• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Styrene Terhadap Stabilisasi Dimensi Kayu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Styrene Terhadap Stabilisasi Dimensi Kayu"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS

PENGARUH STYRENE TERHADAP STABILISASI

DIMENSI KAYU

Disusun Oleh:

APRI HERI ISWANTO, S.Hut, M.Si NIP. 132 303 844

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan karya tulis mengenai “Pengaruh Styrene Terhadap

Stabilisasi Dimensi Kayu “.

Tulisan ini berisi tentang gambaran umum secara singkat mengenai perlakuan

perendaman kayu dalam styrene dan pengaruhnya terhadap stabilisasi dimensi kayu.

Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan tambahan informasi

dibidang biokomposit kayu.

Akhirnya penulis tetap membuka diri terhadap kritik dan saran yang

membangun dengan tujuan untuk menyempurnakan karya tulis ini.

Nopember, 2008

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI...ii

DAFTAR TABEL...iii

DAFTAR GAMBAR ...iv

PENDAHULUAN ...1

TINJAUAN PUSTAKA ...2

HASIL DAN PEMBAHASAN ...6

PENUTUP ...10

(4)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

1

(5)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

1 Struktur Styrene 4

2 Nilai Polimer Loading Pada Kayu Sengon Dan Afrika 6

3 Nilai Susut Volume Pada Kayu Dengan dan Tanpa Perlakuan 7

4 Nilai Daya Serap Air Pada Kayu Dengan dan Tanpa Perlakuan 8

5 Nilai Pengembangan Tebal Pada Kayu Dengan dan Tanpa

Perlakuan

8

(6)

PENDAHULUAN

Kayu merupakan material yang tersusun atas selulosa alami yang berasal dari

tumbuhan, memiliki keunikan struktur dan sifat kimianya sehingga membuatnya

menarik untuk berbagai macam penggunaan. Tingkat kesesuaian bagi penggunaan

(kualitas kayu) ditentukan oleh respon kayu terhadap perlakuan fisik dan kimia.

Berdasarkan tinjauan kimia, jaringan kayu (meliputi sel dan interselular) merupakan

material yang tersusun dari berbagai polimer organik yang dinamakan selulosa,

hemiselulosa dan lignin. Kayu, selain memiliki kelebihan, juga memiliki kekurangan

seperti variasi sifat, kecenderungan berubah bentuk akibat perubahan kadar air dan

kerusakan karena serangan jamur, serangga, dll (Devi, 2003). Dalam rangka

mengatasi permasalahan yang ada berbagai penelitian dilakukan untuk meningkatkan

kualitas kayu diantaranya melalui modifikasi kimia pada kayu.

Menurut Yildiz et. al (2004), dari tahun ke tahun kayu telah diperlakukan

dengan berbagai bahan-kimia untuk merubah karakteristik fisiknya. Dari tahun 1930 -

1960 sejumlah perlakuan baru terhadap kayu diperkenalkan: acetylation dari

kelompok hidrokxyl, ethylene oksida penambahan kepada kelompok hidroksit itu,

polyethylene glycol sebagai bulking dinding sel, perlakuan phenol formaldehyde

dengan Impreg dan Compreg, dan wood-polymer composite ( WPCS). WPCS

diproduksi di Amerika Serikat, Negara Jerman, Inggris, Poland, Italia, Jepang, Taiwan,

Selandia Baru dan negara-negara lain ( Meyer, 1982 dalam Yildiz et. al, 2005 ).

Beberapa tinjauan ulang artikel pada [atas] WPCS telah diterbitkan ( Meyer, 1981;

Rowell dan Konkol, 1987; Schneider, 1994; Kumar, 1994; Lu et al., 2000 dalam

Yildiz et. al, 2005).

Pertimbangan pemberian perlakuan modifikasi kimia dengan cara impregnasi

menggunakan polimer tergantung pada tujuan penggunaan akhirnya (Rowell, 1983

dalam Devi, 2003). Perlakuan dengan monomer jenis vinyl melalui

pematangan/pengerasan (radiasi atau katalis) secara signifikan memperbaiki daya

tahan terhadap air, kekerasan kayu, dll (Meyer, 1981 dalam Devi, 2003).

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kayu Sengon (Albizia falcataria)

Berat jenis 0,33 (0,24-0,49), kelas kuat IV-V. Banyak digunakan untuk bahan

(7)

partikel, korek api. Pori sebagai soliter sebagian bergabung 2-4 radial, berbentuk

bundar atau kadang-kadang lonjong, kadang-kadang berisi endapan berwarna cokelat.

Nama botanis kayu Sengon adalah Paraserianthes falcataria (L) Nielsen syn,

Albizia falcataria (L) Fosberg dan Albizzia falcata (L) backer, famili Mimosaceae.

Daerah penyebarannya meliputi seluruh jawa, Maluku, Sulawesi Selatan, Irian jaya.

Tinggi pohon dapat mencapai 40 meter dengan panjang batang bebas cabang 10 – 30

meter, diameter batang dapat mencapai 80 cm, kulit luar berwarna putih atau kelabu,

tidak beralur, tidak mengelupas, tidak berbanir.

Warna kayu teras hampir putih atau coklat muda. Warna kayu gubal umumnya

tidak berbeda dengan warna kayu teras. Tekstur kayu agak kasar dan merata, arah serat

lurus,bergelombang lebar dan berpadu. Kesan raba permukaan kayu agak licin atau

licin. Permukaan kayu mengkilap. Kayu yang masih segar berbau petai, yang lambat

laun hilang jika kayunya kering.

Berat jenis rata-rata kayu sengon adalah 0,33, dengan kisaran 0,24-0,49 dan

kelas kuatnya termasuk kelas kuat IV-V. Penyusutan sampai kering tanur 2,5 % pada

arah radial dan 5,2 % pada arah tangensial. Nilai keteguhan lentur statik kayu sengon

disajikan dalam tabel 1 berikut :

Tabel 1. Keteguhan lentur Statik Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria)

Kondisi

Keteguhan tekan sejajar arah serat pada kondisi basah sebesar 215 kg/cm2, sedangkan pada kondisi kering sebesar 283 kg/cm2 (Martawijaya et. al., 1981).

B. Kayu Afrika (Maesopsis eminii)

Kayu Afrika dengan nama botani (Maesopsis eminii Engl), termasuk dalam famili

Rhamnaceae, dikenal dengan nama kayu Manii. Kayu Afrika merupakan spesies asli

dari Afrika tengah, yang kemudian disebarkan antara lain ke Fiji, Indonesia dan

Malaysia.

(8)

a. Bagian gubal berwarna putih, sedangkan teras kuning

gelap sampai kecoklatan. Tekstur kayu sedang-kasar; berserat lurus-berpadu

teras pahit dan berbau masam.

b. Sel pembuluh berbentuk bulat sampai oval, sebagian

soliter tapi ada yang bergabung radial 2-4 sel dan sedikit mengandung tilosis

c. Sel-sel jari-jarinya 2 macam, sebagian ada yang lebar

ipe sel parenkima adalah parenkima paratrakeal aliform

ncluent)

)

m; dengan

Berat jenis (BJ) kering udara berkisar 0,34-0,46 denan

-rata kandungan zat ekstraktif larut dalam air dingin

awa Timur, kebun-kebun percobaan Lembaga Penelitian Hasil Hutan,

menjadi tanam

(Vazo atau peroxide) dan panas, atau radiasi. Monomer lain

yang biasanya ditambahkan untuk mengendalikan tingkat polimerisasi, meningkatkan

polimerisasi dan ikatan silang styrene untuk memperbaiki sifat fisis dari WPCs (Ibach

dan W.D Ellis, 2005)

dan sebagian ada yang sempit (namun kurang menyolok).

d. T

sampai aliform bersambung (co

e. Tidak dijumpai saluran damar

f. Sel penyusun kayu didominasi oleh sel serabut (56,70%

dengan ukuran panjang (1,1-1,7) mm; tebal dinding (3,1 -3,5)

diameter serabut (26-35) m

g.

rata-rata 0,43

h. Rata-rata susut volume total kondisi basah ke kondisi

kering tanur 4,01 % dan rata-rata 1,57

i. Rata

1,60 %, kadar ekstraktif larut air panas 2,75% dan rata-rata kadar abu 0,94 %.

Rata-rata kadar selulosa 47, 19 % dan rata-rata kandungan ligninnya 20,45 %

j. Termasuk kelas kuat III-IV

Kayu Afrika merupakan jenis cepat tumbuh, dengan pertambahan tinggi 2-3

meter setiap tahun pada usia muda. Penyebaran kayu Afrika di Indonesia antara lain

Jawa Barat, J

an pengisi pada kelas hutan rimba yang dikelola Perum Perhutani dan

sebagai tanaman pengayaan pada hutan rakyat.

C. Styrene

Styrene seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 merupakan suatu jenis monomer

yang umum dipakai untuk WPCs. Styrene dapat dipolimerisasi dalam kayu dengan

(9)

.

Gambar 1. Struktur Styrene.

Kekerasan, keteguhan pukul, keteguhan tekan dan geser, bending dan keteguhan

belah dari kayu yang diberi perlakuan styrene lebih baik dibandingkan dengan kayu

tanpa perlakuan styrene dan hampir sama atau bahkan lebih baik dari sampel yang

diimpregnasi dengan MMA. Kayu yang diberi perlakuan warnanya menjadi lebih

kuning dari kayu asal (Autio and Miettinen 1970 dalam Ibach dan W.D Ellis, 2005).

Modifikasi dari beberapa tipe kayu daun jarum dan kayu daun lebar dengan

polystyrene dapat memperbaiki daya tahan pemakaian. Komposit kayu polystyrene

yang terbuat dari kayu daun lebar jenis birch, gray dan black alder, serta spruce lebih

tahan terhadap pengikisan dibandingkan dengan kayu alami (Dolacis 1983 dalam

Ibach dan W.D Ellis, 2005). Flexural strength, kekerasan, and kerapatan kayu alder

meningkat dengan adanya impregnasi styrene dan pemanasan sampai diperoleh kayu

jenuh polystyrene (Lawniczak 1979 dalam Ibach dan W.D Ellis, 2005). Modifikasi

kayu poplar dengan polystyrene telah meningkatkan kekerasan kekuatan statik bending

dan keuletan. Peningkatan keuletan tergantung pada kandungan polimer sampai pada

batas tertentu (Lawniczak 1973 dalam Ibach dan W.D Ellis, 2005).

D. Modifikasi Kimia Kayu Dengan Menggunakan Styrene

Perlakuan dengan monomer jenis vinyl melalui pematangan/pengerasan (radiasi

atau katalis) secara signifikan memperbaiki daya tahan terhadap air, , kekerasan kayu,

dll (Meyer, 1981 dalam Devi, dkk 2003). Jenis impregnasi pada kayu dengan

menggunakan campuran polimer terdiri dari makromonomer dan styrene telah

memperbaiki perlindungan terhadap air, kekuatan tekan dan bending (Baki, dkk; 1993

dalam Devi, dkk 2003).

Berdasarkan hasil penelitian Devi, dkk (2003), nilai daya serap air kayu tanpa

perlakuan sebesar 142,86, dengan perlakuan styrene sebesar 98,64% dan dengan

perlakuan styrene-GMA 72,5% setelah 6 hari direndam dalam air destilasi pada suhu

(10)

rongga) pada dinding sel dan tidak bereaksi dengan kayu, sedangkan adanya GMA

dapat meningkatkan interaksi antara styrene dan kayu melalui rantai epoxy dan dan

sambungan ikatan rangkap. Oleh sebab itu terjadi perbaikan sifat pengembangan tebal,

ketahanan kimia, dan penurunan daya serap air.

Sampel kayu tanpa dan dengan perlakuan disimpan didalam agar selama 30 hari

sebagai akses pertumbuhan mikroorganisme. Pada sampel kayu tanpa perlakuan

banyak menghasilkan Bacillus spp, bakteri dan terlihat banyak terjadi pertumbuhan

jamur; namun tidak demikian terhadap kayu yang diberi perlakuan polimer.

Biodegradasi lebih sedikit terjadi pada kayu yang diberi perlakuan hal ini disebabkan

oleh penurunan kapasitas penyerapan air pada kayu tersebut. Sebagaimana

pengamatan biodegradasi yang dilaporkan oleh Solpan dan Guven (1998) dalam Devi,

dkk (2003) untuk komposit polimer kayu.

Menurut Yildiz et. al (2004), polimer komposit kayu (WPCS) disiapkan dengan

mengisi kayu dengan monomer vinil yang diikuti oleh polymerisasi radikal bebas

dalam lumen dan dinding sel. Dengan menambahkan bagian penting polymer vinyl

pada ruang kosong di dalam kayu, kekuatan kompresi, kekerasan, dan daya tahan

terhadap gores dapat ditingkatkan. Sifat higroskopis WPCS dapat dikurangi.

Menurut Devi (2003), impregnasi untuk mendapatkan loading polymer tertinggi

diperoleh dengan variasi vakum, konsentrasi monomer dan inisiator. Hasil terbaik

untuk loading polymer tertinggi doperoleh pada kondisi vakum dengan tekanan 5 inch

(11)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Polymer Loading

Nilai polimer loading untuk dua jenis kayu disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Nilai Polimer Loading Pada Kayu Sengon Dan Afrika

Berdasarkan nilai pada Gambar 2, ditunjukkan bahwa kayu sengon memiliki nilai

polimer loading lebih tinggi dibandingkan dengan kayu afrika. Hal ini dikarenakan

kayu sengon memiliki berat jenis yang lebih rendah sehingga kayu sengon memiliki

jumlah rongga sel yang besar (dinding selnya tipis) sehingga kayu sengon bersifat

lebih porus dibandingkan dengan kayu afrika.

Polymer loading ditentukan dengan banyaknya monomer-monomer yang dapat

mengisi rongga pada dinding sel. Nilai polymer loading yang dihasilkan dengan

menggunakan metode perendaman terlihat masih rendah terutama untuk kayu yang

memiliki tingkat permeabilitas yang rendah, sehingga perlu dilakukan percobaan

dengan menggunakan metode impregnasi.

B. Penyusutan Volume

Nilai penyusutan kayu pada kayu dengan dan tanpa perlakuan disajikan pada

(12)

Gambar 3. Nilai Susut Volume Pada Kayu Dengan dan Tanpa Perlakuan

Berdasarkan Gambar 3, terlihat bahwa nilai susut volume pada kayu dengan

perlakuan styrene lebih rendah bila dibandingkan dengan kayu tanpa perlakuan.

Adanya perlakuan perendaman kayu dalam styrene dapat memperbaiki nilai stabilitas

dimensi yang ditandai dengan penurunan nilai penyusutan volume pada kayu yang

diberi perlakuan. Styrene hanya bersifat bulky (mengisi rongga) pada dinding sel dan tidak

bereaksi dengan kayu, oleh sebab itu terjadi perbaikan sifat penyusutan volume pada kayu

(Devi, dkk, 2003).

C. Daya Serap Air

Nilai daya serap air pada kayu dengan dan tanpa perlakuan disajikan pada Gambar

4.

(13)

Berdasarkan Gambar 4, terlihat bahwa nilai daya serap air pada kayu dengan

perlakuan styrene lebih rendah bila dibandingkan dengan kayu tanpa perlakuan.

Adanya perlakuan perendaman kayu dalam styrene dapat memperbaiki sifat

higroskopisitas kayu yang ditandai dengan penurunan nilai daya serap air pada kayu

yang diberi perlakuan. Styrene hanya bersifat bulky (mengisi rongga) pada dinding sel dan

tidak bereaksi dengan kayu, oleh sebab itu terjadi perbaikan sifat daya serap air (Devi, dkk,

2003).

D. Pengembangan Tebal

Nilai pengembangan tebal pada kayu dengan dan tanpa perlakuan disajikan pada

Gambar 5.

Gambar 5. Nilai Pengembangan Tebal Pada Kayu Dengan dan Tanpa Perlakuan

Berdasarkan Gambar 5, terlihat bahwa nilai pengembangan tebal pada kayu

dengan perlakuan styrene lebih rendah bila dibandingkan dengan kayu tanpa

perlakuan, namun bila dilihat dari besarnya nilai yang dihasilkan antara kontrol dengan

perendaman tidak berbeda jauh. Styrene hanya bersifat bulky (mengisi rongga) pada

dinding sel dan tidak bereaksi dengan kayu, oleh sebab itu terjadi perbaikan sifat

pengembangan tebal (Devi, dkk, 2003).

E. Anti Shrink Efficiency (ASE)

(14)

Gambar 6. Nilai ASE pada masing-masing jenis kayu

Berdasarkan Gambar 6, terlihat bahwa nilai ASE pada kayu sengon lebih rendah

bila dibandingkan dengan kayu afrika. Hal ini terkait dengan nilai penyusutan volume

pada kayu sengon yang lebih rendah dibanding dengan kayu afrika. Faktor berat jenis

kayu sengon yang rendah berpengaruh terhadap rendahnya nilai penyusutan kayu.

Nilai ASE dengan metode perendaman ini masih lebih tinggi bila dibandingkan

dengan metode impregnasi. Menurut hasil penelitian Devi, dkk (2003), Nilai ASE dari

kayu dengan perlakuan styrene-GMA sebesar 53% dan styrene saja sebesar 23%

melalui proses perendaman dalam air selama 24 jam.

PENUTUP

Perlakuan perendaman dalam styrene dapat meningkatkan stabilisasi dimensi pada

kayu, namun optimalisasi dari monomer-monomer yang masuk kedalam rongga pada

dinding sel (polymer loading) dengan menggunakan metode perendaman masih

(15)

REFERENSI

Devi, Rashmi R., Devi., Ilias Ali., T.K.Maji. 2003. Modifikasi Kimia Kayu Karet Dengan Menggunakan Kombinasi Styrene Dan Crosslinker: Efek Stabilitas Dimensi Dan Kekuatan. Bioresource Technology 88 (2003) 185-188

Yildiz U mit C; Sibel Yildiz; Engin D Gezer. 2005. Sifat Mekanik dan Ketahanan

terhadap Pelapukan dari Wood-Polymer Composites dari Jenis

Kayu Cepat Tumbuh Turkey. Bioresource Technology 96 (2005) 1003-1011

Gambar

Tabel 1. Keteguhan lentur Statik Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria)
Gambar 2.  Nilai Polimer Loading Pada Kayu Sengon Dan Afrika
Gambar 3.  Nilai Susut Volume Pada Kayu Dengan dan Tanpa Perlakuan
Gambar 5.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dikarenakan limbah filtrasi ini tidak memiliki kandungan protein kasar sehingga ketika dicampur dengan ampas tahu dan pollard yang memiliki protein kasar

Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan perlakuan benih dan perendaman akar bibit dengan agens hayati yang efektif mengendalikan Xoo pada benih, bibit, tanaman,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Tingkat Produktifitas Kerja Karyawan Berdasarkan Faktor Tingkat Pendidikan, Pelatihan Kerja, Tingkat Keterampilan dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan spora, persentase kolonisasi, dan tipe fungi mikoriza arbuskula pada areal tanaman kelapa sawit PTPN III Kebun Batang Toru

Router adalah sebuah device yang berfungsi untuk meneruskan paket-paket dari sebuah network ke network yang lainnya baik LAN ke LAN atau ke WAN sehingga host-host yang ada pada

Berdasarkan hasil uji t, peneliti mendapatkan variabel spiri- tualitas secara parsial mempunyai nilai t hitung -1,189 dengan probabilitas atau taraf signifikansi ( p

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “ Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$, Tingkat Suku Bunga SBI Dan PMA Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa

Menurut Suryanti (2017) sampel ikan bilih yang ditemukan selama penelitian di danau Toba lebih banyak jenis kelamin jantan (4.044 ekor) dibandingkan ikan jenis