• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Dosis Pemakaian Tawas Sebagai Koagulan Untuk Menjernihkan Air Baku PDAM Tirtanadi Sunggal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penetapan Dosis Pemakaian Tawas Sebagai Koagulan Untuk Menjernihkan Air Baku PDAM Tirtanadi Sunggal"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN DOSIS PEMAKAIAN TAWAS SEBAGAI

KOAGULAN UNTUK MENJERNIHKAN AIR BAKU

PDAM TIRTANADI SUNGGAL

TUGAS AKHIR

Oleh :

IRA RAHMAWATI 052410035

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN DOSIS PEMAKAIAN TAWAS SEBAGAI

KOAGULAN UNTUK MENJERNIHKAN AIR BAKU

PDAM TIRTANADI SUNGGAL

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memproleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera utara

Oleh :

IRA RAHMAWATI 052410035

Medan, Mei 2008 Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing,

Drs. Agusmal Dalimunthe, MS. Apt NIP 131 286 002

Disahkan Oleh Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah

melimpahkan rahmad, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini yang merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan program pendidikan Diploma III Analis Farmasi di Universitas

Sumatera Utara.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang penuh kesabaran memberikan

dorongan, nasehat, serta doa, dan tidak lupa pula pada saudara-saudara yang telah

dukungan dan semangat hingga penulis bisa menyelesaikan Tugas Akhir dengan

baik.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis telah banyak mendapat

bantuan, bimbingan, nasehat serta petunjuk dari berbagai pihak, untuk itu pada

kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan

ikhlas kepada:

1. Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, MS. Apt., selaku dosen pembimbing

penulis yang telah banyak membimbing penulis hingga selesainya tugas akhir

ini.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M. App. Sc, Apt, selaku koordinator Program

Diploma III Analis Farmasi Fakultas Farmasi Universitas sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

4. Dosen-Dosen Farmasi beserta staf yang telah membimbing dan membantu

penulis selama perkuliahan di Diploma III Analis Farmasi Universitas

sumatera Utrara.

5. Bapak Drs. Asan Haloho, selaku Kepala Bagian Produksi di PDAM Tirtanadi

Instalasi Sunggal

6. Bapak Iwan Setiawan selaku Kepala Bagian Pengendalian Mutu di PDAM

(4)

7. Abang, kakak, serta adik saya yang telah memberikan semangat dan doa serta

material dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

8. Sahabatku yang juga fartner pada masa PKL (Eva) yang telah mengalami

susah dan senang selama 1 bulan PKL, dan teman-teman sepermainan

dibangku akdemik (Putri, Melisa, Ika dan Desi ), teman-teman AFA terutama

buat cowok-cowoknya yang hanya tinggal 5 orang (Diki, Jaya, Izal, Irfan, dan

Tedi) dan teman-teman AFA lainnya.

Atas segala bantuan tersebut, penulis tidak dapat membalasnya dan hanya

dapat memohon kehadirat limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih terdapat

kekurangan, maka untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang

membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Medan, Mei 2008

(5)
(6)

3.2.1 Pembuatan Larutan Tawas 1 % ... 15

3.2.2 Penentuan Dosis Aluminium Sulfat Dengan Metode Jartest ... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

4.1 Hasil ... 17

4.2 Pembahasan ... 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

5.1 Kesimpulan ... 24

5.2 Saran ... 24

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.3.2 Standart air minum menurut WHO ... 9

Tabel 4.1.1 Hasil uji kekeruhan awal dan akhir dari air baku dengan dosis optimum Al2(SO4)3 ... 17

Tabel 4.1.2 Sampel I dengan kekeruhan awal 10,45 NTU ... 18

Tabel 4.1.3 Sampel II dengan kekeruhan awal 37,45 NTU ... 19

Tabel 4.1.4 Sampel III dengan kekeruhan awal 55,8 NTU ... 20

Tabel 4.1.5 Sampel IV dengan kekeruhan awal 76,5 NTU ... 21

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air permukaan merupakan sumber air yang paling utama yang dapat

digunakan sebagai sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih

karena jumlahnya yang cukup melimpah. Salah satu contohnya adalah air sungai.

Dengan melimpahnya air sungai di permukaan, maka air sungai dapat digunakan

sebagai sumber air baku untuk penyediaan air bersih. Namun, air sungai ini belum

tentu lebih baik kualitasnya jika dibandingkan dengan air permukaan lainnya.

Hal ini dapat terjadi karena air sungai mendapatkan pengotoran yang lebih

besar selama pengalirannya. Pengotoran dapat bersumber dari domestik (rumah

tangga, perkampungan dan kota) dan sumber nondomestik, misalnya hasil

pembuangan pabrik dan industri, pertaniaan, peternakan serta sumber lainnya.

Baik secara langsung maupun tidak langsung pengotoran tersebut akan

berpengaruh terhadap kualitas air terutama kekeruhannya. Oleh sebab itu

diperlukan suatu pengolahan yang sempurna untuk menghilangkan

pengotoran-pengotoran air sungai yang digunakan sumber air baku untuk memenuhi

kebutuhan akan air bersih.

Salah satu proses pengolahan yang biasa dipakai dalam menghilangkan

pengotoran air sungai adalah dengan proses koagulasi dan flokulasi. Proses ini

dipakai untuk pembentukan flok yang mengadsorbsi dan mengikat partikel koloid

yang menyebabkan tingginya kekeruhan air sehingga akan membentuk flok yang

(9)

melibatkan bahan kimia yang disebut dengan koagulan. Koagulan yang umum

dipakai adalah Aluminium Sulfat / Al2(SO4)3. yang sering dikenal dengan tawas. Untuk menetukan dosis Aluminium Sulfat / Al2(SO4)3

1.2 Tujuan dan Manfaat

dapat dilakukan melalui

percobaan yang disebut Jartest.

1.2.1 Tujuan

Tujuan Tugas Akhir ini adalah untuk menentukan dosis pemakaian tawas

( Al2(SO4)3 )

1.2.2 Manfaat

yang dibutuhkan untuk menjernihkan air baku di PDAM Tirtanadi

Sunggal.

Manfaat Tugas Akhir ini adalah untuk menafsirkan berapa dosis

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan dibumi ini. Tidak

akan ada kehidupan seandainya di bumi ini tidak ada air. Air yang relatif bersih

sangat didambakan oleh manusia baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk

keperluan industri, untuk keberhasilan sanitasi kota, maupun untuk keperluan

pertanian dan lain sebagainya (Wardhana, 2001).

Menurut Azwar (1996), secara umum dapat dikatakan bahwa hampir tidak

mungkin ditemukan air yang benar-benar murni di alam ini. Karena air tersebut

selalu ada kemungkinan tercemar, misalnya :

1. Karena mengandung gas-gas tertentu yang membahayakan kesehatan

seperti gas metana, hidrogen sulfida dan lain sebagainya.

2. Karena mengandung mineral tertentu yang dapat mendatangkan kelainan

penyakit, misalnya sulfat, nitrat dan lain-lain.

3. Karena mengandung benda-benda bersifat koloid seperti bakteri, jamur,

dan lain sebagainya.

4. Karena mengandung zat radioaktif, terutama jika sumber air tersebut

kontak dengan zat-zat ataupun peralatan yang menggunakan tenaga atom.

Menurut Azwar (1996), berbagai jenis pencemar air biasanya berasal dari

dua sumber yaitu :

1. Sumber domestik (rumah tangga), perkampungan, kota, pasar, jalan, dan

(11)

2. Sumber non-domestik (pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan,

serta sumber-sumber lainnya.

Semua bahan pencemar diatas baik secara langsung maupun tidak

langsung akan mempengaruhi kualitas air dalam memenuhi kebutuhan yang terus

meningkat. Oleh sebab itu diperlukan pengolahan dan perlindungan sumber daya

air secara seksama untuk menghindari terjadinya penurunan kualitas air yang

dapat menimbulkan gangguan, keusakan dan bahaya bagi semua makhluk hidup

yang bergantung pada sumber daya air tersebut (Effendi, 2003)

2.2 Sumber Air

Pada prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran

yang dinamakan siklus hidrologi. Dengan adanya penyinaran matahari maka

semua air yang ada dipermukaan bumi akan menguap dan membentuk uap air.

Karena adanya angin, maka uap air ini akan bersatu dan berada di tempat yang

tinggi yang sering dikenal dengan nama awan. Oleh angin, awan ini akan terbawa

makin lama makin tinggi dimana temperatur diatas makin rendah yang

menyebabkan titik-titik air dan jatuh kebumi sebagai hujan. Air hujan ini sebagian

mengalir kedalam tanah, jika menjumpai lapisan rapat air maka peresapan akan

berkurang, dan sebagian air akan mengalir di atas lapisan rapat air ini. Jika air ini

keluar pada permukaan bumi, maka air ini akan disebut air mata air. Air

permukaan yang mengalir di permukaan bumi umumnnya berbentuk

sungai-sungai dan jika melalui suatu tempat rendah (cekung) maka air akan terkumpul

membentuk suatu danau atau telaga. Tetapi banyak diantaranya yang mengalir ke

(12)

Menurut Sutrisno, (1997) sumber-sumber air yang terdapat di alam adalah:

2.2.1 Air laut

Mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl. Kadar NaCl

dalam air laut 3 %. Dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat

untuk air minum.

2.2.2 Air Atmosfir atau Air Meteorologik

Air atmosfir atau air meteorologik ini dinamakan juga air hujan. Air hujan

ini diperoleh dari siklus hidrologi. Dengan adanya penyinaran matahari maka air

yang ada dipermukaan bumi akan terjadi evaporasi (penguapan). Kemudian uap

air itu akan saling bertumbukan dan kemudian terjadi penyatuan hingga terbentuk

butir-butir yang lebih besar karena gaya gravitasi, butir-butir air itu akan jatuh

sebagai air hujan.

2.2.3 Air Permukaan

Air permukaan merupakan air hujan yang mengalir dipermukaan bumi.

Pada umumnya air permukaan ini akan mendapatkan pengotoran selama

pengalirannya misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, hasil

buangan industri dan sebagainya.

Air permukaan ini ada 2 macam yaitu :

1) Air Sungai

Dalam pengolahannya sebagai air minum haruslah mengalami pengolahan

yang sempurna mengingat bahwa air sungai pada umumnya mempunyai

(13)

2) Air Rawa atau Danau

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan adanya zat-zat organik

yang telah membusuk misalnya asam humus yang larut dalam air yang

menyebabkan warna kuning cokelat pada air.

Air Tanah

Air tanah adalah air yang terdapat pada lapisan-lapisan tanah. Air tanah

terjadi karena adanya daya proses peresapan air dari permukaan tanah.

Ciri-ciri air tanah secara umum adalah sebagai berikut :

1. Memiliki kekeruhan yang relatif rendah.

2. Intensitas warna air lebih rendah.

3. Komposisi mineralnya lebih stabil.

Air tanah ini terbagi menjadi 3 yaitu :

1) Air Tanah Dangkal

Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lapisan

tanah disini berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan,

pengotoran masih terus berlangsung terutama pada muka air yang dekat

dengan muka tanah. Setelah menemui lapisan rapat air, air akan

berkumpul dan dapat dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui

sumur-sumur dangkal

2) Air Tanah Dalam

Terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah

dalam tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan

bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman

(14)

3) Mata air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan

tanah. Mata air ini berasal dari tanah dalam hampir tidak berpengaruh oleh

musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam.

2.3 Karakteristik Air

Menurut Linsley (1995), karakteristik air dapat dibagi menjadi 3 kelompok

yaitu :

2.3.1 Ciri-ciri Fisik Air

a. Kekeruhan

Kekeruhan akan mengurangi kejernihan air dan diakibatkan oleh

pencemar-pencemar yang terbagi halus dari manapun asalnya yang ada

di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh lempung, lanau,

partikel-partikel tanah dan pencemar-pencemar koloidal lainnya. Tingkat

kekeruhan tergantung pada kehalusan partikel dan konsentrasinya.

b. Warna

Air kadang-kadang mengandung warna yang banyak diakibatkan oleh

jenis-jenis tertentu dari bahan organik yang terlarut dan koloidal yang

terbilas dari tanah oleh tumbuh-tumbuhan yang membusuk.

c. Rasa dan Bau

Rasa dan bau pada air disebabkan oleh adanya bahan organik yang

membusuk atau bahan kimia yang mudah menguap. Air minum secara

(15)

d. Suhu

Suhu air merupakan hal yang penting jika dikaitkan dengan tujuan

penggunaan, pengolahan untuk membuang bahan-bahan pencemar

serta pengangkutannya. Suhu tergantung pada sumber airnya.

e. Bahan Padat Keseluruhan / Sisa Zat Padat

Sisa zat padat ini diperoleh dengan menguapkan suatu contoh air dan

menimbang sisanya yang telah kering. Konsentrasi bahan padat

keseluruhan dipergunakan untuk menguji kecolokan berbagai sumber

air untuk berbagai pemanfaatan misalnya industri dan pertanian.

Standart Air Minum dari segi fisik menurut WHO

a. Rasa : Tidak berasa

b. Bau : Tidak berbau

c. Warna : Tidak berwarna

d. Sisa zat padat : 500 – 1000 ppm

e. Derajat kekeruhan : Tidak melebihi 5 – 15 unit (Turbidity Unit)

2.3.2 Ciri – ciri kimiawi air

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral/zat-zat kimia

tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan. Unsur-unsur

tersebut tidak dikehendaki kehadirannya karena dapat membahayakan kesehatan

jika telah melewati ambang batas maksimal yang telah ditetapkan. Selain

membahayakan kesehatan keberadaan unsur-unsur tersebut juga dapat merusak

perpipaan untuk distribusi kepada konsumen.

Untuk melihat batas maksimal keberadaan dari unsur-unsur kimia dapat

(16)

Tabel 2.3.2 Standart air minum menurut WHO

No Unsur-Unsur Kimia Satuan Maksimal

diperbolehkan

1 Derajat keasaman - 9.2

2 Zat padat/jumlah mg/l 1500

3 Zat organic sebagai KmnO4 mg/l 10

4 Karbondioksida sebagai CO2 -

agresif -

2.3.3 Ciri-ciri Biologis Air

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen)

sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri golongan Coli melebihi

batas-batas yang telah ditentukan yaitu 1 coli / 100 ml air. Bakteri golongan coli ini

berasal dari usus besar (faeces) dan tanah.

Air yang mengandung golongan Coli telah berkombinasi / berhubungan

(17)

2.4 Pengolahan Air Secara Umum

Untuk menghasilkan air yang memenuhi karakteristik di atas tersebut

maka dilakukan proses pengolahan air baku. Proses pengolahan air baku

merupakan suatu usaha untuk menjernihkan air dan meningkatkan mutu air agar

dapat diminum.

Menurut Gabriel (2001), proses pengolahan air meliputi 5 tahap, yaitu :

2.4.1 Proses perifikasi / proses pemurnian air

Pemurnian air dilakukan untuk merubah keadaan air dari keruh, berbau,

dan berwarna, pH beraneka ragam menjadi air yang jernih bebas dari keruh dan

pH yang netral

Cara mengatasi kekeruhan dapat dilakukan dengan cara :

a) Pengendapan secara alami (proses sedimentasi)

Dengan menenangkan air yang mengandung lumpur kasar maupun halus

sehingga akan mengendap dengan perlahan-lahan.

b) Melalui proses koagulasi.

Dengan melakukan reaksi pengendapan koloidal yang ada di air dengan

melibatkan bahan koagulan. Bahan koagulan yang dapat dipakai adalah

Fe(SO4), FeCl3, Al2(SO4)3. 18H2

c) Proses sedimentasi aktif

O, Poly Aluminium Clorida (PAC), dan

lain-lain.

Apabila sudah menggunakan koagulan maka koloidal yang berada di

(18)

d) Melalui Proses Filtrasi

Koloidal yang telah mengalami flokulasi namun tidak terjadi pengendapan

maka usaha selanjutnya melalui proses filtrasi menggunakan saringan

pasir cepat dan saringan pasir lambat

2.4.2 Proses Desinfeksi

Proses desinfeksi yaitu suatu proses usaha agar kuman patogen yang

berada didalam air dipunahkan. Proses desinfeksi dapat dilakukan dengan

klorinasi.

Klorinasi adalah salah satu proses desinfeksi yang digunakan untuk

membunuh mikroorganisme patogen dalam air, selain dengan ozonisasi atau

dengan penyinaran ultraviolet. Klor adalah zat kimia yang sering dipakai karena

mempunyai daya desinfeksi sampai beberapa jam setelah pembubuhannya. Kalau

gas klor sebagai Cl2

Cl

dilarutkan dalam air, maka akan terjadi reaksi hidrolisis

dengan cepat .

2 + H2O H+ + Cl- + HOCl Asam hipoklorit akan pecah, Ion klorida (Cl

-HOCl OCl

) pada reksi diatas dianggap

tidak aktif

+ H+ Sedangkan HOCl dan OCl-

2.4.3 Proses Pengaturan pH air.

adalah bahan yang aktif.

Air yang telah mengalami proses koagulasi akan mengakibatkan pH air

(19)

6,5 s/d 9,2 maka dilakukan pembubuhan kapur CaO ke dalam air. Apabila

pH diluar dari range tersebut, akan mengakibatkan pipa air yang terbuat

dari logam mengalami korosik sehingga pada akhirnya air tersebut

menjadi racun bagi tubuh manusia.

2.4.4 Proses Pengaturan Mineral Air

Proses pengaturan mineral air dilakukan karena mineral dalam air yang

diperlukan oleh tubuh akan ikut mengendap bersama dengan proses

sedimentasi setelah dilakukan pembubuhan koagulant.

2.5 Koagulasi dan Flokulasi

Koagulasi dilakukan terhadap air yang mengandung bahan-bahan padat

terapung maupun koloidal yang menyebabkan kekeruhan. Proses koagulasi yang

umumnya menggunakan bahan koagulan akan bereaksi dengan air dan

partikel-partikel yang mengakibatkan air menjadi keruh. Flokulasi dilakukan beriringan

setelah proses koagulasi dengan melakukan pengadukan cepat yang kemudian

dilanjuti dengan pengadukan lambat (flokulasi) selama 20 hingga 30 menit. Hal

ini akan mengakibatkan bertumbukannya kumpulan-kumpulan partikel kecil yang

akan membentuk partikel-partikel yang lebih besar. Berhubung dengan ukur dan

kerapatannya, partikel-partikel besar ini dapat mengendap dengan sendirinya

karena adanya gaya gravitasi.

Flokulasi dapat dilaksanakan dengan menggunakan berbagai cara

(20)

dibawah kolam-kolam pengaduk dan penambahan suatu gas, biasanya udara

(Leanslay, 1991)

2.6 Aluminium Sulfat Al2(SO4)3

Koagulan yang umum dipakai adalah Aluminium Sulfat / Al2(SO4)3

Menurut Paul (1995), Reaksi umum Aluminium Sulfat / Al

yang

lebih dikenal dengan nama tawas. Koagulan ini paling banyak digunakan karena

relatif murah dan mudah diperoleh di pasaran. Di laboratorium, dosis aluminium

sulfat yang diperlukan dapat ditentukan melalui percobaan yang disebut jartest

(Paul, 1995)

Aluminium sulfat bereaksi didalam air akan membentuk aluminium

hidroksida, disamping terbentuknya asam (H+), dan senyawa sulfat.

2(SO4)3

Al

di

dalam air dapat dijelaskan sebagai berikut:

2(SO4)3 2 Al3+ + 3 SO4 2-

H

Ion Hidroksida berasal dari proses ioniasi dari air

2O H+ + OH-

Ion Aluminium (Al3+) kemudian akan bereaksi dengan ion hidroksida (OH

-Selain terbentuknya aluminium hidroksida akan terbentuk pula asam.

4 2- + H+ H2SO4

(21)

penggunaan dosis tawas yang berlebihan akan mengakibatkan penurunan pH yang

cukup besar dan air yang diolah menjadi asam.

Apabila air tidak mengandung alkalinitas yang diperlukan, maka mungkin

(22)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat

Alat-alat yang diperlukan pada percobaan ini adalah :

1. Timbangan analitik

2. Beaker glass

3. Labu ukur

4. Pipet volum

5. Jartest

6. HACH 2100 N Turbidity

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah :

1. Air baku PDAM Tirtanadi Sunggal (Sungai Belawan)

2. Aquadest

3. Al2(SO4)3

3.2 Prosedur Kerja

3.2.1 Pembuatan Larutan Tawas 1 %

- Ditimbang 1 gram Al

2(SO4)3

- Dilarutkan dalam labu ukur 100 ml dengan aquadest lalu di addkan

sampai garis tanda.

(23)

3.2.2 Penentuan Dosis Aluminium Sulfat Dengan Metode Jartest

- Diisi masing-masing beaker glass dengan 1000 ml sampel air baku

(intake), turunkan Agitator Jar Test, aktifkan alat dan atur putaran pada

140 rpm untuk putaran cepat dan atur timer selama 5 menit.

- Diinjeksi masing-masing beaker glass dengan variasi dosis tawas yang

diinginkan berdasarkan hasil perhitungan :

mg/l

- Diperhatikan kecepatan pembentukan flok, tingkat kekeruhan secara

visual, atur putaran pada posisi 30 rpm untuk putaran lambat, atur

timer selama 10 menit, matikan alat, angkat Agitator, diamkan selama

20 menit untuk proses pengendapan, perhatikan secara visual

kecepatan pengendapan flok, jumlah flok yang mengendap dan

melayang, serta kekeruhan air.

- Diperiksa dan catat kekeruhan air pada masing-masing konsentrasi.

- Dosis pemakaian tawas yang diambil adalah pada saat pemberian

(24)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil

Hasil uji dari 5 sampel air baku PDAM Tirtanadi Sunggal dengan masing-

masing pemberian Aluminium Sulfat / Al2(SO4)3 yang bervariasi, dan dengan dilakukannya 3x pengujian tercantum pada tabel 4.1.1.

Tabel 4.1.1 Hasil uji kekeruhan awal dan akhir dari air baku dengan dosis

optimum Al2(SO4)

Sampel

3

Dosis Optimum Al2(SO4)3 Kekeruhan (NTU)

(ppm) Kekeruhan awal Kekeruhan akhir

1 27.5 10.45 1.23 tercantum pada tabel 4.1.1 diatas dapat dilihat pada gambar 4.1.2 dibawah ini.

Gambar 4.1.2 Grafik Linearitas Kekeruhan versus Dosis Optimum Al2(SO4)

0

10,45 37,5 55,8 76,5 120

Dosis Aluminium Sulfat (ppm)

(25)

Untuk melihat kekeruhan akhir dengan pemberian dosis Al2(SO4)3

NO

yang

bervariasi yang dilakukan 3x terhadap 5 sampel dengan kekeruhan awal yang

berbeda-beda tercantum pada tabel dan grafik dibawah ini.

Tabel 4.1.2 Sampel I dengan kekeruhan awal 10,45 NTU

Kekeruhan

(26)

Tabel 4.1.3 Sampel II dengan kekeruhan awal 37,45 NTU

(27)

Tabel 4.1.4 Sampel III dengan kekeruhan awal 55,8 NTU

(28)

Tabel 4.1.5 Sampel III dengan kekeruhan awal 55,8 NTU

(29)

Tabel 4.1.6 Sampel V dengan kekeruhan awal 120 NTU

(30)

4. 2 Pembahasan

Dari gambar 4.1.2 dapat dilihat adanya hubungan antara dosis Aluminium

Sulfat / Al2(SO4)3 dengan kekeruhan air baku, semakin tinggi kekeruhan air maka Aluminium Sulfat / Al2(SO4)3 yang digunakan akan semakin tinggi. Disamping itu apabila dosis pemakaiannya telah melewati titik optimum maka

akan menaikkan kembali derajat kekeruhan air . Hal ini diakibatkan karena flok

yang terbentuk kembali pecah akibat makin jenuhnya sampel sehingga Al2(SO4)3 yang ditambahkan akan merusak flok yang terbentuk dan mengabitkan kekeruhan

air akan semakin tinggi.

Aluminium Sulfat / Al2(SO4)3 akan mengendap bersama partikel koloid yang diikat didalam flok yang terbentuk. Namun jika pemakaiannya telah

melewati titik optimum maka kekeruhan akan semakin meningkat karena terjadi

kerusakan pada flok yang terbentuk. Selain itu, pemakian tawas yang berlebihan

akan mengakibatkan penurunan pH yang cukup besar dan air yang diolah menjadi

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

- Penetapan dosis pemakaian tawas untuk menjernihkan air baku dapat

dilakukan dengan metode jartest.

- Dosis Aluminium Sulfat yang dibutuhkan untuk menjernihkan air baku

dengan kekeruhan yang berbeda-beda dapat diperkirakan sebagai

berikut:

- Air baku dengan kekeruhan 10.45 NTU dibutuhkan kira-kira 27,5

ppm

- Air baku dengan kekeruhan 37.5 NTU dibutuhkan kira-kira 30 ppm

- Air baku dengan kekeruhan 55.8 NTU dibutuhkan kira-kira 35 ppm

- Air baku dengan kekeruhan 76.5 NTU dibutuhkan kira-kira 40 ppm

- Air baku dengan kekeruhan 120 NTU dibutuhkan kira-kira 45

ppm

5.2 Saran

Diharapkan agar digunakan bahan koagulan lain selain dari aluminium

sulfat agar dapat dibandingkan pembentukan floknya untuk menjernihkan air

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul, (1996), PENGANTAR ILMU KESEHATAN LINGKUNGAN,

Cetakan kedelapan, Jakarta: Mutiara Sumber Widya

Effendi, Heffni, (2007), TELAAH KUALITAS AIR BAGI PENGELOLAAN

SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN PERAIRAN, Cetakan kelima,

Jakarta: Erlangga

Gabriel, J. F, (2001), FISIKA LINGKUNGAN, Cetakan pertama, Bandung:

Hipokrates

Linsley, Ray (1991), TEKNIK SUMBER DAYA AIR, Jakarta: Erlangga

Paul, N, (1995), HANDBOOK OF WATER AND WASTEWATER

TREATMENT TECHNOLOGY, Newyork: Marcel Dekker Inc

Suriawiria, Unus, (2005), AIR DALAM KEHIDUPAN DAN LINGKUNGAN

YANG SEHAT, Cetakan kedua, Bandung: PT Alumni

Totok, Sutrisno C, (2004), TEKNOLOGI PENYEDIAAN AIR BERSIH, Cetakan

kelima, Jakarta: PT. Rineka Cipta

Wardhana, W, A, (2001), DAMPAK PENCEMARAN LINGKUNGAN, Edisi

(33)

LAMPIRAN

OVER LAY OUT PDAM TIRTANADI INSTALASI SUNGGAL

Sungai Intake

Lagoon

Clearator

Presetting tank

Filter

Reservoir Chlorination

Air Tawas

Lumpur

RWP satation

Air

Kapur/soda ash

FWP station

Distribusi

Kaporit Air

Gambar

Tabel 2.3.2
Tabel 4.1.1 Hasil uji kekeruhan awal dan akhir dari air baku dengan dosis optimum    Al2(SO4)3
Tabel  4.1.2 Sampel I dengan kekeruhan awal 10,45 NTU
Tabel 4.1.3
+4

Referensi

Dokumen terkait

Led terdiri dari delapan buah yang disusun dengan secara common katoda, di mana led tersebut berfungsi sebagai indicator cahaya yang mengindikasikan pintu tersebut dalam keadaan

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Maka dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk memilih judul “ Penentuan Bilangan Penyabunan Dalam Crude Palm Stearin dan Refined Bleached Deodorized Palm Stearin “..

Tingkat Kognitif Pertanyaan Pada Buku Teks Matematika Kelas VII Pokok Bahasan.. Bilangan Bulat Berdasarkan Taksonomi Bloom ” adalah benar-benar hasil

[r]

Dengan kegiatan membaca teks, siswa mampu mengolah informasi menjadi bentuk pertanyaan tentang manfaat bendungan dalam bahasa Indonesia lisan dan tulisan menggunakan kosakata

Raya Kebunagung Lebak Sangkapura Gresik

Berkenaan dengan permohonan di atas, saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa data yang diisikan di atas benar dan telah siap untuk menyampaikan SPT