ANALISIS RESIKO DARI FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI PENDERITA
KANKER SERVIKS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
TESIS
Oleh:
ARJUNA SAPUTRA
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP.H. ADAM MALIK & RSUD DR PIRNGADI
PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM-5
Pembimbing
:
Dr. Nazaruddin Djafar, SpOG(K)
Dr. Rusli P. Barus, SpOG(K)
Penyanggah
:
Dr. Makmur Sitepu, SpOG(K)
Dr. Aswar Aboet, SpOG(K)
Dr. Deri Edianto, SpOG(K)
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Spesialis Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa saya menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :
ANALISIS RISIKO DARI FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI PENDERITA
KANKER SERVIKS DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU Medan.
2. Prof. Dr. Delfi Lutan, SpOG(K), Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU Medan; Dr. M. Fidel Ganis Siregar, SpOG, Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU Medan; Dr. Henry Salim Siregar, SpOG(K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK USU Medan; Dr. M. Rhiza Tala SpOG(K), Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK USU Medan; Prof. Dr. M. Yusuf Hanafiah, SpOG(K), Prof. Dr. Djaffar Siddik, SpOG(K), Prof. DR. dr. M. Thmarin Tanjung, SpOG(K), Prof. Dr. Hamonagan Hutapea, SpOG(K), Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K), Prof. Dr.T.M. Hanafiah,SpOG(K), Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K), Prof. Dr. Budi R. Hadibroto, SpOG(K), dan Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, SpOG(K) yang telah bersama-sama berkenan menerima zaya untuk mengikuti pendidikan spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
4. Dr. Nazaruddin Djafar, SpOG(K), dan Dr. Rusli P. Barus, SpOG(K) selaku pembimbing penelitian ini yang dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.
5. Dr. Makmur Sitepu, SpOG(K), Dr. Aswar Aboet, SpOG(K), dan Dr. Deri Edianto, SpOG(K), selaku tim penyanggah dan nara sumber dalam penulisan tesis ini, yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam perbaikan tesis ini.
6. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK – USU/ RSUP H. Adam Malik, RSUD. Pirngadi dan RSU Jejaring di Medan, Divisi Fetomaternal, Divisi Fertilitas Endokrinologi, dan Divisi Onkologi yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih membalas segala budi baik kepada seluruh guru-guru saya ini.
7. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana untuk belajar, bekerja selama mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
8. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan dan Kepala SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr. Pirngadi Medan, Dr. Einil Rizar, SpOG(K), Dr. Rushakim Lubis, SpOG yang telah memberikan kesempatan dan sarana belajar, bekerja selama mengikuti pendidikan.
9. Teman-teman PPDS, Dr. Yuri Adriansyah, Dr. Heika N. Silitonga, Dr. Ali Akbar, Dr. Janwar Sahnanda, terima kasih atas kebersamaan, dukungan dan bantuannya kepada saya selama ini.
Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada kedua orang tua saya yang terkasih dan tersayang Ayahanda Abdul Halim dan Ibunda Jusnawati, yang penuh kesabaran telah membesarkan, membimbing, mendoakan dan mendidik saya dengan penuh kasih sayang sejak lahir hingga kini mengantarkan saya meraih cita-cita, tanpa kenal lelah memberikan motivasi, kekuatan dan perhatian selama saya menjalani pendidikan ini. Terima kasih atas dorongan dan semangat yang telah diberikan kepada saya.
Akhirnya kepada seluruh keluarga dan handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu, yang secara langsung telah memberikan bantuan baik moril dan materil, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Amin ya rabbal ‘alamin
Wassalam
Medan,
DAFTAR ISI
2.1. Pengertian Karsinoma Serviks...
2.2. Faktor Etiologi Karsinoma Serviks...
2.2.1. Human Papilloma Virus ...
2.3. Perubahan Neoplastik Epitel Serviks ...
2.4. Pencegahan Karsinoma Serviks...
2.5. Strategi Skrining Karsinoma Serviks...
2.6.Faktor-faktor yang mempengaruhi Kanker Serviks...
2.6.1. Usia...
2.6.2. Berganti-ganti pasangan...
2.6.3. Perokok. ...
2.6.4. Riwayat Keputihan...
2.8. Kerangka Konsep... 18
BAB III METODE PENELITIAN ………..…….... 19
3.1. Rancangan Penelitian………..…….... 19
3.2. Waktu dan tempat ………..……... 19
3.3. Subyek Penelitian ………..……... 19
3.4. Perhitungan Jumlah Sampel………... 19
3.5. Kriteria Inklusi dan eksklusi………... 20
3.6. Cara Penelitian………..……... 21
3.6.1. Pengumpulan Data………..……..
4.1 Distribusi Resoponden Berdasarkan Usia Pertama Kali Melakukan Aktivitas Seksual...
4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan pil KB > 4 tahun...
4.3 Distribusi Responden Berdasarkan kebiasaan Merokok Lebih dari Lima Batang...
4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pasangan
Seksual Dengan Lebih dari 1 orang...
4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Keputihan
Patologis………..
4.6. Distribusi berdasarkan Keadaan Sosial Ekonomi...
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
TABEL INDUK
...
Laporan Penelitian...
Kuisioner...
... 31
31
32
34
38
Abstract :
Aims : To know the relationship between predisposing factors, sexual intercourse
history in early age, history of multiple partner , smoking, history of vaginal
discharge, body mass index ( BMI ), poor socio-economy profile, and poor
hygiene with the incidence of cervical cancer.
Study Design : This research using case control design. We found predisposing factors
from cervical cancer patient. Predisposing factors were analyzed with
determining relative risk from every dichotome variables of predispotition
factors of cervical cancer patient.
Methods : every women with cervical cancer that admitted in Adam Malik Hospital
grouping as case group, and non-cervical cancer women patient as control
group from October 2011 until maximum samples achieved. Primary data
was collected from questionnaire filling containing predisposing factors of
cervical cancer that found from subject. Data was analyzed with bivariate
analysis with comparative analytic using Chi-Square test and Fischer test.
Results : In 25 patients with cervical cancer cases, 17 people of whom they had
sexual intercourse the first time at age> 20tahun, while the remaining 8
patients did at age <20 years. Of the 25 respondents who exposed cases of
cervical cancer there are 16 people or 44.4% of people who have never had
a history of family planning and nine other patients originated from the
64.3% who had a history of contraception > 4 years. There are 22
respondents who are 47.8% of respondents who do not have the habit of
smoking with cancer of the cervix. Then there were three respondents who
have a habit of smoking with cancer of the cervix or 75% of respondents
who have the habit of smoking more than five cigarettes a day. There are
23 respondents cervical cancer patients or 53.5% of total respondents who
did not have the habit of engaging in sexual activity with more than one
person. Then the remaining two respondents have the habit of having
sexual intercourse with more than one partner. There are 20 people who
came from the respondents 66.7% of respondents who had a history of
suffering from vaginal discharge of cervical cancer cases, while five other
patients with cervical cancer originating from the income group of less than
USD 1035,500, -. This number has a proportion of 48.7% of patients of all
patients who were classified in the income of less than minimum wage.
Then the rest is derived from 6 patients with income above minimum
wage.
Conclusion : Every predisposing factors is not significantly related to cervical cancer
incidence. Only history of pathological vaginal discharge is the highest
factors for women having cervical cancer.
Abstract :
Aims : To know the relationship between predisposing factors, sexual intercourse
history in early age, history of multiple partner , smoking, history of vaginal
discharge, body mass index ( BMI ), poor socio-economy profile, and poor
hygiene with the incidence of cervical cancer.
Study Design : This research using case control design. We found predisposing factors
from cervical cancer patient. Predisposing factors were analyzed with
determining relative risk from every dichotome variables of predispotition
factors of cervical cancer patient.
Methods : every women with cervical cancer that admitted in Adam Malik Hospital
grouping as case group, and non-cervical cancer women patient as control
group from October 2011 until maximum samples achieved. Primary data
was collected from questionnaire filling containing predisposing factors of
cervical cancer that found from subject. Data was analyzed with bivariate
analysis with comparative analytic using Chi-Square test and Fischer test.
Results : In 25 patients with cervical cancer cases, 17 people of whom they had
sexual intercourse the first time at age> 20tahun, while the remaining 8
patients did at age <20 years. Of the 25 respondents who exposed cases of
cervical cancer there are 16 people or 44.4% of people who have never had
a history of family planning and nine other patients originated from the
64.3% who had a history of contraception > 4 years. There are 22
respondents who are 47.8% of respondents who do not have the habit of
smoking with cancer of the cervix. Then there were three respondents who
have a habit of smoking with cancer of the cervix or 75% of respondents
who have the habit of smoking more than five cigarettes a day. There are
23 respondents cervical cancer patients or 53.5% of total respondents who
did not have the habit of engaging in sexual activity with more than one
person. Then the remaining two respondents have the habit of having
sexual intercourse with more than one partner. There are 20 people who
came from the respondents 66.7% of respondents who had a history of
suffering from vaginal discharge of cervical cancer cases, while five other
patients with cervical cancer originating from the income group of less than
USD 1035,500, -. This number has a proportion of 48.7% of patients of all
patients who were classified in the income of less than minimum wage.
Then the rest is derived from 6 patients with income above minimum
wage.
Conclusion : Every predisposing factors is not significantly related to cervical cancer
incidence. Only history of pathological vaginal discharge is the highest
factors for women having cervical cancer.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Masalah primer dan pengawasan komunitas (community control) kanker serviks, bukan saja masalah teknik dan fasilitas, akan tetapi juga menyangkut masalah organisasi dalam masyarakat serta motivasinya.1
Kanker serviks merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita di negara-negara sedang berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat 500.000 kasus kanker serviks baru di seluruh dunia, 77 % di antaranya ada di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan sekitar 90-100 kanker baru di antara 100.000 penduduk pertahunnya, atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun, dengan kanker serviks menempati urutan pertama di antara kanker pada wanita. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa faktor-faktor risiko terjadinya kanker serviks meliputi hubungan seksual pada usia dini (<20 tahun), berganti-ganti pasangan seksual, merokok, Riwayat keputihan, indeks massa tubuh (IMT), sosio-ekonomi lemah dan higiene genitalia.2,3.
Lebih dari separuh penderita kanker serviks berada dalam stadium lanjut yang memerlukan fasilitas khusus untuk pengobatan seperti peralatan radioterapi yang hanya tersedia di beberapa kota besar saja. Di samping mahal, pengobatan terhadap kanker stadium lanjut memberikan hasil yang tidak memuaskan dengan harapan hidup 5 tahun yang rendah. Mengingat beratnya akibat yang ditimbulkan oleh kanker serviks dipandang dari segi harapan hidup, lamanya penderitaan, serta tingginya biaya pengobatan, sudah sepatutnya apabila kita memberikan perhatian yang lebih besar mengenai latar belakang dari penyakit yang sangat tinggi angka mortalitasnya dan segala aspek yang berkaitan dengan penyakit tersebut serta upaya-upaya preventif yang dapat dilakukan dengan mengetahui faktor-faktor predisposisi terjadinya kanker serviks.4
1.2. Rumusan Masalah
Terdapat hubungan dan besar risiko antara faktor-faktor predisposisi yang meliputi
riwayat hubungan seksual pada usia dini (<20 tahun), berganti-ganti pasangan
seksual, merokok, riwayat keputihan, indeks massa tubuh (IMT), sosio-ekonomi
lemah dan higiene genitalia dengan kejadian kanker serviks yang dirawat di RSUP.
H. Adam Malik Medan.
Karena alasan lebih dari separuh penderita kanker serviks berada dalam stadium lanjut
yang datang berobat, pengobatan terhadap kanker stadium lanjut memberikan hasil
yang tidak memuaskan dengan harapan hidup 5 tahun yang rendah, beratnya akibat
penderitaan, serta tingginya biaya pengobatan, sudah sepatutnya apabila kita
memberikan perhatian yang lebih besar pada penyakit tersebut maka diperlukan
upaya-upaya preventif yang dapat dilakukan dengan mengetahui faktor-faktor
predisposisi terjadinya kanker serviks.
1.3. Hipotesis
Faktor - faktor predisposisi yang meliputi riwayat hubungan seksual pada usia dini (<20 tahun), berganti-ganti pasangan seksual, merokok, riwayat keputihan dan sosio-ekonomi lemah mempunyai risiko lebih tinggi terjadi kanker serviks yang dirawat di RSUP. H Adam Malik Medan
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan Umum
Untuk mengetahui besar risiko dari faktor-faktor predisposisi penderita kanker serviks yang dirawat di RSUP. H. Adam Malik Medan
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui besar risiko dari faktor-faktor predisposisi hubungan seksual
pada usia dini (<20 tahun) pada penderita kanker serviks yang dirawat di RSUP.
H. Adam Malik Medan.
2. Untuk mengetahui besar risiko dari faktor-faktor predisposisi berganti-ganti
pasangan seksual pada penderita kanker serviks yang dirawat di RSUP. H. Adam
Malik Medan.
3. Untuk mengetahui besar risiko dari faktor-faktor predisposisi merokok pada
penderita kanker serviks yang dirawat di RSUP. H. Adam Malik Medan.
4. Untuk mengetahui besar risiko dari faktor-faktor predisposisi riwayat keputihan
pada penderita kanker serviks yang dirawat di RSUP. H. Adam Malik Medan.
5. Untuk mengetahui besar risiko dari faktor-faktor predisposisi sosio-ekonomi
lemah pada penderita kanker serviks yang dirawat di RSUP. H. Adam Malik
Medan.
6. Untuk mengetahui besar risiko dari faktor-faktor predisposisi pemakaian KB
hormonal jangka panjang pada penderita kanker serviks yang dirawat di RSUP.
1.5. Manfaat Penelitian
- Dengan mengetahui besar risiko dari faktor-faktor predisposisi terjadinya kanker serviks dapat dilakukan upaya-upaya preventif terjadinya kanker serviks sebagai
upaya pencegahan primer.
- Dengan melakukan pencegahan primer dapat membantu menurunkan angka kejadian kanker serviks
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Karsinoma serviks
Kanker leher rahim adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Kanker leher rahim merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama (vagina).1,3
2.2. Faktor Etiologi Karsinoma Serviks
Infeksi protozoa, jamur dan bakteri tidak potensial onkogenik sehingga penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai penyebab yang penting. Tidak semua virus dikatakan dapat menyebabkan kanker, tetapi paling tidak, dikenal kurang lebih150 juta jenis virus yang diduga memegang peranan atas kejadian kanker pada manusia dan sepertiga di antaranya adalah golongan virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel.3,4
2.2.1. Human papillomavirus (HPV).
Sejak 15 tahun yang lalu, virus HPV ini telah banyak diperbincangkan sebagai salah satu agen yang berperan. HPV adalah anggota famili Papovirida, dengan diameter 55 um. Virus ini mempunyai kapsul isohedral yang telanjang dengan 72 kapsomer, serta
mengandung DNA sirkuler dengan untaian ganda. Berat molekulnya 5 x 106 Dalton. Dikenal beberapa spesies virus papilloma, yaitu spesies manusia, kelinci, sapi dan lain-lain. Saat ini telah diidentifikasi sekitar 70 tipe HPV dan mungkin akan lebih banyak lagi di masa mendatang Masing-masing tipe mempunyai sifat tertentu pada kerusakan epitel dan
perubahan morfologi lesi yang ditimbulkan. Kurang lebih 23 tipe HPV dapat menimbulkan infeksi pada alat genitalia eksterna wanita atau laki-laki, yang meliputi tipe HPV 6,11,16, 18, 30, 31, 33, 34, 35, 39, 40, 42, 45, 51-58.4,5,6,7
Keterlibatan HPV pada kejadian kanker dilandasi oleh beberapa faktor, yaitu : 3,4 1) Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus
papilloma;
2) Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma
pada kondiloma akuminata;
3) Pada penelitian epidemiologik infeksi HPV ditemukan angka kejadian
4) DNA HPV sering ditemukan pada LIS (lesi intraepitel serviks)
Walaupun terdapat hubungan yang erat antara HPV dan kanker serviks, tetapi belum ada bukti-bukti yang mendukung bahwa HPV adalah penyebab tunggal.2 Perubahan
keganasan dari epitel normal membutuhkan faktor lain, hal ini didukung oleh berbagai pengamatan, yaitu :4
1) Perkembangan suatu infeksi HPV untuk menjadi kanker serviks berlangsung lambat
dan membutuhkan waktu lama;
2) Survai epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi infeksi HPV adalah 10- 30 %,
sedangkan risiko wanita untuk mendapatkan kanker serviks lebih kurang 1%
3) Penyakit kanker adalah monoklonal, artinya penyakit ini berkembang dari satu sel.
Oleh karena itu, hanya satu atau beberapa saja dari sel-sel epitel yang terinfeksi HPV
mampu lepas dari kontrol pertumbuhan sel normal.
Perkembangan teknologi hibridasi DNA telah memperkaya pengetahuan kita tentang hubungan HPV dan kanker serviks. Pada analisis risiko didapatkan perbedaan yang besar antara HPV 16/18 yang menyebabkan NIS 1; bila dibandingkan dengan HPV 6/11 didapat risiko relatif hampir 1212 kali lebih besar. Pada NIS 2 risiko relatif yang disebabkan HPV 16/18 mencapai 1515 kali dibandingkan kontrol. Pada NIS 3 semuanya disebabkan oleh HPV 16/18 dan risiko relatif untuk berkembang menjadi kondiloma invasif secara prospektif sebanyak 70 % selama pengamatan 12 tahun.3,4
Rangkuman dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa HPV tipe 6 dan 11 ditemukan pada 35 % kondiloma akuminata dan NIS 1, 10 % pada NIS 2-3, dan hanya 1 % ditemukan pada kondiloma invasif. HPV tipe 16 dan 18 ditemukan pada 10 % kondiloma akuminata dan NIS 1,51% pada NIS 2-3, dan pada 63 % karsinoma invasif. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa terdapat 3 golongan tipe HPV dalam hubungannya dengan kanker serviks, yaitu :4,
1) HPV risiko rendah, yaitu HPV tipe 6 dan 11, 46 jarang ditemukan pada
karsinoma invasif;
2) HPV risiko sedang, yaitu HPV 33, 35, 40, 43, 51, 56, dan 58;
3) HPV risiko tinggi, yaitu HPV tipe 16, 18, 31
2.3. Perubahan Neoplastik Epitel Serviks
ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human papilloma virus (HPV) memegang peranan penting.4
Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif.4,5
Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Displasia mencakup pengertian berbagai gangguan matu-rasi epitel skuamosa yang secara sitologik dan histologik berbeda dari epitel normal, tetapi tidak memenuhi persyaratan sel karsinoma. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan
maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh.4,5
Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intra-epitel Serviks (NIS) untuk kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari :4
1) NIS 1, untuk displasia ringan;
2) NIS 2, untuk displasia sedang;
3) NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.
Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spekrum penyakit yang dimulai dari displasia ringan (NIS 1), displasia sedang (NIS 2), displasia berat dan karsinoma in-situ (NIS 3) untuk kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif.4
2.4. Pencegahan karsinoma serviks
Berbagai upaya penelitian telah banyak menghasilkan pengetahuan tentang penyakit kanker. Dewasa ini WHO menyatakan bahwa sepertiga dari seluruh kanker sebenarnya dapat dicegah, sepertiga dapat disembuhkan dan pada sepertiga lagi sisanya pasien dapat
dibebaskan dari rasa nyeri jika dapat diberikan obat yang tersedia untuk itu.2,4,6,8,9 Mencegah timbulnya kanker merupakan satu upaya penting dalam kegiatan
penanggulangan kanker karena dapat berdampak positif terhadap penggalangan sumber daya manusia yang sehat dan produktif serta perbaikan keadaan sosial ekonominya. Pencegahan kanker didefinisikan sebagai pengidentifikasian faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kanker pada manusia dan membuat sebab-sebab ini tidak efektif dengan cara-cara apapun yang mungkin. Pencegahan kanker ini dapat bersifat primer atau sekunder.1,2,4,6,8,9.
berminat dalam penelitian penanggulangan kanker. Penerapannya pada pengidentifikasian kelompok populasi berisiko tinggi terhadap kanker dengan skrining populasi tertentu.1,2,3,4.
2.5. Strategi Skrining Karsinoma Serviks
Mengingat di Indonesia kanker serviks masih menduduki urutan yang teratas, perlu dilakukan upaya untuk menanggulangi atau paling sedikit menurunkan angka kejadiannya. Konsep patogenesis kanker serviks mempunyai arti penting dalam skrining kanker serviks. Secara teoritis suatu program skrining penyakit kanker harus tepat guna dan ekonomis.
Hal ini hanya dapat tercapai bila :
a. Penyakit ditemukan relatif sering dalam populasi
b. Penyakit dapat ditemukan dalam stadium pra-kanker
c . Teknik mempunyai kepekaan tinggi untuk mendeteksi stadium pra-kanker
d. Stadium pra-kanker ini dapat diobati secara tepat guna dan ekonomis
e. Terdapat bukti pengobatan stadium pra-kanker menurunkan insiden kanker
invasif.
Kanker serviks mengenal stadium pra-kanker yang dapat ditemukan dengan skrining sitologi dengan Pap Smear yang relatif murah, tidak sakit, cukup akurat. Selain itu dapat dilakukan dengan bantuan kolposkopi, stadium ini dapat diobati dengan cara-cara konservatif seperti krioterapi, kauterisasi atau sinar laser. Sistem kesehatan di seluruh dunia berbeda-beda, namun perencanaan skrining harus sejalan dengan pelayanan kesehatan lainnya dan dengan kerjasama antar program. Idealnya program skrining merupakan bagian dari pelayanan kesehatan kanker yang dikembangkan dalam struktur pelayanan kesehatan. Dari semua negara tempat program skrining karsinoma serviks yang telah dilaksanakan lebih dari 20 tahun, angka kejadian kanker serviks dan angka mortalitas kanker serviks dapat turun mencapai 50-60%.2,3,4
2.6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kanker Serviks 2.6.1. Usia
Usia Insidens kanker serviks meningkat sejak usia 25-34 tahun dan menunjukkan puncaknya pada usia 35-44 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr.
Ciptomangunkusumo, dan 4554 tahun di Indonesia. 10
Epitel serviks terdiri dari 2 jenis, yaitu epitel skuamosa dan epitel kolumnar; kedua epitel tersebut dibatasi oleh sambungan skuamosa-kolumnar (SSK) yang letaknya tergantung pada umur, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SSK terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin. Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi.10
Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan. Sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. Sifat sel kanker selalu berubah setiap saat yaitu mati dan tumbuh lagi. Dengan adanya
rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks dilakukan pada usia di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan terhadap perubahan. 11
2.6.2. Berganti – ganti Pasangan
Banyak faktor yang disebut-sebut mempengaruhi terjadinya kanker serviks. Telaah pada berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa golongan wanita yang mulai melakukan hubungan seksual pada usia < 20 tahun atau mempunyai pasangan seksual yang berganti-ganti lebih berisiko untuk menderita kanker serviks. Tinjauan kepustakaan mengenai etiologi kanker leher rahim menunjukkan bahwa faktor risiko lain yang penting adalah
hubungan seksual suami dengan wanita tuna susila (WTS) dan dari sumber itu membawa penyebab kanker (karsinogen) kepada isterinya. Data epidemiologi yang tersusun sampai akhir abad 20, menyingkap kemungkinan adanya hubungan antara kanker serviks dengan agen yang dapat menimbulkan infeksi. Karsinogen ini bekerja. 10
menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. 10
Displasia mencakup pengertian berbagai gangguan maturasi epitel skuamosa yang secara sitologik dan histologik berbeda dari epitel normal, tetapi tidak memenuhi persyaratan sel karsinoma. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh. 10
Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) untuk kedua bentuk displasia dan karsi noma in-situ. NIS terdiri dari : 1) NIS 1, untuk displasia ringan; 2) NIS 2, untuk displasia sedang; 3) NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma
in-situ. Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spekrum penyakit yang dimulai dari
displasia ringan (NIS 1), displasia sedang (NIS 2), displasia berat dan karsinoma in-situ (NIS 3) untuk kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Beberapa peneliti menemukan bahwa 30-35% NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progesif dan mana yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial menjadi ganas sehingga harus
ditatalaksanai sebagaimana mestinya. 10
2.6.3. Perokok
Secara nasional, konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 2002 berjumlah 182 milyar batang yang merupakan urutan ke-5 diantara 10 negara di dunia dengan konsumsi tertinggi pada tahun yang sama. Secara aggregat, konsumsi rokok di Indonesia meningkat 7 kali lipat selama periode 1970-2000 dari 33 milyar batang pada tahun 1970 menjadi 217 milyar batang pada tahun 2000. Kenaikan konsumsi rokok yang paling tinggi (159%) terjadi antara tahun 1970 dan 1980, yaitu dari 33 milyar batang menjadi 84 milyar batang, bersamaan dengan mekanisasi industri rokok kretek pada tahun 1974.12
Seperti hal yang diungkapkan levental dan Clearly (dalam Cahyani 1995) terdapat 4 tahap perilaku merokok sehingga menjadi perokok yaitu :13
I. Tahap Prepatory
Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan tentang merokok dengan cara mendengar, melihat atau hasil bacaan
II. Tahap Initiation
Tahap seseorang untuk meneruskan atau tidak kebiasaan merokok III. Tahap becoming a smoker
Tahap seserang menkonsumsi 4 batang perhari dan mempunyai kecendrungan menjadi prokok.
IV. Tahap Maintenance of Smoking
Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok/sigaret atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbon
heterocyclic nitrosamines. Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56
kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus. 10
Wanita yang merokok kemungkinan menderita Ca Cerviks 2 kali dibandingkan yang bukan perokok untuk menderita kanker leher rahim. Selain paru-paru pada perokok banyak zat kimia yang mempengaruhi organ-organ tubuh. Zat-zat berbahaya yang diserap melalui paru-paru dan di bawa ke aliran darah seluruh tubuh. Tembakau telah ditemukan dalam lendir serviks perempuan yang merokok. Para peneliti percaya bahwa zat ini merusak DNA sel serviks dan dapat memberikan kontribusi pada perkembangan kanker serviks. Merokok juga membuat sistem kekebalan tubuh kurang efektif dalam memerangi infeksi HPV. 14
Tabel Risiko Relatif Kanker Serviks dari beberapa Faktor21
FAKTOR RISIKO RISIKO RELATIF Usia pertama hubungan seks (tahun)
< 16
Jarak antar hubungan seks pertama dengan menarche (tahun)
Jumlah pasangan seks
>4 pasangan (dibandingkan 0 atau 1 pasangan)
3,6
Jumlah pasangan seks sebelum usia 20 tahun
>1 pasangan (dibandingkan tanpa pasangan)
7
Genital watz
Merokok > 5 batang perhari
Selama > 20 tahun (dibandingkan < 1 tahun) 4
2.6.4. Riwayat Keputihan
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.16
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan
kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan
lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis. 17
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen. Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga
merupakan penyebab timbulnya bau pada flour albus pada vaginosis bacterial.16
Ketidakseimbangan ini mengakibatkan tumbuhnya jamur dan kuman-kuman yang
tidak tumbuh subur. Kalau keasaman dalam vagina berubah maka kuman-kuman lain dengan
mudah akan tumbuh sehingga akibatnya bisa terjadi infeksi yang akhirnya menyebabkan
fluor albus, yang berbau, gatal, dan menimbulkan ketidaknyamanan. Begitu seorang wanita
melakukan hubungan seks, maka wanita tersebut terbuka sekali terhadap kuman-kuman yang
berasal dari luar. Karena itu fluor albus pun bisa didapat dari kuman penyebab penyakit
kelamin yang mungkin dibawa oleh pasangan seks wanita tersebut. 18
Beberapa penelitian kemudian menyebutkan bahwa kanker ini disebabkan oleh virus Human Papilloma Virus (HPV) yang muncul, antara lain karena perilaku sering berganti-ganti pasangan seks. Virus ini hidup di daerah yang lembab, persisnya dalam cairan vagina yang diidap oleh penderita keputihan (leukore). Jika keputihan ini tidak segera membaik, virus ini bisa memunculkan kanker rahim. Biasanya keadaan ini ditandai dengan banyaknya cairan keputihan yang disertai bau tidak sedap dan perdarahan yang keluar dari vagina. Tapi ada kalanya kanker yang muncul itu tidak memberikan gejala-gejala sakit seperti itu. 19
2.6.5. Penggunaan Pil KB
Penelitian menunjukkan bahwa risiko kanker serviks semakin meningkat selama seorang wanita menggunakan kontrasepsi oral, tetapi risikonya kembali turun lagi setelah kontrasepsi oral dihentikan. Dalam penelitian terbaru, risiko kanker serviks adalah dua kali lipat pada wanita yang mengambil pil KB lebih dari 5 tahun, namun risiko kembali normal 10 tahun setelah mereka dihentikan. American Cancer Society percaya bahwa seorang wanita dan dokter harus mendiskusikan apakah manfaat menggunakan kontrasepsi oral lebih besar daripada potensi resiko. Seorang wanita dengan beberapa mitra seksual harus menggunakan kondom untuk menurunkan resikonya penyakit menular seksual lainnya tidak peduli apa bentuk kontrasepsi ia menggunakan.14
Estrogen merangsang pertumbuhan dan perkembangan rahim pada masa pubertas, menyebabkan endometrium (lapisan dalam rahim) menebal pada paruh waktu pertama siklus menstruasi serta mempengaruhi jaringan payudara sepanjang hidup hal ini terjadi dari masa pubertas sampai menopause. Progesteron yang diproduksi pada paruh terakhir dari siklus menstruasi mempersiapkan endometrium untuk menerima telur. Jika telur telah dibuahi maka sekresi progesteron akan mencegah pelepasan telur dari ovarium. Untuk alasan ini,
berkurang dengan penggunaan kontrasepsi oral, sementara risiko kanker payudara dan leher rahim meningkat.20
Dari penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jangka panjang dari kontrasepsi oral (5 tahun atau lebih dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker serviks.
Sebuah analisis tahun 2003 oleh Badan Internasional untuk Riset Kanker (IARC)
menemukan peningkatan risiko kanker serviks dengan penggunaan kontrasepsi oral lama. Para peneliti menganalisis data dari 28 studi yang mencakup 12.531 wanita dengan kanker serviks. Data menunjukkan bahwa risiko kanker serviks dapat menurunkan setelah digunakan OC berhenti.21
Dalam laporan lain IARC, data dari delapan studi digabungkan untuk menilai efek penggunaan OC pada risiko kanker serviks pada perempuan HPV-positif. Para peneliti menemukan peningkatan empat kali lipat risiko di antara wanita yang telah menggunakan kontrasepsi oral selama lebih dari 5 tahun. Risiko juga meningkat pada wanita yang mulai menggunakan kontrasepsi oral sebelum usia 20 dan wanita yang telah menggunakan
kontrasepsi oral dalam 5 tahun terakhir (Moreno V, Bosch FX, Munoz N, et al. Effect of oral contraceptives on risk of cervical cancer in women with human papillomavirus infection. 22
2.6.6. Sosio Ekonomi
2.7 . Kerangka Teori
2.8. Kerangka Konsep
Faktor-faktor predisposisi dari
Penderita Kanker Serviks :
- Riwayat hubungan seksual pada usia dini (<20 tahun)
- Riwayat berganti-ganti pasangan seksual
- Merokok
- Riwayat keputihan
- Sosio-ekonomi lemah
- Pemakaian KB hormonal > 4 tahun
Odds Ratio (OR)
AnalisisFaktor predisposisi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol. Dari penderita kanker serviks ditelusuri faktor-faktor predisposisinya. Faktor predisposisi dianalisis dengan
menentukan risiko relatif dari variabel dikotomi setiap faktor predisposisi yang dimilliki atau tidak dimiliki oleh penderita kanker serviks.
3.2 Waktu dan tempat
Penelitian dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP.H. Adam Malik Medan. Penelitian dimulai pada bulan Oktober 2011 sampai jumlah sampel minimal terpenuhi.
3.3 Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah pasien yang didiagnosis dengan kanker serviks yang dirawat sebagai kelompok kasus dan pasien yang dirawat bukan penderita kanker serviks sebagai kelompok kontrol di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik dengan cara pengambilan sampel melalui consecutive sampling dengan penetapan kriteria inklusi dan eksklusi sampai jumlah sampel minimal terpenuhi.
3.4. Perhitungan Jumlah Sampel
Sampel penelitian memakai rumus :
N= n1 =n2= 1,96 2.0,11.0,89 + 0,84 0,14.0,86 + 0,04.0,96 0,14-0,04
= 24, 62 ≈ 25 orang
dimana :
n1 = Jumlah sampel kelompok kasus
n2 = Jumlah sampel kelompok kontrol
Zα = Koefisien kesalahan tipe I = 1,96 dengan α= 0,05 Zβ = Koefisien kesalahan tipe II = 0,84 dengan β=0,20 P = Proporsi gabungan
P2 = Proporsi tidak kanker serviks (kontrol) = 4 %
3.5. Kriteria Inklusi dan eksklusi
3.4.1 Kriteria inklusi
a. Kelompok kasus
• Pasien wanita yang sedang dirawat inap di Ruangan Ginekoonkologi RSUP H.Adam Malik Medan yang terdiagnosis kanker leher rahim
b. Kelompok kontrol
• Pasien wanita yang dirawat inap di Ruangan Ginekoonkologi RSUP H.Adam Malik Medan yang tidak terdiagnosis kanker serviks
• Memiliki salah satu atau lebih faktor risiko yang akan diteliti.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
• Kesadaran tidak compos mentis
3.6. Cara Penelitian 3.6.1. Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dari hasil pengisian kuesioner dari pengambilan data pribadi yang meliputi faktor-faktor predisposisi terjadinya kanker serviks dari subyek penelitian. Subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan informed consent.
3.6.2. Pengolahan Data
Data diolah dengan analisis statistik secara komputerisasi. Statistik inferensial yang
digunakan adalah analisis bivariat dengan analitik komparatif menggunakan uji chi square dan uji Fisher.
Kanker Serviks adalah : Kanker leher rahim adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Kanker leher rahim merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina. 11
Besarnya risiko kemungkinan suatu peristiwa untuk terjadi dibandingkan peristiwa itu tidak terjadi dinyatakan dalam Ratio Odds (OR) atau Resiko Relatif (RR). OR dan RR merupakan rasio antara risiko terkena penyakit pada kelompok yang terpapar (exposed) dan risiko terkena penyakit pada kelompok yang tidak terpapar (non- exposed). Odds Ratio (OR) dihitung menggunakan kontingensi tabel 2x2. 24
No. Variabel Definisi Cara
Kuisioner 1. Resiko tinggi
leher rahim
Penggunaan pil KB > 4 tahun
Kuisioner 1. Resiko tinggi
leher rahim >4
3. Merokok Mengkonsumsi rokok lebih dari 5 batang
Kuisioner 1. Resiko tinggi
leher rahim
pasangan seksual
seksual lebih dari 1 orang
Kuisioner 1. Resiko tinggi
leher rahim :
Kuisioner 1. Resiko tinggi
3.8. Alur Penelitian
Responden yang memenuhi kriteria inklusi/eksklusi
Penilaian Karakteristik
- Riwayat hubungan seksual pada usia dini (<20 tahun)
-Riwayat berganti-ganti pasangan seksual
-Merokok
-Riwayat keputihan
-Riwayat pemakaian KB hormonal > 4 tahun
-Sosio-ekonomi lemah
Analisis Odds Ratio
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Pertama Kali Melakukan Aktivitas Seksual
Pada 25 orang pasien dengan kasus kanker serviks, 17 orang di antaranya melakukan aktivitas seksual pertama kali pada usia > 20tahun, sedangkan sisanya 8 orang pasien
melakukannya pada usia < 20 tahun. Sedangkan pada kelompok kontrol, diketahui 17 orang melakukan aktivitas seksual pertama kali pada usia < 20 tahun dan 8 orang melakukan aktivitas seksual pertama kali pada usia > 20 tahun. Distribusi responden berdasarkan usia pertama kali melakukan aktivitas seksual dapat dilihat pada grafik 4.1.
Grafik 4.1. Distribusi Kasus dan Kontrol Penderita Kanker Leher Rahim di RS H. Adam Malik Medan berdasarkan usia pertama kali melakukan aktivitas seksual
Jika merujuk pada kepustakaan, hasil penelitian ini berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Setyorini E tahun 2009 di Surakarta menemukan bahwa hubungan seksual yang dilakukan pada usia kurang dari 20 tahun, mempunyai resiko yang lebih tinggi terkena
penyakit kanker serviks (OR:5 p=0,023;CI 96%).17 Hal ini dapat berbeda mungkin dikarenakan sosio-kultural yang berbeda pada tempat penelitian.
4.2. Distribusi responden berdasarkan penggunaan pil kb > 4 tahun
Dari 25 orang responden yang terkena kasus kanker serviks terdapat 16 orang atau 44,4% dari orang yang tidak pernah memiliki riwayat KB dan sembilan pasien lainnya berasal dari 64,3% yang pernah memiliki riwayat KB > 4 tahun. Sedangkan pada kelompok kontrol, diketahui 5 orang yang menggunakan pil KB > 4 tahun dan 20 orang yang tidak menggunakan pil KB > 4 tahun. Distribusi responden berdasarkan penggunaan pil KB dapat dilihat pada grafik 4.2.
Grafik 4.2. Distribusi Kasus dan Kontrol Penderita Kanker Leher Rahim di RS H. Adam Malik Medan berdasarkan penggunaan pil KB > 4 tahun
Jika merujuk pada kepustakaan, hasil penelitian ini berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Setyorini E tahun 2009 di Surakarta menemukan bahwa riwayat pemakaian KB
hormonal lebih dari 4 tahun, meningkatkan risiko kanker leher rahim sebesar 0,20 kali lebih besar.17 Walaupun dari tinjauan kepustakaan ada yang menjelaskan keterkaitan riwayat pemakaian KB hormonal dengan kejadian kanker serviks.18
4.3. Distribusi responden berdasarkan kebiasaan merokok lebih dari lima batang
Terdapat 22 orang responden yang merupakan 47,8% dari responden yang tidak memiliki kebiasaan merokok yang menderita kanker serviks. Kemudian terdapat 3 responden
yang yang memiliki kebiasaan merokok yang menderita kanker serviks atau 75% dari responden yang memiliki kebiasan merokok lebih dari lima batang dalam sehari. Sedangkan pada kelompok kontrol, terdapat 1 orang yang mempunyai kebiasaan merokok dan 24 orang yang tidak mempunyai kebiasaan merokok. Distribusi responden berdasarkan kebiasaan merokok dapat dilihat dari grafik 4.3.
Grafik 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok 5 Batang Per Hari
Hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan suatu penelitian di Amerika Serikat oleh Davis-Dao et al., tahun 2007 menunjukkan hasil yang sama bahwa kebiasaan merokok tidak berhubungan bermakna dengan kejadian kanker serviks.15
4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pasangan Seksual Dengan Lebih dari 1 Orang
Terdapat 23 responden penderita kanker serviks atau 53,5% pasien dari total
Grafik 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pasangan Seksual
Hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan suatu penelitian di Amerika Serikat oleh Davis-Dao et al., tahun 2007 menunjukkan hasil yang sama bahwa jumlah pasangan seksual lebih dari 1 orang tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian kanker serviks.15
4.5. Distribusi Responden berdasarkan Keputihan Patologis
Terdapat 20 orang responden yang berasal dari 66,7% responden yang memiliki riwayat keputihan yang menderita kasus kanker serviks, sedangkan lima orang pasien lainnya tidak memiliki riwayat keputihan patologis. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa adanya riwayat keputihan memiliki kecenderungan lebih besar untuk menderita kanker serviks dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki riwayat keputihan.
Grafik 4.5. Distribusi Responden berdasarkan Keputihan Patologis
Hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan suatu penelitian di Amerika Serikat oleh Davis-Dao et al., tahun 2007 menunjukkan hasil yang sama bahwa riwayat keputihan yang patologis menunjukkan resiko yang lebih tinggi terkena kanker serviks (OR=4,9; p=0,001; p<0,05; CI 95%). Dan jika merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyorini E tahun 2009 di surakarta, hasil penelitian ini sama-sama menunjukkan bahwa seorang wanita yang memiliki riwayat keputihan patologis akan lebih tinggi resiko menderita kanker serviks.15
4.6. Distribusi Berdasarkan keadaan Sosial Ekonomi
Terdapat 19 pasien penderita kanker serviks yang berasal dari golongan
berpendapatan kurang dari Rp 1035.500,-. Jumlah ini memiliki proporsi 48,7% pasien dari keseluruhan pasien yang tergolong dalam berpendapatan urang dari UMR. Kemudian sisanya adalah 6 pasien yang berasal dari responden dengan pendaatan golongan di atas UMR.
Grafik 4.6. Distribusi Berdasarkan Keadaan Sosial Ekonomi
Wanita yang berada pada status sosio-ekonomi lemah berdasarkan kepustakaan
bahwa tingkat taraf hidup yang rendah terkait dengan pendidikan dan pengetahuan serta biaya yang tidak memadai untuk menjaga kesehatan dengan baik,12 sehingga peneliti berusaha mengamati resiko faktor sosio-ekonomi lemah terhadap kejadian kanker serviks, walaupun hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang tidak bermakna.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari seluruh faktor risiko yang meliputi usia saat pertama kali melakukan hubungan seksual, pemakaian KB hormonal lebih dari 4 tahun, Kebiasaaan merokok, jumlah pasangan seksual lebih dari 1 orang, dan sosio-ekonomi rendah tidak menunjukkan risiko yang lebih tinggi dan tidak terbukti berhubungan bermakna
terhadap kejadian kanker serviks.
Faktor risiko keputihan yang patologis merupakan faktor yang menimbulkan risiko lebih tinggi bagi seorang wanita untuk terkena kanker serviks.
5.2. SARAN
Perlu dilakukan upaya promotif kepada wanita untuk mengetahui faktor-faktor risiko untuk terjadinya kanker serviks, dalam upaya preventif baik secara primer dengan
menghindari faktor resiko, maupun upaya preventif sekunder melakukan vaksinasi terhadap virus HPV penyebab terjadinya kanker serviks. Dimana upaya skrining kanker serviks berupa Pap Smear, IVA test diharapkan dapat dilakukan secara rutin, serta upaya pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuddin S, Pencegahan dan deteksi Dini Kanker Serviks, Cermin Dunia
Kedokteran, No. 133, 2001
2. WHO Meeting, Control of cancer of the cervix uteri. Bull WHO 1986; 64(4): 607
3. Arjoso S, Peran Yayasan Kanker Indonesia dalam penanggulangan kanker serviks,
YKI, 2009
4. Nuranna L, Masalah Kanker di Indonesia, dalam : Kumpulan naskah seminar
manajemen kanker, Badan penelitian dan pengembangan Depkes_RI, Jakarta 1998
5. Matias J, et all, World Journal of Surgical Oncology, Early cervical cancer, 2008, 6-126
6. ACCP, 10 key findings prevention and recommendation for effective cervical cancer
screening and treatment program, 2007
7. Han A.C et all, Cancer Therapy : Update On Cervical Cancer, 2005, 3:243-248
8. Hanahan, Weinberg, The Hallmark of Cancer, Department Biochemistry Research
Institute, University of California, 2000
9. Malihe H, Nadereh B, Cancer therapy : cervical cancer screening, vol 3;231, 2005
10. Wiknjosastro, Ginekologi Onkologi , edisi ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2008.
11. Khasbiyah. 2004. Faktor Risiko Kanker Serviks Uteri. (Karya Tulis Ilmiah Semarang
Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP
12. Darwinian. A. 2006. Gangguan Kesehatan Pada Setiap Periode Kehidupan Wanita.
Smart living. Edisi ke – 3.Jakarta.Jakarta.Mangan Y. 2003. Cara Bijak Menaklukan
Kanker. Depok : PT Agromedia Pustaka. Mega Antara, Suwi Yoga, Suastika (2008)
Ekspresi p53 pada Kanker Serviks Terinfeksi Human Papilloma Virus tipe 16 dan 18:
Studi Cross Sectional_Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana/Rumah Sakit Sanglah
Denpasar.
13. Notoatmodjo S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
14. Depkes RI. Profil Kualitas Hidup Wanita Indonesia, Jakarta 2007.
15. Davis-Dao C, Cremer M, Felix J, Cortessis V. Effect of cervicitis on visual inspection
with acetic acid. Journal of Lower Genital Tract Disease 2008(12);4:282-286
16. Sawaya, G.F., McConnell, K.J., Kulasingam, S.L. 2003. Risk of Cervical Cancer
Associated With Extending the Interval Between Cervical-Cancer Screenings. N. Engl.
17. Setyorini E, Faktor-faktor Risiko yang berhubungan dengan kejadian kanker serviks di
RS. Dr. Moewardi Surakarta, Tesis Ilmu Kesehatan Masyarakat UNS Tahun 2009.
18. Schift, M., Miller, J., Masuk, M., et al. 2000. Contraceptive and reproductive risk
factors for cervical intraepithelial neoplasia in American Indian women. Int. J. Epid,
29: 983-998.
19. Suharto O. 2007. Hubungan Antara Karakteristik Ibu Dengan Partisipasi Ibu
Melakukan Pemeriksaan Papsmear di Klinik Adhiwarga PKBI Yogyakarta. (Skripsi)
Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan.
20. Rasjidi I, Sulistiyanto H. 2007. Vaksin Human Papilloma Virus dan Eradikasi Kanker
Mulut Rahim. Jakarta : Sagung Seto.
21. Morrow CP, Curtin JP, Townsend DE. 1998. (eds) : Sinopsis of Gynecologic
LAMPIRAN
LAPORAN PENELITIAN
1. Sebaran Subjek Penelitian Dengan Faktor Risiko Ca Cerviks
N Faktor Resiko
Penderita Ca Cerviks
Ya Tidak
N % N %
1 Umur menikah < 20 tahun
Umur menikah > 20 tahun
2 Riwayat berganti pasangan seksual
Tidak ada riwayat berganti pasangan seksual
3 Riwayat merokok
Tidak ada riwayat merokok
4 Riwayat keputihan
Tidak ada riwayat keputihan
5 Riwayat pil KB
Tidak ada riwayat pil KB
6 Sosio ekonomi lemah (<UMR)
Sosio ekonomi baik (>UMR)
2. Risiko Relatif Umur Menikah Terhadap Kejadian Ca cerviks
Penderita Ca Cerviks
Ya Tidak
Umur Menikah
< 20 Tahun
Ya
3. Risiko Relatif Riwayat Berganti Pasangan Terhadap Kejadian Ca cerviks
Penderita Ca Cerviks
Ya Tidak
Riwayat Berganti Pasangan
Ya
Tidak
4. Risiko Relatif Riwayat Keputihan Terhadap Kejadian Ca cerviks
Penderita Ca Cerviks
Ya Tidak
Riwayat
Keputihan
Ya
Tidak
5. Risiko Relatif Riwayat Penggunaan Pil KB Terhadap Kejadian Ca cerviks
Penderita Ca Cerviks
Ya Tidak
Penggunaan
Pil KB
Ya
Tidak
6. Risiko Relatif Merokok Terhadap Kejadian Ca Serviks
Ya Tidak
Merokok lebih 5
batang perhari
Ya
Tidak
7. Risiko Relatif Sosio Ekonomi Lemah Terhadap Kejadian Ca cerviks
Penderita Ca Cerviks
Ya Tidak
Sosio Ekonomi
Lemah
Ya
LAMPIRAN
Petunjuk : Berilah tanda (x) pada kolom jawaban (ya) bila anda setuju dengan pernyataan
ini, atau bila anda merasa bahwa pernyataan ini berlaku bagi atau mengenai anda. Sebaliknya berilah tanda (x) pada kolom jawaban (tidak) bila anda tidak setuju dengan pernyataan ini atau bila anda merasa pernyataan ini tidak berlaku atau tidak mengenai anda.
Skala L MMLPI
Pernyataan : Ya Tidak
1. Sekali-sekali saya berfikir tentang hal-hal
yang buruk untuk diutarakan. ( )` ( )
2. Kadang-kadang saya merasa ingin mengumpat
atau mencaci maki ( ) ( )
3. Saya tidak selalu mengatakan yang benar ( ) ( )
4. Saya tidak membaca setiap tajuk rencana surat
kabar harian ( ) ( )
5. Saya kadang-kadang marah ( ) ( )
6. Apa yang dapat saya kerjakan hari ini kadang-
kadang saya tunda sampai besok ( ) ( )
7. Bila saya sedang tidak enak badan kadang-
kadang saya mudah tersinggung ( ) ( )
8. Sopan santun saya di rumah tidak sebaik seperti
jika bersama orang lain ( ) ( )
9. Bila saya yakin tidak seorang pun melihatnya,
mungkin sekali-sekali saya akan menyelundup
nonton tanpa karcis ( ) ( )
10. Saya lebih senang menang daripada kalah dalam
suatu pertandingan ( ) ( )
11. Saya ingin mengenal orang-orang penting karena
dengan demikian saya merasa menjadi lebih
penting juga ( ) ( )
12. Saya tidak selalu menyukai setiap orang yang
saya kenal ( ) ( )
13. Kadang-kadang saya mempergunjingkan orang
lain (gosip) ( ) ( )
14. Saya kadang kadang memilih orang-orang yang
15. Sekali-sekali saya tertawa juga mendengar lelucon
porno ( ) ( )
KUISIONER
1. Pada usia berapakah Anda menikah?
o < 20 tahun
o > 20 tahun
2. Apakah Anda berganti-ganti pasangan seksual?
o Ya
o Tidak
3. Apakah Anda merokok?
o Ya (> 4 batang/ hari)
o Tidak
4. Apakah Anda mempunyai riwayat keputihan?
o Ya
o Tidak
5. Apakah anda mempunyai riwayat pemakaian pil KB ?
o Ya
o Tidak
6. Apakah pendapatan anda sebulan < Rp. 1.035.500,- ?
o Ya