ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta dan Surakarta)
ANALYZE THE FACTORS THAT INFLUENCE OF AUDIT QUALITY
(The Empirical Study at Public Accountant Firm in Yogyakarta and Surakarta)
SKRIPSI
Oleh :
ZARRA ULFAH WULANDARI 20130420177
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KUALITAS AUDIT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta dan Surakarta) ANALYZE THE FACTORS THAT INFLUENCE OF AUDIT QUALITY
(The Empirical Study at Public Accountant Firm in Yogyakarta and Surakarta)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh :
ZARRA ULFAH WULANDARI 20130420177
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2017
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Zarra Ulfah Wulandari
Nomor Mahasiswa : 20130420177
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta dan Surakarta)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 08 Januari 2017
MOTTO
Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah Tuhan semesta alam (Q.S. Al - An’am : 162)
Sesungguhnya dimana ada kesulitan disitu ada kelapangan dan
sesungguhnya disamping kesulitan ada kemudahan, karena itu bila engkau
telah selesai dari suatu urusan pekerjaan, maka kerjakanlah yang lain dengan tekun (Q.S. Al – Insyirah : 5-7)
Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu
menghitungnya. Sungguh Allah benar-benar maha pengampun lagi maha penyayang (An - Nahl : 18)
- Jika salah perbaiki, jika gagal coba lagi, tetapi jika kamu menyerah semuanya
PERSEMBAHAN
ALHAMDULILLAHIRABILALAMIN …
Sujud syukur Alhamdulillah terimakasih kepada Allah SWT dan Nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW yang telah memberikan segala petunjuk, kelancaran, dan kemudahan
kepada saya
Karya ini saya persembahkan untuk :
1. Kedua orang tuaku, Bapak Dadang Maszaeni, S.T, MP dan Ibu Dedeh Komara yang
selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat dan segala bentuk dukungannya
untukku sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Adik-adikku yang saya sayangi Hesty Rachmawati Lestari dan Salma Mutiara Hapsari
yang telah memberikan doa dan dukungannya.
3. Keluarga besarku, terimakasih telah memberikan doa dan motivasinya kepada saya.
4. Bapak Wahyu Manuhara Putra, S.E., M.Si, Ak.,CA terimakasih telah memberikan
bimbingan, nasehat, motivasi dan rasa sabar dalam membimbing saya, memberikan
ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk saya dan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Untuk semua sahabat-sahabatku yang telah memberikan doa, semangat, motivasi
dan segala bentuk dukungan lain yang akan saya ingat selalu. Terimakasih untuk
canda tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk
kenangan manis selama ini.
6. Terimakasih teman-temanku yang aku kenal semuanya yang sudah membantu dalam
segala hal, memberikan kehidupan yang berwarna, dan memberikan berbagai macam
pelajaran hidup yang bermakna buat saya.
7. Akuntansi 2013 UMY yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
9. Terimakasih banyak, akhir kata saya persembahkan skripsi ini untuk kalian semua,
orang-orang yang saya sayangi. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 6
7. Sikap Skeptis ... 15
8. Time Budget Pressure ... 16
B. Hipotesis dan Penurunan Hipotesis ... 16
C. Model Penelitian ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
A. Obyek/Subyek Penelitian ... 25
B. Jenis Data ... 25
C. Teknik Pengambilan Sampel ... 25
D. Teknik Pengumpulan Data ... 26
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 26
F. Uji Kualitas dan Instrumen Data ... 30
G. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Gambaran Umum Penelitian ... 35
B. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 42
C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 55
D. Pembahasan Hipotesis ... 57
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 64
A. Simpulan ... 64
B. Keterbatasan Penelitian ... 68
C. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
TABEL 4.1 DAFTAR KANTOR AKUNTAN PUBLIK………..………35
TABEL 4.2 TINGKAT PENGEMBALIAN KUEISIONER ...36
TABEL 4.3 RESPONDEN BERDASARKAN UMUR ...37
TABEL 4.4 RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN………..38
TABEL 4.5 RESPONDEN BERDASARKAN JABATAN ...38
TABEL 4.6 RESPONDEN BEDASARKAN LAMA BEKERJA ...39
TABEL 4.7 HASIL ANALISIS DESKRIPTIF ...40
TABEL 4.8 UJI VALIDITAS INDEPENDENSI ...42
TABEL 4.9 UJI VALIDITAS PENGALAMAN KERJA ...43
TABEL 4.10 UJI VALIDITAS DUE PROFESSIONAL CARE ...44
TABEL 4.11 UJI VALIDITAS AKUNTABILITAS ...45
TABEL 4.12 UJI VALIDITAS SIKAP SKEPTIS ...46
TABEL 4.13 UJI VALIDITAS TIME BUDGET PRESSURE ...47
TABEL 4.14 UJI VALIDITAS KUALITAS AUDIT ...48
TABEL 4.15 UJI RELIABILITAS ...49
TABEL 4.16 UJI NORMALITAS ...50
TABEL 4.17 UJI MULTIKOLINEARITAS ...51
TABEL 4.18 UJI HETEROSKEDASTISITAS ...52
TABEL 4.19 UJI ADJUSTED R SQUARE ...53
TABEL 4.20 UJI NILAI f ...54
TABEL 4.21 UJI NILAI t ...55
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 KUISIONER
LAMPIRAN 2 HASIL UJI VALIDITAS
LAMPIRAN 3 HASIL UJI RELIABILITAS
LAMPIRAN 4 DESKRIPTIF STATISTIK
LAMPIRAN 5 HASIL UJI NORMALITAS
LAMPIRAN 6 HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS
LAMPIRAN 7 HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
LAMPIRAN 8 HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI (ADJ R SQUARE)
LAMPIRAN 9 HASIL KOEFISIEN SIMULTAN (UJI F)
LAMPIRAN 10 HASIL UJI PARSIAL (UJI T STATISTIK)
LAMPIRAN 11 DATA RESPONDEN
ABSTRACT
This study aimed to examine te effect of independence, work experience, due professional care, accountability, skeptical attitude and time budget pressure on audit quality. The data analyzed in this study are primary data like questionnaire on Public Accounting Firm (KAP) in Yogyakarta and Surakarta. This study uses a sampling technique convinience sampling. There are 7 KAP with 53 respondents were used as a sample in this study. Analyzer used in this research SPSS version 16.0. The method used to test the hypothesis is multiple regression analysis.
Based on the analysis that has been done shows that the variable independence negative effect on audit quality, and work experience, due professional care and skepticism positive effect on audit quality. This result is inversely proportional to the analysis obtained that accountability and time budget pressure has no effect on audit quality.
Keywords: Independence, work experience, due professional care, accountability,
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Profesi akuntan publik adalah merupakan profesi mengenai kepercayaan
masyarakat. Seorang akuntan publik harus dapat memberikan jasa informasi yang
andal, akurat, dan tidak memihak kepada pihak manapun sehingga informasi tersebut
dapat dipercaya. Jasa akuntan publik berperan penting dalam memberikan penilaian
terhadap kinerja perusahaan yang dapat dilihat dari penilaian atas pemeriksaan
laporan keuangan, yang diberikan kepercayaan untuk dapat membuktikan laporan
keuangan yang disajikan oleh manajemen terbebas dari salah saji material.
Jasa auditor tersebut bertanggung jawab untuk memberikan keyakinan yang
memadai mengenai kewajaran laporan keuangan, dimana hal tersebut merupakan
dasar dalam pengambilan keputusan bagi para pengguna laporan keuangan yaitu
misalnya pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Salah satu dari jasa
akuntan tersebut misalnya dapat dilihat dari kualitas audit yang dihasilkan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP). Beberapa kasus keuangan yang terjadi membuat
auditor harus dapat lebih memperhatikan kualitas audit yang dihasilkan sebagai hasil
dari pekerjaannya.
Salah satu kasus yang terjadi misalnya kasus keuangan yang terjadi pada
Amerika Serikat yang sebelumnya KAP Arthur Anderson memberikan opini wajar
tanpa pengecualian. Enron Corporation kemudian dalam jangka waktu yang singkat
dikabarkan mengalami pailit. Dalam kasus tersebut ternyata Enron Corporation
melakukan manipulasi pada laporan keuangannya dengan cara mencatat keuntungan
fiktif yaitu sebesar 600 juta dollar AS dimana KAP Arthur Anderson berperan dalam
skandal tersebut.
Hal tersebut dapat membuktikan bahwa terjadinya skandal dalam pemeriksaan
laporan keuangan Enron. Hilangnya sikap independensi, dan akuntabilitas yang
kurang diterapkan oleh Arthur Anderson tersebut membuat rendahnya kualitas audit
yang dihasilkan. Arti dari independensi berarti sikap mental yang bebas dari
pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung pada orang lain.
Auditor yang independen adalah auditor yang tidak mudah dipengaruhi, tidak
memihak siapapun, dan berkewajiban untuk jujur kepada semua pihak pemakai
laporan keuangan. Oleh sebab itu, independensi merupakan hal penting yang perlu
menjadi fokus utama bagi auditor agar dapat menghasilkan audit yang berkualitas.
Hubungan antara independensi terhadap kualitas audit memiliki hubungan yang
searah, artinya hasil audit yang berkualitas berhubungan dengan tingkat independensi
yang baik dari seorang auditor (Wiratama dan Budhiarta, 2015).
Sejalan dengan penerapan independensi yang baik, maka seorang auditor juga
harus memperhatikan sikap akuntabilitas dalam melakukan pekerjaannya. Arti dari
dalam menjaga kualitas auditnya. Arianti, dkk (2014) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa seorang auditor yang menerapkan sikap profesionalisme dalam
menjalankan tugasnya akan menghasilkan pekerjaan yang berkualitas, yang
mencerminkan bahwa auditor telah melakukan pekerjaan dengan etika yang tinggi
dan melaksanakan audit secara maksimal.
Jika dilihat dari sisi Agency Theory, Arthur Anderson sebagai auditor KAP
yang seharusnya memberikan jasa professional dalam menjalankan tugasnya, yang
nyatanya Arthur Anderson justru memberikan informasi yang tidak sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Maka Anderson telah memberikan informasi palsu kepada
pihak principal dan kurangnya pertanggungjawaban dalam menjalankan amanat dari
pihak agency kepada pihak principal.
Selain penerapan sikap independensi dan akuntabilitas yang telah dijelaskan
tersebut, faktor penting lain yang harus ada dalam diri auditor yaitu salah satunya
adalah due proffesional care. Due professional care merupakan penggunaan
kemahiran professional dengan cermat dan seksama, yang berarti sikap yang cermat
dan seksama dalam melakukan evaluasi terhadap bukti audit. Standar umum yang
ketiga mengatur mengenai kewajiban auditor untuk menggunakan dengan cermat dan
seksama kemahiran profesionalnya dalam penyusunan laporan audit. Sikap cermat
dan seksama tersebut menjadi tanggung jawab kepada setiap auditor dalam organisasi
penelitian yang dilakukan oleh Febriyanti (2014) diperoleh hasil bahwa due
professional care berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit.
Hal lain yang perlu diperhatikan dan diterapkan oleh auditor yaitu sikap
skeptis. Skeptisme professional auditor merupakan sikap yang menyeimbangkan
antara percaya dan curiga, maksudnya sifat kehati-hatian atau kewaspadaan terhadap
suatu informasi. Sikap skeptisme professional tersebut dapat mendeteksi adanya
kecurangan yang terjadi pada klien. Penelitian yang dilakukan oleh Sari dan
Ramantha (2015) menguji pengaruh positif sikap skeptisme terhadap kualitas audit
dengan hasil diterima, berarti jika seorang auditor dapat menerapkan sikap skeptis
dengan baik maka akan cenderung dapat mendeteksi kekeliruan atau kecurangan
yang ada pada bukti audit. Pendeteksian laporan keuangan yang baik akan
menghasilkan hasil audit yang berkualitas.
Selain itu, pengalaman kerja auditor juga dibutuhkan dalam menciptakan hasil
audit yang berkualitas. Auditor yang memiliki pengalaman lebih banyak dalam
bidang akuntansi dan juga bidang auditing yang disertai dengan penerapan etika,
cenderung akan lebih baik dalam melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan.
Dalam meningkatkan pengetahuan serta keahlian yang diperoleh, merupakan hal
yang penting bagi seorang auditor, yang dapat diperoleh dengan pendidikan formal,
yang kemudian dengan semakin bertambahnya pengalaman maka kualitas audit yang
Selain faktor independensi, pengalaman kerja, due professional care,
akuntabilitas, dan sikap skeptis, kualitas audit juga dipengaruhi oleh adanya tekanan
anggaran waktu (time budget pressure). Ningsih dan Yaniartha (2013) dalam
penelitiannya telah menguji dan menemukan hasil bahwa time budget pressure
berpengaruh negatif terhadap kualitas audit.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengambil judul tentang Analisis
Faktor-faktor Yang Memengaruhi Kualitas Audit. Penelitian ini replikasi dari
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wiratama dan Budhiarta (2015) dengan
judul Pengaruh Independensi, Pengalaman Kerja, Due Professional Care, dan
Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit. Alasan dari replikasi penelitian tersebut adalah
berdasarkan saran penelitian sebelumnya yakni dengan mereplikasi dengan lokasi
penelitian yang berbeda, dan penambahan variabel lain yang dapat memengaruhi
kualitas audit. Penelitian ini menjadi penting karena kualitas audit digunakan oleh
banyak pihak, sehingga kualitas audit menjadi sesuatu yang sangat diperlukan dalam
dasar pengambilan berbagai macam keputusan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Wiratama dan Budiartha (2015)
yaitu dengan melakukan obyek penelitian yang berbeda yaitu jika penelitian
Wiratama dan Budiartha dilakukan di seluruh KAP Denpasar, Bali maka obyek
penelitian ini ditujukan kepada KAP yang berada di Yogyakarta dan Surakarta. Selain
itu, menambahkan variabel sikap skeptis dan time budget pressure. Penambahan
oleh Triani dan Latrini (2016) menunjukkan sikap skeptisme profesional berpengaruh
positif terhadap kualitas audit kantor inspektorat Kabupaten/Kota di Bali. Hasil
tersebut sejalan dengan hasil penelitian Sari dan Ramantha (2015) yang menunjukkan
bahwa sikap skeptisme berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas audit.
Sedangkan penelitian Nandari dan Latrini (2015) dengan hasil sikap skeptis tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas Audit.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan
meneliti lebih jauh mengenai faktor-faktor yang dapat memengaruhi kualitas audit.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Apakah independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit?
2. Apakah pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas audit?
3. Apakah due professional care berpengaruh positif terhadap kualitas audit?
4. Apakah akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit?
5. Apakah sikap skeptis berpengaruh positif terhadap kualitas audit?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh independensi terhadap kualitas audit.
2. Untuk menganalisis pengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas audit.
3. Untuk menganalisis pengaruh due professional care terhadap kualitas audit.
4. Untuk menganalisis pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit.
5. Untuk mengetahui pengaruh sikap skeptis terhadap kualitas audit.
6. Untuk menganalisis pengaruh time budget pressure terhadap kualitas audit.
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan dalam pengembangan ilmu atau manfaat di bidang teoritis.
a. Untuk memberikan informasi dan gambaran mengenai pengaruh
independensi, pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas, sikap
skeptis, dan time budget pressure dengan hubungannya terhadap kualitas
audit.
b. Bagi akademik, untuk dapat memberikan wawasan dan masukan mengenai
hal-hal apa saja yang perlu dihindari dan yang perlu dilakukan dalam
menjalankan pekerjaan auditor.
c. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan konseptual serta dapat
menjadi suatu referensi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang
2. Manfaat di bidang praktik
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan dan Kantor
Akuntan Publik sebagai masukan yang dapat digunakan untuk dapat
mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh independensi,
pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas, sikap skeptis, dan
time budget pressure terhadap kualitas audit.
b. Memberikan bukti empiris mengenai hubungan pengaruh independensi,
pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas, sikap skeptis, dan
time budget pressure terhadap kualitas audit.
c. Dapat digunakan sebagai masukan dan bahan evaluasi untuk semua KAP
khususnya bagi pimpinan KAP dan seluruh auditor dalam rangka
mempertahankan, dan meningkatkan kualitas audit. Dapat digunakan juga
sebagai motivasi auditor untuk dapat meningkatkan kinerja dengan lebih
maksimal dan bekerja secara professional.
d. Manfaat bagi klien atau pengguna laporan keuangan untuk dapat
mengambil keputusan secara lebih baik dan lebih tepat berdasarkan pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Landasan Teori 1. Teori Keagenan
Teori keagenan dikembangkan oleh Jensen dan Meckling pada tahun
1976 menjelaskan perbedaan kepentingan antara manajer dengan pemilik.
Agency teory (teori keagenan) membahas mengenai perbedaan kepentingan
yang dapat muncul antara principal dan agent. Manajemen dapat dikatakan
sebagai seorang agent sedangkan pemegang saham bertindak sebagai
principal. Dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak yang menyatakan
dimana pihak principal memerintah agent untuk melakukan suatu jasa atas
nama principal dan agar dapat memberi wewenang kepada agent untuk
membuat keputusan yang terbaik bagi principal. Di satu sisi, manajemen
ingin kinerjanya selalu terlihat baik di mata pihak eksternal perusahaan
terutama oleh principal, sedangkan di sisi lain principal ingin agar auditor
dapat melaporkan keadaan yang sebenernanya. Karena antara agent dan
principal memiliki tujuan yang berbeda-beda maka oleh sebab itu timbul
perbedaan kepentingan. Oleh sebab itu diperlukannya auditor untuk dapat
mendeteksi kecurangan yang dapat dilakukan oleh manajemen. Maka agency
menyelesaikan konflik dua kepentingan yang berbeda antara agent dan
principal tersebut. Dengan demikian auditor sebagai pihak ketiga dalam
agency theory tersebut dapat membantu dalam menganalisis faktor yang dapat
memengaruhi kualitas audit dengan menyelesaikan kepentingan yang berbeda
antara agent dan principal. Diharapkan setelah adanya auditor dapat
mengevaluasi kinerja agen sehingga dihasilkan informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan.
2. Kualitas Audit
De Angelo (1981) dalam Ningsih dan Yuniartha (2015) kualitas audit
merupakan suatu keadaan dimana auditor akan menemukan serta melaporkan
ketidaksamaan terhadap prinsip yang terjadi pada laporan keuangan kliennya.
Kualitas audit merupakan suatu proses mengevaluasi dan melakukan
pemeriksaan terhadap laporan keuangan klien digunakan untuk mengetahui
kewajaran laporan keuangan tersebut. Hasil dari pemeriksaan tersebut dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan pihak-pihak yang berkepentingan.
Seorang akuntan publik berperan penting dalam memberikan informasi
mengenai hasil dari proses pemeriksaan dan evaluasi tersebut. Agar jasa
auditnya berkualitas maka auditor harus memenuhi kebutuhan jasa pengguna
auditnya secara professional, akurat, dapat diandalkan dan dapat memberikan
hasil dalam pengambilan keputusan pihak luar. Rasa bertanggung jawab yang
(Nirmala, Cahyonowti 2013). Audit yang berkualitas dihasilkan dari adanya
peranan auditor dalam mengurangi penyimpangan yang terjadi (Parasayu,
2014).
Audit yang berkualitas dapat dihasilkan jika telah memenuhi standar
auditing dan standar pengendalian mutu menurut Standar Profesional Akuntan
Publik dalam Agustin (2013). Jadi, auditor dalam menjalankan tugas auditnya
harus harus memperhatikan dan berpedoman pada standar auditing dan kode
etik akuntan publik yang relevan agar dapat menghasilkan audit yang
berkualitas.
3. Independensi
Agustin (2013) menyatakan bahwa independensi adalah suatu keadaan
dimana dalam melaksanakan tugasnya seorang auditor tidak mudah
dipengaruhi serta tidak memihak kepada pihak manapun. Independensi
merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan dan
tidak bergantung pada pihak lain. Independensi menjadi hal penting yang
perlu diperhatikan dan diterapkan oleh seorang auditor dalam melaksanakan
pekerjaannya. Nirmala (2013) jika seorang auditor mudah dipengaruhi pihak
lain atau gagal dalam mempertahankan sikap independensinya, maka akan
berdampak buruk terhadap kepercayaan masyarakat yang menilai bahwa
Sikap independen merupakan suatu standar auditing harus diterapkan
oleh auditor dan merupakan komponen yang sangat penting dalam
menghasilkan kualitas audit yang baik. Independensi diatur dalam standar
umum kedua SPAP (2001) yaitu “Dalam semua hal yang berhubungan dengan
perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”
dalam Wiratama dan Budhiarta (2015). Sikap independen harus diterapkan
dalam diri auditor agar tidak mudah dipengaruhi oleh pihak lain sehingga
akan menghasilkan audit dengan kualitas yang baik.
4. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja seorang auditor dapat menjadi hal penting dalam
pemeriksaan laporan keuangan dan yang akan berdampak terhadap kualitas
hasil audit. Dengan semakin bertambahnya pengalaman kerja auditor dalam
melakukan tugas auditnya, maka kualitas hasil audit dapat lebih berkualitas.
Wiratama dan Budhiarta (2015) dalam paragraf ketiga SA seksi 210 menyebutkan: “Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu
pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing”.
Pengalaman kerja berhubungan dengan lama masa kerja dan dapat
dihasilkan dari jumlah penugasan yang telah dilakukan. Auditor dengan
pengalaman kerja yang banyak cenderung akan melakukan kesalahan yang
yang banyak. Menurut Lestari, Werastuti, dkk (2015) menyatakan bahwa
pertimbangan baik atau tidaknya pengambilan keputusan dapat dilihat dari
pengalaman auditor. Pengambilan keputusan seorang auditor dapat
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, selain itu faktor penting lainnya yaitu
ditentukan oleh pengalaman kerja (Agustin, 2013).
5. Due professional care
Due professional care adalah sikap cermat dan seksama dalam
melakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap bukti audit laporan keuangan.
Sikap cermat dan seksama tersebut menjadi tanggung jawab kepada setiap
auditor dalam organisasi kantor akuntan publik untuk mengamati standar
auditing yang berlaku. Penggunaan sikap cermat dan kemahiran professional
tersebut dapat memungkinkan auditor dalam menilai bukti audit dengan
keyakinan bahwa bukti audit laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji
material, yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan yang terjadi
(Nirmala dan Cahyonowati, 2013).
Menurut Wiratama dan Budhiarta (2015) jika auditor menggunakan
sikap due professional care dengan baik maka ia akan dapat dengan mudah
dalam mengungkap berbagai macam kecurangan yang ada. Sikap cermat yang
didukung oleh pengalaman kerja yang tinggi akan memudahkan auditor dalam
6. Akuntabilitas
Arianti dan Sudjana (2014) mendefinisikan akuntabilitas yaitu suatu
bentuk dorongan terhadap perilaku yang dimiliki untuk dapat menyelesaikan
kewajibannya dan dapat dipertanggungjawabkan kepada lingkungannya. Akuntabilitas merupakan suatu bentuk kewajiban sosial yang dilakukan
auditor dalam menjaga kualitas auditnya. Seorang auditor harus mempunyai
sikap tanggungjawab yang tinggi untuk menjaga standar perilaku etis baik itu
terhadap organisasi, profesi, masyarakat maupun kepada dirinya sendiri.
Dengan menerapkan akuntabilitas yang tinggi, maka auditor akan lebih
mempunyai rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap pekerjaannya sehingga
kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik (Febriyanti, 2014).
Nirmala (2013) menemukan bahwa akuntabilitas auditor terdiri dari 3
hal yakni adanya motivasi, pengabdian pada profesi, serta kewajiban sosial.
Auditor yang biasa menerapkan sikap akuntabilitasnya dalam segala hal maka
akan cenderung dapat menerapkan sikap tanggungjawabnya tersebut dalam
profesinya.
7. Sikap Skeptis
Adrian (2013) mengartikan bahwa skeptisme professional auditor atau
sikap skeptis adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan selalu menggunakan sikap skeptis tersebut dalam
yang menyeimbangkan antara percaya dan curiga, maksudnya sifat
kehati-hatian atau kewaspadaan terhadap suatu informasi. Sikap skeptis merupakan
sikap kritis yang ditunjukkan auditor terhadap bukti audit yang dimiliki. Jika
seorang auditor dapat menggunakan sikap skeptisnya maka dapat mendeteksi
mengenai adanya temuan keadaan yang sesungguhnya dalam laporan
keuangan. Sebaliknya, jika sikap skeptisme auditor rendah maka kemampuan
auditor dalam mendeteksi kecurangan yang terjadi akan semakin rendah
pula. Salah satu faktor penting yang membuat laporan keuangan menjadi
berkualitas yaitu auditor yang menerapkan sikap skeptisnya (Naibaho, Hardi,
dkk, 2014). Bukti atau hasil audit yang kompeten dapat diperoleh jika auditor
menerapkan sikap skeptisme professionalnya.
Definisi sikap skeptis adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dalam melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil atau
bukti pemeriksaan, definisi menurut Adrian (2013).
8. Time budget pressure
Ratha dan Ramantha (2015) mendefinisikan time budget pressure
merupakan suatu bentuk tekanan yang timbul karena keterbatasan waktu
yang dianggarkan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan auditnya.
Time budget pressure adalah tekanan anggaran waktu yang menekan seorang
auditor untuk melakukan efisiensi waktu dalam melakukan tugas auditnya.
klien diberikan tekanan anggaran waktu yang sempit, maka auditor tersebut
harus menjalankan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah dianggarkan.
Akibat adanya time budget pressure tersebut biasanya auditor cenderung
melakukan tindakan-tidakan yang kurang sesuai dengan ketentuan yang ada,
sehingga hal tersebut dapat menyebabkan penurunan dari kualitas audit.
B. Penurunan Hipotesis
1. Hubungan Independensi dengan Kualitas Audit
Independensi artinya tidak memihak, tidak dikendalikan oleh orang
lain dan tidak tergantung kepada orang lain. Auditor tidak dibenarkan untuk
memihak pada kepentingan siapapun dan karena alasan apapun. Independensi
merupakan suatu standar auditing yang menjadi kunci penting untuk dapat
menghasilkan hasil audit yang baik. Dalam memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan klien, seorang auditor harus dapat
mempertahankan sikap mental yang independen agar dapat memberikan jasa
auditnya secara professional, sebagaimana telah diatur dalam standar
profesioanal akuntan publik yang telah ditetapkan oleh IAI (Ikatan Akuntan
Indonesia). Semakin auditor bersikap independen dalam menjalankan
tugasnya, maka hal tersebut semakin dapat menghasilkan kualitas audit yang
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiratama dan Budhiarta (2015)
mengungkapkan bahwa hubungan antara independensi searah dengan
pelaksanaan kualitas audit, maksudnya semakin auditor menerapkan sikap
independensinya maka akan semakin baik juga kualitas auditnya. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya yaitu yang
dilakukan oleh Sari dan Ramantha (2013) yang menyatakan bahwa
independensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Terdapat pengaruh
yang signifikan antara independensi dengan hubungannya terhadap kualitas
audit (Lestari, Werastuti, dkk 2015). Namun penelitian ini bertentangan
dengan penelitian dari Febriyanti (2014), yang menemukan bahwa
independensi hubungan antara independensi dengan kualitas hasil audit tidak
berpengaruh. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikembangkan hipotesis
sebagai berikut:
2. Hubungan Pengalaman Kerja dengan Kualitas Audit
Auditor yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi cenderung akan
dapat memeriksa laporan keuangan kliennya dengan baik, sehingga dapat
meningkatkan kualitas audit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiratama
dan Budiartha (2015) menunjukkan bahwa variabel pengalaman kerja
berpengaruh positif terhadap kualitas audit diterima. Terdapat hubungan
searah antara pengalaman kerja seorang auditor dengan pelaksanaan kualitas
audit yang dihasilkannya. Semakin banyak pengalaman kerja auditor yang
telah dijalankannya, maka akan semakin baik pula kualitas auditnya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Lestari, Werastuti, dkk (2015) yang menjelaskan jika semakin banyak auditor
dalam melakukan pekerjaan auditnya maka pengalaman auditor tersebut akan
semakin terus meningkat. Pengalaman kerja berpengaruh signifikan positif
terhadap kualitas audit, yang berarti kualitas audit yang semakin baik
dihasilkan dari semakin berpengalamannya seorang auditor (Nirmala, dan
Cahyonowati, 2013). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Agustin (2013)
pengalaman mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit
diterima. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikembangkan hipotesis
sebagai berikut:
3. Hubungan Due Professional Care dengan Kualitas Audit
Penggunaan due professional care akan memungkinkan auditor untuk
memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah
saji material. Seorang auditor harus menggunakan kecermatan yang memadai
dalam memeriksa laporan keuangan serta agar menghindari kemungkinan
terjadinya salah saji material. Kecermatan professional tersebut dapat
digunakan untuk mewaspadai, meminimalisir, dan mendeteksi mengenai
adanya kekeliruan atau bahkan kecurangan dalam laporan keuangan klien.
Seorang auditor yang menerapkan sikap due professional care akan dapat
mengungkapakan apabila terdapat kecurangan dalam laporan keuangan
kliennya. Semakin auditor menerapkan kecermatan dan keahlian
professionalnya maka semakin meningkatkan kualitas hasil auditnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Wiratama dan Budiartha (2015)
menunjukkan hasil bahwa adanya hubungan yang searah antara due
professional care dengan pelaksanan audit. Hasil penelitian ini juga didukung
oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Febriyanti (2014),
Purnamasari dan Hernawati (2013) yang menyatakan bahwa due professional
care berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian oleh Badjuri
(2011) yang menemukan bahwa variabel due professional care berpengaruh
positif terhadap kualitas audit ditolak, itu artinya due professional care tidak
professional care tidak mempengaruhi dalam peningkatan kualitas audit yang
dihasilkan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikembangkan hipotesis
sebagai berikut:
H3 : Due Professional care berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
4. Hubungan Akuntabilitas dengan Kualitas Audit
Akuntabilitas merupakan suatu bentuk kewajiban sosial yang
dilakukan auditor dalam menjaga kualitas auditnya. Menurut Wiratama dan
Budiartha (2015), akuntabilitas merupakan suatu dorongan psikologis yaitu
berupa rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap semua tindakan serta
keputusan yang diambil terhadap lingkungannya. Kualitas audit dapat
dipengaruhi oleh akuntabilitas atau rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh
auditor dalam melaksakan pekerjaannya. Jika auditor dalam mengevaluasi
bukti audit memiliki akuntabilitas yang tinggi maka akan bertanggungjawab
terhadap pekerjaan yang dilakukannya.
Terdapat hubungan yang searah antara akuntabilitas dengan
pelaksanaan kualitas audit (Wiratama dan Budiartha, 2015). Penelitian ini
sejalan dengan hasil yang menunjukkan bahwa variabel akuntabilitas
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit yakni
penelitian yang dilakukan oleh Nirmala dan Cahyonowati (2013) dan Badjuri
(2011). Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
Penelitian yang dilakukan Wiratama dan Budhiarta (2015), Suyanti,
Halim dkk (2016) yang menemukan bahwa akuntabilitas berpengaruh positif
terhadap kualitas audit. Dalam melakukan pekerjaan auditnya seorang auditor
seharusnya memiliki akuntabilitas yang terdiri dari motivasi, pengabdian
kepada profesi, serta kewajiban sosial. Berdasarkan penjelasan di atas dapat
dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
H4: Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit.
5. Hubungan Sikap Skeptis dengan Kualitas Audit
Adrian (2013) mengartikan bahwa skeptisme professional auditor atau
sikap skeptis adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan selalu menggunakan sikap skeptis tersebut dalam
mengevaluasi bukti audit. Seorang auditor harus menggunakan sikap
skeptisme professionalnya untuk dapat mendeteksi adanya kecurangan dalam
laporan keuangan. Sikap skeptis merupakan salah satu faktor penting dalam
menghasilkan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan. Auditor yang
menerapkan sikap skeptisme professional dalam melakukan tugas auditnya
cenderung akan lebih mudah dalam melakukan evaluasi bukti audit, dan dapat
lebih baik dalam mengumpulkan bukti audit yang kompeten. Seorang auditor
menerapkan sikap skeptis secara wajar maka akan cenderung dapat
dapat mengumpulkan bukti audit yang lebih berkompeten maka hal tersebut
dampak berdampak pada meningkatnya kualitas audit yang dihasilkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sari, Ramantha (2015) memberikan
hasil bahwa pengaruh sikap skeptis terhadap kualitas audit diterima, itu
artinya bahwa sikap skeptis berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Triarini dan
Latrini (2016). Tetapi hasil dari penelitian Nandari dan Latrini (2015)
mengemukakan bahwa pengaruh sikap skeptis terhadap kualitas audit ditolak,
yang berarti sikap skeptis tidak berpengaruh terhadap kualitas audit, dengan
alasan karena pada penelitian dilapangan yang telah dilakukan sebagian besar
respondennya merupakan auditor junior. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi skeptisme profesional yang dimiliki auditor maka akan semakin baik
kualitas audit dari laporan keuangan.
Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Naibaho dan Hardi (2014), yang menemukan bahwa sikap skeptis tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit. Berdasarkan penjelasan di atas dapat
dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
6. Hubungan Time Budget Pressure dengan Kualitas Audit
Time budget pressure merupakan keadaan yang menuntut seorang
auditor untuk dapat melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang ketat.
Time budget ini digunakan untuk dapat mengukur tingkat efisiensi auditor
yang kemudian dapat menjadi tekanan bagi auditor dalam menyelesaikan
pekerjaan auditnya. Maka hal tersebut dapat memungkinkan auditor untuk
melewati prosedur audit atau tidak mematuhi prosedur audit yang kemudian
akan dapat menurunkan hasil kualitas audit.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nirmala dan Cahyonowati (2013)
menerangkan bahwa time budget pressure berpegaruh negatif terhadap
kualitas audit diterima, berarti bahwa tekanan anggaran waktu yang
disediakan dapat menurunkan kualitas hasil audit. Penelitian tersebut
didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya yaitu yang dilakukan oleh
Ningsih dan Yuniartha (2013). Dalam penelitian lain menjelaskan hubungan
antara tekanan anggaran waktu berpengaruh positif terhadap penurunan
kualitas audit (Wintari, Sukartha, dkk, 2015).
Penelitian ini searah dengan penelitian oleh Muhsyi (2013) yang
menemukan bahwa auditor yang mengalami tekanan dengan waktu yang telah
dianggarkan maka kinerjanya akan menurun karena jika waktu yang diberikan
terlalu sempit maka akan ada beberapa pekerjaan yang terlewatkan sehingga
dapat menurunkan kualitas audit. Berdasarkan penjelasan di atas dapat
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Obyek/Subyek Penelitian
Subyek penelitian menerangkan target populasi penelitian dan atau sampel
penelitian yang relevan denga tujuan penelitian. Sedangkan obyek penelitian
menunjukkan lokasi atau tempat penelitian. Penelitian ini dilakukan pada Kantor
Akuntan Publik yang berada di Yogyakarta dan Surakarta. Populasi dan sampel
pada penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di KAP yang berada di
Yogyakarta dan Surakarta.
B.Jenis Data
Jenis data yang digunakan dengan menggunakan data primer. Data primer
merupakan data yang diperoleh secara langsung dari subjek sebagai sumber
informasi yang dapat dilakukan dengan cara melakukan penelitian langsung
(Sugiyono, 2009:193). Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik
kuisioner, yaitu dengan menggunakan kuisioner dan mengantarkannya langsung
ke berbagai Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Yogyakarta dan Surakarta.
C.Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
sampel dengan metode convinience sampling. Metode convenience sampling
adalah pemilihan sampel dengan pertimbangan kemudahan, sehingga peneliti
mempunyai kebebasan dalam pengambilan sampel. Metode convinience sampling
dipilih karena jumlah responden (auditor) di masing-masing KAP yang berada di
Yogyakarta dan Surakarta jumlahnya tidak diketahui sebelumnya, sehingga ada
kebebasan dalam pemilihan sampel.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode survey dengan
teknik kuisioner. Kuesioner yang disebarkan langsung tersebut berupa daftar
pertanyaan dan pernyataan kepada responden mengenai independensi, pengalaman
kerja, due professional care, akuntabilitas, sikap skeptis, dan time budget pressure
terhadap kualitas audit. Penelitian dilakukan pada Kantor Akuntan Publik yang
berada di Yogyakarta dan Surakarta.
E.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Definisi Variabel Dependen
a. Kualitas Audit
Kualitas audit merupakan suatu proses mengevaluasi dan melakukan
pemeriksaan terhadap laporan keuangan klien digunakan untuk mengetahui
digunakan dalam pengambilan keputusan pihak-pihak yang berkepentingan.
Variabel ini diukur dengan menggunakan kuisioner dari Febriyanti (2014).
2. Definisi Variabel Independen
a. Independensi
Independensi merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan dan tidak bergantung pada pihak lain. Independensi menjadi hal
penting yang perlu diperhatikan dan diterapkan oleh seorang auditor dalam
melaksanakan pekerjaannya. Sikap independen merupakan suatu standar
auditing harus diterapkan oleh auditor dan merupakan komponen yang sangat
penting menurut Nirmala dan Cahyonowati (2013). Variabel ini diukur
dengan menggunakan kusioner dari Febriyanti (2014). Dalam pengukuran
variabel independensi terdapat pertanyaan yang sudah di reverse question
yakni pertanyaan yang sudah dibalik nilai skornya. Indikator pertanyaan
yang sudah di reverse question adalah pertanyaan nomor 3 sampai dengan 5.
b. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja seorang auditor dapat menjadi hal penting dalam
pemeriksaan laporan keuangan dan yang akan berdampak terhadap kualitas
hasil audit. Dengan semakin bertambahnya pengalaman kerja auditor dalam
melakukan tugas auditnya, maka kualitas hasil audit dapat lebih baik.
Indikator yang dapat diukur dari pengalaman kerja yaitu jika dilihat dari segi
dilakukan. Variabel ini diukur dengan menggunakan kusioner dari Sembiring
(2013).
c. Due Professional Care
Due professional care adalah sikap cermat dan seksama dalam melakukan
pemeriksaan dan evaluasi terhadap bukti audit laporan keuangan. Sikap
cermat dan seksama tersebut menjadi tanggung jawab kepada setiap auditor
dalam organisasi kantor akuntan publik untuk mengamati standar auditing
yang berlaku. Variabel ini diukur dengan menggunakan kusioner dari
Febriyanti (2014).
d. Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan suatu bentuk kewajiban sosial yang dilakukan
auditor dalam menjaga kualitas auditnya. Seorang auditor harus mempunyai
sikap tanggungjawab yang tinggi untuk menjaga standar perilaku etis baik itu
terhadap organisasi, profesi, masyarakat maupun kepada dirinya sendiri.
Dengan menerapkan akuntabilitas yang tinggi, maka auditor akan lebih
mempunyai rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap pekerjaannya sehingga
kualitas audit yang dihasilkan akan semakin baik Febriyanti (2014). Variabel
e. Sikap Skeptis
Sikap skeptis merupakan sikap kritis yang ditunjukkan auditor terhadap bukti
audit yang dimiliki. Jika seorang auditor dapat menggunakan sikap
skeptisnya maka dapat mendeteksi mengenai adanya temuan keadaan yang
sesungguhnya dalam laporan keuangan. Sebaliknya, jika sikap skeptisme
auditor rendah maka kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan yang
terjadi akan semakin rendah pula. Variabel ini diukur dengan menggunakan
kusioner dari Febriyanti (2014).
f. Time Budget Pressure
Time budget pressure adalah tekanan anggaran waktu yang menekan seorang
auditor untuk melakukan efisiensi waktu dalam melakukan tugas auditnya.
Jika seorang auditor dalam memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan
klien diberikan tekanan anggaran waktu yang sempit, maka auditor tersebut
harus menjalankan tugasnya sesuai dengan waktu yang telah dianggrakan.
Akibat adanya time budget pressure tersebut biasanya auditor cenderung
melakukan tindakan-tidakan yang kurang sesuai dengan ketentuan yang ada,
sehingga hal tersebut dapat menyebabkan penurunan dari kualitas audit.
3. Teknik Penentuan Skala
Pertanyaan dalam kuisioner setiap variabel diukur dengan
menggunakan skala Likert. Skala likert adalah merupakan skala yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang mengenai fenomena sosial tertentu. Jawaban dari
responden akan diberi skor dengan menggunakan 5 poin skala Likert, yang
dimulai dari pertanyaan sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju
(Ghozali, 2011). Pertanyaan dijawab melalui skala likert 1 sampai 5. Untuk
seluruh variabel diberikan 5 jawaban alternatif yakni : skor 1 untuk sangat
tidak setuju (STS), skor 2 untuk tidak setuju (TS), skor 3 untuk netral (N),
skor 4 untuk setuju (S), skor 5 untuk sangat setuju (SS).
F. Uji Kualitas Instrumen dan Data 1. Uji Validitas
Validitas adalah tingkat keandalan alat ukur yang digunakan. Uji validitas
digunakan untuk dapat mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner.
Perhitungan pada uji validitas dilakukan dengan program SPSS (Statistical
Package for Social Science). Validitas data pada penelitian ini diukur dengan
menggunakan analisis correlate bivariate dengan cara melihat nilai pearson
correlation dengan ketentuan yang digunakan jika nilai skor total
masing-masing variabel dilihat dari nilai pearson correlation yakni jika bernilai > 0,25
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi derajat
ketergantungan dan stabilitas alat ukur. Kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu. Agar suatu variabel dapat diketahui reliabel atau
tidaknya maka perlu dilakukan uji statistik dengan melihat hasil Cronbach’s
Alpha. Pengambilan keputusan berdasarkan : Jika nilai Cronbach Alpha
melebihi 0,70 maka pertanyaan tersebut reliabel (Ghozali, 2011).
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
(Ghozali, 2011) mengatakan bahwa tujuan uji normalitas adalah untuk
mengetahui hubungan model regresi yang terdapat antara variabel
independen dan variabel dependen mempunyai distribusi yang normal atau
tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan analisis statistik
non-parametrik Uji Kolmogrov Smirnov. Ditunjukkan jika nilai signifikansi
> 0,05 maka data tersebut dikatakan berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Pendeteksian uji multikolinearitas dilihat melalui nilai Variance Inflation
pada tabel menunjukkan nilai tolerance > 0,10 artinya tidak terjadi
multikolinearitas (Nazaruddin dan Basuki, 2016).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui adanya penyimpangan
dari syarat-syarat asumsi klasik yaitu syarat tidak adanya
heteroskedastisitas yang terdapat pada model regresi. Model regresi yang
telah memenuhi persyaratan yaitu jika terdapat kesamaan varians dari
residual dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji
heteroskedatisitas dapat dilakukan dengan uji Glesjer yaitu dengan cara
meregres nilai absolut residual terhadap variabel independennya (Ghozali,
2011). Kriteria pengujian model regresi yang tidak mengandung
heteroskedastisitas ditunjukkan jika nilai signifikansi masing-masing
variabel > 0,05.
G.Uji Hipotesis dan Analisis Data 1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai maksimum, nilai
minimum, dan rata-rata dari sampel penelitian. Analisis ini bersifat uraian
mengenai penjelasan dengan mengelompokkan serta menganalisis data
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis linear berganda,
dengan persamaan berikut ini :
Y = a + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + 6X6 + e
Keterangan :
Y = Variabel kualitas audit
a = Konstanta
= Koefisien regresi variabel X1-X6
X1 = Independensi
X2 = Pengalaman kerja
X3 = Due professional care
X4 = Akuntabilitas
X5 = Sikap skeptis
X6 = Time budget pressure
3. Uji koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Uji ini digunakan untuk dapat mengetahui seberapa besar keterikatan
variabel independen terhadap variabel dependennya. Nilai koefisien dapat
dilihat dari nilai adjusted r squarenya antara 0 dan 1. Semakin besar nilai
Adjusted- , semakin besar kemampuan variabel independen menjelaskan
variabel dependennya. Jika semakin besar koefisien determinasinya maka
semakin besar variasi variabel independen mempengaruh variabel
dependennya.
4. Uji Nilai f
Uji nilai F digunakan untuk dapat mengetahui apakah seluruh variabel bebas
secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel
terikatnya. Yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independensi,
pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas, sikap skeptis, dan time
budget pressure secara bersama-sama dengan variabel dependen yakni
kualitas audit. Pengujian nilai f dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi
yaitu dengan ketentuan :
1) Apabila nilai signifikasi > 0,05 maka dapat dikatakan variabel bebas
(independen) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
2) Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka dapat dikatakan variabel bebas
(independen) memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.
5. Uji Nilai t
Uji nilai t digunakan untuk mengetahui apakah pengaruh masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat bermakna atau tidak. Yaitu untuk
mengetahui pengaruh pengaruh variabel independensi, pengalaman kerja, due
professional care, akuntabilitas, sikap skeptis, dan time budget pressure
terhadap variabel kualitas audit. Untuk dapat melihat apakah variabel
independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen dapat di uji dengan
menggunakan tingkat signifikansi α = 0,05. Hipotesis diterima jika nilai sig < α
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Gambaran Umum Obyek/ Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik yang berada di
Yogyakarta dan Surakarta. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah seluruh
auditor yang bekerja di KAP yang berada di Yogyakarta dan Surakarta. Jenis data
yang digunakan dengan menggunakan data primer. Data primer merupakan data
yang diperoleh secara langsung dari subjek sebagai sumber informasi yang dapat
dilakukan dengan cara melakukan penelitian langsung. Penelitian ini
menggunakan metode survey dengan teknik kueisioner. Metode pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode convinience sampling.
Kueisioner yang diperoleh yakni sebanyak 53 dari hasil observasi yang dilakuakan
di KAP berikut :
Tabel 4.1
Daftar Kantor Akuntan Publik
No. Nama Kantor Akuntan Publik Alamat
1. KAP Drs. Hadiono Jl. Kusbini No. 27,
Yogyakarta
2. KAP Drs. Henry & Sugeng Jl. Gajah Mada No. 22,
Yogyakarta
Yogyakarta
4. KAP HLB Hadori Sugiarto Adi & Rekan Jl. Prof. Dr. Sardjito No. 9, Yogyakarta
5. KAP Indarto Waluyo Jl. Ringroad Timur No.
33, Yogyakarta
6. KAP Kumalahadi, Kuncara, Sugeng Pamudji & Rekan
Jl. Godean Km. 5 No. 104, Yogyakarta
7. KAP Wartono & Rekan Graha Nino, Jl. Ahmad
Yani No. 335, Solo
Tabel 4.2
Tingkat Pengembalian Kueisioner No
Keterangan Jumlah
Kueisioner
1. Kueisioner yang disebar 53
2. Kueisioner yang kembali 53
3. Kueisioner yang tidak kembali 0
4. Kueisioner yang dapat diolah 53
TOTAL SAMPEL 53
B. Analisis Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitan ini meliputi umur responden, jenis
kelamin, jabatan, dan lama bekerja di KAP. Hasil distribusi frekuensi disajikan
dalam tabel berikut ini :
1. Umur responden
Tabel 4.3
Responden Berdasarkan Umur
No. Umur Responden Frekuensi Presentase
1. < 25 tahun 8 15%
2. Antara 26 – 35 tahun 10 19%
3. Antara 36 – 55 tahun 15 28%
4. > 55 tahun 0 0%
5. Tidak Teridentifikasi 20 38%
Total 53 100%
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari total 53 responden terdapat
8 reponden yang berumur < 25 tahun atau sebesar 15%. Sedangkan responden
yang berumur antara 26 – 35 tahun sebanyak 10 responden atau sebesar 19% dan
responden dengan umur antaran 36 – 55 tahun sebanyak 15 responden dengan
tingkat presentase 28%. Sisanya sebanyak 20 responden atau dengan tingkat
presentase 38% tidak memberikan datanya sehingga tidak dapat teridentifikasi.
2. Jenis Kelamin
Tabel 4.4
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jabatan/ Posisi Frekuensi Presentase
1. Pria 18 34%
2. Wanita 15 28%
3. Tidak Teridentifikasi 20 38%
Total 53 100%
(Sumber : Data Primer, 2016)
Berdasarkan tabel 4. Dapat dilihat responden yang memiliki partisipasi
terbanyak dalam kuisioner adalah responden yang memiliki jenis kelamin
15 atau 28%. Sedangkan sisanya sebanyak 20 responden atau dengan tingkat
presentase 38% tidak memberikan data identitasnya sehingga tidak dapat
teridentifikasi.
3. Jabatan/ Posisi di KAP
Tabel 4.5
Responden Berdasarkan Jabatan di KAP
No. Jabatan/ Posisi Frekuensi Presentase
1. Auditor Junior 18 34%
2. Auditor Senior 12 22%
3. Partner 3 6%
4. Tidak Teridentifikasi 20 38%
Total 53 100%
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan responden yang memiliki jabatan
sebagaai auditor junior berjumlah 18 responden atau 34%. Responden
dengan jabatan auditor senior sebanyak 12 responden atau 22%. Responden
dengan posisi partner sebanyak 3 responden atau 6%, dan sebanyak 20
responden atau dengan tingkat presentase 38% tidak memberikan
identitasnya sehingga tidak dapat diketahui.
4. Lama bekerja di KAP
Tabel 4.6
Responden Berdasarkan Lama Bekerja
No. Lama Bekerja di KAP Frekuensi Presentase
1. < 1 tahun 5 9%
2. Antara 1 – 5 tahun 12 23%
3. Antara 6 – 10 tahun 16 30%
5. Tidak Teridentifikasi 20 38%
Total 53 100%
(Sumber : Data Primer, 2016)
Berdasarkan tabel 4.6 responden dengan lama bekerja < 1 tahun sebanyak 5
responden atau sekitar 9%. Responden dengan lama bekerja antara 1 - 5
tahun berjumlah 12 responden dengan tingkat presentase 23%. Responden
dengan lama bekerja di KAP antara 6-10 tahun sebanyak 16 responden atau
30%, dan responden yang tidak memberikan identitasnya sebanyak 20
responden atau 38% sehingga tidak diketahui lama jumlah lama bekerjanya.
C. Statistik Deskriptif
Tabel 4.7
Hasil Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
KUALITAS AUDIT 53 15 25 20.17
INDEPENDENSI 53 13 24 20.42
PENGALAMAN KERJA 53 11 22 18.91
DUE PROFESSIONAL CARE
53 15 25 20.91
AKUNTABILITAS 53 15 25 20.53
SIKAP SKEPTIS 53 15 25 20.04
TIME BUDGET PRESSURE
53 14 20 17.23
Valid N (listwise) 53
(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa banyaknya data yang diolah
adalah sebanyak 53. Variabel independensi memiliki nilai maksimum 24 dan nilai
minimum 13 dengan rata-rata 20,42. Variabel pengalaman kerja memiliki nilai
maksimum 22 dan nilai minimum 11 dengan rata-rata 18,91. Variabel due
professional care memiliki nilai maksimum 25 dan nilai minimum 15 dengan
rata-rata 20,91. Variabel akuntabilitas memiliki nilai maksimum 25 dan nilai minimum 15
dengan rata-rata 20,53. Variabel sikap skeptis memiliki nilai maksimum 25 dan nilai
minimum 15 dengan rata-rata 20,04. Variabel time budget pressure memiliki nilai
maksimum 20 dan nilai minimum 14 dengan rata-rata 17,23. Variabel kualitas audit
D. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas Variabel Independensi
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas
IDP1 IDP2 IDP3 IDP4 IDP5 IDP
(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)
Item pertanyaan IDP2 (0,655), IDP3 (0,884), IDP4 (0,918), IDP5 (0,858) dan nilai
IDP1 (0,247) mendekati 0,25 pembentuk variabel independensi memiliki korelasi
dengan skor total masing-masing > 0,25 sehingga item dikatakan valid.
2. Uji Validitas Variabel Pengalaman Kerja
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas
PK1 PK2 PK3 PK4 PK5 PK
(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)
Item pertanyaan PK1 (0,890), PK2 (0,616), PK3 (0,900), PK4 (0,731), PK5 (0,794)
seluruh item pertanyaan pembentuk variabel pengalaman kerja memiliki korelasi
dengan skor total masing-masing variabel > 0,25 sehingga seluruh item dikatakan
valid.
3. Uji Validitas Variabel Due Professional Care
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas
DPC1 DPC2 DPC3 DPC4 DPC5 DPC
(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)
Item pertanyaan DPC1 (0,744), DPC2 (0,721), DPC3 (0,735), DPC4 (0,795) dan
DPC5 (0,804) seluruh item pertanyaan pembentuk variabel due professional care
memiliki korelasi dengan skor total masing-masing variabel > 0,25 sehingga seluruh
item dikatakan valid.
4. Uji Validitas Variabel Akuntabilitas
Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas
AKT1 AKT2 AKT3 AKT4 AKT5 AKT
AKT5 Pearson Correlation .800**
.583** .514** .333* 1 .802**
(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)
Item pertanyaan AKT1 (0,847), AKT2 (0,830), AKT3 (0,604), AKT4 (0,722), AKT5
(0,802) pembentuk variabel akuntabilitas memiliki korelasi dengan skor total
masing-masing > 0,25 sehingga seluruh item dikatakan valid.
5. Uji Validitas Variabel Sikap Skeptis
Correlations
(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)
Item pertanyaan SS1 (0,691), SS2 (0,754), SS3 (0,781), SS4 (0,818), SS5 (0,800)
pembentuk variabel sikap skeptis memiliki korelasi dengan skor total masing-masing
> 0,25 sehingga seluruh item dikatakan valid.
6. Uji Validitas Variabel Time Budget Pressure
Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas
TBP1 TBP2 TBP3 TBP4 TBP5 TBP
(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)
Item pertanyaan TBP1 (0,631), TBP2 (0,370), TBP3 (0,760), TBP4 (0,319), TBP5
(0,408) pembentuk variabel time budget pressure memiliki korelasi dengan skor total
masing-masing variabel > 0,25 maka seluruh item dikatakan valid.
7. Uji Validitas Variabel Kualitas Audit
Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas
KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA
(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)
Item pertanyaan KA1 (0,691), KA2 (0,685), KA3 (0,755), KA4 (0,659), KA5 (0,783)
pembentuk variabel kualitas audit memiliki korelasi dengan skor total masing-masing
variable > 0,25 sehingga seluruh item dikatakan valid.
Tabel 4.15 Hasil Uji Reliabilitas
Nomor Variabel Nilai
Cronbach’s
Alpha
1 Kualitas Audit 0,756 Reliabel
2 Independensi 0,795 Reliabel
3 Pengalaman Kerja 0,841 Reliabel
4 Due Professional Care 0,805 Reliabel
5 Akuntabilitas 0,796 Reliabel
6 Sikap Skeptis 0,823 Reliabel
7 Time Budget Pressure 0,293 Reliabel
(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)
Jika nilai alpha < 0,50 artinya reliabilitas rendah, jika nilai alpha 0,50 – 0,70
artinya reliabilitas moderat, dan jika nilai alpha 0,70 - 0,90 artinya reliabilitas tinggi.
Sedangkan jika nilai alpha > 0,90 artinya reliabilitas sempurna.
Nilai cronbachs alpha variabel kualitas audit adalah sebesar 0,756 artinya
variabel tersebut termasuk dalam reliabel tinggi. Nilai cronbachs alpha variabel
independensi adalah sebesar 0,795 artinya variabel tersebut termasuk dalam reliabel
tinggi. Nilai cronbachs alpha variabel pengalaman kerja adalah sebesar 0,841 artinya
variabel tersebut termasuk dalam reliabel tinggi. Nilai cronbachs alpha variabel due
professional care adalah sebesar 0,805 artinya variabel tersebut termasuk dalam
reliabel tinggi. Nilai cronbachs alpha variabel akuntabilitas adalah sebesar 0,796
artinya variabel tersebut termasuk dalam reliabel tinggi. Nilai cronbachs alpha
reliabel tinggi. Nilai cronbachs alpha variabel time budget pressure adalah sebesar
0,293 artinya variabel tersebut termasuk dalam reliabel rendah.
1. Hasil Uji Asumsi Klasik 3.1Uji Normalitas
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .92276321
Most Extreme Differences Absolute .085
Positive .085
Negative -.058
Kolmogorov-Smirnov Z .616
Asymp. Sig. (2-tailed) .843
a. Test distribution is Normal.
(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui model regresi yang terdapat antara
variabel independen dan variabel dependen mempunyai distribusi yang normal atau
tidak. Data berdistribusi normal jika nilai sig > alpha. Hasil penelitian menunjukkan
3.2Uji Multikolinearitas
Tabel 4.17
Hasil Uji Multikolinearitas
(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)
Apabila nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas
diantara variabel independen. Ouput menunjukkan nilai VIF seluruhnya < 10 dan
3.3Uji Heteroskedasitas
(Sumber : Data Primer Diolah, 2016)
Jika semua variabel independen memiliki nilai sig > alpha, maka data bebas dari
heteroskedastisitas. Hasil output menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan antara seluruh variabel independen terhadap variabel absolute residual,
karena nilai sig masing-masing variabel > 0,05 sehingga dapat disimpulkan
B.Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)
Metode analisis data yang digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan regresi linier berganda.
1. Uji Adjusted R Square
Tabel 4.19
Output Uji Adjusted R Square
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate 1
.804a .647 .601 .981 a. Predictors: (Constant), TIME BUDGET PRESSURE, DUE PROFESSIONAL CARE, PENGALAMAN KERJA, INDEPENDENSI, AKUNTABILITAS, SIKAP SKEPTIS
b. Dependent Variable: KUALITAS AUDIT
Nilai R Square sebesar 0,601 artinya variabel independen yaitu independensi,
pengalaman kerja, due professional care, akuntabilitas, sikap skeptis, dan time
budget pressure menjelaskan terhadap variabel kualitas audit adalah sebesar