang ada di Indonesia
yaitu, perbankan syariah dan perbankan konvensional. Perbankan syariah
diwakili oleh Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Muammalat, sedangkan
bank konvensional diwakili oleh Bank Riau, Bank Sumut dan BTPN. Dari
masing-masing bank tersebut dilihat rasio CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO,
dan LDR. Selain itu juga dihitung kinerja keuangannya berdasarkan bobot
rasio yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Berikut data rasio-rasio
(dalam persen) Bank Syariah dan Bank Konvensional yang dianalisis dalam
penelitian ini.
Tabel 4.1
Bank Tahun CAR NPL ROA ROE BOPO LDR Kinerja Bank Riau 2009 22,29 0,44 2,68 23,75 73,83 88,24 97,00
2008 24,03 0,15 2,92 28,82 71,93 43,24 82,00 2007 31,81 0,27 2,46 32,88 69,30 30,00 82,00 Bank Sumut 2009 12,24 1,27 5,47 51,49 62,62 97,87 95,00 2008 16,48 0,59 4,11 35,15 74,02 84,13 92,00 2007 20,95 1,23 3,39 31,14 76,09 56,46 94,00 BTPN 2009 18,50 0,07 3,42 25,89 84,06 84,92 92,00 2008 23,67 0,09 4,48 28,44 77,53 91,61 97,00 2007 24,00 0,16 6,14 36,27 73,44 89,18 97,00 Bank
Syariah Mandiri
2009 12,39 1,34 2,23 44,20 73,76 83,07 92,00 2008 12,66 2,37 1,83 46,21 78,71 89,12 96,50 2007 12,44 3,39 1,53 32,22 81,34 92,96 94,50 Bank
Muammalat
[image:63.612.108.517.455.676.2]Tabel 4.1 Statistik Grup
Group Statistics
Bank N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
CAR Bank Syariah 6 11.6383 .96824 .39528
Bank Konvensional 9 21.5522 5.52840 1.84280
NPL Bank Syariah 6 2.7300 1.23196 .50294
Bank Konvensional 9 .4744 .47112 .15704
ROA Bank Syariah 6 1.8033 .75704 .30906
Bank Konvensional 9 3.8967 1.26865 .42288
ROE Bank Syariah 6 31.0250 14.24143 5.81404
Bank Konvensional 9 32.6478 8.16956 2.72319
BOPO Bank Syariah 6 81.8333 7.36433 3.00648
Bank Konvensional 9 73.6467 5.84306 1.94769
LDR Bank Syariah 6 92.4233 8.14066 3.32341
Bank Konvensional 9 73.9611 24.30221 8.10074
Kinerja Bank Syariah 6 92.0000 3.93700 1.60728
Bank Konvensional 9 92.0000 6.00000 2.00000
Sumber: Output SPSS
4.2. Analisis Data Penelitian
Data penelitian dianalisis dengan bantuan software SPSS Ver 17.0. Uji
statistik data yang dipakai dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik
statistik yang berupa uij beda dua rata-rata (independent sample t-test). Hasil
olah data yang dilakukan terhadap data penelitian dengan menggunakan
menunjukkan statistik deskriptif data penelitian, sedangkan tabel kedua
[image:65.612.120.518.186.572.2]menunjukkan hasil uji beda dua rata-rata. Berikut output yang dihasilkan.
Tabel 4.2
Hasil Uji Beda Dua Rata-Rata
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
CAR 4.638 .051 -4.296 13 .001 -9.91389 2.30752
-5.260 8.724 .001 -9.91389 1.88472
NPL 14.272 .002 5.042 13 .000 2.25556 .44731
4.281 5.987 .005 2.25556 .52689
ROA 2.416 .144 -3.609 13 .003 -2.09333 .57996
-3.997 12.927 .002 -2.09333 .52378
ROE 1.926 .189 -.282 13 .782 -1.62278 5.75130
-.253 7.217 .808 -1.62278 6.42019
BOPO .180 .679 2.401 13 .032 8.18666 3.41032
2.285 9.078 .048 8.18666 3.58223
LDR 8.971 .010 1.776 13 .099 18.46222 10.39408
2.109 10.446 .060 18.46222 8.75597
Kinerja 1.020 .331 .000 13 1.000 .00000 2.79461
.000 12.997 1.000 .00000 2.56580
4.3. Analisis Rasio CAR
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel
Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-rata
(mean) rasio CAR sebesar 11,6383%, lebih kecil dibandingkan mean rasio CAR
Bank Konvensional yang sebesar 21,5522%. Hal ini berarti bahwa selama periode
penelitian perbankan konvensional memiliki CAR lebih baik dibandingkan dengan
perbankan syariah, karena semakin tinggi nilai CAR maka semakin bagus
kualitasnya. Akan tetapi, jika mengaju pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa
standar terbaik CAR adalah 8%, maka perbankan syariah masih berada pada kondisi
ideal karena memiliki nilai CAR diatas ketentuan BI.
B. Pengujian Hipotesis
Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa nilai F-hitung untuk CAR adalah 4,638 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,051. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05,
maka Ho diterima atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua
varians sama, maka sebaiknya menggunakan dasar Equal variance assumed
(diasumsi kedua varians sama). Nilai t-hitung untuk CAR dengan Equal variance
assumed (pada baris pertama CAR) adalah -4,296 dengan nilai signifikansi sebesar
dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio CAR maka kinerja perbankan syariah
dan kinerja perbankan nasional terdapat perbedaan yang signifikan.
4.4. Analisis Rasio NPL
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel
Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-rata
(mean) rasio NPL sebesar 2,7300%, lebih besar dibandingkan dari mean rasio NPL
Bank Konvensional yang sebesar 0,4744%. Hal ini berarti bahwa selama periode
penelitian perbankan konvensional memiliki NPL lebih baik dibandingkan denga