.
POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG
DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
(Skripsi)
Oleh
Restiana
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG
DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
Restiana1), Agus Imron2), R Hanung Ismono2)
Provinsi Lampung merupakan produsen jagung ketiga di Indonesia. Mestinya kebutuhan jagung di Lampung sudah dapat terpenuhi oleh produksi jagung domestik, Namun kenyataannya masih banyak perusahaan pakan ternak di Provinsi Lampung yang verproduksi di bawah kapasitas optimumnya. Hal ini menunjukkan belum terpenuhinya kebutuhan jagung di Provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola distribuís dan saluran pemasaran jagung, serta menganalisis efisiensi pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan.
Penelitian ini dilakukan di 2 desa yaitu Desa Ruguk Kecamatan Ketapang dan Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar. Responden dalam penelitian ini adalah petani jagung dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyampaian jagung hingga berada ditangan konsumen, serta beberapa konsumen jagung. Penelitiaan ini menggunakan metode simple random sampling untuk petani dan snowball sampling untuk lembaga pemasaran, sehingga diperoleh 51 petani jagung, 12 pedagang dan 3 konsumen jagung sebagai responden. Penelitian ini menggunakan metode analisis margin pemasaran dan elastisitas transmisi harga. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung yang dinyatakan secara kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian dilakukan pada bulan September-November 2009.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 pola distribusi untuk jagung di Kabupaten Lampung Selatan. Jagung di Kabupaten Lampung Selatan didistribusikan ke tiga konsumen yaitu peternakan ayam di Lampung, perusahaan pakan ternak Lampung dan perusahaan pakan ternak di luar Lampung. Produksi jagung yang didistribusikan ke luar Lampung sebesar 22,48 persen. Hasil penelitian juga menunjukkan Pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan belum efisien. Nilai RPM yang diperoleh belum merata dan elastisitas transmisi harganya sangat kecil yaitu hanya 0,446.
POLA DISTRIBUSI DAN EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG
DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Oleh
Restiana
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana
Pertanian
Pada
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian Unila
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul : Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran Jagung di Kabupaten Lampung Selatan
Nama : Restiana
NPM : 0514021011
Jurusan/ Program Studi : Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Agus Imron, M.S. Dr. Ir. Hanung Ismono, M.P. NIP 195908111987031003 NIP 196206231986031003
2. Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Mengesahkan
I. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Agus Imron, M.S. : NIP 195908111987031003
Sekertaris : Dr. Ir. Hanung Ismono, M.S. : NIP 196206231986031003
Penguji
Bukan pembimbing : Ir. Eka Kasymir, M.S. : NIP 196306181988031003
II. Dekan Fakultas Pertanian
Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001
Riwayat Hidup
Penulis dilahirkan di Bandar Jaya Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 16
juni 1989. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan
Darmono dan Sriyani.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Darma Wanita
Purnama Tunggal pada tahun 1994, menyelesaikan sekolah dasar di SDN 1
Purnama Tunggal pada tahun 2000, menyelesaikan pendidikan sekolah menengah
tingkat pertama di SLTP 1 Yapindo pada tahun 2003, dan menyelesaikan
pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Terbanggi Besar pada tahu n 2005.
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada tahun 2005
melalui program PMDK . Penulis mengambil program studi Agribisnis jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian pada Universitas Lampung. Penulis melakukan praktek
umum di Divisi Plantation PT. Sweet Indolampung Kecamatan Menggala
Kabupaten Tulang Bawang pada bulan juli- agustus 2008, dengan tema
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat
serta kuasa-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan akhir penelitian skripsi yang berjudul ― Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran Jagung di Kabupaten
Lampung Selatan‖ ini tepat pada waktunya.
Dengan selesainya laporan penelitian (skripsi) ini, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan ini, antara lain:
1. Bapak Dr. Ir. Agus Imron, M.S, selaku Dosen Pembimbing pertama atas
saran, nasehat serta bimbingan yang diberikan.
2. Bapak Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., selaku Pembimbing kedua atas saran,
nasehat serta bimbingan yang diberikan.
3. Bapak Ir. Eka Kasymir, M.S, selaku Pembahas atas saran dan kritik yang
diberikan.
4. Bapak Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
5. Bapak Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., selaku Ketua Jurusan Sosial
6. Bapak, Ibu serta adik tercinta dirumah yang merupakan sumber energi
terbesar kedua setelah makanan, atas segala doa, dukungan mental, moral
maupun material yang telah diberikan.
7. Bapak Alm. Darmono tercinta atas kerja keras serta semangat dan
kebanggaan tersendiri yang telah diberikan yang tidak akan pernah saya
lupakan,
8. Teman-Teman Sosek'05 tercinta, Ganis, Agey, Anggun, Dayang, Vita, Eni,
Pie, Shinta, Yuli, Ninda, Dita, Ade, Oksa, Tio , Atey, Nining, Mbe, Fitri,
Mita, Resi, Dela, Mary, Friska, Twe, April, Budi, Indro, Arif, Ari, Deni,
Sutris, Niko, Koko, & Oki, atas semua dorongan motivasi, kritik, saran dan
dukungan mental yang selalu diberikan kepada penulis.
9. Kakak- kakak tingkat, mba Arica, kak Fauzan, kak Ian, kak Eka, mba Yeni,
dll yang sudah banyak membantu.
10. Mba Iin, mas Bo, mas Kardi atas bantuannya selama ini.
11. Teman-teman kosan Istiqomah tercinta, semoga kita selalu istiqomah.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
kritik dan saran dari pembaca sangat berharga. Semoga laporan ini bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar belakang ... 1
B. Tujuan penelitian ... 8
C. Manfaat penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9
A. Tinjauan pustaka ... 9
1. Komoditas jagung ... 9
2. Tataniaga pemasaran ... 12
3. Efisiensi tataniaga/ pemasaran ... 17
B. Penelitian terdahulu ... 19
C. Kerangka pemikiran ... 21
III. METODE PENELITIAN ... 24
A. Konsep dasar dan batasan opersional ... 24
B Lokasi dan waktu penelitian ... 26
C. Metode pengumpulan data ... 28
D. Metode tahapan analisis ... 29
1. Saluran pemasaran ... ... 30
2. Analisis marjin pemasaran ... 30
IV.GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 32
A. Lokasi penelitian ... 32
B. Kondisi topografi dan iklim ... 33
C. Keadaan demografi daerah ... 33
D. Sarana dan prasarana ... 35
E. Kondisi umum perdagangan ... 39
F. Kebijaksanaan pertanian ... 41
V.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Keadaan umum ... 42
1. Karakteristik petani jagung ... 42
2. Keadaan umum usahatani jagung ... 49
3. Karakteristik pedagang jagung ... 50
4. Konsumen ... 55
B. Analisis pola distribusi ... 55
C. Analisis sistem pemasaran ... 57
1. Karakteristik lembaga pemasaran ... 57
2. Keragaan pasar ... 59
a. Saluran pemasaran ... 59
b. Analisismargin pemasaran ... 68
c. Analisis elastisitas transmisi harga ... 85
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 88
A Kesimpulan... 88
B Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 90
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung nasional tahun
2007—2008 ... 2
2. Sasaran dan realisasi produksi jagung Provinsi Lampung tahun
2005—2008 ... 3
3. Produksi pabrik pakan di Propinsi Lampung tahun 2005--2006 ... 4
4. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung
tahun 2006--2007 di Provinsi Lampung ... 5
5. Perkembangan harga jagung pada tingkat produsen dan konsumen
di Provinsi Lampung tahun 2000--2008 ... 6
6. Penyebaran jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan
Menurut jenis kelamin tahun 2007... 34
7. Sebaran matapencaharian penduduk di Kabupaten Lampung
Selatan tahun 2007 ... 34
8. Sarana jalan di Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan jenis
permukaan tahun 2007 ... 36
9. Pengembangan silo jagung di Propinsi Lampung tahun 2007... .. 37
10.Perkembangan koperasi menurut jenisnya di Kabupaten Lampung
Selatan ... . 38
11.Industri menengah dan besar di Kabupaten Lampung Selatan ... 40
12.Sebaran umur petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan... .. 42
13.Sebaran tingkat pendidikan petani jagung di Kabupaten Lampung
Selatan... ... 43
14.Sebaran jumlah tanggungan keluarga petani jagung di Kabupaten
Tabel Halaman
15.Sebaran pengalaman usahatani jagung yang dimiliki petani jagung
di Kabupaten Lampung Selatan... ... 44
16.Keikutsertaan petani jagung dalam kelompoktani di Kabupaten
Lampung Selatan... 45
17.Kepemilikan modal petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan
dalam usahatani dan pemasaran hasilnya... 47
18.Sebaran umur pedagang jagung di Kabupaten Lampung Selatan... 50
19.Sebaran tingkat pendidikan pedagang jagung di Kabupaten
Lampung Selatan... ... 51
20.Sebaran pengalaman dagang pedagang jagung di Kabupaten
Lampung Selatan... ... 51
21.Kepemilikan modal pedagang jagung di Kabupaten Lampung
Selatan dalam usahanya ... 52
22.Alokasi jagung hasil usahatani di Kabupaten Lampung Selatan
berdasarkan tempat tahun 2009 ... 56
23.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran pertama di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 59
24.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kedua di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 70
25.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran ketiga di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 71
26.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran keempat di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 72
27.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kelima di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 74
28.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran keenam di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 75
29.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran ketujuh di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 76
30.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kedelapan di
Tabel Halaman
31.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kesembilan di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 78
32.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kesepuluh di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 80
33.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran kesebelas di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 81
34.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran keduabelas di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 82
35.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran ketigabelas di
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2009... 83
36.Analisis marjin pemasaran jagung pada saluran keempatbelas di
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pohon industri jagung ... 11
2. Kerangka pemikiran pola distribusi dan efisiensi pemasaran
jagung di Kabupaten Lampung Selatan ... 23
3. Bagan utama saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung
Selatan ... 59
4. Bagan saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan
yang berakhir di industri ternak ... 60
5. Bagan saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan
yang berakhir di industri pakan ternak di Luar Lampung ... 61
6. Bagan saluran pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan
yang berakhir di industri pakan ternak di Lampung ... 64
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Halaman
37. Luas panen, produksi dan produktivitas jagung di Kabupaten
Lampung Selatan ... 92
38. Luas tanam dan produksi jagung di Kecamatan Ketapang ……… 92
39. Luas tanam jagung di Kecamatan Natar ... 93
40. Identitas responden petani ………. 94
41. Identitas responden pedagang ……… 96
42. Identitas responden konsumen ... 96
43. Penggunaan tenaga kerja pada usahatani jagung responden petani dalam HKP ... 97
44. Biaya produksi responden petani dalam satu musim tanam ... 99
45. Daftar kepemilikan modal petani jagung di Kaabupaten Lampung Selatan ………. 103
46. Daftar kepemilikan modal pedagang jagung di Kaabupaten Lampung Selatan ………. 104
47. Data volume, harga dan penerimaan responden petani ... 105
48. Data volume, harga dan penerimaan responden pedagang ... 106
49. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada pedagang kecil .... 107
50. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada pedagang besar .... 107
51. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada pedagang antar daerah ... 108
Tabel Halaman
53. Daftar petani yang menjual hasil panennya pada Konsumen
langsung ... 108
54. Daftar pedagang kecil yang menjual hasil panennya pada
pedagang besar ... 109
55. Daftar pedagang kecil yang menjual hasil panennya pada
pedagang antar daerah ... 109
56. Daftar pedagang kecil yang menjual hasil panennya pada
pabrik pakan Lampung ... 109
57. Daftar pedagang besar yang menjual hasil panennya pada
pabrik pakan Lampung ... 109
58. Daftar pedagang besar yang menjual hasil panennya pada
pedagang antar daerah ... 110
59. Daftar pedagang besar yang menjual hasil panennya pada
ternak ayam ... 110
60. Sebaran harga di tingkat harga konsumen dan harga di tingkat
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan utama dunia yang dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat utama selain gandum dan padi di
beberapa Negara. Suhardi (2002) dalam bukunya Hutan dan Kebun sebagai
Sumber Pangan Nasional mengungkapkan bahwa jagung merupakan sumber
karbohidrat kedua setelah beras di Indonesia. Suhardi dalam bukunya juga
memaparkan bahwa jagung mengandung setidaknya 73.7gram karbohidrat dalam
100gram jagung pipilan kering, sedangkan beras kurang lebih mengandung
78.9gram karbohidrat dalam 100gram beras. Selain sebagai bahan pangan jagung
juga dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pakan, industri makanan, industri
biofuel dan industri lainnya. Jagung merupakan tanaman yang memiliki banyak
manfaat sehingga komoditas jagung mempunyai peran strategis dalam
perekonomian Indonesia.
Jagung yang memiliki peran strategis dalam perekonomian Indonesia memerlukan
perhatian khusus untuk menjaga ketersediaanya bagi pemenuhan kebutuhan
nasional. Upaya menjaga ketersediaan jagung yang lebih intensif diperlukan
menanggapi semakin meningkatnya kebutuhan jagung. Upaya peningkatan
daerah-daerah sentra penghasil jagung. Provinsi Lampung merupakan salah satu
sentra produksi jagung di Indonesia, tepatnya sentra produksi jagung ketiga setelah
Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hal ini dapat dilihat dari pangsa produksi dan luas
areal panen jagung di Provinsi Lampung, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Nasional
No Provinsi 2007 Sumber: BPS, Statistik Indonesia.
*) Persentasi produksi tiap daerah terhadap total produksi Indonesia
Data pada Tabel 1. menunjukkan bahwa Provinsi Lampung merupakan salah satu
sentra produksi jagung. Sumbangsih Lampung dalam ketersediaan jagung
nasional sebesar 10.14persen dalam produksi jagung nasional pada tahun 2007
yang kemudian meningkat menjadi 11.08persen pada tahun berikutnya.
Peningkatan produksi jagung di Propinsi Lampung didukung oleh kegiatan
perluasan lahan jagung dan peningkatan produktivitas karena kondisi lahanya
mendukung, dapat dilihat dari peningkatan luas lahan dan produksi pada table
diatas, sehingga dalam upaya peningkatan ketersediaan jagung nasional Lampung
Produksi jagung di Provinsi Lampung pada beberapa tahun terakhir menunjukkan
perkembangan yang cukup baik. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari
pencapaian produksi jagung Provinsi Lampung yang mendekati sasaran yang
direncanakan pemerintah daerah, bahkan pada tahun 2008 lalu produksi jagung
yang dihasilkan mampu melebihi rencana yaitu sekitar 10.02 persen di atas sasaran
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.
Table 2. Sasaran dan realisasi produksi jagung Provinsi Lampung tahun 2005— 2008
No Tahun Sasaran (ton) Realisasi (ton) Pencapaian sasaran (%)
1 Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Lampung 2005—2008
Data di atas menunjukkan keberhasilan produksi jagung beberapa tahun terakhir.
Produksi yang dihasilkan dari tahun ketahun menunjukkan perkembangan yang
cukup baik, terjadi kenaikan produksi, dan jika dibandingkan dengan sasaran
produksi yang ditetapkan pemerintah daerah selalu mampu mencapai hasil lebih
dari 80 persen. Pada tahun 2008 lalu produksi yang dihasilkan mampu melebihi
sasaran yang ditetapkan.
Produksi jagung yang cukup baik seperti ditunjukkan dalam tabel di atas
seharusnya sudah mampu mencukupi kebutuhan dalam provinsi, tetapi data dari
Dinas Peternakan Provinsi Lampung menyebutkan bahwa beberapa perusahaan
pakan ternak yang merupakan konsumen terbesar jagung masih berproduksi di
bawah kapasitas terpasang. Belum tercapainya produksi pakan ternak pada
kapasitas terpasang ini diduga karena kurangnya jagung sebagai bahan baku,
Tabel 3. Produksi Pabrik Pakan di Lampung tahun 2005—2006
No Nama Pabrik Kapasitas Terpasang
(ton)
Produksi Tahun (ton) Persentase penggunaan kapasitas(%)
160.000,00 90.900,00 101.150,00 56.81 63.22 Sumber: Produksi Pabrik Pakan di Lampung tahun 2005—2006, Dinas Peternakan
Provinsi Lampung.
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan pakan ternak di
Provinsi Lampung masih berproduksi jauh di bawah kapasitas optimum atau
kapasitas terpasangnya. Produksi beberapa perusahaan pakan ternak hingga tahun
2006 lalu tidak lebih dari 60persen bahkan ada yang beroprasi dibawah 30persen.
Keadaan ini menggambarkan bahwa perusahaan masih mengalami kendala
terutama dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku untuk usahanya yang bersifat
kontinyu. Selain itu, informasi dari Kantor Bea dan Cukai (BC) serta Dinas
Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Lampung menyebutkankan
bahwa impor jagung ke Lampung selama 10 bulan tahun 2007 mencapai
17,193ribu ton. Impor jagung tersebut digunakan untuk bahan baku dan
mendukung kelancaran proses produksi, di antaranya industri pakan ternak.
Kondisi Lampung yang merupakan sentra produksi jagung dan produksinya yang
semakin baik seharusnya mampu memenuhi kebutuhan di daerah, akan tetapi pada
kenyataanya konsumen (pabrik pakan ternak) masih mengalami kekurangan dan
mengandalkan import. Keadaan tersebut menimbulkan pertanyaan tentang alokasi
Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi
Lampung sekaligus merupakan sentra produksi jagung ke-2 setelah Kabupaten
Lampung Timur di Provinsi Lampung. Data terakhir hingga tahun 2007 lalu,
Kabupaten Lampung Selatan menyumbang lebih dari seperempat produksi jagung
di Provinsi Lampung atau sekitar 27.78 persen dari keseluruhan produksi jagung di
Propinsi Lampung. Angka 27.78 persen merupakan angka yang cukup besar dan
menandakan bahwa Kabupaten Lampung Selatan memiliki peran serta potensi
yang cukup besar dalam pengembangan usahatani jagung menunjang kegiatan
swasembada jagung di Provinsi Lampung, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung tahun 2006—2007 di Provinsi Lampung 332.640 1.183.982 35.59 100.00
939 2.996 31.91 0.22
Sumber: Lampung Dalam Angka 2008, BPS.
*)Persentase produksi jagung tiap daerah terhadap total produksi jagung Lampung
Data di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Selatan merupakan sentra
produksi jagung kedua setelah Kabupaten Lampung Timur. Kabupaten Lampung
Selatan juga merupakan kabupaten yang lokasinya berbatasan dengan pelabuhan,
sehingga akses komoditas jagung Kabupaten Lampung Selatan untuk keluar
kemana aliran hasil produksi jagung di Kabupaten Lampung Selatan perlu
diadakan penelitian mengenai pola distribusi dari komoditas jagung tersebut.
Keberhasilan produksi jagung tidak memberikan dampak yang berarti bila tidak
diimbangi dengan peningkatkan pendapatan petani. Pendapatan petani
dipengaruhi oleh produktivitas usahatani jagung dan harga dari komoditas jagung
yang dihasilkan. Produktivitas usahatani jagung ditentukan oleh efisiensi produksi
dalam usahatani. Sementara harga jagung yang diterima petani dipengaruhi oleh
efisiensi pemasaran jagung yang dihasilkan. Berdasarkan data yang ada, dari
tahun ke tahun terlihat adanya peningkatan produksi jagung di Lampung,
sementara untuk harga yang diterima oleh petani dari tahun ke tahun masih
relative rendah. Perbedaan harga jagung yang diterima petani dan pabrik
memiliki rentang yang cukup lebar menandakan masih belum efisiensinya
pemasaran jagung yang terjadi, seperti terlihat pada Tabel 5.
Table 5. Perkembangan harga pada tingkat produsen dan konsumen di Provinsi Lampung tahun 2000—2008
No Tahun Harga di tingkat
Sumber: Badan Pusat Statistik 2000--2009
Harga jagung di tingkat petani dan pabrik menunjukkan perbedaan yang
berfluktuasi dari tahun ke tahun. Margin pemasaran yang merupakan selisih dari
kedua harga tersebut cukup tinggi. Persentase selisih harga di tingkat petani dan
konsumen memiliki nilai yang beragam dari 17,12—93,03 persen menunjukkan
tingkat korelasi di kedua harga tersebut tidak stabil. Pada kolom pertumbuhan
nilai positif menunjukkan terjadinya kenaikan harga dan nilai negative untuk
keadaan penurunan harga. Nilai positif yang terjadi memiliki range cukup lebar
(0,14—1,59). Data tersebut menggambarkan kenaikan harga di tingkat konsumen
memiliki pengaruh yang sedikit terhadap perubahan harga di tingkat petani
(korelasi rendah). Rendahnya tingkat korelasi yang tergambar dari data tersebut
dapat dijadikan salah satu indikasi belum efisienya saluran pemasaran.
Pencapaian sasaran produksi jagung yang ditetapkan oleh pemerintah daerah, dan
kondisi pabrik pakan ternak yang masih beroprasi dibawah kapasitas optimumnya
serta tingginya margin pemasaran jagung merupakan salah satu permasalahan
jagung yang ada di Provinsi Lampung. Oleh karena itu, penelitian tentang pola
distribusi dan efisiensi pemasaran jagung ini sangat diperlukan sebagai bahan
masukan dan pertimbangan dalam mengatasi permasalahan komoditas jagung di
Kabupaten Lampung Selatan.
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan antara lain
sebagai berikut
1. Bagaimanakah pola distribusi dan saluran pemasaran jagung di Kabupaten
Lampung Selatan?
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah
1. Mengetahui pola distribusi dan saluran pemasaran jagung di Kabupaten
Lampung Selatan.
2. Menganalisis efisiensi pemasaran jagung di Kabupaten Lampung Selatan.
C. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
1. Petani, pedagang perantara dan konsumen sebagai bahan pertimbangan
dalam memasarkan jagung.
2. Instansi terkait, sebagai bahan informasi untuk pembuatan kebijakan yang
terkait dengan masalah kinerja pemasaran jagung di Kabupaten Lampung
Selatan.
3. Peneliti lain, sebagai bahan informasi dan pembanding bagi penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Komoditas Jagung
Jagung merupakan tanaman yang dapat digolongkan dalam berbagai macam
kelompok tanaman seperti,
a) Kelompok tanaman pangan, jika yang dihasilkan digunakan untuk
kebutuhan pangan pokok.
b) Kelompok tanaman hortikultura, jika jagung yang dihasilkan dimanfaatkan
sebagai buah meja, sayuran dan obat-obatan, yang tergolong dalam
kelompok ini adalah jagung manis dan jagung muda yang belum berisi
(soleng).
c) Kelompok tanaman perkebunan, jika tanaman tersebut diusahakan pada
lahan yang luas disertai manajemen yang baik dan hasilnya digunakan
sebagai bahan baku industri.
Jagung merupakan bahan pangan yang memiliki kandungan gizi cukup baik dan
dimanfaatkan dalam berbagai keperluan. Menurut Najiyati (1992), manfaat
tanaman jagung bisaa digunakan untuk tiga tujuan utama:
b) Makanan untuk ternak hewan dan unggas, terutama di negara-negara
industri di daerah temperate, menyediakan lebih dari 2/3 dari total
perdagangan biji-bijian untuk pakan ternak dan
c) Sebagai bahan baku untuk banyak hasil-hasil industri.;
Tanaman jagung merupakan tanaman yang hampir tidak memiliki nilai sisa selain
bijinya yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, bagian tanaman jagung
lainya pun dapat dimanfaatkan untuk banyak hal, seperti halnya bentuk kerajinan
maupun bahan bakar. Jagung memiliki banyak manfaat dan pilihan dalam
memanfaatkanya, usia memanenpun dapat merubah kegunaan dari jagung tersebut.
Bonggol jagung dalam usia muda belum menghasilkan biji dimanfaatkan sebagai
sayuran, sedangkan dalam usia lebih tua dapat dimanfaatkan sebagai buah meja
dan pada usia tua dalam keadaan kering dimanfaatkan sebagai bahan baku industri
seperti industri pakan, industri biofuel dan sebagainya. Kegunaan jagung lebih
Gambar 1. Pohon Industri Jagung Baby corn
Jagung muda
Jagung tua Daun dan batang
Kompos
Buah Jagung
Pakan ternak
Industri makanan Industi pakan
Industri lainnya
Kulit jagung
Kerajinan tangan Bahan bakar Tongkol
Biji Makanan jajanan
Tepung Jagung Sayuran
Buah meja
2. Tataniaga Pertanian (Marketing)
Pemasaran atau tataniaga merupakan rangkaian kegiatan pendistribusian suatu
barang. Nasruddin dalam bukunya yang berjudul tataniaga pertanian menyatakan
bahwa tataniaga pertanian mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan
dengan pemindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan
kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ketangan konsumen, termasuk
didalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari
barang yang ditujukan untuk mempermudah penyalurannya dan memberikan
kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya. Saluran tataniaga adalah jalur
yang dilalui komoditas dari titik produsen sampai titik konsumen terakhir. Hal
yang dapat dipelajari dengan mengikuti saluran tataniaga suatu produk antara lain
adalah:
a) Jumlah produk yang dijual petani kepada tengkulak atau langsung ke
konsumen akhir atau ke pedagang besar
b) Peranan dari pelaku tataniaga termasuk peranan petani
c) Tempat terjadinya informasi
Dalam Kegiatan pemasaran atau pendistribusian barang hingga sampai pada
tangan konsumen terdapat berbagai kegiatan, diantaranya adalah kegiatan
pembeliandan penjualan yang berarti pemindahan hak milik serta kegiatan
pemindahan barang yang berkenaan dengan pengangkutan yang berarti
pemindahan lokasi, seperti di paparkan oleh Nasruddin dalam bukunya yang
berjudul tataniaga pertanian, beliau menyebutkan bahwa fungsi dalam proses
a) Pembelian/ buying, merupakan suatu fungsi yang bersangkutan dengan
pemindahan dan atau pemilikan sejumlah barang yang dimaksudkan
sebagai persediaan produksi ataupun untuk mencukupi kebutuhan.
b) Penjualan dan penyebaran, kegiatan-kegiatan untuk mencari dan atau
mengusahakan agar barang-barang yang telah diproduksi atau yang telah
dimiliki mendapatkan permintaan-permintaan pasar (para konsumen) yang
cukup baik atau banyak, terutama mengenai kuantitasnya dan harganya
yang cukup menguntungkan.
c) Pengangkutan dan transportasi, memindahkan suatu produk dari sumber
penghasilannya ke pasar atau ke tempat konsumennya pada waktu yang
tertentu yang tepat disesuaikan dengan kebutuhan atau kepentingan pasar
atau konsumen.
Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan pendistribusian barang hingga sampai
pada tangan konsumen. Dalam kelancaran kegiatan tersebut terdapat peran dari
lembaga pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran yang dimaksud adalah segala
usaha yang berkaitan dalam jaringan lalu lintas barang-barang di masyarakat,
seperti halnya jasa-jasa yang ditawarkan agen-agen atau perusahaan dagang,
perbankan, perusahaan pengepakan, perusahaan angkutan usaha pertanggungan
dan lain sebagainya. Perusahaan dagang, perusahaan pengepakan, perusahaan
angkutan usaha pertanggungan, kesemuaanya memegang peranan dalam
penyampaian produk-produk itu ke pasar (konsumen) dengan menjamin
sampainya produk-produk itu ke tangan konsumen (pasar) tanpa ada
Kegiatan pemasaran yang merupakan pemindahan barang berdasarkan hak milik
maupun lokasi pasti akan menimbulkan resiko dalam setiap kegiatannya terutama
untuk barang-barang hasil pertanian yang mudah rusak. McCarthy dalam bukunya
yang berjudul Intisari Pemasaran Sebuah Ancangan Manajerial Global,
mengemukakan bahwa resiko merupakan fungsi yang bersangkutan dengan
kerugian. Resiko timbul apabila suatu kegiatan dalam tataniaga dilakukan tanpa
mengetahui hasil-hasil yang akan diperoleh, atau dilakukan dengan kemungkinan
bahwa hasilnya akan sebaliknya, maka karena itulah dengan pertimbangan,
perhitungan dan perencanaan yang sematang-matangnya (mantap).
Macam resiko yang dihadapi:
a) Resiko kepemilikan
b) Resiko keuangan
c) Kerugian karena kecelakaan
d) Kerugian karena perikatan
e) Kerugian karena tatakerja
f) Kerugian karena pengaruh cuaca
Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan yang sangat penting, terutama berkaitan
dengan harga hasil usahatani yang akan diperoleh bagi produsen serta upaya
penyebaran suatu barang ke tempat lain yang membutuhkan. Kegiatan pemasaran
merupakan kegiatan yang sangat penting salah satunya bagi ketersedian barang
ditempat lain yang membutuhkan, seperti ungkapan Kotler yang dikutip oleh
Soekartawi dalam bukunya ada lima faktor yang menyebabkan mengapa
a) Jumlah produk yang dijual menurun,
b) Pertumbuhan penampilan perusahaan juga menurun,
c) Terjadi perubahan yang diinginkan konsumen,
d) Kompetisi yang semakin tajam,
e) Terlalu besarnya pengeluaran untuk penjualan
Produk-produk hasil pertanian memiliki karakteristik yang berbada berkenaan
dengan daya simpan atau tingkat kerusakannya maupun keadaan produsennya.
Soekartawi (1991) pun menambahkan pentingnya pemasaran untuk komoditas
pertanian bahwa untuk komoditas pertanian pemasaran terjadi bukan saja
ditentukan oleh lima aspek tersebut tetapi juga aspek lain yaitu:
a) Kebutuhan yang mendesak,
b) Tingkat komersialisasi produsen (petani),
c) Keadaan harga yang menguntungkan,
d) Karena peraturan.
Pentingnya pemasaran dalam penyebaran barang dan kontribusinya dalam
ketersediaan barang di suatu daerah merupakan hal yang sangat mendukung bagi
kelancaran kegiatan ekonomi disuatu daerah. Kegiatan pemasaran disamping
berperan dalam ketersediaan dan penyebaran barang juga berperan dalam
perolehan harga yang lebih baik.
Dalam kegiatan pemasaran terdapat peran dari lembaga-lembaga pemasaran yang
terlibat. Pola yang dibentuk oleh lembaga-lembaga pemasaran tersebut disebut
dengan rantai pemasaran. Dalam karyanya yang berjudul manajemen pemasaran
pemasaran hasil pertanian yang panjang dan produsen sering dirugikan, yaitu
sebagai berikut:
a) Pasar yang tidak bekerja secara sempurna,
b) Lemahnya informasi pasar,
c) Lemahnya produsen (petani) memanfaatkan peluang pasar,
d) Lemahnya posisi produsen )petani) untuk melakukan penawaran untuk
mendapatkan harga yang baik,
e) Produsen (petani) melakukan usahatani tidak didasarkan pada permintaan
pasar, melainkan karena usahatani yang diusahakan secara turun-temurun.
Manfaat yang ditimbulkan dari kegiatan pemasaran terutama keuntungan yang
diperoleh lembaga pemasaran menarik beberapa masyarakat yang akhirnya
menekuni kegiatan tersebut. Banyaknya lembaga pemasaran merupakan salah satu
penyebab semakin panjangnya rantai pemasaran. Mursid (1993) mengemukakan
beberapa faktor yang menentukan panjang pendeknya saluran pemasaran
antaralain adalah
a) Jarak antara produsen ke konsumen, makin jauh maka makin panjang
saluran pemasarannya,
b) Cepat lambatnya produk rusak, produk yang cepat rusak menghendaki
saluran pemasaran yang pendek,
c) Skala produksi, semakin kecil skala produksi semakin panjang saluran
pemasarannya,
d) Posisi keuangan pengusaha, produsen yang posisi keuangannya kuat
cenderung mampu memperpendek saluran,
f) Kemeruahan produk, biaya pemindahan tinggi saluran terpendek,
g) Nilai unit dari suatu produk, makin rendah nilai unit suatu produk semakin
panjang saluran pemasarannya,
h) Bentuk pemakaian produk, produk yang dapat digunakan untuk berbagai
bentuk pemakaian bisaanya saluran tataniaganya lebih rumit dan panjang,
i) Struktur pasar, struktur pasar yang berbentuk monopoli bisaanya saluran
tataniaganya lebih pendek dibanding struktur pasar yang lain.
Panjangnya saluran pemasaran menimbulkan beberapa pengaruh diantaranya
adalah tingginya margin pemasaran. Tingginya margin pemasaran
menggambarkan perbedaan harga yang tinggi antara harga ditingkat produsen dan
harga pada tingkat konsumen. Keadaan tersebut dapat berarti dua kemungkinan
yaitu produsen dirugikan karena harga yang diterima terlalu rendah karena ditekan
atau konsumen dirugikan karena harga yang diterima terlalu tinggi karena margin
dibebankan pada harga tersebut.
3. Efisiensi Tataniaga/ Pemasaran
Pemasaran yang baik adalah kegiatan pemasaran yang efisien dimana semua pihak
merasa diuntungkan dengan adanya kegiatan pemasaran tersebut. Suatu kegiatan
pemasaran dapat dikatakan efisien atau tidak dapat ditentukan atau diukur dengan
efisiensi pemasaran. Efisiensi tataniaga merupakan salah satu ukuran untuk
menilai kinerja pasar. Efisiensi dapat didefinisikan sebagai peningkatan rasio
input-output.
Cara mengukur efisiensi tataniaga menurut Nasruddin (1996) dapat melalui:
a) Margin tataniaga
b) Analisis syarat-syarat pasar bersaing sempurna
c) Analisis keterpaduan pasar
d) Harga pada tingkat konsumen
e) tersedianya fasilitas fisik tataniaga.
Cara yang digunakan dalam penelitian ini salah satunya menggunakan cara
tersebut yaitu dengan melihat besarnya margin pemasaran dan rasio profit margin
dari masing-masing lembaga pemasaran. Marjin tataniaga dirumuskan sebagai
perbedaan antara harga yang diterima produsen dan harga yang diterima
konsumen. Nasrudin (1996) dalam bukunya yang berjudul tataniaga pertanian
menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi margin tataniaga adalah sebagai
berikut:
a) Biaya tataniaga
b) Tingkat persaingan antara para pedagang
c) Strategi-strategi yang ditunjukkan oleh para pedagang
d) Sikap para pedagang terhadap resiko
e) Banyaknya perantara yang terlibat dalam menyalurkan barang dan jasa ke
konsumen akhir.
Dalam penelitian ini yang diukur untuk menentukan margin pemasaran secara
kuantitatif adalah biaya produksi, biaya pemasaran dan keuntungan dari
masing-masing lembaga pemasaran. Sedangkan faktor lain digunakan dalam pmbahasan
B.Penelitian Terdahulu
Penelitian Fansuri tahun 2008 dengan metode SPC menghasilkan kesimpulan
bahwa pemasaran jagung di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung
Selatan belum efisien. Mayoritas responden berada pada klasifikasi rendah
atau banyak responden tidak melakukan yang dianjurkan oleh penyuluh
pertanian. Tetapi ada beberapa kelompok tani yang ketua kelompoknya mau
mengkoordinir hasil panen anggotanya, kemudian mereka menjualnya pada
pabrik besar dengan harga yang lebih mahal dari pada menjual kepada
tengkulak.
Penelitian Irawan tahun 2005 menggunakan analisis margin, koefisien korelasi
harg dan elastisitas transmisi harga menghasilkan kesimpulan bahwa
pemasaran jagung di Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur
belum efisien hal ini dilihat dari perolehan margin pemasaran ditingkat petani
yang lebih rendah dibandingkan dengan perolehan margin pemasaran yang
diperoleh lembaga pemasaran yang lainnya. Petani menjual hasil usahataninya
ke pedagang kecil yang sebelumnya memberikan modal untuk usahataninya,
sehingga harga yang berlaku adalah harga yang ditentukan oleh pedagang
kecil.
Penelitian Remonaldi tahun 2009 menghasilkan kesimpulan bahwa saluran
pemasaran jagung di Kabupaten Tanggamus sebagian besar dari petani ke
pedang pengumpul atau gudang silo, hal tersebut ditujukan untuk menghemat
biaya pemasaran, selain itu hasil produksi yang dihasilkan petani relatif kecil
jagung. Selanjutnya pedagang kecil atau gudang silo tersebut langsung
menjual ke pedagang besar atau eksportir seperti PT. CPI (Caroen Phokhpan
Indonesia).
Penelitian Susanto pada tahun 2007 menghasilkan kesimpulan bahwa
pemasaran jagung di Kecamatan Ketapang belum efisien ditunjukkan dengan
nilai elastisitas transmisi harga yang masih di atas angka 1. Struktur pasar
jagung di Kecamatan Ketapang berada dalam kondisi tidak sempurna, nilai
koefisien korelasi harganya dibawah 1.
Penelitian Sadikin tahun 2000 menghasilkan kesimpulan bahwa harga jagung
di tingkat petani lebih rendah dibanding dengan harga sosial yang seharusnya
diterima, berkaitan dengan dua faktor klasik, yaitu (1) Lembaga pemasaran
output belum berfungsi efektif dan tidak transparan, sehingga rantai pemasaran
panjang dan biaya pemasaran tinggi, dan (2) Posisi tawar petani lemah
sehingga petani menjadi penerima harga yang masif dan sekaligus sangat ta'at
terhadap kemauan dan keputusan pedagang. Timpangnya distribusi
regionalitas intensifikasi jagung antara daerah Jawa dan luar Jawa,sebab
meskipun saat ini kontribusi produksi jagung luar Jawa terhadap produksi
C. Kerangka Pemikiran
Jagung merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat dan mempunyai
peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Lampung merupakan sentra
produksi Jagung ketiga di Indonesia setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Lampung Selatan merupakan salah satu sentra produksi jagung di Propinsi
Lampung.
Produksi dan produktivitas jagung di Provinsi Lampung menunjukkan
perkembangan yang cukup baik bahkan pada tahun 2008 lalu. Produksi jagung
Lampung dapat melebihi sasaran produksi yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah atau dinas terkait. Sementaraitu, dilihat dari segi konsumsi perusahan
pakan ternak yang merupakan konsumen terbesar jagung masih beroprasi di
bawah kapasitas optimumnya dan salah satunya disebabkan oleh kurangnyan
pasokan jagung sebagai bahan baku. Surplus dari produksi suatu komoditas
seharusnya diupayakan untuk memenuhi kebutuhan dalam wilayah tertentu,
terutama untuk industri yang berperan sebagai konsumen terbesar yang
menyerap komoditas tersebut. Terlebih lagi jika konsumen tersebut
merupakan salah satu mata rantai dalam kegiatan ekonomi dan sosial yang
sangat pokok. Seperti halnya industri pakan ternak yang berbahan baku
jagung, hasil dari kegiatan pakan ternak tersebut adalah menghasilkan
makanan untuk ternak. Apabila jumlahnya tidak tercukupi akan terjadi
kelangkaan pakan, yang mengakibatkan harga pakan naik, dan jika harga
pakan naik maka produksi daging ayam akan turun dan akhirnya berimbas
perlu dianalisis pola distribusi dan saluran pemasaran jagung untuk mengetahui
kemana saja aliran komoditas jagung di kabupaten Lampung Selatan.
Panjang pendeknya saluran pemasaran dan siapa saja yang terlibat dalam
saluran pemasaran menentukan bagaimana struktur pasar dan bagaimana
struktur pasar yang terbentuk berpengaruh pada pembentukan harga barang.
Tujuan dari usahatani jagung adalah memperoleh keuntungan yang maksimum
bagi petani sebagai pelaku utama usahatani. Finansial usaha tani lebih
dipengaruhi oleh harga jual yang diterima petani, sedangkan tingkat harga
yang diterima petani dipengaruhi oleh tingkat efisiensi pemasaran dari
komoditi yang dihasilkan.
Analisis margin pemasaran dan koefisien korelasi harga merupakan alat yang
saling mendukung dan sering digunakan untuk menentukan efisiensi suatu
pemasaran. Integrasi pasar dianalisis menggunakan elastisitas transmisi harga,
terutama untuk melihat perubahan harga produk di tingkat produsen yang
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Pola Distribusi dan Efisiensi Pemasaran Jagung di Kabupaten Lampung Selatan
Pola Distribusi ?
Jagung Dinamika jagung di Propinsi Lampung
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk tentang
variable yang akan diteliti dan sangat penting untuk dianalisis (data-data yang
berhubungan dengan tujuan penelitian). Batasan operasional disusun dengan tujuan
untuk membatasi ruang lingkup variabel yang digunakan serta untuk menghindari
penafsiran yang berbeda dari istilah yang digunakan dalam penelitian.
Distribusi yang dimaksud dalam penelitian adalah proses pemindahan suatu barang dari
suatu tempat ke tempat lain.
Pola distribusi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alokasi suatu komoditas
menurut kegunaan dan tempat.
Sistem pemasaran dalam penelitian ini ditinjau dari pendekatan serba lembaga
(institutional approach) yaitu pendekatan dari segi lembaga-lembaga atau organisasi yang
terkait dalam hal pemasaran jagung.
Saluran pemasaran adalah lembaga-lembaga yang digunakan untuk menyampaikan
komoditas jagung dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pembelian,
Petani produsen adalah petani jagung yang termasuk dalam sampel penelitian.
Pengangkut adalah orang yang melakukan pengaturan secara bersama-sama dalam
pengangkutan jagung.
Pedagang kecil adalah orang yang membeli jagung langsung dari petani produsen dan
berada di desa dan kecamatan.
Pedagang besar adalah orang yang membeli jagung dari agen atau pedagang kecil di
kabupaten.
Eksportir atau pedagang antar daerah adalah badan usaha yang melakukan pembelian
jagung dari pedagang besar maupun dari pedagang kecil kecil yang berada di daerahnya
dan menjual jagung ke luar daerah.
Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan, baik oleh petani maupun
pedagang untuk memasarkan jagung sampai ke konsumen akhir, meliputi biaya sortasi,
greeding, packging, pengangkutan, biaya penyimpanan, biaya penyusutan, dan
biaya-biaya lainnya dinyatakan dalam satuan rupih per kilogram (Rp/Kg).
Harga beli adalah harga yang dibayar oleh masing-masing lembaga pemasaran dan
konsumen untuk mendapatkan jagung, dinyatakan dalam satuan rupih per kilogram
(Rp/Kg).
Pasar dalam hal ini adalah suatu tempat (lokasi) dimana terjadi transaksi jual beli jagung
Pemasaran dalam hal ini adalah keragaan dari kegiatan yang meliputi penyampaian
jagung atau jasa-jasa yang diberikan dalam bisnis jagung.
Harga jual adalah harga yang berlaku untuk menjual jagung pada tiap lembaga
pemasaran dan konsumen akhir dinyatakan dalam satuan rupih per kilogram (Rp/Kg).
Volume pembelian adalah jumlah produksi yang dibeli oleh lembaga-lembaga
pemasaran, dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).
Volume penjualan adalah jumlah produksi yang dijual oleh petani maupun
lembaga-lembaga pemasaran, dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).
Konsumen akhir adalah lembaga pemasaran terakhir yang membeli jagung.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kabupaten Lampung Selatan tepatnya di Kecamatan Natar dan
Ketapang. Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan September--November
2009. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
mempertimbangkan bahwa Kabupaten Lampung Selatan merupakan sentra produksi
jagung kedua setelah Lampung Timur. Sedangkan Kecamatan Ketapang dan Natar
merupakan sentra produksi jagung di Kabupaten Lampung Selatan, dapat dilihat ditabel
27—29 pada lampiran.
Jumlah sample ditentukan atas pertimbangan jumlah populasi dari masing-masing desa.
589 petani jagung dari desa Ruguk Kecamatan Ketapang. Responden dipilih secara acak
(Sample Random Sampling) berjumlah 51 petani dengan total 1035 Petani jagung di
kedua kecamatan tersebut.
Penentuan jumlah sample mengacu pada Sugiarto (2003), dengan perhitungan sebagai
barikut:
NZ2 S2 n =
Nd2 + Z2S2
Keterangan:
n = Jumlah Sample
N = Jumlah anggota dalam populasi Z = Derajat kepercayaan (1.96) S2 = Varian sample (5%)
d = Derajat Penyimpangan ( 5%)
n = 1035 * (1.645)2 * 0.05 1035 * (0.05)2 + (1.645)2 * 0.05
n = 140,037= 51 2,723
Untuk sample setiap kelompok ditentukan proporsional dengan menggunakan rumus
Natsir (1988), yaitu:
ni = Ni * n N Keterangan:
ni = Jumlah sample Ni = Jumlah Anggota
N = Jumlah Anggota dalam Populasi n = Jumlah Sample secara keseluruhan
1035
Sample desa Ruguk = 589 * 51 = 29,0232 = 29 1035
Untuk lembaga pemasaran diambil lembaga pemasaran yang terlibat langsung dalam
pemasaran jagung di lokasi penelitian, menggunakan snowball sampling, cara
pengambilan sample dengan teknik ini dilakukan secara berantai. Mulai dari ukuran
yang terkecil makin lama makin besar. Dalam pelaksanaannya pertama-tama dilakukan
interview terhadap seorang responden petani, selanjutnya yang bersangkutan diminta
untuk menyebutkan calon responden berikutnya. Hal ini dilakukan sedemikian rupa
sehingga didapat suatu rantai pemasaran.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui observasi,
wawancara dan penyebaran angket atau kuisioner, sedangkan pengumpulan data
dilakukan dengan teknik sampling. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer didapat melalui hasil
wawancara langsung kepada responden berdasarkan atas daftar pertanyaan yang telah
disusun. Responden dalam penelitian ini adalah para petani, pedagang kecil, pedagang
besar, serta lembaga lain yang terlibat dalam saluran tataniaga jagung di Kabupaten
Lampung Selatan.
Data sekunder diperoleh dari lembaga terkait yang berhubungan dengan objek penelitian.
Statistik, website Departemen Perdagangan Indonesia, skripsi peneliti terdahulu, jurnal
penelitian dan literature yang berhubungan dengan topik penelitian.
Variabel yang diukur dalam penelitian ini meliputi: biaya produksi, jumlah produksi,
nilai penjualan, volume penjualan, harga jual, harga beli, volume pembelian, biaya
pemasaran, keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran, margin pemasaran, dan
lembaga pemasaran. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan pada pengkajian pola distribusi, saluran
pemasaran dan jenis konsumen, keuntungan petani, dan distribusi keuntungan. Analisis
kuantitatif digunakan untuk menganalisis margin pemasaran, korelasi harga dan
elastisitas transmisi harga.
D. Model Tahapan Analisis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis
statistic. Analisis deskriptif meliputi gambaran hasil pengamatan di lapangan untuk
melihat pola distrbusi, struktur pasar, distribusi jagung beserta lembaga-lembaga yang
terlibat. Analisis statistic digunakan untuk mengetahui efisiensi pemasaran yang
meliputi analisis margin pemasaran, koefisiensi harga dan elastisitas transmisi harga.
Kinerja pasar
a. Saluran pemasaran
Saluran pemasaran dianalisis secara deskriptif kualitatif, mulai dari tingkat produsen
jagung melalui lembaga-lembaga pemasaran hingga sampai pada konsumen. Selain itu
dilihat juga fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga
pemasaran jagung.
b. Analisis Margin Pemasaran
MP = Pr – Pf atau MP = ΣBi + ΣKi Keterangan:
MP = Margin pemasaran Pr = Harga tingkat pengecer Pf = Harga tingkat petani
ΣBi= Jumlah biaya yang dikeluarkan lembaga – lembaga pemasaran (B1,B2,B3…..Bn)
ΣKi= Jumlah keuntungan yang diperoleh lembaga-lembaga pemasaran (K1,K2,K3...Kn)
Rasio profit marjin (RPM), RPM =
i i
bt
c. Analisis Elastisitas Transmisi Harga
Elastisitas transmisi harga menggambarkan sejauh mana dampak perubahan harga suatu
barang disuatu tingkat pasar terhadap perubahan harga barang itu di tempat atau tingkat
pasar lainnya. (Hasyim 2003 dalam Setiawan 2010)
Rumus elastisitas Transmisi Harga:
Et = δPf x Pr δPr Pf
Karena harga ditingkat produsen (Pf) linear terhadap harga ditingkat konsumen (Pr) atau
secara matematis dituliskan sebagai berikut:
Keterangan:
Et = Elastisitas Transmisi harga
a = intersep (titik potong)
b = koeficien regresi atau slope
Pr = Harga rata-rata komoditas di tingkat konsumen
Pf = Harga rata-rata komoditas di tingkat petani
Criteria pengukuran yang digunakan pada analisis transmisi harga adalah (Hasyim,
1994):
1. Et = 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen sama dengan laju perubahan
harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku
pasar adalah bersaing sempurna, dan system tataniaga yang terjadi sudah efisien.
2. Et > 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih kecil dari pada laju
perubahan harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh
seluruh pelaku pasar adalah pasar tidak bersaing sempurna, yaitu terdapat kekuatan
monopoli atau oligopoly dalam system tataniaga tersebut sehingga system tataniaga
yang berlaku belum efisien.
3. Et < 1, berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih besar dari pada laju
perubahan harga di tingkat petani. Hal ini berarti bahwa pasar yang dihadapi oleh
seluruh pelaku pasar adalah pasar tidak bersaing sempurna, yaitu terdapat kekuatan
monopsoni atau oligopsoni dalam system tataniaga tersebut sehingga system tataniaga
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Kabupaten Lampung Selatan terbentuk pada tahun 1956 yang merupakan salah satu
Kabupaten di Propinsi Sumatra Selatan. Berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 4
tahun 1956 tentang Pembentukan daerah Kabupaten dalam lingkungan Daerah Propinsi
Sumatra Selatan sebanyak 14 kabupaten yang diantaranya adalah Kabupaten Lampung
Selatan. Saat ini Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu dari daerah tingkat
II yang ada di Propinsi Lampung. Secara administrative Kabupaten Lampung Selatan
terdiri dari 17 kecamatan dan salanjutnya terdiri dari 251 desa/ kelurahan (248 desa dan 3
kelurahan).
Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan kurang lebih 2.109,74km2,
dengan kantor pusat di Kota Kalianda yang merupakan ibukota Kabupaten Lampung
Selatan. Kabupaten Lampung Selatan mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan
Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur,
sebelah selatan dengan Selat Sunda, sebelah barat dengan Kabupaten Pesawaran
B. Kondisi Topografi dan Iklim
Kabupaten Lampung Selatan dilihat dari segi geologinya sebagian besar terdiri dari
batuan endesit, ditutupi turfazam, pegunungan vulkanis muda serta dataran alluvial
berawa-rawa dengan pohon bakau. Jenis tanah yang paling mendominasi di Kabupaten
Lampung Selatan adalah tanah latosol yang hampir menutupi seluruh wilayah barat dan
sebagian besar dari bagian tengah, tanah podsolid yang tersebar pada wilayah bagian
utara, tanah hidromorf yang tersebar pada wilayah bagian timur, serta tanah alluvial yang
tersebar pada wilayah pantai bagian timur Kabupaten Lampung Selatan.
Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak pada 105014’ -- 105045’ BT dan 5015’ --
60 LS, sehingga wilayah Kabupaten Lampung Selatan tergolong dalam wilayah tropis.
Kabupaten Lampung Selatan memiliki iklim tropis dengan 2 musim yaitu musim hujan
dan musim kemarau, dengan curah hujan rata-rata 161,8 mm/bulan dan rata-rata jumlah
hari hujan 13,1 hari/bulan. Rata-rata temperaturnya berselang antara 22,9oC--32,4oC,
dengan kelembaban relative
56,8--93,1% dan tekanan udara 936,2--1008,1 Nbs.
C. Keadaan Demografi Daerah
Penduduk Kabupaten Lampung Selatan dilihat dari perbandingan jeniskelamin penduduk
jumlah pria dan wanita tidak berbeda jauh, berdasarkan proyeksi tahun 2007 berjumlah
923.002 jiwa yang terdiri dari 478.786 jiwa laki-laki dan 444.216 perempuan.
Tabel 6. Penyebaran jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan menurut Jenis Kelamin Tahun 2007
No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Laki-laki 478.786 51,87
2 Perempuan 444.216 48,13
3 Total 923.002 100,00
Sumber: Lampung Selatan Dalam Angka 2008
Table diatas menggambarkan perbandingan yang tidak berbeda jauh antara penduduk
pria dan wanita, jumlah penduduk pria lebih banyak dengan selisih 34.570 jiwa atau
sekitar 2.64 persen dari keseluruhan penduduk di Kabupaten Lampung Selatan.
Matapencaharian yang dilakukan oleh penduduk di Kabupaten Lampung Selatan
umumnya bervariasi, lebih dari 50 persen penduduk didominasi dengan matapencaharian
bidang hasil bumi seperti pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan. Sebagian
penduduk juga sudah mulai menjamah kegiatan perdagangan dan industri pengolahan
yang turut mendorong kemajuan ekonomi daerah. Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel
11,
Tabel 7. Sebaran mata pencaharian penduduk di Kabupaten Lampung Selatan
No Mata pencaharian Jumlah
(jiwa)
Persentase (%) 1 Pertanian, kehutanan,perburuan dan perikanan 339.290 59,52
2 Industri Pengolahan 54.829 9,62
3 Perdagangan 80.529 14,13
4 Jasa 35.917 6,30
5 Lainnya 59.492 10,44
total 570.057 100,00
Tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di Kabupaten Lampung
Selatan banyak memanfaatkan kegiatan berkenaan dengan hasil alam yang sudah
diturun-temurunkan dari nenek moyang, dan juga merupakan penompang bagi kegiatan
lainnya. Usaha perniagaan sepertinya sudah dilirik dan ditekuni hampir seperempat
penduduk di Kabupaten Lampung Selatan, sebagian penduduk sudah memulai untuk
mengembangkan industri pengolahan guna menampung berbagai hasil bumi
masyarakatnya, kemudian jasa dan jenis pekerjaan yang lainya.
D. Sarana dan Prasaran
Kesediaan sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan
dalam mendukung kegiatan dan aktifitas penduduk, keadaan sarana dan sarana yang
dimiliki sangat berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan kegiatan penduduk
khususnya pertanian, selain itu keadaan sarana dan prasarana menunjukkan tingkat
kesejahteraan dan keadaan ekonomi masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan.
Kondisi Kabupaten Lampung Selatan yang sangat mendukung dilihat dari sarana dan
prasarana diantaranya adalah wilayahnya yang dilewati dua jalur jalan lintas Sumatera
(tengah dan timur), terdapat bandar udara (Branti), termasuk kawasan industri (Tanjung
bintang) serta terdapat pelabuhan penyeberangan Bakauheni yang berperan sebagai salah
satu pintu penghubung Pulau Sumatra dan Pulau Jawa. Jarak pelabuhan Bakauheni ke
pelabuhan Merak yang berada di Pulau Jawa yaitu + 30 km, dengan waktu tempuh kapal
Hal ini menunjukkan potensi besar dalam perdagangan di Kabupaten Lampung Selatan
karena wilayahnya berdekatan dengan Pulau Jawa khususnya Jakarta, kota tersebut
merupakan pusat perkembangan industri. Intensitas permintaan berbagai jenis barang di
daerah tersebut cukup tinggi. Sarana dan prasarana yang ada di Kabupaten Lampung
Selatan khususnya jalan dan angkutan sudah memadai, sebagaimana dapat dilihat pada
Table 12,
Tabel 8. Sarana Jalan dan Angkutan di Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan jenis permukaan tahun 2007 Sumber: Lampung Selatan Dalam Angka 2008
Table diatas menunjukkan sarana dan prasarana berbentuk jalan dan angkutan di
Kabupaten Lampung Selatan sudah memadai, sebagian besar jalan negara dan jalan
propinsi sudah diaspal. Jalan kabupaten sebagian besar juga sudah diaspal hanya
beberapa yang masih kerikil dan tanah yaitu sekitar kurang lebih 30persen. Keadaan
tersebut menandakan bahwa kondisi jalan untuk perhubungan dan distribusi barang
Sarana dan prasarana lain diantaranya adalah silo jagung. Silo jagung yang dimaksud
adalah silo jagung yang dikelola oleh beberapa gapoktan yang merupakan salah satu
usaha pengembangan dan perbaikan penanganan pascapanen serta pemasaran jagung
dilakukan melalui pengembangan alat pengering dan silo di setiap sentra produksi
jagung. Pengembangan silo jagung diarahkan untuk mewujudkan sistem usaha
agroindustri yang terpadu dengan gapoktan yang berperan sebagai pemasok jagung
pipilan kering bermutu kepada industri pakan ternak atau pasar. Keberadaan silo jagung
ditujukan untuk menampung hasil panen anggota kelompoknya meningkatkan mutu serta
memperkuat posisi di pasar. Silo jagung di Propinsi Lampung sudah dikembangkan di
beberapa daerah sentra produksi jagung dan salah satunya berada di Kabupaten Lampung
Selatan.
Tabel 9. Pengembangan silo jagung di Propinsi Lampung Tahun 2007
No. Kabupaten Kecamatan Desa Jumlah
(unit)
Pelaksana (Gapoktan)
1 Lampung Selatan Ketapang Sumur 1 Sri Merta
2 Lampung Timur Bandar Sribhawono Bandar Agung 1 Harapan Jaya
3 Lampung Tengah Bandar Mataram Terbanggi Ilir 1 Sumber Tani
4 Tanggamus Sukoharjo Panggung Rejo 1 Maju Lestari
Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Propinsi Lampun g, 2007
Keberadaan silo jagung memberikan keuntungkan lebih bagi petani terutama dalam
kegiatan pemasaran, sehingga petani jagung di daerah tersebut memiliki alternatif lebih
banyak dalam memasarkan jagung, serta memperoleh kesempatan lebih untuk
Sarana lain yang juga penting adalah keberadaan koperasi sebagai lembaga penunjang
dalam kegiatan permodalan dan pengadaan barang. Keberadaan koperasi dapat
mendukung kelancaran perekonomian suatu daerah. Koperasi merupakan salah satu
lembaga yang disarankan dikembangkan oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan anggotanya. Koperasi terdiri dari beberapa jenis koprasi
yang dibedakan berdarkan fungsi dan kegunaanya, seperti pada tabel berikut.
Tabel 10. Perkembangan Koperasi menurut jenisnya di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2007-2008
Tabel diatas menunjukkan keberadaan koperasi di Kabupaten Lampung Selatan yang
tergolong lengkap jenisnya dan banyak jumlahnya, sehingga dapat dikatakan mampu
mendukung kelancaran perekonomian daerah Kabupaten Lampung Selatan. Koperasi
yang paling dekat dengan petani diantaranya adalah koperasi unit desa, koperasi
pertanian serta koperasi simpan pinjam yang dapat membantu mereka yang bermasalah
dalam permodalan dan pemasaran pada kegiatan pertanian.
E. Kondisi Umum Perdagangan dan Perindustrian
Kondisi perdagangan dan perindustrian di Kabupaten Lampung Selatan ditandai dengan
adanya aktifitas beberapa lembaga pemasaran dan industri. Lembaga pemasaran yang
dimaksud antara lain adalah para pedagang pada berbagai tingkatan dan kategori,
diantaranya:
1. pedagang kecil, mereka yang mengumpulkan hasil usahatani petani dari
daerahnya atau beberapa desa yang lokasinya tidak jauh dari desanya, yang
kemudian dijual kepada pedagang yang lebih besar.
2. pedagang besar, mereka melakukan pembelian atau pencarian jagung lebih dari
berbagai kecamatan bahkan sampai keluar kabupaten, sifatnya continue.
3. pedagang antar daerah, mereka melakukan pembelian dari beberapa tempat di
propinsi Lampung, kemudian melakukan beberapa perlakuan seperti pengopenan
untuk memperoleh jagung dengan mutu yang baik dan memperpanjang daya
simpannya. Jagung yang telah dikumpulkan dijual ke beberapa konsumen
Kondisi perindustrian di Kabupaten Lampung Selatan ditandai dengan aktivitas beberapa
industri. Kemajuan di bidang industri membawa dampak pada perbaikan ekonomi
dilihat dari semakin terbukanya lapangan pekerjaan dan terserapnya hasil bumi.
Beberapa industri merupakan konsumen dari beberapa komoditas pertanian, yang berarti
semakin terjaminya pasar untuk produk pertanian. Kondisi industri menengah dan besar
di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada tabel berikut,
Tabel 11. Industri Menengah dan Besar di Kabupten Lampung Selatan 2008
Tabel 11. Lanjutan
No Jenis Usaha Jumlah
Usaha
Kapasitan Produksi
Satuan
34 Industri sabun deterjen 1 100 Ton
35 Lampung post 1 1440000 Eksemplar
36 Pengeringan jagung 4 8000 Ton
37 Peleburan accu 1 300 Ton
38 Carbon aktif 1 2500 Ton
39 Reparasi kapal 1 1200 Unit
40 Kerupuk 1 100 Ton
41 Briket batu bara 1 12000 Ton
jumlah 65 35464146
Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan UKM Kab. Lampung Selatan. Lampung Selatan Dalam Angka Tahun 2009. BPS
Industri menengah dan besar pada tabel diatas menunjukkan aktivitas dari kegiatan
perindustrian di Kabupaten Lampung Selatan. Beberapa industri merupakan konsumen
dari hasil pertanian, diantaranya jagung. Industri pengolahan jagung yang ada di
kabupaten Lampung Selatan sudah beragam dan mulai berkembang diantaranya industri
pakan ternak dan pakan udang berskala menengah, pengeringan jagung dan sortasi
jagung.
F. Kebijaksanaan Pertanian
Kebijakan pemerintah tentang jagung diantaranya adalah berbagai kebijakan dalam
upaya peningkatan produksi dan produktifitas tanaman, seperti pemberian bantuan dan
penyuluhan. Sementara dibidang pemasaranya salah satunya adalah penetapan Harga
Minimum Regional (HMR) jagung di Propinsi Lampung yaitu 1600/kg pada kadar air
40% dengan SK No6/186/III.09/HK/09. Penetapan HMR ini berdasarkan kesepakatan
bersama industri pakan ternak dan petani jagung di Lampung pada rapat Koordinasi
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum
1. Karakteristik Petani a. Umur Petani
Umur dapat mempengaruhi aktivitas dan produktifitas. Rata-rata petani yang menjadi
responden berusia 35—54 tahun. Usia tersebut tergolong usia cukup produktif dimana
pada usia tersebut petani masih dapat melakukan kegiatan usahatani dengan maksimal,
distribusi umur petani didaerah penellitian, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut,
Tabel 12. Sebaran umur petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan
No Golongan umur (th) Jumlah (orang) Persentase (%)
1 5--19 0 0.00
2 20--34 14 27.45
3 35--54 34 66.67
4 >54 3 5.88
Rata-rata 40.73 - -
Jumlah 51 100.00
tabel diatas menunjukkan bahwa petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan tergolong
usia produktif dengan persentase usia produktif 66.67 persen dari keseluruhan responden
petani jagung, sehingga diharapkan hasil usahatani yang dilakukan merupakan hasil yang
maksimum. Rata-rata usia petani jagung adalah 40.73 tahun yang masih tergolong dalam
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi kreatifitas dan kemampuan sumberdaya manusia
dalam menerima inovasi. Bagi petani dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi lebih
mudah menerima inovasi sedangkan petani dengan tingkat pendidikan rendah cenderung
introvert.
Tabel 13. Sebaran tingkat pendidikan petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan
No Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 SD 39 76.47
2 SMP 7 13.73
3 SMA 1 1.96
4 Diploma/ Sarjana 4 7.84
Jumlah 51 100.00
Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata memiliki pendidikan terakhir yang dimiliki
petani adalah SD dengan presentasi 76.47 persen dari keseluruhan responden petani yang
diteliti, sehingga sebagian besar petani memiliki tingkat pendidika yang masih rendah
serta termasuk kaku dengan inovasi dan hanya mengandalkan pengalaman usahatani
yang diturunkan oleh orang tuanya.
c. Jumlah Tanggungan Keluarga
Semakin banyak anggota keluarga maka semakin tinggi pengeluaran rumah tangga.
Petani jagung di Kabupaten Lampung Selatan didominasi dengan petani yang memiliki
jumlah tanggungan keluarga yang sedikit yaitu kurang dari sama dengan tiga, keluarga
yang dimaksud adalah keluarga kecil atau mereka yang anak-anaknya sudah mapan atau