• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA MTSN TANJUNG PURA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA MTSN TANJUNG PURA."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMAHAMAN KONSEP DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA MTs N TANJUNG PURA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

RANI FEBRIYANNI NIM. 8136171044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

Rani Febriyanni. Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis pendekatan matematika realistik untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan disposisi matematis siswa MTs N Tanjung Pura. Tesis. Medan. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2015.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan tujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran berbasis pendekatan matematika realistik yang valid dan efektif, beserta seluruh instrumen penelitian yang terkait dengan penerapan perangkat tersebut dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang prisma untuk siswa kelas VIII SMP/MTs. Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yakni tahap pertama adalah pengembangan perangkat pembelajaran. Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis pendekatan matematika realistik dengan mengacu pada model pengembangan perangkat pembelajaran menurut Thiagarajan, Semmel dan Semmel yaitu model 4-D (four D models). Tahap kedua adalah implementasi perangkat pembelajaran yang dianggap sudah layak. Rancangan dalam ujicoba menggunakan one-group posttest-only design. Temuan hasil penelitian yakni: 1) perangkat pembelajaran yang dihasilkan, berupa: rencana pelaksanaan pembelajaran, buku guru, buku siswa, lembar kegiatan siswa, tes pemahaman konsep, dan skala disposisi matematis telah memenuhi kriteria baik/valid; 2) keefektifan perangkat pembelajaran disimpulkan berdasarkan pada: (i) Ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada uji coba I sebesar 85,71% dan pada uji coba II sebesar 90%, (ii) ketercapaian tujuan pembelajaran pada uji coba I tidak tercapai pada soal no 4 dan soal no 5 dan pada uji coba II tercapai pada setiap butir soal, (iii) ketercapaian waktu ideal pada uji coba I dan uji coba II adalah ideal; 3) respons siswa terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran adalah positif.

(7)

ii

ABSTRACT

Rani Febriyanni. The development of devices based learning mathematics realistic approach to improve understanding of mathematical concepts and dispositions of students MTsN Tanjung Pura. Thesis. Field. Mathematics Education Graduate Program, State University of Medan. 2015.

This type of research is a developmental research with the aim to produce devices based learning approach that is valid realistic mathematics, practical and effective, and all the instruments of research related to the application of these devices in the learning of mathematics on the subject of geometry prism for eighth grade students of SMP. This study was conducted in two stages, namely the first stage is the development of learning tools. The development of devices based learning mathematics realistic approach with reference to the development model learning device according to Thiagarajan, and Semmel Semmel ie 4-D models (four D models). The second phase is the implementation of learning tools that are considered feasible. The design of the trials using a one-group posttest-only design. The findings of the research are: 1) the resulting learning, such as: lesson plan, teachers books, student books, student activity sheet, test understanding of concepts, and scale mathematical disposition has met the criteria of good / valid;; 2) The effectiveness of the learning device inferred based on: (i) complete student learning classical at the first trial amounted to 85.17% and in the second test by 90%, (ii) achievement of learning goals at the trials I was not achieved in a matter of no 4 and 5 and the question no trial II is reached on each item, (iii) the performance of the ideal time at the trial I and II trials are ideal, 3) The student’s response to the component and learning activities is postive.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini ditulis dan diajukan guna

memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.)

Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri

Medan (UNIMED).

Dalam proses penyusunan tesis ini, penulis mendapatkan semangat, dorongan,

dan bantuan dari berbagai pihak, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan Proposal tesis ini.

2. Ibu Dr. Ida Karnasih, M.Sc, Ed, Ph.D. sebagai Pembimbing II yang telah

mengarahkan peneliti dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd. dan bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd. selaku

Ketua dan Sekretaris Prodi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED.

4. Direktur, Asisten Direktur I dan II beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED

yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan

tesis ini.

5. Seluruh Dosen Program Studi Matematika Program Pascasarjana UNIMED, yang

telah menuangkan ilmu yang sangat membantu penulis dalam penyelesaian

(9)

iv

6. Kedua orangtua Ramlan, A.ma. Pd dan Khairul Hayani, A.ma. Pd yang senantiasa

memberikan dukungan, motivasi dan doa serta abangda Aidil Vallanni, S.Pd dan

adinda M. Fahrur Rozi.

7. Serta teman-teman mahasiswa matamatika DIKMAT A-2 dan semua pihak yang

telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan menyelesaikan tesis ini

yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu

penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari

pembaca sekalian demi kesempurnaan dalam penulisan-penulisan selanjutnya. Akhir

kata, semoga tesis ini bermanfaat.

Penulis

(10)

v

2.3 Pendekatan Matematika Realistik ... 24

2.4 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran... 35

2.5 Teori Belajar Pendukung ... 37

2.6 Materi Bangun Ruang Prisma ... 39

2.7 Teori Van Hiele ... 44

2.8 Perangkat Pembelajaran ... 46

2.9 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 51

2.10 Respon Siswa………. 59

2.11 Hasil Penelitian yang Relevan... 60

2.12 Kerangka Konseptual... 62

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... ... 70

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 70

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 71

3.4 Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 71

3.5 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 84

3.6 Teknik Analisis Data... 92

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 101

4.1.1 Deskripsi Tahap Pengembangan Perangkat Pembembelajaran………. 102

Tahap I. Pendefinisian (Define)………... 102

Tahap II. Perancangan (Design)………... 107

(11)

vi

a. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran………. 129 b. Hasil Uji Coba Lapangan I……….... 138 c. Hasil Revisi Uji Coba Lapangan I Draf II…... 151 d. Hasil Uji Coba Lapangan II………. 153 Tahap IV. Diseminate (Penyebaran)……….. 165 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1 Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendekatan Matematika Realistik

yang Valid, Praktis dan Efektif……….. 165 a. Validitas Perangkat Pembelajaran

Berbasis Pendekatan Matematika Realistik…. 166 b. Keefektifan Perangkat Pembelajaran

Berbasis Pendekatan Matematika Realistik….. 167 4.2.2 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep

Siswa dengan Menggunakan Perangkat

pembelajaran Berbasis Pendekatan Matematika

Realistik……… 170 4.2.3 Peningkatan Kemampuan Disposisi Matematis Siswa

dengan Menggunakan Perangkat pembelajaran

Berbasis Pendekatan Matematika Realistik……..… 171 4.2.4 Hasil Angket Respon Siswa……….. 173 4.2.5 Keterbatasan Penelitian………. 176

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……… 179 5.2 Saran ………. 181

(12)

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kategorisasi disposisi siswa ... 23

Tabel 2.2. Langkah-langkah Pendekatan Matematika Realistik ... 31

Tabel 2.3 Mengajarkan bangun ruang prisma dengan menggunakan pendekatan matematika realistik ... 43

Tabel 3.1. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 86

Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 86

Tabel 3.3. Kategori Tingkat Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa ... 87

Tabel 3.4. Kisi – Kisi Skala Disposisi Matematis ... 88

Tabel 3.5. Skor Alternatif Jawaban Skala Disposisi Matematis ... 89

Tabel 3.6. Deskripsi Indikator Pengembangan Angket Disposisi Matematis ... 89

Tabel 3.7. Kategorisasi disposisi siswa ... 91

Tabel 3.8. Kriteria tingkat kevlidan ... 94

Tabel 3.9. Format perhitungan validasi ... 95

Tabel 3.10. Interprestasi validitas tes ... 96

Tabel 3.11. Interprestasi realibilitas tes ... 98

Tabel 4.1. Analisis Tugas Materi Bangun Ruang Prisma Pada LKS ... 105

Tabel 4.2. Analisis Tugas Materi Bangun Ruang Prisma Pada RPP dan Buku Siswa ... 106

Tabel 4.3. Tujuan pembelajaran pada materi bangun ruang prisma ... 107

Tabel 4.4 Media Pembelajaran Materi Lingkaran ... 108

Tabel 4.5. Tes Hasil Belajar (Kemampuan Pemahaman Konsep ... 118

Tabel 4.6. Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 119

Tabel 4.7 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 122

Tabel 4.8. Kategori Tingkat Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa ... 123

Tabel 4.9. Kisi – Kisi Skala Disposisi Matematis ... 124

Tabel 4.10. Skala Disposisi Matematis ... 124

Tabel4.11. Pedoman Penskoran Skala Disposisi Matematis ... 126

Tabel 4.12. Angket Respon Siswa Terhadap Perangkat dan Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Pendekatan Matematika Realistik... 127

Tabel 4.13. Nama-Nama Validator ... 129

Tabel 4.14. Hasil Validasi Buku Guru ... 130

Tabel 4.15. Hasil Validasi Buku Siswa ... 131

Tabel 4.16. Hasil Validasi Lembar Kegiatan Siswa ... 134

Tabel 4.17. Hasil Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 136

Tabel 4.18. Hasil Validasi Instrumen ... 138

Tabel 4.19. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa... 140

Tabel 4.20. Klasifikasi Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Pada Uji Coba I ... 141

Tabel 4.21. Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 143

Tabel 4.22. Rerata Skor Disposisi Matematis Siswa Tiap Indikator ... 145

Tabel 4.23. Klasifikasi Tingkat Disposisi Matematis Siswa Pada Uji Coba I ... 146

Tabel 4.24. Hasil Analisis Data Angket Respon Siswa ... 148

Tabel 4.25. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa... 154

(13)

vi

Tabel 4.27. Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematis ... 156

Tabel 4.28. Rerata Skor Disposisi Matematis Siswa Tiap Indikator ... 159

Tabel 4.29. Klasifikasi Tingkat Disposisi Matematis Siswa Pada Uji Coba II ... 160

Tabel 4.30. Hasil Analisis Data Angket Respon Siswa ... 161

Tabel 4.31. Rangkuman Hasil Validasi ... 167

Tabel 4.32. Jumlah Siswa yang Tuntas pada Uji Coba I dan Uji Coba II ... 168

Tabel 4.33. Rerata Skor Disposisi Matematis Siswa Tiap Indikator Uji Coba I dan Uji Coba II ... 171

(14)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Segitiga Didaktik ... 36

Gambar 3.1. Bangan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D ... 72

Gambar 3.2. Konsep Prisma ... 77

Gambar 4.1. Konsep Prisma ... 104

Gambar 4.2. Cover Buku Guru ... 111

Gambar 4.3. Surat Untuk Guru ... 111

Gambar 4.4. Deskripsi Singkat Pendekatan Matematika Realistik ... 112

Gambar 4.5. Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran ... 113

Gambar 4.6. Kompetensi Dasar dan Pengalaman Belajar... 113

Gambar: 4.7. Peta Konsep ... 114

Gambar 4.8. Materi Pembelajaran ... 114

Gambar 4.9. Latihan Mandiri ... 115

Gambar 4.10. Tampilan Buku Siswa ... 116

Gambar 4.11. Tampilan Lembar Kegiatan Siswa ... 117

Gambar 4.12. Diagram Frekuensi Tingkat Pemahaman konsep Siswa Uji Coba I.. 141

Gambar 4.13. Diagram Persentase Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Uji Coba I 142 Gambar 4.14. Diagram Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Uji Coba I ... 144

Gambar 4.15. Diagram Kemampuan Disposisi Matematis Siswa Uji CobaI ... 146

Gambar 4.16. Diagram Klasifikasi Tingkat Disposisi Matematis Siswa Uji Coba.. 147

Gambar 4.17. Diagram Frekuensi Tingkat Pemahaman konsep Siswa Uji Coba II.. 155

Gambar 4.18.Diagram Persentase Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Uji Coba II. 156 Gambar 4.19. Diagram Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Uji Coba II... 157

Gambar 4.20. Diagram Kemampuan Disposisi Matematis Siswa Uji Coba II ... 159

Gambar4.21. Diagram Klasifikasi Tingkat Disposisi Matematis Siswa Uji Coba I.. 160

Gambar 4.22. Diagram Kemampuan Disposisi Matematis Siswa ... 172

(15)

i

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 191

Lampiran 3. Buku Guru... 216

Lampiran 4. Buku Siswa ... 246

Lampiran 5. Lembar Kegiatan Siswa ... 262

Lampiran B. Lembar Validasi Lampiran 1. Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 282

Lampiran 2. Lembar Validasi Buku Guru ... 284

Lampiran 3. Lembar Validasi Buku Siswa... 286

Lampiran 4. Lembar Validasi Lembar Kegiatan Siswa ... 288

Lampiran 5. Lembar Validasi Kemampuan Pemahaman Konsep ... 290

Lampiran 6. Lembar Validasi Skala Kemampuan Disposisi Matematis ... 292

Lampiran 7. Angket Respon Siswa ... 295

Lampiran C. Lembar Instrumen Lampiran 1. Kisi-kisi Kemampuan Pemahaman Konsep ... 298

Lampiran 2. Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 299

Lampiran 3. Alternatif Jawaban... 301

Lampiran 4. Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 304

Lampiran 5. Kisi-kisi Kemampuan Disposisi Matematis ... 305

Lampiran 6. Skala Kemampuan Disposisi Matematis ... 306

Lampiran 7. Pedoman Penskoran Angket Disposisi Matematis ... 309

Lampiran D. Hasil Uji Coba Lampiran 1. Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Uji Coba I ... 311

Lampiran 2. Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Uji Coba II... 313

Lampiran 3. Hasil Angket Kemampuan Disposisi Matematis Siswa I ... 315

Lampiran 4. Hasil Angket Kemampuan Disposisi Matematis Siswa II... 319

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan semakin kelihatan

nyata. Dengan kesadaran ini, pemerintah dan masyarakat, terutama pendidik,

mencurahkan sebagian besar tenaga, dana dan pikirannya untuk meningkatkan

mutu pendidikan. Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pasal 3 disebutkan “Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab”. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan pendidikan dan pembelajaran, baik

formal maupun nonformal yang efektif dan efisien.

Pelajaran matematika merupakan mata pelajaran pokok dalam setiap

jenjang pendidikan. Melalui pelajaran matematika diharapkan siswa semakin

mampu berhitung, menganalisa, berpikir kritis, serta menerapkan matematika

dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, matematika sebagai ilmu dasar

mempunyai peranan penting dalam ilmu pengetahuan. Sebagaimana diungkapkan

Niss dalam Hadi (2005:3) salah satu alasan utama diberikan matematika kepada

siswa-siswa disekolah adalah untuk memberikan kepada setiap individu

(17)

2

kehidupan, seperti pendidikan atau pekerjaan, kehidupan pribadi, kehidupan sosial

dan kehidupan sebagai warga negara. Melihat pentingnya matematika maka

peningkatan mutu pendidikan matematika disemua jenis dan jenjang pendidikan

harus selalu diupayakan.

Upaya peningkatan mutu pendidikan matematika telah banyak dilakukan

pemerintah. Diantaranya perubahan teknik pengajaran, peyelengaraan kerja sama

antara lembaga pendidikan dengan lembaga lainnya dan perubahan kurikulum.

Kurikulum diera 2000-an yakni KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) 2004,

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dan kurikulum 2013 adalah

kurikulum yang berbasis pada kompetensi dengan pembelajaran yang

konstruktivistik. Keterlaksanaan kurikulum yang berbasis pada kompetensi sangat

ditentukan oleh kemampuan guru, Menurut Soedjianto dalam Samtono (2010)

kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru dan untuk peningkatan

kualitas hasil belajar salah satunya adalah merencanakan program pembelajaran.

Perencanaan yang dibuat merupakan antisipasi, prediksi, dan estimasi

tentang apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran sehingga tercipta suatu

situasi yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran sesuai tujuan yang

diharapkan. Pada hakikatnya bila suatu kegiatan direncanakan, maka tujuan dari

kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil. Itulah sebabnya seorang

guru harus memiliki kemampuan dalam merencanakan pembelajaran. Anderson

dalam Samtono (2010) menyatakan perencanaan dapat didefinisikan sebagai suatu

proses dimana para guru memvisualisasikan masa depan dan menciptakan suatu

(18)

3

Selanjutnya Sutopo dan Sunanto dalam Samtono (2010) menyatakan

perencanaan pengajaran selain berguna sebagai alat control, juga berguna sebagai

pegangan bagi guru sendiri, dari kedua paparan tersebut Samtono (2010)

menyimpulkan bahwa pada hakikatnya bila suatu kegiatan direncanakan, maka

tujuan dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil. Pembelajaran

yang direncanakan merupakan rangkaian peristiwa yang akan disampaikan

sehingga dapat menggiatkan dan mendorong belajar siswa. Menurut Samtono

(2010) perencanaan pembelajaran salah satunya adalah membuat perangkat

pembelajaran.

Perangkat pembelajaran adalah seperangkat kelengkapan yang telah

ditetapkan guna mengajar. Perangkat pembelajaran merupakan bagian penting

dari sebuah proses pembelajaran. Menurut Nur dalam Aswirna (2012), bahwa

perangkat pembelajaran mempermudah dan membantu guru dalam

mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bagi

seseorang guru, keberadaan perangkat pembelajaran merupakan sebuah kewajiban

yang harus dimiliki guru dan bagi guru kelengkapan perangkat pembelajaran

merupakan senjata guna melaksanakan tugas dan kewajibannya. Adapun alasan

betapa pentingnya perangkat pembelajaran menurut Wahyudi (2014: 35) adalah:

1) Sebagai pedoman pembelajaran, 2) Sebagai standar minimal kinerja guru, 3)

Peningkatan kinerja guru, 4) Alat evaluasi kinerja guru. Sehingga dengan

lengkapnya perangkat pembelajaran guru dapat terlihat kinerja yang mereka

(19)

4

pembelajaran, model pembelajaran, instrumen asesmen dan rencana pelaksanaan

pembelajaran.

Dalam PP No 32 tahun 2013 dan Permendikbud No 65 tahun 2013 bahwa

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran

tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. Setiap pendidik pada satuan

pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar

pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, efesien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai

dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

RPP disusun berdasarkan Kompetensi Dasar atau subtema yang

dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Adapun komponen RPP

berdasarkan Panduan Implementasi Standar Proses untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah (Timnas Implementasi KTSP Departemen Pendidikan

Nasional dalam Akbar (2013:142) adalah: (1) identitas mata pelajaran, (2)

standar kompetensi, (3) kompetensi dasar, (4) tujuan pembelajaran yang

mengandung unsur Audience, Behavior, Condition, dan degree, (5) materi ajar,

(6) alokasi waktu, (7) metode pembelajaran, (8) kegiatan pembelajaran, (9)

indikator pencapaian komptensi, penilaian hasil belajar dan (10) sumber belajar.

Selain rencana pelaksanaan pembelajaran, buku juga merupakan

perangkat pembelajaran yang harus dimiliki guru. Menurut Akbar (2013:33)

buku ajar adalah buku teks yang digunakan sebagai rujukan standar pada mata

(20)

5

referensi baku untuk mata pelajaran tertentu, (3) disusun sistematis dan

sederhana, dan (4) disertai petunjuk pembelajaran. Buku ajar diperuntukan untuk

guru dan siswa. Menurut Trianto (2011: 227) buku siswa merupakan buku

panduan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang memuat materi pelajaran,

kegiatan penyelidikan berdasarkan konsep, kegiatan sains, informasi dan

contoh-contoh penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari. Buku siswa juga sebagai

panduan belajar baik dalam proses pembelajaran dikelas maupun belajar mandiri.

Selanjutnya Akbar (2013: 34) menjelaskan buku ajar yang baik adalah:

(1) akurat (akurasi), (2) sesuai (relevansi), (3) komunikatif, (4) lengkap dan

sistematis, (5) berorientasi pada student centered, (6) berpihak pada ideologi

bangsa dan negara, (7) kaidah bahasa benar, (8) terbaca. Buku ajar dalam praktik

pembelajaran harus divalidasi terlebih dahulu untuk mengetahui keterterapan

buku ajar tersebut yakni apakah buku ajar bisa diterapkan untuk pembelajaran

dikelas secara optimal (memadai) atau kurang memadai. Validasi buku ajar

adalah upaya menghasilkan buku dengan validitas tinggi, dilakukan melalui uji

validasi. Uji validasi dapat dilakukan oleh ahli, validasi ahli dilakukan dengan

cara seorang atau beberapa ahli pembelajaran menilai buku ajar menggunakan

insrumen validasi. Ia memberi masukan perbaikan buku ajar yang dikembangkan.

Untuk mendukung pembelajaran selain buku ajar, lembar kegiatan siswa

juga merupakan komponen pendukung pembelajaran. Menurut Trianto (2011:

222) Lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk

melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan

(21)

6

panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran. Lembar kegiatan

siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh

siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan

dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.

Untuk melihat pencapian hasil belajar diperlukan tes hasil belajar.

Menurut Trianto (2011: 235) tes hasil belajar merupakan butir tes yang

digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan

belajar mengajar. Tes hasil belajar dibuat mengacu pada kompetensi dasar yang

ingin dicapai. Tes hasil belajar yang dikembangkan disesuaikan dengan jenjang

kemampuan kognitif. Tes hasil belajar, lembar kegiatan siswa, buku ajar dan

rencana pelaksanaan pembelajran (RPP) merupakan perangkat pembelajaran

yang harus dimiliki guru untuk diimplementasikan dalam praktik pembelajaran

sehari-hari disatuan pendidikan.

Namun praktik pembelajaran sehari-hari disekolah masih mengalami

berbagai persoalan dengan perangkat pembelajaran yang digunakan untuk

mengoperasikan jalannya pembelajaran. Menurut Akbar (2013: 2) persoalan

tersebut adalah: (1) banyak indikator dan tujuan pembelajaran yang dirumuskan

oleh guru masih cenderung pada kemampuan kognisi, afeksi dan psikomotor

tingkat rendah, (2) masih banyak guru menggunakan bahan ajar yang cenderung

kognitivistik, (3) pemanfaatan sumber dan media pembelajaran yang tersedia

dilingkungan sekitar siswa belum optimal dan kurang menggunakan situasi

kehidupan riil, (4) model pembelajaran konvensional yang kurang melibatkan

(22)

7

kurang berjalan optimal karena keterbatasan kemampuan mengembangkan

perangkat instrumen asesmen. Juga dijumpai berbagai macam tes yang

diselengarakan sekolah menggunakan soal yang tidak diuji validitas dan

reliabilitas.

Akbar (2013:4) juga mengatakan banyak rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) diberbagai satuan pendidikan merupakan hasil copy paste

RPP sekolah/ guru lain, padahal seharusnya RPP disusun oleh masing-masing

guru disatuan pendidikan tempat ia mengajar. Diantara persoalan dalam RPP

menurut Akbar adalah pengembangan indikator dan tujuan pembelajaran masih

cenderung pada kognisi, afeksi, dan psikomotor tingkat rendah, kurang menyebar

pada ranah lain. Pilihan pada model, metode, sumber dan media, serta instrumen

asesmen pembelajaran masih kurang tepat. Akbar juga menambahkan bahwa

banyak buku pelajaran yang cenderung kognitivistik, kurang mampu memacu

terjadinya proses belajar aktif dan kurang komunikatif.

Berdasarkan pengamatan yang diperoleh ditempat penelitian, peneliti juga

mendapati fakta dilapangan bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan guru

kurang melibatkan siswa, akibatnya respon siswa negatif terhadap pembelajaran

matematika yaitu siswa menganggap bahwa matematika pelajaran yang rumit dan

sulit untuk dipahami. RPP yang dibuat guru juga tidak menggunakan model,

metode, sumber dan media yang tidak mengaktifkan siswa. Begitu juga dengan

lembar kegiatan siswa, buku guru, buku siswa dan tes hasil belajar. Guru tidak

menggunakan LKS dalam mengajar bahkan jika ada LKS yang digunakan LKS

(23)

8

mencapai tujuan pembelajaran. Tes hasil belajar juga diambil dari latihan buku

pengangan guru yang tidak mengacu pada kompetensi dasar yang ingin dicapai

dan fakta dilapangan buku yang digunakan guru hanya buku pengangan guru yang

masih bersifat umum, yang tidak menjelaskan kompentensi apa yang akan

ditingkatkan pada setiap materi pembelajaran. Buku ajar tersebut kebanyakan

disajikan dari hal yang abstrak ke hal yang kongkrit artinya materi tersebut

dimulai dari rumus-rumus atau dalil-dalil kemudian digunakan sebagai penerapan

dalam kehidupan sehari-hari yang tersaji dalam bentuk soal kontekstual, sehingga

anak cenderung penghapal rumus dan tidak memahami konsep matematika.

Selanjutnya perangkat pembelajaran yang dibuat guru disekolah belum

dilakukan uji validasi dan kefektifannya. Uji validasi dilakukan oleh seorang ahli

atau beberapa ahli untuk melihat apakah perangkat pembelajaran yang digunakan

sudah layak digunakan dalam pembelajaran dan perangkat pembelajaran

dikatakan efektif apabila memberikan hasil sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan (Rohman, dkk. 2013: 207).

Perancanaan perangkat pembelajaran merupakan kemampuan yang harus

dikuasai oleh seorang guru dan untuk peningkatan kualitas hasil belajar. Hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang SI

Mata Pelajaran Matematika menyebutkan bahwa mata pelajaran matematika

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami

(24)

9

konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan

masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi

kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan

model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengomunikasikan gagasan

dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau

masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. NCTM

(dalam Syaban, 2009) menamakan tujuan kelima di atas dengan istilah

mathematical disposition atau disposisi matematis.

Dari pernyataan di atas, kemampuan yang dimiliki diantaranya adalah

pemahaman konsep dan disposisi matematis. Mathematics Learning Study

Committee, National Research Council (NRC), Amerika Serikat dalam publikasi

bukunya yang berjudul Adding it Up: Helping Children Learn Mathematics pada

tahun 2001 yang ditulis oleh Kilpatrick, Swafford, dan Findell, mengemukakan

bahwa pemahaman konsep merupakan kecakapan matematis yang harus dikuasai

siswa dalam pembelajaran matematika. Menurut Kilpatrick, dkk (dalam

Afrilianto, 2012), pemahaman konsep adalah kemampuan dalam memahami

konsep, operasi dan relasi dalam matematika.

Murtiyasa dan Retnowati (2013) menyatakan fokus pada hakikat

(25)

10

mempelajari konsep yang baru, maka siswa harus menguasai konsep yang

mendasari konsep tersebut. Hal tersebut dikarenakan konsep-konsep dalam

matematika tersusun secara sistematis, hirarkis dan logis mulai dari sederhana

sampai kompleks. Berkaitan dengan pentingnya komponen pemahaman dalam

matematika, Sumarmo (dalam Afrilianto, 2012), juga menyatakan visi

pengembangan pembelajaran matematika untuk memenuhi kebutuhan masa kini

yaitu pembelajaran matematika perlu diarahkan untuk pemahaman konsep dan

prinsip matematika yang kemudian diperlukan untuk menyelesaikan masalah

matematika, masalah dalam disiplin ilmu lain dan masalah dalam kehidupan

sehari-hari.

Pentingnya kemampuan ini belum sesuai dengan fakta yang ditemukan di

lapangan. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di MTs N Tanjung

Pura dengan mengajukan soal yang mengukur kemampuan pemahaman konsep

pada materi bangun ruang, diperoleh informasi bahwa hasil tes pemahaman

konsep terhadap 25 orang siswa terdapat; hanya 3 orang siswa yang mampu

menuliskan konsep; 5 orang siswa yang mampu memberikan contoh dan bukan

contoh; dan hanya 2 orang siswa yang mampu mengaplikasikan konsep dalam

pemecahan masalah. Dari informasi tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan

pemahaman siswa masih rendah.

Selain kemampuan pemahaman konsep juga diperlukan sikap yang harus

dimiliki oleh siswa, diantaranya adalah menghargai keguanaan matematika,

menyenangi matematika, memiliki keingintahuan yang tinggi dan senang belajar

(26)

11

Pengembangan ranah afektif yang menjadi tujuan pendidikan matematika di

jenjang SMP menurut Kurikulum 2006 tersebut hakekatnya adalah menumbuhkan

dan mengembangkan disposisi matematis.

Sugilar (2013) menyatakan disposisi matematis merupakan salah satu

faktor penunjang keberhasilan belajar matematika siswa. Siswa memerlukan

disposisi matematika untuk bertahan dalam menghadapi masalah, mengambil

tanggung jawab dan membiasakan kerja yang baik dalam matematika (mahmudi

dalam Sugilar, 2013). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa disposisi

matematis menunjang kemampuan matematis siswa.

Namun pada saat ini disposisi matematis siswa belum tercapai

sepenuhnya. Hal tersebut antara lain karena pembelajaran cenderung berpusat

pada guru yang menekankan pada proses prosedural, tugas latihan yang

mekanistik, dan kurang memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan

kemampuan berfikir matematis (Djohar dalam Syaban, 2009). Hal ini didukung

dengan studi pendahuluan peneliti ke sekolah, dari hasil wawancara dari salah

seorang guru matematika bahwa siswa mudah putus asa ketika mendapatkan

kendala dalam menyelesaikan masalah. Mereka cenderung tidak tertarik untuk

mencoba cara lain atau berusaha lagi untuk mendapatkan jawaban. Selain itu,

dilihat dari proses pembelajaran yang digunakan guru masih dominan

menggunakan pembelajaran biasa. Hal ini berdampak pada rendahnya

kemampuan disposisi siswa.

Menyikapi permasalahan yang terjadi dilapangan selama ini yaitu dalam

(27)

12

pentingnya kemampuan pemahaman konsep dan disposisi siswa yang akhirnya

mengakibatkan rendahnya hasil belajar matematika. Perlu adanya solusi berupa

pendekatan pembelajaran yang dapat mengakomodasi peningkatan kemampuan

konsep dan disposisi siswa. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat

digunakan adalah Pendekatan Matematika Realistik (PMR). Pendekatan

Matematika Realistik adalah pendekatan pembelajaran yang bertolak dari hal-hal

yang ‘real’ bagi siswa, menekankan keterampilan, berdiskusi dan berkolaborasi,

berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri

dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah

baik secara individu maupun kelompok. Pada pendekatan ini peran guru tak lebih

dari seorang fasilitator, moderator atau evaluator sementara siswa berfikir,

mengkomunikasikan gagasan/ide, melatih nuansa demokrasi dengan menghargai

pendapat orang lain.

Pendekatan matematika realistik (PMR) pertama kali diperkenalkan dan

dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudhenthal.

Berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal, dalam PMR matematika dianggap

sebagai aktivitas insani dan harus dikaitkan dengan realitas (Hadi, 2005:9). Secara

umum, teori pendekatan matematika realistik menurut Gravemeijer

(1994:114-115) terdiri dari lima karakteristik yaitu: 1) eksplorasi fenomenologis; 2)

menjembatani dengan instrumen vertikal; 3) kontribusi siswa; 4) interaktivitas;

dan 5) keterkaitan. Inti dari karakteristik pendekatan matematika realistik ini pada

dasarnya menekankan agar pembelajaran matematika dimulai dari permasalahan

(28)

13

Proses pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik (PMR),

guru harus memanfaatkan pengetahuan siswa sebagai jembatan untuk memahami

konsep-konsep matematika melalui pemberian suatu masalah konstektual.

Berbagai hasil penelitian (Marpaung dalam Astuti 2008) menunjukkan bahwa

pendekatan pembelajaran matematika realistik cukup efektif untuk meningkatkan

pemahaman konseptual siswa dan dapat digunakan untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah. Hal ini dapat dijadikan suatu pertimbangan

untuk menggunakan pendekatan matematika realistik sebagai alternatif dari sekian

banyak bentuk pendekatan pembelajaran yang berorientasi/berpusat pada siswa

dalam meningkatkan kemampuan matematis yang merupakan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, dirasakan perlu upaya Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Berbasis Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemahaman Konsep dan Disposisi Matematis Siswa MTs N

Tanjung Pura.

1.2Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan

permasalahannya sebagai berikut:

1. Respon siswa negatif terhadap pembelajaran matematika.

2. RPP yang dibuat juga tidak menggunakan model, metode, sumber dan media

yang tidak mengaktifkan siswa.

3. Guru tidak menggunakan LKS dalam mengajar bahkan jika ada LKS yang

(29)

14

4. Tes hasil belajar juga diambil dari latihan buku pengangan guru yang tidak

mengacu pada kompetensi dasar yang ingin dicapai.

5. Buku yang digunakan guru hanya buku pengangan guru yang masih bersifat

umum, yang tidak menjelaskan kompentensi apa yang akan ditingkatkan pada

setiap materi pembelajaran.

6. Bahan ajar tersebut kebanyakan disajikan dari hal yang abstrak ke hal yang

kongkrit.

7. Perangkat pembelajaran yang dibuat guru disekolah belum dilakukan uji

validasi dan kefektifannya.

8. Kemampuan pemahaman konsep siswa masih rendah.

9. Kemampuan disposisi siswa rendah.

1.3Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,

maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih fokus. Batasan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Respon siswa negatif terhadap pembelajaran matematika.

2. Perangkat pembelajaran yang dibuat guru disekolah belum dilakukan uji

validasi dan kefektifannya.

3. Kemampuan pemahaman konsep siswa masih rendah.

(30)

15

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan

menggunakan pendekatan matematika realistik (PMR) terhadap kemampuan

pemahaman konsep dan disposisi matematis?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan disposisi

matematis siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan

menggunakan pendekatan matematika realistik (PMR)?

3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan perangkat

pembelajaran yang dikembangkan dengan pendekatan matematika realistik

(PMR)?

1.5Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan

matematika realistik untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan

disposisi matematis. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan

menggunakan pendekatan matematika realistik (PMR) untuk meningkatkan

(31)

16

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis

dan disposisi siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan

menggunakan pendekatan matematika realistik (PMR).

3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan

perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan pendekatan matematika

realistik (PMR).

1.6Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru, dapat memberikan informasi dalam menentukan alternatif

pendekatan pembelajaran matematika dan sebagai bahan masukan untuk

menerapkan pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran

matematika.

2. Bagi siswa, dengan pengembangan perangkat pembelajaran matematika

menggunakan pendekatan matematika realistik diharapkan terbina sikap

belajar positif dan kreatif serta untuk meningkatkan kemampuan pemahaman

konsep dan disposisi matematis siswa.

3. Bagi kepala sekolah, bermanfaat sebagai bahan pertimbangan atau bahan

rujukan untuk menerapkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan

matematika realistik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, dalam

meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada pelajaran matematika.

4. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan bagi diri sendiri, terutama

(32)

17

dalam proses pembelajaran yang sesunguhnya dan dapat dijadikan sebagai

bahan acuan dalam pengembangan perangkat pembelajaran melalui

pendekatan matematika realistik lebih lanjut ketingkat yang lebih tinggi.

5. Sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi pembaca maupun penulis

lain yang berminat melakukan penelitian yang sejenis.

1.7Defenisi Operasional

Agar penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian

ini tidak menimbulkan kerancuan, perlu dikemukakan defenisi operasional

sebagai berikut:

1. Perangkat pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik (PMR)

adalah sekumpulan alat pendukung (rencana pelaksanaan pembelajaran, buku

guru, buku siswa, lembar kegiatan siswa) yang memungkinkan siswa dan

guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan matematika

realistik.

2. Pemahaman konsep adalah cara memahami sesuatu yang sudah ada didalam

pikirannya yang diakses oleh simbol verbal atau tertulis. Pemahaman konsep

meliputi 1) mampu menjelaskan sebuah defenisi dengan kata-kata sendiri

menurut sifat-sifat/ciri-ciri yang esensial, 2) mampu menyebutkan contoh

dan bukan contoh, dan 3) mampu menerapkan konsep dalam menyelesaikan

masalah.

3. Disposisi matematis adalah kemauan yang kuat yang ada didalam diri siswa

(33)

18

matematika. Indikator yang menunjukkan disposisi adalah (1) Kepercayaan

diri, (2) Keingintahuan, (3) Ketekunan, (4) Fleksibilitas, (5) Reflektif, (6)

Aplikasi, (7) Apresiasi.

4. Pendekatan matematika realistik adalah sebuah pendekatan pembelajaran

yang membantu guru mengaitkan isi materi pembelajaran dengan dunia nyata

atau dunia yang dapat dibayangkan oleh siswa sehingga dapat membantu

siswa untuk lebih termotivasi dalam belajar karena yang diterima akan lebih

mudah dipahami dan lebih bermakna sehingga siswa mengerti manfaat atau

tujuan dari isi pembelajaran dengan karekteristik yaitu: (1) Menggunakan

masalah kontesktual, (2) Menggunakan model, (3) Menggunakan kontribusi

siswa, (4) Interaktivitas, (5) Menggunakan keterkaitan (intertwinment).

5. Efektivitas pembelajaran adalah seberapa besar ketercapaian rencana setelah

menyelesaikan pembelajaran. Indikator keefektifan pembelajaran berupa: (1)

ketercapaian tujuan pembelajaran 75%; (2) Ketuntasan belajar siswa secara

klasikal, yaitu minimal 85% siswa yang mengikuti pembelajaran mampu

mencapai minimal skor 75; dan (3) Ketercapaian waktu ideal.

6. Respon siswa terhadap pembelajaran adalah pendapat senang/tidak senang

dan baru/tidak baru terhadap komponen pembelajaran yang dikembangkan,

kesedian siswa mengikuti pembelajaran dengan Pendekatan Matematika

Realistik (PMR) pada kegiatan pembelajaran berikutnya, serta komentar

(34)

183

DAFTAR PUSTAKA

Afrilianto, M. 2012. Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis

Matematis Siswa SMP dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. Infinity. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012.

Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Arikunto. S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidian (edisi revisi), Jakarta: Bumi

Aksara.

Astuti, Y. S. M. 2008. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Realistik dalam upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Rendang.

Aswirna, P. 2012. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran

Kimia dengan Penerapan Cooperative Learning Model Jigsaw Pada Kelas X IPA3 di SMA Negeri 1 Padang, Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 2 Juli 2012, hlm. 158-165.

Bani, A. 2011. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik

Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Penemuan Terbimbing. SPS UPI, Bandung. Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011, ISSN 1412-565X.

Fauzi, KMS. A. 2002. Pembelajaran Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan

Pembagian di SD. Tesis pada PPS UNESA: Tidak diterbitkan.

Gravemeijer, K.P.E. 1994. Developing Realisti, Mathematics Education. Utrecht,

the Netherlands: CD-β press, Freudenthal Institute

Hadi, S. 2005. Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya

Banjarmasin: Tulip.

Herman. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Pengajaran

Langsung untuk Mengajarkan Materi Kesetimbangan Benda Tegar.

Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika, Jilid 8 Nomor 1, April 2012.

Hidayat, W. 2013. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Logis

Serta Disposisi Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Volume 1 tahun 2013. ISSN 977-2338831.

Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.

(35)

184

Karim, A. 2011. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Seminar Nasional Matematika dan Terapan 2011

Mardapi, D. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Jogjakarta:

Mitra Cendikia Press.

Mulyana, S. dkk. Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V dengan Model

Cooperative Learning Bermuatan Pendidikan Karakter. Journal of Primary Education 2 (1) (2013). ISSN 2252-6889.

Murtiyasa, B & Retnowati, D. 2013. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep

dan Disposisi Matematis Menggunakan Model Pembelajaran Treffinger. Seminar Nasional Pendidikan Matematika Surakarta, 15 Mei 2013.

Nieveen. 2007. An Introduction to Educational Design Research. Enschede.

Netzodruk.

Rafianti, I. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple

Intelligences untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep, Penalaran Matematis dan Self-Confidence Siswa MTs. Universitas Pendidikan Indonesia. Repository.ui.edu.

Rohati. 2011. Pengembangan Bahan Ajar Materi Bangun Ruang dengan

Menggunakan Strategi Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring (REACT) di Sekolah Menengah Pertama. Edumatica Volume 01 Nomor 02, Oktober 2011. ISSN: 2088-2157.

Rohman & Amri. 2013. Strategi dan Desain Pengembangan Sistem

Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka

Ruseffendi, N. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Mengajar Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Samtono. 2010. Guru Sebagai Key Person dalam Upaya Peningkatan Mutu

Pendidikan Di Sekolah. Vol. 3 No. 6, Desember 2010.

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sardiman, 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi

(36)

185

Shafridla. 2012. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis

Siswa Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Tesis pada PPS UNIMED: Tidak diterbitkan.

Setyosari, P. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Sinaga, B. 2007. Pengembangan Model pembelajaran matematika Berdasarkan

Masalah Berbasis Budaya Batak (PBMB3). Disertasi. Tidak

dipublikasikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.

Slavin, R. E. 2006. Educational Psychology, Theories and Practice. Eighth

Edittion. Masschusetts: Allyn and Bacon Publishers.USA: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.

Sugilar, H. 2013. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Disposisi

Matematik Siswa Madrasah Tsanawiyah Melalui Pembelajaran Generatif. Infinity Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.2, September 2013.

Sumarmo, U, Dian Anggraeni. 2013. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan

Komunikasi Matematik Siswa SMK Melalui Pendekatan Kontekstual dan Strategi Formulate-Share-Listen-Create (FSLC). Infinity Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1, Februari 2013.

Syaban, M. 2009. Menumbuh Kembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa

Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi. Bandung: Educationist, Vol. III No. 2 Edisi Juli 2009. ISSN: 1907-8838.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wahyudi, Imam. 2014. Panduan Lengkap Administrasi Mengajar Guru. Jakarta:

PT Prestasi Pustakaraya.

Wardhani, S. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs

untuk Optimalisasi Pencapaian Tujuan. Yogyakarta: PPPPTK

MATEMATIKA.

Wijaya, A. 2012. Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan

Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wulandari, E, Sukirno. 2012. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil skripsi saya yang berjudul : PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG TINGGAL DI KOST TERHADAP DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA.. Benar-benar

Definisi media sosial yaitu sebagai alat ( tools ) teknologi online yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan komunikasi dengan mudah melalui internet dalam

[r]

Nilai fluks silikat secara vertikal terlihat tinggi pada lapisan dalam jika dibandingkan dengan permukaan dan lapisan termoklin, kondisi ini menjelaskan konsentrasi unsur

Data morfologi yang diukur yaitu bobot badan dilakukan dengan menimbang individu burung dengan timbangan digital; Panjang paruh diukur dari pangkal sampai ujung paruh; Panjang

Oglesby dan Hicks (1988) mendefinisikan kapasitas yaitu sebagai jumlah kendaraan maksimum yang memiliki kemungkinan yang cukup untuk melewati ruas jalan tersebut (dalam satu

“Saya pernah parkir di tepi jalan umum Kesamben, tepatnya di pasar kesamben, waktu itu ketika saya akan pulang itu oleh petugasparkir, dimintai uang

Analisa data dilakukan secara deskriptif terhadap hasil pengujian kualitas daging bebek yang meliputi sifat mutu organoleptik yang warna, bau dan konsistensiann kandungan