• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manfaat partisipasi masyarakat dalam program pengelolaan sampah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manfaat partisipasi masyarakat dalam program pengelolaan sampah"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

MANFAAT PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH

ADI CHANDRA BERAMPU

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manfaat Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengelolaan Sampah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

(4)
(5)

ABSTRAK

Adi Chandra Berampu. Manfaat Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengelolaan Sampah. Di bawah bimbingan IVANOVICH AGUSTA.

Keberadaan perusahaan dalam suatu wilayah masyarakat seharusnya dapat membawa manfaat bagi masyarakat itu sendiri baik dalam aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Untuk mewujudkan harapan tersebut maka disusun program-program CSR dengan memperhatikan partisipasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya, sebab partisipasi merupakan salah satu prinsip pengembangan masyarakat yang paling penting. Diduga terdapat faktor internal (karakteristik individu) yang berhubungan dengan tingkat partisipasi. Variabel faktor internal yang diteliti adalah tingkat umur, tingkat pendidikan, lama tinggal, dan tingkat pendapatan. Hasil penelitian kemudian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat partisipasi masyarakat. Tingkat partisipasi masyarakat diduga berhubungan dengan tingkat manfaat program yang dapat dirasakan. Variabel tingkat manfaat yang diteliti antara lain tingkat pengetahuan, tingkat keterampilan, tingkat kebersihan lingkungan, dan tingkat peluang ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan tingkat manfaat program yang diperoleh masyarakat.

Kata Kunci : karakteristik individu, tingkat partisipasi, tingkat manfaat program

ABSTRACT

ADI CHANDRA BERAMPU. Benefits of Public Participation in Waste Management Program. Suvervised byIVANOVICH AGUSTA.

The existence of the company in a public area should be able to bring benefits to society itself, as in the social, economic, and environmental. To realize these expectations then CSR programs are implemented by taking into account the participation of the community and other stakeholders, because participation is one of the the most important of community development principles. There are internal factors that considered relates to the level of participation. Variables of internal factor (individual characteristics) are age level, education level, length of stay, and income level. The results of the research showed that there is no relationship between the individual characteristics to the level of community participation. The level of community participation considered relates to the level of program‟s benefits that can be felt. Variables of program utilization such as the level knowledge level, skill level, environmental cleanliness level, and economic opportunities level. The results of the research showed that there is a relationship between the level of participation and the level of program‟s benefits that community receive.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

MANFAAT PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

(8)
(9)

Judul Skripsi : Manfaat Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengelolaan Sampah

Nama : Adi Chandra Berampu

NIM : I34100121

Disetujui oleh

Dr. Ivanovich Agusta, SP, M.Si Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir Siti Amanah, M.Sc Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Segala puja dan puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, Rabb semesta alam, Sang Maha Pencipta dan Maha Pemilik Ilmu. Peneliti bersyukur atas segala rahmat dan nikmat yang diberikan kepada peneliti sehingga skripsi yang berjudul “Manfaat Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengelolaan Sampah” ini dapat diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang berarti. Shalawat dan salam tak lupa senantiasa peneliti sampaikan kepada baginda Rasul Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat, termasuk para ahlul „ilmi sebagai pewaris ilmu dari pada nabi-nabi.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Atas dasar itu maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Nasabah Bank Sampah Bintang Mangrove sebagai responden dan seluruh pihak yang menjadi informan pada penelitian ini. Data dan informasi sungguh sangat berarti bagi penelitian ini.

2. Dr. Ivanovich Agusta, SP, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu peneliti dalam proses penelitian dan memberikan banyak masukan yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Saharuddin, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ir. Hadiyanto, M.Si selaku dosen penguji akademik, koreksi, kritik, dan saran yang diberikan banyak membantu perbaikan skripsi ini.

4. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Sadar Berampu dan Ibunda Jamilah Sagala, Kakak Zulaika Berampu, Adik-adik Khairunnisa Berampu, Wiwin Khafifah Berampu, dan Abdul Rasyid Berampu, yang tak pernah putus mencurahkan dukungan, semangat, doa, dan cinta bagi peneliti.

5. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si selaku dosen pembimbing studi pustaka yang telah banyak memberikan masukan selama penulisan studi pustaka, termasuk juga pelajaran-pelajaran hidup penuh hikmah yang menjadi pengalaman berharga bagi peneliti.

6. Keluarga Ibu Chusniyati dan Bapak Kisbianto di Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Surabaya, yang telah banyak membantu peneliti selama proses penelitian di lapangan.

7. Seluruh tenaga pendidik, dosen, asisten dosen dan asisten praktikum di Departemen SKPM IPB yang telah membagikan ilmu, wawasan, serta pengetahuan bagi peneliti, serta seluruh pegawai dan karyawan yang telah mencurahkan tenaganya bagi kelancaran proses belajar mengajar.

(12)

nyantri disana mungkin peneliti tidak akan pernah menerima beasiswa tersebut.

9. Seluruh kerabat di keluarga besar CSS MoRA IPB yang telah banyak membantu di masa-masa awal kuliah, dan terkhusus 59 orang sahabat-sahabatku di CSS MoRA Cie-cie 47 yang telah menjadi teman seperjuangan semenjak di Amarilis hingga detik ini. I‟m proud of you.! 10. Teman spesialku, Ita Karina Bancin, seorang yang menjadi sumber

inspirasiku, seorang yang telah mengarahkanku hingga akhirnya memilih IPB menjadi almamater, seorang yang terus mengingatkanku agar segera menyelesaikan studi dan melanjutkan perjuangan meraih mimpi-mimpi. 11. Teman seperjuangan dan sepermainan, sahabat-sahabat terbaik yang

dianugerahkan Tuhan dalam kehidupanku, Ricardus Keiya, Fuad Habibi Siregar, Sylsilia Trinova Sembiring, Fera Nur Aini, Fatwa M Aziz, Rizky Anggara, M Demmy Busthomi, M Zulkarnaen, dan Randy Wiguna, kalian adalah sahabat yang telah menjadikan masa-masa mahasiswaku begitu manis dan patut dikenang untuk selamanya.

12. Teman-teman satu bimbingan, M Ajron Abdullah, Saefihim, Ipa Sahda, dan Ritma Pradhita yang telah saling membantu dan menyemangati satu sama lain.

13. Dr. Sofyan Sjaf yang telah memberikan kepercayaan bagi peneliti menjadi Asisten Praktikum MK Sosiologi Pedesaan, dan rekan-rekan asisten, Mbak Turasih, Mbak Zessy AB, Bang Rajib Ghandi, Bang Lukman Hakim, Bang Anom, Ciput, dan Sisil, sungguh kalian telah menjadikanku mencintai sosiologi.

14. Sahabatku dari saat nyantri, Abdullah Nasution, yang telah banyak membantu proses penelitian selama di Surabaya, dan

15. Semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga terselesaikannya skripsi ini

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang Partisipasi dalam CSR.

Bogor, Agustus 2014

(13)

DAFTAR ISI

PROFIL KELURAHAN GUNUNG ANYAR TAMBAK 23

Kondisi Geografi dan Demografi 23

Kondisi Sosial dan Ekonomi 24

PROGRAM BANK SAMPAH BINTANG MANGROVE 29

Perkembangan Bank Sampah 29

Hubungan Pengurus Bank Sampah Bintang Mangrove dengan Masyarakat 31

KARAKTERISTIK INDIVIDU RESPONDEN 37

Hubungan Tingkat Umur dengan Tingkat Partisipasi 45

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi 46

Hubungan Lama Tinggal dengan Tingkat Partisipasi Peserta 47

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi Peserta 48

(14)

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI DENGAN TINGKAT MANFAAT

PROGRAM 51

Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Pengetahuan 51

Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Keterampilan Peserta 53 Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Kebersihan Lingkungan 55 Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Peluang Ekonomi 57

Uji Hipotesis 59

SIMPULAN DAN SARAN 61

Simpulan 61

Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 63

LAMPIRAN 65

(15)

DAFTAR TABEL

Manfaat keterlibatan masyarakat dan perusahaan dalam implementasi CSR

Definisi operasional

Jadwal pelaksanaan penelitian

Jumalah dan persentase masyarakat Gunung Anyar Tambak berdasarkan

Jumlah dan persentase masyarakat Gunung Anyar Tambak berdasarkan etnis

Jumlah dan persentase masyarakat Gunung Anyar Tambak berdasarkan struktur mata pencaharian menurut sektor Jumlah dan persentasi masyarakat Gunung Anyar Tambak berdasarkan tingkat pendidikan

Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat umur pada tahun 2014

Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2014

Jumlah dan persentase responden berdasarkan lama tinggal pada tahun 2014

Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan pada tahun 2014

Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan pada tahun 2014

Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi pada tahun 2014

Uji korelasi rank spearman tingkat umur dengan tingkat partisipasi responden

Uji korelasi rank spearman tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi responden

Uji korelasi rank spearman lama tinggal dengan tingkat partisipasi responden

Uji korelasi rank spearman tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi responden

Uji korelasi Rank Spearman tingkat partisipasi dengan tingkat pengetahuan

Uji korelasi Rank Spearman tingkat partisipasi dengan tingkat keterampilan

Uji korelasi Rank Spearman tingkat partisipasi dengan tingkat kebersihan lingkungan

(16)
(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pemikiran 13

Gambar 2 Bank Sampah Bintang Manggrove Gunung Anyar Tambak 35 Gambar 3 Struktur pengurus Bank Sampah Bintang Manggrove 32

Gambar 4 Dokumentasi Bank Sampah Bintang Manggrove 34

Gambar 5 Grafik jumlah responden berdasarkan hubungan tingkat

partisipasi dengan tingkat pengetahuan 52

Gambar 6 Grafik jumlah responden berdasarkan tingkat partisipasi dan

tingkat keterampilan 54

Gambar 7 Grafik jumlah responden berdasarkan tingkat partisipasi dan

tingkat kebersihan lingkungan 56

Gambar 8 Grafik jumlah responden berdasarkan tingkat partisipasi dan

tingkat peluang ekonomi 58

Gambar 9 Display jenis sampah, kerajinan tangan dari sampah, memilah

(18)
(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberadaan perusahaan dalam suatu wilayah masyarakat seharusnya dapat membawa manfaat bagi masyarakat itu sendiri baik dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Karena perusahaan merupakan sebuah lembaga yang tidak dapat lepas dari peran manusia dan lingkungan perusahaan serta tidak akan mampu mencapai keberlanjutan bisnis tanpa memperhatikan peran berbagai pemangku kepentingan. Perusahaan memiliki potensi untuk mengembangkan wilayah sekitar operasi bisnisnya karena perusahaan dapat mendorong terciptanya aktivitas-aktivitas masyarakat lokal yang bersifat positif. Seperti mendorong terciptanya kegiatan wirausaha di kalangan masyarakat, termasuk juga penyerapan tenaga kerja lokal oleh perusahaan, mendorong pelaksanaan aksi-aksi yang bermanfaat bagi peningkatan taraf pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta mendorong aktivitas yang mendatangkan dampak positif bagi kelestarian lingkungan hidup. Niat baik perusahaan tersebut dapat direalisasikan dengan mewujudkan program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan secara etis, jujur, dan legal.

CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan yang saat ini sering dikaitkan dengan isu ekonomi, sosial, dan lingkungan merupakan bentuk pengembangan dari konsep kedermawanan sosial. CSR sebagai sebuah konsep yang semakin populer ternyata belum memiliki definisi tunggal yang disepakati secara umum. WBCSD (The World Business Council for Sustainable Development)1 dalam publikasinya mendefinisikan CSR sebagai komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Adapun menurut Departemen Sosial RI2, CSR adalah komitmen perusahaan dalam melakukan kegiatan operasional dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan serta menghargai kepentingan para pemangku kepentingan, yaitu investor, pelanggan, karyawan, rekan bisnis, penduduk setempat, lingkungan dan masyarakat umum.

Terlepas dari beragamnya definisi terkait CSR, terdapat satu kesamaan yang disepakati bersama, bahwa CSR tidak terlepas dari berbagai kepentingan pemilik saham dan pemangku kepetingan perusahaan. Konsep inilah kemudian yang diterjemahkan John Elkington sebagai Konsep Triple Bottom Line, yaitu profit, people, dan planet. Konsep ini menjelaskan bahwa selain mengejar profit (keuntungan), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat dalam pemenuhan

1

Diunduh pada tanggal 6 Februari 2014 http://content.wbcsd.org/work-program/business-role/previous-work/corporate-social-responsibility.aspx

2

(20)

kesejahteraan masyarakat (people), dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono 2007).

Harus diakui bahwa semakin banyak perusahaan yang sadar akan pentingnya pengimplementasian CSR untuk bisnis yang berkelanjutan. Hingga akhir tahun 2012 dana yang digulirkan perusahaan di Indonesia untuk kegiatan CSR mencapai kisaran Rp 10 triliun, Rp 4 triliun berasal dari BUMN dan Rp 6 triliun dari perusahaan swasta (Latofi 2012)3. Jumlah ini jauh meningkat jika dibandingkan dengan hasil penelitian PIRAC yang menunjukkan pada tahun 2001 dana CSR di Indonesia hanya mencapai sekitar 115 miliar rupiah (Maulana 2009). Artinya implementasi CSR di Indonesia terus meningkat secara kuantitas. Namun apakah juga dibarengi dengan peningkatan secara kualitas? Hal ini masih menjadi perdebatan, sebab motif perusahaan dalam melaksanakan CSR seringkali tidak sepenuhya didasarkan atas panggilan tanggung jawab moral, melainkan lebih didorong oleh motif charity (amal atau derma) belaka, image building (promosi), tax-facility (fasilitas pajak), security-prosperity (keamanan dan peningkatan kesejahteraan), atau bahkan money laundering (pencucian uang) (Achda 2006 dalam Febriana 2008).

Implementasi CSR yang mulai marak di Indonesia semenjak tahun 2005 telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan CSR bagi Perseroan Terbatas (PT) diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 yang diberlakukan sejak tanggal 16 Agustus 2007 lalu. Dalam pasal 74 ayat (1) disebutkan bahwa “perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumberdaya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau CSR”. Dalam penjelasan UU disebutkan bahwa ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan perusahaan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat4. Rosyida dan Nasdian (2011) menjelaskan UU ini berarti mengatur peranan perusahaan dalam upaya mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi komunitas setempat, masyarakat umum dan perusahaan itu sendiri.

PT PLN (Persero) merupakan salah satu perusahaan yang sadar betapa pentingnya penerapan CSR secara etis. Dari berbagai bentuk program CSR yang dijalankan oleh PT PLN salah satunya berfokus pada bina lingkungan dimana program bank sampah menjadi program andalannya. Bank sampah sama seperti bank pada umumnya, terdapat nasabah, memiliki buku tabungan, dan mereka bisa menabung kapan saja. Bedanya adalah nasabah tidak menyerahkan uang, melainkan sampah ke pengurus bank sampah, kemudian dikonversi menjadi tabungan dan dapat diuangkan. Hasil tabungan tersebut dapat digunakan untuk membayar iuran listrik nasabah setiap bulannya, dapat juga ditarik secara tunai, hebatnya lagi nasabah dapat meminjam uang untuk modal usaha dan pengembalian kredit pinjaman cukup menggunakan sampah.

3

Dikutip dari artikel swa.co.id yang berjudul “Tahun 2012 Dana CSR Perusahaan Capai Rp 10 T”,

diunduh pada tanggal 31 Desember 2013

http://swa.co.id/corporate/csr/tahun-2012-dana-csr-perusahaan-capai-rp-10-triiun-2

4Dikutip dari “Undang

(21)

Bank sampah binaan CSR PT PLN (PERSERO) mulai beroperasi pada tahun 2011. Melalui program bank sampah ini PT PLN bermaksud untuk mendidik masyarakat tentang bagaimana seharusnya memanfaatkan sampah agar menjadi sesuatu yang bernilai. Masyarakat diajarkan agar tidak membuang sampah sembarangan, bagaimana memilah sampah lalu dikumpulkan, kemudian disetorkan ke bank sampah sebagai tabungan, dengan demikian sampah tidak menyebabkan terjadinya berbagai permasalahan lingkungan. Saat ini bank sampah binaan CSR PT PLN (PERSERO) telah tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya yang menarik perhatian peneliti adalah keberadaan Bank Sampah Bintang Mangrove yang beroperasi di Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Surabaya. Menarik karena awal mula berdirinya diilhami oleh kondisi tanaman mangrove yang ditanam seringkali mati disebabkan banyaknya tumpukan sampah di sekitar bibir pantai. Atas dasar itu timbul inisiasi untuk mengadakan sebuah kegiatan yang bertujuan membersihkan sampah-sampah di sekitar bibir pantai tersebut, maka didirikanlah Bank Sampah Bintang Mangrove.

Kota-kota besar di Indonesia selalu dihadapkan dengan permasalahan sampah yang belum terkelola dengan baik, tidak terkecuali di Kota Surabaya. Permasalahan sampah menjadi kompleks karena besarnya jumlah sampah seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi. Dengan populasi penduduk lebih dari empat juta jiwa, masyarakat kota Surabaya menghasilkan sampah padat sebanyak ± 27 966 M³ per hari. Keberadaan 757 truk dinas kebersihan hanya mampu mengangkut sekitar 25 925 M³ ke TPA, artinya terdapat sekitar 2 041 M³ sampah yang tak terangkut dan tercecer di berbagai tempat5. Sampah yang tertinggal itu kemudian dibiarkan saja tanpa diolah sama sekali sehingga menyebabkan ligkungan kumuh dan kotor serta kerap menimbulkan penyakit. Jikapun ada yang peduli, sampah tersebut dikumpulkan lalu dibakar, dikubur atau dibuang ke sungai sehingga menimbulkan permasalahan baru seperti pencemaran air, udara, dan tanah. Ditambah lagi lahan untuk pembuangan akhir semakin terbatas serta masih menerapkan teknik pengelolaan sampah yang konvensional dan lambat.

Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah mengamanatkan perlunya perubahan paradigma yang mendasar dalam pengelolaan sampah yaitu dari paradigma “kumpul-angkut-buang” menjadi pengolahan yang bertumpu pada pengurangan sampah dan penanganan sampah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Reduce, Reuse dan Recycle (3R)6. Namun kegiatan 3R ini masih menghadapi kendala rendahnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah, maka salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut yakni melalui pengembangan bank sampah seperti yang telah diterapkan oleh CSR PT PLN (PERSERO). Menarik bagi peneliti untuk melihat bagaimana hubungan tingkat partisipasi peserta program bank sampah dengan tingkat manfaat yang diperoleh.

5

Diunduh pada tanggal 6 Februari 2014 http://www.banksampahbinamandiri.com/

6

(22)

Rumusan Masalah

Pengembangan masyarakat adalah salah satu bentuk program CSR yang banyak diimplementasikan oleh perusahaan. Pengembangan masyarakat merupakan sebuah aktualisasi dari CSR yang lebih bermakna daripada sekedar aktivitas charity ataupun tujuh dimensi CSR lainnya, hal ini disebabkan dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat terdapat kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas dan keberlanjutan (Rosyida dan Nasdian 2011). Dalam program bank sampah binaan CSR PT PLN (PERSERO) terdapat kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan, pemerintah daerah, dan masyarakat lokal yaitu kepentingan bersama yang terwujud dalam tujuan untuk mengelola sampah sehingga tercipta lingkungan yang lebih bersih, asri dan lestari.

Pengembangan masyarakat harus selalu berupaya untuk memaksimalkan partisipasi dengan tujuan membuat setiap orang dalam masyarakat terlibat secara aktif dalam proses-proses dan kegiatan masyarakat, sebab partisipasi merupakan suatu bagian penting dari pemberdayaan dan penumbuhan kesadaran (Ife dan Teseriero 2008). Tanpa ada partisipasi aktif dari masyarakat maka dapat dipastikan seluruh kegiatan CSR yang dijalankan sedemikian rupa tidak akan berhasil. Ada dua faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam sebuah program, yaitu faktor internal yang mencakup karakterstik individu dan faktor eksternal yang meliputi hubungan antara pihak pengelola proyek dengan sasaran (Pangestu 1995). Berhubung penelitian ini berfokus kepada analisis individu sebagai peserta program bank sampah maka penelitian ini ingin melihat bagaimana hubungan karakteristik individu dengan tingkat partisipasi peserta dalam program bank sampah?

Sebuah program CSR diharapkan mendatangkan kebermanfaatan bagi masyarakat selaku subyek dalam program tersebut. Tingkat manfaat program CSR bagi masyarakat dapat dilihat melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, peningkatan kebersihan lingkungan, dan peningkatan peluang ekonomi, adapun manfaat bagi perusahaan dapat dilihat dari meningkatnya reputasi perusahaan, lisensi sosial dari masyarakat, dan penghargaan dari pihak ketiga (Febriana 2008). Oleh sebab itu penting bagi peneliti untuk menganalisis bagaimana hubungan tingkat partisipasi peserta program bank sampah dengan tingkat manfaat program?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah penelitian seperti disebutkan sebelumnya yaitu:

1. Menganalisis hubungan karakteristik individu dengan tingkat partisipasi peserta dalam program bank sampah

(23)

Kegunaan Penelitan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pihak yang berminat maupun terkait dengan masalah CSR yang berkenaan dengan program pengelolaan sampah, terutama bagi:

1. Peneliti dan civitas akademika yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai CSR dalam kaitannya dengan tingkat partisipasi masyarakat dan tingkat kebermanfaatan program, semoga hasil penelitian ini dapat memberikan informasi/data serta menjadi literatur bagi penelitian sejenis.

2. Masyarakat, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran dalam meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya dalam hal pengelolaan dan manfaat sampah yang masih menjadi masalah rumit saat ini.

3. Pemerintah, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam merumuskan pedoman dan kebijakan khususya yang terkait dengan bidang lingkungan.

(24)
(25)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjaun Pustaka Konsep Partisipasi

Partisipasi adalah inti dari sebuah program pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Partisipasi menurut Sajogyo (1998) adalah peluang untuk ikut menentukan kebijaksanaan pembangunan serta peluang ikut menilai hasil pembangunan. Adapun Nasdian (2006) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif.

Titik tolak dari partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar. Nasdian (2006) juga memaparkan bahwa partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan peranserta yang maksimal dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat dilibatkan secara aktif pada proses dan kegiatan masyarakat.

Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

1) Tahap pengambilan keputusan, diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program.

2) Tahap pelaksanaan, merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek.

3) Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

(26)

Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Partisipasi masyarakat dalam suatu program dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Pangestu (1995) faktor-faktor tersebut antara lain:

1) Faktor Internal, yaitu yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, dan lama tinggal di suatu lingkungan sosial.

2) Faktor Eksternal, meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran, hubungan ini dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan pelayanan pengelolaan kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut.

Penjelasan lebih jauh tentang karakteristik individu di atas dijelaskan oleh Tamarli (1994) dalam penelitiannya menyatakan bahwa umur merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi. Semakin tua seseorang, relatif berkurang kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut akan mempengaruhi partisipasi sosialnya. Oleh karena itu, semakin muda umur seseorang, semakin tinggi tingkat partisipasinya dalam suatu kegiatan atau program tertentu. Sama halnya dengan pendapat Silaen (1998), semakin tua umur seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya baru.

Murray dan Lappin (1967) seperti dikutip Febriana (2008) menyatakan bahwa terdapat faktor internal lain, yang mempengaruhi partisipasi yaitu lama tinggal. Semakin lama tinggal di suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai bagian dari lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya.

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)

Definisi dan Sejarah Corporate Social Responsibility (CSR)

(27)

CSR adalah segala upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar pilar ekonomi, sosial dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif di setiap pilar (Sukada dkk. 2006). Menurut The World Business Council for Sustainable Development dalam Maulana (2009), CSR merupakan komitmen dunia usaha untuk terus bertindak etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas.

CSR adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh (ISO 26000 2010)7. Menurut Rosyida dan Nasdian (2011), telaah lebih lanjut atas berbagai literatur menunjukkan bahwa ada empat skema yang biasa dipergunakan untuk menjalankan CSR perusahaan yaitu: (1) kontribusi pada program pengembangan masyarakat, (2) pendanaan kegiatan sesuai dengan kerangka legal, (3) partisipasi masyarakat dalam bisnis, dan (4) tanggapan atas tekanan kelompok kepentingan.

CSR yang kini semakin marak diimplementasikan oleh berbagai macam perusahaan, mengalami evolusi dan metamorfosis dalam rentang waktu yang cukup lama (Wibisono 2007). Konsep ini tidak lahir begitu saja, akan tetapi melewati berbagai macam tahapan terlebih dahulu. Gema CSR mulai terasa pada tahun 1950-an. Pada saat itu, persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Buku yang bertajuk Social Responsibility of the Businessman karya Howard R.Bowen yang ditulis pada tahun 1953 merupakan literatur awal yang menjadi tonggak sejarah modern CSR. Bowen dijuluki “Bapak CSR” karena karyanya tersebut.

Gema CSR bertambah ramai diperbincangkan setelah terbitnya “Silent Spring” yang ditulis oleh Rachel Carson, ia mengingatkan kepada masyarakat dunia bahwa betapa mematikannya pestisida bagi lingkungan dan kehidupan. Tingkah laku perusahaan perlu dicermati terlebih dahulu sebelum berdampak menuju kehancuran. Semenjak itu perhatian terhadap permasalahan lingkungan semakin berkembang dan mendapat perhatian yang luas (Wibisono 2007). Terobosan terbesar CSR dilakukan oleh John Elkington melalui konsep “3P” (Profit, People dan Planet) yang dituangkan dalam buku “Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business” pada tahun 1997, dimana dalam buku tersebut Elkington mengemukakan konsep “3P” (profit, people, dan planet) yang menerangkan bahwa dalam menjalankan operasional perusahaan, selain mengejar profit/keuntungan ekonomis sebuah korporasi harus dapat memberikan kontribusi positif bagi people (masyarakat) dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet)

7

(28)

(Wibisono 2007). Gaung CSR kian bergema setelah diselenggarakannnya World Summit on Sustainable Development (WSSD) pada tahun 2002 di Johannesburg, Afrika Selatan. Sejak saat itulah definisi CSR kian berkembang. Adapun di Indonesia, CSR mulai marak pada tahun 2004-an.

Impelementasi CSR

Implementasi CSR pada umumnya berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Hal ini tergantung pada kondisi internal perusahaan yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya (Dewani 2009): (1) Terkait dengan komitmen manajer perusahaan yang dituangkan dalam kebijakan perusahaan terkait CSR. (2) Menyangkut ukuran dan kematangan perusahaan. Perusahaan yang besar dan mapan lebih mempunyai potensi memberi kontribusi ketimbang perusahaan kecil dan belum mapan. (3) Regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah.

Tujuan dan misi implementasi CSR perusahaan biasanya ditentukan oleh nilai dalam perusahaan. Jika implementasi CSR dianggap sebagai nilai yang harus dipegang teguh oleh perusahaan, maka hal itu akan ikut menentukan tujuan dan misi perusahaan. Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa kalangan perusahaan harus merespon dan mengimplementasikan CSR sejalan dengan operasi usahanya, yaitu (Dewani 2009): (1) Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat, (2) kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosa mutualisme, dan (3) implementasi CSR merupakan salah satu cara untuk meredam atau menghindari konflik sosial.

Ruang Lingkup Implementasi CSR Perusahaan

Konsep tanpa aksi adalah mimpi, aksi tanpa konsep adalah kegiatan rutin sehari-hari. Artinya CSR tidak berarti apa-apa jika hanya sebatas konsep, tapi harus diimplementasikan dengan konsep yang benar. Setidaknya implementasi CSR perusahaan energi dapat meliputi program-program seperti berikut (Suharto 2010):

(1) CSR Bidang Pendidikan

Sebagai salah satu pilar pembangunan bangsa, pendidikan tidak bisa diabaikan oleh perusahaan dalam menerapkan CSR. Maka tidak mengherankan apabila pendidikan adalah bidang yang tidak terlewatkan dalam implementasi CSR setiap perusahaan energi. Misalnya memberikan beasiswa, pengadaan bantuan tenaga pengajar, pengadaaan peralatan yang menunjang pendidikan dan lain sebagainya.

(2) CSR Bidang Kesehatan

Peningkatan kesehatan suatu penduduk adalah salah satu target Milenium Development Goals (MDGs). Program CSR bidang kesehatan bisa dilakukan lewat banyak cara, disesuaikan dengan kebutuhan dan apa yang semestinya dilakukan di daerah setempat. Misalnya memberikan pengobatan gratis, pemberian bantuan makanan tambahan untuk anak-anak dan balita, serta bantuan peralatan Posyandu dan perbaikan infrastruktur Puskesmas di daerah operasional mereka dan lain sebagainya.

(29)

Tanggungjawab terhadap perlindungan lingkungan sering kali dianggap berada dalam ranah publik. Di masa lalu pemerintah dipandang sebagai aktor utama yang mengadopsi perilaku ramah lingkungan, baik melalui regulasi, saksi dan tidak jarang melalui penawaran insentif. Sementara itu, sektor swasta hanya dilihat sebagai penyebab timbulnya masalah-masalah lingkungan. Namun, kecenderungan ini kini terbalik. Kiprah perusahaan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan secara lingkungan mulai nyata dan meluas. Misalnya melalui penanaman pohon, pengelolaan limbah perusahaan dengan baik, penggunaan peralatan yang ramah lingkungan, program bank sampah, manfaat sampah, aksi bersih-bersih, dan lain sebagainya.

(4) CSR Bidang Modal Sosial

Bidang sosial dalam konteks CSR seringkali di lihat sebagai pola bantuan sosial yang dilakukan perusahaan kepada lingkungan sekitar dalam rangka mencapai keharmonisan sosial antara perusahaan dan lingkungannnya (masyarakat). Misalnya pembangunan infrastruktur, pembinaan karang taruna, sunatan massal, bantuan sosial pesta adat, bantuan bencana alam dan lain sebagainya.

Manfaat Implementasi Program CSR

Implemetasi CSR mendatangkan berbagai manfaat baik bagi perusahaan maupun pemangku kepentingan terutama masyarakat sekitar perusahaan yang terlibat dalam program-program CSR. Menurut Wibisono (2007) manfaat bagi perusahaan yang berupaya mengimplementasikan CSR, yaitu dapat mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan, layak mendapatkan social licence to operate, mereduksi risiko bisnis perusahaan, melebarkan akses sumberdaya, membentangkan akses menuju pasar, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan serta berpeluang mendapatkan penghargaan. Sedangkan manfaat CSR bagi masyarakat menurut Ambadar (2008), yaitu dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, kelembagaan, tabungan, konsumsi dan investasi dari rumah tangga warga masyarakat.

Manfaat implementasi perusahaan dapat ditinjau dari sisi perusahaan maupun stakeholder. Jika diarahkan pada implementasi CSR dalam konteks pengembangan masyarakat, maka manfaat CSR bisa dilihat lebih spesifik bagi perusahaan dan bagi masyarakat. Rogovsky (2000) dalam Dewani (2009), menyusun konsep manfaat keterlibatan masyarakat dan perusahaan dalam implementasi program CSR, seperti disajikan pada Tabel 1.

(30)

untuk. Lingkungan yang lestari tentunya dibutuhkan untuk keberlanjutan kehidupan umat manusia dalam jangka panjang.

Tabel 1 Manfaat keterlibatan masyarakat dan perusahaan dalam implementasi CSR

Manfaat bagi perusahaan Manfaat bagi Masyarakat

- Reputasi dan citra perusahaan yang lebih baik

- Peningkatan pengetahuan

- Lisensi untuk beroperasi secara sosial - Bisa memanfaatkan pengetahuan dan - Menarik dan menjaga personel yang

kompeten untuk memiliki komitmen yan tinggi

- Menarik tenaga kerja, pemasok, pemberi jasa dan mungkin pelanggan local yang bermutu

Salah satu bentuk aktualisasi CSR adalah pengembangan masyarakat atau Community Development (CD). Selanjutnya, salah satu prinsip pengembangan masyarakat yang paling penting adalah partisipasi. Partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan peran serta yang maksimal dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat terlibat secara aktif pada proses dan kegiatan program (Nasdian 2006). Penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam program CSR PT PLN (PERSERO) dan tingkat manfaatnya ini akan dilakukan dengan meninjau tiga dari empat tingkat partisipasi masyarakat sebagaimana diutarakan Cohen dan Uphoff (1977) bahwa partisipasi terdiri dari tahapan pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan evaluasi.

(31)

pengurus program Bank Sampah Bintang Mangrove, dengan sasaran yaitu masyarakat Kelurahan Gunung Anyar Tambak. Diduga hubungan ini dapat mempengaruhi tingkat partisipasi karena peserta program akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan dan pelayanan pihak pengelola positif dan menguntungkan bagi peserta.

Selanjutnya dilakukan analisa untuk melihat sejauh mana tingkat manfaat program yang dapat dirasakan oleh peserta setelah mengikuti program tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan tersebut. Beberapa manfaat yang dapat dirasakan oleh peserta program antara lain, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan peserta, peningkatan kebersihan lingkungan, dan peluang ekonomi.

(32)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat partisipasi peserta program bank sampah.

2. Terdapat hubungan antara tingkat partisipasi peserta program bank sampah dengan tingkat manfaat program.

Definisi Operasional

Untuk mempermudah pengukuran variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka penting untuk merumuskan definisi operasional sebagai berikut:

Tabel 2 Definisi operasional

No Variabel Definisi Operasional Indikator Jenis Data SMA / Sederajat, dst. = Tinggi

Rendah = 1

Sedang = 2

Tinggi = 3

- Ordinal

(33)
(34)
(35)

mangrove akibat sampah

berkurang, luas taman bertambah, dan lingkungan menjadi lebih asri. Diukur berdasarkan perubahan-perubahan aspek lingkungan tersebut.

11 Tingkat peluang ekonomi

Tingkat kesempatan untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomis dari keberadaan program Bank Sampah. Dapat diukur dari: peluang peserta program bank sampah memiliki tabungan sampah yang dapat dikonversi menjadi uang, tabungan yang dapat digunakan untuk

membiayai berbagai kebutuhan, peluang bagi peserta meminjam uang dari Bank Sampah untuk modal usaha dengan

pengembalian kredit

menggunakan sampah, peluang pengembagan kerajinan tangan jasa terkait dengan keberadaan pengunjung.

Skor 5-7 = Rendah

Skor 8-11 = Sedang

Skor 12-15 = Tinggi

(36)
(37)

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Untuk pendekatan kuantitatif digunakan metode survey, dimana kuisioner sebagai instrumen utama dalam mengumpulkan data dari responden. Pengertian survey dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi (Singarimbun dan Effendi 1995). Data yang dikumpulkan terkait dengan hubungan antara karakteristik individu peserta program Bank Sampah Bintang Mangrove, Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Surabaya dengan tingkat partisipasi peserta program serta hubungannya dengan tingkat manfaat program.

Pendekatan kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam. Metode ini dipilih karena mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan terperinci. Metode wawancara digunakan untuk memperoleh informasi terkait faktor eksternal yang diduga mempengaruhi tingkat partisipasi peserta program. Termasuk juga untuk mencari informasi-informasi yang dapat memperkaya data yang dihasilkan secara kuantitatif.

Lokasi dan Waktu Penelitian

(38)

Penelitian ini berlangsung mulai dari bulan Maret sampai Agustus 2014. Untuk proses pengumpulan data di lapangan, peneliti menetap di kelurahan Gunung Anyar selama 3 minggu pada bulan April – Mei 2014 lalu. Penelitian ini telah dijadwalkan seperti berikut.

Tabel 3 Jadwal pelaksanaan penelitian

Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus

Subjek penelitian terbagi menjadi dua tipe yaitu responden dan informan. Responden dipilih dengan menerapkan teknik simple random sampling (sampel acak sederhana). Teknik ini dipilih karena populasi penelitian termasuk homogen dilihat dari stratifikasi keanggotaan/kenasabahan di Bank Sampah Bintang Mangrove. Populasi atau universe didefinisikan sebagai jumlah keseluruhan unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun dan Effendi 1995). Populasi penelitian adalah seluruh peserta program Bank Sampah Bintang Mangrove yang berjumlah 182 orang.

(39)

pengurus Bank Sampah Bintang Mangrove, Lurah Gunung Anyar Tambak, dan tokoh masyarakat.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pendekatan kuantitatif dengan menerapkan metode survey. Setelah responden terpilih selanjutnya peneliti mendatangi rumah responden untuk melakukan wawancara berdasarkan pertanyaan yang telah disiapkan dalam kuisioner. Adapun data kualitatif dari informan diperoleh melalui pengamatan berperanserta dan wawancara mendalam. Hasil dari pengamatan dan wawancara di lapangan dituangkan dalam catatan harian dalam bentuk uraian rinci dan atau kutipan langsung.

Data sekunder diperoleh dari penelusuran literatur-literatur berupa dokumen tertulis yang memuat informasi dan data yang dibutuhkan untuk mendukung fokus penelitian. Seperti dokumen profil kelurahan, profil bank sampah, dokumen nasabah dan kegiatan bank sampah, dan dokumen terkait CSR PT PLN (PERSERO).

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data kuantitatif yang terkumpul diolah dengan memanfaatkan Microsoft Excel 2007 dan SPSS for Windows versi 20. Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam microsoft excel 2007 untuk selanjutnya dilakukan proses pengkodean. Kemudian data akhir yang dihasilkan dimasukkan ke dalam SPSS for Windows versi 20 untuk dilakukan analisis data dengan uji statistik non-parametrik rank spearman (untuk data berbentuk ordinal). Uji rank spearman digunakan untuk melihat hubungan antara karakteristik individu peserta program dengan tingkat partisipasi, dan hubungan antara tingkat partisipasi dengan tingkat manfaat program.

(40)
(41)

PROFIL KELURAHAN GUNUNG ANYAR TAMBAK

Kelurahan Gunung Anyar Tambak terdapat di Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya dengan luas wilayah mencapai 1 129.4 Ha, berada dalam kisaran 5 M diatas permukaan laut. Kelurahan ini terbagi ke dalam 2 Rukun Warga dan 5 Rukun Tetangga. Penduduk Gunung Anyar Tambak berjumlah 7 850 jiwa per Desember 2013 yang terdiri dari 3 970 jiwa laki-laki dan 3 644 jiwa perempuan dan jumlah kepala keluarga (KK) mencapai 1 854 KK. Kondisi sosial masyarakat cukup beragam, dilihat dari agama yang dianut masyarakat dan etnis masyarakat, dimana artinya heterogenitas masyarakat cukup tinggi.

Kelurahan Gunung Anyar Tambak merupakan kawasan yang dekat dengan laut lepas, tepatnya selat madura. Tanah pada umumnya mengandung kadar garam yang tinggi sehingga tanaman pertanian sulit untuk tumbuh di wilayah ini, jika pun tumbuh akan kurang baik hasilnya. Sehingga tidak ada warga Gunung Anyar Tambak yang berprofesi sebagai petani tanaman pangan. Terdapat tambak yang terbilang luas di kelurahan ini karena dekat dari laut. Tambak-tambak tersebut dimanfaatkan untuk budidaya ikan, udang, dan ciput.Banyak dari masyarakat yang memilih bekerja di sektor yang tidak berkaitan denga laut, justru lebih memilih pekerjaan yang terdapat di kota seperti buruh pabrik, satpam, pembantu rumah tangga, pekerja bangunan, pedagang, dan pekerjaan informal lainnya. Nelayan perahu kecil yang berasal dari Madura yang justru banyak mencari tangkapan ikan di laut lepas dekat Gunung Anyar Tambak.

Masyarakat terlihat sangat berorientasi materi dan uang serta individualis. Terdapat kesenjangan yang cukup lebar antara penduduk miskin dengan penduduk kaya yang kebanyakan bertempat tinggal di kawasan perumahan. Untuk aspek pendidikan, kebanyakan masyarakat hanya lulusan SD atau sederajat. Hanya sedikit masyarakat yang lulus perguruan tinggi, bahkan ada 24 orang yang tidak tamat SD atau sederajat dan kebanyakan dari mereka yang hanya lulusan SD adalah kaum perempuan.

Kondisi Geografi dan Demografi

(42)

Kelurahan Tambak Oso; (c) sebelah timur berbatasan dengan Selat Madura; (c) sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Gunung Anyar. Adapun jarak kantor kelurahan dari pusat Pemerintahan Kecamatan Gunung Anyar yaitu 2 km, jarak dari pusat Pemerintahan Kota Surabaya yaitu 15 km, dan jarak dari pusat Pemerintahan Provinsi yaitu 18 km.

Penduduk Kelurahan Gunung Anyar Tambak sampai pada bulan Desember 2013 berjumlah 7 850 jiwa yang terdiri dari 3 970 jiwa laki-laki dan 3 644 jiwa perempuan. Adapun jumlah kepala keluarga (KK) mencapai 1 854 KK.

Kondisi Sosial dan Ekonomi

Wilayah Gunung Anyar Tambak termasuk daerah pinggiran dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Sidoarjo, namun kondisi sosial masyarakatnya cukup beragam. Dapat dilihat dari jenis agama dan etnis masyaratnya seperti dijelaskan pada Tabel 4 dan Tabel 5. Keberagaman agama dan etnis masyarakat disebabkan wilayah Gunung Anyar Tambak termasuk daerah urban dengan tingkat mobilitas masyarakat cukup tinggi. Selain itu, banyak perumahan-perumahan baru didirikan di sekitar kawasan Gunung Anyar Tambak dimana kebanyakan penghuninya merupakan pendatang.

Tabel 4 Jumlah dan persentase masyarakat Gunung Anyar Tambak berdasarkan agama pada tahun 2013

Agama Jumlah %

Islam 5 237 66.7

Kristen 1 725 22.0

Katolik 737 9.4

Budha 88 1.1

Hindu 63 0.8

Total 7 850 100

Sumber: Profil Kelurahan Gunung Anyar Tambak 2013 (diolah)

Tabel 5 Jumlah dan persentase masyarakat Gunung Anyar Tambak berdasarkan etnis pada tahun 2013

Etnis Jumlah %

Jawa 6 524 83.2

China 1 034 13.2

Madura 161 2.0

Pattae 40 0.5

Ambon 39 0.5

Bali 26 0.3

Batak 26 0.3

Total 7 850 100

(43)

Struktur mata pencaharian masyarakat juga beragam. Kebanyakan masyarakat bekerja di sektor industri menengah dan besar sebagai buruh dan selebihnya bekerja di berbagai sektor yang terbilang beragam. Tabel berikut merupakan penjelasan tentang jumlah masyarakat Kelurahan Gunung Anyar Tambak berdasarkan sektor mata pencaharian.

Tabel 6 Jumlah dan persentase masyarakat Gunung Anyar Tambak berdasarkan sektor mata pencaharian pada tahun 2013

Sektor Mata Pencaharian Jumlah %

Sektor industri menengah dan besar 1 438 65.5

Sektor jasa 574 26.1

Sektor perikanan dan nelayan 112 5.1

Sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga 70 3.2

Sektor peternakan 3 0.1

Total 2 197 100

Sumber: Profil Kelurahan Gunung Anyar Tambak 2013 (diolah)

Kelurahan Gunung Anyar Tambak merupakan kawasan yang dekat dengan laut, tepatnya Selat Madura, sehingga tanah pada umumnya mengandung kadar garam yang tinggi. Tanaman pertanian sulit untuk tumbuh di wilayah ini, jika pun tumbuh akan kurang baik hasilnya. Wajar jika tidak ada warga Gunung Anyar Tambak yang berprofesi sebagai petani tanaman pangan. Cukup banyak warga yang berprofesi sebagai nelayan karena dekat dengan laut. Di kawasan timur wilayah kelurahan ini terdapat tambak-tambak yang cukup luas. Cukup banyak pula warga yang menggantungkan sumber penghidupannya dari tambak-tambak ini dengan berprofesi sebagai pengusaha tambak maupun sebagai buruh tambak. Disebabkan berbatasan langsung dengan laut lepas dan juga dilewati sebuah sungai yang merupakan bagian hilir, terdapat hutan mangrove yang cukup luas di wilayah Gunung Anyar Tambak. Tercatat dalam profil kelurahan bahwa luas hutan mangrove mencapai 47.9 ha. Mangrove ini juga telah dikembangkan menjadi sumber perekonomian masyarakat dengan dijadikan sebagai kawasan pelestarian mangrove sekaligus kawasan ekowisata mangrove.

(44)

yang pernah menjadi nelayan, namun sekarang lebih memilih menjadi satpam di perumahan Gunung Anyar.

“Warga disini ini mas, pada malas ke laut. Karena capek mas, panas, trus

butuh modal sebelum ngelaut. La iya toh, untuk beli minyak, beli rokok, untuk makanan di laut. Sedangkan hasilnya ya nggak banyak-banyak amat. Trus banyak istri yang takut mas, ombak nya loh gede. Makanya warga asli pada malas ngelaut.” (Asy‟ari, 39 tahun, warga asli - mantan nelayan)

Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, hampir seluruh masyarakat Gunung Anyar Tambak telah terdedah dengan kehidupan kota. Masyarakat juga terlihat sangat berorientasi materi dan uang. Selain itu, masyarakat juga lebih individualis. Terlihat dari sedikitnya aktivitas masyarakat dikerjakan secara berkelompok atau bersama-sama. Seperti kerja bakti, gotong royong, pengajian, dsb. Terdapat kesenjangan kesejahteraan yang cukup lebar antara warga yang tergolong kaya dan miskin. Indikator paling jelas yang menunjukkan kesenjangan ini adalah aspek papan atau tempat tinggal. Terdapat dua kategori tempat tinggal di Gunung Anyar Tambak. Pertama, tempat tinggal yang terdapat di perumahan-perumahan real estate yang banyak terdapat di kelurahan ini. Dulunya kavling-kavling tanah perumahan ini adalah milik masyarakat lokal, namun dalam 10 tahun terakhir banyak developer yang membeli tanah-tanah tersebut lalu dijadikan komplek-komplek perumahan. Kebanyakan warga yang tinggal di perumahan-perumahan tersebut adalah pendatang dan bekerja di kota Surabaya. Kedua, tempat tinggal yang terdapat di rumah-rumah biasa. Tempat tinggal kategori ini beragam, ada yang bagus namun sedikit jumlahnya, ada yang lumayan bagus dan jumlahnya juga sedikit, dan banyak yang tergolong jelek. Biasanya yang tinggal di rumah-rumah biasa ini adalah masyarakat asli.

Tabel 7 Jumlah dan persentasi masyarakat Gunung Anyar Tambak berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2013

Tingkat Pendidikan Jumlah %

Sedang SD / Sederajat 1 402 25.6

(45)

Kondisi pendidikan masyarakat Gunung Anyar Tambak berdasarkan tingkat penidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Terlihat kebanyakan masyarakat hanya lulusan SD atau sederajat. Hanya sedikit masyarakat yang lulus perguruan tinggi dan kebanyakan dari mereka yang mengenyam pendidikan tinggi adalah pendatang. Bahkan ada 24 orang yang tidak tamat SD atau sederajat.

Menurut pengakuan salah seorang warga, kebanyakan masyarakat yang lulusan SD adalah kaum perempuan. Seperti diungkapkan Ibu Sarokah, salah seorang pengurus Bank Sampah Bintang Mangrove.

(46)
(47)

PROGRAM BANK SAMPAH BINTANG MANGROVE

Bank Sampah Bintang Mangrove (selanjutnya disingkat BSBM) adalah salah satu kegiatan CSR PT PLN (PERSERO), mulai beroperasi pada bulan april 2012. Sebelumnya CSR PT PLN (PERSERO) juga memiliki program penanaman dan pelestarian Mangrove di sekitar bibir pantai dekat Gunung Anyar Tambak.

BSBM mengalami kemajuan yang cukup baik dalam perkembangannya, meskipun tetap menghadapi berbagai macam permasalahan dan kesulitan. Seperti rendahnya perhatian dan tingkat partisipasi masyarakat di masa-masa awal, ketua RT yang tidak mendukung, dan salah paham sejumlah warga terhadap keberadaan BSBM dan pengurusnya.

Strategi BSBM untuk meningkatkan partisipasi masyarakat yaitu lewat pembuktian bahwa BSBM benar-benar mendatangkan manfaat bagi lingkungan. Seperti dapat menambah penghasilan ekonomis bagi masyarakat dan pelayanan memuaskan yang diberikan bagi nasabah BSBM. Pelayanan tersebut antara lain, tabungan sampah, bayar listrik dengan sampah, pinjaman/kredit modal, harga sampah yang lebih tinggi, serta lewat kegiatan-kegiatan bernafaskan kepedulian sosial dan lingkungan.

Perkembangan Bank Sampah

Bank Sampah Bintang Mangrove terletak di Kelurahan Gunung Anyar Tambak, Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya. BSBM merupakan salah satu program CSR PT PLN (PERSERO). Mulai beroperasi pada Bulan April 2012 setelah diresmikan secara langsung oleh Wali Kota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini. BSBM mulai digagas pada Bulan Desember 2011 oleh staff CSR PT PLN (PERSERO) PERSERO Distribusi Jawa Timur yang sebelumnya juga memiliki program penanaman dan pelestarian Mangrove di sekitar bibir pantai dekat Gunung Anyar Tambak.

(48)

BSBM. Pada awalnya banyak warga yang tidak tertarik menjadi nasabah BSBM karena dianggap tidak terlalu menguntungkan, dalam artian tidak dapat memberikan pendapatan berupa uang, khususnya bagi nasabah yang hanya mengumpulkan sampah rumah tangga. Lewat kegigihan Ibu Chusniyati memberikan pemahaman kepada warga dengan berbagai cara akhirnya warga mulai menyadari bahwa yang terpenting dari menjadi nasabah BSBM adalah bagaimana agar dapat menjaga kebersihan lingkungan dari sampah.

Gagasan mendirikan BSBM berangkat dari banyaknya tanaman mangrove yang ditanami oleh CSR PT PLN (PERSERO) mati akibat lilitan sampah yang banyak dibuang ke sungai, sehingga mangrove yang masih kecil-kecil dan belum memiliki akar yang kuat mudah terbawa arus. Sebelum BSBM didirikan biasanya sampah-sampah tersebut dibersihkan melalui kerja bakti dengan cara membayar warga setempat, atau pembersihan oleh dinas terkait. Namun cara ini dianggap tidak berhasil dan membutuhkan dana yang banyak untuk membayarkan fee tertentu secara terus menerus, maka Tim CSR Bina Lingkungan PT PLN (PERSERO) melakukan pendekatan kepada warga untuk merintis berdirinya BSBM di tepi sungai secara partisipatif. Agar mangrove yang ditanam dapat terus tumbuh besar sekaligus sebagai upaya untuk menjaga kebersihan lingkungan dari sampah. Pertama diresmikan pada April tahun 2012 lalu ada 23 orang yang menjadi pengurus BSBM dan nasabah awal sebanyak 59 orang. Adapun saat ini, pada april 2014 tercatat pengurus yang masih aktif tersisa delapan (8) orang dan nasabah mencapai 182 nasabah.

Gambar 3 Bank Sampah Bintang Mangrove Gunung Anyar Tambak

(49)

tamu-tamu dari mancanegara dalam rangka studi banding untuk melihat langsung pola perubahan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola sampah. Pertama, Tim JICA (Japan International Corporation Agency). Kedua, Tim JICA bersama perwakilan kota-kota dari negara-negara ASEAN. Bahkan pada bulan Januari 2014 lalu, BSBM mendapat apresiasi positif dari media televisi nasional. BSBM dan tokoh utamanya, Ibu Chusniyati menjadi narasumber di acara bincang inspirasi Kick Andy di MetroTV.

Dalam perkembangannya BSBM tidak luput dari berbagai masalah. Salah satunya adalah ketidaksepahaman antara warga, pengurus BSBM, dan tokoh masyarakat. Beberapa orang warga mengira BSBM menjadi lahan mencari uang bagi pengurusnya saja. Padahal, berdasarkan hasil pengamatan penulis selama tinggal di Gunung Anyar Tambak dan hasil interaksi dengan berbagai pihak, penulis dapat menyimpulkan jika BSBM dikelola sebagai sebuah lembaga sosial yang ditujukan untuk kepentingan warga Gunung Anyar Tambak secara umum, khususnya pada aspek lingkungan. Sebagian besar keuntungan BSBM digunakan kembali untuk pengembangan BSBM sendiri. Seperti untuk memperbagus bangunan BSBM, membeli bibit berbagai macam bunga dan tanaman pekarangan yang juga banyak dibagi-bagikan kepada masyarakat, membeli tong sampah dan dibagikan kepada beberapa warga serta diletakkan di beberapa titik tertentu, membangun MCK permanen, memperbaiki jembatan, dsb.

Delapan orang pengurus yang masih aktif saat ini memang memperoleh gaji dari BSBM, namun gaji itu disesuaikan berdasarkan kinerja mereka di BSBM setiap bulannya. Seperti ikut mengangkut sampah, atau memilah dan mengeringkan sampah, atau menjual sampah ke pengepul. Masalah lain yang dihadapi BSBM dan pengurusnya adalah ketiadaan dukungan tokoh masyarakat struktural yaitu ketua RT dimana BSBM berada. RT tersebut meminta jatah sejumlah uang per bulan sebagai bentuk iuran BSBM. Padahal jelas bahwa BSBM adalah lembaga yang banyak memberikan manfaat bagi kebersihan lingkungan. Selanjutnya, BSBM baru bisa menampung sampah-sampah tertentu yang dapat dijual ke pengepul. Ada beberapa jenis sampah yang tidak dapat disetor ke BSBM, seperti sampah popok, pembalut, plastik biasa, dan sampah organik. Sehingga banyak masyarakat tetap saja membuang jenis sampah tersebut sembarangan karena tidak laku dijual. Adapun sampah-sampah yang dapat dijual biasanya akan disimpan atau dipungut dan kemudian ditabung.

Hubungan Pengurus Bank Sampah Bintang Mangrove dengan Masyarakat

(50)

yang diberikan oleh CSR PT PLN (PERSERO) tidak dimanfaatkan sesuai fungsinya, justru terjadi tindakan-tindakan yang hanya menguntungkan sejumlah kecil orang saja. Alasan itu kemudian memicu terjadi konflik sesama anggota hingga akhirnya KNPM dibubarkan. Setelah KNPM bubar perawatan terhadap mangrove-mangrove yang ditanam menjadi terbengkalai. Pihak CSR PT PLN (PERSERO) telah berupaya memfasilitasi agar KNPM dapat berfungsi lagi, namun tidak berhasil.

Gagasan mendirikan bank sampah timbul untuk menjaga keberlanjutan konservasi mangrove. Untuk merealisasikan gagasan tersebut pihak CSR kemudian mengajak dan memfasilitasi beberapa orang mantan anggota KNPM yang dianggap jujur, bersih, dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Diantaranya adalah Pak Kisbiyanto, Pak Suyikno, dan Ibu Chusniyati. Serta beberapa tokoh masyarakat yang dianggap berpengaruh seperti ketua RT dan RW serta Kepala Lurah. Beberapa orang warga biasa juga diajak untuk ikut dan berpartisipasi dalam proses perencanaan BSBM, namun hanya sedikit dari warga biasa yang mau berpartisipasi. Hingga akhirnya BSBM diresmikan, tercatat hanya ada 23 orang warga yang ikut serta dalam proses pembentukan BSBM. Pada proses tersebut pihak CSR PT PLN (PERSERO) bertindak sebagai fasilitator, pendamping, dan pengawas. Dapat dikatakan bahwa seluruh proses dari perencanaa hingga peresmian BSBM semuanya dilakukan dan dikerjakan oleh warga yang termasuk ke dalam 23 orang tersebut.

STRUKTUR PENGURUS

BANK SAMPAH BINTANG MANGROVE

PEMBINA CSR PLN Distribusi Jatim

Camat Gunung Anyar Lurah Gunung Anyar Tambak

KETUA Ahmad Sunaryo

SEKRETARIS KOORDINATOR BENDAHARA Chusniyati Suyikno Nur Chakimah

Seksi Pemasaran Seksi Kebersihan Seksi Transportasi Seksi Sosial

Lutfia Samiran Kisbianto Alfiyah

Gambar 4 Struktur pengurus Bank Sampah Bintang Mangrove

(51)

namun malas bekerja. Tentu tidak disetujui oleh pengurus lain yang memang benar-benar bekerja demi mengurusi lingkungan. Akhirnya pengurus yang berorientasi bayaran tadi keluar dari struktur kepengurusan BSBM dan hanya tersisa delapan orang saja saat ini (lihat Gambar 4). Delapan orang inilah yang banyak berperan dalam mengembangkan BSBM. Seperti Ibu Chusniyati, beliau banyak berjasa dalam mensosialisasikan BSBM kepada Ibu-Ibu di Gunung Anyar Tambak lewat pengajian, arisan, berkunjung dari rumah ke rumah, teras ke teras hingga akhirnya mempersuasi mereka agar menjadi nasabah BSBM dan ambil bagian dalam mengumpulkan sampah agar tidak dibuang sembarangan lagi. Ada Pak Kisbiyanto yang rela menjadi penjemput sampah-sampah warga. Pak Sunaryo, warga pendatang yang justru menjadi ketua BSBM. Meskipun bukan warga asli Gunung Anyar Tambak, namun beliau siap berlelah-lelah untuk mengurusi BSBM.

Masyarakat Gunung Anyar Tambak yang semula hanya menunjukkan perhatian dalam porsi sangat kecil terhadap BSBM akhirnya perlahan-lahan mulai meningkat. Di masa-masa awal berdirinya BSBM sejumlah masyarakat menyangsikan keberlanjutan BSBM. Bahkan kepala RT 3 justru meminta uang iuran per bulan dari BSBM untuk dimasukkan ke iuran kas RT. Sejumah pihak menganggap jika BSBM dijadikan oleh para pengurusnya sebagai alat untuk menghasilkan keuntungan (uang). Padahal tidak demikian, apa yang peneliti temukan di lapangan bahwa benar BSBM memang diagendakan untuk membawa perubahan bagi kebersihan dan keasrian lingkungan Gunung Anyar Tambak. Namun orang-orang yang memiliki pandangan serupa dengan kepala RT 3 jumlahnya tidaklah sedikit, cukup banyak warga yang menunjukkan pandangan negatif, kecurigaan, dan ketidaksukaan terhadap BSBM dan pengurus BSBM, terutama yang tersisa delapan orang saat ini. Pengurus-pengurus ini terkadang menerima gunjingan, obrolan tidak enak, bahkan pernah dijelek-jelekkan. Saat hal ini ditanyakan kepada Ibu Chusniyati, beliau menanggapi dengan menjawab demikian:

“Ya mau gimana mas. Kalau kita dianggap jelek, tapi pada kenyataannya kita tidak begitu, ya kita terima aja mas. Kita tunjukkan jawaban sebenarnya kepada orang-orang itu dengen bekerja mas. Kita tidak mau menanggapi omongan-omongan mereka dengan omongan-omongan juga. Tapi kita kasi bukti lewat BSBM ini mas. Ya Alhamdulillah sekarang lingkungan sini itu sudah semakin bersih mas, pekarang-pekarangan di sekitar rumah juga sudah mulai banyak. Nasabah BSBM juga bertambah terus. Omset di BSBM juga semakin banyak. Ya semoga mereka-mereka itu mau melihat dan tidak menutup mata mas” (Ibu Chusniyati, 37 tahun).

(52)

jemput. Selain itu BSBM juga memberikan pelayanan seperti bank sampah binaan CSR PT PLN (PERSERO) lainnya. BSBM melayani antara lain: Pertama, tabungan sampah. Warga yang telah menjadi nasabah dapat menyetorkan sampah ke BSBM, setelah ditimbang kemudian dikonversi menjadi sejumlah uang sesuai dengan harga jenis-jenis sampah yang sudah ditentukan (dapat dilihat pada Lampiran), kemudian dicatat pada buku tabungan sebagai tabungan nasabah. Semua warga yang menjadi nasabah akan diberikan buku tabungan BSBM. Namun jika tidak ingin dijadikan tabungan, nasabah dapat langsung menerima uang sejumlah sampah yang disetorkan. Kedua, pembayaran listrik dengan sampah. Layanan ini merupakan salah satu strategi PLN untuk menarik partisipasi masyarakat agar ikut aktif berpartisipasi dalam BSBM, khususnya dalam mengumpulkan dan menyetorkan sampah. Lewat layanan ini nasabah BSBM mendapat kemudahan dalam hal pembayaran iuran rekening lisrik karena tidak perlu lagi pergi ke loket pembayaran yang berada di pusat kecamatan. Dengan demikian nasabah dapat menghemat waktu serta ongkos atau biaya perjalanan. Di BSBM, nasabah cukup membawa bukti iuran bulanan, kemudian mencocokkan dengan jumlah nominal tabungan. Jika jumlah tabungan kurang atau tidak mencapai jumlah iuran listrik maka nasabah tinggal membayarkan kekurangannya. Ketiga, pemberian kredit/pinjaman modal usaha dan cara pengembalian pinjaman dengan sampah. Nasabah-nasabah yang sedang tidak punya uang dapat meminjam ke BSBM. Jika pinjaman tersebut berupa pinjaman biasa maka nominal yang dapat diberikan tidak terlalu besar, antara Rp 100 000 – Rp 200 000. Namun jika pinjaman tersebut untuk modal usaha, maka jumlah yang diberikan dapat lebih besar, mencapai kisaran Rp 1 000 000 – Rp 2 000 000.

(53)

,.

(54)

Gambar

Tabel 1  Manfaat keterlibatan masyarakat dan perusahaan dalam implementasi CSR
Gambar 1  Kerangka pemikiran
Tabel 2  Definisi operasional
Tabel 3  Jadwal pelaksanaan penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk Keterampilan ... Turut Aktif menjadi Nasabah dan Menyetor Sampah ... Turut Membantu Memilah Sampah di Lokasi Bank Sampah ... Mensosialisasikan Program Bank Sampah kepada

Salah satu cara yang dibutuhkan dalam mengurangi sampah yaitu dengan partisipasi warga dalam pengelolaannya. Pengelolaan sampah menjadi hal yang penting karena

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kelurahan Rungkut Menanggal Kecamatan Gunung Anyar tentang partisipasi masyarakat dalam program elektronik Rukun Tetangga

Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa dalam pelaksanaannya, Bank Sampah Bintang Mangrove mengembangkan berbagai macam inovasi strategi

Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi dari sumber data antara lain yaitu dari Lurah Kelurahan Bambanekerep, ketua dan anggota pengurus bank sampah ,

Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa dalam pelaksanaannya, Bank Sampah Bintang Mangrove mengembangkan berbagai macam inovasi strategi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengolahan sampah di tempat pengelolaan sampah

Dari indikator partisipasi dalam pelaksa- naan dapat ditarik kesimpilan yaitu pelaksanaan Bank Sampah sudah baik, tetapi kesadaran mas- yarakatnya belum merata, Bank sampah ini mengacu