• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

.

POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG

DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(Skripsi)

Oleh

Restiana

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG

DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

Restiana1), Agus Imron2), R Hanung Ismono2)

Provinsi Lampung merupakan produsen jagung ketiga di Indonesia. Mestinya kebutuhan jagung di Lampung sudah dapat terpenuhi oleh produksi jagung domestik, Namun kenyataannya masih banyak perusahaan pakan ternak di Provinsi Lampung yang verproduksi di bawah kapasitas optimumnya. Hal ini menunjukkan belum terpenuhinya kebutuhan jagung di Provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola distribuís dan saluran pemasaran jagung, serta menganalisis efisiensi pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan.

Penelitian ini dilakukan di 2 desa yaitu Desa Ruguk Kecamatan Ketapang dan Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar. Responden dalam penelitian ini adalah petani jagung dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyampaian jagung hingga berada ditangan konsumen, serta beberapa konsumen jagung. Penelitiaan ini menggunakan metode simple random sampling untuk petani dan snowball sampling untuk lembaga pemasaran, sehingga diperoleh 51 petani jagung, 12 pedagang dan 3 konsumen jagung sebagai responden. Penelitian ini menggunakan metode analisis margin pemasaran dan elastisitas transmisi harga. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung yang dinyatakan secara kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian dilakukan pada bulan September-November 2009.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 pola distribusi untuk jagung di Kabupaten Lampung Selatan. Jagung di Kabupaten Lampung Selatan didistribusikan ke tiga konsumen yaitu peternakan ayam di Lampung, perusahaan pakan ternak Lampung dan perusahaan pakan ternak di luar Lampung. Produksi jagung yang didistribusikan ke luar Lampung sebesar 22,48 persen. Hasil penelitian juga menunjukkan Pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan belum efisien. Nilai RPM yang diperoleh belum merata dan elastisitas transmisi harganya sangat kecil yaitu hanya 0,446.

(3)

POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG

DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

Restiana

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana

Pertanian

Pada

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Fakultas Pertanian Unila

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Judul : Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran Jagung di Kabupaten Lampung Selatan

Nama : Restiana

NPM : 0514021011

Jurusan/ Program Studi : Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Agus Imron, M.S. Dr. Ir. Hanung Ismono, M.P. NIP 195908111987031003 NIP 196206231986031003

2. Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

(5)

Mengesahkan

I. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Agus Imron, M.S. : NIP 195908111987031003

Sekertaris : Dr. Ir. Hanung Ismono, M.S. : NIP 196206231986031003

Penguji

Bukan pembimbing : Ir. Eka Kasymir, M.S. : NIP 196306181988031003

II. Dekan Fakultas Pertanian

Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001

(6)

Riwayat Hidup

Penulis dilahirkan di Bandar Jaya Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 16

juni 1989. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan

Darmono dan Sriyani.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Darma Wanita

Purnama Tunggal pada tahun 1994, menyelesaikan sekolah dasar di SDN 1

Purnama Tunggal pada tahun 2000, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah

tingkat pertama di SLTP 1 Yapindo pada tahun 2003, dan menyelesaikan

pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Terbanggi Besar pada tahu n 2005.

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada tahun 2005

melalui program PMDK . Penulis mengambil program studi Agribisnis jurusan

Sosial Ekonomi Pertanian pada Universitas Lampung. Penulis melakukan praktek

umum di Divisi Plantation PT. Sweet Indolampung Kecamatan Menggala

Kabupaten Tulang Bawang pada bulan juli- agustus 2008, dengan tema

(7)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat

serta kuasa-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan akhir penelitian skripsi yang berjudul ― Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran Jagung di Kabupaten

Lampung Selatan‖ ini tepat pada waktunya.

Dengan selesainya laporan penelitian (skripsi) ini, penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan

laporan ini, antara lain:

1. Bapak Dr. Ir. Agus Imron, M.S, selaku Dosen Pembimbing pertama atas

saran, nasehat serta bimbingan yang diberikan.

2. Bapak Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., selaku Pembimbing kedua atas saran,

nasehat serta bimbingan yang diberikan.

3. Bapak Ir. Eka Kasymir, M.S, selaku Pembahas atas saran dan kritik yang

diberikan.

4. Bapak Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., selaku Ketua Jurusan Sosial

(8)

6. Bapak, Ibu serta adik tercinta dirumah yang merupakan sumber energi

terbesar kedua setelah makanan, atas segala doa, dukungan mental, moral

maupun material yang telah diberikan.

7. Bapak Alm. Darmono tercinta atas kerja keras serta semangat dan

kebanggaan tersendiri yang telah diberikan yang tidak akan pernah saya

lupakan,

8. Teman-Teman Sosek'05 tercinta, Ganis, Agey, Anggun, Dayang, Vita, Eni,

Pie, Shinta, Yuli, Ninda, Dita, Ade, Oksa, Tio , Atey, Nining, Mbe, Fitri,

Mita, Resi, Dela, Mary, Friska, Twe, April, Budi, Indro, Arif, Ari, Deni,

Sutris, Niko, Koko, & Oki, atas semua dorongan motivasi, kritik, saran dan

dukungan mental yang selalu diberikan kepada penulis.

9. Kakak- kakak tingkat, mba Arica, kak Fauzan, kak Ian, kak Eka, mba Yeni,

dll yang sudah banyak membantu.

10. Mba Iin, mas Bo, mas Kardi atas bantuannya selama ini.

11. Teman-teman kosan Istiqomah tercinta, semoga kita selalu istiqomah.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga

kritik dan saran dari pembaca sangat berharga. Semoga laporan ini bermanfaat

bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Tujuan penelitian ... 8

C. Manfaat penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9

A. Tinjauan pustaka ... 9

1. Komoditas jagung ... 9

2. Tataniaga pemasaran ... 12

3. Efisiensi tataniaga/ pemasaran ... 17

B. Penelitian terdahulu ... 19

C. Kerangka pemikiran ... 21

III. METODE PENELITIAN ... 24

A. Konsep dasar dan batasan opersional ... 24

B Lokasi dan waktu penelitian ... 26

C. Metode pengumpulan data ... 28

D. Metode tahapan analisis ... 29

1. Saluran pemasaran ... ... 30

2. Analisis marjin pemasaran ... 30

(10)

IV.GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 32

A. Lokasi penelitian ... 32

B. Kondisi topografi dan iklim ... 33

C. Keadaan demografi daerah ... 33

D. Sarana dan prasarana ... 35

E. Kondisi umum perdagangan ... 39

F. Kebijaksanaan pertanian ... 41

V.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Keadaan umum ... 42

1. Karakteristik petani jagung ... 42

2. Keadaan umum usahatani jagung ... 49

3. Karakteristik pedagang jagung ... 50

4. Konsumen ... 55

B. Analisis pola distribusi ... 55

C. Analisis sistem pemasaran ... 57

1. Karakteristik lembaga pemasaran ... 57

2. Keragaan pasar ... 59

a. Saluran pemasaran ... 59

b. Analisismargin pemasaran ... 68

c. Analisis elastisitas transmisi harga ... 85

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

A Kesimpulan... 88

B Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung nasional tahun

2007—2008 ... 2

2. Sasaran dan realisasi produksi jagung Provinsi Lampung tahun

2005—2008 ... 3

3. Produksi pabrik pakan di Propinsi Lampung tahun 2005--2006 ... 4

4. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung

tahun 2006--2007 di Provinsi Lampung ... 5

5. Perkembangan harga jagung pada tingkat produsen dan konsumen

di Provinsi Lampung tahun 2000--2008 ... 6

6. Penyebaran jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan

Menurut jenis kelamin tahun 2007... 34

7. Sebaran matapencaharian penduduk di Kabupaten Lampung

Selatan tahun 2007 ... 34

8. Sarana jalan di Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan jenis

permukaan tahun 2007 ... 36

9. Pengembangan silo jagung di Propinsi Lampung tahun 2007... .. 37

10.Perkembangan koperasi menurut jenisnya di Kabupaten Lampung

Selatan ... . 38

11.Industri menengah dan besar di Kabupaten Lampung Selatan ... 40

12.Sebaran umur petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan... .. 42

13.Sebaran tingkat pendidikan petani jagung di Kabupaten Lampung

Selatan... ... 43

14.Sebaran jumlah tanggungan keluarga petani jagung di Kabupaten

(12)

Tabel Halaman

15.Sebaran pengalaman usahatani jagung yang dimiliki petani jagung

di Kabupaten Lampung Selatan... ... 44

16.Keikutsertaan petani jagung dalam kelompoktani di Kabupaten

Lampung Selatan... 45

17.Kepemilikan modal petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan

dalam usahatani dan pemasaran hasilnya... 47

18.Sebaran umur pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan... 50

19.Sebaran tingkat pendidikan pedagang jagung di Kabupaten

Lampung Selatan... ... 51

20.Sebaran pengalaman dagang pedagang jagung di Kabupaten

Lampung Selatan... ... 51

21.Kepemilikan modal pedagang jagung di Kabupaten Lampung

Selatan dalam usahanya ... 52

22.Alokasi jagung hasil usahatani di Kabupaten Lampung Selatan

berdasarkan tempat tahun 2009 ... 56

23.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran pertama di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 59

24.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kedua di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 70

25.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran ketiga di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 71

26.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran keempat di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 72

27.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kelima di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 74

28.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran keenam di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 75

29.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran ketujuh di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 76

30.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kedelapan di

(13)

Tabel Halaman

31.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kesembilan di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 78

32.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kesepuluh di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 80

33.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kesebelas di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 81

34.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran keduabelas di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 82

35.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran ketigabelas di

Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 83

36.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran keempatbelas di

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pohon industri jagung ... 11

2. Kerangka pemikiran pola distribusi dan efisiensi pemasaran

jagung di Kabupaten Lampung Selatan ... 23

3. Bagan utama saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung

Selatan ... 59

4. Bagan saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan

yang berakhir di industri ternak ... 60

5. Bagan saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan

yang berakhir di industri pakan ternak di Luar Lampung ... 61

6. Bagan saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan

yang berakhir di industri pakan ternak di Lampung ... 64

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Halaman

37. Luas panen, produksi dan produktivitas jagung di Kabupaten

Lampung Selatan ... 92

38. Luas tanam dan produksi jagung di Kecamatan Ketapang ……… 92

39. Luas tanam jagung di Kecamatan Natar ... 93

40. Identitas responden petani ………. 94

41. Identitas responden pedagang ……… 96

42. Identitas responden konsumen ... 96

43. Penggunaan tenaga kerja pada usahatani jagung responden petani dalam HKP ... 97

44. Biaya produksi responden petani dalam satu musim tanam ... 99

45. Daftar kepemilikan modal petani jagung di Kaabupaten Lampung Selatan ………. 103

46. Daftar kepemilikan modal pedagang jagung di Kaabupaten Lampung Selatan ………. 104

47. Data volume, harga dan penerimaan responden petani ... 105

48. Data volume, harga dan penerimaan responden pedagang ... 106

49. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada pedagang kecil .... 107

50. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada pedagang besar .... 107

51. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada pedagang antar daerah ... 108

(16)

Tabel Halaman

53. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada Konsumen

langsung ... 108

54. Daftar pedagang kecil yang menjual hasil panennya pada

pedagang besar ... 109

55. Daftar pedagang kecil yang menjual hasil panennya pada

pedagang antar daerah ... 109

56. Daftar pedagang kecil yang menjual hasil panennya pada

pabrik pakan Lampung ... 109

57. Daftar pedagang besar yang menjual hasil panennya pada

pabrik pakan Lampung ... 109

58. Daftar pedagang besar yang menjual hasil panennya pada

pedagang antar daerah ... 110

59. Daftar pedagang besar yang menjual hasil panennya pada

ternak ayam ... 110

60. Sebaran harga di tingkat harga konsumen dan harga di tingkat

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan utama dunia yang dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat utama selain gandum dan padi di

beberapa Negara. Suhardi (2002) dalam bukunya Hutan dan Kebun sebagai

Sumber Pangan Nasional mengungkapkan bahwa jagung merupakan sumber

karbohidrat kedua setelah beras di Indonesia. Suhardi dalam bukunya juga

memaparkan bahwa jagung mengandung setidaknya 73.7gram karbohidrat dalam

100gram jagung pipilan kering, sedangkan beras kurang lebih mengandung

78.9gram karbohidrat dalam 100gram beras. Selain sebagai bahan pangan jagung

juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pakan, industri makanan, industri

biofuel dan industri lainnya. Jagung merupakan tanaman yang memiliki banyak

manfaat sehingga komoditas jagung mempunyai peran strategis dalam

perekonomian Indonesia.

Jagung yang memiliki peran strategis dalam perekonomian Indonesia memerlukan

perhatian khusus untuk menjaga ketersediaanya bagi pemenuhan kebutuhan

nasional. Upaya menjaga ketersediaan jagung yang lebih intensif diperlukan

menanggapi semakin meningkatnya kebutuhan jagung. Upaya peningkatan

(18)

daerah-daerah sentra penghasil jagung. Provinsi Lampung merupakan salah satu

sentra produksi jagung di Indonesia, tepatnya sentra produksi jagung ketiga setelah

Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hal ini dapat dilihat dari pangsa produksi dan luas

areal panen jagung di Provinsi Lampung, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Nasional

No Provinsi 2007 Sumber: BPS, Statistik Indonesia.

*) Persentasi produksi tiap daerah terhadap total produksi Indonesia

Data pada Tabel 1. menunjukkan bahwa Provinsi Lampung merupakan salah satu

sentra produksi jagung. Sumbangsih Lampung dalam ketersediaan jagung

nasional sebesar 10.14persen dalam produksi jagung nasional pada tahun 2007

yang kemudian meningkat menjadi 11.08persen pada tahun berikutnya.

Peningkatan produksi jagung di Propinsi Lampung didukung oleh kegiatan

perluasan lahan jagung dan peningkatan produktivitas karena kondisi lahanya

mendukung, dapat dilihat dari peningkatan luas lahan dan produksi pada table

diatas, sehingga dalam upaya peningkatan ketersediaan jagung nasional Lampung

(19)

Produksi jagung di Provinsi Lampung pada beberapa tahun terakhir menunjukkan

perkembangan yang cukup baik. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari

pencapaian produksi jagung Provinsi Lampung yang mendekati sasaran yang

direncanakan pemerintah daerah, bahkan pada tahun 2008 lalu produksi jagung

yang dihasilkan mampu melebihi rencana yaitu sekitar 10.02 persen di atas sasaran

yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.

Table 2. Sasaran dan realisasi produksi jagung Provinsi Lampung tahun 2005— 2008

No Tahun Sasaran (ton) Realisasi (ton) Pencapaian sasaran (%)

1 Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Lampung 2005—2008

Data di atas menunjukkan keberhasilan produksi jagung beberapa tahun terakhir.

Produksi yang dihasilkan dari tahun ketahun menunjukkan perkembangan yang

cukup baik, terjadi kenaikan produksi, dan jika dibandingkan dengan sasaran

produksi yang ditetapkan pemerintah daerah selalu mampu mencapai hasil lebih

dari 80 persen. Pada tahun 2008 lalu produksi yang dihasilkan mampu melebihi

sasaran yang ditetapkan.

Produksi jagung yang cukup baik seperti ditunjukkan dalam tabel di atas

seharusnya sudah mampu mencukupi kebutuhan dalam provinsi, tetapi data dari

Dinas Peternakan Provinsi Lampung menyebutkan bahwa beberapa perusahaan

pakan ternak yang merupakan konsumen terbesar jagung masih berproduksi di

bawah kapasitas terpasang. Belum tercapainya produksi pakan ternak pada

kapasitas terpasang ini diduga karena kurangnya jagung sebagai bahan baku,

(20)

Tabel 3. Produksi Pabrik Pakan di Lampung tahun 2005—2006

No Nama Pabrik Kapasitas Terpasang

(ton)

Produksi Tahun (ton) Persentase penggunaan kapasitas(%)

160.000,00 90.900,00 101.150,00 56.81 63.22 Sumber: Produksi Pabrik Pakan di Lampung tahun 2005—2006, Dinas Peternakan

Provinsi Lampung.

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan pakan ternak di

Provinsi Lampung masih berproduksi jauh di bawah kapasitas optimum atau

kapasitas terpasangnya. Produksi beberapa perusahaan pakan ternak hingga tahun

2006 lalu tidak lebih dari 60persen bahkan ada yang beroprasi dibawah 30persen.

Keadaan ini menggambarkan bahwa perusahaan masih mengalami kendala

terutama dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku untuk usahanya yang bersifat

kontinyu. Selain itu, informasi dari Kantor Bea dan Cukai (BC) serta Dinas

Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Lampung menyebutkankan

bahwa impor jagung ke Lampung selama 10 bulan tahun 2007 mencapai

17,193ribu ton. Impor jagung tersebut digunakan untuk bahan baku dan

mendukung kelancaran proses produksi, di antaranya industri pakan ternak.

Kondisi Lampung yang merupakan sentra produksi jagung dan produksinya yang

semakin baik seharusnya mampu memenuhi kebutuhan di daerah, akan tetapi pada

kenyataanya konsumen (pabrik pakan ternak) masih mengalami kekurangan dan

mengandalkan import. Keadaan tersebut menimbulkan pertanyaan tentang alokasi

(21)

Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi

Lampung sekaligus merupakan sentra produksi jagung ke-2 setelah Kabupaten

Lampung Timur di Provinsi Lampung. Data terakhir hingga tahun 2007 lalu,

Kabupaten Lampung Selatan menyumbang lebih dari seperempat produksi jagung

di Provinsi Lampung atau sekitar 27.78 persen dari keseluruhan produksi jagung di

Propinsi Lampung. Angka 27.78 persen merupakan angka yang cukup besar dan

menandakan bahwa Kabupaten Lampung Selatan memiliki peran serta potensi

yang cukup besar dalam pengembangan usahatani jagung menunjang kegiatan

swasembada jagung di Provinsi Lampung, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung tahun 2006—2007 di Provinsi Lampung 332.640 1.183.982 35.59 100.00

939 2.996 31.91 0.22

Sumber: Lampung Dalam Angka 2008, BPS.

*)Persentase produksi jagung tiap daerah terhadap total produksi jagung Lampung

Data di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Selatan merupakan sentra

produksi jagung kedua setelah Kabupaten Lampung Timur. Kabupaten Lampung

Selatan juga merupakan kabupaten yang lokasinya berbatasan dengan pelabuhan,

sehingga akses komoditas jagung Kabupaten Lampung Selatan untuk keluar

(22)

kemana aliran hasil produksi jagung di Kabupaten Lampung Selatan perlu

diadakan penelitian mengenai pola distribusi dari komoditas jagung tersebut.

Keberhasilan produksi jagung tidak memberikan dampak yang berarti bila tidak

diimbangi dengan peningkatkan pendapatan petani. Pendapatan petani

dipengaruhi oleh produktivitas usahatani jagung dan harga dari komoditas jagung

yang dihasilkan. Produktivitas usahatani jagung ditentukan oleh efisiensi produksi

dalam usahatani. Sementara harga jagung yang diterima petani dipengaruhi oleh

efisiensi pemasaran jagung yang dihasilkan. Berdasarkan data yang ada, dari

tahun ke tahun terlihat adanya peningkatan produksi jagung di Lampung,

sementara untuk harga yang diterima oleh petani dari tahun ke tahun masih

relative rendah. Perbedaan harga jagung yang diterima petani dan pabrik

memiliki rentang yang cukup lebar menandakan masih belum efisiensinya

pemasaran jagung yang terjadi, seperti terlihat pada Tabel 5.

Table 5. Perkembangan harga pada tingkat produsen dan konsumen di Provinsi Lampung tahun 2000—2008

No Tahun Harga di tingkat

Sumber: Badan Pusat Statistik 2000--2009

(23)

Harga jagung di tingkat petani dan pabrik menunjukkan perbedaan yang

berfluktuasi dari tahun ke tahun. Margin pemasaran yang merupakan selisih dari

kedua harga tersebut cukup tinggi. Persentase selisih harga di tingkat petani dan

konsumen memiliki nilai yang beragam dari 17,12—93,03 persen menunjukkan

tingkat korelasi di kedua harga tersebut tidak stabil. Pada kolom pertumbuhan

nilai positif menunjukkan terjadinya kenaikan harga dan nilai negative untuk

keadaan penurunan harga. Nilai positif yang terjadi memiliki range cukup lebar

(0,14—1,59). Data tersebut menggambarkan kenaikan harga di tingkat konsumen

memiliki pengaruh yang sedikit terhadap perubahan harga di tingkat petani

(korelasi rendah). Rendahnya tingkat korelasi yang tergambar dari data tersebut

dapat dijadikan salah satu indikasi belum efisienya saluran pemasaran.

Pencapaian sasaran produksi jagung yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, dan

kondisi pabrik pakan ternak yang masih beroprasi dibawah kapasitas optimumnya

serta tingginya margin pemasaran jagung merupakan salah satu permasalahan

jagung yang ada di Provinsi Lampung. Oleh karena itu, penelitian tentang pola

distribusi dan efisiensi pemasaran jagung ini sangat diperlukan sebagai bahan

masukan dan pertimbangan dalam mengatasi permasalahan komoditas jagung di

Kabupaten Lampung Selatan.

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan antara lain

sebagai berikut

1. Bagaimanakah pola distribusi dan saluran pemasaran jagung di Kabupaten

Lampung Selatan?

(24)

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah

1. Mengetahui pola distribusi dan saluran pemasaran jagung di Kabupaten

Lampung Selatan.

2. Menganalisis efisiensi pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan.

C. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

1. Petani, pedagang perantara dan konsumen sebagai bahan pertimbangan

dalam memasarkan jagung.

2. Instansi terkait, sebagai bahan informasi untuk pembuatan kebijakan yang

terkait dengan masalah kinerja pemasaran jagung di Kabupaten Lampung

Selatan.

3. Peneliti lain, sebagai bahan informasi dan pembanding bagi penelitian

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Komoditas Jagung

Jagung merupakan tanaman yang dapat digolongkan dalam berbagai macam

kelompok tanaman seperti,

a) Kelompok tanaman pangan, jika yang dihasilkan digunakan untuk

kebutuhan pangan pokok.

b) Kelompok tanaman hortikultura, jika jagung yang dihasilkan dimanfaatkan

sebagai buah meja, sayuran dan obat-obatan, yang tergolong dalam

kelompok ini adalah jagung manis dan jagung muda yang belum berisi

(soleng).

c) Kelompok tanaman perkebunan, jika tanaman tersebut diusahakan pada

lahan yang luas disertai manajemen yang baik dan hasilnya digunakan

sebagai bahan baku industri.

Jagung merupakan bahan pangan yang memiliki kandungan gizi cukup baik dan

dimanfaatkan dalam berbagai keperluan. Menurut Najiyati (1992), manfaat

tanaman jagung bisaa digunakan untuk tiga tujuan utama:

(26)

b) Makanan untuk ternak hewan dan unggas, terutama di negara-negara

industri di daerah temperate, menyediakan lebih dari 2/3 dari total

perdagangan biji-bijian untuk pakan ternak dan

c) Sebagai bahan baku untuk banyak hasil-hasil industri.;

Tanaman jagung merupakan tanaman yang hampir tidak memiliki nilai sisa selain

bijinya yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, bagian tanaman jagung

lainya pun dapat dimanfaatkan untuk banyak hal, seperti halnya bentuk kerajinan

maupun bahan bakar. Jagung memiliki banyak manfaat dan pilihan dalam

memanfaatkanya, usia memanenpun dapat merubah kegunaan dari jagung tersebut.

Bonggol jagung dalam usia muda belum menghasilkan biji dimanfaatkan sebagai

sayuran, sedangkan dalam usia lebih tua dapat dimanfaatkan sebagai buah meja

dan pada usia tua dalam keadaan kering dimanfaatkan sebagai bahan baku industri

seperti industri pakan, industri biofuel dan sebagainya. Kegunaan jagung lebih

(27)

Gambar 1. Pohon Industri Jagung Baby corn

Jagung muda

Jagung tua Daun dan batang

Kompos

Buah Jagung

Pakan ternak

Industri makanan Industi pakan

Industri lainnya

Kulit jagung

Kerajinan tangan Bahan bakar Tongkol

Biji Makanan jajanan

Tepung Jagung Sayuran

Buah meja

(28)

2. Tataniaga Pertanian (Marketing)

Pemasaran atau tataniaga merupakan rangkaian kegiatan pendistribusian suatu

barang. Nasruddin dalam bukunya yang berjudul tataniaga pertanian menyatakan

bahwa tataniaga pertanian mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan

dengan pemindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan

kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ketangan konsumen, termasuk

didalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari

barang yang ditujukan untuk mempermudah penyalurannya dan memberikan

kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya. Saluran tataniaga adalah jalur

yang dilalui komoditas dari titik produsen sampai titik konsumen terakhir. Hal

yang dapat dipelajari dengan mengikuti saluran tataniaga suatu produk antara lain

adalah:

a) Jumlah produk yang dijual petani kepada tengkulak atau langsung ke

konsumen akhir atau ke pedagang besar

b) Peranan dari pelaku tataniaga termasuk peranan petani

c) Tempat terjadinya informasi

Dalam Kegiatan pemasaran atau pendistribusian barang hingga sampai pada

tangan konsumen terdapat berbagai kegiatan, diantaranya adalah kegiatan

pembeliandan penjualan yang berarti pemindahan hak milik serta kegiatan

pemindahan barang yang berkenaan dengan pengangkutan yang berarti

pemindahan lokasi, seperti di paparkan oleh Nasruddin dalam bukunya yang

berjudul tataniaga pertanian, beliau menyebutkan bahwa fungsi dalam proses

(29)

a) Pembelian/ buying, merupakan suatu fungsi yang bersangkutan dengan

pemindahan dan atau pemilikan sejumlah barang yang dimaksudkan

sebagai persediaan produksi ataupun untuk mencukupi kebutuhan.

b) Penjualan dan penyebaran, kegiatan-kegiatan untuk mencari dan atau

mengusahakan agar barang-barang yang telah diproduksi atau yang telah

dimiliki mendapatkan permintaan-permintaan pasar (para konsumen) yang

cukup baik atau banyak, terutama mengenai kuantitasnya dan harganya

yang cukup menguntungkan.

c) Pengangkutan dan transportasi, memindahkan suatu produk dari sumber

penghasilannya ke pasar atau ke tempat konsumennya pada waktu yang

tertentu yang tepat disesuaikan dengan kebutuhan atau kepentingan pasar

atau konsumen.

Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan pendistribusian barang hingga sampai

pada tangan konsumen. Dalam kelancaran kegiatan tersebut terdapat peran dari

lembaga pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran yang dimaksud adalah segala

usaha yang berkaitan dalam jaringan lalu lintas barang-barang di masyarakat,

seperti halnya jasa-jasa yang ditawarkan agen-agen atau perusahaan dagang,

perbankan, perusahaan pengepakan, perusahaan angkutan usaha pertanggungan

dan lain sebagainya. Perusahaan dagang, perusahaan pengepakan, perusahaan

angkutan usaha pertanggungan, kesemuaanya memegang peranan dalam

penyampaian produk-produk itu ke pasar (konsumen) dengan menjamin

sampainya produk-produk itu ke tangan konsumen (pasar) tanpa ada

(30)

Kegiatan pemasaran yang merupakan pemindahan barang berdasarkan hak milik

maupun lokasi pasti akan menimbulkan resiko dalam setiap kegiatannya terutama

untuk barang-barang hasil pertanian yang mudah rusak. McCarthy dalam bukunya

yang berjudul Intisari Pemasaran Sebuah Ancangan Manajerial Global,

mengemukakan bahwa resiko merupakan fungsi yang bersangkutan dengan

kerugian. Resiko timbul apabila suatu kegiatan dalam tataniaga dilakukan tanpa

mengetahui hasil-hasil yang akan diperoleh, atau dilakukan dengan kemungkinan

bahwa hasilnya akan sebaliknya, maka karena itulah dengan pertimbangan,

perhitungan dan perencanaan yang sematang-matangnya (mantap).

Macam resiko yang dihadapi:

a) Resiko kepemilikan

b) Resiko keuangan

c) Kerugian karena kecelakaan

d) Kerugian karena perikatan

e) Kerugian karena tatakerja

f) Kerugian karena pengaruh cuaca

Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan yang sangat penting, terutama berkaitan

dengan harga hasil usahatani yang akan diperoleh bagi produsen serta upaya

penyebaran suatu barang ke tempat lain yang membutuhkan. Kegiatan pemasaran

merupakan kegiatan yang sangat penting salah satunya bagi ketersedian barang

ditempat lain yang membutuhkan, seperti ungkapan Kotler yang dikutip oleh

Soekartawi dalam bukunya ada lima faktor yang menyebabkan mengapa

(31)

a) Jumlah produk yang dijual menurun,

b) Pertumbuhan penampilan perusahaan juga menurun,

c) Terjadi perubahan yang diinginkan konsumen,

d) Kompetisi yang semakin tajam,

e) Terlalu besarnya pengeluaran untuk penjualan

Produk-produk hasil pertanian memiliki karakteristik yang berbada berkenaan

dengan daya simpan atau tingkat kerusakannya maupun keadaan produsennya.

Soekartawi (1991) pun menambahkan pentingnya pemasaran untuk komoditas

pertanian bahwa untuk komoditas pertanian pemasaran terjadi bukan saja

ditentukan oleh lima aspek tersebut tetapi juga aspek lain yaitu:

a) Kebutuhan yang mendesak,

b) Tingkat komersialisasi produsen (petani),

c) Keadaan harga yang menguntungkan,

d) Karena peraturan.

Pentingnya pemasaran dalam penyebaran barang dan kontribusinya dalam

ketersediaan barang di suatu daerah merupakan hal yang sangat mendukung bagi

kelancaran kegiatan ekonomi disuatu daerah. Kegiatan pemasaran disamping

berperan dalam ketersediaan dan penyebaran barang juga berperan dalam

perolehan harga yang lebih baik.

Dalam kegiatan pemasaran terdapat peran dari lembaga-lembaga pemasaran yang

terlibat. Pola yang dibentuk oleh lembaga-lembaga pemasaran tersebut disebut

dengan rantai pemasaran. Dalam karyanya yang berjudul manajemen pemasaran

(32)

pemasaran hasil pertanian yang panjang dan produsen sering dirugikan, yaitu

sebagai berikut:

a) Pasar yang tidak bekerja secara sempurna,

b) Lemahnya informasi pasar,

c) Lemahnya produsen (petani) memanfaatkan peluang pasar,

d) Lemahnya posisi produsen )petani) untuk melakukan penawaran untuk

mendapatkan harga yang baik,

e) Produsen (petani) melakukan usahatani tidak didasarkan pada permintaan

pasar, melainkan karena usahatani yang diusahakan secara turun-temurun.

Manfaat yang ditimbulkan dari kegiatan pemasaran terutama keuntungan yang

diperoleh lembaga pemasaran menarik beberapa masyarakat yang akhirnya

menekuni kegiatan tersebut. Banyaknya lembaga pemasaran merupakan salah satu

penyebab semakin panjangnya rantai pemasaran. Mursid (1993) mengemukakan

beberapa faktor yang menentukan panjang pendeknya saluran pemasaran

antaralain adalah

a) Jarak antara produsen ke konsumen, makin jauh maka makin panjang

saluran pemasarannya,

b) Cepat lambatnya produk rusak, produk yang cepat rusak menghendaki

saluran pemasaran yang pendek,

c) Skala produksi, semakin kecil skala produksi semakin panjang saluran

pemasarannya,

d) Posisi keuangan pengusaha, produsen yang posisi keuangannya kuat

cenderung mampu memperpendek saluran,

(33)

f) Kemeruahan produk, biaya pemindahan tinggi saluran terpendek,

g) Nilai unit dari suatu produk, makin rendah nilai unit suatu produk semakin

panjang saluran pemasarannya,

h) Bentuk pemakaian produk, produk yang dapat digunakan untuk berbagai

bentuk pemakaian bisaanya saluran tataniaganya lebih rumit dan panjang,

i) Struktur pasar, struktur pasar yang berbentuk monopoli bisaanya saluran

tataniaganya lebih pendek dibanding struktur pasar yang lain.

Panjangnya saluran pemasaran menimbulkan beberapa pengaruh diantaranya

adalah tingginya margin pemasaran. Tingginya margin pemasaran

menggambarkan perbedaan harga yang tinggi antara harga ditingkat produsen dan

harga pada tingkat konsumen. Keadaan tersebut dapat berarti dua kemungkinan

yaitu produsen dirugikan karena harga yang diterima terlalu rendah karena ditekan

atau konsumen dirugikan karena harga yang diterima terlalu tinggi karena margin

dibebankan pada harga tersebut.

3. Efisiensi Tataniaga/ Pemasaran

Pemasaran yang baik adalah kegiatan pemasaran yang efisien dimana semua pihak

merasa diuntungkan dengan adanya kegiatan pemasaran tersebut. Suatu kegiatan

pemasaran dapat dikatakan efisien atau tidak dapat ditentukan atau diukur dengan

efisiensi pemasaran. Efisiensi tataniaga merupakan salah satu ukuran untuk

menilai kinerja pasar. Efisiensi dapat didefinisikan sebagai peningkatan rasio

input-output.

(34)

Cara mengukur efisiensi tataniaga menurut Nasruddin (1996) dapat melalui:

a) Margin tataniaga

b) Analisis syarat-syarat pasar bersaing sempurna

c) Analisis keterpaduan pasar

d) Harga pada tingkat konsumen

e) tersedianya fasilitas fisik tataniaga.

Cara yang digunakan dalam penelitian ini salah satunya menggunakan cara

tersebut yaitu dengan melihat besarnya margin pemasaran dan rasio profit margin

dari masing-masing lembaga pemasaran. Marjin tataniaga dirumuskan sebagai

perbedaan antara harga yang diterima produsen dan harga yang diterima

konsumen. Nasrudin (1996) dalam bukunya yang berjudul tataniaga pertanian

menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi margin tataniaga adalah sebagai

berikut:

a) Biaya tataniaga

b) Tingkat persaingan antara para pedagang

c) Strategi-strategi yang ditunjukkan oleh para pedagang

d) Sikap para pedagang terhadap resiko

e) Banyaknya perantara yang terlibat dalam menyalurkan barang dan jasa ke

konsumen akhir.

Dalam penelitian ini yang diukur untuk menentukan margin pemasaran secara

kuantitatif adalah biaya produksi, biaya pemasaran dan keuntungan dari

masing-masing lembaga pemasaran. Sedangkan faktor lain digunakan dalam pmbahasan

(35)

B.Penelitian Terdahulu

Penelitian Fansuri tahun 2008 dengan metode SPC menghasilkan kesimpulan

bahwa pemasaran jagung di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

Selatan belum efisien. Mayoritas responden berada pada klasifikasi rendah

atau banyak responden tidak melakukan yang dianjurkan oleh penyuluh

pertanian. Tetapi ada beberapa kelompok tani yang ketua kelompoknya mau

mengkoordinir hasil panen anggotanya, kemudian mereka menjualnya pada

pabrik besar dengan harga yang lebih mahal dari pada menjual kepada

tengkulak.

Penelitian Irawan tahun 2005 menggunakan analisis margin, koefisien korelasi

harg dan elastisitas transmisi harga menghasilkan kesimpulan bahwa

pemasaran jagung di Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur

belum efisien hal ini dilihat dari perolehan margin pemasaran ditingkat petani

yang lebih rendah dibandingkan dengan perolehan margin pemasaran yang

diperoleh lembaga pemasaran yang lainnya. Petani menjual hasil usahataninya

ke pedagang kecil yang sebelumnya memberikan modal untuk usahataninya,

sehingga harga yang berlaku adalah harga yang ditentukan oleh pedagang

kecil.

Penelitian Remonaldi tahun 2009 menghasilkan kesimpulan bahwa saluran

pemasaran jagung di Kabupaten Tanggamus sebagian besar dari petani ke

pedang pengumpul atau gudang silo, hal tersebut ditujukan untuk menghemat

biaya pemasaran, selain itu hasil produksi yang dihasilkan petani relatif kecil

(36)

jagung. Selanjutnya pedagang kecil atau gudang silo tersebut langsung

menjual ke pedagang besar atau eksportir seperti PT. CPI (Caroen Phokhpan

Indonesia).

Penelitian Susanto pada tahun 2007 menghasilkan kesimpulan bahwa

pemasaran jagung di Kecamatan Ketapang belum efisien ditunjukkan dengan

nilai elastisitas transmisi harga yang masih di atas angka 1. Struktur pasar

jagung di Kecamatan Ketapang berada dalam kondisi tidak sempurna, nilai

koefisien korelasi harganya dibawah 1.

Penelitian Sadikin tahun 2000 menghasilkan kesimpulan bahwa harga jagung

di tingkat petani lebih rendah dibanding dengan harga sosial yang seharusnya

diterima, berkaitan dengan dua faktor klasik, yaitu (1) Lembaga pemasaran

output belum berfungsi efektif dan tidak transparan, sehingga rantai pemasaran

panjang dan biaya pemasaran tinggi, dan (2) Posisi tawar petani lemah

sehingga petani menjadi penerima harga yang masif dan sekaligus sangat ta'at

terhadap kemauan dan keputusan pedagang. Timpangnya distribusi

regionalitas intensifikasi jagung antara daerah Jawa dan luar Jawa,sebab

meskipun saat ini kontribusi produksi jagung luar Jawa terhadap produksi

(37)

C. Kerangka Pemikiran

Jagung merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat dan mempunyai

peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Lampung merupakan sentra

produksi Jagung ketiga di Indonesia setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Lampung Selatan merupakan salah satu sentra produksi jagung di Propinsi

Lampung.

Produksi dan produktivitas jagung di Provinsi Lampung menunjukkan

perkembangan yang cukup baik bahkan pada tahun 2008 lalu. Produksi jagung

Lampung dapat melebihi sasaran produksi yang ditetapkan oleh pemerintah

daerah atau dinas terkait. Sementaraitu, dilihat dari segi konsumsi perusahan

pakan ternak yang merupakan konsumen terbesar jagung masih beroprasi di

bawah kapasitas optimumnya dan salah satunya disebabkan oleh kurangnyan

pasokan jagung sebagai bahan baku. Surplus dari produksi suatu komoditas

seharusnya diupayakan untuk memenuhi kebutuhan dalam wilayah tertentu,

terutama untuk industri yang berperan sebagai konsumen terbesar yang

menyerap komoditas tersebut. Terlebih lagi jika konsumen tersebut

merupakan salah satu mata rantai dalam kegiatan ekonomi dan sosial yang

sangat pokok. Seperti halnya industri pakan ternak yang berbahan baku

jagung, hasil dari kegiatan pakan ternak tersebut adalah menghasilkan

makanan untuk ternak. Apabila jumlahnya tidak tercukupi akan terjadi

kelangkaan pakan, yang mengakibatkan harga pakan naik, dan jika harga

pakan naik maka produksi daging ayam akan turun dan akhirnya berimbas

(38)

perlu dianalisis pola distribusi dan saluran pemasaran jagung untuk mengetahui

kemana saja aliran komoditas jagung di kabupaten Lampung Selatan.

Panjang pendeknya saluran pemasaran dan siapa saja yang terlibat dalam

saluran pemasaran menentukan bagaimana struktur pasar dan bagaimana

struktur pasar yang terbentuk berpengaruh pada pembentukan harga barang.

Tujuan dari usahatani jagung adalah memperoleh keuntungan yang maksimum

bagi petani sebagai pelaku utama usahatani. Finansial usaha tani lebih

dipengaruhi oleh harga jual yang diterima petani, sedangkan tingkat harga

yang diterima petani dipengaruhi oleh tingkat efisiensi pemasaran dari

komoditi yang dihasilkan.

Analisis margin pemasaran dan koefisien korelasi harga merupakan alat yang

saling mendukung dan sering digunakan untuk menentukan efisiensi suatu

pemasaran. Integrasi pasar dianalisis menggunakan elastisitas transmisi harga,

terutama untuk melihat perubahan harga produk di tingkat produsen yang

(39)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran Jagung di Kabupaten Lampung Selatan

Pola Distribusi ?

Jagung Dinamika jagung di Propinsi Lampung

(40)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk tentang

variable yang akan diteliti dan sangat penting untuk dianalisis (data-data yang

berhubungan dengan tujuan penelitian). Batasan operasional disusun dengan tujuan

untuk membatasi ruang lingkup variabel yang digunakan serta untuk menghindari

penafsiran yang berbeda dari istilah yang digunakan dalam penelitian.

Distribusi yang dimaksud dalam penelitian adalah proses pemindahan suatu barang dari

suatu tempat ke tempat lain.

Pola distribusi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alokasi suatu komoditas

menurut kegunaan dan tempat.

Sistem pemasaran dalam penelitian ini ditinjau dari pendekatan serba lembaga

(institutional approach) yaitu pendekatan dari segi lembaga-lembaga atau organisasi yang

terkait dalam hal pemasaran jagung.

Saluran pemasaran adalah lembaga-lembaga yang digunakan untuk menyampaikan

komoditas jagung dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pembelian,

(41)

Petani produsen adalah petani jagung yang termasuk dalam sampel penelitian.

Pengangkut adalah orang yang melakukan pengaturan secara bersama-sama dalam

pengangkutan jagung.

Pedagang kecil adalah orang yang membeli jagung langsung dari petani produsen dan

berada di desa dan kecamatan.

Pedagang besar adalah orang yang membeli jagung dari agen atau pedagang kecil di

kabupaten.

Eksportir atau pedagang antar daerah adalah badan usaha yang melakukan pembelian

jagung dari pedagang besar maupun dari pedagang kecil kecil yang berada di daerahnya

dan menjual jagung ke luar daerah.

Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan, baik oleh petani maupun

pedagang untuk memasarkan jagung sampai ke konsumen akhir, meliputi biaya sortasi,

greeding, packging, pengangkutan, biaya penyimpanan, biaya penyusutan, dan

biaya-biaya lainnya dinyatakan dalam satuan rupih per kilogram (Rp/Kg).

Harga beli adalah harga yang dibayar oleh masing-masing lembaga pemasaran dan

konsumen untuk mendapatkan jagung, dinyatakan dalam satuan rupih per kilogram

(Rp/Kg).

Pasar dalam hal ini adalah suatu tempat (lokasi) dimana terjadi transaksi jual beli jagung

(42)

Pemasaran dalam hal ini adalah keragaan dari kegiatan yang meliputi penyampaian

jagung atau jasa-jasa yang diberikan dalam bisnis jagung.

Harga jual adalah harga yang berlaku untuk menjual jagung pada tiap lembaga

pemasaran dan konsumen akhir dinyatakan dalam satuan rupih per kilogram (Rp/Kg).

Volume pembelian adalah jumlah produksi yang dibeli oleh lembaga-lembaga

pemasaran, dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).

Volume penjualan adalah jumlah produksi yang dijual oleh petani maupun

lembaga-lembaga pemasaran, dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).

Konsumen akhir adalah lembaga pemasaran terakhir yang membeli jagung.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kabupaten Lampung Selatan tepatnya di Kecamatan Natar dan

Ketapang. Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan September--November

2009. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

mempertimbangkan bahwa Kabupaten Lampung Selatan merupakan sentra produksi

jagung kedua setelah Lampung Timur. Sedangkan Kecamatan Ketapang dan Natar

merupakan sentra produksi jagung di Kabupaten Lampung Selatan, dapat dilihat ditabel

27—29 pada lampiran.

Jumlah sample ditentukan atas pertimbangan jumlah populasi dari masing-masing desa.

(43)

589 petani jagung dari desa Ruguk Kecamatan Ketapang. Responden dipilih secara acak

(Sample Random Sampling) berjumlah 51 petani dengan total 1035 Petani jagung di

kedua kecamatan tersebut.

Penentuan jumlah sample mengacu pada Sugiarto (2003), dengan perhitungan sebagai

barikut:

NZ2 S2 n =

Nd2 + Z2S2

Keterangan:

n = Jumlah Sample

N = Jumlah anggota dalam populasi Z = Derajat kepercayaan (1.96) S2 = Varian sample (5%)

d = Derajat Penyimpangan ( 5%)

n = 1035 * (1.645)2 * 0.05 1035 * (0.05)2 + (1.645)2 * 0.05

n = 140,037= 51 2,723

Untuk sample setiap kelompok ditentukan proporsional dengan menggunakan rumus

Natsir (1988), yaitu:

ni = Ni * n N Keterangan:

ni = Jumlah sample Ni = Jumlah Anggota

N = Jumlah Anggota dalam Populasi n = Jumlah Sample secara keseluruhan

(44)

1035

Sample desa Ruguk = 589 * 51 = 29,0232 = 29 1035

Untuk lembaga pemasaran diambil lembaga pemasaran yang terlibat langsung dalam

pemasaran jagung di lokasi penelitian, menggunakan snowball sampling, cara

pengambilan sample dengan teknik ini dilakukan secara berantai. Mulai dari ukuran

yang terkecil makin lama makin besar. Dalam pelaksanaannya pertama-tama dilakukan

interview terhadap seorang responden petani, selanjutnya yang bersangkutan diminta

untuk menyebutkan calon responden berikutnya. Hal ini dilakukan sedemikian rupa

sehingga didapat suatu rantai pemasaran.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui observasi,

wawancara dan penyebaran angket atau kuisioner, sedangkan pengumpulan data

dilakukan dengan teknik sampling. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer didapat melalui hasil

wawancara langsung kepada responden berdasarkan atas daftar pertanyaan yang telah

disusun. Responden dalam penelitian ini adalah para petani, pedagang kecil, pedagang

besar, serta lembaga lain yang terlibat dalam saluran tataniaga jagung di Kabupaten

Lampung Selatan.

Data sekunder diperoleh dari lembaga terkait yang berhubungan dengan objek penelitian.

(45)

Statistik, website Departemen Perdagangan Indonesia, skripsi peneliti terdahulu, jurnal

penelitian dan literature yang berhubungan dengan topik penelitian.

Variabel yang diukur dalam penelitian ini meliputi: biaya produksi, jumlah produksi,

nilai penjualan, volume penjualan, harga jual, harga beli, volume pembelian, biaya

pemasaran, keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran, margin pemasaran, dan

lembaga pemasaran. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan analisis

kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan pada pengkajian pola distribusi, saluran

pemasaran dan jenis konsumen, keuntungan petani, dan distribusi keuntungan. Analisis

kuantitatif digunakan untuk menganalisis margin pemasaran, korelasi harga dan

elastisitas transmisi harga.

D. Model Tahapan Analisis

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis

statistic. Analisis deskriptif meliputi gambaran hasil pengamatan di lapangan untuk

melihat pola distrbusi, struktur pasar, distribusi jagung beserta lembaga-lembaga yang

terlibat. Analisis statistic digunakan untuk mengetahui efisiensi pemasaran yang

meliputi analisis margin pemasaran, koefisiensi harga dan elastisitas transmisi harga.

(46)

Kinerja pasar

a. Saluran pemasaran

Saluran pemasaran dianalisis secara deskriptif kualitatif, mulai dari tingkat produsen

jagung melalui lembaga-lembaga pemasaran hingga sampai pada konsumen. Selain itu

dilihat juga fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga

pemasaran jagung.

b. Analisis Margin Pemasaran

MP = Pr – Pf atau MP = ΣBi + ΣKi Keterangan:

MP = Margin pemasaran Pr = Harga tingkat pengecer Pf = Harga tingkat petani

ΣBi= Jumlah biaya yang dikeluarkan lembaga – lembaga pemasaran (B1,B2,B3…..Bn)

ΣKi= Jumlah keuntungan yang diperoleh lembaga-lembaga pemasaran (K1,K2,K3...Kn)

Rasio profit marjin (RPM), RPM =

i i

bt

c. Analisis Elastisitas Transmisi Harga

Elastisitas transmisi harga menggambarkan sejauh mana dampak perubahan harga suatu

barang disuatu tingkat pasar terhadap perubahan harga barang itu di tempat atau tingkat

pasar lainnya. (Hasyim 2003 dalam Setiawan 2010)

Rumus elastisitas Transmisi Harga:

Et = δPf x Pr δPr Pf

Karena harga ditingkat produsen (Pf) linear terhadap harga ditingkat konsumen (Pr) atau

secara matematis dituliskan sebagai berikut:

(47)

Keterangan:

Et = Elastisitas Transmisi harga

a = intersep (titik potong)

b = koeficien regresi atau slope

Pr = Harga rata-rata komoditas di tingkat konsumen

Pf = Harga rata-rata komoditas di tingkat petani

Criteria pengukuran yang digunakan pada analisis transmisi harga adalah (Hasyim,

1994):

1. Et = 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen sama dengan laju perubahan

harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku

pasar adalah bersaing sempurna, dan system tataniaga yang terjadi sudah efisien.

2. Et > 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih kecil dari pada laju

perubahan harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh

seluruh pelaku pasar adalah pasar tidak bersaing sempurna, yaitu terdapat kekuatan

monopoli atau oligopoly dalam system tataniaga tersebut sehingga system tataniaga

yang berlaku belum efisien.

3. Et < 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih besar dari pada laju

perubahan harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh

seluruh pelaku pasar adalah pasar tidak bersaing sempurna, yaitu terdapat kekuatan

monopsoni atau oligopsoni dalam system tataniaga tersebut sehingga system tataniaga

(48)

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Kabupaten Lampung Selatan terbentuk pada tahun 1956 yang merupakan salah satu

Kabupaten di Propinsi Sumatra Selatan. Berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 4

tahun 1956 tentang Pembentukan daerah Kabupaten dalam lingkungan Daerah Propinsi

Sumatra Selatan sebanyak 14 kabupaten yang diantaranya adalah Kabupaten Lampung

Selatan. Saat ini Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu dari daerah tingkat

II yang ada di Propinsi Lampung. Secara administrative Kabupaten Lampung Selatan

terdiri dari 17 kecamatan dan salanjutnya terdiri dari 251 desa/ kelurahan (248 desa dan 3

kelurahan).

Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan kurang lebih 2.109,74km2,

dengan kantor pusat di Kota Kalianda yang merupakan ibukota Kabupaten Lampung

Selatan. Kabupaten Lampung Selatan mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan

Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur,

sebelah selatan dengan Selat Sunda, sebelah barat dengan Kabupaten Pesawaran

(49)

B. Kondisi Topografi dan Iklim

Kabupaten Lampung Selatan dilihat dari segi geologinya sebagian besar terdiri dari

batuan endesit, ditutupi turfazam, pegunungan vulkanis muda serta dataran alluvial

berawa-rawa dengan pohon bakau. Jenis tanah yang paling mendominasi di Kabupaten

Lampung Selatan adalah tanah latosol yang hampir menutupi seluruh wilayah barat dan

sebagian besar dari bagian tengah, tanah podsolid yang tersebar pada wilayah bagian

utara, tanah hidromorf yang tersebar pada wilayah bagian timur, serta tanah alluvial yang

tersebar pada wilayah pantai bagian timur Kabupaten Lampung Selatan.

Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak pada 105014’ -- 105045’ BT dan 5015’ --

60 LS, sehingga wilayah Kabupaten Lampung Selatan tergolong dalam wilayah tropis.

Kabupaten Lampung Selatan memiliki iklim tropis dengan 2 musim yaitu musim hujan

dan musim kemarau, dengan curah hujan rata-rata 161,8 mm/bulan dan rata-rata jumlah

hari hujan 13,1 hari/bulan. Rata-rata temperaturnya berselang antara 22,9oC--32,4oC,

dengan kelembaban relative

56,8--93,1% dan tekanan udara 936,2--1008,1 Nbs.

C. Keadaan Demografi Daerah

Penduduk Kabupaten Lampung Selatan dilihat dari perbandingan jeniskelamin penduduk

jumlah pria dan wanita tidak berbeda jauh, berdasarkan proyeksi tahun 2007 berjumlah

923.002 jiwa yang terdiri dari 478.786 jiwa laki-laki dan 444.216 perempuan.

(50)

Tabel 6. Penyebaran jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan menurut Jenis Kelamin Tahun 2007

No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 478.786 51,87

2 Perempuan 444.216 48,13

3 Total 923.002 100,00

Sumber: Lampung Selatan Dalam Angka 2008

Table diatas menggambarkan perbandingan yang tidak berbeda jauh antara penduduk

pria dan wanita, jumlah penduduk pria lebih banyak dengan selisih 34.570 jiwa atau

sekitar 2.64 persen dari keseluruhan penduduk di Kabupaten Lampung Selatan.

Matapencaharian yang dilakukan oleh penduduk di Kabupaten Lampung Selatan

umumnya bervariasi, lebih dari 50 persen penduduk didominasi dengan matapencaharian

bidang hasil bumi seperti pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan. Sebagian

penduduk juga sudah mulai menjamah kegiatan perdagangan dan industri pengolahan

yang turut mendorong kemajuan ekonomi daerah. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel

11,

Tabel 7. Sebaran mata pencaharian penduduk di Kabupaten Lampung Selatan

No Mata pencaharian Jumlah

(jiwa)

Persentase (%) 1 Pertanian, kehutanan,perburuan dan perikanan 339.290 59,52

2 Industri Pengolahan 54.829 9,62

3 Perdagangan 80.529 14,13

4 Jasa 35.917 6,30

5 Lainnya 59.492 10,44

total 570.057 100,00

(51)

Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di Kabupaten Lampung

Selatan banyak memanfaatkan kegiatan berkenaan dengan hasil alam yang sudah

diturun-temurunkan dari nenek moyang, dan juga merupakan penompang bagi kegiatan

lainnya. Usaha perniagaan sepertinya sudah dilirik dan ditekuni hampir seperempat

penduduk di Kabupaten Lampung Selatan, sebagian penduduk sudah memulai untuk

mengembangkan industri pengolahan guna menampung berbagai hasil bumi

masyarakatnya, kemudian jasa dan jenis pekerjaan yang lainya.

D. Sarana dan Prasaran

Kesediaan sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan

dalam mendukung kegiatan dan aktifitas penduduk, keadaan sarana dan sarana yang

dimiliki sangat berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan kegiatan penduduk

khususnya pertanian, selain itu keadaan sarana dan prasarana menunjukkan tingkat

kesejahteraan dan keadaan ekonomi masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan.

Kondisi Kabupaten Lampung Selatan yang sangat mendukung dilihat dari sarana dan

prasarana diantaranya adalah wilayahnya yang dilewati dua jalur jalan lintas Sumatera

(tengah dan timur), terdapat bandar udara (Branti), termasuk kawasan industri (Tanjung

bintang) serta terdapat pelabuhan penyeberangan Bakauheni yang berperan sebagai salah

satu pintu penghubung Pulau Sumatra dan Pulau Jawa. Jarak pelabuhan Bakauheni ke

pelabuhan Merak yang berada di Pulau Jawa yaitu + 30 km, dengan waktu tempuh kapal

(52)

Hal ini menunjukkan potensi besar dalam perdagangan di Kabupaten Lampung Selatan

karena wilayahnya berdekatan dengan Pulau Jawa khususnya Jakarta, kota tersebut

merupakan pusat perkembangan industri. Intensitas permintaan berbagai jenis barang di

daerah tersebut cukup tinggi. Sarana dan prasarana yang ada di Kabupaten Lampung

Selatan khususnya jalan dan angkutan sudah memadai, sebagaimana dapat dilihat pada

Table 12,

Tabel 8. Sarana Jalan dan Angkutan di Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan jenis permukaan tahun 2007 Sumber: Lampung Selatan Dalam Angka 2008

Table diatas menunjukkan sarana dan prasarana berbentuk jalan dan angkutan di

Kabupaten Lampung Selatan sudah memadai, sebagian besar jalan negara dan jalan

propinsi sudah diaspal. Jalan kabupaten sebagian besar juga sudah diaspal hanya

beberapa yang masih kerikil dan tanah yaitu sekitar kurang lebih 30persen. Keadaan

tersebut menandakan bahwa kondisi jalan untuk perhubungan dan distribusi barang

(53)

Sarana dan prasarana lain diantaranya adalah silo jagung. Silo jagung yang dimaksud

adalah silo jagung yang dikelola oleh beberapa gapoktan yang merupakan salah satu

usaha pengembangan dan perbaikan penanganan pascapanen serta pemasaran jagung

dilakukan melalui pengembangan alat pengering dan silo di setiap sentra produksi

jagung. Pengembangan silo jagung diarahkan untuk mewujudkan sistem usaha

agroindustri yang terpadu dengan gapoktan yang berperan sebagai pemasok jagung

pipilan kering bermutu kepada industri pakan ternak atau pasar. Keberadaan silo jagung

ditujukan untuk menampung hasil panen anggota kelompoknya meningkatkan mutu serta

memperkuat posisi di pasar. Silo jagung di Propinsi Lampung sudah dikembangkan di

beberapa daerah sentra produksi jagung dan salah satunya berada di Kabupaten Lampung

Selatan.

Tabel 9. Pengembangan silo jagung di Propinsi Lampung Tahun 2007

No. Kabupaten Kecamatan Desa Jumlah

(unit)

Pelaksana (Gapoktan)

1 Lampung Selatan Ketapang Sumur 1 Sri Merta

2 Lampung Timur Bandar Sribhawono Bandar Agung 1 Harapan Jaya

3 Lampung Tengah Bandar Mataram Terbanggi Ilir 1 Sumber Tani

4 Tanggamus Sukoharjo Panggung Rejo 1 Maju Lestari

Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Lampun g, 2007

Keberadaan silo jagung memberikan keuntungkan lebih bagi petani terutama dalam

kegiatan pemasaran, sehingga petani jagung di daerah tersebut memiliki alternatif lebih

banyak dalam memasarkan jagung, serta memperoleh kesempatan lebih untuk

(54)

Sarana lain yang juga penting adalah keberadaan koperasi sebagai lembaga penunjang

dalam kegiatan permodalan dan pengadaan barang. Keberadaan koperasi dapat

mendukung kelancaran perekonomian suatu daerah. Koperasi merupakan salah satu

lembaga yang disarankan dikembangkan oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan anggotanya. Koperasi terdiri dari beberapa jenis koprasi

yang dibedakan berdarkan fungsi dan kegunaanya, seperti pada tabel berikut.

Tabel 10. Perkembangan Koperasi menurut jenisnya di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2007-2008

(55)

Tabel diatas menunjukkan keberadaan koperasi di Kabupaten Lampung Selatan yang

tergolong lengkap jenisnya dan banyak jumlahnya, sehingga dapat dikatakan mampu

mendukung kelancaran perekonomian daerah Kabupaten Lampung Selatan. Koperasi

yang paling dekat dengan petani diantaranya adalah koperasi unit desa, koperasi

pertanian serta koperasi simpan pinjam yang dapat membantu mereka yang bermasalah

dalam permodalan dan pemasaran pada kegiatan pertanian.

E. Kondisi Umum Perdagangan dan Perindustrian

Kondisi perdagangan dan perindustrian di Kabupaten Lampung Selatan ditandai dengan

adanya aktifitas beberapa lembaga pemasaran dan industri. Lembaga pemasaran yang

dimaksud antara lain adalah para pedagang pada berbagai tingkatan dan kategori,

diantaranya:

1. pedagang kecil, mereka yang mengumpulkan hasil usahatani petani dari

daerahnya atau beberapa desa yang lokasinya tidak jauh dari desanya, yang

kemudian dijual kepada pedagang yang lebih besar.

2. pedagang besar, mereka melakukan pembelian atau pencarian jagung lebih dari

berbagai kecamatan bahkan sampai keluar kabupaten, sifatnya continue.

3. pedagang antar daerah, mereka melakukan pembelian dari beberapa tempat di

propinsi Lampung, kemudian melakukan beberapa perlakuan seperti pengopenan

untuk memperoleh jagung dengan mutu yang baik dan memperpanjang daya

simpannya. Jagung yang telah dikumpulkan dijual ke beberapa konsumen

(56)

Kondisi perindustrian di Kabupaten Lampung Selatan ditandai dengan aktivitas beberapa

industri. Kemajuan di bidang industri membawa dampak pada perbaikan ekonomi

dilihat dari semakin terbukanya lapangan pekerjaan dan terserapnya hasil bumi.

Beberapa industri merupakan konsumen dari beberapa komoditas pertanian, yang berarti

semakin terjaminya pasar untuk produk pertanian. Kondisi industri menengah dan besar

di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada tabel berikut,

Tabel 11. Industri Menengah dan Besar di Kabupten Lampung Selatan 2008

(57)

Tabel 11. Lanjutan

No Jenis Usaha Jumlah

Usaha

Kapasitan Produksi

Satuan

34 Industri sabun deterjen 1 100 Ton

35 Lampung post 1 1440000 Eksemplar

36 Pengeringan jagung 4 8000 Ton

37 Peleburan accu 1 300 Ton

38 Carbon aktif 1 2500 Ton

39 Reparasi kapal 1 1200 Unit

40 Kerupuk 1 100 Ton

41 Briket batu bara 1 12000 Ton

jumlah 65 35464146

Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan UKM Kab. Lampung Selatan. Lampung Selatan Dalam Angka Tahun 2009. BPS

Industri menengah dan besar pada tabel diatas menunjukkan aktivitas dari kegiatan

perindustrian di Kabupaten Lampung Selatan. Beberapa industri merupakan konsumen

dari hasil pertanian, diantaranya jagung. Industri pengolahan jagung yang ada di

kabupaten Lampung Selatan sudah beragam dan mulai berkembang diantaranya industri

pakan ternak dan pakan udang berskala menengah, pengeringan jagung dan sortasi

jagung.

F. Kebijaksanaan Pertanian

Kebijakan pemerintah tentang jagung diantaranya adalah berbagai kebijakan dalam

upaya peningkatan produksi dan produktifitas tanaman, seperti pemberian bantuan dan

penyuluhan. Sementara dibidang pemasaranya salah satunya adalah penetapan Harga

Minimum Regional (HMR) jagung di Propinsi Lampung yaitu 1600/kg pada kadar air

40% dengan SK No6/186/III.09/HK/09. Penetapan HMR ini berdasarkan kesepakatan

bersama industri pakan ternak dan petani jagung di Lampung pada rapat Koordinasi

(58)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum

1. Karakteristik Petani a. Umur Petani

Umur dapat mempengaruhi aktivitas dan produktifitas. Rata-rata petani yang menjadi

responden berusia 35—54 tahun. Usia tersebut tergolong usia cukup produktif dimana

pada usia tersebut petani masih dapat melakukan kegiatan usahatani dengan maksimal,

distribusi umur petani didaerah penellitian, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut,

Tabel 12. Sebaran umur petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan

No Golongan umur (th) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 5--19 0 0.00

2 20--34 14 27.45

3 35--54 34 66.67

4 >54 3 5.88

Rata-rata 40.73 - -

Jumlah 51 100.00

tabel diatas menunjukkan bahwa petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan tergolong

usia produktif dengan persentase usia produktif 66.67 persen dari keseluruhan responden

petani jagung, sehingga diharapkan hasil usahatani yang dilakukan merupakan hasil yang

maksimum. Rata-rata usia petani jagung adalah 40.73 tahun yang masih tergolong dalam

(59)

b. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan mempengaruhi kreatifitas dan kemampuan sumberdaya manusia

dalam menerima inovasi. Bagi petani dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi lebih

mudah menerima inovasi sedangkan petani dengan tingkat pendidikan rendah cenderung

introvert.

Tabel 13. Sebaran tingkat pendidikan petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan

No Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 SD 39 76.47

2 SMP 7 13.73

3 SMA 1 1.96

4 Diploma/ Sarjana 4 7.84

Jumlah 51 100.00

Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata memiliki pendidikan terakhir yang dimiliki

petani adalah SD dengan presentasi 76.47 persen dari keseluruhan responden petani yang

diteliti, sehingga sebagian besar petani memiliki tingkat pendidika yang masih rendah

serta termasuk kaku dengan inovasi dan hanya mengandalkan pengalaman usahatani

yang diturunkan oleh orang tuanya.

c. Jumlah Tanggungan Keluarga

Semakin banyak anggota keluarga maka semakin tinggi pengeluaran rumah tangga.

Petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan didominasi dengan petani yang memiliki

jumlah tanggungan keluarga yang sedikit yaitu kurang dari sama dengan tiga, keluarga

yang dimaksud adalah keluarga kecil atau mereka yang anak-anaknya sudah mapan atau

Gambar

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran Jagung di Kabupaten Lampung Selatan
Tabel 8.  Sarana Jalan dan Angkutan di Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan jenis permukaan tahun 2007
Tabel 9.  Pengembangan silo jagung di Propinsi Lampung Tahun 2007
Tabel 10.  Perkembangan Koperasi menurut jenisnya di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2007-2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Asymmetric Error Correction Model pada transmisi harga jagung di Provinsi Lampung yang menunjukkan bahwa dalam jangka pendek kenaikan dan penurunan harga jagung di tingkat

Marjin pemasaran dari semua saluran pemasaran duku Lampung di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan tidak menggambarkan saluran pemasaran yang efisien, karena

Namun meningkatnya produksi domestik tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga terkadang pemerintah harus mendatangkan jagung dari luar

Nilai PC lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa petani jagung hibrida di Kabupaten Lampung Selatan masih menerima keuntungan yang lebih kecil dibandingkan

Terkait dengan besarnya jumlah produksi jagung yang terdapat di Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan dan tingkat kinerja PPL serta permasalahan –

Provinsi Gorontalo merupakan salah satu provinsi yang memegang peranan penting dalam produksi jagung nasional. Kondisi produksi jagung khususnya di Provinsi Gorontalo tahun

Tingginya pembelian dan penjualan jagung pada bulan tersebut, selain ditunjang dengan modal yang dimiliki, juga karena kebutuhan atau permintaan jagung oleh konsumen cukup

Hasil penelitian menunjukkan terjadi integrasi antara pasar lada di tingkat produsen Provinsi Lampung, pasar domestik Provinsi Lampung dan pasar internasional dalam jangka panjang