• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah pada bank Syariah mandiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah pada bank Syariah mandiri"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

REZA YUDISTIRA

Nim : 204046102977

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (PERBANKAN SYARIAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 September 2011

(5)

Syariah Mandiri (Persero) Tbk Cabang Jatinegara dalam menyelesaikan Pembiayaan

bermasalah dan apakah cara yang digunakan tersebut sudah sesuai dengan yang diatur dalam

Undang-Undang Perbankan dan Fatwa Fatwa DSN MUI. Penelitian ini merupakan jenis

penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif, yaitu mencari data langsung ke lapangan,

tidak cukup hanya dengan mengumpulkan data-data sekunder.

Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan

data yang digunakan yaitu studi lapangan dan studi kepustakaan. Studi kepustakaan

dilakukan dengan cara observasi dan wawancara mendalam. Teknik analisis data dalam

penelitian kualitatif ini menggunakan teknik analisis interaktif. Berdasarkan hasil penelitian

dan pembahasan dihasilkan simpulan, bahwa langkah-langkah yang dilakukan oleh PT Bank

Syariah Madiri (Persero) Tbk Cabang Jatinegara dalam menyelesaikan Pembiayaan

bermasalah, yaitu dengan menggunakan jalur litigasi maupun jalur litigasi. Jalur

non-litigasi dilakukan dengan cara pengambilalihan agunan debitur (asset-settlement), alternatif

penyelesaian sengketa (negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan arbitrase), penjualan agunan via

parate eksekusi, penjualan agunan di bawah tangan, dan penjualan agunan secara sukarela,

sedangkan penyelesaian dengan jalur litigasi dapat dilakukan dengan cara eksekusi sertifikat

hak tanggungan dan pelelangan agunan via lelang eksekusi (lelang via penetapan

pengadilan).

Pembiayaan bermasalah dapat dihindari melalui pelaksanaan pembinaan dan pengawasan

(6)

pengulangan restrukturisasi untuk satu hutang dari debitur yang sama. Penyelesaian

Pembiayaan bermasalah yang dilakukan oleh PT Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk

Cabang Jatinegara sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, serta Fatwa Fatwa Dewan

syariah Nasional nomor 07/DSN-MUI/IV/2000, DSN MUI Nomor 48/2005, Fatwa Nomor

49/ DSN-MUI/II /2005, fatwa Nomor 47/ DSN MUI /II/2005 poin a, Fatwa DSN Nomor

19/DSN-MUI/IV/2001 aturan Pertama poin 6b dan Nomor 47/DSN-MUI/II/2005 poin e,

(7)

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah

Tuhan Yang Maha Menganugerahkan kekuatan dan kemudahan dalam menjalani

setiap tahap dalam hidup ini. Rabb yang hingga kini tak hentinya mencurahkan

rahmat, ilmu, petunjuk, dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan dinamika yang indah. Shalawat dan salam teruntuk teladan terbaik

Nabi Muhammad SAW., keluarga, sahabat, dan pengikutnya atas inspirasi yang

begitu mengagumkan.

Dalam penulisan skripsi ini, alhamdulillah begitu banyak pengalaman,

pelajaran, dan hikmah yang penulis peroleh yang diharapkan semua itu mampu

membuat penulis lebih dewasa dan bermanfaat bagi masyarakat luas tentunya.

Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini karena

masih dalam tahap pembelajaran.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak. Oleh karena itu, ijinkanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih

yang tidak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MH., MM. sebagai Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

(8)

3. Bapak Muhammad Maksum, S. Ag. MA. Dan Nahrowi, SH. MH. sebagai Dosen

Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing

dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen yang selama ini memberikan ilmunya kepada penulis sehinnga

penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini dengan baik.

5. Rasa ta’zim dan terima kasih yang mendalam kepada ayahanda Zainal Fikri,

ibunda Diah Budi Wati, istri tercinta Eva Kurniawati dan anakku tersayang

Muhammad Zava Alfarizi atas dukungannya yang tiada henti baik moril maupun

materiil, kesabaran, keikhlasan, perhatian, serta cinta dan kasih sayang yang tidak

habis bahkan doa-doa munajatnya yang tak henti-hentinya kepada Allah SWT.

Dan tidak lupa juga rasa terimakasih ku buat adik yang ku banggakan Istiqal Hadi

Fikri atas bantuan pengetikannya, Thanks Bro atas jasanya.

6. Untuk sahabat sahabat terbaiku: M. Zainal Mutaqin, Yanirwan. Sei, Resa Kusuma

Wardana, Fahmi yang telah berbagi suka dan duka dalam mengerjakan skripsi ini.

Untuk seluruh teman-teman Perbankan Syariah C 2004 yang tercinta yang tidak

disebutkan namanya satu persatu semoga hubungan kita tidak akan putus sampai

kapanpun.

7. Staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Perpustakaan Utama UIN

Syarif Hidayatullah beserta jajarannya yang telah membantu penulis dalam

(9)

Allah memberikan balasan kebaikan amal mereka dengan berlipat ganda. Semoga

dengan adanya skripsi ini dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi

masyarakat luas. Amiin.

Jakarta, 15 September 2011

(10)

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metode Penelitian ... 8

E. Review Terdahulu ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembiayaan ... 16

1. Pengertian Pembiayaaan ... 16

2. Unsur -unsur Dalam Pembiayaan ... 18

3. Tujuan Dan Fungsi Pembiayaan ... 19

Jenis-jenis Pembiayaan Perbankan ... 21

(11)

3 Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah ... 29

BAB III GAMBARAN UMUM PT BANK SYARIAH MANDIRI A. Sejarah PT BSM ... 35

B. Visi dan Misi ... 38

C. Produk-produk Pembiayaan ... 39

D. Struktur Organisasi ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAsN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur dan Pelaksanaan Pemberian Pembiayaan pada PT. BSM Jatinegara. ... 48

B. Pembiayaan Bermasalah dan Penyelesaiannya. ... 62

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 82

(12)

1

A. LATAR BELAKANG

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025, menyebutkan bahwa pembangunan

nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang

meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk

mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945. Agar tujuan tersebut dapat terwujud maka

pembangunan harus dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua komponen

bangsa yaitu pemerintah (Pusat, Provinsi, Kabupaten, dan Kota), dunia usaha,

dan masyarakat yang biasa disebut sebagai pelaku pembangunan.

Untuk dapat melaksanakan pembangunan seperti yang dimaksud,

sudahlah pasti akan dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Sebagian besar dana

pembangunan tersebut diperoleh dari fasilitas kredit perbankan yang

diperuntukan bagi berbagai sektor. Oleh karena itu perbankan memiliki peranan

yang strategis untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam

rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan

(13)

Di Indonesia hanya dikenal dua jenis bank yaitu :1

1. Bank Umum Syariah

Adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan

Prinsip Syariah dan menurut jenisnya, yang dalam kegiatannya memberikan

jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Bank Pembiyaan Rakyat Syariah

Adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran.

Sedangkan Bank Sentral di Indonesia bukan merupakan bank yang

diatur dalam Undang-undang ini, tetapi ditetapkan secara tersendiri, hal ini

mengingat fungsi, tugas dan peranan Bank Sentral yang merupakan lembaga

otoritas moneter, serta melakukan pengawasan dan pembinaan bank.

Pengertian mengenai perbankan dapat kita temukan dalam Pasal 1 angka

1 Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-undang

Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan memberikan pengertian perbankan

sebagai berikut : “Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang

bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya”.2 Sedangkan pengertian mengenai bank

tersurat dalam Pasal 1 angka 2 sebagai berikut: “Bank Syariah adalah badan

usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan

1

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008, Pasal ayat (8) dan Ayat (9)

2

(14)

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan dan/atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Dalam rangka memasuki era globalisasi dan menghadapi pertumbuhan

perekonomian nasional yang senantiasa bergerak cepat, sektor perbankan adalah

merupakan salah satu sektor yang harus dikembangkan dan dimanfaatkan secara

maksimal dalam pelaksanaan pembangunan ini demi mewujudkan pemerataan

pendapatan masyarakat, terutama melalui pemberian fasilitas-fasilitas yang

diberikan oleh pihak perbankan bagi masyarakat, seperti pemberian fasilitas

kredit yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku ekonomi untuk

mengembangkan dan memperbesar usaha-usaha mereka, baik yang secara

langsung maupun tidak langsung dapat mengurangi angka penganguran dan

membantu terjadinya pemerataan pendapatan di masyarakat. Selain untuk

mengembangkan usaha fasilitas kredit perbankan dapat pula dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sekundernya seperti untuk pembelian

barang-barang elektronik, kendaraan, dan lain-lain.

Dalam kehidupan sehari-hari, kata kredit bukan merupakan perkataan

asing bagi masyarakat kita. Perkataan kredit tidak saja dikenal oleh masyarakat

di kota-kota besar, tetapi sampai di desa-desa pun kata kredit tersebut sudah

(15)

kepercayaan (truth atau faith), oleh karena itu dasar dari kredit adalah

kepercayaan.3

Sedangkan pengertian kredit menurut Pasal 1 angka 11 Undang-undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun

1992 tentang Perbankan adalah sebagai berikut :

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

No.27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995 tentang Pedoman Penyusunan

Kebijaksaan Perkreditan (PPKPB) bagi Bank Umum, dalam rangka melindungi

dan mengamankan dana masyarakat dan untuk menjaga kesehatan dan

kelangsungan usaha bank, dalam pelaksanaan pemberian kredit bank diharuskan

berpegang pada asas-asas perkreditan yang sehat yang dituangkan melalui suatu

kebijaksanaan perkreditan bank dalam bentuk tertulis.

Pelaksanaan pembangunan yang ditunjang dengan tingkat pertumbuhan

ekonomi dan kondisi pasar yang stabil adalah merupakan kondisi ideal yang

diharapkan semua pihak, tetapi terkadang tidak selalu demikian. Menurunnya

3

(16)

nilai tukar mata uang, terus meningkatnya suku bunga pinjaman dengan disertai

menurunnya daya beli masyarakat (inflasi) sangat mempengaruhi roda

perekonomian secara umum. Kondisi seperti ini akan berimbas pada menurunnya

kemampuan membayar para debitur dari suatu bank. Ketidak mampuan atau

menurunnya kemampuan dari debitur untuk membayar angsuran kreditnya

adalah merupakan gejala awal dari timbulnya suatu kredit bermasalah dalam

dunia perbankan. Namun demikian dimungkinkan juga kredit bermasalah timbul

karena faktor-faktor lain diluar inflasi tersebut.

Terhadap kredit bermasalah yang timbul tersebut diperlukan penanganan

dengan segera oleh pihak bank agar tidak berkelanjutan menjadi kredit macet

(Non Performing Loan) yang jika persentasenya terus meningkat akan dapat

mempengaruhi tingkat kesehatan suatu bank. Oleh karena itu pihak bank wajib

menerapkan serta melaksanakan prinsip kehati-hatian yang terkait dengan

pemberiankredit.

Dari hasil pra penelitian yang penulis lakukan, dapat diketahui persentase

kredit bermasalah yang terjadi PT. BSM (Persero) Tbk. Cabang Jatinegara dalam

tahun 2008 adalah 4,9 persen untuk kredit retail dan 1 persen untuk kredit tetap

(KRETAP) yang disebabkan oleh faktor ekstern dari bank yaitu pihak debitur.

Oleh PT. BSM (Persero) Tbk. Cabang Jatinegara, pembiayaan bermasalah ini

diselesaikan melalui dua tahap, yaitu tahap penyelamatan pembiayaan melalui

restrukturisasi, sedangkan untuk pembiayaan yang tidak bisa diselesaikan melalui

(17)

pembiayaan yaitu penyelesaian melalui saluran hukum yang dilaksanakan oleh

KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang).

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk

mengkaji lebih lanjut mengenai pembiayaan bermasalah ini supaya bisa

diperoleh gambaran yuridis mengenai timbulnya pembiayaan bermasalah di

dunia perbankan dan antisipasi serta upaya-upaya yang dilakukan untuk

menyelesaikan kredit bermasalah tersebut melalui kebijakan-kebijakan yang

diambil pihak bank, khususnya PT. BSM (Persero) Tbk. Cabang Jatinegara dan

mengangkat judul “Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah (Studi di PT.

Bank Mandiri Syariah Cabang Jatinegara)”.

B. BATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

Untuk menghindari meluasnya pembahasan pada penelitian ini,penulis

membatasi penelitian ini pada pelaksanaan penyelesaian pembiayaan murabahah

bermasalah (studi kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Jatinegara)

Dari latar belakang masalah yang telah penulis uraikan, maka dapat

dirumuskan permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut :

1 Bagaimanakah strategi pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri. Cabang

Jatinegara?

2 Bagaimanakah strategi penyelesaian pembiayaan Bermasalah pada PT. Bank

(18)

3 Apakah praktik penyelesaian pembiayaan beramaslah tersebut sudah sesuai

dengan Fatwa DSN?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1 Tujuan Penelitian

a) Untuk mengetahui dan memberikan gambaran mengenai prosedur dan

pelaksanaan penyelesaian pembiayaan bermasalah pada PT. Bank Syariah

Mandiri.Cabang Jatinegara.

b) Untuk mengetahui pola penyelesaian pembiayaan bermasalah yang

dilakukan oleh PT. Bank Syariah Mandiri.Cabang Jatinegara.

c) Untuk mengetahui kesesuaiannya dengan Fatwa DSN.

2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi sumbangan positif bagi

kajian ilmu pengetahuan hukum perdata, khususnya dalam bidang hukum

perbankan pada studi pembiayaan perbankan.

a) Manfaat teoritis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pemikiran yang berguna dan bermanfaat terhadap bidang hukum

perbankan, mengenai antisipasi untuk mengurangi terjadinya pembiayaan

bermasalah pada lembaga keuangan perbankan.

(19)

1) Diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang berarti bagi PT. Bank

Syariah Mandiri Cabang Jatinegara dalam hal antisipasi untuk

mengurangi terjadinya kredit bermasalah.

2) Dapat melengkapi kajian hukum bagi para praktisi pembuat kebijakan

dalam bidang hukum perbankan, khususnya mengenai penyelesaian

kredit bermasalah.

D. METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara atau sistem untuk mengerjakan

sesuatu secara sistematis dan metodologi adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari proses berfikir, analisis berfikir serta mengambil kesimpulan yang

tepat dalam suatu penelitian.

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan adalah suatu pola pemikiran secara ilmiah dalam

suatu penelitian. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian Di

Bank syariah Mandiri Cabang Jatinegara adalah Studi kasus yaitu dalam

menganalisis data didasarkan pada asas-asas hukum dan

perbandingan-perbandingan hukum yang ada dalam masyarakat,4 yaitu mengenai

penyelesaian sengketa antara nasabah dengan bank syariah dalam

pembiayaan.

4

(20)

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilihat dari sifat dan tujuan termasuk penelitian deskriptif

evaluatif yaitu penelitian yang menggambarkan dan meneliti tentang

keadaan dan gejala-gejala maupun aktifitas yang ada diperbankan khususnya

tentang pembiayaan mudharabah, kemudian penulis menyoroti atau

mengevaluasi dari sudut pandang hukum islam.

3. Lokasi penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Bank Syariah Mandiri Cabang

Jatinegara.

4. Sumber data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang berasal dari sumber data utama,

yang berwujud tindakan-tindakan sosial dan kata-kata dari pihak yang

terlibat dengan masalah yang diteliti secara langsung.5 Data primer terdiri

dari:

 Al Qur’an, khususnya Surat (Al Muzammil : 20), (Al Jumuah’:10),

(Al-Baqarah : 198), Dan Al Hadits.

 UU NO.7 Tahun 1992 jo UU No.10 Tahun1998 tentang Perbankan

5

(21)

 Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 47/DSN-MUI/II/2005

tentang Penyelesaian piutang mudharabah bagi Nasabah yang tidak

mampu membayar

 Peraturan Bank Indonesia No. 10/18/PBI/2006 tentang Penjadwalan

kembali )Reschedule) tagihan mudharabah

 Peraturan Bank Indonesia No. 08/10/PBI/2006 tentang Penataan

Ulang (Restruktur)

 Peraturan Bank Indonesia No. 08/10/PBI/2006 tentang

Pemberhentian / Pemutusan Pembukuan tagihan (Rideoff).

 Hasil wawancara langsung kepada Manejer, bagian pemasaran

khususnya pembiayaan dan accunt officer (pembina pembiayaan) di

Bank Syariah Mandiri Cabang Jatinegara

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh untuk melengkapi dan mendukung data primer

yang berupa dokumen-dokumen ilmiah dan majalah, literatur yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan untuk mendapatkan data sekunder melalui

pengumpulan dan penyelidikan data-data pada kepustakaan khususnya

yang berhubungan dengan pokok masalah yang diteliti

(22)

Pengamatan dengan mempelajari dan mengumpulkan data serta

berkas-berkas atau kejadian-kejadian dengan penyelesaian sengketa dalam

pembiayaan mudharabah di Bank Syariah Mandiri Cabang Jatinegara.

c. Metode Wawancara

Metode yang digunakan untuk memperoleh gambaran atau keterangan

secara langsung mengenai data yang penulis perlukan dengan cara

mengajukan pertanyaan dengan manager dan staff karyawan bagian

pembiayaan di Bank Rakyat Indonesia Syariah Cabang Tangerang.

6. Analisis Data

Teknis analis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deduktif dan induktif. Deduktif adalah suatu metode analisis data yang

menarik hal hal yang bersifat umum kedalam yang bersifat khusus.

Sedangkan induktif adalah suatu metode analisis data yang menarik hal hal

yang bersifat khusus ke dalam hal-hal yang bersifat umum.6

E. REVIEW TERDAHULU

Pokok permasalahan dalam penulisan penelitian ini sebagaimana telah

diuraikan dalam permasalahan dan tujuan penelitian adalah bagaimana

pemberian pembiayaan dilaksanakan di PT Bank Syariah Mandiri Cabang

Jatinegara, kemudian jika sampai terjadi pembiayaan bermasalah maka

6

(23)

sebab apa yang menjadi faktor pembentuknya, dan bagaimana pembiayaan

bermasalah tersebut dapat diselesaikan oleh PT Bank Syariah Mandiri Cabang

Jatinegara.

Pelaksanaan pemberian pembiayaan di PT Bank Syariah Mandiri Cabang

Jatinegara dilaksanakan oleh Pejabat Pembiayaan (Account Officer) dan

KRETAP, ADK, serta Pejabat Pemutus Pembiayaan, sedangkan penyelesaian

pembiayaan bermasalah dilaksanakan oleh selain Pejabat (Account Officer) dan

Account Officer KRETAP yang bersangkutan dengan pembiayaan bermasalah

tersebut, dan oleh Account Officer Bidang NPL (Non- performing Loan).

Sehingga dapat diketahui dalam pembahasan peneliian ini komponen eksekutif

dapat dipersamakan dengan para pembuat peraturan dalam bidang perbankan,

yaitu Pemerintah sebagai pembuat peraturan di bidang perbankan secara umum

dalam bentuk perundang-undangan dan peraturan-peraturan pemerintah, Bank

Indonesia sebagai pembuat kebijakan dan peraturan perbankan secara lebih

khusus, dan Kantor Pusat PT Bank Syariah Mandiri sebagai pembuat kebijakan

intern BSM mengenai pembiayaan.

Sedangkan pada pelaksanaan pemberian pembiayaan dan penyelesaian

pembiayaan bermasalah di PT Bank Syariah Mandiri Cabang Jatinegara

komponen birokasi dapat dipersamakan dengan para Pejabat (Account Officer),

dan Account Officer NPL, staff dan kepala bagian ADK, maupun Pejabat

Pemutus pembiayaan di BRI Syariah Cabang Tangerang sebagai birokrasi

(24)

Teori penegakan hukum dapat diterapkan untuk mengetahui apakah

aturan hukum dalam hal ini aturan-aturan pokok dalam pemberian pembiayaan

perbankan dan penyelesaikan pembiayaan bermasalah sudah ditegakkan dan

dilaksanakan ataukah belum oleh para birokrasi penegak hukum tersebut dalam

pelaksanaan pemberian pembiayaan dan penyelesaian pembiayaan bermasalah di

PT. Bank Syariah Mandiri.

Kasmir, dalam analisis laporan keuangan menjelaskan, bahwa dalam

pembiayaan penyajian laporan keuangan merupakan hal yang mutlak diperlukan

bagi bank untuk menilai kelayakan pembiayaan yang akan disalurkan.

Sedangkan tentang pembiayaan, lebih lanjut kasmir mendefinisikan dalam dua

pengertian, yaitu:

1. Pembiayaan dalam arti pemberian atau penyaluran dalam bentuk uang,

2. Pembiayaan dalam bentuk barang atau jasa.7

Adapun skripsi lain yang membahas tentang pembiayaan adalah Chaerul

Fajri (2007) dalam penelitian yang berjudul “manajemen pembiayaan bank IFI

Syariah”, menjelaskan bahwa bagaimana manajemen yang diterapkan bank IFI

Syariah apakah sesuai dengan prinsip-prinsip perbankan syariah atau tidak.

Secara umum manajemen pembiayaan yang diterapkan bank IFI Syariah telah

sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen umum dalam islam, dan Novita

Angraheni (2004) dalam penelitian yang berjudul “pelaksanaan pengawasan

7

(25)

kredit konsumtif dalam usaha mengatasi tunggakan kredit (studi pada KPR PT.

Bank Danamon Cabang Tulungagung)”, menjelaskan bahwa bagaimana

mengatasi kredit bermasalah yang mencerminkan pelaksanaan pengawasan kredit

yang dipengaruhi oleh keterlambatan pembayaran pinjaman. Pelaksanaan

pengawasan ini adalah mengatasi kredit bermasalah.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab I Merupakan BAB PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang

masalah yang merupakan dasar dari penulisan tesis ini, rumusan

masalah yang merupakan permasalahan-permasalahan yang akan

dibahas, kemudian tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Bab II Merupakan BAB TINJAUAN PUSTAKA, yang terdiri dari 4 sub. Bab

Yang berisikan : sub bab pertama membahas tentang Tinjauan Umum

Mengenai Kredit Bank, sub bab kedua membahas tentang Tinjauan

Mengenai Perjanjian Pembiayaan Dalam Pembiayaan Perbankan, sub

bab ketiga membahas tentang Tinjauan Mengenai Jaminan Dalam

Pembiayaan Perbankan, sub bab keempat membahas tentang Tinjauan

Umum Mengenai Pembiayaan Bermasalah.

Bab III Merupakan BAB GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH

MANDIRI, yang berisikan tentanga sejarah berdirinya Bank syariah

mandirin Profil bank, Fisi Misi, serta produk-produk pembiayaan pada

(26)

Bab IV Merupakan BAB HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, yang

berisikan Hasil Penelitian mengenai Pelaksanaan Penyelesaian

pembiayaan Bermasalah pada Bank Syariah Mandiri Cabang

Jatinegara. yang membahas tentang prosedur dan pelaksanaan proses

pemberian pembiayaan; faktor-faktor yang dapat menimbulkan

terjadinya pembiayaan bermasalah serta tindakan/ kebijakan yang

dilambil dalam upaya menyelesaikan pembiayaan bermasalah tersebut

oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Jatinegara..

Bab V Merupakan BAB. PENUTUP yang berisikan Simpulan dan Saransaran

(27)

BABII

TINJAUANPUSTAKA

A. Pembiayaan

1. Pengertian Pembiayaaan

Dalam kamus perbankan, konsep yang dimaksud biaya adalah

pengeluaran atau pengorbanan yang tidak terhindarkan untuk mendapatatkan

barang atau jasa dengan tujuan memperoleh maslahat pengiriman,

pengeepakan, atau penjualan, dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan

dalam laporan laba rugi, komponen biaya merupakan mengurang dari

pendapatan. Pengertian biaya berbeda dengan beban. semua biaya adalah

beban tetapi tidak semua beban adalah biaya.8

Pengertian pembiayaan menurut undang-undang perbankan nomor 10

tahun 1998 ayat 12 berbunyi:

Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah

jangka waktu yang tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.9

Secara teknis bank memberikan pendanaan atau pembiayaan untuk

mendukung investasi atau berjalannya suatu usaha yang telah direncanakan

antara kedua belah pihak dengan kesepakatan bagi hasil di dalamnya.

8

Bank Indonsia, Kamus Perbankan, 1999, cet ke-1, h 30 9

(28)

Sebagaimana dalam Al Quran surat Al- Maidah ayat 1:

Ayat di atas menjelaskan tentang akad atau perjanjian yaitu mencakup

janji prasetia kepada allah dan perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam

pergaulan sesamanya (antara pihak bank dengan nasabah).

Pada bank konvensional kegiatan pembiayaan dikenal dengan istilah

kredit yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan

itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya

setelah jangka waktu dengan pemberian bunga.10

Pada dasarnya konsep kredit pada bank konvensional dan pembiayaan

pada bank syariah tidak selalu berbeda, yang menjadi perbedaan antara kredit

yang diberikan bank konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh

bank syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank

konvensional keuntungan yang diperoleh melalui bunga sedangkan bagi bank

syariah berupa imbalan atau bagi hasil.11

2. Unsur -unsur Dalam Pembiayaan

10

Kasmir, Bank dan Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), cet. Ke-4 h. 92

11

(29)

Setiap pemberian pembiayaan sebenarnya jika dijabarkan secara

mendalam mengandung beberapa arti. Sehingga, jika kita bicara pembiayaan

maka termasuk membicarakan unsur-unsur yang ada di dalamnya. Yang

meliputi :

a) Kepercayaan

Yaitu diberikan kepada debitur baik dalam bentuk uang, jasa maupun

barang akan benar-benar dapat diterima kembali oleh bank dalam jangka

waktu yang telah ditentukan.

b) Kesepakatan

Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing

pihak menandatangani hak dan kewajiban. Kesepakatan penyaluran

pembiayaan dituangkan dalam akad pembiayaan yang ditanda tangani oleh

kedua belah pihak, yaitu bank dengan nasabah.

c) Jangka waktu

Setiap pembiayaan yang diberikan mempunyai jangka waktu

masing-masing sesuai dengan kesepakatan. Jangka waktu ini mencakup waktu

pengambilan pembiayaan yang telah disepakati. Hamper dapat dipastikan

bahwa tidak ada pembiayaan yang tidak memiliki jangka waktu.

d) Resiko

Dalam memberikan pembiayaan kepada perusahaan, bank tidak selamanya

mendapatkan keuntungan, bank juga bisa mendapat resiko kerugian.

(30)

disengaja, maupun penyembunyian keuntungan oleh nasabah.12 Suatu

resiko ini muncul karena ada tenggang waktu pengembalian. Semakin lama

jangka waktu pembiayaan maka semakin besar resiko tidak tertagih,

demikian pula sebaliknya.

e) Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan atau jasa tersebut

yang kita kenal dengan bagi hasil. Balas jasa dalam bentuk bagi hasilini

dan biaya administrasi ini merupakan keuntungan bank.

Berdasarkan unsur tersebut di atas membuktikan bahwa pada dasarnya

pembiayaan merupakan pemberian kepercayaan dan berarti pula prestasi yang

diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima pembiayaan

sesuai dengan waktu dan syarat yang telah disepakati oleh semua pihak.

3. Tujuan Dan Fungsi Pembiayaan

Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok

yaitu: pembiayaan untuk tingjkat makro dan pembiayaan untuk tingkat mikro.

Secara makro pembiayaan bertujuan:

a. Meningkatkan ekonomi umat artinya masyarakat yang tidak dapat akses

secara ekonomi dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses

ekonomi. Dengan demikian dapat meningkatkan taraf ekonominya.

12

(31)

b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk mengembangkan

usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh

melalui aktifitas pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan pada

pihak yang minus dana, sehingga dapat tergulirkan.

c. Meningkatkan produktifitas, artinya: adanya pembiayaan memberikan

peluang bagi masyarakat usaha mampu meningkatkan daya produkssinya,

sebab upaya produksi tidak akan dapat jalan tanpa adanya dana.

d. Membuka lapangan kerja baru, artinya: dengan dibukanya sektor-sektor

usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor usaha tersebut

akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti menambah atau membuka

lapangan kerja baru.13

Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk:

a. Upaya memaksimalkan laba, artinya: setiap usaha yang dibuka memiliki

tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha

menginginkan mampu mencapai laba maksimal. Untuk dapat

menghasilkan laba maksimal maka mereka perlu dukungan dana yang

cukup.

b. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat

dikembalikan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan

sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan

13

(32)

sumber daya manusianya ada dan sumber modalnya tidak ada, maka

diperlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya

dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya ekonomi.

c. Penyaluran kelebihan dana, artinya: dalam kehidupan masyarakat ada

pihak yang memiliki kelebihan sementara yang lain ada pihak yang

kekurangan. Dalam kaitannya dengan masalah dana, maka mekanisme

pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam penyeimbangan dan penyaluran

kelebihan dana dari pihak yang kelebihan (surplus) kepada pihak yang

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan

yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah

kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu”. (QS’ 4:29)

Landasan hukum Mudharabah Mengambil ayat diatas, adapun pengertian

pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan antara bank dengan nasabah

dimana bank menyediakan 100% pembiayaan bagi usaha kegiatan tertentu

14

(33)

dari nasabah. Sedangkan nasabah mengelola usaha tersebut tanpa campur

tangan bank.15 Bank mempunyai hak untukmengajukan usul dan

melakukan pengawasan atas penyediaan dana, dari pembiayaan tersebut

bank mendapat imbalan atau keuntungan yang besarnya ditetapkan atas

dasar persetujuan kedua belah pihak. Apabila terjadi kerugian, maka

kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh bank, kecuali kerugian

akibat kelalaian nasabah.

“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatukan harga

perolehan dan keuntungan (margin) yang telah disepakati oleh penjual dan

pembeli (bank dan nasabah).16 Sedangkan pembiayaan murabahah yaitu

suatu perjanjian dimana bank membiayai barang yang diperlukan nasabah

dengan system pembayaran ditangguhkan.

Warkum sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam Dan Lembaga Terkait(BAMUI dan Takafuly) di indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997) h. 86

16

(34)

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu

sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali

orang orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat

sedikitlah mereka ini”.(QS 38:24)

Musyarakah atau syirkah yaitu suatu perjanjian usaha antara dua atau

beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya pada suatu proyek

dimana masing-masing pihak mempunyai hak untukikut serta, mewakilkan

atau menggugurkan haknya dalam proyek. Keuntungan dari hasil usaha

bersama dapat dibagikan baik menurut proporsi penyertaan modal

masing-masing sesuai dengan kesepakatan bersama.

d. Pembiayaan Istisna

Pembiayaan atas dasar pesanan, pembiayaan kontruksi/ manufaktur

merupakan salah satu skim pembiayaan bank syariah yang digunakan

untuk kasus dimana obyek atau barang yang diperjualbelikan belum ada.

Kasus ini sering kali ditemui pada proses pembangunan rumah atau

gedung, usaha konfeksi dan lain-lain.17

e. Pembiayaan Salam

(35)

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak

secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu

menuliskannya” (QS 2 : 282)

Pembelian dengan pembayaran dimuka atas hasil pertanian dengan kriteria

tertentu dari petani (nasabah) dan dijual kembali ke pihak lain (nasabah

ke-2) yang membutuhkan dengan jangka waktu pengirirman yang ditetapkan

bersama. Sebelum membeli hasil pertanian dari nasabah pertama, bank

terlebih dahulu telah menawarkan kepada nasabah kedua untuk membeli

hasil pertanian dari nasabah pertama dalam ketetapan harga pembelian dan

penjualan yang disepakati bersama antara nasabah pertama dengan nasabah

kedua.18

5. Jaminan Dalam Pembiayaan Perbankan

Sesuai dengan fatwa DSN No 7 tentang jaminan, bahwa: “jaminan

hanya dapat dicairkan apabila nasabah melakukan kesalahan yang disengaja,

lalai, dan menyalahi perjanjian”.19 Artinya adalah jaminan dalam perbankan

syariah hanya dijadikan sebagai alternative terahir setelah meyakini bahwa

usaha nasabah dianggap tidak bisa ditolong atau diselamatkan, sehingga

jaminan menjadi alternative terahir bank untuk mendapatkan peengembalian

modal yang telah dicairkan dalam pembiayaan kepada nasabah.

18

S.Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, h. 73 19

(36)

B. Tinjauan Umum Mengenai Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah adalah membayar cicilan sejumlah uang tertentu

dari harga yang disepakati dengan waktu yang melampaui batas pembayaran atau

angsuran yang telah ditentukan. Kemungkinan masalah keterlambatan peminjam

melunasi cicilannya serta berbagai konsekuensinya yang membahayakan pemberi

pinjaman termasuk persoalan penting. Bila masih ada beberapa problemantika

yang dikomentari yaitu barometer yang bersifat permanen, tidak bisa diubah.

1 Timbulnya Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah dapat disebabkan oleh salah satu atau beberapa

factor yang harus dikenali secara dini oleh pejabat pembiayaan karena adanya

unsur kelemahan baik dari sisi debitur, sisi bank maupun ekstern debitur dan

bank, yaitu:

a) Sisi Nasabah

1) Faktor keuangan

(a) Hutang meningkat sangat tajam,

(b) Hutang meningkat tidak seimbang dengan peningkatan aset,

(c) Pendapatan bersih menurun,

(d) Penurunan penjualan, biaya umum dan administrasi meningkat,

(e) Perubahan kebijakan dan syarat-syarat penjualan secara

pembiayaan

(f) Rata-rata umur piutang bertambah lama sehingga perputaran

(37)

(g) Piutang tak tertagih meningkat,

(h) Perputaran persediaan semakin meningkat,

(i) Keterlambatan memperoleh neraca nasabah secara teratur,

(j) Tagihan yang terkonsentrasi pada pihak tertentu.

2) Faktor operasional

(a) Hubungan nasabah dengan mitra usahanya makin turun,

(b) Terhambatnya pasokan bahan baku/bahan penolong,

(c) Kehilangan satu atau lebih pelanggan utama,

(d) Pembianaan sumber daya manusianya kurang baik,

(e) Tertundanya penggantian mesian dan peralatan yang sudah

ketinggalan,

(f) Sistem operasional tidak efesien,

(g) Distribusi pemasaran yang terganggu,

(h) Operasional perusahaan mencemari lingkungan.

b) Sisi Eksternal

Yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab pembiayaan bermasalah:

1) Perubahan kebijakan pemerintah di sektor riil,

2) Peraturan yang bersifat membatasi dan berdampak besar atas situasi

keuangan dan operasional serta manajemen nasabah,

3) Kenaikan harga faktor-faktor produksi yang tinggi,

4) Perubahan teknologi yang sangat kuat dalam industri yang diterjuni oleh

(38)

5) Meningkatnya suku bunga pinjaman,

6) Ressesi, devaluasi, inflasi, deflasi, dan kebijakan moneter lainnya,

7) Peningkatan persaingan dalam bidang usahanya,

8) Bencana alam,

9) Munculnya protes dari masyarakat sekitar lokasi usaha.

c) Sisi Bank

Yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab pembiayaan bermasalah:

1) Buruknya perencanaan finansial atas aktifa tetap/modal kerja,

2) Adanya perubahan waktu dalam permintaan pembiayaan musiman,

3) Menerbitkan cek kosong,

4) Gagal memenuhi syarat-syarat dalam perjanjian pembiayaan,

5) Adanya over pembiayaan atau under financing,

6) Manipulasi data,

7) Over taksasi agunan atau penilaian agunan terlalu tinggi,

8) Pembiayaan topengan, tampilan atau fiktif,

9) Kelemahan analisa oleh pejabat pembiayaan sejak awal proses

pemberian pembiayaan,

10) Kelemahan dalam pembianaan dan monitoring pembiayaan.20

2 Penggolongan Kualitas Pembiayaan

20

(39)

Ketidak lancaran nasabah membayar angsuran pokok maupun bagi

hasil/ profit margin pembiayaan mengakibatkan adanya kolektabilitas

pembiayaan. Secara umum kolektabilitas pembiayaan dikategorikan menjadi

empat macam, yaitu:

a. Lancar atau kolektabilitas 1

1) Pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik, tidak ada

tunggakan, serta sesuai dengan persaratan pembiayaan.

2) Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan

informasi keuangan secara teratur dan akurat.

3) Dokumentasi pembiayaan lengkap dan pengikatan agunan kuat.

b. Kurang lancer atau kolektabilitas 2

1) Terdapat tunggakan bayaran pokok dan atau bagi hasil yang telah

melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari.

2) Terdapat cerukan/ overdraft yang berulang kali hususnya untuk

menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas

3) Hubungan debitur dan bank memburuk dan informasi keuangan debitur

tidak dapat dipercaya

4) Dokumentasi pembiayaan kurang lengkap dan pengikatan agunan yang

lemah

5) Pelanggaran terhadap persaratan pokok pembiayaan

6) Perpanjangan pembiayaan untuk menyembunyikan kesulitan keuangan

(40)

1) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bagi hasil yang telah

melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari

2) Terjadi cerukan/ overdraft yang bersifat permanen hususnya untuk

menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas

3) Hungan debitur dan bank memburuk dan informasi keuangan debitur

tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya

4) Dokumentasi pembiayaan tidak lengkap dan pengikatan agunan yang

lemah

5) Pelanggaran yang principal terhadap persaratan pokok perjanjian

pembiayaan

d. Macet atau kolektabilitas 4

1) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bagi hasil yang telah

melampaui 270 hari

2) Dokumentasi pembiayaan dan atau pengikatan agunan tidak ada.21

3 Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah karena

kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapi nasabah. Penyebab kesulitan-kesulitan keuangan

perusahaan nasabah dapat kita bagi dalam (a) Faktor internal, dan (b) Faktor

eksternal.22

a) Faktor internal

21

Suhardjono. Hal 252-257 22

(41)

Faktor internal adalah faktor yang ada di perusahaan itu sendiri, dan faktor

utama yang paling dominan adalah faktor manajerial. Timbulnya

kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh faktor manajerial

dapat dilihat dari beberapa hal, seperti kelemahan dalam kebijaksanaan

pembelian dan penjualan, lemahnya pengawasan biaya dan pengeluaran,

kebijakan piutang yang kurang tepat, penempatan yang berlebihan pada

aktiva tetap, permodalan yang tidak cukup.

b) Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar kekuasaan manajemen

perusahaan, seperti bencana alam, peperangan, perubahan dalam kondisi

perekonomian dan perdagangan, perubahan-perubahan teknologi, dan

lain-lain.

Untuk menentukan langkah yang harus diambil dalam menghadapi

pembiayaan macet terlebih dahulu perlu diteliti sebab-sebab terjadinya

kemacetan. bila kemacetan disebabkan oleh faktor-faktor ekternal seperti

bencana alam, bank tidak perlu lagi melakukan analisis lebih lanjut. Yang

perlu adalah bagaimana membantu nasabah untuk segera memperoleh

penggantian dari perusahaan asuransi. Yang perlu diteliti adalah faktor

internal, yaitu yang terjadi karena sebab-sebab manajerial.

Bila bank telah melakukan pengawasan secara seksama dari bulan ke

bulan, dari tahun ke tahun, lalu timbul kemacetan, sedikit banyak terkait pula

(42)

telah dilakukan dengan baik, masih juga terjadi kesulitan keuangan, perlu

diteliti sebab-sebab kemacetan tersebut secara lebih mendalam. Mungkin

kesulitan itu disengaja oleh manajemen yang berarti pengusaha telah

melakukan hal-hal yang tidak jujur. Misalnya dengan sengaja pengusaha

mengalihkan penggunaan dana yang telah tersedia untuk keperluan kegiatan

usaha lain diluar obyek pembiayaan yang telah disepakati.

Banyak cara yang dapat dilakukan bank untuk menyelesaikan

pembiayaan macet ini, tergantung pada berat ringannya permasalahan yang

dihadapi, serta sebab-sebab terjadinya kemacetan. Apabila pembiayaan itu

masih dapat diharapkan akan berjalan baik kembali, maka bank dapat

memberikan keringanan-keringanan, misalnya menunda jadwal angsuran

(reschaduling). Dalam hal ini al- quran memberikan pedoman: “apabila

mereka mendapat kesempitan, maka hendaknya diberi kelonggaran…” (Q.S.

Al Baqarah : 280).

Untuk keperluan penghapusan itu bank diharuskan untuk membentuk

cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) sebagai berikut:

1) Bank wajib membentuk cadangan 1% dari seluruh pembiayaan

2) Cadangan 3% dari pembiayaan yang tergolong tidak lancer (setelah

dikurangi nilai agunan yang telah dikuasai)

3) Cadangan 50% dari pembiayaan yang tergolong diragukan (setelah

(43)

4) Cadangan 100% dari pembiayaan yang tergolong macet (setelah dikurangi

nilai agunan yang dikuasai)

Bila kemacetan tersebut akibat kelalaian, pelanggaran atau kecurangan

nasabah, maka bank dapat meminta agar nasabah menyelesaikan segera,

termasuk penyerahan barang yang digunakan kepada bank. Bila penyelesaian

diluar pengadilan tidak dapat dicapai, maka bank dapat menempuh jalur

hukum. Dalam hal ini ada dua cara yang dapat ditempuh, yaitu pengadilan

negeri atau badan arbitrase. Perbankan syariah lebih suka memilih badan

arbitrase muamalah Indonesia. “barang siapa yang mendapati hartanya berada

pada seseorang yang dinyatakan bangkrut atau pada seseorang yang telah

pailit, maka dia lebih berhak atas hartanya itu daripada orang lain.” (HR

Jamaah).

Sesuai surat keputusan direksi bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR

tanggal 12 November 1998 kualitas aktiva produktif (pembiayaan) dinilai atas

tiga kriteria, yaitu berdasarkan prospek usaha, kondisi keuangan dengan

penekanan pada arus kas debitur, dan kemampuan untuk membayar. Dari

ketiga kriteria tersebut kualitas pembiayaan digolongkan menjadi

lancer,kurang lancer, diragukan dan macet.

Apabila kreditur tidak mau melunasi hutangnya, maka dia layak

mendapat hukuman fisik (diadukan ke pengadilan dan dipenjara). Dasarnya

adalah hadis terdahulu, “orang-orang kaya yang tidak mau membayar

(44)

untuk mengatasi kesulitan saat kreditur menunggak membayar cicilan dapat

diklasifikasikan menjadi dua :

1) Cara untuk menjamin hak penjualan pada saat pembeli melakukan

tunggakan pembayaran.

2) Cara untuk mencegah mereka yang menjadikan bisnis ini sebagai jalan

memakan harta orang lain secara dzalim.

Adapun bagian pertama, ada beberapa cara pilihan yang bisa digunakan

sebelum transaksi, dan cara lain dilakukan bersamaan dengan transaksi:

1) Yang dilakukan sebelum transaksi. Ada beberapa pengarahan yang

mungkin bisa membantu untuk menjaga hak penjual dan sekaligus

memeliharanya agar tidak terjerumus ke dalam perangkap para penunggak

hutang tersebut. contohnya: hendaknya pihak peminjam sebelum

menyelesaikan transaksi pembiayaan harus mengetahui keseriusan

peminjam dan komitmennya dalam ajang komersial terdahulu, bila

memungkinkan.

2) Bersamaan dengan transaksi. Peminjam juga bisa saja menetapkan syarat

dalam transaksi berupa beberapa bentu jaminan yang bisa memelihara

haknya kalau seandainya si pembinjam terlambat menutup cicilannya.

Contohnya: memberikan syarat agar peminjam mengajukan seorang

(45)

BAB III

GAMBARAN UMUM PT BANK SYARIAH MANDIRI

A. Sejarah PT BSM

Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah

sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana

diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan

krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan

(46)

masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri

perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami

krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan

merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki

oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT

Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi

tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta

mengundang investor asing.23

Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger)

empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo)

menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli

1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT

Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan

konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.

Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan

syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas

23

(47)

diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum

untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).24

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa

pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan

konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah.

Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan

sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank

konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan

nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris:

Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan

oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999,

25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior

Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama

menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal

tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin

tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang

mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi

kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani

(48)

inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam

kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun

Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.

B. Profil BSM

Dalam jangka panjang, industri perbankan menghadapi perubahan kondisi

dan lingkungan dunia usaha yang sangat komplek dan drastis akibat deregulasi,

teknologi dan peningkatan kompetisi. Perubahan mendasar tersebut di antaranya

adalah perubahan fokus usaha Bank dari spesialis ke multispesialis (universal

banking), kecenderungan disintermediasi, perubahan sumber pendapatan dari

interest based ke fee based income serta perkembangan teknologi informasi

melalui electronic channel yang memungkinkan channel pelayanan bank

semakin luas dan efisien. Menghadapi perubahan industri dan lingkungan dunia

usaha yang sangat cepat dan kompleks, BSM memandang bahwa kinerja baik

dalam beberapa tahun terakhir tidak cukup memadai.

Dalam jangka panjang BSM tidak cukup hanya menjadi Good Company

tetapi harus menjadi Great Company berdasarkan kriteria yang bertumpu pada

tiga pilar kriteria:

1. Sustainable ROE > 20%

(49)

3. Growing Productifity per Employee25

Strategi jangka panjang BSM adalah pertumbuhan berkelanjutan yang

bertumpu pada upaya meningkatkan kualitas layanan dan produk ke individu,

dan Usaha Kecil Menengah (UKM) melalui sumberdaya insani, kinerja dan

keahlian yang excellent. Untuk mewujudkan rencana tersebut BSM harus

melakukan penguatan nilai-nilai (SharedValues) yang diyakini dapat mendorong

BSM menjadi Great Company, yakni: Excellence, Teamwork, Humanity,

Integrity dan CustomerFocus (ETHIC).

1. Visi

Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha.

2. Misi

a) Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan

b) Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran pembiayaan

pada segmen UMKM

c) Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan

kerja yang sehat

d) Mengembangkan nilai-nilai syariah universal

e) Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang

sehat.26

25

Ibid

26

(50)

C. Produk-produk Pembiayaan

1. Musyarakah

Pembiayaan khusus untuk modal kerja, dimana dana dari bank merupakan

bagian dari modal usaha nasabah dan keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah

yang disepakati.

Manfaat:

a) Lebih menguntungkan karena berdasarkan prinsip bagi hasil

b) Mekanisme pengembalian yang fleksibel sesuai dengan realisasi usaha.

Fasilitas:

a) Mekanisme pengembalian pembiayaan yang fleksibel (bulanan atau

sekaligus diakhir periode)

b) Bagi hasil berdasarkan perhitungan revenue sharing

c) Pembiayaan dapat dalam berupa Rupiah dan US Dollar.

PersyaratanPembiayaan

Keterangan

Badan Usaha Perorangan

Identitas diri dan pasangan

- v

Kartu keluarga dan surat nikah

- v

Copy rekening bank 3 bulan terakhir

Laporan keuangan 2 tahun terakhir

V v

Past performance 2 tahun terakhir

V v

Rencana usaha 12 bulan yang akan datang

V v

Data obyek pembiayaan V v

(51)

Pembiayaan Dana Berputar adalah fasilitas pembiayaan modal kerja dengan

prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat dilakukan sewaktu-waktu

berdasarkan kebutuhan riil nasabah.

AkadPembiayaan:

a) Akad yang digunakan adalah akad musyarakah

b) Akad musyarakah adalah akad kerja sama usaha patungan dua pihak atau

lebih pemiliki modal (syarik/shahibul maal) untuk membiayai suatu jenis

usaha (masyru) yang halal dan produktif.

Manfaat:

a) Membantu menanggulangi kesulitan likuiditas nasabah terutama kebutuhan

dana jangka pendek

b) Nasabah dapat memanfaatkan pembiayaan bank secara optimal sesuai

dengan kebutuhan riil dengan cara melakukan penarikan sesuai dengan

kebutuhan.

Fitur:

a) Jenis pembiayaan adalah pembiayaan modal kerja

b) Peruntukan pembiayaan adalah perorangan dan perusahaan

c) Jangka waktu pembiayaan 1 tahun dan dapat diperpanjang

d) Menggunakan 2 (dua) rekening, yaitu rekening giro dan rekening

pembiayaan

e) Penarikan dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan menggunakan cek/BG.

(52)

Persyaratan:

a) Merupakan nasabah komersial kecil, menengah, besar dan korporasi

b) Nasabah harus membuat laporan penggunaan dana selama 1 (satu) bulan

c) Fasilitas diberikan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja sementara dan

bukan untuk Permanent Working Capital, dimana bersifat self liquidating

d) seiring dengan menurunnya aktifitas bisnis pada masa bersangkutan

e) Setiap periode penggunaan fasilitas Pembiayaan Dana Berputar harus

digunakan untuk pencapaian realisasi sales sehingga bagi hasil dapat

f) Memiliki aktifitas rekening koran yang aktif berkaitan dengan kegiatan

bisnisnya.

3. Mudharabah

Pembiayaan Mudharabah BSM adalah pembiayaan dimana seluruh

modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank. Keuntungan

yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.

Manfaat:

a) Membiayai total kebutuhan modal usaha nasabah

b) Nisbah bagi hasil tetap antara Bank dan Nasabah

c) Angsuran berubah-ubah sesuai tingkat revenue atau realisasi usaha nasabah

(revenue sharing).

Fasilitas:

a) Pembiayaan dalam valuta rupiah atau US Dollar

(53)

c) Mekanisme pengembalian pembiayaan yang fleksibel (bulanan atau

sekaligus diakhir periode)

d) Bagi hasil berdasarkan perhitungan revenue sharing

e) Pembiayaan dapat dalam berupa Rupiah dan US Dollar.

PersyaratanPembiayaan

Keterangan Badan Usaha Perorangan

Identitas diri dan

pasangan - V

Kartu keluarga dan surat

nikah - V

Copy rekening bank 3

bulan terakhir V V

Akte pendirian usaha V -

Identitas pengurus V -

Legalitas usaha V V

Laporan keuangan 2

tahun terakhir V V

Past performance 2 tahun

terakhir V V

Rencana usaha 12 bulan

yang akan dating V V

Data obyek pembiayaan V V

4. Pembiayaan Resi Gudang

Pembiayaan Resi Gudang adalah pembiayaan transaksi komersial dari suatu

komoditas/produk yang diperdagangkan secara luas dengan jaminan utama

(54)

tempat yang terkontrol secara independen (independently controlled

warehouse).

Peruntukkan:

a) Perorangan

b) Badan Usaha.

AkadPembiayaan:

Disesuaikan dengan skema usaha nasabah (tailor made), dapat berupa:

a) Murabahah

b) Mudharabah

c) Musyarakah.

Benefit/manfaatbaginasabah:

a) Meningkatkan bankable, karena persediaan barang menjadi eligible

security

b) Meningkatkan perputaran persediaan barang dan profitabilitas

c) Outsourcing control atas manajemen persediaan di lapangan

d) Meningkatkan modal kerja untuk ekspansi bisnis dan pengembangan

usaha, meskipun kondisi fixed asset terbatas.

Karakteristik Pembiayaan Resi Gudang:

a) Pembiayaan untuk transaksi komersial (modal kerja)

b) Pembiayaan untuk suatu komoditas/produk yang diperdagangkan secara

(55)

c) Pembiayaan untuk menutup finance gap dari nasabah yang bertransaksi,

dengan pencairan dana, tenor, dan cicilan/pembayarannya, disesuaikan

dengan siklus pembelian-produksi/penyimpanan-penjualan (cash-to-cash

cycle)

d) Pembiayaan dengan keberadaan Pengelola Agunan (Collateral Manager)

yang independen dan credible.

5. Murabahah

Pembiayaan Murabahah BSM adalah pembiayaan berdasarkan akad jual beli

antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan

menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan

keuntungan margin yang disepakati.

Manfaat:

a) Membiayai kebutuhan nasabah dalam hal pengadaan barang konsumsi

seperti rumah, kendaraan atau barang produktif seperti mesin produksi,

pabrik dan lain-lain

b) Nasabah dapat mengangsur pembayarannya dengan jumlah angsuran yang

tidak akan berubah selama masa perjanjian.

Fasilitas:

a) Periode kontrak ditentukan nasabah

b) Pembiayaan dalam valuta rupiah atau US dollar

(56)

Keterangan Konsumer

D. Struktur Organisasi PT BSM

Struktur organisasi Bank Syariah Mandiri (BSM) senantiasa

menyesuaikan diri dengan perkembangan bisnis dan sekaligus mengantisipasi

dinamika lingkungan bisnis. Untuk tujuan itulah maka manajemen BSM

melakukan restrukturisasi organisasi. Tujuannya untuk menjadikan organisasi

BSM lebih fokus dan efisien. Hal ini dilakukan dengan menyatukan beberapa

unit kerja yang memiliki karakteristik yang sama dalam satu direktorat. Adapun

struktur organisasi BSM tahun 2008 adalah:27

27

(57)
(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Prosedur dan Pelaksanaan Pemberian Pembiayaan pada PT. BSM

Jatinegara.

Tugas pokok Bank Syariah pada umumnya memberikan fasilitas atau

intermediary dengan mengumpulkan dana dari masyarakat dan memberikan

pembiyaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang memerlukan,

maka sistem pembiayaan pada Bank Syariah merupakan suatu kerangka dari

posedur–prosedur yang berhubungan dengan proses penyediaan uang

berdasarkan kesepakatan atau persetujuan dari kedua belah pihak. Selain itu,

sebagai lembaga keuangan yang dipercaya oleh masyarakat untuk mengelola

uang yang ditabung, bank tidak bisa berlaku spikulasi dalam menyalurkan dana

simpanan nasabah pada pembiayaan, sehingga dalam menyalurkan dana

pembiayaan bank syariah memiliki langkah atau prosedur yang meliputi:

1. Perjanjian Pembiayaan

Arti penting perjanjian pembiayaan bagi BSM Jatinegara yaitu:

a) Perjanjian pembiayaan berfungsi sebagai dasar hukum bagi kedua

belah pihak,

(59)

c) Perjanjian pembiayaan berfungsi untuk memperjelas hak dan

kewajiban kedua belah pihak

d) Perjanjian pembiayaan sebagai dasar lahirnya perjanjian asuransi.28

Melihat arti pentingnya perjanjian pembiayaan diatas maka perlu dijelaskan

mengenai persyaratan untuk menjadi debitur serta bentuk dan isi perjanjian

pembiayaan.

1) Persyaratan untuk menjadi Debitur dalam Perjanjian Pembiayaan pada BSM

Jatinegara

Untuk mendapatkan pembiayaan, calon debitur harus memenuhi

persyaratan yang diajukan pihak bank yang dalam hal ini bertindak

sebagai kreditur. BSM Jatinegara dalam menentukan persyaratan untuk

menjadi debitur tergantung dari jenis usaha dan skim pembiayaan yang

dibutuhkan calon debitur. Dalam memberikan pembiayaan, kreditur

mempunyai suatu persyaratan yang standar atau baku, persyaratan untuk

menjadi debitur biasanya disesuaikan dengan jenis usaha dan skim

pembiayaan yang diberikan, karena setiap jenis pembiayaan dibedakan pula

persyaratannya.

Calon debitur dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

(a) Perorangan :

28

(60)

(1) GBT (Golongan Berpenghasilan Tetap) dan Para Profesional,

(2) Untuk usaha (misal : toko kelontong, dll)

(b) Badan Hukum.

2) Bentuk dan isi perjanjian pembiayaan antara BSM dan nasabah.

Dalam praktek bentuk dan isi perjanjian pembiayaan antara suatu

bank dengan bank yang lain berbeda, hal ini terjadi dalam rangka untuk

menyesuaikan diri dengan kebutuhannya masing-masing. Hal ini juga berlaku

pada BSM Jatinegara, tetapi pada dasarnya suatu perjanjian dibuat dalam

bentuk tertulis.

Sebelum perjanjian ditandatangani kedua belah pihak, calon debitur

harus melalui beberapa tahap yang meliputi:

a) Calon debitur wajib membuat surat permohonan pemberian pembiayaan,

kemudian diajukan kepada pihak bank,

b) Jika surat permohonan pembiayaan telah diterima bank, bank melakukan

pemeriksaan yaitu dengan melihat apakah pembiayaan yang dimohonkan

masuk dalam pasar sasaran dan KRD (Kriteria Resiko yang Dapat

Dilayani) serta apakah telah memenuhi kelengkapan administrasi yang

dibutuhkan untuk mengajukan permohonan pembiayaan (seperti : untuk

perorangan menyerahkan fotokopi KTP/SIM/PASPOR/Identitas Lainnya.

Jika badan usaha menyerahkan fotokopi KTP/SIM/PASPOR/Identitas

Gambar

GAMBARAN UMUM PT BANK SYARIAH MANDIRI
GAMBARAN UMUM
GAMBARAN UMUM PT BANK SYARIAH MANDIRI

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini peran komputer host selain sebagai pengirim kode S- record ke memori 68HC11 (sebagai downloader), juga dapat digunakan sebagai fasilitas untuk menulis instruksi

- Siswa 24 mencari banyak soal yang harus dikerjakan serta banyak pilihan soal dengan 2 soal wajib dikerjakan. - Siswa 24 menghitung banyak pilihan yang mungkin diambil jika

Majelis Manifesto Wilayah adalah struktur organisasi partai di daerah sebagai pelaksana Keputusan Musyawarah Agung Nasional, Keputusan Majelis Manifesto Nasional, Keputusan

Setelah melakukan penelitian terhadap diksi dan gaya bahasa figuratif yang terkandung dalam cerpen 蜘蛛の糸, penulis menemukan sebanyak empat diksi, dan total 14

 Pasien diisolasi (terutama bayi) selama 4 minggu, diutamakan sampai 5-7 hari selesai  pemberian antibiotik. Gejala batuk paroksismal setelah terapi antibiotik tidak

matematikanya secara tertulis. Sebagian besar siswa yang tidak dapat mengungkapkan kembali kesimpulan secara tertulis dengan bahasanya sendiri. Guru telah mencoba melakukan

Proses pengeluaran dana pada sekolah ditinjau dari sisi keuangan, maka seluruh jenis pengeluaran untuk kegiatan pendidikan pada sekolah harus diketahui bersama baik oleh Dinas

Koorders tercatat sebagai orang pertama yang menemukan gambut di Indonesia pada tahun 1895, melalui pengamatannya di hutan rawa pantai Timur Sumatera (Noor dan Sarwani,