• Tidak ada hasil yang ditemukan

Musyawarah Mufakat Dalam Upacara Ritual Syukuran Laut Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Musyawarah Mufakat Dalam Upacara Ritual Syukuran Laut Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

MUSYAWARAH MUFAKAT DALAM UPACARA RITUAL SYUKURAN LAUT

MASYARAKAT MELAYU DI DESA JARING HALUS KECAMATAN SECANGGANG

KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

DIKERJAKAN OLEH

NAMA : FAIZATUL ZUHRA

NIM : 110702021

PROGRAMSTUDI BAHASA DAN SASTRA MELAYU

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Judul skripsi: Musyawarah Mufakat Dalam Upacara Ritual Syukuran Laut

Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

Penelitian ini mengenai musyawarah mufakat dalam upacara ritual syukuran laut. Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah esensi dan eksistensi dari musyawarah mufakat dalam upacara syukuran laut bagi masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus. Metode dasar yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode kualitatif naturalistik yaitu dengan teknik pengumpulan data meninjau langsung ke lokasi penelitian, menyebar daftar pertanyaan dan dokumentasi. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian skripsi ini adalah pendekatan sosiologi sastra, dengan hasil pembahasan bahwa musyawarah mufakat yang terdapat dalam pelaksanaan Ritual Syukuran Laut merupakan wujud nyata dari nilai-nilai ideal dalam suatu lingkungan masyarakat. Didalamnya terdapat keterkaitan hakikat manusia dengan Tuhan, alam, kehidupan, pekerjaan, waktu, dan hubungan sesama manusia

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

mencurahkan berkat, kesehatan, dan keselamatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul Musyawarah Mufakat Dalam Upacara Ritual Syukuran Laut

Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.

Seperti yang diketahui, bahwa musyawarah untuk mufakat merupakan salah satu nilai

tunjuk ajar Melayu dan upacara ritual merupakan khazanah bangsa yang harus tetap terjaga

kelestariannya.

penulis akan memaparkan rincian sistematika penulisan ini sebagai berikut.

Skripsi ini terdiri atas 6 bab, yaitu : bab pertama berisi pendahuluan, dibagi atas latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup

kajian

Bab kedua membahas kajian pustaka, terdiri dari kajian yang relevan, kosmologi

masyarakat Melayu Langkat, konsep kesusastraan tradisi, pelaksanaan ritual syukuran laut,

dan pendekatan sosiologi sastra

Bab ketiga membahas metode penelitian, dibagi atas desain penelitian, lokasi dan

sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data.

Bab keempat dan kelima merupakan hasil dan pembahasan. Pada bab ini membahas

esensi dan eksistensi musyawarah mufakat dalam ritual syukuran Laut yang dilaksanakan

oleh masyarakat Melayu di Desa jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

Bab keenam merupakan kesimpulan dan saran, kemudian diakhiri dengan daftar

(4)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan banyak

kekurangan, mengingat waktu dan kemampuan penulis yang sangat terbatas.. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan

skripsi ini.

Medan, Juli 2015 Penulis

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat

dan anugerah kasihnya, kekuatan serta hikmat kebijaksanaan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini hingga selesai.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk, saran,

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak .

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU, Bapak

Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II, Pembantu Dekan III, serta seluruh staff dan

pegawai dijajaran Fakultas Ilmu Budaya.

2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum. Selaku Ketua Departemen Sastra Daerah

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,

3. Ibu Dra. Herlina Ginting, M.Hum. Selaku Sekretaris Departemen Sastra Daerah

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Prof. Wan Syaifuddin, M.A.Ph.D. Sebagai Dosen Pembimbing I penulis yang

telah banyak memberikan bimbingan, dan arahan juga meluangkan waktu, tenaga dan

pikiran serta memberikan masuka dan ide-ide hingga penulisan skripsi ini selesai.

5. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum. Selaku Dosen pembimbing II penulis yang

memberikan banyak masukan – masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi

ini hingga selesai,

6. Kepada Bapak/Ibu Staf pengajar Departemen Sastra Daerah yang telah banyak

membantu penulis dalam belajar selama delapan semester di Fakultas Ilmu Budaya.

7. Teristimewa kepada kedua orangtua penulis Alm. Zulkarnain Saman dan ibunda

faisaliah yang telah bersusah payah membimbing penulis sejak kecil hingga dewasa,

(6)

dengan penuh kasih sayang, dukungan perhatian, dan doanya sehingga membuat

penulis semangat untuk terus berjuang.

8. Sahabat sahabat seperjuangan stambuk 2011, para senior dan adik-adik junior, serta

keluarga besar Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah, Terima kasih untuk

semua nasehat, doa, waktu, dukungan dan kebersamaannya.

Medan, Juli 2015

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Kajian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang relevan ... 6

2.2 Kosmologi Masyarakat Melayu Langkat- Jaring Halus ... 6

2.2.1 Letak Geografi dan Sejarah Singkat ... 8

2.2.2 Adat Istiadat Masyarakat ... 9

2.3 Konsep Kesusastraan Tradisi ... 10

2.4 Pelaksanaan Ritual Syukuran Laut ... 13

(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ... 18

3.2 Lokasi dan Sumber Data ... 19

3.3 Instrumen Penelitian ... 20

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 20

3.4.1 Teknik Observasi ... 20

3.4.2 Teknik Kuesioner ... 21

2.4.3 Teknk Dokumentasi ... 22

3.5 Metode Analisis Data ... 22

3.5.1 Metode Reduksi Data ... 22

3.5.2 Penyajian Data ... 23

3.5.3 Penarikan Kesimpulan ... 23

BAB IV SIKAP MASYARAKAT SECARA UMUM TERHADAP MUSYAWARAH MUFAKAT DALAM RITUAL SYUKURAN LAUT 4.1 Latar Belakang Responden ... 23

4.2 Hakikat Manusia dengan Tuhan ... 24

4.3 Hakikat Manusia dengan alam ... 26

4.4 Hakikat Manusia dengan Kehidupan ... 28

4.5 Hakikat Manusia dengan Pekerjaan ... 31

4.6 Hakikat Manusia dengan Waktu ... 33

4.7 Hakikat Manusia dengan Sesama Manusia ... 34

(9)

BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

5.1 Analisis Teks ... 40

5.1.1 Pengertian Mantera ...41

5.1.2 Bahasa Mantera ... 45

5.1.3 Pengucapan Mantera ... 47

5.1.3.1 Rima ... 47

5.1.3.2 Aliterasi ...49

5.1.3.3 Asonansi ...50

5.1.4 Bentuk Mantera ... 50

5.2 Analisis Konteks ... 51

5.2.1 Makna Makanan dan Jenis Tumbuhan ... 52

5.2.2 Makna Jenis Hewan ...55

5.2.3 Makna Jenis Logam dan Pakaian ...56

5.2.4 Pantang Larang ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 58

6.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(10)

ABSTRAK

Judul skripsi: Musyawarah Mufakat Dalam Upacara Ritual Syukuran Laut

Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

Penelitian ini mengenai musyawarah mufakat dalam upacara ritual syukuran laut. Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah esensi dan eksistensi dari musyawarah mufakat dalam upacara syukuran laut bagi masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus. Metode dasar yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode kualitatif naturalistik yaitu dengan teknik pengumpulan data meninjau langsung ke lokasi penelitian, menyebar daftar pertanyaan dan dokumentasi. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian skripsi ini adalah pendekatan sosiologi sastra, dengan hasil pembahasan bahwa musyawarah mufakat yang terdapat dalam pelaksanaan Ritual Syukuran Laut merupakan wujud nyata dari nilai-nilai ideal dalam suatu lingkungan masyarakat. Didalamnya terdapat keterkaitan hakikat manusia dengan Tuhan, alam, kehidupan, pekerjaan, waktu, dan hubungan sesama manusia

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda

antara kebudayaan yang satu dengan yang lain. Namun, Perbedaan tersebut tidak menjadikan

bangsa ini terpecah belah, melainkan semakin memperkaya khasanah budaya bangsa. Hal ini

menjadi bagi masyarakat Indonesia lebih memiliki toleransi hidup yang tinggi, sebagaimana

yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya walau berbeda-beda

tetap satu jua.

Persembahan ritual atau upacara ritual merupakan salah satu tradisi tertua dalam

kehidupan budaya dan adat-istiadat. Tradisi ritual adalah gambaran yang tidak hanya

menggambarkan tentang kehidupan tetapi juga membina keutuhan suatu masyarakatMelayu.1

Musyawarah untuk mufakat adalah salah satu tunjuk ajar yang merupakan warisan

leluhur yang sangat berharga. Ia kerap terungkap didalam tradisionalisme masyarakat

Melayu. Ia adalah untuk mencapai keputusan berupa solusi dari berbagai persoalan yang

berpengaruh bagi kepentingan bersama. Hasil dari musyawarah bukanlah ditentukan dengan

pungutan suara terbanyak, melainkan diperoleh dari kesepakatan bersama. Jika tidak

demikian, maka akan terjadi persoalan baru, yaitu lahirnya kubu-kubu yang berbeda paham

yang disebut kelompok mayoritas dan minoritas.

1

(12)

Musyawarah berasal dari kata ‘syawara’ yaitu berasal dari Bahasa Arab yang berarti

berunding, rembuk atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Jadi musyawarah adalah suatu

upaya untuk memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan

bersama dalam penyelesaian atau pemecahan masalah. Mufakat sendiri adalah kesepakatan

yang di hasilkan setelah melakukan proses pembahasan dan perundingan bersama. Jadi

musyawarah mufakat merupakan proses membahas persoalan secara bersama demi mencapai

kesepakatan bersama.2

Musyawarah mufakat ini vital guna menangkal kekuasaan perseorangan ataupun

golongan tertentu ketika mengambil keputusan serta selalu berfokus untuk keadilan sosial

sekaligus kepentingan bersama. Konsep Musyawarah mufakat ini juga secara tegas

dinyatakan dalam sila keempat Pancasila. Bahwa tidak boleh melanggar prinsip hikmat dan

setiap keputusan harus dijalankan dengan cara yang bijaksana.3

Kesepakatan yang ditetapkan oleh masyarakat diperoleh dari hasil musyawarah

secara kekeluargaan dengan mengedepankan akal sehat. Konsep inilah yang selalu diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat tradisional Melayu, sehingga terwujud tatanan

kehidupan yang teratur, seimbang dan harmonis baik antar sesama manusia, manusia dengan

alam, maupun manusia dengan penciptanya.4

Berdasarkan pengamatan awal peneliti selama beberapa hari pada masyarakat Melayu

Langkat khususnya di Desa Jaring Halus, masyarakat tersebut masih teguh dalam

melestarikan tradisi kebudayaannya dan mengaplikasikan nilai leluhur terutama tentang

Musyawarah untuk mufakat, demikian juga aspek nilai budaya lainnya.5

2

Brainly.co.id, diakses dari http://brainly.co.id/tugas/1000026, pada tanggal 26 mei 2015pukul 19:37 WIB 3

Wawancara dengan Muktamar, Kepala Desa Jaring Halus, tanggal 4 Februari di Desa Jaring halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

4 ibid 5

(13)

Masyarakat Melayu di daerah tersebut senantiasa menjunjung dan menjaga

adat-istiadat yang berlaku sebagai wujud penghormatan terhadap pusaka yang diwarisi oleh nenek

moyang mereka. Hal ini jelas terlihat dengan masyarakatnya selalu melaksanakan

musyawarah sebagai upaya penyelesaian persoalan. Kenyataan ini berhubungan dengan

ungkapan: “Apa tanda Melayu beradat, bermusyawarah mencari mufakat.”

Pada umumnya masyarakat Desa Jaring Halus bermata pencaharian sebagai nelayan

dikarenakan secara geografis letak desa ini berada di sebuah pulau yang dikelilingi oleh laut

lepas. Hal ini menjadi ciri dari suku Melayu yaitu bermukim di daerah pesisir. Kenyataan

tersebut tidaklah menjamin kemakmuran bagi keluarga nelayan yang menjadikan laut sebagai

sumber utama pemenuhan sandang, pangan, dan papan. Boleh jadi disuatu waktu, alam tidak

bersahabat dengan mengirim angin kencang, ikan berjumlah sedikit, serta gelombang ombak

yang besar. Hal ini dipercayai menjadi sebab kesejahteraan masyarakatnya menurun.6

Permasalahan ini mengharuskan mereka untuk mencari jalan keluar baik secara mistis

maupun rasional. Tujuannya supaya dapat hidup dengan penuh ketenangan. Dikarenakan

sumber daya laut adalah penghasilan terbesar terhadap kehidupannya. Maka, mereka

menempuh upaya bermusyawarah untuk menyelesaikan permasalahan dikehidupan yang

dialaminya, serta menyepakati beberapa ketetapan dan ketentuan yang harus dijalankan.7

Melalui musyawarah dan membaca gejala-gejala dari alam akhirnya mereka

memahami bahwa dengan menginternalisasi dan mengaktualisasi butir-butir kebaikan akan

memperoleh kehidupan yang seimbang. Mereka pun menyepakati bersama untuk

menerapkan aturan dan norma-norma hidup yang dikemas dalam bentuk upacara ritual bahari

yaitu Syukuran Laut.

6

Wawancara dengan Julpikar, Sekretaris Desa Jaring Halus, tanggal 4 Februari 2015 di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara

7

(14)

Pada hakikat atau secara filosofis, pelaksanaan Ritual syukuran Laut dirayakan

sebagai wujud doa dan rasa syukur kepada Tuhan semesta alam yang telah memberikan

rezeki dari perolehan hasil laut untuk kesejahteraan mereka.8

Dalam hal ini dapat simpulkan bahwa salah satu sandaran adat Melayu adalah

musyawarah untuk mufakat, sesuai dengan perkatan orang tua yang populer di kalangan

masyarakat Melayu Langkat di Desa Jaring Halus: “Tegak adat karena mufakat, tegak tuah

karena musyawarah.” Acuan ini melatarbelakangi penulis melakukan penelitian mengenai

musyawarah untuk mufakat dalam upacara ritual Syukuran Laut yang dilaksanakan oleh

masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, dapatlah dirumuskan

masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana sikap masyarakat Desa Jaring Halus melalui persepsi secara umum

terhadap ritual Syukuran Laut .

2. Bagaimana tahap-tahap pelaksanaan upacara syukuran laut.

3. Bagaimana nilai dan norma musyawarah untuk mufakat dalam pelaksanaan upacara

syukuran laut.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai penelitian ini adalah :

1) Menjelaskan keberadaan ritual Syukuran Laut di kalangan Masyarakat desa Jaring

Halus.

2) Menjelaskan tahap-tahap pelaksanaan Upacara Syukuran Laut.

8

(15)

3) Menjelaskan nilai dan norma musyawarah untuk mufakat dalam pelaksanaan upacara

syukuran laut.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1) Untuk memberikan dorongan kepada mahasiswa sebagai generasi penerus agar

dapat melestarikan tradisi budaya tersebut supaya tidak punah.

2) Menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam studi sastra dan budaya

daerah dengan tinjauan sosiologi sastra.

3) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan rujukan bagi penelitian

lanjutan dan dapat pula digunakan sebagai bahan perbandingan untuk melakukan

kajian yg lebih lanjut.

1.5Ruang Lingkup Kajian

Penelitian ini dilakukan di kawasan pesisir Timur Sumatera Utara tepatnya di

Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Kajian ini mengenai

musyawarah untuk mufakat, yaitu upaya dari masyarakat menyelesaikan

permasalahan yang ada dengan menyepakati bersama secara kekeluargaan yang

diaplikasi dalam pelaksanaan upacara ritual Jamuan Laut.

Kajian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra dengan membahas

bagaimana masyarakat setempat melaksanaan musyawarah yang termasuk dalam

persiapan upacara ritual Syukuran laut, hingga kepada pelaksanaan ritual yang

ketetapan dan aturan dalam perayaannya diperoleh dari hasil rundingan bersama.

Metode penelitian ini bersifat kualitatif-naturalistik yaitu menggunakan teknik

(16)

kuesioner dan dokumentasi. Hal ini memberi gambaran bahwa dalam penelitian tidak

mengabaikan pendapat masyarakat setempat.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

(17)

kuesioner dan dokumentasi. Hal ini memberi gambaran bahwa dalam penelitian tidak

mengabaikan pendapat masyarakat setempat.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

(18)

Tinjauan pustaka atau sering juga disebut kajian yang relevan ialah salah satu cara

untuk mendapatkan referensi yang lebih tepat tentang informasi data yang ingin kita teliti.9

Oleh karena itu, penulis melakukan tinjauan pustaka adalah sebagai referensi, teori dan

konsep yang berkaitan dengan tulisan ini sehingga dapat memudahkan menyelesaikan

permasalahan dalam penulisan.

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan kajian penulis yaitu disertasi

Mantera dan Upacara Ritual Masyarakat Melayu Pesisir Timur di Sumatera Utara: kajian

tentang fungsi dan nilai-nilai budaya oleh Prof. Wan Syaifuddin. Didalamnya membahas

mengenai fungsi dan nilai dari upacara adat budaya yang ada didalam masyarakat melayu

Sumatera Timur.

Penulis juga menjadikan tesis Nurhayati Lubis: Analisis Semiotik dalam Upacara

Ritual Jamuan Laut di Jaring Halus, sebagai referensi tambahan yang didalamnya

membahas keberadaan upacara syukuran laut dan mantra dengan mengoperasikan teori

semiotika. Upacara ritual syukuran laut ini dilaksanakan oleh masyarakat Melayu di Desa

Jaring Halus, Kecamatan secanggang, Kabupaten Langkat. Fokus utama kajian ini ialah

upacara syukuran laut yang melibatkan pawang, tempat dan waktu upacara, masyarakat

pendukung, kegiatan, persiapan, pasca upacara, makan bersama, dan lainnya.

Tesis Irfan (2003), mengenai Kearifan Tradisional Masyarakat dalam Mengelola

Sumber Daya alam Laut. Menjelaskan bahwa kearifan tradisional masyarakat yang tinggal

di daerah pesisir yang menjadikan Laut sebagai sumber utama merupakan konsepsi

terpeliharanya sumber daya alam. Apabila kearifan tersebut dijaga maka akan tercapai

keharmonisan.

2.2 Kosmologi Masyarakat Melayu Langkat Secanggang

9

(19)

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari kosmologi ialah ilmu

pengetahuan yang meneliti asal usul, struktur, hubungan ruang waktu dalam alam semesta.

Kosmologi masyarakat Sumatera Timur mempunyai kaitan dengan kepercayaan

tradisional, ialah mempercayai bahwa alam semesta wujud sebagai kesatuan alam nyata

dengan alam ghaib. Oleh karena itu, mereka percaya apabila terjadi perubahan di alam nyata

adalah manifestasi yang diperlihatkan oleh kuasa dari alam ghaib. Hal ini terwujud sebagai

fenomena alam seperti awan berarak, rebut petir, guruh, air pasang, gelombang besar, dan

lain-lain. Selain itu, masyarakat melayu Sumatera Timur menggunakan alam nyata bagi

memenuhi keperluan hidupnya. Namun, mereka mengambil sumber alam tersebut

secukupnya saja.10

Sifat keteraturan dan proses pergantian siang malam yang menjadi hukum alam

adalah sesuatu yang sangat mengagumkan dan menarik perhatian manusia untuk mencari

tahu lebih jauh serta mempelajarinya lebih mendalam. Hal ini dikarenakan keteraturan di

alam semesta bersifat natural dan tidak menyalahi kodrat.

Masyarakat Melayu Sumatera Timur dalam menjalani hidup mengikuti kepada

peraturan yang sudah digariskan atau ketentuan alaminya.11 Hal demikian juga dilakukan

oleh masyarakat Melayu yang mendiami Desa Jaring Halus di Kecamatan Secanggang.

Masyarakat Melayu tersebut senantiasa menjaga sikap dan prilaku di kehidupannya

sehari-hari. Mereka memelihara nilai-nilai sosial dalam berinteraksi dengan sesamanya maupun

terhadap pengunjung yang datang ke pulau tersebut. Hal ini adalah wujud dari keinginan

memelihara dan menjaga keseimbangan alam dengan membina nilai-nilai didaktik dalam

kehidupan.

10

Tuanku Luckman Sinar dan Wan Syaifuddin, Kebudayaan Melayu Sumatera Timur. Medan: USUPress, 2002, hlm 209

11

(20)

Nilai-nilai sosial ini tidak hanya terdapat dalam tutur kata ketika berbicara, namun

juga diekspresikan dalam jenis ungkapan, kiasan, dan lainnya. Hal serupa juga tampak

pada penyelenggaraan acara adat tradisi, yaitu dengan ketentuan waktu yang telah

ditetapkan. Mereka aktif melaksanakan berbagai upacara ritual, seperti perkawinan,

kelahiran anak, upacara kematian, menjauhkan bala penyakit, bencana alam, serta menjamu

laut. Hal ini mennggambarkan bahwa masyarakat Pulau Jaring Halus, Kecamatan

Secanggang memiliki adat-istiadat dan kaya akan budaya yang bersumber dari nilai

keluhuran.

2.2.1 Letak Geografi dan Sejarah Singkat

Langkat adalah salah satu nama kabupaten yang berada di Sumatera Utara yang ibu

kotanya Stabat. Nama Langkat sendiri diambil dari nama kesultanan Langkat yang dahulu

pernah ada di tempat yang kini dikenal dengan nama Tanjung Pura, yaitu sekitar 20 Km.

Kabupaten Langkat terdiri dari beberapa kecamatan dan desa, Salah satunya adalah Desa

Jaring Halus.

Desa Jaring Halus adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Secanggang

Kabupaten Langkat. Secara geografis desa ini terletak pada 3º51’30”-3º59’45” LU dan 98º

30’- 98º42’ BT dengan ketinggian lebih kurang 1 mdpl. Desa ini merupakan desa pesisir yang

berbatasan dengan selat Malaka di sebelah utara, sebelah selatan dengan Desa Selotong

Kecamatan Secanggang, sebelah timur dengan Kuala Besar Kecamatan Secanggang, dan

sebelah Barat dengan Desa Tapak Kuda Kecamatan Tanjung Pura.12

Desa ini mempunyai luas 2.554 ha pada tahun 2014. Jumlah penduduk Desa Jaring

Halus sebanyak 3.261 orang (785 KK), yang terdiri atas 1.662 laki-laki dan 1.599 perempuan.

Masyarakat di desa ini terdiri atas berbagai suku seperti suku Melayu yang mayoritas

12

(21)

mendiami desa tersebut serta merupakan penduduk asli, juga terdapat suku pendatang, seperti

suku Banjar, Mandailing, Jawa, dan Aceh.13

Pada awalnya, Desa Jaring Halus ini hanyalah sebuah daratan di tengah laut yang

tidak berpenghuni. Desa ini pertama kali dihuni oleh keluarga Abu Bakar Bin Awang, berasal

dari Malaysia yang melarikan diri ke Indonesia pada saat terjadi peperangan dengan penjajah

Inggris. Sebelum ia membuat perkampungan ini, ia terlebih dahulu meminta izin kepada

Sultan Langkat (Sultan Musa) melalui perantara Datok Secanggang.14

Di pulau tersebut banyak ditemukan rumput yang bentuknya seperti jari. Oleh

karenanya, desa ini dinamakan Rumput Jari Halus. Namun seiring berjalannya waktu, terjadi

pergesan pengucapan sehingga desa tersebut sekarang dikenal dengan nama Desa Jaring

Halus.15

2.2.2 Adat-istiadat Masyarakat.

Masyarakat Melayu pada umumnya masih sering melaksanakan upacara-upacara adat

khususnya dalam acara-acara pernikahan, kelahiran anak, menempati rumah baru, membuka

hutan untuk dijadikan perladangan, dan lain sebagainya. Pelaksanaan upacara ritual ini pada

umumnya telah ditemukan pada masa masyarakat Melayu lama sepanjang pesisir pulau

Sumatera, yakni di daerah Langkat, Deli, Serdang, Batu Bara, Siak, dan seterusnya.16

Mayoritas masyarakat Melayu Langkat sudah beragama Islam dan ajaran-ajaran Islam

tersebut terlihat jelas dalam kebudayaan dan adat-istiadat masyarakatnya. Misalnya ketika

membicarakan suatu permasalahan dalam sebuah kampung, biasanya akan dimusyawarahkan

di masjid.

13

Daftar Isian Profil Desa, Op.cit. hlm 19 14

Julpikar, op. cit. di Desa Jaring Halus 15

Julpikar, log. Cit. di Desa Jaring Halus 16

(22)

Pengamalan ajaran Islam yang begitu kuat pada masyarakat Melayu , ternyata belum

bisa menepis kepercayaan-kepercayaan yang bersifat animisme dalam kehidupan sehari-hari.

Hal demikian dapat dibuktikan bahwa upacara-upacara yang sering dilaksanakan masih

memiliki pengaruh kepercayaan Hindu. Salah satunya adalah upacara ritual syukuran laut

agar mudah mendapatkan rezeki.

Oleh karena itu, adanya asimilasi antara kepercayaan-kepercayaan pra-Islam dengan

ajaran-ajaran Islam sendiri telah menimbulkan budaya dan adat-istiadat tersendiri bagi

mereka.

2.3 Konsep Kesusastraan Tradisi

Sastra Melayu tradisi disebut juga dengan nama sastra Melayu lama atau sastra lisan

dikenal oleh masyarakat sejak dahulu sebelum adanya tulisan, yang merupakan refleksi

bagaimana ketamadunan masyarakat tersebut. Sastra lisan atau sastra rakyat merupakan

hasil karya sastra milik bersama atau milik sekumpulan masyarakat yang diturunkan secara

turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain secara lisan atau dari mulut ke mulut,

baik tradisi itu berupa susunan kata-kata lisan maupun tradisi lain yang bukan lisan sehingga

menentukan bahwa sastra tersebut adalah sastra rakyat.

Peristiwa penuturan sastra lisan itu adalah panggung sosial dengan ranah kolektivitas

di samping adanya panggung perseorangan yang monolog. Sastra lisan dahulu sangat

digemari oleh warga masyarakat dan biasanya didengarkan secara kolektif karena

(23)

dihasilkan dari sastra lisan berdampak positif terhadap menguatnya ikatan sosial diantara

anggota masyarakat.17

Kesusastraan lisan atau tradisi dapat dirujuk sebagai hasil karya yang memiliki pesan

dan pemikiran tertentu. Gagasan tersebut menjadi sebuah konsep kesusastraan tradisi yang

melahirkan aksi dan tingkah laku yang keluar secara alamiah. Kenyataan tersebut

menciptakan integritas dan kebersamaan dikalangan masyarakat yang menjalani konsep

tersebut dikehidupannya.

Berkaitan dengan lokasi penelitian yaitu di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang,

Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang merupakan wilayah Melayu Sumatera Timur,

penulis mencoba mengkhususkan identifikasi tradisi kesusastraan.

Kesusastraan rakyat masyarakat Melayu Sumatera Timur mempunyai beberapa ciri

tertentu. Ciri pertama, berhubungan dengan cara ia disampaikan, yaitu secara lisan. Namun,

sebagian darinya telah dituliskan kemudian dilisankan pula. Kedua, melibatkan soal

penciptaan dari kesusastraan rakyat masyarakat Melayu Sumatera Timur, yaitu lebih banyak

lahir dan berkembang dari dalam masyarakat sederhana. Ketiga, mengandung ciri-ciri budaya

asal masyarakat yang melahirkannya, hingga menggambarkan suasana masyarakat Melayu

yang alamiah. Keempat, kepunyaan bersama. Kelima, di dalam kesusastraan masyarakat

Melayu Sumatera Timur terdapat unsur-unsur pemikiran yang luas terhadap kehidupan

masyarakatnya, pengajaran atau bersifat didaktik dan unsur pensejarahan.18

Dari pengertian, ciri, wujud dan jenis pengetahuan yang diperoleh dari pembahasan

tradisi lisan, dapat disimpulkan bahwa didalam tradisi lisan terkandung norma dan nilai-nilai

keluhuran yang bersumber dari nusantara yang merupakan harta pusaka nenek moyang

17

Robert Sibarani, Kearifan Lokal (Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi Lisan), Jakarta, Asosiasi Tradisi Lisan. 2012 Hlm. 33

18

(24)

terdahulu. Warisan leluhur bangsa ini dapat dimamfaatkan untuk mengatur tata kehidupan

masyarakat yang rukun, makmur dan penuh keberkahan.

Kultur budaya yang berkembang di Kabupaten Langkat sangat banyak hubungannya

dengan alam dikarenakan daerah ini secara georafis berada di pesisir Sumatera. Oleh sebab

itu, masyarakatnya banyak memamfaatkan lingkungan dengan hasil alamnya untuk

memenuhi kebutuhan hidup. Dikarenakan pengaruh lingkungan tersebut, masyarakat Melayu

Kabupaten Langkat melakukan proses adaptasi dalam mengembangkan sistem budaya, sistem

sosial dan material. Melalui proses tersebut lahirlah berbagai karya sastra seperti ritual

syukuran laut.

2.4 Pelaksanaan Ritual Syukuran Laut

Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten

Langkat, Sumatera Utara masih mempercayai adanya kekuatan ghaib terhadap

kehidupannya. Hal ini terlihat dari cara mengatasi tantangan hidup yang berhubungan

dengan sistem mata pencaharian mereka sebagai nelayan, yaitu dengan rnengadakan suatu

bentuk upacara untuk menghindarkan mara bahaya dari mereka. Melalui upacara syukuran

laut rasa solidaritas terwujud dan dengan adanya aktivitas masyarakat, maka upacara

syukuran laut dapat diadakan.

Upacara ritual ini dilaksanakan empat tahun sekali, kecualai ada isyarat dari mimpi

pawang atau fenomena alam seperti terjadi wabah penyakit dan iklim yang tidak mendukung

untuk mencari nafkah, sehingga waktu pelaksanaannya ini dapat dipercepat.19

Abdullah menjelaskah bahwa Pelaksanaan upacara syukuran laut ini dilakukan oleh

pawang dan dibantu oleh masyarakat dan pemerintah yang sebelumnya sudah disepakati

dalam musyawarah. Adapun tahap pelaksaan ritual Syukuran Laut sebagai berikut:

19

(25)

 Persiapan Ritual Syukuran Laut

Persiapan ritual syukuran laut yaitu diadakan musyawarah yang didalamnya

membahas ketetapan waktu, tempat sekaligus tatacara agar terlaksana perayaan tersebut.

Musyawarah ini dilaksanakan dibalai desa dengan menghadirkan perangkat pemerintah di

Desa jaring Halus, pawang dan perwakilan masyarakat.

 Permulaan Perayaan

Awal mula dilaksanakan ritual tersebut, yaitu pawang menancapkan panji di yang

terbuat dari buluh. Panji tersebut di tancapkan di dekat muara ketika fajar mulai

menyingsing. Kemudian pawang memercikkan air kearah panji tersebut sekaligus

membacakan mantera. Hal ini menandakan perayaan ritual sudah dimulai. Adapun mantera

yang dibaca oleh pawang ialah :

Assalamu’alaikum alaikum salam

Aku nak buat kenduri khidmad Assalamu’laikum

Aku kirim salam pada jin tanah

Aku tahu asalmu

(26)

Bukan aku melepas bala mustaka

Sang kala Sang Lipat melepas bala mustaka

Jin taru melepas bala mustaka

 Menghantarkan persembahan

Ketika matahari sudah terbit yaitu sekitar pukul 09.00 Wib, hantaran yang akan di

berikan ke laut siap di hanyutkan oleh pawang dan di disertai beberapa anggota masyarakat.

Hantaran tersebut sudah dipersiapkan sebelumnya, yaitu berupa: kepala dan tulang dari

seekor kambing jantan, ayam, dan bahan lainnya.

Ketika menghanyutkan persembahan ke Laut, pawang membaca mantera sebagai berikut :

Assalamu’laikum alikum salam Nenek putrid hijau

Yang diam di galah jambu air

Tempat jin turun berkecimpung

Sungai pusat Tesek Pauh Jenggi

Mohon beta minta ampun minta maaf

Terimalah persembahan anak cucu

Nenek putrid hijau

Banyak tanda ada

Sedikit tanda terkenang

(27)

Setelah persembahan tersebut diihanyutkan ke tengah laut, pawang dan beberapa

anggota masyarakat yang ikut serta menghantarkan persembahan tersebut tidak boleh

melihat kebelakang. Setiba di desa seluruhnya berkumpul dan makan bersama-sama, serta

berdoa yang dipimpin oleh pawang agar ritual tersebut diberkati oleh Tuhan yang maha

kuasa.

 Pawang Membaca Pantang Larang

Selesai berdoa, pawang membaca pantang larang yang harus dipatuhi pasca pelaksanaan

ritual syukuran laut. 20

Adapun pantang larangnya adalah sebagai berikut

1. Dilarang adanya perkelahian baik secara fisik maupun dengan ucapan yang

semena-mena.

2. Tidak boleh berkegiatan selama 1 hari, yaitu mulai dari jam 6 pagi hingga jam 6 sore.

Artinya masyarakat harus istirahat dari pekerjaannya dan berdiam di dalam rumah.

Tidak boleh keluar rumah kecuali beberapa alasan yang disepakati.

3. Dilarang menagkap ikan hari jumat dan hari-hari besar islam dari pukul 06.00 sampai

dengan 18.00

4. Tidak boleh menjatuhkan benda apapun selama upacara berlangsung. Apabila hal itu

terjadi maka benda yang dijatuhkan tidak boleh diambil kembali kecuali ketika masa

pantang larang berakhir.21

20

wawawncara dengan Abdullah, di desa Jaring Halus 21

(28)

2.5 Pendekataan Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari akar kata

sosio (Yunani) (Socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti

sabda, perkataan, perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna,

soio/socius berarti masyarakat, logi/logos berarti ilmu. Jadi sosiologi berarti ilmu mengenai

asal usul pertumbuhan (evolusi) masyarakat,

ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam

masyarakat, sifatnya umum, rasional dan empiris. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta)

berarti mengarahkan, mengajar, member petunjuk dan intruksi. Akhiran tra berarti alat atau

sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku

pengajaran yang baik. Makna kata sastra bersifat lebih spesifik sesudah berbentuk menjadi

kata jadian kesusastraan, artinya kumpulan hasil karya yang baik. Maka, sosiologi sastra

dapat diartikan pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan segi

kemasyarakatannya22.

Sastra adalah lembaga sosial yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya; dan

bahasa adalah adalah salah satu ciptaan sosial. Sastra bisa mengandung gagasan yang

22

(29)

mungkin dimanfaatkan untuk menumbuhkan sifat sosial tertentu, atau bahkan untuk

mencetuskan peristiwa sosial tertentu. Oleh Karena itu,

karya sastra dikenal sebagai cerminan atau pantulan hubungan sosial tiap individu maupun

masyarakat.23

Sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

Sudah sejak dulu, karya sastra dikenal dalam beberapa tindakan sosiokultural masyarakat

seperti pada upacara keagamaan, perkawinan, kelahiran, pekerjaan sehari-hari atau

permainan. Karya sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan

masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaaan, dan intuisi. Dari pendapat ini, tampak

bahwa perjuangan panjang hidup manusia akan selalu mewarnai teks sastra.24

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang

dalam menganalisisnya mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan yang terdapat di dalam

karya sastra.

Karya sastra tidak dapat dipahami dengan selengkapnya apabila dipisahkan dari

lingkungan, kebudayaan atau peradaban yang menghasilkannya. Setiap karya sastra adalah

hasil dari pengaruh timbal balik dari faktor-faktor kultural dan sosial (masyarakat).

Sedangkan Masyarakat dapat mendekati karya sastra dari dua arah; pertama, sebagai suatu

kekuatan atau faktor material istimewa, dan kedua, sebagai tradisi. Yaitu kecendrungan

spiritual maupun kultural yang bersifat kolektif.25

(30)

Sosiologi sastra memiliki tiga ciri dasar, yaitu :

(1) Kecendrungan manusia untuk mengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan, dengan

demikian ia dapat berwatak rasional dan signifikan di dalam korelasinya dengan

lingkungan;

(2) Kecendrungan pada koherensi dalam proses penstrukturan yang global; dan

(3) Dengan sendirinya ia mempunyai sifat dinamik serta kecendrungan untuk merubah

struktur walaupun manusia menjadi bagian struktur tersebut.26

Dan terdapat tiga perspektif yang berkaitan dengan sosiologi sastra, yaitu :

(1) Penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan;

(2) Penelitian yang mengungkap sastra sebagai cermin situasi sosial penulisnya;

(3) Penelitian yang mengungkapkan sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya.27

Berkaitan dengan objek kajian yaitu musyawarah untuk mufakat sebagai nilai-nilai tunjuk

ajar Melayu, penulis pada penelitian ini menggunakan perspektif pertama dan kedua. Yakni

menganalisis aspek sosial khususnya kemampuan masyarakat Desa Jaring Halus dalam

26 Goldmann (1981:11) dalam buku Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta, Medpress, 2008, hlm 79

22

(31)

menyelesaikan permasalahan dengan bermusyawarah juga nilai dan norma yang terkandung

di dalamnya, serta penyesuaikan diri dengan lingkungan dalam bentuk melaksanakan upacara

syukuran laut.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian berasal dari kata metode yang artinya cara dan logos yaitu ilmu

atau pengetahuan. Metodologi artinya cara atau teknik melakukan sesuatu yang bersifat

ilmiah untuk mencapai tujuan tertentu. Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencatat,

merumuskan, mencari, dan menganalisis suatu masalah yang dilakukan secara sistematis

yang akhirnya diperoleh hasil dalam bentuk laporan. Jadi, metodelogi penelitian adalah

sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin

ilmu untuk memperoleh jawaban dari persoalan yang diteliti.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian atau dapat juga disebut metode penelitian adalah suatu cara untuk

mencari kebenaran dengan mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan untuk

(32)

menyelesaikan permasalahan dengan bermusyawarah juga nilai dan norma yang terkandung

di dalamnya, serta penyesuaikan diri dengan lingkungan dalam bentuk melaksanakan upacara

syukuran laut.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian berasal dari kata metode yang artinya cara dan logos yaitu ilmu

atau pengetahuan. Metodologi artinya cara atau teknik melakukan sesuatu yang bersifat

ilmiah untuk mencapai tujuan tertentu. Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencatat,

merumuskan, mencari, dan menganalisis suatu masalah yang dilakukan secara sistematis

yang akhirnya diperoleh hasil dalam bentuk laporan. Jadi, metodelogi penelitian adalah

sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin

ilmu untuk memperoleh jawaban dari persoalan yang diteliti.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian atau dapat juga disebut metode penelitian adalah suatu cara untuk

mencari kebenaran dengan mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan untuk

(33)

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu. Dengan demikian kegiatan penelitian haruslah berdasarkan keilmuan yang

rasional, empiris, dan sistematis.

Metode dasar penelitian yang penulis gunakan adalah metode kualitatif naturalistik.

Penulis menggunakan metodologi ini untuk mengetahui aktualitas, realitas sosial, dan

persepsi manusia melalui pengakuan mereka yang mungkin tidak dapat diungkap melalui

penonjolan pengukuran formal atau pertanyaan penelitian yang telah dipersiapkan terlebih

dahulu. Oleh karena itu, terkait dengan tulisan penulis yang merupakan bagian dari tradisi

lisan, pendekatan penelitian kualitatif-naturalistik sangat tepat untuk menggambarkan atau

mendeskripsikan keadaan sebenarnya di lapangan.

Data penelitian ini dikumpulkan secara langsung dari lingkungan nyata dalam situasi

sebagaimana adanya untuk mendapatkan makna secara utuh termasuk makna atau nilai yang

diteliti dalam peristiwa yang sebenarnya. Pemahaman ini sangat penting bagi peneliti tradisi

lisan agar memahami bahwa sebuah tradisi bersifat fungsional serta tidak dapat dipisahkan

dari teks dan konteksnya.28

3.2 Lokasi dan Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah sebagai berikut ini: Pertama, sumber data berupa

manusia yaitu masyarakat melayu Langkat yang bermukim di Desa Jaring Halus, Kecamatan

Secanggang. Kedua, sumber data berupa suasana mencakup kehidupan sehari-hari, balai

masyarakat, interaksi sosial antara masyarakat sekitar dan tempat berkumpul/kerumunan

yang berpotensi memberikan informasi terhadap penelitian.

3.3 Instrumen Penelitian

28

(34)

Dalam suatu penelitian, instrumen memegang peranan yang sangat penting. Berhasil

atau tidak suatu penelitian ditentukan oleh instrumen yang digunakan dalam penelitian.

Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner berupa pertanyaan, peralatan tulis

untuk mencatat informasi, perekam suara untuk wawancara, kamera untuk dokumentasi

gambar, dan video untuk gambar yang bergerak beserta suara.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian merupakan suatu hal penting yang

meliputi strategi untuk mendapatkan data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.4.1 Teknik Observasi

Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data di mana peneliti melihat

mengamati secara visual sehingga validitas data sangat sangat tergantung pada kemampuan

observer.29

Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dengan

menerapkan pencatatan berkala atau insidental record. Pencatatan dilakukan menurut urutan

kejadian dan urutan waktu yang tidak dilakukan secara terus-menerus melainkan pada waktu

tertentu dan mempunyai batas pula, pada jangka waktu yang ditetapkan untuk tiap-tiap kali

pengamatan, serta mengandalkan indera mata dan telinga yang dilakukan secara terlibat dan

terkendali.

Berkaitan dengan judul musyawarah untuk mufakat sebagai tradisi masyarakat

Melayu Langkat dalam upacara adat syukuran laut, maka peneliti melakukan pengamatan

terhadap data sekunder berupa video pelaksanaan upacara syukuran laut. Hal ini dikarenakan

29

(35)

waktu pelaksanaan upacara tersebut dilangsungkan lima tahun sekali. Oleh karenanya,

peneliti pada tahap observasi ini mengamati data dari sumber yang telah ada dan melakukan

penelitian lapangan dengan menemui tokoh-tokoh serta objek-objek alam lainnya yang

memiliki peran dalam upacara ini yang berlangsung di Desa Jaring Halus, Kecamatan

Secanggang, Kabupaten Langkat.

3.4.2 Teknik Kuesioner

Kuesioner berisi pertanyaan untuk masyarakat sebagai responden.

Pertanyaan-pertanyaan yang ada bertujuan memperoleh data tentang pandangan mereka tehadap tunjuk

ajar Melayu yaitu musyawarah untuk mufakat dalam upacara adat syukuran Laut.

3.4.3 Teknik Dokumentasi

Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan

penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang

lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan.30

Dalam penelitian ini, metode dokumentasi dilakukan dengan cara peneliti

mengumpulkan data-data melalui pencatatan atau data-data tertulis yang ada di Desa Jaring

Halus, Kecamatan Secanggang.

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model

analisis mengalir, yang meliputi tiga komponen, yaitu: 1) reduksi data; 2) penyajian data; dan

3) penarikan simpulan (verifikasi).

30

(36)

Analisis model mengalir mempunyai tiga komponen yang saling terjalin dengan baik,

yaitu sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan pengumpulan data.31 Penjelasannya sebagai

berikut.

3.5.1 Reduksi Data

Pada langkah ini data yang diperoleh dicatat dalam uraian yang terperinci. Data-data

yang sudah dicatat tersebut; kemudian dilakukan penyederhanaan data. Data-data yang

dipilih hanya data yang berkaitan dengan masalah yang akan dianalisis, dalam hal ini

musyawarah untuk mufakat masyarakat Melayu Langkat dalam tradisi adat syukuran laut.

Informasi-informasi yang mengacu pada permasalahan itulah yang menjadi data dalam

penelitian ini.

3.5.2 Penyajian Data

Pada langkah ini, data-data yang sudah ditetapkan kemudian disusun secara sistematis

dan terperinci agar mudah dipahami. Data-data tersebut kemudian dianalisis sehingga

diperoleh deskripsi tentang nilai-nilai luhur dalam upacara jamuan laut khususnya yang

berkenaan dengan musyawarah untuk mufakat.

3.5.3 Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Pada tahap ini dibuat kesimpulan tentang hasil dan data yang diperoleh sejak awal

penelitian. Kesimpulan dari ini masih memerlukan adanya verifikasi (penelitian kembali

tentang kebenaran laporan) sehingga hasil yang diperoleh benar-benar valid. Ketiga

31

(37)

komponen tersebut saling berkaitan dan dilakukan secara terus-menerus mulai dari awal, saat

penelitian berlangsung, sampai akhir penelitian.

BAB IV SIKAP MASYARAKAT SECARA UMUM TENTANG

MUSYAWARAHMUFAKAT DALAM RITUAL SYUKURAN LAUT

4.1 Latar Belakang Responden

Sampel kajian terdiri dari 20 orang responden yang dipilih secara acak. Populasi

kajian terdiri dari masyarakat melayu yang bertempat tinggal di Desa Jaring Halus,

Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Responden kajian berumur 15 tahun sampai 50

tahun keatas yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan jenjang pendidikan yang

berbeda-beda.

Dari segi pekerjaan, responden terdiri dari nelayan, pedagang dan ibu rumah tangga.

Responden juga dipilik dari berbagai suku yaitu Melayu yang merupakan penduduk asli yang

menetap di desa tersebut sejak lahir. Sedangkan suku Banjar, Nias dan Jawa yang merupakan

suku pendatang sudah menetap lebih dari 2 tahun.

Taburan Latar Belakang Responden

No Latar Belakang Kategori Pembagian Taburan

1 Jenis Kelamin Laki-laki 10

Perempuan 10

2 Umur 15-19 Tahun 3

(38)

30-49 tahun 8

50 tahun keatas 4

3 Pendidikan Tidak sekolah 3

Sekolah dasar 4

Sekolah menengah pertama 6

Sekolah menengah atas 5

Universitas 2

4.2 Hakikat Manusia Dengan Tuhan

Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya

sendiri, dan sebagai suatu penciptaan yg bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan,

memiliki hak untuk mengatur dan memelihara alam, dan mempunyai andil dalam

menciptakan gaya hidup. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yg

tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.32

Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada

saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat dikelompokkan pada dua hal,

yaitu potensi fisik dan potensi ruhaniah. Potensi fisik manusia adalah sifat psikologis spiritual

manusia sebagai makhluk yang berfikir diberi ilmu dan memikul amanah.sedangkan potensi

32

(39)

ruhaniah adalah akal, gaib, dan nafsu. Akal dalam penertian bahasa Indonesia berarti pikiran

atau rasio.33

Apabila akal digunakan dengan benar ia akan menyadari siapa yang menciptakan

dirinya dan untuk apa ia diciptakan. Berdasarkan taburan jawaban responden menunjukkan

bahwa semua yang berada di alam ini hanyalah bersifat sementara dan hanya berupa titipan,

baik berupa harta, keluarga maupun kesehatan dan kemampuan yang ia punya. Dengan

demikian, akan lahirlah rasa syukur dari dalam diri manusia untuk bersyukur kepada tuhan

yang menciptakan seluruh alam semesta.

Maknanya secara keseluruhan menyatakan bahwa masyarakat di Desa Jaring Halus

dalam melaksanakan upacara syukuran laut sangat melibatkan pandangan bahwa semua yang

dilaksanakan atas dasar memuliakan kebesaran tuhan. Walaupun dalam konteks syukuran

laut, namun dalam tata laksananya terdapat doa-doa yang dipanjatkan kepada tuhan yang

maha pencipta agar diberikan kemudahan dalam perolehan rezeki dan kehidupan masyarakat

desa tersebut dalam keadaan makmur dan sejahtera.

Adapun daftar pertanyaannya adalah sebagai berikut:

No Daftar pertanyaan Jawaban

Ya Tidak Ragu-ragu

1 Apakah masyarakat di desa

Jaring Halus termasuk

masyarakat yang mempunyai

keyakinan terhadap Tuhan yang

maha kuasa

15 2 3

33

(40)

2 Dalam melaksanakan upacara

Syukuran laut apakah ada

terdapat doa atau persembahan

yang menyatakan makna syukur

terhadap Tuhan yang maha

kuasa

17 2 1

4.3 Hakikat Manusia Dengan Alam

Hubungan timbal balik manusia dengan alam sangat ditentukan oleh kemampuan

manusia dan alam sesuai karakternya masing-masing. Keduanya memerlukan hubungan

timbal balik secara berkelanjutan. Melalui pengelolaan lingkungan hidup secara bijaksana

selain dapat menyelamatkan dan melestarikan lingkungan hidup, juga dapat menjamin

kebutuhan dan kemakmuran umat manusia itu sendiri. Oleh karenanya. disadari atau tidak,

keseimbangan dalam lingkungan kehidupan manusia dan lingkungan alam dapat terganggu

karena ulah manusia itu sendiri.

Manusia adalah makhluk termulia di bumi ini, maka segala sesuatu memang

disediakan untuknya. Diantara tugas manusia, yaitu memanfaatkan alam dan tenaga yang

dikandungnya guna memenuhi keperluan dan kebutuhannya. Hubungan manusia terhadap

alam adalah sebagai pemanfaat. Yaitu manusia mengelola alam yang diciptakan oleh tuhan

(41)

manusia tidak seharusnya mengeksploitasi atau membuat kerusakan di alam baik di laut

maupun di darat.

Dengan campur tangan manusia dan faktor alami yang terjadi dapat menyebabkan

terjadinya perubahan lingkungan. Dampak dari perubahannya belum tentu baik , tetapi

manusia yang memiliki kemampuan berfikir dan penalaran yang tinggi, memiliki budaya,

dan pengetahuan serta teknologi yang makin berkembang, maka manusia dimampukan untuk

dapat menghadapi serta mengatasinya.34

Berdasarkan taburan jawaban yang disampaikan responden bahwa masyarakat di

Desa Jaring halus mempercayai bahwa setiap perbuatan yang dilakukan akan berdampak

terhadap keseimbangan alam. Oleh karenanya mereka senantiasa menerapkan nilai-nilai

leluhur dalam kehidupannya yang dipercayai dapat menciptakan keharmonian di alam

semesta. Melalui kemufakatan syukuran laut dapat dilaksanakan dengan segala ketetapan

yang didasari atas nilai-nilai kebaikan.

Daftar pertanyaan adalah sebagai berikut:

No Daftar pertanyaan Jawaban

Ya Tidak Ragu-ragu

3 Apakah gejolak dari alam

dikarenakan ulah dari tindakan

manusia

(42)

berperan dalam keseimbangan

alam

5 Apakah hikmah dalam

musyawarah dapat menghindari

seseorang dalam bertindak

buruk terhadap alam

17 1 2

6 Apakah kemufakatan dalam

upacara syukuran laut dapat

mewujudkan keharmonian

manusia dengan alam

14 3 3

4.4 Hakikat Manusia Dengan Kehidupan

Manusia adalah makhluk Tuhan yang diberikan akal dan pikiran. Sejak dilahirkan,

manusia tentu saja telah memilki karakter bawaan dari orang tuanya, dan memiliki berbagai

macam pengalaman semasa hidupanya sampai dia dewasa. Hal inilah yang menyebabkan

timbulnya pandangan hidup yang berbeda – beda pada setiap orang.

Hubungan pandangan mengenai kehidupan manusia dan masyarakat berdasarkan pada

pandangan tentang manusia ini haruslah didasari oleh nilai-nilai kebaikan supaya dapat

mengatur kehidupan dengan benar. menjadikan dunia dan lingkungan lebih menyenangkan

dan menjadikan hidup lebih baik.

Praduga penulis berdasarkan taburan terhadap hakikat kehidupan ialah masyarakat di

(43)

supaya dapat mengatur kehidupan dengan benar, menjadikan dunia dan lingkungan lebih

menyenangkan hingga akhirnya dapat menciptakan hidup yang lebih baik.

Penulis juga berpendapat bahwa dengan menerapkan poin-poin musyawarah untuk

mufakat baik di kehidupan sehari-hari pada umumnya, atau khususnya dalam pelaksanaan

upacara ritual syukuran laut. Masyarakat yang menerapkan nilai kebaikan tersebut memiliki

karakter yang bijaksana, adil, dan tegas dalam kehidupannya. Hal ini merupakan dampak

yang positif sehingga membentuk tatanan kehidupan masyarakat yang sejahtera.

Daftar pertanyaannya adalah sebagai berikut:

No Daftar pertanyaan Jawaban

Ya Tidak Ragu-ragu

7 Apakah bermusyawarah hanya

digunakan dalam upacara

Syukuran laut saja

2 16 2

8 Apakah masyarakaMelayu juga

menggunakan konsep

Musyawarah dalam

menyepakati atau memutuskan

suatu perkara dalam kehidupan

sosialnya

14 4 2

9 Menurut anda, dalam membuat

suatu keputusan perlukah kita

bermusyawarah

(44)

10 Apakah hasil yang dimufakati

dari musyawarah adalah

keputusan yang bijak

16 1 3

11 Apakah dengan bermusyawarah

dapat mempengaruhi kita

menjadi manusia yang

bijaksana, tegas dan adil.

15 3 2

12 Apakah bermusyawarah dapat

mengatur hidup kita menjadi

lebih baik

17 2 1

4.5 Hakikat Manusia Dengan Pekerjaan

Hubungan dalam menjalani berbagai aktifitas ialah upaya yang dilakukan oleh

(45)

kehidupannya. Manusia tidak bisa terlepas dari yang namanya bekerja agar apa yang mereka

inginkan bisa terwujudkan.

Pendapat berdasarkan taburan jawaban bahwa masyarakat di Desa Jaring Halus

sebagai mahluk yang bekerja, karena semua kebutuhan harus dilakukan dengan bekerja.

Dalam menjalani pekerjaan tersebut teradapat norma-norma yang digunakan sehingga

pekerjaan tersebut tidak menjadi salah satu penyimpangan sosial di kalangan masyarakat.

Dalam merayakan upacara ritual syukuran laut ini juga dapat mempengaruhi

semangat kerja terhadap masyarakatnya. Yaitu setelah melaksanakan masa pantang selama

sehari yang oleh masyarakat tidak boleh keluar melaksanakan aktivitas kerja seperti melaut,

berdagang dan lainnya. Selama masa pantang tersebut mereka gunakan untuk beristirahat

didalam rumah. Oleh karenanya setelah melewati masa pantang, semangat bekerja mereka

rasakan kembali.

Daftar pertanyaannya adalah sebagai berikut:

No Daftar pertanyaan Jawaban

Ya Tidak Ragu-ragu

secara mufakat dapat

meningkatkan keselamatan

dalam hal pelaksanaannya

(46)

15 Adakah pawang hadir dalam

melaksanakan musyawarah

20

16 Apakah dalam melaksanakan

upacara syukuran laut dapat

meningkatkan semangat kerja

16 1 3

17 Apakah dalam melaksanakan

upacara syukuran laut dapat

meningkatkan kualitas kerja

15 2 3

18 Dapatkah kita menggunakan

peralatan teknologi canggih

dalam hal pelaksanaan upacara

ini

12 2 6

19 Apakah diperlukan pengetahuan

tata cara hukum adat dan

pemerintahan Negara dalam

melaksanakan upacara ini

14 5 1

4.6 Hakikat Manusia Dengan Waktu

Manusia dalam menjalankan kegiatan tak terlepas dari pengaruh waktu. Ada budaya

(47)

usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan yang

berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup masyarakatnya.

Pendapat berdasarkan taburan jawaban bahwa upacara ritual syukuran laut merupakan

warisan leluhur dari zaman sebelumnya dan masih dilestarikan hingga sekarang ini.

Masyarakat di desa Jaring halus mempercayai bahwa sesuatu yang memiliki nilai kebaikan

pada zaman dahulu maka akan tetap dilaksanakan untuk menjadikan ciri khas dari

masyarakatnya.

Daftar pertanyaannya ialah sebagai berikut

No Daftar pertanyaan Jawaban

Ya Tidak Ragu-ragu

20 Apakah musyawarah masih

berhubungan apabila

dilaksanakan pada zaman

sekarang ini

13 2 5

21 Apakah musyawarah diwariskan

dari leluhur jaman dulu

16 2 2

22 Apakah upacara syukuran laut

masih berhubungan

dilaksanakan pada zaman

sekarang ini

15 3 2

23 Apakah upacara syukuran laut

diwariskan dari leluhur zaman

(48)

dulu

4. 7 Hakikat Manusia dengan Sesama Manusia

Pada hakikatnya manusia memiliki hubungan yang perlu dijalankan, yaitu hubungan

sacara vertikal dan horizontal. Hubungan secara vertikal merupakan hubungan manusia

kepada Tuhan. Hubungan vertikal ini sangat pribadi, individual, dan spiritual. Hanya manusia

dan Tuhan yang tahu seberapa kedekatan itu. Hubungan horizontal dapat diartikan sebagai

hubungan yang sangat luas, hubungan yang hanya berlangsung di dunia, salah satunya adalah

hubungan sesama manusia. Hubungan yang menunjukkan bahwa manusia itu adalah mahkluk

sosial yang tak bisa lepas dari bantuan manusia lainnya.

Pendapat berdasarkan taburan jawaban, Di dalam kehidupan masyarakat di Desa

Jaring Halus tidak hidup dalam kesendirian. Mereka memiliki keinginan hidup

bermasyarakat dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu

ingin berhubungan atau berinteraksi dengan manusia lain. Dalam rangka ini

dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan

dan kegotongroyongan

No Daftar pertanyaan Jawaban

Ya Tidak Ragu-ragu

24 Apakah hakikat manusia sebagai

makhluk yang bermasyarakat

14 3 3

(49)

dalam keharmonisan sesama

manusia

26 Apakah dengan bermusyawarah

dapat menciptakan

kebersamaan

16 2 2

27 Apakah kemufakatan dalam

upacara syukuran laut dapat

melahirkan nilai persatuan dan

kesatuan antar sesama makhluk

ciptaan tuhan

17 2 1

.

Secara umum berdasarkan persepsi masyarakat Melayu di jaring halus, kecamatan

secanggang, kabupaten langkat, dapat dinyatakan ;

No Konsep Dasar Orientasi Nilai Budaya Orientasi Nilai

Budaya

Pendapat penulis

1 Hakikat manusia terhadap Tuhan Manusia merupakan

mahluk ciptaan

Tuhan yang sudah

Masyarakat di desa

Jaring Halus

(50)

seayaknya dalam

2 Hakikat manusia terhadap alam Manusia dengan alam

menjalin hubungan

(51)

4 Hakikat manusia terhadap Waktu Memandang bahwa setiap kegiatan merupakan lahir dari sebuah perencanaan dari masa lalu yang kemudian

dilaksanakan hingga sekarang apabila bernilai positif atau

member dampak kebaiakan yang dapat mempengaruhi hidup menjadi lebih baik. 5 Hakikat manusia terhadap Pekerjaan Memandang manusia

tidak terlepas dari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

Masyarakat di Desa Jaring Halus sebagai mahluk yang bekerja. adanya kesolidan dan kebersamaaan dalam pelaksanaan upacara ritual syukuran laut.

4.8 Deskripsi Masyarakat Desa Jaring Halus

Hasil penelitian rnenunjukkan bahwa masyarakat Melayu desa Jaring Halus

Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Sumatera Utara masih mempercayai adanya

(52)

hidup yang berhubungan dengan sistem mata pencaharian mereka dengan rnengadakan suatu

bentuk upacara untuk menghindari mara bahaya dari mereka.

Melalui upacara syukuran laut rasa solidaritas terwujud dan dengan adanya aktivitas

masyarakat, maka upacara syukuran laut dapat diadakan. Adanya rasa solidaritas dan

aktivitas ini dapat kembali menetralisir keadaan sebelumnya di mana di antara mereka satu

dengan yang lainnya telah ada jarak dari pengaruh yang ada pada saat ini, pendidikan,

ekonomi dan prinsip hidup tidak menjadi penyebab utama adanya perubahan pada upacara

syukuran laut.

Perubahan dan perbedaan yang terjadi dalam pada upacara tersebut tidaklah bersifat

keseluruhan, melainkan berbentuk prinsipil seperti penambahan unsur sajian yaitu

buah-buahan, makanan, jenis kue, hiasan balai yang semuanya hanya bertujuan untuk

menyernarakkan dan memperindah pelaksanaan upacara syukuran laut.

Manusia pada hakekatnya adalah mahluk yang tak lain membutuhkan satu sama lain,

meski dibedakan oleh agama, suku, atau negara tapi tetap saja kita saling membutuhkan.

meskipun begitu dari kita adalah makhluk yang diciptakan untuk memimpin di dunia,

merawatnya serta menjaga norma-norma yang berlaku agar tercipta hubungan yang baik dan

masyarakat yang teratur.

Masyarakat di desa Jaring Halus memelihara nilai-nilai dan norma-norma yang baik

dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Penulis setelah melakukan penelitian lapangan

menemukan bahwa masyarakat tersebut memahami dan menjaga bagaimana hakikat hidup

antara manusia dengan pencipta, alam, kehidupan, pekerjaan, waktu, serta hubungan

manusia terhadap sesama manusia.

Dapat disimpulkan bahwa upacara ritual syukuran laut masih rutin dilaksanakan

setiap tiga tahun sekali di desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.

(53)

tahun keatas. Sedangkan generasi selanjutnya tidaklah berperan aktif disebabkan tingkat

pengalaman dan kematangan hidup. Namun secara keseluruhan upacara ritual syukuran laut

ini popular karena lingkungan tempat tinggal mereka adalah disebuah pulau di tengah laut.

Oleh karenanya pengaruh lingkungan secara geografis ini sangat kuat terhadap pelaksanaan

adat yang mentradisi seperti upacara ritual syukuran laut.

BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

5.1 Analisis Teks

Dalam kegiatan ritual syukuran laut oleh masyarakat pada umumnya mereka

berprofesi sebagai nelayan. Mereka melakukan syukuran Laut mengharapkan mendapatkan

ikan yang banyak. Kegiatan yang dilaksanakan pada ritual tersebut ialah persiapan

membersihkan lingkungan pemancangan panji, pembuatan balai penyembelihan hewan, dan

(54)

Mantra yang digunakan dalam sebuah perayaan upacara ritual adalah teks yang

dimaksud dalam penelitian ini.35. Secara umum isi teks mantra masih sangat erat kaitannya

bagi kehidupan masyarakat Melayu. Isinya merupakan bagian dari tradisi masyarakat.

Didalamnya terdapat maksud dan makna-makna bahasa yang bisa dimengerti dengan jalan

menafsirkan berdasarkan kebudayaan dimana mantra ini terdapat atau diucapkan.

5.1.1 Pengertian Mantra

Mantra adalah salah satu wujud kebudayaan yang umum dijumpai di nusantara ini.

Mantra selalu menggunakan bahasa verbal dan juga pilihan kata yang khas, yang maknanya

baru dapat diketahui melalui pembacaan kultural dan saintifik secara mendalam berdasarkan

kebudayaan dimana mantra itu hidup. 36

35

Opcit, KBBI

36Wikipedia. http: //id.m.wikipedia.org/wiki/mantera, diakses pada tanggal 2 juni 2015 pukul 22.00

(55)

Mantra oleh para pakar dan pengamat kebudayaan dianggap sebagai kesusastraan

yang paling awal dikenal oleh manusia. Sastra lisan berbentuk mantra dapat dikategorikan

sebagai sastra lama atau sastra tradisional. Sastra lama dapat berbentuk puisi dan prosa jenis

sastra yang termasuk puisi ialah mamtra, pantun, syair dan lain-lain. Masyarakat tradisional

bahkan hingga kini, mantra dan segala aspek yang berhubungan dengannya masih berperan

dalam kehidupan masyarakatnya.37

Menurut orang melayu, pembacaan mantra diyakini dapat menimbulkan kekuatan

ghaib untuk meraih tujuan-tujuan tertentu. Secara umum mantra dapat dibagi kepada empat

jenis berdasarkan jenis pelafalannya. Yaitu :

1. Mantra untuk pengobatan

2. Mantra untuk pakaian atau pelindung diri

3. Mantra untuk pekerjaan

4. Mantra adat-istiadat38

Dari segi bentuk, mantra sebenarnya lebih sesuai digolongkan kedalam bentuk puisi

bebas, yang tidak terlalu terikat pada aspek baris, rima dan jumlah kata dalam setiap baris.

Dari segi bahasa, mantra biasanta menggunakan bahasa khusus yang sukar dipahami.

Adakalanya, dukun atau pawing tidak memahami arti dari mantra yang dibaca, ia hanya

memahami kapan mantra itu dibaca dan apa tujuannnya. Dari segi penggunaan, mantra

sangat eksklusif, tidak boleh dituturkan sembarangan, karena bacaannya dianggap keramat

dan tabu.Mantra biasanya diciptakan oleh seorang dukun atau pawang, kemudian diwariskan

37

Opcit, wan syaifuddin, (disertasi) hlm 259-280 38

Referensi

Dokumen terkait

Abtönungspartikel denn dipadankan dengan partikel fatis sih berfungsi sebagai (1) penguatan kalimat tanya agar pendengar siap memberikan informasi yang ditujukan kepadanya

Pengawasan pengadaan, peredaran dan penggunaan pupuk an- organik bertujuan agar pupuk tersedia sampai ditingkat petani secara tepat waktu, jumlah, jenis dan

The examination showed that the properties of ricinnus oil as a dielectric material such as breakdown voltage, dielectric constant, loss factor, neutralization number, and flash

Untuk kasus kawasan non ASEAN+6, tidak adanya pengaruh dari nilai tukar riil terhadap impor mungkin saja dapat terjadi, hal ini karena nilai tukar riil

Pesan dakwah (maudu) adalah pesan-pesan, materi atau segala sesuatu yang harus disampaikan oleh dai (subjek dakwah) kepada mad’u (objek dakwah), yaitu keseluruhan ajaran

This section moves beyond the overall health index and explores the effect of the reform on a variety of additional health outcomes: number of days out of the past 30 not in

terintegrasi. Dukungan dana yang terbatas sehingga pelaksanaan kaji terap dan diseminasi teknologi oleh penyuluh pertanian dilapangan belum optimal. Kurangnya

sel ) ialah besarnya beda potensial atau besarnya potensial yang dihasilkan dari dua buah elektroda (katoda dan anoda) yang dihubungkan oleh suatu penghantar. Karena pada