• Tidak ada hasil yang ditemukan

Posisi Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 ( Studi Analisis Realisme Hubungan Internasional )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Posisi Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 ( Studi Analisis Realisme Hubungan Internasional )"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

POSISI INDONESIA DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 ( Studi Analisis Realisme Hubungan Internasional )

Skripsi Afgan Fadilla

090906074

Dosen Pembimbing : Prof. Subilhar, M.A, P.hd.

DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

AFGAN FADILLA

POSISI INDONESIA DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 (Studi Analisis Realisme Hubungan Internasional).

Rincian isi skripsi, 101 halaman, 4 tabel, 3 grafik, 13 buku, 2 jurnal, , 1 artikel, 1 Undang-undang, 6 internet.

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tantangan yang akan dihadapi Indonesia atas dibentuknya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang memiliki konsep dasar berupa liberalisasi perdagangan. Tantangan tersebut ialah akan berkurangnya kedaulatan negara dengan indikator berkurangnya kewenangan negara dalam mengatur kebijakan ekonomi. Peneliti membedah masalah ini dengan menggunakan teori realisme sehingga dapat dilihat kesesuaian posisi Indonesia dengan teori yang dipakai. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus interpretif. Tehnik pengumpulan data adalah studi kepustakaan dengan mengumpulkan data-data sekunder yang kemudian dianalisis dengan menggunakan tehnik kualitatif. Hasil dalam penelitian adalah ketidaksesuaian posisi Indonesia dalam MEA dengan teori realisme menyangkut tantangan tersebut. Kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian ini ialah Indonesia sebagai negara telah mengalami pengurangan otoritasnya dalam mengatur kebijakannya sendiri yang selaras dengan kedaulatan Indonesia sebagai negara. Selain sebagai salah satu negara anggota dalam ASEAN, Indonesia juga sebagai negara yang berpredikat terbesar dalam wilayah Asia Tenggara sehingga tidak seharusnya menyerahkan kedaulatan negaranya atas kepentingan luar negeri.

(3)

NORTH SUMATERA UNIVERSITY

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

AFGAN FADILLA

THE POSITION OF INDONESIA IN ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 ( Analysis Study of Realism in International Relations).

Details of the contents of the thesis, 101 pages, 4 tables, 3 graphs, 13 books, two journals,, 1 article, 1 Act, 6 the internet.

ABSTRACT

This research is motivated by the challenges faced by Indonesia on the establishment of the AEC (ASEAN Economic Community) that has a basic concept in the form of trade liberalization. The challenge is to be reduced sovereignty with the indicator decreasing authority of the state in regulating economic policy. Researchers dissect this problem by using the theory of realism that can be seen suitability Indonesian position with the theory used. This research uses qualitative research with an interpretive case study approach. The technique of collecting data is library research by collecting secondary data were then analyzed using qualitative techniques. Results of the research is Indonesia's position in the MEA discrepancy with the theory of realism regarding the challenge. The conclusions in this study is Indonesia as a country has experienced a reduction in its authority to regulate its own policies in harmony with the sovereignty of Indonesia as a state. Aside from being one of the member countries in ASEAN, Indonesia is also a country that the largest predicated in the Southeast Asia region and should not be handing sovereignty over the country's interests abroad.

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Pengesahan

Skripsi Ini Telah Dipertahankan Dihadapan Penguji Skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dilaksanakan Pada:

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Tim Penguji:

Ketua :

( )

Nip.

Anggota I :

( )

Nip.

Anggota II :

( )

(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh Nama : Afgan Fadilla

Nim : 090906074 Departemen : Ilmu Politik

Judul : Posisi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (Studi Analisis : Realisme Hubungan Internasional)

Menyetujui :

Ketua Departemen Ilmu Politik Dosen Pembimbing,

(Dra.T.Irmayani,M.Si) (Prof. Subilhar, M.A.,Ph.D) NIP. 196806301994032001 NIP. 196107181967101001

Mengetahui: Dekan FISIP USU,

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang menciptakan manusia dengan nikmat yang terbalaskan yaitu akal pikiran dan hati sehingga manusia dapat berpikir dan bertindak dalam ruang lingkup keimanan pada jalan - jalan yang diridhoiNya. Shalawat dan salam juga kita berikan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia kejalan yang benar untuk mencapai ridho Allah SWT dan semoga safaat beliau akan kita dapatkan.

Tiada kata selain rasa syukur yang sangat mendalam kepada Allah SWT, akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Posisi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (Studi Analisis : Realisme Hubungan Internasional. Engkau telah memberikan petunjukmu kepada hamba ya ALLAH, sehingga hamba dapat menyelesaikan Skripsi untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Politik hamba dengan penuh cobaan dan kesabaran ya Allah.

Terimakasih pertama dan yang paling Utama kepada Kedua Orang Tua Saya, Tampilen Kaban dan Sri Kunarsih yang tetap setia dan sabar dalam penantiannya akan kabar bahwa anaknya telah menjadi sarjana, anak yang dibesarkan seperti air di atas daun keladi, menjaga agar air tak goyah sehingga tak tumpah.

(7)

lautan kebaikan yang kalian berikan. Tak berarti apa – apa tapi inilah usaha. Maafkan atas berjuta-berjuta maaf yang hanya terlintas di bibir, karena engkaulah sang pemaaf itu, memaafkan kesalahan yang tak termaafkan orang lain. Sesungguhnya ridho kalian adalah ridhoNya

Untuk Abang saya Ibnu Azhar Kaban yang selalu menjadi sparing partner dalam kehidupan penulis dan kakak ipar saya Meilina Rahayu yang sedang hamil, semoga anaknya menjadi golongan orang – orang yang konsisten di jalan amar ma'ruf nahi munkar.

Penulis juga ingin memberikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah banyak berkontribusi kepada penulis selama proses perkuliahan di Departemen Ilmu Politik FISIP USU, diantaranya :

1. Bapak Prof. Subhilhar MA selaku Pelaksana Tugas Rektor Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pemikiran, dan meluangkan waktunya selama proses skripsi ini ditulis;

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik;

3. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik FISIP USU;

(8)

5. Keluarga Besar Departemen Ilmu Politik, khususnya teman-teman Stambuk 2009, terimakasih atas hal-hal luar biasa nya, semoga dari Stambuk kita muncul para pemimpin di Negeri ini;

6. Keluarga Besar HmI Komisariat FISIP USU, terimakasih atas wadah yang penuh dengan ilmu dan kekeluargaan dari orang-orang hebat yang berproses di dalamnya, YAKIN USAHA SAMPAI!!!

7. Para Pemuda Peduli Kedaulatan Pangan, Sumatran Youth Food Movement (SYFM), Andri Aceh, Andri Mora, Andri Ranto, Fadhli, Ricky, Nurul, Gema, Haris, Fandy, Rakib, Ridho, Randa, Joseph, Marlan, Ardiya, Arif. Ber(t)ani karena benar!! Tanpa Petani Kita Bukan Apa-Apa!!!

8. Dewan Pengurus Wilayah Serikat Petani Indonesia Sumatera Utara dan Yayasan Sintesa yang telah menjadi wadah pembelajaran yang luar biasa bagi penulis

9. Untuk Orang-orang luar biasa yang memberikan hal-hal luar biasa kepada penulis, Sandy Gusrio Endar Hakim Harahap, Amri Al Affan Pane, Syahmi Lutfan Margolang, Said Furqan, Akiki Quntadiro Sihotang, Jon Iskandar “gayo”, Aga Prima, M. Rizki Martua Lubis, M. Irfan Hasibuan, Okto Praeka, Bilhaq, Raihana, Oci Natalia, Christian terimakasih atas kebersamaannya. Lantak Laju Mangaribak, Kecap!!! 10.Kepada bang Wendi Abidin, bang Amar, bang Yurial Arief Lubis, bang

(9)

bang teme, bang Suhendra Pakde, bang Jean Ari, Bang Rasyid Pasaribu, bang Nurhidayat, bang Taupik Azhari, bang Ipin, bang Dika, bang Akbar, bang Ara, bang Veni Judo, bang Rholand, bang Ridho, bang Warman, bang Ovi, bang Devan, bang Putra Blend, bang Mario, bang Tata, bang Bimbi, bang Ismuhar, bang Fuad Ginting, bang Udak, bang Walid, Mas Pur, bang Didi tak lupa adinda Fahri Riza, Akbar Hadi, Muhammad Ikbal, Ismael Naibaho, Suhendri dan Bagus Abimanyu dan kepada seluruh abang-abang penulis selama berproses di dunia perkuliahan, terimakasih atas motivasi, diskusi, dan waktu yang telah diberikan kepada penulis. Salam Hormat!!!

11.Riezky Fiezry Lubis yang telah menjadi sahabat penulis sejak SMA, Maju terus Pak Dokter!!

12.Kelas XII IPA 3 SMA HARAPAN I Medan, The Greatest is Everlast!! 13.Terkhusus kepada Fatma Rianti Malay yang telah berani mengambil

resiko besar untuk menjadi teman, saudara dan pendamping penulis.

Demikian ucapan syukur dan terimakasih penulis kepada semuanya yang telah berkontribusi dalam penulisan Skripsi ini, penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, tapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

(10)

Medan, 3 Agustus 2015

(11)

Daftar Isi BAB II Deskripsi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2.1 Gambaran Umum tentang ASEAN ... 18

2.2 Transformasi ASEAN menuju Masyarakat ASEAN 2015 ... 20

2.2.1 Bali Concord I... 22

2.2.2 Bali Concord II ... 22

(12)

2.2.4 Deklarasi Cebu ... 24

2.2.5 Penyusunan Cetak Biru ... 24

2.2.6 Piagam ASEAN ... 25

2.3 Gambaran umum tentang ASEAN Community ... 26

2.4 ASEAN Economic Community ... 28

2.4.1 Sejarah Pembentukan ASEAN Economic Community ( Masyarakat Ekonomi ASEAN ) ... 29

2.4.2 Penjelasan tentang ASEAN Economic Community ( Masyarakat Ekonomi ASEAN ) Blueprint... 31

2.6 Politik Luar Negeri Indonesia ... 60

(13)

2.7 Peluang dan Tantangan Indonesia dalam Menghadapi MEA 2015 ... 65

2.7.1 Peluang ... 65

2.7.2 Tantangan ... 71

BAB III Analisis Posisi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan menggunakan Perspektif Realisme 3.1 Pergeseran Esensi Politik Bebas-Aktif ... 86

3.2 Rendahnya Tingkat Ekonomi Indonesia ... 88

3.3 Dampak Liberalisasi Perdagangan (MEA) terhadap Indonesia ... 89

3.4 Posisi Indonesia dalam MEA 2015 ... 93

BAB IV Penutup 4.1 Kesimpulan ... 98

(14)

Daftar Tabel

Tabel II.1 ... 77

Tabel II.2 ... 78

Tabel II.3 ... 80

(15)

Daftar Grafik

Grafik II.1 ... 79 Grafik II.2 ... 82 Grafik II.3 ... 83

(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

AFGAN FADILLA

POSISI INDONESIA DALAM MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 (Studi Analisis Realisme Hubungan Internasional).

Rincian isi skripsi, 101 halaman, 4 tabel, 3 grafik, 13 buku, 2 jurnal, , 1 artikel, 1 Undang-undang, 6 internet.

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tantangan yang akan dihadapi Indonesia atas dibentuknya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang memiliki konsep dasar berupa liberalisasi perdagangan. Tantangan tersebut ialah akan berkurangnya kedaulatan negara dengan indikator berkurangnya kewenangan negara dalam mengatur kebijakan ekonomi. Peneliti membedah masalah ini dengan menggunakan teori realisme sehingga dapat dilihat kesesuaian posisi Indonesia dengan teori yang dipakai. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus interpretif. Tehnik pengumpulan data adalah studi kepustakaan dengan mengumpulkan data-data sekunder yang kemudian dianalisis dengan menggunakan tehnik kualitatif. Hasil dalam penelitian adalah ketidaksesuaian posisi Indonesia dalam MEA dengan teori realisme menyangkut tantangan tersebut. Kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian ini ialah Indonesia sebagai negara telah mengalami pengurangan otoritasnya dalam mengatur kebijakannya sendiri yang selaras dengan kedaulatan Indonesia sebagai negara. Selain sebagai salah satu negara anggota dalam ASEAN, Indonesia juga sebagai negara yang berpredikat terbesar dalam wilayah Asia Tenggara sehingga tidak seharusnya menyerahkan kedaulatan negaranya atas kepentingan luar negeri.

(17)

NORTH SUMATERA UNIVERSITY

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

AFGAN FADILLA

THE POSITION OF INDONESIA IN ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 ( Analysis Study of Realism in International Relations).

Details of the contents of the thesis, 101 pages, 4 tables, 3 graphs, 13 books, two journals,, 1 article, 1 Act, 6 the internet.

ABSTRACT

This research is motivated by the challenges faced by Indonesia on the establishment of the AEC (ASEAN Economic Community) that has a basic concept in the form of trade liberalization. The challenge is to be reduced sovereignty with the indicator decreasing authority of the state in regulating economic policy. Researchers dissect this problem by using the theory of realism that can be seen suitability Indonesian position with the theory used. This research uses qualitative research with an interpretive case study approach. The technique of collecting data is library research by collecting secondary data were then analyzed using qualitative techniques. Results of the research is Indonesia's position in the MEA discrepancy with the theory of realism regarding the challenge. The conclusions in this study is Indonesia as a country has experienced a reduction in its authority to regulate its own policies in harmony with the sovereignty of Indonesia as a state. Aside from being one of the member countries in ASEAN, Indonesia is also a country that the largest predicated in the Southeast Asia region and should not be handing sovereignty over the country's interests abroad.

(18)

BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau lebih populer dengan sebutan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) merupakan sebuah organisasi geopolitik dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara, yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 berdasarkan Deklarasi Bangkok oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.

Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, memajukan perdamaian dan stabilitas di tingkat regionalnya, serta meningkatkan kesempatan untuk membahas perbedaan di antara anggotanya dengan damai1.

Sejarah terbentuknya kerjasama oleh negara – negara yang berada di kawasan Asia Tenggara sebelum terbentuknya ASEAN diawali oleh adanya SEATO ( South East Asia Treaty Organization ) yang dibentuk pada September 1954.

Beberapa dekade setelah ASEAN terbentuk timbul keinginan negara – negara anggota ASEAN membentuk sebuah komunitas Asia Tenggara yang

(19)

terintegrasi yang langsung ditindaklanjuti pada pertemuan para pemimpin negara – negara anggota ASEAN di Kuala Lumpur yang membahas tentang peningkatan kompetisi di bidang ekonomi kawasan Asia tenggara, tahun 2003 pada Perjanjian Bali II dan ditandanganinya Piagam ASEAN pada tahun 2007. Hasil dari ketiga perjanjian tersebut secara garis besar menuntut adanya negara – negara ASEAN yang terintegrasi di berbagai aspek strategis. Adapun hasil dari pejanjian – perjanjian yang dilaksanakan bahwa negara – negara anggota ASEAN sepakat untuk membentuk ASEAN COMMUNITY yang terdiri dari 3 pilar, yaitu APSC ( ASEAN Political – Security Community ), ASCC ( ASEAN Sosio – Cultural Community ) dan AEC ( ASEAN Economic Community ).

AEC merupakan salah satu dari tiga pilar yang paling awal akan dilaksanakan, yaitu pada tahun 2015. Ekonomi yang meripakan tonggak penopang utama dalam proses integrasi kawasan merupakan pertimbangan utama dalam meletakkan AEC atau sering disebut juga MEA ( Masyarakat Ekonomi ASEAN ) pada urutan pertama dalam proses perjalanan menuju ASEAN COMMUNITY pada tahun 2020 nantinya.

MEA dalam pelaksanaannya memiliki 4 dasar yaitu2:

1. Single Market and Production base, yaitu membentuk pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara sehingga menjadi basis produksi dunia,

(20)

2. Competitive Economic Region, mewujudkan kawasan Asia Tenggara yang kompetitif dalam bidang ekonomi,

3. Equitable Economic Development, mewujudkan pembangunan ekonomi kawasan Asia Tenggara yang adil dan

4. Integration into The Global Economy, mewujudkan kawasan Asia Tenggara yang kuat dalam aspek ekonomi di seluruh dunia.

Keberadaan akan adanya pasar tunggal pada 2015 nantinya akan memberikan keniscayaan akan perubahan besar – besaran dalam dinamika ekonomi dunia pada umumnya, maupun pada negara – neagara kawasan Asia Tenggara sendiri, khususnya Indonesia.

Peran Indonesia dalam sejarah Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) terbilang besar. Sejak Berdiri 46 tahun lalu, Indonesia terutama berperan penting menjaga stabilitas politik dan keamanan kawasan. Saat itu Indonesia dianggap sebagai ‘kakak tertua” dan paling berpengaruh. dalam setiap persidangan yang digelar ASEAN, sikap yang diambil Indonesia biasanya diadopsi menjadi sikap bersama ASEAN. Namun, sejak ambruknya Orde Baru dan krisis ekonomi yang meluluhlantakan landasan ekonomi nasional, peran Indonesia mulai meredup3.

Indonesia, sebagai representatifnya adalah pemerintah, dalam memandang MEA khususnya pasar tunggal, menurut penulis memiliki 2 sisi penglihatan, yaitu

(21)

peluang dan tantangan. Adapun peluang yang dilihat ialah integrasi ekonomi dalam mewujudkan AEC 2015 dalam pembukaan dan pembentukan pasar yang lebih besar, dorongan dan peningkatan efisiensi dan daya saing serta pembukaan peluang penyerapan tenaga kerja di kawasan ASEAN, akan meningkatkan kesejahteraan seluruh negara di kawasan4.

Tantangan dalam mewujudkan MEA bagi Indonesia sangat beragam, namun penulis hanya mengemukakan tantangan yang cukup rentan, yaitu adanya pengurangan kewenangan negara untuk menggunakan kebijkan fiskal, keuangan dan moneter untuk mendorong kinerja ekonomi dalam negeri5.

Pengurangan kewenangan negara tersebut menjadikan negara sebagai aktor yang terjebak dalam ketergantungan atau interdepedensi. Di bawah situasi interdepedensi yang kompleks, makna kedaulatan akan mengalami pergeseran. Negara bangsa dalam suatu batas territorial tertentu tidak akan dapat menggunakan kekuasaan otoritatifnya atas nama kedaulatan nasional menyangkut persoalan – persoalan dalam negeri, yang seharusnya menjadi wewenang otoritatifnya. Ini karena keputusan – keputusan penting mungkin diformulasikan oleh perusahaan – perusahaan transnasional yang berbasis global atau kebijakan yang diambil suatu negara akan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap negara lain. Dengan kata lain, otonomi negara telah sedemikian berkurang karena

(22)

semua kebijakan dan keputusan yang diambil oleh elit – elit pemegang kekuasaan tidak dapat melepaskan diri dari dampak pengaruh negara lain6.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat adanya kesimpulan khusus yang dapat ditarik, yaitu demi mewujudkan kesejahteraan rakyatnya, dengan dicapainya kepentingan nasional, Indonesia ikut bergabung dalam MEA dengan konsekuensi akan mengurangi kewenangannya sendiri, maka penulis tertarik mempelajari dan meneliti dalam sebuah deskripsi mengenai posisi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN terutama berkaitan dengan paham yang sangat bertolak belakang, yaitu teori realisme yang notabene menuntut adanya negara yang kuat.

Realisme menempatkan negara – bangsa sebagai entitas politik yang berdaulat dan independen dan menjadi center of gravity. Aktor – aktor yang lain hanyalah bersifat sekunder karena dinamika politik global sepenuhnya dikendalikan oleh aktor negara. Realisme mengasumsikan politik global sebagai kumpulan negara – negara yang memperjuangkan kepentingan nasional masing – masing dengan instrumen utamanya adalah kekuatan militer7.

Maka untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis mencoba mengangkat dalam tulisan ini yang semoga dapat memberikan kontribusi dan masukan bagi masyarakat dengan judul Posisi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 ( Studi Analisis Realisme Hubungan Internasional ).

(23)

1.2 Rumusan Masalah

Agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam penulisan skripsi ini, maka dirumuskan dahulu masalahnya. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di dalam latar belakang, maka penulis merumuskan masalah yaitu bagaimana posisi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dilihat dari perspektif realisme.

1.3 Batasan Masalah

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membuat pembatasan masalah terhadap masalah yang akan dibahas agar hasil yang diperoleh tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian ini hanya membahas :

“ untuk melihat posisi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dilihat dari perspektif realisme. “.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

“ mengetahui posisi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dilihat dari perspektif realisme ”.

1.5 Manfaat Penelitian

Berangkat dari tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

(24)

Universitas Sumatera Utara tentang realisme hubungan internasional terkait posisi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan diresmikan pada tahun 2015, serta dapat menjadi rujukan dan referensi bagi peneliti lainnya,

2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dan masukan bagi Pemerintah Indonesia dalam mengeluarkan kebijakan – kebijakan luar negeri yang strategis khususnya di kawasan Asia tenggara.

3. Secara pribadi, penelitian ini memberikan wawasan yang sangat berarti bagi peneliti dalam memahami konsep realisme hubungan internasional terkait Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 khususnya posisi Indonesia didalamnya.

1.6 Kerangka Teori

1.6.1 Realisme

Beberapa eksponen utama realisme berpendapat bahwa perhatian atau keputusasaan moral pribadi mereka pada dunia, bukan berarti bahwa kita bisa mengubahnya. Beberapa aspek dari tingkah laku manusia itu bersifat abadi seiring ruang dan waktu.

(25)

mereka sehingga merugikan orang lain serta tidak memandang batasan – batasan hukum atau moralitas apa pun.

Kaum realis menyatakan bahwa masalah utama dalam hubungan internasional salah satunya adalah anarki. Anarki berlaku karena dalam hubungan internasional tidak ada otoritas kedaulatan yang memaksakan aturan hukum dan menjamin yang bersalah di hukum.

Dengan demikian, kaum realis berpendapat bahwa perang sama sekali tidak bisa dicegah. Oleh karena itu, perlu kiranya bersiap siaga menghadapai perang. Hanya dengan cara ini perang sebenarnya bisa di tahan atau sedikitnya dikontrol8.

Nicholas J. Spykman mengatakan bahwa kondisi yang dicirikan oleh hubungan antar kelompok dari dalam sebuah negara hanya selama masa krisis dan kehancuran yang dialami oleh pemerintahan pusat adalah merupakan hal yang normal saja dilihat dari perspektif hubungan antar negara di dalam sistem internasional. Dalam sistem hubungan antarnegara tadi ( sistem internasional ) sebagaimana halnya dengan kelompok – kelompok sosial lainnya, senantiasa dilandasi oleh suatu proses yakni kerjasama, akomodasi dan pertentangan. Oleh karena itu kedudukan negara dalam masalah ini harus mengembangkan kekuatannya ( power positioning ). Maka demikian titik sentral argumentasi

(26)

kerangka bangunan teorisasi realisme politik dan hubungan internasional terletak di dalam konsep : “ balance of power “ perimbangan kekuatan dan geopolitical.

Frederick L. Schumann melihat konsep power itu sebagaimana dimiliki oleh militer. Hal ini dapat dimanfaatkan menjustifikasikannya ke dalam kebijakan politik nasional ( domestik ) yang bertujuan untuk membendung arus ancaman, tantangan yang datang dari luar yang akan mengganggu eksistensi sistem politik nasional tersebut. Dalam kaitannya dengan perannya dalam hubungan dengan negara lain sebagaimana akan tercermin di dalam sistem internasional maka diperlukan suatu model yakni berupa model/pola hubungan yang bersifat perimbangan kekuatan untuk mengatur mekanisme kerja sistem tersebut. Penggunaan kekuatan militer di sini, sebagai alat untuk menjelaskan operasionalisasi kekuatan ( power ) dilihat dari persepsi sistem politik nasional ( pemerintahan nasional ).

Hans J. Morgenthau, penganut aliran pemikiran realisme politik dan hubungan internasional yang paling fanatik dalam buku klasiknya Political Among Nations : The Struggle for Power and Peace, bahwa perjuangan untuk kekuasaan dijadikan sebagai pemberian makna atas politik internasional seperti juga politik – politik lainnya. Sebagai tujuan akhir politik internasional adalah power. Power diletakkan sebagai titik sentral bagi sebuah perjuangan dicirikan oleh penggunaan dan manipulasi sumber – sumber militernya9.

(27)

Menurut Kegley dan Wittkopf sekurang – kurangnya ada 10 asumsi pokok realisme :

1. Manusia pada dasarnya mementingkan dirinya sendiri tanpa memedulikan etika dan selalu terdorong untuk mengambil keuntungan dalam hubungan dengan orang lain,

2. Hasrat manusia untuk berkuasa dan mendominasi orang lain merupakan niat buruk yang paling menonjol dan berbahaya dalam hubungan dengan sesamanya,

3. Peluang untuk menghilangkan hasrat untuk meraih kekuasaan hanyalah sebuah aspirasi yang utopis,

4. Esensi dari politik internasional adalah pertarungan untuk meraih kekuasaan dimana prinsip War of All Against All berlaku,

5. Kewajiban utama negara yang melampaui semua tujuan nasional lainnya adalah memperjuangkan kepentingan nasional dan meraih kekuasaan untuk mewujudkannya,

(28)

7. Kekuatan militer lebih penting daripada ekonomi demi tercapainya keamanan nasional dan pertumbuhan ekonomi hanyalah sarana untuk mencapai dan memperluas kekuasaan dan prestise negara

8. Sekutu dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan negara dalam mempertahankan diri tetapi kesetiaan dan keandalannya tidak bisa dipastikan sebelumnya,

9. Negara tidak boleh mengandalkan organisasi internasional atau hukum internasional untuk menjamin keamanan nasionalnya. Selain itu negara juga harus menolak setiap upaya pengaturan prilaku internasional melalui mekanisme pemerintahan global,

10.Karena semua negara berusaha untuk meningkatkan kekuatannya maka stabilitas hanya bisa dicapai melaui keseimbangan kekuatan ( balance of power ) yang diperlancar oleh pembentukan dan pembubaran aliansi – aliansi yang saling bertentangan10.

Ciri utama negara modern adalah bahwa negara mempunyai wilayah yang jelas, sebuah pemerintahan yang diberi otoritas kedaulatan serta pelaksanaan kekuasaan terhadap rakyat. Oleh karena itu, maka ciri utama negara adalah kedaulatan.

Ada dua jenis kedaulatan yang berkaitan dengan negara : kedaulatan internal berarti penyelenggaraan otoritas di dalam sebuah wilayah tertentu ;

(29)

sementara itu, kedaulatan eksternal meliputi pengakuan dari negara – negara lain sebagai pihak sah yang berhak bertindak bebas di dalam urusan – urusan internasional, yakni misalnya, untuk membuat aliansi – aliansi, menyatakan perang dan sebagainya.

Tema utama kedua realisme dalam hubungan internasional adalah kekuasaan. Kekuasaan pada dasarnya bisa dianggap sebagai konsep persaingan, yakni, sesuatu yang atasnya terdapat berbagai ketidaksepakatan mendasar. Lebih jauh, kekuasaan merupakan sebuah kata yang seolah – olah sangat mirip dengan kata – kata lainnya seperti otoritas, pengaruh dan paksaan. Realisme banyak berbicara tentang kekuasaan dalam hubungan internasional.

Realisme tidak mengklaim mengatur semua jenis kekuasaan maupun semua jenis hubungan kekuasaan, tetapi realisme mengklaim mengenali dasar yang menyusun kekuasaan dalam hubungan internasional. Para kaum realis telah sangat berhati – hati dalam memberikan definisi tentang kekuasaan dan menunjukkan cara memperkirakannya, serta, yang penting sekali, pihak yang menguasainya.

(30)

penganut realisme melihat kapabilitas militer sebagai esensi kekuasaan dengan alasan – alasan yang sangat jelas. Kapasitas untuk bertindak secara militer memberikan negara – negara kemampuan untuk menangkal serangan terhadap mereka, dengan demikian, menjamin keamanan mereka.

Kemampuan semacam ini juga memungkinkan mereka untuk melancarkan serangan terhadap pihak – pihak lain untuk tujuan – tujuan tertentu. Kaum realis menganggap kapabilitas militer merupakan kemampuan yang sangat penting. Kapabilitas militer mempresentasikan hal yang paling mendasar, penengah akhir berbagai pertentangan internasional. Kekuasaan merupakan tujuan akhir dalam dirinya sendiri ( end in itself ) maupun sebagai alat untuk mencapai tujuan ( means to an end ), akan menahan serangan dari luar atau memberikan kemampuan untuk mengakusisi wilayah di luar negeri.

Dalam dunia yang terdiri dari negara – negara merdeka, kekuatan telah dianggap sebagai penengah akhir dalam penyelesaian berbagai perbedaaan. Oleh karena itu, potensi atas kemampuan militer tergantung pada sejumlah faktor seperti ukuran populasi, ketersediaan sumber daya alam, faktor – faktor geografis dan tipe pemerintahan11.

Secara umum, realisme cenderung mengenyampingkan wilayah – wilayah yang tidak terlalu berhubungan dengan hubungan internasional dan, sehubungan

(31)

dengan ini, berpendapat bahwa kerjasama tersebut menguntungkan bagi negara – negara yang terlibat.

Asumsi dasar realisme mencakup sebuah kepercayaan bahwa meski banyak hal yang membuat kita tertarik tentang dunia, semua itu tidak seharusnya membuat kita lupa pada tampilan intinya. Mereka percaya bahwa negara – negara hanya bergabung ke dalam institusi – institusi internasional dan terlibat ke dalam kesepakatan – kesepakatan kerjasama ketika hal tersebut cocok bagi negara – negara tersebut. Sehingga kesepakatan seperti kesepakatan aliansi atau kerjasama bisa dilanggar atau diingkari, jika dan ketika kesepakatan tersebut bertetntangan dengan kepentingan nasional, semudah seorang pemburu, dalam analaogi seperti dalam kotak, meninggalkan pengejarannya terhadap seekor rusa agar dapat menangkap seekor kelinci.

Hal yang paling penting adalah, bagi kaum realis, bahwa institusi - intitusi internasional itu penting hanya pada tahapan institusi – institusi tersebut mengarahkan negara – negara untuk mengejar kepentingan – kepentingan mereka12.

1.7 Metodologi Penelitian

1.7.1 Jenis Penelitian

Penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif dan menggunakan pendekatan studi kasus interpretif. Studi kasus interpretif atau disiplin –

(32)

konfiguratif bertujuan untuk menjelaskan /menafsirkan kasus tunggal , tapi interpretasi itu secara ekplisit dibangun oleh teori atau bingkai kerja teoritis kokoh yang memusatkan perhatian pada beberapa aspek teoritis spesifik atas realitas dan mengabaikan hal lain13.

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang dapat digunakan, antara lain penelitian perpustakaan ( library research ) yang sering disebut metode dokumentasi dan penelitian lapangan seperti wawancara dan observasi14. Untuk memperoleh data dan informasi asli atau fakta – fakta yang diperlukan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data adalah Studi pustaka.

Studi ini berupa referensi kepustakaan yaitu seumber – sumber yang berasal dari data buku, peraturan – peraturan, laporan – laporan, majalah, Koran, media online serta bahan – bahan lain yang berhubungan dengan penelitian atau dokumentasi yang diperoleh dari lokasi penelitian, sehingga dapat diperoleh data sekunder sebagai kerangka kerja teoritis.

1.7.3 Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan adalah teknik kualitatif, yaitu teknik analisa data yang tanpa menggunakan alat bantu atau rumus statistik. Adapun langkah – langkah yang ditempuh sebagai berikut :

13 Alexander Wendt, Jack S. Levy, Richard Little. Metodologi Ilmu Hubungan Internasional : Perdebatan Pardigmatik dan Pendekatan Alternatif. Malang : Intrans Publishing, 2014, hal. 111

(33)

1. Pengumpulan data. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data dan bahan baik dari buku, majalah, Koran, jurnal, kliping dan situs – situs internet yang memuat tentang objek kajian yang diteliti.

2. Penilaian atau menganalisis data. Pada tahap ini setelah peneliti mengumpulkan dan mendapatkan semua data yang mendukung atau membantu, penulis akan memisahkan bahan – bahan dan data – data yang diperoleh sesuai dengan sifatnya masing – masing. Kemudian penulis melakukan penilaian dan menganalisis data atau bahan yang tersedia.

3. Penyimpulan data yang diperoleh. Tahap ini adalah tahap terakhir dari penelitian. Dari hasil penelitian dan analisis yang penulis lakukan, maka penulis mengambil kesimpulan yang dapat membantu memahami penelitian ini.

1.8 Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci dan untuk mempermudah isi daripada skripsi ini, maka penulis membagi sistematika penulisan ke dalam 4 bab, yaitu :

BAB 1 : Pendahuluan

Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, kerangka teori atau pemikiran, metodologi penelitian serta sistematika penulisan.

(34)

Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran dari posisi Negara Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN.

BAB 3 : Analisis Posisi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan menggunakan Perspektif Realisme

Pada bab ini nantinya akan membahas secara garis besar hasil penelitian sekaligus menganalisis data yang diperoleh untuk menjawab permasalahan penelitian serta analisis terhadap posisi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan menggunakan perspektif realisme.

BAB 4 : Penutup

(35)

BAB II

Deskripsi Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN

2.1 Gambaran Umum tentang ASEAN

ASEAN merupakan suatu kerjasama regional yang beranggotakan negara – negara di kawasan Asia Tenggara yang telah berdiri sejak 8 Agustus 1967. ASEAN dibentuk secara sah setelah ditandanginya Deklarasi Bangkok ( deklarasi yang diadakan di Bangkok ) oleh 5 negara pendiri, adapun 5 negara beserta perwakilannya tersebut ialah:15

a. Adam Malik ( Menteri Luar Negeri Indonesia )

b. Tun Abdul Razak ( Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Malaysia )

c. Narsisco Ramos ( Menteri Luar Negeri Fillipina )

d. S. Rajaratnam ( Menteri Luar Negeri Singapura )

e. Thanat Khoman ( Menteri Luar Negeri Thailand )

Setelah 5 negara tersebut mengukuhkan dirinya dalam suatu wadah ASEAN, tak lama setelahnya negara – negara di Asia Tenggara yang belum menjadi anggota

(36)

pun ikut bergabung. Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja menggenapkan jumlah anggota ASEAN menjadi 10 negara.

ASEAN berdiri dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yang sangat mendasar, yakni Perang Dingin dan adanya konflik internal di kawasan Asia tenggara.

Pada era perang dingin kawasan Asia Tenggara telah menjadi ajang persaingan ideologi antarkepentingan kekuatan-kekuatan adidaya dunia pada saat itu. Hal itu disebabkan nilai strategis yang dimiliki kawasan Asia Tenggara secara geopolitik dan geo-ekonomi. Perang Vietnam antara Vietnam Utara yang didukung kekuatan Blok Komunis pimpinan Uni Soviet dan Vietnam Selatan yang didukung kekuatan Blok Barat pimpinan Amerika Serikat merupakan salah satu bukti persaingan di atas. Persaingan dua blok ideologi tersebut melibatkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang menjadi basis kekuatan militer Blok Komunis dan Barat. Blok Komunis menempatkan pangkalan militernya di Vietnam, sedangkan Blok Barat di bawah pimpinan Amerika Serikat menempatkan pangkalan militernya di Filipina. Gejolak yang terjadi di kawasan Asia Tenggara tidak hanya terjadi karena persaingan di bidang ideologi antara kekuatan Barat dan kekuatan Timur. Konflik militer di kawasan Asia Tenggara yang melibatkan tiga negara (yaitu Laos, Kamboja, dan Vietnam) dan konflik bilateral (seperti konflik antara Indonesia dan Malaysia, Kamboja dan Vietnam) serta konflik internal (seperti di Kamboja, Thailand, dan Indonesia) telah memperkeruh suasana di kawasan ini. Situasi persaingan, pengaruh ideologi dan kekuatan militer yang dapat melibatkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara ke dalam konflik bersenjata yang mengganggu stabilitas kawasan mendorong para pemim pin negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk menciptakan suasana aman dan damai. Dengan kondisi aman dan damai memungkinkan terbentuknya suatu kerja sama yang dapat meredakan sikap saling curiga di antara negara anggota serta mendorong usaha pembangunan bersama di kawasan. Sebelum terbentuknya ASEAN setidaknya ada beberapa organisasi antarnegara di wilayah mi seperti South East Asia Treaty Organization (SEATO, dibentuk tahun 1954), Association of Southeast Asia (ASA dibentuk tahun 1961), dan Malaysia-Philipina-Indonesia (Maphilindo, dibentuk tahun 1963). Organisasi-organisasi tersebut tidak dapat bertahan lama karena berbagai sebab antara lain pertentangan ideologi dan sengketa teritorial antara negara anggotanya sendiri. Dengan kegagalan-kegagalan tersebut di atas para pemimpin di kawasan terdorong untuk membentuk suatu organisasi kerja sama yang lebih baik.16

(37)

ASEAN sebagai wadah kerjasama regional Asia Tenggara memiliki tujuan dalam berbagai aspek, adapun tujuan tersebut tertuang dalam Deklarasi Bangkok yang ditandatangani pada tahun 1967. Isi Deklarasi Bangkok itu adalah sebagai berikut:17

a. mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara

b. meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional

c. meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi

d. memelihara kerja sama yang erat di tengah-tengah organisasi regional dan internasional yang ada

e. meningkatkan kerja sama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan penelitian di kawasan Asia Tenggara.

2.2 Transformasi ASEAN menuju Masyarakat ASEAN 2015

Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967, negara-negara anggota telah meletakkan kerjasama ekonomi sebagai salah satu agenda utama yang perlu dikembangkan. Pada awalnya kerjasama ekonomi difokuskan pada program-program pemberian preferensi perdagangan

(38)

(preferential trade), usaha patungan (joint ventures), dan skema saling melengkapi (complementation scheme) antar pemerintah negara-negara anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN, seperti ASEAN Industrial Projects Plan (1976), Preferential Trading Arrangement (1977), ASEAN Industrial Complementation scheme (1981), ASEAN Industrial Joint-Ventures scheme (1983), dan Enhanced Preferential Trading arrangement (1987).

Pada dekade 80-an dan 90-an, ketika negara-negara di berbagai belahan dunia mulai melakukan upaya-upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi, negara-negara anggota ASEAN menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama adalah dengan saling membuka perekonomian mereka, guna menciptakan integrasi ekonomi kawasan.

Pada KTT ke-5 ASEAN di Singapura tahun 1992 telah ditandatangani Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation sekaligus menandai dicanangkannya ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tanggal 1 Januari 1993 dengan Common Effective Preferential Tariff (CEPT) sebagai mekanisme utama. Pendirian AFTA memberikan impikasi dalam bentuk pengurangan dan eliminasi tarif, penghapusan hambatan-hambatan non-tarif, dan perbaikan terhadap kebijakan-kebijakan fasilitasi perdagangan. Dalam perkembangannya, AFTA tidak hanya difokuskan pada liberalisasi perdagangan barang, tetapi juga perdagangan jasa dan investasi.18

18

(39)

ASEAN telah mengalami perkembangan dan masa ke masa sesuai dengan cita - cita para pendiri ASEAN untuk menjalin persahabatan dan kerja sama dalam menciptakan wilayah yang aman, damai dan makmur.19 Cita-cita tersebut dipertegas dengan kesepakatan – kesepakatan maupun persetujuan – persetujuan.

2.2.1 Bali Concord I

Bali Concord I atau Kesepakatan Bali dilakukan pada tahun 1976. Dalam kesepakatan ini, para Pemimpin ASEAN menyepakati Program Aksi yang mencakup kerja sama di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan penerangan, keamanan, dan peningkatan mekanisme ASEAN. Kesepakatan tersebut menandai tahapan penting bagi kerangka kerja sama ASEAN.20

2.2.2 Bali Concord II

Dalam perkembangan selanjutnya ASEAN bersepakat untuk membentuk suatu kawasan yang terintegrasi dalam satu komunitas negara-negara Asia Tenggara yang terbuka, damai, stabil dan sejahtera, saling peduli, dan terikat bersama dalam kemitraan dinamis di tahun 2020. Harapan tersebut dituangkan daam Visi ASEAN 2020 yang ditetapkan o!eh para Kepala Negara/ Pemerintahan ASEAN pada KTT ASEAN di Kuala Lumpur tanggal 15 Desember 1997. Untuk mewujudkan harapan tersebut, ASEAN mengesahkan Bali Concord 11 pada KTT

19 Ibid. hal. 5

(40)

ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003 yaitu, menyepakati pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN Community).

Melalui Bali Concord II, para Pemimpin ASEAN sepakat bahwa ASEAN harus melangkah maju menuju suatu Komunitas ASEAN. Komunitas ASEAN itu terdiri atas tiga pilar, yaitu Pilar Komunitas Politik-Keamanan ASEAN (ASEAN Political-Security Community/APSC), Pilar Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC), dan Pilar Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community/ASCC).

Ketiga pilar Komunitas ASEAN itu terikat secara erat dan saling memperkuat untuk mewujudkan perdamaian, kestabilan dan kesejahteraan bersama yang abadi. Dalam kaitan itu, Indonesia menjadi penggagas pembentukan Komunitas Politik-Keamanan ASEAN serta memainkan peran penting dalam perumusan dua pilar lainnya.21

2.2.3 Vientianne Action Program

Untuk mempertegas keinginan pembentukan Komunitas ASEAN, dalam KTT ke-lO ASEAN di Vientiane tanggal 29—30 November 2004, disetujui tiga Rencana Aksi (Plan of Action! P0A) pada masing-masing pilar yang merupakan program jangka panjang dalam merealisasikan pembentukan Komunitas ASEAN. KTT tersebut juga mengintegrasikan ketiga Rencana Aksi Komunitas ASEAN ke

(41)

dalam Vientianne Action Programme (VAP) sebagai landasan program jangka pendek sampai menengah periode 2004—2010.22

2.2.4 Deklarasi Cebu

Optimisme dan antusiasme negara anggota ASEAN dalam membentuk Komunitas ASEAN semakin kuat dengan ditandatanganinya Deklarasi Cebu mengenai Percepatan Pembentukan KomunitasASEAN pada tahun 2015 (Cebu Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015) oleh para Pemimpin ASEAN pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina, tanggal 13 Januari 2007. Dengan demikian, pembentukan Komunitas ASEAN dipercepat dan tahun 2020 menjadi tahun 2015.23

2.2.5 Penyusunan Cetak Biru

Untuk mencapai terbentuknya Komunitas ASEAN 2015, ASEAN menyusun Cetak Biru (Blue Print) dan ketiga pilar tersebut. Cetak Biru Komunitas ASEAN itu merupakan pedoman arah pembentukan Komunitas ASEAN di tiga pilar. Dan ketiga pilar itu, Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN disahkan pada KTT ke-13 ASEAN tahun 2007 di Singapura. Selanjutnya, Cetak Biru Komunitas Politik Keamanan ASEAN dan Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN disahkan pada KTT ke-14 ASEAN tahun 2009 di Cha Am Hua Hin, Thailand. Di samping itu, pada KTT tersebut para Kepala Negara/Pemerintahan ASEAN menandatangani Deklarasi ChaAm Hua Hin

(42)

Mengenai Petajalan Pembentukan Komunitas ASEAN 2009--2011 [Cha Am Hua Hin Declaration on the Roadmap for an ASEAN Community (2009-2011)].24

2.2.6 Piagam ASEAN

Langkah tegas ASEAN berikutnya dalam memperkokoh kerja sama ASEAN adalah penyusunan suatu piagam (charter) sebagai dokumen kerangka hukum dan kelembagaan ASEAN (legal and Institutional framework for ASEAN). Usulan penyusunan Piagam ASEAN (ASEAN charter) disampaikan pada KU ASEAN di Kuala Lumpur tahun 2005.

Penyusunan Piagam ASEAN dimulal sejak tahun 2006 melalui pembentukan Kelompok AhIi (Eminent Persons Group/ EPG) dan dilanjutkan oleh Gugus Tugas Tingkat Tinggi (High Level Task Force) dalam melakukan negosiasi terhadap isi draft Piagam ASEAN.

Piagam ASEAN resmi ditandatangani oleh para Kepala Negara/ Pemerintahan ASEAN pada KU ke-13 ASEAN di Singapura pada 20 November 2007. Selanjutnya, setelah instrumen ratifikasi masing-masing negara disampaikan kepada Sekretaris Jenderal ASEAN, Piagam ASEAN resmi diberlakukan sejak tanggal 15 Desember 2008.

Dengan piagam ini, ASEAN berubah dan organisasi yang Ionggar (loose association) menjadi organisasi yang berdasarkan hukum (rules-based organization) dan menjadi subjek hukum (legal personality). Peresmian

(43)

pemberlakuan Piagam ASEAN tersebut dilakukan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di Sekretanat ASEAN.

Implementasi Piagam ASEAN ditegaskan pada KU ke-14 ASEAN di Hua Hin, Thailand, pada tanggal 28 Februari—1 Maret 2009. Bagi Indonesia, pemberlakuan Piagam ASEAN mi disahkan melalui Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Charter of The Association of Southeast Asian Nations).25

2.3 Gambaran Umum tentang ASEAN Community

Pada KTT XI ASEAN di Kuala Lumpur tahun 2006 telah disepakati suatu persetujuan bersama, yang dikenal sebagai “One Vision, One Identity, One Community”, di mana kesepuluh pimpinan ASEAN menyambut baik kemajuan dari integrasi ASEAN dan upaya pembangunan komunitas yang tengah berlangsung, serta “pengakuan atas Deklarasi Kuala Lumpur tentang pendirian

ASEAN Charter (Piagam ASEAN) sebagai dokumen konstitusi yang mencakup prinsip fundamental, tujuan, sasaran, dan struktur dari kerjasama ASEAN yang mampu memenuhi kebutuhan dari Komunitas ASEAN.

Kemudian, pada KTT XII ASEAN di Cebu, Filipina,13 Januari 2007, para pemimpin ASEAN bersepakat untuk berkomitmen menciptakan One Caring and Sharing Community pada 2015, serta melakukan sosialisasi agar rakyat ASEAN

(44)

memiliki We Feeling,26 adapun bentuk dari komitmen tersebut yaitu membentuk ASEAN Community.

Sebagai wadah terciptanya One Caring and Sharing Community di kawasan Asia Tenggara, maka pembentukan Komunitas ASEAN 2015 tersebut dilandasi oleh tiga pilar, yaitu Pilar Politik-Keamanan, Pilar Ekonomi dan Pilar SosialBudaya.

Koordinasi kerja sama ketiga pilar tersebut dilakukan melalui Dewan Koordinasi ASEAN (ASEAN Coordinating Council/ACC) yang terdiri atas para Menteri Luar Negeri ASEAN. ACC bertemu sekurang-ktirangnya dua kali setahun dengan tugas mengoordinasikan tiga Dewan Komunitas ASEAN yang terdiri dan Dewan Komunitas Politik-Keamanan (ASEAN Political Security Community Council/APSCC), Dewan Komunitas Ekonomi (ASEAN Economic Community Council/AECC) dan Dewan Komunitas Sosial Budaya (ASEAN Socio- Cultural Community Council/ASCCC). Dewan Koordinasi ASEAN didukung oleh pejabat-pejabat tinggi yang terkait.27

Pembentukan Komunitas ASEAN 2015 diharapkan dapat menjadikan ASEAN sebagai organisasi yang berpusat dan berorientasi kepada masyarakat

26 Dikutip dari

(45)

people (people centered), memelihara stabilitas perdamaian di kawasan ASEAN, dan meningkatkan kredibilitas ASEAN.28

2.4 ASEAN Economic Community ( Masyarakat Ekonomi ASEAN )

Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967, negara-negara anggota telah meletakkan kerjasama ekonomi sebagai salah satu agenda utama yang perlu dikembangkan. Pada awalnya kerjasama ekonomi difokuskan pada program-program pemberian preferensi perdagangan (preferential trade), usaha patungan (joint ventures), dan skema saling melengkapi (complementation scheme) antar pemerintah negara-negara anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN, seperti ASEAN Industrial Projects Plan (1976), Preferential Trading Arrangement (1977), ASEAN Industrial Complementation scheme (1981), ASEAN Industrial Joint-Ventures scheme (1983), dan Enhanced Preferential Trading arrangement (1987).

Pada dekade 80-an dan 90-an, ketika negara-negara di berbagai belahan dunia mulai melakukan upaya-upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi, negara-negara anggota ASEAN menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama adalah dengan saling membuka perekonomian mereka, guna menciptakan integrasi ekonomi kawasan.

(46)

2.4.1 Sejarah Pembentukan ASEAN Economic Community ( Masyarakat

Ekonomi ASEAN )

Pada KTT ke-5 ASEAN di Singapura tahun 1992 telah ditandatangani Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation sekaligus menandai dicanangkannya ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tanggal 1 Januari 1993 dengan Common Effective Preferential Tariff (CEPT) sebagai mekanisme utama. Pendirian AFTA memberikan impikasi dalam bentuk pengurangan dan eliminasi tarif, penghapusan hambatan-hambatan non-tarif, dan perbaikan terhadap kebijakan-kebijakan fasilitasi perdagangan. Dalam perkembangannya, AFTA tidak hanya difokuskan pada liberalisasi perdagangan barang, tetapi juga perdagangan jasa dan investasi.

(47)

KTT ke-10 ASEAN di Vientiene tahun 2004 antara lain menyepakati Vientiane Action Program (VAP) yang merupakan panduan untuk mendukung implementasi pencapaian AEC di tahun 2020.

ASEAN Economic Ministers Meeting (AEM) di Kuala Lumpur bulan Agustus 2006 menyetujui untuk membuat suatu cetak biru (blueprint) untuk menindaklanjuti pembentukan AEC dengan mengindentifikasi sifat-sifat dan elemen-elemen AEC pada tahun 2015 yang konsisten dengan Bali Concord II dan dengan target-target dan timelines yang jelas serta pre-agreed flexibility untuk mengakomodir kepentingan negara-negara anggota ASEAN.

KTT ke-12 ASEAN di Cebu bulan Januari 2007 telah menyepakati ”Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015”. Dalam konteks tersebut, para Menteri Ekonomi ASEAN telah menginstruksikan Sekretariat ASEAN untuk menyusun ”Cetak Biru ASEAN Economic Community (AEC)”. Cetak Biru AEC tersebut berisi rencana kerja strategis dalam jangka pendek, menengah dan panjang hingga tahun 2015 menuju terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN.

(48)

ASEAN menjadi kawasan yang berdaya saing tinggi dengan tingkat pembangunan ekonomi yang merata serta kemiskinan dan kesenjangan sosial-ekonomi yang makin berkurang.

Sebagai upaya untuk memfasilitasi perdagangan di tingkat nasional dan ASEAN sebagaimana tertuang dalam AEC Blueprint 2015, Indonesia telah melakukan peluncuran National Single Window (NSW) dalam kerangka ASEAN Single Window (ASW) pada tanggal 17 Desember 2007. Menurut rencana ASW akan diimplementasikan pada tahun 2009.

2.4.2 Penjelasan tentang ASEAN Economic Community ( Masyarakat

Ekonomi ASEAN ) Blueprint.

Adapun blueprint ( cetak biru ) dari ASEAN Economic Community melingkupi :

a. Single market dan production base (arus perdagangan bebas untuk sektor barang, jasa, investasi, pekerja terampil, dan modal)

b. Penciptaaan kawasan regional ekonomi yang berdaya saing tinggi (regional competition policy, IPRs action plan, infrastructure development, ICT, energy cooperation, taxation, dan pengembangan UKM);

(49)

d. Integrasi penuh pada ekonomi global (pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi eksternal serta mendorong keikutsertaan dalam global supply network).

2.4.2.1 Single Market and Production Base (Pasar Tunggal dan Basis

Produksi)

Pasar tunggal dan basis produksi ASEAN terdiri lima elemen inti, yaitu aliran bebas barang, aliran bebas jasa, aliran bebas investasi, aliran modal yang lebih bebas dan aliran bebas tenaga kerja terampil. Selain itu, pasar tunggal dan basis produksi juga mencakup dua komponen penting, yaitu, sektor integrasi prioritas, yakni pangan, pertanian dan kehutanan.

a. Aliran bebas barang

Aliran bebas barang adalah salah satu sarana utama dimana tujuan pasar tunggal dan basis produksi dapat dicapai. Sebuah pasar tunggal untuk barang (dan jasa) juga akan memfasilitasi pengembangan jaringan produksi di wilayah tersebut dan meningkatkan kapasitas ASEAN untuk melayani sebagai pusat produksi global atau sebagai bagian dari rantai pasokan global.

b. Aliran bebas Jasa

(50)

membangun perusahaan di seluruh perbatasan nasional di kawasan ini, tergantung pada peraturan domestik.

Liberalisasi jasa telah dilakukan melalui putaran negosiasi terutama di bawah Komite Koordinasi Jasa. Negosiasi dari beberapa sektor jasa yang seperti jasa keuangan dan transportasi udara yang dilakukan oleh badan-badan kementerian masing-masing. Dalam liberalisasi jasa, seharusnya tidak ada komitmen ulang, dan fleksibilitas yang telah disepakati harus diberikan kepada semua negara anggota ASEAN.

c. Aliran Bebas Investasi

Sebuah rezim investasi bebas dan terbuka merupakan kunci untuk meningkatkan daya saing ASEAN dalam menarik investasi langsung asing (FDI) serta investasi intra-ASEAN. Aliran masuk berkelanjutan investasi baru dan reinvestasi akan mempromosikan dan memastikan pembangunan yang dinamis dari ekonomi ASEAN.

d. Aliran bebas modal

Penguatan Pembangunan Pasar Modal ASEAN dan Integrasi. e.Aliran bebas tenaga kerja terampil

(51)

ASEAN dan tenaga kerja terampil yang terlibat dalam perdagangan lintas batas dan kegiatan investasi terkait.

f. Sektor Integrasi Prioritas

Merupakan instrumen atau cara dalam mengawali proses pengintegrasian sektor – sektor ekonomi di seluruh kawasan dengan mngklasifikasikan sektor – sektor prioritas.

g. Pangan, pertanian dan kehutanan

Meningkatkan perdagangan dan jangka panjang daya saing intra dan ekstra-ASEAN makanan, pertanian dan kehutanan, produk / komoditas ASEAN.

2.4.2.2 Kawasan Ekonomi Kompetitif

Tujuan utama dari kebijakan persaingan adalah untuk menumbuhkan budaya persaingan yang sehat. Lembaga - lembaga dan hukum - hukum yang berkaitan dengan kebijakan persaingan, baru-baru ini didirikan di beberapa (tetapi tidak semua) Negara-Negara Anggota ASEAN (AMCs). Saat ini tidak ada badan ASEAN resmi untuk kegiatan kerjasama pada CPL untuk melayani sebagai jaringan untuk lembaga persaingan atau badan yang relevan untuk saling bertukar pengalaman kebijakan dan norma-norma kelembagaan di CPL.

a. Perlindungan konsumen

(52)

konsumen sudah dikembangkan seiring dengan langkah-langkah ekonomi yang diusulkan untuk mengatasi perlindungan konsumen yang sudah muncul.

b. Hak Kekayaan Intelektual

Pada prinsipnya, kebijakan kekayaan intelektual (IP) dapat berfungsi sebagai stimulus yang kuat untuk budaya, kreativitas intelektual dan artistik dan komersialisasinya, adopsi dan adaptasi efisien teknologi yang lebih maju dan proses belajar yang berkelanjutan untuk memenuhi ambang batas yang terus meningkat dari ekspektasi kinerja.

Kebijakan kekayaan intelektual juga dapat membantu untuk menelurkan kebudayaan akan hidupnya kreativitas dan penemuan, dan untuk memastikan akses yang lebih adil dan manfaat kepada semua pemangku kepentingan baik kekayaan intelektual tradisional maupun yang lebih baru. Selanjutnya, kebijakan Kekayaan intelektual dapat mempengaruhi baik volume dan kualitas perdagangan eksternal dan investasi dan transfer berkelanjutan dan teknologi. Kreativitas kekayaan intelektual merupakan penentu utama dari pemasokan nilai – nilai lokal dan daya saing eksternal.

(53)

untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat yang lebih baik, koordinasi dan jaringan, prediktabilitas, peningkatan kapasitas, dan kontribusi industri kekayaan intelektual untuk daya saing dan pengembangan.

c. Pembangunan Infrastruktur

1. Kerjasama Transportasi

Sebuah jaringan transportasi yang efisien, aman dan terintegrasi di ASEAN sangat penting untuk menyadari potensi penuh dari ASEAN Free Trade Area serta dalam meningkatkan daya tarik kawasan sebagai produksi tunggal, pariwisata dan tujuan investasi dan penyempitan kesenjangan pembangunan. Transportasi ASEAN juga penting dalam menghubungkan ASEAN dengan negara – negara di daerah timur laut dan negara-negara Asia Selatan.

Upaya Regional telah dilakukan untuk meningkatkan fasilitas transportasi dan jasa logistik, mempromosikan hubungan infrastruktur transportasi multimoda dan konektivitas, memfasilitasi transportasi dan integrasi pariwisata dan lebih meliberalisasi sektor udara dan transportasi laut. Mewujudkan kerangka kerja untuk liberalisasi penuh jasa udara di ASEAN harus secepatnya dilaksanakan.

Transportasi multimoda dan fasilitas transportasi.

(54)

Transportasi Darat

Prioritas diberikan kepada penyelesaian Singapura-Kunming Rail Link (SKRL) dan proyek-proyek ASEAN Highway Network (AHN).

Transportasi Laut dan Udara

Mengadopsi prinsip-prinsip umum dan kerangkakerja untuk pengiriman pasar tunggal ASEAN dan mengembangkan dan mengimplementasikan Aviasi pasar tunggal ASEAN.

2. Infrastruktur Informasi

Sebuah infrastruktur informasi aman dan terhubung penting untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan daya saing di kawasan ini. Upaya telah dilakukan untuk memfasilitasi interkonektivitas dan interoperabilitas teknis di antara sistem ICT, meningkatkan jaringan nasional yang ada lalu berkembang ke dalam infrastruktur informasi regional. Penekanan yang sama telah diberikan untuk meningkatkan kepercayaan dan keyakinan dalam penggunaan internet dan keamanan transaksi elektronik, pembayaran dan pengaturan.

3. Kerjasama Energi

(55)

pembiayaan, dan transfer teknologi. Jaringan jaringan listrik dan jaringan pipa gas yang saling berhubungan menawarkan manfaat yang signifikan baik dari segi keamanan, fleksibilitas dan kualitas pasokan energi.

Sementara ASEAN mengupayakan percepatan pembentukan Komunitas ASEAN 2015, penting untuk memastikan bahwa pembangunan tersebut berkelanjutan melalui, antara lain, mitigasi emisi gas rumah kaca melalui kebijakan dan langkah-langkah efektif, sehingga memberikan kontribusi untuk pengurangan perubahan iklim global. Mengakui cadangan global terbatas bagi energi fosil dan harga bahan bakar minyak dunia yang tidak stabil, penting bagi ASEAN untuk menekankan kebutuhan untuk memperkuat pengembangan energi terbarukan, seperti bahan bakar-bio, serta untuk mempromosikan perdagangan terbuka, fasilitas dan kerja sama dalam industri sektor energi terbarukan dan industri – industri terkait serta investasi pada infrastruktur yang diperlukan untuk pengembangan energi terbarukan.

4. Kerjasama Pertambangan

Meningkatkan perdagangan dan investasi dan memperkuat kerjasama dan kapasitas dalam sektor geologi dan mineral untuk pembangunan mineral berkelanjutan di kawasan ASEAN.

5. Pendanaan Proyek - Proyek Infrastruktur

(56)

daerah.Mengalokasikan dalam skema pendanaan yang inovatif untuk menarik keterlibatan sektor swasta yang lebih besar sangat demikian penting.

d. Perpajakan

Melengkapi jaringan perjanjian bilateral tentang penghindaran pajak berganda antar semua negara anggota pada tahun 2010, serendah mungkin.

e. E-Commerce

Meletakkan kebijakan dan infrastruktur hukum terkait perdagangan elektronik dan mengupayakan perdagangan barang on-line (e-commerce) dalam ASEAN melalui penerapan Kerangka Perjanjian e-ASEAN dan berdasarkan kerangka acuan umum.

2.4.2.3 Pembangunan Ekonomi Berkeadilan

a. Pembangunan Usaha Kecil-Menengah ( UKM )

Cetak Biru Kebijakan ASEAN untuk Pengembangan UKM (APBSD) 2004-2014 menguraikan kerangka kerja untuk pengembangan UKM di kawasan ASEAN. Kebijakan Ini terdiri dari program kerja strategis, langkah-langkah kebijakan dan keluaran yang indikatif. Tujuannya adalah untuk:

(57)

 Meningkatkan daya saing dan dinamisme UKM ASEAN dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi, pasar, pengembangan sumber daya manusia dan kemampuan, keuangan serta teknologi

 Memperkuat ketahanan UKM ASEAN untuk lebih baik dalam menanggulangi kerugian ekonomi makro dan kesulitan keuangan, serta tantangan dari situasi perdagangan yang lebih liberal

 Meningkatkan kontribusi UKM terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dan pengembangan ASEAN sebagai kawasan.

b. Inisiatif Integrasi ASEAN

Mengingat tingkat perkembangan yang berbeda antara Negara-Negara Anggota ASEAN, timbullah kebutuhan untuk memastikan pendalaman dan perluasan integrasi ASEAN disertai dengan teknis dan kerja sama pembangunan untuk mengatasi kesenjangan pembangunan dan mempercepat integrasi ekonomi Negara-negara Anggota ASEAN yang kurang berkembang sehingga manfaat dari integrasi ASEAN dapat dibagi dan dinikmati oleh semua negara anggota ASEAN. Hal ini akan memungkinkan Negara anggota ASEAN untuk bergerak secara terpadu.

(58)

bagian lain dunia juga. IAI saat ini mencakup wilayah prioritas berikut, yaitu infrastruktur, pengembangan sumber daya manusia, Teknologi, informasi dan komunikasi (ICT), pengembangan kapasitas untuk integrasi ekonomi regional, energi, iklim investasi, pariwisata, pengurangan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup.

Menghadapi AEC, CLMV ( Cambodia, Laos, Myanmar, Vietnam ) akan ditantang untuk mengembangkan kebijakan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperkuat daya saing ekonomi, meningkatkan investasi langsung dalam dan luar negeri, memperluas perusahaan swasta sambil memenuhi tujuan publik negaranya.

2.4.2.4 Integrasi dalam Ekonomi Global

(59)

a. Pendekatan koheren terhadap Hubungan Ekonomi Eksternal

ASEAN akan bekerja ke arah mempertahankan "Sentralisasi ASEAN" dalam hubungan ekonomi eksternalnya, termasuk, namun tidak terbatas pada, negosiasinya pada perjanjian perdagangan bebas (FTA) dan kemitraan ekonomi komprehensif (CEPS).

b. Peningkatan Partisipasi dalam Jaringan Pasokan Global

ASEAN juga akan meningkatkan partisipasi dalam jaringan pasokan global

2.5 Kerjasama Eksternal ASEAN29

Kerjasama eksternal ASEAN merupakan sebuah kerjasama yang dibangun oleh ASEAN dengan negara – negara di luar ASEAN maupun organisasi – organisasi internasional lainnya. Adapun kerjasama ini bertujuan untuk mempermudah aliran perdagangan dan peningkatan ekonomi bagi kedua belah pihak.

2.5.1 ASEAN – Jepang

Kerja sama ASEAN-Jepang, yang pada awalnya ditekankan pada hubungan kerja sama ekonomi, secara formal dimulal dan pembentukan Forum ASEAN-Jepang pada bulan Maret 1977. Forum mi kemudian diikuti dengan

29

(60)

pendirian Pusat Promosi Perdagangan, Investasi, dan Pariwisata yang saat mi Iebih dikenal sebagai ASEAN-Japan Centre/AJC.

Kerja sama ASEAN-Jepang memberikan prioritas pada bidang kontra terorisme, lingkungan hidup, penanganan bencana alam, kesehatan dan kesejahteraan, keamanan maritim, termasuk penanganan pembajakan laut, dan pertukaran pemuda/masyarakat. Jepang juga mendukung implementasi Master Plan of ASEAN Connectivity melalui kerja sama pengembangan konektivitas.

Pada KU ke-14 ASEAN-Jepang di Bali tanggal 18 November 2011, para pemimpin ASEAN dan Jepang membahas berbagal bidang kerja sama seperti ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership, disaster management, ASEAN Connectivity, People-to-People Contact, Narrowing Development Gap, dan isu politik mengenai Myanmar.

(61)

Komitmen Jepang terhadap peningkatan hubungan dengan ASEAN serta dukungan terhadap proses integrasi ASEAN juga tercermin di dalam Chairman’s Statement KTT ke-lO ASEAN-Jepang pada tahun 2007, yaitu adanya inisiatif Jepang ‘Asia Gateway”.

Inisiatif Jepang tersebut terdiri atas tiga konsep, yaitu: 1. Towards an Open Japan,

2. Working Together Towards an Open Asia, dan

3. Respect for a Diverse Asia.

Kerja sama dalam bidang ekonomi antara ASEAN dengan Jepang pertama kali diwujudkan melalui penandatanganan Joint Declaration of the Leaders on the Comprehensive Economic Partnership between ASEAN and Japan, Phnom Penh — Kamboja, 5 November 2002, dan Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between ASEAN and Japan, Bali — Indonesia, 8 Oktober 2003.

Dalam perkembangannya,ASEAN dan Jepang kemudian menandatangani kesepakatan Agreement on Comprehensive Economic Partnership among Member States of the ASEAN and Japan (AJCEP) secara ad-referendum pada April 2008. AJCEP menyepakati ketentuan perdagangan barang (trade in goods).

(62)

Nang tanggal 5 — 8 Maret 2012 menyepakati agar perundingan di bidang jasa dan investasi untuk sementara dihentikan karena ASEAN dan Jepang tidak dapat mencapai kesepakatan (deadlock) dalam perundingan jasa dan investasi AJCEP. Namun, pertemuan mencatat bahwa tidak tertutup kemungkinan bagi perundingan di bidang Jasa dan Investasi untuk kembali berjalan jika salah satu pihak bersedia menerima proposal pihak yang lain atau jika telah ditemukan solusi yang saling menguntungkan bagi masing-masing pihak.

Di bawah program IAI, Jepang memberikan bantuan pembangunan sub regional Greater Mekong, yang meningkatkan Official Development Assistance (ODA) ke wilayah Mekong sampai dengan tahun 2010, dan ke kawasan pertumbuhan Brunei Darussalam—Indonesia—Malaysia—Philippines—East ASEAN Growth Area (BIMP—EAGA).

2.5.2 ASEAN – Republik Rakyat Tiongkok

Gambar

Tabel II.1
Grafik II.1
Tabel II.3
Table II.4.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan konstruksi pasti menginginkan pencapaian yang maksimal oleh sebab itu perusahaan membutuhkan pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan yang baik dan

Selanjutnya Ornstein, (1990) dalam (Mulyasa, 2007) merekomen- dasikan bahwa untuk membuat RPP yang efektif harus berdasarkan pengetahuan terhadap: tujuan umum sekolah,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah taruna teknik yang mendapat pembelajaran model problem based learning berbasis

At right, a 2-way flow of data and information that connects the firm to its environment – The Firm's Control Mechanism: The elements that enable the firm to operate as a

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) serta Pasal 3 ayat (2) Undang- Undang Nomor 20

[r]

1) Tulis daftar faktor-faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses audit eksternal. Cari antara 10 dan 20 faktor, termasuk peluang dan ancaman yang

Masalah internal yang meliputi kepuasan kerja karyawan, gaya kepemimpinan atasan serta efektifitas manajemen sumber daya manusia dapat menjadi batu ganjalan bagi roda