• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan, Kebiasaan, dan Keberadaan Bakteriologis E.Coli dalam Air Minum dengan Kejadian Diare pada Konsumen Air Minum Isi Ulang yang Berkunjung ke Puskesmas Ciputat Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengetahuan, Kebiasaan, dan Keberadaan Bakteriologis E.Coli dalam Air Minum dengan Kejadian Diare pada Konsumen Air Minum Isi Ulang yang Berkunjung ke Puskesmas Ciputat Tahun 2013"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, KEBIASAAN DAN KEBERADAAN BAKTERIOLOGIS E.COLI DALAM AIR MINUM DENGAN KEJADIAN DIARE

PADA KONSUMEN AIR MINUM ISI ULANG YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS CIPUTAT TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh :

YUDHI SUYUDHI JAYADISASTRA 109101000001

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

iii

Citizenship : INDONESIAN

Identity Card Number : 3271040102900013

Height / Weight : 170 cm / 85 kg

Phone Number : Mobile : +628567107002 Home :

Email Address : The_bujal@yahoo.com

Hobies : Music, Football, Travelling

FORMAL EDUCATION (starting from the most recent)

Year

Name of Institution Location Faculty/Majoring Result

In Out

Skills Microsoft Windows based operating system, Microsoft office (MS Word, MS Excel, Power Point) First Aid

Language

(7)

iii

ORGANIZATION EXPERIENCES

Year Organization / Events

2012 Participant in environment health safety field study at PT. Chevron Geothermal Garut

2012 Participant in environment health safety field study at PT. Petrocina Bojonegoro

2011 Committee of learning practice field in eastern ciputat clinic

2011 Participant in environment health safety field study at PT. Chevron Balikpapan

2011 Participant in environmenthal healt day at Bali

2011 Committee of seminar earth day at Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta

2011-2012 Member Of Environmenthal health student association Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta

2010-2012 Member Of Enviromenthal Health Student Association Indonesia

2010 Committee Of Ceremonial 5th Anniversary Of Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta

Work experience

Position Year Organizer / Instituion

HEALTH, SAFETY AND ENVIRONMENTHAL (HSE) OFFICER 2012 PT. ADI KARYA

COMMITTEE OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 2012

PT. YAMA ENGINEERING AND ISLAMIC

STATE UNIVERSITY SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

SURVEYOR OF “Sistem Informasi Kesehatan ” 2011 DEPARTMENT OF HEALTH SOUTH

TANGGERANG

ASSISTANT SURVEY 2011 AMDAL RTCU UIN JAKARTA

(8)

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN & ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN LINGKUNGAN

Skripsi, Juli 2013

Yudhi Suyudhi Jayadisastra, NIM: 109101000001

Hubungan Pengetahuan, Kebiasaan, dan Keberadaan Bakteriologis E.Coli dalam Air Minum dengan Kejadian Diare pada Konsumen Air Minum Isi Ulang yang Berkunjung ke Puskesmas Ciputat Tahun 2013

xiv+102 halaman, 13 tabel, 3 bagan,3 lampiran

ABSTRAK

Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Pada umumnya penyebab utama kasus diare tersebut karena rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi yang buruk, dan perilaku hidup tidak bersih. Pada tahun 2012 Puskesmas Ciputat memiliki kasus diare terbesar kedua di Tangerang Selatan sebesar 1.935 jiwa. Berdasarkan studi pendahuluan 70% dari 30 penderita diare yang berkunjung ke Puskesmas Ciputat mengonsumsi air minum isi ulang dan ditemukan 23 depot air minum isi ulang yang berada di wilayah Ciputat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengetahuan, kebiasaan dan keberadaan bakteriologis E.coli dalam air minum dengan kejadian diare pada konsumen air minum isi ulang yang berkunjung ke Puskesmas Ciputat.

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan metode cross-sectional study dengan teknik sampel purposive sampling. Variabel dependen yang diteliti adalah kejadian diare dan variabel independennya adalah pengetahuan tentang penyakit diare, kebiasaan memasak air, kebiasaan mencuci tangan pakai sabun, dan keberadaan bakteriologis E.coli. Populasi adalah seluruh masyarakat di Wilayah Ciputat. Sampel adalah Masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Ciputat dan mengonsumsi air minum isi ulang pada bulan April 2013 dengan jumlah sampel 50 orang. Data diperoleh melalui wawancara dan uji laboratorium air minum. Analisis data menggunakan uji chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan 68% konsumen air minum isi ulang menderita penyakit diare, 56% konsumen air minum isi ulang memiliki pengetahuan tentang penyakit diare yang buruk, 70% konsumen air minum isi ulang tidak memasak air, 56% konsumen air minum isi ulang mencuci tangan pakai sabun, 68% konsumen air minum isi ulang mengonsumsi air minum yang bersyarat. Ada hubungan pengetahuan tentang penyakit diare dengan kejadian diare (p=0,001), ada hubungan kebiasaan memasak air dengan kejadian diare (p=0,002), ada hubungan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare (p=0,000), dan ada hubungan keberadaan bakteriologis E.coli

dalam air minum dengan kejadian diare (p=0.009). Saran bagi Puskesmas Ciputat yaitu memberikan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) tentang penyakit diare dan cara pencegahannya.

(9)

v FACULTY OF MEDICINE & HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY

ENVIRONMENTAL HEALTH Skripsi, July 2013

Yudhi Suyudhi Jayadisastra, NIM: 109101000001

Knowledge Of Relationships, Habits, and The Presence Of E. Coli In Drinking Water Bacteriological By Genesis Diarrhea In Consumer Drinking Water Refill Who Visited Clinic In Ciputat 2013

xiv + 102 pages, 13 tables, 3 charts, 3 attachments

ABSTRACT

Diarrheal disease remains a global health problem, especially in developing countries. In general, the main cause of the diarrhea cases due to the low availability of clean water, poor sanitation and unclean living behavior. In 2012 ciputat clinic has a case of diarrhea the second largest in South Tangerang for 1,935 people. Based on preliminary studies 70% of 30 patients with diarrhea who visited the Ciputat clinic are consuming drinking water refill and found 23 depot refill drinking water that is in the Ciputa area. Therefore, it is necessary to investigate the knowledge, habits and bacteriological presence of E.coli in drinking water with the incidence of diarrhea in consumers of drinking water refill who visited Ciputat clinic

This research is the method of analytic epidemiologic cross-sectional study with purposive sampling technique sampling. The dependent variables studied were the incidence of diarrhea and the independent variable is the knowledge of diarrheal disease, water cooking habits, habits of hand washing with soap, and the presence of bacteriological E.coli. The population is all the people in the ciputat area. Samples were people who visited the ciputat clinic and refill drinking water consumed in April 2013 with a sample of 50 people. Data obtained through interviews and laboratory testing of drinking water. Data analysis using chi-square test.

The results showed 68% of consumers drinking water refill diarrheal illness, 56% of consumers refill drinking water have bad knowledge of diarrhea, 70% of consumers are drinking water refill not boil water, 56% of consumers refill drinking water handwashing soap, 68% of consumers consume drinking water refill drinking water conditional. There is a relationship between knowledge about the incidence of diarrheal disease with diarrhea (p = 0.001), cooking water habit with the incidence of diarrhea (p = 0.002), habit of washing hands with soap with the incidence of diarrhea (p = 0.000), and there is a relationship where bacteriological E.coli in drinking water with the incidence of diarrhea (p = 0.009). Advice for ciputat clinic that provide CIE (Communication, Information, and Education) on diarrheal and how to prevent it.

(10)

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatu

Berkat rahmat Allah Subhanahu wa Ta’la yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang serta dorongan yang kuat, akhirnya saya dapat menyelesaikan laporan

skripsi dengan judul Hubungan Pengetahuan, Kebiasaan, dan Kandungan

Bakteriologis E.coli dalam Air Minum dengan Kejadian Diare pada Konsumen

Air Minum Isi Ulang yang Berkunjung ke Puskesmas Ciputat ”

Shalawat serta salam selalu terjunjung kepada Nabi Muhammad Shalallahu

‘Alaihi wa Sallam yang telah membawa umatnya dari dari zaman kegelapan akan

iman dan pengetahuan ke zaman terang benderang akan ilmu dan pengetahuan.

Kegiatan dan laporan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan

jenjang pendidikan S-1 pada semester VIII Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Isalam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Dibalik rasa syukur,dalam penulisan laporan skripsi ini penulis ingin

mengucapakan terima kasih dengan tulus atas bimbingan serta dukungan kepada:

1. Kedua orang tua, adek dan segenap keluarga yang mendukung,

mendoakan dan mencurahkan kasih sayangnya dari jauh.

2. Bapak Prof. MK. Tajuddin selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.

3. Ibu Ir. Febrianti, M.Si selaku Ketua Prodi Kesehatan Masyarakat yang

(11)

vii

4. Ibu Minsarnawati, SKM,M.Kes selaku pembimbing skripsi I atas

dukungan dan bimbingannya.

5. Ibu Ela Laelasari SKM,M.Kes selaku pembimbing II atas bimbingannya

dan dukungannya

6. Bapak Dr. Arif Sumantri, S.KM, Kes selaku penanggung jawab

Peminatan Kesehatan Lingkungan Program Studi Kesehatan Masyarakat.

7. Puskesmas Ciputat selaku tempat penelitian skripsi atas ketersediaannya

memberikan ijin untuk melakukan penelitian

8. Heni Sholatya Lubis yang selalu mensuport dalam pelaksanaan kegiatan

skripsi.

9. Untuk saudara seperjuangan, jama’ah peminatan kesehatan lingkungan

2009 dan KESMAS 2009 atas dukungan dan masukan penelitian; Rudi,

Tari, Nisa, Ersa, Agung, Yeni, Ratna, Rahmi, Maya, Cita, Aan, Risma,

Dila, Moris, Udin, Nita, Zia dan Reni.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan skripsi

ini. Oleh sebab itu dibutuhkan saran, kritik serta masukan dari semua pihak demi

terciptanya kebaikan bersama.

Ciputat, Juli 2013

(12)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN i

LEMBAR PERNYATAAN ii

2.1.6.Penatalaksanaan 23

2.2.Patogenesis Penyakit Berbasis Lingkungan 26

2.3.Sumber Penyakit Diare (Simpul1) 29

2.3.1.Bakteriologis E.coli 30

2.3.1.1. Definisi Escherichia coli 30

(13)

ix

2.3.1.3.Karakteristik Escherichia coli 34 2.3.1.4. Mekanisme masuknya Escherichia coli 36 2.3.1.5. Dampak Escherichia coli terhadap kesehatan 37

2.3.1.6.Uji Kualitatif Coliform 39

2.4. Media Transmisi Penyakit Diare (Simpul2) 42

2.4.1.Air Minum 42

2.4.1.1. Definisi air minum 42

2.4.1.2.Syarat syarat air minum 42

2.5. Faktor Kependudukan terkait Diare 45

2.5.1.Perilaku 46

2.4.1.1. Definisi perilaku 46

2.4.1.2. Jenis jenis perilaku 46

2.4.1.3. Perilaku kesehatan 47

2.4.1.5. Klasifikasi perilaku kesehatan 48

2.5.2.Pengetahuan 51

2.5.2.1.Pengertian pengetahuan 51

2.5.2.2. Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan 51

2.5.2.3.Pengukuran Pengetahuan 52

2.6. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Diare 53

2.7. Kerangka Teori 60

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep 61

3.2.Definisi Oprasional 64

3.3.Hipotesis 66

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian 67

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 67

4.3.Populasi dan Sampel Penelitian 67

4.3.1. Populasi penelitian 67

4.3.2.Sampel penelitian 67

(14)

x

4.3.2.2.Teknik sampling 70

4.4. Pengumpulan Data 70

4.4.1. Sumber data 70

4.4.2.Instrumen penelitian 71

4.4.3.Metode Pemeriksaan Bakteriologis E.coli 72

4.5.Pengolahan Data 74

4.5.1. Pengodean 74

4.5. 2.Penyuntingan data 75

4.5.3.Pemasukan data 75

4.5.4.Pengoreksian data 76

4.6.Analisis Data 76

4.6.1.Analisis univariat 76

4.6.2.Analisis bivariat 76

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1.Analisis Univariat 78

5.2.1.Gambaran Distribusi Kejadian Diare pada Konsumen Air

Minum Isi Ulang 78

5.2.2.Gambaran Distribusi Karakteristik Individu (Umur, Pendidikan,

dan jenis kelamin 79

5.2.3.Gambaran Distribusi Konsumen Air Minum Isi Ulang Berdasarkan Pengetahuan tentang Penyakit Diare 80

5.2.4.Gambaran Distribusi Konsumen Air Minum Isi Ulang

Berdasarkan Kebiasaan Memasak air 80

5.2.5.Gambaran Distribusi Konsumen Air Minum Isi Ulang Berdasarkan Kebiasaan Mencuci Tangan Pakai Sabun 81

5.2.6.Gambaran Distribusi Konsumen Air Minum Isi Ulang Berdasarkan Keberadaan Bakteriologis E.coli pada air

(15)

xi

5.3.Analisis Bivariat 83

5.3.1.Hubungan Pengetahuan tentang Diare dengan Kejadian Diare pada Konsumen Air Minum Isi Ulang yang Berkunjung ke

Puskesmas Ciputat 83

5.3.2.Hubungan Kebiasaan Memasak Air dengan Kejadian Diare pada Konsumen Air Minum Isi Ulang yang Berkunjung ke

Puskesmas Ciputat 84

5.3.3.Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Pakai Sabun dengan Kejadian Diare pada Konsumen Air Minum Isi Ulang yang

Berkunjung ke Puskesmas Ciputat 85

5.3.4.Hubungan Keberadaan Bakteriologis E.coli dalam Air Minum dengan Kejadian Diare pada Konsumen Air Minum Isi Ulang yang Berkunjung ke Puskesmas Ciputat 86

BAB VI PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian 88

6.2. Gambaran Kejadian Diare pada Konsumen Air Minum Isi Ulang

yang Berkunjung ke Puskesmas Ciputat 89

6.3. Hubungan Pengetahuan Tentang Penyakit Diare dengan Kejadian

Diare Pada Konsumen Air Minum Isi Ulang 90

6.4. Hubungan Kebiasaan Memasak Air dengan Kejadian Diare pada

Konsumen Air Minum Isi Ulang 92

6.5. Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan Pakai Sabun dengan Kejadian

Diare pada Konsumen Air Minum Isi Ulang 94

6.6. Hubungan Keberadaan Bakteriologis E.coli dalam Air Minum dengan Kejadian Diare pada Konsumen Air Minum Isi Ulang 96

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1.Simpulan 100

7.2.Saran 101

7.2.1.Bagi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan 101

7.2.2.Bagi Puskesmas Ciputat 101

(16)

xii

7.2.4.Bagi Konsumen Air Minum Isi Ulang 102

(17)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

3.1. Definisi Oprasional 64

4.1. Perhitungan Populasi Sempel Penelitian Terdahul 69

5.2. Distribusi Frekuensi Kejadian Diare pada Konsumen Air Minum Isi Ulang

78

5.3. Karakteristik Individu (Umur, Pendidikan, dan Jenis Kelamin) pada Konsumen Air Minum Isi Ulang

79

5.4. Distribusi Frekuensi Konsumen Air Minum Isi Ulang Berdasarkan Pengetahuan Tentang Penyakit Diare

80

5.5. Distribusi Konsumen Air Minum Isi Ulang Berdasarkan Kebiasaan Memasak Air

81

5.6. Distribusi Frekuensi Konsumen Air Minum Isi Ulang Berdasarkan Kebiasaan Mencuci Tangan

82

5.7. Distribusi Frekuensi Keberadaan Bakteriologis E.coli pada Air Minum yang di Konsumsi oleh Konsumen Air Minum Isi Ulang

82

5.8. Analisis Hubungan antara Pengetahuan Tentang Diare dengan Kejadian Diare pada Konsumen Air Minum Isi Ulang

84

5.9. Analisis Hubungan antara Kebiasaan Memasak Air dengan Kejadian Diare pada Konsumen Air Minum Isi Ulang

85

5.10. Analisis Hubungan antara Kebiasaan Mencuci Tangan Pakai Sabun Kejadian Diare pada Konsumen Air Minum Isi Ulang

86

5.11. Analisis Hubungan antara Keberadaan Bakteriologis

E.coli dengan Kejadian Diare pada Konsumen Air Minum Isi Ulang

(18)

xiv

DAFTAR BAGAN

NomorBagan Halaman

2.1 Patogenesis penyakit dalam perspektif lingkungan dan kependudukan

27

2.2 Kerangka Teori 60

(19)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara

berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan

dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia

pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak

dibawah umur 5 tahun. Diare merupakan kehilangan cairan dan elektrolit secara

berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar

dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Salwan, 2008 dalam Kusumaningrum,

2011).

Penyakit diare termasuk dalam 10 penyakit yang sering menimbulkan

kejadian luar biasa. Berdasarkan laporan Surveilans Terpadu Penyakit bersumber

data KLB (STP KLB) tahun 2010, diare menempati urutan ke 6 frekuensi KLB

terbanyak setelah DBD, Chikungunya, Keracunan makanan, Difteri dan Campak.

Keadaan ini tidak berbeda jauh dengan tahun 2009, menurut data STP KLB 2009

, KLB diare penyakit ke 7 terbanyak yang menimbulkan KLB. Jumlah kasus

KLB Diare pada tahun 2010 sebanyak 2.580 dengan kematian sebesar 77 kasus

(CFR 2.98%) (Kemenkes RI, 2011).

Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik

menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan

(20)

2

masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi

KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang

(CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus

5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010

terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan

kematian 73 orang (CFR 1,74 %.) (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) pada

Tahun 2007, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan

proporsi 3,5%, dengan prevalensi tertinggi diare terjadi pada anak balita (1-4

tahun) yaitu 16,7%. Sedangkan berdasarkan penyakit menular, diare merupakan

penyebab kematian peringkat ke-3 setelah TB dan Pneumonia. Juga didapatkan

bahwa penyebab kematian anak balita (usia 12-59 bulan), terbanyak adalah diare

(25,2%) (Kemenkes RI, 2011).

Salah satu program Direktorat Pemberatasan Penyakit Menular Langsung

(Direktorat P2ML-Ditjen PP&PL) adalah pemberantasan penyakit diare dengan

tujuan menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan dari penyakit

menular dan mencegah penyebaran serta mengurangi dampak sosial akibat

penyakit sehingga tidak menjadi masalah kesehatan. Adapun sasaran yang

hendak dicapai dari program tersebut adalah menurunnya angka kematian karena

diare pada golongan balita dari 2,5 menjadi 1,25 per 1.000 balita dan pada semua

golongan umur dari 54 menjadi 28 per 100.000 penduduk serta menurunnya

(21)

3

Pada umumnya penyebab utama kasus diare tersebut adalah rendahnya

ketersediaan air bersih, sanitasi yang buruk, dan perilaku hidup tidak bersih. Di

Indonesia, penduduk yang menggunakan air bersih baru mencapai 67,3% dari

angka tersebut hanya separuhnya yaitu 51,4% yang memenuhi syarat

bakteriologis, sehingga menyebabkan terjadinya penyakit diare sebagai salah satu

penyakit yang ditularkan melalui air dan masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat (Depkes, 2004).

Air juga merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan

makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan

oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan

adalah sebagai air minum. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh.

Sekitar 55- 60% berat badan orang dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak

sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80% (Notoadmodjo 2003).

Air berperan penting bagi manusia namun demikian air merupakan salah

satu media yang sangat baik untuk penularan berbagai penyakit, misalnya demam

typhoid, cholera, diare, dysentri, amoeba, hepatitis infectious, guinea

wormdisease, dan sebagainya. Standar kualitas air minum menurut Peraturan

Menteri Kesehatan No.492/Menkes/Per/IV/2010 memenuhi syarat dilihat dari

unsur biologis, fisik, maupun kimiawi. Dalam hal ini, indikator unsur biologis

yaitu tidak boleh mengandung bakteri Coliform atau dengan kata lain Coliform =

(22)

4

Ketika sampel air minum yang diambil ternyata tidak sesuai dengan standar

atau syarat diatas (terutama unsur biologinya), maka air tersebut tidak layak

untuk dikonsumsi oleh manusia dan hanya diperbolehkan untuk kegiatan

peternakan dan pertanian atau untuk keperluan rumah tangga lainnya

(Permenkes, 2010).

Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas

Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Tri Utami Pertiwi mengatakan, dari

pengujian 20 sampel kandungan air di pemukiman warga dan depot isi ulang

yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan pada tahun 2011,

ditemukan dua sampel yang terbukti tercemar oleh bakteri E.coli. Bila bakteri ini

hidup masuk ke mulut dan pencernaan manusia, tubuh akan bereaksi dengan

gejala diare, muntah-muntah sampai dengan demam tinggi (Utami, 2011).

Faktor lain yang dapat menyebabkan penyakit diare pada konsumen air

minum isi ulang adalah pengetahuan yang kurang tentang penyakit diare dan

kebiasaan konsumen yang kurang tepat dalam mengkonsumsi air minum isi

ulang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sandra (2007) bahwa tingkat

pengetahuan konsumen untuk mencegah penyakit diare umumnya rendah

(66,5%) dan ada hubungan pengetahuan konsumen tentang pencegahan diare

dengan penyakit diare pada konsumen air minum isi ulang di daerah Surabaya.

Selain itu, terdapat juga hubungan kebiasaan konsumen air minum isi ulang

(23)

5

air yang dikonsumsi dan kebiasaan konsumen tidak mencuci tangan dengan

sabun setelah buang air besar.

Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Musran (2008) menunjukkan bahwa

ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian diare. Demikian pula terdapat

hubungan antara kebiasaan memasak air dengan kejadian diare sedangkan

berdasarkan hasil penelitian Yulisa (2008), diketahui bahwa ada pengaruh tingkat

pendidikan, umur, sumber air minum, kualitas fisik air minum, jenis jamban

keluarga, jenis lantai rumah dengan kejadian diare.

Berdasarkan Laporan 30 besar penyakit yang ada di setiap Pukesmas

perawatan Dinas Kesehatan Tangerang Selatan Tahun 2012, didapatkan kasus

diare tertinggi berada di wilayah Puskesmas Kranggan sebanyak 2.298 penderita

dan Puskesmas Ciputat sebanyak 1.935 penderita. Namun, dalam penelitian ini

dipilih lokasi Puskesmas Ciputat dikarenakan berdasarkan hasil studi

pendahuluan didapatkan sebesar 70% dari 30 penderita diare yang berkunjung ke

puskesmas mengkonsumsi air minum isi ulang. Sedangkan pada Puskesmas

Kranggan dari 30 penderita diare hanya 10% yang mengonsumsi air minum isi

ulang. Hal ini dikarenakan masyarakat Kranggan masih banyak yang

mengonsumsi air minum yang bersumber dari air tanah/sumur sedangkan

masyarakat Ciputat mayoritas masyarakatnya mengonsumsi air minum isi ulang.

Selain itu, berdasarkan survey depot yang dilakukan ditemukan sebanyak 23

(24)

6

Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin melihat hubungan pengetahuan,

kebiasaan dan keberadaan bakteriologis E.coli dalam air minum dengan kejadian

diare pada konsumen air minum isi ulang yang berkunjung ke Puskesmas

Ciputat.

1.2.Rumusan Masalah

Keberadaan depot air minum isi ulang terus meningkat sejalan dengan

kebutuhan akan air minum yang praktis dan ekonomis untuk dikonsumsi. Meski

lebih murah, tidak semua depot air minum isi ulang terjamin keamanan

produknya. Dengan tidak adanya jaminan dan pengawasannya terhadap kualitas

air minum dari Depot Air Minum Ulang (DAMIU) sangat memungkinkan air

minum yang dikonsumsi masih mengandung bakteriologis E.coli. Bila bakteri ini

hidup masuk ke mulut dan pencernaan manusia, tubuh akan bereaksi dengan

gejala diare. Berdasarkan hasil laporan tahunan Puskesmas Ciputat diketahui

bahwa Puskesmas Ciputat memiliki angka kejadian diare yang cukup besar yaitu

sebesar 1.935 penderita diare (LB 3 Puskesmas Ciputat, 2012). Menurut data

diatas, konsumsi air minum isi ulang menjadi salah satu indikasi/dugaan faktor

penyebab masyarakat Ciputat terkena diare. Selain itu, faktor pengetahuan dan

kebiasaan masyarakat juga mempunyai hubungan terhadap penyakit diare. Hal

ini menjadi dasar peneliti untuk melihat hubungan pengetahuan, kebiasaan dan

(25)

7

masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Ciputat yang mengkonsumsi air

minum isi ulang.

1.3.Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kejadian diare pada konsumen air minum isi ulang

yang berkunjung ke Puskesmas Ciputat ?

2. Bagaimana gambaran karakteristik individu (umur, pendidikan, dan jenis

kelamin) pada konsumen air minum isi ulang yang berkunjung ke

Puskesmas Ciputat ?

3. Bagaimana gambaran pengetahuan tentang diare pada konsumen air minum

isi ulang yang berkunjung ke Puskesmas Ciputat ?

4. Bagaimana gambaran kebiasaan memasak air pada konsumen air minum isi

ulang yang berkunjung ke Puskesmas Ciputat ?

5. Bagaimana gambaran kebiasaan mencuci tangan dengan sabun pada

konsumen air minum isi ulang yang berkunjung ke Puskesmas Ciputat ?

6. Bagaimana gambaran keberadaan bakteriologis E.coli pada air minum yang

dikonsumsi oleh konsumen air minum isi ulang yang berkunjung ke

Puskesmas Ciputat ?

7. Bagaimana hubungan pengetahuan tentang diare dengan kejadian diare pada

konsumen air minum isi ulang isi ulang yang berkunjung ke Puskesmas

(26)

8

8. Bagaimana hubungan kebiasaan memasak air terlebih dahulu sebelum

dikonsumsi dengan kejadian diare pada konsumen air minum isi ulang yang

berkunjung ke Puskesmas Ciputat ?

9. Bagaimana hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dengan

kejadian diare pada konsumen air minum isi ulang yang berkunjung ke

Puskesmas Ciputat ?

10. Bagaimana hubungan keberadaan bakteriologis E.coli pada air minum

dengan kejadian diare pada konsumen air minum isi ulang yang berkunjung

ke Puskesmas Ciputat ?

1.4.Tujuan Penelitian 1.4.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, kebiasaan dan keberadaan

bakteriologis E.coli dalam air minum dengan kejadian diare pada

konsumen air minum isi ulang yang berkunjung ke Puskesmas Ciputat.

1.4.2.Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui gambaran kejadian diare pada konsumen air minum

isi ulang yang berkunjung ke Puskesmas Ciputat.

2) Untuk mengetahui gambaran karakteristik individu (umur, pendidikan,

dan jenis kelamin,) konsumen air minum isi ulang yang berkunjung ke

(27)

9

3) Untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang diare pada kosumen

air minum isi ulang yang berkunjung ke Puskesmas Ciputat.

4) Untuk mengetahui gambaran kebiasaan memasak air terlebih dahulu

sebelum di konsumsi pada konsumen air minum isi ulang yang

berkunjung ke Puskesmas Ciputat.

5) Untuk mengetahui gambaran kebiasaan mencuci tangan dengan sabun

pada konsumen air minum isi ulang yang berkunjung ke Puskesmas

Ciputat.

6) Untuk mengetahui gambaran keberadaan bakteriologis E.coli pada air

minum yang dikonsumsi oleh konsumen air minum isi ulang yang

berkunjung ke Puskesmas Ciputat.

7) Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang diare dengan

kejadian diare pada konsumen air minum isi ulang isi ulang yang

berkunjung ke Puskesmas Ciputat.

8) Untuk mengetahui hubungan kebiasaan memasak air dengan kejadian

diare pada konsumen air minum isi ulang yang berkunjung ke

Puskesmas Ciputat.

9) Untuk mengetahui hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun

dengan kejadian diare pada konsumen air minum isi ulang yang

(28)

10

10) Untuk mengetahui hubungan keberadaan bakteriologis E.coli pada air

minum dengan kejadian diare pada konsumen air minum isi ulang

yang berkunjung ke Puskesmas Ciputat.

1.5.Manfaat Penelitian

1.5.1.Bagi Puskesmas Ciputat

Memberikan informasi bagi instansi terkait khususnya bagi

Puskesmas Ciputat tentang hubungan kandungan bakteriologis E.coli pada

air minum terhadap penyakit diare pada konsumen air minum isi ulang

yang berkunjung ke Ciputat.

1.5.2.Bagi Peneliti

Memberi pengalaman dan menambah wawasan dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki khususnya tentang

hubungan pengetahuan, kebiasaan, dan kandungan bakteriologis E.coli

pada air minum dengan kerjadian penyakit diare pada konsumen air minum

isi ulang yang berkunjung ke Puskesmas Ciputat.

1.5.3.Bagi Masyarakat

Memberikan informasi dan pedoman bagi masyarakat dalam memilih

(29)

11 1.6.Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta selama bulan Maret-Juli 2013 di Puskesmas Ciputat. Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan, kebiasaan dan

keberadaan bakteriologis E.coli dalam air minum dengan kejadian diare pada

konsumen air minum isi ulang. Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi

analitik dengan desain penelitian cross sectional study. Populasi pada penelitian

ini adalah masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Ciputat, metode

pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara

terstruktur dan uji laboratorium terkait kandungan bakteriologis air minum isi

ulang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner karakteristik individu (umur,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan), pengetahuan tentang penyakit diare,

(30)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Penyakit Diare

2.1.1. Definisi diare

Diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari

tiga kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari

atau lebih (Word Health Organization, 2009). Menurut Depkes (2000)

Diare merupakan buang air besar lembek atau cair dapat berupa air

saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali

atau lebih dalam sehari).

Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal

atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan dengan peningkatan

volume keenceran, serta frekwensi lebih dari tiga kali sehari pada anak

dan pada bayi lebih dari empat kali sehari dengan atau tanpa lendir

darah (Kemenkes RI, 2010).

2.1.2. Jenis diare

Menurut Departemen Kesehatan RI, 2000, berdasarkan jenisnya

diare dibagi menjadi empat yaitu :

a) Diare akut

Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari

(31)

13

sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi

penderita diare.

b)Disentri

Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat

disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan

kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa.

c) Diare persisten

Diare presisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

secara terus menerus. Akibatnya adalah penurunan berat badan dan

gangguan metabolism.

d)Diare dengan masalah lain

Anak yang menderita diare mungkin juga disertai dengan

penyakit lain, seperti demam gangguan gizi atau penyakit lainnya.

Menurut Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral PPM dan

PL tahun 2007, jenis-jenis diare terdiri dari :

a) Diare akut

merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut

Rotavirus yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan

dapat berupa air saja yang frekuensinya bisa tiga kali atau lebih

(32)

14

merupakan virus usus pathogen yang menduduki urutan pertama

sebagai penyebab diare akut pada anak-anak.

b)Diare bermasalah

Diare yang disebabkan oleh inveksi, virus, bakteri, parasit,

intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan secara

fecal-oral, kontak dari orang ke orang atau kontak orang dengan alat

rumah tangga. Diare ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian

pada hari kedua atau ketiga baru muncul darah, dengan maupun

tanpa lendir, sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus panas

disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah.

c) Diare presisten

Diare akut yang menetap, dimana titik sentral pathogenesis

diare presisten adalah kerusakan mukosa usus. Penyebab diare

presisten sama dengan penyebab diare akut.

Menurut Departemen Kesehatan RI, 2011, jenis diare terdiri dari :

a) Diare akut cair

Buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari biasanya

(pada umumnya tiga kali atau lebih) perhari dengan konsistensi cair

dan berlangsung kurang dari tujuh hari.

(33)

15

Secara operasional diare akut adalah diare yang pada awalnya

mendadak dan berlangsung dalam beberapa jam sampai dengan 14

hari.

c) Diare kronis

Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari dua minggu

(14 hari).

d)Diare bermasalah

Diare ini umumnya diawali oleh tinja cair kemudian pada hari

kedua atau ketiga baru muncul darah dengan ataupun tanpa lendir.

adapun macam-macam diare bermasalah sebagai berikut :

1. Diare berdarah

2. Kolera

3. Diare berkepanjangan

4. Diare presisten/diare kronik

5. Diare dengan gizi buruk

6. Diare dengan penyakit penyerta

2.1.3. Epidemiologi Diare

Menurut Departemen Kesehatan RI (2005), epidemiologi

penyakit diare berdasarkan konsep Host-Agent-Environment adalah

sebagai berikut :

(34)

16

Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui facel oral

antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan

atau kotak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku yang

dapat menyebabkan penyebaran kuman diare dan meningkatkan

resiko terjadinya diare, antara lain:

1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama

kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh resiko

untuk menderita diare jauh lebih besar daripada yang diberi ASI

secara penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga

lebih besar.

2. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan

disimpan beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar

dan kuman akan berkembang biak.

3. Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah

tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah,

Pencemaran di rumah dapat terjadi apabila tempat penyimpanan

tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air pada

saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

4. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar atau sesudah

membuang tinja anak atau sebelum makan.

(35)

17

b)Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare.

Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden

beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Tidak memberikan ASI sampai dengan umur dua tahun. ASI

mengandung antibodi yang dapat melindungi kita terhadap

berbagai kuman penyebab diare.

2. Kurang gizi, beratnya penyakit, lama dan resiko kematian

karena diare meningkat pada anak-anak yang menderita

gangguan gizi terutama pada penderita gizi buruk.

3. Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat

pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam waktu

empat trakhir, hal ini sebagai akibat penurunan kekebalan tubuh

penderita.

4. Imunodefesiensi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung

sementara, misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau

mungkin yang berlangsung lama seperti pada penderita

HIV/AIDS, diare dapat terjadi karena kuman yang tidak

pathogen dan mungkin juga berlangsung lama.

c) Faktor lingkungan dan perilaku

penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis

lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan

(36)

18

dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat

karena tercemar kuman/bakteri diare serta berakumulasi dengan

perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan

minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.

2.1.4. Patofisiologi Diare

Fungsi utama dari saluran cerna adalah menyiapkan makanan

untuk keperluan hidup sel, pembatasan sekresi empedu dan

pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak dicerna. Fungsi tadi

memerlukan berbagai proses fisiologi pencernaan yang majemuk,

aktifitas pencernaan tersebut dapat berupa (Muhadi, 2008):

a) Proses masuknya makanan dari mulut kedalam usus.

b) proses pengunyahan : menghaluskan makanan dengan cara

mengunyah dan mencampur dengan enzim-enzim di rongga mulut.

c) Proses penelanan makanan : gerakan makanan dari mulut ke getser.

d) Pencernaan : penghancuran makanan secara mekanik, pencampuran

dan hidrolisa bahan makanan dengan enzim-enzim.

e) Penyerapan makanan : perjalanan molekul makanan melalui selaput

lendir usus kedalam sirkulasi darah dan limfah.

f) Peristaltik : gerakan dinding usus secara ritmik berupa gelombang

kontraksi sehingga makanan bergerak dari lambung ke distal.

(37)

19

Dalam keadaan normal dimana seluruh pencernaan berfungsi

efektif dan menghasilkan ampas tinja 50-100 gr sehari mengandung

air sebanyak 60-80%.dalam saluran gastrointestinal cairan

mengikuti sacara pasif gerakan bidireksional transmukosal atau

longitudinal intraluminal bersama elektrolit dan zat-zat padat

lainnya yang memiliki sifat aktif osmotic. Cairan yang berada

dalam saluran garstrointestinal terdiri dari cairan yang masuk secara

per oral, saliva, sekresi lambung, empedu, sekresi pancreas serta

sekresi usus halus. cairan tersebut diserap usus halus, dan

selanjutnya usus besar menyerap kembali cairan intestinal, sehingga

tersisa kurang lebih 50-100 gr sebagai tinja. motolitas usus halus

mempunyai fungsi untuk :

a) menggerakan secara teratur bolus makanan dari lambung ke

sekum

b) mencampur khim dengan enzim pankreas dan empedu

c) mencegah bakteri untuk berkembang biak

Faktor-faktor fisiologi yang menyebabkan diare sangat erat

hubungannya satu dengan lainnya. misalnya bertambahnya cairan pada

intraluminal akan menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis,

sehingga meningkatkan gerakan peristaltik usus dan akan

(38)

20

memperpendek waktu sentuhan skim dengan selaput lendir usus,

sehingga penyerapan air elektrolit dan zat lain akan mengalami

gangguan.

Berdasarkan gangguan fungsi fisiologi saluran cerna dan macam

penyebab dari daire, maka patofisiologi diare dapat dibagi dalam 3

kelainan pokok yang seperti (Muhadi, 2008):

1. Daire sekretorik

Disebabkan oleh sekresi air dan elektronik ke dalam usus halus

yang terjadi akibat gangguan absorpsi natrium oleh viluues saluran

cerna, sedangkan sekresi klorida tetep berlangsung atau meningkat.

keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh

sebagai tinja cair. diare sekretorik ditemukan pada diare yang

disebakan oleh infeksi bakteri akibat rangsangan pada mukosa usus

oleh toksin, misalnya toksin E.coli atau Vibrio cholera.

2. Diare osmotik

Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilalui

oleh air dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan

osmotik antara lumen usus dan cairan ekstrasel. Oleh karena itu,

bila di lumen usus terdapat bahan yang secara osmotik aktif dan

sulit diserap akan menyebabkan diare. Bila bahan tersebut adalah

larutan isotonik, air atau bahan yang larut maka akan melewati

(39)

21 3. Diare inflamasi

Diare disebabkan oleh karena inflamasi pada mukosa usus,

sehingga terjadi produksi lendir yang berlebihan dan eksudasi air

dan elektrolit kedalam lumen, gangguan abrsopsi air secara

elektrolit.

2.1.5. Pencegahan Diare

Menurut Kemenkes RI (2011), beberapa hal yang harus dilakukan

untuk mencegah tidak terjangkitnya penyakit diare adalah sebagai

berikut:

1. Memberikan ASI

ASI turut memberikan perlindungan terhadap terjadinya diare

pada balita karena antibody dan zat-zat lain yang terkandung

didalamnya memberikan perlindungan secara imunologi.

2. Memperbaiki makanan pendamping ASI

Perilaku yang salah dalam pemberian makanan pendamping

ASI dapat menyebabkan risiko terjadinya terjadinya diare sehingga

dalam pemberiannya harus memperhatikan waktu dan jenis

makanan yang diberikan. pemberian makanan pendamping ASI

sebaiknya dimulai dengan memberikan makanan lunak ketika anak

berumur 6 bulan dan dapat diteruskan pemberian ASI, setelah anak

berumur 9 bulan atau lebih, tambahkan macam makanan lain dan

(40)

22

berumur 11 tahun berikan semua makanan yang dimasak dengan

baik, frekuensi pemberiannya 4-6 kali sehari.

3. Menggunakan air bersih yang cukup

Risiko untuk menderita diare dapat dikurangi dengan

menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari

kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanannya di

rumah. Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:

a) Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.

b) Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan,

membuat lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari

sumber yang digunakan serta lebih rendah, dan menggali parit

aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari sumber.

c) Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan

gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.

d) Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan.

4. Mencuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan

yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.

Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,

sesudah membuang tinja anak, setelah menceboki bayi/anak,

(41)

23

sebelum makan dan setelah memegang hewan mempunyai dampak

dalam kejadian diare.

5. Menggunakan jamban

Upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar

dalam penurunan risiko penularan diare karena penularan kuman

penyebab diare melalui tinja dapat dihindari.

6. Membuang tinja bayi dengan benar

Membuang tinja bayi ke dalam jamban sesegera mungkin

sehingga penularan kuman penyebab diare melalui tinja bayi dapat

dicegah.

2.1.6. Penatalaksanaan

Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare adalah

Lintas Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare). Adapun program

Lintas Diare yaitu:

1) Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

2) Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

3) Teruskan pemberian ASI dan Makanan

4) Antibiotik Selektif

(42)

24

Berikut urayan program Lintas Diare :

1. Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai

dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah,

dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin,

kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran

sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat

mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang

terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang.

Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana

kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI,

2011).

2. Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam

tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric

Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama

diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga

berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami

kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare. Pemberian

Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat

(43)

25

mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian

diare pada 3 bulan berikutnya (Kemenkes RI, 2011).

3. Pemberian ASI/makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk

memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap

kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak

yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang

minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya.

Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah

mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang

mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering.

Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan

selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan

(Kemenkes RI, 2011).

4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena

kecilnya kejadian diare pada seseorang yang disebabkan oleh

bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan

darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera

(Kemenkes RI, 2011). Obat-obatan anti diare juga tidak boleh

diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak

(44)

26

berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun

meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar

menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat

fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan

oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).

5. Pemberian Nasihat

Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang

berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang:

1) Cara memberikan cairan dan obat di rumah.

2) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan

bila :

a) Diare lebih sering

b) Muntah berulang

c) Sangat haus

d) Makan/minum sedikit

e) Timbul demam

f) Tinja berdarah

g) Tidak membaik dalam 3 hari.

2.2.Patogenesis Penyakit Berbasis Lingkungan (Achmadi, 2010)

Pathogenesis penyakit berbasis lingkungan dapat digambarkan dalam

suatu model atau paradigma. Paradigma tersebut menggambarkan hubungan

(45)

27

dengan manusia. Hubungan interaktif tersebut sebagaimana digambarkan oleh

Achmadi (2010) yaitu paradigma kesehatan lingkungan.

Dengan mempelajari pathogenesis penyakit, kita dapat menentukan

pada titik mana atau simpul mana kita bias melakukan pencegahan. Tanpa

memahami pathogenesis atau proses kejadian penyakit berbasis lingkungan,

sulit melakukan pencegahan.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa kejadian penyakit merupakan hasil

hubungan interaktif antara manusia dan perilakunya serta komponen

lingkungan yang memiliki potensi penyakit. Perilaku penduduk yang

merupakan salah satu representative budaya merupakan salah satu variable

kependudukan, yaitu umur, gender, pendidikan, genetik, dan lain sebagainya.

Dengan demikian, kejadian penyakit pada hakikatnya dipengaruhi oleh

variable kependudukan dan variable lingkungan. Dengan kata lain pula,

gangguan kesehatan merupakan resultant dari hubungan interaktif antara

lingkungan dan variable kependudukan.

Patogenesis penyakit dalam perspektif lingkungan dan kependudukan

dapat digambarkan dalam teori Simpul (Achmadi, 2010) pada bagan 2.1

dibawah ini:

(46)

28

Bagan 2.1

Patogenesis penyakit dalam perspektif lingkungan dan kependudukan

Sumber : (Achmadi, 2010)

Dengan mengacu kepada gambaran skematik tersebut, maka

pathogenesis atau proses kejadian penyakit berbasis lingkungan dapat

diuraikan ke dalam 5 simpul, yaitu simpul 1 sebagai sumber penyakit; simpul

2 adalah komponen lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit;

simpul 3 adalah penduduk dengan berbagai variable kependudukan seperti

umur, gizi, pendidikan, dll; sedangkan simpul 4 adalah penduduk yang dalam

keadaan sehat atau sakit setelah mengalami interaksi atau exposure dalam

komponen lingkungan yang mengandung agen penyakit. Sedangkan simpul 5 Simpul 1

(47)

29

adalah semua variabel yang memiliki pengaruh teradap ke-empat simpul

tersebut. Sebagai contoh adalah kebijakan pemerintah dan program kesehatan.

Simpul-simpul tersebut pada dasarnya menuntun kita sebagai simpul

pencegahan atau simpul manajemen untuk mencegah penyakit tertentu agar

tidak perlu menunggu hingga simpul 4 terjadi. Dengan mengendalikan sumber

penyakit, kita dapat mencegah pada proses kejadian hingga simpul 3,4 atau 5.

2.3.Sumber Penyakit Diare (Simpul 1)

Sumber penyakit adalah titik yang mempunyai dan atau mengadakan

agen penyakit serta menemisikan agen penyakit. Agen penyakit adalah

komponen lingkungan yang menimbulkan gangguan penyakit melalui media

perantara (yang juga komponen lingkungan) (Achmadi, 2010).

Menurut Kemenkes RI (2011), sumber penyait diare sebagai berikut :

a. Infeksi virus

Infeksi virus masih merupakan penyebab utama penyakit diare. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Indonesian Rotavirus Survailance Network

(IRSN) dan Litbangkes pada pasien anak di 6 rumah sakit terutama

disebabkan oleh rotavirus dan adenovirus.

b. Bakteri

Infeksi karena bakteri mengakibatkan kerusakan fili usus karena

(48)

30

menyebabkan malabsorbi laktosa. Bakteri tersebut berupa E.coli,

Stapaureus, dll.

2.3.1.Bakteriologis E.coli 2.3.1.1.Definisi E.coli

Escherichia coli adalah bakteri yang biasa ditemukan

dalam usus manusia dan hewan berdarah panas (WHO, 2005).

Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang

menyebabkan diare. Bakteri ini diklasifikasikan oleh ciri khas

sifat-sifat virulensinya dan setiap grup menimbulkan penyakit

melalui mekanisme yang berbeda. Gejalanya yaitu diare yang

merupakan buang air besar yang encer dengan frekuensi 4x atau

lebih dalam sehari, kadang disertai muntah, badan lesu atau

lemah, panas, tidak nafsu makan, bahkan darah dan lender dalam

kotoran. Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan

elektrolit sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan

irama jantung maupun perdarahan otak (Jawetz,1996).

Bakteri Escherichia coli dapat ditemui diusus manusia dan

binatang berdarah panas, sebagian besar strainnya tidaklah

berbahaya, tetapi strain tertentu “enterohaemorhagic Escherichia

coli (EHEC)” akan menimbulkan penyakit berbahaya dan

(49)

31

Eschericia coli merupakan bakteri yang tidak berbahaya

dan hidup normal dalam usus halus manusia, tetapi bila tubuh

banyak mengandung Eschericia coli dapat menyebabkan

penyakit seperti saluran kencing dan diare. Di negara

berkembang gastroenteritis pada bayi lebih banyak disebabkan

oleh Eschericia coli dari padafaktor lain ( Duerden, 1987).

Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari

kotoran hewan manusia. bakteri Escherichia coli merupakan

mikroorganisme normal yang terdapat dalam kotoran manusia,

baik sehat maupun sakit. dalam satu gram kotoran manusia

terdapat sekitar seratus juta bakteri Escherichia coli (Enviromental Sanitation’s Journal, 2010).

2.3.1.2.Sumber E.coli

Penyakit yang sering ditimbulkan oleh Eschericia coli

adalah diare. Eschericia coli ini diklasifikasikan oleh ciri khas

sifat-sifat virulensinya dan setiap grup menimbulkan penyakit

melalui mekanisme yang berbeda, menurut Duerden (1987)

antara lain:

a) Eschericia colianteropatogen (EPEC) :

Merupakan penyebab diare terpenting pada bayi,

terutama di Negara berkembang Mekanismenya adalah

(50)

32

dan membentuk filamentous actin pedestalsehingga

menyebabkan diare cair yang biasanya sembuh sendiri tapi

dapat juga menjadi kronis.

b) Eschericia colienterotoksigenik (ETEC) :

Penyebab yang sering dari diare wisatawan dan sangat

penting menyebabkan diare pada bayi di Negara berkembang.

Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik untuk menimbulkan

pelekatan ETEC pada sel epitel usus kecil. Lumen usus

terengang oleh cairan dan mengakibatkan hipermortilitas serta

diare, dan berlangsung selama beberapa hari. Beberapa strain

ETEC menghasilkan eksotosin tidak tahan panas. Prokfilaksis

antimikroba dapat efektif tetapi bisa menimbulkan

peningkatan resistensi antibiotic pada bakteri, mungkin

sebaiknya tidak dianjurkan secara umum. Ketika timbul diare,

pemberian antibiotic dapat secara efektif mempersingkat

lamanya penyakit. Diare tanpa disertai demam ini terjadi pada

manusia, babi, domba, kambing, kuda, anjing, dan sapi. ETEC

menggunakan fimbrial adhesi (penonjolan dari dinding sel

bakteri) untuk mengikat sel – sel enterocit di usus halus.

ETEC dapat memproduksi 2 proteinous enterotoksin: dua

protein yang lebih besar, LT enterotoksin sama pada struktur

(51)

33

menyebabkan akumulasi cGMP pada sel target dan elektrolit

dan cairan sekresi berikutnya ke lumen usus. ETEC strains

tidak invasive dan tidak tinggal pada lumen usus.

c) Eschericia coli Enterohemoragik (EHEC) :

Menghasilkan verotoksin, dinamai sesuai efek

sitotoksinya pada sel Vero, suatu sel hijau dari monyet hijau

Afrika. Terdapat sedikitnya dua bentuk antigenic dari toksin.

EHEC berhubungan dengan holitis hemoragik, bentuk diare

yang berat dan dengan sindroma uremia hemolitik, suatu

penyakit akibat gagal ginja akut, anemia hemolitik

mikroangiopatik, dan trombositopenia. Banyak kasus EHEC

dapat dicegah dengan memasak daging sampai matang. Diare

ini ditemukan pada manusia, sapi, dan kambing.

d) Eschericia coli Enteroinvansif (EIEC) :

Menyebabkan penyakit yang sangat mirip dengan

shigellosis. Penyakit terjadi sangat mirip dengan shigellosis.

Penyakit sering terjadi pada anak – anak di Negara

berkrmbang dan para wisatawan yang menuju ke Negara

tersebut. EIEC melakukan fermentasi laktosa dengan lambat

dan tidak bergerak. EIEC menimbulkan penyakit melalui

invasinya ke sel epitel mukosa usus. Diare ini ditemukan

(52)

34

e) Eschericia coli Enteroagregatif (EAEC)

Menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di

negara berkembang. Bakteri ini ditandai dengan pola khas

pelekatannya pada sel manusia. EAEC menproduksi

hemolisin dan ST enterotoksin yang sama dengan ETEC.

2.3.1.3.Karaktristik E.coli

Eschericia coli dari anggota family Enterobacteriaceae.

Ukuran sel dengan panjang 2,0 –6,0 μm dan lebar 1,1 –1,5 μm.

Bentuk sel dari bentuk seperti coocal hingga membentuk

sepanjang ukuran filamentous. Tidak ditemukan spora pada

Eschericia coli batang gram nehgatif. Selnya bisa terdapat

tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek, biasanya tidak

berkapsul.bakteri ini aerobic dan dapat juga aerobic fakultatif.

Eschericia coli merupakan penghuni normal usus, seringkali

menyebabkan infeksi (Jawetz,1996).

Kapsula atau mikrokapsula terbuat dari asam – asam

polisakarida. Mukoid kadang – kadang memproduksi

pembuangan ekstraselular yang tidak lain adalah sebuah

polisakarida dari speksitifitas antigen K tententu atau terdapat

pada asam polisakarida yang dibentuk oleh banyak Eschericia

(53)

35

sebagai antigen M dan dikomposisikan oleh asam kolanik

(Jawetz,1996).

Biasanya sel ini bergerak dengan flagella petrichous.

Eschericia coli memproduksi macam – macam fimbria atau pili

yang berbeda, banyak macamnya pada struktur dan speksitifitas

antigen, antara lain filamentus, proteinaceus, seperti rambut

appendages di sekeliling sel dalam variasi jumlah. Fimbria

merupakan rangkaian hidrofobik dan mempunyai pengaruh

panas atau organ spesifik yang bersifat adhesi. Hal itu

merupakan faktor virulensi yang penting (Jawetz,1996).

Eschericia coli merupakan bakteri fakultatif anaerob,

kemoorganotropik, mempunyai tipe metabolisme fermentasi dan

respirasi tetapi pertumbuhannya paling sedikit banyak di bawah

keadaan anaerob.pertumbuhan yang baik pada suhu optimal

370C pada media yang mengandung 1% peptone sebagai sumber

karbon dan nitrogen. E. Coli memfermentasikan laktosa dan

memproduksi indol yang digunakan untuk mengidentifikasikan

(54)

36

2.3.1.4.Mekanisme Masuknya E.coli ke Tubuh Mnusia

Perilaku yang tidak higienis terutama setelah buang air

besar (dari toilet), dapat juga menjadi penyebab masuknya

Eschericia coli ke dalam tubuh manusia saat kita makan dan

atau menyuapi anak atau lansia (Sukanda, 2008).

Manusia terinfeksi Eschericia coli didapat dari makanan

dan atau minuman yang terkontaminasi. Untuk bakteri

Eschericia coli hidup di usus sapi yang sehat dan kontaminasi

dapat terjadi ketika penyembelihan. Daging rusa juga dapat

terinfeksi oleh organism ini. Mengkonsumsi daging sapi atau

rusa yang tidak cukup matang adalah penyebab utama manusia

dapat terinfeksi (AAFP, 1999-2006 dalam Sukanda, 2008).

Seseorang yang terinfeksi bakteri Eschericia coli dapat

ditemukan dikotorannya hingga dua minggu setelah gejalanya

berhenti. Orang-orang ini dapat menularkan bakteri Eschericia

coli kepada prang lain jika mereka tidak mencuci tangannya

setelah dari toilet. Anak-anak memiliki resiko “autbreaks

karena banyaknya jumlah anak anak yang kurang paham

mencuci tangan setelah dari toilet. Hal ini juga menjadikan

resiko penularan kepada teman-temannya dan keluarga(AAFP,

(55)

37

Menurut Vries, Garry Cores 2006 dalam Sukanda 2008,

ada beberapa cara manusia dapat terinfeksi oleh Eschericia coli

yaitu melalui :

a) Mengkonsumsi produk daging sapi yang kurang matang.

b) Mengkonsumsi susu, jus buah dan sari apel yang tidak

dipasteurisasi.

c) Meminum atau berenang di air yang terkontaminasi dengan

kotoran hewan atau manusia

Terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai faktor.

Salah satu adalah terinfeksinya makanan dan minum yang

dikonsumsi manusia kemudian masuk kedalam saluran

pencernaan. masuknya E.coli hidup kedalam usus setelah

berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme

tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan

akibat toksin tersebut terjadi hipertensi yang selanjutnya

menimbulkan diare (Kumar et al, 2012).

2.3.1.5.Dampak E.coli terhadap Kesehatan

Penyakit yang sering ditimbulkan oleh Eschericia coli

adalah diare Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan

elektrolit, sehingga terjadi gangguan irama pada jantung maupun

(56)

38

Diare sering kali disertai dengan dehidrasi (kekurangan

cairan). Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering.

Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput, mata dan

ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang dari 18

bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya

menyebabkan syok.

Selain diare ,Eschericia coli juga dapat menyebabkan

beberapa penyakit yang bisa juga disebabkan oleh beberapa

bakteri lain, diantaranya sebagai berikut :

a) Infeksi saluran kemih

Penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan

merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama pada

kira-kira 90% wanita muda.

b) Sepsis

Bila pertahanan inang normal tidak mencukupi, E.coli dapat

memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi yang

baru lahir dapat sangat rentan terhadap sepsis E.coli karena

tidak memiliki antibody lgM. sepsis dapat terjadi akibat

infeksi saluran kemih.

c) Miningitis

E.coli merupakan salah satu penyebab utama meningitis pada

(57)

39

Selain penyakit diatas, bakteri E. coli dapat menyebabkan

juga penyakit seperti :

1) Gangguan system pencernaan

2) Gangguan system pada ginjal

3) Serangan jantung atau stroke

4) Tekanan darah tinggi

2.3.1.6.Uji Kualitatif Coliform

Uji kualitatif koliform secara lengkap terdiri dari 3 tahap

yaitu: (a) Uji penduga (presumptive test), (b) Uji penguat

(confirmed test) dan Uji pelengkap (completed test)

(Widianti,2004).

1) Uji penduga (presumptive test).

Uji penduga merupakan uji kuantitatif koliform

menggunakan metode MPN. Tes pendahuluan dapat

menunjukkan adanya bakteri koliform berdasarkan dari

terbentuknya asam dan gas yang disebabkan karena

fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koli. Tingkat

kekeruhan pada media laktosa menandakan adanya zat asam.

Gelembung udara pada tabung durham menandakan adanya

gas yang dihasilkan bakteri. Tabung dinyatakan positif jika

(58)

40

tabung durham. Kandungan bakteri Escherichia coli dapat

dilihat dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi

positif terbentuk asam dan gas dan dibandingkan dengan tabel

MPN. Metode MPN dilakukan untuk menghitung jumlah

mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair. Inkubasi 1 x 24

jam hasilnya negatif, maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24

jam pada suhu 350C. Waktu inkubasi selama 2 x 24 jam tidak

terbentuk gas dalam tabung Durham menunjukkan hasil

negatif. Jumlah tabung yang positif dihitung pada

masing-masing seri. MPN penduga dapat dihitung dengan melihat

tabel MPN.

2) Uji penguat (confirmed test)

Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji

ketetapan. Tabung yang positif terbentuk asam dan gas

terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam, suspensi ditanamkan

pada media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA) secara aseptik

dengan menggunakan jarum inokulasi. Koloni

bakteri Escherichia coli tumbuh berwarna merah kehijauan

dengan kilat metalik atau koloni berwarna merah muda

(59)

41

3) Uji pelengkap (completed test)

Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji

kelengkapan untuk menentukan bakteri Escherichia

coli. Koloni yang berwarna pada uji ketetapan diinokulasikan

ke dalam medium kaldu laktosa dan medium agar miring

Nutrient Agar (NA), dengan jarum inokulasi secara

aseptik. Tahapan selanjutnya adalah diinkubasi pada suhu

370C selama 1 x 24 jam. Hasilyang positif akan terbentuk

asam dan gas pada kaldu laktosa, maka sampel positif

mengandung bakteri Escherichia coli. Media agar miring NA

dibuat pewarnaan gram dimana bakter Escherichia

coli menunjukkan gram negatif berbentuk batang

pendek. Cara untuk membedakan bakteri golongan koli dari

bakteri golongan coli fekal (berasal dari tinja hewan berdarah

panas), dilakukan duplo, dimana satu seri diinkubasi pada

suhu 370C (untuk golongan koli) dan satu seri diinkubasi pada

suhu 420C (untuk golongan koli fekal). Bakteri golongan koli

tidak dapat tumbuh dengan baik pada suhu 420C, sedangkan

golongan koli fekal dapat tumbuh dengan baik pada suhu

Gambar

gambaran skematik
tabel MPN.
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang penyakit diare, kebiasaan memasak air, kebiasaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Begitu juga dengan cerita rakyat yang tersebar pada masyarakat Banyumas, cerita rakyat pun menjadi media pendokumentasian cablaka sebagai sistem nilai kebudayaan

Target atau segmen pasar yang dituju 3.4.. Trend

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada kelas eksperimen I yang menggunakan model pembelajaran Jigsawdan kelas eksperimen II yang menggunakan

Semakin besar kadar air dalam kerupuk maka tekstur yang dihasilkan akan semakin besar karena uap air tidak dapat keluar pada saat digoreng sehingga mempengaruhi

Dalam R KUHP, tindak pidana lingkungan hidup masuk dalam BAB Tindak Pidana Yang Membahayakan Keamanan Umum Bagi Orang, Kesehatan, Barang, dan Lingkungan Hidup, Bagian

penerima gratifikasi tersebut melaporkan Sebaliknya, apabila penerima kepada komisi PTPK, karena komisi ini gratifikasi mempergunakan hak untuk akan melakukan penilaian

1) Demografis seseorang, seperti tingkat pendidikan dan usia. Semakin tinggi seseorang semakin banyak kebutuhan informasinya. 2) Konteks, misalnya kebutuhan khusus,

Sebaran panelis rumah tangga dan jasa boga berdasarkan tingkat kesukaan terhadap aroma produk gorengan yang digoreng dengan minyak goreng curah nonfortifikasi