• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak kebangkitan ekonomi Cina terhadap kebijakan perdagangan internasional amerika Serikat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak kebangkitan ekonomi Cina terhadap kebijakan perdagangan internasional amerika Serikat"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK KEBANGKITAN EKONOMI CINA TERHADAP KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

AMERIKA SERIKAT

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Sayid Haikal Quraisy

(106083003552)

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

DAMPAK KEBANGKITAN EKONOMI CINA

TERHADAP KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL AMERIKA SERIKAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat

Untuk Meraih Gelar Sarjana Sosial

Oleh :

Sayid Haikal Quraisy 106083003552

Dibawah Bimbingan :

Pembimbing Skripsi Pembimbing Akademik

Arisman, M.Si Nazaruddin Nasution, SH, MA

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sangsi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Oktober 2010

(4)

ABSTRAK

Hubungan perdagangan antara Cina dan Amerika Serikat (AS) telah menjadi semakin penting untuk ekonomi kedua negara. Konflik perdagangan baru-baru ini dan gesekan antara Cina dan AS merupakan hambatan dalam jalan hubungan pembangunan perdagangan bilateral Cina-AS yang menjadi perhatian besar bagi kedua negara. Tulisan ini bersifat dekriftif yaitu dengan metode penulisan penelitian yang dilakukan dengan cara menggambarkan, menyusun dan menganalisa suatu pembahasan melalui kepustakaan.

Diharapkan dengan metode yang digunakan akan dapat menganalisis secara mendalam kebijakan perdagangan politik AS terhadap Cina, mengidentifikasi faktor-faktor kebangkitan ekonomi Cina, kebijakan perdagangan Cina dan kebijakan perdagangan AS terhadap Cina, Serta Pengaruh kebangkitan ekonomi Cina dan perubahan kebijakan perdagangan AS pada hubungan perdagangan antara AS dan Cina dan implikasi untuk hubungan perdagangan antara AS dan Cina pada masa depan.

(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrrahmanirrahim, Assalamuaaikum Wr.Wb

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas berkat dan

rahmat-Nya sehingga tulisan ini dapat terwujud menjadi sebuah skripsi yang

diharapkan dapat berguna bagi kalangan akademisi. Penulisan skripsi ini adalah

merupakan suatu bentuk untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai

gelar sarjana sosial di Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Berdasarkan ketertarikan penulis terhadap kebangkitan ekonomi Cina

yang begitu cepat dan mencengangkan dunia, maka penulis menuangkannya

kedalam sebuah tulisan yang diajukan sebagai skripsi, dalam tulisan ini, penulis

menganalisis bagaimana kebangkitan ekonomi Cina ini akan mempengaruhi

kebijakan perdagangan internasional Amerika Serikat sebagai negarasuper power

dan bagaimana hubungan kedua negara di masa depan, akankah menimbulkan

perselisihan ataukah akan terjadi kerja sama yang baik diantara kedua negara

tersebut.

Dikarenakan masalah ini sangat rumit, tentu saja penulis banyak dibantu

oleh beberapa pihak yang membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Dengan

kaitan ini, saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan

setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang dengan berbagai cara telah membantu

penyusunan skripsi ini, diantaranya :

1. Keluarga yang senantiasa memberi dorongan dan do’a dalam segala

(6)

2. Farah Zesa Ayuningtyas.SE yang telah memberikan masukan-masukan

positif, doa, motivasi, pemberi semangat dan segala sesuatu yang tak

mungkin bisa terbalas.

3. Bpk.Arisman,M.Si selaku dosen pembimbing dalam penullisan skripsi ini,

yang dengan sabar membimbing terciptanya tulisan ini.

4. Bpk.Armein Daulay,Drs.M.Si yang telah banyak memberikan motivasi

dan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini dan dalam berbagai

bidang selama dalam masa perkuliahan.

5. Ibu Rahmi,M.Si yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini dan

selama masa perkuliahan.

6. Bpk. Nazaruddin Nasution,SH.MA selaku ketua jurusan yang dari awal

terbentuknya jurusan Hubungan Internasional pada tahun 2006 hingga kini

terus berusaha untuk memajukan jurusan yang tercinta ini.

7. Segenap staff pengajar ahi jurusan hubungan internasional, Bpk. Adian

Firnas,S.sos, M.si. Bpk. Aiyub Mohsin,MA.MM, Bpk.Abdul Hadi

Adnan,Dr,MA, Bpk. Amiruddin Noer,MA, Bpk. Badrus

Sholeh,S.Ag,M.A, Bpk. Kiki Rizky,M.Si dan Bpk. Agus Nilmada

Azmi,M.Si dan seluruh staff pengajar yang tak tertulis.

8. Teman-teman kos yang senantiasa memberikan masukan dalam penulisan

skripsi dan teman-teman HI 2006 khususnya teman-teman HI B.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

(7)

mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penulis dan bermanfaat

bagi semua kalangan.

Wassalamu’alaikum.Wr.Wb

Jakarta, Desember 2010

(8)

DAFTAR ISI

Abstrak...i

Kata Pengantar...ii

Bab I Pendahuluan...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...8

C. Kerangka Teori...9

I. Teori Liberalisme...9

II. Teori Globalisasi...19

III. Teori Perdagangan Internasional...25

a. Comparative Advantage...29

b. Competitive Advantage...32

D. Metode Penelitian...34

E. Tujuan dan Manfaat Penulisan...35

F. Sistematika Penulisan...36

Bab II Tinjauan Pustaka...38

A. Konsep Dasar...38

A.1. Konsep Pertumbuhan Ekonomi (Economic Growth)...38

A.2. Konsep Kebijakan (Policy)...41

A.3. Konsep perdagangan Internasional (International trade)...42

(9)

Bab III Kondisi Riil Ekonomi Cina...57

A. Perekonomian Cina Pra dan Pasca Diberlakukannya Open Door Policy...57

A.1. Budaya Bisnis Cina dan Perekonomian Cina Pra DiberlakukannyaOpen Door Policy....57

A.2. Perekonomian Cina Pasca DiberlakukannyaOpen Door Policy...66

A.3. Masuknya Cina ke dalamWorld Trade Organizations(WTO)...73

A.3.a. Latar Belakang dan Tujuan Masuknya Cina ke dalam WTO...74

A.3.b. Keuntungan Masuknya Cina kedalam WTO...81

B. Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat...83

B.1. Sejarah Diskriminasi Kebijakan Perdagangan AS...83

B.2. Kebijakan Perdagangan AS Terhadap Cina...86

Bab IV Analisis Dampak Kemajuan Ekonomi Cina Terhadap Amerika Serikat....97

A. Indikator Kemajuan Ekonomi Cina Sebagai Pesaing Amerika Serikat...102

B. Prediksi Hubungan Dagang Cina - Amerika Serikat...110

BAB V Kesimpulan...118

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Pandangan Dasar Tradisi Liberalisme Dalam Teori Hubungan Internasional...77

Tabel 2

Reduksi Tarif (%) Setelah Cina Masuk WTO...81

Tabel 3

Kebijakan AS Terhadap Cina...96

Tabel 4

Faktor-Faktor Kebangkitan Ekonomi Cina...98

Tabel 5

Matriks Kebijakan Cina...99

Tabel 6

Pertumbuhan GDP Cina 1955-2009...106

Tabel 7

Perdagangan AS Dengan Cina : 1980-2009($ Dalam Miliar)...108

Tabel 8

Saldo Perdagangan AS Major Trading 2009 ($ Dalam Miliar)...109

Tabel 9

Persentase Produksi Cina Terhadap Output Dunia...109

Tabel 10

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Cina merupakan nama sebuah negara yang menarik untuk dicermati,

karena pertumbuhan ekonominya yang mengagumkan, sehingga sering

disebut-sebut dengan berbagai julukan seperti keajaiban Cina (Cina’s miracle),

kebangkitan sang naga (rise of the dragon), dan lain-lain. Masyarakat internasional beranggapan bahwa abad ke-21 adalah abadnya Cina (the Chinese century) yang menggantikan abadnya AS (the American century) pada abad ke-20. Pertumbuhan ekonomi yang pesat, kemampuan militer yang semakin kuat,

solidnya politik domestik, populasi yang sangat besar, akan menjadi akar dari

pesatnya pertumbuhan ekonomi dan politik Cina.

Pertumbuhan luar biasa ini tidak terlepas dari perkembangan Cina sejak

meninggalnya Mao Zedong pada tahun 1976 serta masa pancaroba politik Cina,

sampai munculnya Deng Xiaoping sebagai pemimpin baru Cina. Deng Xiaoping

mempunyai visi baru mengenai komunisme Cina. Sekalipun tetap menjunjung

tinggi ideologi komunisme dengan tetap memegang penuh kekuasaan partai, Deng

Xiaopingmenyadari bahwa ia harus mendistribusikan satu hal yaitu “kemiskinan

atau kekayaan”, dan pilihan yang kedua hanya mungkin tercapai dengan

memberikan kebebasan kepada rakyatnya. Maka pada Desember 1978 Deng

Xiaoping memulai proses liberalisasi dan modernisasi di Cina. (Norberg, 2001 :

(12)

Pada era sebelumnya yaitu pada masa kepemimpinan Mao Zedong yang

konservatif dan terlalu tertutup, Cina seakan terasingkan dari dunia internasional.

Perekonomian yang semakin terpuruk, bahkan kebijakan “lompatan jauh ke

depan” (the great leap forward) yang dicetuskan oleh Mao Zedong pada tahun 1958 yaitu berupa program industrialisasi yang radikal mengalami kegagalan.

Dalam Konferensi Lushan 1959, Mao Zedong pun dikecam akibat kegagalan

kebijakan tersebut yang berimbas pada pengunduran dirinya sebagai presiden

yang hanya bertahan lima tahun. (Wibowo, 2000 : 64) Namun, setelah rezim Mao

Zedong berakhir dan digantikan oleh Deng Xiaoping, Cina mulai mengalami

kemajuan di berbagai bidang termasuk dalam bidang ekonomi.

Konsep pintu terbuka (open door policy) dan ekonomi pasar muncul karena bentuk sebelumnya dianggap tidak mampu memberikan lapangan

pekerjaan dan kesejahteraan. Seperti dalam lompatan jauh kedepan (de yue jin)

yang dilaksanakan pada masa Mao Zedong pada tahun 1956. Dalam masa

pemerintahannya, Deng Xiaoping memasukan unsur investasi asing selain unsur

pertanian, industri dan politik yang sudah ada pada masa pemerintahan

sebelumnya. Investasi di Cina di buka dengan luas sementara pemerintah

memiliki peran sebagai penjamin keamanan, stabilitas politik memotong jalur

birokrasi serta menjamin perlindungan lainnya. Semua kebijakan yang diterapkan

Deng Xiaoping bertujuan untuk mendukung tumbuhnya industri dan memacu

ekspor. Masuknya invetasi di Cina membuat Cina tidak lagi hanya mengandalkan

sektor agrikultur tapi juga sektor industri yang maju pesat. Konsep pintu terbuka

(13)

Kebijakan open door policy sendiri di latar belakangi oleh adanya perimbangan kekuatan baru di Asia timur khususnya di Cina. open door policy

pertama kali ditandai dengan pengiriman nota diplomatik oleh Jhon Hay (Menlu

AS) yang berisi ajakan untuk melaksanakan nilai persamaan dalam perdagangan

dan nota yang kedua yang berisi mengenai ajakan AS untuk mengakui kesatuan

wilayah dan administrasi Cina. Nota tersebut mendapat berbagai respon dari

negara yang menerimanya. AS yang pada saat itu dipimpin oleh seorang ekonom

yaitu McKinley yang memilki pandangan mengenai perjuangan terhadap kaum

petani dan golongan industri. Melihat situasi ekonomi Cina yang semakin

memburuk, maka pada masa itu Cina memilih kebijakan tersebut sebagai lagkah

yang diambil. Dengan menambahkan unsur insentif dan pasar bebas yang

dijadikan stimulus bagi semangat produksi para pengusaha daerah dan petani

diharapkan dapat memperbaiki kondisi ekonomi negaranya.(Siswanto, 1997 : 72)

Pada masa kepemimpinannya, Deng Xiaoping secara bertahap mulai

membuka Cina terhadap persaingan dengan dunia luar, menyesuaikan ideologi,

memodifikasi komunisme dengan sosialisme tahap awal, menerapkan sistem

ekonomi pasar sosialis, sampai akhirnya Cina terjun dalam arus liberalisasi dan

globalisasi. Sekalipun Deng Xiaoping menerapkan sistem ekonomi liberal,

intervensi negara tetap dipertahankan. Pemerintah pusat tetap melakukan

intervensi dan kontrol terhadap perekonomian negara, kemudian faham komunis

tetap dipertahankan sebagai ideologi negara meski tidak diterapkan secara kaku.

Cina menggunakan Sistem ekonomi Pasar Sosialis, yaitu suatu sistem

ekonomi yang berorientasi pasar, namun tetap berada dalam bingkai sistem politik

(14)

sistem baru yang digunakan oleh Cina, seperti halnya seperti organisasi lain yang

berkembang, perlu waktu sampai sebuah sistem baru menemukan sebuah nama.

Para pemimpin Cina lebih sering menyebutnya Sistem “Sosialis dengan karakteristik Cina”. Sistem ini telah menggantikan model ekonomi perencanaan terpusat yang umumnya dianut negara-negara dengan sistem komunis.

Para pemimpin Cina menyadari agar dapat berhasil memodernisasi Cina,

harus beralih dari ekonomi terencana ke ekonomi pasar dan mereka harus

menerapkan desentralisasi. Namun, definisi desentralisasi disini adalah memberi

kekuasaan lebih besar ketangan rakyat, yang sering dianggap sebagai sebuah

monolit, pada kenyataannya melakukan modernisasi kekuasaan lebih daripada

negara manapun. Tujuan utamanya adalah menciptakan masyarakat dan

pemerintahan yang harmonis berdasarkan kepercayaan, yaitu rakyat memberi

kepercayaan kepada pemimpin untuk menciptakan kesempatan bagi kehidupan

yang lebih baik, dan pemimpin memberi kepercayaan kepada rakyat untuk

menjadi tenaga penggerak dalam prosesnya. Model baru Cina didasarkan pada

keseimbangan antara kekuatan top-down dan bottom-up, yang dengan upaya terpadu meningkatkan taraf hidup serta menciptakan kemakmuran rakyat.(John &

Doris.2010:xx)

Pada tahun 1987, Cina mengeluarkan sasaran dan strategi pembangunan

ekonomi nasional Cina yang dikenal dengan nama Strategi Pembangunan Tiga

(15)

1. Melipatgandakan produk domestik bruto (PDB) di 1980 dan menjamin

rakyat Cina cukup makan dan pakaian, yang diharapkan dapat dicapai

pada akhir 1980.

2. Pada akhir abad ke-20 mentargetkan peningkatan PDB menjadi empat

kali lipat PDB di 1980.

3. Meningkatkan PDB per-kapita setingkat negara-negara maju, dengan

sasaran pencapaian pada pertengahan abad 21.

Langkah selanjutnya, pada tahun 1992, Cina menggariskan prinsip-prinsip

utama dalam restrukturisasi ekonomi Cina yaitu: (Kustia, 2009 : 46-47)

1) Mendorong pembangunan dari berbagai unsur ekonomi sambil tetap

mengedepankan sektor publik.

2) Mengembangkan sistem perusahaan yang modern agar dapat memenuhi

tuntutan ekonomi pasar.

3) Sistem pasar terbuka dan menyatu di seluruh wilayah Cina, mentautkan

pasar domestik dengan pasar internasional, meningkatkan optimalisasi

sumber daya.

4) Melakukan transformasi manajemen ekonomi pemerintah untuk

membangun sistem pengawasan makro yang lengkap.

5) Mendorong kelompok unggulan dan wilayah tertentu untuk mencapai

keberhasilan dan kemakmuran lebih dulu, sehingga dapat membantu

kelompok dan wilayah lain mencapai keberhasilan dan kemakmuran yang

sama.

6) Merumuskan sistem pengaman sosial yang cocok untuk Cina, baik untuk

(16)

pembangunan ekonomi secara menyeluruh dan untuk menjamin stabilitas

sosial.

Langkah besar lain yang dilakukan yaitu pada 1997 ketika Cina mulai

memusatkan perhatian kepada pentingnya pembangunan di luar sektor publik

yang dapat memberikan sumbangan terhadap pembangunan ekonomi nasional,

merupakan unsur lain yang memperoleh keuntungan sebagai salah satu faktor

produksi yang penting, di samping modal dan teknologi dalam mengembangkan

usaha terus didorong.(Kustia, 2009 : 57)

Kemajuan-kemajuan di bidang ekonomi segera tampak akibat dari proses

liberalisasi dan modernisasi yang dilakukan Cina di atas. Sejak 1978 hingga 2005,

perdagangan internasional meningkat 69 kali dalam angka nominal (dalam USD),

dengan pertumbuhan per-tahun sebesar 17%. Pada tahun 2005 Cina menjadi

negara dagang terbesar ketiga di dunia. Rasio angka impor dibandingkan ekspor

dalam PDB adalah 63% pada tahun 2005. Hal ini menjadikan Cina masuk dalam

jajaran negara-negara yang terintegrasi kedalam perekonomian dunia. Sementara

itu perolehan devisa melonjak ke angka US$ 1 triliun pada akhir tahun 2006.

Selama 23 tahun terakhir, modal asing telah masuk ke Cina sebesar US$ 620

milyar. Standar hidup rakyat Cina meningkat tajam selama 27 tahun terakhir.

Pendapatan per kapita di kota dan per-rumah tangga di pedesaan, tumbuh dengan

angka 15%. (Wibowo, 2007 : 50)

Catatan statistik di atas adalah gambaran bagaimana Cina berkembang

sedemikian pesatnya dalam pertumbuhan ekonomi sehingga berimbas pula pada

taraf sosial ekonomi rakyat Cina yang semakin meningkat. walaupun sempat

(17)

pertumbuhan ekonomi Cina menunjukkan kenaikan dan cenderung stabil. Model

perekonomian Cina dirancang dengan pengerahan kapital secara besar-besaran.

Birokrasi pemerintah dari Beijing turun ke kota-kota kecil yang bertujuan

membangun kawasan industri dengan mendorong investasi, terutama investasi

dari luar negeri. Sebagai konsekuensi atas tingginya investasi asing, Cina

menikmati pembangunan di seluruh bagian negaranya. (Wigrantoro, 2007)

Dalam empat tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Cina bertahan di dua

digit dengan kecenderungan terus naik di atas 10%. Tidak satu negara pun yang

disebut sebagai Macan Asia (Jepang, Korea Selatan, Hongkong, dan Taiwan)

mampu menyamai rekor pertumbuhan tersebut. (Damayanti, 2007) Banyak

pengamat ekonomi meramalkan bahwa tidak lama lagi GDP Cina akan sanggup

menyaingi GDP AS. GDP Cina pada tahun 2005 angka pertumbuhan ekonomi

Cina sebesar US$ 2.259 milyar dan GDP per kapita sebesar US$ 1.725 menjadi

indikator bagaimana Cina adalah ancaman nyata bagi AS. (Wibowo, 2007 : 50)

Masuknya Cina kedalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada

tahun 2001 memicu peningkatan besar-besaran akan industrialisasi dalam negeri

dan volume perdagangannya. Dampak keanggotaan Cina di WTO adalah

terintegrasinya kegiatan perekonomian, perdagangan dan industri Cina dengan

pasar global yang menyebabkan terjadinya ekspansi besar-besaran dari industri

manufaktur Cina ke seluruh dunia. Dengan demikian keanggotaan Cina di WTO

turut mendorong terbukanya berbagai kegiatan industri di berbagai sektor di

tingkat domestik, mulai dari industri manufaktur dan kendaraan bermotor ke retail

domestik dan menciptakan kompetisi usaha yang lebih kompetitif. (Wong, 2008 :

(18)

Setelah AS meyadari bahwa Cina akan menjadi negara yang kuat pada

masa depan, maka AS mulai menjalin hubungan baik dengan Cina, yaitu dengan

kunjungan presiden Richard Nixon pada tahun 1972, yang dianggap sebagai

terobosan baru hubungan bilateral AS dengan Cina, setelah berakhirya hubungan

Cina dan Uni Soviet pada pertengahan 1960-an Cina sepertinya sudah enggan

untuk menjalin persekutuan, oleh sebab itulah Nixon mencoba masuk untuk

menjalin hubungann yang baik dengan Cina yang diharapkan akan terjalin

hubungan yang baik antara keduanya dalam jangka panjang, selain itu misi

perdamaian yang diusung Nixon terhadap Cina juga merupakan sebuah usaha

untuk mendorong terjadinya perdamaian antara AS dan Vietnam yang merupakan

sekutu Cina saat itu. Hal ini mengejutkan dunia karena AS sangat anti dengan

Komunisme tetapi Nixon menjalin hubungan baik dengan Cina. Dalam hal ini

Nixon mencoba menerapkan apa yang disebutnya realpolitics yang membuka jalan untuk hubungan baik antara AS dan Cina pada masa mendatang.

Cina mencari komprominya sendiri dan bahkan mengizinkan beberapa

bentuk dari sebuah masyarakat majemuk dan akan menjadi tantangan yang

menakutkan bagi peran AS sebagai penjaga moral luhur dunia. Pembukaan diri

Cina tidak hanya memperluas pengaruh kepemimpinan Cina, tetapi juga

mengguncang tatanan elit politik, AS menghadapi pemain baru yang kuat secara

ekonomi, stabil secara politik dan tidak prnah ragu menunjukan nilai-nilai

luhurnya pada dunia. Hal ini nyata sebagai ancaman bagi AS.(John &

(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah faktor- faktor dan Kebijakan apa saja yang mendorong

kebangkitan ekonomi Cina?

2. Bagaimanakah dampak kemajuan perekonomian Cina terhadap kebijakan

perdagangan AS?

3. Bagaimanakah hubungan bilateral dalam perdagangan AS dan Cina

dimasa depan?

C. Kerangka Teori

Untuk menganalisa suatu permasalahan dalam ilmu hubungan

internasional membutuhkan teori, yang merupakan penjelasan paling umum

mengapa sesuatu itu terjadi dan kapan peristiwa tersebut akan terjadi lagi. Dengan

kata lain, teori dapat dipergunakan sebagai alat eksplanasi dan alat prediksi.

(Mohtar, 1990 : 217) Atau lebih jelasnya dipaparkan bahwa, teori berfungsi untuk

memahami, memberikan kerangka pemikiran secara logis, disamping menjelaskan

maksud terhadap berbagai fenomena-fenomena yang ada. Tanpa menggunakan

teori, maka fenomena-fenomena serta data-data yang ada akan sulit dimengerti.

Dan di sisi lain teori juga dapat berupa sebuah bentuk pernyataan yang

menghubungkan beberapa konsep secara logis dan sistematis. (Plano, 1992 : 7)

Teori yang digunakan untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan yang

ada pada rumusan masalah yaitu teori liberalisme, teori globalisasi dan teori

(20)

I. Teori Liberalisme

Setelah era Mao Zedong berakhir dan digantikan oleh era Deng Xiaoping,

Cina mulai mengalami kemajuan di berbagai bidang. Pada masa

kepemimpinannya, Deng Xiaoping secara bertahap mulai membuka Cina terhadap

persaingan dengan dunia luar, menyesuaikan ideologi, Memodifikasi komunisme

dengan sosialisme tahap awal, menerapkan sistem ekonomi pasar sosialis, sampai

akhirnya Cina menceburkan diri terhadap arus liberalisasi dan globalisasi.

Liberalisme berangkat dari kesejatian, di mana esensi hidup manusia

menjadi sangat dihormati. Kebebasan, pembebasan, kemerdekaan, keadilan dan

hak asasi menjadi pemersatu. Dalam perkembangannya teori liberalisme lebih

banyak menekankan pada hal lain, selain perebutan pengaruh di bidang hard power, yaitu pengalihan perhatian orang pada teori ekonomi-ekonomi barat. Orang liberal tidak memperumit bagaimana perdamaian akan tercapai atau

bagaimana kesejahteraan yang seutuhnya, namun lebih menaruh fokus akan

prosesnya.

Liberalisme menitik beratkan perhatiannya pada kebebasan individu yang

harus diimplementasikan dalam tingkat domestik, dan hubungan antar negara.

Stanley Hoffman menuliskan, “Esensi dari liberalisme adalah self-restrain, moderasi, kompromi, dan perdamaian, dimana esensi politik internasional adalah

berkebalikan yaitu perdamaian yang selalu terusik, atau lebih buruk lagi, state of war”. Peran negara adalah sebagai penjaga terwujudnya kebebasan tersebut,

sebagai pelayan kemauan kebijakan seluruh individu. Di sinilah peran krusial

(21)

sebagai te ori pemerintahan yang menginginkan kerukunan antara keamanan dan

persamaan dalam suatu komunitas. (Jill, 2001 : 98)

Di sekitar abad ke-18, ahli ekonomi dan falsafah dari Scotland, Adam

Smith (1723-1790) memperkenalkan satu teori yang mengatakan seseorang

individu boleh membina kehidupan bermoral dan berekonomi tanpa bimbingan

atau arahan dari negara. Tambahan lagi, sesuatu negara itu akan menjadi kuat

apabila rakyatnya bebas. Smith mengetengahkan ide tersebut untuk mengakhiri

sistem feodal, polisi-polisi merkantilisme, monopoli negara dan memperkenalkan

kerajaan "laissez-faire", yaitu satu kerajaan berasaskan pasar bebas. Di dalamThe Theory of Moral Sentiments (1759), Smith menulis tentang teori motivasi yang menekankan kepentingan sendiri serta ketidakaturan sosial.

Terdapat beberapa prinsip liberalisme yang telah disetujui oleh kalangan

liberal:

a. Liberalisme politik adalah aliran di mana seseorang itu adalah asas

undang-undang dan masyarakat. Masyarakat dan institusi-institusi

kerajaan berada di dalam masyarakat yang berfungsi untuk

memperjuangkan hak-hak pribadi tanpa memihak kepada siapapun,

baik yang mempunyai taraf sosial yang tinggi ataupun yang rendah.

Magna Cartaadalah satu contoh di mana dokumen politik meletakkan hak-hak pribadi lebih tinggi daripada kekuasaan raja. Liberalisme

politik menekankan perjanjian sosial dimana rakyat merangkai

undang-undang dan bersedia untuk mematuhi undang-undang tersebut.

b. Liberalisme budaya menekankan hak-hak pribadi yang berkaitan

(22)

kebebasan beragama, kebebasan pemahaman dan pelindungan dari

campur tangan kerajaan di dalam kehidupan peribadi.

c. Liberalisme ekonomi yang juga dikenali sebagai liberalisme klasikal

atau liberalisme Manchester adalah satu ideologi mengenai hak-hak peribadi atas harta benda dan kebebasan perjanjian tertulis. Ia

memperjuangkan kapitalisme laissez-faire yang ingin membuang semua halangan terhadap perdagangan dan pemberhentian kemudahan

yang diberi oleh kerajaan seperti subsidi dan monopoli. Liberalisme

ekonomi menyatakan bahwa harga barang harus ditentukan oleh pasar

yang sebenarnya ditentukan oleh tindakan-tindakan konsumen.

Liberalisme ekonomi menerima ketidak samarataan sebagai hasil dari

persaingan yang tidak melibatkan dan merugikan hak-hak peribadi.

Aliran liberalisme ini dipengaruhi oleh liberalisme Inggris yang

merebak di pertengahan abad ke-19.

d. Liberalisme sosial atau liberalisme baru, mulai terlihat di kalangan

masyarakat negara-negara maju pada akhir abad ke-19. Dipengaruhi

oleh utilitarianisme yang diasaskan oleh Jeremy Bentham dan John Stuart Mill. Teori ini berkembang dari teori penyalahgunaan Sosialis

dan Marxis dan anggapan-anggapan terhadap "tujuan keuntungan" dan

membuat kesimpulan bahwa kerajaan seharusnya menggunakan

kuasanya untuk menyelesaikan masalah itu. Melihat dari faham

tersebut, semua individu perlu diberi kebebasan seperti pelajaran,

peluang ekonomik dan pelindungan daripada kejadian makro yang

(23)

dan Mortimer Adler pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Menurut liberalisme sosial, kemudahan-kemudahan ini dianggap

sebagai hak yaitu hak-hak positif yang berbeda secara kualitatif dari

apa yang disebutkan dari segi klasikal, serta hak-hak negatif yang

hanya menuntut seseorang untuk mengambil hak-hak orang lain.

Menurut ahli-ahli liberalisme sosial, hak-hak positif ini perlu dibuat

dan diberikan kepada semua manusia. Menurut mereka, hak-hak

positif adalah objektif yang secara asasnya melindungi kebebasan.

(Jill, 2001 : 98)

Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa paham liberalisme berkonotasi

luas, sebagaimana yang disimpulkan oleh Elizabeth Martinez dan Arnoldo Garcia:

Liberalisme mengacu pada ide-ide politik, ekonomi, bahkan agama. Dalam sistem

politik, liberalisasi politik dipergunakan sebagai strategi untuk menghindari

konflik sosial. Yakni dengan menyuguhkan (liberalisme) pada si miskin dan kaum

pekerja sebagai hal yang progresif ketimbang kaum konservatif atau Kaum

Kanan. Liberalisme ekonomi berbeda lagi, Politisi-politisi konservatif, yang

mengatakan bahwa mereka membenci kata “liberal” dalam arti tipe politik tak

memiliki keberatan apapun dengan liberalisme ekonomi. (Martinez & Garcia,

1997 : 34)

Liberalisme dengan demikian mempunyai makna yang berbeda dari satu

tempat ke tempat yang lain. Liberalisme asal mulanya merupakan bentuk

perjuangan kaum borjuasi menghadapi kaum konservatif, Sehingga bisa dikatakan

bahwa liberalisme sebelumnya merupakan ideologi kaum borjuis kota. Dalam arti

(24)

intervensi komunitas, Tapi memang ada liberalisme ekonomi juga “civic

liberalism”atau liberalisme otonomi individual.

Teori yang kemudian menjadi acuan terhadap doktrin pasar bebas ini lahir

pada saat borjuasi di Inggris pada abad ke-19 berhasil merebut kekuasaan dari

tangan bangsawan penguasa masyarakat feodal yang disimbolkan melalui

Revolusi Industri. Doktrin ini pulalah yang menjadi pengabsah bagi para borjuasi

tersebut dalam melapangkan jalannya untuk menguasai dunia. Hal tersebut sejalan

dengan pendapat Elizabeth Martinez dan Arnoldo Garcia yaitu Sistem

perdagangan bebas, perusahaan bebas dan ekonomi yang berbasiskan pasar,

sebenarnya telah muncul sejak 200 tahun yang lalu, sebagai satu mesin penggerak

utama dalam pembangunan revolusi industri. Namun, pada akarnya adalah

merkantilisme yang terbentuk selama abad pertengahan beberapa ratus tahun

sebelumnya. Dan juga memiliki akar serta paralel dengan berbagai metode yang

digunakan imperium sepanjang sejarahnya (dan saat ini masih digunakan) untuk

menguasai tempat-tempat yang lebih lemah disekitarnya serta untuk merampas

kekayaannya. (Martinez & Garcia, 1997 : 34)

Ekonomi liberalisme klasik yang mulanya dibangkitkan oleh ekonom

Adam Smith dalam karyanya The Wealth of Nations (1776). Adam Smith yang dianggap beberapa orang sebagai bapak kapitalisme pasar bebas, menganjurkan

bahwa untuk mencapai efisiensi maksimum, semua bentuk campur tangan

pemerintah dalam masalah ekonomi sebaiknya ditanggalkan, dan seharusnya tak

ada pembatasan atau tarif dalam manufaktur serta perdagangan satu bangsa agar

(25)

Sepanjang sejarahnya, sistem ekonomi kapitalisme memang telah

mengalami krisis yang mengharuskan para penganutnya untuk menemukan solusi

untuk menyelesaikan krisis-krisis tersebut. Lahirnya liberalisme pun merupakan

evolusi dalam sistem kapitalisme untuk menjawab krisis yang menimpanya.

(Yaffe, 2001 : 2)

Akan tetapi sejarah liberalisme pasar ala Adam Smith pun harus berujung

pada krisis ekonomi. Dipandu oleh doktrin liberal, komoditas diproduksi tidak

untuk memenuhi kebutuhan pasar yang abstrak. Akibatnya jumlah komoditas

yang diproduksi menjadi tidak terbatas jumlahnya, tergantung pada fluktuasi (naik

turunnya) permintaan pasar yang tidak bisa diramalkan sehingga terjadi produksi

masal. Tapi, bagaimana memasarkan produksi masal itu, Inilah yang tak sanggup

dipecahkan oleh sistem kapitalisme, sehingga terjadi kelebihan produksi (over production).

Disaat malaise (krisis yang disebabkan oleh kelebihan produksi) itu, keadaan ekonomi mengalami kontraksi (pengetatan) yang sangat hebat di semua

sektor (pertanian dan industri) sehingga terjadi pengangguran masal

dimana-mana. Kapasitas produksi menjadi mubazir karena sebagian besar tak bisa

dimanfaatkan. Karena depresi besar pada tahun 1930-an tersebut, seorang

ekonom, John Maynard Keynes, menganjurkan bahwa regulasi dan campur

tangan pemerintah sebenarnya dibutuhkan untuk memberi keadilan yang lebih

besar dalam pembangunan. Selain itu, tugas Keynes adalah bagaimana memacu

kembali dinamika kapitalisme tanpa memotong sepeser pun keuntungan kelas

pemilik modal. Keynes berteori, liberalisme bukanlah cara terbaik bagi

(26)

pengangguran) adalah hal yang mutlak perlu untuk pertumbuhan kapitalisme.

Dalam bukunya yang terkenal ditahun 1926, berjudul The End of Laissez Faire,

Keynes mengatakan “Sama sekali tidak akurat untuk menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip ekonomi politik, bahwa kepentingan perorangan yang paling pintar sekalipun akan selalu berkesesuaian dengan kepentingan umum, keadaan tanpa pengangguran hanya bisa dicapai jika negara dan bank sentral campur tangan dalam menurunkan tingkat pengangguran”.(Setiawan, 2001 : 2)

Disini Keynes berpendapat, negara tidak hanya diharapkan menjaga

ketertiban umum berdasarkan perangkat hukum, menyediakan prasarana ekonomi

dan sosial yang memadai, melaksanakan program pemberantasan kemiskinan dan

ketimpangan sosial, tetapi juga secara aktif terlibat langsung dalam investasi di

bidang perhotelan dan barang-barang konsumsi. Keynes juga berpendapat bahwa

dalam perekonomian yang sedang menurun, pemerintah sebaiknya

memberlakukan deficits pending dalam waktu singkat untuk menciptakan lapangan kerja guna menghambat pelarian modal-modal ke luar negeri dan

memperketat kontrol terhadap pertukaran mata uang. (Lorimer,

http://www.jinx.sistm.unsw.edu.au diakses tanggal 12 Desember 2009)

Jadi, dalam konsepsi Keynes, negara tidak hanya menjadi parasit tapi

investor sekaligus. Dengan campur tangan negara, diasumsikan sirkulasi ekonomi

kembali bergerak keluar dari jebakan krisis. Kepercayaan bahwa negara harus

memajukan kesejahteraan bersama akhirnya diterima dimana-mana. Ide tersebut

mempengaruhi presiden AS, Roosevelt, untuk membuat program New Deal di tahun 1935, program yang ditujukan untuk “meningkatkan kesejahteraan banyak

(27)

Ekonomi kapitalis membutuhkan intervensi negara, bila hanya

mengandalkan mekanisme pasar semata, maka ia akan hancur, hanya negara yang

sanggup melanggengkan kapitalisme. Sebagai contoh, krisis tahun 1930-an di AS

dipicu oleh kelebihan produksi, maka salah satu wujud intervensi negara adalah

membuka pasar negara lain bagi produksi komoditas negara industri maju jalan

terampuh dan efektif untuk membuka pasar tak lain dengan perang. Persis, seperti

yang dikatakan Keynes dalam tulisannya The General Theory of Employment, Interest, and Money bahwa perang telah menjadi satu-satunya bentuk pembelanjaan dalam skala besar (berbentuk hutang pemerintah) yang harus

disetujui, diabsahkan oleh negarawan. (koran pembebasan partai rakyat

demokratik, 2002)

Pasca perang dunia II, pertumbuhan ekonomi sangat luar biasa, Periode

pasca perang hingga pertengahan tahun 1970-an disebut sebagai “Zaman

Keemasan Kapitalisme” (Capitalist Golden Age), yang ditandai dengan berkembangnya negara-negara kesejahteraan dan berkembangnya pertumbuhan

ekonomi saat itu. Meski demikian kondisi ini tidak terjadi akibat pengadopsian

kebijakan Keynesian akan tetapi restorasi tingkat keuntungan (dalam investasi

produksi) lah yang menyelamatkannya, yaitu melalui :

1) Rendahnya upah riil (karena tingkat pengangguran tahun 1930-an)

2) Hancurnya kompetisi bisnis, dan terjadinya konsentrasi modal secara

masif

3) Anggaran defisit negara yang dibelanjakan untuk membeli

barang-barang kebutuhan perang sejak awal 1940-an. (koran pembebasan

(28)

Karena tetap berjalan diatas fondasi hukum ekonomi kapitalis,

pertumbuhan ekonomi yang begitu mengagumkan saat itu juga tak bertahan lama.

Menjelang akhir tahun 1960-an dan dekade 1970-an kapitalisme kembali jatuh

dalam krisis. Tingkat pertumbuhan dan investasi mulai jatuh di awal masa

tersebut (sampai setengah dari tingkat sebelumnya). Pengangguran merajalela,

sementara eksploitasi terhadap sumber-sumber daya semakin tak terkendali.

(Amin, 2001 : 42)

Berbeda dengan krisis 1930-an, yang dianggap lahir karena pemusatan

terhadap pasar, krisis kali ini dianggap sebagai akibat intervensi negara terhadap

pasar. Keynesian dipersalahkan, karena intervensi negara telah menyebabkan

kelas kapitalis gagal dalam melipatgandakan akumulasi kapital. Secara teoritis,

ada dua penjelasan mengapa Keynesian gagal dalam mempertahankan momentum

pertumbuhan ekonomi.

Pertama, kebijakan intervensi negara yang dianjurkan Keynes guna

merangsang dan menggerakkan roda perekonomian yang macet akibat depresi

besar, sekaligus mencegah berulang kembalinya krisis ekonomi, hanya bisa

dipenuhi jika terjadi pertumbuhan ekonomi tinggi terus menerus dan

berkesinambungan. Kenyataannya, pertumbuhan ekonomi tinggi pasca-malaise

terjadi karena dikobarkannya perang dunia II yang dimenangkan oleh

negara-negara imperialis.

Kedua, pertumbuhan tinggi hanya bisa terjadi jika kebebasan pasar dan

upah buruh murah. Disini letak kegagalan teori Keynes, karena ia menderita

kontradiksi didalam dirinya sendiri. Di satu sisi dia menganjurkan intervensi

(29)

terdistorsi sehingga momentum pertumbuhan ekonomi, sebagai sumber

pendapatan negara dalam negara kesejahteraan mengalami perlambatan.

Bagaimana mungkin mewujudkan distribusi kemakmuran tanpa menggerogoti

keuntungan kelas kapitalis. (Pontoh, 2003 : 48-49)

Cara-cara Keynes hanya akan mendorong suatu inflasi harga

barang-barang dan jasa-jasa saja bila para investor yang menguasai bisnis (oligarki finasial) tidak bisa memperluas pasar bagi peningkatan produksinya. Selama depresi besar tersebut tidak ada perluasan pasar seperti yang diharapkan, itulah

mengapa keampuhan kebijakan Keynesian sangat terbatas.

Dikaitkan dengan ekonomi Cina, Meskipun dalam hal ini Deng Xiaoping

menerapkan sistem ekonomi liberal, intervensi negara tetap dipertahankan.

Pemerintah pusat tetap melakukan intervensi dan kontrol terhadap perekonomian

negara, kemudian faham komunis tetap dipertahankan sebagai ideologi negara

meski tidak diterapkan secara kaku. Cina menggunakan Sistem ekonomi Pasar

Sosialis, yaitu suatu sistem ekonomi yang berorientasi pasar, namun tetap berada

dalam bingkai sistem politik yang digariskan oleh Partai Komunis Cina sehingga

sistem ini sering juga disebut dengan Sistem Sosialis dengan karakteristik Cina.

Sistem ini telah menggantikan model ekonomi perencanaan terpusat yang

umumnya dianut negara-negara dengan sistem komunis. (Wibowo, 2000 : 64)

II. Teori Globalisasi

Istilah "globalisasi" diberi beberapa pengertian dan dipahami di dalam

berbagai konteks sesuai penggunaannya. Menurut Princeton N. Lyman, dari

(30)

globalisasi biasanya merujuk kepada "rapid growth of interdependency and connection in the world of trade and finance" (Lyman, 2000:90)

Tetapi dia sendiri berpendapat bahwa globalisasi tidak dapat dibatasi

hanya sebagai fenomena perdagangan dan sirkulasi keuangan yang berkembang

dan kian meluas. Karena menurutnya,"there are other Trends Driven by the same explosion of technological capability that have facilitated the financial changes. Globalization from communications is one such trend". ( Lyman, Ibid)

Pusat Kajian Globalisasi dan Regionalisasi (CSGR), Universitas Warwick

Inggris, juga menolak pengertian globalisasi yang yang terbatas pada fenomena

ekonomi. Di samping itu, dia tidak dapat menerima pandangan yang mengatakan

bahwa apa yang disebut globalisasi hanyalah merupakan fenomena Amerika

Utara, bukannya fenomena Eropa. Insitut itu menekankan pendiriannya bahwa

pemahaman pada globalisasi melaksanakan berbagai dimensi, yaitu politik,

ideologi, ekonomi dan budaya. Banyak benda dapat diglobalisasikan.

Diantaranya, "goods, services, money, people, information, effects on the international order and less tangible things such as IDEAS, behavioural norms and cultural practices".(Loy,1998:63)

Selaras dengan cakupan luas fenomena globalisasi ini, CSGR memiliki

dua pandangan terhadap fenomena itu. Pertama, globalisasi dipandang sebagai

(31)

knowledge ordered one view of how to make the postmodern world manageable.

David Loy, seorang dosen dari Universitas Bunkyo Jepang dan salah seorang

pembentang kertas di Konferensi Globalisasi anjuran melihat globalisasi sebagai

"a complex set of developments: economic, political, technological and cultural

". (Loy, Ibid)

Deklarasi yang dikeluarkan di akhir Konferensi yang sama telah membuat

kesimpulan berikut:

"Globalization refers to the interconnectedness of human activity on a global scale, to the unprecendented flows of capital and labour, technology skills, IDEAS and Values across state and national boundaries, but in ways which neither states nor Nations can adequately control". (Loy,Ibid)

Variasi dimensi globalisasi juga ditegaskan oleh Leonor Briones, Ketua

Focus on the Global South, sebuah badan regional non-pemerintah (NGO) yang berkantor pusat di Bangkok. Menurutnya, bukan saja terdapat globalisasi bisnis

dan ekonomi tetapi sejalan dengannya juga terdapat "globalization of the Democratic institusi, social development and human rights and the women's movement".(Briones, http://www.elibrary.com diakses pada 20, Februari, 2010)

Akhirnya, karena bahwa globalisasi ekonomi pada umumnya dianggap

sebagai inti fenomena yang dinamakan globalisasi, maka ingin dijelaskan di sini

satu definisinya yang dihitung dapat membantu kita merumuskan arti dan ciri-ciri

(32)

Commodities, services, technology and information". (http://www.elibrary.com diakses pada tanggal 20 Februari 2010)

Berdasarkan beberapa definisi dan penjelasan diatas, dapat

diidentifikasikan ide-ide kunci yang terkandung dalam konsep globalisasi.

Dengan mengambil ide-ide ini kita dapat mengajukan makna komprehensif

globalisasi seperti berikut. Globalisasi adalah suatu himpunan proses pengaliran

global berbagai jenis objek yang melibatkan berbagai bidang aktivitas manusia.

Objek yang diglobalisasikan bisa jadi fisik atau bukan fisik. Bisa jadi dalam

bentuk informasi, ide, nilai, institusi, atau sistem. Himpunan proses pengaliran

global ini dan bidang aktivitas manusia yang terlibat kian kait mengait, saling

tergantung dan kompleks sifatnya. Dengan bersandarkan definisi dan penjelasan

fitur-fitur utama globalisasi yang disebutkan di atas, kita dapati adalah wajar

untuk membelah fenomena dan proses globalisasi ke berbagai dimensi.

Globalisasi yang diberi arti luas ini adalah suatu hakikat yang tidak dapat

dipertentangkan. Kita juga mengambil pendirian di sini bahwa hakikat yang

dinamakan globalisasi itu sudah ada sebelum istilah globalisasi diperkenalkan

lagi. Globalisasi sudah ada dalam era penjajahan dan imperialisme Barat yang

dimulai di sekitar tahun 1500, Pada sifatnya, imperialisme adalah suatu bentuk

globalisasi. Paling tidaknya, bisa dianggap sebagai agen globalisasi. Semua

imperialisme memiliki kecenderungan untuk menglobalisasikan objek tertentu.

Dalam membuat pernyataan bahwa globalisasi adalah suatu kenyataan sebelum

zaman kontemporer, tidak berarti tidak ada perbedaan langsung antara globalisasi

zaman sekarang dengan globalisasi zaman dahulu. Memang ada perbedaan

(33)

lain. Namun demikian, perbedaan itu bukan dari segi sifat tetapi dari segi

ciri-cirinya. Selama kita berbicara tentang hakikat yang sama, yaitu globalisasi, maka

selama itu sifatnya tetap sama tanpa melihat zamannya.

Waltz berpendapat bahwa globalisasi merupakan interdependensi, bahwa

adannya saling ketergantungan antara perorangan, perusahaan, dan pasar, negara

kurang peduli, karena ekonomi yang mendorong negara-negara untuk membuat

sebuah kebijakan. Seperti menjadi lebih saling bergantung antara satu sama lain,

keputusan dibuat secara keseluruhan kolektif di bidang ekonomi, bukan secara

independen. (Waltz,1999:693-700)

Waltz berpendapat bahwa negara yang ingin bergabung dengan pasar

dunia harus memakai straight jacket, paket kebijakan termasuk anggaran yang seimbang, deregulasi ekonomi, keterbukaan terhadap investasi dan perdagangan,

dan mata uang yang stabil. Oleh Karena itu, globalisasi ekonomi sangat prihatin

dengan hal tersebut, bukan keputusan politik oleh satu negara atau orang, bukan

suatu kawanan investor dan pemberi pinjaman yang memutuskan kapan suatu

negara akan menerima investasi dan menjadi pemain ekonomi dunia. Karena

merupakan kawanan yang memutuskan keberhasilan suatu negara, mereka tidak

peduli tentang siapa yang di pemerintahan, bukan memiliki negara apakah

stabilitas, prediktabilitas, transparansi, dan kemampuan untuk mentransfer dan

melindungi hak milik pribadi. (Walz,Ibid)

Untuk Waltz, globalisasi juga berarti homogenitas harga, produk, tingkat

kepentingan, dan lain-lain. Sebuah ekonomi yang kuat di bawah globalisasi

mensyaratkan transparansi, tapi kemudian bahwa transparansi akan mentransfer

(34)

bahwa terlambat meniru dan mengadopsi praktik institusi negara yang telah

menunjukkan jalan. Negara-negara dibedakan dari satu sama lain bukan dengan

fungsi, tetapi terutama oleh kemampuan Kapasitas. untuk mengubah, mengadopsi,

menjaga kekuasaan, perdagangan, beradaptasi. Jika mereka tidak bisa beradaptasi,

kemudian Waltz berpendapat bahwa kegagalan mereka akan diterima di

komunitas global akan memimpin ke jurang kemiskinan yang lebih besar,

investasi kurang, teknologi yang kurang: ekonomi stagnan. Apa globalisasi telah

membawa dunia, akhirnya Waltz berpendapat, bukan saling ketergantungan

meningkat, tapi ketimpangan tumbuh antara negara Utara dan Selatan.

Robinson berfokus pada ekonomi juga, tetapi lebih jauh berpendapat

bahwa globalisasi adalah penyebaran kapitalisme di seluruh dunia. Sebelum

globalisasi relevan, kekuasaan militer dan berjuang melalui kekuatan fisik, seperti

contoh melalui konflik. AS mengambil tempat kolonialisme, intervensi baik

secara politik dan militer di Amerika Latin, Timur Tengah dan di tempat lain.

Setelah Perang dunia II, ini meninggalkan AS dengan tanggung jawab stabilitas,

dan mereka sering memilih rezim otoriter. ( Robinson: 1996: 615-665)

Ketika ekonomi global menjadi lebih relevan dan didefinisikan, sebuah elit

yang baru muncul berdasarkan kekuatan kapitalis uang di pasar bebas dan modal

perseroan. Robinson menunjukkan bahwa ini terjadi pada pertengahan 1980-an

sebelum berakhirnya perang dingin. Ini adalah poin penting, karena hal tersebut

menunjukkan bahwa AS prihatin dengan globalisasi ekonomi dan faktor-faktor

politik. Apa yang dihasilkan dari perubahan untuk mendukung rezim-rezim

(35)

partisipasi dalam pengambilan keputusan terbatas, asumsi polyarchy adalah bahwa elit akan merespon kehendak mayoritas.

Di Timur Tengah, gerakan penduduk sedang mencari perubahan sosial

yang mendasar, tidak hanya sekadar perubahan dalam proses pemilu. Populer

Perbedaan antara demokrasi dan polyarchy penting untuk dicatat demokrasi

Populer berarti bahwa mayoritas pemilih memutuskan kebijakan dan hasil

representatif, sementara polyarchy menyiratkan bahwa elite akan memutuskan apa

yang terbaik bagi mayoritas elit. Transisi dari otoriterisme ke polyarchy tidak menghilangkan koersif aparat tetapi aparat sipil untuk mensubordinasi . Dengan

kata lain, siapa pun yang dipilih tidak harus mewakili semua orang, hanya elit

ekonomi yang berkuasa.

Istilahglobalisasimenggambarkan dua proses yaitu produksi kapitalis dan perdagangan menggantikan ekonomi proteksionis melalui spesialisasi dan

globalisasi dari proses produksi, dan pasar yang terintegrasi, ini telah

menyebabkan integrasi ekonomi nasional, tidak hanya ekonomi, tetapi juga sosial.

Aturan ekonomi berbasis di AS, bersama dengan Eropa dan elit penguasa lainnya.

Praktek transnasional globalisasi ada tiga tingkat yaitu ekonomi, politik

dan budaya. Ekonomi itu adalah modal transnasional yang paling penting bagi elit

global. Secara politis, itu adalah keberhasilan elite ekonomi, dan budaya,

globalisasi adalah sistem konsumerisme.

III. Teori Perdagangan Internasional

Thomas Mun adalah seorang cendekiawan Inggris dan putera seorang

(36)

bukunya yang berjudul England’s Treasure by Foreign Trade yang memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap teori perdagangan internasional. Mun

berpendapat bahwa untuk meningkatkan kekayaan negara, cara yang biasa

dilakukan adalah melalui jalur perdagangan dan karena itu pedoman yang harus

dipegang teguh oleh suatu negara adalah mengusahakan agar nilai ekspor ke luar

negeri harus lebih besar dibandingkan dengan yang di impor oleh negara itu.

Keuntungan bersih menurutnya akan diperoleh melalui selisih dari hasil penjualan

yaitu ekspor dengan pembelian yaitu impor dan dengan demikian jumlah uang

emas dan perak yang akan diterima akan semakin besar tiap tahunnya. Mun juga

berpendapat jika suatu negara melalui jalur perdagangan memperoleh banyak

uang, jangan sampai modal itu hilang justru karena uang itu tidak dipergunakan

untuk berdagang lagi. (http//www.brookesnews.com diakses pada 18, April, 2010)

Dari argumen Mun dapatlah ditarik sebuah kesimpulan bahwa bahkan

dalam suatu tata ekonomi perdagangan, uang baru merupakan kekayaan yang

berarti hanya bila uang tersebut digunakan sebagai alat tukar menukar, dan uang

akan menjadi beban suatu negara jika uang hanya disimpan saja. Sumbangan Mun

yang tidak kalah pentingnya adalah terciptanya suatu kerangka dasar neraca

pembayaran suatu negara pada tahun tertentu. Walaupun neraca pembayaran pada

saat itu angka-angka itu memang tidak disusun teliti, namun yang terpenting Mun

telah menunjukkan kerangka dasar neraca pembayaran dengan baik sekali.

Julukan merkantilisme pada dasarnya diberikan kepada aliran atau paham

ini oleh para kritikus ekonomi khususnya Adam Smith. Sebutan merkantilisme

mengandung makna menyamakan suatu bangsa atau negara dengan kebijakan

(37)

menjual dibandingkan dengan apa yang dikeluarkannya ketika membeli dan

dengan demikian meningkatkan kekayaan perusahaannya. (Ibid)

Ekonomi klasik resmi berdiri ketika Adam Smith mengeluarkan bukunya

yang berjudulAn Inquiry into Nature and Causes of the Wealth of Nation s, yang biasa disingkat dengan Wealth of Nations. Dalam bukunya, Adam Smith menjelaskan apa yang merupakan pokok masalah ekonomi modern yakni

bagaimana meningkatkan kekayaan suatu negara dan bagaimana kekayaan

tersebut didistribusikan. (Krugman, 2003:31)

Menurut Adam Smith, kekayaan suatu negara akan bertambah searah

dengan peningkatan keterampilan dan efisiensi para tenaga kerja, dan sejalan

dengan persentase penduduk yang terlibat dalam proses produksi. Kesejahteraan

ekonomi setiap individu tergantung pada perbandingan antara produksi total

dengan jumlah penduduk. Smith juga menganjurkan adanya spesialisasi kerja dan

penggunaan mesin-mesin sebagai sarana utama untuk peningkatan produksi. Dia

juga memperkenalkan konsep invisible hand-nya di mana setiap orang yang melakukan kegiatan di dalam perekonomian dituntun oleh sebuah “tangan yang

tidak terlihat” sehingga dia dengan mengejar kepentingannya sendiri dia kerap

justru lebih efektif memajukan kepentingan masyarakat.

Adam Smith mengajukan teori perdagangan internasional yang dikenal

dengan teori keunggulan absolute. Dia berpendapat bahwa jika suatu negara menghendaki adanya persaingan, perdagangan bebas dan spesialisasi di dalam

negeri, maka hal yang sama juga dikehendaki dalam hubungan antar bangsa.

Karena hal itu dia mengusulkan bahwa sebaiknya semua negara lebih baik

(38)

yang absolute dan mengimpor saja komoditi-komoditi lainnya.( (Krugman, Ibid) Apa yang dimaksud dengan keunggulan yang absolute? Maksudnya seperti ini, jika negara A dapat memproduksi kentang untuk 8 unit per tenaga kerja

sedangkan negara B untuk komoditi yang sama hanya dapat memproduksi 4 unit

per tenaga kerja, sedangkan untuk komoditi lain misalnya gandum, negara A

hanya dapat memproduksi 6 unit per tenaga kerja sedangkan untuk negara B dapat

memproduksi 12 unit per tenaga kerja, maka dapat disimpulkan bahwa negara A

mempunyai keunggulan absolute dalam produksi kentang dibandingkan dengan negara B, sedangkan negara B dapat dikatakan mempunyai keunggulan absolut

dalam produksi gandum dibandingkan negara A. Perdagangan internasional yang

saling menguntungkan antara kedua negara tersebut jika negara A mengekspor

kentang dan mengimpor gandum dari negara B, dan sebaliknya negara B

mengekspor gandum dan mengimpor kentang dari negara A.

Teori perdagangan internasional yang lain diperkenalkan oleh David

Ricardo (Anwar,1997:88). Teorinya dikenal dengan nama teori keunggulan

komparatif. Berbeda dengan teori keunggulan absolute yang mengutamakan keunggulan absolute dalam produksi tertentu yang dimiliki oleh suatu negara dibandingkan dengan negara lain, teori ini berpendapat bahwa perdagangan

internasional dapat terjadi walaupun satu negara tidak mempunyai keunggulan

absolute, asalkan harga komparatif di kedua negara berbeda. Ricardo berpendapat sebaiknya semua negara lebih baik berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di

mana dia mempunyai keunggulan komparatif dan mengimpor saja

komoditi-komoditi lainnya. Teori ini menekankan bahwa perdagangan internasional dapat

(39)

absoluteatas suatu komoditi seperti yang diungkapkan oleh Adam Smith, namun cukup memiliki keunggulan komparatif di mana harga untuk suatu komoditi di

negara yang satu dengan yang lainnya relative berbeda. Walaupun ada

beberapa perbedaan pandangan mengenai perdagangan internasional, namun pada

dasarnya keberadaan pandangan ekonomi klasik ini merupakan oposisi terhadap

teori-teori yang beraliran merkantilistik abad ke-17 dan 18. Kaum merkantilis

pada pokoknya mengutamakan perdagangan luar negeri, di mana mereka berpikir

tipikal kapitalis yang keuntungannya datang dari membeli murah dan menjual

mahal. Sedangkan tema pokok dalam ekonomi klasik adalah pembahasan tentang

laba dan sewa dalam dalam pengertian surplus yang datang dari produksi. Surplus

itu sendiri nantinya akan masuk ke tangan para kapitalis atau pemilik tanah

sebagai tambahan untuk akumulasi modalnya.

Ada cukup banyak kontroversi tentang model dari perbandingan

keuntungan dan penerapan untuk bisnis internasional, khususnya sebagai panduan

untuk negara sukses dan atau perusahaan di pasar internasional. Persepsi ini dari

ketidak bergunaan model keunggulan komparatif telah mengakibatkan pakar

bisnis internasional untuk mengembangkan model baru, atau apa yang disebut

kerangka kerja, untuk menganalisis potensi keberhasilan perusahaan dan atau

negara di pasar internasional. Kerangka kerja yang dikenal sebagai model dari

"keunggulan kompetitif.

a) Comparative Advantage

Literatur tentang perdagangan internasional dan kebijakan berisi sejumlah

alasan mengapa negara mungkin memiliki keuntungan dalam mengekspor

(40)

diklasifikasikan menjadi : (1) teknologi superior, (2) sumbangan sumber daya, (3)

pola permintaan, dan (4) kebijakan komersial. Teknologi Unggulan Adam Smith,

prinsip "keuntungan absolut" dan Ricardo prinsip Keunggulan komparatif", pada

umumnya, didasarkan pada keunggulan teknologi dari satu negara atas negara lain

dalam memproduksi komoditas. keuntungan absolut mengacu pada negara yang

memiliki produktivitas lebih tinggi (mutlak) atau menurunkan jumlah biaya dalam

memproduksi komoditas dibandingkan dengan negara lain. Namun, keuntungan

mutlak dalam produksi sebuah komoditas adalah tidak perlu dan tidak cukup

untuk perdagangan yang saling menguntungkan. Sebagai contoh, negara mungkin

mengalami kerugian mutlak dalam produksi semua komoditas dibandingkan

dengan negara lain, namun negara bisa memperoleh manfaat dengan terlibat

dalam perdagangan internasional dengan negara-negara lain, karena relatif

(komparatif) keuntungan dalam produksi beberapa komoditas vis-a-vis negara-negara lain. Demikian pula, keunggulan absolut dalam produksi komoditi tidak

cukup, karena negara mungkin tidak relatif (komparatif) keuntungan dalam

produksi komoditas itu.

Menurut Ricardo prinsip keunggulan komparatif tidak memerlukan

produktivitas mutlak lebih tinggi tetapi hanya produktivitas relatif lebih tinggi

dalam memproduksi komoditas perdagangan. Model Ricardian mengasumsikan

produktivitas konstan, karena hanya ada satu faktor produksi (buruh), dan karena

itu konstan biaya yang mengarah untuk menyelesaikan spesialisasi.

Sedangkan prinsip keunggulan komparatif David Ricardo menguraikan itu

dikemas dalam hal keunggulan teknologi, dengan prinsip, ketika diungkapkan

(41)

antara negara cukup umum untuk mencakup berbagai situasi. Selanjutnya,

meskipun penjelasan Ricardo keunggulan komparatif itu dalam hal statis,

keunggulan komparatif merupakan konsep dinamis. Keuntungan komparatif

sebuah negara dalam produk dapat berubah dari waktu ke waktu karena perubahan

salah satu faktor penentu keuntungan komparatif termasuk sumbangan sumber

daya, teknologi, pola permintaan, spesialisasi, praktek bisnis, dan kebijakan

pemerintah.

kemampuan manusia juga dapat dianggap sebagai sumber daya.

Negara-negara dengan keterampilan manusia berlimpah relatif akan memiliki keunggulan

komparatif lebih intensif dalam produk yang menggunakan keterampilan manusia.

Beberapa produk seperti elektronik memerlukan tenaga kerja terampil (seperti

teknisi, programer, desainer, dan profesional lainnya). produk tersebut dapat

memperoleh keuntungan komparatif di negara-negara (seperti Taiwan, Singapura,

Hong Kong) mempuyai tenaga kerja yang relatif lebih baik dan terampil.

(Keesing, 1966:54).

Selain itu, Skala ekonomi dapat memberikan keunggulan komparatif

dengan menurunkan biaya produksi. Eksternal ekonomi yang beroperasi dengan

menggeser biaya rata-rata perusahaan, sebenarnya dapat terjadi karena kebijakan

industri atau peran proaktif dari pemerintah dalam menyediakan infrastruktur

yang lebih baik dan tenaga kerja terdidik atau terlatih. Skala ekonomi tersebut

sejalan dengan model Ricardian dan faktor proporsi model. Skala ekonomi

(internal) dicapai melalui adanya sebuah pasar dan beberapa kebijakan

aksesibilitas terhadap pasar yang lebih besar di luar negeri juga berarti biaya

(42)

keunggulan komparatif untuk industri.(Venon,1966:81) Hipotesis Siklus Produk

menekankan pentingnya sifat dan ukuran permintaan produk baru di

negara-negara industri.

Perdagangan internasional, melalui alokasi sumber daya yang lebih baik,

meningkatkan pendapatan, tabungan, dan investasi, sehingga memungkinkan

negara untuk mewujudkan pertumbuhan yang lebih tinggi. Selain itu, untuk

negara-negara berkembang, perdagangan dapat memungkinkan mereka untuk

mentransformasi barang konsumsi dan bahan baku menjadi barang modal serta

keuntungan teknologi tahu bagaimana teknologi negara-negara maju.

b) Competitive Advantage

Dalam sebuah artikel (Neary,2003:4), berusaha untuk memajukan teori

keunggulan komparatif dengan adanya ketidak sempurnaan pasar untuk

pemahaman umum keunggulan kompetitif dalam ekonomi.

Perbandingan keuntungan secara luas diyakini untuk menjadi kunci

penentu produksi dan pola perdagangan internasional, tapi biasanya non-ekonom

berpikir sebaliknya. Sesuatu yang harus dilakukan dengan pasar yang kompetitif

lebih kepada hambatan lebih rendah atau hanya sejumlah besar perusahaan dapat

memberikan suatu industri keuntungan dalam bersaing dengan pesaing asing.

Berlainan dengan itu keunggulan kompetitif adalah sinonim untuk keuntungan

absolute, beberapa kebijakan superioritas (seperti pajak yang lebih rendah atau fleksibilitas pasar tenaga kerja lebih besar) yang mengurangi biaya untuk semua

sektor. Sebuah pendekatan yang berbeda untuk memahami keuntungan

(43)

menggunakan studi kasus untuk mengidentifikasi faktor, yang mendorong

perusahaan negara untuk mencapai pasar saham dunia yang tinggi di industri

mereka. Untuk sebagian besar, ekonom mengabaikan pendekatan Porter atau

menganggapnya sebagai sekadar penyajian kembali keunggulan komparatif

(Warr, 1994:14)

Setelah pembangunan Porter dari konsep keunggulan kompetitif, litelatur

produktif telah menjamur pada subjek (Hoffman, 2000:4) dan referensi di

dalamnya untuk dikutip. Namun, tidak ada suara bulat pada makna dan sumber

keunggulan kompetitif. (Porter,1985:96) Porter menekankan daya saing di tingkat

perusahaan dalam hal kompetitif sebagai strategi biaya rendah dan diferensiasi

produk. Namun, dia mendeskripsikan daya saing tidak memerlukan definisi

konseptual formal. Seperti yang dicatat oleh Cho (Cho,1998:1)

Mengembangkan sebuah definisi keuntungan kompetitif yang

berkelanjutan berdasarkan Barney bersama-sama dengan arti masing-masing

kamus istilah sebagai sebuah keuntungan kompetitif adalah manfaat

berkepanjangan menerapkan beberapa nilai untuk menciptakan strategi tidak

secara simultan dilaksanakan oleh setiap atau potensi pesaing saat ini sepanjang

dengan ketidakmampuan untuk menduplikasi manfaat dari strategi.

(Barney,1991:17)

Definisi ini menekankan daya saing dari suatu perusahaan berdasarkan

faktor-faktor spesifik perusahaan dan dengan demikian mengabaikan aspek makro

keunggulan komparatif. Sejumlah penulis pada keunggulan kompetitif yang telah

difokuskan pada penentu atau sumber keunggulan kompetitif seperti atribut

(44)

ketidakmampuan untuk diganti (Barney,Ibid) potensi sumber daya penting

diklasifikasikan sebagai keuangan, fisik, hukum, manusia, organisasi, informasi,

dan rasional (Hunt dan Morgan, 1995:59)

Kerangka Pemikiran

Dalam bagan kerangka pemikiran diatas bisa dilihat korelasi antara

ekonomi Cina dan ekonomi AS yang bersaing dalam perdagangan internasional,

sehingga melalui perdagangan internasional itu bisa dilihat gross domestic product(GDP) dari masing-masing negara, AS melihat bahwa GDP Cina mengalami peningkatan secara konstan dan bahkan menigkata dalam setiap

tahunnya, sehingga AS merasa khawatir jika peningkatan ekonomi Cina ini terus

dibiarkan meningkat maka akan mengancam legitimasi AS sebagai negara super

power dunia, oleh sebab itu AS mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk

menghambat laju pertumbuhan ekonomi Cina.

D. Metode Penelitian

Penulisan penelitian memerlukan cara pemecahan bagi masalah-masalah

yang dihadapi. Adapun arti dari metode itu sendiri diambil dari bahasa Yunani

yaitu metodos adalah cara atau jalan, sehubungan dengan upaya ilmiah maka Ekonomi Cina

Kebijakan

Ekonomi Amerika Serikat

Perdagangan

(45)

metode menyangkut mengenai cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami

objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. (Koentjaraningrat, 1973 :

15)

Adapun teknik pengumpulan data dalam penulisan penelitian ini penulis

menggunakan data kualitatif, dimana penulis akan menjelaskan permasalahan

berdasarkan fakta-fakta dan data yang diperoleh. Angka-angka statistik hanya

digunakan sebagai penunjang dari fakta-fakta yang dipaparkan yang diperoleh

melalui kepustakaan, dimana konsep-konsep data yang relevan dengan pokok

masalah dimbil dari sumber-sumber kepustakaan, seperti buku-buku, majalah,

jurnal-jurnal berkala, koran, media elektronik serta laporan–laporan lainnya.

Karena penulisan ini bersifat deskriftif, yaitu dengan metode penulisan

penelitian yang dilakukan dengan cara menggambarkan, menyusun menganalisa

suatu pembahasan melalui kepustakaan, maka penelitian bermula dari hal-hal

yang bersifat umum disarikan dengan mengumpulkan, menyusun dan

menginterpresentasikan data yang ada. Data yang telah ada tersebut di

klasifikasikan sesuai dengan pembahasan skripsi ini.

Dengan metode seperti ini diharapkan dapat dipelajari lebih dalam

mengenai Kebijakan “Open Door Policy” yang dijalankan di Cina sejak tahun

1979 sampai saat ini yang membawa keberhasilan Cina dalam bidang ekonomi

dan diharapkan dapat menganalisa pengaruh yang ditimbulkan terhadap

perubahan kebijakan politik luar negeri AS, dan melihat bagaimana hubungan

kedua negara dimasa yang akan datang.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

(46)

a. Dapat menggambarkan strategi yang dijalankan dalam Open Door Policy dan mengidentifikasi kebijakan perdagangan AS untuk mengatasi Cina.

b. Melihat hubungan perdagangan antara AS dan Cina dimasa depan.

c. Sebagai prasyarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial.

2. Manfaat Penelitian :

Hasil penulisan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sarana untuk

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh diperguruan tinggi serta

menambah wawasan.

b. Civitas Akademika dan pihak-pihak lain

Diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah dan sebagai

bahan kajian lebih lanjut dalam studi hubungan internasional dan Menjadi

masukan dan informasi serta bisa dijadikan bahan perbandingan bagi

penelitian selanjutnya.

F. Sistematika Penulisan

Agar pembaca dapat mengetahui alur logika penulis dengan mudah, maka

dalam penulisan ini penulis akan membagi pembahasan dalam lima bab, yaitu :

Bab I Pendahuluan

G. Latar Belakang Masalah

H. Rumusan Masalah

(47)

J. Metode Penelitian

K. Tujuan Penulisan

L. Sistematika Penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

C. Konsep Pertumbuhan Ekonomi (Economic Growth) D. Konsep Kebijakan (policy)

E. Konsep perdagangan Internasional (International trade) Bab III Kondisi Riil Prekonomian Cina

A. Perekonomian Cina Pra dan Pasca Diberlakukannya Open Door Policy

1. Perekonomian Cina Pra DiberlakukannyaOpen Door Policy

2. Perekonomian Cina Pasca DiberlakukannyaOpen Door Policy

3. Masuknya Cina kedalamWorld Trade Organizations(WTO) 3.a. Latar Belakang Masuknya Cina Kedalam WTO

3.b. Tujuan Masuknya Cina Kedalam WTO

3.c. Keuntungan Masuknya Cina Kedalam WTO

B. Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat

1. Sejarah diskriminasi kebijakan perdagangan AS

2. Kebijakan perdagangan AS terhadap Cina

Bab IV Analisis Dampak Kemajuan Ekonomi Cina Terhadap Amerika Serikat

1. Indikator Kemajuan Ekonomi Cina

2. Prediksi Hubungan Dagang Cina- Amerika Serikat

Gambar

Tabel 2Reduksi Tarif (%) Setelah Cina Masuk WTO.......................................................81
Tabel 1Pandangan dasar tradisi liberalisme dalam Teori Hubungan Internasional
Tabel 2Reduksi Tarif (%) setelah Cina masuk WTO
Tabel 3Kebijakan AS terhadap Cina
+7

Referensi

Dokumen terkait

6 Hadiwijaya dan Rohman, 2013 Pengaruh Intellectual capital terhadap nilai perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening Dependen Nilai perusahaan

Bagi menilai keberkesanan keseluruhan program dakwah yang telah dijalankan oleh SPI JPS terhadap guru Pendidikan Islam, dapatan kajian menunjukkan daripada seramai 242

Sebagai dampak selanjutnya adalah setidaknya ada empat masalah utama yang sedang dihadapi oleh madrasah pada umumnya, yaitu, masalah identitas diri madrasah, sehingga program

1) Mekanisme rantai pasokan terkait dengan aliran produk, aliran informasi, aliran keuangan pada rantai pasokan cabai rawit di Kelurahan Kumelembuai sudah efisiensi

Sekalipun demikian pernerintah dan organisasi-organisasi Penasehat Hukum Indonesia telah bernsaha untuk menanggulangi kejahatan yang dilakukan oleh penasehat hukum dengan

Dari uji coba makanan yang diberikan, diketahui bahwa kepiting dewasa kebanyakan lebih menyukai kelapa, dibandingkan jenis makanan yang berupa sayur ataupun ayam.. Kata kunci:

Setelah diketahui bahwa model regresi yang dibangun telah sesuai dengan data yang dimiliki, selanjutnya akan dilakukan pengujian untuk mengetahui signfikansi pengaruh

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyeleksi atribut pengukuran dielektrik (parameter dielektrik, kondisi rangkaian alat dan frekuensi), memformulasi desain sensor