• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Komisi Pemilihan Umum dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Untuk Meningkatkan artisipasi Politik Masyarakat (Studi pada Kantor Komisi Pemilihan umum Tapanuli Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Komisi Pemilihan Umum dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Untuk Meningkatkan artisipasi Politik Masyarakat (Studi pada Kantor Komisi Pemilihan umum Tapanuli Utara)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG

UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT (Studi Pada KPU Tapanuli Utara)

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh:

ROMAITO SIHOMBING 070903073

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh : Nama : Romaito Sihombing

NIM : 070903073

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Peranan Komisi Pemilihan Umum dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Untuk Meningkatkan artisipasi Politik Masyarakat (Studi pada Kantor Komisi Pemilihan umum Tapanuli Utara)

Medan, Mei 2011

Pembimbing Ketua Departemen

Prof. DR. Marlon Sihombing, M.A

NIP : 196910262005011001 NIP: 19640108199101001 Drs H.M Thamrin Nasution, M.si

DEKAN

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

SKRIPSI INI TELAH DIPERTAHANKAN DIDEPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FISIP USU

OLEH: Nama : Romaito Sihombing

NIM : 070903073

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Peranan Komisi Pemilihan Umum Daerah dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Langsung Untuk meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat (Studi pada Kantor KPU Tapanuli Utara)

Yang dilaksanakan pada : Hari/ Tanggal :

Pukul : Tempat :

TIM PENGUJI Ketua Penguji

( …………...…... )

Penguji 1

(...) Penguji 2

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus buat kasih, pertolongan dan cinta-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Peranan Komisi Pemilihan Umum Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah untuk meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat”.

Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Demi penyempurnaannya, penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari semua pihak yang berkompeten dalam bidang ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi dan dukungan baik melalui kata-kata penguatan,dukungan moril maupun materil. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. H. M Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Jurusan Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utama.

2. Bapak Prof. Dr Marlon Sihombing sebagai dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu dan membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Seluruh staff Pengajar Dosen Ilmu Administrasi Negara yang selama ini telah membimbing dan mengajar saya selama perkuliahan

4. Kak Mega dan Kak Dian yang telah membantu dalam pross administrasi selama masa perkuliahan

5. Kantor Komisi Pemilihan Umum Tapanuli Utara, Terimakasih buat Bapak Lamtagon Manalu, bapak Anwar Lumbangaol, Bapak Aritonang, dan seluruh staff yang telah memberikan waktunya untuk saya wawancarai dan membantu saya untuk mendapatkan data-data yang saya perlukan

(5)

7. Terimakasih yang sedalam-dalamnya juga buat Keluarga besar saya. Kalian semua adalah motivator terbesar dalam hidup ku. Masa-masa sulit yang kita alami mengajarkan ku banyak hal dalam hidup ini. Buat Mama (Semoga cepat sembuh, lihat aku wisuda Mak...), Bapak, Kak Wahyu, Kak Melda, Kak Lia, Kak Juli, Sari, Itis, Nia, Wahyu, Willy, Westly, Wulan. Terima Kasih buat segala dukungan, cinta dan doa-doanya. Kalian adalah semangat dalam hidupku.

8. Laura, Erni, Yuni, Sonya, Lia, terima kasih telah mengenal kalian, menjadi orang-orang terdekat dan menjadi sahabat buatku. Terimakasih untuk tawa lepas yang sering kita lakukan selama ini, seolah kita tidak pernah punya masalah yang berarti. Trimakasih juga buat dukungan dan bantuan yang kalian berikan disaat aku butuh.

9. Buat Ebed terimakasih buat dukungan dan kebahagiaan yang kau berikan cukup berarti. Kau datang di saat yang tepat buat ku 

10.Nesya, buat bantuannya dalam mengoreksi skripsi ku ini, terimakasih karena selalu mengingatkan dan mengajakku beribadah sama.

11. Lenta, Erma trimakasih buat selama masa yang udah kita jalani. Kalian pernah menjadi keluarga kecil ku untuk belajar bersama-sama.

12.Buat seluruh teman-teman AN 07, Terima kasih buat selama ini. Banyak hal yang telah kudapat dari kalian.

(6)

ABSTRAK

PERANAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG

UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT (Studi pada KPU Kabupaten Tapanuli Utara Pilkada 2009)

Nama : Romaito Sihombing NIM : 070903073

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Pembimbing : Prof. Dr Marlon Sihombing, MA

Pemilihan Kepala Daerah secara langsung merupakan hak dan kewajiban masyarakat Indonesia dimana Pemilihan Kepala Daerah secara langsung berusaha untuk menghasilkan Kepala Daerah yang lebih baik, berkualitas dan memiliki legitimasi yang kuat karena mendapat mandat langsung dari masyarakat. Namun masih banyak masyarakat yang kurang antusias dan bersifat apatis dalam menanggapi penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah.

Untuk itu, Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah membutuhkan lembaga yang berkompeten yaitu Komisi Pemilihan Umum, dimana KPU bertugas untuk menyelenggarakan pemilihan dan bertanggungjawab untuk mengarahkan partisipasi Politik masyarakat.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan Komisi Pemilihan Umum Tapanuli Utara dalam penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Peranan Komisi Pemilihan Umum dalam menyelenggarakan dan mengarahkan partisipasi politik masyarakat serta mengetahui bagaimana tingkat partisipasi masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara. Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik analisis data. Data diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap informan kunci dan informan utama serta menyebar kuesioner kepada 40 masyarakat, yaitu 25 orang mewakili berbagai kecamatan, dan 15 orang merupakan anggota partai politik.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil bahwa Komisi Pemilihan Umum Tapanuli Utara sebagai penyelenggara Pemilihan Umum Kepala Daerah dapat dikatakan Berperan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah tahun 2009 telah mencapai tingkat partisipasi masyarakat sebesar ±75%.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR... i

ABSTRAK... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR TABEL... ...viii

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang... ... 1

I.2 Perumusan Masalah...7

I.3 Tujuan Penelitian... 8

I.4 Manfaat Penelitian... 8

I.5 Kerangka Teori... 9

I.5.1 Pemilihan Umum... 9

I.5.2 Pemilihan Umum Kepala Daerah Langsung ... 11

I.5.2.1 Kepala Daerah... 11

I.5.2.2 Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung... 13

I.5.2.3 Pertimbangan dalam Pelaksanaan Pilkada... 18

1.5.2.4 Alasan Penyelenggaraan Pilkada Langsung... 20

1.5.2.5 Dampak Positif Pelaksanaan Pilkada...21

I.5.3 Partisipasi Politik Masyarakat...24

(8)

1.5.4.1 Pengertian Komisi Pemilihan Umum…... 29

1.5.4.2 Tugas, Kewenangan dan kewajiban KPU... 31

I.6 Defenisi Konsep... 34

BAB II METODOLOGI PENELITIAN II.1 Bentuk Penelitian... 36

II.2 Lokasi Penelitian... 36

II.3 Informan Penelitian... 36

II.4 Teknik Pengumpulan Data... 38

II.5 Teknik Analisis Data... 39

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN III.1 Sejarah Kabupaten Tapanuli Utara... 40

III.2 Keadaan Geografis Kabupaten Tapanuli Utara... 42

III.2.1 Letak Geografis... 42

III.2.2 Batas-batas... ... 42

III.2.3 Luas Wilayah... 43

III.3 Pemerintahan... 43

III.4 Perkembangan Penduduk dan Mata Pencaharian... 44

III.5 Ekonomi... 48

III.6 Kehidupan Sosial dan Budaya... 48

III.7 Penghasilan Utama... 49

III.8 Komisi Pemilihan Umum Tapanuli Utara... 50

III.8.1 Sejarah Terbentuknya KPU Tapanuli Utara... 50

III.8.2 Struktur Organisasi KPU Tapanuli Utara... 51

(9)

IV.1 Karakteristik Responden... 56

IV.2 Data Responden... 57

IV.3 Data Variabel... 59

IV.4 Hasil Wawancara... 72

BAB V ANALISIS DATA V.1 Analisa Data Tentang Identitas Responden... 85

V.2 Peranan KPU dalam Penyelenggaraan Pilkada ... 86

V.3 Partisipasi Masyarakat sebagai Indikator Keberhasilan Pilkada... 88

V.4 Tanggapan Masyarakat mengenai Peranan KPU... 90

BAB VI PENUTUP VI.I Kesimpulan... 92

VI.2 Saran... 93

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Penduduk dan Pemilih pada Pilkada 2009………... 5

Tabel 2 : Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara………... 44

Tabel 3 : Jumlah Penduduk dan Jumlah KK Tahun 2009………... 45

Tabel 4 : Perbandingan Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk per Kecamatandi Kabupaten Tapanuli Utara... 46

Tabel 5 : Jumlah Penduduk berdasarkan golongan Umur………... 47

Tabel 6 : Karakteristik Informan Utama………... 56

Tabel 7 : Distribusi Responden Mengenai Umur………...57

Tabel 8 : Distribusi Responden Mengenai Pendidikan…………... 58

Tabel 9 : Distribusi Responden Mengenai Pembagian Masyarakat....59

Tabel 10 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pentingnya Pemilihan Kepala Daerah Langsung... 59

Tabel 11 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Hak dan kewajiban Masyarakat dalam Pilkada…………... 60

Tabel 12 : Distribusi Jawaban Responden mengenai Motivasi Memilih Kepala Daerah………... 60

Tabel 13 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai ada/ tidaknya Sosialisasi KPUD kepada Masyarakat………... 61

(12)

Menerima penyuluhan dan materi yang disampaikan

oleh KPUD………... 62 Tabel 16 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai adanya

Pengumuman di Tempat-Tempat Umum………... 63 Tabel 17 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Informasi

Melalui Media Cetak dan Elektronik…………... 64 Tabel 18 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adanya

Pembagian Buku Panduan Pada Saat Penyuluhan... 64 Tabel 19 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sosialisasi,

Penyuluhan dan Monitoring Meningkatkan Semangat

Masyarakat dalam Pilkada... ………... 65 Tabel 20 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Perlu/Tidaknya

Masyarakat hadir Mengikuti Kampanye-Kampanye... 65 Tabel 21 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keaktifan

Dalam Mengikuti Sosialisasi dan Monitoring…... 66 Tabel 22 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penyusunan

DPT Yang Telah Dilakukan oleh KPUD... 67 Tabel 23 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keikutsertaan

Dalam Pilkada………... 67 Tabel 24 : Distribusi Jawaban Mesponden Mengenai Adanya

Informasi yang Jelas Mengenai Cara Mencoblos ……... 68 Tabel 25 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai

(13)

Tabel 26 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kehadiran Saat Pemungutan Suara ………... 69 Tabel 27 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keefektifan

Pembagian Kartu Pemilih………... 70 Tabel 28 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adanya

Pengumuman Daftar Pemilih Sementara……... 70 Tabel 29 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kesetujuan

(14)

ABSTRAK

PERANAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG

UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT (Studi pada KPU Kabupaten Tapanuli Utara Pilkada 2009)

Nama : Romaito Sihombing NIM : 070903073

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Pembimbing : Prof. Dr Marlon Sihombing, MA

Pemilihan Kepala Daerah secara langsung merupakan hak dan kewajiban masyarakat Indonesia dimana Pemilihan Kepala Daerah secara langsung berusaha untuk menghasilkan Kepala Daerah yang lebih baik, berkualitas dan memiliki legitimasi yang kuat karena mendapat mandat langsung dari masyarakat. Namun masih banyak masyarakat yang kurang antusias dan bersifat apatis dalam menanggapi penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah.

Untuk itu, Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah membutuhkan lembaga yang berkompeten yaitu Komisi Pemilihan Umum, dimana KPU bertugas untuk menyelenggarakan pemilihan dan bertanggungjawab untuk mengarahkan partisipasi Politik masyarakat.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan Komisi Pemilihan Umum Tapanuli Utara dalam penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Peranan Komisi Pemilihan Umum dalam menyelenggarakan dan mengarahkan partisipasi politik masyarakat serta mengetahui bagaimana tingkat partisipasi masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara. Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik analisis data. Data diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap informan kunci dan informan utama serta menyebar kuesioner kepada 40 masyarakat, yaitu 25 orang mewakili berbagai kecamatan, dan 15 orang merupakan anggota partai politik.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil bahwa Komisi Pemilihan Umum Tapanuli Utara sebagai penyelenggara Pemilihan Umum Kepala Daerah dapat dikatakan Berperan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah tahun 2009 telah mencapai tingkat partisipasi masyarakat sebesar ±75%.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Negara demokratis berarti negara yang memiliki bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang menganut paham demokrasi. Dalam paham ini rakyat memiliki kedudukan yang sangat penting, sebab kedaulatan berada di tangan rakyat. Hal ini berarti bahwa rakyat berdaulat, berkuasa untuk menentukan cara bagaimana ia harus diperintah.1

Pengertian demokrasi secara sederhana menurut Joseph Schumpeter adalah Demokrasi merupakan metode politik, sebuah mekanisme untuk memilih pemimpin politik. Warga negara diberikan kesempatan untuk memilih salah satu diantara pemimpin-pemimpin politik yang bersaing meraih suara.

2

Negara demokratis menganggap pemilihan umum sebagai lambang dan sekaligus tolak ukur utama dalam demokrasi, dimana pelaksanaan dan hasil pemilihan umum tersebut merupakan refleksi dari kehidupan demokrasi dan akan menghasilkan aspirasi masyarakat. Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan langkah maju demokratisasi lokal di Indonesia, dimana dalam hal ini

Pada pemilihan berikutnya, warganegara dapat mengganti wakil yang mereka pilih sebelumnya. Kemampuan untuk memilih di antara pemimpin-pemimpin politik pada masa pemilihan itu disebut dengan demokrasi.

1

Mohammad Hatta, Demokrasi Kita Dan Pikiran- pikiran tentang Demokrasi dan

Kedaulatan Rakyat, Bandung, Sega Arsy (2009:55)

2

Goerg Sorensen, Demokrasi dan Demokratisasi (Proses dan Prospek dalam Sebuah

(16)

Pemilihan Kepala Daerah memberi peluang bagi para calon Kepala Daerah untuk berkompetisi secara jujur dan adil. Pelaksanaan pilkada secara langsung berupaya untuk menghasilkan Kepala Daerah yang lebih baik, berkualitas, dan memiliki akseptabilitas politik yang tinggi serta derajat legitimasi yang kuat karena Kepala daerah terpilih dengan mendapat mandat langsung dari masyarakat.

Pemilihan kepala daerah secara langsung juga akan menghasilkan pemerintah daerah yang lebih efektif dan lebih efisien. Oleh karena itu, Indonesia mulai menyusun aturan-aturan yang mendukungnya dan merevisi aturan yang menghambat proses demokratisasi ini. Salah satu perubahan yang dilakukan adalah dengan mengeluarkan UU No 32 tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah yang ditujukan untuk mengatur bentuk pemerintahan daerah yang sesuai dengan semangat otonomi daerah dengan salah satu amanat tentang pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah secara langsung di mana aturan ini tidak dapat ditemukan di dalam aturan yang sebelumnya.

Konsekuensi dari adanya Pemilihan kepala daerah secara langsung, maka rakyat memiliki peran yang nyata dalam rangka ikut menentukan nasib daerahnya dengan perluasan partisipasi politik yang bersifat progresif melalui pemilihan umum dimana pemilihan umum merupakan salah satu cara untuk mewujudkan kehidupan demokrasi. Mengingat sebelum aturan ini dikeluarkan maka yang berhak memilih Kepala Daerah adalah para anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang terdapat di daerah tersebut. Dhal mengidentifikasi dua jalan terpenting menuju demokrasi yaitu kompetisi dan partisipasi.3

3

Ibid, hal.21.

(17)

berarti meningkatnya jumlah warga negara yang memperoleh hak- hak politik dan kebebasan, sedangkan kompetisi menyangkut pada tersedianya hak- hak dan kebebasan bagi anggota sistem politik.

Pemilihan Kepala Daerah secara langsung akan mampu membawa iklim demokrasi kearah yang lebih baik jika mampu dikelola dengan benar, dan diharapkan setelah pemilihan Kepala Daerah secara langsung dapat dilaksanakan maka akan mampu memberikan efek bagi perkembangan demokrasi menjadi lebih berkualitas karena jika Pemilihan Kepala Daerah secara langsung dapat dikelola dengan benar dan dapat dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia maka hal tersebut akan mampu menunjukkan identitas Indonesia sebagai negara yang menganut demokrasi secara nyata. Sementara Pemilihan Kepala Daerah yang tidak tepat akan membawa masalah yang besar, karena Kepala Daerah yang dipilih dianggap sebagai Pemimpin segenap masyarakat sebuah daerah. Oleh karena itu pemilihan secara langsung dianggap sebagai cara yang tepat dan mampu mengurangi pihak- pihak yang diuntungkan sebagian.

(18)

mampu memberikan kesempatan kepada rakyat untuk meningkatkan kualitas perannya dalam kehidupan bernegara serta melatih masyarakat untuk menyalurkan aspirasi dengan kebebasan mengeluarkan pendapat dan menerima keragaman pandangan dengan bertanggungjawab serta mendapatkan informasi yang dapat digunakannya untuk memberikan pertimbangan dan menentukan keputusan politik secara arif dan bermoral.

Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan suatu lembaga yang mampu mendukung pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah yang mampu dan berkompeten. Lembaga tersebut adalah Komisi Pemilihan Umum dimana mereka bertugas untuk mempersiapkan apa-apa saja yang perlu untuk melakukan pemilihan umum. KPU juga memiliki tanggungjawab untuk mengarahkan masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pelaksanan Pemilihan Kepala Daerah, sehingga Penyelenggaraan sebuah Pemilihan Kepala Daerah dapat berjalan dengan tepat dan dengan asas Demokrasi karena tingkat keberhasilan penyelenggaraan pemilihan umum maupun pemilihan kepala daerah dapat dilihat berdasarkan partisipasi politik masyarakatnya.

(19)

Dalam Pemilihan Kepala Daerah secara langsung rakyat dituntut untuk mampu berpikir kritis, arif, dan cerdas terhadap tawaran yang diberikan oleh para calon Kepala Daerah, serta menentukan siapakah yang pantas dan layak menjadi pemimpinnya.

Berikut ini ditampilkan dalam bentuk tabel, jumlah masyarakat dan jumlah pemilih di kabupaten Tapanuli Utara tahun 2009.

Tabel 1

Jumlah penduduk dan Pemilih pada Pilkada 2009 No Kecamatan Penduduk Pemilih

Sementara 13 Siborongborong 47.779 28.455 27.701 19.394

14 Pagaran 16.179 10.309 10.314 7.608

15 Muara 14.559 8.781 8.781 6.764

(20)

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan jumlah masyarakat yang masuk dalam daftar Pemilih Sementara berbeda jauh dengan jumlah masyarakat yang ikut memilih. Sebagai contoh, kecamatan dengan jumlah masyarakat terbanyak yaitu kecamatan Siborongborong, terdata dalam Daftar Pemilih Sementara sebanyak 28.455, sementara yang ikut dalam pemungutan suara hanya sebanyak 19.394. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang tidak ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah.

Sikap masyarakat yang tidak berpartisipasi dalam pemilihan kepala Daerah disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain karena ketidaktahuan atas hak dan kewajibannnya sebagai warga negara, jenuh mengikuti pemilihan, atau tidak memiliki pemahaman mengenai pemilu. Selain itu, masalah tersebut bisa saja disebabkan terjadinya beberapa kesalahan pembagian kartu pemilih, jauhnya tempat pemungutan suara atau masalah kurangnya sosialisasi dari Komisi Pemilihan Umum kepada masyarakat mengenai pemilihan kepala daerah.

(21)

dapat menyalurkan aspirasinya melalui pemilihan umum dengan menggunakan hak suaranya.

Penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah langsung Kabupaten Tapanuli Utara diselenggarakan oleh KPU Kabupaten Tapanuli Utara. Mengingat fenomena Pemilihan Kepala Daerah langsung ini merupakan hal yang masih baru maka dirasakan pengetahuan tentang bagaimana penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah langsung ini masih terbatas. Karena itu penulis merasakan bahwa sangat penting sekali untuk melakukan penelitian dengan judul “Peranan Komisi Pemilihan Umum Daerah dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Langsung untuk Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat”

I.2. Rumusan Masalah

Masalah merupakan bagian pokok dari suatu kegiatan penelitian dimana penulis mengajukan pertanyaan terhadap dirinya tentang hal- hal yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penelitian.4

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta (2002:47)

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan yang diteliti adalah: “Bagaimana Peranan Komisi Pemilihan Umum (KPUD) dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Langsung Untuk meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat? ”

I.3. Tujuan Penelitian

(22)

1. Untuk mengetahui Peranan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) dalam penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara

2. Untuk mengetahui bagaimana KPUD Kabupaten Tapanuli Utara meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat dalam pemilihan kepala daerah.

3. Untuk mengetahui bagaimana tingkat partisipasi politik masyarakat dalam mengikuti penyelenggaraan pemilihan kepala daerah di Kabupaten Tapanuli Utara.

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan untuk menjelaskan dan memprediksi makna Pemilihan kepala Daerah dan Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah, dimana kemudian dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pengetahuan dan bacaan serta referensi untuk penelitian selanjutnya.

(23)

menggunakan hak suranya dalam pemilihan kepala daerahnya serta ikut serta untuk menentukan masa depan daerah Kabupaten Tapanuli Utara.

I.5. Kerangka Teori

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berfikir untuk menunjukkan perspektif yang digunakan dalam memandang fenomena sosial yang menjadi objek penelitian.5

Pemilihan umum (Pemilu) menurut Pasal 1 UU RI No.12 Tahun 2003 adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pelaksanaannya pemilu diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri dimana Pemilih adalah warga negara Indonesia yang berumur 17 tahun atau sudah pernah kawin serta memenuhi syarat sebagai pemilih yaitu : tidak terganggu jiwanya,

Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam kerangka teori ini penulis akan mengemukakan teori, gagasan, atau pendapat yang akan dijadikan titik tolak landasan berfikir dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

I.5.1 Pemilihan Umum

5

(24)

tidak dicabut hak pilihnya berdasar keputusan pengadilan yang memiliki kekuatan hukum serta terdaftar sebagai pemilih.

Pemilihan Umum adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pemilu merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations, komunikasi massa, lobby dan lain-lain kegiatan.6

Pemilu yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali memiliki beberapa asas dalam pelaksanaanya, yaitu asas "Luber" yang merupakan singkatan dari "Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia". Asal "Luber" sudah ada sejak zaman Orde Baru dan tercantum dalam pasal 2 UU No 12 Tahun 2003.

Dalam Pemilu, para pemilih juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai sehingga Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan kepada para pemilih.

7

Asas langsung maksudnya adalah rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.

6

http://wapedia.mobi/id/Pemilihan_Umum 7

(25)

Asas umum maksudnya adalah pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan undang–undang berhak mengikuti pemilu. Pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan, dan status sosial.

Asas adil maksudnya adalah setiap pemilih dan peserta pemilu mendapatkan perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan dari pihak mana pun.

Asas bebas maksudnya bahwa setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapa pun.

Asas rahasia maksudnya adalah dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak mana pun dan dengan jalan apa pun.

Asas jujur maksudnya adalah dalam penyelenggaraan Pemilu, setiap penyelenggara pemilu, aparat pemerintah, peserta Pemilu, pengawas Pemilu, pemantau pemilu, pemilih serta semua pihak yang terkait harus bersikap jujur.

(26)

dan pemilih, tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu. Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara pemilu.

I.5.2 Pemilihan Umum Kepala Daerah langsung I.5.2.1 Kepala Daerah

Kepala daerah adalah jabatan publik atau politik yang diraih melalui mekanisme politik berdasarkan sistem yang legal, pemilihan perwakilan atau melalui pemilihan langsung. Kepala Daerah dalam konteks Indonesia adalah gubernur sebagai kepala daerah provinsi, bupati sebagai kepala daerah kabupaten, atau walikota sebagai kepala daerah kota. Kepala daerah dibantu oleh seorang wakil kepala daerah.

Sejak tahun 2005, pasangan Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada). Pasangan tersebut dicalonkan oleh partai politik maupun independen.8

Kepala Daerah adalah Kepala Pemerintah daerah yang dipilih secara demokratis. Pemilihan secara demokratis terhadap Kepala Daerah tersebut, dengan mengingat bahwa tugas dan wewenang DPRD menurut Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan kedudukan majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menyatakan antara lain bahwa DPRD tidak memiliki tugas dan wewenang untuk memilih Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah, maka pemilihan secara demokratis dalam Undang- Undang ini dilakukan oleh rakyat secara langsung Kepala daerah dalam melaksanakan tugasnya dibantu Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dijelaskan pengertian Kepala Daerah, yaitu sebagai berikut:

8

(27)

oleh seorang wakil kepala daerah dan perangkat daerah. Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat yang persyaratan dan tata caranya ditetapkan dalam peraturan perundang- undangan. Pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dapat dicalonkan baik oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memperoleh sejumlah kursi tertentu dalam DPRD dan atau memperoleh dukungan suara dalam Pemilu legislatif dalam jumlah tertentu.9

Penegakan demokrasi tersebut dimulai dari dilaksanakannya pemilihan kepala daerah secara langsung mulai bulan juni 2005 di berbagai daerah. Sementara itu Pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah sebelum pilkada langsung

Berdasarkan penjelasan Undang-Undang diatas, dikatakan bahwa pemilihan kepala daerah dilakukan secara demokratis yaitu berdasarkan pemilihan secara langsung oleh masyarakat, karena DPRD menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan kedudukan majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tidak memiliki tugas dan wewenang untuk memilih Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah. Berarti dalam hal ini rakyat memiliki hak untuk memilih siapa yang akan menjadi Kepala Daerahnya.

I.5.2.2 Pemilihan Kepala Daerah secara langsung

Pemilihan Kepala daerah langsung merupakan fenomena yang sudah ada sejak era reformasi. Salah satu tujuan reformasi adalah untuk mewujudkan suatu Indonesia yang lebih demokratis. Hal tersebut akan dapat diwujudkan dimulai dari penegakan demokrasi di daerah dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam melakukan pemilihan daerah dan wakil kepala daerah.

9

(28)

atau sebelum tahun 2005, tidak melibatkan peran masyarakat secara nyata, bahkan masyarakat seolah berperan sebagai penonton yang tidak punya peran berarti dalam pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah tersebut.

Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan peristiwa penting, tidak saja karena merupakan tonggak sejarah demokratisasi di negeri ini, tetapi juga diharapkan mampu sebagai sarana untuk memilih kepala- kepala daerah yang memiliki tanggungjawab lebih besar kepada rakyat di daerahnya masing- masing. Pilkada juga diharapkan dapat menekan politik uang yang sehingga kepala-kepala daerah yang terpilih benar- benar sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan. Selanjutnya, rakyat pemilih juga akan mengawasi secara ketat kinerja kepala daerah yang dipilihnya selama masa jabatannya, sehingga masyarakat bisa memberikan penghargaan dengan memilihnya kembali pada masa berikutnya atau tidak memilihnya lagi.

(29)

dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia dan adil.”.10

1. Pemberitahuan DPRD kepada kepala daerah mengenai berakhirnya masa jabatan.

Pemilihan kepala daerah langsung adalah adalah pemilihan kepala daerah yang memberi ruang bagi rakyat untuk menggunakan hak pilih aktif, yakni hak untuk memilih dan hak untuk dipilih. Seluruh warga asal memenuhi syarat dapt menjadi pemilih dan mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Keterlibatan langsung masyarakat dalam tahapan- tahapan kegiatan pilkada langsung dapat terlihat jelas dimana rakyat berperan sebagai subjek politik. Dalam hal ini masyarakat dapat menjadi pemilih, penyelenggara, pemantau, bahkan pengawas.

Penyelenggaraan pilkada langsung dilaksanakan melalui dua tahap, yakni tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. (Dalam pasal 65 ayat (1) UU No. 32/ 2004), tahap persiapan tersebut terkait dalam hal- hal sebagai berikut:

2. Pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai berakhirnya masa jabatan kepala daerah.

3. Perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara dan jadwal tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah

4. Pembentukan panitia pengawas, PPK, PPS, dan KPPS 5. Pemberitahuan dan pendaftaran pemantau

Tahap pelaksanaan tentang pemilihan kepala daerah meliputi: 1. Penetapan daftar pemilih

10

(30)

2. Pendaftaran dan penetapan calon kepala daerah/ wakil kepala daerah 3. Kampanye

4. Pemungutan suara 5. Penghitungan suara

6. Penetapan pasangan calon kepala daerah/ wakil kepala daerah terpilih, pengesahan dan pelantikan.

Hubungan pilkada langsung dengan kedaulatan rakyat mencakup hal- hal sebagai berikut:11

1. Rakyat secara langsung dapat menggunakan hak- haknya secara utuh. Negara memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan terhadap hak pilih rakyat, yaitu hak memilih calon pemimpinnya.

2. Wujud nyata asas pertanggungjawaban dan akuntabilitas

Pertanggungjawaban dan akuntabilitas publik seorang pemimpin merupakan landasan amat penting guna menjaga kelangsungan sebuah kepemimpinan politik. Melalui pilkada langsung, seorang kepala daerah harus dapat mempertanggungjawabkan kepemimpinannya kepada rakyat yang memilih.

3. Menciptakan suasana kondusif bagi terciptanya hubungan sinergis antara pemerintah dan rakyat.

Dalam hal ini, pemerintah akan melaksanakan kehendaknya sesuai dengan kehendak rakyat. Keserasian dan keseimbangan hubungan antara

11

Joko J Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, Filosofi, Sistem dan Poblema

(31)

keduanya akan membawa pengaruh yang menentukan tegaknya pemerintahan yang demokratis.

Pilkada langsung tidak dengan sendirinya menjamin peningkatan kualitas demokrasi itu sendiri tetapi jelas akan membuka akses terhadap peningkatan kualitas demokrasi. Akses itu berarti berfungsinya mekanisme check and balance, yaitu meliputi hubungan kepala daerah dengan rakyat, DPRD dengan rakyat, kepala daerah dengan DPRD, DPRD denagn kepala daerah dan juga dengan lembaga Yudikatif.12

Ide Pemilihan kepala daerah secara langsung juga di latarbelakangi oleh berbagai ketidakpuasan dan penyimpangan didalam proses Pilkada yang dilakukan para wakil rakyat. Pemilihan kepala daerah langsung juga merupakan sebuah respon kritik konstuktif atas pelaksanaan mekanisme demokrasi tak

Hal ini berarti Kepala daerah dituntut untuk memenuhi janji- janji kampanye, dituntut mengakomodasi aspirasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan publik dan perda.

Idealisme dari pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan implikasi mendasar dalam upaya untuk merevisi UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah pada awal tahun 2001 yang memberikan otonomi yang luas dan nyata serta perimbangan keuangan yang lebih besar kepada pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota. Hal tersebut kemudian dibakukan dalam UUD 1945 yang kemudian diakomodasikan dalam bentuk pelaksanaan UU No. 22 Tahun 1999.

12

(32)

langsung (demokrasi perwakilan), dimana dalam hal ini masyarakat tidak secara langsung mengartikulasikan berbagai kepentingannya kepada agenda kebijakan publik, melainkan mewakilkannya pada sejumlah kecil orang tertentu yang disebut sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Lembaga ini banyak mengambil peran- peran legislasi dalam mengambil keputusan-keputusan publik mengenai siapa yang akan menjadi pimpinan eksekutif di daerah.

Ciri- ciri pemilihan Kepala Daerah Langsung adalah13

1. Diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Daerah yang mandiri dan Otonom. Yang dimaksud dengan “mandiri” adalah bahwa Komisi Pemilihan Umum Daerah tidak berhubungan secara struktural dan hierarkis dengan Komisi Pemilihan Umum yang lebih tinngi, sedangkan “ otonom” berarti Komisi Pemilihan Umum Daerah berwenang membuat regulasi sendiri.

:

2. Penyelenggaraan pilkada dibiayai dari anggaran daerah/ lokal.

3. Penyelenggaraan dan Pembiayaan dipertanggungjawabkan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah kepada publik.

4. Peraturan(regulasi) pilkada, tahapan kegiatan dan jadwal waktu pelaksanaan tahapan kegiatan ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah berdasarkan ketentuan perundangan yang dilahirkan oleh Parlemen lokal.

5. Acapkali peraturan pilkada, tahapan kegiatan dan jadwal waktu pelaksanaan berbeda-beda antar daerah.

I.5.2.3 Pertimbangan sebelum Penyelenggaraan Pilkada langsung

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan Penyelenggaraan Pilkada langsung adalah:14

Pertama, Pilkada langsung merupakan jawaban atas tuntutan aspirasi

rakyat karena presiden dan wakil presiden, DPR, DPD, bahkan Kepala Desa selama ini telah dilakukan langsung. Akomodasi terhadap tuntutan rakyat, kiranya

13

Ibid, hal.165. 14

Samsul Wahidin, Hukum Pemerintahan Daerah, Mengawasi Pemilihan Umum Kepala

(33)

menjadi bagian yang harus diakomodasikan yaitu untuk memilih sendiri sesuai dengan aspirasinya, seorang kepala daerah yang benar- benar sesuai dan bisa memimpin daerahnya.

Kedua, Pilkada langsung merupakan perwujudan konstitusi dan UUD

1945. Dalam pasal 18 ayat (4) UUD 1945, Gubernur, Bupati dan Walikota masing- masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis. Hal ini kemudian menjadi dasar dari lahirnya UU Nomor 32 Tahun 2004 termasuk didalamnya mengatur tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Ketiga, Pilkada langsung dipandang sebagai salah satu sarana

pembelajaran demokrasi bagi masyarakat. Proses pelaksanaan mulai dari pendataan sampai pada pelantikan kepala daerah dinilai sebagai media pembelajaran praktik berdemokrasi bagi rakyat yang diharapkan dapat membentuk kesadaran kolektif segenap unsur bangsa tentang pentingnya memilih pemimpin sesuai dengan nuraninya.

Keempat, Pilkada langsung dipandang sebagai sarana untuk memperkuat

(34)

Kelima, Pilkada langsung merupakan sarana penting bagi proses kaderisasi

kepemimpinan nasional. Jumlah personil yang berkualitas dari kepemimpiann nasional dianggap sangat terbatas.

Pertimbangan tersebut menjadi dasar mengapa penyelenggaraan pilkada langsung kemudian menjadi pilihan yang dinilai tepat untuk diselenggarakan. Dalam hal ini, pilkada dipersepsikan akan memberi jaminan sejumlah keunggulan didalam masyarakat dalam hal realisasi demokrasi yang sebenarnya pada tingkat daerah. Penyelenggaraan ini dinilai akan memenuhi kaidah proses demokratisasi yaitu menjamin terwujudnya stabilitas yang mantap karena melibatkan partisipasi publik yang makin meluas sesuai aspirasi masyarakat. Kepala daerah yang terpilih akhirnya akan menjadi perwujudan kehendak rakyat yang tentunya mewakili aspirasi yang bersifat riil dimasyarakat kerena pemilihan dilaksanakan dengan asas kebebasan untuk memilih.

I.5.2.3 Alasan Penyelenggaraan Pilkada langsung

Ada beberapa alasan penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah secara langsung yaitu15

1) Mengembalikan kedaulatan ketangan Rakyat :

Warga masyarakat di daerah, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari warga negara Republik Indonesia secara keseluruhan, juga memiliki hak atas kedaulatan yang merupakan hak asasi mereka dan diajmin dalam UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945. Hal tersebut menjadi alasan dimana warga masyarakat didaerah berdasarkan kedaulatan yang mereka miliki, harus diberi

15

H. Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah

(35)

kesempatan untuk ikut menentukan masa depan daerahnya masing- masing dengan cara ikut memilih kepala daerah dan wakil kepala daerahnya secara langsung.

2) Legitimasi yang sama antara Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah dengan DPRD

Pada tanggal 5 April 2004, Indonesia sudah melaksanakan Pemilu legislatif. Anggota DPRD dipilih secara langsung oleh rakyat pemilih melalui sistem proporsioanl dengan daftar calon terbuka. Oleh karena itu kepala daearah dan wakil kepala harus dipilih langsung oleh rakyat, sehingga tingkat legitimasi diantara keduanya sama.

3) Kedudukan yang sejajar antara Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dengan DPRD

Menurut UU NO. 22 Tahun 1999 pasal 16 ayat 2 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa DPRD, sebagai Badan Legislatif Daerah, berkedudukan sejajar dan menjadi mitra pemerintah daerah. Oleh karena itu untuk memberikan kedudukan sebagai mitra sejajar antara kepala daerah dan wakil kepala daerah dengan DPRD, maka seharusnya kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat.

4) UU NO. 22 Tahun 2003 tentang Susduk MPR, DPR, DPD, dan DPRD

(36)

5) Mencegah terjadinya Politik uang

Pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung diharapkan dapat mencegah dan mengurangi terjadinya politik uang. Pihak- pihak yang ingin melakukan politik uang akan berhadapan dengan para pemilih yang jumlahnya cukup banyak.

1.5.2.5 Dampak Positif Pelaksanaan Pilkada Langsung

Penyelenggaraan pilkada akan memberikan dampak yang positif, apabila pelaksanaannya diselenggarakan dengan baik. Pelaksanaan Pilkada yang baik akan menghasilkan lima manfaat penting, yaitu:

Pertama, sebagai solusi terbaik atas segala kelemahan proses maupun hasil

pemilihan Kepala Daerah secara tidak langsung lewat DPRD. Pilkada dalam hal ini bermanfaat untuk memperdalam dan memperkuat demokrasi lokal.

Kedua, Pilkada akan menjadi penyeimbang arogansi lembaga DPRD yang

sebelumnya sering mengklaim dirinya sebagai satu-satunya institusi pemegang mandat rakyat yang representatif.

Ketiga, Pilkada akan menghasilkan kepala pemerintahan daerah yang memiliki

legitimasi yang kuat di mata rakyat.

Keempat, Pilkada berpotensi untuk menghasilkan Kepala daerah yang lebih

bermutu karena pemilihan secara langsung mendorong majunya calon dan menangnya calon Kepala daerah yang Kredibel dan akseptabel di mata masyarakat daerah.

Kelima, Pilkada berpotensi mengurangi praktik politik uang yang merajalela

(37)

Selain itu sistem pemilihan langsung juga memberikan dampak positif sama seperti sama seperti dampak dari pelaksanaan desentralisasi atau otonomi daerah yaitu :16

1. Pendidikan Politik Rakyat

Pilkada langsung memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang peran debat publik, sistem seleksi calon dan pentingnya program kerja (visi dan misi), kebijakan, perencancanaan dan anggaran dalam suatu sistem demokrasi. Di satu sisi rakyat semakin rasional baik dalam memilih calon maupun menyikapi proses pilkada.

2. Kancah pelatihan (training ground) dan pengembangan demokrasi

Pilkada secara langsung merupakan kancah pelatihan dan pengembangan demokrasi dalam sebuah negara.

3. Pilkada langsung sebagai persiapan untuk karier politik lanjutan

Pilkada langsung menciptakan sebuah landasan bagi pemimpin politik prospektifdi tingkat lokal unuk mengembangkan kecakapan dalam pembuatan kebijakan, menjalankan partai politik, serta menyusun anggaran.

4. Membangun stabilitas politik dan mencegah sparatisme

Partipasi rakyat dalam politik formal melalui pilkada secara langsung dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah. Dengan cara itu dapat diharapkan tercapainya harmoni sosial, semangat kekeluargaan dan stabilitas politik di daerah. Dengan adanya harmoni sosial, semangat

16

Joko J Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, Filosofi, Sistem dan Poblema

(38)

kekeluargaan, dan stabilitas politik di daerah berarti menciptakan prakondisi untuk stabilitas nasional dengan alasan yang dapat di pertanggungjawabkan.

5. Kesetaraan Politik (Political equality)

Masyarakat di tingkat daerah, sebagaimana di tingkat pusat, mempunyai kesempatan untuk terlibat langsung dalam politik, terutama dalam hal pemberian suara untuk memilih kepala eksekutif. Partisipasi politik yang luas mengandung didalamnya kesetaraan politik karena pemerintahan nasional atau pejabat yang lebih tinggi biasanya kurang antusias memperhatikan posisi politik dari kalangan masyarakat yang ada di daerah.

6. Mencegah konsentrasi kekuasaan di pusat

Kesetaraan politik dan partisipasi politik akan mengurangi kemungkinan konsentrasi kekuasaan. Dengan pilkada langsung, kekuasaan politik akan terdistribusi secara luas sehingga pilkada merupakan sebuah mekanisme yang dapat mencakup kelompok miskin dan kelompok marjinal, serta perempuan.

7. Akuntabilitas publik

Akuntabilitas publik diperkuat karena pilkada secara langsung lebih accesible terhadap penduduk setempat dan oleh karenanya kepala daerah terpilih akan lebih bertanggungjawab terhadap kebijakan- kebijakan dan hasil- hasilnya dibanding pemimpin politik nasional atau pegawai pemerintah. Satu suara dalam pilkada langsung merupakan suatu mekanisme unik bagi penduduk untuk menunjukkan kepuasan/ ketidakpuasan terhadap kepala daerah.

(39)

Dengan pemilihan kepala daerah secara langsung, maka sensitifitas pemerintah akan meningkat dan berusaha memahami kebutuhan masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakat itu sendiri.

I.5.3 Partisipasi Politik Masyarakat

Partisipasi politik masyarakat adalah aktivitas warganegara yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan politik yang dilakukan orang dalam posisinya sebagai warganegara. Partisipasi politik masyarakat bersifat sukarela, bukan dimobilisasi oleh negara ataupun partai yang berkuasa. Peran serta warganegara tersebut didasarkan pada harapan-harapan yang tinggi tentang kualitas warganegara dan keinginan mereka untuk terlibat dalam kehidupan publik. Dalam hal ini warganegara dituntut untuk lebih memiliki nilai- nilai demokrasi dan rasa kebebasan untuk berperan serta dalam masalah- masalah publik.

Partisipasi politik menurut Herbert McClosky adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum.17

17

Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT Ikrar Mandiriabadi (2008:368)

(40)

kegiatan atau aktivitas yang mempunyai relevansi politik ataupun hanya mempengaruhi pejabat pemerintah dalam pengambilan keputusan.

Huntington dan Nelson membagi partisipasi politik atas dua jenis yaitu: partisipasi Otonom dan partisipasi mobilisasi.18

Berbicara tentang partisipasi masyarakat berhubungan dengan Teori kebijakan publik, yang menjelaskan tentang pendekatan dalam analisis sebuah kebijakan publik. Partisipasi masyarakat merupakan salah satu pendekatan dalam

Partisipasi Otonom adalah suatu jenis partisipasi yang diharapkan dari setiap individu dalam agrerat masyarakat yaitu keterlibatan masyarakat, baik dalam hal memberikan masukan mengenai ide dan konsep tentang sesuatu hal pada pemerintah, mendirikan organisasi massa, menjadi kelompok-kelompok penekan bagi pemerintah, memberikan haknya pada saat pemilihan kepala daerah, merupakan serangkaian partisipasi yang diinginkan oleh masyarakat dan pemerintah dalam menciptakan keberadaban politik. Sedangkan Partisipasi mobilisasi adalah partisipasi yang lebih mengedepankan dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan program- program yang telah dibuat oleh pemerintah.

Dalam penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah, partisipasi politik masyarakat saat pemilihan berorientasi terhadap peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat. Karena dengan pemilihan kepala daerah tersebut, warga masyarakat diminta untuk memilih calon-calon yang ada dengan merujuk pada program- program kegiatan yang ditawarkan oleh para calon pada saat mereka berkampanye.

18

(41)

analisis kebijakan publik saat ini, yaitu Pendekatan peran serta warganegara. Hal ini didasarkan dari pemikiran demokrasi klasik dari Jhon locke dan Jhon Stuart Mill, yang menekankan pengaruh yang baik dari peran warganegara dalam perkembangan kebijakan publik.19

Bentuk-bentuk partisipasi politik itu adalah:

Keikutsertaan warga negara dalam masalah-masalah atau hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat, akan mendorong masyarakat sehingga memiliki pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan rasa tanggungjawab sosial yang penuh dan menjangkau perspektif mereka di luar batas- batas kehidupan pribadi. Oleh karena itu warga negara perlu memberikan perhatian untuk ikut serta atau berperan dalam pembangunan suatu daerah, khususnya melalui penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah.

20

1. Kegiatan Pemilihan yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan umum, mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi calon legislatif atau eksekutif, atau tindakan lain yang berusaha mempengaruhi hasil pemilu;

2. Lobby, yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan politik dengan maksud mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu isu;

19

Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta, Media Pressindo (2004: 45)

20

(42)

3. Kegiatan Organisasi, yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi, baik selaku anggota maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah;

4. Mencari koneksi (Contacting), yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun jaringan dengan pejabat-pejabat pemerintah guna mempengaruhi keputusan mereka, dan

5. Tindakan Kekerasan (violence), yaitu tindakan individu atau kelompok guna mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan kerugian fisik manusia atau harta benda, termasuk di sini adalah huru-hara, teror, kudeta, revolusi dan pemberontakan.

Kelima hal diatas merupakan bentuk partisipasi politik masyarakat. Jadi dalam hal pemilihan kepala daerah secara langsung, kegiatan masyarakat untuk ikut dalam pemilihan atau mmberikan suara merupakan merupakan bentuk partisipasi politik masyarakat.

(43)

Partisipasi Politik masyarakat erat kaitannya dengan kesadaran politik, karena semakin sadar bahwa dirinya diperintah, orang kemudian akan menuntut hak bersuara dalam penyelenggaraan pemerintah. Perasaan kesadaran seperti itu biasanya timbul dari orang- orang yang berpendidikan, meskipun pendidikan sebenarnya tidak menjamin tingkat partisipasi masyarakat.

Di negara Demokrasi juga dianggap bahwa lebih banyak partisipasi masyarakat lebih baik. Tingginya tingkat partisipasi menunjukkan bahwa warga mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan itu.21

Dari beberapa kasus pemilihan kepala daerah di Indonesia, diantara masyarakat ada yang ikut dalam satu atau lebih bentuk partisipasi, namun ada

Hal itu juga menunjukkan bahwa rezim yang bersangkutan memiliki kadar keabsahan atau legitimasi yang kuat. Sebaliknya, tingkat partisipasi yang kurang atau rendah dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan. selain itu, jika berbagai aspirasi rakyat tidak diungkapkan, pimpinan negara akan kurang tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat dan cenderung melayani kebutuhan kelompok tertentu saja

Dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah di Indonesia, masyarakat perlu ikut berpartisipasi. Bentuk partisipasi dari masyarakat dapat terwujud dari satu atau beberapa kegiatan yang melibatkan partisipasi masyarakat, misalnya ikut dalam acara sosialisasi, penyuluhan, kampanye dan bahkan ikut memberikan suaranya pada saat pemilihan kepala daerah.

21

(44)

juga yang sama sekali tidak melibatkan diri dalam kegitan politik. Hal ini dinamakan dengan apatis dan sikap tersebut banyak dipilih oleh masyarakat dengan tidak ikut dalam pemilihan dikarenakan oleh sikap tidak tertarik mengenai masalah politik, tidak yakin bahwa usaha untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah akan berhasil, dan ada juga yang sengaja tidak memilih karena kebetulan berada di lingkungan dimana ketidaksertaan merupakan hal yang dianggap biasa.

1.5.4 Komisi Pemilihan Umum

I.5.4.1 Pengertian Komisi Pemilihan Umum

Komisi Pemilihan Umum adalah suatu lembaga yang dipilih dan ditetapkan berdasarkan undang-undang sebagai penyelenggara Pemilihan Umum, dimana pada awal pembentukannya, KPU (Komisi Pemilihan Umum) merupakan lembaga yang beranggotakan orang- orang yang nonpartisan dan kebanyakan dari kalangan Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) merupakan bawahan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pusat yang berfungsi untuk menyelenggarakan pemilihan umum secara berjenjang.22

Ketentuan yang melahirkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) terdapat dalam pasal 22E Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dalam bab VIIB Pemilihan Umum yang merupakan hasil perubahan ketiga tahun 2001. Pasal 22E ayat (5) menyatakan bahwa” Pemilihan umum diselenggrakan

22

(45)

oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri”.

Dalam hal ini, nama komisi pemilihan umum belum menunjukkan nama yang pasti, namun hal ini menjadi dasar bahwa pemerintah terlepas dari KPU yang bertugas menyelenggarakan Pemilu sebagai organ yang mandiri di dalam kinerjanya.

Sementara ketentuan yang mengatur kegiatan Pilkada secara langsung, terdapat dalam pasal 57 (1) (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang menetapkan bahwa pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diselenggarakan oleh KPUD yang bertanggungjawab kepada DPRD dimana dalam melaksanakan tugasnya KPUD menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah kepada DPRD. Undang- Undang mengenai KPUD tersebut juga dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Pada perkembangan berikutnya dasar penyelenggara pemilihan umum diatur dalam Undang- Undang No. 22 Tahun 2007 yang berisi tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Undang- Undang ini mengatur tentang penyelenggara Pemilihan Umum yang secara profesional menjadi satu- satunya yang mempunyai kewenangan dalam hal penyelenggaraan pemilu di tanah air.

(46)

tingkat Provinsi maupun kabupaten/ kota, dimana lembaga tersebut diberi nama Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD).

Komisi Pemilihan Umum Daerah berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 pasal 22 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum menyatakan bahwa KPU Kabupaten/ kota dibentuk oleh KPU Provinsi, dimana KPU Kabupaten/ Kota tersebut memiliki 5 orang tim seleksi yang berasal dari unsur akademisi, profesional, dan masyarakat yang memiliki integritas dan tidak menjadi anggota partai politik dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Tim seleksi terdiri dari seorang ketua merangkap anggota, seorang sekretaris merangkap anggota, dan anggota.

I.5.4.2 Tugas, Kewenangan, dan kewajiban- kewajiban Komisi Pemilihan Umum Daerah

Dilihat dari tugas lembaga KPUD sebagai penyelenggara pelaksanaan Pemilihan Umum maupun Pemilihan Kepala Daerah, maka tingkat keberhasilan pelaksanaan Pemilihan umum dan Pemilihan Kepala daerah tersebut sangat ditentukan oleh penyelenggaranya. Untuk melaksanakan pemilihan umum kepala daerah, KPUD mempunyai tugas dan kewenangan sebagai berikut:23

1. Merencanakan pelaksanaan pemilu di kabupaten/ kota 2. Melaksanakan pemilu di kabupaten/ kota

3. Menetapkan hasil pemilu di kabupaten/ kota

4. Membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam wilayah kerjanya

23

(47)

5. Mengkoordinasi kegiatan panitia pelaksanaan pemilu dalam wilayah kerjanya

6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh KPU dan KPU provinsi

Selanjutnya KPUD kabupaten/ kota berkewajiban antara lain:24 1. Memperlakukan peserta pemilu secara adil dan setara 2. Menyampaikan informasi dan kegiatan pada masyarakat

3. Menjawab pertanyaan serta menampung dan memproses pengaduan dari peserta pemilu dan masyarakat

4. Menyampaikan laporan secara priodik dan mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan pelaksanaan pemilu kepada KPU provinsi

5. Menyampaikan laporan secara priodik kepada bupati/ wali kota

6. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari APBN dan APBD

7. Melaksanakan seluruh kewajiban lainnya yang diatur oleh undang- undang

Dalam membantu tugas Komisi Pemilihan Umum Daerah, KPUD dibantu oleh beberapa kelembagaan untuk penyelenggaraan pemilihan umum kepala daerah antara lain:

1. Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), adalah panitia yang bertugas melaksanakan pemilu di kecamatan, dimana panitia kecamatan mempunyai tugas dan wewenang :

24

(48)

a. Mengumpulkan hasil perhitungan suara dari seluruh TPS dan melakukan rekapitulasi hasil perhitungan suara dari seluruh PPS dan wilayah kerjanya.

b. Membantu tugas Kabupaten/ kota dalam melaksanakan pemilu.

2. Panitia Pemungutan Suara (PPS), adalah panitia pemungutan suara di desa/ kelurahan, dimana panitia desa/ kelurahan memiliki tugas dan wewenang:

a. Melakukan pendaftaran pemilih

b. Mengangkat petugas pencatat dan pendaftar c. Menyampaikan daftar pemilih kepada PPK d. Membentuk KPPS

e. Melakukan rekapitulasi hasil perhitungan suara dari seluruh TPS dalam wilayah kerjanya.

f. Membantu tugas PPK

3. Ketua Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), adalah panitia penyelenggara pemungutan suara, dimana KPPS mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. Sebagai penyelenggara pemungutan suara, dan di tiap TPS diperbantu oleh keamanan dari pertahanan sipil.

(49)

Berbagai lembaga tersebut dibentuk oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah untuk membantu mereka dalam pelaksanaan pemilihan umum di daerah nya. Pelaksanaan Pemilu juga akan berjalan lebih efektif dengan tersedianya penyelenggara Pemilihan yang mencukupi untuk melaksanakan berbagai jenis kegiatan dan menjangkau seluruh masyarakat, baik tingkat kecamatan maupun sampai ke desa.

Dalam hal ini dikatakan bahwa Komisi Pemilihan Umum bertugas sebagai penyelenggara Pemilihan Umum maupun Pemilihan Kepala Daerah. Oleh karena itu, berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum dan lembaga yang terkait sebelum penyelenggaraan Pemilu, diharapkan mampu mengarahkan partisipasi masyarakat untuk mengikuti penyelenggaraan Pemilu. Sehingga pelaksaanaan Pemilihan mendapat tingkat partisipasi politik masyarakat yang tinggi.

I.6 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak sebuah kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep kemudian peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu dengan yang lainnya.25

25

(50)

Oleh karena itu, agar dapat menemukan batasan yang lebih jelas, sehingga penulis dapat menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang diteliti, maka penulis mengemukakan konsep-konsep antara lain:

1. Pemilihan Kepala Daerah Langsung

Pemilihan kepala daerah langsung adalah adalah pemilihan kepala daerah yang memberi ruang bagi rakyat untuk menggunakan hak pilih aktif, yakni hak untuk memilih dan hak untuk dipilih. Seluruh warga asal memenuhi syarat dapat menjadi pemilih dan mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Pilkada langsung merupakan jawaban atas tuntutan aspirasi rakyat untuk memilih kepala daerahnya secara langsung dan membangun demokrasi yang lebih utuh di Indonesia.

2. Partisipasi Politik Masyarakat

Partisipasi politik masyarakat adalah segala jenis kegiatan warganegara yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan politik. Partisipasi politik dilakukan orang dalam posisinya sebagai warganegara. Partisipasi politik masyarakat dapat diwujudkan dengan ikut sertanya masyarakat dalam Pilkada dan ikut serta memberikan suara pada saat pemungutan suara.

3. Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)

(51)
(52)

BAB II

METODE PENELITIAN

II. 1 Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian metode deskriptif ini adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala- gejala, fakta- fakta, atau kejadian- kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat- sifat populasi. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis.

Berdasarkan pengertian diatas, maka penelitian ini adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala- gejala, fakta- fakta, atau kejadian- kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat- sifat penelitian serta menganalisa kebenarannya bukan hanya dari hasil angket (kuesioner) tetapi dengan menggunakan wawancara mendalam, sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang ada di lapangan.

II.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Komisi Pemilihan Umum Daerah(KPUD) kabupaten Tapanuli Utara yang terletak di Jl S.M Simanjuntak No.2 Kawasan Pasar Baru Tarutung, Tapanuli Utara.

II.3 Informan Penelitian

(53)

sehingga subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja.

Dalam penelitian kualitatif, populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu.26

Penulis merasa bahwa jawaban dari tiap responden hampir sama dari tiap kecamatan. Sehingga diputuskan responden diambil dari 6 kecamatan untuk

Oleh karena itu, peneliti akan menggunakan informan untuk memperoleh berbagai informasi yang dipelukan selama proses penelitian. Informan penelitian dipilih berdasarkan teknik purposive sampling yaitu penentuan informan tidak didasarkan atas strata, kedudukan, pedoman atau wilayah tetapi didasarkan pada adanya tujuan tertentu yang tetap berhubungan dengan masalah penelitian. Maka yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Ketua KPUD, sedangkan Informan Utama berjumlah 3 orang, yaitu:

1. Kasubag Teknis Penyelenggaraan Pemilu 2. Divisi sosialisasi, IT, dan SDM

3. Divisi Teknis Penyelenggara Pemilu

Dan Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak secara langsung terlibat dalam interaksi sosial yang yang diteliti yaitu masyarakat sebanyak 40 orang.

26

(54)

mewakili masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara yaitu sebanyak 25 responden dari masyarakat biasa dan 15 orang dari anggota partai politik.

II.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi dan keterangan- keterangan lain yang diperlukan, maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data primer dan data sekunder.

1. Teknik Pengumpulan Data Primer, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan instrumen:

a. Wawancara, yaitu dengan cara wawancara mendalam untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam dari informan. Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihakyang berhubungan dengan objek atau masalah yang berhubungan dengan penelitian. b. Kuesioner, yaitu dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dan data

yang relevan dari responden melalui pertanyaan tertutup yang diajukan dan dilengkapi dengan berbagai alternatif jawaban yang tersedia. 2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang

(55)

II.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif dengan menguraikan dan menginterpretasikan data yang diperoleh dari lapangan dari para informan kunci. Teknik penganalisaannya didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data, dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehingga akan muncul gambaran yang dapa mengungkapkan permasalahan penelitian.

(56)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1 SEJARAH KABUPATEN TAPANULI UTARA

Pada masa Hindia Belanda, Kabupaten Tapanuli Utara termasuk Kabupaten Dairi dan Toba Samosir yang sekarang termasuk dalam keresidenan Tapanuli yang dipimpin seorang Residen Bangsa Belanda yang berkedudukan di Sibolga. Keresidenan Tapanuli yang dulu disebut Residentie Tapanuli terdiri dari 4 Afdeling (Kabupaten) yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang Sidempuan, Afdeling Sibolga dan Afdeling Nias. Afdeling Batak Landen dipimpin seorang Asisten Residen yang ibukotanya Tarutung yang terdiri 5 Onder Afdeling (Wilayah) yaitu :

1. Onder Afdeling Silindung (Wilayah Silindung) ibukotanya Tarutung. 2. Onder Afdeling Hoovlakte Van Toba (Wilayah Humbang) ibukotanya

Siborongborong.

3. Onder Afdeling Toba (Wilayah Toba) ibukotanya Balige.

4. Onder Afdeling Samosir (Wilayah Samosir) ibukotanya Pangururan. 5. Onder Afdeling Dairi Landen (Kabupaten Dairi sekarang) ibukotanya

Sidikalang.

(57)

a. Nama Afdeling Batak Landen diganti menjadi Luhak Tanah batak . Nama Budrafdeling diganti menjadi Urung dipimpin Kepala Urung, Para Demang memimpin Onder Afdeling sebagai Kepala Urung.

b. Onder Distrik diganti menjadi Urung kecil dan dipimpin Kepala Urung Kecil yang dulu disebut Asisten Demang.

Pada tahun 1946 Kabupaten Tanah Batak terdiri dari 5 (lima) wilayah yaitu Wilayah Silindung, Wilayah Humbang, Wilayah Toba, Wilayah Samosir dan Wilayah Dairi yang masing-masing dipimpin oleh seorang Demang.

Pada permulaan tahun 1950 di Tapanuli di bentuk Kabupaten baru yaitu Kabupaten Tapanuli Utara (dulu Kabupaten Batak), Kabupaten Tapanuli Selatan (dulu Kabupaten Padang Sidempuan), Kabupaten Tapanuli Tengah (dulu Kabupaten Sibolga) dan Kabupaten Nias (dulu Kabupaten Nias). Dengan terbentuknya Kabupaten ini, maka kabupaten-kabupaten yang dibentuk pada tahun 1947 dibubarkan

Pada tahun 1956 dibentuk Kabupaten Dairi yang terpisah dari Kabupaten Tapanuli Utara. Pada tahun 1998 Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Toba Samosir sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal.

(58)

Humbang Hasundutan. Setelah Kabupaten Tapanuli Utara berpisah dengan Kabupaten Humbang Hasundutan jumlah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara menjadi 15 kecamatan. Kecamatan yang masih tetap dalam Kabupaten Tapanuli Utara yaitu Kecamatan Parmonangan, Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Tarutung, Kecamatan Siata Barita, Kecamatan Pahae Jae, Kecamatan Purbatua, Kecamatan Simangumban, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Garoga, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Siborong- Borong, Kecamatan Pagaran, dan Kecamatan Muara.

III.2 KEADAAN GEOGRAFIS KABUPATEN TAPANULI UTARA III.2.1 Letak Geografis

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu daerah Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara terletak diwilayah pengembangan dataran tinggi Sumatera Utara berada pada ketinggian antara 300-1500 meter di atas permukaan laut. Topografi dan kontur tanah Kabupaten Tapanuli Utara beraneka ragam yaitu yang tergolong datar (3,16 persen), landai (26,86 persen), miring (25,63 persen) dan terjal (44,35 persen). Secara astronomis Kabupaten Tapanuli Utara berada pada posisi 10 20’ - 20 41’ Lintang Utara dan 98005’–99016’ Bujur Timur.

III.2.2 Batas- Batas

(59)

dan disebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan dan Tapanuli Tengah. Letak geografis dan astronomis Kabupaten Tapanuli Utara ini sangat menguntungkan karena berada pada jalur lintas dari beberapa Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara.

III.2.3 Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Utara sekitar 3.800,31 Km2 terdiri dari luas dataran 3.793,71 Km2 dan luas perairan Danau Toba 6,60 Km2. Dari 15 kecamatan yang ada, kecamatan yang paling luas di Kabupaten Tapanuli Utara adalah Kecamatan Garoga sekitar 567,58 Km2 atau 14,96 persen dari luas Kabupaten, dan kecamatan yang terkecil luasnya yaitu Kecamatan Muara sekitar 79,75 Km2 atau 2,10 persen.

III.3 Pemerintahan (Jumlah kecamatan dan ibu kota)

(60)

Tabel 2

Tabel kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara

No Kecamatan Ibu Kota Jarak

1 Parmonangan Parmonangan 58

2 Adiankoting Adian Koting 26

3 Sipoholon Sipoholon 6

4 Tarutung Tarutung 0

5 Siatas Barita Simorangkir Julu 4

6 Pahae Julu Onan Hasang 22

7 Pahae Jae Sarulla 42

8 Purba Tua Parsaoran Janji Angkola 52

9 Simangumban Aek Nabara 50

10 Pangaribuan Pangaribuan 48

11 Garoga Garoga 68

12 Sipahutar Sipahutar 22

13 Siborongborong Siborongborong 26

14 Pagaran Sipultak 26

15 Muara Muara 43

(Sumber: BPS Tapanuli Utara Tahun 2009)

III.4 Perkembangan penduduk dan mata pencaharian

Gambar

Tabel 1
Tabel kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara No Kecamatan
Tabel Jumlah Penduduk dan Jumlah kepala keluarga di Kabupaten Tabel 3 Tapanuli Utara tahun 2009
Tabel 4 Tabel perbandingan luas wilayah dan jumlah penduduk per kecamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk melaksanakan pasal 126 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka perlu ditetapkan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kecamatan

PEMBANGUNAN MANUSIA MELALUI PENGURANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PELAYANAN DASAR PP PN PP KP Percepatan Pengurangan Kemiskinan Peningkatan Pelayanan Kesehatan dan

Faedah yang diperoleh para subjek selama taat menjalankan ibadah dan membangun hubungan baik dengan Allah mempunyai dasar orientasi masing-masing.Jaeger (dalam Subandi,

Hasi lpenel i t i an menunj ukkan bahwa:1)Si st em Pendi di kan di PondokPesant r enAl - Hami di yahKabupat enPadangLawasUt ar amemi l i ki l i ma komponen si st em pendi di kan,yai

Hal ini juga diatur dalam Pasal 245 KUHP yang menyebutkan bahwa barang siapa dengan sengaja mengedarkan mata uang atau uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara atau Bank sebagai

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka penulis mengemukakan saran (i) bagi pendidik, diharapkan dapat meningkatkan perkembangan keaksaraan pada

Hasil temu bual dengan peserta kajian turut menunjukkan wujudnya keperluan untuk pembangunan satu program intervensi keluarga yang dapat membantu ibu bapa dan

Hal ini didukung juga dengan pemilihan tema ekspresi bentuk yang diharapkan dapat menggambarkan karakter dan filosofi dari Didik Nini Thowok dalam bentuk-bentuk