• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA (Studi Kasus di Wilayah Hukum Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA (Studi Kasus di Wilayah Hukum Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur)"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA CURANMOR RODA DUA

(Studi Kasus Di Wilayah Hukum Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur) Oleh

Heppy Surlaini

Negara Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang selalu bergelut dengan masalah keamanan dan pembangunan dalam usahanya untuk mencapai tujuan nasional yaitu kesejahteraan, keadilan serta kemakmuran yang merata, dan berkeprikemanusiaan disertai keamanan, ketertiban masyarakat (KAMTIBMAS) yang merupakan syarat mutlak bagi pembangunan nasional. Oleh karena itu agar pembangunan nasional dapat berjalan aman, tertib, dan lancar maka dibutuhkan ketahanan nasional.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apa saja upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk menekan angka kejahatan tindak pidana curanmor di wilayah hukum Polsek Way Jepara. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menggunakan metode observasi, sumber pustaka dan studi dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa semua upaya yang telah dilakukan oleh pihak kepolisian mempu menekan angka kejahatan tindak pidana curanmor roda dua dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat untuk lebih waspada akan kejahatan tindak pidana curanmor yang marak terjadi di wilayah hukum Polsek Way Jepara.

(2)

ABSTRACT

THE POLICE EFFORTS IN OVERCOMING MOTORBIKE THEFT CRIME

(A Case Study in Way Jepara Local Police Legal Area of North Lampung District)

By Heppy Surlaini

Indonesia is a developing country struggling with development and security problems in its nation objectives to realize welfare, justice, evenly distributed wealth, humanity, and social order is one of absolute requirements for the national development. In order national development to run smoothly, securely, and orderly, it needs national endurance.

The objective of this research was to find out efforts conducted by police to reduce motorbike theft crimes in legal area of Way Jepara local police. This was a qualitative research. Data were collected with observation, literary study and documentation.

The results showed that all efforts had been conducted by local police were able to reduce motor bike theft crimes and providing knowledge to public to be more watchful of motor bike theft crimes often occurred in legal area of Way Jepara local police.

(3)

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA

(Studi Kasus Di Wilayah Hukum Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur)

Oleh

HEPPY SURLAINI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada

Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kecamatan Jabung Kabupaten

Lampung Timur Pada 9 Januari 1993. Anak pertama dari tiga

bersaudara sebagai buah kasih dari pasangan Aiptu Tasran

Tetap dan Tuminah.

Jenjang akademis penulis di mulai dengan menyelesaikan taman

kanak-kanak pada TK Al-Muslimin Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung

Timur Pada Tahun 1997-1998, Sekolah Dasar Negri 1 Labuhan Ratu Dua

Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2004,

Sekolah Menegah Pertama Negri 1 Kecamatan Way Jepara Kabupaten

Lampung Timur pada tahun 2007, Sekolah Menengah Atas Teladan

Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur pada tahun 20110

Pada tahun 2010 penulis terdaftar ebagai mahasiswi S1 FISIP jurusan

Sosiologi. Selama menempuh studi di Universitas Lampung, Pada Tanggal

17 Januari 2013 penulis pernh menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di

Desa Labuhan Ratu Delapan, Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten

(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil alamin hanya Kepada Mu lah Ya Allah Kupanjatkan puji syukur…

Ku persembahkan karya kecil terindah yang sangat kubanggakan ini sebagai wujud ucapan rasa cinta, bakti, kasih dan sayang kepada :

PAPA dan MAMA

Terimakasih atas setiap doa, perhatiannya dan kasih Sayang, atas setiap tetesan keringat, atas setiap air mata yang jatuh, terimakasih papa n mama atas segala bimbingan dan pengorbanan nya selama ini

semoga kelak doa mu memberikan jalan kesuksesan untuk anak-anak mu

Adik-Adik Tersayang

Trimakasih sudah menjadi motivasi dan semangat buat ku

Seluruh keluarga ku, Jagoan Ku dan seseorang pria yang menjadi pendamping hidupku selamanya

Serta

(9)

Moto

Ikutilah Diriku Bila Aku Maju, Doronglah Diriku Bila Aku Berhenti, Dan Berilah Aku Inspirasi Bila Aku Jatuh

(Robert cushing)

Maknai Ada Sebelum Tiada Jika Tiba Masa Tiada Segala Sesal Tiada Berguna

(Caesar)

Setiap manusia pasti memiliki kesalahan dan dosa

Namun ada upaya bagaimana cara untuk menebus kesalahan dan dosa Tersebut

(Heppy Surlaini)

Pohon yang Kokoh tidak Tumbu Seketika,

Tetapi Batang Pohon Itu Menguat Seiring Dengan Kekuatannya Menghadapi Terpaan Angin

(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, saya panjatkan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya saya selaku penulis dapat menyelesaikan skripsi yang telah lama dinanti. Skripsi dengan judul “Upaya Kepolisian Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Roda Dua” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis merasa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki penulis. Tapi penulis berharap skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Suwarno, M.H selaku pembimbing utama yang tidak pernah bosan memberikan nasehat dan bimbingannya selama masa perkuliahan serta petunjuk, saran dam motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Pairul Syah, M.H selaku pembahas dosen yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen FISIP Unila yang telah membekali ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan.

(11)

7. Kedua orang tuaku tercinta, terima kasih untuk Mama dan Papa yang selalu memberikan semangat dan doanya untukku. Terima kasih untuk semua kasih sayang yang telah kalian berikan padaku.

8. Untuk adik-adik ku Firman Renaldi dan Anderwan Pamuncar yang selalu menyemangati agar ayuk tercintanya cepet wisuda.

9. Trimakasih buat Irhamsyah, Prabu, Nakula dan Sadewa. Kalian lah jagoan-jagoan yang selalu menemani ku saat penelitian hingga penelitian ini selesai.

10.Untuk sahabat-sahabat ku yang dari awal kuliah sampai sekarang atau pun yang akan dating selalu bersama-sama ya makasih buat Cole-Cole gila : Putri Deba, Yesy Aprianti, Sakin, Welly Lestari, Yeti Andriani. Makasih atas perteman kita selama ini kita terkadang susah senang bahkan nangis bersama. Buat Echa Apriani yang sering galau, mbak kost yang sering aku bentak dan marahin tapi tetep aja sabar masakin buat sarapan tiap pagi.

11.Buat motor Mio J BE 4779 NL “Si Putih” Yang selalu menemani kemana saja perjalanan ku.

12.Terimakasih untuk anggota Polsek Way Jepara dan informan lainnya yang telah memberikan informasi untuk penelitian selama ini.

13.Untuk semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah dapat membalasnya, Amiin.

Bandar Lampung, Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Abstrak ……… i

Daftar Isi……….. ii

Daftar Tabel………. iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….. 1

B. Rumusan Masalah………. 7

C. Tujuan Penelitian……….. 7

D. Kegunaan Penelitian…….……… 8

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Pengertian Kepolisian………. 9

B. Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia………. 10

C. Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia………. 14

D. Pengertian Sepeda Motor………. 18

E. Pengertian Tindak Pidana Pencurian……… 20

F. Tindak Pidana Kejahatan Curanmor……… 22

G. Usaha – Usaha Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan…………. 26

H. Kerangka Pikir……….. 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian……… 29

B. Fokus Penelitian………. 30

(13)

D. Lokasi Penelitian……… 32

E. Sumber Data……… 32

F. Teknik Pengumpulan Data……….. 33

G.Teknik Analisa Data……… 34

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Polsek Way Jepara……….. 36

B. Wilayah Kerja Polsek Way Jepara………. 37

C. Motto Dan Visi Misi Polsek Way Jepara……….. 39

D. Fungsi Dan Tugas Polsek Way Jepara………. 40

E.Gambaran Umum, Struktur Tugas Polsek Way Jepara……….. 43

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……… 55

1. Identitas Informan……… 55

2. Upaya Kepolisan Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Curanmor Roda Dua………... 58

3. Kendala Kepolisian Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Curanmor Pidana Curanmor………... 66

B. Pembahasan………. 69

1. Upaya Yang Dilakaukan Pihak Kepolisian Polsek Way Jepara Saat Berpatroli dan Memberikan Penyuluhan Tentang Kamtibmas Kepada Masyarakat………. 69 2. Kendala – Kendala Pihak Kepolisian Dalam Penanggulngan Tindak

(14)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……….. 77

B. Saran……… 78

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Bulanan Tindak Pidana Curanmor di Wilayah Hukum Polsek Way Jepara Lampung Timur Tahun 2013………... 6 Tabel 2. Daftar Nama Desa Yang Berada di Wilayah Hukum Polsek Way Jepara Lampung

Timur………... 38 Tabel 3. Jumlah Anggota di Polsek Way Jepara Lampung Timur Berdasarkan

Fungsional………. 46

Tabel 4. Jumlah Anggota di Polsek Way Jepara Lampung Timur Sesuai Dengan Pendidikan Terakhir………... 47 Tabel 5. Jumlah Anggota di Polsek Way Jepara Lampung Timur Yang Mendapatkan

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang selalu bergelut dengan masalah keamanan dan pembangunan dalam usahanya untuk mencapai tujuan nasional yaitu kesejahteraan, keadilan serta kemakmuran yang merata, dan berkeprikemanusiaan disertai keamanan, ketertiban masyarakat (KAMTIBMAS) yang merupakan syarat mutlak bagi pembangunan nasional. Oleh karena itu agar pembangunan nasional dapat berjalan aman, tertib, dan lancar maka dibutuhkan ketahanan nasional.

(17)

masalah urbanisasi di mana masyarakat desa banyak datang ke kota, kemudian juga menyebabkan banyak orang kesulitan mencari tempat tinggal yang dapat menimbulkan kesenjangan sosial, di mana terdapat jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, adanya hasrat si miskin untuk meniru atau memiliki apa yang dimiliki si kaya. Dengan terjadinya hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kejahatan terjadi bukan hanya keinginan untuk berbuat jahat, tetapi kejahatan terutama terjadi karena desakan hidup yang semakin sulit.

Kasus kejahatan yang terjadi pada masyarakat saat ini sangat beragam jenisnya. Kasus kejahatan konvensional yang menjadi gangguan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat antara lain pembunuhan, pencurian dengan kekerasan, pencurian dengan pemberatan, pencurian kendaraan bermotor, kebakaran, pemerkosaan, pemerasan, penyalah gunaan narkotika, kenakalan remaja, dan judi. Namun kejahatan yang sangat meresahkan masyarakat adalah kejahatan curanmor.

(18)

Kejahatan pencurian adalah tindakan melawan hukum pidana karena perbuatannya telah merugikan orang lain seperti yang di atur di dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana bab XXII tentang pencurian). Sanksi dari perbuatan pencurian tersebut adalah berupa hukuman penjara.

Mengenai pengertian kejahatan R.Soesilo (1985 : 11)memberikan definisi kejahatan dari dua sudut pandang, yaitu :

a. Pengertian secara yuridis, kejahatan adalah semua perbuatan manusia yang memenuhi perumusan ketentuan-ketentuan yang disebutkan dalam KUHP. b. Pengertian secara sosiologis, kejahatan adalah perbutan atau tingkah laku yang

selain merugikan si penderita, juga sangat merugikan masyarakat yaitu hilangnya keseimbangan, ketentraman, dan ketertiban.

Sedangkan Paul Moekdikdo (Soedjono, 1975:5) memberikan definisi tentang kejahatan :

Kejahatan adalah pelanggaran hukum yang ditafsirkan atau patut ditafsirkan sebagai perbuatan yang sangat merugikan, menjengkelkan dan tidak boleh dibiarkan atau harus di tolak.

Selain itu kejahatan disebabkan oleh beberapa faktor, pada umumnya faktor kejahatan menurut Bawenang (1996:32) adalah :

a. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pribadi dan tingkah laku seseorang. Seseorang yang dilahirkan di lingkungan penjahat, perampok, penododng, prostitusi dan lingkungan kejahatan lainnya cenderung mudah untuk meniru sifat dan sikap masyarakat yang ada di lingkungan tersebut. b. Faktor Ekonomi

(19)

menjadi kebutuhan sebagian besar masyarakat kita akan semakin sulit untuk dipenuhi. Terdesak untuk memenuhi kebutuhan hidup, banyak orang mengambil jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan melakukan suatu kejahatan termasuk curanmor.

c. Faktor Pendidikan dan Lowongan Kerja

Pendidikan dan juga keterampilan yang dimiliki seseorang memiliki peranan penting supaya seseorang memperoleh penghidupan dan pekerjaan yang layak. Seseorang yang mendapatkan pendidikan yang layak akan berpikir ratusan kali untuk melakukan suatu kejahatan.

Sedangkan menurut Separovic (Weda, 1996:76) mengemukakan, bahwa faktor lain dari kejahatan adalah :

a. Faktor personal, termasuk di dalamnya faktor biologis (umur, jenis kelamin, keadaan mental dan lain-lain) dan psikologis (agresivitas, kecerobohan, dan keteransingan)

b. Faktor situasional, seperti situasi konflik, faktor tempat dan waktu.

Namun menurut Gosita (2004:143) faktor terjadinya kejahatan yaitu :

a. Kejahatan itu disebabkan karena pengaruh yang terdapat di luar diri pelaku. b. Kejahatan disebabkan akibat bakat jahat yang terdapat di dalam diri pelaku. c. Kejahatan itu disebabkan baik karena pengaruh di luar pelaku maupun karena

sifat atau bakat si pelaku.

(20)

Kejahatan tindak pidana curanmor tersebut sangat memprihatinkan bagi penduduk Kabupaten Lampung Timur sendiri, dikarenakan kasus kejahatan tersebut banyak terjadi di wilayah Lampung Timur khususnya wilayah hukum Polsek Way Jepara. Akhir-akhir ini di Kabupaten Lampung Timur terdapat kecenderungan meningkatnya kasus kejahatan terhadap pencurian kendaraan bermotor. Selain melukai korban kejahatannya, pelaku juga tega untuk menghilangkan nyawa orang lain.

(21)

Tabel.1 Data Bulanan Tindak Pidana Curanmor di Wilayah Hukum Polsek Way Jepara

Sumber : Data dokumentasi Polsek Way Jepara, 2013

Dari tabel.1 di atas terlihat bahwa peningkatan tindak pidana curanmor terjadi pada bulan Juli, hal ini dikarenakan pada bulan Juli memasuki bulan suci Ramadhan dan juga tahun ajaran baru. Dengan demikian banyak kebutuhan yang harus di penuhi sehingga tidak menutup kemungkinan tindak pidana curanmor sangat mengalami peningkatan.

Keadaan ini sangat memprihatinkan, mengingat terjadinya keresahan dalam masyarakat sebagai korban kejahataan pencurian kendaraan bermotor. Masyarakat yang menjadi korban kejahatan akan mempertanyakan kinerja aparat keamanan dalam hal ini pihak kepolisian dalam menjalankan tugasnya mencegah kejahatan pencurian kendaraan bermotor.

(22)

leluasa dan berani serta modus kejahatan yang semakin canggih dalam melakukan tindakan pencurian kendaraan bermotor. Maka perlu dilakukannya tindakan baik secara preventif, pre-emtif maupun represif dari pihak kepolisian dalam menganggulangi kejahatan pencurian kendaraan bermotor, sehingga penulis memilih judul dalam penulisan skripsi ini mengenai Upaya Kepolisian Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Curanmor di Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimankah Upaya Kepolisian Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Kendaraan Bermotor (Curanmor).

b. Apakah faktor yang menjadi kendala pihak kepolisian dalam menanggulangi Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor (Curanmor).

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

(23)

b. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor yang menjadi kendala pihak kepolisian dalam upaya penanggulangan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor (Curanmor).

D. Kegunaan Penelitian

a. Secara praktis, sebagai bahan masukan bagi masyarakat pada umumnya dan bagi para penegak hukum pada khususnya untuk dapat mengambil langkah-langkah dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kasus curanmor serta mengetahui apa kendala- kendala pihak kepolisian dalam menanggulangi kasus curanmor.

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kepolisian

Kepolisian adalah alat negara yang berperan memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri (Markus Gunawan dan Endang Kesuma Astuti 2009 : 1).

Menurut Pudi Rahardi (2007 : 56) Kepolisian adalah organ pemerintah yang ditetapkan sebagai suatu lembaga yang diberikan kewenangan menjalankan fungsinya berdasarkan peraturan perundang- undangan. Jadi, apabila kita membicarakan persoalan kepolisian berarti berbicara tentang fungsi dan lembaga kepolisian.

(25)

Sedangkan Bill Drews dan Gerhard Wack (Momo Kelana, 1994:16) mengemukakan bahwa istilah “polisi” dapat di pergunakan dari arti formal maupun dalam arti

material. Istilah “polisi” dalam arti formal mencakup penjelasan tentang organisasi dan kedudukan instansi kepolisian, sedangkan “polisi” dalam arti material

memberikan jawaban terhadap persoalan tugas dan wewenang dalam rangka menghadapi bahaya gangguan keamanan dan ketertiban, baik dalam rangka wewenang kepolisian umum, maupun melalui ketentun-ketentuan yang diatur dalam peraturan atau Undang-Undang Kepolisian secara khusus. Jadi, istilah polisi dapat diartikan sebagai tugas, organ jabatan, dan ilmu pengetahuan polisi.

B. Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia

Polri adalah aparatur penegak hukum yang berlangsung berhadapan dengan masyarakat, yang memiliki perbedaan yang khas bidang tugasnya di banding unsur Sistem Peradilan Pidana lainya. Satjipto Rahardjo dan Anton Tabah (1993:79) mengemukakan “tidak mudah bagi kita sekarang ini untuk merumuskan secara rinci tentang apa yang dikerjakan oleh polisi. Apabila kita dengar tuntutan masyarakat, maka sepertinya polisi di tuntut untuk menjadi seorang birokrat yang berkualitas “superman”. Rintangan tugas yang membentang dari pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan otot seperti memburu atau membekuk penjahat, sampai ke pekerjaan yang membutuhkan tidak hanya otak tetapi juga hati, seperti mendamaikan perselisihan dalam rumah tangga”.

(26)

Sebagian besar dari birokrasi Sistem Peradilan Pidana, polisi tidak mempunyai pilihan lain kecuali menjalakan politik yang telah diputuskan pemerintah. Sebagai bagian dari birokrasi yang demikian itu, polisi juga harus bergerak pada jalur yang ditentukan. Tindakan polisi diikat oleh prosedur dan pada akhirnya juga polisi juga harus bisa mempertanggung jawabkan tindakan-tindakan yang diambilnya (Markus Gunawan dan Endang Kesuma Astuti 2009 : 47).

Sementara itu (Soerjono Soekamto, 1981 : 16) mengemukakan: “petugas penegak hukum mencakup ruang lingkup yang sangat luas, oleh karena menyangkut petugas-petugas pada strata atas, menengah, dan ke bawah. Yang jelas adalah bahwa di dalam menjalankan tugas-tugasnya, maka petugas seyogianya harus mempunyai suatu pedoman, antara lain pengaturan tertulis tertentu yang mencakup ruang tugas-tugasnya”.

Sehubungan dengan metode pelaksaan tugas polisi, maka tugas polisi dapat dilaksanakan sesudah terjadinya pelanggaran atau sebelum terjadinya pelanggaran. Yang pertama dikenal sebagai tindakan polisi represif adalah mencari keterangan, menyidik, menyelidiki, dan melacak tindak pidana yang terjadi. Tindakan ini meliputi dua lapangan, yaitu:

a. Justitiel yaitu mencari dan menyelidiki suatu tindak pidana, menangkap

pelakunya guna diajukan ke pengaadilan.

b. Bestuurlijk yaitu mencari dan menyelidiki hal-hal yang tidak langsung dapat

(27)

Adapun prefentif adalah mencegah terjadinya hal-hal yang mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat (umum). Tindakan ini meliputi dua lapangan, yaitu:

a. Justitiel, mencegah secara langsung terjadinya perbuatan-perbuatan yang menimbulkan tindak pidana.

b. Bestuurlijk, atau disebut juga prefentif tindak langsung, yaitu mencegah secara tidak langsung hal-hal yang akan dapat menimbulkan tindak pidana.

Membahas tugas pokok dan wewenang Polri tidak lepas dari membicarakan tentang peran penegakan hukum, penerapan hukum merupakan suatu istilah yang lazim diterima sebagai penerangan undang-undang. Di dalam penegakan hukum, khususnya hukum pidana yang dilakukan oleh Polri selalu berhubungan dengan tugas pokok Polri selaku aparat penegak hukum dan inti pembinaan KAMTIBMAS, sebagaimana tercantumpada Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menyatakan sebagai berikut.

Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah : a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

b. Menegakkan hukum, dan

(28)

Kemudian dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia juga disebutkan tugas pokok dari Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu:

1. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :

1) Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan perintah sesuai kebutuhan;

2) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas jalan;

3) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat , kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

4) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

5) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

6) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

7) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;

(29)

9) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia; 10)Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum

ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

11)Memberi pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang tugas dan pembinaan hukum masyarakat Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Di bidang penegakan hukum secara khusus kepolisian bertugas melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan perturan perundang-undangan.

C. Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia

Wewenang polisi yang dinyatakan dalam Pasal 30 ayat 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Penyelenggaraan Pertahanan Keamanan Negara antara lain :

(30)

keamanan lainnya membina ketentraman masyarakat dalam wilayah Negara guna mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat;

2. Melaksanakan tugas kepolisian selaku pengayom dalam memberikan perlindungan dan layanan bagi masyarakat bagi tegaknya ketentuan peraturan perundang-undangan;

3. Membimbing masyarakat bagi terciptanya kondisi yang menunjang terselenggaranya usaha dan kegiatan sebagaimana yang dimaksud ayat 4 Pasal ini.

Wewenang penyidik dari pejabat kepolisian Negara dalam undang- undang Hukum Acara Pidana pasal 7 adalah ;

1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;

2. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian perkara (TKP); 3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan menerima tanda pengenal diri

tersangka;

4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan; 5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

6. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; 8. Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannnya dengan

pemeriksaan perkara;

(31)

10.Mengadakan tindakan lain menurut yang bertanggungjawab.

Penggunaan wewenang Polri, (Yesmil Anwar dan Andang,2009 : 152) harus berdasarkan pada :

1. Azas Legalitas

Legal berarti sah menurut Undang-undang, Azas Legalitas ialah azas dimana setiap tindakan polisi harus didasarkan kepada undang-undang/peraturan perundang-undangan yang tertulis dan jika tidak mendasarkan kepada peraturan tertulis tersebut maka tindakan polisi tidak sah atau melawan hukum yang berlaku.Legalitas artinya sesuai dengan hukum.Sesuai dengan arti tersebut sebenarnya terkandung dalam dua maksut yaitu hukum yang tertulis dan hukum yang tidak tertulis, tetapi penganut aliran ini membatasi pada hukum yang tertulis saja. Ini kaitanya dengan usaha manusia dalam mendapatkan kepastian dan rasa kepastian sebagai salah satu kebutuhan pokoknya, tentang apa yang boleh dengan apa yang tidak boleh dilakukan dalam masyarakat.

2. Azas Oportunitas

(32)

3. Azas Plichmatigheid

Azas Plichmatigheid ialah azas yang memberikan keabsahan bagi tindakan Polri yang bersumber kepada kekuasaan dan kewenangan umum.Asas ini memberikan kekuasaan pada polisi dan tindakan tersebut diserahkan kepolisi untuk bertindak sesuai denagan inisiatifnya sendiri.Ini didasari oleh asas keperluan artinya asas ini menentukan bahwa tindakan hanya dapat diambil apabila memang diperlukan untuk mencegah terjadinya suatu gangguan.

4. Masalah sebagai patokan (zakelijk)

Artinya bahwa tindakan yang diambil dikaitkan dengan masalah yang ditangani, dan tidak berdasarkan pribadi, tidak terikat pada kepentingan perorangan.Yang dianggap zakelijk ialah ini tindakan yang benar- benar diharapkan untuk kepentingan tugas kepolisian, sehingga wewenang kepolisian itu tidak bisa digunakan untuk kepentingan.

5. Azas Tujuan sebagai ukuran (Zweckmassig; Doelmating)

Azas ini menghendaki tindakan yang betul-betul bertujuan untuk mencapai sasaran, yaitu hilangnya suatu gangguan atau tidak terjadinya suatu ganggua.Ini berarti sasaran yang dipergunakan dalam tindakan itu harus tepat untuk serta dapat mencapai sasaran.

6. Azas Keseimbangan (Everedig)

(33)

D. Pengertian Sepeda Motor

Sebuah sepeda motor adalah kendaraan beroda dua yang ditenagai oleh sebuah mesin. Rodanya sebaris dan pada kecepatan tinggi sepeda motor tetap tidak terbalik dan stabil disebabkan oleh gaya giroskopik pada kecepatan rendah pengaturan berkelanjutan setangnya oleh pengendara memberikan kestabilan.

Motor banyak variasinya: beberapa motor dilengkapi dengan papan kaki dan bukan "gagang injekan", seperti motor Tiongkok, dan mobil samping dan juga beroda tiga, yang biasa disebut sebagai trike.

Penggunaan sepeda motor di Indonesia sangat populer karena harganya yang relatif murah, terjangkau untuk beberapa kalangan dan penggunaan bahan bakarnya irit serta biaya operasionalnya juga sangat rendah. Pada periode lebaran sepeda motor digunakan mudik untuk perjalanan jarak jauh, dari Jakarta sampai ke Jawa Timur, Lampung. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan sepeda motor akan lebih menekan biaya perjalanan, di samping itu bila sudah sampai di kampung halaman dapat digunakan sebagai kendaraan yang efektif. Sehingga bisa dijelaskan bahwa jenis – jenis motor adalah sebagai berikut :

a. Cruiser, jenis motor ini biasanya memiliki posisi stang yang tinggi, posisi kaki yang relatif ke depan, dan posisi kursi yang rendah.Posisi mengemudi ini menciptakan kenyamanan ergonomika pada pegemudi.Motor Cruiser memiliki daya belok yang terbatas karena desainnya.

b. Dual Sport,memiliki posisi mesin yang tinggi, ban dengan permukaan khusus

(34)

dapat dikendalikan dengan mudah saat melewati rintangan. Motor jenis ini memiliki setingan mesin yang berfokus pada tenaga pada putaran bawah dan tenaga mesin difokuskan pada gigi-gigi yang lebih rendah seperti gigi 1 dan 2. Bobot pun dibuat seringan mungkin demi mengembangkan kemampuan menjelajahi berbagai medan.

c. Touring, jenis motor yang digunakan untuk kenyamanan pada perjalanan jauh.Kebanyakan motor touring memiliki fitur-fitur mewah seperti GPS, TV, Radio, kursi penumpang yang besar, dan lemari yang banyak.

d. Skuter, motor berukuran kecil yang memiliki konsumsi bensin yang baik dan

kelincahan dalam menyelip lalu lintas.

e. Bebek, atau disebutnya moped, adalah jenis motor yang dahulunya adalah sepeda bertenaga pedal manusia dan setengah listrik, kini menjadi sepeda motor bertenaga bensin.Memiliki pengendalian melebihi skuter namun lebih ekonomis dari motor sport.

f. Motor sport, jenis motor yang memiliki performa dan pengendalian yang lebih.Posisi mengemudi pun difokuskan untuk menjaga titik gravitasi supaya pengendalian lebih terkendali.

g. Sport Touring, Gabungan anatara touring dan sport, motor sport touring adalah motor sport yang masih memiliki faktor-faktor kenyamanan.

(35)

E. Pengertian Tindak Pidana Pencurian

Pengertian pencurian Pengertian umun mengenai pencurian adalah mengambil barang orang lain.

Pada Pasal 362 KUHP dikatakan bahwa:

“barang siapa mengambil sesuatu barang, yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum, karena pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp 900,-

Pasal 362 KUHP ini merupakan bentuk pokok dari pencurian, dengan unsur:

1. Objektif

a. Mengambil

Unsur mengambil mengalami berbagai penafsiran sesuai dengan perkembangan masyarakat. Mengambil semula diartikan memindahkan barang dari tempat semula ke tempat lain. Ini berarti membawa barang dibawah kekuasaan yang nyata.Perbutan mengambil berarti perbuatan yang mengakibatkan barang dibawah kekuasaan yang melakukan atau yang mengakibatkan barang berada diluar kekuasaan pemiliknya.Tetapi hal ini tidak selalu demikian.Hingga tidak perlu disertai akibat dilepaskan dari kekuasaan pemiliknya.

b. Barang

(36)

bergerak). Tetapi kemudian ditafsirkan sebagai setiap bagian dari harta benda seseorang.Dengan demikian barang itu harus ditafsirkan sebagai sesuatu yang mempunyai nilai didalam kehidupan ekonomi seseorang.Perubahan ini disebabkan dengan peristiwa pencurian aliran listrik, dimana aliran listrik termasuk pengertian barang yang dapat menjadi obyek pencurian.

c. Yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain

Barang harus seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain. Barang tidak perlu kepunyaan orang lain seluruhnya, sedangkan sebagian dari barang saja dapat menjadi obyek pencurian, jadi sebagian lagi kepunyaan pelaku sendiri. Barang yang tidak ada pemiliknya tidak dapat menjadi obyek pencurian.

2. Subjektif

a. Dengan maksud

Istilah ini terwujud dalam kehendak, keinginan atau tujuan dari pelaku untuk memiliki barang secara melawan hukum.Maksud untuk memiliki barang itu tidak perlu terlaksana, cukup apabila maksud itu ada.Meskipun barang itu belum dipergunakan, misalnya tertangkap dulu, karena kejahatan pencurian telah selesai terlaksana dengan selesainya perbuatan mengambil barang.

b. Untuk memiliki

(37)

memakai. Memberikan kepada orang lain, menggadaikan, menukarkan, merubahnya, dan sebagainya. Atau setiap penggunaan atas barang yang dilakukan pelaku seakan-akan pemilik, sedangkan ia bukan pemilik.

c. Secara melawan hukum

Perbuatan melawan memiliki yang dikehendaki tanpa hak atau kekuasaan sendiri dari pelaku. Pelaku harus sadar, bahwa barang yang diambilnya adalah milik orang lain.

F. Tindak Pidana Kejahatan Curanmor

Masalah pencurian kendaraan bermotor merupakan jenis kejahatan yang selalu menimbulkan gangguan dan ketertiban masyarakat. Kejahatan pencurian kendaraan bermotor yang sering disebut curanmor ini merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan diatur dalam KUHP. Obyek kejahatan curanmor adalah kendaraan bermotor itu sendiri. ”Kendaraan bermotor adalah sesuatu yang merupakan kendaraan yang menggunakan mesin ataumotor untuk menjalankannya”. Kendaraan bermotor

yang paling sering menjadi sasaran kejahatan curanmor roda dua yaitu sepeda motor dan kendaraan bermotor roda empat yaitu mobil pribadi.

(38)

Di wilayah hukum Polsek Way Jepara fenomena kejahatan curanmor merupakan kejahatan yang menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Namun banyak korban yang tidak melaporkan kasus pencurian kendaraan motornya kepada aparat kepolisian dikarnakan para korban merasa bahwa apabila kendaraan nya yang telah hilang sedikit dan bahkan mustahil untuk di temukan kembali.Pada periode tahun 2013 saja angka kasus kejahatan curanmor di wilayah hukum Polsek Way Jepara mencapai 55 kasus kejahatan curanmor untuk jenis kendaraan roda dua. Data tersebut merupakan data kejahatan yang masuk kepada pihak Polsek Way Jepara, kasus tersebut dihitung sejak bulan Januari hingga bulan Desember tahun 2013.

Kejahatan curanmor sebagai tindak pidana yang diatur dalam KUHP tidak hanya terkait dengan pasal pencurian saja dalam KUHP. Kejahatan curanmor juga memiliki keterkaitan dengan pasal tindak pidana penadahan dan modus operandi. Beberapa modus operandi yang dilakukan pelaku terhadap korban adalah sebagai berikut

1. Pencurian Dengan Kekerasan

a. Dilakukan Dengan Kekerasan

(39)

kekerasan.Kekerasan itu harus ditunjukkan kepada seseorang dan seseorang itu tak perlu pemilik barang, melainkan pelayan rumah atau orang yang menjaga rumah.

b. Dilakuan Dengan Ancaman Kekerasan

Yang dimaksud dengan ancaman kekerasan adalah setiap perbuatan yang sedemikian rupa sehingga menimbulkan akibat rasa takut atau cemas pada orang yang diancamnya

c. Dilakukan Dengan Didahului Kekerasan atau Ancaman Kekerasan

Yang dimaksud didahului kekerasan atau ancaman kekerasan adalah kekerasan ini dipergunakan sebelum dilakukan pencurian, perbuatan kekerasan atau ancaman kekerasan inidimaksudkan untuk mempersiapkan unsur subyektif pencurian.

d. Dilakukan Dengan Disertai Kekerasan atau Ancaman Kekerasan

Yang dimaksud dengan disertai kekerasan atau ancaman kekerasan adalah penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan ini dilakukan bersamaan dengan pencuriannya.Penggunaan kekerasan atau ancaman kekerasan ini dilakukan dengan maksud untuk mempermudah dilaksanakan pencurian.

2. Dilakukan Dengan Pemberatan

a. Pencurian Dilakukan Pada Waktu Malam Hari

(40)

terbit”.Pencurian pada waktu malam dikualifikasikan sebagai pemberatan karena

waktu malam merupakan waktu dimana orang sedang beristirahat untuk tidur.

b. Pencurian Dilakukan Dengan Pembongkaran dan Pengrusakan

Yang dimaksud dengan pembongkaran dan pengrusakan adalah kedua unsur ini mempunyai pengertian yang sama, yaitu merusak. Cara ini dipergunakan untuk memasuki tempat kejahatan atau untuk mencapai barang yang akan diambil, hingga cara ini harus dilakukan sebelum pencurian dilaksanakan.

Hanya pembongkaran mempunyai sifat lebih besar, sedangkan pengrusakan terhadap barang yang kecil seperti membuat lobang dinding tembok rumah, melepaskan jendela atau pintu rumah, hingga terdapat kerusakan besar, pecah atau patah termasuk unsur pembongkaran.Pengrusakan biasanya hanya menimbulkan kerusakan kecil, seperti memecahkan kaca pintu atau jendela, merusak kunci pintu dan sebagainya.Antara pembongkaran dan pengrusakan terdapat perbedaan sedikit saja.Kedua unsur tersebut sama-sama menimbulkan kerusakan pada benda, dimana terjadi perubahan dalam suatu benda dari pada bentuk semula.

c. Pencurian Dilakukan Dengan Pemanjatan

(41)

Unsur memanjat terwujud dalam setiap perbuatan menaiki sesuatu bagian dari rumah, seperti menaiki jendela terbuka, naik ke atas gedung, naik ke atas tembok, baik dengan tangga maupun tanpa tangga, melompat ke atas tembok rumah.”

Menggaet barang dari luar dengan sebuah gantar atau sebuah kayu panjang termasuk juga dalam pengertian memanjat”.

d. Pencurian dengan pengerusakan kunci pengaman ganda

Pencurian dengan merusak kunci pengaman ganda seperti gembok merupakan perkembangan dari modus-modus kejahatan selama ini, pencurian dengan menggunakan modus ini merupakan cara yang mudah dan efisien. Biasa para pelaku menggunakan cairan kimia yang di sebut cairan setan, cairan ini mudah didapat dan tidak harus memiliki izin untuk membelinya. Hanya dengan meneteskn cairan tersebut di lubang gembok maka hanya dengan waktu yang singkat gembok tersebut akan rusak dengan sendirinya.

G. Usaha-Usaha Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan

Menurut Dr. Rusli Muhamad (2012:88-89), terdapat tiga upaya kepolisian dalam penanggulangan kejahatan, antara lain :

a. Upaya Represif

(42)

penyelidikan, penyidikan, serta upaya paksa lainnya, sesuai ketentuan undang-undang.

b. Upaya Prefentif

Meliputi rangkaian kegiatan yang ditunjukan untuk mencegah secara langsung terjadinya kejahatan, yang mencakup kegiatan-kegiatan yang diperkirakan mengandung pilice hazard, termasuk juga kegiatan pembinaan masyarakat, yang ditujukan untuk memotifasi segenap lapisan masyarakat agar dapat berpatisipasi aktif dalam upaya menangkal dan mengurangi masyarakat.

c. Upaya Pre-Emtif

Berupa rangkaian kegiatan yang ditunjukan untuk menangkal dan menghilangkan faktor-faktor kriminogen pada tahap sedini mungkin. Di sini mencakup upaya untuk mengeliminir faktor-faktor kriminogen yang ada di dalam masyarakat yang bentuk kegiatannya sangat berfariasi, mulai dari analisis terhadap kondisi wilayah berikut potensi kerawanan yang terkandung di dalamnya sampai dengan upaya koordinasi dengan segenap pihak dalam rangka mengantisipasi kemungkinan timbulnya kejahatan.

H. KerangkaPikir

(43)

hukum dan diatur dalam KUHP. Obyek kejahatan curanmor adalah kendaraan bermotor itu sendir, kendaraan yang sering menjadi sasaran dalam curanmor adalah kendaraan roda dua yaitu sepada motor dan kenderaan roda empat yaitu mobil pribadi.

(44)

Bagan Kerangka Pikir

Pencurian Kendaraan

Bermotor

Upaya POLRI Dalam Kasus

Curanmor

1. Pre-Emtif 2. Prefentif 3. Refresif

KENDALA – KENDALA

(45)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

(46)

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah tentang upaya dan kendala pihak Kepolisian dalam penanggulangan tindak pidana curanmor. Disini di jelaskan bahwa upaya Kepolisian antara lain :

a. Upaya - upaya pihak Kepolisian : 1. Upaya Pre-emtif :

a. Memberikan pengarahan dan pencegahan kepada masyarakat yang dapat disampaikan secara langsung atau melalui media-media tertentu.

b. Melakukan pembinaan kepada masyarakat tentang KAMTIBMAS. 2. Upaya Prefentif :

a. Melakukan strong point atau razia kendaraan bermotor.

b. Melakukan patroli ke beberapa desa dan wilayah yang sering terjadi kasus tindak pidana curanmor.

3. Upaya Refresif :

a. Mengungkap kasus dalam bentuk yang berupa penyelidikan dan penyidikan.

b. Menangkap tersangka setelah P21 dinyatakan sudah lengkap.

c. Dilimpahkan tersangka beserta barang bukti ke Jaksa Penuntut Umum untuk dilakukan persidangan di pengadilan setempat.

(47)

C. Penentuan Informan

Menurut Spradley dan Faisal (1990:45), informan yang dijadikan subyek penelitian harus memenuhi beberapa criteria yang sudah di pertimbangkan, yaitu :

1. Subjek yang telah lama dan intensif dengan suatu kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi informasi, sasaran atau perhatian dan biasanya di tandai oleh kemampuan memberikn informasi diluar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.

2. Subjek masih terlibat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan kegitaan yang menjadi sasaran penelitian.

3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk di minta informasinya.

4. Subjek yang memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih lugu dalam memberikan informasi 5. Subjek yang masih tergolong asing dengan penelitian, sehingga peneliti merasa

lebih tertantang untuk belajar sebanak mungkin dari subjek.

Adapun kriteria informan yang akan disajikan subyek atau obyek penelitian adalah sebagai berikut :

1. Informan dalam penelitian ini adalah para korban tindak pidana curanmor, masyarakat sekitar wilayah yang sering terjadi tindak pidana curanmor dan aparat Kepolisian yang mempunyai keterlibatan tentang penanggulangan tindak pidana curanmor di Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur.

2. Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi guna memecahkan masalah yang diajukan dan diungkapkan dalam penelitian ini. Informan dalam penelitian ini memilih orang yang benar-benar dapat memberikan informasinya terhadap pernyataan atau data yang diperlukan.

(48)

berdasarkan criteria tertentu. Jadi, sumber data atau informan dalam penelitian ini adalah korban tindak pidana curanmor, masyarakat sekitar wilayah yang sering terjadi tindak pidana curanmor dan aparat Kepolisian.

Informan yang dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan penelitian. Jumlah informan terdiri dari 4 anggota bagian RESKRIM, 1 anggota LALULINTAS, 2 BABINKAMTIBMAS, 2 korban coranmor dan 2 masyarakat sekitar wilayah yang sering terjadi tindak pidana curanmor.

D. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah hukum Polsek Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur. Alasannya adalah lokasi ini sering terjadi kasus curanmor dikarenakan wilayah ini masih banyak jalan yang sepi dari penduduk. Untuk itu diperlukan data-data yang dapat dibuktikan kebenaranya dengan melakukan wawancara mendalam kepada informan yang memenuhi kriteria penentuan informan oleh penulis.

E. Sumber Data

(49)

sehingga mampu memberikan data atau informasi yang diperlukan sesuai dengan fokus penelitian.

Sedangkan data skunder di peroleh melalui sumber pustaka dan studi dokumentasi, atau diperoleh dari mempelajari atau menelaah berbagai literatur yang ada sesuai dengan topik penelitian berupa buku-buku dari berbagai sumber.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan bagian yang sangat penting dalam setiap bentuk penelitian. Oleh sebab itu, berbagai hal yang merupakan bagian dari keseluruhan proses pengumpulan data harus benar-benar di pahami oleh setiap peneliti. Adapun teknik pengumpulan data yang akan di pergunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Wawancara Mendalam (Indeph Interview)

Wawancara Mendalam (Indeph Interview) merupakan suatu teknik dengan memberikan pertanyaan langsung dengan informan mengenai pokok pembahasan penelitian, kemudian pewawancara mencatat dan merekam jawaban-jawaban yang di kemukakan informan. Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang bertujuan untuk mendapatkan keterangan berdasarkan masalah penelitian.

2. Dokumentasi

(50)

peroleh sebelumnya. Pengumpulan data dilakukan di instansi Polsek Way Jepara berupa dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Studi Kepustakaan

Yang mengumpulkan data dengan cara mempelajari buku-buku dan literatur yang diperlukan, yaitu berkaitan dengan penelitian ini.

G. Teknik Analisa Data

M. Nasir (1988:35) mengartikan analisis data sebagai kegiatan mengelompokan, membuat suatu ukuran memanipulasi serta mengangkat data sehingga mudah untuk dibaca. Dinyatakan oleh M. Handayani Hawawi dan Martini Handayani (1992:65) analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan mendeskripsikan, serta menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagian jawaban atau permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini data diperoleh dari wawancara mendalam, diolah dan analisis secara kualitatif dengan proses reduction dan interpretation, data yang terkumpul ditulis dalam bentuk transkripsi, kemudian dilakukan pengkategorikan dengan melakukan reduksi data yang terkait kemudian dilakukan interpretasi yang mengarah pada fokus penelitian :

1. Reduksi Data

(51)

mengorganisasi data dengan cara yang sedemikian rupa hingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi, cara yang dipakai dalam reduksi data dapat melalui seleksi yang panjang, melalui ringkasan atau uraian singkat menggolongkannya ke dalam suatu pola yang panjang, melalui ringkasan atau uraian singkat menggolongkannya ke dalam suatu pola yang lebih luas.

2. Penyajian Data (display)

Penyajian data dibatasi sehingga sebagai kumpulan informasi tersusun yang member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan pengambilan tindakan. Penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid untuk melihat gambaran keseluruhan dari penelitian ini, maka diusulkan membuat berbagai matrik naratif saja.

3. Kesimpulan (verifikasi)

(52)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur merupakan sektor pelayanan masyarakat wilayah hukum Kecamatan Way Jepara yang didirikan pada tanggal 03 November 1981, dibangun di atas tanah seluas 903 m2 dengan luas banggunan 408 m2 beralamat di Jalan Raya Way Jepara No 96 Kode Pos 34196 Kecamatan Way Jepara dan no telpon 0725 640070. Di fungsikan pada tanggal 09 Januari 1982, Menurut Surat Keputusan Kepolisian Negara Republik Indonesia Resor Lampung Timur No B.79.RLT.X.09 1982 Tentang Sektor Kepolisian Way Jepara sebagai pelayan masyarakat wilayah hukum Kecamatan Way Jepara.

Adapun KAPOLSEK yang pernah menjabat di Polsek Way Jepara Adalah :

a. Iptu Pairan Budiman b. Iptu Hasbullah Zakaria c. Iptu Siburian

d. Iptu Zulhelmi

(53)

f. Iptu M.Taufik g. Iptu M.Sowi h. Iptu Matzon Illyas i. Iptu Raditya Wicaksono j. Iptu Erik Kusumayadi k. AKP Mantoni Tihang l. AKP Marijan

m. AKP Deni Saputra n. Iptu Yogi Pratama

B. Wilayah Kerja Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

Wilayah Kerja Kerja Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur berbatasan dengan polsek :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Polsek Labuhan Ratu b. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Polsek Mataram Baru c. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Polsek Sekampung Udik d. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Polsek Braja Selebah

Luas wilayah Kecamatan Way Jepara : 200,05 km2, terdiri dari :

(54)

Tabel 2. Daftar nama desa yang berada di wilayah hukum Polsek Way Jepara Lampung Timur.

No Nama Desa Jumlah Penduduk

1 Desa Braja Asri 3230 Jiwa

2 Desa Braja Sakti 4930 Jiwa

3 Desa Braja Caka 1730 Jiwa

4 Desa Braja Dewa 1351 Jiwa

5 Desa Braja Emas 1421 Jiwa

6 Desa Braja Faja 1273 Jiwa

7 Desa Labuhan Ratu I 6747 Jiwa

8 Desa Labuhan Ratu II 3147 Jiwa

9 Desa Sumberjo 2919 Jiwa

10 Desa Srirejosari 2068 Jiwa

11 Desa Sumur Bandung 1113 Jiwa

12 Desa Labuhan Ratu Danau 1893 Jiwa

13 Desa Sumber Marga 922 Jiwa

14 Desa Jepara 3414 Jiwa

15 Desa Sriwangi 808 Jiwa

16 Total 36.966 Jiwa

(55)

Semua wilayah tersebut merupakan wilayah kerja Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur. Wilayah tersebut mendapatkan pelayanan dan pengawasan secara hukum dari pihak Kepolisian Sektor Way Jepara Kabupaten Lampung Timur.

C. Motto dan Visi Misi Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

Motto dari Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur adalah Profesional, Disiplin, Loyalitas, Tidak Tercela.

Visi dari Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

Reserse Kriminal Polri yang professional, proposional dan dipercaya masyarakat dalam memberikan perlindungan, pengayoman, pelayanaan masyarakat dan penegakan hukum.

Misi dari Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

1. Mengembangkan sistem manajemen yang akuntabel dalam proses penyelidikan dan penyidikan tindak pidana guna mewujudkan kepastian hukum dan keadilan.

2. Meningkatkan profesionalisme penyidik dan mengoptimalkan fungsi forensik, identifikasi kepolisian, sarana dan prasarana dalam rangka penegakan hukum. 3. Meningkatkan kinerja dan layanan Reserse Kriminal Polri serta meningkatkan

sistem teknologi informasi yang modern.

(56)

5. Meningkatkan sistem perencanaan, implementasi dan evaluasi serta pengawasan kinerja Reserse Kriminal Polri yang akuntable.

6. Meningkatkan spirit dan solidaritas Reserse Kriminal Polri serta mengembangkan etika moralitas organisasi yang berorientasi pada aspek legalitas.

D. Fungsi dan Tugas Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

1. UNIT IDIK I

Unit Idik I (Reskrim) bertugas melaksanakan penyidikan kasus-kasus tindak pidana biasa seperti pencurian dengan pemberatan, penipuan, penggelapan, penganiyaan, pembunuhan, pertanahan dan perjudian.

Unit Idik I dipimpin oleh Kepala Unit (KANIT) dengan dibantu oleh beberpa Bintara Administasi (Bamin). Menganalisa dan memberikan petunjuk tentang laporan yang diterima kepada Bamin untuk ditunjuk menanganinya.

2. UNIT IDIK II

Unit Idik II (PPA), Unit ini bertugas melaksanakan penyidikan tindak pidana yang menyangkut kekerasan terhadap wanita dan anak-anak serta kekerasan dalam rumah tangga baik sebagai pelaku maupun korbannya.

(57)

dengan Instansi Pemerintah, Swasta, Unicef serta LSM dalam menangani kasus-kasus tindak pidana anak dan perempuan.

3. UNIT IDIK III

Unit Idik III (JATANRAS), Unit ini bertugas melaksanakan penyidikan untuk kasus-kasus menonjol dan berintensitas tinggi, Kejahatan dengan Kekerasan, Tindak pidana yang menyangkut harta benda, Penculikan, Pembunuhan serta memberikan bantuan terhadap Unit-Unit yang memerlukan tindakan kepolisian (penangkapan/upaya paksa).

Unit Idik III (JATANRAS), dipimpin oleh Kepala Unit (KANIT) dengan dibantu oleh beberapa Kasubnit serta Bintara Administrasi (Bamin). Menganalisa dan memberikan petunjuk tentang laporan Polisi yang diterima kepada Kasubnit dan Penyidik/Penyidik Pembantu yang di tunjuk untuk menanganinya. Memberikan arahan dan petunjuk kepada Kasubnit Lidik berikut anggota lidik tentang pelaksanaan tugas penyelidikan yang berkaitan dengan tindak pidana tertentu dan membuat laporan pelaksanaan tugas lidik.

4. UNIT IDIK IV

Unit Idik IV (RANMOR), bertugas melaksanakan penyidikan tindak pidana pencurian, pemalsuan surat-surat kendaraan dan tindak pidana penipuan dan penggelapan yang berhubungan dengan ranmor R-2 maupun R-4.

(58)
(59)
(60)

Komposisi anggota yang terdapat dalam struktur organisasi Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur merupakan dasar untuk menjalankan tugasnya masing-masing, antara lain :

a. Kepala Sektor (KAPOLSEK) Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur adalah AKP. Deni Saputra.A,SH.

b. Kanit Provost Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur adalah Aiptu Pilda Kisrana.

c. Kasi Umum Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur adalah Aiptu Achmad Syukur.

d. Kasi Humas Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur adalah Aipda Darman Sani.

e. Kanit SPK Terpadu Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur adalah Aiptu Taran Tetap.

f. Kanit Reskrim Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur adalah M.Iqbal.

g. Kanit Binmas Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur adalah Brigpol I.K.Marsyanto.

h. Kanit Sabhara Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur adalah Bripka Suryono.S.E

(61)

1. Anggota SPK Terpadu a. Aiptu Amin Subagyo b. Brigpol Depi Riansah c. Briptu Suharyono

2. Anggota RESKRIM a. Brigpol Bambang. S b. Briptu Hermansyah c. Briptu Joni Putra d. Briptu Adhes.P

3. Anggota BINMAS a. Brigpol Hendri. H b. Briptu Yuli Diantoro c. Briptu Yudi Kurniawan d. Briptu Ronianto

4. Anggota SABHARA a. Brigpol Yudi. HG

(62)

Tabel 3. Jumlah Anggota di Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur Berdasarkan Fungional.

Struktur dan Fungsional JUMLAH

KAPOLSEK 1 Anggota

KANIT PROVOST 1 Anggota

KASI UMUM 1 Anggota

KASI HUMAS 1 Anggota

SPK TERPADU 4 Anggota

RESKRIM 5 Anggota

BINMAS 5 Anggota

SABHARA 4 Anggota

TOTAL 22 Anggota

Sumber : Data Anggota Polsek Way Jepara Kabupaten Lampug Timur Tahun 2013

(63)

Table 4. Jumah Anggota Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur Sesuai Dengan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Jumlah

SMA 20 Anggota

DIPLOMA -

SI (Sarjana) 2 Anggota

S2 (Master) -

S3 (Doktor) -

TOTAL 22 Anggota

Sumber : Data Anggota Polsek Way Jepara Kabupaten Lampug Timur Tahun 2013

Pada table 3. Menunjukan bahwa pendidikan terakhir anggota Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur yang paling banyak yaitu anggota dengan lulusan SMA sebanyak 20 anggota, kemudian diikuti dengan anggota dengan lulusn S1 sebanyak 2 anggota. Sementara itu lulusan Diploma, S2 (Master), S3 (Doktor) tidak terdapat anggota dengan lulusan tersebut. Jadi total jumlah keseluruhan anggota Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur adalah 20 anggota.

2. Tugas dan Fungsi Jajaran Anggota Polsek Way Jepar Kabupaten Lampung Timur

a. Tugas dari jajaran anggota Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

1. Kapolsek Sektor Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

(64)

serta memberikan saran pertimbangan kepada Kapolres yang terkait dengan pelaksanaan tugasnya.

2. Kanit Provost Sektor Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

Unit Provos sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf e merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolsek.

Unit Provos bertugas melaksanakan pembinaan dan pemeliharaan disiplin, pengamanan internal, pelayanan pengaduan masyarakat yang diduga dilakukan oleh anggota Polri dan/atau PNS Polri, melaksanakan sidang disiplin dan/atau kode etik profesi Polri, serta rehabilitasi personel.

3. Kasi Umum Sektor Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

a. Melaksanakan ketaatan usaha, koresponden dokumentasi termasuk pemeliharaan ketatan laksanakan perkantoran.

b. Melaksanakan pelayanan dan keperluan personil yang berkenaan dengan kepentingan dinas.

c. Taud Polsek di pimpin oleh Bintara tata urusn dan bertanggung jawab kepada Kapolsek.

d. pelayanan keuangan dan penerimaan/pengeluaran perwabku. 4. Kasi Humas Sektor Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

(65)

b. Menyelenggarakan kegiatan bidang kehumasan dan dokumentasi serta pelayanan terhadap masyarakat atau insan pers segala bentuk kejadian yang ada sebagai bahan informasi di tingkat jajaran Polsek kota;

c. Sebagai peran Fungsi Tugas memberikan serta menjawab pertanyaan Masyarakat ( Public Spicing ) atas permintaan data-data kasus menonjol yang terjadi diwilayah Hukum, sebagai Informasi Publik terhadap kegiatan Oprasional Kepolisian pada tingkat Polsek Kota;

d. Selaku Pungsi pelayanan Publik guna terwujudnya Grand Strategy Polri sebagai pencapaian tujuan program Trust Building didalam hal meraih kepercayaan masyarakat dalam bentuk pelayanan Prima dan Partnership Building agar dapat terwujudnya kerjasama dgn berbagai pihak serta Strive

For Excellent di bidang Kehumasan pada tingkat Polsek Kota;

e. Melakukan Monitoring dan membuat laporan monitoring terhadap kasus yang menonjol serta melakukan Press Realise terhadap media Elektronik maupn media Cetak tingkat Polsek Kota, sebagai wujud keberhasilan Polri dalam Mengungkap suatu kasus yang terjadi.

5. SPK Terpadu Sektor Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

(66)

b. Pengkoordinasian dan pemberian bantuan srta pertolongan, antara lain Tindakan Pertama di Tempat Kejadian Perkara (TPTKP), Turjawali, dan pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi Pemerintah.

c. Pelayanan Masyarakat melalui surat dan alat komunikasi, antara lain telphone, pesan singkat (SMS), faksimile (Fax) dan jejaring Sosial (Internet).

6. Kanit Reskrim Sektor Way Jepara Kabupaten Lampung Timur a. Mengaman gejala gangguan KAMTIBMAS

b. Amati dan catat setiap Informasi Yang diterima dari masyarakat

c. Lidik terhadap orang yang di curigakan baik residivist maupun pendatang baru

d. Tingkatkan jaringan informasi dari masyarakat di setiap desa e. PAM PERS pada setiap giat OPS dan Pam Baket.

f. Buat laporan informasi untuk atasan

g. Adakan giat sidik perkara secara cepat dan tunta, senantiasa koordinasi satuan atas ( SERSE dan IPP POLRES) untuk dapat diajukan ke J.P.U 7. Kanit Binmas Sektor Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

a. Melaksanakan silahturahmi dan tatap muka dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, yang dilaksanakan oleh Kapolsek maupun oleh para Babinkamtibmas.

(67)

c. Mengadakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembentukan FKPM dan POLMAS baik model wilayah dan kawasan bagi setiap desa.

8. Kanit Sabhara Sektor Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

a. Jadwal jaga di buat secara teratur baik untuk jaga pos, tahanan, istarahat pos lain sampai patroli.

b. Tingkatkan YANMAS khususnya dalam penerimaan laporan / pengaduan masyarakat.

c. Berikan pengawalan terhadap orang / barang apabila ada permintaan dari masyarakat.

d. Segera datangi TKP dan adakan PAM TPTKP dan untuk memperhatikan status quo.

e. Aktifkan patroli ke daerah rawan dan hasil penugasan patroli. f. Buat laporan harian ke pimpinan.

b. Fungsi dari jajaran anggota Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

1. Kapolsek Sektor Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

a. Pengawasan, pengendalian, pemimpin dan pembina satuan organisasi di lingkungan Polsek dan unsur pelaksana kewilayahandalam jajarannya termasuk kegiatan pengamanan markas.

b. Pemberian saran pertimbangan kepada Kapolres yang terkait dengan pelaksanaan tugasnya.

(68)

a. Pelayanan pengaduan masyarakat tentang penyimpangan perilaku dan tindakan

personel Polri;

b. Penegakan disiplin, ketertiban dan pengamanan internal personel Polsek;

c. Pelaksanaan sidang disiplin dan/atau kode etik profesi serta pemuliaan profesi personel;

d. Pengawasan dan penilaian terhadap personel Polsek yang sedang dan telah menjalankan hukuman disiplin dan/atau kode etik profesi;

3. Kasi Umum Sektor Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

a. Korespondensi ke tata Usahaan Perkantoran. b. Dokumentasi

c. Penyelenggaraan Rapat

d. Penyelenggaraan Upacara / Apel e. Kebersihan dan Ketertiban Mako

f. Pemeliharaan barang - barang Inventaris.

4. Kasi Humas Sektor Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

a. Penyelenggaraan dibidang kehumasan pada tingkat Polsek Kota. b. Penyelenggaraan penerangan umum.

c. Penyelenggaraan Peliputan / Pendokumentasian Ops Kepolisian pada tingkat Polsek Kota.

(69)

informasi setiap kegiatan yang berkaitan dengan penyampaian berita. 5. SPK Terpadu Sektor Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

a. Pelayanan nformasi yang berkaitan dengan kepentingan masarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Penyiapan Registrasi Pelaporan, Penyusunan dan Penyampaian Laporan Harian kepada Kapolsek.

6. Kanit Reskrim Sektor Way Jepara Kabupaten Lampung Timur :

Menyelenggarakan segala usaha, kegiatan dan pekerjaan yang berkenaan dengan pekerjaan fungsi Reserse Kepolisian dalam rangka penyidikan tindak pidana sesuai dengan Undang-undang yang berlaku, dan sebagai Korwas PPNS serta pengelolaan Pusat Informasi Kriminal (PIK).

7. Kanit Binmas Sektor Way Jepara Kabupaten Lampung Timur :

a.Pelaksanaan koordinasi dengan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.

b.Pembinaan dan penyuluhan di bidang ketertiban masyarakat terhadap komponen masyarakat antara lain remaja, pemuda, wanita dan anak.

(70)

8. Kanit Sabhara Sektor Way Jepara Kabupaten Lampung Timur :

Fungsi Sabhara merupakan sebagian fungsi Kepolisian yang bersifat preventif yang merupakan keahlian dan keterampilan khusus yang telah dikembangkan lagi mengingat masing-masing tugas yang tergabung dalam fungsi Samapta perlu menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Perumusan dan Pengembangan Fungsi Samapta meliputi

(71)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan pada Bab V maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Upaya yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Polsek Way Jepara

Kabupaten Lampung Timur untuk menanggulangi tindak pidana curanmor roda dua dengan memberikan kegiatan penyuluhan agar masyarakat sekitar bisa memahami KAMTIBMAS baik melalui penyuluhan langsung atau pun melalui media-media tertentu, sehingga masyarakat tau

bagaimana cara untuk mencegah dan meminimalisir angka tindak pidana pencurian kendaraan bermoto roda dua.

(72)

penduduk dan kurangnya penerangan jalan, sehingga pihak kepolisian harus bekerja sama kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan rutin penjagaan malam di pos siskamling di beberapa desa yang dinilai rawan tindak curanmor roda dua.

3. Respon masyarakat tentang pemberian penyuluhan KAMTIBMAS dari pihak kepolisian Polsek Way Jepara, banyak dari masyarakat merespon baik dan positif karna merasa bahwa peran masyarakat sangat penting untuk menekan angka tindak pidana curanmor itu sendiri. Serta masyarakat juga merasa aman saat upaya-upaya dari kepolisian itu berjalan sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat itu sendiri.

4. Pengungkapan kasus dalam bentuk penyelidikan dan penyidikan oleh aparat Kepolisian juga diharapkan agar bisa dilakukan dengan baik dan memberikan hasil, karena dengan terugkapnya kasus yang telah dilaporkan membuat masyarakat menjadi lebih aman dan percaya kepada pihak kepoliian dengan melakukan upaya-upaya dari pihak kepolisian seperti upaya Pre-emtif, Prefentif, dan Refrensif.

B. Saran

Saran untuk penelitian ini kepada masyarakat wilayah hukum Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur adalah :

(73)

2. Manfaatkan penyuluhan yang telah dberikan dan juga masyarakat diharapkan berpartisipasi seperti membantu aparat kepolisian saat melakukan patroli ke beberapa desa dan wilayah yang sering terjadi tindak pidana curanmor roda dua.

3. Diharapkan kepercayaan dan bantuan kepada pihak kepolisian agar kasus yang telah dilaporkan mendapatkan titik terang dan bahkan bisa diungkap bahkan di bekuk siapa pelakunya.

(74)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani, 1987. Sosiologi Kriminalitas, Remadja Karya, Bandung.

Arief, Barda Nawawi. 2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

E.Y. Kanterdan S.R Sianturi. 2002. Asas-asas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapannya.Stroria Grafika. Jakarta.

Kelana,Momo. 1994. Hukum Kepolisian. Gramedia. Jakarta. Pudi, Rahardi. 2007. Lembaga Kepolisian. DelimaSurakarta.

Maelong, Lexy. 2007. Metodelogi Penelitian. PT. Remaja Rosda Karya: Bandung. Markus, Gunawan dan Endang Kusuma Astuty. 2009. Buku Pintar Calon Anggota

dan Anggota Polri. Trans Media. Jakarta Selatan.

Moeljanto, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. 2006. Bumi Aksara. Jakarta. Rusli, Muhamad. 2012. Sistem Peradilan Pidana Indonesia. UIIPRESS. Jakarta. Satjipto, Raharjo dan Anton Tabah.1993. Polisi Pelaku dan Pemikir. Gramedia.

Jakarta.

Soekanto, Soeharjo. 1981. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat. Rajawali. Jakarta. Soesilo, R, 1995, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta

Komentar-Komentarnya, Politea, Bogor.

(75)

Sumber Lain

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Penyelenggaraan Pertahanan Keamanan Negara.

Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Dokumen Bulanan Reskrim Polsek Way Jepara. Dokumen Polsek Way Jepara.

Gambar

Tabel.1 Data Bulanan Tindak Pidana Curanmor di Wilayah Hukum Polsek Way Jepara   Lampung Timur Tahun 2013
Tabel 2. Daftar nama desa yang berada di wilayah hukum Polsek Way Jepara Lampung Timur
Tabel 3. Jumlah Anggota di Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur Berdasarkan Fungional
Table 4. Jumah Anggota Polsek Way Jepara Kabupaten Lampung Timur Sesuai Dengan Pendidikan Terakhir

Referensi

Dokumen terkait

Kendaraan Bermotor Yang Menggunakan Nomor Polisi Palsu, meliputi tindakan.. preventif dan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pedoman pemidanaan pencurian kendaraan bermotor dengan pemberatan yang menjadi dasar Hakim memberi

membuat rumusan masalah yang berhubungan dengan pencurian kendaraan bermotor, yaitu bagaimana peran dan usaha polisi dalam mencegah pencurian kendaraan bermotor,

Dalam upaya pencegahan kejahatan pencurian bermotor di Kota Palu tidak saja menjadi tugas dari pihak kepolisian saja tetapi merupakan tugas penegak hukum secara

Salah satu kejahatan yang meresahkan masyarakat adalah pencurian kendaraan bermotor roda dua di kota Malang yang memiliki jumlah angka cukup tinggi dengan modus

Upaya Represif adalah upaya yang dilakukan oleh Pihak Polres Trenggalek untuk melakukan sebuah tindakan setelah terjadinya tindak pidana pencurian bermotor,

Salah satu kejahatan yang meresahkan masyarakat adalah pencurian kendaraan bermotor roda dua di kota Malang yang memiliki jumlah angka cukup tinggi dengan modus

Salah satu kejahatan yang meresahkan masyarakat adalah pencurian kendaraan bermotor roda dua di kota Malang yang memiliki jumlah angka cukup tinggi dengan modus