• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kampanye konsep kenegaraan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kampanye konsep kenegaraan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sajana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)

Oleh

Zakaria al-Anshori

NIM: 104051001888

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Zakaria al-Anshori NIM: 104051001888

Di Bawah Bimbingan

Dr. H. A.Ilyas Ismail, MA NIP: 19630405 19403 1001

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

INDOESIA (HTI) Telah diujikan dalam siding munaqasyah pada 04 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.) pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam

Ciputat, 04 Juni 2010

Sidamg Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Wahidin Saputra, M.A Umi Musyarofah, M.A NIP: 19700903 199603 1001 NIP: 19710816 1999703 2002

Penguji I Penguji II

Drs. Jumroni, M.Si Drs. H. Sunandar, M.A NIP: 19630515 19203 1006 NIP: 19620626 1964031 1002

Pembimbing

(4)

Nuansa demokrasi saat ini seakan mengarah kepada gerak globalisasi politik dan globalisasi ekonomi yang seolah terbangun dengan spirit kavitalisme, namun dalam perjalanan nya paham ini ditantang dan dihadapkan dengan satu antitesa yaitu Islam, karena ideologi inilah yang dianggap mengancam kelangsungan ekonomi dan politik global, karena fahaminilah yang bisa menimbulkan gerakan massif dan radikal, namun dalam tulisan hanya dibahas pemahaman Islam saja dalam menghadapi globalisai tersebut yang dalam hal ini direferesentasikan oleh organisasi islam fundamental yang mengusung konsep Dawlah Khilafah Islamiyah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data hingga analisis data dengan studi kepustakaan maupun lapangan yang merujuk pada metode penelitian kwalitataif, untuk menemukan data-data yang berkaitan sekaligus jawaban atas rumusan masalah yang sudah ditentukan, tentang bagaimana Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mengkonseptualisasikan system ekonomi dan politik menurut Islam dengan bangunan Khilafah Islamiyah. Bagimana mereka mampu memasarkan gagasan dan ide politik mereka kepada pasar politik, karena kampanye pada intinya adalah How to Shall dan How to Share.

Teori yang digunakan dalam penulisan ini adalah teori kampanye (Campaign Theory)

Arnold Steinberg dan Karl W. Deutsch. kampanye merupakan proses komunikasi terencana dan sistematis yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, kampanye selalu melekat pada kegiatan komunikasi persuasif, karena kegiatan komunikasi persuasif secara sistematis mampu menciptakan ruang baru dan membentuk paradigma berfikir khalayak sasarannya atas satu ide dan gagasan. Yang dalam hal ini Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ingin mencapai proyek utama mereka yaitu tegaknya Khilafah Islamiyah atau sistem ketatanegaraan yang Islami di Indonesia.

Dalam waktu kurang lebih tujuh bulan mengadakan penelitian,secara garis besar penulis menemukan strategi kampanye Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) itu melalui beberapa tahapan; petama Marhalatu At-tasqif yaitu tahap pembinaan dan pengkaderan, kedua

Marhalatu At-tafaul ma’a Al-ummah Yaitu tahap berinteraksi dan bergaul dengan umat, ketiga Al-kifahu As-siyasi yaitu tahap perjuangan piolitik dalam menghadapi kekuatan politik diluar Islam, dan keempat Istilamu Al-hukmi tahap penyerahan kekuasaan atau pengambilalihan kekuasaan dari pemerintah yang menerapkan hukum-hukum kufur, dan menerapakan hukum islam secara menyeluruh dalam system kenegaraan dan kegamaan.

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mempunyai konsep ketatanegaraan sendiri, mereka mecoba mengkonseptualisasikan system ketatanegaraan dan semua aspek-aspek yang berhubungan dengan Negara dan kewarga negaraan, mulai dari Hubungan Internasional, Politik dan ekonomi dalam Islam, system pertanian, Bentuk-Bentuk Kepemilikan (individu maupun umum), dan semua factor-faktor yang mengarah kepada berdirinya suatu negara Islam (Dawlah Khilafah).

Selain itu mereka sebelum melalui tahapan-tahapan marhalah diatas mereka membentuk partai bawah tanah terlebih dahulu, partai bawah tanah ini sering kali dimusuhi penguasa dimana partai itu berada, karena agenda-agenda yang diperjuangkan secara diametral bertentangan dengan ideologi negara ia berada. Namun, meskipun timbul-tenggelam partai ini tetap eksis hingga sekarang, partai yang berpusat di Yordania ini telah menyebar ke berbagai negara di hampir seluruh Timur Tengah dan di negara-negara lain dengan cara bergerak di bawah tanah.

(5)

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin ungkapan rasa Syukur dari hati yang paling

dalam kepada Allah SWT, yang terucap lewat lisan insan lemah ini, yang

senantiasa memberikan inayah dan Hidayah Nya serta kekuatan dzahir dan bathin,

moril maupun materil, sehingga dalam upaya menyelasaikan penulisan skripsi ini

penulis merasa mendapat spirit tersendiri dalam menyelesaikannya ketika

mengingatya, terlepas dari kemungkinan ketidak sempurnaan penulisan skripsi ini

Shalawat dan Salam tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW,

refererensi utama semua umat dalam memberikan ketauladan mencari ilmu

pengetahuan yang menjadi lentera dalam kehidupan baik dunia maupun akhirat

bagi umatnya dimanapun.

1. Treima kasih kepada Dr.Arief Subhan,M.A selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi beserta jajarannya: Bpk.Drs.Wahidin Saputra,M.A selaku Pudek I,

Bpk. Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II, dan Bpk. Drs. Study Rizal

LK,M.A selaku Pudek III.

2. Terima kasih yang tinggi khusus kepada Bpk. Dr. A. Ilyas Ismail, M.A yang

setia membimbing penulis dalam penyusunan kripsi ini,

3. Terima kasih kepada Bpk. Drs. Jumroni, M.Si. selaku ketua Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam, juga kepada Ibu Umi Musyarofa, M.A.

selaku Sekretaris Jurusan, yang kerap kali memberikan In-put dan solusi ketika

penulis menemukan Trouble dalam penulisan sehinnga memberi kemudahan

bagi penulis .

(6)

selalu mengiringi penulis dan sekaligus spirit energi bagi penulis untuk tetap

semangat dalam proses penulisan skripsi ini.

5. Terima kasih untuk pihak peugurus HTI DKI Jakarta pancoran, Bpk. Ismail

Yusanto Jubir HTI beserta yang mewakilinya Bpk Nidahar dan pengurus lain.

Yang juga sangat berkontribusi bagi penulis dalam mengumpulkan data-data

penulisan.

6. Terima kasih untuk kawan-kawan LS-ADI. Bagus, Ryphonk, Wahyu, Sule,

Munir, Ibenk serta yang lain yang dengan celetukan-celetukan persahabatan

mereka membuat penulis merasa gerah untuk bangkit kembali ketika malas.

Kawan-kawan HIMABO: Sopian, fauzi, Ipin, Fauzan, Riri dan teman-teman

HIMABO yang lain pula, yang juga memberikan motivasi kepada penulis

untuk terus berusaha menyelsaikan penulisan skripsi ini.

7. Terimakasih kawan di KPI D 2004, Mila, Odah, Solah, Opik yang ikut

membantu penulis dalam memberikan referensi pencarian data. kawan-kawan

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi: Ade Rahmat, Lutfhi, Mukhlisin,

Nida, Arul, Anwar, Herdi, Irfa, Yayan dan kawan-kawan tahun 2004 yang

semuanya juga bagian dari stimulus bagi penulis.

8. Terima kasih untuk teman-teman IRPAJA, Enden, Lege, Iwan, Faris, Harli,

Tauhid, Nasef, Nunu, Tuti, Rika dan teman-teman pengurus lain yang

kesemuanya adalah teman suka-duka dalam membawa pemuda Parakan Jati

lebih peduli terhadap kemajuan kampong koe, sehinnga penulis merasa dengan

semangat mereka lebih giat menyelesaikan skripsi ini.

(7)

iv semangat nya.

10.Terima kasih kepada kawan-kawan Kobong crew, Membi, Rouf, Abe ganteng,

Caunk, Ma’mun, Abot dan sohib yang lain, sohib yang sering memberi tawa

kepada penulis disaat penulis mencari hiburan.

11.Tidak lupa terima kasih untuk Tri Kusumawati teman yang sering menemani

penulis dalam kesulitan, menghibur penulis sehingga penulis merasa lega

ketika lelah, pusing, dan jenuh untuk bangkit kembali melihat sampai dimana

penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulis yang mohon maaf tidak saya sebutkan namanya, namun

jasanya akan selalu diingat. Penulis berharap skripsi ini menjadi satu bentuk

terima kasih kepada mereka sekaligus dapat bermanfaat setidaknya menjadi

tambahan catatan kecil bagi kontribusi pengetahuan yang mungkin nilainya

hanyan setetes dari lautan pengetahuan Tuhan. Penulis sangat membuka ruang

segala kritik dan masukan terhadap apa yang terkandung dalam tulisan ini.

Ciputat, 04 Juni 2010

(8)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Metodologi Penelitian ... 10

E. Tinjauan Pustaka... 11

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kerangka Teori dan Pengertian Kampanye ... 14

B. Bentuk-Bentuk Kampanye ... 16

C. Pengertian Negara dan Sistem Ketatanegaraan ... 17

D. Bentuk-Bentuk Negara ... 22

E. Unsur-Unsur Negara ... 21

F. Hubungan Negara dengan Warga Negara, dan Agama ... 23

BAB III PROPIL HIZBUT TAHRIR INDONESIA A. Sejarah Singkat Hizbut Tahrir (HT) dan Gerakan Transmisinya ke Indonesia ... 27

B. Gambaran Umum Hizbut Tahrir Indonesia Indonesia ... 30

(9)

vi

D. Tujuan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)... 36

BAB IV ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN A. Pemikiran dan Konsep Sistem Kernegaraan Perspektif Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ... 39

1. Struktur Negara Islam (Dawlah Islamiyah) ... 39

2. Sistem Pemerintahan Islam... 40

a. Sistem sosial Politik ... 40

b..Sitem Sosial Ekonomi ... 41

c.Sistem Pertanian ... 43

d.Hubungan Internasional ... 44

B. Strategi dan Metode yang Dijalankan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dalam Mengkampanyekan Konsep Ketatanegaraannya dan Pikiran Politiknya ... 45

1. Partai Bawah Tanah ... 45

2. Tahapan-tahapan yang dijalankan HTI ... 49

3. Media komunikasi ... 50

C. Seruan Hizbut Tahrir Indonesia ... 50

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 54

B. Kritik dan Saran ... 56

(10)

A. Latar Belakang

Mengkaji politik suatu negara sebesar dan sekomplek Indonesia selalu

merupakan sebuah tantangan dalam usaha menemukan konsep kenegaraan

maupun corak pemikiran serta ideologi apa yang cocok bagi negara Indonesia

yang komplek ini sudah barang tentu tidak bisa tanpa bantuan ilmu sejarah.

Memang ilmu sejarah tidak mugkin sama sekali mengadakan rekontruksi

keseluruhan masa lalu, tetapi hanya melalui hasil rekontruksi sejarah dan

dinamika masa lalu akan dapat diketahui dan dipahami arti peristiwa dan

kejadian-kejadian masa lalu, tanpa adanya intervensi pengetahuan yang diberikan

sejarah, masa lalu itu tidak lebih dari lautan peristiwa yang terus terjadi tanpa

henti dan tanpa pesan. Usaha rekontruksi sejarah masa lalu hanyalah satu corak

rangsangan yang diberikan oleh keprihatinan masa kini, keprihatinan itu bisa juga

menimbulkan berbagai renungan, pemikiran, dan perbuatan. Dikalangan

masyarakat yang cukup memiliki rangsangan yang didapat dari keprihatinan

intelektual masa kini itu sangat dipengaruhi oleh pandangan subjektif tentang

dinamika politik, ekonomi, sosial, maupun keagamaan.

Bebicara tentang bagaimana mengkonseptualisaikan arah bangsa dalam

perkara-perkara sosial dan politik tidak bisa serta-merta dengan mengagas satu ide

atau ideologi yang semata-mata hanya melihat satu komunitas maupun satu sisi

kekinian saja, tentunya kita harus melihat bagaimana sejarah mengukir dan

(11)

meletakan Indonesia sejak masa lalu hingga kini. Semenjak Indonesia muncul

sebagai sebuah gagasan, sudah ada berbagai pandangan yang bersaing tentang

negara-bangsa seperti apa seharusnya Indonesia ini. Kaum Nasionalis Sekuler

seperti Mohammad Hatta misalnya, membayangkan sebuah Negara demokrasi

sosial modern yang berkomitmen pada pekembangan ekonomi kapitalis,

pendidikan, dan keadilan sosial. Kelompok komunis Indonesia juga memiliki

beberapa cita-cita yang sama dengan kaum nasionalis sekuler tetapi mereka

mengambil garis yang lebih keras terhadap Belanda. Penyebaran pemikiran Lenin

bahwa kolonialisme adalah perpanjangan logis dari kaptalisme juga banyak

berperan dalam mempersatukan rakyat Indonesia dan memobilisasinya untuk

melawan Belanda. Aliran ketiga yang lebih beragam dari pada yang dua terdahulu

adalah Islam. Organisasi Islam yang berpengaruh saat itu adalah Sarekat Islam

(SI) dan Muhammadiyah yang modernis. Organisasi-organisasi ini merupakan

kekuatan rakyat yang kokoh yang mempertalikan ratusan atau bahkan jutaan ribu

orang yang mendambakan suatu negara merdeka bedasarkan prinsip-prinsip

Islam.1 Jelas terlihat bahwa sejak awal munculnya Indonesia sebagai sebuah

gagasan Islam sudah menjadi oposisi yang cukup diperhitungkan yang pada

gilirannya menjadi kekuatan politik yang cukup mempunyai daya Propagate

terhadap ideologi politik keagamaan di Indonesia

Sedikit mengulas tentang sejarah Indonesia. Indonesia dikenal sebagai

negara Muslim terbesar di dunia, uniknya Indonesia bukanlah sebuah Negara

1

(12)

Islam, dari keunikan ini perdebatan pola hubungan Islam dan negara di Indonesia

merupakan perdebatan politik yang tak kunjung selesai. Perdebatan ini telah

muncul dalam perdebatan publik telah dimulai sebelum Indonesia merdeka.

Perdebatan tentang Islam dan Nasionalisme Indonesia antara tokoh Nasionalis

Muslim dan Nasionalis Sekuler pada 1920-an merupakan babak awal pergumulan

Islam dan negara pada kurun-kurun selanjutnya. Tulisan-tulisan tentang Islam dan

watak nasionalisme Indonesia menghiasi surat kabar pergerakan nasional pada

waktu itu, namun perdebatan tentang Islam dan konsep-konsep ideologi sekuler

menemukan titik klimaksnya pada persidangan formal dalam sidang-sidang majlis

Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)

pada tahun 1945. Namun perdebatan tentang Islam dan negara kembali

menghangat dikalangan kelompok Nasionalis Muslim yang direferesentasikan

oleh H.Agus Salim, KH. Mas Mansur, dan KH. Wachid Hasyim yang

menyuarakan aspirasi Islam dengan mengajukan usul konsep negara Islam dengan

menjadikan Islam sebagai dasar negara bagi Indonesia yang kemudian ditolak

oleh kaum nasionalis sekuler dengan alasan kemajemukan Indonesia dan perasaan

senasib melawan penjajah mendasari alasan mereka menolak konsep negara

agama (Islam).2

Diawal kemerdekaan pada Tahun 1945 Indonesia mampu merebut

kemerdekaan dalam mengusir pasukan Jepang yang saat itu secara tidak langsung

dibantu oleh tentara sekutu yang menyerang Hirosima dan Nagasaki, namun

Belanda mulai kembali mendatangi Indonesia untuk melancarkan jajahanya dan

2

(13)

memperkuat cengkraman hegemoninya ditanah Indonesia ini. 1949, setelah

Indonesia berhasil merebut kemerdekaan secara resmi dari Belanda lewat

Konferensi Meja Bundar (KMB), Indonesia menjalankan suatu sistem

pemerintahan Demokrasi Parlementer yang kemudian bermetamorfosis menjadi

demokrasi terpimpin yang dipimpin dan diduduki oleh Ir.Soekarno, hubungan

Islam dengan Negara kembali mengalami keteganagan dalam bentuk perseteruan

sengit antara kelompok partai politik Islam, seperti partai Masyumi dan partai NU

dengan partai politik sekuler seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai

Nasionalis Indonesia (PNI) dan sebagainya. Sistem pemerintahan demokrasi

terpimpin ala Presiden Soekarno berakhir pada tahun 1996 diawali dengan

peristiwa G-30 S PKI kemudian disusul dengan penandatanganan “super semar”

peristiwa ini sekaligus memberikan indikasi jatuhnya kekuasaan Ir.Soekarno ke

tangan Jendral.Soeharto.3

Ditangan Jendral Soeharto, sistem pemerintahan berubah menjadi

Demokrasi Pancasila dengan berlandasakan pada kemajuan pembangunan.

Singkatnya, melalui ideologi developmentalismenya Indonesia masuk ke dalam

program internasional pada abad 20, yang diawal abad 21-an program ini sering

disebut dengan perdagangan bebas atau Globalisasi ekonomi dan teknologi.

Dengan diterapkannya globalisasi diseluruh negara-negara belahan dunia

terwujudlah suatu sistem ekonomi mapun politik global yang sering disebut

dengan ekonomi Leberal dan Demokrasi Liberal serta ditandai dengan

perdebatan-perdebatan dikalangan elit-elit ekonom kaliber dan politisi-politisi

3

(14)

lokal yang mempunyai kemampuan tingkat internasional berupaya menyampaikan

asumsi mereka dengan interpretasi mereka dalam seminar-seminar, lokakarya,

maupun lewat media-media demi mewujudkan ekonomi politik yang diadopsi dari

dunia Barat,

Setelah diperhatikan ternyata sungguh Islam pun sedari dulu sarat sekali

dengan peranan-peranan tokoh yang bersifat politis. Yang kemudian muncul

dalam Main-set masyarakat sebagai umat Islam baik secara individu maupun

kolektif mempunyai tugas dakwah harus melihat sisi ini yang kemudian dalam

kontekstual mencoba menformulasikan serta mengkonstruk opini masyarakat

muslim upaya membentuk paradigma baru dalam melancarkan dakwah melalui

politik. Di Indonesia, hasil survei Roy Morgan menunjukkan bahwa sembilan

diantara sepuluh orang Islam dan Kristen, delapan di antara sepuluh orang

Konghucu dan Buddha, serta lima diantara sepuluh orang Hindu menganggap

agama merupakan bagian penting kehidupan sehari-hari.4 Hal itu menunjukkan

bahwa agama menjadi salah satu rujukan signifikan dalam setiap sikap dan

perilaku masyarakat Indonesia termasuk dalam dunia politik. Fenomena tersebut

tampaknya tidak disia-siakan kaum politisi. Dari perjalanan sejarah politik di

Indonesia, para politisi dari beragam ideologi selalu menjadikan agama sebagai

pertimbangan untuk mengembangkan kebijakan politik mereka. Dalam hal ini,

politisi yang berlatar belakang agamis dengan ideologi kanan mendirikan partai

dan yang berlatar belakang agama substantif mengusung nilai-nilai ajaran agama

4

(15)

yang dikemas dalam partai terbuka,5 dalam rangka mendapatkan kekuasaan,

kemudian ada pula kelompok yang mendirikan partai dengan berideologi Islam

namun bukan sekedar meraih kekuasan tapi mencoba untuk membuat ideolgi

negara menjadi negara Islam, organisasi ini direferentasikan oleh Hizbut Tahrir

Indonesia (HTI), mereka ingin merubah ideologi negara, sistem

perundang-undangan negara, formalisasi syariat Islam dalam negara, dan semua aspek dalam

negara berlandaskan ajaran dan doktrin Islam, singkatnya sistem negara Indonesia

dengan warga negara mayoritas muslim harus kembali mengikuti apa yang

dicontohkan Rosulullah SAW memberlakukan sistem Islam dalam negara yaitu

Khilafah seperti di zaman Nabi Muhammad SAW.

Memang sekitar 13 abad lalu di kawasan Timur Tengah tempat dimana

ada begitu banyak khalifah yang berkuasa setelah Rosulullah SAW wafat, dimulai

dengan berdirinya khilafah Rasyidah setelah wafatnya Rasul, yang dipimpim oleh

Khulafaau Ar-rasyidin yakni sahabat dekat beliau Abu Bakar As-sidiq, Umar Ibnu

Khatab, Usman Ibnu ‘Affan, dan terakhir ‘Ali Ibnu Abi Thalib Radiyallahu

‘Anhum melalui empat kali pergantian kepemimpinan Khilafah, yang pada

giliranya pula setelah Khilafah Rasyidah pun berakhir diawali dengan jatuhnya

kekuasaan Khalifah Rasyidah ke tangan muawiyah bin Abu Sufyan dari tangan

Ali ibnu Abi Thalib, dan berdirinlah Bani Umayyah, kemudian Bani Abbasiyah,

sampai kepada Turki Utsmani.6

5

Oleh Abd A’la anggota Paripurna Komnas Perempuan “Menggaet Agama untuk Politik” Jakarta, 29 Juli 2008

6

(16)

Organisasi keislaman yang bernama Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ini

mencoba mengembalikan tata nilai kemasyarakatan dan ketatanegaraan yang

bercorak Islam dalam bidang politik dan sebagainya, sebagaimana ketika sistem

Khilafah diberlakukan, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mencoba berdakwah

melalui politik yang pada wujud akhirnya diharapakan Islam menemukan formasi

jurispudensi negara yang baik dan mengacu kepada syariat Islam, dan berupaya

menggolkan sistem Islam dengan mengkampanyekan bahwa sistem Khilafah

adalah sistem yang paling baik untuk mewujudkan negara yang Baldatun

Toyyibatun Wa Rabbun Gofuur.

Kelompok ini adalah kelompok yang terinspirasi oleh undang-undang

Islam yang berasumsi bahwa untuk menyelamatkan bangsa dari cengkraman

imperialisme barat diera globalisasi seperti sekarang ini hanya dengan sistem

islam “khilafah”. Karena berbicara tentang Islam syarat sekali dengan istilah

dakwah, karena apapun alasanya di tengah maraknya kehidupan beragama tidak

bisa dilepaskan dari kegiatan dakwah dari waktu ke waktu. Tidak hanya

melibatkan da’i-da’i propesional tetapi melibatkan semua orang islam yang

kemudian menyadari posisi mereka adalah Khalifah sekaligus sebagai pendakwah

(da’i). Doktrin “Sampaikanlah dari pesanku walaupun satu ayat” merupakan

sabda Rosulullah SAW yang telah didengar dan diketahui berabad-abad silam,

siapapun wajib berdakwah dengan pegetahuan yang minim sekalipun, setidaknya

seseorang itu berdakwah untuk keluarga dan dirinya sendiri.7 Sehingga banyak

sekali organisasi-organiasi masa maupun organisasi keislaman yang mencoba

7

(17)

menginterpretsikan dakwah Islam dalam keseharian hidup lewat aspek sosial dan

politik, karena menegakan Islam bukan sekedar mengurus perkara-perkara

furu’iyah tetapi juga dalam aspek pelayanan publik (public service) dalam

melihat dinamika kehidupan yang selalu berkembang dengan sangat progress,

mau tidak mau siapapun dan agama apapun pasti melintasi jalur atau rel tersebut,

yang pada giliranya kemudian banyak diantaranya yang mencoba

mengimplementasikan hal tersebut lewat partai dan organisasi keislaman maupun

politik terbuka yang seakan mengarah kepada khilafah, karena kenyataannya

bagaimanapun Islam ketika ditegakan pasti menyentuh bahkan melewati ranah

politis.

Mereka menganggap kelompok mereka adalah bagian dari umat yang di

seru Allah SWT. untuk berdakwah membenahi sistem kenegaraan di

negara-negara dunia khususnya Indonesia dengan sistem Islam.

Firman Allah SWT.

Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung (yang akan masuk surga). (Qs. Ali-Imran, 104)8

8

(18)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Agar pembahasan tidak melebar maka demi efektifnya proses pembahasan

masalah ini, penulis membatasi hanya pada isi kampanye konsep

kenegaraan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

2. Mengacu dari batasan masalah diatas maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

a. Bagaimana Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mengkonseptualisasikan

sistem kenegaraan?

b. Seperti apa metode dan strategi atau konsep kampanye yang dijalankan

Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dalam mengkampanyekan konsep

kenegaraan dan pikiran politiknya ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Untuk menemukan jawaban dari pertanyan-pertanyaan di atas, maka

penelitian ini bertujuan memberi gambaran dan jawaban yang konstruktif

tentang :

Gambaran umum tentang konsep kampanye kenegaraan Hizbut Tahrir

Indonesia (HTI), Visi Misi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), dan

tahapan-tahapan yang dijalankan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dalam

(19)

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Peneliti dapat memahami akan teori-teori tentang konsep kampanye

kenegaraan yang dalam hal ini konsep kampanye konsep kenegaraan

yang dijalankan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

b. Manfaat Praktis

Menambah wawasan peneliti akan gambaran praktis dari organisasi

tersebut dalam menjalankan subtansi kampanye mereka.

D. Metodologi Penelitian

Metode penelitian ini bersifat deskriptif kwalitatif, yaitu

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data-data yang berkenaan dengan penelitian ini

penulis menggunakan beberapa teknik :

a. Obervasi

Yaitu melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang

diperlukan.9

b. Interview (wawancara)

Wawancara adalah teknik dalam upaya menghimpun data yang akurat

untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu

yang sesuai dengan data.10 Dalam hal ini penulis mengadakan

wawancara dengan juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (Bpk. Ismail

9

Urahmad, Winarno “Menyusun Rencana Penelitian” Bandung: CV. Tarsita,1989 .H.162 10

(20)

Yusanto) dalam mencari atau memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian memlalui tanya jawab, dengan menggunakan alat panduan

wawancara.11

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data-data berupa buku, catatan,

artikel, arsip, foto dan sebagainya yang berkaitan dengan kampanye

dan konsep keNegaraan untuk diadakan pengamatan langsung.

2. Analisis Data

Adapun analisis data dalam penelitian terhadap Kampanye Konsep

Kenegaraan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) penulis menggunakan analisis

deskriptif analitik. Dekriptif adalah gambaran suatu masyarakat atu

kelompok tertentu, atau gambaran tentang suatu gejala, hubungan antara

dua gejala atau lebih.12 sedangkan analalitik adalah uraian.13Deskriptif

analitik berarti suatu uraian yang dapat menggambarkan suatu peristiwa

atau gejala dan hubunganya dengan gejala lain.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis mengadakan pencarian data dengan mencari buku-buku,

membuka situs internet dan mengadakan wawancara untuk kemudian disusun

menjadi satu karya ilmiah, penulismengadakan studi pusataka atau tinjauan

kepustakaan dengan memlihat atau memeriksa skripsi-skripsi sebelumnya yang

membahas tentang organisasi Islam Hizbut Tahrir Indonesi (HTI), memang

11

Nazir, Muhammad “Metode Penelitian” Jakarta: Gaila Indonesia, 1998. Cet.ke-1 H 234 12

Suhartono, Irawan “Metode Penelitian Sosial” Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005 cet.ke-5,H.35

13

(21)

penulis menemukan ada pula skripsi yang membahas tentang Hizbut Tahrir

Indonesia (HTI), namun skripsi tersebut fokus kepada pola komunikasi yang

diterapkan organisai tersebut ketika ketika pembelajaran atau Liqo, bukan konsep

kampanye atau konsep kenegaraan fersi mereka.

Untuk itu penulis mengadakan penelitian tentang Hizbut Tahrir Indonesia

(HTI), namun fokusnya berbeda, yaitu Konsep Kampanye Kenegaraan Hizbut

Tahrir Indonesia (HTI) yang akan condong membahas tentang konseptualisai

sistem kenegaraan dan strategi kampanye atau metode yang dijalankan Hizbut

Tahrir Indonesia (HTI) kepada umat Islam Indonesia secara umum maupun

khusus

.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun menggunakan sistematika pembahasan bab per bab,

kemudian dijelaskan dalam sub-sub tema pembahasannya. Adapun sistematika

pembahasannya itu sebagai berikut:

BAB I : pada bab satu ini akan dijelaskan Pendahuluan, Latar Belakang

Masalah, Tujuan Penulisan, Pembatasan Dan Perumusan Masalah, Metode

Penelitian Dan Sistematika Penulisan.

BAB II : pada bab dua ini penulis terlebih dahulu akan dijelaskan

sekelumit tentang Pengertian Kampanye, Bentuk-Bentuk Kampanye, Pengertian

Negara, Bentuk-bentuk Negara, hubungan Negara dengan warga Negara dan

agama.

BAB III: pada bab tiga ini penulis akan mencoba memberikan gambaran

(22)

Sejarah berdirinya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), gambaran umum Hizbut Tahrir

Indonesia (HTI) dan gerakan transmisinya ke Indonesia, Akar Filoshofi Konsep

kenegaraan dan ketatanegaraan Versi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), serta tujuan

dari organisasi tersebut

BAB IV: pada bab empat penulis mencoba mengungkapkan temuan

analisis yang mencakup Pemikiran, Doktrin, dan Konsep Kernegaraan Hizbut

Tahrir Indonesia (HTI), Strategi dan Metode yang dijalankan Hizbut Tahrir

Indonesia (HTI) dalam Mengkampanyekan Konsep Ketatanegaraannya dan

Pikiran Politiknya, Bentuk-bentuk Kampanye yang dijalankan oleh Hizbut Tahrir

Indonesia (HTI), dan seruan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)

BAB V : Penutup, pada bab ini penulis menarik kesimpulan sebagai

jawaban atas masalah-masalah yang diangkat. Pada bab ini penulis juga membuat

saran-saran. Dan pada akhir tulisan, penulis menuliskan daftar pustaka sebagai

(23)

A. Kerangka Teori dan Pengertian Kampanye

Sering terjadi kerancuan pengertian dalam istilah kampanye yang

disamakan dengan propaganda, secara operasional keduanya adalah sama-sama

melakukan kegiatan berkomunikasi yang terencana untuk mencapai tujuan

tertentu dan berupaya mempengaruhi khalayak sebagai target sasarannya,

diawal-awal istilah propaganda terlebih dahulu dikenal dalam kegiatan komunikasi yang

dirancang untuk jangka panjang, misalnya dalam kegiatan ajaran keagamaan,

politik dan hingga kepentingan propoganda militer melalui komunikasi searah.,.

Namun Pada kurun waktu selanjutnya, konsep kampanye yang lahir kemudian dan

melakukan kegiatan komunikasi secara terencana yang lebih moderat, terbuka,

toleran, dengan waktu tebatas atau jangka pendek, dan program yang jelas,

persuasif serta dapat diidentifikasikan secara jalas nara sumbernya (komunikator)

dan selalu berkonotasi positif.1

Kampanye politik modern menurut Arnold Steinberg, adalah Usaha yang legal dan formal yang terorganisir dengan baik untuk memperoleh kekuasaan,

artinya kampanye politik adalah suatu usaha yang terkelola, terorganisisr, dan

terkordinasi untuk memperoleh kekuasaan legal. Maka proses kegiatan kampanye

menurut Karl W Deuttsch bertujuan untuk a)The selective interest of the masses

(ketertarikan massa yang selektif) b) the actual characteristic of the political

1

Ruslan,Rosady S.H,M.M ” Strategi Kampanye Public Relation” Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1997. hal.23

(24)

situation (karakter yang asli dari sebuah situasi politik c)The selective operations

by wich emotion, sense of the public (proses kampanye langsung lewat promosi

media). Dibawah ini kami paparkan pendapat beberapa pakar tentang kampanye.2

1. Leslie B. Snyder (2002)

A communication campaign is an organized communication activity,

directed at a particular audience, for at particular periode of time to

achieve a particular goal. Secara garis besar bahwa kampanye

komunikasi merupakan aktivitas komunikasi yang terorganiasasi, secara

langsung ditujukan kepada khalayak tertentu pada periode waktu yang

telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Pfau dan Parrot (1993)

A campaign is consecious susteined and ancremental procces designed

to be implemented over a specified periode of time for the purpose of

influencing. Suatu kampanye yang secara sadar, menunjang dan

meningkatkan proses pelaksanan yang terencana pada periode tertentu

untuk bertujuan mempengaruhi khalayak sasaran tertentu).

3. Roger dan Storey

Mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian kegiatan komunikasi

yang terorganisasi dengan tujuan untuk menciptakan dampak tertentu

terhadap sebagian besar khalayak sasaran secara bekelanjutan dalam

periode waktu tertentu.

2

(25)

B. Bentuk-Bentuk Kampanye

Aktivitas komunikasi dalam berkampanye biasanya berkaitan dengan suatu

kepentingan dan tujuan Apa? siapa khalayak sasaranya yang akan dibujuk? Dalam

rangka kegiatan apa? Dalam berbagai kegiatan tersebut, terdapat beberapa jenis

program kampanye yang dilaksanakan secara prinsip merupakan kegiatan yang

bertitik tolak untuk memotivasi atau membujuk, dan mencapai tujuan tertentu,

maka menurut Charles U.Larson, dalam bukannya berjudul persuasion,reception,

and responsibility (California. Wardsworth publishing Co.1992) yang telah

membagi jenis-jenis kampanye kegiatan menjual produk, kandidat dan ide atau

gagasan perubahan sosial, yaitu sebagai berikut:

1. product – oriented campaigns

kegiatan dalam kampanye berorientasi pada produk, dan biasanya

dilakukan dalam kegiatan komersial kampanye promosi pemasaran suatu

peluncuran produk yang baru. Misalnya peluncuran provider-seluler

Fleksi-Telkom, pergantian nama National ke panasonoc, pperubahan

logo baru BNI-46 dan Bank Danamon dan sebagainya.sedangkan

kampanye PR bertujuan untuk membangun citrea positif perusahaan

melalui program kepedulian dan tanggung jawab sosial.

2. candidate – oriented campaigns

kegiatan kampanye yang berorientsi bagi calon (kandidat) untuk

kepentingan kampanye politik (political campaign), dan misalnya

kampenye pemilu dalam era reformasi tahun 2004 lalu, untuk kampanye

(26)

– capres dan cawapres (pemilihan calon presiden dan wakil presiden)

hingga jabatan publik lainnya yang berupaya meraih dukungan yang

sebanyak-banyaknya dari masyarakat melalui kampenye politik serta

kampanye berkomunikasi pemasaran dan periklanan atau menggunakan

teknik-teknik kampanye PR dalam jangka waktu relatif pendek, 3-6

bulan dengan dukungan dana yang cukup besar (investasi) untuk

pengeluaran periklanan komersial, publikasi dan biaya perjalanan

kampanye beraudiensi dengan para pendukunganya diberbagai lokasi

yang tersebar di nusantara.

3. ideological or cause campaigns

Jenis kampanye ini berorientasi bertujuan bersifat khusus dan dimensi

perubahan sosial (social change campaigns), misalnya kegiatan

kampanye sosial bersifat khusus non komersial, Anti HIV/AIDS, anti

narkoba, program keluarga berencana nasional (KBN), “Damai itu

indah”, “kampanye langit biru” serta termasuk kampanye “Sadar Bayar

Pajak” dan hingga Kadarkum (Kampanye Sadar Hukum), pelestarian

lingkungan alam dan sebagainya.

C. Pengertian Negara dan Sistem Ketatanegaraan

Pengertian sistem ketatanegaaran Menurut Wade and Philips dalam teorinya Constitutional Theory ia merumuskan “Constitutional law is then that

body of rules which prescribes a)The Structure b)The functions of the organs of

central and local government” In the generally accepted of the term it means the

(27)

relationship to each other, and determine their principal functions”. (Hukum

konstitusional merupakan bentuk tubuh dari peraturan-peraturan yang mencakup:

Struktur, dan fungsi pemerintah pusat dan pemerintah local yang umumnya

diterima sebagai bentuk peraturan terrtulis yang prinsipil dalam hubungannya

dengan yang lainnya serta keseluruhannya). 3

Sedangkan pengertian Negara Secara Etimologi Negara atau state

(Bahasa Inggris), Staat (Bahasa Belanda dan Jerman) dan Etat (Bahasa Prancis)

semua kata-kata itu diambil dari bahasa latin Status atau Statum yang berarti

keadaan atau kedudukan yang tetap dan tegak atau sesuatu yang memiliki

sifat-sifat yang tegak dan tetap, istilah ini dihubungkan dengan kedudukan persekutuan

hidup manusia, yang juga sama dengan istilah status civitatis atau status

republica. dari pengertian terakhir inilah lahir istilah negara pada abad ke-16.

Secara terminologi negara diartikan dengan organisasi tertinggi diantara

satu kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu di derah

tertentu dan mempunyai daerah pemerintahan yang berdaulat, pengertian ini

mengandung nilai konsitutif dari sebuah negara yang meniscayakan adanya unsur

dalam sebuah negara, yakni adanya masyarakat (rakyat) adanya wilayah (daerah)

dan adanya pemerintah yang berdaulat.

Menurut Roger H.Soultau, negara didefinisikan dengan alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan

bersama atas nama masyarakat. menurutnya negara merupakan suatu masyarakat

yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan

3

(28)

secara sah lebih agung dari pada individu atau kelompok yang merupakan bagian

dari masyarakat itu. Masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang hidup

dan bekerjasama untuk mencapai keinginan-keinginan mereka bersama. Sejalan

dengan Max Weber pun medefinisikan bahwa negara adalah suatu kelompok

masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara

sah dalam suatu wilayah. Sadangkan dalam konsep Robert M. Mac Iver, Negara diartikan dengan asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam sesuatu

masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang

diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberikan

kekuasaan memaksa.

Dalam konsep Islam, dengan mengacu pada al-Quran dan al-Sunah, tidak ditemukan rumusan tentang negara secara eksplisit, hanya saja di dalam al-Quran dan al-sunah terdapat prinsip-prinsip dasar dalam bermasyarakat, berbangsa dan kenegaraan. Selain itu, konsep Islam tentang negara juga berasal dari 3 (tiga) paradigma, yaitu :

1) paradigma tentang teori khilafah yang dipraktikan sesudah rosulullah SAW, terutama biasanya merujuk pada masa Khulafah al-Rasyidin ; 2) paradigma yang bersumber pada teori Imamah dalam paham islam Syi’ah; 3) paradigma yang bersumber dari teori Imamah atau pemerintahan.4

Teori tentang khilafah menurut Amin Rais, dipahami sebagai suatu misi kaum muslimin yang harus ditegakan di muka bumi ini untuk memakmurkan sesuai dengan petunjuk dan peraturan Allah SWT, maupun rasul Nya, adapun cara pelaksanaanya, al-Quran tidak menunjukan secara terperinci, tetapi dalam bentuk gelobal saja. Sedangkan untuk teori imamah (dalam pengertian Negara/state ) dalam al-Quran tidak tertulis. Akan tetapi kalau yang dimaksudkan dengan imamah itu adalah kepemimipinan yang harus diikuti oleh umat islam, hal itu jelas ada dalam al-quran, artinya al-Quran menyuruh kaum muslimin untuk mengikuti pemimpin yang benar, yang terdiri dari manusia-manusia atau pemimpin yang menggunakan Islam sebagai patron kepemimpinannya.

Dari beberapa pendapat tentang negara tersebut, dapat dipahami secara sederhana bahwa yang dimaksud dengan negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah (gorverned) oleh sejumlah pejabat yang berhak

4

(29)

menuntut dari warga negaranya untuk taat pada peraturan perundang-undangan melalui penguasaan (control) monopolistis dari kekuasaan yang sah.5

D. Bentuk-Bentuk Negara

Negara memiliki bentuk yang berbeda-beda. Secara umum dalam konsep dan teori modern negara terbagi ke dalam dua bentuk, Negara Kesatuan

(Unitarianisme) dan Negara serikat (Federasi).

1.Negara Republik

Negara kesatuan adalah bentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat, dengan satu pemerintah pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah. Namun dalam pelaksanaanya negara kesatuan ini terbagi ke dalam dua macam sistem pemerintahan yaitu; sentral dan otonomi. a) Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi adalah sistem

pemerintahan yang dipimpin oleh pemerintah pusat. Sementara pemerintah daerah di bawahnya melaksanakan kebijakan pemerintah pusat. Model pemerintahan Orde baru dibawah pemerintahan Presiden Soeharto adalah salah satu contoh sistem pemerintahan model ini

b) Negara Kesatuan dengan sistem desentralisasi adalah pemerintah yang kepala daerahnya diberikan kesempatan dan kewenangan untuk mengurus pemerintah di wilayahnya sendiri, sistem ini dikenal dengan istilah otonomi daerah atau swatantra. Sistem pemerintahan negara Malaysia dan pemerintahan paska orde baru di Indonesia dengan sistem otonomi daerah dan sistem otonomi khusus dapat dimasukan kedalam model ini.

2. Negara Serikat

Negara serikat atau federasi merupakan bentuk negara gabungan yang terdiri dari beberapa negara bagian dari sebuah negara serikat. Pada mulanya negara-negara bagian tersebut merupakan negara yang merdeka, berdaulat dan berdiri sendiri. Setelah menggabungkan diri dengan negara serikat, dengan sendirinya negara tersebut melepaskan sebagian dari kekuasanya dan menyerahkannya kepada negara serikat. Penyerahan kekuasan dari negara-negara bagian kepada negara serikat tersebut dikenal dengan istilah Limitatif (satu demi Satu) dimana hanya kekuasaan yang diberikan oleh negara-negara bagian saja (delegated powers) yang menjadi kekuasaan negara serikat. Namun pada perkembangan selanjutnya, negara serikat, mengatur hal yang bersifat strategis seperti kebijakan politik luar negeri, keamanan, dan pertahanan negara. Di samping dua bentuk ini, dari sisi pelaksana dan

5

(30)

mekanisme pemilihannya, bentuk negara dapat digolongkan dalam tiga kelompok: Monarki, Oligarki, dan Demokrasi.

a. Monarki

Pemerintahan monarki adalah model pemerintahan yang dikepalai aleh raja atau ratu, dalam prakteknya, monarki memiliki dua jenis: monarki absolute dan monarki konstitusional. Monarki absolute adalah model pemerintahan dengan kekuasan tertinggi di tangan satu orang raja atau ratu, termasuk dalam kategori ini adalah Arab Saudi, sedangkan monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaan raja atau ratunya dibatasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi negara. Praktek monarki konstitusional ini adalah yang paling banyak dipraktekan di beberapa negara, seperti Thailand, Jepang, Inggris, Jordania, dan lain-lain.

b. Oligarki

Model pemerintahan oligarki adalah pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu.

c. Demokrasi

Pemerintahan model ini adalah bentuk pemerintahan yang bersandsar pada kedaulatan rakyat atau mendasarkan kekuasan pada pilihan dan kehendak rakyat melalui mekanisme pemilihan umum (pemilu) yang dilaksanakan secara jujur, adil, bebas, dan aman.

E. Unsur-unsur Negara

Mengenai unsur-unsur negara beberapa pendapat mengatakan unsur

negara secara global membutuhkan tiga unsur pokok, yakni rakyat

(masyarakat/warga negara), wilayah dan pemerintahan. Lebih jelasnya

unsur-unsur pokok dalam negara ini, akan dijelaskan masing-masing tersebut.

1. Rakyat (Masyarakat)

Setiap negara tidak mungkin ada tanpa adanya rakyat atu warganya. Unsur

ini sangat penting dalam sebuah negara, karena secara kongkret rakyatlah

yang memiliki kepentingan agar negara itu dapat berjalan dengan baik dan

bagaimanapun manusialah yang akan mengatur dan menentukan sebuah

(31)

sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan

yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu.

2. Wilayah

Wilayah merupakan unsur yang harus ada dalam sebuah negara,

karena tidak mungkin ada negara tanpa ada batas-batas teritorial yang

jelas.

a. Daratan (wilayah darat)

Wilayah suatu negara dibatasi oleh wilayah darat dan atau laut

{perairan) negara lain. Perbatasan wilayah sebuah negara ditentukan

berdasarkan perjanjian-perjanjian internasional yang dibuat antara dua

negara disebut perjanjian bilateral; perjanjian yang dibuat oleh banyak

negara disebut perjanjian multilateral. Perbatasan antara dua negara

dapat berupa, perbatasan alam (seperti sungai, danau, pegunungan atau

lembah) perbatasan buatan (seperti pagar tembok, pagar kawat, tiang

tembok) perbatasan menurut ilmu pasti (yakni dengan mengunakan

garis lintang atau bujur pada peta bumi).

b. Perairan (wilayah laut / perairan)

Perairan atau wilayah laut disebut perairan atau laut teritorial dari

negara yang bersangkutan. Adapun batas dari perairan teritorial itu

pada umumnya 3 mil laut (5,555 km) yang dihitung dari pantai ketika

air surut. Laut yang berada di luar peraiarn teritorial disebut lautan

bebas, karena wilayah tersebut tidak termasuk wilayah kekuasaan

(32)

c. Udara (wilayah udara)

Udara yang berada di atas wilayah darat (daratan) dan wilayah laut

(perairan) territorial suatu negara merupakan bagian dari wilayah udara

sebuah negara. Mengenai batas ketinggian suatu wilayah negara tidak

memiliki batas yang pasti, asalkan negara yang bersangkutan dapat

mempertahankannya

3. Pemerintah

Pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin

organisasi negara untuk mencapai tujuan negara. Oleh karenanya,

pemerintah seringkali jadi personifikasi sebuah negara. Pemerintah

menegakan hukum dan memberantas kekacauan, mengadakan perdamaian

dan menyelaraskan kepentingan-kepentingan yang bertentangan.

Pemerintah yang menetapkan, menyatakan, dan menjalankan kemauan

individu-individu yang tergabung dalam organisasi politik yang disebut

negara. Pemerintah adalah badan yang mengatur urusan sehari-hari, yang

menjalankan kepentingan-kepentingan bersama. Pemerintah melaksanakan

tujuan-tujuan negara, menjalankan fungsi-fungsi kesejahteraan negara.

F. Hubungan Negara dengan Warga Negara, dan Agama 1. Hubungan Negara dengan Warga Negara

Negara dan warga negara ibarat ikan dan airnya. Keduanya memiliki

hubungan timbal balik yang sangat erat. Negara Indonesia,sesuai dengan

(33)

warga Negara Indonesia tanpa kecuali.secara jelas dalam UUD pasal 33

misalnya disebutkan bahwa fakir miskin dan anak–anak terlantar dipelihara

oleh Negara (ayat1);negara mengembangkan system jamminan social bagi

seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu

sesuai dengan martabat kemanusiaan (pasal 2);Negara bertanggung jawab atas

atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas layanaan umum

yang layak (ayat 3); Selain itu, Negara juga bbertanggung jawab untuk

menjamin dan melindungi hak – hak warga Negara dalam beragama sesuai

dengan keyakinannya, hak mendapatkan pendidikan, kebebasan berorganisasi

dan berekreasi dan sebagainya.

Namun demikian, kewajiban Negara untuk memenuhi hak–hak

warganya tidak akan berlangsung dengan baik tanpa dukungan warga negara

dalam bentuk pelaksanaan kewajibannya sebagai warga negara.

misalnya,warga Negara berkewajiban membayar pajak dan mengontrol

jalannya pemerintahan baik melalui mekanisme control tidak langsung melalui

tidak langsung melalui wakilnya di lkembaga perwakilan rakyat (DPR,DPRD)

maupun secara langsung melalui cara – cara yang demokratis dan bertanggung

jawab. Cara melakukan control secara langsung bisa dilakukan melallui

misalnya,lembaga swadaya masyarakat,pers,atau demonstasi yang damai dan

tidak mengganggu ketertiban umum.pada saat yang sama,dalam rangka

menjamin hak –hak warga negara, negara harus mejamin keamanan dan

kenyamanan proses penyaluran aspirasi warga Negara melalui penyediaan

fasilitas-fasilitas publik yang berfungsi sebagai wadah untuk mengontrol

(34)

2. Hubungan Negara dengan Agama

Negara dan agama adalah persoalan yang banyak menimbulkan

perdebatan (discourse) yang terus berkelanjutan dikalangan para ahli.hal ini

disebabkan oleh perbedaan pandangan dalam menterjemahkan agama sebagai

bagian dari negara atau negara bagian dari agama. Pada hakikatnya negara

sendiri secara umum diartikan sebagai suatu persekutuan hidup bersama

sebagai penjelmaan sifat kodrati manusia sebagai makhluk individu dan

makhluk sosial. Oleh karena itu dasar kodrat manusia tersebut merupakan sifat

dasar negara pula sehingga negara sebagai manifestasi kodrat manusia secara

horizontal dalam hubungan manusia dengan manusia lain untuk

mencapaitujuan bersama. Dengan demikian, negara memiliki sebab akibat

langsung dengan manusia karena manusia itu adalah pendiri negara itu sendiri.

Perlu dikemukakan bahwa konsep negara bangsa dilahirkan oleh

pertimbangan politis daripada diasaskan pada doktrin agama. Kewilayahan

dan bukan bentuk agamalah basis nasionalisme karena nasionalisme selama

ini diasosiasikan pada kesamaan sejarah, budaya, bahsa dan etnisitas, tidak

dengan kesamaan agama. Jika Islam menjadi basis nasionalisme maka akan

ada satu negara bangsa saja. Islam Indonesia memiliki karakteristik budaya

dan sejarah yang unik. Dulunya, Hinduisme adalah kekuatan dominant

selama abad pertengahan.Namun fakta jelas memaparkan bahwa kesatuan

politik dann rasa kebangsan tidak bergantung pada kesatuan agam tetapi lebih

pada faktor politik.6

6

(35)

Dalam konteks Indonesia agama yang diakui resmi oleh pemerintah

Indonesia Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Kong hu Cu. Tiga agama pertama

Hindu, Budha dan hindu tidak hanya bergerak dalam bidang spiritual namun

juga bergerak dalam bidang politik (kenegaraan). Bagi mereka secara prinsip

agama adalah identik dengan negara. Hal yang demikian terwujud dalam

sejarah Nusantara dengan berdirinya kerajaan-kerajan hindu, budha dan Islam.

namun demikian dalam Republik Indonesia agam juga sebagai sumber

ketegangan dan perselisihan dapat diredakan dengan diterimanya Pancasila

dan UUD 1945 dimana prinsip kebebasan beragama dituangkan di dalamnya.

7

7

(36)
(37)

A. Sejarah Singkat Hizbut Tahrir dan Gerakan Transmisinya ke Indonesia

H;izbut Tahrir (HT) didirikan pada tahun 1952.M/1371.H oleh Syaikh Taqiyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin Ismail bin Yusuf an-Nabhani (1909-1979), kelahiran Ijzim sebuah kampung di daerah Haifa Palestina. Ia mendapat pendidikan di kampung halamannya, kemudian melanjutkan

pendidikannya ke al-Azhar dan Dar al-Ulum Kairo. Ia adalah seorang ulama besar

dan seorang hakim (qhadi) pada Mahkamah Banding di al-Quds, beliau pernah

menjadi hakim di beberapa kota di Palestina, serta seorang politisi ulung. Beliau

berasal dari keluarga berilmu karena kedua orang tuanya adalah ahli syariah

Islam. Selain itu, kakek buyutnya Syaikh Yusuf bin Hasan bin Muhammad

an-Nabhani as-Syafi’i, adalah seorang ulama, penyair dan salah seorang hakim pada

masa Dawlah Khilafah. 1

Beliau mendirikan partainya Tahun 1952 M, dan dengan konsentrasi

penuh ia memimpin partai, ia menerbitkan buku-buku dan brosur-brosur yang

secara keseluruhan merupakan sumber pengetahuan pokok partai, beliau hidup

berpindah-pindah antara Yordania, Suriah, Libanon dan kemudian wafat serta

dimakamkan di Beirut. Setelah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani wafat pada tahun

1977 M / 1396 H, kedudukan beliau digantikan oleh Syaikh Abdul Qadim Yusuf Zallum, salah seorang yang telah membantu dakwah beliau sejak Hizb berdiri,

1

A.Najiyulloh. “Gerakan Keagaman dan pemikiran” (akar ideologi dan penyebarannya), Jakarta Timur: Al-I’tishom, ,2003

(38)

atas taufik Allah beliau mampu mengemban amanah itu sehingga ribuan orang

menjadi anggota dan pengemban pemikiranya, dan dibawah amir Hizb yang

kedua ini Hizbut Tahrir mampu memperluas medan dakwahnya diberbagai negeri

muslim dilebih 40 negara, dan menjadi partai terbesar di dunia yang

memperjuangkan tegaknya kembali Dawlah Khilafah.

Setelah ia wafat diteruskan oleh Amir yang ketiga yaitu, Syaik A’tha Abu Rusythah, menjabat sejak tahun 2003 M / 1424 H. beliau adalah seorang insinyur dan aktivis Hizbut Tahrir sejak masih sangat muda. Pada tahun-tahun terakhir ini,

Hizbut Tahrir semakin mendapat tempat dihati umat. Pada tahun 2007 yang lalu

Hizbut Tahrir mengadakan konferensi terbesar sepanjang sejarah tentang

penegakan Khilafah di Indonesia. Sekitar 100.000 orang hadir, dan jutaan lainya

mengarahkan pandanganya pada konferensi tersebut2.

Sedangkan transmisi Hizbut Tahrir sebagai gerakan di Indonesia terjadi

petama kali pada tahun 1982-1983 melalui M.Mustofa dan Abdurahman

al-Baghdadi. M.Mustofa adalah anak pengasuh pondok pesantren al-Ghazali Bogor,

seorang ulama yang berpandangan modernis dan dekat dengan DDII, Abdullah

bin Nuh. Mustofa adalah alumnus perguruan tinggi di Yordania. Sedangkan

Abdurahman berasal dari Libanon yang bermigrasi ke Australia yang kemudian

tinggal di Indonesia. Selama ia belajar di Yordania, Mustofa ikut aktif dalam

gerakan dakwah bawah tanah Hizbut Tahrir disana. Keterlibatannya dalam

gerakan ini bermula pada ketertarikannya kepada buku-buku karya Syekh

Taqiyuddin an-Nabhani, pendiri Hizbut Tahrir. Ia diperkenalkan dengan salah satu

2

(39)

buku Taqiyuddin Hadarah Al-Islamiyah (peradaban Islam) oleh ayahnya sendiri,

Abdullah bin Nuh, sebelum berangkat ke Yordania pada tahun 1979, ketika

sampai di Yordania secara tidak sengaja ia bertemu dengan para aktifis Hizbut

Tahrir dan mendapatkan buku-buku Taqiyuddin lebih lengkap Pendalamannya

terhadap karya-karya Taqiyuddin membuatnya mengagumi pemikiran tokoh ini.

Mustofa menganggap Taqiyuddin telah sampai pada taraf mujtahid mutlak, ia

adalah mujtahid besar abad ini karena istinbat al-ahkamnya (penggalian hukum)

dan cara berfikir fiqihnya khususnya dalam kitab al-Tafkir sama menariknya

dengan imam Syafi’i, Selain itu ketertarikan Mustofa kepada gerakan ini karena

organisai tidak pernah terprovokasi untuk menggunakan kekerasan apalagi

mengangkat senjata meskipun selalu berada di bawah tekanan pemerintah,

Kegiatan utama mereka adalah menyebarkan pemikiran Islam dan memperkuat

Aqidah dan Mabda (ideologi) Islam di tengah-tengah umat, melalui berbagai

forum halaqah (kelompok diskusi/pengajian), hingga akhirnya ia ikut aktif dalam

kegiatan dakwah pemikiran Hizbut Tahrir.

Pada tahun 1982, Mustofa pulang dari Yordania dalam rangka cuti

semester, dalam kesempatan ini ia memperkenalkan dan mengajarkan

pemikiran-pemikiran Hizbut Tahrir kepada para mahasiswa IPB Bogor yang memang sejak

lama mengaji kepada ayahnya yang pertama kali dikenalkan dengan pemikiran ini

adalah Fathul Hidayat seorang mahasiswa IPB yang kemudian menjadi motor

penggerak Hizbut Tahrir ketika Mustofa kembali meneruskan belajarnya di

Yordania pada masa-masa awal.3

3

(40)

B. Gambaran Umum Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)

Hizbut Tahrir adalah sebuah partai politik yang didirikan oleh Syaikh Taqiyuddin an-Nabhany di al-Quds, Paletinatahun 1952. Kegiatan utama partai ini adalah politik yang berasakan Islam, Agenda utama partai ini membangun

kembali sistem Khilafah Islamiyah dan menegakan hukum Islam dalam realitas

kehidupan. Hizbut Tahrir bercita-cita membangun tatanan masyarakat dan sistem

politik yang berlandaskan aqidah Islam karena Islam harus menjadi tata aturan

kemasyarakatan dan menjadi dasar konstitusi dan undang-undang.

Selain bermaksud membangun kembali umat Islam dari kemerosotan,

Hizbut Tahrir juga bermaksud membebaskan umat dari ide-ide, sistem

perundang-undangan, dan hukum-hukum yang tidak berasal dari Islam, serta membebaskan

kaum Muslim dari dominasi dan pengaruh-pengaruh Barat, Hizbut Tahrir juga

bermaksud membangun kembali sistem Dawlah Khilafah Islamiyah di seluruh

dunia, melalui dawlah inilah Hizbut Tahrir berkeyakinan bahwa hukum Islam

dapat ditegakan. Gerakan yang dilakukan partai ini meliputi pendidikan,

pembinaan umat dengan Tsaqofah (wawasan) islam, melancarkan pertarungan

pemikiran (Syira’ul Fikri), dan aktifitas politik (Kifah as-Siyasi). Dalam upaya

membina umat Hizbut Tahrir menyebarkan pemikiran Islam, baik dalam kerangka

sosial maupun politik sambil membebaskan umat dari aqidah-aqidah yang rusak,

pemikiran-pemikiran yang salah, persepsi-persepsi yang keliru, serta

membebaskan dari ide-ide dan pandangan Barat yang dianggap kufur.

Gerakan pertarungan pemikiran mereka lakukan dengan mengupas

(41)

Sementara itu, gerakan politik dilakukan dengan cara menentang kaum imperialis

untuk membebaskan umat dari dominasi politik mereka, memerdekakan umat dari

cengkeraman pengaruh mereka serta mencerabut akar-akar kaum imperialis, baik

berupa pemikiran, kebudayaan, ekonomi, maupun militer dari seluruh

negeri-negeri Islam.4

Dalam rangka menjalankan agenda politiknya, Hizbut Tahrir

menempatkan diri sebagai kekuatan oposisi yang menentang para penguasa yang

tidak menerapkan sistem politik yang Islami, menerapkan syariah Islam dan

hukum-hukum Islam menurut konsepsi mereka, menghianati amanat rakyat dan

melakukan penindasan. Dari keseluruhan aktifitasnya, yang paling menonjol

adalah kegiatan kampanye untuk menolak sistem politik yang berasal dari Barat.

Mereka menolak konsep nasionalisme, demokrasi, Trias politika, kedaulatan

rakyat, sistem kekuasaan turun-temurun, hukum sekuler dan konsep politik lain

yang dianggap tidak berasal dari syariat Islam. Mereka menghendaki sebuah

sistem politik yang Islami yang hampir sama dengan sistem politik Islam Abul

a’la al-Maududi dan Sayyid Qutb.5

C. Akar Filoshofi Konsep kenegaraan dan ketatanegaraan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)

Sejak Pertengahan abad XII Hijriyah (ke-18 Masehi) dunia Islam

mengalami kemunduran dan kemerosotan yang paling buruk dari masa

kejayaannya dengan sangat cepat, sekalipun telah dilakukan berbagai upaya untuk

4

HTI: Hizbut Tahri walManhaj Hizbut Tahrir fi Taghyir (Mengenal Hizbut Tahrir dan Strategi Dakwahnya), diterjemahkan oleh Abi ‘afif & Nurkhalish. Jakrta: 2002

5

(42)

membagkitkannya kembali atau setidaknya mencegah agar kemerosotan dan

kemunduranya tidak berlanjut terus, akan tetapi tidak satupun upaya-upaya

tersebut membuahkan hasil. Sementara itu, dunia Islam masih tetap berada dalam

kebingungan di tengah-tengah kegelapan akibat kekacauan dan kemunduranya,

dan masih terus merasakan pedihnya keterbelekangan dan berbagai goncangan.

Sebab-sebab kemunduran dunia Islam ini dapat kita kembalikan kepada satu hal,

yaitu lemahnya pemahaman umat terhadap Islam yang sedang amat parah, yang

merasuk ke dalam pikiran kaum muslim, ini berawal tatkala Bahasa Arab mulai

diremehkan perananya untuk memahami Islam sejak awal abad ke-VII Hijriyah,

sehingga kekuatan yang dimiliki Bahasa Arab dengan Kharisma Islam terpisah.

Selama kekuatan Bahasa Arab tidak disatukan dengan kharisma Islam, yaitu

dengan cara menempatkan Bahasa Arab yang merupakan bahasa Islam sebagai

unsur yang sangat penting yang tidak terpisahkan dari Islam, maka kemunduran

itu akan tetap melanda kaum muslim karena Bahasa Arab merupakan kekuatan

besar yang telah turut ikut mengembangkan kharisma Islam. Islam dan Bahasa

Arab merupakan satu kesatuan, Islam tidak mungkin bisa dilaksanakan dengan

sempurna kecuali dengan Bahasa Arab, karena Bahasa Arab merupakan salah satu

syarat mendasar untuk memahami hukum islam dalam berijtihad, tanpa

memahami Bahasa Arab berarti menghilangkan ijtihad terhadap syari’at.

Kedudukan ijtihad itu sendiri teramat penting bagi umat Islam, sehingga umat

tidak akan memperoleh kemajuan tanpa adanya ijtihad.

Kegagalan berbagai upaya untuk membangkitkan kaum Muslim dapat

(43)

mengenai Fikrah Islamiyah dikalangan para aktifis kebangkitan Islam. Kedua,

tidak adanya gambaran yang jelas mengenai Thariqah Islamiyah dalam

menerapkan Fikrah. Ketiga, tidak adanya usaha untuk menjalin Fikrah Islamiyah

dengan Thariqah Islamiyah sebagai satu hubungan yang solid, yang tidak

mungkin terpisahkan.

Apabila kita telusuri mengenai fikrah, ternyata banyak unsur-unsur

terselubung telah menyelinap masuk kedalam Fikrah Islamiyah yang tidak banyak

diketahui secara rinci oleh sebagian besar kaum Muslim. Unsur-unsur terselubung

mulai menyusup sejak awal abad II Hijriyah sampai munculnya periode

penjajahan. Filsafat-filsafat asing, seperti filsafat India, Persia, dan Yunani telah

mempengaruhi sebagian kaum Muslim dan menyeret mereka terjerumus dalam

kesalahan dengan berupaya mengkompromikan Islam dengan filsafat-filsafat ini.

Padahal jelas filsafat-filsafat ini bertentangan secara keseluruhan dengan Islam.

Usaha-usaha untuk mengkompromikan islam dengan Filsafat-filsafat tersebut

telah menimbulkan adanya interpretasi dan penafsiran yang menjauhkan sebagian

arti dan hakikat Islam dari benak kaum Muslim. Hal ini melahirkan

kesalahpahaman terhadap Islam dalam diri sebagian besar umat. Ditambah lagi

dengan kelalaian umat terhadap penguasaan Bahasa Arab dalam pengembanagn

Islam yang terjadi pada abad VII Hijriyah. Faktor-faktor inilah yang mendorong

kemunduran kaum muslim. Belum lagi sejak akhir abad XI Hijriyah (abad ke-17

Masehi) sampai sekarang dengan munculnya ghazwu ats-tsaqafi (invasi budaya),

kristenisai dan serangan politik yang datang dari Barat semakin menambah

(44)

Faktor-faktor tersebut memberikan andil yang cukup besar terhadap

kesalahpahaman kaum muslim mengenai Fikrah islamiyah, Sehingga mampu

melenyapkan kejernihan fikrah islamiyah yang hakiki dari benak kaum muslim.

Sedangkan terhadap thariqah Islamiyah, umat Islam jelas secara berangsur-angsur

telah kehilangan gambaran yang jelas mengenai Thariqah Islamiyah. Dahulu,

kaum muslim mengtahui bahwa keberadaannya dalam hidup ini adalah hanya

untuk Islam saja, dan bahwasanya tugas Dawlah Islamiyah adalah menerapkan

Islam, menjalankan hukum-hukum Islam di dalam negri dan menyebarluaskan

dakwah Islam ke luar negeri dan sesungguhnya metode praktis untuk

merealisasikannya adalah dengan jihad yang dilakukan oleh Negara. Namun

demikian, Kenyataan sebenarnya menunjukan bahwa umat Islam setelah

mngetahui semua itu mulai berpandangan bahwa tugas seorang muslim di dunia

ini terlebih dahulu, baru setelah itu sebagai tugas yang kedua menyampaikan

nasehat dan petunjuk. Itupun jika keadaannya mengijinkan. Di sisi lain, Negara

sudah tidak mempedulikan lagi kesalahan dan kelalaiannya dalam melaksanakan

hukum-hukum Islam. Negara tidak lagi merasa bersalah atas kelalaiannya dan

berpangku tangan dari aktifitas jihad fi sabilillah dalam rangka menyebarkan

Islam. Kaum muslim sendiri, setelah kehilangan negaranya disamping kekurangan

dan kelemahannya, mulai beranggapan bahwa kebangkita Islam dapat diraih

kembali melalui membangun masjid-masjid, menerbitkan buku-buku, tulisan atau

karangan, serta mendidik akhlak. Sementara mereka pada saat yang sama berdiam

(45)

Begitulah menyangkut aspek fikrah (konsep) dan thariqah (metode

penerapan). Sedangkan jika dilihat mengenai hubungan Fikrah dan thariqah,

ternyata kaum muslim hanya memperhatikan hukum-hukum syari’at yang

berkaitan dengan pemecahan problematika kehidupan yang menyangkut aspek

fikrah saja , mereka tidak lagi memperhatikan hukum-hukum yang menjelaskan

cara fraktis pemecahan problematika tersebut, yaitu hal-hal yang menjelaskan

thariqah. Pandangan seperti ini menjadikan kaum muslim hanya menitikberatkan

pada studi hukum-hukum syari’at dengan meninggalkan metode operasionalnya.

Mereka lebih banyak mempelajari hukum-hukum yang berkaitan masalah shalat,

nikah, talak, sedangkan hukum yang berkaitan dengan jihad, ghanimah,

hukum-hukum yang menyangkut khilafah, qadla (peradilan), hukum-hukum tentang

kharaj, dan sebagainya terlupakan. Cara seperti inilah yang akan membuat kaum

muslim memisahkan fikrah dan thariqah, antara teori dan praktek, sehingga

hasilnya kemustahilan untuk menerapkan fikrahnya karena tidak ada penerapan

thariqahnya.6

Semua itu menjadi lebih parah lagi dengan munculnya kesalahan dalam

memahami syariat yang akan diterapkan ditengah-tengah masyarakat, Islam

akhirnya ditafsirkan tidak sesuai dengan isi kandungan nash-nashnya dengan

tujuan agar disesuaikan dengan perkembangan jaman dan kondisi masyarakat

pada saat itu, padahal seharusnya masyarakatlah yang harus diubah agar sesuai

dengan Islam.7 Tindakan yang mereka lakukan ini tentu saja semakin menjauhkan

6

an-Nabhani , Taqiyuddin “Mafahim Hizbut Tahrir, Diterjemahkan oleh Abdullah, HTI, Jakarta.2008

7

(46)

Islam dari kehidupan. Musuh-musuh Islam selalu menggunakan faham-faham

yang salah dan hukum yang batihl ini, sebagai alat untuk menyusupkan

undang-undang dan prinsip-prinsip mereka kepada umat Islam, yang tanpa disadari bahwa

hal ini bertentangan dengan agama Islam.

Bertolak dari penjelasan ini sudah seharusnya terdapat sebuah gerakan

yang memahami Islam, baik dalam aspek fikrah (konsep) maupun thariqah

(metoda penerapannya) lalu mengkaitkan keduanya dan berusaha melangsungkan

kembali kehidupan Islam di negeri-negeri Islam, sehingga menjadi titik awal

pergerakan yang memancarkan sinar dakwah Islam, dan kemudian menjadi titik

tolak penyebaran Dakwah Islamiyah. Atas dasar inilah Hizbut Tahrir berdiri

untukmendirikan Dawlah Khilafah Islamiyah yang akan menerapkan Islam secara

sempurna di negeri-negeri Islam serta mengemban dakwah islamke seluruh dunia.

D. Tujuan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)

Realitas yang dihadapi kaum Muslim saat ini dapat dirasakan oleh setiap

Muslim, saat ini negeri-negeri Muslim diperintah oleh sistem kufur, sehingga tak

diragukan lagi mereka hidup di Darul Kufur. Mereka terpecah ke dalam lebih

dari empat entitas, mulai dari Negara bercorak kebangsaan, keemiratan,

kesultanan dan kemullahan. Mereka terlalu lemah menentang kaum kuffar. Dalam

kondisi ini yang menjadi masalah bagi setiap Negara di dunia Islam adalah

bagaimana mengubah kondisi mereka dari Darul Kufur menjadi Darul Islam, lalu

menyatukannya dengan negera-negara Islam yang lain. Inilah yang menjadi

(47)

pangkal dari seluruh perkara utama umat Islam sehingga pilihan hidup atau mati

dalam perkara ini merupakan hal yang urgen.

Hizbut tahrir adalah sebuah partai politik yang berideologi islam partai ini

didirikan untuk memenuhi perintah allah SWT,

Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung (yang akan masuk surga). (Qs. Ali-Imran, 104) 8

Hizbut tahrir bertujuan membebaskan umat manusia dari dominasi

paham, pemikiran, sistem hukum, dan Negara kufur menuju paham, pemikiran

sistem hukum, dan Negara Islam dengan menerapkan syariat islam secara kaffah

dan mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia, tujuan ini tidak lain berarti

membawa umat Islam kembali pada kehidupan Islam di dalam darul Islam, yakni

Negara Islam dan masarakat Islam, sehingga seluruh persoalan kehidupan umat

diatur dengan syariat Islam dalam sebuah dawlah khlifah. ini merupakan

satu-satunya metode untuk membangkitkan umat islam.

Hizbut tahrir juga bertujuan melangsungkan kehidupan Islam dan

mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia, ini berarti mengajak kaum

muslim untuk kembali hidup secara islami di Darul Islam dan di dalam

masyarakat Islam. Seluruh aktivitas kehidupan di dalamnya diatur sesuai dengan

hukum-hukum syara’ di bawah naungan dawlah Islammiah, yaitu dawlah khilafah

8

Gambar

Gambaran umum tentang konsep kampanye kenegaraan  Hizbut Tahrir

Referensi

Dokumen terkait

Jawab : Suatu senyawa ion larut dalam air jika energi hidrasi lebih besar daripada energi kisi. Energi kisi semua ion garam sulfat alkali tanah hampir

Hasil berdasarkan uji F menunjukkan bahwa hasil uji F pada penelitian ini menerangkan bahwa variabel Lingkungan Kerja, Kompensasi, dan Kompetensi secara bersama –

Umar lulus ujian, tapi semua temannya tidak diundang makan.. Umar lulus ujian tapi ada temannya yang tidak

Sejalan dengan penelitian Mufidah, Effendi & Purwanti (2013) persentase aktivitas memperhatikan memperoleh kriteria tinggi dikarenakan siswa telah memperhatikan

superior.Meski di sebagian masyarakat mungkin tidak secara eksplisit dinyatakan, tetapi sejumlah indikasi memperlihatkan bahwa dalam banyak hal memang posisi kaum lelaki

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik terhadap permasalahan yang terjadi di home industry gula kristal tersebut tentang bagaimana pengaruh mutu produk

Berdasarkan hasil pengujian secara individu dengan taraf signifikansi 20% didapatkan sebesar 1,29 yang artinya bahwa semua variabel prediktor dalam model secara

Rencana pemerintah dan dukungan masyarakat Selaawi ini, diharapkan bisa menjadi suatu awal yang baik untuk memperkenalkan bahwasannya di daerah Garut, khususnya Kecamatan