• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi wet letter Fermentasi Terhadap Produktivitas Pastura Campuran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Aplikasi wet letter Fermentasi Terhadap Produktivitas Pastura Campuran"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI WET LITTER FERMENTASI TERHADAP

PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN

TESIS

EDI PRIKUTEN

107040009

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

APLIKASI WET LITTER FERMENTASI TERHADAP

PRODUKTIVITAS PASTURA CAMPURAN

TESIS

Oleh:

EDI PRIKUTEN

107040009

Untuk memperoleh Gelar Magister Peternakan dalam Program Studi Ilmu Peternakan

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul : Aplikasi wet letter Fermentasi Terhadap Produktivitas Pastura Campuran

Nama Mahasiswa : Edi Prikuten

NIM : 107040009

Program Studi : Ilmu Peternakan

Menyetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Ir. Nurzainah Ginting MSc

Anggota

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP

Ketua Program Studi

Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir.Darma Bakti, MS

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam tesis

Aplikasi Wet Letter Fermentasi Terhadap Produktivitas Pastura Campuran

adalah benar merupakan gagasan dan hasil penelitian saya sendiri di bawah arahan komisi pembimbing. Semua data dan sumber informasi yang digunakan dalam tesis ini telah dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis serta dapat diperiksa kebenarannya. Tesis ini juga belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program studi sejenis di perguruan tinggi lain.

Medan, Desember 2013

(5)

ABSTRAK

EDI PERIKUTEN : Aplikasi wet litter fermentasi terhadap produktivitas pastura campuran, dibimbing oleh Nurzainah Ginting dan Abdul Rauf.

Suatu penelitian mengenai pastura campuran yang ditanam dengan perbedaan tingkat pemupukan perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perbedaan pemupukan terhadap produksi dan kualitas pastura yang berbeda. Penelitian telah dilakukan di Desa Sibiru-biru Kecamatan Delitua, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan petak terbagi, dengan perlakuan petak utama adalah pemupukan (Wet Litter= 0kg, 1kg, 2 kg dan 3 kg), anak petak yaitu pastura, yang terdiri dari (P0 = Stylosanthes guianensis + Chamaecrista rotundifolia + Arachis glabrata, P1 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Stylosanthes guianensis, P2 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia, P3 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Arachis glabrata). Analisis proksimat hijauan dilakukan di Laboratorium Bahan Pakan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi bahan segar dan bahan kering berbeda pada taraf pemupukan. Produksi yang tertinggi bahan segar dan bahan kering yaitu pada pemupukan W3 (207811 kg/ha/tahun dan 12315,25 kg/ha/tahun). Protein kasar dari komposisi pastura yang dicobakan lebih tinggi pada perlakuan W3 (17,348 %) dan pada pastura campuran P3 (16,695 %), sedangkan serat kasar tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa pemupukan W0 (38,084%) dan pada pastura campuran P1 dan P2 (37,240% dan 37,066%). Lemak kasar pastura tertinggi di peroleh pada perlakuan W3 (4,769%) dan pada pastura campuran P3 (4,445%), sedangkan kapasitas tampung ternak yang paling tinggi yaitu diperoleh pada W3 (2,75ST).

(6)

ABSTRACT

EDI PERIKUTEN : Application of fermented wet litter on productivity of pasture, supervised by Nurzainah Ginting dan Abdul Rauf.

A study on pasture planted with different levels of fertilization should be done. The purpose of this study to determine the effect of different fertilization on the production and quality of different pasture. Planting forage research has been conducted in the Delitua Village, Sibiru-biru sub-district, Deli Serdang district, North Sumatera Provinsi.Experimental research split plot design, with main plot treatments were fertilization (Wet Litter= 0kg, 1kg, 2 kg and 3 kg), subplot were pasture, which consisted of (P0 = Stylosanthes guianensis + Chamaecrista rotundifolia + Arachis glabrata, P1 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Stylosanthes guianensis, P2 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia, P3 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Arachis glabrata). Proximate analysis carried out in the Laboratory of Materials forage feed Faculty of Agriculture, University of North Sumatra.

The results showed that the production of fresh and dry matter differ in the level of fertilization. The highest production of fresh ingredients and the dry ingredients in fertilizer W3 (207811 kg/ha/year dan 12315,25 kg/ha/year). Crude protein from pasture composition is higher in treatment W3 (17,348 %) and in pasture P3 (16,695 %), while the highest crude fiber is obtained in the treatment without fertilizer W0 (38.084%) and in pasture P1 and P2 (37.240% and 37.066%). The highest crude fat pasture is obtained on treatment W3 (4.769%) and in pasture mixtures P3 (4.445%), while the capacities of the highest animal is obtained in W3 (2.75 ST).

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Kutalimbaru Desa Lau Bilung pada tanggal 14 September 1986 dari ayah Simon Sembiring dan ibu Cinta br Surbakti, S. Pd. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 2005 Penulis lulus dari SMA Rakyat Sei Glugur dan pada tahun yang sama pula lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur pemanduan minat dan prestasi (PMP). Penulis memilih Program Studi Produksi Ternak, Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, tamat pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Ilmu Peternakan pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Peternakan, dan juga aktif dalam organisasi IMKA ( Ikatan Mahasiswa Karo ).

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan sukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang maha kuasa, atas

karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Aplikasi Wet Letter Fermentasi Terhadap Produktivitas Pastura

Campuran” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Disini penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua, dan seluruh keluarga yang memberikan dukungan penuh kepada penulis hingga terlaksananya proses pembelajaran pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada Ibu Dr. Ir. Nurzainah Ginting MSc selaku pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP selaku pembimbing II atas segala bimbingan dan arahan, curahan ilmu dalam penulisan ini. Dan juga ucapan yang sama penulis sampaikan kepada Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si, selaku Ketua Program Studi Peternakan yang telah banyak memberikan arahan dalam penulisan tesis ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis berharahap kritikan dan saran demi kesempurnaannya, dan atas partisipasi dan bantuan dari semua pihak sekali lagi penulis haturkan banyak terima kasih dan semoga tulisan ini ada manfaatnya, amin.

Medan, 2 Juni 2014

(9)

DAFTAR ISI

Wet Litter (Feses Basah) sebagai pupuk organik ... 4

Pengomposan ... 5

Pemupukan ... 6

Deskripsi Tanaman Rumput dan Legum Brachiaria humidicola ... 8

Pertanaman Campuran Rumput dan Leguminosa ... 14

Kapasitas Tampung Ternak ... 16

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

(10)

Alat ... 19

Metode Penelitian ... 19

Prosedur Pelaksanaan ... 20

Peubah yang diamati ... 21

Rancangan Percobaan ... 22

Analisis data ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bahan Segar ... 24

Produksi Bahan Kering ... 26

Kandungan gizi pastura ... 29

Protein kasar ... 30

Serat kasar ... 32

Lemak Kasar ... 35

Kapasitas Tampung ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 38

Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

LAMPIRAN ... 44

(11)

DAFTAR TABEL

No.

Hal.

1. Kandungan rata-rata unsur pada kotoran ayam pedaging ... 4

2. Kandungan nutrisi Brachiaria decumbens ... 10 3. Kandungan nutrisi Brachiaria ruziziensis ... 11 4. Produksi bahan segar pastura pada berbagai tingkat pemupukan

dan pastura campuran ... 24 5. Produksi Bahan Kering hijauan pada berbagai tingkat pemupukan

dan pastura campuran ... 25 6. Pengaruh Pemupukan terhadap rataan kandungan nutrisi hijauan ... 27

7. Produksi protein kasar pastura pada berbagai tingkat pemupukan

dan pastura campuran ... 28 8. Produksi serat kasar pastura pada berbagai tingkat pemupukan

dan pastura campuran ... 31 9. Produksi lemak kasar pastura pada berbagai tingkat pemupukan

dan pastura campuran ... 33 10. Kapasitas tampung pada pastura dengan berbagai tingkat

(12)

DAFTAR GAMBAR

No.

Hal.

1. Grafik Produksi Bahan Segar dari interaksi pemupukan dan hijauan campuran (% ... 26 2. Grafik Produksi Bahan Kering dari interaksi pemupukan dan hijauan campuran (%) ... 26 3. Grafik Kandungan protein kasar dari interaksi pemupukan dan hijauan

campuran (%) ... 29 4. Grafik produksi serat kasar pastura dari interaksi beberapa taraf

pemupukan dan hijauan campuran (%) ... 32 5. Grafik Kandungan lemak kasar dari interaksi pemupukan dan

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Hal.

1. Rataan produksi pastura campuran dalam bentuk Bahan Segar selama penelitian selama penelitian dan Data hasil

pengamatan terhadap bentuk Bahan Segar pastura

campuran (%/plot)... 44 2. Anova produksi pastura campuran dalam bentuk Bahan

Segar pada taraf pemupukan ... 45 3. Rataan produksi pastura campuran dalam bentuk Bahan

Kering .selama penelitian selama penelitian dan Data hasil pengamatan terhadap kandungan Bahan Kering pastura

campuran (%/plot)... 46 4. Anova produksi pastura campuran dalam bentuk Bahan

Kering pada taraf pemupukan ... 47 5. Rataan produksi Protein Kasar pastura campuran .

selama penelitian dan Data hasil pengamatan Produksi

Protein Kasar pastura campuran (%/plot) ... 48 6. Anova produksi kandungan protein kasar hijauan pada

taraf pemupukan ... 49 7. Rataan produksi Serat Kasar pastura campuran .selama

penelitian dan Data hasil pengamatan Produksi Serat

Kasar pastura campuran (%/plot) ... 50 8. Anova produksi kandungan serat kasar hijauan pada

taraf pemupukan ... 51 9. Rataan produksi Lemak Kasar pastura campuran .selama

penelitian dan Data hasil pengamatan Produksi Lemak

Kasar pastura campuran (%/plot) ... 52 10. Anova produksi kandungan lemak kasar hijauan pada

taraf pemupukan ... 53 11. Rataan kapasitas daya tampung dan Data hasil pengamatan

(14)
(15)

ABSTRAK

EDI PERIKUTEN : Aplikasi wet litter fermentasi terhadap produktivitas pastura campuran, dibimbing oleh Nurzainah Ginting dan Abdul Rauf.

Suatu penelitian mengenai pastura campuran yang ditanam dengan perbedaan tingkat pemupukan perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perbedaan pemupukan terhadap produksi dan kualitas pastura yang berbeda. Penelitian telah dilakukan di Desa Sibiru-biru Kecamatan Delitua, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan petak terbagi, dengan perlakuan petak utama adalah pemupukan (Wet Litter= 0kg, 1kg, 2 kg dan 3 kg), anak petak yaitu pastura, yang terdiri dari (P0 = Stylosanthes guianensis + Chamaecrista rotundifolia + Arachis glabrata, P1 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Stylosanthes guianensis, P2 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia, P3 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Arachis glabrata). Analisis proksimat hijauan dilakukan di Laboratorium Bahan Pakan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi bahan segar dan bahan kering berbeda pada taraf pemupukan. Produksi yang tertinggi bahan segar dan bahan kering yaitu pada pemupukan W3 (207811 kg/ha/tahun dan 12315,25 kg/ha/tahun). Protein kasar dari komposisi pastura yang dicobakan lebih tinggi pada perlakuan W3 (17,348 %) dan pada pastura campuran P3 (16,695 %), sedangkan serat kasar tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa pemupukan W0 (38,084%) dan pada pastura campuran P1 dan P2 (37,240% dan 37,066%). Lemak kasar pastura tertinggi di peroleh pada perlakuan W3 (4,769%) dan pada pastura campuran P3 (4,445%), sedangkan kapasitas tampung ternak yang paling tinggi yaitu diperoleh pada W3 (2,75ST).

(16)

ABSTRACT

EDI PERIKUTEN : Application of fermented wet litter on productivity of pasture, supervised by Nurzainah Ginting dan Abdul Rauf.

A study on pasture planted with different levels of fertilization should be done. The purpose of this study to determine the effect of different fertilization on the production and quality of different pasture. Planting forage research has been conducted in the Delitua Village, Sibiru-biru sub-district, Deli Serdang district, North Sumatera Provinsi.Experimental research split plot design, with main plot treatments were fertilization (Wet Litter= 0kg, 1kg, 2 kg and 3 kg), subplot were pasture, which consisted of (P0 = Stylosanthes guianensis + Chamaecrista rotundifolia + Arachis glabrata, P1 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Stylosanthes guianensis, P2 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia, P3 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Arachis glabrata). Proximate analysis carried out in the Laboratory of Materials forage feed Faculty of Agriculture, University of North Sumatra.

The results showed that the production of fresh and dry matter differ in the level of fertilization. The highest production of fresh ingredients and the dry ingredients in fertilizer W3 (207811 kg/ha/year dan 12315,25 kg/ha/year). Crude protein from pasture composition is higher in treatment W3 (17,348 %) and in pasture P3 (16,695 %), while the highest crude fiber is obtained in the treatment without fertilizer W0 (38.084%) and in pasture P1 and P2 (37.240% and 37.066%). The highest crude fat pasture is obtained on treatment W3 (4.769%) and in pasture mixtures P3 (4.445%), while the capacities of the highest animal is obtained in W3 (2.75 ST).

(17)

PENDAHULUAN

Upaya peningkatan produksi peternakan memerlukan perbaikan produksi maupun kualitas bahan pakan. Produksi dan kualitas hijauan pakan merupakan salah satu faktor pembatas produksi ternak ruminansia di daerah tropis. Dalam usaha meningkatkan produksi ternak, terutama ternak ruminansia diperlukan tersedianya hijauan dalam jumlah cukup dan berkualitas tinggi serta kontinuitasnya terjamin.

Pertanaman campuran rumput dan leguminosa merupakan salah satu upaya penyediaan hijauan pakan yang berkualitas untuk menopang produktivitas ternak ruminansia. Rumput yang mempunyai sifat tumbuh merayap dan mempunyai laju pertumbuhan sejalan dengan leguminosa merupakan pasangan yang tepat untuk pertanaman campuran yang digembalai oleh ternak.

Dalam meningkatkan produksi rumput maupun legume maka diperlukan pemupukan, baik organik maupun anorganik yang bertujuan untuk memenuhi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk berkembang. Pemberian pupuk merupakan salah satu jalan yang harus di tempuh untuk memperbaiki keadaan tanah, baik dengan pupuk buatan (anorganik), maupun dengan pupuk organik seperti pupuk kandang dan kompos (Lingga dan Marsono, 2002).

(18)

Melihat keadaan inilah maka perlu dilakukan suatu usaha penelitian untuk pengembangan pastura campuran, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian kompos dari wet litter fermentasi yang di tinjau dari hasil hijauan total berdasarkan komposisi kandungan gizi dan daya tampung pastura.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi pengaruh wet litter fermentasi terhadap produktivitas pastura campuran.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan manfaat bagi petani, peternak, dan pemerintah dalam mengatasi masalah pakan ternak dan wet litter fementasi. Juga sebagai sumber informasi bagi akademisi maupun peneliti untuk bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya.

Hipotesis Penelitian

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Wet Litter (Feses basah)

Wet litter atau disebut juga dengan feses basah biasa terjadi pada plasma peternakan unggas. Pada musim kemarau terjadi masalah wet litter yaitu litter basah yang terjadi akibat litter bercampur dengan feses, air minum yang tumpah sehingga mengeluarkan bau yang mengganggu lingkungan (Yuwanta, 2000).

Sumber pencemaran usaha peternakan ayam berasal dari kotoran ayam yang berkaitan dengan unsur nitrogen dan sulfida yang terkandung dalam kotoran tersebut. Pada saat penumpukan kotoran atau penyimpanan terjadi proses

dekomposisi oleh mikroorganisme membentuk gas amonia, nitrat dan nitrit serta gas sulfida. Gas-gas tersebutlah yang menyebabkan bau (Svensson, 1990; Pauzenga, 1991). Kandungan gas amonia yang tinggi dalam

kotoran juga menunjukkan kemungkinan kurang sempurnanya proses pencernaan atau protein berlebihan dalam pakan ternak, sehingga tidak semua nitrogen diabsorbsi sebagai amonia, tetapi dikeluarkan sebagai amonia dalam kotoran (Pauzenga, 1991).

(20)

sangat bervariasi bergantung pada jenis ayam, umur, keadaan individu ayarn, dan makanan (Foot et al. 1976).

Pada Tabel 1 dapat dilihat komposisi rata-rata kotoran ayam pedaging berdasarkan bobot basah.

Tabel 1. Kandungan rata-rata unsur pada kotoran ayam pedaging

Nama Unsur Kandungan unsur pada kotoran/bobot basah Minimum Maksimum Rata-rata Total padatan (%) 38,00 92,00 75,80

Wet Litter (Feses Basah) sebagai pupuk organik

(21)

Wet litter atau disebut juga dengan feses basah biasa terjadi pada plasma peternakan unggas. Pada musim kemarau terjadi masalah wet litter yaitu litter basah yang terjadi akibat litter bercampur dengan feses, air minum yang tumpah (Yuwanta, 2000).

Pupuk kandang merupakan campuran dari kotoran padat, cair dari hewan ternak yang bercampur sisa makanan, dapat menambah unsur hara dalam tanah (Soepardi, 1983). Pupuk kandang yang berasal dari feses ayam, kandungan N, P dan Ca relatif lebih tinggi dari hewan lainnya, mudah terpecah-pecah atau terbagi-bagi dan pelapukan organik sangat bermanfaat dalam memperbaiki kemampuan dalam menahan air ( Nasution, 1985).

Lubis (1986), menyatakan bahwa manfaat kotoran ayam telah diteliti dan ternyata memberikan efek yang sangat besar terhadap pertumbuhan tanaman bahkan lebih besar dari pada kotoran ternak besar. Dari segi hara tiap ton kotoran unggas terdapat 65,8 kg N, 13,7 kg P dan 12,8 kg K sedangkan hewan ternak besar dengan bobot kotoran yang sama mengandung 22 kg N, 2,8 kg P dan 13,7 kg K. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemakaian kotoran unggas jauh lebih baik daripada hewan ternak jika diberikan dalam jumlah besar.

Pengomposan

(22)

dengan fermentasi yang lebih cepat dengan bantuan mikro organism (Syarif, 1986). MOD-71 merupakan salah satu aktivator yang dapat membantu mempercepat proses pengkomposan dan bermanfaat meningkatkan unsur hara kompos.

Pemupukan

Pupuk adalah semua bahan yang mengandung unsur-unsur yang berfungsi sebagai hara tanaman serta tidak mengandung unsur-unsur toksik yang dapat memperburuk keadaan tanaman. Pengaruh kesuburan tanah berkaitan erat dengan pemberian pupuk pada tanah tersebut, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik ( Leiwekabessy dan Sutandi , 1988).

Lingga dan Marsono (2006) menambahkan bahwa pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terhisap tanaman. Memupuk berarti menambahkan suatu bahan yang mengandung unsur hara tertentu ke dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun) untuk meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk adalah suatu bahan organik atau anorganik yang berasal dari alam atau buatan yang diberikan pada tanaman secara langsung atau tidak langsung untuk

menambah unsur hara esensial tertentu bagi pertumbuhan tanaman (Pitojo, 1995).

(23)

tiga macam pupuk yang dikenal dan banyak beredar di pasaran, yaitu pupuk yang berisi hara utama nitrogen (N), hara utama posfor (P), dan hara utama kalium (K) (Lingga dan Marsono 2002).

Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur hara. Penggunaan pupuk ini lebih praktis karena hanya dengan satu kali penebaran, beberapa jenis unsur hara dapat diberikan. Namun, dari sisi harga pupuk ini lebih mahal. Contoh pupuk majemuk antara lain diamonium fospat (DAP) yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor, pupuk NP artinya pupuk yang mengandung dua unsur utama nitrogen dan fospat, amafos, supertikfos (SS), leunafos pupuk ini dikenal dengan diamonium fospat sulfat, pupuk NK adalah gabungan anatara pupuk nitrogen dan kalium, pupuk PK merupakan gabungan pupuk fospat dan kalium, dan pupuk NPK (Novizan. 1999).

Menurut Jones et al. (1987), pemupukan di pastura biasanya akan mengakibatkan tiga perubahan penting yaitu: (1) perubahan produksi hijauan, (2) perubahan komposisi botani, dan (3) perubahan kandungan nutrisi hijauan. Humphreys (1980), menyatakan bahwa pemupukan yang lebih besar pada pastura yang baru dikelola mempunyai empat keuntungan yaitu: (1) memperbaiki pertumbuhan

(24)

leguminosa yang akan memberikan sumbangan nitrogen lebih banyak, (2) menekan pertumbuhan gulma, (3) mempercepat dilakukan penggembalaan, dan (4) menghemat biaya pemupukan per unit.

Deskripsi Tanaman Rumput dan Legum

Brachiaria humidicola

Rumput Brachiaria humidicola merupakan rumput asli Afrika Selatan, kemudian menyebar ke daerah Fiji dan Papua New Guinea, terkenal dengan nama Koronivia grass. Rumput ini merupakan rumput berumur panjang yang berkembang secara vegetatif dengan stolon. Stolon tumbuh pada jarak 1-2 m dan cepat menyebar sehingga bila ditanam di lapang segera membentuk hamparan. Rumput ini memiliki tangkai daun lincolate, 3-4 raceme dengan panjang spikelet 3,5-4 mm (Skerman dan Rivers, 1990).

(25)

Brachiaria humidicola merupakan rumput yang tahan terhadap kekeringan dan genangan namun tidak setahan Brachiaria mutica. Rumput ini mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap invasi gulma, tetapi kurang cocok bila dilakukan penanaman dengan campuran leguminosa, hal ini karena pertumbuhan Brachiaria humidicola cepat sekali menutup tanah sehingga akan menekan pertumbuhan leguminosa. Brachiaria humidicola dapat tumbuh dengan baik apabila di tanam di bawah pohon kelapa untuk mendukung produktivitas peternakan rakyat. Kapasitas produksinya dapat mencapai 20 ton/ha (Jayadi, 1991).

Komposisi zat makanan rumput Brachiaria humidicola muda berdasarkan persentase dari bahan kering mengandung protein kasar (PK) 5,1%; serat kasar (SK) 37,4%; abu 9,8% dan BETN sebesar 46,1%, sedangkan yang sudah berbunga atau dewasa mengandung protein kasar 7,6%; serat kasar 35,5%; abu 14,7% dan BETN sebesar 39,9% (Gohl, 1975 Dalam Skerman dan Rivers, 1990).

Rumput Signal (Brachiaria Decumbens)

Rumput Signal (Brachiaria decumbens) tumbuh baik pada daerah sub humid tropis dan dapat tumbuh pada musim kering kurang dari 6 bulan. Tumbuh baik pada jenis tanah apapun termasuk tanah berpasir atau tanah asam, seperti dilaporkan oleh Mannetje dan Jones (1992) yang melaporkan bahwa Brachiaria decumbens sangat toleran terhadap tanah-tanah yang asam dan respon terhadap pemupukan yang mengandung unsur N, P, K, walaupun tidak tahan terhadap tanah berdrainase rendah.

(26)

Produksi Brachiaria, selain dipengaruhi oleh pemupukan, juga dipengaruhi oleh tinggi pemotongan. Semakin tinggi tingkat pemotongan produksi yang dihasilkan semakin tinggi (Siregar dan Djajanegara, 1972).

Tabel 2. Kandungan nutrisi Brachiaria decumbens

Spesies PK% N% Ca% P% Mg% K% Na% KCB%

Brachiaria

Decumbens 10,6 1,69 0,30 0,15 0,19 1,35 0,02 59,8

Sumber : Ciat (1983)

Brachiaria Ruziziensis

Tanaman berumpun tahunan yang merambat dengan rizoma yang pendek, batang berongga tumbuh dari pucuk buku-buku dan daun panjang sampai 25 cm dan lebar 15 mm serta memiliki bunga terdiri dari 3-9 tandan yang relatif panjang (4-10 cm). Rumput ruzi adalah rumput daerah dataran rendah sampai ketinggian 2000 dpl pada daerah tropis yang basah, dengan rata-rata curah hujan minimum 1200 mm (Hare, M.D. and Chaisang Phaikew,1997). Dapat bertahan musim kering selama 4 bulan tetapi akan mati pada kekeringan yang panjang serta tidak tahan terhadap genangan dan tumbuh subur pada tanah berpengairan baik.

Rumput ruzi tahan naungan sedang, bisa ditanam di bawah perkebunan kelapa, juga dapat bertahan pada penggembalaan berat dan memerlukan tingkat pemupukan tinggi untuk bertahan pada frekuensi pemotongan tinggi. Produksi lebih sedikit dibandidi Australia dan Amerika Selatan meskipun panen dapat menghasilkan lebih dari 20 ton/ha/tahun dengan pemberian nitrogen yang tinggi (Miles, J.W., Maass, B.L. and do Valle, C.B. (eds), 1996).

Tabel 3. Kandungan nutrisi Brachiaria ruziziensis

(27)

Brachiaria

Ruziziensis 11,6 1,86 0,31 0,16 0,20 1,80 0,02 60,7 Sumber : Ciat (1983)

Arachis glabarata

Arachis glabarata merupakan tanaman perennial dengan rhizome yang bercabang dan tanaman ini tumbuh tegak di atas tanah. Mempunyai dua pasang daun yang berbentuk ellips, panjangnya 6–20 mm dan lebarnya 5–14 mm. Bunga berbentuk bukat dengan diameter 10–12 mm, berwarna kuning sampai dengan orange dan panjang kelopak bunganya 6–7 mm. Polongnya kecil dengan panjang 10 mm dan tebal 5–6 mm. Mampu meningkatkan nilai nutrisi rumput pastura dan dapat bersaing dengan semua rumput pastura meskipun pertumbuhannya agak lambat (Bogdan 1977).

Arachis glabarata memiliki kemampuan pada naungan bervariasi tergantung ekotipe, misalnya CPI12121 dinilai sangat tahan naungan dan CPI29986 daya tahan naungan rendah dan biasanya dapat tumbuh pada naungan sedang. Arachis glabarata merupakan leguminosa yang memiliki kemampuan beradaptasi pada tanah yang berdrainase baik mulai dari tanah pasir sampai liat, lebih menyukai tanah masam namun dapat tumbuh baik pada tanah netral atau sedikit basa, selain itu beradaptasi baik pada daerah tropis maupun subtropis (Bowman dan Wilson, 1996). Arachis glabarata memiliki kualitas hijauan yang baik dan memiliki produksi bahan kering yang baik.

(28)

serta produksi berat kering 13,0 ton/ha/th dengan kandungan protein rata-rata 15,9% (Yuhaeni, 1989). Arachis sangat bermanfaat untuk campuran hay atau untuk padang pengembalaan. Di daerah iklim kering seperti Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Arachis termasuk tanaman yang tumbuh baik pada musim hujan maupun kemarau sehingga jenis tanaman ini diharapkan untuk peningkatan pastura alam (Nulik et al., 1986). Valentine et al., (1986) melaporkan bahwa penanaman campuran Arachis glabrata dengan Paspalum notatum dapat meningkatkan 100 sampai 300% produksi berat kering rumput Paspalum dibandingkan dengan penanaman rumput secara tunggal.

Chamaecrista Rotundifolia

Jenis-jenis tumbuhan penutup tanah yang banyak digunakan adalah kelompok Legume Cover Crop karena secara alami memiliki bintil-bintil pada akarnya yang memiliki fungsi sebagai penangkap nitrogen dari udara dan mensuplai kebutuhan nitrogen bagi pertumbuhan tanaman, meliputi jenis-jenis: Bermuda (Cynodon dactilon) , WF millet (Panicum miliaceum), Burgundy (Macroptilium bracteatum), Wynn cassia (Chamaecrista rotundifolia), Centrosema (Centrosema SP), Orok-Orok (C/ota/aria SP) (Bahar, 1992).

Chamaecrista rotundifolia merupakan tanaman tahunan berumur pendek, tanaman semusim yang beregenerasi sendiri tinggi sekitar 1 m. Helai daun setengah lingkaran sampai bulat lebar dengan panjang 12-38 mm, lebar 5-25 mm. Bunga 1-2 (-3) axillary, kecil kuning. Buah pol

(29)

cocok ditanam adalah Stylosanthes guianensis varitas intermedia, ,

Palatabilitas ternak terhadap Chamaecrista rotundifolia yaitu biasanya kurang disukai oleh ternak pada musim tumbuh dibawah curah hujan yang lebih tinggi, tetapi menjadi lebih diterima ketika rumput yang tumbuh bersama menjadi lebih tua di akhir musim. Dapat mencapai sekitar 20% dari ransum pada akhir musim gugur. Keunggulan dari legume chamaecrista rotundifolia antara lain penanaman dan penyebaran cukup cepat, kebutuhan pupuk rendah, dapat beradaptasi pada tanah asam dan produksi biji tinggi (Tarawali, 1995).

Stylosantes Guianensis

Stylosanthes guianensis lebih dikenal dengan nama stylo, digunakan sebagai tanaman penutup tanah, sebagai pupuk hijau, dan sebagai tanaman pengganti pada penanaman berpindah tapi Stylo lebih dikenal sebagai tanaman pastura. Konsentrasi nitrogennya 15–30%. Legum berumur panjang, membentuk rumpun, batang berbulu, tinggi mencapai 1.5 m dan bertekstur kasar. Stylo merupakan jenis legum yang memberikan harapan baik untuk sebagian besar daerah di Indonesia. Toleransinya terhadap jenis tanah sangat luas bahkan tanah-tanah yang miskin unsur hara, dapat hidup pada tanah yang tergenang, dari berpasir sampai dengan tanah liat, toleransi pada tanah yang memiliki kandungan Al dan Mn yang tinggi tetapi tidak pada salinitas tanah yang tinggi (Mannetje dan Jones 1992).

(30)

pada taraf yang rendah (FAO, 2009). Stylosanthes guianensis merupakan tanaman legum perenial, daunnya trifoliat dengan panjang 0,5-4,5 cm dan lebar 0,2-2 cm, bunganya berwarna kuning sampai orange, benihnya berwarna coklat (bervariasi dari kuning sampai agak kehitaman). stylo dapat digunakan untuk tanaman pakan pada lahan pastura (penggembalaan maupun potongan), sebagai penutup tanah (mencegah erosi), pupuk hijau, dan diolah menjadi hay atau pellet.

Pertanaman Campuran Rumput dan Leguminosa

Pertanaman campuran merupakan sistem penanaman dua atau lebih jenis tanaman dalam sebidang lahan pada musim tanam yang sama. Dengan demikian penanaman secara campuran dimungkinkan terjadi persaingan atau saling mempengaruhi antara komponen pertanaman yang berlangsung selama periode pertumbuhan tanaman dan mampu mempengaruhi hasil kedua atau lebih tanaman tersebut (Gardner et al., 1991). Selanjutnya dikatakan bahwa pada pertanaman campuran leguminosa memberi sumbangan N pada rumput selama pertumbuhannya. Beberapa syarat perlu diperhatikan sebagai tanaman campuran, yaitu dapat menimbun N, tanaman tahunan yang berumur pendek, spesies-spesies yang permanen, tanaman yang tumbuh rapat, rendah dan lambat berbunga.

(31)

sumbangan fiksasi nitrogen dari leguminosa. Chrowder dan Chheda (1982) juga mengatakan bahwa leguminosa akan meningkatkan penyediaan protein bagi penggembalaan dan menyediakan nitrogen untuk pertumbuhan rumput.

Menurut Sanchez (1993) bahwa peranan legum pada pertanaman campuran legum-rumput adalah untuk memberikan tambahan nitrogen kepada rumput dan memperbaiki kandungan hara secara menyeluruh pada padang pengembalaan, terutama protein, fosfor, dan kalsium. Kecocokan antara spesies rumput dan legum dikaitkan dengan tumbuh dan menyesuaikan diri yang serupa antara kedua spesies itu terhadap pola iklim, kelengasan tanah, dan kesuburan tanah yang khas. Spesies rumput yang tumbuh dan menutup tanah dengan lapisan yang tebal dan pertumbuhannya diatur dengan pengelolaan misalnya Brachiaria decumbens cocok hidup bersama dengan legum yang rendah atau menjalar.

Penanaman campuran antara leguminosa dengan rumput memberikan produksi bahan kering dan kualitas rumput yang lebih baik dibanding penanaman rumput secara tunggal (murni) (Bahar et al., 1992). Bila dibandingkan dengan pertanaman tunggal maka pada pertanaman campuran dapat meningkatkan kandungan protein sebagaimana diperlihatkan pada tanaman campuran antara rumput P.Maximum dengan Neonaotonia wightii dan Macroptilium atropurpureum Smitt (1977). Lebih lanjut Manidool (1974) menyatakan bahwa spesies rumput yang kandungan proteinnya rendah dapat diupayakan agar lebih tinggi melalui pertanaman campuran dengan legum.

Kapasitas Tampung Ternak

(32)

digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar (Reksohadiprodjo, 1994). Kapasitas tampung juga dapat diartikan sebagai kemampuan padang rumput dalam menampung ternak (Susetyo, 1980) atau jumlah ternak yang dapat dipelihara per satuan luas padang (Subagio dan Kusmartono, 1988). Dengan demikian kapasitas tampung tersebut tergantung pada berbagai faktor seperti kondisi tanah, pemupukan, faktor klimat, spesies hijauan, serta jenis ternak/satwa yang digembalakan atau terdapat di suatu padangan. Kapasitas tampung ternak bertujuan untuk mendefinisikan tekanan penggembalaan jangka panjang dalam tingkat optimum yang secara aman berkelanjutan dan dihubungkan dengan ketersediaan hijauan.

Taksiran daya tampung menurut Halls et al., (1964) didasarkan pada jumlah hijauan tersedia. Jumlah hijauan yang tersedia ini tidak terlepas hubungan dengan defoliasi, aspek lain dalam hal ini adalah hubungan antara tekanan penggembalaan terhadap produksi ternak. Pengertian tentang tekanan penggembalaan optimum penting artinya dalam pengelolaan padang penggembalaan, karena tekanan penggembalaan optimum dalam hal ini sesuai dengan daya tampung padang rumput bersangkutan.

(33)

Menurut Reksohadiprodjo (1985), yang disitasi oleh Kencana (2000), kapasitas tampung (Carrying Capacity) adalah kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar. Departemen Pertanian (2010) lebih lanjut menjelaskan bahwa, kapasitas tampung adalah jumlah hijauan makanan ternak yang dapat disediakan kebun hijauan makanan ternak untuk kebutuhan ternak selama 1 (satu) tahun yang dinyatakan dalam satuan ternak (ST) per hektar.

Kapasitas tampung identik dengan tekanan penggembalaan (stocking rate) yaitu jumlah ternak atau unit ternak per satuan luas padang penggembalaan. Tekanan penggembalaan optimum merupakan pencerminan dari kapasitas tampung yang sebenarnya dari padang penggembalaan, karena baik pertumbuhan ternak maupun hijauan dalam keadaan optimum atau merupakan pencerminan keseimbangan antara padang rumput dengan jumlah unit ternak yang digembalakan (Susetyo, 1980).

METODE PENELITIAN

(34)

Menurut Reksohadiprodjo (1985), yang disitasi oleh Kencana (2000), kapasitas tampung (Carrying Capacity) adalah kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar. Departemen Pertanian (2010) lebih lanjut menjelaskan bahwa, kapasitas tampung adalah jumlah hijauan makanan ternak yang dapat disediakan kebun hijauan makanan ternak untuk kebutuhan ternak selama 1 (satu) tahun yang dinyatakan dalam satuan ternak (ST) per hektar.

Kapasitas tampung identik dengan tekanan penggembalaan (stocking rate) yaitu jumlah ternak atau unit ternak per satuan luas padang penggembalaan. Tekanan penggembalaan optimum merupakan pencerminan dari kapasitas tampung yang sebenarnya dari padang penggembalaan, karena baik pertumbuhan ternak maupun hijauan dalam keadaan optimum atau merupakan pencerminan keseimbangan antara padang rumput dengan jumlah unit ternak yang digembalakan (Susetyo, 1980).

METODE PENELITIAN

(35)

Penelitian ini telah dilaksanakan pada lahan petani di Desa Sibiru-biru Kecamatan Delitua, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penelitian berlangsung dari Bulan Juni sampai Desember 2012.

Bahan

Pastura campuran yang terdiri dari Bracgiaria humidicola, Brachiaria decumbens, Brachiaria ruziziensis, Arachis glabarata, Chamaecrista rotundifolia, Stylosanthes guianensis. Lahan yang terdiri dari 64 plot, dimana setiap plot berukuran 1 x 1 meter dengan jumlah 3-4 tanaman setiap plot. Pupuk wet litter fermentasi (20 ton/ha) masing-masing adalah W0 = kontrol, W1 = 1 kg, W2 = 2 kg, W3 = 3 kg.

Alat

Cangkul yang digunakan untuk membersihkan dan mengolah lahan penelitian. Gembor untuk menyiram tanaman. Meteran sebagai alat ukur untuk mengukur tinggi pemotongan. Parang, arit dan gunting untuk memotong rumput. Kertas koran untuk alas rumput pada saat pemotongan. Timbangan untuk menimbang berat segar dan berat kering. Oven untuk mengeringkan rumput.

Metode Penelitian

(36)

Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Stylosanthes guianensis, P3 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia, P4 = Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Arachis glabrata).

Prosedur Pelaksanaan

Persiapan Lahan

Persiapan lahan meliputi pembersihan lahan penelitian dari sisa tanaman sebelumnya dan gulma lainya. Dua minggu kemudian dilakukan pencangkulan untuk memecah lapisan tanah menjadi bongkah-bongkahan tanah, sehingga pengemburan selanjutnya lebih mudah dilakukan. Dua minggu setelah pencangkulan, dilakukan penggemburan yang berfungsi untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan menjadi struktur tanah yang lebih halus serta untuk membersihkan sisa-sisa perakaran dari tumbuhan liar. Satu hari setelah selesai penggemburan dilakukan pembuatan petak (plot) penelitian berukuran 1m x 1m sebanyak 64 petak (plot), dengan ketentuan ukuran tanah tiap petak ditinggikan (digunduk) dari areal lahan penelitian.

Pemupukan

Setelah lahan siap diolah dan siap untuk ditanami maka lahan tersebut terlebih dahulu dipupuk dengan kompos wet litter fementasi, masing-masing plot sesuai dengan perlakuan, seminggu setelah pemupukan maka dilakukan penanaman.

(37)

Penanaman rumput dan leguminosa dilakukan bersamaan pada petak dengan ukuran 1m x 1m (untuk setiap unit perlakuan) dengan mempergunakan bahan tanam sobekan rumput dan stek leguminosa yang diperoleh dari BPTP Sei Putih, Sumatera Utara. Jarak tanam yang dipergunakan untuk rumput 20 x 20 cm, sedangkan untuk legum ditanam diantara tanaman rumput dengan jarak tanam yang sama.

Pemeliharaan

Dalam melakukan pemeliharaan tanaman meliputi : 1) Penyiraman, penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore, 2) Penyiangan, penyiangan dilakukan terhadap gulma-gulma secara manual di dalam dan diluar petak tanaman.

Parameter yang diamati

Produksi Bahan Segar

Produksi bahan segar diperoleh dari hasil panen tiap petak kemudian di timbang. Setelah diperoleh hasil bahan segar per petak, kemudian data bahan segar perpetak dikalkulasikan ke dalam produksi bahan segar kg/ha/tahun.

Produksi bahan kering

(38)

yaitu analisa kandungan gizi, dengan suhu suhu 105 ˚C selama 8 jam. Dari analisa kandungan gizi tersebut akan didapatkan data produksi bahan kering perpetak, kemudian data bahan kering perpetak dikalkulasikan ke dalam produksi bahan kering perhektar pertahunnya.

Kandunga Gizi Pastura

Analisa kandungan nutrien pastura berdasarkan analisa proximat (SK, PK dan LK) dilakukan di Laboratorium Bahan Pakan Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Kapasitas Daya Tampung

Kapasitas daya tampung didapatkan setelah mendapatkan produksi bahan kering per hektar. Kemudian dihitung kapasitas tampung dengan cara membagikan produksi bahan kering per hektar dengan kebutuhan bahan kering ternak yaitu 3,5% (NRC, 1988) dari bobot badan ternak dengan bobot badan ternak 350 kg.

Rancangan Percobaan

(39)

anak petak adalah taraf pemupukan wet litter fermentasi (20 ton/ha) masing-masing adalah W0 = kontrol, W1 = 1 kg, W2 = 2 kg, W3 = 3 kg. Kelompok (blok) sebagai ulangan ada 4. Jadi satuan percobaan ada 4 x 4 x 4 = 64 petak penelitian.

Analisis Data

Data-data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam

yang kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan Berjarak Duncan menurut Steel dan Torrie (1995). Uji lanjut yang digunakan ketika ditemukan adanya

pengaruh interaksi antar faktor perlakuan adalah dengan melihat perbedaan antar anak petak dan interaksi antar petak dengan petak utama yang sama seperti dijelaskan oleh Gaspersz (1995).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi Bahan Segar

(40)

analisis ragam pada petak utama pemupukan (W) dan anak petak campuran pastura (P) memberi pengaruh nyata (P<0,05) terhadap produksi bahan segar pastura. Rataan produksi bahan segar pastura dengan perlakuan pemupukan dan campuran pastura tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi bahan segar pastura pada berbagai tingkat pemupukan dan pastura campuran.

W0 71262,01 90598,22 92987,99 80061,12 83727,33a W1 121014,78 131551,88 125903,50 126880,83 126337,74b W2 162077,28 176090,70 186519,23 180110,55 176199,44c W3 192494,50 219760,33 206507,23 212482,15 207811,05d Rataan 136712,14a 154500,28d 152979,48c 149883,66b

Keterangan : Angka pada setiap perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji beda rataan Duncan

(41)

tanah akan meningkatkan struktur pada tanah tersebut lebih remah dan meningkatkan jumlah pori-pori tanah sehingga memudahkan tunas-tunas baru tumbuh menembus permukaan tanah.

Menurut Ramesh et al. (2003) aplikasi pupuk organik fermentasi pada pertanaman rumput campuran dapat meningkatkan produktivitas rumput campuran dan memperbaiki kualitas tanah. Selanjutnya Gana (2008) menemukan aplikasi pupuk organik fementasi menghasilkan pertumbuhan rumput paling baik, jumlah anakan paling banyak dan hasil rumput paling tinggi. interaksi antara pemupukan dan hijauan campuran terhadap bahan segar dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Grafik Produksi Bahan Segar dari interaksi pemupukan dan hijauan campuran (%)

Hasil interaksi menunjukkan bahwasanya interaksi antara pemupukan dengan hijauan campuran berpengaruh tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap produksi bahan kering hijauan (Lampiran 2). Rataan produksi bahan kering hijaun tertinggi pada W3 dicapai oleh perlakuan P1 yaitu sebanyak 94,735%/petak.

P1

P2

P3

(42)

Produksi Bahan Kering

Hasil penelitian bahan kering hijauan campuran diperoleh dari pengovenan 70 0C dan 105 0

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa perlakuan kombinasi antara dosis wet litter fermentasi sebanyak 3 kg dengan pastura campuran yang terdiri dari Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Arachis glabrata (W

C dari hasil panen segar hijauan campuran. Data pengamatan produksi bahan kering hijauan pakan ternak akibat perlakuan pemberian wet litter fermentasi dan perlakuan pastura campuran disajikan pada Lampiran 3. Hasil analisis sidik ragam terhadap data produksi bahan kering tersebut menunjukkan bahwa interaksi/kombinasi perlakuan antara dosis wet litter fermentasi dengan pastura campuran serta perlakuan utamanya masing-masing memberikan pengaruh yang nyata pada p.01 dan p.05 (Lampiran 4). Hasil uji beda rataan menggunakan Uji Jarak Duncan terhadap produksi bahan kering pastura disajikan pada Tabel 5.

3P3) mengasilkan bobot produksi bahan kering hijauan tertinggi dengan rataan sebesar 12349.39 kg/ha/tahun yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan W3P2

Data hasil pengamatan terhadap produksi bahan kering pastura pada berbagai taraf pemupukan wet litter disajikan pada Tabel 5.

(dosis wet litter fermentasi 3 kg dengan pastura campuran berupa Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria Ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia dengan rataan 12331,14 kg/ha/tahun.

Tabel 5. Produksi Bahan Kering hijauan pakan ternak akibat perlakuan dosis wet litter fermentasi dan pastura campuran.

Pemupukan

Pastura

Rataan

P1 P2 P3 P4

(43)

W0 11803,84a 11836,76b 11897,37c 11946,91d 11871,22a W1 12028,38e 12073,68f 12091,28g 12097,47g 12072,70b W2 12144,72h 12159,39h 12180,90i 12222,61j 12176,91c W3 12274,43k 12306,04l 12331,14m 12349,39n 12315,25d Rataan 12062,84a 12093,97b 12125,17c 12154,09d

Keterangan : Superskrip dengan huruf yang berbeda kearah baris atau kolom menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).

Produksi bahan kering jelas terlihat bahwa pemberian pupuk (W3) memberikan pengaruh terhadap produksi bahan kering, karena diketahui taraf pemberian N berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan dameter batang. Semakin tinggi taraf pemberian N umumnya tinggi tanaman dan diameter batang semakin meningkat pula. Syofiarni (1982) menyatakan bahwa produksi selalu disebabkan adanya petumbuhan dari rumput seperti tinggi tanaman bertambah dan jumlah anakan juga bertambah.

Produksi setiap varietas tanaman berbeda-beda tergantung pada sifat

genetis varietas tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soegito, et al. (1992) menyatakan bahwa setiap varietas tanaman memiliki

produksi yang berbeda-beda tergantung kepada sifat genetis varietas tanaman itu sendiri. Disamping itu penyerapan unsur hara oleh akar juga dipengaruhi oleh sifat tanaman itu sendiri. Setiap varietas memliki keunggulan genetis yang berbeda-beda dari varetas tanaman lain. Menurut Ifradi et al . (1998) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang akan meningkatkan produksi bahan kering, protein kasar dan menurunkan serat kasar.

(44)

Pemupukan

Gambar 2. Grafik Produksi Bahan Kering dari interaksi pemupukan dan hijauan campuran (%)

Dari Tabel 5 dan Gambar 2 dapat diketahui bahwa pemberian wet litter fermentasi sangat diperlukan dalam meningkatkan produksi bahan kering hijauan pakan ternak, terutama pada pasturan campuran Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Arachis glabrata (P3) dan Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Chamaecrista rotundifolia (P2).

Kandungan Gizi Pastura

Produksi nutrisi dari hijauan pada penelitian ini diperoleh dengan melakukan analisis proksimat terhadap sampel yang diambil dari setiap petak percobaan. Data yang dianalisis merupakan produksi nutrisi yang diperoleh dengan mengalikan produksi bahan kering dengan kandungan nutrisi dari setiap hijauan percobaan.

Data kandungan nutrisi hijauan pada penelitian disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh Pemupukan terhadap rataan kandungan nutrisi hijauan

Pemupukan(%) ProteinKasar Serat Kasar Lemak Kasar ………%………

W0 15,21a 38,08d 3,21a

W1 16,28b 37,35c 4,31c

P1

P2

P3

(45)

W2 16,68c 36,34b 4,29b

W3 17,35c 35,73a 4,77d

Rataan 16,38 36,87 4,15

Tabel 6 menunjukkan adanya peningkatan kandungan protein kasar dan lemak kasar dengan adanya perbedaan taraf pemupukan sebaliknya terjadi penurunan kandungan serat kasar dengan adanya perbedaan taraf pemupukan. Menurut Ifradi et al . (1998) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang akan meningkatkan produksi bahan kering, protein kasar dan menurunkan serat kasar.

Kandungan gizi dari pengaruh taraf pemupukan pada berbagai hijauan meliputi: produksi protein kasar, serat kasar dan lemak kasar.

Protein Kasar

Data kandungan produksi protein kasar pada hijauan pastura campuran disajikan pada lampiran 5 dan hasil analisis sidik ragamnya disajikan pada lampiran 6. Dari lampiran 6 dapat diketahui bahwa semua perlakuan, baik perlakuan utama dosis wet litter fermentasi dan pastura campuran, maupun interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi protein kasar pastura. Hasil uji beda rataan menggunakan uji Jarak Duncan disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan kandungan Produksi Protein Kasar hijauan pakan ternak akiabat perlakuan dosis wet litter fermentasi dan pastura campuran

(46)

Rataan 16,06a 16,24b 16,53c 16,70d

Keterangan : Angka pada setiap perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji beda rataan Duncan

Dari Tabel 7 tersebut dapat diketahui bahwa perlakuan interaksi yang menghasilkan rataan produksi protein kasar pastura pada perlakuan W3P4

Perlakuan pemupukan pada W3 menghasilkan protein kasar tertinggi ini disebabkan pada perlakuan W3 unsur N lebih besar. Tisdale dan Nelson (1975) menyatakan bahwa N adalah unsur hara utama dalam pembentukan protein makanan, oleh sebab itu dibutuhkan unsur hara N yang lebih banyak untuk meningkatkan kandungan protein kasar. De La Cruz (1981) menyatakan bahwa unsur hara yang diserap meningkat dengan adanya mikoriza antara lain N, P, dan

K masing-masing 50%, 46%, dan 38%. Menurut Whitehead (1970) dalam Ifradi et al. (2003) bahwa kandungan serat kasar dipengaruhi oleh unsur N yang

tersedia untuk pembentukan protein kasar. Ditambahkan oleh Syarif (1986) bahwa rendahnya kandungan N akan mengakibatkan turunnya kadar protein serta perbandingan protoplasma dengan dinding sel sehingga daun menjadi keras dan berserat.

(Dosis wet litter fermentasi dengan pastura campuran Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Arachis glabrata dan berbeda nyata dengan interaksi dan kombinasi lainnya.

(47)

Minson (1990) menyatakan kandungan dan komposisi protein kasar dalam hijauan di pengaruhi oleh ketersediaan nitrogen dalam larutan tanah. Tingginya kandungan protein kasar pada pemberian pupuk kandang dikarenakan nitrogen yang tersedia dapat segera digunakan, kemudian dirombak menjadi amonium.

Penelusuran lebih lanjut interaksi antara pemupukan dan hijauan campuran terhadap kandungan protein kasar dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 3. Grafik Kandungan protein kasar dari interaksi pemupukan dan hijauan campuran (%)

Hasil interaksi menunjukkan bahwasanya interaksi antara pemupukan dengan hijauan campuran berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan protein kasar hijauan (Lampiran 6). Rataan protein kasar hijaun tertinggi pada W3 dicapai oleh perlakuan P3 yaitu sebanyak 17,490%/petak. Pemberian pupuk dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan demikian penyerapan akan unsur hara yang di butuhkan oleh pastura untuk tumbuh lebih mudah diserap. Pupuk adalah suatu bahan organik atau anorganik yang berasal dari alam atau buatan yang diberikan pada tanaman secara langsung atau tidak langsung untuk menambah unsur hara esensial tertentu bagi pertumbuhan tanaman (Pitojo, 1995).

P1

P2

P3

(48)

Serat Kasar

Dari hasil sidik ragam Tabel 8 (Lampiran 7) perlakuan pemupukan menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) terhadap serat kasar, pemupukan W0 menunjukkan hasilnya yang paling tinggi yaitu sebesar 38,08%/petak. Hal ini diakibatkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu jenis dan umur tanaman yang berbeda-beda. Kadar protein kasar tanaman penggembalaan sekitar 8–10% dari bahan kering. Kadar protein, mineral dan karbohidrat akan menurun dengan meningkatnya umur tanaman, sedangkan serat kasar dan lignin akan bertambah (Siregar 1988). Menurut Ifradi et al . (1998) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang akan meningkatkan produksi bahan kering, protein kasar dan menurunkan serat kasar.

Data hasil pengamatan terhadap produksi serat kasar pastura disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Produksi Serat Kasar hijauan pada berbagai taraf pemupukan

Pemupukan

Keterangan : Angka pada setiap perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji beda rataan Duncan

(49)

yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan dengan pemupukan yaitu sebesar 38,08%/petak.

Perlakuan W0 (kontrol) menghasilkan serat kasar tertinggi hal ini dikarenakan pada perlakuan kontrol kandungan N rendah dari yang lainnya. Setyamidjaja (1986) menyatakan bahwa pengaruh N dalam meningkatkan perbandingan protoplasma terhadap bahan dinding sel yang tipis. Keadaan ini menyebabkan daun-daun lebih banyak mengandung air dan kurang keras, sebaliknya kandungan N yang rendah dapat mengakibatkan tebalnya dinding sel daun dengan ukuran sel yang kecil, dengan demikian daun akan menjadi keras penuh dengan serat-serat. Menurut Whitehead (1970) dalam Ifradi et al. (2003) bahwa kandungan serat kasar dipengaruhi oleh unsur N yang tersedia untuk pembentukan protein kasar. Ditambahkan oleh Syarif (1986) bahwa rendahnya kandungan N akan mengakibatkan turunnya kadar protein serta perbandingan protoplasma dengan dinding sel sehingga daun menjadi keras dan berserat.

Nilai ragam kandungan serat kasar pada beberapa perlakuan kelompok hijauan campuran juga menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05). Nilai rataan pada P0 dan P1 tidak memberikan perbedaan yang nyata. Namun memberikan nilai rataan yang berbeda terhadap P2 dan P3. Rataan kandungan serat kasar tertinggi pada perlakuan hijauan campuran terdapat pada kelompok hijauan P2 dan P3 yaitu 37,24%/petak dan 37,06%/petak.

Penelusuran lebih lanjut interaksi antara pemupukan dan hijauan campuran terhadap kandungan protein kasar dapat dilihat pada gambar 3.

(50)

Gambar 4. Grafik produksi serat kasar pastura dari interaksi beberapa taraf pemupukan dan hijauan campuran (%)

Hasil interaksi menunjukkan bahwasanya interaksi antara pemupukan dengan hijauan campuran berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan serat kasar hijauan (Lampiran 7). Rataan serat kasar hijaun tertinggi pada W0 dicapai oleh perlakuan P1 yaitu sebanyak 38,80%/petak.

Lemak Kasar

Dari hasil bahan kering yang diperoleh kandungan lemak kasar melalui analisa proksimat. Data hasil pengamatan terhadap kandungan lemak kasar pastura disajikan pada tabel 9.

Data hasil pengamatan terhadap produksi lemak kasar hijauan disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Produksi Lemak Kasar hijauan campuran pada beberapa taraf pemupukan

Pemupukan

KelompokHijauan

Rataan

P1 P2 P3 P4

………%………

W0 2,70a 2,86b 3,42c 3,88d 3,21a W1 4,07e 4,22f 4,45g 4,53gh 4,31c

P1

P2

P3

(51)

W2 4,18f 4,22f 4,28f 4,47g 4,29b W3 4,64hi 4,72ij 4,81jk 4,91k 4,77d Rataan 3,90a 4,00b 4,24c 4,45d

Keterangan : Angka pada setiap perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji beda rataan Duncan

Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa perlakuan interaksi kombinasi yang menghasilkan rataan produksi lemak kasar hijauan tertinggi terjadi pada perlakuan W3P4 (dosis wet litter fermentasi dengan kombinasi campuran Brachiaria humidicola + Brachiaria decumbens + Brachiaria ruziziensis + Arachis glabrata, sebesar 4,91 % dan berbeda nyata dengan perlakuan interaksi/kombinasi lainnya.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemberian pupuk kandang berupa wet litter fermentasi dari dosis rendah ke dosis tinggi ada kecenderungan meningkatkan lemak kasar pastura, sehingga dapat diprediksi bahwa hijauan tersebut nilai gizinya semakain baik.

Gambar 5. Grafik Kandungan lemak kasar dari interaksi pemupukan dan hijauan campuran (%)

Hasil interaksi menunjukkan bahwasanya interaksi antara pemupukan dengan hijauan campuran berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan lemak

P1

P2

P3

(52)

kasar hijauan (Lampiran 9). Rataan lemak kasar hijaun tertinggi pada W3 dicapai oleh perlakuan P3 yaitu sebanyak 4,91%/petak.

Kapasitas Tampung

Kapasitas tampung adalah kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar (Reksohadiprodjo, 1994). Berdasarkan hasil analisis ragam bahwa kapasitas daya tampung pada perlakuan pemupukan (W) dan pastura (P) berbeda nyata (P<0,05). Rataan kapasitas tampung dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Kapasitas tampung pada pastura dengan berbagai tingkat pemupukan

Pemupukan

Keterangan : Angka pada setiap perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji beda rataan Duncan

(53)

+ Arachis glabrata) yaitu 2,69 ST/ha/tahun. Kapasitas tampung dipengaruhi oleh produksi bahan kering hijauan. Elliot et al., (2009) mengemukakan bahwa besar kecilnya bobot kering merupakan gambaran dari kapasitas tampung.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

(54)

ruziziensis + Arachis glabrata berpengaruh nyata meningkatkan produksi Bahan Segar, Produksi Bahan Kering, Protein Kasar, Lemak Kasar, dan Kapasitas Daya akan tetapi menurunkan kandungan Serat Kasar.

Saran

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Bahar, S., R. Rahman, D. Bulo dan R. Salam. 1992. Pengaruh pertanaman campuran rumput Cenchrus ciliaris cv Malopo dengan lima jenis leguminosa herba terhadap produksi dan kualitas hijauan pakan. Proc. Pertemuan Pengolahan dan Komunikasi Hasil Penelitian Peternakan, Sub Balitnak Gowa, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Bogdan AV. 1977. Tropical Pastures and Fodder Plants. Series, Longman, London: Tropical Agriculture. p.475.

Bowman, A.M. and G.P.M. Wilson. 1996. Persistence and yield of forage peanuts (Arachis spp.) on the New saddle river, New Jersey.

Ciat. 1983. Annual Report. Tropical Pastures Program Centro Internacional de Agriculture Tropical. Colombia.

Cook, B.G., Pengelly, B.C., Brown, S.D., Donnelly, J.L., Eagles, D.A., Franco, M.A., Hanson, J., Mullen, B.F., Partridge, I.J., Peters, M. and Schultze-Kraft, R. 2005. Tropical Forages: an interactive selection tool., [CD-ROM], CSIRO, DPI&F(Qld), CIAT and ILRI, Brisbane, Australia. From Chrowder LV. and Chheda HR 1982. Tropical Grassland Husbandry. Longman.

London and New York. p.562.

Charles RT, Hariono B. 1991. Pencemaran lingkungan oleh limbah peternakan dan pengelolaannya. Bull.FKH-UGM Vol. X: 2. Direktorat PengembanganLaboratorium Rujukan dan Pengelolaan Data, 1994. Standar Nasional Indonesia : Pengujian Kualitas Air Sumber dan Limbah Cair. Jakarta: Bapedal.

Deptan Soegito, S., Rodiah, dan Arifin. 1992. Pemurnian dan Perbanyakan Benih Perjenis Kedelai. Malang: Badan Penelitian Tanaman Pangan. Hal. 18-24 Fontenot, Q., Bonvillain, C., Kilgen, M., Boopathy, R., 2007. Effects of

temperature, salinity, and carbon: nitrogen ratio on sequencing batch reactor treating shrimp aquaculture wastewater. Bioresour. Technol. 98, 1700–1703.

Foot, A.S., S.Banes,J.A.C.G.Oge, J.C. Howkins, V.C. Nielsen, and J. R. O. Callaghan. 1976. Studies on FarmLivestock Waste.1st ed. Agriculture Research

(56)

Hare, M.D. and Chaisang Phaikew (1997) Thailand. In: Loch, D.S. and Ferguson, J.E. (eds) 2, Tropical and subtropical species

Halls, L.K, Hughes, R.H, Rummel, R.L, Soutwal, B.L., 1964. Forage and Cattle Management in Longleaf-Slaash Pine Forest. Bulletin 2199: 45-54.

. pp. 435-443. (CABI Publishing).

Jayadi, S. 1991. Pengenalan jenis tanaman pakan. Makalah Pelatihan Hijauan Makanan Ternak (Kalimantan II). Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Jones, R.M. 1992(Persoon) Greene. In: 't Mannetje, L. and Jones, R.M. (eds) Plant Resources of South-East Asia No. 4. Forages

Jones, R. M.., J. C. Tothil and R.J. Jones. 1987. Pastures and Pasture Management in The Tropics and Sub-tropics. The Tropical Grassland Society of Australia.

. pp. 88-89. (Pudoc Scientific Publishers, Wageningen, the Netherlands).

Kismono, I., 1979. Pasure Establishment. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Leiwakabessy F. M. dan A. Sutandi.2004. Diktat Kuliah Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lingga, P dan Marsono. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.

Lubis, A.M., 1986. Azas-azas kimia tanah. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian UISU, Medan.

Malone, G. W. 1992. Nutrient enrichment in integrated broiler production system. J. Poultry Sci. 71: 117-1122.

Mannetje LT, Jones RM. 1992. Plant Resources of South-East Asia. Bogor: Prosea 4, Indonesia.

Manidool, C. 1974. Quality of Forage Crops Extension Bullettin No 44. Food and Fertilizer Teknology Center.

McIllroy RJ. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Terjemahan: Susetyo S.

Miles, J.W., Maass, B.L. and do Valle, C.B. (eds) (1996) Brachiaria

(57)

Nasution, H.F., 1985. Agronomi Makanan Ternak. Fakultas Pertanian USU, Medan.

Novizan. 1999. Pemupukan Yang Efektif. Makalah Pada Kursus Singkat Pertanian. PT Mitratani Mandiri Perdana. Jakarta.

Nulik, J., C.N. Jacobsen and A. Andrews. 1986. Evaluation of herbaceous legumes for Nusa Tenggara In Annual Report Forage Research Project 1986. Balitnak Ciawi, Indonesia.

Pauzenga.1991 . Animal Production in The 90 .s in Harmony with Nature : A Case Strudy in The Netderldans . In . Biotechnology in The Feed industry (T .P . Lyons Eds .) . Proc . Alltech .s Seventh Annual.

Pitojo, S. 1995. Penggunaan Urea Tablet. Penebar Swadaya Jakarta.

Reksohadiprodjo, S., 1994. Produksi Tanaman Hijaun Makanan Ternak Tropika. Yogyakarta: BEFE.

Sabiham, S. 1989. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sanchez, P.A. 1993. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Bandung : ITB. Setyamidjaya, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Cetakan I. CV Simplex, Jakarta. Skerman, P. J. dan F. Rivers. 1990. Tropical Grasses. Food and Agriculture

Organization of the United Nations, Rome.

Siregar, M. E., a. Djajanegara dan M. H. Harahap. 1973. Pengaruh Tingkat Pemupukan TSP Terhadap Produksi Segar Rumput Setaria sphacelata, Brachiaria brizantha dan Digitaria decumbens. Buletin L.P.P. Bogor. No 11, 1-7.

Smitt, A. 1977. The valuasi of Tropical Pasture Species in The Transvaal. Proc. Grassland Soc. Sth. Afr 12-29-31Svensson, L. 1990. Puffing the lid on the dung heaps. Acid. Enviroment. Magazine.9: 13- 15.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor,Bogor. 591 p. Susetyo S. 1980. Padang Penggembalaan. Bogor: Departemen Ilmu Makanan

Ternak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Syarif, S. 1986. Kesuburan Tanah dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana., Bandung.

(58)

Valentin, J. F., O.C. Ruelke and G. M. Prine. 1986. Yield and quality responses of tropical grasses, a legume and grass-legume associations as affected by fertilizer nitrogen. Soil and Crop Sci. Soc. Fla. Proc. 45:138-143.

Wiryasasmita, R., 1985. Potensi Tanah Pengonan di Desa Parerejo Kecamatab Purwodadi Kabupaten Pasuruan Jawa Tim Yuwanta, T., 2000. Dasar Ternak Unggas. Hand Out. Fakultas Peternakan,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Yuhaeni, S. 1989. Adaptasi beberapa jenis leguminosa Arachis sebagai hijauan pakan di daerah Ciawi Bogor. Proc. Pertemuan Ilmiah Ruminansia Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Deptan.

(59)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Rataan produksi pastura campuran dalam bentuk Bahan Segar selama penelitian selama penelitian dan Data hasil pengamatan terhadap bentuk Bahan Segar pastura campuran (%/plot)

Perlakuan Kelompok Total Rataan

I II III IV

W0 P0 66048,05 77344,80 71696,43 69958,77 285048,05 71262,01

P1 97333,77 87773,38 89076,95 88208,77 362392,87 90598,22

P2 93857,14 90380,52 92553,57 95160,71 371951,94 92987,99

P3 79083,77 88208,77 73434,09 79517,86 320244,49 80061,12 Total S0 336322,73 343707,47 326761,04 332846,11 1339637,35

W1 P0 104719,80 128619,50 131660,70 119059,10 484059,10 121014,78

P1 121666,20 124708,80 132094,80 147737,70 526207,50 131551,88

P2 110803,60 135137,30 132530,20 125142,90 503614,00 125903,50

P3 132530,20 121232,10 126880,50 126880,50 507523,30 126880,83 Total S1 469719,80 509697,70 523166,20 518820,20 2021403,90

W2 P0 165987,70 155994,50 168594,80 157732,10 648309,10 162077,28

P1 169898,40 189017,90 165987,70 179458,80 704362,80 176090,70

P2 173809,10 187714,30 212916,20 171637,30 746076,90 186519,23

P3 172940,90 182065,90 178155,20 187280,20 720442,20 180110,55 Total S2 682636,10 714792,60 725653,90 696108,40 2819191,00

W3 P0 172940,90 193798,10 193798,10 209440,90 769978,00 192494,50

P1 229862,70 234208,80 195535,70 219434,10 879041,30 219760,33

P2 209875,00 215523,40 211178,60 189451,90 826028,90 206507,23

P3 201184,10 212482,10 211178,60 225083,80 849928,60 212482,15 Total S3 813862,70 856012,40 811691,00 843410,70 3324976,80

(60)

Lampiran 2. Anova produksi pastura campuran dalam bentuk Bahan Segar pada taraf pemupukan

SK db JK KT F hitung F Tabel

5% 1%

Kelompok 3 504855566,01 168285188,67 2,46 tn 3,86 6,99

Pemupukan (W) 3 143547550026,19 47849183342,06 698,71 ** 3,86 6,99

Galat (a) 9 616340575,79 68482286,20

Pertanaman (P) 3 3150973576,52 1050324525,51 8,82 ** 2,87 4,38

WxP 9 1168793759,80 129865973,31 1,09 tn 2,15 2,95

Galat (b) 36 4287585028,61 119099584,13

Total 63 153276098532,92

KK a 5,572 %

(61)

Lampiran 3. Rataan produksi pastura campuran dalam bentuk Bahan Kering

.selama penelitian selama penelitian dan Data hasil pengamatan terhadap kandungan Bahan Kering pastura campuran (%/plot)

Perlakuan Kelompok Total Rataan

I II III IV

W0 P0 11797,32 11801,23 11803,84 11812,96 47215,35 11803,84 P1 11828,61 11831,21 11840,34 11846,86 47347,02 11836,76 P2 11855,98 11901,61 11913,34 11918,55 47589,48 11897,37 P3 11938,11 11942,02 11947,23 11960,27 47787,63 11946,91

Total S0 47420,02 47476,07 47504,75 47538,64 189939,48

W1 P0 11998,07 12017,63 12034,57 12063,25 48113,52 12028,38 P1 12065,86 12073,68 12074,98 12080,20 48294,72 12073,68 P2 12088,02 12090,63 12091,93 12094,54 48365,12 12091,28 P3 12090,62 12094,54 12099,75 12104,96 48389,87 12097,47

Total S1 48242,57 48276,48 48301,23 48342,95 193163,23

W2 P0 12124,52 12147,98 12150,59 12155,80 48578,89 12144,72 P1 12153,20 12158,41 12159,71 12166,23 48637,55 12159,39 P2 12175,36 12180,57 12181,88 12185,79 48723,60 12180,90 P3 12201,43 12209,25 12237,93 12241,84 48890,45 12222,61

Total S2 48654,51 48696,21 48730,11 48749,66 194830,49

W3 P0 12256,18 12278,34 12279,64 12283,55 49097,71 12274,43 P1 12284,86 12310,93 12313,54 12314,84 49224,17 12306,04 P2 12327,88 12329,18 12331,79 12335,70 49324,55 12331,14 P3 12333,09 12339,61 12342,21 12382,63 49397,54 12349,39

Total S3 49202,01 49258,06 49267,18 49316,72 197043,97

(62)

Lampiran 4. Anova produksi pastura campuran dalam bentuk Bahan Kering pada taraf pemupukan

SK db JK KT F hitung F Tabel

5% 1%

Kelompok 3 6067,14 2022,38 141,14 ** 3,86 6,99 Pemupukan (W) 3 1680120,53 560040,18 39085,11 ** 3,86 6,99 Galat (a) 9 128,96 14,33

Pertanaman (P) 3 74424,07 24808,02 225,33 ** 2,87 4,38 WxP 9 12300,34 1366,70 12,41 ** 2,15 2,95 Galat (b) 36 3963,53 110,10

Total 63 1777004,57 KK a 0,031 %

(63)

Lampiran 5. Rataan produksi Protein Kasar pastura campuran .selama penelitian dan Data hasil pengamatan Produksi Protein Kasar pastura campuran (%/plot)

Perlakuan Kelompok Total Rataan

Gambar

Tabel 1. Kandungan rata-rata unsur pada kotoran ayam pedaging
Tabel 2. Kandungan nutrisi Brachiaria decumbens
Tabel 4. Produksi bahan segar pastura pada berbagai tingkat pemupukan dan pastura campuran
gambar 1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

There were three sources of data used in this research, namely documentation of curriculum 2013 of SMA Negeri 1 Bengkayang, interview and direct-observation

surya, pengaruh sinar matahari pada kulit, sediaan pencerah wajah (bleaching), sediaan deodoran dan antiprespiran, sediaan hair tonic, pewarna rambut, sediaan kosmetika

Kolom keuangan diisi sesuai data keuangan, dan kolom fisik diisi sesuai jenis kegiatan yang dilaksanakan dan output yang dihasilkan.. Aplikasi e-monev DJA dapat

Aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual adalah aset keuangan nonderivatif yang ditetapkan untuk dimiliki selama periode tertentu, dimana akan dijual

KEMENKES PRODUSEN OBAT &amp; EKSPEDISI LKPP LELANG HARGA OBAT KONTRAK PAYUNG SK KEMENKES PENETAPAN HARGA OBAT DINAS/RS/ PUSKESMAS E- PURCHASING RENCANA KEBUTUHA N

Tanggung Jawab dan Kewenangan Manajemen atas Laporan

implementasi dari tanggung jawab Pemerintah untuk menjamin ketersediaan dan pemerataan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. Dalam keadaan

Sifat Transaksi dan Hubungan dengan Pihak-pihak Berelasi 2..