Pengaruh Pengaturan Jadwal dan Volume Pemberian Nutrisi
dan Cairan melaluiNGT terhadap Pemenuhan Intake
Nutrisi dan Cairan pada Pasien Gangguan
Gastrointestinal di RSUP. HAM Medan
Sri Mahyunita
Skripsi
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi penelitian
ini.Skripsi penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Sarjana (S1) Keperawatan di Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 dengan Judul “Pengaruh Pengaturan
Jadwal dan Volume Pemberian Nutrisi dan Cairan melalui NGT terhadap
Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan pada Pasien Gangguan Gastrointestinal di
RSUP Haji Adam Malik Medan”. Dalam penyusunan skripsi penelitian ini penulis
banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankan
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.
2. Ibu Erniyati S. Kp, MNS, Pembantu Dekan I (satu) Fakultas Keperawatan USU.
3. Ibu Rosina Tarigan, S.Kep, M.Kep, Sp.KMB, CWCC selaku pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan maupun saran serta
dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf Fakultas Keperawatan USU yang telah
memberikan bekal ilmu dan bimbingan selama penulis dalam pendidikan.
5. Teristimewa kepada ayahanda dan ibunda serta keluarga besarku yang telah
memberikan moril maupun materil dan senantiasa memerikan doa yang tulus untuk
penulis.Terima kasih juga penulis ucapkan untuk saudara-saudaraku tercinta:
Mahyudin Hamdi, Mahyunizar Abdi dan Sri Mahyulizah yang senantiasa
6. Teman-teman S1 Keperawatan Ekstensi Pagi dan Ekstensi Sore Fakultas
Keperawatan USU angkatan 2010/2011 yang telah bekerja sama dalam membantu
penulis menyelesaikan skripsi penelitian ini.
7. Teman-teman terdekat Yunita Dwi Anditra (Yuntex), Melisa Salim, Entin
Manurung, Yessi Ayumi, Henny, Ratna Willis Pohan, Sairomaito Harahap, M. Sukri
Tanjung dan lainnya yang tidak tersebutkan semua yang telah memberikan
dukungan dan semangat selama penyusunan skripsi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi penelitian ini masih terdapat
kekurangan.Hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan
ilmu dan kemampuan penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan
dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi penelitian ini.
Akhir kata kepada-Nya kita berserah diri semoga skripsi penelitian ini dapat
bermanfaat bagi kita semua khususnya dibidang kesehatan. Terima kasih.
Medan, Februari 2012 Penulis
DAFTAR ISI
LEMBARAN PERSETUJUAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
1.3 Pertanyaan Penelitian ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gastrointestinal ... 6
2.1.1 Pengertian Gangguan Gastrointestinal ... 6
2.1.2Klasifikasi ... 6
2.1.3 Patofisiologi ... 6
2.1.4 Manifestasi klinis... 8
2.1.5 Komplikasi ... 9
2.1.6 Penatalaksanaan... 10
2.2Cairan ... 10
2.3Nutrisi... ... 12
2.4 Diit Pada Pasien Gangguan Gastrointestinal ... 16
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nutrisi ... 21
2.6 Penilaian Status Nutrisi secara Langsung ... 23
2.7 Pengaturan Jadwal dan Volume Pemberian Nutrisi dan Cairan ... 27
BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka konseptual ... 28
3.2 Defenisi operasional ... 29
3.3 Hipotesa Penelitian ... 30
BAB IV METODELOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 31
4.2 Populasi dan Sampel ... 31
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 33
4.5 Instrumen Penelitian... 33
4.6 Prosedur Pengumpulan Data ... 34
4.7 Analisa Data ... 35
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 37
5.1.2 Karakteristik Responden ... 38
5.1.3 Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan Sebelum dan Sesudah dilakukan intervensi pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT pada kasus gastrointestinal ... 40
5.1.4 Hasil Pengaruh Pengaturan jadwal volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT ... 40
5.2 Pembahasan ... 41
5.2.1 Karakteristik demografi Responden... 41
5.2.2 Sebelum dilakukan pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT ... 42
5.2.3 Sesudah dilakukan pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT ... 42
5.2.4 Pengaruh Penerapan Pengaturan Jadwal dan Volume sebelum dan sesudah intervensi ... 43
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 44
6.2 Rekomendasi ... 44
6.2.1 Rekomendasi terhadap penelitian selanjutnya ... 44
6.2.2 Rekomendasi bagi praktek keperawatan ... 44
6.2.3 Rekomendasi bagi Pendidikan Keperawatan ... 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Surat Penelitian dari Fakultas dan Rumah Sakit 2. Lembaran Persetujuan Responden
3. Lembaran Checklis data demografi
4. Protap Langkah Pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT.
5. Petunjuk pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT
6. Lembar pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan 7. Instrumen Penelitian
DAFTAR TABEL
2.1 Penggolongan keadaan gizi menurut indeks antropometri ... 24 2.2 Kategori Ambang Batas IMT ... 26 3.1 Definisi Operasional ... 29 5.1 Distribusi frekuensi, dan persentase karakteristik demografi
responden N=13 ... 39 5.2 Lembar Observasi Pre dan Post Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan ... 40 5.3 Hasil dari pengukuran sebelum dan sesudah pengaturan jadwal
DAFTAR SKEMA
Judul : Pengaruh Pengaturan Jadwal dan Volume Pemberian
Nutrisi dan Cairan melalui NGT terhadap Pemenuhan Intake
Nutrisi dan Cairan pada Pasien Gangguan Gastrointestinal di
RSUP Haji Adam Malik
Nama Mahasiswa : Sri Mahyunita
NIM : 101121085
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2012
Abstrak
Gangguan Gastrointestinal adalah suatu kelainan atau penyakit pada jalan makanan/pencernaan.Mual muntah adalah gejala utama penyakit gastrointestinal, muntah biasanya didahului dengan mual. Penderita Gangguan Gastrointestinal yang hebat biasanya diberi makanan yang khusus guna mengimbangi cairan dan zat gizi yang hilang. Salah satu cara khusus untuk memberikan makan kepada orang sakit adalah pemberian makanan menggunakan NGT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada pasien gangguan gastrointestinal. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi pre dan post dan data demografi pasien terhadap pengaturan jadwal dan volume. Penelitian ini dilakukan di RSUP HAM ruangan RA1 dan RA2 dengan jumlah sampel sebanyak 13 orang dengan diagnosa gangguan gastrointestinal yang menggunakan NGT. Desain penelitian Quasi Eksperimen dengan One Group Pretest-Posttest. Data demografi yang didapat rentang usia 50-59 tahun (46,1%), jenis kelamin perempuan (69,2%), agama Islam (61.5%), suku Batak (46.1%), pendidikan SMA (53.8%), pekerjaan Wiraswata (38.4%). Hasil uji analisis paired t test pre dan post menunjukkan bahwa nilai p: 0.000 (<0.005) yang artinya terdapat perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan. Saran penelitian memberikan pengetahuan kepada perawat khususnya perawat yang bekerja di ruang RA1 dan RA2 agar dapat mengaplikasikan atau mengatur jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan dengan benar melalui NGT.
Judul : Pengaruh Pengaturan Jadwal dan Volume Pemberian
Nutrisi dan Cairan melalui NGT terhadap Pemenuhan Intake
Nutrisi dan Cairan pada Pasien Gangguan Gastrointestinal di
RSUP Haji Adam Malik
Nama Mahasiswa : Sri Mahyunita
NIM : 101121085
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2012
Abstrak
Gangguan Gastrointestinal adalah suatu kelainan atau penyakit pada jalan makanan/pencernaan.Mual muntah adalah gejala utama penyakit gastrointestinal, muntah biasanya didahului dengan mual. Penderita Gangguan Gastrointestinal yang hebat biasanya diberi makanan yang khusus guna mengimbangi cairan dan zat gizi yang hilang. Salah satu cara khusus untuk memberikan makan kepada orang sakit adalah pemberian makanan menggunakan NGT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada pasien gangguan gastrointestinal. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi pre dan post dan data demografi pasien terhadap pengaturan jadwal dan volume. Penelitian ini dilakukan di RSUP HAM ruangan RA1 dan RA2 dengan jumlah sampel sebanyak 13 orang dengan diagnosa gangguan gastrointestinal yang menggunakan NGT. Desain penelitian Quasi Eksperimen dengan One Group Pretest-Posttest. Data demografi yang didapat rentang usia 50-59 tahun (46,1%), jenis kelamin perempuan (69,2%), agama Islam (61.5%), suku Batak (46.1%), pendidikan SMA (53.8%), pekerjaan Wiraswata (38.4%). Hasil uji analisis paired t test pre dan post menunjukkan bahwa nilai p: 0.000 (<0.005) yang artinya terdapat perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan. Saran penelitian memberikan pengetahuan kepada perawat khususnya perawat yang bekerja di ruang RA1 dan RA2 agar dapat mengaplikasikan atau mengatur jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan dengan benar melalui NGT.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Gastrointestinal ialah suatu kelainan atau penyakit pada jalan
makanan/pencernaan. Penyakit Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan
penyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster), usus halus (intestinum),
usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris) dan
pankreas(Sujono Hadi, 2002).
Perdarahan merupakan gejala awal dari penyakit Gastrointestinal dalam
30% pasien. Hematemesis adalah muntah darah. Perdarahan biasanya proksimal
dari ligamentum Treitz, kemungkinan dengan melena konkuren. Muntah yang
berwarna seperti ampas kopi menandakan perdarahan yang lebih pelan. Melena
adalah tinja yang gelap. Dapat diproduksi sebanyak 50 Ml dan dapat berlangsung
5 hari setelah akhir perdarahan. Biasanya timbul dari perdarahan Gastrointestinal
atas(Linda Chandranata, 2000).
Perdarahan yang sering ditemukan digastrointestinal yaitu perdarahan
saluran makan. Perdarahan saluran makan dapat dibagi dua pokok, yaitu
perdarahan saluran makan atas (SMBA) berupa hematemesis dan melena, serta
perdarahan saluran makan bawah (SMBB) yaitu berupa pseudo-melena dan
hematokezia. Telah banyak laporan yang membahas mengenai perdarahan saluran
makan, baik dalam negeri maupun keluar negeri, antara lain: Hilmi dan
kawan-kawan (1971) melaporkan kejadian perdarahan saluran makan bagian atas pada
Mangunkusumo Jakarta, Djajapranata (1973), melaporkan 471 kasus hematemesis
dan melena selama priode 1969-1971 di RS Dr. Sutomo Surabaya, Abdurachman
dan Hadi (1975) melaporkan hasil penelitiannya selama 5 tahun dari tahun 1970
s/d 1974, menemukan 224 kasus hematemesis dan melena di RS Hasan Sadikin
Bandung (Sujono Hadi, 2002). Menurut survey awal yang dilakukan peneliti di
rumah sakit umum pusat Haji Adam Malik Medan selama priode April sampai
Mei 2010 terdapat 133 pasien yang menderita penyakit gastrointestinal.
Mual muntah adalah gejala utama lain penyakit gastrointestinal, muntah
biasanya didahului dengan mual, yang dapat dicetuskan oleh bau, aktivitas, atau
masukan makanan. Muntah dapat bervariasi isi dan warnanya. Muntah dapat
berisi partikel makanan yang tidak tercerna atau darah (hematemesis). Bila ini
terjadi segera setelah perdarahan, muntah berwarna merah terang. Bila darah
tertahan dalam lambung, akan berubah menjadi warna kopi karena kerja enzim
pencernaan(Brunner & Suddarth, 2002).
Kesulitan menelan terjadi baik pada bentuk makanan padat maupun cairan,
terutama bila terjadi refluks nasal, berarti adanya kelainan saraf (neuromuscular
disorder). Kesulitan meneruskan makanan dari mulut kedalam lambung biasanya
disebabkan oleh kelainan dalam tenggorokan biasanya infeksi atau tumor di
oropharynx, larynx, spasme dari oto cricopharynx. Rasa terhentinya makanan
didaerah retrosternal setelah menelan makanan, biasanya disebabkan kelainan
dalam esofagus sendiri, yaitu timbulnya regurgitasi, refluks asam, rasa nyeri
didada yang intermiten, misalnya pada akhalasia, karsinoma esofagus, spasme
Pemberian nutrisi melalui pipa lambung dilakukan pada pasien yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan nutrisi peroral atau adanya gangguan fungsi
menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut. Mual sampai
muntah disebabkan oleh peningkatan produksi asam lambung sehingga
menimbulkan masalah volume pemenuhan nutrisi dan cairan. Pola defekasi
biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus (Arif Muttaqin,
2008). Pemberian makan siklik adalah pemberian makan berkelanjutan yang
diberikan kurang dari 24 jam (mis 12 sampai 16 jam) agar kebutuhan nutrisi
terpenuhi( Kozier, 2010).
Penderita Gangguan Gastrointestinal yang hebat biasanya diberi makanan
yang khusus guna mengimbangi cairan dan zat gizi yang hilang. Salah satu cara
khusus untuk memberikan makan kepada orang sakit dalam keadaan seperti ini
adalah pemberian makanan dengan menggunakan NGT. Komposisi makanan
dapat dibagi menjadi enam kali pemberian. Pada penderita penyakit saluran
pencernaan yang baru selasai operasi, pemberian makanan cair juga bertujuan
menunjang tindakan operasi yang diperlukan (Sjahmien Moehyi, 2000)
Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di atas tentang pentingnya
pemenuhan nutrisi pada pasien gastrointestinal. Peneliti tertarik untuk meneliti
Pengaruh Pengaturan Jadwal dan Volume Pemberian Nutrisi dan Cairan melalui
NGT terhadap Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan pada Pasien Gangguan
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan rumusan
masalah penelitian ini adalah apakah pengaturan jadwal dan volume pemberian
nutrisi dan cairan melalui NGTberpengaruh terhadap pemenuhan intake nutrisi
dan cairan pada pasien gangguan gastrointestinal ?
1.3 Pertanyaan Penelitian
1.3.1. Bagaimana pemenuhan intake nutrisi dan cairan sebelum intervensi pada
pasien gangguan gastrointestinal ?
1.3.2. Bagaimana pemenuhan intake nutrisi dan cairan sesudah intervensi pada
pasien gangguan gastrointestinal ?
1.3.3 Apakah ada Pengaruh Pengaturan Jadwal dan Volume Pemberian Nutrisi
dan Cairan melalui NGT terhadap Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan pada
Pasien Gangguan Gastrointestinal sesudah dilakukan intervensi?
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan penelitian dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Untuk mengetahui pengaruh pengaturan jadwal dan volume pemberian
nutrisi dan cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pemenuhan intake nutrisi dan cairan sebelum intervensi pada
pasien gangguan gastrointestinal.
2. Mengidentifikasi pemenuhan intake nutrisi dan cairan sesudah intervensi pada
pasien gangguan gastrointestinal.
3. Mengidentifikasi Pengaruh Pengaturan Jadwal dan Volume Pemberian Nutrisi
dan Cairan melalui NGT terhadap Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan pada
Pasien gangguan Gastrointestinal.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil yang diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi institusi
pandidikan keperawatan di bidang medikal bedah.
1.5.2 Manfaat Bagi Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi yang dapat
menambah pengetahuan pelayanan keperawatan dalam pengaturan jadwal
dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGTterhadap
pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada pasien gangguan
gastrointestinal.
1.5.3 Manfaat Bagi Penelitian Keperawatan
Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
serta pemahaman bagi peneliti keperawatan mengenai asuhan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1Gastrointestinal
2.1.1Pengertian Gangguan Gastrointestinal
Gastrointestinal ialah suatu kelainan atau penyakit pada jalan
makanan/pencernaan. Penyakit Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan
penyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster), usus halus (intestinum),
usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris) dan pankreas
(Sujono Hadi, 2002).
Pencernaan makanan ialah suatu proses biokimia yang bertujuan mengolah
makanan yang dimakan menjadi zat-zat yang mudah dapat diserap oleh
selaput-selaput lendir usus, bilamana zat-zat tersebut diperlukan oleh badan(Sujono Hadi,
2002)
2.1.2 Klasifikasi
Menurut Linda Chandranata (2000) Klasifikasi gastrointestinal dibagi
menjadi dua yaitu Gastrointestinal atas seperti gangguan nafsu makan, mual
muntah dan Gastronitestinal bawah yaitu konstipasi, diare. Penyakit gangguan
gastrointestinal yang termasuk yaitu Gangguan esofagus, gangguan lambung dan
usus, neoplasma intestinal dan proses inflamasi, trauma abdomen, gangguan
hepatik dan billiaris.
2.1.3 Patofisiologi
Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah dimana makanan
enzim-enzim pencernaan. Makan, atau bahkan melihat, mencium, atau mencicip
makanan dapat menyebabkan refleks salivasi. Saliva adalah sekresi pertama yang
kontak dengan makanan. Saliva disekresi dalam mulut melalui kelenjar saliva
pada kecepatan kira-kira 1,5 L setiap hari. Saliva juga mengandung mukus yang
membantu melumasi makanan saat dikunyah, sehingga memudahkan menelan.
Dua pusat dalam inti retikularis medula oblongata adalah zona pencetus
kemoreseptif yaitu uremia, emesis yang diinduksi oleh obat, emesis karena radiasi
dan pusat yang terintegrasi. Jaras eferen muncul dari hampir semua tempat tubuh.
Jaras vagal adalah sangat penting, tetapi vagotomi tidak menghilangkan muntah .
jaras eferen empatik yang memperantarai muntah berkaitan dengan distensi
abdomen.
Muntah terjadi bila kedua jaras eferen somatik dan viseral menyebabkan
penutupan glotis, kontraksi diagfragma mempunyai pilorus dan relaksi lambung
diikut i oleh kontraksi peristaltik yang berjalan dari lambung tengah keujung
insisura dengan kontraksi abdmen, diagfragma, dan interkosta, muntah berkaitan
dengan tanda dan gejala cetusan otonom. Seamua ada kaitan dengan gangguan
traktus gastrointestinalis, terutama obstruksi, dengan obstruksi tinngi akut
menyebabkan muntah dini. Kekacauan otonom, obat-obatan gangguan
psikogenik, dan penelanan bahan-bahan yang berbahaya merupakan menyebab
lain yang sering.
Faktor-faktor yang mengurangi pasokan darah dan penghantar oksigen ke
medula (renjatan, oklusi vaskular, peningkatan tekanan intrakranial). Dapat
sentral langsung atau dengan iritasi mukosa lambung. Pola muntah mendadak,
sering kali proyektil tanpa didahului mual, sangat kuat menunjukkan penyebab
sentral. Konsekuensi muntah metabolik, dengan muntah hebat terjadi
hipovolemia, hipokalemia, dan alkalosis metabolik serta deplesi natrium total.(
Linda Chandranata, 2000)
2.1.4 Manifestasi Klinis
Menurut Linda Chandranata (2000), manifestasi klinis gastrointestinal yaitu:
a. Keluhan pada mulut, bau mulut yang tidak sedap, atau rasa tidak enak atau rasa
pahit pada mulut, rasa tidak enak pada mulut yang menetap biasanya
disebabkan karena keluhan psikhis.
b. Anoreksia, keluhan nafsu makan menurun dapat ditemukan pada semua
penyakit, termasuk juga penyakit saluran makan.
c. Disfagia, merupakan keluhan yang disebabkan kelainan pada esofagus, yaitu
timbulnya kesulitan pada waktu menelan makanan atau cairan. Kesulitan
menelan terjadi baik pada bentuk makanan padat maupun cairan, terutama bila
terjadi refluks nasa, berarti adanya kelainan saraf (neuromuscular disorder).
Kesulitan meneruskan makanan dari mulut kedalam lambung biasanya
disebabkan oleh kelainan dalam tenggorokan biasanya infeksi atau tumor di
oropharynx, larynx, spasme dari oto cricopharynx. Rasa terhentinya makanan
didaerah retrosternal setelah menelan makanan, biasanya disebabkan kelainan
dalam esofagus sendiri, yaitu timbulnya regurgitasi, refluks asam, rasa nyeri
didada yang intermiten, misalnya pada akhalasia, karsinoma esofagus, spasme
d. Nausea, beberapa rangsangan yang dapat menimbulkan rasa mual, rasa mual
diantaranya adalah: rasa nyeri dalam perut, rangsangan labirin, daya ingat yang
tak menyenangkan.
e. Vomitus, timbulnya muntah-muntah sebagai akibat karena kontraksi yang kuat
dari antrum dan pilorus dan timbulnya anti peristaltik yang kuat pada antrum
dengan disertai relaksasi dari otot-otot spinghter kardia, disusul melebarnya
esofagus dan menutupnya glotis.
f. Nyeri tekan, kekakuan, demam, massa yang dapat diraba, bising usus berubah,
perdarahan gastrointestinal, defisit nutrisional, ikterus dan tanda disfungsi
hepar.
2.1.5 Komplikasi
Menurut Linda Chandranata (2000)komplikasi dari gastrointestinal adalah:
a. Kanker esofagus, meliputi disfagia,tidak bisa makan dan perasaan penuh di
perut adalah tidak jelas dan dapat dihubungkan dengan beberapa kondisi lain.
Gejala-gejala ini dapat dengan mudah dihubungkan dengan konsumsi tipe
makanan tertentu (pedas, gorengan, dll)
b. Kanker lambung, rasa tidak nyaman epigastrik, tidak bisa makan dan perasaan
gembung setelah makan.. ini adalah gejala semu yang dengan mud ah
dikaitkan dengan kegagalan lambung.
c. Kanker pankreas, penurunan barat badan, ikterik dan nyeri daerah punggung
atau epigastrik adalah triad gejala yang umum.
d. Kanker hepar, nyeri abdomen yang sangat sakit , tumpul, dan pada kuadran
sakit saat posisi tidur miring kekanan dan mungkin menyebar keskapula
kanan.
e. Kanker kolorektal, perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi,
perubahan dalam penampilan fesestenesmus, anemia, dan perdarahan rektal
merupakan keluhan utama yang mungkin mengindikasikan adanya kanker
kolorektal.
2.1.6 Penatalaksanaan
Menurut Linda Chandranata (2000), penatalaksanaan penyakit gastrointestinal
yaitu:
a. Pemeriksaan saluran Gastrointestinal atas, seri gastrointestinal atas
memungkinkan pemeriksa untuk mendeteksi atau melihat adanya
ketidakdaruratan anatomi atau fungsi organ gastrointestinal atas atau sfingter,
ini juga membantu dalam mendiagnosis ulkus, varises, tumor, enteritis
regional, dan sindrom malabsorbsi.
b. Pemeriksaan saluran gastrointestinal bawah, untuk mendeteksi adanya polip,
tumor, dan lesi lain dari usus besar serta untuk mendemontrasikan adanya
anatomi abnormal atau malfungsi dari usus.
c. Pembedahan.
2.2 Cairan
Dalam tubuh seorang individu yang sehat sekitar 60% dari berat badannya
terdiri dari air dan secara umum dianggap terdapat dalam dua kompartemen utama
yaitu cairan intraselular dan ekstraselular. Kompartemen cairan ekstraselular dapat
air tubuh adalah cairan intraselular dan sisanya adalah cairan ekstraselular ; 2/3
dari cairan ekstraselular adalah cairan intertisial dan sisanya cairan
intravaskulelar.
Jadi, dalam tubuh seseorang dewasa normal dengan berat badan 70 kg
mengandung cairan tubuh kurang lebih 42 liter, 26,04 liter adalah cairan
intraselular dan 15,96 liter cairan ekstraselular, 12,6 liter adalah cairan interstitial
dan 3,36 liter adalah cairan intravascular (volume plasma) (Norman Muirhead,
2000). Pada orang tua, total body water (TBW) menyusun sekitar 45% sampai
50% berat badan (Narins,1994 dalam buku Sylvia A. Price & dkk, 2006). Setiap
orang mempunyai kebutuhan cairan berbeda-beda. Contoh: dalam tubuh
seseorang dewasa normal dengan berat badan 70 kg, cairan dalam tubuh 60%
maka mengandung cairan tubuh kurang lebih 42 liter. Berat badan 70 kg dibagi
jumlah cairan tubuh 42 menghasilkan 0,6 liter/kg (1 L = 1000 cc; 600cc). Jadi
cairan tubuh yang perlu ditambah agar sesuai dengan kebutuhan adalah 4
ml/KgBB. (Graber, 2003).
Menurut Graber (2003), kebutuhan cairan dalam tubuh setiap orang
berbeda-beda dengan rumus 4 : 2 : 1 dimana rumatan/biasa tanpa dehidrasi, 10 kg
pertama : 4 Ml/Kg/jam ; 11 – 20 Kg : ± 2 Ml/Kg/jam ; > 20 Kg : ± 1 Ml/Kg/jam.
Sebagai contoh berat badan seseorang 60 Kg = ( 4 x 10 ) + ( 2 x 20 ) + ( 1 x 30 ) =
40 + 40 + 30 = 110 Kg/ 1 jam = 2640/24 jam.
Pengertian dari cairan tubuh adalah air dan unsur-unsurnya yang
diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh. Unsur selain air contohnya adalah ion
dua macam, yaitu cairan yang berada di dalam sel (intraseluler) dan cairan yang
berada di luar sel (ekstraseluler). Cairan intraseluler mengisi sitoplasma dan cairan
ekstraseluler mengisi ruang antar sel dan rongga pembuluh darah. Dalam situasi
normal, kadar cairan dalam tubuh kita berada dalam keseimbangan.
Keseimbangan cairan tubuh memiliki perngertian bahwa jumlah cairan yang
masuk dan yang keluar memiliki jumlah yang sama. Hal ini juga menunjukka n
bahwa jumlah cairan yang ada dalam tubuh akan selalu konstan. Proses fisiologis
tubuh untuk menyeimbangkan cairan dan elektrolit yang ada dalam tubuh inilah
yang dinamakan dengan homeostatis.
Sumber cairan tubuh, cairan pada tubuh kita sebagaimana telah
deskripsikan secara singkat di atas bersumber dari: air minum (1500-2000cc/hari),
air yang ada dalam makanan (700cc/hari), air yang dihasilkan oleh proses
metabolisme (200cc/hari). Jadi total kira-kira ada 2400-2900 cc cairan yang
masuk pada tubuh kita tiap hari. Sedangkan cairan keluar dari tubuh, ekskresi
ginjal, berupa urine (1400-1900 cc/hari), udara ekspirasi pernafasan, berbentuk
uap air (350 cc/hari), kulit ada dua macam: a. difusi (350cc/hari) b. keringat (100
cc/hari), air dalam feces atau tinja (200 cc/hari). Jadi total ada sekitar 2400-2900
cc cairan yang keluar dari tubuh tiap harinya. Jumlah cairan yang masuk dan
keluar memiliki jumlah yang sama pada keadaan normal.
2.3Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktifitas penting dalan tubuh dan
mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. ( Tarwoto &
Wartonah, 2010)
Nutrisi adalah jumlah semua interaksi antara suatu organisme dan
makanan yang dikonsumsinya. Dengan kata lain, nutrisi adalah sesuatu yang
dimakan seseorang dan bagaimana tubuh menggunakannya. (Kozier, 2010)
Jenis-jenis Nutrisi
Air, air merupakan sumber kehidupan yang utama bagi makhluk hidup.
Air meliputi 60%-70% berat badan individu dewasa dan 80% berat badan
bayi.Fungsi air bagi tubuh adalah untuk membantu proses/ reaksi kimia dalam
tubuh serta mengontrol suhu tubuh.
Karbohidrat, karbohidratadalah kelompok nutrien yang penting dalam susunan
makanan.Senyawa ini mengandung unsur karbon, hidrogen dan oksigen.
Jenis-jenis Karbohidrat: Monosakarida, Disakarida, Polisakarida
Dalam hal ini, ukuran molekul polisakarida adalah yang paling besar dan
termasuk ke dalam golongan senyawa nongula. Sedangkan monosakarida dan
disakarida termasuk dalam golongan senyawa gula.
Fungsi Karbohidrat, Sebagai sumber energi, Sebagai penghasil lemak, Sebagai
pasangan protein, Sumber Karbohidrat
Serealia dan makanan yang terbuat dari serealia, Gula murni (sukrosa) Sayuran
Protein, Protein merupakan kelompok nutrien yang sangat penting bagi makhluk
hidup.Senyawa ini dijumpai pada semua sitoplasma semua sel hidup, baik hewan
maupun tumbuhan. Protein akan dihidrolisis oleh enzim-enzim proteolitik.
Fungsi protein, Protein menggantikan protein yang hilang, Protein menghasilkan
jaringan baru, Protein diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang baru,
Protein sebagai sumber energi.
Sumber protein dalam susunan makanan
Kebutuhan protein dapat diperoleh dari sumber pangan hewani dan
nabati.Kandungan protein pangan hewani lebih tinggi dibandingkan pangan
nabati.
Sumber protein ini dapat diperoleh dari daging, ikan, roti, serealia, susu, keju,
telur, dan sayuran.
Lemak, Lemak adalah suatu senyawa yang mengandung unsur karbon, hidrogen,
dan oksigen.Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan.
Lemak dan minyak terdiri atas gabungan gliserol dan asam-asam lemak.
Fungsi lemak:Sebagai sumber energi, Ikut serta membangun jaringan tubuh,
Perlindungan, Penyekatan/isolasi, Perasaan kenyang, Vitamin larut dalam lemak.
Sumber lemak dalam diet:
Daging, ikan, mentega, margarine, susu, krim, keju, makanan panggang, minyak
dan lemak untuk memasak, telur, serta makanan lain (mis., es krim, cokelat,
kembang gula, biji-bijian, dan kuah salad). Sayur-sayuran dan buah-buahan
Vitamin, Vitamin adalah bahan organik yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan
berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme tubuh.
Jenis-jenis Vitamin
Vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E, K, Vitamin larut air yaitu vitamin B
dan C .
Vitamin A (Retinol): Vitamin A dijumpai pada minyak ikan, hati, mentega, susu,
keju, telur, serta minyak nabati.
Fungsi Vitamin A : Mendukung pertumbuhan dan Metabolisme sel-sel tubuh,
Membantu pembentukan rodopsin, Memelihara kesehatan jaringan permukaan,
Mendukung perkembangan dan pertumbuhan tulang yang baru memiliki sifat
antikanker
Vitamin D: Vitamin D terdapat pada hati ikan, telur, mentega, hati, keju, dan susu.
Fungsi vitamin D : Untuk pertubuhan dan pemeliharaan tulang dan gigi,
Membantu absorbsi kalsium oleh usus dan penyerapan kalsium dan fosfor oleh
tulang dan gigi.
Vitamin E: Bahan makanan yang mengandung vitamin E antara lain biji gandum,
sayuran hijau, dan minyak sayur.
Fungsi vitamin E bagi tubuh untuk membantu memelihara struktur sel dan
membantu pembentukan sel darah merah.
Vitamin K: Bahan makanan yang mengandung vitamin K antara lain sayuran
hijau, hati, kacang kedelai. Vitamin K sangat penting untuk membantu
Vitamin B: Senyawa yang termasuk vitamin B antara lain :Tiamin (vitamin B1),
Riboflavin (vitamin B2), Asam nikotinat.
Vitamin C: Vitamin ini banyak ditemukan di hampir semua bahan pangan nabati
seperti sayuran dan buah-buahan segar. Fungsi vitamin C adalah mendukung
pembentukan semua jaringan tubuh.
Mineral, Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim
dan sangat penting dalam pengendalian sistem cairan tubuh.
Fungsi mineral : Konstituen tulang dan gigi, Pembentukan garam-garam yang
larut dan mengendalikan komposisi cairan tubuh, Bahan dasar enzim dan protein.
2.4 Diit pada pasien Gangguan Gastrointestinal
Makanan khusus diberikan juga pada pasien dengan gangguan sistem
tubuh, hal ini diberikan untuk memenuhi kebutuhan intake nutrien yang adekuat.
Diit diberikan pada pasien dengan gangguan pada sistem pencernaan, endokrin,
kardiovaskuler, perkemihan dan gangguan metabolisme. Jenis diit yang termasuk
dalam diit gangguan sistem pencernaan yaitu diit lambung, diit rendah sisa, dan
diit tinggi serat.
2.4.1 Diit lambung, Pemberian diit lambung ini bertujuan memberikan makanan
yang adekuat, tidak merangsang, dapat mengurangi pengeluaran sekresi lambung
dan dapat menetralkan kelebihab asam hidroklorid. Diit ini diberikan pada pasien
dengan ulkus peptikum, esofagitis, thipus abdominalis, dan pasien paska bedah
Syarat-syarat pemberian diit lambung, yaitu: Mudah dicerna, porsi makan yang
diberikan sedikit dengan frekuensi sering, Cukup protein untuk mengganti
jaringan rusak, Makanan tidak merangsang secara mekanis, termis dan kimia
lambung, Makanan memenuhi kebutuhan gizi normal secara bertahap
Jenis diit lambung
Diit lambung I, Diit ini diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum akut, ulkus
peptikum disertai perdarahan, esofagitis, gastritis akut, dan thypus abdominalis
berat.
Bahan makanan yang diberikan berupa susu bubur susu yang diberikan hanya 2
hari karena makanan ini membosankan dan kandungan kalorinya, zat besi,
thiamin, dan vitamin C sangat kurang. Cara pemberian diit ini dilakukan tiap 3
jam dengan porsi kecil.
Diit lambung II, Diit ini diberikan sebagai peralihan dari diit lambung 1, dimana
kondisi pada fase akut telah diatasi, pada pasien dengan thypus abdominalis
dengan suhu tinggi, dan klien dengan paska bedah saluran pencernaan tertentu.
Makanan ini diberikan selama beberapa hari saja, karena membosankan pasien.
Bentuk makanan yang diberikan makanan saring atau cincang dalam waktu 3 jam.
Diit lambung III, Diit ini diberikan sebagai peralihan dari diit lambung II, atau
diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum ringan, thypus abdominalis dengan
suhu tunuh yang sudah kembali normal. Kandungan makanan yang ada yaitu
cukup kalori, protein, mineral, vitamin C, tetapi kurang thiamin. Bentuk makanan
Diit lambung IV, Diit lambung ini diberikan sebagai makanan peralihan dari diit
lambung III atau pasien yang mengalamiulkus peptikum ringan, gastritis ringan,
esofagitis ringan dan thypus abdominalis masa penyembuhan. Kandungan
makanan pada diit ini cukup kalori dan semua zat-zat gizi. Bentuk makanan yang
diberikan adalah makanan lunak dan biasa.
2.4.2 Diit rendah sisa, Diit rendah sisa diberikan untuk memberikan makanan
yang cukup dan meminimalkan rangsangan organ pencernaan dan meminimalkan
sisa buangan.
Syarat-syarat pemberian diit ini adalah makanan mudah dicerna, todak
merangsang pencernaan secara mekanis, termis, dan kimia, yakni : Makanan
tinggi serat, Makanan tidak terlalu panas dan terlalu dingin, makanan tidak tinggi
lemak, tidak terlalu manis, tidak terlalu asam dan tidak terlalu berbumbu
merangsang, makanan lunak.
Diit rendah sisa diberikan pada pasien dengan diare berat, ileitis, colitis serosa,
diverkulitis akut, obstruksi sebagian saluran cerna, preoperasi dan postoperasi
hemorrhoid berat, kolon dan rektum.
Dua tingkatan diit rendah sisa yaitu:
Diit rendah sisa I, Bentuk makanan diit rendah sisa yaitu saring. Serat dan
bumbu tidak banyak. Lemak dan gula dalam jumlah terbatas. Susu dihindari. Diit
rendah sisa I diberikan hanya beberapa hari karena asupan kalori, protein,
kalsium, zat besi, thiamin, dan vitamin C rendah.
Nilai gizi yang diberikan : Jumlah kalori 1260 g
Protein 39 g
Lemak 48 g
Karbohidrat 173 g
Kalsium (Ca) 0,3 g
Zat basi (Fe) 7,0 g
Vitamin A 2330 Sl
Thiamin 0,5 mg
Vitamin C 98 mg
Makanan yang dapat diberikan antara lain:
Sumber karbohidrat: beras bubur disaring, roti dibakar, macaroni, mie, bihun
direbus, biskuit, kraker, tepung-tepungan dibubur atau dibuat puding.
Sumber protein hewani; daging, hati digiling halus, ikan dicincang, telur direbus,,
telur ditim, diceplok air dan dicampur makanan dan minuman
Sumber protein nabati: tahu ditim atau direbus
Lemak:margarine, dan mentega dalam jumlah terbatas
Sayuran: sari sayuran
Buah-buahan: air jeruk
Minuman: teh, sirup, kopi encer
Bumbu-bumbu : garam, vetsin, gula.
Diit rendah sisa II, Diit ini diberikan sebagai peralihan dari diit rendah sisa I
ataudiberikan pada pasien dengan diare kronis. Bentuk makanan pada diit ini
jumlah terbatas, namun bumbu yang merangsang tidak diperbolehkan. Diit ini
mengandung cukup kalori dan senua nutrien.
Nilai Gizi yang diberikan : Jumlah kalori 1890 g
Golongan Takaran
Protein 60 g
Lemak 58 g
Karbohidrat 281 g
Kalsium (Ca) 0,8 g
Zat Besi (Fe) 17,5 mg
Vitamin A 6054 Sl
Thiamin 0,8 mg
Vitamin C 110 mg
2.4.3 Diit tinggi serat, Diit ini diberikan bertujuan merangsang peristaltic usus
untuk mengembalikan defekasi normal. Diit ini diberikan pada pasien dengan
obstipasi dan penyakit divertikular.
Syarat-syarat pemberian diit ini:
Makanan cukup kalori dan protein, makanan mengandung tinggi vitamin terutama
thiamin, vitamin B Komples dan mineral, makanan tinggi serat dan dapat
merangsang peristaltik usus, banyak air sebanyak 2-2,5 liter sehari.
Nilai gizi yang diberikan: jumlah kalori 2296 g
Golongan Takaran
Protein 83 g
Karbohidrat 363 g
Kalsium (Ca) 0,8 g
Zat basi (Fe) 27,3 g
Vitamin A 16788 Sl
Thiamin 1,2 mg
Vitamin C 164 mg
Sumber makanan yang dapat merangsang peristaltik usus antara lain:
Karbohidrat: beras tumbuk,beras ketan hitam, jagung, ubi dan singkong.
Sayuran: yang menimbulakn gas, seperti kol dan sawi
Buah-buahan: jambu biji, apel anggur, pir dan sebagainya
Minyak: makanan yang digoreng atau diberi santan atau makanan lain dengan
menggunakan minyak
Gula dan susu
Bumbu yang merangsang seperti cabe dan merica (Astuti Widya, 2011)
2.5 Faktor-faktor yang memengaruhi nutrisi:
Walaupun kandungan nutrisi dalam makanan adalah pertimbangan penting
dalam merencanakan diet, pilihan makanan dan kebiasaan individu sering kali
menjadi faktor utama yang memengaruhi asupan makanan aktual. Kebiasaan
makan di pengaruhi oleh pertimbangan perkembangan, jenis kelamin, etnis dan
budaya, keyakinan mengenai makanan, pilihan pribadi, praktik keagamaan, gaya
hidup, medikasi dan terapi, kesehatan, konsumsi alkohol, iklan, dan faktor
a. Perkembangan
Individu yang sedang berada dalam masa pertumbuhan yang cepat (yaitu,
masa bayi dan remaja) memiliki kebutuhan zat gizi yang meningkat. Disisi lain
lansia memerlukan lebih sedikit kalori dan perubahan diet mengingat risiko
penyakit jantung koroner, osteoporosis dan hipertensi.
b. Jenis kelamin
Kebutuhan zat gizi berbeda bagi pria dan wanita karena komposisi tubuh
dan fungsi reproduksi. Massa otot yang lebih besar pada pria menjelaskan
besarnya kebutuhan kalori dan protein. Karena menstruasi, wanita memerlukan
lebih banyak zat besi dibandingkan pria sebelum menopouse. Wanita hamil dan
menyusui memiliki peningkatan kebutuhan kalori dan cairan.
c. Gaya hidup
Gaya hidup tertentu dikaitkan dengan prilaku terkait makanan. Orang yang
selalu terburu-terburu membeli bahan makanan cepat saji atau memakan makanan
restoran. Orang yang meluangkan banyak waktu dirumah mugkin memerlukan
waktu untuk mempersiapkan makanan ”lebih detail”. Perbedaan individual juga
memengaruhi pola gaya hidup (mis, keterampilan memasak, perhatian mengenai
kesehatan). Beberapa orang bekerja di waktu yang berbeda, seperti jam kerja sore
atau malam hari. Mereka mungkin perlu mengadaptasi kebiasaan makan dengan
jam kerja sore atau malam hari.
d. Kesehatan
Status kesehatan individu sangat memengaruhi kebiasaan makan dan
makanan. Kesulitan menelan (disfagia) akibat inflamasi tenggorokan yang
menyakitkan atau karena striktur esofagus dapat menghambat seseorang untuk
mendapatkan nutrisi yang memadai. Proses penyakit dan pembedahan saluran
gastrointestinal dapat memengaruhi pencernaan absorpsi, metabolisme, dan
eksresi zat gizi yang esensial.batu empedu yang dapat menghambat aliran
empedu, merupakan penyebab umum terjadinya gangguan pencernaan lipid.
Proses metabolik dapat terganggu oleh penyakit hati. Penyakit pankreas dapat
memengaruhi metabolisme glukosa atau pencernaan lemak.
2.6 Penilaian Status Nutrisi Secara Langsung
1. Antropometri
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi.Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan beberapa
parameter seperti ukuran tunggal dari tubuh manusia antara lain: umur, berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
pinggul, dan tebal lemak dibawah kulit (Supariasa, 2002).
Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi
adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U),
dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).Penilaian status gizi dengan
antropometri banyak digunakan dalam berbagai penelitian atau survey, baik
survey secara luas dalam skala nasional maupun survey untuk wilayah terbatas
menurut indeks antropometri adalah seperti yang tercantum dalam tabel 2 berikut
ini:
Tabel 2.1: Penggolongan keadaan gizi menurut indeks antropometri
Status Gizi Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan indeks
Beberapa indeks antrometri antara lain:
a. Berat badan menurut umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran masa
tubuh.Masa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak,
misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan dan
menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.Berat badan adalah parameter
antropometri yang sangat labil.
b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal.Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
bertambahnya umur.Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif
kurang sensitif terhadap kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh
defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif
lama.
Berat badan memliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan
tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jellife pada tahun 1966 telah
memperkenalkan indeks ini untuk menilai status gizi. Indeks BB/TB merupakan
indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini, dan merupakan indeks yang
independen terhadap umur
d. Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U)
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot
dan lapisan lemak bawah kulit.LLA berkorelasi dengan indeks BB/U maupun
BB/TB.Lingkar lengan atas merupakan parameter antropometri yang sangat
sederhana dan mudah dilakukan oleh tenaga yang bukan professional.Indeks
lingkar lengan atas sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak. Pada usia 2
sampai 5 tahun perubahannya tidak nampak secara nyata, oleh karena itu lingkar
lengan atas banyak digunakan dengan tujuan screening individu, tetapi dapat juga
digunakan untuk pengukuran status gizi.
e. Tebal lemak dibawah kulit menurut umur
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak dibawah
kulit (skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian
lengan atas (Trisep dan bisep), lengan bawah (forearm), tulang belikat
(subcapular), ditengah garis ketiak (midaxilaris), sisi dada (pectord), perut
(abdomen), suprailiaka, paha, tempurung lutut (suprapatelar), dan pertengahan
tungkai bawah (medial calf)
f. Indeks masa tubuh (IMT)
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun
keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko
penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu,
pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah
satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal
(Supariasa, 2002).
Di Indonesia khususnya, cara pemantauan dan batasan berat badan normal
orang dewasa belum jelas mengacu pada patokan tertentu. Menurut
FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal
orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Indeks (BMI).Di Indonesia
diartikan sebagai indeks masa tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana
untuk memantau status gizi orang dewasa
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut :
IMT=
Tabel 2.2 Katagori Ambang Batas IMT
Katagori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5
Normal >18,5 – 25
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
2.7 Pengaturan Jadwal dan Volume Pemberian Nutrisi dan Cairan melalui NGT
Pemberian makan siklik adalah pemberian makan berkelanjutan yang
diberikan kurang dari 24 jam (mis 12 sampai 16 jam) agar kebutuhan nutrisi
terpenuhi( Kozier, 2010)
Penderita Gangguan Gastrointestinal yang hebat biasanya diberi makanan
yang khusus guna mengimbangi cairan dan zat gizi yang hilang. Salah satu cara
khusus untuk memberikan makan kepada orang sakit dalam keadaan seperti ini
adalah pemberian makanan dengan menggunakan NGT. Indikasi pemasangan
NGT adalah pasien tidak sadar (koma), pasien dengan masalah saluran
pencernaan atas seperti penyempitan atau stenosis pada esofagus, tumor pada
mulut, faring atau esofagus, pada pasien yang tidak mampu menelan dan pasien
pascaoperasi pada mulut, faring dan esofagus. Pada penderita penyakit saluran
pencernaan yang baru selasai operasi, pemberian makanan cair juga bertujuan
menunjang tindakan operasi yang diperlukan (Sjahmien Moehyi, 2000). Format
Pengaturan Jadwal dan Volume Pemberian Nutrisi dan Cairan melalui NGT dapat
BAB 3
KERANGKA PENELITAN 3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan
antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian
yang akan dilakukan. (Notoatmodjo, 2005)
Berdasarkan penelitian di atas, maka dapat dibuat kerangka konsep
penelitian mengenai pengaruh pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi
dan cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada pasien
gangguan gastrointestinal.
Secara skematis, kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai
berikut :
Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Pengaturan Jadwal dan
Volume Pemberian Nutrisi
3.2Definisi Operasional
Defenisi operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang dapat
diamati (diukur) untuk diobservasi atau pengukuran secara cermat terhadap situasi
objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang
lain(Nursalam, 2003).
Untuk menghilangkan kesalah pahaman tentang istilah yang dipergunakan
dalam penelitian ini, maka dibawah ini dijelaskan secara operasional beberapa
istilah berikut :
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Nutrisi Zat gizi yang
Cairan Cairan yang diberikan
Hipotesa penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah ada pengaruh
pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT
terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada pasien gangguan jantung.
Ha : Ada pengaruh pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan
melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada pasien gangguan
gastrointestinal.
H0 : Tidak ada pengaruh pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan
cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada pasien
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperiment dengan
One Group Pretest-postest rancangan ini tidak ada kelompok pembanding
(kontrol) tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang
memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah adanya
eksperimen. Dengan metode pengumpulan data observasi eksperiment pendekatan
pretest-posttest untuk mengetahui pengaruh pengaturan jadwal dan volume
pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan
cairan pada pasien gangguan gastrointestinal.
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien
gangguan gastrontestinal yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan sebanyak 133 orang.
4.2.2 SampelPenelitian
Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik purposive
sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara
populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam
penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang
Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau
20-25%lebih tergantung dari kemampuan peneliti mengambil sampel yang akan
diteliti (Arikunto, 2004). Dari rumus diatas akan didapat jumlah sampel 10% x
133 orang jumlah populasi = 13 pasien yang memiliki kriteria sampel
Kriteria sampel yang digunakan adalah kriteria inklusi yaitu karakteristik
umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan
diteliti (Nursalam, 2003). Karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau yang
layak untuk diteliti terdiri dari:
a. Pasien gangguan gastrointestinal yang menggunakan NGT.
b. Bersedia menjadi responden.
c. Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan tidak terpenuhi.
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan di Ruang RA1 dan RA2. Alasan peneliti memilih rumah sakit ini sebagai
lokasi penelitian, karena rumah sakit ini adalah rumah sakit pendidikan bagi
mahasiswa keperawatan Universitas Sumatera Utara dan menjadi rumah sakit
rujukan tertinggi diantara rumah sakit umum di Sumatera Utara, sehingga
diperkirakan akan didapat subjek penelitian. Alasan penenliti memilih ruang RA1
dan RA2 karena sampel terbanyak yang mengalami gastrointestinal terdapat di
ruang rawat inap penyakit dalam yaitu ruang RA1 dan RA2.
Alokasi waktu untuk penelitian sampai dengan laporan hasil penelitian
4.4 Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin penelitian dari Fakultas
Keperawatan USU dan direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan. Peneliti mengakui hak-hak responden dalam menyatakan kesediaan atau
ketidaksediaan untuk dijadikan subjek penelitian. Jika responden bersedia diteliti
maka terlebih dahulu harus menandatangani lembar persetujuan (Informed
Concent). Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan
memaksa dan tetap menghormati haknya. Penelitian ini, juga memperhatikan etik
yaitu sebagai berikut:
a. Informed Concent
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti yang
memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila
subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak
subjek.
b. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.
c. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti. Hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian
berhubungan dengan pemenuhan intake nutrisi dan cairandan bagian yang ketiga
berisi format prosedur pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan
cairan melalui NGT. Dan untuk peneliti instrumen yang digunakan adalah lembar
observasi pemenuhan intake nutrisi dan cairan.
1. Data Demografi
Data demografi meliputi nomor responden, nama responden, usia, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan/aktivitas, suku bangsa. Bagian yang kedua
kuesioner yang berhubungan dengan pemenuhan intake nutrisi dan cairan. Data
ini berguna untuk membantu penelitian mengetahui latar belakang dari responden
yang bisa berpengaruh terhadap penelitian.
2. Format prosedur Pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan.
Responden penelitian pemberian nutrisi dan cairan diperoleh dengan
menggunakan lembar pelaksanaan penilaian nutrisi dan cairan melalui NGT dan
lembar observasi perubahan Pemenuhan Intake Nutrisi pre post treatment yang
dilakukan peneliti untuk mengamati pemberian nutrisi dan cairan setiap 2 jam
sekali. Dalam pemberian nutrisi dan cairan perlu diperhatikan: waktu pemberian,
jumlah pemberian nutrisi dan cairan dan Pemenuhan Nutrisi dan Cairan. Pada
penelitian ini menggunakan alat dan bahan yaitu gelas ukur (dalam ukuran cc atau
ml) dan makanan cair.
4.6 Pengumpulan Data
Sebelum pengumpulan data, peneliti menjalankan langkah-langkah
Mengajukan surat permohonan izin untuk melakukan penelitian kepada
institusi pendidikan yakni fakultas keperawatan, Mengirim surat izin penelitian
yang diperoleh ketempat dimana akan dilakukan penelitian, Setelah mendapat izin
dari Rumah sakit yang bersangkutan peneliti melakukan pengambilan data.
Peneliti menentukan calon responden sesuai dengan kriteria sampel.Kemudian
Peneliti meminta kesediaan calon responden untuk mengikuti penelitian secara
sukarela, kerahasiaan informasi mengenai responden dijaga oleh peneliti. Sebelum
kegiatan penelitian nama responden tidak dicantumkan dan sebagai gantinya
peneliti menggunakan nomor responden. Sebelum meminta calon responden
mengisi kuesioner data demografi penelitian, peneliti menjelaskan terlebih dahulu
manfaat penelitian dan cara pengisian kuesioner dan meminta responden yang
bersedia untuk menandatangani informed concent. Setelah mendapat persetujuan,
pengumpulan data dimulai, kuesioner data demografi diisi oleh peneliti dengan
melakukan wawancara pada responden atau keluarganya. Kemudian peneliti
mengobservasi Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan sebelum dan sesudah
dilakukan treatment. Pemberian nutrisi dan cairan dilakukan dalam 2 jam sekali
selama 1 minggu.Setelah intervensi dilakukan peneliti mengkaji Pemenuhan
Intake Nutrisi dan Cairan pada pasien Gangguan Gastrointestinal.
4.7 Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisa data dengan memeriksa
kembali semua data satu persatu yakni nama dan identitas serta data responden
serta hasil pengukuran Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan sebelum dilakukan
menguji hipotesa penelitian sehingga diketahui pengaturan jadwal dan volume
pemberian nutrisi dan cairan denganPemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan pada
pasien Gangguan Gastrointestinal. Selanjutnyadilakukan pengolahan data.
Analisa data melalui beberapa tahap, dimulai dari editing untuk memeriksa
kelengkapan data, kemudian coding dengan memberi kode untuk memudahkan
melakukan tabulasi, selanjutnya entry dengan memasukkan data ke komputer dan
dilakukan pengolahan data dengan menggunakan tehnik komputerisasi analisis
statisitik.
Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data-data demografi
pasien gangguan gastrointestinal yang mengalami anoreksia pre dan post
intervensi. Uji paired t-test dilakukan untuk mengetahui Pemenuhan Intake
Nutrisi dan Cairan pre dan post intervensi apabila datanya berdistribusi normal.
Menurut Wahyuni (2008), dari uji tersebutakan diperoleh nilai p, yaitu
nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian (misalnya adanya
perbedaan mean). Kesimpulan hasilnya diinterpretasikan dengan membandingkan
niali p dan nilai alpha (α = 0.05). Bila nilai p ≤ α, maka keputusannya adalah H0
ditolak sedangkan bila nilai p >α, maka keputusannya adalah H0 gagal ditolak.
Hipotesa penelitian ini adalah untuk membuktikan kebenaran Ha, terdapat
pengaruh Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan sesudah dilakukan pengaturan
jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT pada pasien
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1.Hasil Penelitian
5.1.1 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 2 minggu yaitu mulai 05
Desember 2011 sampai dengan 17 Desember 2011 di ruangan RA1 dan RA2
RSUP HAM. Tempat ini dipilih sebagai tempat penelitian karena RSUP HAM
adalah Rumah Sakit pemerintah tipe A di Sumatera Utara sekaligus Rumah Sakit
pemerintah pendidikan. Kebanyakan mereka yang mengalami gangguan
gastrointestinal apabila keadaannya sudah berat di rujuk ke RSUP HAM dan
ditempatkan di ruangan RA1 da RA2.
Jumlah responden pada penelitian ini adalah 13 orang yang didiagnosa
mengalami gangguan gastrointestinal oleh dokter yang melakukan penanganan
pada setiap pasien juga memiliki kriteria seperti menggunakan NGT dan tidak
terpenuhinya intake nutrisi dan cairan. Maka dengan adanya kriteria yang saya
sebutkan diatas barulah saya dapat melakukan tindakan intervensi bagaimana
pengaruhpengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui
NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada pasien gangguan
gastrointestinal. Pemberian intervensi akan dilakukan pada setiap responden,
sebelum melakukan intervensi Perawat cuci tangan, atur posisi semi fowler pada
responden yang akan dilakukan treatment, pasang pengalas kemudian letakkan
bengkok, sebelum dilakukan treatment Periksa dahulu sisa makanan dilambung
klem/penutup dan Lakukan tindakan pemberian makan dengan cara pasang
corong/spuit pada pangkal pipa, masukkan air matang ± 15 cc pada awal dengan
cara dituangkan lewat pinggirnya dan Berikan makanan dalam bentuk cair yang
tersedia, Kemudian bila ada obat-obatan masukan dan beri minum lalu diklem
pipa penduga. Dan setelah selesai dilakukan treatment Perawat cuci tangan dan
Catat hasilnya atau respon pasien selama pemberian nutrisi dan cairan. Lakukan
setiap 2 jam sekali dan pantau terus Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan pada
setiap responden.
Tetapi penelitian ini hanya dilakukan sebanyak 2-3 kali pemberian oleh
peneliti, intervensi selebihnya dilakukan perawat yang dinas dan peneliti
mengajarkan keluarga untuk memberikan diet seperti jadwal yang telah ditetapkan
peneliti. Total pekerjaan pada 1 pasien 7 menit. Peneliti juga memberikan
informasi kepada pasien bahwasanya pemberian makan siklik adalah pemberian
makan berkelanjutan yang diberikan kurang dari 24 jam (mis 12 sampai 16 jam)
agar kebutuhan nutrisi terpenuhi( Kozier, 2010)
5.1.2 Karakteristik Responden
Deskripsi karakteristik demografi responden terdiri dari usia, jenis
kelamin, agama, suku, pendidikan dan pekerjaan dan kuesioner yang berhubungan
dengan pemenuhan intake nutrisi dan cairan. Renponden pada penelitian ini
adalah pasien yang mengalami gangguan gastrointestinal dengan kriteria yang
menggunakan NGT dan dilakukan penelitian pada RSUP HAM sebagai tempat
penelitian. Setelah data demografi dan kuesioner yang berhubungan dengan
intake nutrisi dan cairan responden tidak terpenuhi. Berdasarkan hasil penelitian
yang saya lakukan didapatkan responden sebagai berikut : rentang usia 50-59
tahun (46,1%), jenis kelamin perempuan (69,2%), agama islam (61.5%), suku
batak (46.1%), pendidikan SMA (53.8%), pekerjaan Wiraswata (38.4%).
5.1.3 Pemenuhan intake nutrisi dan cairan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan
Dari data di bawah ini, setelah pasien menjawab kuesioner yang
berhubungan dengan Pemenuhan intake nutrisi dan cairan. Peneliti mengetahui
pasien yang akan menjadi sampel penelitian. Data ini akan dilakukan
pentabulasian rata-rata dengan menggunakan SPSS dengan penelitian paired t test.
Hasilnya dapat dilihat dalam pembahasan.
Tabel 5.2 Lembar Observasi Pengukuran Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan Sebelum dan Sesudah dilakukan Intervensi
NO Responden Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
NUTRISI (cc) CAIRAN (cc) NUTRISI (cc) CAIRAN (cc)
5.1.4 Hasil pengaruh pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan
Berdasarkan hasil uji analisis pada tabel 5.2 dengan uji paired t test didapatkan
nilai p: 0.000 (<0.05) yang artinya terdapat perbedaan sebelum dan sesudah
NGT. Selisih mean 168.5 dan 156.1 yang artinya dalam tarif 95% perbedaan
tersebut dapat diterima dan df 12.
Tabel 5.3 Pengaruhpengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan sebelum dan sesudah intervensi
No Variable Mean Selisih Mean SD T Df Sig.
(2-5.2.1 Karakteristik demografi responden
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan data demografi responden
sebagai berikut: rentang usia 50-59 tahun (46,1%), jenis kelamin perempuan
(69,2%), agama Islam (61.5%), suku batak (46.1%), pendidikan SMA (53.8%),
pekerjaan Wiraswata (38.4%).
Jenis kelamin:Kebutuhan zat gizi berbeda bagi pria dan wanita karena
komposisi tubuh dan fungsi reproduksi. Massa otot yang lebih besar pada pria
menjelaskan besarnya kebutuhan kalori dan protein. Karena menstruasi, wanita
memerlukan lebih banyak zat besi dibandingkan pria sebelum
perempuan lebih banyak menderita gangguan gastrointestinal dibandingkan pria
berhubungan dengan kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan wanita.
5.2.2 Sebelum dilakukan pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT
Untuk mengetahui pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada pasien
dengan gangguan gastrointestinal, peneliti memberikan data demografi dan
kuesioner yang berhubungan dengan pemenuhan intake nutrisi dan cairan pasien
tersebut.
Sebelum dilakukan intervensi peneliti menjelaskan pada pasien
bahwasanya pemberian makan siklik adalah pemberian makan berkelanjutan yang
diberikan kurang dari 24 jam (mis 12 sampai 16 jam) agar kebutuhan nutrisi
terpenuhi( Kozier, 2010). Setelah itu peneliti mengobservasi intervensi yang
diberikan kepada pasien dengan rentang usia 50-59 tahun (46,1%), jenis kelamin
perempuan (69,2%), agama Islam (61.5%), suku Batak (46.1%), pendidikan SMA
(53.8%), pekerjaan Wiraswata (38.4%) yang bertujuan agar mengetahui
pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT
mempengaruhi terhadap pemenuhan intake dan nutrisi pada pasien dengan
gangguan gastrointestinal.
5.2.3 Sesudah dilakukan pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT
Pengaturan jadwal dan volume yang dilakukan selama 1 minggu dalam 8
pemberian intervensi pasien diharapkan mengisi lembar observasi yang diberikan
kepada responden agar peneliti dapat membandingkan pemenuhan intake nutrisi
sebelum dan sesudah pemberian intervensi.
Hasil rata yang didapat setelah pengaturan jadwal dan volume pemberian
nutrisi dan cairan adalah sebesar 168.5 dan 156.1. Dari keseluruhan jumlah
responden (N=13), ada 3 responden yang tidak menghabiskan diet yang diberikan
dan 10 responden dapat menghabiskan diet yang diberikan setelah intervensi.
5.2.4 Pengaruh Penerapan Pengaturan Jadwal dan Volume sebelum dan sesudah intervensi
Berdasarkan hasil uji analisis dengan uji paired t test didapatkan nilai p:
0.000 (<0.05) yang artinya terdapat perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan
pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT. Dari
hasil lembar observasi yang dilakukan peneliti didapat seselum intervensi dan
sesudah intervensi terdapat peningkatan pemenuhan intake nutrisi dan cairan
Selisih mean nutrisi 168.5 dan cairan 156.1 yang artinya dalam tarif 95%
perbedaan tersebut dapat diterima. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan
intervensi didapat bahwa dari responden (N=13), 10 responden yang
menghabiskan diet yang diberikan dari rumah sakit yang artinya pemenuhan
intake nutrisi dan cairan terpenuhi dan 3 responden menyisakan diet yang
diberikan dari rumah sakit yang artinya pemenuhan intake nutrisi dan cairan tidak
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan terhadap 13 pasien yang mengalami gangguan
gastrointestinal di ruangan RA1 dan RA2 di Rumah Sakit Umum Haji Adam
Malik Medan. Hasil dari penghitungan statistika dengan uji paired t-test didapat
rata-rata sesudah intervensi 168.5 dan 156.1 dengan t=8.8 dan 9.5 dan p=0.000 ,
<0.005 menunjukkan adanya hubungan antara pengaturan jadwal dan volume
pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan
cairan pada pasien gangguan gastrointestinal.
Karakteristik data demografi yang dapat dilihat pada penelitian ini adalah
rentang usia 50-59 tahun (46,1%), jenis kelamin perempuan (69,2%), agama Islam
(61.5%), suku Batak (46.1%), pendidikan SMA (53.8%), pekerjaan Wiraswata
(38.4%).
6.2Rekomendasi
6.2.1 Rekomendasi terhadap penelitian selanjutnya
Diharapkan bagi penelitian selanjutnya adalah menambahkan intake dari
cairan intravena dan menghitung ountput cairan pasien agar hasil pemenuhan
intake dan nutrisi didapatkan hasil yang akurat dan indikator pemenuhan intake
nutrisi dan cairan
6.2.2 Rekomendasi bagi praktek keperawatan
Perawat sebagai tim kesehatan yang menangani masalah pasien hendaknya
dapat dilakukan perawatdi ruangan RA1 dan RA2 RSUP HAM pada pasien
gangguan gastrointestinal adalah dengan cara mengatur jadwal dan volume
pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT. Tujuan pengaturan jadwal dan volume
adalah untuk memenuhi intake nutrisi dan cairan pasien dengan cara pemberian
yang benar serta memberikan kenyamanan pada pasien.
6.2.3 Rekomendasi Pendidikan Keperawatan
Melalui institusi pendidikan perlu diinformasi kepada mahasiswa tentang
pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan sehingga mahasiswa