• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi potensi obyek wisata serta arahan rencana dan strategi pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak, Provinsi Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi potensi obyek wisata serta arahan rencana dan strategi pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak, Provinsi Riau"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN

WISATA DI KABUPATEN SIAK, PROVINSI RIAU

JETI RAHMAWATI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Potensi Obyek Wisata serta Arahan Rencana dan Strategi Pengembangan Kawasan Wisata di Kabupaten Siak, Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015

(3)

ABSTRAK

JETI RAHMAWATI. Identifikasi Potensi Obyek Wisata serta Arahan Rencana dan Strategi Pengembangan Kawasan Wisata di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Dibimbing oleh SANTUN R.P. SITORUS dan SETYARDI PRATIKA MULYA.

Kabupaten Siak memiliki potensi pariwisata yang belum tergali secara maksimal. Pariwisata di Kabupaten Siak didominasi nuansa Melayu sehingga pemerintah berkeinginan mewujudkan Siak The Truly Malay.Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi obyek wisata eksisting dan yang berpotensi untuk dikembangkan, mengetahui faktor yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawan, dan menyusun arahan rencana dan strategi pengembangan kawasan wisata. Analisis yang digunakan adalah: skoring, regresi logistik biner, dan

A’WOT. Hasil penelitian menunjukkan,terdapat lima obyek wisata eksisting yang diminati secara berurutan yaitu Istana Siak, Turap Siak, Makam Sultan Syarif Kasim II, Makam Koto Tinggi, dan Zapin Siak. Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan yang diminati secara berurutan adalah Kolam Hijau, Makam Raja Kecik, Balairung Sri, Mesjid Raya Syahbuddin, dan Ekowisata Mempura. Faktor yang mempengaruhi minat berkunjung yaitu jenis wisata yang disukai dan penginapan (hotel). Terdapat 2 rencana pengembangan kawasan wisata yaitu kawasan I dengan 8 obyek wisata dan kawasan II dengan 2 obyek wisata. Berdasarkan hasil analisis A’WOT diperoleh strategi pengembangan Kawasan Wisata Siak yaitu: rencana pengembangan paket wisata melalui kerjasama pemerintah dan masyarakat, mengembangkan jenis wisata lainnya dengan adanya potensi SDA dan dukungan kebijakan pemerintah serta kemudahan aksesibilitas dan meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan di lokasi wisata yang diminati dengan memperbaiki sarana dan prasarana yang ada.

Kata Kunci:A’WOT, pariwisata, regresi logistik biner, skoring

ABSTRACT

JETI RAHMAWATI. Identification of Tourism Objects Potential with Plan Direction and Development Strategy in Siak Regency, Riau Province. Supervised by SANTUN R.P. SITORUS dan SETYARDI PRATIKA MULYA.

(4)

tourist destination and hotel. There are two development plans of tourist areas those are area I with 8 tourism objects and area II with 2 tourism objects. Based on the A’WOT analysis result retrieved development strategies of Siak tourist area are: development plan of tourism packages via partnership of government and public sector, development of other types of tourism based on natural resources potential, government policy support, and easy accessibility, capacity and quality services improvement in preferred tourist sites through improvement of existing infrastructure.

(5)

IDENTIFIKASI POTENSI OBYEK WISATA SERTA ARAHAN

RENCANA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN

WISATA DI KABUPATEN SIAK, PROVINSI RIAU

JETI RAHMAWATI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul skripsi : Identifikasi potensi obyek wisata serta arahan rencana dan strategi pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak, Provinsi Riau

Nama : Jeti Rahmawati

NRP : A14110088

Disetujui oleh,

Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus Setyardi Pratika Mulya, SP.M.Si

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus M.Sc Ketua Departemen

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur diucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul Identifikasi Potensi Obyek Wisata Serta Arahan Rencana dan Strategi Pengembangan Kawasan Wisata di Kabupaten Siak, Provinsi Riau.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak. Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus dan Setyardi Pratika Mulya, SP. M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dinas Pendidikan Kabupaten Siak, atas kesempatan beasiswa yang diberikan kepada penulis

3. Kedua orang tua, serta seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi, pengorbanan, cinta, dan kasih sayang kepda penulis

4. Staf BAPPEDA, DISPARPORA, KESBANGPOLINMAS Kabupaten Siak serta seluruh instansi, masyarakat, wisatawan/pengunjung, dan seluruh pihak yang terlibat dalam penelitian ini atas kerjasama dalam memberikan informasi dan data-data yang diperlukan

5. Seluruh dosen dan staf departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya lahan yang telah memberikan ilmu dan nasehat kepada penulis.

6. Sahabat seperjuangan Divisi Perencanaan PengembanganWilayah. 7. Sahabat Soil Science ’48 yang telah memberikan semangat selama ini

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Bogor, Juli 2015

(8)

DAFTAR ISI

Pengembangan Kawasan Wisata 2

Kebijakan dan Strategi Pengembangan untuk Mendukung Pembangunan Kawasan Wisata

3

Kawasan Wisata dan Pengembangan Wilayah 4

Hasil Penelitian Terdahulu 5

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian 5

Jenis Data dan Sumber Data 6

Teknik pengumpulan data 8

Kerangka Analisis 8

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kondisi fisik 13

Kondisi Sarana dan Prasarana 16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Obyek Wisata dan analisis Skoring 17

Obyek wisata yang sudah berkembang di Kabupaten Siak 18 Urutan obyek wisata yang sudah berkembang yang paling disukai

wisatawan 21

Obyek atau Daerah Tujuan Wisata yang Berpotensi Untuk dikembangkan Sebagai Daerah Tujuan Wisata Baru di Kabupaten Siak

22 Urutan obyek wisata yang berpotensi untuk berkembang yang paling

diminati wisatawan 25

Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan di kawasan

wisata Kabupaten Siak 26

(9)
(10)
(11)

DAFTAR TABEL Tabel

1. Tujuan, Jenis Data, Teknik Analisis, dan Output Penelitian 7 2. Variabel penentu minat berkunjung wisatawan 9 3. Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS) 11 4. External Strategic Factor Analysis Summary (EFAS) 12 5. Nama Kecamatan, Ibukota, Jumlah desa/ kelurahan dan Luas

wilayah (Km2) di Kabupaten Siak Tahun 2014.

14 6. Luas lahan Kabupaten Siak menurut penggunaan tahun 2013 15 7. Sebaran luas lahan menurut penggunaan tahun 2013 16 8. Jarak lurus antara Ibukota Kabupaten dengan setiap Ibukota

Kecamatan

16 9. Jumlah Hotel, dan kamar menurut kecamatan di Kabupaten Siak

Tahun 2012

17 10. Nilai akurasi dan Pseudo R2 hasil regresi logistik biner 27 11. Ringkasan koefisien hasil analisis regresi logistik biner dalam

menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawan

27

12. IFAS Pengembangan potensi obyek wisata dalam keterpaduan pengembangan kawasan wisata Siak

1. Kerangka teknik analisis data penelitian 8

2. Matriks space dan posisi kuadran 12

3. Peta administrasi Kabupaten Siak 14

4. Peta lokasi obyek wisata di Kabupaten Siak 18

5. Istana Asseraiyah Al Hasyimiah 19

6. Taman yang ada di depan Istana Siak 19

7. Makam Sultan Syarif Kasim II 19

8. Makam Koto Tinggi 19

9. Penari tari Zapin 20

10. Alat Musik Tradisional yang mengiringi tari Zapin 20

11. Suasana dari Turap Siak 20

12. Pemandangan Sungai Siak dari Turap Siak 21

13. Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah 21

14. Hasil skor preferensi wisatawan lokal untuk setiap obyek

wisata yang sudah berkembang 21

15. Hasil skor preferensi wisatawan nusantara untuk setiap obyek

wisata yang sudah berkembang 21

16. Jumlah skor seluruh wisatawan di setiap obyek wisata yang

sudah berkembang di Kabupaten Siak 22

17. Kolam Hijau 23

18. Makam Raja Kecik 23

19. Balairung Sri 24

(12)

21. Sungai Mempura 24 22. Hasil skor preferensi wisatawan lokal untuk setiap obyek

wisata yang berpotensi untuk dikembangkan 25

23. Hasil skor preferensi wisatawan nusantara untuk setiap obyek

wisata yang berpotensi untuk dikembangkan 25

24. Jumlah skor seluruh wisatawan di setiap obyek wisata yang

berpotensi untuk dikembanngkan di Kabupaten Siak 25 25. Peta rencana pengembanngan Kawasan Wisata di Kabupaten

Siak 30

26. Hasil plot kawasan wisata pada peta Rencana Tata Ruang

Wilayah 31

27. Hasil Analisis Matriks Space 34

28. Hasil analisis Matriks SWOT dalam pengembangan Kawasan

Wisata di Kabupaten Siak 35

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1. Urutan obyek wisata eksisting yang disukai oleh wisatawan lokal 39 2. Urutan obyek wisata eksisting yang disukai oleh wisatawan

nusantara 39

3. Urutan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan yang

disukai oleh seluruh wisatawan 39

4. Urutan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan yang

disukai oleh wisatawan lokal 39

5. Urutan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan yang

disukai oleh wisatawan nusantara 39

6. Urutan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan yang

disukai oleh seluruh wisatawan 40

7. Pemilihan Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan 40 8. Nama-nama tokoh masyarakat yang diwawancara untuk

(13)
(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pariwisata merupakan sektor yang sangat kompleks karena pariwisata bersifat multidimensi, baik fisik, sosial budaya, ekonomi, dan politik. Selain itu, kegiatan pariwisata merupakan kegiatan yang melibatkan berbagai sektor dan lembaga yang terkait.

Kabupaten Siak merupakan kabupaten ke enam terluas di Provinsi Riau dengan pusat administrasi berada di Kota Siak Sri Indrapura. Kabupaten Siak secara geografis memiliki luas 8.556,09 km2 atau 9,74% dari total luas wilayah Provinsi Riau dan merupakan Kabupaten yang memiliki potensi pariwisata yang belum tergali secara maksimal. Potensi pariwisata di Kabupaten Siak secara umum bernuansa Melayu. Hal inilah yang menyebabkan adanya dorongan pemerintah untuk mengembangkan kebudayaan melayu di Kabupaten Siak untuk mewujudkan Siak The Truly Malay. Berdasarkan Peraturan Daerah No.12 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Siak, pembangunan pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pembangunan daerah, dan mendorong pengembangan ekonomi masyarakat, dengan memperhatikan aspek agama, pendidikan, kebudayaan, lingkungan hidup, ketentraman dan ketertiban, serta kenyamanan dalam masyarakat.

Salah satu obyek wisata yang menjadi kebanggaan masyarakat Siak sekaligus menjadi lambang dari Kabupaten tersebut adalah Istana Asseraiyah Al-Hasyimiah yang merupakan istana peninggalan kerajaan Siak di masa lalu. Selain obyek wisata sejarah yang banyak terdapat di Kabupaten Siak, Kabupaten ini juga memiliki potensi wisata lain yang bisa di kunjungi seperti wisata budaya dan wisata alam. Namun, wisata yang bernuansa sejarahlah yang diutamakan.

Oleh karena itu, pengembangan pariwisata di Kabupaten Siak lebih diarahkan pada pariwisata yang bernuansa sejarah. Pengembangan kawasan wisata ini secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat setempat. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui berbagai obyek wisata eksisting dan obyek yang berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka pengembangan kawasan wisata dimasa yang akan datang.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Belum diketahuinya obyek-obyek wisata baik yang sudah berkembang (eksisting) maupun yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Siak 2. Belum diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi wisatawan untuk

berkunjung ke obyek wisata di Kabupaten Siak.

3. Belum ada arahan rencana pengembangan kawasan wisata dan strategi yang dibutuhkan agar pengembangan kawasan wisata dapat diwujudkan.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi obyek wisata yang sudah berkembang dan yang berpotensi untuk dikembangkan

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke obyek wisata siak

(15)

Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah:

1. Memberikan informasi kepada pemerintah setempat tentang daerah-daerah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata.

2. Sebagai masukan untuk pemerintah dalam menyusun rencana pengembangan Kawasan Wisata Kabupaten Siak.

TINJAUAN PUSTAKA

Pariwisata

Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, taraf hidup, dan mengaktifkan sektor produksi laindi dalam kawasan wisata. Penilaian terhadap suatu kawasan wisata dapat menentukan pengembangan dari tempat wisata itu sendiri yang berkaitan dengan nilai sosial dan politik (Afia dan Susilowati 2004).

Menurut Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif No.27 tahun 2014, Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Pengertian dari pariwisata menurut UU No.10 Tahun 2009 adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Kepariwisataan itu sendiri merupakan keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.

Pengembangan Kawasan Wisata

Pengembangan pariwisata memiliki karakter aktivitas yang bersifat multisectoral, dalam pelaksanaan pengembangan pariwisata harus terencana secara terpadu dengan pertimbangan-pertimbangan terhadap aspek ekonomi, sosial, budaya, lingkungan fisik dan politik. Pada setiap tahapan perencanaan pengembangan pariwisata yang dapat meminimalisasi sebanyak mungkin dampak negatif yang akan timbul serta berkaitan erat dengan pembangunan perekonomian suatu daerah (Prayogi 2011).

Obyek wisata adalah sumber daya alam, buatan dan budaya yang berpotensi dan memiliki daya tarik. Tersedianya obyek wisata dan daya tarik wisata merupakan salah satu syarat yang harus ada dalam pengembangan pariwisata. Obyek dan daya tarik wisata merupakan hal yang menarik wisatawan untuk datang berkunjung. Selain itu, dalam pengembangan pariwisata pada suatu kawasan juga harus memperhatikan sarana dan prasarananya.

(16)

yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya menuju daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya.

Pengertian daya tarik wisata menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, pasal 1, menyebutkan sebagai

berikut ”daya tarik wisata” adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Kebijakan dan Strategi Pengembangan untuk Mendukung Pembangunan Kawasan Wisata

Menurut Karsudi dan Kartodihardjo (2010), strategi dalam pengembangan ekowisata yang dapat diterapkan berdasarkan kondisi obyektifnya yakni melalui upaya penataan ruang wisata, pengembangan manajemen atraksi, pengembangan promosi dan pemasaran, pengembangan regulasi dan organisasi pengelolaan ekowisata, dan menciptakan situasi keamanan yang kondusif didalam maupun diluar kawasan wisata. Antariksa (2011) mengungkapkan bahwa kepariwisataan pada dasarnya adalah sebuah konsep abstrak yang merupakan gabungan dari berbagai unsur pendukung dan membentuk sebuah sistem. Artinya, para pemangku kepentingan dalam industri pariwisata sejak awal harus sudah memahami bahwa sektor ini tidak akan dapat berjalan dengan sendirinya tanpa dukungan dari berbagai sektor lain. Oleh karena itu, di tingkat kebijakan selalu

muncul ungkapan bahwa sektor pariwisata tidak punya “barangnya”, karena yang memiliki “barangnya” adalah sektor lain seperti transportasi, kehutanan, pertanian dan sebagainya.

Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata berdiri dengan adanya sektor lain sebagai pendukung dari sektor tersebut. Selain itu, Antariksa (2011) juga menyebutkan bahwa destinasi pariwisata perlu dikembangkan dengan alasan bagi negara sedang berkembang, industri pariwisata dapat dikatakan merupakan media pembangunan ekonomi yang tidak memerlukan investasi terlalu besar dalam jangka panjang sebelum dapat memberikan keuntungan.

Pembangunan kepariwisataan sedapat mungkin harus menjadi media bagi wisatawan untuk belajar tentang suatu nilai yang baik.Pembangunan

kepariwisataan tidak boleh menyebabkan penduduk lokal kehilangan “keahlian tradisionalnya” yang telah dimiliki sebelumnya. Jika hal itu terjadi, maka selain dapat kehilangan kearifan lokal, penduduk lokal juga dapat terancam kehilangan pekerjaan atau sumber pendapatan lain ketika terjadi krisis dalam perkembangan kepariwisataan yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti terorisme, wabah penyakit, bencana alam dan sebagainya. Oleh karena itu, pembangunan kepariwisataan harus disesuaikan dengan karakteristik lapangan pekerjaan yang sudah ada. Sebagai contoh, jika di suatu destinasi pariwisata mata pencaharian utama penduduk lokal adalah pertanian, maka sebaiknya jenis wisata yang dikembangkan adalah agrowisata (Antariksa 2011).

(17)

ketentuan yang sesuai dari setiap aspek, mulai dari perencanaan terpadu dan operasi, pembangunan lingkungan ekologi, menilai dampak sosial dan budaya, untuk mengelaborasi hubungan antara pembangunan perkotaan dan daerah pedesaan. Hal yang paling penting adalah menonjolkan tiga isu penting pedesaan yakni pertanian, desa, dan petani.

Selain itu, menurut Mi (2014), pembangunan suatu kawasan wisata harus memperhatikan aspek pembangunan berkelanjutan yakni ekonomi, sosial dan ekologi, karena dalam pengembangan kawasan wisata sering kali mengabaikan aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Sebagai contoh di Cina, pengembangan daerah pariwisata menyebabkan serangkaian dampak lingkungan, seperti kebijakan perlindungan lingkungan tempat wisata, daya dukung tempat-tempat wisata dan pengembangan dan perlindungan sumber daya wisata dan penekanan pada aspek ekonomi mengabaikan dampak sosial. Hal ini termasuk salah satu kebijakan dalam pengembangan kawasan wisata sehingga tidak bertentangan dengan pembangunan berkelanjutan.

Kawasan Wisata dan Pengembangan Wilayah

Mulyanto (2008) menyatakan bahwa kawasan adalah bagian dari wilayah yang khusus disediakan/dikembangkan untuk suatu kegiatan tertentu misalnya kawasan Industri, kawasan pemukiman, kawasan perdagangan, kawasan hutan produksi dan lain sebagainya. Kawasan wisata merupakan bagian dari wilayah yang khusus disediakan/dikembangkan untuk kegiatan wisata.

Wilayah merupakan suatu area yang batas dan sistemnya dibatasi oleh aspek administrasi dan fungsional. Pengembangan wilayah adalah seluruh tindakan yang dilakukan dalam rangka memanfaatkan potensi-potensi wilayah yang ada, untuk kehidupan yang lebih baik bagi kepentingan masyarakat di daerah itu khususnya. Dalam pengembangan wilayah harus mempertimbangkan kondisi-kondisi daerah terhadap empat faktor yaitu, Strength atau kekuatan/kemampuan sumberdaya dan dana yang dimiliki, Weakness atau kekurangan/kelemahan yang ada yang dapat menghambat seperti kualitas dan kuantitas SDM, Opportunities terkait dengan menimbang kedua faktor di atas dan dilakukan pemilihan alternatif program yang sesuai dengan keperluan dan kemampuan wilayah, dan terakhir Threat berupa potensi ancaman dan gangguan yang mungkin muncul/timbul akibat adanya program-program pengembangan tersebut (Mulyanto 2008).

Suatu wilayah akan dapat berkembang jika tersedia prasarana dan sarana pelayanan ekonomi dan sosial. Fasilitas-fasilitas tersebut merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Semakin lengkap tersedianya prasarana dan sarana di suatu daerah maka akan semakin kuat daya tariknya untuk mengundang penduduk dan kegiatan produktif lainnya untuk datang. Hal in menyebabkan suatu wilayah akan semakin berkembang (Adisasmita 2008).

Hasil Penelitian Terdahulu

(18)

Group Discussion (FGD) antara masyarakat, pemerintah kota dan swasta, pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pembentukan dewan budaya untuk melestarikan tradisi dan budaya lokal, pembangunan sarana dan prasarana kawasan wisata dengan investor, peningkatan infrastruktur pelayanan transportasi dan peningkatan dukungan kelembagaan melalui kegiatan public hearing.

Rudita et al. (2012) melakukan analisis Input-Output, analisis Scoring System, dan analisis A’WOT (AHP dan SWOT) dalam makalahnya yang berjudul Potensi Obyek Wisata dan Keterpaduannya dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor lainnya, mengetahui obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di kawasan Agropolitan serta faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan. Berdasarkan tiga aspek tersebut, maka dihasilkan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah. Berdasarkan hasil analisis maka dihasilkan tiga rencana dan strategi pengembangan obyek wisata yaitu pertama, rencana meningkatkan keterkaitan sektoral dengan strategi meningkatkan keterpaduan antar sektor yang ada melalui pengembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), kedua memperkenalkan dan menawarkan potensi obyek wisata yang ada dengan pengembangan paket-paket wisata melalui kerjasama pemerintah, swasta, dan masyarakat, serta yang ketiga memperkuat kepariwisataan dengan membangun kemitraan dan membentuk jejaring.

Penelitian Rianto (2014) berjudul Analisis potensi obyek wisata dan keterpaduannya dalam pengembangan kawasan wisata pangandaran, kabupaten pangandaran, provinsi jawa barat, mengggunakan analisis Scoring System, analisis Regresi Logistik Biner, AHP dan SWOT. Penelitian ini menghasilkan dua rencana dan strategi dalam pengembangan Kawasan Wisata Pangandaran secara terpadu yaitu pertama, mengadakan percepatan pembangunan jaringan transportasi dan perbaikan jalan terutama jalan-jalan nasional, provinsi, maupun jalan penghubung ke lokasi wisata dan kedua, peningkatan kapasitas dan kualitas layanan di lokasi kawasan wisata unggulan.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Siak. Analisis data dilakukan di studio Divisi Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departeman Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung mulai dari bulan Desember 2014 sampai bulan Juni 2015.

Jenis Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.

Jenis data primer yang dibutuhkan terdiri dari:

a. Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan (dari Dinas Pariwisata dan tokoh masyarakat)

b. Obyek wisata yang paling diminati oleh wisatawan

(19)

d. Arahan rencana dan strategi pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak (hasil wawancara dari pihak pemangku kebijakan)

Jenis data sekunder yang dibutuhkan terdiri dari: a. Nama-nama obyek wisata yang ada di Kabupaten Siak

b. Jumlah wisatawan domestik (wisatawan yang berasal dari Kabupaten Siak) dan nusantara (wisatawan yang berasal dari luar Kabupaten Siak)

c. Prasarana dan sarana penunjang aktivitas wisata seperti hotel, restauran, toilet, jalan, modal transportasi, pemandu wisata, agen perjalanan.

d. Peta RTRW, Peta Administrasi Kabupaten Siak, profil daerah Kabupaten Siak.

Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti BPS, Bappeda, dan Dinas Pariwisata.

Obyek wisata eksisting atau yang sudah berkembang adalah obyek-obyek wisata yang saat ini sudah banyak dikunjungi wisatawan. Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan adalah obyek-obyek wisata yang ada tetapi saat ini belum banyak dikunjungi wisatawan. Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan, ditetapkan dengan beberapa kriteria yaitu jarak dari ibukota Kabupaten, aksesibilitas, dan fasilitas yang tersedia di lokasi obyek wisata (Lampiran 7).

Teknik pengumpulan data

Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder. Pengambilan sampel responden dilakukan dengan teknik sampling probabilitas yakni melalui pendekatan Stratified Sampling yaitu setiap individu dalam suatu kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Cakupan responden dalam penelitian ini adalah Pemerintah, tokoh masyarakat, dan wisatawan lokal dan wisatawan nusantara.

Cakupan responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Untuk analisis scoring system, responden terdiri dari wisatawan sebanyak 209 orang, dan instansi terkait yaitu Bappeda, Dinas Pariwisata serta tokoh masyarakat sebanyak 5 orang untuk mendapatkan data mengenai obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan.

- Untuk analisis regresi logistik biner responden terdiri dari 209 responden (97 orang wisatawan lokal dan 112 wisatawan nusantara).

- Untuk analisis A’WOT responden berasal dari Dinas terkait seperti Bappeda, Dinas Pariwisata ( terdiri dari 9 orang).

Pelaksanaan wawancara dengan menggunakan 3 jenis kuesioner yaitu:

1. Kuesioner pertama, untuk mendapatkan data untuk analisis scoring system dari responden wisatawan (Lampiran 1).

2. Kuesioner kedua, untuk mendapatkan data untuk analisis regresi logistik biner (untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke obyek wisata di Kabupaten Siak), responden berasal dari wisatawan lokal, nusantara dan pemerintah (Lampiran 8).

3. Kuesioner ketiga, untuk mendapatkan data untuk analisis A’WOT dalam menentukan rencana dan strategi pengembangan kawasan wisata oleh pemerintah.

(20)

Tabel 1 Tujuan, Jenis Data, Teknik Analisis, dan Output Penelitian

No Tujuan penelitian Jenis data Sumber data Teknik

analisis data

Output

1 Mengetahui dan

mengidentifikasi obyek wisata yang sudah berkembang dan yang berpotensi untuk dikembangkan

- Jenis dan profil obyek wisata yang sudah berkembang dan berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Siak

dikembangkan di Kabupaten Siak dan obyek wisata yang sudah ada/ berkembang di Kabupaten Siak

2 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke obyek wisata siak

- Faktor-faktor yang berpengaruh terkait promosi, sarana transportasi, fasilitas, jenis wisata & harga tiket, pelayanan

- Responden - Analisis wisatawan ke kawasan wisata maupun obyek wisata 3 Menyusun arahan rencana dan

strategi pengembangan Kawasan Wisata Kabupaten Siak

- Persepsi stakeholders

- Hasil analisis dari tujuan 1 dan 2

- Responden - AWOT (AHP dan SWOT)

Rencana dan strategi pengembangan Kawasan Wisata Kabupaten Siak

(21)

Teknik Analisis Data dan Kerangka Analisis

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama untuk mengetahui dan menganalisis daerah tujuan wisata eksisting dan daerah yang berpoensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata baru di Kabupaten Siak, dilakukan analisis skoring melalui persepsi wisatawan yang diperoleh melalui wawancara. Kedua, untuk mengetahui persepsi wisatawan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan dilakukan dengan melakukan analisis regresi logistik biner. Ketiga melalui

analisis A’WOT dari persepsi stakeholders yang terdiri dari unsur pemerintah untuk dapat merumuskan arahan rencana dan strategi pengembangan Kawasan Wisata Kabupaten Siak. Secara sistematis kerangka analisis data dapat dilihat dari bagan alir seperti yang tertera pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka teknik analisis data penelitian Teknik analisis data

Identifikasi obyek wisata dan Analisis Skoring

Nama-nama obyek wisata eksisting di Kabupaten Siak didapatkan dari Dinas Pariwisata, sedangkan data potensi obyek wisata dikumpulkan dari hasil wawancara dan tabulasi (Lampiran 7) dengan responden instansi terkait dan tokoh masyarakat. Setelah dikumpulkan semua data tersebut maka dilakukan analisis skoring untuk mengetahui obyek wisata yang paling diminati oleh wisatawan.

Analisis skoring digunakan untuk mengetahui obyek wisata eksisting yang paling diminati oleh wisatawan dan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Siak melalui pendapat dari pemerintah, tokoh masyarakat, dan wisatawan yang berkunjung. Besarnya skor masing-masing obyek wisata atau daerah yang berpotensi untuk dikembangkan ditentukan dari

Analisis skoring Regresi Logistik Biner

Obyek wisata eksisting dan daerah/kawasan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawan

Analisis AWOT Instansi terkait dan tokoh masyarakat

Pendapat pemangku kebijakan Jenis obyek wisata eksisting dan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan

Pendapat wisatawan Pendapat wisatawan

(22)

kebalikan dari jumlah obyek wisata atau daerah yang ditentukan. Sebagai contoh, sejumlah n obyek wisata yang telah ditentukan, maka nilai skor tertinggi suatu obyek wisata adalah n dan skor terendah adalah 1.

Analisis Regresi Logistik Biner

Regresi logistik merupakan suatu metode regresi yang menggambarkan hubungan antara suatu variabel respon (dependent) dan satu atau lebih variabel prediktor (independent). Perbedaan antara model regresi logistik dengan model regresi linear adalah variabel respon dari regresi logistik bersifat dikotomus. Untuk variabel respon Y ada dua kategori yaitu obyek wisata yang memiliki prioritas utama dan obyek wisata tidak berprioritas. Bentuk model regresi logistik dengan variabel prediktor i adalah sebagai berikut:

π(x) =

dengan

π(x) = Peluang kejadian sukses dengan nilai probabilitas 0≤π(x)≤1

j = Nilai parameter dengan j = 1,2,...,p. X1,.,Xi = Peubah penjelas

π(x) merupakan fungsi yang non linier, sehingga perlu dilakukan

transformasi ke dalam bentuk logit untuk memperoleh fungsi yang linier agar dapat dilihat hubungan antara variabel respon dan variabel prediktor. Dengan

melakukan transformasi dari logit π(x), maka didapat persamaan yang lebih

sederhana, yaitu:

g(x) = 0+ 1x1+ 2x2+...+ ixi

Bentuk logit g(x) ini merupakan model logit, fungsi linear dalam parameter-parameternya, dan berada dalam jarak antara -∞ sampai +∞ tergantung dari variabel X (Yudissanta dan Ratna, 2012).

Tabel 2 Variabel penentu minat berkunjung wisatawan

Peubah respon (Y) Peubah penjelas (X) Y = Obyek wisata yang memiliki prioritas

utama (1) dan tidak berprioritas (0)

X1=Pernah berkunjung atau tidak ke lokasi wisata (Ya =1 dan tidak =0)

X2=Jenis wisata yang disukai (wisata budaya/sejarah =1 dan wisata lainnya = 0) X3=Alat transportasi yang digunakan (pribadi =

1 dan umum =0)

X4=Pemandu wisata (Ada =1 dan tidak ada = 0) X5=Hotel (Ada =1 dan tidak ada = 0)

X6=Restoran (Ada =1 dan tidak ada= 0) X7=Toilet umum (Ada =1 dan tidak ada = 0) X8=Informasi tentang obyek wisata (Ada =1

dan tidak ada = 0)

X9=Jenis fasilitas lainnya seperti tempat parkir kendaraan (Ada =1 dan tidak ada = 0) X10=Jenis fasilitas tempat pembuangan sampah

(Ada =1 dan tidak ada = 0)

Analytical Hierarchy Process (AHP)

(23)

sub-sub masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk hierarki. Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu masalah kompleks yang tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Tingkat kepentingan setiap variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesis untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Sumiyati, et al. 2011). Permasalahan yang diselesaikan dengan AHP memiliki beberapa prinsip, di antaranya adalah:

a. Membuat hierarki yakni memahami sebuah sistem yang kompleks, dapat dilakukan dengan memecah sistem tersebut menjadi elemen – elemen pendukung, menyusun elemen secara hierarki dan menggabungkannya atau mensintesiskan sistem tersebut.

b. Penilaian kriteria dan alternatif yakni kriteria dan alternatif dapat ditentukan dengan perbandingan berpasangan.

Metode AHP merupakan salah satu model Sistem Penunjang Keputusan yang memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan. Salah satunya adalah dapat digambarkan secara grafis melalui matriks sehingga mudah dipahami (Arifin, 2010).

Penentuan besar bobot masing-masing kriteria, dapat menggunakan persamaan berikut : menggabungkan metode SWOT dengan metode Analytical Hierarchy Proces (AHP). Metode ini diterapkan untuk menutupi beberapa kelemahan yang dimiliki SWOT. Metode A’WOT yang diterapkan dengan menggunakan AHP untuk menentukan pembobotan dalam analisis SWOT. Tujuannya adalah untuk mengurangi subyektivitas penilaian terhadap fakor-faktor internal dan eksternal, baik menyangkut kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) dalam pengambilan suatu keputusan strategi. Dengan adanya prioritas dari setiap faktor internal dan eksternal, yang dihasilkan dari analisis AHP akan memudahkan dalam penyusunan suatu strategi. A’WOT merupakan alat dalam komunikasi dan proses belajar dalam membuat keputusan, dimana melibatkan beberapa pembuat keputusan. Selain itu, dapat dijadikan dasar yang baik untuk mempelajari perbedaan pendapat, pengalaman dari stakeholders yang berbeda terkait dengan proses pengambilan keputusan.

(24)

faktor SWOT, dimana bobot didapat dari AHP. Selanjutnya dilakukan analisis faktor strategi internal (IFAS) dan eksternal (EFAS), analisis matriks internal-eksternal (IE), analisis matriks space, dan tahap pengambilan keputusan dengan analisis SWOT.

Analisis Faktor Strategi Internal dan Eksternal

Analisis faktor strategi internal dan eksternal dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang menentukan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Wisata Kabupaten Siak. Analisis faktor strategi internal dan eksternal menjadi pertimbangan penting dalam merumuskan strategi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang menentukan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Wisata Kabupaten Siak. Bagian dari analisis ini adalah membuat matriks Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS) yang ditunjukkan pada Tabel 3 dan membuat matriks Eksternal Strategic Factor Analysis Summary (EFAS) yang ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 3 Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS)

Faktor-faktor strategi internal Bobot Rating Skor Kekuatan :

Tabel 4 External Strategic Factor Analysis Summary (EFAS)

Faktor-faktor strategi eksternal Bobot Rating Skor Peluang :

Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti (2009) dalam Rudita (2012) Langkah-langkah pembuatannya sebagai berikut :

a. Menyusun sebanyak 4 sampai dengan 10 faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) pada kolom 1 yang menentukan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Wisata Kabupaten Siak.

(25)

c. Pada kolom 3 dimasukkan rating (pengaruh) masing-masing faktor internal dan eksternal dengan memberi skala dari 4 (sangat kuat) sampai dengan 1 (sangat lemah). Nilai rating disini merupakan hasil pembulatan dari nilai rata-rata dari semua responden.

d. Kolom 4 diisi hasil kali bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya berupa skor yang nilainya bervariasi dari 4 sampai dengan 1.

e. Jumlahkan skor pada kolon 4 untuk memperoleh nilai total skor faktor internal dan eksternal. Nilai selisih jumlah skor faktor internal dan eksternal digunakan dalam analisis matriks Space.

Analisis Matriks Space

Matriks space berfungsi untuk memperoleh strategi yang paling tepat akan diambil dalam pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Wisata di Kabupaten Siak. Menurut Rangkuti (2011), Matriks Space digunakan untuk mengetahui posisi dan arah perkembangan selanjutnya suatuperusahaan. Parameter yang digunakan dalam analisis ini adalah selisih dari skorfaktor internal (kekuatan–kelemahan) dan selisih dari skor faktor eksternal (peluang–ancaman).

Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti (2011)

Gambar 2 Matriks Space dan posisi kuadran Penjelasan dari setiap kuadran adalah sebagai berikut:

 Kuadran I: Merupakan suatu situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

 Kuadran II: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar)

 Kuadran III: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak memiliki kelemahan/kendala internal. Fokus strategi perusahaan adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar.

(26)

Analisis SWOT (Matriks SWOT)

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths/S) dan peluang (opportunities/O), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses/W) dan ancaman (threats/T). Menurut Rangkuti (2011), analisis SWOT digunakan dalam menyusun formulasi strategis dengan menggabungkan berbagai indikator yang terdapat dalam kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Model penggabungannya menggunakan matriks SWOT. Tahapan dalam penyusunan matriks SWOT adalah sebagai berikut:

1. S-O strategis adalah strategi yang disusun dengan cara menggunakan semua kekuatan untuk merebut peluang

2. W-O strategis adalah strategi yang disusun dengan cara meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada

3. S-T strategis adalah strategi yang disusun dengan cara menggunakan semua kekuatan untuk mengatasi ancaman

4. W-T strategis adalah strategi yang disusun dengan cara meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman.

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kondisi fisik Geografi dan Administrasi

Kabupaten Siak merupakan kabupaten ke enam terluas di Provinsi Riau dengan pusat administrasi berada di Kota Siak Sri Indrapura. Kabupaten Siak secara geografis memiliki luas 8.556,09 Km2 atau 9,74% dari total luas wilayah Provinsi Provinsi Riau. Secara geografis Kabupaten Siak terletak diantara

1°16’30”LU-0°20’49”LU dan 100°54’21”BT-102°10’59”BT, yang sebagian besar terdiri dari dataran rendah di bagian timur dan sebagian dataran tinggi di sebelah barat (Gambar 3).

Secara administratif batas wilayah Kabupaten Siak adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara: Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Kepulauan Meranti; b. Sebelah Selatan: Kabupaten Kampar, Kabupaten Pelalawan dan Kota

Pekanbaru;

c. Sebelah Timur: Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Pelalawan dan Kepulauan Meranti;

d. Sebelah Barat: Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru.

(27)

Tabel 5 Nama Kecamatan, Ibukota, Jumlah desa/kelurahan dan Luas wilayah (km2) di Kabupaten Siak Tahun 2014.

Kecamatan Ibukota Jumlah

Desa/Kelurahan Luas Wilayah (Km 2)

1. Minas Minas 5 346,35

2. Kandis Kandis 11 1498,65

3. Siak Siak Sri Indrapura 8 894,17

4. Sungai Apit Sungai Apit 15 1346,33

5. Sungai Mandau Muara kelantan 9 1705,00 6. Kerinci Kanan Kerinci Kanan 12 128,66

7. Lubuk Dalam Lubuk Dalam 7 155,09

8. Tualang Tualang 9 343,60

9. Koto Gasib Pangkalan Pisang 11 704,70

10. Dayun Dayun 11 282,24

11. Bunga Raya Bunga raya 10 151,00

12. Mempura Benteng hilir 8 437,45

13. Sabak Auh Bandar Sungai 8 73,38

14. Pusako Dusun Pusako 7 544,47

Jumlah 131 8.556,09

Sumber :BPS Kabupaten Siak (2014)

Geologi dan Jenis tanah

Wilayah Kabupaten Siak merupakan bagian dari daerah yang tersusun dari batuan sedimen tufa yang berombak sampai bergelombang. Batuan induk didominasi batuan liat (clay), silika, batu pasir dan batu lapis. Formasi ini terdapat di daerah Minas. Jenis tanah yang dominan adalah tanah tropodult atau setara dengan tanah podsolik merah kuning pada perbukitan dan tropaquept atau setara dengan tanah alluvial yang sudah mulai berkembang pada bagian daratan rendah, terutama di pinggiran sungai. Tekstur tanah lempung liat berpasir (sandy clay

(28)

loam) dan lempung berliat yang makin ke dalam makin tinggi kadar liatnya. Struktur tanah gembur sampai gumpal menyudut untuk horison A dan gumpal menyudut untuk horison B yang umumnya memiliki sifat permeabilitas yang rendah. Wilayah alluvium merupakan daerah rawa-rawa yang terjadi karena gambut yang mengalami proses sedimentasi dari sungai-sungai didekatnya.

Penggunaan lahan

Menurut BPS, luas lahan Kabupaten Siak menurut penggunaannya pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 6. Penggunaan lahan terluas adalah lahan perkebunan yaitu sebesar 200.603 ha atau sebesar 23,45% dari luas wilayah Kabupaten Siak.

Tabel 6 Luas lahan Kabupaten Siak menurut penggunaan tahun 2013

Penggunaan Luas (ha) Proporsi

Lahan Sawah 4.675 0,55

Tegalan/kebun 30.900 3,61

Ladang 9.358 1,09

Padang runput 236 0,03

Hutan Rakyat 110.702 12,94

Hutan Negara 90.958 10,68

Perkebunan 200.603 23,45

Rawa 18.479 2,16

Tambak 15.825 1,85

Sementara tidak diusahakan 2.012 0,24

Terbangun (rumah) 174.922 20,45

Lain-lain 196.944 23,02

Jumlah 855.509 100,00

Sumber :BPS Kabupaten Siak (2014)

(29)

Kondisi Sarana dan Prasarana Sarana jalan

Pada tahun 2013, panjang jalan Kabupaten Siak menurut jenis permukaan jalan dari total panjang jalan yaitu sepanjang 2.880,19 km, terdapat jalan aspal dengan panjang 839,97 km dengan kondisi baik sepanjang 570,84 km atau 19,82% dari panjang jalan aspal, jalan kerikil dengan panjang 923,75 km dengan kondisi baik sepanjang 175,05 km atau 6,08% dari panjang jalan kerikil, jalan tanah dengan panjang 799,47 km dengan kondisi baik sepanjang 83,69 km atau 2,91% dari panjang jalan tanah, dan jalan beton dengan panjang 317,01 km dengan kondisi baik 130,54 km atau 4,53% dari panjang jalan beton. Selain jalan yang diperbaiki, untuk meningkatkan kemudahan akses darat antar daerah yang dipisah oleh sungai telah dibangun beberapa jembatan antara lain: jembatan di Kota Siak Sri Indrapura–Mempura, jembatan di Kecamatan Tualang dan jembatan yang menghubungkan Kecamatan Sungai Apit- Sabak Auh. Jarak lurus dari setiap Ibukota kecamatan yang ada di Kabupaten Siak dengan Siak Sri Indarpura sebagai Ibukota Kabupaten disajikan pada Tabel 8.

Kecamatan

Tipe penggunaan lahan (dalam ha) Lahan

sawah Kebun/Tegalan Ladang

Padang

Sumber :BPS Kabupaten Siak (2014)

Tabel 8 Jarak lurus antara Ibukota Kabupaten dengan setiap Ibukota Kecamatan

Ibukota Kabupaten Ibukota Kecamatan Jarak (Km2)

(30)

Perhotelan

Sebagai salah satu fasilitas penunjang dari kegiatan pariwisata, pada tahun 2013 di Kabupaten Siak terdapat 17 usaha akomodasi (jumlah hotel) yang terdiri dari 555 kamar dan 964 tempat tidur. Pada Tabel 9 disajikan mengenai jumlah hotel dan kamar di Kabupaten Siak. Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa sebagian besar hotel yang ada saat ini berada di Kecamatan Siak Sri Indarapura dan hotel berbintang berada di Kecamatan Minas dan Mempura yakni hotel Rindu Sempadan dan Grand Mempura. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan hotel belum merata di Kabupaten Siak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Obyek Wisata dan Analisis Skoring

Kabupaten Siak memiliki potensi obyek wisata yang belum tergali secara optimal. Berdasarkan hasil identifikasi di lapangan, hampir sebagian besar wisata yang ada di Kabupaten Siak bernuansa sejarah. Namun, ada juga jenis wisata lainnya yang bisa ditemukan di Kabupaten Siak. Berdasarkan hasil identifikasi, ada lima jenis obyek wisata yang sudah berkembang di Kabupaten Siak yaitu Istana Siak, Makam Sultan Syarif Kasim II, Makam Koto Tinggi, Zapin Siak, dan Wisata Kuliner (Turap Siak). Kelima obyek wisata ini terdapat di Kecamatan Siak Sri Indrapura dan dari kelima jenis wisata tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis wisata yaitu wisata sejarah (Istana Siak, Makam Sultan Syarif kasim XII, dan Makam Koto Tinggi), wisata Budaya (Zapin Siak), dan wisata lainnya (kuliner) (Turap Siak).

Kabupaten Siak juga memiliki beberapa obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan. Potensi obyek wisata ini tersebar di dua kecamatan yaitu kecamatan Siak Sri Indrapura, dan Kecamatan Mempura. Berdasarkan hasil wawancara (Lampiran 7) diketahui obyek wisata yang belum berkembang dan berpotensi untuk dikembangkan adalah Kolam Hijau, Makam Raja Kecik, Balairung Sri, Mesjid Raya Syahbuddin Siak, dan Ekowisata Mempura. Secara spasial lokasi dari obyek wisata yang ada di Kabupaten Siak disajikan pada Gambar 4.

Tabel 9 Jumlah Hotel, dan kamar menurut kecamatan di Kabupaten Siak Tahun 2012

No Kecamatan Akomodasi Kamar tidur Tempat tidur

1 Minas 1 52 96

(31)

Obyek wisata yang sudah berkembang di Kabupaten Siak

1. Istana Siak

Istana Siak adalah sejarah kebesaran Kerajaan Melayu Islam berawal dari abad ke-16 sampai abad ke-20, dan silsilah Sultan-sultan Kerajaan Siak dimulai pada tahun 1723 M dengan 12 Sultan yang pernah bertahta. Kita dapat melihat peninggalan kerajaan berupa kompleks Istana Kerajaan Siak yang dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 dengan nama Istana Asseraiyah Al Hasyimiah (Gambar 5). Istana Siak terletak di pusat kota Siak Sri Indrapura yakni di kelurahan Kampung Dalam. Bagian dalam dari istana ini banyak terdapat peninggalan sejarah seperti meriam yang digunakan saat perang, patung-patung yang sedang melakukan musyawarah, dan benda-benda antik lainnya seperti cermin permaisuri yang selalu menarik perhatian pengunjung. Di lokasi yang sama kita juga bisa menikmati salah satu wisata budaya yang berasal dari daerah Kabupaten Siak yakni Zapin Siak dan wisata sejarah lainnya seperti Kapal Kato dan di depan Istana Siak terdapat gedung Mahratu yang merupakan gedung yang dibangun untuk memperingati istri dari raja Siak yang kedua. Saat ini, gedung ini digunakan untuk berbagai acara resmi pemerintahan. Gambar 6 merupakan taman yang terdapat di depan Istana yang berada di Gedung Mahratu.

Gambar 4 Peta lokasi Obyek wisata di Kabupaten Siak

Obyek Wisata eksisting Keterangan :

(32)

2. Makam Sultan Syarif kasim II

Makam Sultan ini terletak disamping sisi dari Mesjid Sultan (Mesjid Raya Syahbuddin). Komplek pemakaman ini terdiri makam Sultan Syarif Kasim II (Gambar 7), beserta Permaisuri Tengku Agung Sultanah Latifah, dan Tengku Maharatu serta Panglima Sultan yang selalu diziarahi oleh pengagumnya. Pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie, Sultan Syarif Kasim II diberi tanda

kehormatan “Bintang Maha Putra Adi Pradana” pada tanggal 6 November 1998.

Lokasi dari Makam ini berjarak lebih kurang 500 meter dari Istana Siak. Biasanya banyak diziarahi oleh orang-orang yang ingin melihat makam dari raja Siak ke – II setelah mereka selesai melaksanakan sholat di Mesjid Syahbuddin.

3. Makam Koto Tinggi

Komplek makam Koto Tinggi terletak di Pusat Kota Siak, terletak di jalan Koto Tinggi, Kelurahan kampung Dalam. Di komplek pemakaman ini terdapat makam Raja-raja Siak seperti Sultan Syarif Ali Abdul Jalil Syaifuddin, Sultan Syarif Ibrahim Abdul Jalil Khaliluddin, Sultan Syarif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin, Sultan Syarif Kasim I, Sultan Syarif Hasyim serta makam keluarga kerabat kerajaan lainnya. Komplek pemakaman ini berukuran 15 m X 15 m. Nisan dari makam yang terdapat disini semuanya berukiran sangat rumit, terbuat dari kayu dan marmer (Gambar 8). Disini juga terdapat makam Pahlawan Siak (Taman Bahagia Siak).

Gambar 8 Makam Koto Tinggi Gambar 7 Makam Sultan Syarif Kasim II

(33)

4. Zapin Siak

Kabupaten Siak menyimpan berbagai bentuk Seni Budaya Melayu baik berupa seni tari, musik, teater, sastra, kerajinan, dan lain sebagainya, diantaranya :tari berupa Tari Zapin (Gambar 9), Olang-olang, Joget Mak Inang, dan lain-lain, musik berupa Musik Nafiri, Kompang, Berdah, Gambus, dan lain-lain (Gambar 10), teater berupa Sandiwara, Tonil dan Bangsawan, sastra berupa Syair, Pantun, Bidal, Seloka, dan Gurindam. Tari Zapin ini biasanya digunakan pada acara-acara penting seperti penyambutan tamu kehormatan dengan menggunakan properti seperti tepak sirih yang melambangkan penyambutan bagi tamu yang datang. Namun,saat ini tari zapin sudah banyak digunakan pada setiap acara-acara yang ada di Kabupaten Siak, bukan hanya untuk acara-acara penting saja.

5. Wisata Kuliner (Turap Siak)

Wisata kuliner ini terletak di kota Siak Sri Indrapura tepatnya di kampung Rempak. Jenis makanan yang tersedia berbagai macam tergantung pada jenis restoran ataupun rumah makan yang ada. Selain menikmati hidangan makanan yang tersedia kita juga dapat menikmati kapal-kapal yang selalu melintasi sungai siak (Gambar 11). Selain itu lokasinya yang strategis dengan jembatan Tengku Agung Sultanah Latifa (Gambar 12) sehingga kita dapat menikmati jembatan yang menjadi kebanggaan masyarakat Siak ini. Turap ini terletak di pinggir sungai Siak dan di pinggir jalan utama (Gambar 13). Selain menikmati wisata kuliner dan pemandangan dari Sungai Siak yang selalu dilewati oleh kapal-kapal untuk mengangkut kayu wisata lain yang dapat dinikmati adalah wisata sejarah yakni berkunjung ke makam Syekh Abdurrahman dan juga tersedia taman yang begitu teduh dan sejuk karena banyak ditanami pohon-pohon. Turap Siak ini paling banyak dikunjungi mulai dari pukul 15.00 – 20.00 WIB.

Gambar 9 Penari tari Zapin Gambar 10 Alat Musik Tradisional yang mengiringi tari Zapin

(34)

Urutan obyek wisata yang sudah berkembang yang paling disukai wisatawan Berdasarkan uraian dari kelima obyek wisata yang sudah berkembang di atas, dapat diketahui bahwa di Kabupaten Siak terdapat obyek wisata yang sudah dikenal dan disukai oleh wisatawan lokal maupun nusantara. Gambar 14,15, dan 16 menjelaskan jumlah skor masing-masing obyek wisata dari preferensi wisatawan lokal, wisatawan nusantara dan seluruh wisatawan.

Gambar 14 Hasil skor preferensi wisatawan lokal untuk setiap obyek wisata yang sudah berkembang

0 obyek wisata yang sudah berkembang

0

Gambar 12 Pemandangan Sungai Siak dari Turap Siak

(35)

Hasil analisis skoring dari hasil wawancara mengenai obyek wisata yang paling disukai menunjukkan Istana Siak merupakan obyek wisata yang paling disukai ditunjukkan dengan nilai skor tertinggi yaitu sebesar 865. Urutan kedua, ketiga, keempat, dan kelima berurutan adalah Wisata kuliner, Makam Sultan Syarif Kasim II, Makam Koto Tinggi dan Zapin Siak dengan nilai skor 524, 399, 244, dan 151 (Gambar 16). Hasil skoring untuk seluruh wisatawan ini tidak berbeda jauh dengan hasil skoring dari wisatawan lokal dan nusantara. Perbedaan yang signifikan dapat terlihat pada obyek wisata Makam Koto Tinggi dan Zapin Siak. Berdasarkan persepsi wisatawan lokal sebanyak 97 orang tidak ada yang memilih obyek wisata Makam Koto Tinggi (Gambar 14). Berdasarkan persepsi wisatawan nusantara sebanyak 112 orang tidak ada yang memilih wisata budaya berupa Zapin Siak (Gambar 15). Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan kepentingan, wisatawan nusantara lebih tertarik pada wisata sejarah daripada wisata budaya yang ada, sedangkan masyarakat lokal (dari 97 orang yang di wawancara) mengaku tidak tertarik dengan wisata sejarah yang ada (Makam Koto Tinggi).

Berdasarkan sarana dan prasarana wisata, Istana Siak sudah lebih berkembang jika dibandingkan dengan obyek wisata lain dan lebih banyak dikenal oleh para wisatawan. Selain Istana Siak, Turap Siak juga memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan yakni berupa suasana yang teduh karena banyak terdapat taman-taman (lebih banyak ruang terbuka hijaunya), pemandangan yang indah karena berada di pinggir Sungai Siak serta sarana dan prasarana yang ada cukup untuk mendukung kegiatan wisata.

Obyek atau Daerah Tujuan Wisata yang Berpotensi Untuk Dikembangkan Sebagai Daerah Tujuan Wisata Baru di Kabupaten Siak

Kabupaten Siak memiliki banyak potensi obyek wisata yang belum tergali secara maksimal. Tidak hanya wisata sejarah, jenis wisata lain juga banyak terdapat di Kabupaten Siak dan masih dalam tahapan pengembangan. Berdasarkan hasil identifikasi di lapangan, di Kabupaten Siak terdapat lima obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan. Kelima obyek wisata ini tersebar di dua kecamatan yaitu kecamatan Siak Sri Indrapura dan kecamatan Mempura. Dasar pertimbangan pengambilan lima obyek wisata ini adalah kemudahan akses bagi pengunjung dan tersedianya fasilitas penunjang lainnya. Obyek wisata yang

(36)

berpotensi untuk dikembangkan adalah Kolam Hijau, Makam Raja Kecik, Balairung Sri, Mesjid Raya Syahbuddin, dan Ekowisata Mempura.

1. Kolam Hijau

Kolam hijau ini terletak di desa Buantan Besar Kecamatan Siak yang berjarak 14 km2 dari kota Siak Sri Indrapura. Kawasan wisata ini berada di tengah-tengah pemukiman penduduk. Nilai sejarah dari kolam ini adalah, pada zaman Kerajaan Siak, kolam ini digunakan untuk mencuci pedang oleh para jawara-jawara yang baru pulang dari berperang, pedang yang berlumuran dengan darah sehingga lama-kelamaan air kolam tersebut berubah menjadi hijau (Gambar 17). Lokasi dari kolam ini berada di pinggir sungai Siak. Sarana prasarana yang ada berupa akses jalan menuju lokasi wisata baik, sudah tersedia petunjuk arah lokasi wisata, tersedia tempat beristirahat dan warung.

2. Makam Raja Kecik

Makam ini terletak di Desa Buantan Besar, Kecamatan Siak. Makam ini merupakan makam dari raja Siak pertama yaitu Sultan Abdul Jalil Rahmatsyah/Marhum Buantan (Gambar 18). Selain berwisata sejarah, dibagian depan dari makam ini langsung menghadap ke sungai Siak, yang selalu dilalui oleh kapal-kapal besar pengangkut kayu. Sarana dan prasarana yang tersedia hampir sama dengan obyek wisata Kolam Hijau karena terletak di lokasi yang sama.

3. Balairung Sri

Balairung Sri atau Balai Kerapatan Tinggi ini terletak di Kelurahan Kampung Dalam, Kecamatan Siak. Balairung Sri ini pada masa kerajaan Siak dipergunakan sebagai Mahkamah pengadilan tinggi kesultanan Siak (Gambar 19). Keunikan dari bangunan ini yaitu memiliki 2 arah pintu masuk dan bentuk salah satu anak tangga terbuka yang makin melebar ke Bawah serta menghadap ke muara Sungai Mempura. Balairung Sri ini sekarang menjadi museum yang berisikan segala macam alat-alat tradisional masyarakat siak, seperti alat penangkap ikan, alat

(37)

permainan tradisional, dan lain sebagainya. Terletak sekitar 600 meter dari Istana Siak.

4. Mesjid Raya Syahbuddin Siak

Mesjid Syahbudin merupakan mesjid yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Syarif kasim II. Mesjid ini memiliki bentuk yang unik dan khas yang bercirikan arsitektur Eropa dan Turki. Di dalam mesjid terdapat mimbar yang terbuat dari kayu berukir dari Jepang dan bermotifkan sulur, daun dan bunga, dan menggunakan pilar yang berlapiskan emas. Terletak sekitar 500 meter di depan Istana Siak tepatnya di Jl. Sultan Ismail, Kelurahan Kampung Dalam, Kecamatan Siak.

5. Ekowisata Mempura

Mempura merupakan kecamatan yang pernah menjadi pusat dari kerajaan Siak pada masa kepemimpinan Sultan Abdul Djalil Muzaffar Syah (Sultan Siak ke-2) atau Sultan Buang Asmara. Mempura memiliki suatu perkampungan yang teduh terletak di Desa Kampung Tengah Kecamatan Mempura, dimana terdapat berbagai jenis pepohonan yang usianya sudah puluhan tahun. Keunikan dari obyek wisata atau ekowisata mempura adalah panorama dari kiri dan kanan sungai serta alur sungai yang meliuk-liuk. Pemandangan ini bisa dinikmati dengan naik perahu kecil terbuat dari kayu (penduduk setempat menyebutnya Sampan) (Gambar 21). Di Mempura kita juga dapat mengunjungi makam Sultan Buang Asmara.

Gambar 21 Sungai Mempura Gambar 20 Raya Syahbuddin Siak

(38)

Urutan obyek wisata yang berpotensi untuk berkembang yang paling diminati wisatawan

Berdasarkan uraian dari kelima obyek wisata yang berpotesi untuk dikembangkan di Kabupaten Siak, terdapat tiga jenis wisata yang ada yaitu sejarah (Kolam Hijau, Makam Raja Kecik, dan Balairung Sri), wisata Religi (Mesjid Raya Syahbuddin) dan Ekowisata (Sungai Mempura). Berikut adalah grafik hasil analisis skoring untuk obyek wisata yang berpotensi dikembangkan di Kabupaten Siak. Gambar 22, 23, dan 24 menunjukkan hasil skor dari preferensi wisatawan lokal, nusantara dan seluruh wisatawan.

Gambar 24 Jumlah skor seluruh wisatawan di setiap obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Siak

485 wisata yang berpotensi untuk dikembangkan

(39)

Berdasarkan hasil dari total skoring di setiap obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan menunjukkan bahwa obyek wisata kolam hijau merupakan obyek wisata yang paling berpotensi untuk dikembangkan dibandingkan dengan obyek wisata lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan total nilai skor yang diperoleh yaitu 485, untuk obyek wisata lainnya yaitu sebesar 416, 285, 254, dan 113 dengan obyek wisata berurutan yaitu Makam Raja Kecik, Balairung Sri, Mesjid Raya Syahbuddin, dan Ekowisata Mempura (Gambar 24) . Hasil analisis skoring antara wisatawan lokal dan nusantara terdapat perbedaan untuk urutan dari obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan. Berdasarkan hasil analisis skoring dari wisatawan lokal urutan obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai berikut, Kolam Hijau, Makam Raja Kecik, Mesjid Raya Syahbuddin, Balairung Sri, dan Ekowisata Mempura.

Hasil analisis skoring dari wisatawan nusantara urutan obyek wisata tersebut adalah Kolam Hijau, Makam Raja Kecik, Balairung Sri, Mesjid Raya Syahbuddin, dan Ekowisata Mempura. Perbedaan terdapat pada obyek wisata Balairung Sri dan Mesjid Raya Syahbuddin. Balairung Sri adalah museum yang berisikan alat-alat tradisional dari kehidupan sehari-hari masyarakat Siak dan pada lantai duanya berisikan ruang sidang pada masa kerajaan Siak terdahulu, sehingga bagi masyarakat lokal, museum ini tidak terlalu memiliki daya tarik bagi mereka karena semua peralatan tradisional itu tidak asing bagi mereka tapi museum ini harus tetap ada untuk generasi selanjutnya. Sementara bagi wisatawan nusantara museum ini merupakan salah satu obyek wisata di Kabupaten Siak yang memberikan pengetahuan kepada mereka tentang peralatan tradisional dari masyarakat siak mulai dari peralatan untuk menangkap ikan, memasak, permainan tradisional, dan lain sebagainya.

Kelima obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan memiliki sarana dan prasarana penunjang aktifitas wisata yang cukup lengkap. Obyek wisata Kolam Hijau dan Makam Raja Kecik (karena terletak di lokasi yang sama) memiliki akses jalan yang mudah bagi pengunjung, terdapat pemandu wisata yang akan menceritakan tentang obyek wisata tersebut, terdapat warung makan di dekat obyek wisata tersebut dan tersedia fasilitas untuk bersantai (seperti saung-saung), tetapi tidak terdapat hotel/wisma untuk menginap. Demikian juga untuk obyek wisata Balairung Sri dan Mesjid Raya Syahbuddin. Pada lokasi ekowisata Mempura, selain kegiatan ekowisata juga bisa melihat berbagai aktivitas masyarakat tradisional sehari-hari seperti menangkap ikan dengan alat tradisional serta kegiatan lainnya yang perlu diintegrasikan sebagai bahan penjelasan bagi pemandu Ekowisata Mempura.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan di kawasan wisata Kabupaten Siak

(40)

(wisata sejarah), Zapin Siak (wisata budaya), dan Turap Siak (wisata kuliner). Tabel 10 menunjukkan persentase variabel respon yang diprediksi dalam analisis regresi logistik biner.

Berdasarkan Tabel 10, variabel respon (Y) dikategorikan menjadi dua kategori. Variabel dengan pilihan “prioritas utama” yang merupakan obyek wisata yang menjadi urutan pertama yang dipilih oleh responden. Variabel ini memiliki

nilai akurasi sebesar 98.8 %. Kategori selanjutnya variabel dengan pilihan “tidak prioritas” yang merupakan obyek wisata selain urutan pertama yang dipilih oleh responden dan memiliki nilai akurasi sebesar 63.9%. Dengan demikian nilai akurasi rata-rata yaitu sebesar 92.8 % yang artinya dari 209 reponden (observasi), ada 194 responden yang tepat pengklasifikasiannya oleh model regresi logistik biner. Selain itu, berdasarkan hasil analisis dapat diketahui nilai Pseudo-R2 (Nagelkerke R2) sebesar 0.639. Nilai ini berarti bahwa sebanyak 63.9% variabilitas minat berkunjung wisatawan dapat dijelaskan berdasarkan variabel yang digunakan.

Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi kunjungan wisatawan pada selang kepercayaan 90% (signifikan pada batas < 0,1) yang dikelompokkan menjadi dua variabel yaitu variabel yang signifikan meningkatkan minat berkunjung wisatawan dan variabel yang tidak signifikan menurunkan/meningkatkan minat berkunjung wisatawan. Variabel yang signifikan meningkatkan minat berkunjung wisatawan adalah jenis wisata yang disukai dan hotel, sedangkan variabel yang lainnya tidak signifikan dalam menurunkan ataupun meningkatkan minat berkunjung wisatawan.

Tabel 10 Nilai akurasi dan Pseudo R2 hasil regresi logistik biner

Observed

Tabel 11 Ringkasan koefisien hasil analisis regresi logistik biner dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi minat berkunjung wisatawan untuk obyek wisata yang diteliti

Variabel B Wald Sig. Odds

Ratio

1. Pernah berkunjung atau tidak ke lokasi

wisata (X1) -0.414 0.122 0.727 0.661

2. Jenis wisata yang disukai (X2) 2.576 6.425 0.011* 13.140 3. Alat transportasi yang digunakan (X3) 0.327 0.068 0.794 1.387 4. Pemandu wisata (X4) -0.256 0.131 0.718 0.774

5. Hotel (X5) 3.030 3.689 0.055* 20.692

6. Restoran (X6) -20.827 0.000 0.997 0.000

7. Toilet Umum (X7) -0.517 0.203 0.653 0.596

8. Informasi tentang obyek wisata (X8) 0.317 0.171 0.679 1.373 9. Jenis fasilitas lainnya seperti tempat parkir

kendaraan (X9) -1.893 2.110 0.146 0.151

10. Jenis fasilitas tempat pembuangan sampah

(X10) 0.274 0.093 0.761 1.315

(41)

Berdasarkan hasil tersebut, dapat dibuat persamaan dalam analisis regresi logistik biner sebagai berikut:

g(x) (Prf)= 0 - 0.414. Pernah berkunjung + 2.576 Jenis wisata + 0.327 Alat

– 0.256 Pemandu +3.030 Hotel – 20.827 restoran – 0.517 Toilet + 0.317 Informasi – 1.893 jenis fasilitas + 0.274 tempat sampah Dimana : g(x) = 0, berarti obyek wisata tidak prioritas

1, berarti obyek wisata yang memiliki prioritas utama

0 sebagai konstanta

1 sebagai koefisien regresi dari masing-masing variabel independen

Xi sebagai variabel bebas

Nilai Wald pada Tabel 11 menunjukkan nilai pengujian keberartian

parameter (koefisien ). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan hipotesis

dengan nilai p-value 0,5. Nilai Sig. menunjukkan nilai signifikansi yang akan digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel X terhadap variabel Y dengan nilai signifikansi (batas signifikansi)< 0,1 dan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari variabel yang signifikan dapat dilihat dari nilai Odds Rationya.

Faktor sarana dan prasarana wisata seperti hotel dan jenis wisata yang disukai berpengaruh dalam meningkatkan kunjungan wisatawan. Dengan adanya hotel atau wisma wisatawan yang berasal dari daerah jauh tidak akan khawatir untuk tinggal di suatu lokasi/kawasan obyek wisata. Hotel-hotel yang tersedia saat ini sudah memadai, namun hanya terdapat di kawasan wisata Istana Siak dan sekitarnya. Hal ini disebabkan oleh lokasi dari obyek wisata tersebut berada di pusat pemerintahan Kabupaten dan merupakan obyek wisata utama Kawasan Wisata Siak. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan dari pihak terkait untuk pengembangan dan pembangunan hotel terutama untuk kawasan obyek wisata yang masih dan atau belum ada fasilitas hotel/wisma. Jenis wisata yang disukai juga mempengaruhi dalam meningkatkan minat berkunjungan wisatawan. Wisatawan yang suka terhadap sejarah masa lalu maka lebih memilih obyek wisata sejarah. Demikian juga sebaliknya, wisatawan yang tidak tertarik (tidak suka) dengan wisata sejarah akan memilih jenis wisata lainnya. Oleh karena itu, dalam pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Siak diharapkan bisa memunculkan jenis wisata lain selain wisata sejarah sehingga akan meningkatkan minat berkunjung wisatawan. Berdasarkan nilai Odds Ratio dapat diketahui bahwa minat berkunjung wisatawan akan meningkat sebesar 20.69 kali lipat atau 13.14 kali lipat jika terdapat hotel/wisma dan jenis wisata yang disukai dilokasi yang sebelumnya tidak terdapat kedua jenis pelayanan tersebut.

Gambar

Tabel 1 Tujuan, Jenis Data, Teknik Analisis, dan Output Penelitian
Gambar 1 Kerangka  teknik analisis data penelitian  Teknik analisis data
Tabel  5    Nama  Kecamatan,  Ibukota,  Jumlah  desa/kelurahan  dan  Luas  wilayah (km 2 ) di Kabupaten Siak Tahun 2014
Tabel 6 Luas lahan Kabupaten Siak menurut penggunaan tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Asumsi yang digunakan adalah lokasi yang memiliki nilai atau kategori curah hujan yang tinggi (curah hujan 301 – 400 mm/bulan), tingkat kemiringan lereng yang datar

Dalam situasi pasca bencana, keterpisahan dari orangtua, atau orangtua yang kehilangan kontrol efektif terhadap anak-anak mereka, orangtua yang kehilangan kemampuan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang Pemanfaatan Perpustakaan Sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Plumbon Kabupaten Cirebon, untuk

Di kelompok perlakuan P(200) juga terlihat timbulnya tanda tanda terjadinya perlemakan pada organ hepar seperti yang terlihat pada sampel hepar dengan dosis

Budidaya tanaman pangan sayuran di lahan pekarangan rumah yang dilakukan oleh para pegiat di Kelurahan Semarang merupakan suatu muara kegiatan dari program Model Kawasan

Hasil penelitian menunjukan bahwa Indeks Pemakaian vaccine Inactivated Polio Vaccine (IPV) bagi bayi dan balita usia 4 sampai 18 bulan di UPT Puskesmas Pagarsih

Tesis yang berjudul “ Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif Dalam Konseling KelompokUntuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa(Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan suatu