• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Bagian Investasi dalam Pengelolaan Dana Asuransi Umum di Bumida Bumiputera Syariah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fungsi Bagian Investasi dalam Pengelolaan Dana Asuransi Umum di Bumida Bumiputera Syariah"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI BAGIAN INVESTASI DALAM PENGELOLAAN DANA ASURANSI UMUM DI BUMIDA BUMIPUTERA SYARIAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam ( SEI )

Oleh :

ERIE ROMIATUL ANIQOH NIM : 103046228373

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAH (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

FUNGSI BAGIAN INVESTASI DALAM PENGELOLAAN DANA ASURANSI UMUM DI BUMIDA BUMIPUTERA SYARIAH

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Islam ( SEI ) Oleh :

ERIE ROMIATUL ANIQOH NIM : 103046228373

Di Bawah Bimbingan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

A.M. Hasan Ali, MA Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, SH. MH

NIP. 150 370 226 NIP. 150 268 783

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAH ( EKONOMI ISLAM ) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul FUNGSI BAGIAN INVESTASI DALAM PENGELOLAAN DANA ASURANSI UMUM DI BUMIDA BUMIPUTERA SYARIAH telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Pada 23 September 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 23 September 2008 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof.DR.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN

1. Ketua : DR. Euis Amalia, M.Ag. (…….………….)

NIP. 150 289 264

2. Sekretaris : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag (………….…… ) NIP. 150 318 308

3. Pembimbing I : A.M. Hasan Ali, MA (………….…….) NIP. 150 370 226

4. Pembimbing II : Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, SH. MH (………..) NIP. 150 268 783

5. Penguji I : Hendra Pertaminawati, M.Ag (………..)

6. Penguji II : Dra. Nuriyah Thaher, MM (………..) NIP. 150 321 873

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 September 2008

(5)

ABSTRAK

Nama : ERIE ROMIATUL ANIQOH NIM : 103046228373

FUNGSI BAGIAN INVESTASI DALAM PENGELOLAAN DANA ASURANSI DI BUMIDA BUMIPUTERA SYARIAH

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana fungsi bagian investasi pada divisi keuangan di BUMIDA Bumiputera Syariah Jakarta dalam mengelola dana untuk diinvestasikan dan bagaimana proses investasi yang dilakukan.

Adapun Metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan menggunakan metode deskriftif analisis kualitatif, yakni suatu tehnik analisis data dimana terlebih dahulu dipaparkannya semua data yang telah diperoleh kemudian menganalisisnya dengan berpedoman pada sumber – sumber dalam bentuk kalimat – kalimat yaitu dengan menggunakan analisis domain, komponen dan analisis tema.

Hasil dari penelitian ini adalah pengelolaan dana yang dilakukan BUMIDA Bumiputera Syariah Jakarta dikelola oleh bagian investasi Konvensional yaitu BUMIDA Bumiputera 1967 karena BUMIDA Bumiputera Syariah merupakan cabang dari BUMIDA Bumiputera konvensional tetapi modal telah terpisah dari induknya. Dalam menentukan instrumen investasi, bagian investasi melakukan langkah – langkah dan hasil dari investasi yang dilakukan secara keseluruhan mengalami peningkatan.

(6)

KATA PENGANTAR

ا

ﺮ ا

ﺮ ا

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang menguasai seluruh kehidupan dan yang telah memberikan segala nikmat. Segala yang tampak maupun tidak tampak pasti ada rahasia ilmu yang terkandung didalamnya. Sebagai pencipta yang mengatur alam ini, adalah penguasa mutlak atas segala ilmu yang ada dan yang senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan tidak menemukan kendala apaun yang berarti.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak dibantu, baik secara moril maupun materil oleh berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi – tingginya kepada :

1. Bapak Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ketua Program Studi Muamalat Ibu DR. Euis Amalia, M.ag dan Sekretaris Program Studi Muamalat Bapak Ah. Azharuddin Latifh, M.ag

(7)

4. BUMIDA Bumiputera Syariah Jakarta, Bapak Drs. Saiful Hadi, Mas Setyo, Mas Kholil dan Mas Landung yang telah membantu memberikan informasi dan data dalam penyelesaian skripsi ini

5. Pimpinan Perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan.

6. Teman – teman mahasiswa yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi.

7. Ien, terima kasih telah memberikan berbagai informasi kepada penulis dalam menyelesaikan kuliah.

8. My Love, Ayah dan Zahra terima kasih sayang, karena kalian penulis menyelesaikan skripsi ini. Dan

9. Bapak, Mama’ dan adik – adikku, terima kasih atas segala pengertian, bantuan dan dorongannya sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 6 Juli 2008 M 4 Rajab 1429 H

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 6

D. Kegunaan dan Manfaat Penelitian 6

E. Kajian Pustaka 7

F. Metodologi Penelitian 8

G. Sistematika Penulisan 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS INVESTASI DAN ASURANSI SYARIAH A. Investasi

1. Pengertian Investasi 14

2. Prinsip Dasar Investasi 16

3. Bentuk Investasi Syariah 17

4. Instrumen Investasi syariah 32

(9)

1. Pengertian Asuransi 44 2. Prinsip Dasar Asuransi Syariah 47 3. Mekanisme Operasional Asuransi Syariah 53

4. Pembebanan Biaya Operasional 54

5. Mekanisme Pengelolaan Dana Premi 55

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah BUMIDA Bumiputera Syariah 57 B. Falsafah, Visi dan Misi Perusahaan 58

C. Prinsip dan Landasan Operasional 62

D. Produk BUMIDA Syariah 64

E. Struktur Organisasi 70

BAB IV FUNGSI BAGIAN INVESTASI DALAM PENGELOLAAN DANA ASURANSI UMUM BUMIDA BUMIPUTERA SYARIAH

A. Mengalola Dana 71

B. Menentukan Instrumen Investasi 74

C. Strategi Memdapatkan Return Optimal 89 D. Kendala yang dihadapi 90

E. Hasil Investasi 91

BAB V PENUTUP

(10)

B. Saran 99

(11)
[image:11.612.113.524.108.566.2]

DAFTAR TABEL

Tabel. 4.1 Daftar Instrumen dan Proporsi Dana BUMIDA

Bumiputera Syariah 76

Tabel 4.2 Daftar Saham BUMIDA Bumiputera Syariah 80 Tabel 4.3 Daftar Reksa Dana yang dipilih BUMIDA Bumiputera Syariah 84 Tabel 4.4 Daftar outlet BUMIDA Bumiputera Syariah

hingga periode Mei 2008 88

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi. Bagaimana mengelola kehidupan dengan baik dan sejahtera untuk mendapatkan kehidupan yang layak, tentu manusia harus pandai – pandai mengatur ekonomi terutama dalam mengelola keuangan. Oleh karena itu, manusia dituntut untuk menggunakan kegiatan tersebut dengan sebaik – baiknya. Seperti menabung, berhemat dan berinvestasi.

Investasi merupakan salah satu faktor penting dalam pengelolaan dana pada sebuah perusahaan. Investasi dapat dilakukan pada aktiva riil atau real assets ataupun financial assets atau sekuritas (commercial paper, saham, obligasi atau sertifikat reksadana)1.

Istilah investasi adalah penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan2. Hampir semua investasi mengandung ketidakpastian atau resiko, oleh karena itu, perusahaan asuransi/pemodal harus mengetahui tiga elemen pokok yang ada dalam investasi, yaitu :

1

Suad Husnan, Dasar-dasar Portofolio dan Analisis Sekuritas (Yogyakarta : UPP AMP YPKN, 2001), h.3.

2

(13)

1. Return/tingkat keuntungan, pemodal tidak mengetahui secara pasti berapa tingkat keuntungan yang akan didapatkan, pemodal hanya bisa mengira – ngira berapa tingkat yang diharapkannya.

2. Resiko, yaitu kemungkinan penyimpangan dari return yang diharapkan dengan return yang sebenarnya.

3. Waktu, yaitu kapan dan berapa lama investasi dilakukan, apakah pemodal akan menginvestasikan dananya/modalnya dalam jangka panjang atau jangka pendek.

Kegiatan investasi yang kedua yaitu sekuritas pada pasar modal merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan perekonomian nasional, dengan bukti bahwa banyak perusahaan dan industri yang menggunakan institusi pasar modal ini untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi keuangannya.

Dalam setiap kegiatan investasi, return yang diharapkan diperoleh investor akan selalu diikuti dengan resiko yang mungkin terjadi. Keown Dkk menyatakan bahwa “Trade off risk & return” keseimbangan resiko dan pengembalian yang berarti jangan menambah resiko kecuali mendapatkan kompensasi tambahan pendapatan.3

Para investor pasti menginginkan suatu tingkat pengembalian minimum yang harus lebih besar dari tingkat inflasi yang diperkirakan terjadi atas keputusan menunda konsumsi pada saat ini. Tabungan yang memiliki

3

(14)

purchasing power yang terus menurun tidak akan memberikan daya tarik bagi individu untuk menunda konsumsinya.

Investor akan selalu menitikberatkan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dari pada tingkat pengembalian aktual (actual retun). Hubungan antara resiko dan tingkat pengembalian merupakan konsep dasar yang menjadi kunci dalam menilai sekuritas (saham, obligasi, dll) maupun usulan proyek baru.

Industri asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan pengelola dana masyarakat dalam jumlah besar sangat tergantung pada keberhasilan mengelola investasi dalam upaya mewujudkan tujuan perusahaan.

Dalam perusahaan asuransi, investasi merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga kesehatan keuangan perusahaan agar tetap solvent, artinya mampu membayar biaya operasi dan kewajibannya.

Untuk itu ahli manajemen keuangan dan investasi berusaha mengembangkan ukuran – ukuran yang yang dapat digunakan untuk menentukan layak tidaknya sebuah usulan investasi atau seberapa besar keberhasilan suatu investasi dalam memenuhi tingkat pengembalian yang diharapkan.

Menurut Lawrence & Michael, “ A portofolio is a collection of invesment vehicles assembled to meet a common invesment goal” Artinya tujuan utama dari pembentukan suatu portofolio investasi adalah untuk mendapatkan hasil yang optimal dengan risiko yang minimal.4

4

(15)

Seperti pada perusahaan asuransi maka tujuan portofolio investasi adalah untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi dengan tingkat risiko yang kecil untuk memenuhi kewajiban kepada pemegang polis (pembayaran klaim) maupun untuk pertumbuhan perusahaan.

Dalam suatu investasi di industri asuransi, investor memiliki tanggung jawab systematic risk dan unsystematic risk. Agar suatu bisnis sukses dan dapat menguntungkan maka bisnisnya harus dijalankan berdasarkan atas keputusan yang sehat, bijaksana dan hati – hati. Hasil yang akan dicapai dengan semua itu akan nyata dan tahan lama. Investasi dalam asuransi juga harus berfungsi dengan baik. Sebab investasi yang dilakukan akan menentukan tingkat keuangan dan kemajuan suatu perusahaan asuransi.

Kemampuan seseorang yang melakukan investasi dalam meraih keuntungan dari pengelolaan dana dilihat dari kebijakan investasi yang diterapkannya. Kebijakan investasi itu dapat dilihat dari pembentukan portofolio investasi. Portofolio berarti kumpulan bentuk investasi yang terpadu untuk tujuan mendapatkan keuntungan investasi5. Oleh karena itu, dibutuhkan orang – orang yang mampu dan berkompeten dalam melakukan investasi yang dapat memberikan kontribusi untuk perkembangan suatu perusahaan. Maka penulis tertarik untuk membuat skripsi dengan judul “ FUNGSI BAGIAN INVESTASI DALAM PENGELOLAAN DANA ASURANSI UMUM DI BUMIDA BUMIPUTERA SYARIAH ”.

5

(16)

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Dengan adanya permasalahan diatas, dan untuk mencegah terjadinya pembahasan yang melebar, penulis membatasi pokok bahasan penelitian dengan membahas tentang pelaksanaan investasi pada bagian investasi.

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana bagian Investasi mengelola dana asuransi? 2. Bagaimana bagian Investasi menentukan instrumen investasi?

3. Strategi apa yang dilakukan bagian Investasi untuk mendapatkan kuntungan yang optimal?

4. Apakah ada kendala yang dihadapi saat melakukan investasi? 5. Bagaimana hasil dari investasi yang dilakukan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana dijabarkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana bagian Investasi mengelola dana asuransi. 2. Untuk mengetahui bagaimana bagian investasi dalam menentukan instrumen

investasi.

3. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan bagian Investasi dalam mendapatkan return optimal

(17)

5. Untuk mengetahui hasil dari investasi.

D. Kegunaan / Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan penulis pada penulisan skripsi antara lain : 1. Hasil penelitian merupakan informasi bagi perusahaan – perusahaan untuk

melakukan investasi khususnya Perusahaan Asuransi Syariah.

2. Penulis memperoleh pengetahuan berharga tentang pengelolaan dana Asuransi syariah.

3. Masyarakat dapat mengetahui investasi yang dilakukan perusahaan asuransi syariah, sehingga masyarakat tidak ragu dalam berasuransi dan berinvestasi. 4. Hasil penelitian dapat digunakan para mahasiswa sebagai bahan perkuliahan

untuk menambah pengetahuan, khususnya mahasiswa jurusan Asuransi Syariah UIN Syarifhidayatullah Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum.

E. Kajian Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyertakan review hasil penelitian terdahulu mengenai investasi secara umum yaitu :

(18)

2. Judul “Peranan Manajer Investasi dalam pengembangan Reksa Dana Syariah” dengan nomor skripsi 81. Skripsi ini membahas tentang manajer investasi dalam mengembangkan Reksa Dana syariah. Skripsi ini juga berbicara tentang bagaimana manajer investasi mengelola dana untuk mendapatkan return yang diharapkan oleh para investor.

3. Judul “Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Syariah” dengan nomor skripsi 136. Skripsi ini membahas tentang pengelolaan dana premi yang terbagi menjadi dua, yaitu saving dan non saving.

4. Judul “Mekanisme Pengelolan Dana Premi pada Asuransi Kumpulan” dengan nomor skripsi 18. Skripsi ini membahas tentang pengelolaan dana premi asuransi kumpulan yang terbagi menjadi dua, saving dan non saving dan dana tersebut di investasikan ke berbagai instrumen yang sesuai dengan syariah. Tata cara pengajuan klaim dan penagihan premi yang berbentuk kolektif.

Dari keempat judul diatas menjelaskan bahwa dana premi yang dikelola perusahaan asuransi sebatas pengelolaan yang bersifat ekstern yaitu hanya menampilkan pengeolaan dana secara umum. Sedangkan judul skripsi yang penulis jabarkan adalah tentang pengelolaan dana intern perusahaan asuransi yaitu tentang kinerja perusahaan dalam melakukan atau mengelola dana untuk mendapatkan keuntungan yang optimal khususnya kinerja perusahaan pada bagian Investasi dan keuangan.

(19)

1. Jenis Penelitian

a. Library Research (Studi Pustaka) yaitu dengan mengumpulkan dan menganalisis data dari berbagai sumber yang relevan dengan analisis yang akan digunakan yaitu buku – buku investasi, Koran dan majalah yang terkait serta situs internet.

b. Field Research (penelitian Lapangan) yang diperoleh melalui pusat referensi perusahaan Asuransi (tempat penelitian), website Asuransi dan sumber – sumber lainnya untuk mengumpulkan data.

Sedangkan penelitian ini bersifat deskriftif analitis, yaitu menggambarkan data dan informasi lapangan berdasarkan fakta sebagaimana adanya pada waktu penelitian dilakukan.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang dipakai adalah studi di perusahaan Asuransi Umum BUMIDA Bumiputera Syariah dengan menggunakan kasus antara teori dan praktek.

3. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah :

(20)

b. Data Sekunder, yaitu data yang diterima melalui studi dokumentasi (library research) yang ada hubungannnya dengan materi skripsi ini. Dalam penelitian ini, penulis melakukan studi kepustakaan dengan melakukan kunjungan ke berbagai perpustakaan untuk mendapatkan data dari berbagai literature.

Adapun Sumber Data yang digunakan berasal dari tempat penelitian dan perpustakaan.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam rangka mengumpulkan data dan penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Observasi, dilakukan guna mendapatkan data dengan melakukan pengamatan langsung ke tempat penelitian yaitu Asuransi umum BUMIDA Bumiputera Syariah untuk mendapatkan data yang relevan. b. Wawancara, dilakukan penulis secara langsung dengan pihak – pihak

yang terkait dan berkompeten dengan tujuan penelitian untuk mendapatkan data yang akurat.

c. Studi Dokumentasi, yakni pengumpulan data dokumentasi tentang BUMIDA Bumiputera Syariah Jakarta yang diambil dari dokumen – dokumen yang berupa makalah – makalah, brosur dan dokumen lainnya. 5. Tehnik Analisa Data

(21)

kemudian menganalisisnya dengan berpedoman pada sumber – sumber dalam bentuk kalimat – kalimat yaitu dengan menggunakan beberapa tahapan :

a. Analisis Domain, yaitu menganalisis hasil observasi (pengamatan) dan hasil wawancara yang terfokus pada Kepala Bagian Investasi BUMIDA Bumiputera Syariah.

b. Analisis Komponen, yaitu analisis data berdasarkan unsur – unsur atau bagian dari observasi dan wawancara dengan Kepala Bagian Investasi BUMIDA Bumiputera Syariah

c. Analisis Tema, yaitu analisis data yang dihasilkan dari analisis komponen yang disesuaikan dan diarahkan sesuai dengan tema skripsi yang akan dibahas.

6. Pedoman Penulisan Skripsi

Pedoman yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah buku “Pedoman penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” tahun 2007. dengan beberapa pengecualian :

a. Penulisan Al - Qur’an tidak menggunakan catatan kaki dan sebagai sumber penulisan menggunakan Al - Qur’an yang diterbitkan oleh Departemen Agama RI tahun 1996.

(22)

c. Dalam kepustakaan, Al - Qur’an dan terjemahnya ditulis pada urutan pertama sebagai penghormatan sebelum sumber – sumber lainnya. Untuk berikutnya ditulis secara alfabetis.

G. Sistematika Penulisan

Secara sistematis, penulisan skripsi dibagi kedalam 5 bab, masing – masing terdiri dari beberapa sub bab yang merupakan penjelasan dari bab – bab tersebut. Yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan/manfaat penulisan, kajian pustaka, metodologi penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Dalam bab ini dibahas antara lain pengertian investasi, prinsip – prinsip dasar investasi syariah, bentuk investasi syariah, instrumen investasi syariah, pengertian asuransi, prinsip – prinsip asuransi syariah, mekanisme operasional asuransi syariah, mekanisme pengelolaan dana premi.

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

[image:22.612.113.544.187.503.2]
(23)

Asuransi umum BUMIDA Bumiputera Syariah dan struktur organisasi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas antara lain; Pengelolaan dana asuransi, Menentukan instrumen investasi, Strategi mendapatkan keuntungan optimal, kendala yang dihadapi dalam melakukan investasi dan Hasil Investasi.

BAB V PENUTUP

(24)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS INVESTASI DAN ASURANSI SYARIAH

C. INVESTASI

1. Pengertian Investasi

Istilah investasi adalah penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan.6 Investasi bisa dikatakan sebagai komitmen dana dengan tujuan memperoleh pengembalian ekonomi selama sutau periode waktu, yang biasanya dalam bentuk kas arus periodik dan nilai akhir.7 Investasi juga dapat dikatakan sebagai wahana dimana dana ditempatkan dengan harapan dapat memelihara atau menaikkan nilai dan atau memberikan hasil (return) yang positif. 8

Secara umum Investasi adalah menanamkan atau menempatkan asset, baik berupa harta maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya di masa mendatang. Sedangkan, investasi keuangan adalah menanamkan dana pada

6

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), h. 337,Cet-2.

7

Johar Arifin dan Moh fakhrudin, Kamus Istilah Pasar Modal (Jakarta : Elex Media Komputindo, 1999), h. 195.

8

(25)

suatu surat berharga yang diharapkan akan meningkat nilainya di masa mendatang.9

Investasi keuangan menurut syariah dapat berkaitan dengan kegiatan perdagangan atau kegiatan usaha, dimana kegiatan usaha dapat berbentuk usaha yang berkaitan dengan suatu produk atau asset maupun usaha jasa.

Dalam ajaran islam kegiatan berinvestasi dapat dikategorikan sebagai kegiatan investasi sekaligus kegiatan bermuamalah, yaitu kegiatan yang mengatur hubungan antar manusia. Berdasarkan hukum fiqh bahwa hukum asal dari kegiatan muamalah itu adalah mubah (boleh) yaitu semua kegiatan dalam pola hubungan antar manusia adalah mubah (boleh) kecuali yang jelas ada larangannya (haram). Hal ini berarti ketika suatu kegiatan muamalah yang kegiatan tersebut baru muncul dan belum dikenal sebelumnya dalam ajaran islam, maka kegiatan tersebut dapat dianggap atau diterima. Kecuali terdapat implikasi dari Al - Qur’an dan Hadits yang melarangnya secara implisit maupun eksplisit.

Dalam literatur Islam klasik memang tidak ditemukan adanya terminology investasi, akan tetapi sebagai kegiatan ekonomi , kegiatan tersebut dapat dikategorikan sebagai kegiatan jual beli (al bay). Oleh karena itu untuk mengetahui apakah kegiatan investasi merupakan kegiatan sesuatu yang dibolehkan atau tidak menurut ajaran islam, maka perlu diketahui hal –

9

(26)

hal yang dilarang atau diharamkan oleh ajaran islam dalam hubungan jual beli (al bay).

2. Prinsip Dasar Investasi

Prinsip dasar investasi syariah adalah bahwa perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi terhadap dana yang terkumpul dari peserta, dan investasi yang dimaksud harus sesuai dengan prinsip – prinsip syariah.

Investasi bagi ummat Islam berarti menanamkan sejumlah dana pada sektor tertentu (sektor keuangan ataupun sektor riil) pada periode waktu tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan (expected return). Keuntungan dalam pandangan Islam mempunyai pandangan yang holistik.10 a. Aspek material atau finansial; artinya suatu bentuk investasi hendaknya

menghasilkan manfaat finansial yang kompetitif dibandingkan dengan bentuk investasi lainnya.

b. Aspek kehalalan; artinya suatu bentuk investasi harus terhindar dari bidang maupun prosedur yang syubhat dan/atau haram. Suatu bentuk investasi yang tidak halal hanya akan membawa pelakunya kepada kekesatan serta sikap dan perilaku yang destruktif secara individu maupun sosial.

10

(27)

c. Aspek sosial dan lingkungan; artinya suatu bentuk investasi hendaknya memberikan kontribusi positif bagi masyarakat banyak dan lingkungan sekitar, baik untuk generasi saat ini maupun yang akan datang.

d. Aspek pengharapan kepada ridha Allah; artinya suatu bentuk investasi tertentu itu dipilih dalam rangka mencapai ridha Allah. Kesadaran adanya kehidupan yang abadi, menjadi panduan bagi ketiga aspek diatas. Dengan demikian probabilitas usaha harus dipandang sebagai sesuatu yang berkesinambungan sampai dalam kehidupan di alam baqa’.

3. Bentuk Investasi Syariah

Investasi mempunyai arti yang luas, yaitu bukan terbatas pada investasi uang dan barang atau yang biasa disebut harta. Investasi bisa dilakukan pada kekayaan lain berupa Asset, yaitu; tabungan (uang), tanah (sawah, kebun, dan sejenisnya), bangunan (gedung, perkantoran , ruko, dan sejenisnya), juga lainnya yang dapat dikategorikan sebagai harta kekayaan. Dan diantara bentuk investasi islami adalah sebagai berikut :

a. Mudharabah

Mudharabah adalah akad antara kedua belah pihak untuk salah seorangnya (salah satu pihak) mengeluarkan sejumlah uang kepada pihak lainnya untuk diperdagangkan. Dan laba dibagi dua sesuai dengan kesepakatan.11

11

(28)

Dalam istilah fiqh muamalah, mudharabah adalah suatu bentuk perniagaan dimana sipemilik modal (shahibul Maal) menyetorkan modalnya kepada pengusaha, yang selanjutnya disebut mudharib, untuk diniagakan dengan keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak sedangkan kerugian, jika ada akan ditanggung oleh si pemilik modal.12

Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama bukan akibat kelalaian si pengelola.13

Adapun landasan dasar syariah atas transaksi mudharabah yang terdapat pada ayat – ayat Al – Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW dapat dikemukakan sebagai berikut :

1) Al – Qur’an

ٰ ﺮ

نﻮﻜ

نا

نﻮ ﺮ

نوﺮ ٰاو

ٰو

ﷲا

نﻮﻐ

ضر ﺎى

نﻮ ﺎ

نوﺮ ا

ﷲا

“ …Dia mengetahui bahwa akan ada diantara kamu orang – orang yang sakit dan orang – orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah…” ( Q.S. Al – Muzammil : 20 )

12

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan implementasi Operasional Bank Syariah ( Jakarta : Djambatan, 2001 ), Cet. 1 hal. 164.

13

(29)

2) Hadits

ا

ل

:

ﷲا

لﻮ ر

ل

ﷲا

و

رﺎ او

ا

ﻰ ا

ا

ﺔآﺮ ا

ث

ا

ﺎ ﺮ ا

ط او

)

اور

ا

(

“ Dari shalih bin Suhaib, bahwa Rasulullah bersabda : “ tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan : jual – beli secara tangguh, muqaradhah ( mudharabah ), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual ”. ( HR. Ibnu Majah )14

Secara umum mudharabah dibagi menjadi dua jenis, yaitu : a) Mudharabah muthlaqah

Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara sahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama Salaf As – Shalih seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’ al ma syi’ ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar. b) Mudharabah Muqayyad

Mudharabah Muqayyad atau disebut juga istilah restricted mudharabah atau specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis

14

(30)

usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.

b. Musyarakah

Musyarakah adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing – masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.15

Menurut Sunarto Zulkifli, Musyarakah adalah akad kerjasama atau percampuran antara dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu yang halal dan produktif dengan kesepakatan bahwa keuntungan akan dibagikan sesuai nisbah yang disepakati dan resiko akan ditanggung sesuai porsi kerjasama.16

Ketentuan dasar musyarakah adalah sebagai berikut :

1) Semua pihak wajib menyertakan modal dan tenaga atau keahlian pada kegiatan usaha walau tidak perlu sama.

2) Semua pihak mendapatkan laba sesuai dengan kesepakatan, namun menaggung resiko kerugian secara proporsionil menurut porsi modal yang disertakan masing – masing pihak.

15

Rifai Moh. DKK. Terjemah khulashah kifayatul Akhyar ( Semarang : Toha Putra, 1990 ), h. 183.

16

(31)

3) Kerugian yang disebabkan oleh kelalaian dari salah satu pihak menjadi tanggung jawab pihak yang bersangkutan.

Musyarakah dibagi menjadi dua jenis, yaitu; musyarakah pemilikan dan musyarakah akad (kontrak). Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan wasiat atau kondisi lainnya yang berakibat pemilikan satu asset oleh dua orang atau lebih. Sedangkan musyarakah akad tercipta dengan kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah dan berbagi keuntungan dan kerugian.17

Menurut Sunarto Zulkifli, ada 5 jenis musyarakah, yaitu : 18

1) Syirkah mufawadah, yakni kerjasama atau percampuran dana antara dua pihak atau lebih dengan porsi dana yang sama.

2) Syirkah al – ‘Inan, yakni kerjasama atua percampuran dana antara dua pihak atau lebih dengan porsi dana yang tidak mesti sama.

3) Syirkah wujuh, yakni kerjasama atau percampuran antara pihak pemilik dana dengan pihak lain yang memiliki kredibilitas ataupun kepercayaan.

4) Syirkah ‘abdan, yakni kerjasama atau percampuran tenaga atau profesionalisme antara dua pihak atau lebih (kerjasama profesi).

5) Syirkah al – mudharabah, yakni kerjasama atau percampuran dana antara pihak pemilik dana dengan pihak lain yang memiliki profesionalisme atau tenaga.

Landasan hukum musyarakah tercantum dalam Al – Qur’an surat Shaad ayat 24 :

ﺬ ا ا

ﻰٰ

ءﺂﻄ ا

اﺮ آ

ناو

ٰ ٰ ااﻮ و

اﻮ ٰا

...

“ Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang – orang yang bersyarikat itu sebagian mereka berbuat zhalim kepada sebagian yang lain kecuali

17

Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI, Konsep, Produk dan implementasi Operasional Bank Syariah, h. 72.

18

(32)

orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh....” ( Q.S. Shaad : 24 )

Musyarakah merupakan kerjasama atau kemitraan yang dilakukan oleh dua belah pihak untuk ikut serta dalam suatu usaha. Dimana dalam menjalankan usaha tersebut kedua belah pihak tadi dapat secara bersama – sama terlibat dalam manajemen atau boleh juga disepakati bersama. Tapi pihak yang membiayai dapat melakukan intervensi dalam manajemen jika perlu. Pembagian keuntungan dilakukan juga sesuai dengan kesepakatan.

c. Kafalah

Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai jaminan.19

Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain. Pihak pemberi jaminan bertanggung jawab atas pembayaran kembali suatu hutang atau pelaksanaan prestasi tertentu yang menjadi pihak penerima jaminan.20

19

Sudarsono Heri, Bank & Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan illustrasi ( Yogyakarta : Ekonosia FE UII, 2004 ), h. 77.

20

(33)

Landasan hukum kafalah terdapat dalam Al – Quran surat Ali Imran ayat 37 :

ناو

لﻮ ﺎﻬ ر

ﺎﻬ

ۢ

ﺎ ﺎ ﺎﻬ

ﺎ ﺮآز

ﺎﻬ آو

زر

ﺎهﺪ

ﺪ و

باﺮ ا

ﺎ ﺮآز

ﺎﻬ

د

ﺎ آ

لﺎ

اﺬٰه

ﻰٰٰ ا

ﺮ ٰ

ﻮه

ﺪا

ا

ا

ن

قزﺮ

بﺎ ﺮ ﻐ

ءﺂ

“ Maka Tuhannya menerimanya sebagai (Nazar) dengan penerimaan yang baik dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Dia (Allah) menjadikan Zakaria sebagai penjaminnya (maryam) setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di Mihrab, ia dapati makanan disisinya. Zakaria berkata : hai Maryam darimana kamu memperoleh makanan ini? Maryam menjawab : makanan itu dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberi rizki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa Hisab ”. ( Q.S. Ali Imran : 37 ).

Jenis – jenis kafalah adalah sebagai berikut : 21

1) Kafalah bin nafs adalah jaminan dari diri si penjamin (personal guarantee).

2) Kafalah bil maal adalah jaminan pembayaran barang atau pelunasan hutang. Dalam aplikasinya, diperbankan dapat berbentuk jaminan uang muka (Advance Payment Bond).

3) Kafalah mualaqoh adalah jaminan mutlak yang dibatasi oleh kurun waktu tertentu dan untuk tujuan tertentu. Dalam perbankan modern hal ini diterapkan untuk jaminan pelaksanaan suatu proyek atau jaminan penawaran.

21

(34)

d. Hiwalah

Hiwalah adalah pengalihan kewajiban dari satu pihak yang mempunyai kewajiban kepada pihak lain.22 Hiwalah juga didefinisikan sebagai pindahnya hutang dari tanggungan seseorang kepada orang lain.23 Landasan hukum hiwalah adalah Al – Qur’an surat Yusuf ayat 72 :

اﻮ ﺎ

ءﺂ

و

ﻚ ا

عاﻮ

ﺎ او

ز

“ Dan siapa yang dapat mengembalikannya, akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban onta dan aku menjamin terhadapnya ( Q.S. Yusuf : 72 )

Jenis Hiwalah berdasarkan obyeknya, ada dua : 24

1) Hiwalah ad – dain, yaitu hiwalah dimana obyeknya adalah hutang. 2) Hiwalah al – haq, yaitu hiwalah dimana obyeknya adalah piutang atau

hak penagihan.

e. Ijarah

22

Syafii Antonio M, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendikiawan h. 121.

23

Moh Rifai Dkk, Terjemah khulashah kifayatul Akhyar, h. 203.

24

(35)

Ijarah secara bahasa berarti upah dan sewa. Transaksi ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah yang banyak dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Ijarah adalah transaksi pertukaran antara ‘ayn berbentuk jasa atau manfaat dengan dayn. Dalam istilah lain, ijarah dapat juga didefinisikan sebagai akad pemindahan hak guna atau manfaat atas barang atau jasa, melalui upah sewa tanpa diikuti pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. 25

Landasan hukum tentang ijarah terdapat dalam Al – Qur’an surat ayat al – Baqarah : 233.

ﻮ ﺮ ا

درا

ناو

̃

اذا

حﺎ

آد واا

فوﺮ ﺎ

ٰا

ااﻮ او

ﻮ او

̃

ناا

ا

نﻮ ﺎ

“ Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu mamberikan bayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. “ ( Q.S. Al – Baqarah : 233 )

Jenis ijarah menurut obyeknya terdiri dari :

25

(36)

1) Ijarah dimana obyeknya manfaat dari barang, seperti sewa mobil, sewa rumah, dan lain – lain.

2) Ijarah dimana obyeknya adalah manfaat dari tenaga seseorang seperti jasa taxi, jasa guru, dan lain – lain.

Harta benda yang dapat dijadikan ijarah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Manfaat dari obyek akad harus diketahui secara jelas. Misalnya dengan memeriksa, atau pemilik memberikan informasi secara transparan tentang kualitas manfaat barang.

2) Obyek ijarah dapat diserah – terimakan dan dimanfaatkan secara langsung dan tidak mengandung cacat yang menghalangi fungsinya. 3) Obyek ijarah dan pemanfaatannya haruslah tidak bertentangan dengan

hukum syara’.

4) Obyek yang disewakan adalah manfaat langsung dari sebuah benda. Misalnya sewa – menyewa rumah untuk ditempati, mobil untuk dikendarai.

(37)

Adapun ijarah yang mentransaksikan suatu pekerjaan atas seorang pekerja atau buruh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Perbuatan tersebut harus jelas batas waktu pekerjaan, misalnya bekerja menjaga rumah satu malam, atau satu bulan. Dan harus jelas jenis pekerjaannya, misalnya memasak, mencuci dan lain – lain. Pendek kata diperlukan adanya job description (uraian pekerjaan). 2) Pekerjaan yang menjadi obyek ijarah tidak berupa pekerjaan yang

telah menjadi kewajiban pihak musta’jir (pekerja) sebelum berlangsung akad ijarah, seperti kewajiban membayar hutang, mengembalikan pinjaman dan lain – lain.

Hukum Islam juga mengatur sejumlah persyaratan yang berkaitan dengan ujrah (upah atau ongkos sewa) sebagaimana berikut ini :

1) Upah harus berupa mal mutaqawwim dan upah tersebut harus dinyatakan secara jelas.

2) Upah harus berbeda dengan jenis obyeknya. Menyewakan rumah dengan rumah lainnya, atau mengupah suatu pekerjaan dengan pekerjaan yang serupa, merupakan contoh ijarah yang tidak memenuhi persyaratan ini. Karena itu hukumnya tidak sah, karena dapat mengantarkan kepada praktek riba.26

f. Rahn

Rahn adalah istilah yang sering digunakan dalam bahasa fikih yang berarti gadai. Rahn adalah sebuah akad utang piutang yang disertai dengan jaminan atau agunan. Sesuatu yang dijadikan agunan disebut marhun, dan pihak yang menyerahkan disebut rahin, sedangkan pihak yang menerima jaminan disebut murtahin.

26

(38)

Pandangan fuqoha tentang kebolehan akad gadai didasarkan pada keterangan Al – Qur’an surat Al – Baqarah ayat 283 sebagai berikut :

ٰ

آ

ناو

ٰهﺮ

ﺎ ﺎآ

اوﺪ

و

ﺔ ﻮ

نﺎ

ا

و

ﺎ ا

ؤا

ىﺬ ا

دﺆ

ا

ر

ةدﺎﻬ ااﻮ ﻜ و

ﺎ ﺎﻬ ﻜ

و

ٰا

او

نﻮ

“ jika (hendak bermuamalah secara tidak tunai) engkau dalam perjalanan sedangkan engkau tidak menemukan seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang. Akan tetapi jika kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) membunyikan persaksian. Dan barang siapa menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( Al – Baqarah : 283 ).

Mengenai al – marhun (benda yang dijadikan sebagai jaminan utang) seluruh fuqaha berprinsip bahwasanya setiap harta benda (al maal) yang sah diperjual belikan sah pula dijadikan sebagai jaminan.

(39)

jaminan berupa harta berserikat, sekalipun tidak ada izin dari pihak sekutunya. Hal demikian, mereka berpendapat bahwa al – rahn (jaminan utang) tidak harus disertai penyerahan barang jaminan. Menurut fuqaha jumhur akad al – rahn harus disertai penyerahan barang jaminan. Menurut mereka piutang dan harta bersama tidak sah dijadikan jaminan, kecuali ada persetujuan dari sekutunya. Fuqaha Syafi’iyah dan Hanabilah mempertegas persyaratan al – marhun harus berupa benda, tidak sah menjaminkan manfaatnya suatu benda.

Mengenai pemanfaatan barang jaminan oleh pihak murtahin (orang yang menerima jaminan) terdapat perbedaan pendapat dikalangan fuqaha, yaitu :

1) Menurut Fuqaha Hanabilah, apabila barang jaminan tersebut berupa binatang (termasuk barang – barang lain yang memerlukan perawatan khusus), maka pemegang gadai boleh mengambil manfaat darinya sebatas biaya atau ongkos perawatan yang dikeluarkannya. Sedangkan apabila barang tersebut tidak memerlukan perawatan, menurut mereka pemegang gadai haram menganbil manfaat apapun darinya.

2) Menurut fuqaha Hanafiyah, al – rahin tidak dapat memanfaatkan barang gadai secara sewenang – wenang, kecuali atas izin dari pemegang gadai. Dan setiap resiko yang ditimbulkan dari pemanfaatan barang tersebut menjadi tanggung jawab pihak yang mengambil manfaat.

3) Menurut fuqaha Syafi’iyah, pemanfaatan barang gadai oleh pemiliknya tidak diperlukan izin dari pihak pemegang gadai. Menurut mereka pemilikan atas barang yang digadaikan tetap bersifat sempurna (milk al – tam) sehingga ia mempunyai kekuasaan penuh untuk bertasharruf atasnya sepanjang tidak merugikan pihak pemegang gadai.

4) Menurut fuqaha Malikiyah, pemilikan atas barang gadai tidak lagi bersifat sempurna. Karena rahin tidak berhak memanfaatkan barang gadai sekalipun ada izin daripihak murtahin. 27

g. Qardh

27

(40)

Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.28

Dalil Al – Qur’an tentang Qardh terdapat dalam firman Allah dalam surat Al – Hadid ayat 11 yaitu :

ٰ

ﺎ ﺎ ﺮ

ﷲا

ضﺮ

يﺬ ااذ

ا

و

آﺮ

“ Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.” ( Q.S. Al – Hadid : 11)

Ada beberapa rukun qardh, yaitu : 1) Pihak yang meminjam (murtaqidh)

2) Pihak yang memberikan pinjaman (muqridh) 3) Dana (berupa Uang atau benda)

4) Ijab qabul (sighat).

4. Instrumen Investasi Syariah

Berdasarkan ketentuan dari fatwa DSN No. 40/DSN/MUI/X/2003 maka produk – produk investasi di pasar modal yang sesuai dengan prinsip syariah dapat berupa:

a. Saham

28

(41)

Saham menunjukkan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas ( PT ). Pemilik saham suatu perusahaan disebut sebagai pemegang saham, merupakan pemilik perusahaan. Tanggung jawab pemilik perusahaan yang berbentuk PT terbatas pada modal yang disetorkan.

Para ahli fiqh berpendapat bahwa suatu saham dapat dikategorikan memenuhi prinsip syariah apabila kegiatan perusahaan emiten tidak tercakup pada hal – hal yang dilarang dalam syariah islam, seperti:

1) Alkohol 2) Perjudian

3) Produksi yang bahan bakunya berasal dari babi 4) Pornografi

5) Jasa keuangan yang bersifat konvensional 6) Asuransi yang bersifat konvensional

Selain dilihat dari sektor kegiatan usahanya, penilaian kesyariahan suatu saham perusahaan juga harus dilihat dari sisi permodalannya, seperti:

1) Rasio atas utang dan ekuitas (debt to equity rati) 2) Cash & interest bearing securities to equity ratio 3) Rasio atas kas dan asset (cash to asset ratio)

(42)

beberapa institusi keuangan telah membuat batasan – batasan untuk kategori saham syariah, Seperti Amerika Serikat melalui Dow Jones Islamic Index, Islamic com, dan di Indonesia dengan Jakarta Islamic Index.

Untuk menetapkan saham – saham yang masuk dalam perhitungan indeks JII dilakukan dengan urutan seleksi sebagai berikut: 1) Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 (tiga) bulan, kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar.

2) Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau semesteran terakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal 90%.

3) Memilih 60 saham dari saham – saham diatas berdasarkan urutan rata – rata kapitalisasi pasar terbesar selama 1 (satu) tahun terakhir.

4) Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata – rata nilai perdagangan reguler selama 1 (satu) tahun terakhir.

b. Obligasi

Obligasi merupakan surat utang dari suatu lembaga atau suatu perusahaan yang dijual kepada investor untuk mendapatkan dana segar.

(43)

mengikat antara penerbit dengan pihak pemberi pinjaman sebagai investor minimal harus berisi 4 hal :

1) Besarnya tingkat kupon serta periode pembayarannya 2) Jangka waktu jatuh tempo

3) Besarnya nominal 4) Jenis obligasi

Besarnya prosentase pembayaran yang diberikan secara periodik atas pembayaran prosentase tertentu didasarkan atas nilai nominalnya atau disebut pembayaran kupon. Kupon merupakan penghasilan bunga obligasi yang didasarkan atas nilai nominal yang dilakukan berdasarkan perjanjian, biasanya setiap tahun atau setiap semester atau triwulan. Penentuan tingkat kupon obligasi biasa ditentukan berdasarkan tingkat bunga komersial yang sedang berlaku.29

Berdasarkan uraian tersebut maka obligasi adalah produk yang tidak sesuai dengan ajaran islam, karena dalam islam suatu hutang piutang termasuk kegiatan tabarru (kebajikan), sehingga diharamkan untuk mendapatkan sesuatu dari kegiatan tersebut.

Obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional. Semenjak ada konvergensi pendapat bahwa bunga adalah riba, maka instrumen – instrumen yang mempunyai komponen bunga (interest – bearing instruments) ini keluar dari daftar investasi halal. Karena itu, dimunculkan alternatif yang dinamakan obligasi syariah.

Merujuk kepada Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 32/DSN-MUI/IX/2002, " Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada

29

(44)

pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo ".

Pada awalnya, penggunaan istilah "obligasi syariah" sendiri dianggap kontradiktif. Obligasi sudah menjadi kata yang tak lepas dari bunga sehingga tidak dimungkinkan untuk di- syariah-kan.

Namun sebagaimana pengertian bank syariah adalah bank yang menjalankan prinsip syariah, tetap menghimpun dan menyalurkan dana, tetapi tidak dengan dasar bunga, demikian juga adanya pergeseran pengertian pada obligasi. Mulanya dikenal sebagai instrumen fixed income karena memberikan kupon dengan bunga tetap (fixed) sepanjang tenornya. Kemudian dikembangkan juga obligasi dengan kupon bunga mengambang (floating) sehingga bunga yang diterima pemegang obligasi tidak lagi tetap. Dalam hal obligasi syariah, kupon yang diberikan tidak lagi berdasarkan bunga, tetapi bagi hasil atau margin/fee.30

Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah yaitu:

a) Mudharabah b) Murabahah c) Salam d) Istishna

e) Ijarah

Obligasi syariah sebagai bentuk pendanaan (financing) dan sekaligus investasi (investment) memungkinkan beberapa bentuk struktur

30

(45)

yang dapat ditawarkan untuk tetap menghindarkan pada riba. Berdasarkan pengertian tersebut, obligasi syariah dapat memberikan:

1) Bagi Hasil berdasarkan akad Mudharabah/Muqaradhah/Qiradh atau Musyarakah. Karena akad Mudharabah/Musyarakah adalah kerja sama dengan skema bagi hasil pendapatan atau keuntungan, obligasi jenis ini akan memberikan return dengan penggunaan term indicative/expected return karena sifatnya yang floating dan tergantung pada kinerja pendapatan yang dibagihasilkan.

2) Margin/Fee berdasarkan akad Murabahah atau Salam atau Istishna atau Ijarah. Dengan akad Murabahah/Salam/ Isthisna sebagai bentuk jual beli dengan skema cost plus basis, obligasi jenis ini akan memberikan fixed return.

c. Reksadana

Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal khususnya pemodal kecil yang tidak mengetahui dan tidak memiliki banyak waktu untuk menghitung resiko atas investasi mereka. Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang mempunyai modal dan keinginan untuk melekukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas.31

31

(46)

Menurut undang – undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27 didefinisikan bahwa Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya dinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi.

Sedangkan Reksadana syariah mengandung pengertian sebagai Reksadana yang pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu pada syariat islam. Yaitu tidak menginvestasikan pada saham – saham atau obligasi dari perusahaan yang pengelolaan atau produknya bertentangan dengan syariat islam.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 18 April 2000 tentang Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah telah mendefinisikan tentang reksa dana syariah yaitu reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al mal/rabb al mal) dengan Manajer investasi sebagai wakil shahib al mal maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil shahib al mal dengan pengguna investasi.

Berdasarkan hal tersebut maka batasan untuk produk – produk yang dapat dijadikan portofolio bagi Reksadana syariah adalah produk – produk investasi sesuai dengan ajaran islam.

Macam – macam Reksadana sesuai kebijakan Investasi meurut peraturan Bapepam adalah :

(47)

Reksadana yang hanya melakukan investasi pada Efek bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu) tahun. Reksadana ini mengutamakan investasi pada jenis – jenis efek di Pasar uang dengan orientasi pendapatan jangka pendek.

2). Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)

Reksadana yang melakukan investasi sekurang – kurangnya 80 % dari aktivanya dalam bentuk Efek bersifat utang. Reksadana ini mengkhususkan pada Efek yang memberikan pendapatan secara tetap.

3). Reksa Dana saham (Growth Funds)

Reksadana yang melakukan investasi sekurang – kurangnya 80% dari aktivanya dalam Efek bersifat Ekuitas. Reksadana ini mengupayakan untuk memperoleh capital gain dalam jangka panjang.

4). Reksa Dana Campuran (Balanced funds)

Reksadana yang melakukan investasi dalam Efek bersifat Ekuitas dan efek bersifat utang yang perbandingan tidak termasuk huruf b dan c diatas. Reksadana ini mengutamakan penganekaragaman jenis efek dengan proporsi yang seimbang antara efek ekuitas dan efek utang.

(48)

syariah yang ada saat ini dan bisa menjadi outlet investasi bagi asuransi syariah adalah:

a. Investasi ke bank – bank umum syariah seperti BMI, BSM

b. Investasi ke bank umum yang memiliki cabang syariah Seperti BNI Syariah, BRI Syariah, BII Syariah, Danamon Syariah, Bank IFI Syariah dll.

c. Investasi ke BPR Syariah dan Baitul Mal wat Tamwil (BMT)

d. Investasi langsung ke perusahaan yang tidak menjual barang haram atau maksiat dengan sistem mudharabah, wakalah, wadiah dll

e. Investasi ke lembaga keuangan syariah lainnya seperti Reksadana syariah, modal ventura syariah, leasing syariah, pegadaian syariah, obligasi syariah dll.

Jenis investasi syariah yang saat ini diimplementasikan di perusahaan asuransi syariah di Indonesia:

1. Deposito mudharabah, investasi dapat dilakukan di bank syariah 2. Obligasi syariah, yaitu investasi dengan membeli obligasi syariah

yang diterbitkan oleh bank syariah atau lembaga keuangan lain yang berdasarkan prinsip syariah dengan nisbah tertentu.

(49)

4. Saham, yaitu dengan membeli saham – saham yang menjadi anggota JII di BEJ

5. Penyertaan langsung, yaitu melakukan penyertaan langsung pada perusahaan yang secara analisis studi kelayakan menguntungkan. 6. Bangunan, dengan membeli aktiva tetap yang kemudian disewakan. 7. Pembiayaan mudharabah, investasi yang dilakukan dengan akad

kerjasama usaha antara shohibul mal dan mudharib dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan.

8. Pembiayaan bai bithaman ajil, investasi dengan akad jual beli barang yang menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati bersama.

9. Hipotik yaitu memberikan pinjaman dalam bentuk hipotik untuk pembiayaan kendaraan bermotor dan rumah.

Departemen keuangan (SK Dirjen No. Kep. 4499/LK/2000 tanggal 11 September 2000) sebagai regulator mengeluarkan peraturan tentang tempat investasi bagi asuransi syariah yaitu:

1) Deposito dan sertifikat deposito syariah

2) Deposito dan sertifikat deposito pada BPRS 10% 3) Sertifikat wadiah bank Indonesia 20%

4) Saham syariah yang tercatat di BEJ 20% 5) Obligasi syariah yang tercatat di BEJ 20%

(50)

8) Surat berharga syariah yang diterbitkan/dijaminkan pemerintah 20% 9) Reksadana syariah 20%Investasi langsung 10%

10)Pembiayaan Modal kerja dengan skema mudharabah 10% 11)Bangunan atau tanah dengan bangunan untuk investasi 20% 12)Hipotik/mudharabah 30%

13)Pinjaman polis

Dalam Keputusan Menteri Keuangan terbaru No. 424/KMK.06/2003, jenis investasi yang diperkenankan untuk perusahaan asuransi dan reasuransi dengan prinsip syariah adalah sebagai berikut : a. Deposito berjangka dan sertifikat deposito pada bank, termasuk

deposit on call dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1 (satu) bulan.

b. Saham yang tercatat di bursa efek.

c. Obligasi dan Medium Term Notes dengan peringkat paling rendah A atau yang setara pada saat penempatan.

d. Surat berharga yang duterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia.

e. Unit penyertaan reksa dana.

f. Penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek).

g. Bangunan dengan hak strata atau tanah dengan bangunan, untuk investasi.

(51)

i. Pembiayaan kepemilikan tanah dan atau bangunan, kendaraan bermotor, dan barang modal dengan skema murabahah (jual beli dengan pembayaran ditangguhkan).

j. Pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah (bagi hasil).

B. ASURANSI SYARIAH

1. Pengertian Asuransi

Ruang lingkup usaha asuransi yaitu jasa keuangan yang menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi, memberi perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang.

M. Az Zarqa mengatakan bahwa asuransi syariah adalah sebuah sistem ta’awun atau tadhawun yang bertujuan untuk menutupi kerugian peristiwa – peristiwa atau musibah, tugas ini dibagikan kepada sekelompok tertanggung dengan cara memberikan pengganti kepada orang yang tertimpa musibah. Pengganti tersebut diambil dari kumpulan premi – premi mereka.32

Dalam ekonomi Islam, asuransi syariah merupakan lembaga keuangan Syariah non Bank, yang bergerak dibidang jasa penjamin atau pertanggungan risiko. Karenanya asuransi syariah dapat dilihat sebagai

32

(52)

lembaga keuangan non Bank yang beroperasi dalam bidang pertanggungan atau pinjaman risiko kepada para nasabah.33

DSN MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 dalam fatwanya tentang pedoman umum asuransi syariah (Ta’min, takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui iuran tabarru’ untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) sesuai dengan syariah.34

Sedangkan pada pasal 246 KUHD asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian (timbal balik), dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya, karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.35

Berdasarkan definisi tersebut maka dalam asuransi terkandung tiga unsur, yaitu:

a. Pihak tertanggung (Insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung, secara sekaligus atau angsuran

b. Pihak penanggung (Insurer) yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan) kepada tertanggung, apabila terjadi sesuatu risiko yang mengandung unsur ketidakpastian.

33

Hendi Suhendi dan Denik, Yusuf, Asuransi Takaful : Dari Teori ke Praktis (Bandung, Mimbar Pustaka asuransi), h.3.

34

Tim penyusun Fatwa dewan Pengawas Syariah Nasional, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional ( Jakarta : Intermasa, 2003 ), Edisi ke-2, H. 135.

35Purwosutcjpto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 6 (Jakarta: Djambatan, 1996),

(53)

c. Suatu peristiwa (accident) yang tidak diketahui sebelumnya

Pengertian asuransi dalam UU No. 2 Th. 1992 ketentuan pasal 1 angka (1) Asuransi atau pertanggungan adalah “ perjanjian antara dua belah pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan “. 36

Istilah lain yang sering digunakan untuk asuransi syariah adalah Takaful. Kata Takaful berasal dari takafala-yatakafalu, yang secara epistimologis berarti menjamin atau saling menaggung. Kata Takaful sebenarnya tidak dijumpai dalam Al – Qur’an. Namun ada sejumlah kata yang seakar dengan Takaful, seperti dalam surah Thaha ayat 40. Takaful dalam pengertian muamalah adalah saling memikul risiko diantara sesama orang sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Saling pikul resiko ini dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan dengan cara masing – masing mengeluarkan dana tabarru’ dana sumbangan, derma yang ditujukan untuk menanggung risiko. Takaful dalam pengertian ini sesuai dengan Al – Qur’an surat Almaidah ayat 2 yang berbunyi :

36

(54)

ٰﻮ او

ﺮ ﺎى

اﻮ و

ﺎ و

ى

ناوﺪ او

ﺎى

اﻮ وﺎ و

ااﻮ او

ا

نا

بﺎ اﺪ ﺪ

“ Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong – menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” ( Al – Maidah : 2 )

Asuransi kerugian adalah usaha asuransi yang memberikan jasa dalam penanggulangan resiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.

Dari definisi diatas tampak bahwa asuransi syariah bersifat saling melindungi dan tolong – menolong yang disebut ta a’wun yaitu prinsip hidup saling tolong – menolong dan melindungi atas dasar ukhuwah islamiah antara sesama anggota peserta asuransi syariah dalam menghadapi risiko.

2. Prinsip Dasar Asuransi Syariah

Industri asuransi, baik asuransi kerugian maupun asuransi jiwa, memiliki prinsip – prinsip yang menjadi pedoman bagi seluruh penyalenggaraan kegiatan perasuransian dimanapun berada.37

a. Insurable Interest (Kepentingan yang dipertanggungkan)

37

(55)

Iinsurabe interest didefinisikan oleh Darmawi adalah sebagai hak atau adanya hubungan dengan persoalan pokok dari kontrak, seperti menderita kerugian financial, sebagai akibat terjadinya kerusakan, kerugian, atau kehancuran suatu harta. Tanpa insurable interest, suatu kontrak akan merupakan kontrak taruhan atau kontrak perjudian, lagi pula dapat menimbulkan niat jahat untuk menyebabkan terjadinya kerugian dengan tujuan memperoleh santunan. Jika insurable interest itu ada, maka tidak mungkin mendapatkan keuntungan dari peristiwa tersebut.

b. Utmost Good Faith (Kejujuran Sempurna)

Utmost Good Faith adalah bahwa kita berkewajiban memberitahukan sejelas – jelasnya dan teliti mengenai segala fakta – fakta yang penting yang berkaitan dengan objek yang diasuransikan. Kewajiban untuk memberikan fakta – fakta penting tersebut berlaku : 1) Sejak perjanjian mengenai perjanjian asuransi dibicarakan sampai

kontrak asuransi selesai dibuat.

2) Pada saat perpanjangan kontrak asuransi

3) Pada saat terjadi perubahan pada kontrak asuransi dan mengenai hal – hal yang ada kaitannya dengan perubahan – perubahan itu.

c. Indemnity (Indemnitas)

(56)

diderita tertanggung. Artinya batas tertinggi kewajiban penanggung berdasarkan prinsip ini adalah memulihkan tertanggung pada ekonomi yang sama dengan posisinya sebelum terjadi kerugian.

d. Subrogation (Subrogasi)

Prinsip subrogasi diatur dalam Undang – undang Hukum Dagang Pasal 284 yang berbunyi : “Apabila seorang penanggung telah membayar ganti rugi sepenuhnya kepada tertanggung, maka penanggung akan menggantikan kedudukan tertanggung dalam segala hal untuk menuntut pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian pada tertanggung”. Dengan kata lain, apabila tertanggung mengalami kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pihak ketiga maka penanggung setelah memberikan ganti rugi kepada tertanggung, akan menggantikan kedudukan tertanggung dalam mengajukan tuntutan kepada pihak ketiga tersebut.

e. Contribution (Kontribusi)

Prinsip kontribusi berarti bahwa apabila penanggung telah membayar penuh ganti rugi yang menjadi hak tertanggung, maka penanggung berhak menuntut perusahaan – perusahaan lain yang terlibat suatu pertanggungan (secara bersama – sama menutup asuransi harta benda milik Anda) untuk membayar bagian kerugian masing – masing yang besarnya sebanding dengan jumlah pertanggungan yang ditutupnya.

(57)

Apabila kepentingan yang diasuransikan mengalami musibah atau kecelakaan, maka pertama – tama penanggung akan mencari sebab – sebab yang aktif dan efisien yang menggerakkan suatu rangkaian peristiwa tanpa terputus sehingga pada akhirnya akan terjadilah peristiwa atau musibah tersebut. Suatu prinsip yang digunakan untuk mencapai penyebab kerugian yang aktif dan efisien adalah : “ Unbroken Chain of Events “ yaitu suatu rangkaian mata rantai peristiwa yang tidak terputus. Sebagai contoh, kasus klaim kecelakaan diri berikut ini :

1) Seorang mengendarai kendaraannya di jalan tol dengan kecepatan tinggi sehingga mobil tidak terhindari dan terbalik.

2) Korban luka parah dan dibawa ke rumah sakit. 3) Tidak lama kemudian korban meninggal dunia.

Dari peristiwa tersebut diketahui bahwa kuasa proksimalnya adalah korban mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi sehingga mobil tidak terkendali dan terbalik. Melalui kuasa proksimal akan dapat diketahui apakah penyebab terjadinya musibah atau kecelakaan tersebut dijamin dalam kondisi polis asuransi atau tidak.

Prinsip yang diterapkan dalam asuransi syariah tidaklah jauh berbeda dari prinsip yang berlaku pada konsep ekonomika islami secara komprehensif dan bersifat major. Hal ini disebabkan karena kajian asuransi syariah merupakan turunan ( minor ) dari konsep ekonomi islami. Dalam hal ini, prinsip dasar asuransi syariah ada sepuluh macam, yaitu :38

a. Tauhid (Unity)

38

(58)

Prinsip Tauhid (unity) adalah dasar utama dari setiap bentuk bangunan yang ada dalam syariah islam. Setiap bangunan dan aktivitas kehidupan manusia harus didasarkan pada nilai – nilai tauhidnya. Artinya bahwa setiap gerak langkah serta bangunan hukum harus mencerminkan nilai – nilai ketuhanan.

b. Keadilan (Justice)

Prinsip kedua dalam berasuransi adalah terpenuhinya nilai – nilai keadilan (justice) antara pihak – pihak yang terikat dengan akad asuransi. Keadilan dalam hal ini dipahami sebagai upaya dalam menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah (anggota) dan perusahaan asuransi.

c. Tolong menolong (Ta’awun)

Praktik tolong – menolong dalam asuransi adalah unsur utama pembentuk (DNA-Chromosom) bisnis asuransi. Tanpa adanya unsur ini atau hanya semata – mata untuk mengejar keuntungan bisnis (profit oriented) berarti perusahaan asuransi itu sudah kehilangan karakter utamanya, dan seharusnya sudah wajib terkena pinalti untuk dibekukan operasionalnya sebagai perusahaan asuransi.

d. Kerja Sama (Cooperation)

(59)

Dalam operasionalnya akad yang dipakai dalam bisnis asuransi dapat memakai konsep mudharabah atau musyarakah.

e. Amanah (Trustworthy)

Prinsip amanah dalam organisasi perusahaan dapat terwujud dalam nilai – nilai akuntabilitas (pertanggungjawaban) perusahaan melalui penyajian laporan keuangan tiap periode. Dalam hal ini perusahaan asuransi harus memberi kesempatan yang besar bagi nasabah untuk mengakses laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi harus harus mencerminkan nilai – nilai kebenaran dan keadilan dalam bermuamalah dan melalui auditor public.

f. Kerelaan (al – ridha)

Dalam bisnis asuransi, kerelaan dapat diterapkan pada setiap anggota (nasabah) agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan sejumlah dana (premi) yang disetorkan ke perusahaan asuransi, yang difungsikan sebagai dana sosial (tabarru).

g. Larangan Riba

(60)

h. Larangan Maisir ( judi)

Yaitu adanya salah satu pihak yang untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian.

i. Larangan Gharar (Ketidakpastian)

Gharar dalam pengertian bahasa adalah al – khida’ (penipuan) yaitu suatu tindakan yang didalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan.

3. Sistem Operasional Asuransi Syariah

Sistem operasional asuransi syariah dilandasi oleh tiga prinsip, yaitu :

a. Rasa saling bertanggungjawab b. Kerja sama dan saling membantu

c. Serta saling melindungi antara para peserta dan perusahaan.

Perusahaan asuransi syariah bertindak sebagai mudharib, yaitu pihak yang diberi kepercayaan atau amanah oleh para peserta sebagai shahibul maal untuk mengelola uang premi dan mengembangkan dengan jalan yang halal sesuai dengan syariah serta memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai dengan akad.

(61)

Pembagian keuntungan didasarkan atas akad awal yang telah disepakati antara perusahaan dan peserta dalam bentuk persentase atau sistem pembagian tertentu, seperti 60 % : 40 % dari pendapatan bersih setelah dikurangi berbagai macam biaya atau beban asuransi, seperti reasuransi dan klaim. Surplus tersebut kemudain dibagi hasil antara peserta dan perusahaan. Bagian perusahaan ini diambil sebagai biaya operasional sebelum menjadi profit perusahaan.

4. Pembebanan biaya operasional

Untuk menghindari unsur ketidakadilan bagi peserta yang tidak mengetahui penggunaan dananya oleh perusahaan, perusahaan asuransi syariah tidak diperbolehkan membayar uang komisi agen atau biaya lainnya dengan uang premi, kecuali untuk penggunaan dana tabarru yang besarnya 5-10 % atas izin dan keikhlasan peserta. Ini karena dana tersebut akan dimanfaatkan untuk dana kebajikan dalam bentuk bantuan kepada peserta yang terkena musibah. Dengan tidak adanya pemotongan biaya, peserta pada tahun pertama telah memiliki nilai tunai yang dapat diambil jika peserta mengundurkan diri pada tahun pertama atau bulan pertama. Dana akan dikembalikan penuh kecuali dana tabarru.

(62)

20-30 % dari premi tahun pertama. Agar tidak menyalahi akad mudharabah dan tabarru, perusahaan asuransi syariah tidak diperbolehkan mengenakan biaya tersebut kepada peserta.39

5. Mekanisme Pengelolaan Dana Premi

pengelolaan adalah pengurusan, penyelenggaraan dan manajemen perusahaan40. Dana adalah jumlah uang yang di sediakan untuk suatu kumpulan41. Premi adalah kewajiban peserta asuransi untuk memberikan sejumlah dana kepada perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.42

Jadi pengelolaan dan premi adalah pengurusan oleh perusahaan didalam mengurusi dana premi yang sudah terkumpul, dengan cara menginvestasikannya ke lembaga – lembaga keuangan lain yang berbasis syariah.

Dalam praktik di beberapa perusahaan asuransi kerugian syariah di Indonesia dan Malaysia, mekanisme pengelolaan dana adalah sebagai berikut; Dana dibayarkan peserta, kemudian terjadi akad mudharabah (bagi hasil) antara mudharib (pengelola) dan shahibul mal (peserta). Kumpulan dana tersebut kemudian diinvestasikan secara syariah ke bank syariah maupan ke investasi syariah lainnya, lalu dikurangi biaya – biaya operasio

Gambar

Tabel. 4.1
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Gambar 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menghasilkan kesimpulan (1) Peningkatan learning community dapat dicermati dengan adanya (a) Komunikasi dua arah, antara guru model dan observer; (b)

Pada pengamatan hari ke 8, pertumbuhan batang pada media yang di tempatkan pada tempat gelap batang tumbuh tinggi dengan rata rata panjang sekitar 340 mm dan tumbuh menyebar,

• Kepala Seksi Logistik bertanggung jawab , untuk menerima barang dari pusat dan membuat Bukti Penerimaan Barang (BPB), berdasarkan pada Formulir Permintaan Barang

Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut diatas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Yayasan Mitra Mandiri tanggal 31

Berdasarkan fokus penelitian, maka pertanyaan utama yang diajukan adalah “Bagaimanakah Manajemen CPD ( Continuing Professional Development ) dalam Upaya

Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi bangkitan perjalanan pada perumahan UKA yaitu dengan variabel bebas X1 adalah Jumlah anggota keluarga, X2 adalah Jumlah

Oleh yang demikian, kajian yang dikemukakan ini akan memberikan perhatian khusus kepada persoalan puitika sastera wanita yang dilihat secara perbandingan dalam proses penciptaan

43 STAI al-Qodiri Jember Hukum Ekonomi Syariah 44 STAI al-Yasini Pasuruan Hukum Ekonomi Syariah 45 STAI at-Tahdzib Jombang Hukum Ekonomi Syariah 46 STAI Istiqlal Buleleng Bali