FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI ENERGI PADA IBU HAMIL DI INDONESIA TAHUN 2010
(Analisis Data Riskesdas Tahun 2010) Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH : KURNIATI ASRIA NIM: 107101000356
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana S1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarata.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2012
iii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, 10 Mei 2012
KURNIATI ASRIA,NIM : 107101000356
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Energi pada Ibu Hamil di Indonesia Tahun 2010”(Analisis Data Riskesdas Tahun 2010).
( xiv +65 halaman, 11 tabel, 2 bagan, 3 lampiran) ABSTRAK
Status gizi ibu hamil merupakan salah satu indikator dalam mengukur status gizi masyarakat. Jika masukan zat gizi untuk ibu hamil dari makanan tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi defisiensi zat gizi. Data nasional departemen kesehatan RI menurut hasil riset kesehatan dasar tahun 2010, menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi energi di Indonesia adalah energi 40,7%. Hal ini menunjukkan konsumsi energi yang ada masih dibawah kebutuhan minimal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Konsumsi Energi dan Protein pada ibu hamil di Indonesia dengan melakukan analisis data sekunder Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, yang terdiri dari variabel faktor ekonomi (usia ibu, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga), faktor biologis (paritas, jarak kelahiran, IMT, umur kehamilan). Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional yang dilakukan pada bulan Desember-Januari 2012. Penelitian ini menggunakan penarikan sampel secara two stage sampling.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, didapatkan gambaran wanita hamil mngkonsumsi energi memiliki nilai rata-rata adalah 57.5823 dengan standar deviasi 27.50806. konsumsi energi yang terendah adalah 3.78 dan tertinggi adalah 262.62.
Oleh karena itu, disarankan kepada ibu hamil agar selalu menjaga asupan gizi makanan yang masuk kedalam tubuh. Untuk memenuhi konsumsi energi dianjurkan agar mengkonsumsi Daging tanpalemak,ayam dan ikan, kacang-kacangan dan biji-bijian, Susurendah lemak,keju dan yogurt Sayur-sayuran berdaun hijau.
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan mengikutsertakan variabel-variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini, dan melakukan penelitian dengan menggunakan cara lain seperti melihat hubungan ibu hamil mengkonsumsi energi.
iv
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
Undergraduate Thesis, May, 10 2012
KURNIATI ASRIA, NIM: 107101000356
Overview of EnergyandProteinConsumptionCharacteristics ofPregnant WomeninIndonesiaYear2010"(Data AnalysisRiskesdasof 2010)
( xiv + 65 halaman, 11 tabel, 2 bagan, 3 lampiran)
ABSTRACT
Nutritional status of pregnant women is one indicator to measure the nutritional status of the community. If the input of nutrients from food to pregnant women is not balanced with the needs of the body there will be a nutrient deficiency. RI health department national data according to the results of medical research foundation in 2010, showed that pregnant women who consume energy and protein energy in Indonesia is 40.7%. This shows the consumption of energy and protein that is still below the minimum requirement.
This study aims to know the description of the Energy and Protein Consumption in pregnant women in Indonesia to conduct secondary data analysis Health Research Association (Riskesdas) in 2010, consisting of variable economic factors (maternal age, education, occupation, family size), biological factors (parity, birth spacing, BMI, gestational age). This study uses a cross sectional study design was conducted in December-January 2012. This study uses a two stage sampling.
Based on the results of the analysis has been done, get an overview of energy consumption by more than 70% in pregnant women in Indonesia in 2010 were as many as 288 people (92.9%) samples, the rest is as much as 22 people (7.1%) was less than 70% in energy consumption.
Therefore, pregnant women are advised to always keep the intake of nutrients that enter the body. To meet the energy consumption is recommended to eat lean meat, chicken and fish, nuts and seeds, low fat milk, cheese and yogurt, green leafy vegetables.
For further research are expected to include other variables not examined in this study, and conduct research using other means such as seeing an association or relationship between characteristics of pregnant women with the consumption of energy.
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI ENERGI PADA IBU HAMIL DI INDONESIA TAHUN 2010
(Analisis Data RiskesdasTahun 2010)
Telah disetujui, diperiksadandipertahankan di hadapan Tim PengujiSkripsi Program StudiKesehatanMasyarakatFakultasKedokterandanIlmuKesehatan
Universitas Islam NegeriSyarifHidayatullahJakarta
Jakarta, 10 Mei 2012
Mengetahui
RatriCiptaningtyas, SKM, S.Sn.Kes
Pembimbing I
YuliAmran, MKM
vi
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, Juni2012
Penguji I
Raihana N. Alkaff, M.MA
Penguji II
Drs. M. Farid Hamzens, M.Si
Penguji III
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PERSONAL DATA
Nama : Kurniati Asria
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 07 juni 1990
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl.Kh Kuding Rt O2 Rw 06 no 50, Kelurahan Belendung Kecamatan Benda Batu Ceper Tangerang 15123
Nomor Telepon/HP : 085772263723
Email : kurniatiasria@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 1994-1996 : TK Attaqwa
2. 1996-2001 : MI Attaqwa
3. 2001-2004 : SMP Asshiddiqiyah II
4. 2004-2007 : SMA Asshiddiqiyah II
5. 2007-sekarang : S-I Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan
viii
KATA PENGANTAR
ﮫﺗ ﺎﻛ ﺮﺑ و ﷲ ا ﺔﻤﺣرو ﻢﻜﯿﻠﻋ م ﻼﺴﻟ ا
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat taufik dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Energi pada Ibu Hamil di Indonesia Tahun
2010 (Analisis Data Riskesdas Tahun 2010)”.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat, pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kekurangannya. Namun berkat bimbingan Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, S.Sn.Kes dan Ibu Yuli Amran, SKM. MKM serta dorongan dari berbagai pihak maka hambatan itu sedikit banyak dapat diatasi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi siapa saja yang memerlukannya.
Akhir kata pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Keluarga tercinta, Ibunda dan Ayahanda tercinta, yaitu Almh siti marwah Dan Mulyadi Anhar SE, ke-4 adikku Siti Nurhadianti, Ahmad Adhillah, Annisa Mawaddah,Ahmad Rizaldi Nur, yang selalu mendoakan secara tulus dan memberikan dorongan baik moril maupun materil.
2. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
4. Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, S.Sn.Kes selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberi dorongan, bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Yuli Amran, SKM. MKM selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberi dorongan, bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Febrianti selaku Koordinator Program Gizi. Serta Bapak/Ibu Dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat, yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna khususnya bagi peneliti dan mahasiswa Kesehatan Masyarakat pada umumnya.
7. Litbang Kemenkes RI yang telah mengizinkan penggunaan data Riskesdas 20010 untuk penelitian ini. Terutama buat Ibu Nadia dan bu suparmi yang telah membantu proses pengurusan pengambilan data tersebut.
8. My Husband (Abiqu), yang selalu memberikan semangat ketika berjuang menyelesaikan skripsi, juga perhatian, saran, doa, dan dukungannya untuk Semangat terus.
9. K’ara, Umi, Said, Firman yang telah memberikan motivasi dan sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi.
10. My Friend Hani, Ami yang telah memberikan bantuannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
ﮫﺗ ﺎﻛ ﺮﺑ و ﷲ ا ﺔﻤﺣرو ﻢﻜﯿﻠﻋ م ﻼﺴﻟ ا و
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ... v
LEMBAR PENGESAHAN ... vi
1.5.1 Bagi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia ... 7
1.5.2 Bagi Peneliti Lain... 7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...8
2.1 Gizi Ibu Hamil ... 8
2.2 Gambaran Konsumsi Energi pada Ibu Hamil ... 9
xi
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...29
3.1 Kerangka Konsep ... 30
3.2 Definisi Operasional ... 31
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ...33
4.1 Desain Penelitian ... 33
xii
5.1.2 Gambaran Pendidikan ... 38
5.1.3 Gambaran Pekerjaan ... 39
5.1.4 Gambaran Jumlah Anggota Keluarga ... 40
5.1.5 Gambaran IMT ... 40
5.2 Analisis Bivariat ... 41
5.2.1 Hubungan Antara Konsumsi Energi dengan Pendidikan 41 5.2.2 Hubungan Antara Konsumsi Energi dengan Pekerjaan... 42
5.2.3 Hubungan Antara Konsumsi Energi dengan Jumlah Anggota Keluarga ... 42
5.2.4Hubungan Antara Konsumsi Energi dengan IMT ... 43
BAB VI PEMBAHASAN ... 45
6.1 Keterbatasan Penelitian ... 45
6.2 Gambaran Konsumsi Energi pada Ibu Hamil ... 46
6.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Energi ... 49
6.3.1Pendidikan ... 49
6.3.2Pekerjaan... 54
6.3.3Jumlah Anggota Keluarga ... 57
6.3.4 IMT ... 60
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
7.1 Kesimpulan... 64
7.2 Saran ... 65
xiii
DAFTAR TABEL
3.1 Definisi Operasional ... 31
4.1 Instrumen Penelitian ... 35
5.1 Distribusi Frekuensi Konsumsi Energi ... 38
5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan ... 39
5.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan ... 39
5.4 Distribusi Frekuensi Jumlah Anggota Keluarga ... 40
5.5 Distribusi Frekuensi IMT ... 40
5.6 Hubungan Konsumsi Energi dengan Pendidikan Wanita Hamil ... 41
5.7 Hubungan Konsumsi Energi dengan Pekerjaan Wanita Hamil ... 42
5.8 Hubungan Konsumsi Energi dengan Jumlah Anggota Keluarga Wanita Hamil ... 43
xiv
DAFTAR BAGAN
xv
BKKBN Badan Koordinasi Keluarga dan Sejahtera Depkes RI Deartmen Kesehatan Republik Indonesia
Gr Gram
IMT Indek Masa Tubuh
KEP Konsumsi Energi Protein
Kg Kilogram
Kkal Kilo Kalori
MDGS Millenium Development Goals
M² meter²
NKKBS Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
SDKI Survei Demografi Kesehatan Indonesia
Sd Stadar Deviasi
SDM Sumber Daya Manusia
TB Tinggi Badan
URT Ukuran Rumah Tangga
WHO World Health Organization
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu periode yang dilalui oleh seorang ibu yang mengandung selama 9 bulan lamanya. Masa kehamilan dapat menjadi masa yang rawan yang dimana masa ini dapat menentukan janin yang akan dilahirkan kemudian akan lahir menjadi bayi yang normal atau ada kelainan.
Untuk menghindari adanya resiko bayi lahir dengan kelainan, banyak faktor yang mesti dilalui sang ibu, salah satunya adalah memenuhi nutrisi tubuh yakni gizi energy khususnya saat masa kehamilannya. Agar kesehatan ibu dan bayi saat di masa kehamilan tersebut tetap terjaga dengan baik sampai sibayi lahir dan menjadi bayi yang sehat.
2
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 prevalensi ibu hamil yang mengalami Kurang Energi Kronik (KEK) 2007 diperkirakan sebesar 13,6%. Menurut SKRT 2001, prevalensi ibu hamil yang menderita anemia gizi besi adalah 40,1%. Keadaan ini mengindikasikan anemia gizi besi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Dampak lanjut akibat Kurang Energi Kronis dan Anemia akan menganggu perkembangan dan pertumbuhan janin. Hal ini dapat menimbulkan BBLR, lahir mati dan cacat bawaan. Berdasarkan hasil survei Konsumsi Energi pada data Susenas (2005) diketahui bahwa persentase ibu hamil yang bergizi baik/normal sebesar 71,88% pada tahun 2002 dan 69,59% pada tahun 2003 dan mengalami penurunan menjadi 68,48% pada tahun 2005. Prevalensi data dari MDG 2010 yang mengkonsumsi energi adalah 55%. Sedangkan data nasional yang mengkonsumsi energi di indonesia menurut hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) departemen kesehatan RItahun 2010 adalah energi 40,7% perempuan umur 15-49 tahun yang mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal (Depkes, 2010).
SehinggajikaKurang Energi ini tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi terhadap beberapa organ seperti saluran pencernaan, pankreas, hati, ginjal, sistem hematologik, sistem kardiovaskuler, sistempernafasaan (Arisman, 2004).
3
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah jumlah makanan, beban kerja, pelayanan kesehatan Ante Natal Care (ANC), status kesehatan, absorbsi makanan, jarak kelahiran, konsumsi kafein, merokok, konsumsi tablet besi, faktor sikap dan perilaku yang kurang mendukung misalnya pendidikan yang rendah, sikap atau adanya kebiasan makan yang kurang menguntungkan dari segi gizi(pantangan) (Soetjiningsih, 1995) Faktor ekonomi,faktor biologis, faktor lingkungan. (Notoatmodjo, 2008 dalam Khanzima, 2010). Kemiskinan, kebiasaan makan, pendidikan yang rendah, pengetahuan ibu yang buruk tentang gizi, banyaknya jumlah anak, lingkungan yang buruk(Seno Adji,2005).
Berdasarkan hasil penelitian Dyah pada tahun 2008 mengenai konsumsi energi di dapatkan hasil bahwa Tingkat konsumsi energi responden berkisar antara 282,40 Kalori/hari sampai 2375,80 Kalori/hari dengan nilai rata-rata 1300,19 Kalori /hari dan SD 408,9. Sebanyak 83,2 % respondenkonsumsienerginyamasihdibawah 70 % AKG.
Berdasarkan hasil penelitian Agustian pada tahun 2010, tentang hubungan Antara Asupan Protein Dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK) Pada Ibu Hamil Di Kecamatan Jebres Surakarta. Angka kejadian KEK di Kecamatan Jebres Surakarta adalah 40 dari 227 ibu hamil (17,6%). Hasil penelitian tersebut menunjukan adanya pengaruh yang signifikan dari jumlah asupan protein terhadap KEK (p=0,01), sedangkan untuk frekuensi asupan protein tidak memberikan pengaruh yang signifikanterhadap KEK (p=0,119).
4
pengetahuan yang kurang, pola makan yang kurang baik, dan kunjungan ANC yang kurangdari 4x selama kehamilannya dengan status gizi ibu hamil.
Secara keseluruhan di Indonesia pun didapatkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 yang menunjukkan bahwa prevalensi ibu hamil yang mengalami Kurang Energi Kronik (KEK) 2007 diperkirakan sebesar 13,6%. Yang dimana KEK menandakan kurangnya asupan energi dalam makanan sehari-hari. Sedangkan menurut data nasional tentang konsumsi energi dan protein di indonesia menurut hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) departemen kesehatan RI tahun 2010 adalah energi 40,7% perempuan umur 15-49 tahun yang mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal (Depkes, 2010).
Berdasarkan uraian diatas, sehinggadapat diketahui bahwa prevalensi Konsumsi Energi di Indonesia masih tergolongrendah.Selain itu Penelitian ini pun juga belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tema konsumsi energi ini dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Energi Pada Ibu Hamil Di Indonesia Tahun 2010”.
1.2Rumusan Masalah
5
departemen kesehatan RI tahun 2010 adalah energi 40,7%. Perempuan umur 15-49 tahun yang mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal.
Sehingga berdasarkan uraian di atas, peneliti berminat untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi energi pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010.Dengan melakukan analisis data sekunder Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010.
1.3Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran konsumsi energi pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010? 2. Bagaimana gambaran pendidikan pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010? 3. Bagaimana gambaran pekerjaan pada ibu hamildi Indonesia tahun 2010?
4. Bagaimana gambaran jumlah anggota keluarga pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010?
5. Bagaimana gambaran IMT pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010?
6. Apakah ada hubungan antara konsumsi energi dengan pendidikan pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010?
7. Apakah ada hubungan antara konsumsi energi dengan pekerjaanpada ibu hamil di Indonesia tahun 2010?
8. Apakah ada hubungan antara konsumsi energi dengan jumlah anggota keluargapada ibu hamil di Indonesia tahun 2010?
6 1.4Tujuan Penelitian
1.4.1Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi energi pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010.
1.4.2Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran konsumsi energi pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010
2. Diketahuinya gambaran pendidikan pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010 3. Diketahuinya gambaran pekerjaan pada ibu hamildi Indonesia tahun 2010 4. Diketahuinya gambaran jumlah anggota keluarga pada ibu hamil di Indonesia
tahun 2010
5. Diketahuinya gambaran IMT pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010
6. Diketahuinya hubungan antara konsumsi energi dengan pendidikan pada ibu hamil di Indonesia tahun 2010
7. Diketahuinya hubungan antara konsumsi energi dengan pekerjaanpada ibu hamil di Indonesia tahun 2010
8. Diketahuinya hubungan antara konsumsi energi dengan jumlah anggota keluargapada ibu hamil di Indonesia tahun 2010
7 1.5Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI)
1. Hasil analisa penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam penentuan kebijakan kesehatan oleh Kementerian Kesehatan RI; 2. Sebagai bahan masukan dalam evaluasi kebijakan dan pengambilan
keputusan oleh Kementerian Kesehatan RI.\ 1.5.2 Bagi Peneliti Lain
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk dilakukannya penelitian lanjutan yang berkaitan dengan konsumsi energi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, terutama dalam hal gizi.
1.6Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi energi pada ibu hamil tahun 2010. Penelitian dilakukan oleh mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian Riskesdas dilakukan tahun 2010 dan penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Desember 2010.
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gizi Ibu Hamil
Kehamilan merupakan suatu proses alami pada seorang wanita. Selama masa kehamilan, berbagai kebutuhan dalam tubuh wanita, diantaranya energi dan zat gizi meningkat. Dengan adanya pertumbuhan janin, tubuh wanita akan melakukan berbagai penyesuaian, disamping upaya memenuhi kebutuhan dengan cara menambah konsumsi (Kardjadi, 1991).
Gizi ibu hamil mempengaruhi pertumbuhan janin. Perubahan fisiologis pada ibu mempunyai dampak besar terhadap diet ibu dan kebutuhan gizi karena selama kehamilan ibu harus memenuhi kebutuhan janin yang sangat pesat dan agar keluaran kehamilannya berhasil baik dan sempurna.
Kehamilan normal selalu disertai dengan perubahan anatomi dan fisiologi yang berdampak pada hampir seluruh fungsi tubuh. Perubahan-perubahan ini umumnya terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan. Ini berarti ada suatu sistem integral antar ibu dan janin untuk membentuk lingkungan yang paling nyaman bagi janin. Perubahan ini berguna untuk mengatur metabolisme ibu, mendukung pertumbuhan janin, persiapan ibu untuk melahirkan, kelahiran dan menyusui.
9
perkembangan ibu hamil dan merupakan satu-satunya jalan bagi janin untuk pertukaran zat gizi, oksigen dan sisa produk. (Kusharisupeni, 2007 dalam Albugis, 2008)
Menurut Huliana (2001) peningkatan kebutuhan gizi ibu hamil sebesar 15%, karena dibutuhkan untuk pertumbuha rahim, payudara, volume darah, plasenta, air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi ibu hamil dipergunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% , sedangkan untuk memenuhi kebutuhan ibu sebesar 60%.
2.2 Gambaran Konsumsi Energi pada Ibu Hamil
Total kebutuhan energi pada individu dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu metabolisme basal, aktifitas fisik dan efek dinamis khusus pada makanan yang mempunyai nilai yang berbeda-beda bagi setiap individu, untuk ibu hamil perlu satu faktor lagi yaitu penambahan energi pada kehamilan trimester II dan trimester III. Tidak tercukupinya energi selama kehamilan dapat menyebabkan masalah yang serius dibandingkan dengan kelebihan energi. Dengan memantau kenaikan berat badan, merupakan cara yang lebih efektif untuk menjaga tingkat konsumsi energi untuk bayi (Eisenberg, 1999).
10
perorangan serta factor - faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. (Supariasa, 2002)
Total kebutuhan energi pada individu dipengaruhi oleh metabolisme basal, aktivitas fisik dan efek dinamis khusus pada makanan yang mempunyai nilai yang berbeda-beda bagi setiap individu (Almatsier, 2006), selain itu kebutuhan energi juga bergantung pada beberapa faktor seperti usia, gender dan berat badan (Almatsier, 2003).
Tabel 2.1
Total Kebutuhan Energi Ibu Hamil
Usia Kebutuhan energi
Trimester 1 1900 + 180
Trimester 2 1900 + 300
Trimester 3 1900 + 300
Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
11
Menurut Arisman (2004), pada trimester pertama nafsu makan berkurang, hal ini disebabkan karena menimbulkan rasa mual dan muntah. Sedangkan pada trimester kedua metabolisme basal mulai meningkat dan berat badan mulai bertambah, pada masa ini tingkat konsumsi energi memiliki pengaruh terhadap perkembangan janin bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi energi sangat rendah, maka bayi akan dilahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). Pada trimester ketiga metabolisme basal tetap meningkat dan nafsu makan sangat baik. Selain itu, kandungan pada triwulan ini menjadi besar sehingga menyebabkan lambung terdesak
2.3 Faktor-Faktor yang Behubungan dengan Konsumsi energi
2.3.1 Faktor Ekonomi
a. Pendidikan
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas konsumsi makanan, karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi tentang gizi yang memadai (Berg, 1987 dalam Albugis, 2008)
12
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat konsumsi energi dan protein untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ibu hamil yang memiliki pendidikan tinggi cenderung memilih konsumsi energi dan protein yang lebih baik dalam kebutuhannya dibandingkan dengan yang bependidikan rendah (Hardinsyah, 2009). Suhardjo (2004) menyatakan bahwa responden yang berpendidikan tinggi biasanya akan memilih mengkonsumsi energi dan protein yang bernilai gizi tinggi sesuai dengan pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil, sehingga kebutuhan gizinya tetap terpenuhi. Sedangkan Atmarita (2004) menyatakan bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan memudahkan untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari dalam kesehatan dan gizi.
13
makanan yang lebih bergizi dari pada yang kurang bergizi. (Joyomartono, 2004)
Pudjiadi (1997) mengemukakan bahwa pendidikan ibu berkaitan dengan konsumsi gizi keluarga. Hal ini disebabkan ibu yang berpendidikan tinggi lebih terbuka dengan informasi-informasi baru tentang makanan sehingga meningkatkan pengetahuan dalam memilih makanan yang baik. Namun menurut (Suhardjo, 1989 dalam Mutiara, 2003) bahwa tidak selalu tingkat pendidikan berhubungan nyata dengan konsumsi pangan. Hal ini disebabkan adanya faktor lain yang lebih mempengaruhi seperti daya beli dan ketersediaan pangan.
Pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003).
a) Pendidikan dasar
Merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madarasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madarasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 17). b) Pendidikan menengah
14
Kejuruan (SMK) dan Madarasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 18). c) Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis dan Doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 19).
b. Pekerjaan
Ketersediaan bahan pangan dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi rumah tangga. Ibu yang bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri akan dapat menyediakan makanan yang mengandung sumber zat gizi dalam jumlah yang cukup dibandingkan ibu yang tidak bekerja (Khumaidi, 1989 dalam Yusril, 2002).
15
melakukan suatu pekerjaan atau aktifitas sangat membutuhkan energi atau tenaga, energi tersebut berasal dari makanan yang dikonsumsi saat hamil (Sukarni, 2004). Energi dan protein dalam jumlah besar terutama diperlukan untuk kerja otot yang melakukan pekerjaan saat hamil.
Konsumsi energi yang defisit akan berdampak pada berkurangnya glikogen dan oksigen kepada jaringan otot, akibatnya otot akan sulit untuk melakukan kontraksi yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan. Semakin banyak aktivitas fisik yang melibatkan fungsi otot, maka akan semakin banyak energi dan protein yang diperlukan. Upaya untuk mengurangi terjadinya defisit konsumsi energi dan protein pada pekerja saat hamil melalui usaha perbaikan gizi pekerja, oleh karena itu penyediaan makan khusus yang diselenggarakan oleh pekerja saat hamil dapat memenuhi konsumsi energi sesuai dengan angka kebutuhan gizinya. Selain itu juga ada upaya untuk mengurangi terjadinya sakit atau keluhan. (Birowo, 2001)
Namun ibu yang bekerja membutuhkan energi dan zat-zat gizi lainnya dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu rumah tangga. Ibu hamil yang bekerja juga harus mengurangi beban kerjanya selama kehamilan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa beban kerja yang berat pada wanita hamil akan memberikan dampak kurang baik terhadap outcome kehamilannya (Achadi, E.L, 2006)
16 a) Berdiri lebih dari 3 jam sehari.
b) Bekerja pada mesin pabrik terutama jika terjadi banyak getaran atau membutuhkan upaya yang besar untuk mengoperasikannya.
c) Tugas-tugas fisik yang melelahkan seperti mengangkat, mendorong dan membersihkan.
d) Jam kerja yang panjang. (Pramesti, 2009)
Pada penelitian Hardinsyah (2000) menyatakan bahwa pada umumnya prevalensi konsumsi energi dan protein tertinggi pada ibu hamil yang bekerja sebagai buruh atau petani baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas yang berat memerlukan energi yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dan biasanya mereka berasal dari ekonomi yang lemah.
c. Jumlah Anggota Keluarga
Keluarga dengan banyak anak dan jarak kehamilan antar anak yang amat dekat akan menimbulkan banyak masalah. Kalau pendapatan keluarga hanya pas-pasan sedangkan anak banyak, maka pemerataan dan kecukupan makanan di dalam keluarga kurang bisa dijamin. Keluarga ini disebut keluarga rawan, karena kebutuhan gizinya hampir tidak pernah tercukupi dan dengan demikian penyakit pun terus mengintai (Apriadji, 1986 dalam Albugis, 2008)
masing-17
masing. Apalagi jika ada kebiasaan untuk lebih mengistimewakan ayah, kepala keluarga, dan pencari nafkah utama (Sajogjo, 1994). Begitu juga menurut Azma (2003) pada status ekonomi rendah keluarga dengan jumlah anggota keluarga besar tentu berbeda dari jumlah anggota keluarga kecil dalam pemerataan makanan. keluarga dengan jumlah anak besar dan jarak kelahiran yang dekat akan menimbulkan masalah. Pendapatan dalam keluarga pas-pasan dan mempunyai keluarga besar maka pemerataan dan kecukupan makanan dalam keluarga kurang sehingga dapat menyebabkan kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada wanita makin bertambah apabila ada pendapat bahwa makanan lebih diutamakan pada pria atau bapak yang menafkahi keluarga.
Dalam hubungannya dengan pengeluaran rumah tangga, Sanjur (1982 dalam Mutiara, 2003) menyatakan bahwa besar keluarga yaitu banyaknya anggota suatu keluarga, akan mempengaruhi pengeluaran rumah tangga. Harper (1988 dalam Mutiara, 2003) mencoba menghubungkan antara besar keluarga dan konsumsi pangan, diketahui bahwa keluarga miskin dengan jumlah anak yang banyak akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan pangannya, jika dibandingkan keluarga dengan jumlah anak sedikit. Lebih lanjut dikatakan bahwa keluarga dengan konsumsi pangan yang kurang, ibu hamil dan menyusui, bayi dan anak balitanya lebih sering menderita gizi kurang.
18
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) adalah jumlah anggota keluarga yang optimal ada 4 orang.
Jumlah anggota bertambah, maka pangan yang disediakan juga harus bertambah baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Jika pangan yang disediakan bertambah baik kualitas maupun kuantitasnya dapat menyebabkan tingkat konsumsi pangan dalam keluarga rendah. (Harper, Deaton Driskel, 1986 dalam Kamarullah, 2001).
d. Usia Ibu
Kehamilan pada usia muda (dalam hal ini wanita di bawah usia 20 tahun) merupakan suatu keadaan dengan risiko yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pada kelompok ini secara fisiologis belum matang, status gizi umumnya kurang dan kurang menggunakan fasilitas perawatan antenatal (SDKI, 2003 dalam Mulyaningrum, 2009).
19
untuk melahirkan, namun demikian banyak juga wanita hamil pada usia ini dapat melahirkan anak dalam kondisi yang sehat.
Remaja berusia 10-19 tahun membutuhkan zat gizi lebih banyak daripada umur sebelumnya atau sesudahnya. Puncak pertumbuhan paling pesat dicapai pada umur-umur tersebut (Apriadji, 1986 dalam Albugis, 2003). Apabila seseorang mengandung sebelum proses pertumbuhannya berhenti, maka kebutuhan pangan dan zat gizi yang cukup diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya untuk tumbuh dan kebutuhan bagi janin yang dikandungnya. Berbagai studi menunjukkan bahwa konsumsi pangan wanita belasan tahun yang mengandung tidak mencukupi kebutuhannya. (Suhardjo, 1989 dalam Mutiara, 2003)
Menurut Khomsan (2002) remaja-remaja yang hamil dianggap rawan dalam segala hal termasuk pendidikan, kesehatan, sosial dan gizi. Dari aspek gizi ibu hamil, usia remaja tergolong rawan karena tubuh masih dalam pertumbuhan dan janin yang dikandungnya memerlukan masukan gizi yang tinggi. Tanpa didukung oleh tingkat pendidikan, pengetahuan gizi dan sosial ekonomi yang memadai ibu hamil usia remaja akan mudah mengalami malnutrisi.
20
masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995).
Menurut Murphy (2000), wanita hamil pada umumnya memiliki beberapa penurunan dalam hal kesuburan mulai pada awal usia 30 tahun. Hal ini belum tentu berarti pada wanita yang berusia 30 tahunan atau lebih memerlukan waktu lebih lama untuk hamil dibandingkan wanita yang lebih muda usianya. Pengaruh usia terhadap penurunan tingkat kesuburan mungkin saja memang ada hubungan, misalnya mengenai berkurangnya frekuensi ovulasi atau mengarah ke masalah seperti adanya penyakit endometriosis, yang menghambat uterus untuk menangkap sel telur melalui tuba fallopii yang berpengaruh terhadap proses konsepsi. Oleh karena itu, ketika Wanita hamil yang berusia 35-40 tahun memiliki masalah terhadap kesuburan. Namun kasus-kasus kesuburan tersebut dapat ditangani dengan baik dengan mengkonsultasikan kepetugas kesehatan.
2.3.2 Faktor Biologis
a. Jarak kelahiran
21
yang terlalu dekat juga memungkinkan terjadinya kekurangan gizi pada ibu dan mempengaruhi daya tahan tubuh ibu dimana pada saat itu, seharusnya saat yang baik untuk ibu menyusui anaknya sehingga membutuhkan ekstra kecukupan zat gizi (WHO, 2007).
Menurut Lubis (2003), jarak kelahiran tidak secara langsung mengancam jiwa ibu, tetapi memperburuk keadaan komplikasi kehamilan atau persalinan dan berisiko tinggi terhadap kematian. Hal tersebut dapat terjadikarena kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat untuk mengembalikan kondisi ke semula dan pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi yang belum optimal. Tetapi dalam keadaan ini ibu sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandungnya.
Pada umumnya risiko kematian dan kesakitan ibu paling rendah jika waktu antara berakhirnya kehamilan dengan permulaan kehamilan berikutnya 2-4 tahun. Risiko kematian dan kesakitan ibu akan meninkat jika jarak kehamilan kurang dari 2 tahun. (Barros, 1987 Ichwanudin, 1997)
22
Hal ini disebabkan kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat untuk mengembalikan kondisi ke semula dan pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi yang belum optimal. Tetapi dalam keadaan ini ibu sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandungnya. (FKM UI, 2007 dalam Pramesti, 2009)
Berbagai penelitian membuktikan bahwa status gizi ibu hamil belum pulih sebelum 2 tahun pasca persalinan sebelumnya, oleh karena itu belum siap untuk kehamilan berikutnya (FKM UI, 2007 dalam Pramesti, 2009). Selain itu kesehatan fisik dan rahim ibu yang masih menyusui pada ibu hamil. Ibu hamil dengan persalinan terakhir 10 tahun yang lalu seolah-olah manghadapi kehamilan atau persalinan yang pertama lagi. Umur ibu biasanya lebih bertambah tua. Apabila asupan gizi ibu tidak terpenuhi maka dapat mempengaruhi tigkat konsumsi energi dan protein pada ibu hamil.
Kriteria jarak kelahiran dibagi menjadi 2, yaitu : a. Resiko rendah (≥ 2 tahun sampai ≥10 tahun).
b. Resiko tinggi (< 2 tahun atau <10 tahun). (Pramesti, 2009)
23 b. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh ibu baik lahir hidup atau meninggal. Jumlah kehamilan yang terlalu sering menyebabkan risiko sakit dan kematian pada ibu hamil dan juga anaknya. Selain itu, kemungkinan ibu yang sering melahirkan menyebabkan rendahnya status gizi ibu karena pemulihan kesehatan ibu setelah melahirkan tidak maksimal. Menurut Depkes (2001), seorang ibu yang sedang hamil, keadaan rahimnya teregang oleh adanya janin. Bila terlalu sering melahirkan, rahim akan semakin lemah. Bila ibu telah melahirkan 4 anak atau lebih, maka perlu diwasdai adanya gangguan pada waktu kehamilan, persalinan dan nifas. Ibu dengan jumlah kehamilan lebih dari 3 mengalami kesulitan untuk pertambahan berat badan yang diharapkan. (Depkes, 1995)
Dalam hal ini ibu dikatakan terlalu banyak melahirkan adalah lebih dari 3 kali. Manfaat riwayat obstetrik ialah membantu menentukan besaran kebutuhan akan zat gizi karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh (Arisman, 2004).
Paritas juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil. Paritas merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil konsepsi. Perlu diwaspadai karena ibu pernah hamil atau melahirkan anak 4 kali atau lebih, maka kemungkinan banyak akan ditemui keadaan:
a. Kesehatan terganggu : anemia, kurang gizi.
24
Kriteria paritas (jumlah anak) dibagi menjadi 2, yaitu: a. Paritas rendah (< 4 kali kelahiran)
b. Paritas tinggi (≥ 4 kali kelahiran).
c. IMT
Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry (Grummer-Strawn LM et al., 2002). IMT merupakan altenatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena murah serta metode skrining kategori berat badan yang mudah dilakukan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut: Menurut rumus metrik:
Berat badan (Kg) IMT = --- [Tinggi badan (m)] 2
25
negara maju, rata-rata kenaikan berat badan selama hamil sekitar 12-14 kilogram. Tetapi berdasarkan perkembangan terkini, disampaikan bahwa penambahan berat badan ibu selama hamil tidak terlalu mempengaruhi berat badan bayi.(Francin, 2005)
Menurut Hermawan (2009), wanita hamil kenaikan berat badannya berbeda-beda, tergantung pada berat badan sebelum hamil. Jika sebelum hamil berat badan ibu dibawah normal (kurus), Pada trimester awal idealnya 2,25 kg, selanjutnya berat badan akan terus meningkat minimum 450 gram. Dengan demikiantotal kenaikan berat badan selama kehamilan adalah 13-18 kg. Sedangkan kenaikan berat badan ibu normal pada trimester pertama idealnya 1,5 kg. Berat badan pun akan terus meningkat minimum 50 gram per mingunya toal kenaikan berat badan selama kehamilan 11-16 kg. Namun pada ibu hamil di atas normal (gemuk), pada trimester awal idealnya 900 gram. Setelah itu, per minggunya hanya naik 300 gram. Dengan demikian total kenaikan selama kehamilan hanya 7-11 kg.
26
yang makin sempurna. Sedangkan wanita hamil yang gemuk kenaikan berat badannya harus dikendalikan dengan diet ketat, sehingga tidak menimbulkan banyak komplikasi maternal dan perinatalnya.
d. Umur Kehamilan
Menurut Surasih (2005) Umur Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim). Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode menstruasi terakhir sampai melahirkan. Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik kehamilan mengandung kehidupan ibu maupun janin.
suatu proses mata rantai yang berkesinambungan terdiri dari ovulasi
(pelepasan ovum) terjadi migrasi spermatozoa dan ovum. Terjadinya
konsepsi dan pertumbuhan zigot berimplantasi di dalam uterus, yang
kemudian terjadi pembentukan plasenta dan tumbuh kembang dari hasil
konsepsi sampai aterm. dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan
dibagi dalam tiga triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi
sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke-4 sampai ke-6, triwulan ketiga
dari bulan ke-7 sampai ke-9. (Surasih,2005)
27
Kecukupan konsumsi energi dan protein berfungsi untuk perkembangan janin, sehingga umur kehamilan mempengaruhi kejadian BBLR karena semakin pendek masa kehamilan semakin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat tubuhnya sehingga akan turut mempengaruhi berat badan waktu lahir. Sehingga dapat dikatakan bahwa umur kehamilan merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR terkait dengan kekurangan konsumsi energi dan protein (Rosikin, 2004).
28 2.4 Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Faktor ekonomi : Pendidikan ibu Pekerjaan ibu Usia ibu
Jumlah anggota keluarga (Soetjiningsih, 1995)
Faktor biologis : Paritas
IMT
Jarak kelahiran Umur kehamilan
(Kardjadi, 1991)
29 BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
30 Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Konsumsi Energi Ibu Hamil Pendidikan
Pekerjaan
Jumlah anggota keluarga
31
32
0 = Besar, jika anggota keluarga >4 orang
1 = Kecil, jika anggota keluarga ≤ 4 orang
(Monika, 2009)
Ordinal
33
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif. Adapun
desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian
cross sectional, karena variabel dependen konsumsi energi dan independen
(pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, IMT). Penelitian ini
merupakan studi lanjutan dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010
Mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi energi pada ibu
hamil di Indonesia Tahun 2010.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah seluruh provinsi (33 provinsi) di Indonesia.
Waktu pelaksanaan bulan januari-desember 2010. Penelitian lanjutan ini
dilaksanakan pada bulan desember-januari 2012.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini ibu di Indonesia yang sedang hamil tahun 2010
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu
34
Sampel Riskesdas adalah rumah tangga dan anggota rumah tangga
identik dengan daftar sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga
Susenas 2007. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metodologi
penghitungan dan cara penarikan sampel untuk Riskesdas 2010 identik pula
dengan two stage sampling yang digunakan dalam Susenas 2007.
Sampel penelitian lanjutan ini adalah ibu hamil yang menjadi sampel
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010. Jumlah ibu hamil yang
menjadi sampel Riskesdas 2010 adalah 2477 ibu hamil, Setelah dilakukan
proses cleaning, jumlah sampel ibu hamil dalam penelitian lanjutan ini
menjadi 2469 ibu hamil.
4.4 Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus uji beda 2 mean
independen. Menurut Ariawan (1998) digunakan karena penelitian ini tidak
melakukan uji hipotesis :
Rumusnya adalah : = ( )
n : Jumlah sampel
Z1-α/2 : Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2 atau derajat kepercayaan α
pada uji dua sisi (two tail), yaitu sebesar 95% (1.96)
Z1-β : Kekuatan uji 80%
µ1 : Rata-rata konsumsi energi terhadap IMT normal
35 4.5Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data. Intrumen penelitian ini adalah kuesioner dalam Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010 dengan penjelasan sebagai berikut
pada tabel 4.1 :
Tabel 4.1 Instrumen Penelitian
Variabel Kuesioner dalam Riskesdas 2010
Konsumsi energi Kuesioner Konsumsi makanan inividu Blok IX
Pekerjaan ibu Kuesioner Rumah Tangga (B4K8)
Pendidikan ibu Kuesioner Rumah Tangga (B4K9)
Jumlah anggota keluarga Kuesioner Rumah Tangga(B2R2)
IMT Kuesioner Indiidu (B10A3G)
Sumber: Depkes, 2010
4.6Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data merupakan data sekunder. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari data hasil Riskesdas yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010 dan data
hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh badan
pusat statistic Tahun 2010 yang sudah included di dalam laporan hasil Riskesdas
yang di keluarkan oleh Depkes. Data yang diperoleh terdiri dari data pekerjaan
ibu, jumlah anggota keluarga, IMT sebagai variabel-variabel independen. Di
36
Oleh karena itu, alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner
Riskesdas Tahun 2010 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Data untuk
masing – masing variable di kumpulkan dengan menggunakan jawaban dari
pertanyaan- pertanyaan yang ada dalam kuesioner RiskesdasTahun 2010.
4.7 Pengolahan dan Analisis Data
4.7.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan manual dan menggunakan
software komputer. Pengolahan data meliputi:
1. Cleaning
Pada tahap ini dilakukan proses pembersihan data. Data
sekunder yang diterima perlu dilakukan pemilihan sampel yang dapat
dianalisis. Kemudian dilakukan pengecekan data untuk memastikan
tidak ada data yang missing.
2. Transformasi Data
Data awal yang diperoleh perlu dilakukan pengkodingan ulang
atau diklasifikasian sesuai dengan tujuan penelitian.
4.7.2 Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat ini dilakukan pada masing-masing variabel.
Karena semua variabel dalam penelitian ini dalam bentuk data
37 2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Untuk
membuktikan adanya hubungan variabel tersebut, maka dilakukan uji
statistik Chi Square. Selain itu, variabel dependen dan variabel
independen pada penelitian ini berjenis data kategorik. Uji Chi-Square
adalah uji statistik untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara
variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun rumus uji
Chi-Square adalah sebagai berikut :
X2= ∑ (O-E)2 E DF = (k-1) (b-1)
Keterangan:
X2= nilai kuadrat k= jumlah kolom O= nilai observasi b= jumlah baris
E= nilai harapan
Dari uji tersebut akan diperoleh nilai probabilitas (Pvalue),
lalu dibandingkan dengan nilai α = 0,05 (derajat kepercayaan 95%)
untuk melihat ada tidaknya kemaknaan hubungan variabel independen
dengan variabel dependen. Jika dalam uji statistik didapatkan p≤ 0,05
maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara
variabel independen dengan varaiabel dependen. Dan jika hasil uji
statistik nilai p> 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti
tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel
38 BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Analisis Univariat
5.1.1 Gambaran Konsumsi Energi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan sebaran data
wanita hamil yang mengkonsusmsi energi di Indonesia yang disajikan dalam
bentuk tabel 5.1 berikut ini.
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi konsumsi energi pada wanita hamil di Indonesia Tahun 2010
Variabel Mean SD Min-Max 95% CI
Konsumsi
Energi
57.5823 27.50806 3.78-262.62 56.4967-
58. 6678
Sumber: Data sekunder
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui Wanita hamil mngkonsumsi energi
memiliki nilai rata-rata adalah 57.5823 dengan standar deviasi 27.50806.
konsumsi energi yang terendah adalah 3.78 dan tertinggi adalah 262.62.
Selain itu, 95% diyakini bahwa rata-rata usia ibu responden berkisar antara
56.4967-58. 6678.
5.1.2 Gambaran Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan sebaran data
pendidikan ibu pada wanita hamil di Indonesia disajikan dalam bentuk tabel
39 Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pendidikan pada Wanita Hamil di Indonesia Tahun 2010
Tingkat
Pendidikan Jumlah Persen Rendah <SMA 916 37.1
Tinggi ≥SMA 1553 62.9
Total 2469 100.0
Sumber: Data sekunder
Dari tabel 5.2 diketahui sebagian besar ibu hamil yang berpendidikan
tinggi di Indonesia sebanyak 1553 orang (62.9%).
5.1.3 Gambaran Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan sebaran data
pekerjaan wanita hamil di Indonesia yang disajikan dalam bentuk tabel 5.3
berikut ini.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Pekerjaan pada wanita hamil di Indonesia Tahun 2010
Tingkat Pekerjaan Jumlah Persen
Bekerja 1274 51.6
Tidak Bekerja 1195 48.4
Total 2469 100.0
Sumber: Data sekunder
Berdasarkan table 5.3 diketahui sebagian besar wanita hamil yang
40 5.1.4 Gambaran Jumlah Anggota Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan sebaran data
jumlah anggota keluarga wanita hamil di Indonesia yang disajikan dalam
bentuk tabel 5.4 berikut ini.
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Jumlah Anggota Keluarga pada wanita hamil di Indonesia Tahun 2010
Anggota Keluarga Jumlah Persen
Besar > 4 1449 58.7
Kecil ≤ 4 1020 41.3
Total 2469 100.0
Sumber: Data sekunder
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui sebagian besar ibu hamil yang
memiliki jumlah anggota keluarga besar yaitu 1449 orang (58.7%).
5.1.5 Gambaran IMT
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan sebaran data
IMT pada wanita hamil di Indonesia disajikan dalam bentuk tabel 5.5
berikut ini.
Tabel 5.5
41
Dari tabel 5.5 diketahui sebagian besar IMT ibu hamil yang normal
yaitu 1521 orang (61.6%).
5.2 Analisis Bivariat
5.2.1 Hubungan Antara Konsumsi Energi dengan Pendidikan
Uji yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi
energi dengan pendidikan pada penelitian ini, menggunakan uji normalitas
terlebih yang selanjutnya dilanjutkan dengan uji mann whitney. Hasil
penelitian hubungan antara konsumsi energi dengan pendidikan pada ibu
hamil di Indonesia tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini :
Tabel 5.6
Hubungan Konsumsi Energi dengan Pendidikan Wanita Hamil di Indonesia Tahun 2010
berdasarkan tabel 5.6 hasil uji statistik mann whitney diketahui bahwa
nilai rata-rata rangking konsumsi energi pada wanita hamil yang
berpendidikan rendah sebesar 12224.89 orang, sedangkan nilai rata-rata
rangking konsumsi energi pada wanita hamil yang berpendidikan tinggi
sebesar 1240.96 orang. sehingga berdasarkan uji statistik didapatkan nilai
pvalue 0.588, berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata
42
5.2.2 Hubungan Antara Konsumsi Energi dengan Pekerjaan
Uji yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi
energi dengan pekerjaan pada penelitian ini, menggunakan uji normalitas
terlebih yang selanjutnya dilanjutkan dengan uji mann whitney. Hasil
penelitian hubungan antara konsumsi energi dengan pekerjaan pada wanita
hamil di Indonesia tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.7 dibawah ini :
Tabel 5.7
Hubungan Konsumsi Energi dengan Pekerjaan Wanita Hamil di Indonesia Tahun 2010
berdasarkan tabel 5.7 hasil uji statistik mann whitney diketahui bahwa
nilai rata-rata rangking konsumsi energi pada wanita hamil yang tidak
bekerja sebesar 1256.63 orang, sedangkan nilai rata-rata rangking konsumsi
energi pada wanita hamil yang bekerja sebesar 1211.94 orang. sehingga
berdasarkan uji statistik didapatkan nilai pvalue 0.120, berarti tidak tidak
terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata ranking konsumsi energi
dengan status pekerjaan pada wanita hamil.
5.2.3 Hubungan Antara Konsumsi Energi dengan Jumlah Anggota Keluarga
Uji yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi
energi dengan jumlah anggota keluarga pada penelitian ini, menggunakan
43
whitney. Hasil penelitian hubungan antara konsumsi energi dengan jumlah
anggota keluarga pada wanita hamil di Indonesia tahun 2010 dapat dilihat
pada tabel 5.8 dibawah ini :
Tabel 5.8
Hubungan Konsumsi Energi dengan Jumlah Anggota Keluarga Wanita Hamil di Indonesia Tahun 2010
Variabel Kategorik N Mean Rank Pvalue
Konsumsi Energi
Besar 1449 1214.89 0.095
Kecil 1020 1263.56
berdasarkan tabel 5.8 hasil uji statistik mann whitney diketahui bahwa
nilai rata-rata rangking konsumsi energi pada wanita hamil yang jumlah
anggota keluarganya besar yaitu 1214.89 orang, sedangkan nilai rata-rata
rangking konsumsi energi pada wanita hamil yang jumlah anggota
keluarganya kecil yaitu 1263.56 orang. sehingga berdasarkan uji statistik
didapatkan nilai pvalue 0.095, berarti tidak terdapat perbedaan yang
signifikan rata-rata ranking konsumsi energi dengan jumlah anggota
keluarga pada wanita hamil.
5.2.4 Hubungan Antara Konsumsi Energi dengan IMT
Uji yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi
energi dengan IMT ibu hamil pada penelitian ini, menggunakan uji
normalitas terlebih yang selanjutnya dilanjutkan dengan uji mann whitney.
Hasil penelitian hubungan antara konsumsi energi dengan IMT pada wanita
44
Tabel 5.9
Hubungan Konsumsi Energi dengan Pendidikan Wanita Hamil di Indonesia Tahun 2010
Variabel Kategorik N Mean Rank Pvalue
Konsumsi Energi
Kurus 115 1116.55 0.002
Normal 1521 1207.21
Gemuk 833 1302.09
berdasarkan tabel 5.9 hasil uji statistik mann whitney diketahui bahwa
nilai rata-rata rangking konsumsi energi pada wanita hamil yang IMT kurus
sebesar 1116.55 orang, sedangkan nilai rata-rata rangking konsumsi energi
pada wanita hamil yang IMT normal sebesar 1207.21 orang dan nilai
rata-rata rangking konsumsi energi pada wanita hamil yang IMT gemuk sebesar
1302.09 orang. Sehingga berdasarkan uji statistik didapatkan nilai pvalue
0.002, berarti ada hubungan yang bermakna antara konsumsi energi dengan
45 BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari data Riskesdas 2010.
Keterbatasan penelitian ini adalah:
1. Variabel-variabel dalam penelitian ini hanya terbatas pada variabel yang
terdapat dalam data Riskesdas 2010 sehingga variabel yang lain yang
mungkin berpengaruh diabaikan.
2. Kelemahan metode pengukuran konsumsi makanan
Konsumsi energi dan protein wanita hamil dalam penelitian ini
didapatkan dari total asupan energi dalam satu keluarga dibagi dengan
jumlah anggota keluarga. Setelah itu, perkiraan asupan energi tiap anggota
keluarga dibandingkan dengan AKG sesuai jenis kelamin dan usia.
Pengukuran ini belum dilakukan terhadap konsumsi energi wanita hamil
secara faktual. Pengukuran konsumsi energi seharusnya didapatkan dari
jumlah asupan energi total wanita hamil dalam kkal/hari kemudian
dibandingkan dengan AKG yang dianjurkan.
3. Penggunaan data sekunder ini, membuat penulis tidak bisa mengontrol
kualitas data secara maksimal. Upaya untuk memperbaiki kualitas data
tersebut adalah dengan melakukan pembersihan data.
4. Pada penelitian ini terdapat sampel ibu hamil sebanyak 2477 namun sampel
46
6.2 Gambaran Konsumsi Energi pada Ibu Hamil
Ibu hamil memerlukan makanan lebih dari pada biasanya, karena selain
untuk keperluan dirinya, makanan tersebut juga diperlukan untuk janin yang
dikandungnya (Moehyi, 1997). Almatsier (2001) juga menyatakan bahwa
kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu
kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan.
Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan
komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Agar janin dapat berkembang baik,
makanan ibu hamil harus memenuhi kebutuhan gizi. Asupan kalori harus
ditambah 300 kkal per hari selama kehamilan (Moehyi, 1997).
Dalam penelitian ini, konsumsi energi yang dimaksud adalah jumlah
asupan energi total dalam kkal/hari dalam satu keluarga dibagi jumlah anggota
keluarga kemudian dibandingkan dengan AKG yang dianjurkan (Depkes,
2010). Seseorang dikatakan konsumsi energinya kurang apabila asupan
energinya <70% dan dikatakan cukup apabila asupan energinya
≥70%.Konsumsi energi ini diukur dengan melakukan metode pengukuran
konsumsi makanan pada tingkat rumah tangga yang dilakukan dengan
melakukan pencatatan jumlah makanan dalam URT (Ukuran Rumah Tangga).
Menurut Moehji (2003), dalam hal ini pemenuhan kebutuhan energi,
manusia tunduk pada hukum termodinamika yaitu untuk menghasilkan energi,
manusia hasil menyerap energi dari luar yaitu dari makanan. Jika jumlah energi
47
terhadap pemakaian energi, untuk menjamin berbagai reaksi biokimia dalam
tubuh tetap berlangsung secara normal.
Untuk menghemat energi, tubuh melakukan berbagai penyesuaian
antara lain yaitu memeperlambat kecepatan kerja, membatasi kegiatan otot
sampai seminimal mungkin, tidak melakukan hal–hal yang akan menambah
pengeluaran energi. Dengan demikian apabila energi yang diperoleh dari
makanan tidak cukup, maka orang akan bekerja di bawah kapasitas seharusnya.
Berdasarkan data riskesdas 2010 diketahui rata-rata usia ibu hamil
adalah 29.30 tahun dan bahwa sebagian besar ibu hamil mengkonsumsi
energinya kurang (37.8%), ibu hamil di Indonesia mengkonsumsi energi pada
tahun 2010 adalah 57.5823 kkal, konsumsi energi yang terendah adalah 3.78
kkal dan yang tertinggi adalah 262.62 kkal. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tingkat konsumsi energi di kalangan ibu hamil masih kurang dan hal ini
tentunya akan berakibat buruk bagi janin yang sedang dikandungnya. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian birowo (2001) yang menyatakan bahwa
konsumsi energi ibu hamil lebih rendah adalah 4.86 kkal.
Menurut Lubis (2003) kebutuhan energi meningkat selama kehamilan.
Peningkatan konsumsi energi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, bertambah besarnya organ kandungan, serta perubahan
komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Dampak buruk terhadap ibu dapat
menimbulkan keracunan kehamilan (eklampsi), kesulitan waktu melahirkan
dan hiperemesis. Sedangkan dampak terhadap bayi dapat menimbulkan berat
badan lahir rendah (BBLR), keguguran (abortus), premature dan kematian
48
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, perubahan
fisik dari ibu akibat perubahan kadar hormon, peningkatan kebutuhan makanan
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil pada dasarnya
memerlukan semua tambahan zat, namun yang kekurangan adalah energi,
protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium. Ibu hamil akan
mengalami penyesuaian fisiologik dan metabolik selama mengandung dengan
proses-proses anabolik yang terjadi dalam janin dan plasenta. Hal-hal tersebut
perubahan kelenjar-kelenjar endokrin pada ibu hamil, sehingga membesarkan
ukuran uterus, payudara dan volume darah ibu, cairan ketuban dan masa
jaringan adipose. Sebagai akibat proses-proses anabolik tersebut kebutuhan zat
gizi meningkat selama kehamilan, oleh karena itu menganjurkan ibu hamil agar
mengkonsumsi makanan cukup kalori serta zat pelindung (Darwin, 1998).
Total kebutuhan energi pada individu dipengaruhi oleh metabolisme
basal, aktivitas fisik dan efek dinamis khusus pada makanan yang mempunyai
nilai yang berbeda-beda bagi setiap individu (Almatsier, 2006), selain itu
kebutuhan energi juga bergantung pada beberapa faktor seperti usia, gender dan
berat badan (Almatsier, 2003).
Berat badan ibu hamil sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila berat badan ibu hamil normal
pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi
yang sehat. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung
pada keadaan barat badan ibu hamil sebelum dan selama hamil. Sehingga
kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan
49
Menurut Arisman (2004), pada trimester pertama nafsu makan
berkurang, hal ini disebabkan karena menimbulkan rasa mual dan muntah.
Sedangkan pada trimester kedua metabolisme basal mulai meningkat dan berat
badan mulai bertambah, pada masa ini tingkat konsumsi energi memiliki
pengaruh terhadap perkembangan janin bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi
energi sangat rendah, maka bayi akan dilahirkan berat bayi lahir rendah
(BBLR). Pada trimester ketiga metabolisme basal tetap meningkat dan nafsu
makan sangat baik. Selain itu, kandungan pada triwulan ini menjadi besar
sehingga menyebabkan lambung terdesak.
Untuk menghindari dampak tersebut maka kecukupan konsumsi energi
dapat dinilai dengan melakukan pemantauan kecukupan konsumsi energi pada
ibu hamil dengan memantau berat badan setiap pemeriksaan yang dilakukan
minimal 4 kali dalam masa kehamilan. (Almatsier, 2006)
6.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Energi
6.3.1 Pendidikan
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur
penting yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas konsumsi
makanan, karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan
pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.
Masalah gizi sering timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi
tentang gizi yang memadai (Berg, 1987 dalam Albugis, 2008).
Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat