PENGARUH PERAN KOMITE AUDIT DAN AUDIT INTERNAL DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE UNTUK
MENINGKATKAN KINERJA BANK SYARIAH (Studi Empiris Pada Perbankan Syariah di Jakarta)
Oleh :
Wahyu Nugroho Wiyono NIM : 205082000283
Oleh :
Wahyu Nugroho Wiyono NIM. 205082000283
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Daftar Riwayat Hidup I. INDETITAS PRIBADI
1. Nama : Wahyu Nugroho Wiyono 2. Tempat & Tgl. Lahir : Jakarta, 23 Juli 1987
3. Agama : Islam
4. Alamat : Jln Mesjid Al-Ikhlas No.35 Rt.002/01 Petukangan Selatan, Pesanggrahan,
Jakarta Selatan. 12270
5. Telepon : 08561486464 / 021-93798014
6. Email : wahyue_juventus@yahoo.com
II. PENDIDIKAN
1. SD : (1993–1999) Kartika Jakarta 2. SMP : (1999–2002) 177 Jakarta
3. SMA : (2002–2005) Muhammadyah 18 Jakarta 4. SI : (2005–2010) Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. BEM : (2006-2007) Koordinator Mahasiswa BEM NR FEIS
(2007-2008) Wakil Ketua BEM NR FEIS 2. Lingkungan Rumah : (2009-sekarang) Wakil Ketua
Karang Taruna 02
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Wijono. DRS
2. Tempat & Tgl. Lahir : Wonogiri, 3 Juni 1952
3. Alamat : Jln Mesjid Al-Ikhlas No.35 Rt.002/01 Petukangan Selatan, Pesanggrahan,
Jakarta Selatan. 12270
4. Ibu : Muryani
5. Tempat & Tgl. Lahir : 12 Desember 1957
6. Alamat : Jln Mesjid Al-Ikhlas No.35 Rt.002/01 Petukangan Selatan, Pesanggrahan,
Jakarta Selatan. 12270
7. Anak Ke dari : 3 dari 3 saudara
Influence Of Role of Committee Make an audit of and Internal Audit in Realizing Good Corporate Governance to increase Performance Bank Moslem law
By:
Wahyu Nugroho Wiyono ABSTRACT
This research aimed to identify and to test that influence audit committee and internal audit to make good corporate governance of syariah bank. The research has been done in Jakarta with internal auditor respondent who working in syariah bank. Determination of sample conducted by using method of convenience sampling. Number of questionnaires propagated was 53 copies but oly 40 copies questionnaires returned and only 36 may be used. The data were analysis for hypotesis tester was done with path analysis.
The result of research indicated that audit committee and internal audit have significantly influence to good corporate governance, and audit committee and good coporate governance have significantly influence to syariah banking working performance.
Keyword : Committee Audit, Internal Audit, Good Corporate Governance and Performance Bank Moslem law.
Pengaruh Peran Komite Audit dan Audit Internal dalam Mewujudkan
Good Corporate Governance untuk Meningkatkan Kinerja Bank Syariah
Oleh:
Wahyu Nugroho Wiyono ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan komite audit dan Audit Internal dalam mewujudkan good corporate governance di Perbankan Syariah. Pada penelitian ini digunakan data primer dalam bentuk penyebaran kuesioner yang dilakukan di Jakarta dengan responden auditor internal yang bekerja pada kantor bank syariah. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling. Kuesioner yang disebarkan berjumlah lima puluh tiga tetapi kembali hanya empat puluh dan yang bisa diolah tiga puluh enam. Penganalisisan data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis jalur (Path Analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel komite audit dan audit internal berpengaruh terhadap good corporate governance, dan variabel komite audit dan good corporate governance berpengaruh terhadap kinerja bank syariah, sedangkan audit internal tidak berpengaruh terhadap kinerja bank syariah.
Kata kunci: Komite Audit, Audit Internal, Good Corporate Governance dan Kinerja Bank Syariah.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ’Alamin, segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT. Teriring shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Dengan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Peran Komite Audit dan Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate Governance untuk Meningkatkan Kinerja Bank Syariah”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai masalah dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat bantuan, dorongan, bimbingan dan pengarahan yang tidak ternilai harganya dari pihak lain, yakni ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Yang tersayang kedua orang tua, bapak dan ibu yang memberikan masukan, motivasi, sandaran dari setiap permasalahan yang timbul, doa, ridhonya serta kasih sayangnya sehingga penulis mendapatkan semangat lebih untuk menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas segala bimbingan, asuhan, kasih sayangnya serta pengorbanannya dalam hidup penulis selama ini, semoga ilmu yang didapat penulis selama ini dapat memberikan kontribusi yang besar nantinya untuk menjaga, membanggakan, mencukupi dan membuat bangga bapak dan ibu kelak, amin.
2. Terima kasih kepada kakak-kakakku (Mba Yuli dan Mas Puji) atas segala kebaikannya selama ini memberikan bantuan dan menyemangati penulis, semoga kebaikannya selama ini diberikan balasan yang berlipat, semoga keluarganya diberikan anugerah kepada Allah SWT.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni sebagai dosen pembimbing I yang memberikan banyak masukan mengenai pengembangan judul skripsi ini serta memberikan arahan dalam penggunaan metode yang tepat terhadap penelitian yang dilakukan, semoga Allah SWT selalu memberikan
4. Bapak Dr. Amilin., SE., Ak., M.Si sebagai dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya ditengah kesibukannya untuk membimbing, memberikan banyak masukan mengenai pengembangan judul skripsi ini serta memberikan arahan dalam penggunaan metode yang tepat terhadap penelitianyang dilakukan dan memotivasi penulis, semoga bapak sekeluarga diberikan kesehatan, kasih sayang serta perlindungan dari Allah SWT, amin. Terima kasih banyak pak.
5. Terima kasih kepada Ibu Rini, SE., Ak., M.Si sebagai reviewer, yang telah memberikan masukan terhadap proposal skripsi yang dibuat penulis. 6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si dan Ibu Yessy Fitri, SE., Ak., M.Si sebagai Ketua dan Wakil Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 8. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM dan Ibu Rahmawati, SE., MM sebagai
dosen penguji ahli I dan dosen penguji ahli II.
9. Terima kasih kepada seluruh dosen dan karyawan akademik yang telah memberikan ilmu, bantuan, perhatian dan pelayanan yang telah diberikan. 10.Terima kasih kepada wanita yang mencintaiku dan selalu memberikan
semangat yang tak henti-henti (Andri Setyorini) dan teman-temannya bu tuti yang selalu memberikan bantuan langsung maupun tidak, terima kasih kepada teman-teman seperjuangan rizky, wildan (ayo kita nginep bareng lagi.. hehe), asep, ulfa, aci dan buat hamid, taka, iva, bayu, muthe, ersya, rifqi, ari, hasan, refi, oji, (ayo buruan nyusul!!!) jangan lupa ajak kak ria ya, teman-teman angkatan 2005 akuntansi A dan B yang tidak dapat disebutkan satu persatu tetap kompak dan sukses.
11.Terima kasih buat ade-ade ku dikampus angkatan 2006 dan 2007, ella, tika, fa, pipi, lili (rajin belajar ya..), rian, anis, rini (ayo nyusul!!!), dan buat semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu, pokoknya semangat dan terus berusaha.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak atas bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai. Lebih dari ucapan terima kasih kepada Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Allah SWT, semoga senantiasa mamberikan sinar terang kepada seluruh hamba-Nya dan semoga aktivitas penulis selalu diberkahi serta penulis selalu diberikan hidayah-Nya. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Jakarta, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi ... i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iii
Daftar Riwayat Hidup ... iv
Abstract ... v
Abstrak ... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xii
Daftar Gambar ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Literatur ... 10
1. Auditing ... 10
2. Komite Audit ... 13
3. Internal Audit ... 20
4. Good Corporate Governance ... 25
5. Kinerja Perbankan Syariah ... 29
B. Keterkaitan Antar Variabel ... 33
1. Peran komite audit dan internal audit berkontribusi secara parsial maupun simultan terhadap Good Corporate Governance ... 33
2. Peran komite audit, Internal audit dan Good Corporate Governance berkontribusi secara parsial dan simultan
terhadap kinerja perbankan syariah ... 34
C. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 35
D. Metode Penelitian ... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian... 38
B. Metode Penentuan Sampel... 38
C. Metode Pengumpulam Data... 39
D. Metode Analisis ... 39
E. Operasional Variabel ... 48
1. Variabel Eksogen ... 48
2. Variabel Endogen ... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 55
2. Karateristik Responden ……… 56
B. Hasil Uji Penelitian 1. Hasil Uji Validitas ……… 57
2. Hasil Uji Rliabilitas ……….. 61
3. Hasil Uji Hipotesis ……….. 62
C. Pembahasan ……….. 85
BAB V Kesimpulan dan Implikasi A. Kesimpulan ……… 89
B. Kesimpulan dan Saran ……….. 91
DAFTAR PUSTAKA ………... 93
LAMPIRAN ……….. 97
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu 36 Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian 52 Tabel 4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian 55
Tabel 4.2 Data Sampel Penelitian 56
Tabel 4.3 Deskriptif Responden 56
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Komite Audit 57 Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Internal audit 58 Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Setelah IA2 dan IA8 Dikeluarkan 59 Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Good Corporate Governance 59 Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Setelah GCG3 dan GCG4 Dikeluarkan 60 Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Kinerja Perbankan Syariah 61
Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas 61
Tabel 4.11 Coefficients– Sub Struktur 1 63 Tabel 4.12 Correlations – Sub Struktur 1 65
Tabel 4.13 Anova – Sub Struktur 1 67
Tabel 4.14 Summary – Sub Struktur 1 68
Tabel 4.15 Koefisien Jalur, Kontribusi Langsung, Tidak Langsung, Kontribusi Total, Kontribusi Komite Audit (X1), dan
Internal Audit (X2) Secara Simultan dan Signifikan
Terhadap Good Corporate Governance(Y) 71 Tabel 4.16 Coefficients– Sub Struktur 2 72 Tabel 4.17 Correlations – Sub Struktur 2 75
Tabel 4.18 Anova – Sub Struktur 2 79
Tabel 4.19 Summary – Sub Struktur 2 80
Tabel 4.20 Koefisien Jalur, Kontribusi Langsung, Tidak Langsung, Kontribusi Total, Kontribusi Komite Audit (X1),
Internal Audit (X2), dan Good Corporate Governance (Y),
Secara Simultan dan Signifikan Terhadap
Kinerja Perbankan Syariah (Z) 83
xiii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Hal
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran 36
Gambar 3.1 Hubungan Struktur I Variabel X1 dan X2 terhadap Y 43
Gambar 3.2 Hubungan Struktur II Variabel X1, X2, dan Y terhadap Z 45
Gambar 4.1 Hubungan Kausal Empiris Sub Struktur 1
Variabel X1, X2, terhadap Y 70
Gambar 4.2 Hubungan Kausal Empiris Sub Struktur 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian.
Pada zaman kini banyak bank konvensional yang berlatar belakang
sistem ekonomi kapitalis sudah lama berevolusi. Namun, dengan berjalannya
waktu sistem ini semakin menunjukkan berbagai kelemahan. Hal ini dapat
dibuktikan pada saat krisis ekonomi melanda pada tahun 1997 di Indonesia
dan 2008 di seluruh dunia. Banyak bank konvensional di dunia pada runtuh
khususnya berdampak di Indonesia dan direkapitulasi oleh pemerintah. Di
Indonesia bank konvensional menderita kerugian yang sangat besar akibat
negative spread adalah suatu kondisi ekonomi yang dimana biaya bunga yang
harus dibayar oleh bank konvesional kepada deposan lebih besar daripada
pendapatan bunga yang diterima bank tersebut. Hal ini bisa terjadi karena
bank masih berkewajiban membayar bunga kepada deposan meskipun usaha
yang dibiayai bank tersebut mengalami kerugian.
Bank syariah lahir dengan konsep dan filosofi yang berbeda, yang
melarang penerapan bunga dalam semua transaksinya karena termasuk dalam
katagori riba. Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah 275.
…
ﻦﻤﻓ
ﺎ ﺮ ا
مﺮﺣو
ﻊﻴ ا
ﻪ ا
ﺣأو
…
“…Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”.
Sejarah perbankan syariah di Indonesia pada awalnya adalah dengan
munculnya Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang pertama kali berlatar
belakang syariah di Indonesia. Melihat monopoli yang dilakukan BMI sejak
tahun 1991-1999, menyebabkan BMI kesulitan untuk mendorong atau
memajukan kinerja banknya. Baru pada pertengahan tahun 1999 muncullah
pesaing usaha di bidang perbankan syariah dari bank lain seperti Bank
Syariah Mandiri (BSM), Bank Mega Syariah (BMS). Dengan adanya
pesaing-pesaing tersebut, masyarakat atau nasabah dapat lebih leluasa
memilih bank yang sesuai dengan kinerja bank yang bagus. Mengingat
pangsa bank syariah semakin meningkat dari tahun ke tahun dan umumnya
masyarakat Indonesia mayoritas beragama islam. Hal ini membuktikan bahwa
perbankan syariah mempunyai prospek dan potensi yang sangat besar untuk
mengembangkan perbankan syariah.
Kenyataan bahwa perbankan syariah di Indonesia mengalami
perkembangan yang sangat pesat dari tahun ke tahun. Secara Institusional
perjalanan bank syariah pada tahun 2005 dari 3 Bank Umum Syariah (BUS)
dan 19 Unit Usaha Syariah (UUS) sekarang menjadi 6 Bank Umum Syariah
(BUS) dan 25 UUS Unit Usaha Syariah (UUS) pada januari 2010. Dari segi
jaringan kantor, pada tahun 2005 terdapat 550 kantor dan sekarang menjadi
1346 kantor pada akhir tahun 2005. Hal ini menyebabkan dalam waktu yang
relatif singkat, kinerja bank syariah dapat meningkat dengan cepat dan baik.
(Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Januari 2010)
Pada saat ini perkembangan perbankan syariah di luar negeri sudah
sangat maju ditandai bank syariah telah beroperasi di lebih 70 negara.
Sebagian besar beroperasi di wilayah Asia Tengah yang memiliki penduduk
mayoritas muslim. Bahkan di 3 negara yaitu: Iran, Pakistan dan Sudan sistem
perbankan mereka sudah dikonversi menjadi sistem perbankan syariah
sepenuhnya. Di negara lain walaupun bank syariah beroperasi, tetapi sistem
perbankan konvensional masih mendominasi. Meskipun demikian perbankan
syariah mengalami pertumbuhan asset yang sangat besar dan sangat cepat.
Awalnya bank syariah hanya memiliki asset 2% pertahun pada tahun 1970
hingga 15% pada tahun 1990-an (Dimyati.2008:6).
Maka bisa dikatakan perbankan syariah semakin penting perannya di
Indonesia terlebih sudah adanya UU Perbankan Syariah yang dibuat
pemerintah yang mengatur khusus tentang perbankan syariah pada tanggal 17
Juni 2008, tentunya hambatan yang mendasar tentang kebutuhan-kebutuhan
perbankan syariah sudah di atur di UU tersebut. Maka sekarang tinggal
bagaimana pihak-pihak dan para profesional perbankan syariah
memanfaatkan momentum tersebut untuk mengembangkan perbankan syariah
agar lebih baik dan bisa tumbuh menjadi lebih baik.
Dari perkembangan itu maka pihak perbankan syariah harus ada yang
mengawasi dan memperhatikan semua unit usaha perbankan syariah. Oleh
karena itu disetiap bank syariah mempunyai komite audit dan internal audit
untuk menilai kepatuhan karyawan bank syariah terhadap kebijaksanaan,
prosedur, dan peraturan-peraturan yang dibuat bank syariah tersebut. Dengan
adanya komite audit dan internal audit di tiap-tiap bank syariah maka proses
atau kegiatan perbankan yang mereka lakukan akan terawasi dan terkontrol
dengan baik sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang ada.
Menurut Marini Purwanto (2001:207), walaupun di Indonesia komite
audit belum lama diperkenalkan, sebenarnya komite ini sudah sejak lama
dibentuk di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris. Hal ini
terlihat misalnya pada tahun 1967 American Institute of Certified Public
Accountant (AICPA) menerbitkan sebuah pernyatan yang merekomendasikan
agar setiap perusahaan yang Go Publik membentuk suatu komite yang terdiri
dari orang-orang yang bukan merupakan pejabat perusahaan, yang diberi
kewenangan menunjuk auditor independen dan mengikuti secara terus
menerus pelaksanaan kegiatan dari auditor tersebut. Selanjutnya pada tahun
1973, pasar modal Amerika Serikat tepatnya di New York Stock Exchange.
Per 30 juni 1978, setiap perusahaan domestik yang tercatat di bursa New York
Stock Exchange disyaratkan untuk memiliki komite audit..
Salah satu yang paling menarik adalah kenyataan bahwa hampir semua
perusahaan di Amerika Serikat kini telah mempunyai komite audit, padahal
tidak terdapat satu pun hukum yang mengikat bahwa keberadaan komite audit
tersebut adalah suatu keharusan. Oleh karena itu, pengakuan perlunya komite
audit dapat dipandang sabagai persyaratan pasar (required by the market),
bukan karena adanya kewajiban secara hukum (required by law).
Menurut Klein (2002) dalam Arbyantoro (2007:3), kehadiran komite
audit yang independen dalam perusahaan dapat memberikan keuntungan
dalam pemonitoran yang efektif. Dengan demikian maka laporan keuangan
menjadi lebih transparan, perdagangan saham menjadi lebih aktif, dan
informasi laporan keuangan menjadi tidak bias sebagai input dalam
melakukan kontrak antara stakeholders, senior chairmants, dan manajemen.
Audit internal yang professional harus memiliki independen untuk
memenuhi kewajiban profesionalnya, yaitu dengan memberikan masukan
yang baik dan melaporkan permasalahan apa adanya tanpa ada rekayasa.
Audit internal pun harus bebas dari hambatan dalam menjalankan tugasnya
mengaudit. Audit internal memiliki peran yang penting dalam di dalam suatu
perusahaan, karena peran audit internal berpengaruh terhadap peningkatan
kinerja perbankan syariah. Baik buruknya tingkat kualitas perbankan dapat
dilihat dari kinerja mereka. Audit internal memberikan informasi yang
diperlukan manajemen dalam menjalankan tanggung jawab mereka
masing-masing. Auditor internal memiliki peran penting dalam semua hal yang
berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan resiko-resiko yang terkait
dalam menjalankan usaha (Sawyer. Lawrence. B 2007:7)
Banyaknya kasus yang melibatkan komite audit dan audit internal
tentang tata kelola perusahaan dan pola pengawasan atau yang lebih dikenal
dengan Corrporate Governance. Dengan pengawasan yang kurang dari audit
internal menyebabkan sering terjadinya good corporate governance yang
kurang diterapkan. Hal ini dapat menimbulkan perusahaan mengeluarkan
informasi yang kurang baik terhadap pemegang saham maupun terhadap
publik. Dari permasalahan-permasalahan tersebut, jika digabungkan ke dalam
krisis ekonomi yang melanda Indonesia, maka berakibat perusahaan tersebut
tidak akan bertahan lama. Oleh karena itu peran komite audit dan audit
internal sangat dibutuhkan untuk meningkatkan good corporate governance.
Menurut Sunarsip (2001), dalam Putri (2009:5) mengemukakan bahwa
terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, disebabkan oleh tata kelola yang
kurang baik (bad governance) pada sebagian besar pelaku ekonomi. Peran
akuntan selama ini belum optimal dalam mewujudkan good corporate
governance, dikarenakan mempunyai pengaruh dalam upaya mencapai
kinerja bisnis yang optimal serta dalam analisis dan pengendalian resiko yang
dihadapi perusahaan. Oleh karena itu, peran audit internal sangat dibutuhkan
oleh perbankan di Indonesia.
Penelitian ini merupakan rujukan pada penelitian yang telah dilakukan
oleh Anreas (2009). Adapun yang membedakannya antara lain:
1. Perbedaan Objek Penelitian.
Pada penelitian ini objek yang akan digunakan adalah industri perbankan
syariah yang ada di Jakarta yang memiliki komite audit, sedangkan pada
penelitian sebelumnya, objek penelitian yang digunakan adalah Bank
Mega Syariah dan Bank Mandiri Syariah.
2. Perbedaan Periode Penelitian.
Penelitian ini menggunakan kuisioner data 2010, sedangkan pada
penelitian sebelumnya, data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu
data laporan keuangan dari tahun 2005-2007.
3. Perbedaan Variabel Penelitian.
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peranan
komite audit dan internal audit didalam bank syariah, sedangkan pada
penelitian sebelumnya tidak adanya peranan komite audit dan internal
audit dalam mengukur kinerja bank syariah. Dengan meneliti dari peranan
komite audit dan internal audit dapat terlihat perkembangan bank syariah
dengan melihat sejauh mana pengawasan dan kedisiplinan komite audit
dan internal audit dalam melaksanakan tugasnya untuk meningkatkan
kinerja bank syariah tersebut.
Atas dasar tersebut, peneliti membuat judul yaitu “Pengaruh Peran
Komite Audit dan Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate Governance untuk Meningkatkan Kinerja Bank Syariah (Studi Empiris pada Perbankan Syariah di Jakarta) ”.
B. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan semakin banyaknya perbankan syariah
bermunculan di Indonesia dan semakin ketatnya persaingan di perbankan
syariah maka perbankan dituntut untuk memperbaiki kinerja perbankan
tersebut.
1. Apakah peran komite audit dan audit internal berpengaruh secara parsial
maupun simultan terhadap Good Corporate Governance?
2. Apakah peran komite audit, audit internal dan Good Corporate
Governance berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap kinerja
perbankan syariah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis peran komite audit dan audit internal berpengaruh
secara parsial maupun simultan terhadap Good Corporate Governance.
2. Untuk menganalisis peran komite audit, audit internal dan Good
Corporate Governance berpengaruh secara parsial maupun simultan
terhadap kinerja perbankan syariah.
D. Manfaat Penulisan
Terdapat beberapa manfaat yang dapat digunakan melalui penelitian ini,
yaitu:
1. Bagi Komite Audit
Penelitian ini dapat dijadikan masukan agar dalam melakukan pengawasan
dan penilaian dapat memberikan masukan yang sangat baik guna
menerapkan Good Corporate Governance.
2. Bagi Audit Internal
Agar penelitian ini berfungsi bagi audit internal untuk bekerja lebih
independent dan membantu komite audit untuk lebih menerapkan Good
Corporate Governance.
3. Bagi Perbankan Syariah
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan kinerja bank
syariah untuk mencapai Good Corporate Governance.
4. Bagi Peneliti
Untuk memberiakan pengalaman dan pengetahuan yang yang sangat
berarti terutama tentang peranan komite audit dan internal audit pada bank
syariah yang merupakan salah satu instrumen good corporate governance
pada bank syariah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Auditing
Berikut ini beberapa definisi mengenai auditing dari beberapa
sumber refrensi. Menurut Arens, Elder, Beasley, dan Jusuf (2009:4)
auditing adalah sebagai berikut:
“Auditing is the accumulation an evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”.
Sedangkan menurut Agoes (2004:3) mendefinisikan auditing
adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh
pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dari definisi tersebut
bahwa auditing sangat diperlukan bagi perusahaan dan dalam auditing
sendiri sangat diperlukan orang-orang yang berkompenten dan independen
dalam hal auditing. Disamping itu, auditing harus dilakukan dengan kritis
dan sistematis. Karena semua itu akan dapat menghasilkan informasi yang
sangat berguna bagi semua perusahaan yang memerlukannya.
Untuk melakukan auditing diperlukan standar yang dapat menjadi
acuan dalam audit. Standar tersebut sangat berguna bagi auditor dalam
melakukan audit dan standar merupakan pedoman dalam menjalankan
tanggung jawabnya. Standar tersebut meliputi keahlian dan independensi
seorang auditor. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI.2001:150.1)
menyebutkan bahwa standar auditing terdiri dari sepuluh standar yang
dikelompokan menjadi tiga kelompok besar, yaitu standar umun, standar
pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Dijelaskan standar auditing
sebagai berikut:
a. Standar Umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
c. Standar Pelaporan
1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip tersebut dalam periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan
tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Dari standar-standar yang telah disebutkan merupakan acuan bagi
auditor untuk mengaudit dan menetapkan apakah laporan manajemen
tersebut telah sesuai dengan standar yang ada. Oleh karena itu, auditor
sangat memegang teguh standar tersebut.
2. Komite Audit
Berikut ini disajikan definisi mengenai komite audit dari beberapa
sumber refrensi. Menurut Rittenberg dan Scwieger (2001:378)
menyebutkan bahwa pengertian komite audit adalah:
“An audit committee is a subcommittee of the board of directors that is composed of independent, outside directors. The audit committee has oversight responsibility (on behalf of the full board of directors and its stakeholders) for the outside reporting of the company including annual financial statements; risk monitoring and control processes; and both internal and external audit functions.”
Sedangkan menurut Widjaja (2003:4), komite audit adalah suatu
komite yang dibentuk oleh dewan komisaris, yang harus bebas dari
pengaruh manajemen perusahaan dan bersifat independen serta
bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam meningkatkan
pengawasan dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan.
Jadi komite audit haruslah terbebas dari segala pengaruh manajemen
perusahaan. Komite audit dengan bekerja secara independen akan
menghasilkan kualitas pengawasan yang baik dan akan meningkatkan
kinerja perusahaan dalam menghadapi persaingan usaha. Dari beberapa
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komite audit:
a. Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris.
b. Komite audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris.
c. Komite audit menerima pendelegasian wewenang dari dewan
komisaris untuk mengawasi pelaksanaan tugas direksi dalam
mengoperasionalkan perusahaan.
d. Komite audit bertanggung jawab kepada dewan komisaris.
e. Komite audit terdiri dari orang-orang yang independen, dengan kata
lain tidak termasuk manajemen perusahaan.
Komite audit harus bebas dari pengaruh manajemen sehingga dapat
mewujudkan tanggung jawabnya untuk mengevaluasi efektivitas
pengendalian manajemen dan peran auditor eksternal termasuk auditor
internal perusahaan. Selain itu, komite audit juga dapat membantu dewan
komisaris secara keseluruhan dalam masalah-masalah yang berkaitan
dengan laporan keuangan dan kontrol atas operasi keuangan. Mereka juga
dapat memperkuat posisi manajemen dengan memberikan keyakinan
bahwa seluruh langkah-langkah yang mungkin dilakukan telah diambil
untuk memberikan penelaahan independen atas kebijakan-kebijakan
keuangan dan operasi manajemen.
Di dalam komposisi komite audit, seorang komite audit haruslah
merupakan komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus merangkap
sebagai ketua komite audit. Anggota lainnya merupakan pihak eksternal
yang independen sekurang-kurangnya satu diantaranya mempunyai
kemampuan di bidang akuntansi atau keuangan.
Jadi komite audit sangat berpengaruh terhadap bank-bank
konvensional maupun sendiri. Dengan adanya komite audit, hasil dari
laporan internal auditor diolah dan dilaporkan oleh komite audit kepada
Komisaris Bank atau Dewan Pengawas di perbankan.
Di dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) nomor: PER-05/MBU/2006 tentang komite audit bagi Badan
Usaha Milik Negara yang disebutkan dalam pasal 3 menyebutkan tugas
komite audit adalah sebagai berikut:
a. Membantu komisaris/dewan pengawas untuk memastikan efektivitas
sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas eksternal
auditor dan internal auditor.
b. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh
satuan pengawas intern maupun auditor eksternal.
c. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem
pengendalian manajemen serta pelaksanaannya.
d. Memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap
segala informasi yang dikeluarkan BUMN.
e. Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian
komisaris/dewan pengawasan serta tugas-tugas komisaris/dewan
pengawasan lainnya.
Surat Keputusan Ketua Bappepam Nomor: KEP-41/PM/2003
tanggal 2 Desember 2003 (lampiran), pedoman pembentukan komite audit
dan persyaratan keanggotaan komite audit sebagai berikut:
Pedoman Pembentukan Komite Audit
a. Struktur komite audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan
komisaris dan dilaporkan kepada rapat umum pemegang saham.
b. Anggota komite audit yang merupakan komisaris indepanden
bertindak sebagai ketua komite audit. Dalam hal komisaris
independen yang menjadi anggota komite audit lebih dari satu orang
maka salah satunya bertindak sebagai komite audit.
Persyaratan keanggotaan Komite Audit:
a. Memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan, dan
pengalaman yang memadai sesuai dengan latar belakang
pendidikannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik.
b. Salah seorang dari anggota komite audit memiliki latar belakang
pendidikan akuntansi dan keuangan.
c. Memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami
laporan keuangan.
d. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang peraturan perundangan
di bidang pasar modal dan peratuaran perundang-undangan yang
terkait dengannya.
e. Bukan merupakan orang dalam kantor akuntan publik yang
memberikan jasa audit dan atau non audit pada emiten atau
perusahaan publik yang bersangkutan dalam satu tahun terakhir
sebelum diangkat oleh komisaris sebagai mana dimaksud dalam
peraturan Nomor VIII.A.2 tentang independensi akuntan yang
memberikan jasa audit di pasar modal.
f. Bukan merupakan karyawan kunci emiten atau publik yang
bersangkutan dalam satu tahun terakhir sebelum diangkat komisaris.
g. Tidak mempunyai saham, baik langsung maupun tidak langsung pada
emiten atau perusahaan publik. Dalam hal anggota komite audit
memperoleh saham akibat suatu peristiwa hukum maka dalam jangka
waktu enam bulan setelah diperolehnya saham tersebut wajib
mengalihkan kepada pihak lain.
h. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten atau perusahaan
publik, komisaris, direksi, atau pemegang saham utama emiten atau
perusahaan publik.
i. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung
yang berkaitan dengan saham emiten atau perusahaan publik.
j. Tidak merangkap sebagai anggota komite audit pada emiten atau
perusahaan publik lain pada periode yang sama.
Dalam Forum for Corporate Governance in Indonesia (FGCI) seri
tata kelola perusahaan jilid II (2001:12-13) mengenai peranan dewan
komisaris dan komite audit dalam corporate governance, pada umumnya
komite audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang, yaitu laporan
keuangan, tata kelola perusahaan, pengawasan perusahaan. Penjelasan dari
ketiga bidang tersebut adalah sebagai berikut:
a. Laporan Keuangan (financial report)
Tanggung jawab komite audit di bidang laporan keuangan adalah
untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh
manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang
hal-hal sebagai berikut:
1) Kondisi keuangan.
2) Hasil usaha.
3) Rencana dan komitmen jangka panjang.
Ruang lingkup pelaksanaan ini adalah:
1) Merekomendasikan auditor eksternal;
2) Memeriksa hal-hal yang berkaitan dengan auditor eksternal, yaitu;
(a) Surat penunjukan auditor.
(b) Perkiraan biaya audit.
(c) Jadwal kunjungan auditor.
(d) Koordinasi dengan internal audit.
(e) Pengawasan terhadap hasil audit.
(f) Menilai pelaksanaan pekerjaan auditor.
3) Menilai kebijakan akuntansi dan keputusan-keputusan yang
menyangkut kebijaksanaan;
4) Meneliti laporan keuangan (financial statement), yang meliputi:
(a) Laporan tengah tahunan (interim financial statement).
(b) Laporan tahunan (annual financial statement).
(c) Opini auditor dan (management letters).
Khusus tentang penilaian kebijakan akuntansi dan keputusan suatu
kebijaksanaan, dapat dilakukan secara efektif dengan memperoleh
suatu rangkuman yang singkat tentang semua kebijakan akantansi
yang mendasari laporan keuangan yang diperoleh dari pejabat dalam
bidang akuntansi.
b. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governace)
Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola perusahaan
atau corporate governance adalah untuk memastikan bahwa
perusahaan telah dijalankan sesuai dengan undang-undang dan
peraturan yang berlaku, ruang lingkup pelaksanaan dalam bidang ini
adalah:
1) Menilai kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan
kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan, etika, benturan
kepentingan dan penyelidikan terhadap perbuatan yang merugikan
perusahaan dan kecurangan.
2) Memonitor proses pengadilan yang sedang terjadi maupun yang
ditunda serta yang menyangkut masalah tata kelola perusahaan
dalam hal mana perusahaan menjadi salah satu pihak yang terkait
di dalamnya.
3) Memeriksa kasus-kasus penting yang berhubungan dengan
benturan kepentingan, perbuatan yang merugikan perusahaan, dan
kecurangan.
4) Keharusan auditor internal untuk melaporkan hasil pemeriksaan
tata kelola perusahaan dan temuan-temuan lainnya.
c. Pengawasan Perusahaan (Corporate Control)
Tanggung jawab komite audit untuk pengawasan perusahaan termasuk
di dalamnya pemahaman tentang masalah serta hal-hal yang
berpotensi mengandung resiko dan sistem pengandalian intern serta
memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.
Ruang lingkup audit internal harus meliputi pemeriksaan dan
penilaian tentang kecukupan dan efektivitas sistem pengawasan intern.
Jadi, peranan komite audit di dalam bank maupun perusahaan dapat
mengatur dan mengawasi kebijakan komisaris bank atupun perusahaan
agar dapat berjalan sesuai dengan aturan dan keputusan-keputusan dari
komisaris atau dewan pengawas.
3. Audit Internal
Berikut ini beberapa definisi mengenai audit internal dari berbagai
refrensi. Menurut Arens dan Loebecke (2009:17), sebagai seseorang yang
bekerja sebagai karyawan pada suatu perusahaan untuk melakukan audit
bagi kepentingan manajemen. Sedangkan menurut Mulyadi (2008:65),
menjelaskan audit internal sebagai auditor yang bekerja dalam perusahaan,
baik di perusahaan pemerintah maupun swasta yang tugas pokoknya
adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh
manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan
efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh berbagai divisi organisasi.
Sawyer’s, (2005:10) mengemukakan bahwa layanan yang
diharapkan dari auditor internal adalah membantu semua level manajemen
dalam rangka pertanggungjawaban mereka seperti yang dikemukakan
mengenai pengertian Internal Audit berikut ini:
“Internal auditing is a systems, objective appraisal by auditor internals of the diverse operations and controls within in organization to determine weather (1). Financial and operating information is accourate and realible, (2). Risk to the enterprise are identified minimized, (3). External regulations and acceptable internal policies and procedures are followed, (4). Satisfactory standars are met, (5). Resources are used efficiently archived all for the purpose of assisting members of the organization in the effective discharge of their responsibilities”
Dari definisi-definisi diatas bahwa tujuan auditor internal adalah
meningkatkan pengelolaan resiko, sistem pengendalian intern, dan proses
tata kelola yang pada akhirnya dapat membantu organisasi untuk mencapai
tujuan dan sesuai dengan yang ditetapkan dewan direksi. Tanpa fungsi
auditor internal, dewan direksi tidak dapat memiliki sumber informasi
internal yang bebas dan dapat dipercaya mengenai kinerja para manajer.
Selanjutnya, menurut Sawyer, (2005:7) auditor internal memiliki
peran yang sangat penting dalam semua hal yang berkaitan dengan
pengelolaan perusahaan dan resiko-resiko terkait dalam menjalankan
usahanya. Sedangkan menurut Tugiman (2006:17), aktivitas pemeriksaan
internal dan peran dari auditor internal dalam perusahaan adalah
compliance, vertifikasi, evaluasi, dan merekomendasi.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Compliance
Aktivitas ini untuk menilai sejauh mana tingkat kepatuhan para
pegawai terhadap kebijaksanaan, prosedur, peraturan dan praktek
usaha yang lazim, serta undang-undang dan peraturan pemerintah
yang mempunyai aturan.
b. Veritifikasi
Kegiatan veritifikasi difokuskan pada ketelitian, keandalan berbagai
data manajemen dan evaluasi apakah data tersebut relevan serta
memenuhi kebutuhan manajemen yang meliputi laporan keuangan
fisik serta hasil operasi perusahaan.
c. Evaluasi
Aktivitas ini menilai bentuk pengendalian internal yang ditetapkan
perusahaan dan meliputi penilaian terhadap pengendalian akuntansi
dan operasi, juga menilai hasil-hasil pelaksanaan dan petugas
pelaksanaannya.
d. Merekomendasi
Merekomendasi suatu rangkaian tindakan kepada pihak manajemen.
Jadi, auditor internal memberikan informasi yang diperlukan
manajer atau dewan direksi dalam menjalankan tanggung jawab mereka
secara efektif. Audit internal bertindak sebagai penilai independen untuk
menelaah oprasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi
sistem kontrol secara efisien dan efektivitas terhadap kinerja perusahaan.
Menurut Halim (2001:1), definisi audit yang sangat terkenal adalah
definisi yang berasal dari A Statement of Basic Auditing Concepts
(ASOBAC) yang mendefinisikan auditing adalah suatu proses sistematik
untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif
mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi
untuk meningkatkan kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan
kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para
pemakai yang berkepentingan. Definisi tersebut dapat diuraikan menjadi
tujuh elemen yang harus diperhatikan dalam melaksanakan audit yaitu
proses yang sistematik, menghimpun dan mengevaluasi bukti secara
objektif, asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi,
menentukan tingkat kesesuaian, kriteria yang ditentukan, menyampaikan
hasil audit, dan para pemakai yang berkepentingan, dari ketujuh elemen
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Proses yang sistematik
Auditing merupakan rangkaian proses dan prosedur yang bersifat
logis, terstruktur dan terorganisir.
b. Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif
Proses sistematik yang dilakukan tersebut, merupakan proses untuk
menghimpun bukti yang mendasari asersi yang dibuat oleh individu
maupun entitas
c. Asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi
Asersi merupakan suatu pernyataan atau suatu rangkaian pernyataan
secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab atas
pernyataan tersebut.
d. Menentukan tingkat kesesuaian
Hal ini berarti menghimpun dan mengevaluasi bukti dimaksudkan
untuk menentukan dekat tidaknya atau sesuai tidaknya asersi dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
e. Kriteria yang ditentukan
Kriteria yang ditentukan merupakan standar pengukuran untuk
mempertimbangkan asersi.
f. Menyampaikan hasil audit
Hal ini berarti hasil audit dikomunikasikan melalui laporan tertulis
yang mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi dan kriteria
yang telah ditentukan.
g. Para pemakai yang berkepentingan
Para pemakai yang berkepentingan merupakan para pengambil
keputusan yang menggunakan dan mengandalkan temuan yang
diinformasikan melalui laporan audit dan laporan lainnya.
Dari ketujuh elemen tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam audit
diperlukan langkah-langkah yang tepat dan haruslah independen agar
dapat menghasilkan informasi yang baik dan dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya.
4. Good Corporate Governance
Berikut ini beberapa definisi mengenai Good Corporate Governance
dari berbagai refrensi. Menurut Forum for Corporate Governance in
Indonesia (FCGI) (2001:1) dalam publikasi yang pertamanya
mempergunakan definisi Cadbury Committee, yaitu: Seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus
(pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan
hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan. Disamping itu FCGI juga
menjelaskan, bahwa tujuan dari Corporate Governance adalah untuk
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders).
Corporate Governance merupakan proses yang diterapkan dalam
menjalankan suatu perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai
pemegang saham dalam jangka panjang, dengan memperhatikan
kepentingan stakeholders lainnya. Jadi yang dimaksud dengan stakeholder
lainnya adalah pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, yaitu
bagian internal dan eksternal perusahaan seperti kreditor, karyawan,
pemasok, pelanggan, pemerintah dan masyarakat.
Menurut Daniri (2005:4), GCG didefinisikan sebagai sistem yang
mengatur pengelolaan dan pengawasan bisnis korporasi, mengatur hak dan
kewajiban pihak terkait (Board of Commissioners, Board of Directors,
shareholders, dan stakeholders lainnya), memuat aturan main dan
prosedur yang harus ditempuh dalam membuat keputusan yang terkait
dengan keputusan korporasi, merumuskan mekanisme untuk penetapan
yang objektif dan cara-cara yang ditempuh untuk mencapai objektif serta
pemantauan kerja. Jadi, GCG adalah sebuah tatanan yang mengatur
hubungan antara semua pihak dalam struktur perusahaan yang menentukan
arah dan performance suatu perusahaan itu sendiri.
Sedangkan menurut Wardani dalam Febrian (2009:14) prinsip-prinsip
dasar dari Good Corporate Governance yang pada dasarnya memiliki
tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan.
Penerapan Good Corporate Governance pada bank syariah mengacu pada
Islamic Financial Services Board (IFSB), IFSB mengeluarkan Shari’ah
Governance System untuk mengatur penerapan tata kelola institusi syariah
terutama bank syariah.
Tabel 2.1
Penggabungan Fungsi GCG Konvensional dengan Syariah
Fungsi Lembaga
Governance Dewan komisaris Dewan Pengawas Syariah
Pengendalian Internal auditor
Eksternal auditor
Pengawas syariah internal
Pengawas syariah eksternal
Kepatuhan Pejabat tingkat unit atau depertemen
Unit kepatuhan syariah
Sumber: IFSB Shari’ah Governance, 2009.
Di dalam pelaksanaan GCG pada bank syariah terdapat Dewan
Pengawas Syariah yang memiliki fungsi sebagai berikut (Bank Syariah
Mandiri):
a. Mengawasi dan memantau kegiatan operasional bank untuk
menjamin kepatuhannya terhadap fatwa yang dikeluarkan oleh
Dewan Syariah Nasional (DSN) – Majelis Ulama Indonesia (MUI).
b. Menilai dan memberi persetujuan mengenai aspek-aspek syariah
pada setiap pedoman produk dan operasional perusahaan.
c. Memberikan pendapat mengenai kepatuhan syariah atas kegiatan
operasional perusahaan dalam laporan publikasi.
d. Meninjau produk dan layanan baru, yang belum diatur oleh fatwa
yang dikeluarkan oleh DSN – MUI.
e. Menyerahkan laporan pengawasan syariah setiap 6 (enam) bulan
kepada Dewan Komisaris, Direksi, DSN – MUI dan Bank Indonesia.
Diuraikan oleh Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD) dalam Forum for Corporate Governance in
Indonesia (FCGI), ada empat unsur penting dalam Corporate Covernance,
yaitu: fairness (keadilan), transparency (transparansi), accountability
(akuntabilitas), responsibility (pertanggungjawaban). Dari empat unsur itu
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Fairness (Keadilan)
Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk
hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing,
serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor.
2. Transparency (Transparansi)
Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta
jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan
keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.
3. Accountability (Akuntabilitas)
Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk
menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang
saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris.
4. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku
sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial.(OECD Business
Sector Advisory Group on Corporate Governance, 1998)
Prinsip-prinsip Corporate Governance dari OECD yang dijelaskan
dalam FCGI (2001:2) menyangkut hal-hal sebagai berikut:
1. Hak-hak para pemegang saham;
2. Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham;
3. Peranan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam
Corporate Governance;
4. Transparansi dan Penjelasan;
5. Peranan Dewan Komisaris.
Jadi dengan GCG baik komite audit dan internal audit harus
memerhatikan faktor-faktor seperti keadilan, transparansi, akuntabilitas,
dan pertanggungjawaban dalam melaksanakan GCG baik di dunia
perbankan maupun perusahaan. Dengan memerhatikan faktor-faktor
tersebut maka hasil GCG di dalam perusahaan maupun perbankan dapat
berjalan dengan baik dan lancar dan dapat dengan mudah berkoordinasi
dengan dewan direksi.
5. Kinerja Perbankan Syariah
Bank syariah merupakan salah satu bentuk dari perbankan nasional
yang mendasarkan operasionalnya pada syariat islam. Bank Syariah
menurut Arifin (2006:60), adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah.
Sedangkan menurut Muhammad (2004:2), bank syariah adalah bank
yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Dengan kata
lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayarannya serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
dengan prinsip syariat islam.
Menurut Metwally (1995:13) prinsip utama yang digunakan dalam
kegiatan perbankan syariah adalah:
1. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi.
2. Melakukan kegiatan usaha perdagangan berdasarkan perolehan
keuntungan yang sah.
3. Memberikan zakat.
Oleh karena itu, dalam operasinya perbankan syariah tidak
menerapkan sistem bunga, seperti bank konvensional tetapi menerapkan
sistem bagi hasil untuk para nasabah. Dengan itulah yang membedakan hal
mendasar dari bank konvensional yang keuntungan nasabahnya diperoleh
dengan bunga.
Pelaksanaan fungsi perbankan sebenarnya telah ada dan menjadi
tradisi sejak zaman Rosulullah seperti pembiayaan, penitipan harta,
pinjam-meminjam uang, dan bahkan melaksanakan fungsi pengiriman
uang. Namun, pada saat itu tentu saja fungsi-fungsi perbankan tersebut
dilakukan dengan secara sederhana dan perorangan sesuai kebutuhan
masyarakat, sehingga belum terlembagakan secara sistematis.
Sebenarnya Islam juga telah memiliki aturan yang cukup
komprehensif mengenai hukum-hukum dalam suatu perekonomian, hal itu
bisa digali lebih lanjut dalam Al-Quran, Hadits, maupun buku-buku karya
para ulama. Bahkan, beberapa istilah perbankan modern ada yang berakar
kata dari ilmu fiqh. Misalnya, istilah kredit (Inggris: credit berarti
kepercayaan; Romawi: credo yang berarti kepercayaan, dan Arab: qard
berarti meminjamkan uang berdasarkan kepercayaan). Selain itu, istilah
cek (Inggris: check; Perancis: cheque, Arab: saq/suquq yang berarti pasar)
istilah cek terkenal sebagai alat pembayaran yang bisa digunakan di
pasar-pasar.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia tetap mengalami
kendala karena bank syariah hadir di tengah-tengah perkembangan dan
praktik-praktik perbankan konvensional yang sudah mengakar dalam
kehidupan masyarakat secara luas. Kendala yang dihadapi oleh perbankan
(lembaga keuangan) syariah tidak terlepas dari belum tersedianya sumber
daya manusia secara memadai dan peraturan perundang-undangan.
Meskipun, telah banyak kajian yang mencoba untuk mempermudah
penjelasan tentang pelaksanaan operasional perbankan syariah. Hal ini
mengingat bahwa di masing-masing negara, terutama yang masyarakatnya
mayoritas muslim, tidak mempunyai infrastruktur pendukung dalam
operasional perbankan syariah secara merata. Konsekuensi perkembangan
di masing-masing negara tersebut tentunya akan berdampak baik langsung
maupun tidak langsung terhadap perkembangan perbankan syariah di
dunia. Apalagi pada saat ini produk-produk keuangan semakin cepat
perkembangannya.
Jadi, bank syariah dalam penerapan oprasionalnya menggunakan
cara-cara berdagang dan berjualan cara Rosullulah. Dengan menggunakan
prinsip dan hadist dalam melaksanakan operasional maka para nasabah
dapat terjamin terhindar dari riba.
Kinerja bank syariah saat ini sudah sangat baik. Dulu tahun 1999
hanya ada satu bank yaitu Bank Syariah Muamalat Indonesia, kini telah
menjadi enam bank yang berbasis syariah yaitu, Bank Syariah Muamalat
Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank
syariah BRI, Bank Syariah Bukopin, dan Bank Panin Syariah (Statistik
Perbankan Syariah Bank Indonesia januari 2010).
Semua itu berkembang karena perbankan syariah semakin diminati
oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam. Sekarang juga
pembiayaan perbankan syariah di Indonesia semangkin meningkat. Tetapi
dengan menggunakan syaria-syariat islam seperti Wadiah, Mudharabah,
Musyarakah, Salam, Istishna’, Ijarah, dan Qardh.
Jika dibanding dengan para bankir konvensional, maka bankir
syariah seharusnya lebih unggul dan terdepan dalam implementasi GCG di
lembaga perbankan, mengingat lembaga perbankan syariah membawa
nama agama ke dalam lembaga bisnis. Tegasnya, bankir syariah harus
memainkan perannya sebagai pionir penegakan GCG di lembaga
perbankan. Jika para bankir syariah melakukan penyimpangan dan moral
hazard, hal itu tidak saja berimplikasi kepada lembaga tersebut tetapi juga
kepada citra syariah. Meskipun masyarakat mengetahui bahwa hal itu
kesalahan oknum tertentu. Tetapi orang akan dengan cepat menilai bahwa
lembaga syariah melakukan moral hazard, apalagi lembaga konvensional.
Keharusan tampilnya bankir syariah sebagai pionir penegakan GCG
dibanding konvensional, karena permasalahan governance dalam
perbankan syariah ternyata sangat berbeda dengan bank konvensional.
Pertama, bank syariah memiliki kewajiban untuk mematuhi prinsip-prinsip
syariah (shariah compliance) dalam menjalankan bisnisnya. Karenanya,
Dewan Pengawas Syariah (DPS) memainkan peran yang penting dalam
governance structure perbankan syariah. Kedua, karena potensi terjadinya
informasi asymmetry sangat tinggi bagi perbankan syariah maka
permasalahan agency theory menjadi sangat relevan. Hal ini terkait dengan
permasalahan tingkat akuntabilitas dan transparansi penggunaan dana
nasabah dan pemegang saham. Karenanya, permasalahan keterwakilan
investment account holders dalam mekanisme good corporate governance
menjadi masalah strategis yang harus pula mendapat perhatian bank
syariah. Ketiga, dari perspektif budaya korporasi, perbankan syariah
semestinya melakukan transformasi budaya di mana nilai-nilai etika bisnis
Islami menjadi karakter yang inheren dalam praktik bisnis perbankan
syariah (Rifka, 2009).
B. Keterkaitan Antar Variabel
1. Peran Komite Audit dan Audit Internal berkontribusi secara parsial
dan simultan terhadap Good Corporate Governance.
Menurut Sanjaya (2005) dalam penelitiannya mengenai pengaruh
komite audit dalam Good Corporate Governance komite audit harus
memberikan laporan yang tepat terhadap dewan komisaris dan minimal
memberikan laporan setahun sekali kepada dewan komisaris. Sedangkan
dalam penelitian Santi Yustini (2009) tentang audit internal dalam
mendeteksi kecurangan di perusahaan. Dari hasil penelitiannya bahwa
peran internal audit sangat berpengaruh untuk menemukan kecurangan
yang terjadi. Dari penelitian-penelitian tersebut bahwa peran komite audit
dan internal audit sangat penting dalam mewujudkan dan mempertahankan
Good Corporate Governance. Dari kedua penelitian tersebut bahwa
komite audit dan audit internal dapat berkontribusi dalam penerapan Good
Corporate Governance. Oleh karena itu, hipotesis penelitian pertama
(Ha1) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ha1 : Peran komite audit dan audit internal berkontribusi secara parsial
maupun simultan terhadap Good Corporate Governance.
2. Peran Komite audit, Audit Internal dan Good Corporate Governance berkontribusi secara parsial dan simultan terhadap kinerja
perbankan syariah.
Dalam penelitian Santi Yustini (2009) tentang audit internal dalam
mendeteksi kecurangan di perusahaan. Dari hasil penelitiannya bahwa
peran audit internal sangat berpengaruh untuk menemukan kecurangan
yang terjadi. Karena, internal audit bekerja sebagai karyawan pada suatu
perusahaan untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen (Arens
2009). Dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa peran audit internal
berpengaruh terhadap Good Corporate Governance untuk meningkatkan
kinerja bank syariah. Dan menurut Anreas (2009) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa perkembangan tiap-tiap perbankan syariah sangat
berbeda, walaupun mereka menggunakan sistem yang sama. Dari ketiga
penelitian tersebut bahwa peran komite audit, audit internal dan Good
Corporate Governance sangat berpengaruh dalam meningkatkan kinerja
perbankan syariah. Oleh karena itu, maka dapat dirumuskan hipotesis
kedua (Ha2) sebagai berikut:
Ha2 : Peran komite audit, audit internal dan Good Corporate Governance
berkontribusi secara parsial dan simultan terhadap kinerja
perbankan syariah.
C. Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai peran komite audit dan audit internal serta Good
Corporate Governance dan kinerja perbankan syariah telah banyak dilakukan
oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut banyak
memberikan masukan dalam meningkatkan kinerja bank syariah. Tabel 2.1
menunjukkan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai peran komite audit
dan audit internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance untuk
meningkatkan kinerja perbankan syariah.
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Sebelumnya
Peneliti Judul Perbedaan Persamaan Hasil
Santi Yustini (2009)
D. Model Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh tentang peranan
komite audit dan audit internal dalam mewujudkan good corporate
governance untuk meningkatkan kinerja perbankan syariah yang merupakan
kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
ε1
Komite Audit (X1)
Auditor Internal (X2)
Kinerja Bank Syariah
(Z)
Good Corporate Governance
(Y)
ε2
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Populasi penelitian ini adalah Komite Audit dan Audit Internal di Bank
Syariah yang ada di Jakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kausalitas,
yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh
antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini akan menjelaskan peranan
komite audit dan audit internal dalam mewujudkan Good Corporate
Governance di perbankan syariah yang ada di Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel
Pemilihan bank syariah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode convenience sampling, yaitu istilah umum yang
mencakup variasi luasnya prosedur pemilihan responden. Convenience
Sampling berarti unit sampling yang ditarik mudah dihubungi, tidak
menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif (Hamid,
2007:30). Metode convenience sampling digunakan karena peneliti memiliki
kebebasan untuk memilih sampel dengan cepat dari elemen populasi yang
datanya mudah diperoleh peneliti. Responden yang digunakan dalam
penelitian ini adalah karyawan bank syariah di Jakarta yang berhubungan
dengan penelitian ini.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan adalah jenis data primer. Menurut Husain
(2009:42), data primer adalah yang didapat dari sumber pertama baik dari
individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian
kuesioner. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan
kuesioner berupa pertanyaan yang menjadi instrumen variabel yang akan
dikirimkan pada bank syariah yang menjadi objek penelitian. Apabila
diperlukan, pengumpulan data juga dilakukan dengan bertemu langsung
dengan responden.
D. Metode Analisis
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data,
dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif.
Memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai
rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Imam Ghozali,
2005:19).
2. Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka peneliti
melakukan uji reliabilitas dan validitas.
a. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban
responden. Suatu kuesioner dikatakan reliable jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1) Repeated Measure atau pengukuran ulang.
2) One Shot atau pengukuran sekali saja, pengukurannya hanya sekali
dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau
mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengukuran reliabilitas
yang dilakukan dengan One Shot. Untuk mengukur reliabilitas
digunakan uji statistic Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan
realibel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60. Sedangkan,
jika sebaliknya data tersebut dikatakan tidak realibel (Imam Ghozali,
2005:41-42).
b. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
keusioner mampu mengungkapakan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini menggunakan Pearson
Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai yang
diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila Pearson Correlation
yang didapat memiliki nilai di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh
adalah valid (Imam Ghozali, 2005:45).
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model
analisis jalur (path analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari
analisis regresi linear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan
analisis regresi untuk menaksirkan hubungan kausalitas antar variabel
yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori (Imam
Ghozali.2005:160). Model path analysis digunakan untuk menganalisis
pola hubungan antara variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
langsung seperangkat variabel bebas (independen) terhadap variabel
terkait (dependen) (Riduwan dan Engkos. 2007:2).
Teknik analisa jalur ini akan digunakan dalam menguji besarnya
kontribusi yang ditunjukan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur
dari hubungan kausal antara variabel X1 dan X2 terhadap Y serta
berdampak kepada Z pada diagram jalur digunakan dua macam anak
panah, yaitu (Riduwan dan Engkos. 2007:15-18)
a. Anak panah satu arah yang menyatakan pengaruh langsung dari
sebuah variabel eksogen [variabel penyebab (X)] terhadap sebuah
variabel endogen [varibel akibat (Y)], misalnya X1 Y dan
b. Anak panah dua arah yang menyatakan hubungan korelasional antara
variabel eksogen, misalnya X1 X2
Langkah-langkah menguji path anlysis adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural
b. Menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi.
1) Gambarkan diagram jalur lengkap, tentukan sub-sub strukturnya
dan rumuskan persamaan strukturalnya yang sesuai hipotesis yang
diajukan.
2) Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah
dirumuskan.
c. Menghitung koefisien jalur secara simultan (keseluruhan).
Uji secara keseluruhan hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut:
Ha: ρyx1 = ρyx2 = ... = ρyxk≠ 0
Ho: ρyx1 = ρyx2 = ... = ρyxk = 0
1) Kaidah pengujian signifikansi secara manual menggunakan tabke F
dengan taraf signifikan (α) = 0,05
2) Kaidah pengujian signifikansi dengan program SPSS
(a) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya tidak signifikan
(b) Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya signifikan.