• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN SELF DEFENSE KOREA UTARA DALAM UPAYA MENGANTISIPASI INVASI MILITER AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEBIJAKAN SELF DEFENSE KOREA UTARA DALAM UPAYA MENGANTISIPASI INVASI MILITER AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Democratic People’s Republic of Korea atau Korea Utara adalah negara

yang terletak di wilayah Northeast Asia yang berbatasan langsung dengan Rusia

dan Cina di sebelah utara serta Republic of Korea atau Korea Selatan di sebelah

selatan. Pada masa Japanese imperialism, Korea Utara dan Korea Selatan

merupakan satu negara, namun setelah kekalahan Jepang atas Amerika Serikat

pada Perang Dunia II, Korea terbagi menjadi 2 negara, sebelah utara menjadi

Korea Utara yang berhaluan komunis dan sebelah selatan yakni Korea Selatan

yang berdemokrasi mengikuti jejak Amerika Serikat.1 Korea Utara lahir pada 9

September 1948, menyusul Korea Selatan yang telah mandiri sejak 15 Agustus

1948.2 Pada tahun 1950, Korea Utara sempat menginginkan unifikasi lagi di

semenanjung Korea dan menyerang Korea Selatan di bawah pimpinan Kim

Il-sung, namun Korea Utara gagal melakukan unifikasi karena Korea Selatan

dibantu oleh pasukan militer Amerika Serikat dan sekutunya. Invasi Korea Utara

1

CIA. ___. Back ground of South Korea. CIA.gov. dalam https://www.c ia.gov/libra ry/publications/the-world-factbook/geos/ks.html dia kses pada tanggal 29 Oktober 2012

2

(2)

ke selatan itu kemudian disebut sebagai Perang Korea yang berlangsung hingga

1953.3

Korea Utara sendiri kemudian bersekutu dengan Uni Soviet semenjak

terpecahnya dua Korea hingga Perang Dingin, dimana Korea Utara dan Uni

Soviet tergabung dalam Blok Timur atau Pakta Warsawa yang berhaluan

komunis. Salah satu kerjasama yang dilakukan antara Korea Utara dan Uni Soviet

semasa Perang Dingin adalah pembuatan program nuklir . Ide pembuatan nuklir

sebenarnya telah ada dalam pikiran Kim Il-sung ketika serangan bom atom

Amerika Serikat terhadap Jepang pada bulan Agustus 1945 yang kemudian

membuat Jepang menyerah pada Amerika Serikat dan mengakhiri periode Perang

Dunia II.4 Namun, baru setelah Korea Utara merdeka dan setelah berakhirnya

Perang Korea, Kim Il-sung membangun program nuklir dengan bantuan Uni

Soviet. Pada awal dibuatnya program nuklir, Korea Utara merupakan salah satu

negara yang membuat senjata nuklirnya untuk kepentingan bersama

negara-negara di Blok Timur yang sedang melakukan arms race dengan Blok Barat.

Runtuhnya Uni Soviet di akhir Perang Dingin membuat Korea Utara tidak

memiliki kawan yang bisa membantu mereka lagi, sehingga Pyongyang

menghendaki adanya self-determination dalam membangun program nuklirnya.

Pyongyang berniat membangun program nuklir demi menjaga negaranya dari

serangan negara lain karena Korea Utara menyadari bahwa tidak ada lagi yang

dapat melindungi mereka pasca runtuhnya Uni Soviet, terutama pasca terjadinya

(3)

Peristiwa 11 September 2001 dimana Amerika Serikat sebagai pihak yang

dirugikan oleh serangan teroris itu kemudian menganggap Korea Utara sebagai

musuh dengan kebijakan barunya, “Global War on Terrorism. Dalam kebijakan

war on terror, Amerika Serikat menganggap Korea Utara sebagai negara “axis of evil” disebabkan kepemilikan senjata nuklir yang dikhawatirkan akan dijual pada

teroris.

Sebagai negara kecil dan miskin, Korea Utara sangat membutuhkan nuklir

karena nuklir akan menjadi senjata mematikan bagi musuhnya dan membuat

negara merasa aman. Mereka tidak peduli meskipun warganya kelaparan, yang

terpenting adalah bagaimana caranya menghentikan invasi Amerika Serikat, yang

telah melabeli mereka sebagai negara “poros setan” pasca terjadinya Peristiwa 11

September 2001. Korea Utara takut andaikan nanti Amerika Serikat datang dan

menghancurkan negeri yang sekarang dipimpin oleh cucu Kim Il-sung, Kim

Jong-un. Seluruh masyarakat dunia telah menjadi saksi invasi militer Amerika Serikat

ke Afganistan dan Irak yang juga perna h diberi julukan axis of evil oleh

Washington di bawah kepemimpinan George W. Bush yang merupakan preside n

terpilih dari Partai Republik, yang terkenal dengan kebijakan hawkish-nya yang

pro terhadap invasi militer. Korea Utara tidak ingin negaranya dimasuk i secara

paksa oleh pasukan Amerika Serikat seperti di Irak, sehingga bom nuklir adalah

cara terbaik untuk melindungi diri.

Masalah lain bagi Pyongyang adalah rezim diktator dinasti Kim Il-sung

yang kurang transparan terhadap rakyatnya, membuat Amerika Ser ikat sebagai

(4)

menurunkan pasukan bersenjatanya untuk melakukan democracy replacement terhadap sang pemimpin negara. Kebijakan luar negeri Washington untuk

mengubah rezim diktator menjadi pemerintahan yang demokratis telah dapat

disaksikan di Timur Tengah, dimulai dari penurunan Saddam Hussein yang

dianggap sebagai The New Hitler di Irak,5 hingga yang baru-baru ini terjadi di

Tunisia, Mesir, dan Libya. Jika pemimpin negara Korea Utara ingin menjaga

negaranya agar tetap utuh dan tanpa campur tangan negara lain ataupun

meneruskan pemerintahannya yang berpaham feudalisme, tidak ada alasan bagi

Pyongyang untuk menghentikan program nuklirnya.

Amerika Serikat memang telah menjadi momok bagi negara- negara di dunia

yang tidak menuruti perintahnya. Washington yang merasa sebagai pemimpin

dunia selalu berusaha untuk membuat perdamaian di dunia, meskipun kadang cara

melakukannya kurang benar di mata masyarakat di negara lain. Pengembangan

nuklir seperti yang terjadi di Iran dan Korea Utara dewasa ini tidak boleh

diteruskan karena mereka merupakan negara-negara yang selalu bertentangan

dengan Amerika Serikat. Washington mengatakan bahwa program nuklir yang

mereka buat akan mengganggu perdamaian dunia. Terlebih pasca serangan 11

September, Amerika Serikat selalu waspada terhadap apa yang dilakukan

negara-negara yang telah mereka anggap sebagai musuh. Amerika Serikat khawatir

negara-negara yang bertentangan dengan Amerika Serikat itu akan membantu

teroris untuk membuat dunia tidak aman.

5

Anne Korblut dan Charles Sennott. 2002. Saddam the new Hitler, Bush tells Europeans.

(5)

Namun bagi Korea Utara, program nuklir merupakan senjata pamungkas

Korea Utara yang akan diteruskan demi keamanan negaranya, Pyongyang

membuat senjata nuklir sebagai tindakan pre-emptive agar serangan Amerika

Serikat tidak terjadi, tidak peduli apa kata Amerika Serikat atau negara lain yang

berlawanan dengan paham Korea Utara. Pyongyang telah mempersepsikan

Amerika Serikat sebagai salah satu kekuatan besar yang sangat mungkin

menginvasi negara mereka. Tindakan Amerika Serikat ke negara- negara pembuat

nuklir dan negara non-democracy selama ini telah membuat Korea Utara harus

waspada terhadap kekuatan militer Amerika Serikat, ditambah lagi julukan axis of

evil yang telah diberikan kepada mereka. Kerjasama Korea Utara dengan negara-negara sesama pengembang senjata nuklir adalah disebabkan keinginan Korea

Utara untuk survive, karena mereka menyadari bahwa tidak mungkin bagi mereka

untuk menjaga keamanan dengan menekankan kepada aspek lain selain aspek

militer (pengembangan senjata nuklir), mereka tidak memiliki kemampuan

ekonomi yang dapat mereka banggakan seperti negara-negara tetangganya di

wilayah Asia Timur Laut seperti Cina, Korea Selatan, Jepang, atau bahkan

Taiwan. Cara terbaik bagi Korea Utara untuk dapat menjaga negaranya agar tetap

survive adalah bekerjasama dengan Cina dan negara- negara yang berdiri bertentangan dengan Washington (seperti Iran yang juga mengembangkan

program nuklir) dan mengumpulkan semua bentuk bantuan dari negara- negara

tersebut untuk melakukan proliferasi senjata nuklir. Jika tidak dilakukan, Korea

Utara harus bersiap untuk menjadi tuan rumah bagi invasi militer besar-besaran

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Mengapa Korea Utara melakukan proliferasi nuklir pasca terjadinya

Peristiwa 11 September 2001?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan Korea Utara

melakukan proliferasi senjata nuklir pasca terjadinya Peristiwa 11 September

2001.

1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Manfaat Praktis

Mengetahui kebijakan pengembangan senjata nuklir Korea Utara pasca

Peristiwa 11 September 2001 yang digunakan sebagai sarana melakukan

deterrence dan melindungi negara mereka dari potensi invasi Amerika Serikat. 1.3.2.2 Manfaat Akade mis

1. Untuk memenuhi tugas akhir jurusan Hubungan Internasional Universitas

Muhammadiyah Malang.

2. Peneliti dapat menerapkan teori dan konsep dalam menganalisa

kebijakan negara Korea Utara yang melakukan defense dalam

(7)

1.4 Penelitian Terdahulu

Jinwook Choi menulis dalam perspektif Korea Utara melalui paper- nya

yang berjudul “The North Korean Domestic Situation and Its Impact on the

Nuclear Crisis”, Korea Utara dalam membangun proyek nuklirnya adalah demi

mendapatkan perhatian, makanan, dan bantuan dari dunia luar. Mereka juga ingin

meneruskan program nuklir mereka untuk memotong dana yang dikeluarkan

dalam aspek militer. Selain itu, nuklir juga diharapkan akan membantu pemimpin

tertinggi Korea Utara dalam mempertahankan kekuasaannya, serta menja ga

negaranya dari serangan musuh, seperti Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Pyongyang berniat akan meneruskan program nuklir mereka meskipun harus

mengorbankan perekonomian.6

Sementara penelitian terdahulu kedua adalah jurnal yang ditulis oleh Robert

F. Ogden II dan David A. Anderson dengan judul “US Foreign Policy toward

North Korea, A Way Ahead” yang menjelaskan national interest yang dikejar oleh

Korea Utara. Selama ini, kepentingan yang dikejar oleh Korea Utara sebagai

national interest ada tiga hal, yaitu regime survival (mengamankan dinasti Kim

dari kekuatan militer asing), security of the state (mengamankan ideologi

komunis), dan reunification dengan Korea Selatan. Untuk memastikan ketiga

national interest tersebut tercapai, ada tiga aspek yang harus diambil oleh Korea

Utara, yaitu conventional military, nuclear weapon, dan economic development.

Conventional military merupakan kekuatan utama Korea Utara dengan 1,2 juta

6

(8)

personil militer (terbanyak keempat di dunia), kekuatan militer ini digunakan

untuk menghadang kekuatan musuh di demiliterized zone(DMZ) yang merupakan

gabungan kekuatan Korea Selatan dan Amerika Serikat, sebagai cara melakukan

defense, mengurangi tensi militer di DMZ, balance of power dengan militer Korea Selatan, dan disebabkan oleh bantuan militer dari luar terhadap Korea Utara yang

sangat sedikit. Nuclear weapon juga merupakan aspek yang harus diperkuat oleh

Pyongyang, senjata nuklir berguna untuk menjamin keamanan rezim Kim,

bargaining tool untuk mendapatkan atensi Amerika Serikat, dan sebagai alat

untuk reunifikasi. Sementara yang terakhir adalah economic development, Korea

Utara menginginkan model ekonomi nasional berdasarkan Juche, dimana mereka

akan mampu melawan segala bentuk sa nksi, contohnya isolasi internasional,

memblokade para imperialis Barat, dan mendapatkan kekuatan ekonomi.

Kemampuan ekonomi Korea Utara ini akan digunakan untuk memperkuat segala

sisi militer, mengamankan rezim dan ideologi, dan keinginan mereka untuk

melakukan reunifikasi.7

Penelitian ketiga merupakan tulisan dari Daniel A. Pinkston yang berjudul

“North Korea’s Foreign Policy Toward the United States”.8 Dalam jurnal tersebut, Pinkston menjelaskan bahwa kebijakan luar negeri Korea Utara terhadap

Amerika Serikat didasari oleh pengalaman buruk yang dialami Korea Utara sejak

awal berdirinya negara Korea Utara serta posisi Korea Utara ketika Perang

7

Robert F. Ogden II dan David A. Anderson. 2008. US Foreign Policy toward North Korea, A Way Ahead dalam http://www.au.a f.mil/au/ssq/2008/Fa ll/ogden%26anderson.pdf diakses pada tanggal 25 Oktober 2012

8

(9)

Dingin. Korea Utara membenci Amerika Serikat karena Washington merintangi

usaha Kim Il-sung dalam melakukan unifikasi semenanjung Korea. Dalam usaha

mempersatukan Korea, Amerika Serikat menurunkan pasukan militernya untuk

melawan Kim Il-sung dan membela Korea Selatan sehingga usaha Kim Il-sung

mendapatkan halangan dan hingga sekarang, unifikasi Korea belum terjadi. Korea

Utara juga tidak menyukai keberadaan pasukan Amerika Serikat di Korea Selatan.

Korea Utara menginginkan Amerika Serikat untuk pergi dari semenanjung Korea

dan tidak lagi mengintervensi dunia politik di semenanjung Korea, serta

mengakhiri aliansi dengan Korea Selatan. Selain itu, sanksi yang diberikan

Amerika Serikat terhadap Pyongyang pada tahun 2002 dengan menyebut Korea

Utara sebagai salah satu negara “Axis of Evil”, dimana Amerika Serikat menyebut

bahwa Korea Utara mensponsori terorisme internasional sehingga sanksi itu

membuat Korea Utara tidak bisa mengikuti institusi finansial internasional yang

akan membuat perekonomian mereka sulit berkembang. Karena beberapa alasan

itulah Korea Utara menerapkan kebijakan luar negerinya, mereka memilih untuk

memperkuat keamanan mereka agar Amerika Serikat tidak melakukan serangan

ke Korea Utara.9

Yewon Ji dengan jurnal berjudul “Three Paradigms of North Korea’s

Nuclear Nuclear Ambitions” menjadi penelitian yang keempat, dia menjelaskan

program nuklir Korea Utara dalam tiga model pendekatan, yaitu security model,

domestic politics model, dan norms model. Menurut Ji, konsep security model dalam program nuklir Korea Utara adalah seperti apa yang banyak dipikirkan oleh

9

(10)

pemikir-pemikir di dunia internasional yang berada di luar Korea Utara, dia

menjelaskan bahwa nuklir Korea Utara sebagai security model berasumsi pada

paradigma neorealis yang mengatakan bahwa nuklir Korea Utara diciptakan untuk

melakukan deterrence terhadap Amerika Serikat. Amerika Serikat sendiri telah

membayangi Korea Utara dengan senjata nuklirnya sejak Perang Korea yang

dimulai pada tahun 1950. Kemudian setelah Uni Soviet kolaps setelah Perang

Dingin, Korea Utara tetap berusaha untuk memperkuat senjata nuklirnya karena

mereka berpikir bahwa mereka sedang bertahan sendiri dalam mempertahankan

negaranya. Puncaknya ketika peristiwa 11 September 2001 terjadi, Amerika

Serikat semakin bersikap tegas terhadap Korea Utara sehingga nuklir menjadi

kekuatan utama mereka untuk men-deter Amerika Serikat. Konsep kedua adalah

domestic politics model, dimana Ji menjelaskan bahwa Korea Utara menciptakan nuklir disebabkan oleh keinginan kuat dinasti Kim untuk menguasai Korea Utara.

Filosofi military-first policy, prinsip fundamental juche (self-reliance),

terisolasinya Korea Utara dalam perdagangan internasional, dan senjata nuklir

sebagai hard currency menjadi kepentingan-kepentingan dalam negeri yang

menjadi alasan mengapa Korea Utara meneruskan program nuklirnya. Sedangkan,

konsep yang terakhir adalah konsep norms model yang diambil dari pendekatan

konstruktivis. Model ketiga ini menjelaskan bahwa program nuklir Korea Utara

digunakan untuk memperkuat identitas negara dalam komunitas internasional

serta untuk menegaskan legitimasi terhadap rakyatnya.10

10

Ye won Ji. 2009. Three Paradigms of North Korea’s Nuclear Nuclear Ambitions. Journal

(11)

Penelitian terdahulu yang pertama (Jinwook Choi) menekankan kepada

pembuatan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah Korea Utara. Pembuatan

keputusan yang dilakukan oleh Pyongyang adalah mengapa mereka harus memilih

nuklir sebagai suatu kebijakan negara mereka. Sementara pe nelitian terdahulu

yang kedua (Robert F. Ogden II dan David A. Anderson) menjelaskan beberapa

national interest yang dikejar oleh Korea Utara, dalam mengejar national interest tersebut, Korea Utara menjadikan nuklir sebagai salah satu cara untuk

memenuhinya. Penelitian terdahulu yang ketiga ( Daniel A. Pinkston)

menjelaskan keamanan nasional Korea Utara yang terkena ancaman dari sikap

Amerika Serikat yang mengeluarkan hostile policy terhadap Korea Utara dan

keberadaan Amerika Serikat di Korea Selatan, sehingga Korea Utara harus

memperkuat keamanannya, nuklir menjadi salah satu cara mereka men-deter

Amerika Serikat dan akan membuat Washington pergi dari Semenanjung Korea.

Literatur yang terakhir (Yewon Ji) menekankan kepada paradigma-paradigma

yang dipakai dalam menganalisis program nuklir Korea Utara. Sementara

penelitian yang peneliti lakukan adalah mengenai kebijakan Korea Utara untuk

mempertahankan negaranya, men-deter, sekaligus menyamai kekuatan Amerika

Serikat dengan cara melakukan proliferasi senjata nuklir agar potensi invasi

(12)

Tabel 1: Penelitian Terdahulu

ingin dikejar, yaitu regime

survival, state security, dan reunification. Sebagai

11

(13)
(14)
(15)
(16)

1.5 Landasan Teori

menyerang (the aggressor), content merupakan aksi yang dilakukan oleh pihak

yang bertahan, sementara end adalah hasil akhir dari aksi mempertahankan diri

(the good that the defensive act is intended to protect or preserve—this may be the

defender’s own life, the life of a third party, or some other valuable, such as

property or liberty).

Disamping itu, adapun batasan-batasan yang dapat membuat subjek yang

ingin bertahan mendapatkan hak untuk mempertahankan kepentingannya, yaitu

Necessity; defensive act diperbolehkan jika kondisi tersebut memang dibutuhkan

untuk melindungi diri dari bahaya.16 Imminence; jika bahaya yang mengancam

segera terjadi.17 Proportionality; merupakan keseimbangan antara bahaya yang

mengancam dan good preserved, namun bukan keseimbangan tipe senjata yang

digunakan, proportionality mengizinkan seseorang yang memiliki senapan atau

bahkan bazooka bertahan menggunakan senapan atau bazooka yang dia miliki jika

diserang meskipun penyerangnya hanya menggunakan pisau. Hal ini

15

David Rodin. 2004. War and Self Defense. Oxford University Press. Oxford.

16

Ibid, ha l 40.

17

(17)

diperbolehkan karena yang dimiliki oleh sang defender untuk bertahan hanya

senapan atau bazooka tersebut.18

Skema Proses Self Defense

Sumber : Dav id Rodin. 2004. War and Self Defense. Oxford University Press. Oxford, ha l 36.

Kemudian, muncul masalah terhadap basic dichotomy dengan apa yang

disebut Rodin sebagai “two level of war”,

“War may be described as both a relation among persons and as a relation among super-personal political entities such as nations or states.”19

Oleh karena itu, terdapat pertanyaan apakah national defense dapat dipahami

dengan baik sebagai hak individu melawan individu lain, atau oleh negara

melawan negara lain.

18 Ibid, ha l 42.

19 David Rodin. 2004. War and Self-Defense [Full Text] dalam

(18)

Pertanyaan tersebut menghasilkan dua strategi potensial dalam menjelaskan

national defense. Yang pertama adalah reductive strategy; yang berusaha untuk

menjelaskan national defense sebagai penggunaan khusus dalam self defense.

Kedua, analogical strategy; yang mengambil ide bahwa negara memega ng hak

dan mencoba untuk menghubungkan melalui analogi dengan hak individu dalam

self defense. Reductive strategy in its purest form is a clear failure. Mungkin analogical strategy lebih baik dalam memberikan perhitungan akhir dari national defense. Merupakan sebuah hal yang natural menganggap perang untuk

melindungi nilai- nilai yang melekat yang disebut “common life” yang harus

dipatuhi dalam suatu bangsa atau negara. Tantangannya disini adalah untuk

memberikan interpretasi dari norma dalam common life sebagai jalan yang

berfungsi sebagai landasan untuk national defense.20 Jadi dapat disimpulkan

bahwa national defense theory adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu negara

berhak melakukan perang atau segala hal yang dapat dilakukan untuk menjaga

negara dan rakyatnya agar tidak terkena serangan musuh, terlebih lagi guna

menjaga “end” atau objektif yang ingin dicapai oleh negara yang bertindak

sebagai subjek dalam melakukan national defense.

Nuklir sebagai senjata untuk melakukan Self-Defense; Senjata nuklir merupakan senjata yang terbuat dari bahan kimia uranium atau plutonium. Senjata

pemusnah massal ini adalah senjata paling berbahaya di dunia. Satu senjata nuklir

saja dapat menghancurkan seluruh kota, jutaan manusia, membahayakan

lingkungan alam dan akan berdampak pada kehidupan generasi masa depan

20

(19)

karena efek jangka panjang.21 Karena dampak yang ditimbulkan dari satu senjata, nuklir dikatakan dapat menghancurkan peradaban manusia di muka bumi. Senjata

ini sangat berguna bagi negara- negara yang membutuhkan keamanan negara

mereka terjaga dengan baik. Selama ini, yang memiliki senjata hanya 5 anggota

inti Dewan Keamanan PBB, yaitu Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Prancis, dan

Cina. Namun, beberapa negara lain juga memiliki senjata nuklir dengan

bermacam- macam alasan. Korea Utara menjadi salah satu negara di luar DK PBB

yang memiliki senjata pemusnah massal ini. Alasan Pyongyang pada mulanya

adalah bahwa Korea Utara digunakan sebagai tempat pengembangan nuklir Uni

Soviet di era Perang Dingin, namun sekarang Korea Utara telah membuat sendiri

senjata nuklirnya secara mandiri. Senjata nuklir saat ini digunakan untuk

melakukan self-defense, sebagai sarana untuk melindungi kekuatan militer

Amerika Serikat yang mengancam mereka pasca peristiwa teror 11 September

2001.

National Defense yang diterapkan oleh Korea Utara adalah murni untuk

melindungi negara dan rakyatnya agar tidak terkena invasi negara superpower

Amerika Serikat. Hak untuk melindungi diri telah didapatkan oleh Korea Utara

karena bahaya yang mereka hadapi sangat kuat dan memang layak bagi mereka

untuk berjuang melindungi negaranya dari bahaya tersebut (bahaya yang

dimaksud adalah Amerika Serikat). Mereka telah melihat sendiri bahwa Amerika

Serikat dengan kekuatan militernya yang luar biasa besar menyerbu negara- negara

Axis of Evil dan negara-negara non-demokrasi yang membuat Korea Utara

21

(20)

mengalami suatu masalah dengan keamanannya. Untuk menjaga keamanan agar

tidak terkena serangan militer Amerika Serikat yang bertindak sebagai polisi

dunia, Korea Utara harus memperkuat negaranya. Salah satunya sumber kekuatan

Korea Utara adalah nuklir, dimana nuklir akan digunakan untuk melakukan deter

terhadap negara adidaya Amerika Serikat agar tidak melakukan invasi militer ke

negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un.

1.5.2 Nuclear Deterrence

” …. Deterrence is a security concept whose objective is to

dissuade a potential adversary from initiating war, by threatening the use of force in order either to deny an adversary from gaining his objectives by military means or to punish the adversary should he seek to do so. In effect it seeks to persuade an adversary that the risks and costs of acts of aggression will exceed any gains that might be obtained from such acts. If war is not avoided, deterrence

has failed.”22

Realis melihat bahwa sistem internasional adalah anarki, untuk survive di

sistem internasional, negara membangun pertahanan guna mengamankan

negaranya agar tidak ada negara yang mungkin akan menginvasi.23 Deterrence

bertujuan untuk menunjukkan pada musuh untuk tidak melakukan suatu aksi. Kita

yang menentukan, berusaha menunjukkan pada musuh konsekuensi jika mereka

bertindak dan menunggu; jika musuh “melewati batas” yang telah kita

___. 1986. Concept of Security. Department for Disarma ment Affairs Reference Lib rary. New York, hal 6.

23

(21)

Deterrence sama seperti bertahan atau bisa dibilang menunggu, musuh harus bergerak menjauh sebelum ada reaksi dari negara yang mempertahankan

negaranya.24

“Nuclear deterrence is the military doctrine that an enemy will be

deterred from using nuclear weapons as long as he can be destroyed as a consequence; “when two of nations both resort to nuclear deterrence the consequence could be mutual destruction.””25

Seperti contohnya, Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang

Dingin. Jika perang nuklir antara mereka pecah, seluruh kehidupan di muka bumi

akan hancur, sehingga mereka harus membuat cara bagaimana mengendalikan

perlombaan senjata nuklir. Mereka tidak memperbincangkan pelucutan senjata.

Yang mereka lakukan adalah berusaha menciptakan “stabilitas nuklir”, keadaan

dimana tidak ada satu pihak pun yang tergoda untuk memulai serangan

menggunakan senjata nuklir.26 Kedua belah pihak saling memperkuat kekuatan

senjata pemusnah massal mereka masing- masing agar tidak ada pihak lawan yang

menyerang.

Nuklir yang dimiliki oleh Korea Utara merupakan senjata mematikan yang

sewaktu-waktu dapat diluncurkan jika pihak lain, dalam kasus ini, Amerika

Serikat melakukan hal- hal yang tidak menyenangkan di mata Korea Utara. Korea

Utara berusaha mempertahankan negaranya dengan melakukan deterrence,

caranya yaitu melanjutkan program nuklirnya agar Amerika Serikat menyadari

24

Branislav L. Slantchev. 2005. Introduction to International Relations Lecture 8: Deterrence and Compellence. University of Ca lifornia. San Diego, hal 3.

25

The Free Dict ionary. Nuclear Deterrence. dalam www.thefreed ictionary.co m./_/dict.aspx?wo rd=nuclear+deterrence diakses pada tanggal 8 Maret 2013

26 Mohtar Mas’oed. 1990.

(22)

konsekuensi yang akan mereka dapatkan jika melanjutkan pergerakannya yang

ingin menginvasi Korea Utara. Dengan adanya nuklir yang semakin hari semakin

termodernisasi, Pyongyang sudah siap untuk melawan pihak lain yang

menganggap mereka sebagai musuh, khususnya Amerika Serikat.

1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Level Analisa

Untuk menentukan level analisa dalam metodologi hubungan internasional,

diperlukan adanya unit analisa dan unit eksplanasi. Unit analisa adalah obyek

yang perilakunya akan dideskripsikan atau disebut juga dengan variabel

dependen,27 dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah

kebijakan proliferasi nuklir Korea Utara yang dilakukan untuk mengantisipasi

invasi militer Amerika Serikat. Sementara unit eksplanasi adalah obyek yang

mempengaruhi perilaku unit analisa yang akan digunakan atau disebut juga

sebagai variabel independen,28 variabel independen-nya adalah global war on

terror yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Tingkat analisanya adalah (Korea

Utara) state level. Sedangkan Amerika Serikat, sebagai level eksplanasi tingkat

analisanya adalah sistem, dimana Amerika Serikat bergerak sebagai polisi dunia

yang membuat peraturan agar dunia internasional bergerak mengikuti arah

kepemimpinan mereka. Dari kedua tingkat analisa diatas, dapat disimpulkan

bahwa penelitian ini menggunakan level analisa “induksionis” dimana unit

eksplanasi lebih tinggi dari unit analisa (sistem mempengaruhi negara).

27Mohtar Mas’oed.

Op. Cit, hal 35.

28

(23)

1.6.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksplanatif yang bertujuan

untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel. Menurut Mochtar

Mas’oed, jenis penelitian eksplanasi adalah upaya menjawab pertanyaan “mengapa?”29

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik library

research atau studi kepustakaan. Bahan penelitian ini diperolah dengan melakukan studi pustaka dari berbagai sumber, baik buku, koran, artikel, karya

ilmiah atau situs internet.

1.6.4 Teknik Analisa Data

Teknik analisa penelitian bersifat deduktif yaitu berusaha membuktikan

teori dengan data-data. Teknik analisa deduktif menekankan pada teorisasi dahulu

baru kemudian melakukan penelitian.30 Penelitian diawali dengan merumuskan

teori dan konsep yang kemudian akan digunakan dalam menganalisa data-data

tentang kebijakan proliferasi nuklir yang dibuat oleh negara Korea Utara untuk

menggalang pertahanan sekaligus men-deter lawan politiknya, yaitu Amerika

Serikat, pasca Peristiwa 11 September 2001.

29

Ibid, ha l 262.

30

(24)

1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Batasan Materi

Batasan materi diperlukan untuk membuat penelitian menjadi lebih fokus

terhadap bahasan yang akan diteliti. Batasan materi pada penelitian ini difokuskan

pada kebijakan luar negeri Korea Utara yang melakukan self defense dengan cara

melakukan proliferasi nuklir agar dapat mempertahankan diri dari kecaman dan

sanksi Amerika Serikat.

1.7.2 Batasan Waktu

Batasan waktu digunakan agar penelitian tidak terlalu banyak dan hanya

menekankan pada waktu tertentu saja. Dalam penelitia n ini, batas waktu yang

akan diteliti adalah sejak awal 2000 hingga sekarang. Khususnya ketika Amerika

Serikat dibawah pemerintahan presiden George Walter Bush yang membuat

kebijakan luar negeri untuk memberantas terorisme dan memperkenalkan

demokrasi ke seluruh penjuru dunia yang dikenal dengan war on terrorism. Kedua

poin yang merupakan hal yang membuat Korea Utara merasa terancam.

1.8 Hipotesa

Korea Utara sebagai negara kecil dan tidak mempunyai kekuatan ekonomi

yang besar, berusaha membuat program nuklir agar mampu menarik perhatian

dunia dan dapat bersaing di dunia internasional. Program nuklir yang dibuat sejak

masa Perang Dingin sebagai bentuk loyalitas terhadap Blok Timur, kini telah

(25)

melakukan deterrence, khususnya dari ancaman Amerika Serikat yang membuat

kebijakan global war on terrorism pasca Peristiwa 11 September 2001 dan

kemudian memasukkan Korea Utara dalam negara- negara yang dijuluki “axis of

evil” karena kepemilikan senjata nuklir sejak tahun 1950an yang dikhawatirkan

akan digunakan untuk membantu terorisme global. Kebijakan hostility kepada

Korea Utara tersebut membuat Korea Utara berusaha semakin memperkuat

keamanan negara mereka dengan melakukan proliferasi senjata nuklir untuk

melawan langkah Amerika Serikat yang kemungkinan akan melakukan serangan

militer ke Korea Utara.

1.9 Sistematika Penulisan

 BAB I : Pendahuluan

1.1Latar Belakang

1.2Rumusan Masalah

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1Manfaat Praktis

1.3.2.2Manfaat Akademis

1.4Penelitian Terdahulu

1.5Landasan Teori

1.5.1 Self Defense Theory

(26)

1.6Metodologi Penelitian

1.6.1 Level Analisa

1.6.2 Metode Penelitian

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

1.6.4 Teknik Analisa Data

1.7Ruang Lingkup Penelitian

1.7.1 Batasan Materi

1.7.2 Batasan Waktu

1.8Hipotesa

1.9Sistematika Penulisan

 BAB II: Sejarah Nuklir Korea Utara dan Global War on Terrorism Amerika

Serikat dalam Pandangan Korea Utara

2.1Sejarah Nuklir Korea Utara

2.2The United States Global War on Terrorism

2.3Pandangan Korea Utara Terhadap Global War on Terrorism

 BAB III: Nuklir Sebagai Sarana Self-Defense Korea Utara

3.1Kerjasama Korea Utara dengan Negara-Negara Sesama Pengembang

Program Nuklir Pasca Peristiwa 11 September 2001

3.2Perubahan Pola Motivasi Program Nuklir Korea Utara Mulai Perang

Dingin Hingga Pasca Peristiwa 11 September 2001

3.2.1 Motivasi Pembuatan Program Nuklir Korea Utara Pada

(27)

3.2.2 Motivasi Pembuatan Program Nuklir Korea Utara Pasca

Perang Dingin

3.2.3 Motivasi Pembuatan Program Nuklir Korea Utara Pasca

Peristiwa 11 September 2001

3.3Nuklir Sebagai Sarana Self-Defense dan Upaya Deterrence Korea

Utara Terhadap Potensi Invasi Militer Amerika Serikat

 BAB IV:

Kesimpulan

Saran Untuk Penelitian Lanjutan

(28)

SKRIPSI

KEBIJAKAN

SELF DEFENSE

KOREA UTARA DALAM

UPAYA MENGANTISIPASI INVASI MILITER AMERIKA

SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

Galih Wisnu Aji

09260079

FAKULTAS ILMU SOSIAL D AN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(29)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Galih Wisnu Aji

NIM : 09260079

Jurusan : Hubungan International

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Kebijakan Self Defense Korea Utara Dalam Upaya

Mengantisipasi Invasi Militer Amerika Serikat Pasca Peristiwa

11 September 2001

Telah dipertahankan dihadapan dewan penguji ujian skripsi:

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional

Dan dinyatakan LULUS

Pada hari : Jum’at

Tanggal : 11 Oktober 2013

Tempat : Ruang Dosen FISIP

Mengesahkan

Dekan FISIP-UMM

Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Dosen Penguji:

1. Ayusia Sabhita Kusuma, M. Soc. Sc. (...)

2. Dr. Asep Nurjaman, M. Si (...)

3. Tonny Dian Effendi, M. Si. (...)

(30)

KATA PENGAN TAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam

yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi berjudul Kebijakan Self Defense Korea Utara Dalam

Upaya Mengantisipasi Invasi Militer Amerika Serikat Pasca Peristiwa 11 September 2001 ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Karya ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Jurusan

Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Muhammadiyah Malang. Dalam menulis karya ini, penulis mengangkat fenomena

yang terjadi di Asia Timur Laut, khususnya di Semenanjung Korea. Perilaku

Korea Utara yang saat ini tengah mengembangkan program senjata nuklir sebagai

sarana melakukan pertahanan diri dari ancaman Amerika Serikat sangat menarik

untuk ditulis karena konfrontasi kedua negara yang tidak kunjung selesai

semenjak Perang Korea yang terjadi pada tahun 1950.

Fokus penulis dalam menulis karya ini adalah fenomena pengembangan

senjata pemusnah massal Korea Utara pasca terjadinya teror 11 September 2001

yang membuat Amerika Serikat membenci Korea Utara karena kepemilikan

senjata pemusnah massal. Karya ini terdiri dari empat bab, pada Bab I, yang

merupakan bagian pendahuluan, penulis berusaha menjelaskan latar belakang

masalah, rumusan masalah, dan kerangka teoritis. Selain itu, dalam bab ini juga

terdapat metodologi penulisan sebagai kerangka untuk memfokuskan penelitian

yang dilakukan oleh penulis serta penelitian-penelitian yang digunakan penulis

untuk memberikan perbandingan dan acuan dalam menulis skripsi ini.

Bab II menjelaskan awal mula kepemilikan senjata nuklir Korea Utara,

kebijakan war on terror yang diperkenalkan oleh Amerika Serikat dan bagaimana

tindakan Amerika Serikat terhadap program nuklir Korea Utara, serta bagaimana

sikap Korea Utara sendiri menghadapi dunia internasional yang mengucilkan

mereka pasca kampanya war on terror yang dibawa oleh Amerika Serikat.

Sementara pada Bab III, penulis menjelaskan kebijakan Korea Utara untuk

(31)

pertahanan negara tersebut, Korea Utara harus melakukan kerjasama-kerjasama

untuk memperkuat program senjata nuklirnya dan mengubah motivasi

pembuatanya. Dalam bab ini penulis juga berusaha menerapkan teori dan konsep

dengan kebijakan pertahanan nasional yang dilakukan oleh Korea Utara.

Kemudian pada bab terakhir, yaitu bab IV, penulis memberikan kesimpulan dari

hasil penelitian serta saran terhadap penelitian lanjutan.

Sebagai manusia biasa yang tidak sempurna dan tidak pernah luput dari

kesalahan, penulis tentunya tidak mampu menulis skripsi ini sendiri. Dalam karya

ini terdapat banyak sekali kutipan dari penulis-penulis lain yang memberikan

dasar penulisan yang dilakukan oleh penulis. Pemikiran dari penulis lain tersebut

dikutip dengan tata cara melakukan kutipan yang benar dan tentunya dengan tetap

menambahkan tulisan asli yang ditulis oleh penulis skripsi ini. Selain itu, penulis

juga tidak mungkin menyelesaikan karya ini tanpa bantuan pihak lain yang telah

memberikan semangat, kritik, dan saran. Atas dukungan yang diberikan, penulis

merasa perlu memberikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

pihak-pihak yang telah memberikan segala dukungan yang sangat berarti terhadap

terselesaikannya karya ini. Ucapan terima kasih penulis tersebut diberikan antara

lain kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Bapak Suparni dan Ibu Sami’ani serta adik

penulis, Masitha Dewi Pramesti yang telah memberikan banyak sekali

dukungan, kasih sayang, teladan dan ucapan-ucapan pembangkit

semangat bagi penulis. Selesainya karya ini dipersembahkan kepada

Bapak dan Ibu sebagai bentuk kewajiban penulis memberikan

kebanggaan bagi kedua orang tua yang telah memberikan kepercayaan

yang berlebih kepada penulis.

2. Bapak Ruli Inayah Ramadhoan selaku Ketua Jurusan Hubungan

Internasional dan Bapak Tonny Dian Effendi selaku Pembimbing yang

telah memberikan bimbingan, saran, arahan, dan masukan sampai

selesainya skripsi ini. Kepada Ibu Ayusia Sabhita Kusuma dan Bapak

Asep Nurjaman selaku Penguji yang telah memberikan saran da n

(32)

kasih kepada seluruh dosen Jurusan Hubungan Internasional, Universitas

Muhammadiyah Malang, yang telah memberikan ilmu yang tidak ternilai

harganya selama empat tahun, semoga ilmu yang telah diberikan

terhadap penulis berguna bagi masa depan penulis sendiri serta untuk

masa depan umat manusia.

3. Teman-teman angkatan 2009, Jurusan Hubungan Internasional, yang

telah membagikan ilmu, pengalaman, dan empat tahun yang sangat

berharga bagi penulis, merupakan suatu hal yang sangat

menggembirakan dalam hidup penulis karena dapat mengenal kalian

semua. Penulis juga ingin mengucapkan terima k asih kepada

teman-teman istimewa yang selama ini memberikan kekuatan untuk

menyelesaikan skripsi ini:

1. Ridwan Iskandar dan Muhammad Fadzryl Adzmy yang telah

memberikan motivasi, dukungan, dan kerjasama yang luar biasa.

2. Octarianis Dwi Permatasari, Muhammad Rif’an Ghofur, Risco Valentino, Dwi Rahma Afriyanti, Dwi Yekti Renita Meikorini,

Ika Nur Anisah, Intan Kartika, Tsuchiya Yooko, Lisvi Naelati

Fadlillah, Khoirul Amin, Rabusin dan Rizky Adi Nugroho.

Terima kasih banyak atas persahabatan yang kalian berikan

selama penulis menimba ilmu di Jurusan Hubungan

Internasional.

3. Anugrah Ansorry, Meggy Resjito Putra, Ginanjar Bagyo,

Hadian Daa’na, Rizky Yanwari Bhakti, dan Mifta Farid Abbas. Tawa dan canda kalian memberikan keceriaan yang seakan tiada

batasnya. Terima kasih rek!

4. Negara Indonesia yang telah memberikan kehidupan yang teramat indah

selama lebih dari 20 tahun usia penulis. Terima kasih telah memberikan

kenyamanan yang mampu memberikan ketenangan bagi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Penulis berjanji akan selalu menjaga harga diri

(33)

5. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya sat u

persatu. Penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya.

Malang, 29 Oktober 2013

(34)
(35)

1.7.1 Batasan Materi 24

1.7.2 Batasan Waktu 24

1.8 Hipotesa 24

1.9 Sistematika Penulisan 25

BAB II: Sejarah N uklir Korea Utara dan Global War on

Terrorism Ame rika Serikat dalam Pandangan Korea Utara 28

2.1 Sejarah Nuklir Korea Utara 28

2.2 The United States Global War on Terrorism 34

2.3 Pandangan Korea Utara Terhadap Global War on Terrorism 41

BAB III: Nuklir Sebagai Sarana Self-Defense Korea Utara 47

3.1 Kerjasama Korea Utara dengan Negara-Negara Sesama

Pengembang Program Nuklir Pasca Peristiwa 11 September 2001 47

3.2 Perubahan Pola Motivasi Program Nuklir Korea Utara Mulai

Perang Dingin Hingga Pasca Peristiwa 11 September 2001 56

3.2.1 Motivasi Pembuatan Program Nuklir Korea Utara

Pada Perang Dingin 56

3.2.2 Motivasi Pembuatan Program Nuklir Korea Utara

Pasca Perang Dingin 59

3.2.3 Motivasi Pembuatan Program Nuklir Korea Utara

Pasca Peristiwa 11 September 2001 62

3.3 Nuklir Sebagai Sarana Self-Defense dan Upaya Deterrence

Korea Utara Terhadap Potensi Invasi Militer Amerika Serikat 69

BAB IV: PEN UTUP 80

Kesimpulan 80

Saran Untuk Penelitian lanjutan 81

(36)

DAFTAR PUSTAKA BUKU:

Cronin, Patrick M. 2008. Double Trouble, Iran and North Korea As Challenges

To International Security. Westport, CT: Praeger Security International.

De Ceuster, Koen dan Jan Melissen. 2008. Ending the North Korean Nuclear

Crisis: Six Parties, Six Perspectives. The Hague: Netherlands Institute of

International Relations.

Demick, Barbara. 2009. Nothing to Envy, Ordinary Lives in North Korea. New

York: Spiegel & Graw.

Ford, Christopher. 2011. Challanges on North Korean Nuclear Negotiation.

Washington, DC: Hudson Institute.

Ford, Glyn dan Soyoung Kwon. 2008. North Korea on the Brink, Struggle for

Survival. London: Pluto Press.

Gause, Ken E. 2011. North Korea Under Kim Chong-il, Power, Politics, and

Prospects for Change. Santa Barbara, CA: Praeger.

Hagstrom, Linus dan Marie Soderberg. 2006. North Korea Policy, Japan and

Great Powers. New York: Routledge.

Harrold, Michael. 2004. Comrades and Strangers Behind the Close Door of North

Korea. Chichester: Wiley.

Kim, Ilpyong J. 2003. Historical Dictionary of North Korea. Oxford: Scarecrow

(37)

Kim, Samuel S. 2007. North Korean Foreign Relations In The Post–Cold War World. Carlisle, PA: Strategic Studies Institute.

Kim, Sung Chull. 2006. North Korea Under Kim Jong Il, From Consolodation to

Systemic Dissonance. Albany, NY: State University of New York Press.

Lennon, Alexander T. J. dan Camille Eiss. 2004. Reshaping Rogue State,

Preemption, Regime Change, and U.S. Policy Toward Iran, Iraq, and North Korea. Cambridge, MA: A Washington Quarterly Reader.

Lim, Jae-Cheon. 2009. Kim Jong-il’s Leadership of North Korea. London:

Routledge.

Mahbubani, Kishore (Alih Bahasa: Bambang Murtianto). 2011. Asia Hemisfer

Baru Dunia, Pergeseran Kekuatan Global ke Timur yang Tak Terelakkan. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.

Mas’oed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional (Disiplin dan Metodologi). Jogjakarta: PT. Pustaka LP3ES.

Michishita, Narushige. 2010. North Korea’s Military-Diplomatic Campaigns,

1966–2008. London: Routledge.

Mintz, Alex dan Karl DeRouen Jr. 2010. Understanding Foreign Policy Decision

Making. Cambridge: Cambridge Press University.

Myers. B.R. 2010. The Cleanest Race, How North Koreans See Themselves And

Why It Matters. New York: Melville House.

Nardulli, Bruce. 2003. The Global War on Terrorism, An Early Look at

(38)

O’Hanlon, Michael dan Mike Mochizuki. 2003. Crisis on Korean Peninsula, How to Deal With A Nuclear North Korea. The Brooking Institution.

Rodin, David. 2004. War and Self Defense. Oxford: Oxford University Press.

Scobell, Andrew dan John M. Sanford. 2007. North Korea’s Military Threat:

Pyongyang’s Conventional Forces, Weapons Of Mass Destruction, And

Ballistic Missiles. Carlisle, PA: Strategic Studies Institute.

Stueck, William. 1995. The Korean War, An International History. New Jersey:

Princeton University Press.

JURNAL:

___. 1986. Concept of Security. New York: Department for Disarmament Affairs

Reference Library.

___. 2012. North Korea’s Nuclear Program. Washington, DC: American Security

Project.

___. 2012. The North Korean Nuclear Issue: Between Containment and Dialog.

Zurich: CSS Analysis in Security Policy.

Albright, David dan Christina Walrond. 2012. North Korea’s Estimated Stocks of

Plutonium and Weapon-Grade Uranium. Institute for Science and International Security.

American Security Project. 2012. North Korea’s Nuclear Program. Washington,

DC. www.AmericanSecurityProject.com.

Chanlett-Avery, Emma dan Ian E. Rinehart. 2012. North Korea: U.S. Relations,

(39)

Chanlett-Avery, Emma dan Ian E. Rinehart. 2013. North Korea: U.S. Relations, Nuclear Diplomacy, and Internal Situation. Congress Research Service.

Choi, Jinwook. 2006. The North Korean Domestic Situation and Its Impact on the

Nuclear Crisis. Ritsumeikan Annual Review of International Studies dalam http://www.ritsumei.ac.jp/acd/cg/ir/college/bulletin/e-vol.5/CHOI.pdf

Ford, Christopher A. 2011. Challenges of North Korean Nuclear Negotiation.

Hudson Institute.

Hamilton, Cade. 2008. A Rhethorical History of the North Korean Nuclear

Crisis:How Three Presidents Talked About the Bomb.

Ji, Yewon. 2009. Three Paradigms of North Korea’s Nuclear Nuclear Ambitions.

Journal of Political Inquiry 2.

Malone, Kelly. J. 2003. Preemptive Strikes And The Korean Nuclear Crisis: Legal

And Political Limitations On The Use Of Force. Pacific Rim Law & Policy Journal Association.

Lee, Grace. 2003. The Political Philosophy of Juche dalam

http://www.stanford.edu/group/sjeaa/journal3/korea1.pdf

Medalia, Jonathan. 2010. North Korea’s 2009 Nuclear Test: Containment,

Monitoring, Implications. Congressional Research Service.

Minnich, James M. ___. Resolving the North Korean Nuclear Crisis: Challenges

and Opportunities in Readjusting the U.S.-ROK Alliance.

Ogden II, Robert F. dan David A. Anderson. 2008. US Foreign Policy toward

North Korea, A Way Ahead dalam

(40)

Pinkston, Daniel A. 2006. North Korea’s Foreign Policy Toward the United

States. Monterrey: Stretegic Insight. dalam

http://cns.miis.edu/other/pinkston_strategic_insights_sep06.pdf

Rubin, Uzi. 2006. The Global Range of Iran's Ballistic Missile Program.

Jerussalem Issue Brief.

Samuel S. Kim. 2010. North Korea’s Nuclear Strategy And The Interface Between

International And Domestic Politics. Asian Perspective.

Shin, Ed. 2009. U.S. Diplomacy with North Korea During the Bush

Administration.The Conduct of International Diplomacy.

Slantchev, Branislav L. 2005. Introduction to International Relations Lecture 8:

Deterrence and Compellence. San Diego: University of California.

The White House. 2002. The National Security Strategy of the United States of

America. Washington.

The White House. 2003. National Stretegy for Combating Terrorism.

Washington.

INTERNET:

___.2013. Chronology of U.S.-North Korean Nuclear and Missile Diplomacy.

Dalam http://www.armscontrol.org/factsheets/dprkchron

ABC Radio Australia. 2013. Menlu AS peringatkan Korea Utara mengenai

(41)

http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-04-13/menlu-as-peringatkan-korea-utara- mengenai-peluncuran-rudal/1115688

Akbar, Aulia. 2012. Modernisasi Nuklir Korut Jauh dari Imajinasi AS. dalam

http://international.okezone.com/read/2012/09/02/413/683899/modernisasi-nuklir-korut-jauh-dari- imajinasi-as. okezone.com

BBC Indonesia. 2011. Kim Jong-un calon pemimpin Korea Utara?dalam

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/12/111219_korutkimjongun.sht

ml

BBC News. 2012. North Korea’s Kim Jong-un in First Major Public Speech.

bbc.co.uk. dalam http://bbc.co.uk/news/world-asia-17718011

BBC. 2005. Khan 'gave N Korea centrifuges'. BBC.co.uk dalam

http://news.bbc.co.uk/1/hi/world/south_asia/4180286.stm

BBC. 2006. UN slaps sanctions on North Korea. bbc.co.uk. dalam

http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/6051704.stm

BBC. 2013. How potent are North Korea's threats? BBC.co.uk.dalam

http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-21710644

BBC. 2013. North Korea profile. dalam

http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-15258881

BBC. 2013. North Korea profile. dalam

www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-15278612

Biography.com. Kim Jong-il Biography. dalam

(42)

Briney, Amanda. 2010. Ten Important Things to Know about the Country of

North Korea. About.com. dalam

http://geography.about.com/od/northkorea/a/northkorea.htm

Bush, George W. 2002. State of Union Address. Miller Center. dalam

http://millercenter.org/president/speeches/detail/4540

Chosun Media. 2013. China Cut off Oil Supply to N.Korea After 2009 Nuke Test.

English.chosun.com.dalam

http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2013/04/04/2013040401382.ht

ml

CIA. ___. Background of South Korea. CIA.gov. dalam

https://www.cia.gov/library/publications/the-world- factbook/geos/ks.html

Detik.com. 2012. Korut Bersumpah Terus Kembangkan Senjata Nuklir Hingga AS

Melunak. news.detik.com. Pyongyang. dalam

http://news.detik.com/read/2012/08/31/182842/2004787/1148/korut-bersumpah-terus-kembangkan-senjata-nuklir-hingga-as-melunak

Ditz, Jason. 2013. North Korea: NATO War in Libya Proves Disarming Is

Unwise. Antiwar.com. dalam news.antiwar.com/2013/02/21/north-korea-nato-war- in-libya-proves-disarming- is- unwise/

DW.DE. Kim Serukan Perubahan Radikal Ekonomi Korea Utara. dalam

http://www.dw.de/kim-

(43)

English.people.com. 2009. FM: Russia urges DPRK to demonstrate responsibility. dalam

http://english.people.com.cn/90001/90777/90853/6665383.html

Globalsecurity.___. Nuclear Weapons Program. Globalsecurity.org dalam

http://www.globalsecurity.org/wmd/world/dprk/nuke.htm

Kapanlagi.com. 2006. Pemimpin Korea Utara Ungkapkan Kebencian Membara

Terhadap AS.

http://www.merdeka.com/politik/internasional/pemimpin-korea-utara-ungkapkan-kebencian-membara-terhadap-as-96zx34w.html

KCNA. 2003. KCNA 'Detailed Report' Explains NPT Withdrawal. dalam

http://www.fas.org/nuke/guide/dprk/nuke/dprk012203.html

KCNA. 2009. DPRK Foreign Ministry Vehemently Refutes UNSC's "Presidential

Statement". kcna.co.jp. Seoul. dalam

http://www.kcna.co.jp/item/2009/200904/news14/20090414-23ee.html

Kirgis, Frederic L. 2003. North Korea's Withdrawal From The Nuclear

Nonproliferation Treaty. ASIL Insights. dalam http://www.asil.org/insigh96.cfm

Kompas. 2012. Anak Korut Diajar Benci Amerika sejak TK. Kompas.com. dalam

http://internasional.kompas.com/read/2012/06/26/10374717/Anak.Korut.Di

ajar.Benci.Amerika.sejak.TK

Korblut, Anne dan Charles Sennott. 2002. Saddam the new Hitler, Bush tells

Europeans. Smh.com.au. Prague.dalam

(44)

Liveleak. ___. China supplied North Korea with an Orbital Nuclear Weapons Platform. Liveleak.com dalam

http://www.liveleak.com/view?i=8c2_1365188646

McElroy, Damien. 2010. North Korea 'runs international nuclear smuggling

network’. Telegraph. dalam

http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/asia/northkorea/8129670/Nort

h-Korea-runs- international- nuclear-smuggling- network.html

Nugraha, Fajar. 2013. Kim Jong-un Ingin Buktikan Ketangguhannya. Okezone.

dalam

http://international.okezone.com/read/2013/04/05/413/786629/kim-jong- un- ingin-buktikan-ketangguhannya

Pandey, Shubhya. 2009. Concept of Balance of Power in International Relations.

Legal Service India. Raipur. dalam

http://www.legalserviceindia.com/article/l326-Balance-of-Power-

in-International- Relations.html

Purwanti, Niken Ari. 2012. Setelah Luncurkan Roket, Korut Diprediksi Segera Uji

Coba Nuklir. Solopos. dalam

http://www.solopos.com/2012/12/13/setelah-luncurkan-roket-korut-diprediksi-segera-uji-coba-nuklir-357760

Republika. 2012. AS Minta Korut Lucuti Nuklirnya. Republika.co.id. Washington.

dalam

http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/10/03/mbauo2-as-minta-korut-lucuti- nuklirnya diakses pada tanggal 7 September 2013

Republika. 2012. Iran Ada Dibalik Pengembangan Peluru Kendali dan Nuklir

(45)

http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/12/02/meeesc-iran-ada-dibalik-pengembangan-peluru-kendali-dan-nuklir-korut

Reuters. 2013. North Korea threatens further action if U.S. remains "hostile".

www.reuters.com.

http://www.reuters.com/article/2013/02/12/us-korea-north-foreign- idUSBRE91B0LF20130212

Rodin, David. 2004. War and Self-Defense [Full Text] dalam

http://www.carnegiecouncil.org/publications/journal/18_1/symposium/1111.

html

Rosett, Claudia. 2013. North Korea’s Middle East Webs and Nuclear Wares.

Forbes. dalam

www.forbes.com/sites/claudiarosett/2013/02/13/north-koreas- middle-east-webs-and- nuclear-wares/

Ross, Brian. 2008. Pakistani Bomb Scientist Breaks Silence. ABCNews. dalam

http://abcnews.go.com/Blotter/story?id=4964884&page=1#.Ud_Lg1KLvIU

Ryall, Julian. 2013. North Korea 'preparing for two nuclear tests'.

Telegraph.co.uk. Tokyo. dalam

http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/asia/northkorea/9846447/Nort

h-Korea-preparing- for-two- nuclear-tests.html

Scanlon, Charles. 2007. The end of a long confrontation? bbc.co.uk. Seoul.

dalam http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/6357853.stm

Schell, Jonathan. 2013. The Iraq Invasion, Ten Years Later. The Nation. dalam

www.thenation.com/article/173338/iraq-

(46)

Szczepanski, Kallie. ___. Biography of Kim Jong-il. About.com. dalam

http://asianhistory.about.com/od/profilesofasianleaders/p/BioKimJongil.htm

The Free Dictionary. Nuclear Deterrence.dalam

www.thefreedictionary.com./_/dict.aspx?word=nuclear+deterrence

UN Security Council. 2006. Security Council Condemns Nuclear Test By

Democratic People’s Republic Of Korea, Unanimously Adopting Resolution

1718 (2006). New York. dalam

http://www.un.org/News/Press/docs/2006/sc8853.doc.htm

Vivanews. 2013. Kim Jong-un, Jenderal Bocah Pemain Nuklir. dalam

http://sorot.news.viva.co.id/news/read/402992-kim-jong-un--jenderal-bocah-pemain- nuklir

Vivanews.___. Dana Nuklir Korut Bisa 8 Tahun Hidupi Rakyat. VivaNews.co.id.

dalam http://dunia.news.viva.co.id/news/read/317877-dana-

nuklir-korut-setara- makan-rakyat-8-tahun

WSJ Indonesia. 2012. Ancaman Nuklir Korea Utara. WSJ.com.dalam

Gambar

Tabel 1: Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Budi re Bahasa merupakan suatu bentuk laku dan tutur yang terjaga ketika disampaikan kepada sesama, terlebih lagi kepada orang tua. Budi Bahasa yang

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan asal bahan tanam berbeda nyata dan sangat nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman umur 4 dan 8 minggu, jumlah

Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang dapat dijadikan sebagai dasar pembedaan dalam masyarakat. Seseorang yang bekerja di kantor dianggap lebih

Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa: variabel MHP secara signifikan terbukti berpengaruh terhadap kepuasan dibuktikan dengan nilai probabilitas sebesar 0,000, koefisien jalur

Mengingat pentingnya PPAk bagi lulusan akuntansi maka diperlukan motivasi dari dalam diri mahasiswa terhadap minat mengikuti PPAk, yang diharapkan dapat mencapai tujuan

Eksistensi kesenian Wayang Krucil tidak dapat bertahan lebih lama dan mulai mengalami kelunturan hingga saat ini. Hal ini dimulai ketika kesenian Wayang Krucil

Perangkat repeater GSM memerlukan sebuah antena yang memiliki gain besar terutama pada antena penerima, salah satu antena yang memiliki karakteristik gain besar adalah antena

Bagaimana perbandingan nilai average delay yang dihasilkan oleh algoritma penjadwalan mmSIR dan mSIR pada jaringan wimax untuk kelas layanan rtPS.. Bagaimana performansi