PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PEMAHAMAN KONSEP DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA MTs N TANJUNG PURA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
RANI FEBRIYANNI NIM. 8136171044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA
i ABSTRAK
Rani Febriyanni. Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis pendekatan matematika realistik untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan disposisi matematis siswa MTs N Tanjung Pura. Tesis. Medan. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2015.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan tujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran berbasis pendekatan matematika realistik yang valid dan efektif, beserta seluruh instrumen penelitian yang terkait dengan penerapan perangkat tersebut dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang prisma untuk siswa kelas VIII SMP/MTs. Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yakni tahap pertama adalah pengembangan perangkat pembelajaran. Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis pendekatan matematika realistik dengan mengacu pada model pengembangan perangkat pembelajaran menurut Thiagarajan, Semmel dan Semmel yaitu model 4-D (four D models). Tahap kedua adalah implementasi perangkat pembelajaran yang dianggap sudah layak. Rancangan dalam ujicoba menggunakan one-group posttest-only design. Temuan hasil penelitian yakni: 1) perangkat pembelajaran yang dihasilkan, berupa: rencana pelaksanaan pembelajaran, buku guru, buku siswa, lembar kegiatan siswa, tes pemahaman konsep, dan skala disposisi matematis telah memenuhi kriteria baik/valid; 2) keefektifan perangkat pembelajaran disimpulkan berdasarkan pada: (i) Ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada uji coba I sebesar 85,71% dan pada uji coba II sebesar 90%, (ii) ketercapaian tujuan pembelajaran pada uji coba I tidak tercapai pada soal no 4 dan soal no 5 dan pada uji coba II tercapai pada setiap butir soal, (iii) ketercapaian waktu ideal pada uji coba I dan uji coba II adalah ideal; 3) respons siswa terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran adalah positif.
ii
ABSTRACT
Rani Febriyanni. The development of devices based learning mathematics realistic approach to improve understanding of mathematical concepts and dispositions of students MTsN Tanjung Pura. Thesis. Field. Mathematics Education Graduate Program, State University of Medan. 2015.
This type of research is a developmental research with the aim to produce devices based learning approach that is valid realistic mathematics, practical and effective, and all the instruments of research related to the application of these devices in the learning of mathematics on the subject of geometry prism for eighth grade students of SMP. This study was conducted in two stages, namely the first stage is the development of learning tools. The development of devices based learning mathematics realistic approach with reference to the development model learning device according to Thiagarajan, and Semmel Semmel ie 4-D models (four D models). The second phase is the implementation of learning tools that are considered feasible. The design of the trials using a one-group posttest-only design. The findings of the research are: 1) the resulting learning, such as: lesson plan, teachers books, student books, student activity sheet, test understanding of concepts, and scale mathematical disposition has met the criteria of good / valid;; 2) The effectiveness of the learning device inferred based on: (i) complete student learning classical at the first trial amounted to 85.17% and in the second test by 90%, (ii) achievement of learning goals at the trials I was not achieved in a matter of no 4 and 5 and the question no trial II is reached on each item, (iii) the performance of the ideal time at the trial I and II trials are ideal, 3) The student’s response to the component and learning activities is postive.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini ditulis dan diajukan guna
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.)
Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri
Medan (UNIMED).
Dalam proses penyusunan tesis ini, penulis mendapatkan semangat, dorongan,
dan bantuan dari berbagai pihak, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan Proposal tesis ini.
2. Ibu Dr. Ida Karnasih, M.Sc, Ed, Ph.D. sebagai Pembimbing II yang telah
mengarahkan peneliti dalam penyempurnaan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd. dan bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd. selaku
Ketua dan Sekretaris Prodi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED.
4. Direktur, Asisten Direktur I dan II beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED
yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan
tesis ini.
5. Seluruh Dosen Program Studi Matematika Program Pascasarjana UNIMED, yang
telah menuangkan ilmu yang sangat membantu penulis dalam penyelesaian
iv
6. Kedua orangtua Ramlan, A.ma. Pd dan Khairul Hayani, A.ma. Pd yang senantiasa
memberikan dukungan, motivasi dan doa serta abangda Aidil Vallanni, S.Pd dan
adinda M. Fahrur Rozi.
7. Serta teman-teman mahasiswa matamatika DIKMAT A-2 dan semua pihak yang
telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan menyelesaikan tesis ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu
penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
pembaca sekalian demi kesempurnaan dalam penulisan-penulisan selanjutnya. Akhir
kata, semoga tesis ini bermanfaat.
Penulis
v
2.3 Pendekatan Matematika Realistik ... 24
2.4 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran... 35
2.5 Teori Belajar Pendukung ... 37
2.6 Materi Bangun Ruang Prisma ... 39
2.7 Teori Van Hiele ... 44
2.8 Perangkat Pembelajaran ... 46
2.9 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 51
2.10 Respon Siswa………. 59
2.11 Hasil Penelitian yang Relevan... 60
2.12 Kerangka Konseptual... 62
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... ... 70
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 70
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 71
3.4 Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 71
3.5 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 84
3.6 Teknik Analisis Data... 92
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 101
4.1.1 Deskripsi Tahap Pengembangan Perangkat Pembembelajaran………. 102
Tahap I. Pendefinisian (Define)………... 102
Tahap II. Perancangan (Design)………... 107
vi
a. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran………. 129 b. Hasil Uji Coba Lapangan I……….... 138 c. Hasil Revisi Uji Coba Lapangan I Draf II…... 151 d. Hasil Uji Coba Lapangan II………. 153 Tahap IV. Diseminate (Penyebaran)……….. 165 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1 Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendekatan Matematika Realistik
yang Valid, Praktis dan Efektif……….. 165 a. Validitas Perangkat Pembelajaran
Berbasis Pendekatan Matematika Realistik…. 166 b. Keefektifan Perangkat Pembelajaran
Berbasis Pendekatan Matematika Realistik….. 167 4.2.2 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep
Siswa dengan Menggunakan Perangkat
pembelajaran Berbasis Pendekatan Matematika
Realistik……… 170 4.2.3 Peningkatan Kemampuan Disposisi Matematis Siswa
dengan Menggunakan Perangkat pembelajaran
Berbasis Pendekatan Matematika Realistik……..… 171 4.2.4 Hasil Angket Respon Siswa……….. 173 4.2.5 Keterbatasan Penelitian………. 176
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan……… 179 5.2 Saran ………. 181
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Kategorisasi disposisi siswa ... 23
Tabel 2.2. Langkah-langkah Pendekatan Matematika Realistik ... 31
Tabel 2.3 Mengajarkan bangun ruang prisma dengan menggunakan pendekatan matematika realistik ... 43
Tabel 3.1. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 86
Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 86
Tabel 3.3. Kategori Tingkat Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa ... 87
Tabel 3.4. Kisi – Kisi Skala Disposisi Matematis ... 88
Tabel 3.5. Skor Alternatif Jawaban Skala Disposisi Matematis ... 89
Tabel 3.6. Deskripsi Indikator Pengembangan Angket Disposisi Matematis ... 89
Tabel 3.7. Kategorisasi disposisi siswa ... 91
Tabel 3.8. Kriteria tingkat kevlidan ... 94
Tabel 3.9. Format perhitungan validasi ... 95
Tabel 3.10. Interprestasi validitas tes ... 96
Tabel 3.11. Interprestasi realibilitas tes ... 98
Tabel 4.1. Analisis Tugas Materi Bangun Ruang Prisma Pada LKS ... 105
Tabel 4.2. Analisis Tugas Materi Bangun Ruang Prisma Pada RPP dan Buku Siswa ... 106
Tabel 4.3. Tujuan pembelajaran pada materi bangun ruang prisma ... 107
Tabel 4.4 Media Pembelajaran Materi Lingkaran ... 108
Tabel 4.5. Tes Hasil Belajar (Kemampuan Pemahaman Konsep ... 118
Tabel 4.6. Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 119
Tabel 4.7 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 122
Tabel 4.8. Kategori Tingkat Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa ... 123
Tabel 4.9. Kisi – Kisi Skala Disposisi Matematis ... 124
Tabel 4.10. Skala Disposisi Matematis ... 124
Tabel4.11. Pedoman Penskoran Skala Disposisi Matematis ... 126
Tabel 4.12. Angket Respon Siswa Terhadap Perangkat dan Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Pendekatan Matematika Realistik... 127
Tabel 4.13. Nama-Nama Validator ... 129
Tabel 4.14. Hasil Validasi Buku Guru ... 130
Tabel 4.15. Hasil Validasi Buku Siswa ... 131
Tabel 4.16. Hasil Validasi Lembar Kegiatan Siswa ... 134
Tabel 4.17. Hasil Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 136
Tabel 4.18. Hasil Validasi Instrumen ... 138
Tabel 4.19. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa... 140
Tabel 4.20. Klasifikasi Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Pada Uji Coba I ... 141
Tabel 4.21. Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 143
Tabel 4.22. Rerata Skor Disposisi Matematis Siswa Tiap Indikator ... 145
Tabel 4.23. Klasifikasi Tingkat Disposisi Matematis Siswa Pada Uji Coba I ... 146
Tabel 4.24. Hasil Analisis Data Angket Respon Siswa ... 148
Tabel 4.25. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa... 154
vi
Tabel 4.27. Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis ... 156
Tabel 4.28. Rerata Skor Disposisi Matematis Siswa Tiap Indikator ... 159
Tabel 4.29. Klasifikasi Tingkat Disposisi Matematis Siswa Pada Uji Coba II ... 160
Tabel 4.30. Hasil Analisis Data Angket Respon Siswa ... 161
Tabel 4.31. Rangkuman Hasil Validasi ... 167
Tabel 4.32. Jumlah Siswa yang Tuntas pada Uji Coba I dan Uji Coba II ... 168
Tabel 4.33. Rerata Skor Disposisi Matematis Siswa Tiap Indikator Uji Coba I dan Uji Coba II ... 171
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Segitiga Didaktik ... 36
Gambar 3.1. Bangan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D ... 72
Gambar 3.2. Konsep Prisma ... 77
Gambar 4.1. Konsep Prisma ... 104
Gambar 4.2. Cover Buku Guru ... 111
Gambar 4.3. Surat Untuk Guru ... 111
Gambar 4.4. Deskripsi Singkat Pendekatan Matematika Realistik ... 112
Gambar 4.5. Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran ... 113
Gambar 4.6. Kompetensi Dasar dan Pengalaman Belajar... 113
Gambar: 4.7. Peta Konsep ... 114
Gambar 4.8. Materi Pembelajaran ... 114
Gambar 4.9. Latihan Mandiri ... 115
Gambar 4.10. Tampilan Buku Siswa ... 116
Gambar 4.11. Tampilan Lembar Kegiatan Siswa ... 117
Gambar 4.12. Diagram Frekuensi Tingkat Pemahaman konsep Siswa Uji Coba I.. 141
Gambar 4.13. Diagram Persentase Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Uji Coba I 142 Gambar 4.14. Diagram Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Uji Coba I ... 144
Gambar 4.15. Diagram Kemampuan Disposisi Matematis Siswa Uji CobaI ... 146
Gambar 4.16. Diagram Klasifikasi Tingkat Disposisi Matematis Siswa Uji Coba.. 147
Gambar 4.17. Diagram Frekuensi Tingkat Pemahaman konsep Siswa Uji Coba II.. 155
Gambar 4.18.Diagram Persentase Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Uji Coba II. 156 Gambar 4.19. Diagram Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Uji Coba II... 157
Gambar 4.20. Diagram Kemampuan Disposisi Matematis Siswa Uji Coba II ... 159
Gambar4.21. Diagram Klasifikasi Tingkat Disposisi Matematis Siswa Uji Coba I.. 160
Gambar 4.22. Diagram Kemampuan Disposisi Matematis Siswa ... 172
i
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 191
Lampiran 3. Buku Guru... 216
Lampiran 4. Buku Siswa ... 246
Lampiran 5. Lembar Kegiatan Siswa ... 262
Lampiran B. Lembar Validasi Lampiran 1. Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 282
Lampiran 2. Lembar Validasi Buku Guru ... 284
Lampiran 3. Lembar Validasi Buku Siswa... 286
Lampiran 4. Lembar Validasi Lembar Kegiatan Siswa ... 288
Lampiran 5. Lembar Validasi Kemampuan Pemahaman Konsep ... 290
Lampiran 6. Lembar Validasi Skala Kemampuan Disposisi Matematis ... 292
Lampiran 7. Angket Respon Siswa ... 295
Lampiran C. Lembar Instrumen Lampiran 1. Kisi-kisi Kemampuan Pemahaman Konsep ... 298
Lampiran 2. Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 299
Lampiran 3. Alternatif Jawaban... 301
Lampiran 4. Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 304
Lampiran 5. Kisi-kisi Kemampuan Disposisi Matematis ... 305
Lampiran 6. Skala Kemampuan Disposisi Matematis ... 306
Lampiran 7. Pedoman Penskoran Angket Disposisi Matematis ... 309
Lampiran D. Hasil Uji Coba Lampiran 1. Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Uji Coba I ... 311
Lampiran 2. Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Uji Coba II... 313
Lampiran 3. Hasil Angket Kemampuan Disposisi Matematis Siswa I ... 315
Lampiran 4. Hasil Angket Kemampuan Disposisi Matematis Siswa II... 319
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan semakin kelihatan
nyata. Dengan kesadaran ini, pemerintah dan masyarakat, terutama pendidik,
mencurahkan sebagian besar tenaga, dana dan pikirannya untuk meningkatkan
mutu pendidikan. Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 3 disebutkan “Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan pendidikan dan pembelajaran, baik
formal maupun nonformal yang efektif dan efisien.
Pelajaran matematika merupakan mata pelajaran pokok dalam setiap
jenjang pendidikan. Melalui pelajaran matematika diharapkan siswa semakin
mampu berhitung, menganalisa, berpikir kritis, serta menerapkan matematika
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, matematika sebagai ilmu dasar
mempunyai peranan penting dalam ilmu pengetahuan. Sebagaimana diungkapkan
Niss dalam Hadi (2005:3) salah satu alasan utama diberikan matematika kepada
siswa-siswa disekolah adalah untuk memberikan kepada setiap individu
2
kehidupan, seperti pendidikan atau pekerjaan, kehidupan pribadi, kehidupan sosial
dan kehidupan sebagai warga negara. Melihat pentingnya matematika maka
peningkatan mutu pendidikan matematika disemua jenis dan jenjang pendidikan
harus selalu diupayakan.
Upaya peningkatan mutu pendidikan matematika telah banyak dilakukan
pemerintah. Diantaranya perubahan teknik pengajaran, peyelengaraan kerja sama
antara lembaga pendidikan dengan lembaga lainnya dan perubahan kurikulum.
Kurikulum diera 2000-an yakni KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) 2004,
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dan kurikulum 2013 adalah
kurikulum yang berbasis pada kompetensi dengan pembelajaran yang
konstruktivistik. Keterlaksanaan kurikulum yang berbasis pada kompetensi sangat
ditentukan oleh kemampuan guru, Menurut Soedjianto dalam Samtono (2010)
kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru dan untuk peningkatan
kualitas hasil belajar salah satunya adalah merencanakan program pembelajaran.
Perencanaan yang dibuat merupakan antisipasi, prediksi, dan estimasi
tentang apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran sehingga tercipta suatu
situasi yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran sesuai tujuan yang
diharapkan. Pada hakikatnya bila suatu kegiatan direncanakan, maka tujuan dari
kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil. Itulah sebabnya seorang
guru harus memiliki kemampuan dalam merencanakan pembelajaran. Anderson
dalam Samtono (2010) menyatakan perencanaan dapat didefinisikan sebagai suatu
proses dimana para guru memvisualisasikan masa depan dan menciptakan suatu
3
Selanjutnya Sutopo dan Sunanto dalam Samtono (2010) menyatakan
perencanaan pengajaran selain berguna sebagai alat control, juga berguna sebagai
pegangan bagi guru sendiri, dari kedua paparan tersebut Samtono (2010)
menyimpulkan bahwa pada hakikatnya bila suatu kegiatan direncanakan, maka
tujuan dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil. Pembelajaran
yang direncanakan merupakan rangkaian peristiwa yang akan disampaikan
sehingga dapat menggiatkan dan mendorong belajar siswa. Menurut Samtono
(2010) perencanaan pembelajaran salah satunya adalah membuat perangkat
pembelajaran.
Perangkat pembelajaran adalah seperangkat kelengkapan yang telah
ditetapkan guna mengajar. Perangkat pembelajaran merupakan bagian penting
dari sebuah proses pembelajaran. Menurut Nur dalam Aswirna (2012), bahwa
perangkat pembelajaran mempermudah dan membantu guru dalam
mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bagi
seseorang guru, keberadaan perangkat pembelajaran merupakan sebuah kewajiban
yang harus dimiliki guru dan bagi guru kelengkapan perangkat pembelajaran
merupakan senjata guna melaksanakan tugas dan kewajibannya. Adapun alasan
betapa pentingnya perangkat pembelajaran menurut Wahyudi (2014: 35) adalah:
1) Sebagai pedoman pembelajaran, 2) Sebagai standar minimal kinerja guru, 3)
Peningkatan kinerja guru, 4) Alat evaluasi kinerja guru. Sehingga dengan
lengkapnya perangkat pembelajaran guru dapat terlihat kinerja yang mereka
4
pembelajaran, model pembelajaran, instrumen asesmen dan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
Dalam PP No 32 tahun 2013 dan Permendikbud No 65 tahun 2013 bahwa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran
tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. Setiap pendidik pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, efesien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
RPP disusun berdasarkan Kompetensi Dasar atau subtema yang
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Adapun komponen RPP
berdasarkan Panduan Implementasi Standar Proses untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah (Timnas Implementasi KTSP Departemen Pendidikan
Nasional dalam Akbar (2013:142) adalah: (1) identitas mata pelajaran, (2)
standar kompetensi, (3) kompetensi dasar, (4) tujuan pembelajaran yang
mengandung unsur Audience, Behavior, Condition, dan degree, (5) materi ajar,
(6) alokasi waktu, (7) metode pembelajaran, (8) kegiatan pembelajaran, (9)
indikator pencapaian komptensi, penilaian hasil belajar dan (10) sumber belajar.
Selain rencana pelaksanaan pembelajaran, buku juga merupakan
perangkat pembelajaran yang harus dimiliki guru. Menurut Akbar (2013:33)
buku ajar adalah buku teks yang digunakan sebagai rujukan standar pada mata
5
referensi baku untuk mata pelajaran tertentu, (3) disusun sistematis dan
sederhana, dan (4) disertai petunjuk pembelajaran. Buku ajar diperuntukan untuk
guru dan siswa. Menurut Trianto (2011: 227) buku siswa merupakan buku
panduan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang memuat materi pelajaran,
kegiatan penyelidikan berdasarkan konsep, kegiatan sains, informasi dan
contoh-contoh penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari. Buku siswa juga sebagai
panduan belajar baik dalam proses pembelajaran dikelas maupun belajar mandiri.
Selanjutnya Akbar (2013: 34) menjelaskan buku ajar yang baik adalah:
(1) akurat (akurasi), (2) sesuai (relevansi), (3) komunikatif, (4) lengkap dan
sistematis, (5) berorientasi pada student centered, (6) berpihak pada ideologi
bangsa dan negara, (7) kaidah bahasa benar, (8) terbaca. Buku ajar dalam praktik
pembelajaran harus divalidasi terlebih dahulu untuk mengetahui keterterapan
buku ajar tersebut yakni apakah buku ajar bisa diterapkan untuk pembelajaran
dikelas secara optimal (memadai) atau kurang memadai. Validasi buku ajar
adalah upaya menghasilkan buku dengan validitas tinggi, dilakukan melalui uji
validasi. Uji validasi dapat dilakukan oleh ahli, validasi ahli dilakukan dengan
cara seorang atau beberapa ahli pembelajaran menilai buku ajar menggunakan
insrumen validasi. Ia memberi masukan perbaikan buku ajar yang dikembangkan.
Untuk mendukung pembelajaran selain buku ajar, lembar kegiatan siswa
juga merupakan komponen pendukung pembelajaran. Menurut Trianto (2011:
222) Lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan
6
panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran. Lembar kegiatan
siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh
siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan
dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh.
Untuk melihat pencapian hasil belajar diperlukan tes hasil belajar.
Menurut Trianto (2011: 235) tes hasil belajar merupakan butir tes yang
digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan
belajar mengajar. Tes hasil belajar dibuat mengacu pada kompetensi dasar yang
ingin dicapai. Tes hasil belajar yang dikembangkan disesuaikan dengan jenjang
kemampuan kognitif. Tes hasil belajar, lembar kegiatan siswa, buku ajar dan
rencana pelaksanaan pembelajran (RPP) merupakan perangkat pembelajaran
yang harus dimiliki guru untuk diimplementasikan dalam praktik pembelajaran
sehari-hari disatuan pendidikan.
Namun praktik pembelajaran sehari-hari disekolah masih mengalami
berbagai persoalan dengan perangkat pembelajaran yang digunakan untuk
mengoperasikan jalannya pembelajaran. Menurut Akbar (2013: 2) persoalan
tersebut adalah: (1) banyak indikator dan tujuan pembelajaran yang dirumuskan
oleh guru masih cenderung pada kemampuan kognisi, afeksi dan psikomotor
tingkat rendah, (2) masih banyak guru menggunakan bahan ajar yang cenderung
kognitivistik, (3) pemanfaatan sumber dan media pembelajaran yang tersedia
dilingkungan sekitar siswa belum optimal dan kurang menggunakan situasi
kehidupan riil, (4) model pembelajaran konvensional yang kurang melibatkan
7
kurang berjalan optimal karena keterbatasan kemampuan mengembangkan
perangkat instrumen asesmen. Juga dijumpai berbagai macam tes yang
diselengarakan sekolah menggunakan soal yang tidak diuji validitas dan
reliabilitas.
Akbar (2013:4) juga mengatakan banyak rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) diberbagai satuan pendidikan merupakan hasil copy paste
RPP sekolah/ guru lain, padahal seharusnya RPP disusun oleh masing-masing
guru disatuan pendidikan tempat ia mengajar. Diantara persoalan dalam RPP
menurut Akbar adalah pengembangan indikator dan tujuan pembelajaran masih
cenderung pada kognisi, afeksi, dan psikomotor tingkat rendah, kurang menyebar
pada ranah lain. Pilihan pada model, metode, sumber dan media, serta instrumen
asesmen pembelajaran masih kurang tepat. Akbar juga menambahkan bahwa
banyak buku pelajaran yang cenderung kognitivistik, kurang mampu memacu
terjadinya proses belajar aktif dan kurang komunikatif.
Berdasarkan pengamatan yang diperoleh ditempat penelitian, peneliti juga
mendapati fakta dilapangan bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan guru
kurang melibatkan siswa, akibatnya respon siswa negatif terhadap pembelajaran
matematika yaitu siswa menganggap bahwa matematika pelajaran yang rumit dan
sulit untuk dipahami. RPP yang dibuat guru juga tidak menggunakan model,
metode, sumber dan media yang tidak mengaktifkan siswa. Begitu juga dengan
lembar kegiatan siswa, buku guru, buku siswa dan tes hasil belajar. Guru tidak
menggunakan LKS dalam mengajar bahkan jika ada LKS yang digunakan LKS
8
mencapai tujuan pembelajaran. Tes hasil belajar juga diambil dari latihan buku
pengangan guru yang tidak mengacu pada kompetensi dasar yang ingin dicapai
dan fakta dilapangan buku yang digunakan guru hanya buku pengangan guru yang
masih bersifat umum, yang tidak menjelaskan kompentensi apa yang akan
ditingkatkan pada setiap materi pembelajaran. Buku ajar tersebut kebanyakan
disajikan dari hal yang abstrak ke hal yang kongkrit artinya materi tersebut
dimulai dari rumus-rumus atau dalil-dalil kemudian digunakan sebagai penerapan
dalam kehidupan sehari-hari yang tersaji dalam bentuk soal kontekstual, sehingga
anak cenderung penghapal rumus dan tidak memahami konsep matematika.
Selanjutnya perangkat pembelajaran yang dibuat guru disekolah belum
dilakukan uji validasi dan kefektifannya. Uji validasi dilakukan oleh seorang ahli
atau beberapa ahli untuk melihat apakah perangkat pembelajaran yang digunakan
sudah layak digunakan dalam pembelajaran dan perangkat pembelajaran
dikatakan efektif apabila memberikan hasil sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan (Rohman, dkk. 2013: 207).
Perancanaan perangkat pembelajaran merupakan kemampuan yang harus
dikuasai oleh seorang guru dan untuk peningkatan kualitas hasil belajar. Hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang SI
Mata Pelajaran Matematika menyebutkan bahwa mata pelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami
9
konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan
masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. NCTM
(dalam Syaban, 2009) menamakan tujuan kelima di atas dengan istilah
mathematical disposition atau disposisi matematis.
Dari pernyataan di atas, kemampuan yang dimiliki diantaranya adalah
pemahaman konsep dan disposisi matematis. Mathematics Learning Study
Committee, National Research Council (NRC), Amerika Serikat dalam publikasi
bukunya yang berjudul Adding it Up: Helping Children Learn Mathematics pada
tahun 2001 yang ditulis oleh Kilpatrick, Swafford, dan Findell, mengemukakan
bahwa pemahaman konsep merupakan kecakapan matematis yang harus dikuasai
siswa dalam pembelajaran matematika. Menurut Kilpatrick, dkk (dalam
Afrilianto, 2012), pemahaman konsep adalah kemampuan dalam memahami
konsep, operasi dan relasi dalam matematika.
Murtiyasa dan Retnowati (2013) menyatakan fokus pada hakikat
10
mempelajari konsep yang baru, maka siswa harus menguasai konsep yang
mendasari konsep tersebut. Hal tersebut dikarenakan konsep-konsep dalam
matematika tersusun secara sistematis, hirarkis dan logis mulai dari sederhana
sampai kompleks. Berkaitan dengan pentingnya komponen pemahaman dalam
matematika, Sumarmo (dalam Afrilianto, 2012), juga menyatakan visi
pengembangan pembelajaran matematika untuk memenuhi kebutuhan masa kini
yaitu pembelajaran matematika perlu diarahkan untuk pemahaman konsep dan
prinsip matematika yang kemudian diperlukan untuk menyelesaikan masalah
matematika, masalah dalam disiplin ilmu lain dan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
Pentingnya kemampuan ini belum sesuai dengan fakta yang ditemukan di
lapangan. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di MTs N Tanjung
Pura dengan mengajukan soal yang mengukur kemampuan pemahaman konsep
pada materi bangun ruang, diperoleh informasi bahwa hasil tes pemahaman
konsep terhadap 25 orang siswa terdapat; hanya 3 orang siswa yang mampu
menuliskan konsep; 5 orang siswa yang mampu memberikan contoh dan bukan
contoh; dan hanya 2 orang siswa yang mampu mengaplikasikan konsep dalam
pemecahan masalah. Dari informasi tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan
pemahaman siswa masih rendah.
Selain kemampuan pemahaman konsep juga diperlukan sikap yang harus
dimiliki oleh siswa, diantaranya adalah menghargai keguanaan matematika,
menyenangi matematika, memiliki keingintahuan yang tinggi dan senang belajar
11
Pengembangan ranah afektif yang menjadi tujuan pendidikan matematika di
jenjang SMP menurut Kurikulum 2006 tersebut hakekatnya adalah menumbuhkan
dan mengembangkan disposisi matematis.
Sugilar (2013) menyatakan disposisi matematis merupakan salah satu
faktor penunjang keberhasilan belajar matematika siswa. Siswa memerlukan
disposisi matematika untuk bertahan dalam menghadapi masalah, mengambil
tanggung jawab dan membiasakan kerja yang baik dalam matematika (mahmudi
dalam Sugilar, 2013). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa disposisi
matematis menunjang kemampuan matematis siswa.
Namun pada saat ini disposisi matematis siswa belum tercapai
sepenuhnya. Hal tersebut antara lain karena pembelajaran cenderung berpusat
pada guru yang menekankan pada proses prosedural, tugas latihan yang
mekanistik, dan kurang memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan
kemampuan berfikir matematis (Djohar dalam Syaban, 2009). Hal ini didukung
dengan studi pendahuluan peneliti ke sekolah, dari hasil wawancara dari salah
seorang guru matematika bahwa siswa mudah putus asa ketika mendapatkan
kendala dalam menyelesaikan masalah. Mereka cenderung tidak tertarik untuk
mencoba cara lain atau berusaha lagi untuk mendapatkan jawaban. Selain itu,
dilihat dari proses pembelajaran yang digunakan guru masih dominan
menggunakan pembelajaran biasa. Hal ini berdampak pada rendahnya
kemampuan disposisi siswa.
Menyikapi permasalahan yang terjadi dilapangan selama ini yaitu dalam
12
pentingnya kemampuan pemahaman konsep dan disposisi siswa yang akhirnya
mengakibatkan rendahnya hasil belajar matematika. Perlu adanya solusi berupa
pendekatan pembelajaran yang dapat mengakomodasi peningkatan kemampuan
konsep dan disposisi siswa. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat
digunakan adalah Pendekatan Matematika Realistik (PMR). Pendekatan
Matematika Realistik adalah pendekatan pembelajaran yang bertolak dari hal-hal
yang ‘real’ bagi siswa, menekankan keterampilan, berdiskusi dan berkolaborasi,
berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri
dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah
baik secara individu maupun kelompok. Pada pendekatan ini peran guru tak lebih
dari seorang fasilitator, moderator atau evaluator sementara siswa berfikir,
mengkomunikasikan gagasan/ide, melatih nuansa demokrasi dengan menghargai
pendapat orang lain.
Pendekatan matematika realistik (PMR) pertama kali diperkenalkan dan
dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudhenthal.
Berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal, dalam PMR matematika dianggap
sebagai aktivitas insani dan harus dikaitkan dengan realitas (Hadi, 2005:9). Secara
umum, teori pendekatan matematika realistik menurut Gravemeijer
(1994:114-115) terdiri dari lima karakteristik yaitu: 1) eksplorasi fenomenologis; 2)
menjembatani dengan instrumen vertikal; 3) kontribusi siswa; 4) interaktivitas;
dan 5) keterkaitan. Inti dari karakteristik pendekatan matematika realistik ini pada
dasarnya menekankan agar pembelajaran matematika dimulai dari permasalahan
13
Proses pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik (PMR),
guru harus memanfaatkan pengetahuan siswa sebagai jembatan untuk memahami
konsep-konsep matematika melalui pemberian suatu masalah konstektual.
Berbagai hasil penelitian (Marpaung dalam Astuti 2008) menunjukkan bahwa
pendekatan pembelajaran matematika realistik cukup efektif untuk meningkatkan
pemahaman konseptual siswa dan dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah. Hal ini dapat dijadikan suatu pertimbangan
untuk menggunakan pendekatan matematika realistik sebagai alternatif dari sekian
banyak bentuk pendekatan pembelajaran yang berorientasi/berpusat pada siswa
dalam meningkatkan kemampuan matematis yang merupakan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dirasakan perlu upaya Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Berbasis Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemahaman Konsep dan Disposisi Matematis Siswa MTs N
Tanjung Pura.
1.2Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan
permasalahannya sebagai berikut:
1. Respon siswa negatif terhadap pembelajaran matematika.
2. RPP yang dibuat juga tidak menggunakan model, metode, sumber dan media
yang tidak mengaktifkan siswa.
3. Guru tidak menggunakan LKS dalam mengajar bahkan jika ada LKS yang
14
4. Tes hasil belajar juga diambil dari latihan buku pengangan guru yang tidak
mengacu pada kompetensi dasar yang ingin dicapai.
5. Buku yang digunakan guru hanya buku pengangan guru yang masih bersifat
umum, yang tidak menjelaskan kompentensi apa yang akan ditingkatkan pada
setiap materi pembelajaran.
6. Bahan ajar tersebut kebanyakan disajikan dari hal yang abstrak ke hal yang
kongkrit.
7. Perangkat pembelajaran yang dibuat guru disekolah belum dilakukan uji
validasi dan kefektifannya.
8. Kemampuan pemahaman konsep siswa masih rendah.
9. Kemampuan disposisi siswa rendah.
1.3Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,
maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih fokus. Batasan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Respon siswa negatif terhadap pembelajaran matematika.
2. Perangkat pembelajaran yang dibuat guru disekolah belum dilakukan uji
validasi dan kefektifannya.
3. Kemampuan pemahaman konsep siswa masih rendah.
15
1.4Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan
menggunakan pendekatan matematika realistik (PMR) terhadap kemampuan
pemahaman konsep dan disposisi matematis?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan disposisi
matematis siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan
menggunakan pendekatan matematika realistik (PMR)?
3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan dengan pendekatan matematika realistik
(PMR)?
1.5Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan
matematika realistik untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan
disposisi matematis. Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan
menggunakan pendekatan matematika realistik (PMR) untuk meningkatkan
16
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis
dan disposisi siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan
menggunakan pendekatan matematika realistik (PMR).
3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan
perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan pendekatan matematika
realistik (PMR).
1.6Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru, dapat memberikan informasi dalam menentukan alternatif
pendekatan pembelajaran matematika dan sebagai bahan masukan untuk
menerapkan pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran
matematika.
2. Bagi siswa, dengan pengembangan perangkat pembelajaran matematika
menggunakan pendekatan matematika realistik diharapkan terbina sikap
belajar positif dan kreatif serta untuk meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep dan disposisi matematis siswa.
3. Bagi kepala sekolah, bermanfaat sebagai bahan pertimbangan atau bahan
rujukan untuk menerapkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan
matematika realistik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, dalam
meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada pelajaran matematika.
4. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan bagi diri sendiri, terutama
17
dalam proses pembelajaran yang sesunguhnya dan dapat dijadikan sebagai
bahan acuan dalam pengembangan perangkat pembelajaran melalui
pendekatan matematika realistik lebih lanjut ketingkat yang lebih tinggi.
5. Sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi pembaca maupun penulis
lain yang berminat melakukan penelitian yang sejenis.
1.7Defenisi Operasional
Agar penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian
ini tidak menimbulkan kerancuan, perlu dikemukakan defenisi operasional
sebagai berikut:
1. Perangkat pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik (PMR)
adalah sekumpulan alat pendukung (rencana pelaksanaan pembelajaran, buku
guru, buku siswa, lembar kegiatan siswa) yang memungkinkan siswa dan
guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan matematika
realistik.
2. Pemahaman konsep adalah cara memahami sesuatu yang sudah ada didalam
pikirannya yang diakses oleh simbol verbal atau tertulis. Pemahaman konsep
meliputi 1) mampu menjelaskan sebuah defenisi dengan kata-kata sendiri
menurut sifat-sifat/ciri-ciri yang esensial, 2) mampu menyebutkan contoh
dan bukan contoh, dan 3) mampu menerapkan konsep dalam menyelesaikan
masalah.
3. Disposisi matematis adalah kemauan yang kuat yang ada didalam diri siswa
18
matematika. Indikator yang menunjukkan disposisi adalah (1) Kepercayaan
diri, (2) Keingintahuan, (3) Ketekunan, (4) Fleksibilitas, (5) Reflektif, (6)
Aplikasi, (7) Apresiasi.
4. Pendekatan matematika realistik adalah sebuah pendekatan pembelajaran
yang membantu guru mengaitkan isi materi pembelajaran dengan dunia nyata
atau dunia yang dapat dibayangkan oleh siswa sehingga dapat membantu
siswa untuk lebih termotivasi dalam belajar karena yang diterima akan lebih
mudah dipahami dan lebih bermakna sehingga siswa mengerti manfaat atau
tujuan dari isi pembelajaran dengan karekteristik yaitu: (1) Menggunakan
masalah kontesktual, (2) Menggunakan model, (3) Menggunakan kontribusi
siswa, (4) Interaktivitas, (5) Menggunakan keterkaitan (intertwinment).
5. Efektivitas pembelajaran adalah seberapa besar ketercapaian rencana setelah
menyelesaikan pembelajaran. Indikator keefektifan pembelajaran berupa: (1)
ketercapaian tujuan pembelajaran 75%; (2) Ketuntasan belajar siswa secara
klasikal, yaitu minimal 85% siswa yang mengikuti pembelajaran mampu
mencapai minimal skor 75; dan (3) Ketercapaian waktu ideal.
6. Respon siswa terhadap pembelajaran adalah pendapat senang/tidak senang
dan baru/tidak baru terhadap komponen pembelajaran yang dikembangkan,
kesedian siswa mengikuti pembelajaran dengan Pendekatan Matematika
Realistik (PMR) pada kegiatan pembelajaran berikutnya, serta komentar
183
DAFTAR PUSTAKA
Afrilianto, M. 2012. Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis
Matematis Siswa SMP dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. Infinity. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012.
Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Arikunto. S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidian (edisi revisi), Jakarta: Bumi
Aksara.
Astuti, Y. S. M. 2008. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Realistik dalam upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Rendang.
Aswirna, P. 2012. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran
Kimia dengan Penerapan Cooperative Learning Model Jigsaw Pada Kelas X IPA3 di SMA Negeri 1 Padang, Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 2 Juli 2012, hlm. 158-165.
Bani, A. 2011. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik
Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Penemuan Terbimbing. SPS UPI, Bandung. Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011, ISSN 1412-565X.
Fauzi, KMS. A. 2002. Pembelajaran Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan
Pembagian di SD. Tesis pada PPS UNESA: Tidak diterbitkan.
Gravemeijer, K.P.E. 1994. Developing Realisti, Mathematics Education. Utrecht,
the Netherlands: CD-β press, Freudenthal Institute
Hadi, S. 2005. Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya
Banjarmasin: Tulip.
Herman. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Pengajaran
Langsung untuk Mengajarkan Materi Kesetimbangan Benda Tegar.
Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika, Jilid 8 Nomor 1, April 2012.
Hidayat, W. 2013. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Logis
Serta Disposisi Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Volume 1 tahun 2013. ISSN 977-2338831.
Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
184
Karim, A. 2011. Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Seminar Nasional Matematika dan Terapan 2011
Mardapi, D. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Jogjakarta:
Mitra Cendikia Press.
Mulyana, S. dkk. Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V dengan Model
Cooperative Learning Bermuatan Pendidikan Karakter. Journal of Primary Education 2 (1) (2013). ISSN 2252-6889.
Murtiyasa, B & Retnowati, D. 2013. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep
dan Disposisi Matematis Menggunakan Model Pembelajaran Treffinger. Seminar Nasional Pendidikan Matematika Surakarta, 15 Mei 2013.
Nieveen. 2007. An Introduction to Educational Design Research. Enschede.
Netzodruk.
Rafianti, I. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple
Intelligences untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep, Penalaran Matematis dan Self-Confidence Siswa MTs. Universitas Pendidikan Indonesia. Repository.ui.edu.
Rohati. 2011. Pengembangan Bahan Ajar Materi Bangun Ruang dengan
Menggunakan Strategi Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring (REACT) di Sekolah Menengah Pertama. Edumatica Volume 01 Nomor 02, Oktober 2011. ISSN: 2088-2157.
Rohman & Amri. 2013. Strategi dan Desain Pengembangan Sistem
Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka
Ruseffendi, N. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Mengajar Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Samtono. 2010. Guru Sebagai Key Person dalam Upaya Peningkatan Mutu
Pendidikan Di Sekolah. Vol. 3 No. 6, Desember 2010.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sardiman, 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi
185
Shafridla. 2012. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi Matematis
Siswa Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Tesis pada PPS UNIMED: Tidak diterbitkan.
Setyosari, P. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sinaga, B. 2007. Pengembangan Model pembelajaran matematika Berdasarkan
Masalah Berbasis Budaya Batak (PBMB3). Disertasi. Tidak
dipublikasikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.
Slavin, R. E. 2006. Educational Psychology, Theories and Practice. Eighth
Edittion. Masschusetts: Allyn and Bacon Publishers.USA: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.
Sugilar, H. 2013. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Disposisi
Matematik Siswa Madrasah Tsanawiyah Melalui Pembelajaran Generatif. Infinity Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.2, September 2013.
Sumarmo, U, Dian Anggraeni. 2013. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan
Komunikasi Matematik Siswa SMK Melalui Pendekatan Kontekstual dan Strategi Formulate-Share-Listen-Create (FSLC). Infinity Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1, Februari 2013.
Syaban, M. 2009. Menumbuh Kembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa
Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi. Bandung: Educationist, Vol. III No. 2 Edisi Juli 2009. ISSN: 1907-8838.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Wahyudi, Imam. 2014. Panduan Lengkap Administrasi Mengajar Guru. Jakarta:
PT Prestasi Pustakaraya.
Wardhani, S. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs
untuk Optimalisasi Pencapaian Tujuan. Yogyakarta: PPPPTK
MATEMATIKA.
Wijaya, A. 2012. Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan
Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wulandari, E, Sukirno. 2012. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe