Lampiran 1
Pemilihan Bank Melalui Kriteria Berdasarkan Purposive Sampling
No. Nama Bank Kriteria 1 Kriteria 2 Yang memenuhi kriteria 1 dan 2
1 PT. BPD Aceh
2 PT. BPD Bali
3 PT. BPD Bengkulu - -
4 PT. Bank DKI
5 PT. BPD Jambi
6 PT. BPD Jawa Tengah
7 PT. BPD Jawa Barat dan
Banten, Tbk
8 PT. BPD Jawa Timur, Tbk
9 PT. BPD Kalimantan Tengah - -
10 PD.BPD Kalimantan Timur
11 PT. BPD Kalimantan Barat
12 PT. BPD Kalimantan Selatan
13 PT. BPD Lampung - -
14 PT. BPD Maluku - -
15 PT. BPD Nusa Tenggara Barat
16 PT. BPD Nusa Tenggara
Timur
17 PT. BPD Papua
18 PT. BPD Riau Kepri
19 PT. BPD Sulawesi Tengah - -
21 PT. BPD Sulawesi Utara 22 PT. BPD Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Barat - -
23 PT. BPD Sumatera Barat
24 PT. BPD Sumatera Selatan
dan Bangka Belitung - -
25 PT. BPD Sumatera Utara
Lampiran 2
Hasil olahan data populasi, Tabel Input Data
Lampiran 3
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
CAR LDR NPL PL ROA BOPO
Mean 20.01704 76.74340 1.858951 17.03049 3.568333 73.32870 Median 18.19000 81.53500 1.375000 15.44500 3.270000 72.69500 Maximum 53.19000 128.4800 7.450000 134.0000 10.74000 92.99000 Minimum 8.340000 17.11000 0.090000 -59.00000 1.020000 54.18000 Std. Dev. 7.478378 23.04240 1.476520 22.97476 1.578519 7.405079 Skewness 2.282376 -0.704916 1.465873 0.612709 2.657057 0.053687 Kurtosis 9.416146 3.106463 5.477127 7.131954 12.66262 3.180713
Jarque-Bera 418.5263 13.49298 99.43627 125.3792 820.8413 0.298258 Probability 0.000000 0.001175 0.000000 0.000000 0.000000 0.861458
Sum 3242.760 12432.43 301.1500 2758.940 578.0700 11879.25 Sum Sq. Dev. 9004.109 85483.28 350.9979 84982.19 401.1670 8828.466
Lampiran 4
Hasil Olahan Data Eviews, Hasil Uji Chow dan Uji Hausman
1. Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 2.183877 (17,139) 0.0070
Cross-section Chi-square 38.349485 17 0.0022
Cross-section fixed effects test equation:
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 59.21439 25.27598 2.342714 0.0204 CAR 0.161345 0.272149 0.592856 0.5541 NPL -3.134580 1.214410 -2.581154 0.0108 ROA 2.779843 1.172857 2.370147 0.0190 BOPO -0.541230 0.265011 -2.042294 0.0428 LDR -0.127936 0.085261 -1.500522 0.1355
2. Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 6.465214 5 0.2635
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
CAR 0.232265 0.194431 0.005908 0.6225 NPL -2.423591 -2.818432 0.068909 0.1325 ROA 2.036796 2.423446 0.095530 0.2109 BOPO -0.626389 -0.572787 0.008986 0.5718 LDR -0.043893 -0.095052 0.002131 0.2678
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 58.91939 26.63777 2.211874 0.0286 CAR 0.232265 0.277004 0.838491 0.4032 NPL -2.423591 1.196008 -2.026401 0.0446 ROA 2.036796 1.182424 1.722559 0.0872 BOPO -0.626389 0.279951 -2.237496 0.0268 LDR -0.043893 0.099596 -0.440713 0.6601
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
DAFTAR PUSTAKA
Booklet Perbankan Indonesia. 2014.
Dendawijaya, Drs. Lukman, M.M. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Dewi, Cahya Riyanti. 2007. “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi
Pertumbuhan Laba Perusahaan Perbankan Go Public yang terdaftar di
BEJ”. Universitas Negeri Semarang.
Dincer, Orhan N., and Sahinbas Kevser., (2011). A Peformance Evaluation of the
Turkish Banking Sector after the Global Crisis via CAMELS Ratios.
Procedia, Social and Behavioral Sciences 2011, Vol. 24; pp. 1530-1545.
Erna, Lilis. 2010. “Analisis Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, ROA dan Kualitas Aktiva Produktif terhadap Perubahan Laba pada Bank Umum di
Indonesia”. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi
Universitas Diponegoro.
FASB. 1980. Statement Of Financial Accounting Concept No. 1 : “ Sasaran
Utama Pelaporan Keuangan “. FASB. Stamford. Connecticut.
Hapsari, Nesti. 2008. “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan
Laba Masa Mendatang pada Perusahaan Sektor Perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta”. Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2000. “Bisnis Perbankan”. PSAK No.31 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Edisi 3. Badan Penerbit Undip : Semarang.
Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan. Divisi Buku Perguruan Tinggi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Meriewaty, Dian dan Stiyani, Yili Astuti. 2005. “Analisis Rasio Keuangan
terhadap Perubahan Kinerja pada Perusahaan di Industri Food and
Beverages yang Terdaftar di BEJ”. Simposium Naional Akuntansi VIII.
Solo.
Nachrowi, Djalal Nachrowi, Hardius Usman. 2006. Pendekatan Populer dan
Praktis Ekonometruka untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Lembaga
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Nu’man, 2009. “Analisis pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO dan EOQ
terhadap perubahan laba (studi empiris pada bank Umum di Indonesia periode laporan keuangan tahun 2004-2007)”.
Peraturan Bank Indonesia. 2004. Pedoman Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. N0. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004.
Prasetyo, Wahyu. 2010. “Pengaruh Rasio CAMEL terhadap Kinerja Keuangan pada Bank”. Universitas Brawijaya.
Retnadi, Djoko. 2005. ”Kinerja Perbankan 2005 dan Porspek 2006”
Rivai Veithzal, (2007), Bank and Financial Institutions Management, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta : Intermedia, 2005.
Surat Edaran Bank Indonesia .2004. Pedoman Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004.
Surat Edaran Bank Indonesia .2001. Pedoman Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001.
Surat Keputusan Direksi BI No. 30/11/KEP/DIR tahun 1997 dan Surat Keputusan direksi BI No.30 /277/KEP/DIR tahun 1998.
Usman, B.. 2003. ”Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba
pada Bank-Bank di Indonesia”. Media Riset Bisnis & Manajemen. Vol 3,
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan metode penelitian kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual, dan
akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu.
Penelitian deskriptif sering disebut sebagai noneksperimen, dikatakan demikian
karena dalam penelitian ini seseorang yang meneliti tidak melakukan manipulasi
variabel dan juga selalu mengutamakan fakta, sehingga peneliti murni
menjelaskan dan menggambarkan.
Metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan
filsafat positivisme digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu
dengan memakai instrumen pengumpulan data dan analisis yang bersifat
kuantitatif. Bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan model
matematik, teori, dan hipotesis tentang fenomena.
3.2Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini menggunakan 5 variabel bebas (independent variable) yaitu
Capital Adequacy Ratio (X1), Non Performing Loan (X2), Return On
Assets (X3), Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional (X4), Loan to
2. Objek dari penelitian ini terdiri dari 18 (delapan belas) Bank Pembangunan
Daerah di Indonesia.
3. Penelitian ini menggunakan data laporan tahunan bank pembangunan
daerah yang dipublikasikan dari tahun 2006-2014.
3.3Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek
yang memiliki kuantitas dan kharakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan
dalam penelitian adalah seluruh Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.
Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti untuk dijadikan
perwakilan dari populasi dan dianggap dapat menggambarkan situasi yang terjadi
dalam populasi secara keseluruhan walaupun bersifat general. Penelitian ini
menggunakan metode non-probability sampling dalam menentukan sampelnya.
Dengan cara ini, pemilihan sampel dilakukan dengan memilih sampel dari
populasi yang memenuhi kriteria khusus yang telah ditetapkan. Pemilihan
perusahaan melalui kriteria berdasarkan purposive sampling yaitu memilih
perusahaan dengan kriteria sebagai berikut:
1. Terdaftar sebagai perusahaan perbankan pada periode 2006-2014.
2. Bank Pembangunan Daerah yang konsisten menerbitkan laporan keuangan
dari tahun 2006-2014.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka didapat sampel penelitian
laporan tahunan bank selama periode 2006-2014. Daftar Bank Pembangunan
Daerah yang memenuhi syarat dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini
diuraikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Daftar Bank Yang Telah Menjadi Sampel No. Nama Bank
1. PT. BPD Aceh 2. PT. BPD Bali 3. PT. Bank DKI 4. PT. BPD Jambi 5. PT. BPD Jawa Tengah
6. PT. BPD Jawa Barat dan Banten, Tbk 7. PT. BPD Jawa Timur
8. PT. BPD Kalimantan Timur 9 PT. BPD Kalimantan Selatan 10. PT. BPD Kalimantan Barat 11. PT. BPD Nusa Tenggara Timur 12. PT. BPD Nusa Tenggara Barat 13 PT. BPD Papua
14. PT. BPD Riau Kepri 15. PT. BPD Sulawesi Utara 16. PT. BPD Sumatera Utara 17. PT. BPD Sumatera Barat 18. PT. BPD Yogyakarta
3.4Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
1. Variabel Bebas (Independent)
a. Capital Adequacy Ratio
CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio yang mengukur
kecukupan modal dengan membandingkan antara modal bank (modal inti
+ modal pelengkap) dan aktiva tertimbang yang mengandung risiko.
CAR = + X 100%
b. Non Performing Loan
NPL (Non Performing Loan) merupakan rasio yang diukur dengan
membandingkan total pinjaman yang bermasalah terhadap total kredit yang
disalurkan oleh bank.
NPL = X 100%
c. Return on Assets
ROA (Return On Assets) adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan
(laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari total asset bank yang dimiliki.
ROA =
− X 100%
d. Biaya Operasional pada Pendapatan Oprasional
BOPO (Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional)
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
BOPO = X 100%
e. Loan to Deposit Ratio
LDR (Loan to Deposit Ratio) adalah rasio yang diukur dengan
membandingkan total pinjaman (total loans) terhadap dana pihak ketiga
(total funding).
LDR = y D
D X 100%
2. Variabel Terikat (Dependent)
a. Pertumbuhan Laba
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan bank
yang diproksikan dengan pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba adalah
peningkatan laba yang diperoleh suatu perusahaan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya Dasar perhitungan laba adalah laba sebelum pajak
dengan alasan untuk menghindari pengaruh penggunaan tarif pajak yang
berbeda antar periode yang dianalisis. Menghitung pertumbuhan laba
dengan rumus sebagai berikut :
Δ
�
t=
�t− ��t−1t−1Dimana :
Δ�t = Pertumbuhan laba pada periode t
�t = Laba pada periode t
3.5Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
untuk semua variabel yaitu CAR (Capital Assets Ratio), NPL (Net
Performong Loan), ROA (Return On Assets), BOPO (Biaya Operasional
pada Pendapatan Operasional), LDR (Loan to Deposit Ratio) yang tersedia
di laporan keuangan bank pada komponen neraca.
b. Sumber Data
Sumber data penelitian diperoleh dari Bank Indonesia, Badan Pusat
Statistik dan website masing-masing BPD di Indonesia dengan periode
pengamatan dari tahun 2006-2014.
3.6 Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Microsoft Office Excel
2007 dan Eviews 7. Pengolahan dan perhitungan data sekunder untuk
variabel-variabel bebas dan variabel-variabel terikat akan diolah dan dihitung menggunakan
Microsoft Office Excel 2007. Estimasi regresi linear berganda akan menggunakan
Eviews 7. Microsoft Office Excel 2007 juga akan digunakan untuk pengolahan
data dalam bentuk diagram dan tabel.
3.7 Teknik dan Metode Analisis
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
3.7.1 Input data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel Capital
Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return on Assets, Biaya Operasional pada
Pendapatan Operasional, dan Loan to Deposit Ratio.
3.7.2 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif merupakan teknik analisis data yang digunakan
untuk analisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa ada tujuan membuat kesimpulan untuk
generalisasi. Dalam penyajian analisis deskriptif ini terdiri dari mean, median, dan
standar deviasi.
3.7.3 Metode Analisis Data Panel
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data panel. Data panel
merupakan gabungan dari data time series dan data cross section. Disebut data
gabungan karena data panel terdiri atas beberapa objek/sub objek dalam beberapa
periode waktu. Pada umumnya data panel digunakan dalam penelitian karena
berbagai alasan, salah satunya adalah karena keterbatasan jumlah tahun
pengamatan. Oleh karena itu, dengan menggunakan data panel maka hasil
penelitian akan lebih baik karena ketersediaan data akan menjadi sangat banyak,
sehingga akan menghasilkan derajat bebas (degree of freedom) yang lebih besar.
Penggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi
masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel
3.7.3.1 Penentuan Model Estimasi
Untuk mengestimasi parameter model dengan data panel, terdapat tiga
teknik (model) yang sering ditawarkan, yaitu (1) Common Effect (2) Fixed Effect
Model (FEM) dan (3) Random Effect Model (REM).
1. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Common Effect)
Teknik ini merupakan teknik yang paling sederhana dengan
mengkombinasikan data cross section dan time series sebagai satu
kesatuan tanpa melihat adanya perbedaan waktu dan entitas (individu).
Dimana pendekatan yang sering dipakai adalah metode Ordinary Least
Square (OLS) yang mengabaikan adanya perbedaan dimensi individu
maupun waktu.
2. Model Efek Tetap (Fixed Effect Model)
Pendekatan fixed effect memperhitungkan kemungkinan bahwa
peneliti menghadapi masalah omitted variables dimana omitted variables
mungkin membawa perubahan pada intersep time series atau cross section.
Model dengan fixed effect menambahkan variabel dummy untuk
mengizinkan adanya perubahan intersep ini.
3. Model Efek Random (Random Effect Model)
Pendekatan efek acak (random effect) memperbaiki efisiensi proses
least square dengan memperhitungkan error dari cross section dan time
series. Keuntungan menggunkan model ini yakni menghilangkan
heteroskedastisitas. Model random effect adalah variasi dari estimasi
Dalam menentukan model mana yang sesuai dengan penelitian dilakukan
dengan beberapa tahap pengujian. Namun pada dasarnya ketiga teknik model
estimasi data panel dapat dipilih sesuai dengan keadaan penelitian, dilihat dari
jumlah individu bank dan variabel penelitiannya. Nachrowi dan Usman (2006)
menyatakan bahwa jika data panel yang dimiliki mempunyai waktu (T) lebih
besar dibandingkan dengan jumlah individu (N) maka disarankan untuk
menggunakan model fixed effects, sedangkan apabila jumlah data panel yang
dimiliki mempunyai jumlah waktu (T) lebih kecil dibanding jumlah individu (N)
maka disarankan menggunakan model random effects. Ada beberapa cara yang
dapat digunakan untuk menentukan teknik mana yang paling tepat dalam
mengestimasi parameter data panel, yaitu :
1. Chow Test
Uji Chow adalah pengujian dalam menentukan model Fixed Effet
atau Common Effect yang paling tepat untuk digunakan dalam
mengestimasi data panel. Hipotesis dalam uji Chow adalah :
H0 : Model yang tepat adalah Common Effect Model
H1 : Model yang tepat adalah Fixed Effect Model
Dasar penolakan terhadap hipotesis diatas adalah dengan
membandingkan F-hitung dengan F-tabel. Apabila hasil F hitung > dari F
tabel maka H0 ditolak yang berarti model yang paling tepat digunakan
adalah Fixed Effect Model. Begitupun sebaliknya, jika F hitung < dari F
tabel maka H0 diterima dan model yang digunakan adalah Common Effect
2. Hausman Test
Uji Hausman adalah pengujian yang dilakukan dalam menentukan
model Fixed Effect atau Random Effect yang paling tepat untuk digunakan
dalam mengestimasi data panel.Statistik uji Hausman mengikuti distribusi
statistik Chi-Squares dengan derajat kebebasan (df) sebesar jumlah
variabel bebas. Hipotesis dalam uji Hausman adalah :
H0 : Model yang tepat adalah Random Effect Model
H1 : Model yang tepat adalah Fixed Effect Model
Dasar penolakan terhadap hipotesis diatas adalah apabila nilai
statistik Hausman lebih besar dari nilai kritisnya maka H0 ditolak dan
model yang tepat adalah model Fixed Effect sedangkan sebaliknya bila
nilai statistik Hausman lebih kecil dari nilai kritisnya maka model yang
tepat adalah model Random Effect.
3.7.4 Model Regresi
Dalam menguji pengaruh rasio CAMEL terhadap kinerja keuangan bank,
penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda yaitu model regresi
dengan lebih dari satu variabel bebas (Independent variable). Variabel bebas yang
digunakan ada lima, yaitu Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return
on Assets, Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional dan Loan to Deposit
Ratio. Pengaruh lima variabel bebas tersebut akan diuji pengaruhnya terhadap
satu variabel terikat yaitu Pertumbuhan Laba. Oleh sebab itu, model persamaan
PLit = α + β1 CARit + β2 NPLit + β3 ROAit + β4 BOPOit + β5LDRit+ ε
Keterangan:
PLit ; Pertumbuhan Laba
CARit ; Capital Adequacy Ratio
NPLit ; Non Performing Loan
ROAit ; Return On Assets
BOPOit ; Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional
LDRit ; Loan to Deposit Ratio
α ; konstanta
β ; koefisien regresi / slope
ε ; kesalahan residual (error term)
3.7.5 Pengujian Asumsi Klasik
Data panel memiliki beberapa keunggulan sehingga dalam pengunaannya,
data panel tidak mengharuskan adanya uji asumsi klasik. Menurut Wibisono
(2005), data panel memiliki beberapa keunggulan, antara lain :
1. Data panel mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara
ekspilisit dengan adanya variabel spesifik individu.
2. Kemampuan mengontrol heterogenitas menjadikan data panel dapat
digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku lebih kompleks.
3. Data panel mendasarkan diri pada observasi cross-section yang
berulang-ulang (time series), sehingga metode data panel cocok digunakan sebagai
4. Tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih
informatif, variatif, dan multikolinieritas antara data semakin berkurang,
serta derajat kebebasan yang lebih tinggi sehingga dapat diperoleh hasil
estimasi yang lebih efisien.
5. Data panel dapat digunakan untuk meminimalkan bias yang mungkin
timbul akibat agresiasi data individu.
3.7.6 Uji Kesesuaian (Test of Goodness Fit)
Dalam analisis regresi berganda, dapat digunakan goodness of fit untuk
mengukur ketepatan dalam menaksir nilai aktual. Menurut Ghozali (2006),
disebutkan bahwa secara statistik goodness of fit dapat diukur dengan uji statistik
t, uji statistik F, dan analisis koefisien determinasi.
1. Uji - T
Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh
masing-masing variabel bebasnya secara individu terhadap variable terikatnya. Uji ini
dapat dilakukan dengan mambandingkan t hitung dengan t tabel atau dengan melihat
kolom signifikansi pada masing-masing t hitung. Dasar pengambilan keputusan yang
digunakan dalam uji t adalah sebagai berikut :
Jika nilai probabilitas signifikansi > 0,05, maka hipotesis (H1) ditolak. Hipotesis
ditolak mempunyai arti bahwa variabel bebas secara individu tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat.
Jika nilai probabilitas signifikansi < 0,05, maka hipotesis (H1) diterima.
Hipotesis diterima mempunyai arti bahwa variabel bebas secara individu
2. Uji - F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat. Dasar pengambilan keputusan yang
digunakan dalam uji F adalah sebagai berikut :
Jika nilai probabilitas signifikansi > 0,05, maka hipotesis (H1) ditolak. Hipotesis
ditolak mempunyai arti bahwa variabel bebas secara individu tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat.
Jika nilai probabilitas signifikansi < 0,05, maka hipotesis (H1) diterima.
Hipotesis diterima mempunyai arti bahwa variabel bebas secara individu
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
3. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model untuk menerangkan variasi variabel independen. Dalam
Ghozali (2006), nilai koefisien determinasi yang mendekati 1 berarti
variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel-variabel terikat. Dan sebaliknya nilai koefisien determinasi
yang mendekati 0 berati kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian yang dilakukan setelah
dilakukan tahap-tahap pengolahan data sehingga permasalahan dapat dianalisis.
Dalam penelitian ini, obyek yang dijadikan penelitian adalah
perbankan-perbankan yang berstatus Bank Pembangunan Daerah pada tahun 2006-2014. Dari
populasi tersebut kemudian dipilih untuk menjadi sampel penelitian dengan
menggunakan purpose sampling yang kriterianya telah ditetapkan pada teknik
pengambilan sampel. Maka diperoleh 18 objek penelitian yaitu bank-bank yang
berstatus sebagai Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan konsiten menerbitkan
laporan keuangan tahunan periode 2006-2014 dengan tujuan untuk menganalisis
pengaruh rasio CAMEL terhadap kinerja keuangan pada Bank Pembangunan
Daerah di Indonesia.. Dari penelitian ini diperoleh 162 data observasi yang
digunakan untuk menganalisis data dan melakukan pengujian hipotesis.
Tabel 4.1
Tabel Deskripsi Populasi dan Sampel
Populasi Sampel
Bank Pembangunan Daerah
26 Bank
Bank Pembangunan Daerah :
4.2 Analisis Deskriptif
Berdasarkan data statistik yang diperoleh melalui hasil estimasi yang
menggunakan program eviews 7 maka dilakukan analisis deskriptif untuk
memberikan gambaran data dalam penelitian ini. Analisis deskriptif dalam
penelitian ini dilakukan melalui nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata
(mean), nilai tengah (median), dan simpangan baku (standart deviation) dari
masing-masing variabel penelitian. Penelitian ini meliputi lima variabel
independen, dan satu variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah rasio CAR, NPL, ROA, BOPO, LDR. Sedangkan variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kinerja keuangan yang diukur dengan pertumbuhan laba.
Data statistik yang diperoleh dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Variabel Mean Median Maximum Minimum Std. Dev.
Pertumbuhan Laba 17.03049 15.44500 134.0000 -59.00000 22.97476
CAR 20.01704 18.19000 53.19000 8.340000 7.478378
NPL 1.858951 1.375000 7.450000 0.090000 1.476520
ROA 3.568333 3.270000 10.74000 1.020000 1.578519
BOPO 73.32870 72.69500 92.99000 54.18000 7.405079
LDR 76.74340 81.53500 128.4800 17.11000 23.04240
Sumber: Hasil Olahan Data Eviews,
1. Rata-rata (mean) nilai pertumbuhan laba dengan jumlah data 162 adalah
17.03049 dan median sebesar 15.44500. Nilai maksimum adalah 134.0000 dan
menunjukkan bahwa pertumbuhan laba bank-bank pembangunan daerah
dalam penelitian ini memiliki variasi yang cukup jauh. Terdapat bank yang
dapat mencapai kenaikan nilai pertumbuhan laba 134% dan di sisi lain ada
bank yang mengalami penurunan nilai pertumbuhan laba hingga -59%. Nilai
maksimum pertumbuhan laba dimiliki oleh PT. BPD Yogyakarta pada tahun
2010 dan nilai minimum pertumbuhan laba sebesar dimiliki oleh PT. BPD
Papua.
2. Rata-rata (mean) nilai CAR dengan jumlah data 162 adalah 20.01704 dan
median sebesar 18.19000. Nilai maksimum adalah 53.19000 dan nilai
minimum adalah 8.34000, dengan standar deviasi 7.478378, menunjukkan
bahwa nilai CAR yang dimiliki oleh bank-bank pembangunan daerah di
Indonesia sudah sangat baik dan memenuhi standar karena nilai CAR yang
dimiliki semua BPD dalam penelitian ini lebih besar dari 8%. Berdasarkan
peraturan Bank Indonesia No. 15/12/PBI/2013 , permodalan minimum yang
harus dimiliki oleh suatu bank adalah 8%. Setiap bank secara umum
diwajibkan untuk mempertahankan dana modal yang memadai untuk
menghadapi kemungkinan terjadinya suatu hal buruk di masa depan
(Buyuksalvarci dan Abdioglu, 2011). Nilai CAR yang tertinggi dimiliki oleh
PT. BPD Jambi pada tahun 2006 dan nilai CAR yang terendah dimiliki oleh
PT. BPD DKI pada tahun 2010. Nilai rata - rata (mean) yang lebih besar
dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa
3. Rata-rata (mean) nilai NPL dengan jumlah data 162 adalah 18.58951 dan
median sebesar 13.75000. Nilai maksimum adalah 7.450000 dan nilai
minimum adalah 0.090000, dengan standar deviasi 1.476520, menunjukkan
bahwa pada periode tertentu masih ada bank pembangunan daerah di
Indonesia yang melewati batas aman nilai NPL. Berdasarkan peraturan Bank
Indonesia No. 10/27/PBI/2008 , nilai NPL maksimum yang dimiliki oleh suatu
bank adalah 5%. Apabila NPL suatu bank melebihi batas 5% maka kondisi
bank dinilai memiliki potensi kesulitan yang dapat membahayakan usahanya
(Amilia dan Herdiningtyas, 2005). Nilai NPL yang tertinggi dimiliki oleh PT.
BPD Kalimantan Timur pada tahun 2012 dan nilai NPL terkecil dimiliki oleh
PT. BPD Kalimantan Barat pada tahun 2009. Nilai rata - rata (mean) yang
lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation)
menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
4. Rata-rata (mean) nilai ROA dengan jumlah data 162 adalah 3.568333 dan
median sebesar 3.270000. Nilai maksimum adalah 10.74000 dan nilai
minimum adalah 1.020000, dengan standar deviasi 1.578519, menunjukkan
bahwa pada periode tertentu masih ada bank pembangunan daerah di
Indonesia yang melewati batas aman nilai ROA. Berdasarkan peraturan Bank
Indonesia No. 10/27/PBI/2008 , nilai ROA minimum yang harus dimiliki oleh
suatu bank adalah 1.5%. Apabila ROA suatu bank kurang dari batas 1.5%
maka kondisi bank dinilai memiliki potensi kesulitan yang dapat
membahayakan usahanya. Nilai ROA yang tertinggi dimiliki oleh PT. BPD
Papua pada tahun 2014. Nilai rata - rata (mean) yang lebih besar dibandingkan
nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa data
terdistribusi dengan baik.
5. Rata-rata (mean) nilai BOPO dengan jumlah data 162 adalah 73.32870 dan
median sebesar 72.69500. Nilai maksimum adalah 92.99000 dan nilai
minimum adalah 54.18000, dengan standar deviasi 7.405079, menunjukkan
bahwa pada periode tertentu masih ada bank pembangunan daerah di
Indonesia yang melewati batas aman nilai BOPO. Berdasarkan peraturan
Bank Indonesia No. 10/27/PBI/2008 , nilai BOPO maksimum yang dimiliki
oleh suatu bank adalah 90%. Apabila BOPO suatu bank melebihi batas 90%
maka kondisi bank dinilai memiliki potensi kesulitan yang dapat
membahayakan usahanya. Nilai BOPO yang tertinggi dimiliki oleh PT. BPD
Aceh pada tahun 2010 dan nilai BOPO terkecil dimiliki oleh PT. BPD Jawa
Tengah pada tahun 2013. Nilai rata - rata (mean) yang lebih besar
dibandingkan nilai standar deviasi (standard deviation) menunjukkan bahwa
data terdistribusi dengan baik.
6. Rata-rata (mean) nilai LDR dengan jumlah data 162 adalah 76.74340 dan
median sebesar 81.53.500. Nilai maksimum adalah 128.4800 dan nilai
minimum adalah 17.11000, dengan standar deviasi 23.04240, menunjukkan
bahwa pada periode tertentu masih ada bank pembangunan daerah di
Indonesia yang melewati batas aman nilai LDR. Berdasarkan peraturan Bank
Indonesia No. 10/27/PBI/2008 , nilai LDR yang dimiliki oleh suatu bank
atau kurang dari batas yang ditentukan maka kondisi bank dinilai memiliki
potensi kesulitan yang dapat membahayakan usahanya. Nilai LDR yang
tertinggi dimiliki oleh PT. BPD Nusa Tenggara Barat pada tahun 2008 dan
nilai LDR terkecil dimiliki oleh PT. BPD Riau Kepri pada tahun 2006. Nilai
rata - rata (mean) yang lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi
(standard deviation) menunjukkan bahwa data terdistribusi dengan baik.
4.3 Uji Chow
Uji chow merupakan suatu uji untuk menentukan model regresi mana yang
lebih baik antara fixed effect model dan common effect model atau Ordinary Least
Square (OLS). Hasil pengujian chow dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 4.2 Uji Chow
Effect Test Statistic d.f Prob
Cross-section F 2.183877 (17.139) 0.0070
Cross-section Chi-square 38.349485 17 0.0022
Sumber: Hasil Olahan Data Eviews,
Dari hasil uji chow di atas, dapat dilihat bahwa nilai probabilitas Cross
Section F dan Chi-Square adalah sebesar 0.0070 dan 0.0022. Nilai ini lebih kecil
jika dibandingkan dengan nilai taraf signifikasi 5% (α = 0.05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan model yang tepat untuk digunakan adalah
4.4 Uji Hausman
Uji Hausman dilakukan karena uji Chow menunjukkan bahwa metode
terbaik yang digunakan dalam penelitian adalah model Fixed Effect. Uji Hausman
digunakan untuk menentukan model Random Effect atau Fixed Effect yang paling
tepat digunakan untuk mengestimasi data panel. Hasil pengujian dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Uji Hausman
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-Section Random 6.465214 5 0.2635
Sumber: Hasil Olahan Data Eviews,
Dari hasil uji Hausman diatas dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
Cross-Section Random 0.2635. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas dari
Cross-Section Random lebih besar, jika dibandingkan dengan nilai taraf
signifikasi 5% (α = 0.05), sehingga hipotesis nol diterima dan model yang tepat
untuk digunakan dalam mengestimasi data panel pada penelitian ini adalah
Random Effect (Efek Acak).
4.5Hasil Regresi Model Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian data panel dengan menggunakan model
Random Effect pada tabel 4.4 berikut dapat diketahui pengaruh secara parsial
antara variabel terikat dan variabel bebas yaitu CAR, NPL, ROA, BOPO, LDR.
apakah pengaruh variabel bebas tersebut signifikan atau tidak signifikan terhadap
variabel terikat.
Tabel 4.5 Estimasi Model
Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. Keterangan
C 58.91939 26.63777 2.211874 0.0286 Pengaruh Signifikan
CAR 0.232265 0.277004 0.838491 0.4032 Tidak Berpengaruh
NPL -2.423591 1.196008 -2.026401 0.0446 Pengaruh Signifikan
ROA 2.036796 1.182424 1.722559 0.0872 Pengaruh Signifikan
BOPO -0.626389 0.279951 -2.237496 0.0268 Pengaruh Signifikan
LDR -0.043893 0.099596 -0.440713 0.6601 Tidak Berpengaruh
R-Squared 0.382586
N 162
n bank 18
F-statistic 3.915120
Prob (F-stat) 0.000000
Sumber: Hasil Olahan Data Eviews,
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel yang memiliki
pengaruh terhadap Pertumbuhan Laba adalah NPL (Non Performing Loan), ROA
(Return On Assets), dan BOPO (Biaya Operasional pada Pendapatan Oprasional).
Signifikansi pengaruh variabel dapat dilihat dari nilai p value kurang dari 0,01
artinya variabel berpengaruh signifikan dengan tingkat kepercayaan 99%. Jika
nilai p value kurang dari 0,05 maka variabel memiliki pengaruh yang signifikan
dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika nilai p value kurang dari 0,10 maka
Hasil estimasi regresi antara variabel terikat (Pertumbuhan Laba) dengan
variabel bebas (CAR, NPL, ROA, BOPO, LDR) di atas menggunakan program
Eviews 7. Persamaan regresi tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut :
PLit = α + β1 CARit + β2 NPLit + β3 ROAit + β4 BOPOit + β5LDRit+ ε
Persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa variabel bebas memiliki
nilai koefisien masing-masing. Interpretasi hasil estimasi diatas adalah sebagai
berikut :
a. CAR
Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh diketahui bahwa nilai koefisien
variabel CAR menunjukkan 0.232265 memiliki pengaruh positif terhadap
Pertumbuhan Laba. Hal ini berarti apabila nilai CAR bank mengalami
peningkatan sebesar 1 satuan maka akan mendorong terjadinya peningkatan nilai
Pertumbuhan Laba bank sebesar 0.232265 satuan, dengan asumsi variabel bebas
lain bernilai nol (ceteris paribus).
b. NPL
Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh diketahui bahwa nilai koefisien
variabel NPL menunjukkan -2.423591 memiliki pengaruh negatif terhadap
Pertumbuhan Laba. Hal ini berarti apabila nilai NPL bank mengalami peningkatan
sebesar 1 satuan maka akan mendorong terjadinya penurunan nilai Pertumbuhan
Laba bank sebesar -2.423591 satuan, dengan asumsi variabel bebas lain bernilai
c. ROA
Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh diketahui bahwa nilai koefisien
variabel ROA menunjukkan 2.036796 memiliki pengaruh positif terhadap
Pertumbuhan Laba. Hal ini berarti apabila nilai ROA bank mengalami
peningkatan sebesar 1 satuan maka akan mendorong terjadinya peningkatan nilai
Pertumbuhan Laba bank sebesar 2.036796 satuan, dengan asumsi variabel bebas
lain bernilai nol (ceteris paribus).
d. BOPO
Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh diketahui bahwa nilai koefisien
variabel BOPO menunjukkan -0.626389 memiliki pengaruh negatif terhadap
Pertumbuhan Laba. Hal ini berarti apabila nilai BOPO bank mengalami
peningkatan sebesar 1 satuan maka akan mendorong terjadinya penurunan nilai
Pertumbuhan Laba bank sebesar -0.626389 satuan, dengan asumsi variabel bebas
lain bernilai nol (ceteris paribus).
e. LDR
Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh diketahui bahwa nilai koefisien
variabel LDR menunjukkan -0.043893 memiliki pengaruh negatif terhadap
Pertumbuhan Laba. Hal ini berarti apabila nilai BOPO bank mengalami
peningkatan sebesar 1 satuan maka akan mendorong terjadinya penurunan nilai
Pertumbuhan Laba bank sebesar -0.043893 satuan, dengan asumsi variabel bebas
lain bernilai nol (ceteris paribus).
4.6Uji Signifikansi
4.6.1 Uji Parsial (Uji Statistik T)
Berdasarkan hasil pengujian regresi data panel dengan menggunakan
teknik Random Effect, pada Tabel 4.5 sebelumnya dapat diketahui pengaruh
secara persial antara variabel bebas yaitu CAR, NPL, ROA, BOPO, dan LDR
dengan variabel terikat yaitu Pertumbuhan Laba. Dengan menggunakan hipotesis
penelitian, maka dapat diambil kesimpulan apakah pengaruh variabel bebas
tersebut signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel terkait.
Pengujian secara parsial (uji T) digunakan untuk menguji bagaimana
pengaruh masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri terhadap
variabel dependen. Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung
dengan t tabel atau dapat melihat kolom signifikansi dengan membandingkan
tingkat α0,10.
Berdasarkan tabel 4.5 sebelumnya dapat dilihat pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. CAR
Variabel CAR mempunyai nilai probabilitas sebesar 0.4032. Nilai
probabilitas ini lebih besar dari α = 0,10, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel CAR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai Pertumbuhan
Laba. Kondisi ini berarti hipotesis alternatif (Ho) diterima.
b. NPL
Variabel NPL mempunyai nilai probabilitas sebesar 0.0446. Nilai
variabel NPL berpengaruh secara signifikan terhadap nilai Pertumbuhan Laba.
Kondisi ini berarti hipotesis alternatif (Ho) ditolak.
c. ROA
Variabel ROA mempunyai nilai probabilitas sebesar 0.0872. Nilai
probabilitas ini lebih kecil dari α = 0,10, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel ROA berpengaruh secara signifikan terhadap nilai Pertumbuhan Laba.
Kondisi ini berarti hipotesis alternatif (Ho) ditolak.
d. BOPO
Variabel BOPO mempunyai nilai probabilitas sebesar 0.0268. Nilai
probabilitas ini lebih kecil dari α = 0,10, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel BOPO berpengaruh secara signifikan terhadap nilai Pertumbuhan Laba.
Kondisi ini berarti hipotesis alternatif (Ho) ditolak.
e. LDR
Variabel LDR mempunyai nilai probabilitas sebesar 0.6601. Nilai
probabilitas ini lebih besar dari α = 0,10, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel LDR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai Pertumbuhan
Laba. Kondisi ini berarti hipotesis alternatif (Ho) diterima.
4.6.2 Uji Simultan (Uji Statistik F)
Tabel 4.4 Uji Simultan (Uji F)
F-statistic 3.915120
Prob (F-statistic) 0.000000
Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan, maka diperoleh nilai F-statistik
sebesar 3.915120 dengan nilai probability sebesar 0.000000. Nilai probabilitas
F-statistik sebesar 0.000000 lebih kecil jika dibandingkan dengan alpha 1% (0.01),
maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima atau dengan kata lain, terdapat
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara variabel bebas dengan
variabel terikat dengan tingkat kepercayaan 99,9%.
4.6.3 Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh dengan menggunakan program
eviews 7, diperoleh nilai Koefisien Determinasi (R²) sebesar 0.382586 yang
berarti secara keseluruhan variabel bebas yang ada dalam model penelitian
mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel terikat (Pertumbuhan Laba)
sebesar 38.25% dan sisanya 61.75% dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukan
ke dalam model persamaan tersebut.
4.7 Pembahasan
a. Pengaruh CAR terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil pengujian pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap pertumbuhan
laba yang dimiliki BPD di Indonesia dalam penelitian ini menunjukkan korelasi
yang positif namun tidak signifikan. CAR yang dalam hal ini merupakan modal
perbankan yang berasal dari bank yang terdiri dari modal inti dan modal
pelengkap yang berfungsi untuk untuk meningkatkan kinerja bank dan untuk
di sebabkan oleh aktiva yang berisiko. (Dendawijaya. 2005:121). Pertumbuhan
laba adalah peningkatan laba yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi
pada CAR akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan laba yang dimiliki Bank
Pembangunan Daerah (BPD) secara positif. Hal ini mengindikasikan semakin
tinggi nilai CAR yang dimiliki bank akan mendorong terjadinya peningkatan
pertumbuhan laba dan demikian sebaliknya, meskipun hasil dari perilaku
perbankan ini tidak mempengaruhi bank secara signifikan. Peningkatan jumlah
CAR mengindikasikan bahwa modal yang disimpan bank akan mengalami
peningkatan yang digunakan sebagai penjamin kerugian atau risiko yang akan
dihadapi sehingga dapat menjaga kesehatan bank yang berakibat pada
meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada bank dan berujung pada
peningkatan laba. Adanya peraturan Bank Indonesia yang menyatakan tingkat
CAR minimal sebesar 8% juga merupakan faktor penting bagi kelangsungan
usaha suatu bank. Dengan peraturan ini bank harus mengkondisikan modalnya
mampu mengcover aktiva- aktiva yang berisiko. Dengan kata lain, tingkat
perolehan laba bank setiap periode dapat dijaga.
Hasil ini konsisten dan mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Nu’man (2009) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh CAR, NIM,
LDR, NPL, BOPO dan EAQ Terhadap Perubahan Laba”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan
Bank Indonesia. Dalam penelitian ini diteliti sebanyak 81 bank-bank, dengan
tahun penelitian periode 2004-2007. Penelitian ini menggunakan laporan
keuangan untuk mendapatkan informasi keuangan dari suatu perusahaan dan
menganalisis kondisi dan kinerjanya. Dari hasil perhitungan secara partial variabel
CAR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap variabel perubahan Laba yang
ditunjukkan dengan besarnya nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu
0,235. Alasan tidak signifikannya CAR terhadap Perubahan Laba dikarenakan
perusahaan perbankan tidak mendapat kucuran modal pada periode penelitian dari
pemilik sehingga rasio CAR cenderung konstan.
b. Pengaruh NPL terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil pengujian pengaruh Non Performing Loan terhadap pertumbuhan
laba yang dimiliki BPD di Indonesia dalam penelitian ini menunjukkan korelasi
yang negatif dan signifikan. NPL merupakan perbandingan dari kredit bermasalah
dengan jumlah kredit yang dikucurkan pada masyarakat. NPL digunakan oleh
perbankan untuk mengukur kemampuan bank tersebut dalam menyanggah resiko
kegagalan pengembalian kredit oleh debitur (Darmawan, 2004).
Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada
NPL akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan laba yang dimiliki Bank
Pembangunan Daerah (BPD) secara negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa
semakin tinggi kredit macet dalam pengelolaan kredit bank yang ditunjukkan
dalam NPL maka akan menurunkan tingkat pendapatan bank yang tercermin
NPL yang terus meningkat dapat menunjukan tingkat resiko kredit bank yang
semakin memburuk. Dengan meningkatnya NPL, maka perputaran keuntungan
bank akan mengalami penurunan, yang jika tidak segera diantisipasi dengan
langkah menekan tingkat NPL (sita jaminan, lelang, dst), maka akan menguras
sumber daya pokok pokok usaha bank yang lain sehingga dapat mengganggu
perputaran dana masyarakat yang tersimpan didalam bank tersebut. Peningkatan
NPL selama periode penelitian akan mempengaruhi perubahan laba secara
signifikan. Oleh karena itu dalam memberikan kredit, bank harus melakukan
analisis terhadap kemampuan debitur dalam memenuhi kewajiban. Bank harus
melakukan peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk
memperkecil risiko kredit atau gagal bayar debitur.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Lilis Erna Ariyanti (2010) dengan judul penelitian “Analisis
Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, ROA, dan KAP Terhadap Perubahan
Laba”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Non Performing Loan (NPL)
tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap perubahan laba pada bank
umum di Indonesia. Dalam penelitian ini diteliti sebanyak 79 bank-bank, dengan
tahun penelitian periode 2004-2008. Penelitian ini menggunakan laporan
keuangan untuk mendapatkan informasi keuangan dari suatu perusahaan dan
menganalisis kondisi dan kinerjanya. Dari hasil perhitungan secara partial variabel
NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel perubahan Laba yang
ditunjukkan dengan besarnya nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu
Bank Umum, rata-rata NPL sebesar 5,414% lebih tinggi dari yang disyaratkan BI
maksimal 5% sehingga variasi NPL bank umum tidak berpengaruh signifikan
terhadap perubahan laba. NPL tidak berpengaruh signifikan juga karena bank
umum cenderung untuk menginvestasikan dananya dengan hati-hati dan lebih
menekankan pada survival bank sehingga NPL tidak berpengaruh banyak
terhadap profitabilitas bank.
c. Pengaruh ROA terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil pengujian pengaruh Return On Assets terhadap pertumbuhan laba yang
dimiliki BPD di Indonesia dalam penelitian ini menunjukkan korelasi yang positif
dan signifikan. ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang
dihasilkan dari total asset bank yang dimiliki. ROA (Return On Assets) sebagai
indikator performance suatu bank merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur keefektivan bank dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan seluruh aktiva yang dimiliki oleh bank. Semakin tinggi ROA
semakin tinggi pula keefektivan bank dalam menghasilkan laba. Menurut Surat
Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 besarnya rasio ROA
perbankan yang baik berada diatas 1,5%. Hasil penelitian secara parsial
menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada ROA akan mempengaruhi
tingkat pertumbuhan laba yang dimiliki Bank Pembangunan Daerah (BPD) secara
positif. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi ROA suatu bank, maka
indikator profitabilitas, sama halnya dengan pertumbuhan laba. Apabila laba yang
diperoleh sebelum pajak meningkat dibarengi dengan nilai total asset yang tetap,
tentunya akan memicu nilai ROA semakin tinggi, yang mana akan berimbas pada
pertumbuhan laba yang semakin meningkat juga. Oleh karena itu bank harus
mengelola asetnya dengan sedemikan baik agar laba yang dihasilkan dari total
asset dapat maksimal.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Lilis Erna Ariyanti (2010) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh CAR,
NIM, LDR, NPL, BOPO, ROA, dan KAP Terhadap Perubahan Laba”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Return on Assets (ROA) tidak berpengaruh
signifikan dan positif terhadap perubahan laba pada bank umum di Indonesia.
Dalam penelitian ini diteliti sebanyak 79 bank-bank, dengan tahun penelitian
periode 2004-2008. Penelitian ini menggunakan laporan keuangan untuk
mendapatkan informasi keuangan dari suatu perusahaan dan menganalisis kondisi
dan kinerjanya. Dari hasil perhitungan secara partial variabel ROA tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel perubahan Laba yang ditunjukkan
dengan besarnya nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,137. Tidak
signifikannya ROA terhadap variabel perubahan laba ditunjukkan pada besarnya
modal sendiri terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) cenderung
d. Pengaruh BOPO terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil pengujian pengaruh Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional
terhadap pertumbuhan laba yang dimiliki BPD di Indonesia dalam penelitian ini
menunjukkan korelasi yang negatif dan signifikan. BOPO merupakan
perbandingan dari biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam menjalankan aktivitas
utamanya terhadap pendapatan yang diperoleh dari aktivitas tersebut. Aktivitas
utama bank seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya
operasi lainnya, sedangkan pendapatan operasional adalah pendapatan bunga yang
diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi
lainnya.
Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi
pada BOPO akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan laba yang dimiliki Bank
Pembangunan Daerah (BPD) secara negatif. Hal ini mengindikasikan semakin
tinggi nilai BOPO yang dimiliki bank akan mendorong terjadinya penurunan
pertumbuhan laba dan demikian sebaliknya. Tingkat efisiensi bank dalam
menjalankan operasinya berpengaruh terhadap tingkat pendapatan atau earning
yang dihasilkan oleh bank. Jika kegiatan operasional dilakukan dengan efisien
(dalam hal ini nilai rasio BOPO rendah) maka laba yang dihasilkan bank tersebut
akan naik, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan bank semakin
meningkat atau membaik, begitu juga sebaliknya. Bank Indonesia menetapkan
angka terbaik untuk rasio BOPO adalah di bawah 90%, karena jika rasio BOPO
dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasionalnya, yang pada
akhirnya berdampak pada penurunan nilai laba.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Lilis Erna Ariyanti (2010) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh CAR,
NIM, LDR, NPL, BOPO, ROA, dan KAP Terhadap Perubahan Laba”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Biaya Operasional pada Pendapatan
Operasional (BOPO) tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap perubahan
laba pada bank umum di Indonesia. Dalam penelitian ini diteliti sebanyak 79
bank-bank, dengan tahun penelitian periode 2004-2008. Penelitian ini
menggunakan laporan keuangan untuk mendapatkan informasi keuangan dari
suatu perusahaan dan menganalisis kondisi dan kinerjanya. Dari hasil perhitungan
secara partial variabel BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
perubahan Laba yang ditunjukkan dengan besarnya nilai signifikansi yang lebih
besar dari 0,05 yaitu 0,820. Tidak signifikannya variabel BOPO terhadap
perubahan laba, karena data pada periode penelitian menunjukkan penyimpangan
data yang kecil.
e. Pengaruh LDR terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil pengujian pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap pertumbuhan
laba yang dimiliki BPD di Indonesia dalam penelitian ini menunjukkan korelasi
yang negatif dan tidak signifikan. LDR merupakan ratio yang menunjukkan
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi
pada LDR akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan laba yang dimiliki Bank
Pembangunan Daerah (BPD) secara negatif. Hal ini mengindikasikan semakin
tinggi nilai LDR yang dimiliki bank akan menyebabkan terjadinya penurunan
pertumbuhan laba dan demikian sebaliknya. LDR menunjukkan kemampuan bank
dalam menjalankan fungsi intermediasinya dalam menyalurkan dana pihak ketiga
ke kredit. Jika rasio ini menunjukkan angka rendah maka bank dalam kondisi idle
money atau kelebihan likuiditas yang akan menyebabkan bank kehilangan
kesempatan untuk memperoleh laba lebih besar. Disamping itu jika ratio ini
menunjukkan angka yang berlebihan bank akan mengalami kesulitan likuiditas
untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya sehingga bank harus dapat
mengelola rasio ini agar tidak mengalami kesulitan likuiditas tetapi juga dapat
memaksimalkan komposisi LDR untuk bisa memaksimalkan laba yang akan
diperolehnya. Besarnya LDR mengikuti perkembangan kondisi ekonomi
Indonesia, dan sejak akhir tahun 2001 bank dianggap sehat apabila besarnya rasio
LDR antara 80% sampai dengan 110% (Muljono, 1999). Alasan tidak
signifikannya LDR terhadap Pertumbuhan Laba dikarenakan rasio LDR yang
cenderung konstan pada Pertumbuhan Laba yang fluktuatif.
Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Lilis Erna Ariyanti (2010) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh CAR,
penelitian ini menunjukkan bahwa Laon to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh
signifikan dan positif terhadap perubahan laba pada bank umum di Indonesia.
Dalam penelitian ini diteliti sebanyak 79 bank-bank, dengan tahun penelitian
periode 2004-2008. Penelitian ini menggunakan laporan keuangan untuk
mendapatkan informasi keuangan dari suatu perusahaan dan menganalisis kondisi
dan kinerjanya.Dari hasil perhitungan secara partial menunjukan bahwa variabel
LDR berpengaruh signifikan positif terhadap variabel perubahan laba. Hal
tersebut ditunjukkan dengan besarnya tingkat signifikansi yang lebih kecil dari
0,05 yaitu sebesar 0,029 dan nilai koefisien regresi 0,430. Pengaruh LDR yang
signifikan positif bahwa semakin tinggi LDR suatu bank maka semakin besar
kredit yang disalurkan, yang akan meningkatkan pendapatan bunga bank dan akan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan pada bab IV dengan
memperhatikan rumusan masalah penelitian yang diungkapkan pada bab I, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Capital Adequacy Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan
Laba Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.
2. Non Performing Loan berpengaruh negatif signifikan terhadap Pertumbuhan
Laba Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.
3. Return on Assets berpengaruh positif signifikan terhadap Pertumbuhan Laba
Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.
4. Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional berpengaruh negatif
terhadap Pertumbuhan Laba Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.
5. Loan to Deposit Ratio tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba Bank
Pembangunan Daerah di Indonesia.
5.2 Saran
1. Bagi pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dalam pengambilan
kebijakan tingkat rasio kesehatan yang baik bagi bank untuk menghasilkan bank
demikian, bank pembangunan daerah di Indonesia dapat bersaing dengan
bank-bank nasional dan semakin mendorong pembangunan ekonomi daerah.
2. Bagi investor
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk lebih
memperhatikan faktor pertumbuhan laba karena laba yang diperoleh perusahaan
akan menentukan besarnya pengembalian atas investasi yang dilakukan
dikemudian hari.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan agar lebih memperbanyak jumlah variabel, periode, dan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini agar penelitian berikutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kinerja
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat
didefinisikan sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan.
Penilaian kinerja bagi manajemen bank dapat diartikan sebagai prestasi yang
dapat dicapai oleh bank tersebut. Kinerja perusahaan merupakan pengukuran
prestasi perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan
keputusan manajemen yang kompleks dan sulit, karena menyangkut efektivitas
pemanfaatan modal, efisiensi, dan rentabilitas dari kegiatan perusahaan
(Meriewaty, 2005).
Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan dan
kelemahan. Kekuatan tersebut dipahami agar dapat dimanfaatkan dan kelemahan
pun harus diketahui agar dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan. Dengan
mengadakan perbandingan kinerja terhadap standar yang ditetapkan atau dengan
periode-periode sebelumnya, maka akan dapat diketahui apakah suatu bank
mencapai kemajuan atau malah mengalami kemunduran. Penilaian prestasi kerja
harus dilakukan secara objektif, sehingga tujuan pencapaian penilaian prestasi
kerja akan tercapai. Penilaian prestasi kerja yang baik disamping menguntungkan
2.2 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan mengkaji semua variabel yang berkaitan dengan laporan
keuangan. Kinerja keuangan bank dapat diukur dari laporan keuangan yang
dikeluarkan secara periodik yang memberikan suatu gambaran tentang posisi
keuangan suatu bank. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan masa lalu
dapat digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja
keuangan dimasa depan. Kinerja keuangan biasanya diukur dengan indikator
kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas bank. Analisis kinerja keuangan
bank merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap keuangan bank
menyangkut review data, menghitung, mengukur, menginterpretasi dan memberi
solusi terhadap keuangan bank pada suatu periode tertentu (Sukarno, 2011).
Analisis kinerja keuangan perbankan dimaksudkan untuk menilai
keberhasilan manajemen di dalam mengelola suatu badan usaha. Bank sebagai
sebuah perusahaan wajib mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap
kinerja bank yang bersangkutan, oleh karena itu diperlukan transparansi atau
pengungkapan informasi laporan keuangan bank yang bertujuan untuk
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan
posisi keuangan, serta sebagai dasar pengambilan keputusan (Gunawan dan Dewi,
2003).
Informasi kinerja keuangan yang dapat dilihat dari besaran laba yang
diperoleh oleh bank, sangat diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber
daya ekonomi yang mungkin dikendalikan dimasa depan. Informasi fluktuasi
menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, disamping itu informasi
tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektifitas
perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.
Tingkat besaran laba dapat menggambarkan kinerja keuangan suatu
perusahaan dalam mengelola seluruh modal yang dimiliki. Pertumbuhan laba
suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang
dilakukan. Kemampuan perusahaan dalam meningkatkan laba akan dapat menarik
para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya
jika tingkat pertumbuhan laba yang rendah akan menyebabkan para investor
menarik dananya. Laba merupakan salah satu dasar kepercayaan untuk tetap
bekerja sama dengan bank (Mudrajad Kuncoro, 2004: 546). Sedangkan bagi bank
yang bersangkutan informasi tingkat pertumbuhan laba tersebut dapat digunakan
sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut.
2.3 Laba
2.3.1 Pengertian Laba
Laba didefinisikan dan diukur dengan pandangan yang berbeda-beda.
Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi didefinisikan sebagai selisih
antara pengkuran pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi dalam
satu periode dengan biaya yang be rkaitan dengan pendapatan tersebut. Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) memiliki pengertian sendiri mengenai income. IAI
menerjemahkan istilah income dengan istilah penghasilan, bukan istilah laba.
Dalam Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, (IAI, 1994)
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal (paragraf 70). Definisi penghasilan meliputi
pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gains) (paragraf 74).
Laba merupakan salah satu indikator kinerja keuangan pada bank. Laba
bank dapat tercermin dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh bank
yang bersangkutan. Laba merupakan proksi dari kinerja keuangan. Dalam
penelitian ini kinerja keuangan diproksikan dengan ukuran perubahan laba yang
dihasikan oleh bank. Oleh karena itu, laporan keuangan merupakan alat yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja keuangan suatu bank.
Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1 yang
dikeluarkan oleh Financial Accounting Standard Board (FASB), informasi laba
merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai
kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif
dalam jangka panjang, memprediksi laba dan menaksir risiko dalam investasi.
SFAC No.1 memberikan indikasi bahwa pelaporan keuangan harus mempunyai
manfaat dalam rangka membantu pengguna untuk membuat keputusan.
Sesuai dengan pernyataan tersebut maka laporan keuangan harus
bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan
tersebut terutama untuk membantu investor dan pengguna lain dalam membuat
2.3.2 Elemen Laba
Laba dapat digunakan sebagai indikator dalam menilai kinerja keuangan
perusahaan. Ada dua konsep yang digunakan untuk menentukan elemen laba
perusahaan yaitu current operating concept (earnings) dan all inclusive concept of
income (laba komprehensif).
a. Laba Periode (Earnings)
Konsep laba periode dimaksudkan untuk mengukur efisiensi suatu
perusahaan. Efisiensi perusahaan dapat diukur dengan membandingkan
laba periode berjalan dengan laba periode sebelumnya atau dengan
perusahaan lain pada industri yang sama. Laba periode berasal dari laba
operasi periode berjalan yang berasal dari kegiatan normal yang dijalankan
oleh perusahaan. Jadi yang menjadi penentu laba periode adalah
pendapatan, biaya, untung dan rugi yang benar-benar terjadi pada periode
berjalan.
b. Laba Komprehensif (Comprehensive Income)
Berdasarkan Statement of Financial Accounting Concept (SFAC)
No.3 dan 6, laba komprehensif diartikan sebagai total perubahan aktiva
bersih (ekuitas) perusahaan selama satu periode, yang berasal dari semua
transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain sumber yang berasal dari
pemilik. Dengan kata lain, laba komprehensif terdiri atas seluruh