TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG PENGARUH RADIKAL
BEBAS TERHADAP TIMBULNYA PENYAKIT
Oleh :
INDRI MARIA BENAZIR 070100001
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG PENGARUH RADIKAL
BEBAS TERHADAP TIMBULNYA PENYAKIT
KARYA TULIS ILMIAH
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
INDRI MARIA BENAZIR 070100001
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG PENGARUH RADIKAL BEBAS TERHADAP TIMBULNYA PENYAKIT
Nama : INDRI MARIA BENAZIR Nim : 070100001
Pembimbing Penguji I
(dr. Simon Marpaung M.Kes) (dr. Rina Amelia, M.A.R.S.) NIP. 194512171969021001
Penguji II
NIP. 197604202003122002
(dr. Yunilda Andriyani, MKT) NIP. 197906032003122001
Medan, 15 Desember 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Radikal bebas adalah molekul oksigen yang dalam interaksinya dengan molekul lain kehilangan sebuah elektron di lingkaran terluar orbitnya sehingga jumlah eletronnya ganjil. Karena jumlah elektronnya ganjil, molekul ini menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mencari pasangan elektron baru dengan cara mengambil elektron molekul lain yang berdekatan. Radikal bebas baik yang endogen ataupun eksogen bersifat destruktif dan memicu berbagai penyakit seperti jantung koroner (aterosklerosis), stroke, diabetes dan kanker.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang pengaruh radikal bebas terhadap timbulnya penyakit. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling menggunakan rumus Vincent Gasperz. Sampel yang diperlukan adalah sebanyak 209 orang dan data responden diambil dengan menggunakan kuesioner. Penelitian dilakukan selama bulan Agustus-September tahun 2010 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang radikal bebas mayoritas berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 111 orang (53,1%) dan sebagian lagi mempunyai pengetahuan yang baik, yaitu sebanyak 98 orang (46,9%).
Bagi penelitian selanjutkan diharapkan dapat menilai bagaimana sikap dan tindakan mahasiswa mengenai pengaruh radikal bebas terhadap timbulnya penyakit.
ABSTRACT
Free radical is oxygen molecule which in its interaction with other molecule loss an electron in its outest orbit circle so that its electrons become odd. Because of that, this molecule becomes unstable and always try to find new electron pairs by taking electron from other molecules which next to it. Endogenous or exogenous free radical is destructive and causes many diseases such as heart disease (aterosclerosis), stroke, diabetic and cancer.
The aim of this study is to know medical faculty student’s knowledge in University of North Sumatera about free radical in causing diseases. This cross sectional study was conducted in descriptive method. 209 respondents were taken by using consecutive sampling method with Vincent Gasperz’s formula. Each of them were given a questionnaire with 15 questions in it. It was doing between August-September 2010 in medical faculty of north sumatera.
The result from this study showed that the majority of student’s knowledge level was catagorized as “moderate” from 111 respondents (53,1%) and the other was catagorized as “good” from 98 respondents (46,9%).
It is hoped for the further study to asses the attitude and action of medical faculty student about free radical in causing diseases.
KATA PENGANTAR
Pertama sekali puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Adapun karya tulis ilmiah ini
dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di
Fakultas Kedokteran.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak mendapat
bimbingan, pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
2. Bapak dr. Simon Marpaung, M.Kes, selaku dosen pembimbing penulis yang
telah menyediakan waktu, tenaga dan pemikirannya dalam penyelesaian karya
tulis ilmiah ini.
3. Ibu dr. Rina Amelia, M.A.R.S dan dr. Yunilda Andriyani, MKT yang telah
menguji karya tulis ilmiah penulis.
4. Ibu dr. Khairani, selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh staf
pengajar yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan serta
seluruh pegawai civitas akademika di Fakultas Kedokteran USU.
5. Rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga penulis persembahkan
kepada kedua orang tua, ayahanda Drs. Ihsan Fachri Nst, Ak dan ibunda dr.
Isma Aprita Lubis, SpKK atas doa, perhatian dan dukungan yang tak pernah
putus sebagai bentuk kasih sayang kepada penulis. Serta kepada kakak dan
adik, Iqrina Widya Zahara, S.ked dan Ikram Anggita Nst yang tersayang,
semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
6. Anggi, Isti, Eci, Dodo, Rizka, Vella, Andika, Yan, Ira, Suhenda, Josua, Mail,
Eni, Uci, Yasmin dan seluruh teman-teman stambuk 2007 yang tidak bisa
disebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu dan mau bertukar
pikiran dengan penulis, semoga kita bisa menjadi dokter yang berguna di
masa mendatang.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan karya tulis ini. Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah
ini dapat ikut memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi ilmu kedokteran.
Medan, 23 November 2010
Penulis
Indri Maria Benazir
DAFTAR ISI
1.3. Tujuan Penelitian... 4
1.3.1. Tujuan Umum... 4
1.3.2. Tujuan Khusus... 4
1.4. Manfaat Penelitian... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 5
2.1. Pengetahuan... 5
2.1.1. Definisi Pengetahuan... 5
2.1.2. Tingkat Pengetahuan... 5
2.2. Radikal Bebas... 6
2.2.1. Definisi Radikal Bebas... 6
2.2.2. Pembentukan Radikal Bebas... 6
2.2.3. Tipe Radikal Bebas dalam Tubuh... 10
2.2.4. Sumber Radikal Bebas... 10
2.2.5. Reaksi Perusakan oleh Radikal Bebas... 11
2.2.6. Penyakit Akibat Radikal Bebas... 12
2.3. Aterosklerosis... 12
2.3.1. Definisi Aterosklerosis... 12
2.3.2. Faktor Risiko aterosklerosis... 13
2.3.3. Gambaran Klinik Aterosklerosis... 14
2.3.4. Pembentukan Aterosklerosis... 15
2.3.5. Ateroskelosis dan Radikal Bebas... 16
2.4. Kanker... 16
2.4.2. Penyebab Kanker... 17
2.4.3. Gambaran Klinik Kanker... 19
2.4.4. Mekanisme Terjadinya Kanker... 19
2.4.5. Kanker dan Radikal Bebas... 20
2.5. Diabetes Melitus... 20
2.5.1. Definisi Diabetes Melitus... 20
2.5.2. Klasifikasi Diabetes Melitus... 21
2.5.3. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus... 21
2.5.4. Patofisiologi Diabetes Melitus... 22
2.5.5. Diabetes Melitus dan Radikal Bebas... 23
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL……... 25
3.1. Kerangka Konsep Penelitian……… 25
3.2. Definisi Operasional……… 25
BAB 4 METODE PENELITIAN……… 27
4.1. Jenis Penelitian………... 27
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian……… 27
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian……… 27
4.4. Tekhnik Pengumpulan Data………. 29
4.5. Pengolahan dan Analisa Data……….. 31
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 32
5.1. Hasil Penelitian... 32
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 32
5.1.2. Karakteristik Responden... 32
5.1.3. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tentang Pengaruh Radikal Bebas Terhadap Timbulnya Penyakit... 34
5.2. Pembahasan... 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 38
6.1.Kesimpulan... 38
6.2.Saran... 38
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1 Hasil uji validitas dan reabilitas 30
5.1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin 32
5.2. Distribusi responden berdasarkan umur 33
5.3. Distribusi responden berdasarkan suku bangsa 33
5.4. Distribusi responden berdasarkan pertanyaan kuesioner 34
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan
DM Diabetes Melitus
Keterangan
DNA Dioxi Nucleotida Acid
GDM Gestasional Diabetes Mellitus
HCA Heterocyclic Amines
HDL High Density Lipoprotein
IDDM Insulin Dependent Diabetes Mellitus
LDL Low Density Lipoprotein
MDA Malondialdehid
Menkes Menteri Kesehatan
NIDDM Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
PAH Polynuclear Aromatic Hydrocarbons
PERKENI Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
PUFA Polyunsaturated Fatty Acid
PJK Penyakit Jantung Koroner
RB Radikal Bebas
RBO Radikal Bebas Oksigen
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
RNA Ribo Nucleat Acid
ROI Reactive Oxygen Intermediate
SKRT Survei Kesehatan Rumah Tangga
TFA Trans Fatty Acid
UK United Kingdom
US United State
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Lembar Persetujuan (informed consent)
Lampiran 3 Kuesioner
Lampiran 4 Ethical Clearance
ABSTRAK
Radikal bebas adalah molekul oksigen yang dalam interaksinya dengan molekul lain kehilangan sebuah elektron di lingkaran terluar orbitnya sehingga jumlah eletronnya ganjil. Karena jumlah elektronnya ganjil, molekul ini menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mencari pasangan elektron baru dengan cara mengambil elektron molekul lain yang berdekatan. Radikal bebas baik yang endogen ataupun eksogen bersifat destruktif dan memicu berbagai penyakit seperti jantung koroner (aterosklerosis), stroke, diabetes dan kanker.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang pengaruh radikal bebas terhadap timbulnya penyakit. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling menggunakan rumus Vincent Gasperz. Sampel yang diperlukan adalah sebanyak 209 orang dan data responden diambil dengan menggunakan kuesioner. Penelitian dilakukan selama bulan Agustus-September tahun 2010 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang radikal bebas mayoritas berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 111 orang (53,1%) dan sebagian lagi mempunyai pengetahuan yang baik, yaitu sebanyak 98 orang (46,9%).
Bagi penelitian selanjutkan diharapkan dapat menilai bagaimana sikap dan tindakan mahasiswa mengenai pengaruh radikal bebas terhadap timbulnya penyakit.
ABSTRACT
Free radical is oxygen molecule which in its interaction with other molecule loss an electron in its outest orbit circle so that its electrons become odd. Because of that, this molecule becomes unstable and always try to find new electron pairs by taking electron from other molecules which next to it. Endogenous or exogenous free radical is destructive and causes many diseases such as heart disease (aterosclerosis), stroke, diabetic and cancer.
The aim of this study is to know medical faculty student’s knowledge in University of North Sumatera about free radical in causing diseases. This cross sectional study was conducted in descriptive method. 209 respondents were taken by using consecutive sampling method with Vincent Gasperz’s formula. Each of them were given a questionnaire with 15 questions in it. It was doing between August-September 2010 in medical faculty of north sumatera.
The result from this study showed that the majority of student’s knowledge level was catagorized as “moderate” from 111 respondents (53,1%) and the other was catagorized as “good” from 98 respondents (46,9%).
It is hoped for the further study to asses the attitude and action of medical faculty student about free radical in causing diseases.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Di era industri seperti saat ini meningkatnya pencemaran lingkungan
berdampak negatif pada kesehatan yang diakibatkan oleh banyaknya radikal bebas.
Sebenarnya tubuh manusia dapat menetralisir radikal bebas namun bila jumlahnya
terlalu berlebihan, maka kemampuan tubuh untuk menetralisirnya akan semakin
berkurang. Saat ini ditemukan bahwa ternyata radikal bebas berperan dalam
terjadinya berbagai penyakit. Hal ini dikarenakan radikal bebas adalah spesi kimia yang memiliki pasangan elektron bebas di kulit terluar sehingga sangat reaktif dan
mampu bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat, DNA dan RNA. Reaksi antara
radikal bebas dan molekul itu berujung pada timbulnya suatu penyakit.
Gitawati (1995) dalam Pribadi (2009) menyebutkan bahwa radikal bebas
adalah suatu atom, gugus atom atau molekul yang memiliki satu atau lebih elektron
yang tidak berpasangan pada orbital paling luar, termasuk di antaranya adalah atom
hidrogen, logam-logam transisi dan molekul oksigen. Radikal bebas bersifat
destruktif dan memicu berbagai penyakit. Hernani dan Raharjo (2006) dalam Sa’ad
(2009) menyatakan bahwa senyawa radikal akan merusak sel sehingga menyebabkan
suatu penyakit seperti penyakit liver, kanker, dan kondisi yang berhubungan dengan
umur seperti alzheimer. Rohman dan Rianto (2006) dalam Pribadi (2009)
menyebutkan juga bahwa radikal bebas baik yang bersifat endogen ataupun eksogen
merupakan etiologi penyakit degeneratif seperti jantung koroner (aterosklerosis),
stroke, diabetes dan kanker. Pada penelitian ini akan dibahas 3 penyakit utama yang
disebabkan oleh radikal bebas, yaitu aterosklerosis, kanker dan diabetes melitus.
Pertama akan dibahas mengenai ateroskerosis di mana sekitar 39% kematian
penduduk di UK dan 12 juta di US disebabkan oleh penyakit yang ada hubungannya
kematian di seluruh dunia diakibatkan oleh penyakit yang didasari oleh aterosklerosis
seperti stroke, infark miokard dan penyakit jantung koroner (Atinia, 2006). WHO
mencatat lebih dari 117 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh dunia pada tahun
2002 dan angka ini diperkirakan meningkat 11 juta orang pada tahun 2020 (Nenk,
2009). Budiana (2007) menyebutkan data SKRT tahun 2001 menunjukkan penyakit
jantung menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia (26,4 %), meningkat tajam
dari 9,9% (1992) menjadi 19 % (1995). Selain itu, menurut SKRT yang dilakukan
secara berkala oleh Departemen Kesehatan menunjukkan penyakit jantung
memberikan kontribusi sebesar 19,8% dari seluruh penyebab kematian di Indonesia
tahun 1993 dan meningkat sebesar 24,4% tahun 1998 (Lestari, 2007).
Penyakit yang terakhir yang akan dibahas adalah kanker. LHS (2009) dalam
data WHO (2008) menyebutkan bahwa kanker merupakan penyebab utama mortalitas
di dunia (sekitar 13% dari seluruh penyebab mortalitas), diperkirakan angkanya
sekitar 7,9 juta kematian pada tahun 2007. Kanker telah menyebabkan kematian 7,1
juta orang pada tahun 2003 dan diperkirakan jumlah kasusnya akan meningkat 50% Penyakit selanjutnya adalah diabetes melitus. Di antara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu di antara penyakit tidak menular yang akan meningkat
jumlahnya di masa datang. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah
pengidap diabetes di atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun
waktu 25 tahun kemudian (2025) jumlah ini akan bertambah menjadi 300 juta orang
(Suyono, 2006). Aditama (2009) menyebutkan berdasarkan data Diabetes Care tahun
2004 bahwa secara epidemiologi, diperkirakan tahun 2030 prevalensi DM di
Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM
pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu
14,7% dan di daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%. Di Provinsi
Sumatera Utara kunjungan rawat jalan diabetes melitus tipe 2 tahun 2000 berada pada
urutan kelima dan proporsi kunjungan ini neningkat dari tahun 2002 ke 2003 sebesar
dalam 20 tahun mendatang pada data WHO tahun 2004, sedangkan data WHO yang
diterbitkan pada 2007 menyebutkan, sebanyak 7,6 juta jiwa meninggal pada 2005 dan
84 juta orang lainnya akan mati dalam jangka waktu 10 tahun ke depan jika tidak ada
tindakan nyata untuk menanggulangi penyakit ini (Suara Pembaruan Daily, 2007).
Sumber-sumber radikal bebas semakin sering dijumpai di masyarakat
sekarang ini seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya semakin
banyaknya kendaraan baru yang beredar di pasaran dan digunakan oleh masyarakat
yang nantinya semakin memperbanyak polusi udara akibat penggunaannya, dimana
polusi udara merupakan salah satu sumber radikal bebas. Selain itu, menurut peneliti
gaya hidup yang semakin berkembang juga dapat berpengaruh terutama di daerah
perkotaan. Banyak masyarakat yang lebih suka mengkonsumsi makanan cepat saji,
banyak mengandung lemak serta zat-zat kimia berbahaya dan penggunaan rokok,
dimana bahan-bahan tersebut merupakan sumber radikal bebas juga. Dengan
demikian, semakin meningkatnya sumber radikal bebas yang terpapar pada
masyarakat, maka resiko untuk menderita penyakit-penyakit yang telah disebutkan
sebelumnya akan meningkat pula. Maka dari itu, berdasarkan data-data di atas
peneliti ingin membuat penelitian mengenai pengetahuan tentang pengaruh radikal
bebas terhadap timbulnya penyakit pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU
dimana mahasiswa sebagai calon dokter sangat perlu mengetahui bahaya radikal
bebas, sehingga dapat memberitahukannya kepada pasien di kemudian hari dan agar
pada nantinya dapat dilakukan pencegahan terhadap penyakit tersebut.
Menkes (2009) menyebutkan bahwa berdasarkan SKRT tahun 2001 penyakit kanker
merupakan penyebab kematian nomor 5 di Indonesia setelah penyakit kardiovaskuler,
infeksi pernafasan dan pencernaan dengan peningkatan kasus kematian penyakit
kanker dari 3,4 % pada tahun 1980 menjadi 6% pada tahun 2001 dan data Riskesdas
tahun 2007 menunjukkan prevalensi tumor di Indonesia dalah 4,3 per 1000 penduduk
dimana kanker merupakan penyebab kematian nomor 7 (5,7%) setelah stroke,
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian ringkas dari latar belakang di atas, memberi dasar bagi
peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian berikut :
Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa fakultas kedokteran USU tentang
pengaruh radikal bebas terhadap timbulnya penyakit ?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa fakultas kedokteran USU tentang
pengaruh radikal bebas terhadap timbulnya penyakit.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang radikal bebas.
2. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang jenis-jenis radikal bebas yang
berbahaya bagi kehidupan.
3. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang jenis-jenis penyakit yang dapat
ditimbulkan akibat terpapar radikal bebas.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Masyarakat luas pada umumnya dan mahasiswa fakultas kedokteran USU pada
khususnya tentang bahaya yang dapat ditimbulkan radikal bebas sehingga dapat
dilakukan pencegahan untuk timbulnya penyakit di kemudian hari.
2. Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil ‘tahu’ dan terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2003). Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003),
mengungkapkan bahwa sebelum mengadopsi perilaku baru, maka terlebih dahulu akan terjadi beberapa proses, yaitu awareness (menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus), interest (merasa tertarik terhadap stimulus),
evaluation (mempertimbangkan baik dan buruknya stimulus), trial (mencoba
melakukan sesuatu sesuai yang diinginkan oleh stimulus) dan adoption (berperilaku
baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus).
2.2.2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan yang dicakup di dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni know (mengingat suatu materi yang telah
dicapai sebelumnya), comprehension (memahami dan mampu menjelaskan serta
dapat menginterpretasikan secara benar tentang materi yang diketahui), application
(mampu menggunakan materi yang telah dipelajari), analysis (mampu menjabarkan
materi ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
dan berhubungan satu sama lain), synthesis (mampu menghubungkan bagian-bagian
ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru) dan evaluation (mampu melakukan
2.2. Radikal bebas
2.2.1. Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul oksigen yang dalam interaksinya dengan
molekul lain kehilangan sebuah elektron di lingkaran terluar orbitnya sehingga
jumlah eletronnya ganjil. Karena jumlah elektronnya ganjil, molekul ini menjadi
tidak stabil dan selalu berusaha mencari pasangan elektron baru dengan cara
mengambil elektron molekul lain yang berdekatan (Kusumadewi, 2002). Radikal
bebas adalah bahan kimia bereaksi tinggi yang masuk ke aliran darah melalui polusi
udara, cahaya matahari dan proses normal metabolisme (Thomas, 2006).
Radikal bebas mencari reaksi-reaksi agar dapat memperoleh kembali elektron
berpasangannya. Droge (2002) dalam Sjamsul Arief menyebutkan bahwa dalam rangka mendapatkan stabilitas kimia, radikal bebas tidak dapat mempertahankan
bentuk asli dalam waktu lama dan segera berikatan dengan bahan sekitarnya. Radikal
bebas akan menyerang molekul stabil yang terdekat dan mengambil elektron, zat
yang terambil elektronnya akan menjadi radikal bebas juga sehingga akan memulai
suatu reaksi berantai yang akhirnya akan terjadi kerusakan pada sel tersebut.
2.2.2. Pembentukan Radikal Bebas
Menurut Kumalaningsih (2006), radikal bebas dapat masuk dan terbentuk di
dalam tubuh melalui :
a. Pernafasan
Saat kita melakukan pernafasan akan masuk oksigen (O2) yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh untuk proses pembakaran gula menjadi CO2, H2O, dan energi. Dalam hal
ini O2 sangat berperan karena bila tidak ada O2 proses kehidupan akan tidak lancar
dan membahayakan bagi tubuh kita sendiri. Tetapi dengan bernafas atau oksigen
yang berlebihan saat olahraga terjadi reaksi yang kompleks dalam tubuh dan
singlet, radikal peroksida lipid, radikal hidroksil, radikal superoksida. Semua radikal
bebas oksigen ini sangat cepat merusak jaringan-jaringan sel.
b. Lingkungan tidak sehat
Pembakaran yang tidak sempurna misalnya asap rokok yang tidak menghasilkan
CO2 tetapi CO, demikian juga asap dari kendaran bermotor merupakan radikal bebas
yang berbahaya sekali bagi paru-paru. Di samping itu juga dari asupan makanan yang
mengandung logam-logam berat memungkinkan terbentuknya radikal bebas akibat
oksidasi dari luar. Beberapa macam radikal bebas antara lain superoksida (O2-),
hidrogen peroksida (H2O2), hidroxyl radical OH, singlet oxygen O2, hypoclorus
radical OCL, ozone O3
c. Makanan berlemak .
Lemak sangat bermanfaat bagi tubuh kita tetapi konsumsi lemak yang berlebihan
khususnya konsumsi lemak polyunsaturated dan lemak hidrogenasi sangat berpotensi
menghasilkan radikal bebas. Lemak polysaturated disebut juga lemak tidak jenuh
artinya lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada atom C-nya. Adanya ikatan
rangkap tersebut mudah sekali dioksidasi atau terserang peroksidasi lipid membentuk
radikal peroksida lipid. Makanan yang banyak mengandung lemak polyunsaturated
antara lain mayones dan saos salad akan mudah sekali terserang radikal bebas. Lemak
hidrogenasi adalah lemak yang ikatan rangkap tak jenuhnya telah disubstitusi dengan
hidrogen, lemak ini disebut margarin atau mentega tiruan. Lemak hidrogenasi sangat
berbahaya karena dapat mengubah kemampuan serap selaput sel sehingga
mengakibatkan fungsi selaput sel sebagai pelindung menjadi tidak berarti.
Sitorus (2008) menyatakan bahwa ada dua kelompok radikal bebas yaitu
kelompok logam dan non-logam. Dari kelompok logam yang paling berbahaya adalah
radikal bebas Hg (merkuri). Pada reaksi logam dan non-logam tersebut yang
melibatkan radikal bebas berfungsi sebagai zat pemicu (inisiator) yang dapat
1. Pembentukan radikal bebas yang terimbas cahaya (fotolisis = hv)
Beberapa jenis senyawa yang menghasilkan radikal bebas terimbas cahaya (hv)
adalah sebagai berikut :
2. Pembentukan radikal bebas yang terimbas panas (termolisis atau pirolisis).
Beberapa jenis senyawa yang menghasilkan radikal bebas terimbas panas adalah
sebagai berikut :
a. Tetraalkil lead
PbR4 Pb + 4 R.
b. Senyawa – senyawa azo
R2 – C – N = N – C – R2 2 R2 – C. + N
│ │ │
2
c. Senyawa halogen (dapat juga terimbas cahaya)
X2 2 X
3. Pembentukan radikal bebas dengan dekomposisi senyawa golongan peroksida.
.
Senyawa peroksida yaitu senyawa yang mengandung ikatan ( - O-O - ) pada suhu
kamar (250
a. Hidrogen per-oksida
C) akan membentuk radikal bebas secara spontan yang dapat sebagai
pemacu reaksi dengan mekanisme radikal bebas.
H – O – O – H 2 HO.
Selain itu, menurut Sitorus (2008) mekanisme radikal bebas terjadi melalui
tiga tahapan yaitu inisiasi (permulaan), propagasi (pertumbuhan/perambatan) dan
terminasi (penghentian).
2.2.3. Tipe Radikal Bebas dalam Tubuh
Menurut Araujo dan Arnal (1998) dalam Sjamsul Arief radikal bebas
terpenting dalam tubuh adalah radikal derivat dari oksigen yang disebut kelompok
oksigen reaktif (reactive oxygen species/ROS), termasuk didalamnya adalah triplet
(3O2), tunggal (singlet/1O2), anion superoksida (O2.-), radikal hidroksil (-OH), nitrit
oksida (NO-), peroksinitrit (ONOO-), asam hipoklorus (HOCl), hidrogen peroksida
(H2O2), radikal alkoxyl (LO-) dan radikal peroksil (LO-2). Radikal bebas yang
mengandung karbon (CCL
3-Radikal bebas yang terdapat di dalam tubuh dan sangat berbahaya di
antaranya adalah radikal bebas oksigen (RBO) yaitu hidroksil, superoksida, nitrogen
monooksida dan peroksil (Silalahi, 2006).
) yang berasal dari oksidasi radikal molekul organik.
Radikal yang mengandung hidrogen hasil dari penyerangan atom H (H-). Bentuk
lain adalah radikal yang mengandung sulfur yang diproduksi pada oksidasi glutation
menghasilkan radikal thiyl (R-S-). Radikal yang mengandung nitrogen juga ditemukan, misalnya radikal fenyldiazine.
2.2.4. Sumber Radikal Bebas
Reaksi pembentukan radikal bebas merupakan mekanisme biokimia tubuh
yang alamiah. Radikal bebas bersifat perantara yang dengan cepat diubah menjadi
substansi yang tidak membahayakan tubuh. Sumber radikal bebas dari dalam tubuh
misalnya dari proses oksidasi dan olahraga yang berlebihan, peradangan akibat
menderita sakit kronik dan stres, sedangkan dari luar tubuh radikal bebas dapat
diperoleh melalui proses merokok, terpapar udara yang tercemar, radiasi matahari,
radiasi fototerapi (penyinaran), konsumsi obat-obatan termasuk kemoterapi, pestisida
dan zat kimia lainnya (Tapan, 2005). Radikal bebas yang dihasilkan tubuh dapat
berguna untuk melawan bibit penyakit bersama dengan sistem imun dan membantu
2.2.5. Reaksi Perusakan oleh Radikal Bebas
Definisi tekanan oksidatif (oxidative stress) adalah suatu keadaan dimana
tingkat oksigen reaktif intermediate (ROI) yang toksik melebihi pertahanan
anti-oksidan endogen. Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas, yang akan
bereaksi dengan lemak, protein, asam nukleat seluler, sehingga terjadi kerusakan
lokal dan disfungsi organ tertentu. Lemak merupakan biomolekul yang rentan
terhadap serangan radikal bebas.
a. Peroksidasi lemak
Droge (2002) dalam Sjamsul Arief menyebutkan bahwa membran sel kaya akan
sumber polyunsaturated fatty acid (PUFA), yang mudah dirusak oleh bahan-bahan
pengoksidasi. Proses tersebut dinamakan peroksidasi lemak. Hal ini sangat merusak karena merupakan suatu proses berkelanjutan. Pemecahan hidroperoksida lemak
sering melibatkan katalisis ion logam transisi
b. Kerusakan protein
Proctor dan Reynolds (1984) dalam Sjamsul Arief menyebutkan bahwa protein
dan asam nukleat lebih tahan terhadap radikal bebas daripada PUFA sehingga kecil
kemungkinan dalam terjadinya reaksi berantai yang cepat. Serangan radikal bebas
terhadap protein sangat jarang kecuali bila sangat ekstensif. Hal ini terjadi hanya jika
radikal tersebut mampu berakumulasi (jarang pada sel normal) atau bila
kerusakannya terfokus pada daerah tertentu dalam protein. Salah satu penyebab
kerusakan terfokus adalah jika protein berikatan dengan ion logam transisi
c. Kerusakan DNA
Allen dan Tressini (2000) dalam Sjamsul Arief menyebutkan bahwa seperti pada
protein kecil kemungkinan terjadinya kerusakan di DNA menjadi suatu reaksi
dapat diatasi, dan terjadi sebelum replikasi maka akan terjadi mutasi. Radikal oksigen
dapat menyerang DNA jika terbentuk disekitar DNA seperti pada radiasi biologis.
2.2.6. Penyakit Akibat Radikal Bebas
Kusumalaningsih (2006) mengungkapkan ada beberapa penyakit yang dapat
disebabkan radikal bebas, yaitu :
a. Penyakit Jantung Koroner. Penyakit ini disebabkan molekul besar lemak yang
disebut LDL (Low Density Lipoprotein) teroksidasi antara lain oleh radikal bebas.
LDL yang teroksidasi akan mengendap di pembuluh darah jantung sehingga
menjadi sempit dan aliran darah terganggu.
b. Kanker. Penyakit ini disebabkan oleh karena adanya serangan radikal bebas pada
DNA dan RNA dalam sel sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan sel yang abnormal dan menyebabkan kerusakan jaringan.
c. Katarak. Pada penyakit ini terjadi kerusakan protein pada lensa akibat elektron diambil oleh radikal bebas dapat mengakibatkan kerusakan sel.
d. Penyakit Degeneratif. Penyakit ini disebabkan asam lemak tak jenuh dalam
jaringan sel terserang radikal bebas sehingga terjadi reaksi antar sel dan
menghasilkan senyawa peroksida yang merusak sel.
e. Proses Penuaan yaitu kerusakan jaringan akibat radikal bebas dapat menyebabkan
elastisitas kolagen merosot dan kulit menjadi keriput dan timbul bintik-bintik
pigmen kecoklatan.
2.3. Aterosklerosis
2.3.1. Definisi Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah penyakit kronis yang ditandai dengan penebalan dan
kalsifikasi, mengakibatkan obstruksi pembuluh darah, agregasi trombosit dan
vasokonstriksi abnormal (Brashers, 2007). Aterosklerosis atau kekakuan pembuluh
darah arteri atau pengerasan arteri adalah suatu keadaan di mana terjadinya
penimbunan lemak bercampur kalsium dan sel darah pada dinding pembuluh darah
arteri (Kabo, 2008).
Jansen pada tahun 2006 menyebutkan bahwa aterosklerosis adalah salah satu
bentuk dari arteriosklerosis. Arteriosklerosis adalah suatu keadaan yang ditandai
dengan hilangnya elastisitas (pengerasan) dari arteri karena penebalan dinding
pembuluh nadi yang akan menyebabkan penyakit jantung degeneratif, stroke dan
penyakit arteri lainnya. Aterosklerosis adalah penumpukan endapan jaringan lemak
(atheroma) dalam nadi. Pengendapan lemak seperti ini disebut plaque (plak), terutama terdiri atas kolesterol dan esternya dan cenderung terjadi di titik-titik
percabangan nadi (bifurcation) sehingga mengganggu aliran darah di tempat-tempat
yang memiliki aliran darah tidak begitu keras.
2.3.2. Faktor resiko Aterosklerosis
Faktor resiko atau atherogenic factor adalah semua faktor yang dapat
mendorong pembentukan aterosklerosis secara signifikan. Hal itu merupakan
perubahan pola kehidupan masyarakat suatu bangsa yang dalam istilah Robert E.
Kwalski (dalam buku Cholesterol and Children, 1988) adalah atherogenic way of life
(cara hidup yang aterogenik). Harrisons (1987) dalam Sitepoe (2008) menyatakan
bahwa faktor resiko pembentukan aterosklerosis dibedakan menjadi non-reversible
(umur, jenis kelamin, riwayat keluarga), reversible (merokok, hipertensi, obesitas),
parsial reversible (kadar lipid dalam darah tinggi, kadar gula darah tinggi, kadar
HDL dalam darah rendah) dan faktor lain (kurang bergerak/olahraga, stres dan tipe
kepribadian).
Brashers (2007) menyatakan bahwa faktor risiko dan kemungkinan
mekanisme cedera untuk aterosklerosis meliputi displidemia (peningkatan kolesterol
hipertensi, jenis kelamin pria, wanita setelah menopause (defisiensi estrogen), usia di
atas 50 tahun, diabetes (resistensi insulin), peningkatan fibrinogen serum,
peningkatan homosistein serum, diet tinggi lemak, obesitas dan riwayat keluarga.
2.3.3. Gambaran Klinik Aterosklerosis
Mitchell (2008) menyatakan bahwa aterosklerosis dapat di mulai pada masa
kanak-kanak walaupun secara khas tidak memberikan gejala apa pun selama berpuluh
tahun sampai pada akhirnya bermanifesatasi sendiri melalui salah satu mekanisme
berikut, yaitu :
a. Penyempitan tersamar lumen vaskuler (misalnya gangren pada tungkai bawah
terjadi karena aterosklerosis yang menimbulkan stenosis dalam arteri poplitea). b. Ruptur plak atau lesi superfisial yang diikuti oleh pembentukan trombus sehingga
terjadi oklusi lumen yang tiba-tiba (misalnya infark miokardium terjadi setelah
oklusi lumen oleh trombus dari ateroma koroner yang lepas).
c. Kelemahan dinding pembuluh darah yang diikuti oleh pembentukan aneurisma dan
mungkin pula ruptur (misalnya aneurisma aorta abdominalis).
d. Pembentukan sumber tromboembolus atau debris ateroembolus yang
menyebabkan kerusakan organ di sebelah distal (misalnya infark renal setelah
embolisasi kolesterol dari plak aorta yang mengalami ulserasi).
Gambaran klinis aterosklerosis menurut Corwin (2009) biasanya terjadi pada
tahap akhir perjalanan penyakit. Gejala aterosklerosis tersebut meliputi :
a. Klaudikasio intermiten, suatu perasaan nyeri dan kram di ekstremitas bawah,
terutama terjadi selama atau setelah olahraga. Keadaan ini disebabkan buruknya
aliran darah yang melewati pembuluh aterosklerotik yang memperdarahi tungkai
bawah. Pada saat kebutuhan oksigen otot tungkai akan meningkat, maka aliran
yang terbatas tersebut tidak dapat menyuplai oksigen yang dibutuhkan dan terjadi
b. Peka terhadap rasa dingin karena aliran darah ke ekstremitas tidak adekuat.
c. Perubahan warna kulit karena berkurangnya aliran darah ke suatu daerah area
tubuh. Akibat iskemia, area daerah tersebut menjadi pucat. Hal ini diikuti respons
autoregulasi lokal sehingga hiperemia (peningkatan aliran darah) dan kulit merona
merah.
d. Dapat diraba penurunan denyut arteri di sebelah hilir dari lesi aterosklerotik.
Apabila aliran darah tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
metabolik, dapat terjadi nekrosis sel dan gangren.
2.3.4. Pembentukan Aterosklerosis
Aterosklerosis diawali dengan masuknya kolesterol ke robekan kecil pada bagian dalam dinding arteri (endotelium) sehingga kolesterol dan zat lain
terperangkap di area yang rusak tersebut. Kolesterol LDL mengalami perubahan
kimiawi melalui proses oksidasi. Kemudian monosit (jenis sel darah putih terbesar)
tertarik ke area yang luka tersebut. Monosit berkembang menjadi makrofag (sel
berukuran besar yang memakan partikel asing). Makrofag menyerap kolesterol LDL
yang telah mengalami perubahan dan makrofag berubah menjadi sel busa (foam cell)
di bagian dalam dinding arteri. Sel busa kemudian mati, melepaskan kolesterol yang
terlihat sebagai deposit lemak di bagian dalam dinding arteri. Selanjutnya sel otot
mensekresi jaringan fibrosa sebagai usaha untuk menutupi deposit kolesterol. Seiring
waktu, garis deposit lemak berkembang menjadi plak (struktur ‘fibro-fatty’) dan
mulai menghambat aliran darah dalam arteri. Plak akhirnya dapat pecah atau ruptur
akibat tekanan mekanik dari luar dan akibat proses kimiawi yang terjadi di dalam
plak tersebut. Kemudian trombosit tertarik ke area tersebut dan mulai membentuk
bekuan darah. Lesi tersebut dapat menyumbat secara total aliran darah dalam arteri
2.3.5. Aterosklerosis dan Radikal Bebas
Kolesterol dan bahan lemak lainnya diangkut keliling aliran darah dalam
bentuk badan-badan lemak kecil yang disebut dengan lipoprotein. Lipoprotein adalah
kombinasi kimia longgar dari protein dan lemak. Ada dua bentuk utamanya yaitu
lipoprotein berkepadatan rendah (LDL) dan lipoprotein berkepadatan tinggi (HDL).
Tingkat kepadatan ini berasal dari proporsi kandungan protein. HDL memiliki banyak
protein dan sedikit kolesterol, sedangkan LDL memiliki sedikit protein dan banyak
kolesterol. Selain itu, LDL membawa kolesterol dan lemak lain dari hati ke jaringan
termasuk arteri, sedangkan HDL membawa kolesterol dan lemak dari jaringan ke
hati. Lipoprotein tidak dapat menembus jaringan yang utuh. Cara kerjanya adalah
lipoprotein dibawa ke suatu tempat dimana kebutuhan pembuluh darah akan bahan ini begitu kecil sehingga LDL dapat berkontak langsung dengan sel targetnya. LDL yang
telah diserang radikal bebas dan dioksidasi akan jauh lebih ganas dibandingkan LDL
normal yang jinak. LDL yang telah teroksidasi dapat mencari jalan sendiri melalui
lapisan dalam dinding arteri sedemikian rupa sehingga dapat mendepositkan
bebannya di bawah lapisan permukaan. Selain itu, radikal bebas juga dapat bereaksi
dengan cara lain yaitu dengan mencederai sel-sel lapisan dalam arteri (endotelium)
dan sel-sel otot polos di dalam dinding pembuluh darah melalui dua cara yaitu
mencegah sel pemakan (fagosit) melakukan tugasnya dengan benar dan dengan
mendorong pembentukan sel fagosit busa yang besar yang mengandung plak
kolesterol (Youngson, 1998).
2.4. Kanker
2.4.1. Definisi Kanker
Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat dari
sel-sel tubuh yang tumbuh dan berkembang abnormal di luar batas kewajaran dan sangat
liar. Keadaan kanker terjadi jika sel-sel normal berubah dengan pertumbuhan yang
(Junaidi, 2007). American Cancer Society (2008) menyatakan kanker adalah
sekelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan perkembangan sel-sel
yang tidak terkontrol dan abnormal. Kanker dapat disebabkan oleh faktor eksternal
(infeksi, radiasi, zat kimia tertentu, tembakau) dan faktor internal (mutasi, hormon,
kondisi sistem imun) yang memicu terjadinya proses karsinogenesis (pembentukan
kanker).
2.4.2. Penyebab Kanker
Junaidi (2007) menyebutkan terdapat beberapa penyebab kanker yang telah
diketahui, di antaranya adalah : 1. Faktor Keturunan
Faktor genetik menyebabkan beberapa keluarga memiliki resiko lebih tinggi
untuk menderita kanker dibandingkan dengan keluarga lainnya. Sebagai contoh,
resiko wanita untuk menderita kanker payudara meningkat 1,5 sampai 3 kali jika ibu
atau saudara perempuannya menderita kanker payudara juga. 2. Faktor Lingkungan
Salah satu penyebab kanker yang paling penting adalah rokok. Merokok
meningkatkan resiko terjadinya kanker paru-paru, mulut, laring (pita suara) dan
kandung kemih. Zat-zat kimia yang terdapat dalam rokok yang paling berbahaya dan
dapat menyebabkan kanker antara lain adalah asetonnitrit dan dioksin, gas nitrogen
yang menyebabkan nitrosamine yang bersifat karsinogen, zat polynuclear aromatic
hydrocarbons (PAH) yang terdapat dalam tar yang bersifat karsinogen dan merusak
DNA, polonium dan asetaldehid bersifat karsinogen terutama pada kulit. Pemaparan
yang berlebihan pada sinar ultraviolet matahari dapat menyebabkan kanker kulit.
Pemaparan uranium pada pekerja tambang telah dihubungkan dengan terjadinya
kanker paru-paru 10-20 tahun kemudian. Selain itu, radiasi ionisasi yang digunakan
dalam sinar rontgen dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan ledakan bom
3. Makanan
Makanan dapat menjadi faktor resiko terjadinya kanker terutama kanker pada
saluran pencernaan. Beberapa contoh jenis makanan penyebab kanker seperti zat
pewarna dan pengawet pada makanan atau minuman, heterocyclic amines (HCA)
yang terdapat pada daging yang digoreng atau dibakar secara berlebihan dalam waktu
lama sehingga terlalu matang dan HCA merupakan zat penyebab mutasi sel
(mutagen) yng merangsang pertumbuhan radikal bebas yang dapat merusak gen
DNA, produk-produk asam lemak trans (Trans Fatty Acids=TFA) seperti margarin,
produk yang diproses secara hidrogenasi, telur gosong atau yang kering, logam berat
seperti merkuri yang sering tedapat pada makanan laut yang tercemar seperti kerang,
ikan dan sebagainya.
4. Infeksi
Virus tertentu dapat menyebabkan kanker pada manusia seperti virus papiloma
yang menyebabkan kutil alat kelamin (genitalis) yang merupakan salah satu penyebab
kanker leher rahim pada wanita, virus sitomegalo menyebabkan sarcoma kaposi
(kanker sistem pembuluh darah yang ditandai oleh lesi kulit berwarna merah), virus
hepatitis menyebabkan kanker hati dan virus Epstein-barr menyebabkan limfoma
Burkitt. Parasit Schistosoma (Bilharzia) dapat menyebabkan kanker kandung kemih
karena terjadinya iritasi menahun pada kandung kemih. Selain itu, infeksi oleh
Clonorchis dapat menyebabkan kanker pankreas dan saluran empedu.
5. Zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen yang memicu terjadinya kanker antara lain arsen, asbes,
krom, nikel memicu kanker paru-paru, benzene dan agen alkilating memicu leukemia,
oksimetolon memicu kanker hati, amin aromatik memicu kanker kandung kemih dan
6. Gangguan keseimbangan hormonal
Ada kecenderungan bahwa kelebihan hormon estrogen dan kekurangan
progesteron dapat meningkatkan resiko kanker payudara, kanker leher rahim dan
kanker rahim pada wanita, serta kanker prostat dan buah zakar pada pria.
7. Radikal bebas
2.4.3. Gambaran Klinik Kanker
Beberapa gejala kanker di antaranya adalah nyeri (dapat terjadi akibat tumor
yang meluas menekan saraf dan pembuluh darah di sekitarnya), perdarahan atau
pengeluaran cairan yang tidak wajar (misalnya ludah, batuk, dan muntah yang
berdarah, mimisan terus-menerus, darah dalam air kemih atau tinja dan cairan putting
susu atau liang senggama yang mengandung darah), perubahan kebiasan buang air
besar, penurunan berat badan secara cepat, benjolan pada payudara atau tempat lain,
batuk yang menetap, suara serak, gangguan pencernaan, luka yang tidak sembuh,
perubahan tahi lalat atau kulit yang mencolok dan anemia (Junaidi, 2007).
2.4.4. Mekanisme Terjadinya Kanker
Sel-sel kanker terbentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses kompleks
yang disebut transformasi. Yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. Teori
inisiasi-promosi menyatakan bahwa langkah pertama karsinogenesis adalah mutasi
menetap dari DNA sel selama transkripsi DNA. Agar kanker dapat terbentuk dari
kejadian awal ini, maka harus ada interaksi yang berlangsung lama bagi sel tersebut
dengan berbagai zat promotor (zat yang merangsang reproduksi dan pembelahan sel).
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan menetap tertentu dalam bahan genetik sel
yang memancing sel akan menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen yang bisa berupa bahan kimia,
tumor pada sel yang sebelumnya telah diinisiasi oleh zat kimia sehingga berubah
menjadi ganas (Junaidi, 2007). DNA mengandung gugus reaktif yang sensitif
terhadap serangan radikal bebas dan kerusakan oksidatif dapat menjurus ke mutasi
yang merusak (Silalahi, 2006).
2.4.5. Kanker dan Radikal Bebas
Zat radikal bebas mengandung muatan elektron bebas yang dapat merusak
sel-sel yang ada di dalam tubuh. Muatan elektron bebas yang tidak stabil ini dapat
merusak DNA yang berperan dalam genetika sel tubuh sehingga menyebabkan
mutasi sel dan pertumbuhan sel kanker. Setiap sel di dalam tubuh manusia dapat
menahan 1.000-10.000 serangan zat radikal bebas yang menyerang DNA setiap hari. Jika tubuh kekurangan antioksidan dalam sistem pertahanannya, kerusakan DNA
dapat tidak bisa dihindari dan dapat menyebabkan penyakit kanker (Bangun, 2005).
2.5. Diabetes Melitus
2.5.1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika
telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai dengan
hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan penyakit vaskular
mikroangiopati dan neuropati (Schteingart, 2005). Menurut Brunner & Suddarth
(2002) dalam Cyber (2009) diabetes melitus merupakan suatu kelompok kelainan
heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa
dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi.
Diabetes melitus merupakan penyakit endokrin paling lazim yang ditandai
oleh kelainan metabolik dan komplikasi jangka panjang yang melibatkan mata, ginjal,
diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya.
2.5.2. Klasifikasi Diabetes Melitus
Cyber (2009) menyatakan bahwa klasifikasi diabetes melitus menurut
American Diabetes Association (1997) sesuai anjuran Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia (PERKENI) ada 4 yang terdiri dari diabetes tipe I : Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM), diabetes tipe II : diabetes melitus tidak tergantung insulin
(Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus [NIDDM]) yang terjadi akibat penurunan
sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin, diabetes melitus tipe lain dan diabetes melitus gestasional
(Gestasional Diabetes Mellitus [GDM]).
2.5.3. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus
Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik
defisiensi insulin. Jika hiperglikemia yang terjadi berat dan melebihi ambang ginjal
untuk zat ini, maka akan timbul glikosuria. Glikosuria akan mengakibatkan diuresis
osmotik yang meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan timbul rasa haus
(polidipsia). Karena glukosa hilang bersama urine, maka terjadi keseimbangan kalori
negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia)
mungkin timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pada diabetes tipe I terdapat gejala
yang eksplosif dengan polidipsia, poliuria, turunnya berat badan, polifagia, lemah,
somnolen yang terjadi selama beberapa hari atau beberapa minggu dan bisa timbul
ketoasidosis. Pada diabetes tipe II tidak timbul gejala apapun dan diagnosis hanya
dibuat berdasarkan pemeriksaan darah di laboratorium dan melakukan tes toleransi
2.5.4. Patofisiologi Diabetes Melitus
Foster (2000) menyebutkan pada saat diabetes melitus tergantung insulin
muncul, sebagian besar sel beta pankreas sudah rusak. Pada keadaan ini harus ada
kerentanan genetik terhadap penyakit ini dan keadaan lingkungan biasanya memulai
proses tersebut pada individu dengan kerentanan genetik, misalnya faktor infeksi
virus atau makanan. Tahap selanjutnya adalah adanya serangkaian respon peradangan
pankreas yang disebut dengan insulitis. Sel yang menginfiltrasi sel pulau adalah
monosit/makrofag dan limfosit T teraktivasi. Selanjutnya terjadi perubahan atau
transformasi sel beta sehingga tidak lagi dikenali sebagai sel sendiri tetapi dilihat oleh
sistem imun sebagai sel asing. Karena sel pulau dianggap sebagai sel asing maka
terbentuk antibodi sitotoksik dan bekerja bersama-sama dengan mekanisme imun seluler. Hasil akhirnya adalah perusakan sel beta dan terjadinya diabetes. Diabetes
melitus tipe 2 yang tidak tergantung insulin mempunyai dua defek fisiologi, yaitu
sekresi insulin abnormal dan resitensi terhadap kerja insulin pada jaringan target.
Menurut Brunner & Suddarth (2002) dalam Cyber (2009) pada DM tipe I
terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah
cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini
akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsi). Pada DM tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi
dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat
peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu,
keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel-sel
tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa
akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Sedangkan untuk Diabetes Gestasional
terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.
Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon-hormon plasenta.
Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes
gestasional akan kembali normal.
2.5.5. Diabetes Melitus dan Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan penyebab terjadinya penyakit degeneratif seperti
kanker, aterosklerosis, diabetes melitus, jantung koroner akibat peningkatan dan
penumpukan radikal bebas dalam tubuh. Untuk mencapai kondisi stabil, oksigen
radikal bebas akan menangkap elektron dari senyawa-senyawa penyusun sel maupun
organ, baik karbohidrat, protein ataupun lemak. Radikal bebas akan merusak DNA
sel yang dapat mengakibatkan pertumbuhan sel yang abnormal. Radikal bebas juga
dapat menyerang organel-organel sel yang mengakibatkan kematian sel yang
berujung pada penurunan fungsi organ dan penyakit degeneratif. Selain itu, oksidasi
radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan pada sel beta pankreas sehingga
menurunkan kemampuan untuk memproduksi insulin (JMW, 2010). Halliwel (1999)
dalam Endrinaldi (2007) menyebutkan bahwa hiperglikemia yang merupakan ciri dari
diabetes dapat meningkatkan pembentukan radikal bebas melalui beberapa
mekanisme, dengan arti kata terjadinya peningkatan stress oxidative. Peningkatan
stress oksidatif pada penderita DM menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
antara radikal bebas dengan antioksidan dalam tubuh (endogen) dan peningkatan
peroksida lipid. Malondialdehid (MDA) merupakan salah satu produk final dari lipid
peroksidasi, senyawa ini terbentuk akibat degradasi dari radikal bebas hidroksil
terhadap asam lemak tak jenuh, yang selanjutnya di transformasi menjadi radikal
yang sangat reaktif. Kemampuan radikal hidroksil membentuk reaksi rantai dengan
abstraksi 1 atom hidrogen dari membran sel terbentuklah lipid peroksida. Kelanjutan
dari reaksi ini terputusnya rantai asam lemak menjadi senyawa MDA, 9-hidroksi
nonenal, etana dan pentana. Semua aldehid ini mempunyai daya perusak yang tinggi
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian pada bab sebelumnya, maka kerangka konsep
dalam penelitian ini adalah :
Tingkat Pengetahuan
Mahasiswa Radikal bebas
3.2. Defenisi Operasional
a. Pengetahuan mahasiswa : segala sesuatu yang diketahui oleh pelajar yang
mengikuti perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
tentang radikal bebas dan penyakit yang dapat ditimbulkannya. b. Radikal bebas : molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan mahasiswa
adalah kuesioner dengan cara pengukuran menggunakan skala ordinal. Pertanyaan
yang diajukan sebanyak 15 buah dengan pilihan jawaban :
a. Jawaban yang paling benar diberi skor 2
b. Jawaban yang mendekati benar diberi skor 1
c. Jawaban yang salah diberi skor
Hasil pengukuran pada penelitian adalah :
a. Pengetahuan kurang = 0-11
b. Pengetahuan sedang = 12-23
Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori menurut Pratomo (1986), yaitu :
a. Baik, apabila skor jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi.
b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi
c. Kurang, apabila skor jawaban responden < 40% dari nilai tertinggi.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan menggunakan
pendekatan deskriptif.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara pada bulan Agustus-September 2010. Penelitian dilakukan di fakultas
kedokteran dikarenakan menurut peneliti perlu diketahuinya tingkat pengetahuan
mahasiswa FK yang nantinya akan menjadi dokter dan berhadapan dengan
penyakit-penyakit yang akan dibahas.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 karena mahasiswa di angkatan ini sudah
berada pada semester akhir dan akan segera menjalani masa co assistent (coass).
Maka dari itu peneliti merasa perlunya diketahui tingkat pengetahuan mahasiswa
angkatan 2007 tentang pengaruh radikal bebas terhadap timbulnya penyakit sehingga
dapat diaplikasikan dan memberitahukannya kepada pasien ketika menjalani masa
coass di rumah sakit.
4.3.2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling, yaitu setiap
mahasiswa yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai
Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah :
a. Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2007.
b. Bersedia menjawab kuesioner yang diberikan.
Kriteria ekslusi dari penelitian ini adalah :
a. Mahasiswa/i yang tidak datang ke kampus
b. Tidak menjawab pertanyaan dengan lengkap.
c. Tidak mengembalikan kuesioner yang diberikan.
Besarnya sampel untuk angkatan 2007 ditentukan dari rumus Vincent Gasperz
(Wahyuni, 2007), yaitu:
n =
n = Besar sampel minimum
Z1- α/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu,
P = Harga proporsi di populasi, jika tidak diketahui maka p =
0.5
d = Kesalahan (absolute) yang dapat ditolerir, pada penelitian
ini dipakai d = 0,05
N = Jumlah populasi
n
= (456) x (1,96)² x 0,5 (1-0,5)(456-1) x 0,05² + (1,96)² x 0,5 (1-0,5)
n
= 437,94242, 0979
Setelah dilakukan perhitungan dengan diketahui jumlah populasi mahasiswa
angkatan 2007 adalah sebanyak 456 orang maka didapati besar sampel sebanyak 209
orang (pembulatan dari 208,75).
4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan
metode kuesioner yang telah dirancang dan disiapkan oleh peneliti. Banyaknya
pertanyaan yang akan diajukan kepada tiap responden adalah sebanyak 15
pertanyaan. Kuesioner yang diberikan kepada responden sebelumnya telah dilakukan
uji validitas dan uji reabilitas kepada 20 orang responden yang juga merupakan mahasiswa fakultas kedokteran namun di universitas yang berbeda. Dari hasil uji
validitas dan uji reabilitas didapat semua pertanyaan pengetahuan yang valid dan
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Variabel Pertanyaan Total Status Alpha
Correlation
Pearson
Pengetahuan 1 0,750 Valid 0,918
2 0,753 Valid
3 0,494 Valid
4 0,853 Valid
5 0,664 Valid
6 0,685 Valid
7 0,657 Valid
8 0,694 Valid
9 0,566 Valid
10 0,570 Valid
11 0,603 Valid
12 0,791 Valid
13 0,731 Valid
14 0,716 Valid
15 0,722 Valid
Berdasarkan hasil uji validitas didapatkan bahwa nilai reabilitas adalah sebesar 0,918
(> 0,44) maka kuesioner yang dipakai dalam penelitian adalah reliabel.
4.4.2. Data sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jumlah
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 yang
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Analisa data yang digunakan adalah dengan memakai bantuan program SPSS.
Adapun tahapan pengolahan data yang dilakukan adalah editing di mana pada tahap ini peneliti akan memeriksa kuesioner yang telah diisi, apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam pengisiannya. Kemudian coding, yaitu data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum
diolah dengan komputer. Tahap berikutnya adalah entry yang merupakan kegiatan memasukan data dari hasil kuesioner ke dalam komputer setelah kuesioner terisi
semua. Selanjutnya adalah cleaning data, yaitu pemeriksaan semua data yang telah
dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam
pemasukan data. Kemudian data disimpan pada proses saving dan terakhir adalah
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Secara geografis kota Medan terletak di sebelah barat, timur dan selatan
berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan di sebelah utara berbatasan langsung
dengan Selat Malaka serta terletak pada koordinat 3o30’ – 3o43’ Lintang utara dan 98o
– 98o
44’ Bujur timur. Di kota medan terdapat Universitas Sumatera Utara yang
terletak di daerah Padang Bulan. Salah satu program pendidikan yang ada di
Universitas Sumatera Utara adalah pendidikan dokter. Fakultas Kedokteran adalah fakultas pertama yang terdapat di Universitas Sumatera Utara yang terdiri dari 28
departemen. Fakultas ini didirikan tanggal 20 Agustus 1952 bertempat, yang kini
diperingati sebagai hari jadi USU. Fakultas kedokteran beralamatkan di Jl. dr.
Mansyur No. 5 Medan. Gedung fakultas kedokteran berbatasan dengan fakultas
psikologi di sebelah kiri dan dengan fakultas kesehatan masyarakat di bagian
belakang, sedangkan di sebelan kanan merupakan pintu gerbang 1 kompleks
Universitas Sumatera Utara ( Jalan Universitas).
5.1.2. Karakteristik Responden
Jumlah responden pada penelitian ini adalah sebanyak 209 orang dengan
karakteristik seperti pada tabel berikut:
a. Karakteristik mahasiswa FK USU 2007 berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persen (%)
Laki-laki 78 37,3 %
Perempuan 131 62,7 %
Berdasarkan tabel 5.1. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden adalah
perempuan yaitu sebanyak 131 orang (62,7%) dan sebagian kecil lagi adalah
responden yang berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 78 orang (37,3%)
b. Karakteristik mahasiswa FK USU 2007 berdasarkan kelompok umur
Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur
Umur Jumlah Persen (%)
19-20 70 33,5 %
21-23 129 61,7 %
>23 10 4,8 %
Total 209 100 %
Berdasarkan tabel 5.2. dapat diketahui bahwa jumlah responden mayoritas berusia
antara 21-23 tahun yaitu 129 orang (61,7%), diikuti responden yang berusia antara
19-20 tahun yaitu 70 orang (33,5%), sedangkan yang paling sedikit adalah responden
yang berusia antara >23 tahun yaitu 10 orang (4,8%).
c. Karakteristik mahasiswa FK USU 2007 berdasarkan kewarganegaraan Tabel 5.3. Distribusi responden berdasarkan kewarganegaraan
Suku bangsa Jumlah Persen (%)
Indonesia 172 82,3 %
Malaysia 37 17,7 %
Total 209 100 %
Berdasarkan tabel 5.3. diketahui bahwa dari seluruh responden terdapat mayoritas
yang berkewarganegaraan Indonesia yaitu sebanyak 172 orang (82,3%) dan sebagian
5.1.3. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tentang Pengaruh Radikal Bebas Terhadap Timbulnya Penyakit
Kuesioner yang telah dibagikan kepada responden berisi 15 buah pertanyaan
dengan masing-masing 3 pilihan jawaban. Untuk lebih jelasnya distribusi pertanyaan
kuesioner dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4. Distribusi responden berdasarkan pertanyaan kuesioner
Salah Mendekati Benar
No Pertanyaan (skor 0) benar (skor 1) (skor 2)
N % N % N %
1. Pengertian radikal bebas 63 30,1 9 4,3 137 65,6
2. Radikal bebas endogen 144 68,9 39 18,7 26 12,4
3. Radikal bebas eksogen 4 1,9 19 9,1 186 89
4. Tahap pembentukan radikal bebas 42 20,1 6 2,9 161 77
5. Proses pembentukan radikal bebas 62 29,7 38 18,2 109 52,2
6. Kandungan radikal bebas 18 8,6 48 23 143 68,4 7. Contoh radikal bebas 114 54,5 50 23,9 45 21,5
8. Reaksi akibat radikal bebas 13 6,2 20 9,6 176 84,2
9. Contoh antioksidan 5 2,4 11 5,3 193 92,3
10. Penyakit akibat radikal bebas 9 4,3 59 28,2 141 67,5
11. Pengertian aterosklerosis 4 1,9 7 3,3 198 94,7
12. RB sebabkan aterosklerosis 40 19,1 126 60,3 43 20,6
13. Radikal bebas sebabkan kanker 23 11 107 51,2 79 37,8
14. Radikal bebas sebabkan diabetes 58 27,8 105 50,2 46 22
15. Radikal bebas sebabkan katarak 96 45,9 71 34 42 20,1
Dari tabel 5.4. diketahui bahwa mayoritas responden menjawab pertanyaan dengan
benar pada pertanyaan nomor 11 sebanyak 198 orang (94,7%). Sedangkan mayoritas
responden menjawab pertanyaan salah adalah pada nomor 2 sebanyak 144 orang
(68,9%).
Tabel 5.5. Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan
Tingkat Pengetahuan Jumlah Persen (%)
Kurang 0 0
Sedang 111 53,1%
Baik 98 46,9%
Total 209 100 %
Pada tabel 5.5. dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden tidak ada yang
digolongkan kategori kurang. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar tingkat
pengetahuan responden dapat digolongkan ke dalam kategori sedang yaitu sebanyak
111 orang (53,1%) dan sebagiannya lagi tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 98
orang (46,9%).
5.2. Pembahasan
Pertanyaan dalam kuesioner ini berisi 15 pertanyaan yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang pengaruh radikal bebas terhadap
timbulnya penyakit. Responden dalam penelitian adalah mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2007 sebanyak 209 orang. Dari
seluruh kuesioner yang telah diberikan, mayoritas responden telah mengetahui
pengertian radikal bebas (65,6%), tetapi mereka belum mengetahui contoh radikal
bebas endogen (68,9%) sedangkan untuk contoh radikal bebas eksogen, responden
sudah banyak yang mengetahuinya (89%). Hal ini mungkin dapat disebabkan karena