MUSYAWARAH MUFAKAT DALAM UPACARA RITUAL SYUKURAN LAUT
MASYARAKAT MELAYU DI DESA JARING HALUS KECAMATAN SECANGGANG
KABUPATEN LANGKAT
SKRIPSI
DIKERJAKAN OLEH
NAMA : FAIZATUL ZUHRA
NIM : 110702021
PROGRAMSTUDI BAHASA DAN SASTRA MELAYU
DEPARTEMEN SASTRA DAERAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Judul skripsi: Musyawarah Mufakat Dalam Upacara Ritual Syukuran Laut
Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat
Penelitian ini mengenai musyawarah mufakat dalam upacara ritual syukuran laut. Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah esensi dan eksistensi dari musyawarah mufakat dalam upacara syukuran laut bagi masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus. Metode dasar yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode kualitatif naturalistik yaitu dengan teknik pengumpulan data meninjau langsung ke lokasi penelitian, menyebar daftar pertanyaan dan dokumentasi. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian skripsi ini adalah pendekatan sosiologi sastra, dengan hasil pembahasan bahwa musyawarah mufakat yang terdapat dalam pelaksanaan Ritual Syukuran Laut merupakan wujud nyata dari nilai-nilai ideal dalam suatu lingkungan masyarakat. Didalamnya terdapat keterkaitan hakikat manusia dengan Tuhan, alam, kehidupan, pekerjaan, waktu, dan hubungan sesama manusia
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
mencurahkan berkat, kesehatan, dan keselamatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini berjudul Musyawarah Mufakat Dalam Upacara Ritual Syukuran Laut
Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat.
Seperti yang diketahui, bahwa musyawarah untuk mufakat merupakan salah satu nilai
tunjuk ajar Melayu dan upacara ritual merupakan khazanah bangsa yang harus tetap terjaga
kelestariannya.
penulis akan memaparkan rincian sistematika penulisan ini sebagai berikut.
Skripsi ini terdiri atas 6 bab, yaitu : bab pertama berisi pendahuluan, dibagi atas latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup
kajian
Bab kedua membahas kajian pustaka, terdiri dari kajian yang relevan, kosmologi
masyarakat Melayu Langkat, konsep kesusastraan tradisi, pelaksanaan ritual syukuran laut,
dan pendekatan sosiologi sastra
Bab ketiga membahas metode penelitian, dibagi atas desain penelitian, lokasi dan
sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data.
Bab keempat dan kelima merupakan hasil dan pembahasan. Pada bab ini membahas
esensi dan eksistensi musyawarah mufakat dalam ritual syukuran Laut yang dilaksanakan
oleh masyarakat Melayu di Desa jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.
Bab keenam merupakan kesimpulan dan saran, kemudian diakhiri dengan daftar
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan, mengingat waktu dan kemampuan penulis yang sangat terbatas.. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan
skripsi ini.
Medan, Juli 2015 Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat
dan anugerah kasihnya, kekuatan serta hikmat kebijaksanaan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini hingga selesai.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk, saran,
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak .
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU, Bapak
Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II, Pembantu Dekan III, serta seluruh staff dan
pegawai dijajaran Fakultas Ilmu Budaya.
2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum. Selaku Ketua Departemen Sastra Daerah
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,
3. Ibu Dra. Herlina Ginting, M.Hum. Selaku Sekretaris Departemen Sastra Daerah
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Prof. Wan Syaifuddin, M.A.Ph.D. Sebagai Dosen Pembimbing I penulis yang
telah banyak memberikan bimbingan, dan arahan juga meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran serta memberikan masuka dan ide-ide hingga penulisan skripsi ini selesai.
5. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum. Selaku Dosen pembimbing II penulis yang
memberikan banyak masukan – masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi
ini hingga selesai,
6. Kepada Bapak/Ibu Staf pengajar Departemen Sastra Daerah yang telah banyak
membantu penulis dalam belajar selama delapan semester di Fakultas Ilmu Budaya.
7. Teristimewa kepada kedua orangtua penulis Alm. Zulkarnain Saman dan ibunda
faisaliah yang telah bersusah payah membimbing penulis sejak kecil hingga dewasa,
dengan penuh kasih sayang, dukungan perhatian, dan doanya sehingga membuat
penulis semangat untuk terus berjuang.
8. Sahabat sahabat seperjuangan stambuk 2011, para senior dan adik-adik junior, serta
keluarga besar Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Daerah, Terima kasih untuk
semua nasehat, doa, waktu, dukungan dan kebersamaannya.
Medan, Juli 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Ruang Lingkup Kajian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang relevan ... 6
2.2 Kosmologi Masyarakat Melayu Langkat- Jaring Halus ... 6
2.2.1 Letak Geografi dan Sejarah Singkat ... 8
2.2.2 Adat Istiadat Masyarakat ... 9
2.3 Konsep Kesusastraan Tradisi ... 10
2.4 Pelaksanaan Ritual Syukuran Laut ... 13
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ... 18
3.2 Lokasi dan Sumber Data ... 19
3.3 Instrumen Penelitian ... 20
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 20
3.4.1 Teknik Observasi ... 20
3.4.2 Teknik Kuesioner ... 21
2.4.3 Teknk Dokumentasi ... 22
3.5 Metode Analisis Data ... 22
3.5.1 Metode Reduksi Data ... 22
3.5.2 Penyajian Data ... 23
3.5.3 Penarikan Kesimpulan ... 23
BAB IV SIKAP MASYARAKAT SECARA UMUM TERHADAP MUSYAWARAH MUFAKAT DALAM RITUAL SYUKURAN LAUT 4.1 Latar Belakang Responden ... 23
4.2 Hakikat Manusia dengan Tuhan ... 24
4.3 Hakikat Manusia dengan alam ... 26
4.4 Hakikat Manusia dengan Kehidupan ... 28
4.5 Hakikat Manusia dengan Pekerjaan ... 31
4.6 Hakikat Manusia dengan Waktu ... 33
4.7 Hakikat Manusia dengan Sesama Manusia ... 34
BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN
5.1 Analisis Teks ... 40
5.1.1 Pengertian Mantera ...41
5.1.2 Bahasa Mantera ... 45
5.1.3 Pengucapan Mantera ... 47
5.1.3.1 Rima ... 47
5.1.3.2 Aliterasi ...49
5.1.3.3 Asonansi ...50
5.1.4 Bentuk Mantera ... 50
5.2 Analisis Konteks ... 51
5.2.1 Makna Makanan dan Jenis Tumbuhan ... 52
5.2.2 Makna Jenis Hewan ...55
5.2.3 Makna Jenis Logam dan Pakaian ...56
5.2.4 Pantang Larang ... 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 58
6.2 Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 64
ABSTRAK
Judul skripsi: Musyawarah Mufakat Dalam Upacara Ritual Syukuran Laut
Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat
Penelitian ini mengenai musyawarah mufakat dalam upacara ritual syukuran laut. Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah esensi dan eksistensi dari musyawarah mufakat dalam upacara syukuran laut bagi masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus. Metode dasar yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode kualitatif naturalistik yaitu dengan teknik pengumpulan data meninjau langsung ke lokasi penelitian, menyebar daftar pertanyaan dan dokumentasi. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian skripsi ini adalah pendekatan sosiologi sastra, dengan hasil pembahasan bahwa musyawarah mufakat yang terdapat dalam pelaksanaan Ritual Syukuran Laut merupakan wujud nyata dari nilai-nilai ideal dalam suatu lingkungan masyarakat. Didalamnya terdapat keterkaitan hakikat manusia dengan Tuhan, alam, kehidupan, pekerjaan, waktu, dan hubungan sesama manusia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda
antara kebudayaan yang satu dengan yang lain. Namun, Perbedaan tersebut tidak menjadikan
bangsa ini terpecah belah, melainkan semakin memperkaya khasanah budaya bangsa. Hal ini
menjadi bagi masyarakat Indonesia lebih memiliki toleransi hidup yang tinggi, sebagaimana
yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya walau berbeda-beda
tetap satu jua.
Persembahan ritual atau upacara ritual merupakan salah satu tradisi tertua dalam
kehidupan budaya dan adat-istiadat. Tradisi ritual adalah gambaran yang tidak hanya
menggambarkan tentang kehidupan tetapi juga membina keutuhan suatu masyarakatMelayu.1
Musyawarah untuk mufakat adalah salah satu tunjuk ajar yang merupakan warisan
leluhur yang sangat berharga. Ia kerap terungkap didalam tradisionalisme masyarakat
Melayu. Ia adalah untuk mencapai keputusan berupa solusi dari berbagai persoalan yang
berpengaruh bagi kepentingan bersama. Hasil dari musyawarah bukanlah ditentukan dengan
pungutan suara terbanyak, melainkan diperoleh dari kesepakatan bersama. Jika tidak
demikian, maka akan terjadi persoalan baru, yaitu lahirnya kubu-kubu yang berbeda paham
yang disebut kelompok mayoritas dan minoritas.
1
Musyawarah berasal dari kata ‘syawara’ yaitu berasal dari Bahasa Arab yang berarti
berunding, rembuk atau mengatakan dan mengajukan sesuatu. Jadi musyawarah adalah suatu
upaya untuk memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna mengambil keputusan
bersama dalam penyelesaian atau pemecahan masalah. Mufakat sendiri adalah kesepakatan
yang di hasilkan setelah melakukan proses pembahasan dan perundingan bersama. Jadi
musyawarah mufakat merupakan proses membahas persoalan secara bersama demi mencapai
kesepakatan bersama.2
Musyawarah mufakat ini vital guna menangkal kekuasaan perseorangan ataupun
golongan tertentu ketika mengambil keputusan serta selalu berfokus untuk keadilan sosial
sekaligus kepentingan bersama. Konsep Musyawarah mufakat ini juga secara tegas
dinyatakan dalam sila keempat Pancasila. Bahwa tidak boleh melanggar prinsip hikmat dan
setiap keputusan harus dijalankan dengan cara yang bijaksana.3
Kesepakatan yang ditetapkan oleh masyarakat diperoleh dari hasil musyawarah
secara kekeluargaan dengan mengedepankan akal sehat. Konsep inilah yang selalu diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat tradisional Melayu, sehingga terwujud tatanan
kehidupan yang teratur, seimbang dan harmonis baik antar sesama manusia, manusia dengan
alam, maupun manusia dengan penciptanya.4
Berdasarkan pengamatan awal peneliti selama beberapa hari pada masyarakat Melayu
Langkat khususnya di Desa Jaring Halus, masyarakat tersebut masih teguh dalam
melestarikan tradisi kebudayaannya dan mengaplikasikan nilai leluhur terutama tentang
Musyawarah untuk mufakat, demikian juga aspek nilai budaya lainnya.5
2
Brainly.co.id, diakses dari http://brainly.co.id/tugas/1000026, pada tanggal 26 mei 2015pukul 19:37 WIB 3
Wawancara dengan Muktamar, Kepala Desa Jaring Halus, tanggal 4 Februari di Desa Jaring halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
4 ibid 5
Masyarakat Melayu di daerah tersebut senantiasa menjunjung dan menjaga
adat-istiadat yang berlaku sebagai wujud penghormatan terhadap pusaka yang diwarisi oleh nenek
moyang mereka. Hal ini jelas terlihat dengan masyarakatnya selalu melaksanakan
musyawarah sebagai upaya penyelesaian persoalan. Kenyataan ini berhubungan dengan
ungkapan: “Apa tanda Melayu beradat, bermusyawarah mencari mufakat.”
Pada umumnya masyarakat Desa Jaring Halus bermata pencaharian sebagai nelayan
dikarenakan secara geografis letak desa ini berada di sebuah pulau yang dikelilingi oleh laut
lepas. Hal ini menjadi ciri dari suku Melayu yaitu bermukim di daerah pesisir. Kenyataan
tersebut tidaklah menjamin kemakmuran bagi keluarga nelayan yang menjadikan laut sebagai
sumber utama pemenuhan sandang, pangan, dan papan. Boleh jadi disuatu waktu, alam tidak
bersahabat dengan mengirim angin kencang, ikan berjumlah sedikit, serta gelombang ombak
yang besar. Hal ini dipercayai menjadi sebab kesejahteraan masyarakatnya menurun.6
Permasalahan ini mengharuskan mereka untuk mencari jalan keluar baik secara mistis
maupun rasional. Tujuannya supaya dapat hidup dengan penuh ketenangan. Dikarenakan
sumber daya laut adalah penghasilan terbesar terhadap kehidupannya. Maka, mereka
menempuh upaya bermusyawarah untuk menyelesaikan permasalahan dikehidupan yang
dialaminya, serta menyepakati beberapa ketetapan dan ketentuan yang harus dijalankan.7
Melalui musyawarah dan membaca gejala-gejala dari alam akhirnya mereka
memahami bahwa dengan menginternalisasi dan mengaktualisasi butir-butir kebaikan akan
memperoleh kehidupan yang seimbang. Mereka pun menyepakati bersama untuk
menerapkan aturan dan norma-norma hidup yang dikemas dalam bentuk upacara ritual bahari
yaitu Syukuran Laut.
6
Wawancara dengan Julpikar, Sekretaris Desa Jaring Halus, tanggal 4 Februari 2015 di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara
7
Pada hakikat atau secara filosofis, pelaksanaan Ritual syukuran Laut dirayakan
sebagai wujud doa dan rasa syukur kepada Tuhan semesta alam yang telah memberikan
rezeki dari perolehan hasil laut untuk kesejahteraan mereka.8
Dalam hal ini dapat simpulkan bahwa salah satu sandaran adat Melayu adalah
musyawarah untuk mufakat, sesuai dengan perkatan orang tua yang populer di kalangan
masyarakat Melayu Langkat di Desa Jaring Halus: “Tegak adat karena mufakat, tegak tuah
karena musyawarah.” Acuan ini melatarbelakangi penulis melakukan penelitian mengenai
musyawarah untuk mufakat dalam upacara ritual Syukuran Laut yang dilaksanakan oleh
masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, dapatlah dirumuskan
masalah penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana sikap masyarakat Desa Jaring Halus melalui persepsi secara umum
terhadap ritual Syukuran Laut .
2. Bagaimana tahap-tahap pelaksanaan upacara syukuran laut.
3. Bagaimana nilai dan norma musyawarah untuk mufakat dalam pelaksanaan upacara
syukuran laut.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai penelitian ini adalah :
1) Menjelaskan keberadaan ritual Syukuran Laut di kalangan Masyarakat desa Jaring
Halus.
2) Menjelaskan tahap-tahap pelaksanaan Upacara Syukuran Laut.
8
3) Menjelaskan nilai dan norma musyawarah untuk mufakat dalam pelaksanaan upacara
syukuran laut.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1) Untuk memberikan dorongan kepada mahasiswa sebagai generasi penerus agar
dapat melestarikan tradisi budaya tersebut supaya tidak punah.
2) Menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam studi sastra dan budaya
daerah dengan tinjauan sosiologi sastra.
3) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan rujukan bagi penelitian
lanjutan dan dapat pula digunakan sebagai bahan perbandingan untuk melakukan
kajian yg lebih lanjut.
1.5Ruang Lingkup Kajian
Penelitian ini dilakukan di kawasan pesisir Timur Sumatera Utara tepatnya di
Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Kajian ini mengenai
musyawarah untuk mufakat, yaitu upaya dari masyarakat menyelesaikan
permasalahan yang ada dengan menyepakati bersama secara kekeluargaan yang
diaplikasi dalam pelaksanaan upacara ritual Jamuan Laut.
Kajian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra dengan membahas
bagaimana masyarakat setempat melaksanaan musyawarah yang termasuk dalam
persiapan upacara ritual Syukuran laut, hingga kepada pelaksanaan ritual yang
ketetapan dan aturan dalam perayaannya diperoleh dari hasil rundingan bersama.
Metode penelitian ini bersifat kualitatif-naturalistik yaitu menggunakan teknik
kuesioner dan dokumentasi. Hal ini memberi gambaran bahwa dalam penelitian tidak
mengabaikan pendapat masyarakat setempat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
kuesioner dan dokumentasi. Hal ini memberi gambaran bahwa dalam penelitian tidak
mengabaikan pendapat masyarakat setempat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka atau sering juga disebut kajian yang relevan ialah salah satu cara
untuk mendapatkan referensi yang lebih tepat tentang informasi data yang ingin kita teliti.9
Oleh karena itu, penulis melakukan tinjauan pustaka adalah sebagai referensi, teori dan
konsep yang berkaitan dengan tulisan ini sehingga dapat memudahkan menyelesaikan
permasalahan dalam penulisan.
Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan kajian penulis yaitu disertasi
Mantera dan Upacara Ritual Masyarakat Melayu Pesisir Timur di Sumatera Utara: kajian
tentang fungsi dan nilai-nilai budaya oleh Prof. Wan Syaifuddin. Didalamnya membahas
mengenai fungsi dan nilai dari upacara adat budaya yang ada didalam masyarakat melayu
Sumatera Timur.
Penulis juga menjadikan tesis Nurhayati Lubis: Analisis Semiotik dalam Upacara
Ritual Jamuan Laut di Jaring Halus, sebagai referensi tambahan yang didalamnya
membahas keberadaan upacara syukuran laut dan mantra dengan mengoperasikan teori
semiotika. Upacara ritual syukuran laut ini dilaksanakan oleh masyarakat Melayu di Desa
Jaring Halus, Kecamatan secanggang, Kabupaten Langkat. Fokus utama kajian ini ialah
upacara syukuran laut yang melibatkan pawang, tempat dan waktu upacara, masyarakat
pendukung, kegiatan, persiapan, pasca upacara, makan bersama, dan lainnya.
Tesis Irfan (2003), mengenai Kearifan Tradisional Masyarakat dalam Mengelola
Sumber Daya alam Laut. Menjelaskan bahwa kearifan tradisional masyarakat yang tinggal
di daerah pesisir yang menjadikan Laut sebagai sumber utama merupakan konsepsi
terpeliharanya sumber daya alam. Apabila kearifan tersebut dijaga maka akan tercapai
keharmonisan.
2.2 Kosmologi Masyarakat Melayu Langkat Secanggang
9
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari kosmologi ialah ilmu
pengetahuan yang meneliti asal usul, struktur, hubungan ruang waktu dalam alam semesta.
Kosmologi masyarakat Sumatera Timur mempunyai kaitan dengan kepercayaan
tradisional, ialah mempercayai bahwa alam semesta wujud sebagai kesatuan alam nyata
dengan alam ghaib. Oleh karena itu, mereka percaya apabila terjadi perubahan di alam nyata
adalah manifestasi yang diperlihatkan oleh kuasa dari alam ghaib. Hal ini terwujud sebagai
fenomena alam seperti awan berarak, rebut petir, guruh, air pasang, gelombang besar, dan
lain-lain. Selain itu, masyarakat melayu Sumatera Timur menggunakan alam nyata bagi
memenuhi keperluan hidupnya. Namun, mereka mengambil sumber alam tersebut
secukupnya saja.10
Sifat keteraturan dan proses pergantian siang malam yang menjadi hukum alam
adalah sesuatu yang sangat mengagumkan dan menarik perhatian manusia untuk mencari
tahu lebih jauh serta mempelajarinya lebih mendalam. Hal ini dikarenakan keteraturan di
alam semesta bersifat natural dan tidak menyalahi kodrat.
Masyarakat Melayu Sumatera Timur dalam menjalani hidup mengikuti kepada
peraturan yang sudah digariskan atau ketentuan alaminya.11 Hal demikian juga dilakukan
oleh masyarakat Melayu yang mendiami Desa Jaring Halus di Kecamatan Secanggang.
Masyarakat Melayu tersebut senantiasa menjaga sikap dan prilaku di kehidupannya
sehari-hari. Mereka memelihara nilai-nilai sosial dalam berinteraksi dengan sesamanya maupun
terhadap pengunjung yang datang ke pulau tersebut. Hal ini adalah wujud dari keinginan
memelihara dan menjaga keseimbangan alam dengan membina nilai-nilai didaktik dalam
kehidupan.
10
Tuanku Luckman Sinar dan Wan Syaifuddin, Kebudayaan Melayu Sumatera Timur. Medan: USUPress, 2002, hlm 209
11
Nilai-nilai sosial ini tidak hanya terdapat dalam tutur kata ketika berbicara, namun
juga diekspresikan dalam jenis ungkapan, kiasan, dan lainnya. Hal serupa juga tampak
pada penyelenggaraan acara adat tradisi, yaitu dengan ketentuan waktu yang telah
ditetapkan. Mereka aktif melaksanakan berbagai upacara ritual, seperti perkawinan,
kelahiran anak, upacara kematian, menjauhkan bala penyakit, bencana alam, serta menjamu
laut. Hal ini mennggambarkan bahwa masyarakat Pulau Jaring Halus, Kecamatan
Secanggang memiliki adat-istiadat dan kaya akan budaya yang bersumber dari nilai
keluhuran.
2.2.1 Letak Geografi dan Sejarah Singkat
Langkat adalah salah satu nama kabupaten yang berada di Sumatera Utara yang ibu
kotanya Stabat. Nama Langkat sendiri diambil dari nama kesultanan Langkat yang dahulu
pernah ada di tempat yang kini dikenal dengan nama Tanjung Pura, yaitu sekitar 20 Km.
Kabupaten Langkat terdiri dari beberapa kecamatan dan desa, Salah satunya adalah Desa
Jaring Halus.
Desa Jaring Halus adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Secanggang
Kabupaten Langkat. Secara geografis desa ini terletak pada 3º51’30”-3º59’45” LU dan 98º
30’- 98º42’ BT dengan ketinggian lebih kurang 1 mdpl. Desa ini merupakan desa pesisir yang
berbatasan dengan selat Malaka di sebelah utara, sebelah selatan dengan Desa Selotong
Kecamatan Secanggang, sebelah timur dengan Kuala Besar Kecamatan Secanggang, dan
sebelah Barat dengan Desa Tapak Kuda Kecamatan Tanjung Pura.12
Desa ini mempunyai luas 2.554 ha pada tahun 2014. Jumlah penduduk Desa Jaring
Halus sebanyak 3.261 orang (785 KK), yang terdiri atas 1.662 laki-laki dan 1.599 perempuan.
Masyarakat di desa ini terdiri atas berbagai suku seperti suku Melayu yang mayoritas
12
mendiami desa tersebut serta merupakan penduduk asli, juga terdapat suku pendatang, seperti
suku Banjar, Mandailing, Jawa, dan Aceh.13
Pada awalnya, Desa Jaring Halus ini hanyalah sebuah daratan di tengah laut yang
tidak berpenghuni. Desa ini pertama kali dihuni oleh keluarga Abu Bakar Bin Awang, berasal
dari Malaysia yang melarikan diri ke Indonesia pada saat terjadi peperangan dengan penjajah
Inggris. Sebelum ia membuat perkampungan ini, ia terlebih dahulu meminta izin kepada
Sultan Langkat (Sultan Musa) melalui perantara Datok Secanggang.14
Di pulau tersebut banyak ditemukan rumput yang bentuknya seperti jari. Oleh
karenanya, desa ini dinamakan Rumput Jari Halus. Namun seiring berjalannya waktu, terjadi
pergesan pengucapan sehingga desa tersebut sekarang dikenal dengan nama Desa Jaring
Halus.15
2.2.2 Adat-istiadat Masyarakat.
Masyarakat Melayu pada umumnya masih sering melaksanakan upacara-upacara adat
khususnya dalam acara-acara pernikahan, kelahiran anak, menempati rumah baru, membuka
hutan untuk dijadikan perladangan, dan lain sebagainya. Pelaksanaan upacara ritual ini pada
umumnya telah ditemukan pada masa masyarakat Melayu lama sepanjang pesisir pulau
Sumatera, yakni di daerah Langkat, Deli, Serdang, Batu Bara, Siak, dan seterusnya.16
Mayoritas masyarakat Melayu Langkat sudah beragama Islam dan ajaran-ajaran Islam
tersebut terlihat jelas dalam kebudayaan dan adat-istiadat masyarakatnya. Misalnya ketika
membicarakan suatu permasalahan dalam sebuah kampung, biasanya akan dimusyawarahkan
di masjid.
13
Daftar Isian Profil Desa, Op.cit. hlm 19 14
Julpikar, op. cit. di Desa Jaring Halus 15
Julpikar, log. Cit. di Desa Jaring Halus 16
Pengamalan ajaran Islam yang begitu kuat pada masyarakat Melayu , ternyata belum
bisa menepis kepercayaan-kepercayaan yang bersifat animisme dalam kehidupan sehari-hari.
Hal demikian dapat dibuktikan bahwa upacara-upacara yang sering dilaksanakan masih
memiliki pengaruh kepercayaan Hindu. Salah satunya adalah upacara ritual syukuran laut
agar mudah mendapatkan rezeki.
Oleh karena itu, adanya asimilasi antara kepercayaan-kepercayaan pra-Islam dengan
ajaran-ajaran Islam sendiri telah menimbulkan budaya dan adat-istiadat tersendiri bagi
mereka.
2.3 Konsep Kesusastraan Tradisi
Sastra Melayu tradisi disebut juga dengan nama sastra Melayu lama atau sastra lisan
dikenal oleh masyarakat sejak dahulu sebelum adanya tulisan, yang merupakan refleksi
bagaimana ketamadunan masyarakat tersebut. Sastra lisan atau sastra rakyat merupakan
hasil karya sastra milik bersama atau milik sekumpulan masyarakat yang diturunkan secara
turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain secara lisan atau dari mulut ke mulut,
baik tradisi itu berupa susunan kata-kata lisan maupun tradisi lain yang bukan lisan sehingga
menentukan bahwa sastra tersebut adalah sastra rakyat.
Peristiwa penuturan sastra lisan itu adalah panggung sosial dengan ranah kolektivitas
di samping adanya panggung perseorangan yang monolog. Sastra lisan dahulu sangat
digemari oleh warga masyarakat dan biasanya didengarkan secara kolektif karena
dihasilkan dari sastra lisan berdampak positif terhadap menguatnya ikatan sosial diantara
anggota masyarakat.17
Kesusastraan lisan atau tradisi dapat dirujuk sebagai hasil karya yang memiliki pesan
dan pemikiran tertentu. Gagasan tersebut menjadi sebuah konsep kesusastraan tradisi yang
melahirkan aksi dan tingkah laku yang keluar secara alamiah. Kenyataan tersebut
menciptakan integritas dan kebersamaan dikalangan masyarakat yang menjalani konsep
tersebut dikehidupannya.
Berkaitan dengan lokasi penelitian yaitu di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang,
Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang merupakan wilayah Melayu Sumatera Timur,
penulis mencoba mengkhususkan identifikasi tradisi kesusastraan.
Kesusastraan rakyat masyarakat Melayu Sumatera Timur mempunyai beberapa ciri
tertentu. Ciri pertama, berhubungan dengan cara ia disampaikan, yaitu secara lisan. Namun,
sebagian darinya telah dituliskan kemudian dilisankan pula. Kedua, melibatkan soal
penciptaan dari kesusastraan rakyat masyarakat Melayu Sumatera Timur, yaitu lebih banyak
lahir dan berkembang dari dalam masyarakat sederhana. Ketiga, mengandung ciri-ciri budaya
asal masyarakat yang melahirkannya, hingga menggambarkan suasana masyarakat Melayu
yang alamiah. Keempat, kepunyaan bersama. Kelima, di dalam kesusastraan masyarakat
Melayu Sumatera Timur terdapat unsur-unsur pemikiran yang luas terhadap kehidupan
masyarakatnya, pengajaran atau bersifat didaktik dan unsur pensejarahan.18
Dari pengertian, ciri, wujud dan jenis pengetahuan yang diperoleh dari pembahasan
tradisi lisan, dapat disimpulkan bahwa didalam tradisi lisan terkandung norma dan nilai-nilai
keluhuran yang bersumber dari nusantara yang merupakan harta pusaka nenek moyang
17
Robert Sibarani, Kearifan Lokal (Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi Lisan), Jakarta, Asosiasi Tradisi Lisan. 2012 Hlm. 33
18
terdahulu. Warisan leluhur bangsa ini dapat dimamfaatkan untuk mengatur tata kehidupan
masyarakat yang rukun, makmur dan penuh keberkahan.
Kultur budaya yang berkembang di Kabupaten Langkat sangat banyak hubungannya
dengan alam dikarenakan daerah ini secara georafis berada di pesisir Sumatera. Oleh sebab
itu, masyarakatnya banyak memamfaatkan lingkungan dengan hasil alamnya untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Dikarenakan pengaruh lingkungan tersebut, masyarakat Melayu
Kabupaten Langkat melakukan proses adaptasi dalam mengembangkan sistem budaya, sistem
sosial dan material. Melalui proses tersebut lahirlah berbagai karya sastra seperti ritual
syukuran laut.
2.4 Pelaksanaan Ritual Syukuran Laut
Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten
Langkat, Sumatera Utara masih mempercayai adanya kekuatan ghaib terhadap
kehidupannya. Hal ini terlihat dari cara mengatasi tantangan hidup yang berhubungan
dengan sistem mata pencaharian mereka sebagai nelayan, yaitu dengan rnengadakan suatu
bentuk upacara untuk menghindarkan mara bahaya dari mereka. Melalui upacara syukuran
laut rasa solidaritas terwujud dan dengan adanya aktivitas masyarakat, maka upacara
syukuran laut dapat diadakan.
Upacara ritual ini dilaksanakan empat tahun sekali, kecualai ada isyarat dari mimpi
pawang atau fenomena alam seperti terjadi wabah penyakit dan iklim yang tidak mendukung
untuk mencari nafkah, sehingga waktu pelaksanaannya ini dapat dipercepat.19
Abdullah menjelaskah bahwa Pelaksanaan upacara syukuran laut ini dilakukan oleh
pawang dan dibantu oleh masyarakat dan pemerintah yang sebelumnya sudah disepakati
dalam musyawarah. Adapun tahap pelaksaan ritual Syukuran Laut sebagai berikut:
19
Persiapan Ritual Syukuran Laut
Persiapan ritual syukuran laut yaitu diadakan musyawarah yang didalamnya
membahas ketetapan waktu, tempat sekaligus tatacara agar terlaksana perayaan tersebut.
Musyawarah ini dilaksanakan dibalai desa dengan menghadirkan perangkat pemerintah di
Desa jaring Halus, pawang dan perwakilan masyarakat.
Permulaan Perayaan
Awal mula dilaksanakan ritual tersebut, yaitu pawang menancapkan panji di yang
terbuat dari buluh. Panji tersebut di tancapkan di dekat muara ketika fajar mulai
menyingsing. Kemudian pawang memercikkan air kearah panji tersebut sekaligus
membacakan mantera. Hal ini menandakan perayaan ritual sudah dimulai. Adapun mantera
yang dibaca oleh pawang ialah :
Assalamu’alaikum alaikum salam
Aku nak buat kenduri khidmad Assalamu’laikum
Aku kirim salam pada jin tanah
Aku tahu asalmu
Bukan aku melepas bala mustaka
Sang kala Sang Lipat melepas bala mustaka
Jin taru melepas bala mustaka
Menghantarkan persembahan
Ketika matahari sudah terbit yaitu sekitar pukul 09.00 Wib, hantaran yang akan di
berikan ke laut siap di hanyutkan oleh pawang dan di disertai beberapa anggota masyarakat.
Hantaran tersebut sudah dipersiapkan sebelumnya, yaitu berupa: kepala dan tulang dari
seekor kambing jantan, ayam, dan bahan lainnya.
Ketika menghanyutkan persembahan ke Laut, pawang membaca mantera sebagai berikut :
Assalamu’laikum alikum salam Nenek putrid hijau
Yang diam di galah jambu air
Tempat jin turun berkecimpung
Sungai pusat Tesek Pauh Jenggi
Mohon beta minta ampun minta maaf
Terimalah persembahan anak cucu
Nenek putrid hijau
Banyak tanda ada
Sedikit tanda terkenang
Setelah persembahan tersebut diihanyutkan ke tengah laut, pawang dan beberapa
anggota masyarakat yang ikut serta menghantarkan persembahan tersebut tidak boleh
melihat kebelakang. Setiba di desa seluruhnya berkumpul dan makan bersama-sama, serta
berdoa yang dipimpin oleh pawang agar ritual tersebut diberkati oleh Tuhan yang maha
kuasa.
Pawang Membaca Pantang Larang
Selesai berdoa, pawang membaca pantang larang yang harus dipatuhi pasca pelaksanaan
ritual syukuran laut. 20
Adapun pantang larangnya adalah sebagai berikut
1. Dilarang adanya perkelahian baik secara fisik maupun dengan ucapan yang
semena-mena.
2. Tidak boleh berkegiatan selama 1 hari, yaitu mulai dari jam 6 pagi hingga jam 6 sore.
Artinya masyarakat harus istirahat dari pekerjaannya dan berdiam di dalam rumah.
Tidak boleh keluar rumah kecuali beberapa alasan yang disepakati.
3. Dilarang menagkap ikan hari jumat dan hari-hari besar islam dari pukul 06.00 sampai
dengan 18.00
4. Tidak boleh menjatuhkan benda apapun selama upacara berlangsung. Apabila hal itu
terjadi maka benda yang dijatuhkan tidak boleh diambil kembali kecuali ketika masa
pantang larang berakhir.21
20
wawawncara dengan Abdullah, di desa Jaring Halus 21
2.5 Pendekataan Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari akar kata
sosio (Yunani) (Socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti
sabda, perkataan, perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna,
soio/socius berarti masyarakat, logi/logos berarti ilmu. Jadi sosiologi berarti ilmu mengenai
asal usul pertumbuhan (evolusi) masyarakat,
ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam
masyarakat, sifatnya umum, rasional dan empiris. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta)
berarti mengarahkan, mengajar, member petunjuk dan intruksi. Akhiran tra berarti alat atau
sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku
pengajaran yang baik. Makna kata sastra bersifat lebih spesifik sesudah berbentuk menjadi
kata jadian kesusastraan, artinya kumpulan hasil karya yang baik. Maka, sosiologi sastra
dapat diartikan pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan segi
kemasyarakatannya22.
Sastra adalah lembaga sosial yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya; dan
bahasa adalah adalah salah satu ciptaan sosial. Sastra bisa mengandung gagasan yang
22
mungkin dimanfaatkan untuk menumbuhkan sifat sosial tertentu, atau bahkan untuk
mencetuskan peristiwa sosial tertentu. Oleh Karena itu,
karya sastra dikenal sebagai cerminan atau pantulan hubungan sosial tiap individu maupun
masyarakat.23
Sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
Sudah sejak dulu, karya sastra dikenal dalam beberapa tindakan sosiokultural masyarakat
seperti pada upacara keagamaan, perkawinan, kelahiran, pekerjaan sehari-hari atau
permainan. Karya sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan
masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaaan, dan intuisi. Dari pendapat ini, tampak
bahwa perjuangan panjang hidup manusia akan selalu mewarnai teks sastra.24
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang
dalam menganalisisnya mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan yang terdapat di dalam
karya sastra.
Karya sastra tidak dapat dipahami dengan selengkapnya apabila dipisahkan dari
lingkungan, kebudayaan atau peradaban yang menghasilkannya. Setiap karya sastra adalah
hasil dari pengaruh timbal balik dari faktor-faktor kultural dan sosial (masyarakat).
Sedangkan Masyarakat dapat mendekati karya sastra dari dua arah; pertama, sebagai suatu
kekuatan atau faktor material istimewa, dan kedua, sebagai tradisi. Yaitu kecendrungan
spiritual maupun kultural yang bersifat kolektif.25
Sosiologi sastra memiliki tiga ciri dasar, yaitu :
(1) Kecendrungan manusia untuk mengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan, dengan
demikian ia dapat berwatak rasional dan signifikan di dalam korelasinya dengan
lingkungan;
(2) Kecendrungan pada koherensi dalam proses penstrukturan yang global; dan
(3) Dengan sendirinya ia mempunyai sifat dinamik serta kecendrungan untuk merubah
struktur walaupun manusia menjadi bagian struktur tersebut.26
Dan terdapat tiga perspektif yang berkaitan dengan sosiologi sastra, yaitu :
(1) Penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan;
(2) Penelitian yang mengungkap sastra sebagai cermin situasi sosial penulisnya;
(3) Penelitian yang mengungkapkan sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya.27
Berkaitan dengan objek kajian yaitu musyawarah untuk mufakat sebagai nilai-nilai tunjuk
ajar Melayu, penulis pada penelitian ini menggunakan perspektif pertama dan kedua. Yakni
menganalisis aspek sosial khususnya kemampuan masyarakat Desa Jaring Halus dalam
26 Goldmann (1981:11) dalam buku Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta, Medpress, 2008, hlm 79
22
menyelesaikan permasalahan dengan bermusyawarah juga nilai dan norma yang terkandung
di dalamnya, serta penyesuaikan diri dengan lingkungan dalam bentuk melaksanakan upacara
syukuran laut.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian berasal dari kata metode yang artinya cara dan logos yaitu ilmu
atau pengetahuan. Metodologi artinya cara atau teknik melakukan sesuatu yang bersifat
ilmiah untuk mencapai tujuan tertentu. Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencatat,
merumuskan, mencari, dan menganalisis suatu masalah yang dilakukan secara sistematis
yang akhirnya diperoleh hasil dalam bentuk laporan. Jadi, metodelogi penelitian adalah
sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin
ilmu untuk memperoleh jawaban dari persoalan yang diteliti.
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian atau dapat juga disebut metode penelitian adalah suatu cara untuk
mencari kebenaran dengan mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan untuk
menyelesaikan permasalahan dengan bermusyawarah juga nilai dan norma yang terkandung
di dalamnya, serta penyesuaikan diri dengan lingkungan dalam bentuk melaksanakan upacara
syukuran laut.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian berasal dari kata metode yang artinya cara dan logos yaitu ilmu
atau pengetahuan. Metodologi artinya cara atau teknik melakukan sesuatu yang bersifat
ilmiah untuk mencapai tujuan tertentu. Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencatat,
merumuskan, mencari, dan menganalisis suatu masalah yang dilakukan secara sistematis
yang akhirnya diperoleh hasil dalam bentuk laporan. Jadi, metodelogi penelitian adalah
sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin
ilmu untuk memperoleh jawaban dari persoalan yang diteliti.
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian atau dapat juga disebut metode penelitian adalah suatu cara untuk
mencari kebenaran dengan mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan untuk
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Dengan demikian kegiatan penelitian haruslah berdasarkan keilmuan yang
rasional, empiris, dan sistematis.
Metode dasar penelitian yang penulis gunakan adalah metode kualitatif naturalistik.
Penulis menggunakan metodologi ini untuk mengetahui aktualitas, realitas sosial, dan
persepsi manusia melalui pengakuan mereka yang mungkin tidak dapat diungkap melalui
penonjolan pengukuran formal atau pertanyaan penelitian yang telah dipersiapkan terlebih
dahulu. Oleh karena itu, terkait dengan tulisan penulis yang merupakan bagian dari tradisi
lisan, pendekatan penelitian kualitatif-naturalistik sangat tepat untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan keadaan sebenarnya di lapangan.
Data penelitian ini dikumpulkan secara langsung dari lingkungan nyata dalam situasi
sebagaimana adanya untuk mendapatkan makna secara utuh termasuk makna atau nilai yang
diteliti dalam peristiwa yang sebenarnya. Pemahaman ini sangat penting bagi peneliti tradisi
lisan agar memahami bahwa sebuah tradisi bersifat fungsional serta tidak dapat dipisahkan
dari teks dan konteksnya.28
3.2 Lokasi dan Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah sebagai berikut ini: Pertama, sumber data berupa
manusia yaitu masyarakat melayu Langkat yang bermukim di Desa Jaring Halus, Kecamatan
Secanggang. Kedua, sumber data berupa suasana mencakup kehidupan sehari-hari, balai
masyarakat, interaksi sosial antara masyarakat sekitar dan tempat berkumpul/kerumunan
yang berpotensi memberikan informasi terhadap penelitian.
3.3 Instrumen Penelitian
28
Dalam suatu penelitian, instrumen memegang peranan yang sangat penting. Berhasil
atau tidak suatu penelitian ditentukan oleh instrumen yang digunakan dalam penelitian.
Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner berupa pertanyaan, peralatan tulis
untuk mencatat informasi, perekam suara untuk wawancara, kamera untuk dokumentasi
gambar, dan video untuk gambar yang bergerak beserta suara.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian merupakan suatu hal penting yang
meliputi strategi untuk mendapatkan data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.4.1 Teknik Observasi
Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data di mana peneliti melihat
mengamati secara visual sehingga validitas data sangat sangat tergantung pada kemampuan
observer.29
Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dengan
menerapkan pencatatan berkala atau insidental record. Pencatatan dilakukan menurut urutan
kejadian dan urutan waktu yang tidak dilakukan secara terus-menerus melainkan pada waktu
tertentu dan mempunyai batas pula, pada jangka waktu yang ditetapkan untuk tiap-tiap kali
pengamatan, serta mengandalkan indera mata dan telinga yang dilakukan secara terlibat dan
terkendali.
Berkaitan dengan judul musyawarah untuk mufakat sebagai tradisi masyarakat
Melayu Langkat dalam upacara adat syukuran laut, maka peneliti melakukan pengamatan
terhadap data sekunder berupa video pelaksanaan upacara syukuran laut. Hal ini dikarenakan
29
waktu pelaksanaan upacara tersebut dilangsungkan lima tahun sekali. Oleh karenanya,
peneliti pada tahap observasi ini mengamati data dari sumber yang telah ada dan melakukan
penelitian lapangan dengan menemui tokoh-tokoh serta objek-objek alam lainnya yang
memiliki peran dalam upacara ini yang berlangsung di Desa Jaring Halus, Kecamatan
Secanggang, Kabupaten Langkat.
3.4.2 Teknik Kuesioner
Kuesioner berisi pertanyaan untuk masyarakat sebagai responden.
Pertanyaan-pertanyaan yang ada bertujuan memperoleh data tentang pandangan mereka tehadap tunjuk
ajar Melayu yaitu musyawarah untuk mufakat dalam upacara adat syukuran Laut.
3.4.3 Teknik Dokumentasi
Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan
penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang
lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan.30
Dalam penelitian ini, metode dokumentasi dilakukan dengan cara peneliti
mengumpulkan data-data melalui pencatatan atau data-data tertulis yang ada di Desa Jaring
Halus, Kecamatan Secanggang.
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model
analisis mengalir, yang meliputi tiga komponen, yaitu: 1) reduksi data; 2) penyajian data; dan
3) penarikan simpulan (verifikasi).
30
Analisis model mengalir mempunyai tiga komponen yang saling terjalin dengan baik,
yaitu sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan pengumpulan data.31 Penjelasannya sebagai
berikut.
3.5.1 Reduksi Data
Pada langkah ini data yang diperoleh dicatat dalam uraian yang terperinci. Data-data
yang sudah dicatat tersebut; kemudian dilakukan penyederhanaan data. Data-data yang
dipilih hanya data yang berkaitan dengan masalah yang akan dianalisis, dalam hal ini
musyawarah untuk mufakat masyarakat Melayu Langkat dalam tradisi adat syukuran laut.
Informasi-informasi yang mengacu pada permasalahan itulah yang menjadi data dalam
penelitian ini.
3.5.2 Penyajian Data
Pada langkah ini, data-data yang sudah ditetapkan kemudian disusun secara sistematis
dan terperinci agar mudah dipahami. Data-data tersebut kemudian dianalisis sehingga
diperoleh deskripsi tentang nilai-nilai luhur dalam upacara jamuan laut khususnya yang
berkenaan dengan musyawarah untuk mufakat.
3.5.3 Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
Pada tahap ini dibuat kesimpulan tentang hasil dan data yang diperoleh sejak awal
penelitian. Kesimpulan dari ini masih memerlukan adanya verifikasi (penelitian kembali
tentang kebenaran laporan) sehingga hasil yang diperoleh benar-benar valid. Ketiga
31
komponen tersebut saling berkaitan dan dilakukan secara terus-menerus mulai dari awal, saat
penelitian berlangsung, sampai akhir penelitian.
BAB IV SIKAP MASYARAKAT SECARA UMUM TENTANG
MUSYAWARAHMUFAKAT DALAM RITUAL SYUKURAN LAUT
4.1 Latar Belakang Responden
Sampel kajian terdiri dari 20 orang responden yang dipilih secara acak. Populasi
kajian terdiri dari masyarakat melayu yang bertempat tinggal di Desa Jaring Halus,
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Responden kajian berumur 15 tahun sampai 50
tahun keatas yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan jenjang pendidikan yang
berbeda-beda.
Dari segi pekerjaan, responden terdiri dari nelayan, pedagang dan ibu rumah tangga.
Responden juga dipilik dari berbagai suku yaitu Melayu yang merupakan penduduk asli yang
menetap di desa tersebut sejak lahir. Sedangkan suku Banjar, Nias dan Jawa yang merupakan
suku pendatang sudah menetap lebih dari 2 tahun.
Taburan Latar Belakang Responden
No Latar Belakang Kategori Pembagian Taburan
1 Jenis Kelamin Laki-laki 10
Perempuan 10
2 Umur 15-19 Tahun 3
30-49 tahun 8
50 tahun keatas 4
3 Pendidikan Tidak sekolah 3
Sekolah dasar 4
Sekolah menengah pertama 6
Sekolah menengah atas 5
Universitas 2
4.2 Hakikat Manusia Dengan Tuhan
Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya
sendiri, dan sebagai suatu penciptaan yg bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan,
memiliki hak untuk mengatur dan memelihara alam, dan mempunyai andil dalam
menciptakan gaya hidup. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yg
tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.32
Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada
saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat dikelompokkan pada dua hal,
yaitu potensi fisik dan potensi ruhaniah. Potensi fisik manusia adalah sifat psikologis spiritual
manusia sebagai makhluk yang berfikir diberi ilmu dan memikul amanah.sedangkan potensi
32
ruhaniah adalah akal, gaib, dan nafsu. Akal dalam penertian bahasa Indonesia berarti pikiran
atau rasio.33
Apabila akal digunakan dengan benar ia akan menyadari siapa yang menciptakan
dirinya dan untuk apa ia diciptakan. Berdasarkan taburan jawaban responden menunjukkan
bahwa semua yang berada di alam ini hanyalah bersifat sementara dan hanya berupa titipan,
baik berupa harta, keluarga maupun kesehatan dan kemampuan yang ia punya. Dengan
demikian, akan lahirlah rasa syukur dari dalam diri manusia untuk bersyukur kepada tuhan
yang menciptakan seluruh alam semesta.
Maknanya secara keseluruhan menyatakan bahwa masyarakat di Desa Jaring Halus
dalam melaksanakan upacara syukuran laut sangat melibatkan pandangan bahwa semua yang
dilaksanakan atas dasar memuliakan kebesaran tuhan. Walaupun dalam konteks syukuran
laut, namun dalam tata laksananya terdapat doa-doa yang dipanjatkan kepada tuhan yang
maha pencipta agar diberikan kemudahan dalam perolehan rezeki dan kehidupan masyarakat
desa tersebut dalam keadaan makmur dan sejahtera.
Adapun daftar pertanyaannya adalah sebagai berikut:
No Daftar pertanyaan Jawaban
Ya Tidak Ragu-ragu
1 Apakah masyarakat di desa
Jaring Halus termasuk
masyarakat yang mempunyai
keyakinan terhadap Tuhan yang
maha kuasa
15 2 3
33
2 Dalam melaksanakan upacara
Syukuran laut apakah ada
terdapat doa atau persembahan
yang menyatakan makna syukur
terhadap Tuhan yang maha
kuasa
17 2 1
4.3 Hakikat Manusia Dengan Alam
Hubungan timbal balik manusia dengan alam sangat ditentukan oleh kemampuan
manusia dan alam sesuai karakternya masing-masing. Keduanya memerlukan hubungan
timbal balik secara berkelanjutan. Melalui pengelolaan lingkungan hidup secara bijaksana
selain dapat menyelamatkan dan melestarikan lingkungan hidup, juga dapat menjamin
kebutuhan dan kemakmuran umat manusia itu sendiri. Oleh karenanya. disadari atau tidak,
keseimbangan dalam lingkungan kehidupan manusia dan lingkungan alam dapat terganggu
karena ulah manusia itu sendiri.
Manusia adalah makhluk termulia di bumi ini, maka segala sesuatu memang
disediakan untuknya. Diantara tugas manusia, yaitu memanfaatkan alam dan tenaga yang
dikandungnya guna memenuhi keperluan dan kebutuhannya. Hubungan manusia terhadap
alam adalah sebagai pemanfaat. Yaitu manusia mengelola alam yang diciptakan oleh tuhan
manusia tidak seharusnya mengeksploitasi atau membuat kerusakan di alam baik di laut
maupun di darat.
Dengan campur tangan manusia dan faktor alami yang terjadi dapat menyebabkan
terjadinya perubahan lingkungan. Dampak dari perubahannya belum tentu baik , tetapi
manusia yang memiliki kemampuan berfikir dan penalaran yang tinggi, memiliki budaya,
dan pengetahuan serta teknologi yang makin berkembang, maka manusia dimampukan untuk
dapat menghadapi serta mengatasinya.34
Berdasarkan taburan jawaban yang disampaikan responden bahwa masyarakat di
Desa Jaring halus mempercayai bahwa setiap perbuatan yang dilakukan akan berdampak
terhadap keseimbangan alam. Oleh karenanya mereka senantiasa menerapkan nilai-nilai
leluhur dalam kehidupannya yang dipercayai dapat menciptakan keharmonian di alam
semesta. Melalui kemufakatan syukuran laut dapat dilaksanakan dengan segala ketetapan
yang didasari atas nilai-nilai kebaikan.
Daftar pertanyaan adalah sebagai berikut:
No Daftar pertanyaan Jawaban
Ya Tidak Ragu-ragu
3 Apakah gejolak dari alam
dikarenakan ulah dari tindakan
manusia
berperan dalam keseimbangan
alam
5 Apakah hikmah dalam
musyawarah dapat menghindari
seseorang dalam bertindak
buruk terhadap alam
17 1 2
6 Apakah kemufakatan dalam
upacara syukuran laut dapat
mewujudkan keharmonian
manusia dengan alam
14 3 3
4.4 Hakikat Manusia Dengan Kehidupan
Manusia adalah makhluk Tuhan yang diberikan akal dan pikiran. Sejak dilahirkan,
manusia tentu saja telah memilki karakter bawaan dari orang tuanya, dan memiliki berbagai
macam pengalaman semasa hidupanya sampai dia dewasa. Hal inilah yang menyebabkan
timbulnya pandangan hidup yang berbeda – beda pada setiap orang.
Hubungan pandangan mengenai kehidupan manusia dan masyarakat berdasarkan pada
pandangan tentang manusia ini haruslah didasari oleh nilai-nilai kebaikan supaya dapat
mengatur kehidupan dengan benar. menjadikan dunia dan lingkungan lebih menyenangkan
dan menjadikan hidup lebih baik.
Praduga penulis berdasarkan taburan terhadap hakikat kehidupan ialah masyarakat di
supaya dapat mengatur kehidupan dengan benar, menjadikan dunia dan lingkungan lebih
menyenangkan hingga akhirnya dapat menciptakan hidup yang lebih baik.
Penulis juga berpendapat bahwa dengan menerapkan poin-poin musyawarah untuk
mufakat baik di kehidupan sehari-hari pada umumnya, atau khususnya dalam pelaksanaan
upacara ritual syukuran laut. Masyarakat yang menerapkan nilai kebaikan tersebut memiliki
karakter yang bijaksana, adil, dan tegas dalam kehidupannya. Hal ini merupakan dampak
yang positif sehingga membentuk tatanan kehidupan masyarakat yang sejahtera.
Daftar pertanyaannya adalah sebagai berikut:
No Daftar pertanyaan Jawaban
Ya Tidak Ragu-ragu
7 Apakah bermusyawarah hanya
digunakan dalam upacara
Syukuran laut saja
2 16 2
8 Apakah masyarakaMelayu juga
menggunakan konsep
Musyawarah dalam
menyepakati atau memutuskan
suatu perkara dalam kehidupan
sosialnya
14 4 2
9 Menurut anda, dalam membuat
suatu keputusan perlukah kita
bermusyawarah
10 Apakah hasil yang dimufakati
dari musyawarah adalah
keputusan yang bijak
16 1 3
11 Apakah dengan bermusyawarah
dapat mempengaruhi kita
menjadi manusia yang
bijaksana, tegas dan adil.
15 3 2
12 Apakah bermusyawarah dapat
mengatur hidup kita menjadi
lebih baik
17 2 1
4.5 Hakikat Manusia Dengan Pekerjaan
Hubungan dalam menjalani berbagai aktifitas ialah upaya yang dilakukan oleh
kehidupannya. Manusia tidak bisa terlepas dari yang namanya bekerja agar apa yang mereka
inginkan bisa terwujudkan.
Pendapat berdasarkan taburan jawaban bahwa masyarakat di Desa Jaring Halus
sebagai mahluk yang bekerja, karena semua kebutuhan harus dilakukan dengan bekerja.
Dalam menjalani pekerjaan tersebut teradapat norma-norma yang digunakan sehingga
pekerjaan tersebut tidak menjadi salah satu penyimpangan sosial di kalangan masyarakat.
Dalam merayakan upacara ritual syukuran laut ini juga dapat mempengaruhi
semangat kerja terhadap masyarakatnya. Yaitu setelah melaksanakan masa pantang selama
sehari yang oleh masyarakat tidak boleh keluar melaksanakan aktivitas kerja seperti melaut,
berdagang dan lainnya. Selama masa pantang tersebut mereka gunakan untuk beristirahat
didalam rumah. Oleh karenanya setelah melewati masa pantang, semangat bekerja mereka
rasakan kembali.
Daftar pertanyaannya adalah sebagai berikut:
No Daftar pertanyaan Jawaban
Ya Tidak Ragu-ragu
secara mufakat dapat
meningkatkan keselamatan
dalam hal pelaksanaannya
15 Adakah pawang hadir dalam
melaksanakan musyawarah
20
16 Apakah dalam melaksanakan
upacara syukuran laut dapat
meningkatkan semangat kerja
16 1 3
17 Apakah dalam melaksanakan
upacara syukuran laut dapat
meningkatkan kualitas kerja
15 2 3
18 Dapatkah kita menggunakan
peralatan teknologi canggih
dalam hal pelaksanaan upacara
ini
12 2 6
19 Apakah diperlukan pengetahuan
tata cara hukum adat dan
pemerintahan Negara dalam
melaksanakan upacara ini
14 5 1
4.6 Hakikat Manusia Dengan Waktu
Manusia dalam menjalankan kegiatan tak terlepas dari pengaruh waktu. Ada budaya
usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan yang
berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup masyarakatnya.
Pendapat berdasarkan taburan jawaban bahwa upacara ritual syukuran laut merupakan
warisan leluhur dari zaman sebelumnya dan masih dilestarikan hingga sekarang ini.
Masyarakat di desa Jaring halus mempercayai bahwa sesuatu yang memiliki nilai kebaikan
pada zaman dahulu maka akan tetap dilaksanakan untuk menjadikan ciri khas dari
masyarakatnya.
Daftar pertanyaannya ialah sebagai berikut
No Daftar pertanyaan Jawaban
Ya Tidak Ragu-ragu
20 Apakah musyawarah masih
berhubungan apabila
dilaksanakan pada zaman
sekarang ini
13 2 5
21 Apakah musyawarah diwariskan
dari leluhur jaman dulu
16 2 2
22 Apakah upacara syukuran laut
masih berhubungan
dilaksanakan pada zaman
sekarang ini
15 3 2
23 Apakah upacara syukuran laut
diwariskan dari leluhur zaman
dulu
4. 7 Hakikat Manusia dengan Sesama Manusia
Pada hakikatnya manusia memiliki hubungan yang perlu dijalankan, yaitu hubungan
sacara vertikal dan horizontal. Hubungan secara vertikal merupakan hubungan manusia
kepada Tuhan. Hubungan vertikal ini sangat pribadi, individual, dan spiritual. Hanya manusia
dan Tuhan yang tahu seberapa kedekatan itu. Hubungan horizontal dapat diartikan sebagai
hubungan yang sangat luas, hubungan yang hanya berlangsung di dunia, salah satunya adalah
hubungan sesama manusia. Hubungan yang menunjukkan bahwa manusia itu adalah mahkluk
sosial yang tak bisa lepas dari bantuan manusia lainnya.
Pendapat berdasarkan taburan jawaban, Di dalam kehidupan masyarakat di Desa
Jaring Halus tidak hidup dalam kesendirian. Mereka memiliki keinginan hidup
bermasyarakat dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu
ingin berhubungan atau berinteraksi dengan manusia lain. Dalam rangka ini
dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan kegotongroyongan
No Daftar pertanyaan Jawaban
Ya Tidak Ragu-ragu
24 Apakah hakikat manusia sebagai
makhluk yang bermasyarakat
14 3 3
dalam keharmonisan sesama
manusia
26 Apakah dengan bermusyawarah
dapat menciptakan
kebersamaan
16 2 2
27 Apakah kemufakatan dalam
upacara syukuran laut dapat
melahirkan nilai persatuan dan
kesatuan antar sesama makhluk
ciptaan tuhan
17 2 1
.
Secara umum berdasarkan persepsi masyarakat Melayu di jaring halus, kecamatan
secanggang, kabupaten langkat, dapat dinyatakan ;
No Konsep Dasar Orientasi Nilai Budaya Orientasi Nilai
Budaya
Pendapat penulis
1 Hakikat manusia terhadap Tuhan Manusia merupakan
mahluk ciptaan
Tuhan yang sudah
Masyarakat di desa
Jaring Halus
seayaknya dalam
2 Hakikat manusia terhadap alam Manusia dengan alam
menjalin hubungan
4 Hakikat manusia terhadap Waktu Memandang bahwa setiap kegiatan merupakan lahir dari sebuah perencanaan dari masa lalu yang kemudian
dilaksanakan hingga sekarang apabila bernilai positif atau
member dampak kebaiakan yang dapat mempengaruhi hidup menjadi lebih baik. 5 Hakikat manusia terhadap Pekerjaan Memandang manusia
tidak terlepas dari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Masyarakat di Desa Jaring Halus sebagai mahluk yang bekerja. adanya kesolidan dan kebersamaaan dalam pelaksanaan upacara ritual syukuran laut.
4.8 Deskripsi Masyarakat Desa Jaring Halus
Hasil penelitian rnenunjukkan bahwa masyarakat Melayu desa Jaring Halus
Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Sumatera Utara masih mempercayai adanya
hidup yang berhubungan dengan sistem mata pencaharian mereka dengan rnengadakan suatu
bentuk upacara untuk menghindari mara bahaya dari mereka.
Melalui upacara syukuran laut rasa solidaritas terwujud dan dengan adanya aktivitas
masyarakat, maka upacara syukuran laut dapat diadakan. Adanya rasa solidaritas dan
aktivitas ini dapat kembali menetralisir keadaan sebelumnya di mana di antara mereka satu
dengan yang lainnya telah ada jarak dari pengaruh yang ada pada saat ini, pendidikan,
ekonomi dan prinsip hidup tidak menjadi penyebab utama adanya perubahan pada upacara
syukuran laut.
Perubahan dan perbedaan yang terjadi dalam pada upacara tersebut tidaklah bersifat
keseluruhan, melainkan berbentuk prinsipil seperti penambahan unsur sajian yaitu
buah-buahan, makanan, jenis kue, hiasan balai yang semuanya hanya bertujuan untuk
menyernarakkan dan memperindah pelaksanaan upacara syukuran laut.
Manusia pada hakekatnya adalah mahluk yang tak lain membutuhkan satu sama lain,
meski dibedakan oleh agama, suku, atau negara tapi tetap saja kita saling membutuhkan.
meskipun begitu dari kita adalah makhluk yang diciptakan untuk memimpin di dunia,
merawatnya serta menjaga norma-norma yang berlaku agar tercipta hubungan yang baik dan
masyarakat yang teratur.
Masyarakat di desa Jaring Halus memelihara nilai-nilai dan norma-norma yang baik
dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Penulis setelah melakukan penelitian lapangan
menemukan bahwa masyarakat tersebut memahami dan menjaga bagaimana hakikat hidup
antara manusia dengan pencipta, alam, kehidupan, pekerjaan, waktu, serta hubungan
manusia terhadap sesama manusia.
Dapat disimpulkan bahwa upacara ritual syukuran laut masih rutin dilaksanakan
setiap tiga tahun sekali di desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.
tahun keatas. Sedangkan generasi selanjutnya tidaklah berperan aktif disebabkan tingkat
pengalaman dan kematangan hidup. Namun secara keseluruhan upacara ritual syukuran laut
ini popular karena lingkungan tempat tinggal mereka adalah disebuah pulau di tengah laut.
Oleh karenanya pengaruh lingkungan secara geografis ini sangat kuat terhadap pelaksanaan
adat yang mentradisi seperti upacara ritual syukuran laut.
BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN
5.1 Analisis Teks
Dalam kegiatan ritual syukuran laut oleh masyarakat pada umumnya mereka
berprofesi sebagai nelayan. Mereka melakukan syukuran Laut mengharapkan mendapatkan
ikan yang banyak. Kegiatan yang dilaksanakan pada ritual tersebut ialah persiapan
membersihkan lingkungan pemancangan panji, pembuatan balai penyembelihan hewan, dan
Mantra yang digunakan dalam sebuah perayaan upacara ritual adalah teks yang
dimaksud dalam penelitian ini.35. Secara umum isi teks mantra masih sangat erat kaitannya
bagi kehidupan masyarakat Melayu. Isinya merupakan bagian dari tradisi masyarakat.
Didalamnya terdapat maksud dan makna-makna bahasa yang bisa dimengerti dengan jalan
menafsirkan berdasarkan kebudayaan dimana mantra ini terdapat atau diucapkan.
5.1.1 Pengertian Mantra
Mantra adalah salah satu wujud kebudayaan yang umum dijumpai di nusantara ini.
Mantra selalu menggunakan bahasa verbal dan juga pilihan kata yang khas, yang maknanya
baru dapat diketahui melalui pembacaan kultural dan saintifik secara mendalam berdasarkan
kebudayaan dimana mantra itu hidup. 36
35
Opcit, KBBI
36Wikipedia. http: //id.m.wikipedia.org/wiki/mantera, diakses pada tanggal 2 juni 2015 pukul 22.00
Mantra oleh para pakar dan pengamat kebudayaan dianggap sebagai kesusastraan
yang paling awal dikenal oleh manusia. Sastra lisan berbentuk mantra dapat dikategorikan
sebagai sastra lama atau sastra tradisional. Sastra lama dapat berbentuk puisi dan prosa jenis
sastra yang termasuk puisi ialah mamtra, pantun, syair dan lain-lain. Masyarakat tradisional
bahkan hingga kini, mantra dan segala aspek yang berhubungan dengannya masih berperan
dalam kehidupan masyarakatnya.37
Menurut orang melayu, pembacaan mantra diyakini dapat menimbulkan kekuatan
ghaib untuk meraih tujuan-tujuan tertentu. Secara umum mantra dapat dibagi kepada empat
jenis berdasarkan jenis pelafalannya. Yaitu :
1. Mantra untuk pengobatan
2. Mantra untuk pakaian atau pelindung diri
3. Mantra untuk pekerjaan
4. Mantra adat-istiadat38
Dari segi bentuk, mantra sebenarnya lebih sesuai digolongkan kedalam bentuk puisi
bebas, yang tidak terlalu terikat pada aspek baris, rima dan jumlah kata dalam setiap baris.
Dari segi bahasa, mantra biasanta menggunakan bahasa khusus yang sukar dipahami.
Adakalanya, dukun atau pawing tidak memahami arti dari mantra yang dibaca, ia hanya
memahami kapan mantra itu dibaca dan apa tujuannnya. Dari segi penggunaan, mantra
sangat eksklusif, tidak boleh dituturkan sembarangan, karena bacaannya dianggap keramat
dan tabu.Mantra biasanya diciptakan oleh seorang dukun atau pawang, kemudian diwariskan
37
Opcit, wan syaifuddin, (disertasi) hlm 259-280 38