• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Jenis Kupu Kupu dan Desain Pemanfaatannya sebagai Taman Kupu Kupu di Kawasan Penyangga Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman Jenis Kupu Kupu dan Desain Pemanfaatannya sebagai Taman Kupu Kupu di Kawasan Penyangga Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DAN DESAIN PEMANFAATANNYA

SEBAGAI TAMAN KUPU-KUPU DI KAWASAN PENYANGGA TANGKAHAN

TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER

JULAILI IRNI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertas berjudul Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu Dan Desain Pemanfaatannya Sebagai Taman Kupu-Kupu Di Kawasan Penyangga Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

Julaili Irni. Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu dan Desain Pemanfaatannya sebagai Taman Kupu-Kupu di Kawasan Penyangga Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser. Dibimbing oleh BURHANUDDIN MASYUD dan NOOR FARIKHAH HANEDA.

Kupu-kupu adalah salah satu jenis serangga yang berasal dari ordo lepidotera dan di Indonesia ditemukan sekitar 1 600 jenis. Kupu-kupu memiliki peranan yang sangat penting dalam mempertahankan ekosistem, seperti membantu penyerbukan serta menjadi indikator perubahan lingkungan dalam suatu habitat. Tangkahan merupakan kawasan penyangga Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang ditetapkan sebagai kawasan wisata alam dan menjadikan kupu-kupu sebagai salah satu objek daya tarik wisata disamping potensi keindahan alam dan keanekaragaman jenis satwa lainnya baik burung maupun mamalia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis keanekaragaman jenis kupu-kupu menurut waktu aktifnya (pagi dan sore) serta keanekaragaman jenis tumbuhan pakan dan tumbuhan inang di tiga tipe habitat kawasan penyangga, mendesain pemanfaatan lestari kupu-kupu berupa taman kupu-kupu (butterfly park) dan menganalisis asumsi kelayakan usaha taman kupu-kupu. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Desember 2015 sampai Februari 2016 di kawasan penyangga TNGL wilayah Tangkahan. Penelitian dilakukan pada 3 tipe tutupan lahan yaitu permukiman, pinggiran sungai dan hutan.

Hasil penelitian ini tercatat 5 famili kupu-kupu yaitu Nympalidae, Papilionidae, Lycanidae, Pieridae dan Riodinidae, dengan jumlah jenis sebanyak 61 jenis dan 1 213 individu. Jenis tanaman pakan yang ditemukan sebanyak 48 jenis dari tingkat pertumbuhan tumbuhan bawah, pancang dan tiang. Jenis tanaman inang ditemukan sebanyak 27 jenis dari tingkat pertumbuhan pancang, tiang dan pohon. Indeks keanekaragaman jenis kupu-kupu tertinggi terdapat di tutupan lahan permukiman yaitu 3.43 pada pagi hari, indeks keanekaragaman jenis tumbuhan pakan tertinggi terdapat di permukiman sebesar 2.75 dan indeks keanekaragaman jenis tumbuhan inang tertinggi terdapat di hutan sebesar 2.06. Desain tapak taman kupu-kupu dibangun diatas lahan 1000 m2 yang memiliki 4 ruangan yaitu ruang pemasaran, ruang peragaan, ruang perkembangbiakan dan ruang pelatihan dan souvenir. Taman kupu-kupu ini dijadikan sebagai objek wisata berbasis pendidikan yang dibuat berdasarkan prinsip ekologi dan ekonomi. Hasil analisis asumsi kelayakan usaha menunjukkan bahwa taman kupu-kupu (butterfly park) layak untuk dijalankan sebagai wisata pendidikan bagi pengunjung dalam dan luar negeri. Kata kunci: Keanekaragaman kupu-kupu, tumbuhan pakan, tumbuhan inang, desain

(5)

SUMMARY

Julaili Irni. Butterfly Species Diversity and Utilization Design as a Butterfly Park in Tangkahan buffer zone of Gunung Leuser National Park. Supervised by BURHANUDDIN MASYUD and NOOR FARIKHAH HANEDA.

Butterfly is one of insect that comes from Lepidotera and in Indonesia found about 1 600 species. In nature, this animal has a very important role in maintaining ecosystem, like pollinating and being an indicator of environmental changes in a habitat. Tangkahan is a Gunung Leuser National Park buffer zone that has been defined as a tourism area and make butterfly as one of tourism object besides the natural beauty and the diversity of other wildlife species both birds and mammals.

This study aims to identify and analyze the diversity of butterfly by active time (morning and afternoon) as well as the diversity of food plant and host plant in three types of buffer zones area, design the sustainable utilization of butterflies as a butterfly park, and analyze butterfly park feasibility assumptions. This research was conducted in December 2015 to February 2016 in Tangkahan, Gunung Leuser National Park buffer zone. The data was collected on three types of land cover that settlement, riverbank and forest.The observation of butterfly, food plant, and host plant diversity were done using transect Pollard method. The design of butterfly park site was made by ecology and economy principles, while the feasibility assumption was made by society and Tangkahan manager assumption.

Based on the study 5 family of butterflies were recorded. The family consisted of Nympalidae, Papilionidae, Lycanidae, Pieridae, and Riodinidae, the number of species as many as 61 species and 1 213 individuals. Food plants species were found as many as 48 species, while hosts plant were 27 species, and consisted of covercrop, sapling and poles. The highest of butterfly and food plant diversity index were recorded in the settlement for 3.43 and 2.75, the highest of host plant diversity index was recorded in the forest for 2.06. The design of butterfly park site was created on land with area 1000 m2 and divided to 4 rooms, including marketing and information, display, breeding, and training and souvenir. The butterfly park is contructed as a tourism based on education with ecology and economy principles. The result of feasibility assumption analysis shown that the butterfly park was eligible to be an educational tourism.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DAN DESAIN PEMANFAATANNYA

SEBAGAI TAMAN KUPU-KUPU DI KAWASAN PENYANGGA

TANGKAHAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu dan Desain Pemanfaatannya sebagai Taman Kupu-Kupu di Kawasan Penyangga Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser

Nama : Julaili Irni NIM : E351140191

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Burhanuddin Masyud, MS Ketua

Dr Ir Noor Farikhah Haneda, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Konservasi Biodiversitas Tropika

Dr Ir Burhanuddin Masyud, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MSc,Agr

(10)

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu dan Desain Pemanfaatannya sebagai Taman Kupu-Kupu di Kawasan Penyangga Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser. Shalawat dan salam kepada Baginda Rasulullah SAW yang telah banyak memberikan tauladan baik kepada kita semua.

Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Dr. Ir. Burhanuddin Masyud, MS dan ibu Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, kritikan dan saran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada kedua orang tua dan keluarga serta teman-teman dan pihak yang terlibat atas segala bantuannya. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan.

Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam mengembangkan keilmuan.

Bogor, Januari 2017

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pemikiran Penelitian 2

2 TINJAUAN PUSTAKA 4

Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu 4

Karakteristik Vegetasi 5

Jenis Pakan 6

Pohon Inang 7

Karakteritik Fisik Habitat Kupu-Kupu 8

Persepsi Masyarakat 9

Desain Pemanfaatan Secara Berkelanjutan 10

Studi Kelayakan Usaha 12

Pengembangan Usaha Kupu-Kupu Skala Rumah Tangga 14

3 METODE PENELITIAN 15

Waktu dan Lokasi Penelitian 15

Alat Dan Bahan Penelitian 16

Metode dan Analisis Data 17

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 20

Kondisi Umum Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser 20

Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu 21

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Pakan 24

Hubungan Kupu-kupu dengan Tumbuhan Pakan 27

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Inang 29

Hubungan Kupu-kupu dengan Tumbuhan Inang 31

Karakteristik Lingkungan 32

Desain Taman Kupu-Kupu 33

Tapak Taman Kupu-Kupu 33

41

Persepsi Masyarakat 41

Asumsi Kelayakan Usaha Desain Taman Kupu-Kupu (Butterfly Park) 44

5 SIMPULAN DAN SARAN 48

Simpulan 48

(12)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

DAFTAR PUSTAKA 49

LAMPIRAN 53

(13)

DAFTAR TABEL

1 Data yang dikumpulkan dalam penelitian 16

2 Jumah jenis kupu-kupu menurut waktu aktif dan tipe tutupan lahan di kawasan penyangga Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser

22

3 Indeks keanekaragaman, kekayaan dan kemerataan jenis kupu-kupu menurut waktu aktifnya di tiga tipe tutupan lahan kawasan penyangga Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser

23

4 Kalender jenis kupu-kupu dalam satu tahun 24 5 Jumlah jenis tumbuhan pakan kupu-kupu di Tangkahan kawasan

penyangga TNGL

yang dimanfaatkan kupu-kupu sebagai sumber pakan

28 8 Jumlah jenis tumbuhan inang kupu-kupu di kawasan penyangga

Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser

29 9 Kalender jenis tumbuhan inang kupu-kupu dalam satu tahun 30 10 Nama jenis dan kandungan kimia tanaman inang yang

dimanfaatkan kupu-kupu sebagai sumber pakan di Tangkahan kawasan penyangga TNGL

32

11 Hasil wawancara terhadap pengetahuan umum kupu-kupu dan kesiapan responden dalam pembangunan taman kupu-kupu di Tangkahan kawasan penyangga TNGL

43

12 Komponen pendapatan dari penjualan souvenir dan tiket masuk taman kupu-kupu (butterfly park)

45 13 Asumsi pengeluaran dan pendapatan kelayakan usaha taman

kupu-kupu (butterfly park)

45 14 Rancangan usaha taman kupu-kupu (butterfly park) di Tangkahan

kawasan penyangga TNGL

45 15 BEP produksi dan BEP harga penjualan souvenir dan tiket taman

kupu-kupu (butterfly park)

46

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian 3

2 Peta lokasi penelitian kawasan penyangga Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser

15 3 Lokasi penelitian di tiga tutupan lahan yaitu pinggiran sungai,

hutan dan pemukiman

15 4 Jalur transek pengamatan keanekaragaman spesies kupu-kupu,

tumbuhan pakan dan tumbuhan inang

17 5 Kondisi umum Tangkahan kawasan penyangga TNGL (a) Hutan,

(b) Permukiman, dan (c) Sempadan sungai

(14)

6 Jumlah individu kupu-kupu menurut waktu aktif dan tipe tutupan lahan di kawasan penyangga Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser

21

7 Indeks keanekaragaman tumbuhan pakan pada tiga tipe tutupan lahan di Tangkahan kawasan penyangga TNGL

25 8 Hubungan jumlah kupu-kupu dengan jumlah tumbuhan pakan pada

tiga tipe tutupan lahan di Tangkahan kawasan penyangga TNGL 27 9 Indeks keanekaragaman tumbuhan inang pada tiga tutupan lahan

di Tangkahan kawasan penyangga TNGL 12 Taman kupu-kupu Cihanjuang sebagai pembanding desain tapak

taman kupu-kupu di Tangkahan kawasan penyangga TNGL

34 13 Desain media informasi (a) Papan nama, (b) Papan interpretasi, dan

(c) Papan petunjuk arah

35 14 Bagian dalam desain taman kupu-kupu (butterfly park) di

Tangkahan Kawasan Penyangga TNGL

36 15 Bagian luar desain taman kupu-kupu (butterfly park) di Tangkahan

Kawasan Penyangga TNGL

36 16 Perbandingan penentuan bentuk bangunan taman kupu-kupu

dibeberapa lokasi (a) Taman kupu-kupu Cilember, (b) Taman kupu-kupu Gita Persada

37

17 Contoh tempat penyimpanan kepompong (a) Penyimpanan kepompong di kota Subang, (b) Penyimpanan kepompong di Penangkaran Bali

38

18 Contoh souvenir (a) embedding, (b) figura, (c) baju, (d) aksesoris, dan (e) buku kupu-kupu

40 19 Ikon Tangkahn (a) Trogonopthera brookiana, dan (b) Papilio

(15)

11 Rincian asumsi biaya kelayakan usaha taman kupu-kupu (butterfly park) dalam 1 tahun

60 12 Rincian biaya investasi untuk pembangunan taman kupu-kupu

(butterfly park)

60 13 Rincian biaya operasional untuk pembangunan taman kupu-kupu

(butterfly park)

61 14 Beberapa jenis kupu-kupu yang sering ditemukan di kawasan

penyangga Tangkahan TNGL

62 15 Jenis tumbuhan pakan yang paling banyak ditemukan kupu-kupu

beraktifitas di kawasan penyangga Tangkahan TNGL

63 16 Jenis tumbuhan inang yang paling banyak ditemukan kupu-kupu

beraktifitas di kawasan penyangga Tangkahan TNGL

64 17 Lokasi rencana pembangunan taman kupu-kupu (butterfly park) di

kawasan penyangga Tangkahan TNGL

65 18 Nama Jenis kupu-kupu ditiga tutupan lahan berdasarkan 5 famili

yang ditemukan

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kupu-kupu adalah salah satu jenis serangga yang berasal dari Lepidotera dan di Indonesia ditemukan sekitar 1600 jenis. Beberapa diantaranya termasuk dalam daftar merah (redlist) International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) sebagai jenis yang dilindungi (Peggie dan Amir 2006). Di alam, satwa ini memiliki peranan yang sangat penting dalam mempertahankan ekosistem, seperti membantu penyerbukan serta menjadi indikator perubahan lingkungan dalam suatu habitat (Subahar dan Yuliana 2010). Selain itu, kupu-kupu juga merupakan indikator rusaknya suatu lingkungan yang mengalami degradasi cukup tinggi karena berkurangnya tumbuhan pakan dan tumbuhan inangnya. Keanekaragaman jenis kupu-kupu di suatu habitat dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor biotik seperti tumbuhan pakan, tumbuhan inang, predator, parasit dan parasitoid maupun faktor abiotik seperti ketinggian tempat, suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya dan cuaca (Davies dan Butler 2008; Sarma et al. 2012; Lamatoa et al. 2013; Lodh dan Agarwala 2016). Selain itu, keanekaragaman jenis kupu-kupu di suatu habitat juga dipengaruhi oleh waktu aktivitasnya yaitu pagi dan sore hari. Menurut Dahelmi et al. (2010) kupu-kupu aktif pada pagi hari pukul 08.00 - 11.00 WIB dan sore hari 14.00 - 17.00 WIB, sehingga kemungkinan terdapat perbedaan keanekaragaman jenis dan jumlah individu kupu-kupu pada masing-masing waktu aktifnya.

Penyebaran kupu-kupu sangat luas baik di dalam kawasan hutan maupun kawasan non-hutan yang dekat dengan hutan konservasi dan dikategorikan sebagai kawasan penyangga (buffer zone). Kondisi habitat di kawasan penyangga dari suatu kawasan konservasi khususnya taman nasional bisa saja berbeda-beda baik berupa hutan, perkebunan, perladangan maupun permukiman. Keseluruhan kawasan ini pada dasarnya juga menjadi bagian dari habitat kupu-kupu, karena secara umum kupu-kupu diketahui memiliki sebaran yang luas bahkan juga mencakup wilayah permukiman dan perkotaan.

Tangkahan merupakan bagian kawasan penyangga Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang memiliki kondisi lingkungan alami maupun buatan. Setidaknya ada tiga tipe habitat di wilayah Tangkahan yang berfungsi sebagai habitat kupu-kupu yaitu hutan, permukiman dan sempadan sungai. Hasil penelitian Irni (2014) di Tangkahan, ditemukan kupu-kupu sebanyak 38 spesies dari 5 famili dan beberapa jenis tumbuhan pakan dan tumbuhan inang kupu-kupu dari berbagai tingkat pertumbuhan. Sejalan dengan perubahan waktu, ternyata kondisi lingkungan kawasan penyangga Tangkahan juga diketahui mengalami perubahan, sehingga diduga kuat berdampak pula terhadap keanekaragaman jenis kupu-kupu maupun tumbuhan pakan dan tumbuhan inangnya. Berdasarkan pemikiran tersebut timbul pertanyaan penelitian bagaimana gambaran keanekaragaman jenis kupu-kupu saat ini di kawasan Tangkahan baik berdasarkan tipe habitat maupun waktu aktifnya (pagi dan sore) dan bagaimana keanekaragaman jenis tumbuhan pakan dan tumbuhan inangnya.

(18)

2

objek daya tarik wisata disamping potensi keindahan alam dan keanekaragaman jenis satwa lainnya baik burung maupun mamalia. Pola pemanfaatan kupu-kupu ini dilakukan dengan metode penjebakan (trapping). Metode ini berdampak negatif karena banyak kupu-kupu yang mati sebelum berkembangbiak, sehingga secara prinsipal metode pemanfaatan tersebut tidak menjamin kelestarian kupu-kupu baik secara ekologis maupun sosial ekonomi.

Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan pengembangan pola/metode lain dari pemanfaatan kupu-kupu sebagai obyek wisata yang dapat menjamin kelestariannya. dengan mempertimbangkan aspek sosial dan potensi pengembangannya sebagai produk bernilai ekonomi bagi masyarakat. Salah satu bentuk pengembangan pemanfaatannya adalah melalui pengembangan taman kupu-kupu (butterfly park) di kawasan penyangga. Supriatna (2008) dan Suhartini (2009) menyatakan bahwa strategi konservasi berbasis pemanfaatan berkelanjutan dalam mengelola keanekaragaman hayati tidak terfokus pada spesies saja namun harus didukung oleh pemeliharaan sistem pengetahuan tradisional dan pengembangan sistem pemanfaatan keanekaragaman hayati yang dilandasi oleh pembagian hasil yang adil.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis keanekaragaman jenis kupu-kupu menurut waktu aktifnya (pagi dan sore) dan keanekaragaman jenis tumbuhan pakan dan tumbuhan inang di tiga tipe habitat kawasan penyangga, mendesain pemanfaatan lestari kupu-kupu berupa taman kupu-kupu (butterfly park) untuk tujuan wisata dan pendidikan serta menentukan asumsi kelayakan taman kupu-kupu.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah bagi masyarakat, pengunjung dan pengelola Tangkahan dan TNGL agar dapat menjaga kawasan sebagai habitat alami kupu-kupu serta menjadi sarana pendidikan dini bagi anak-anak dikawasan tersebut. Rekomendasi untuk pihak pengelola Tangkahan untuk melakukan langkah konservasi secara berkelanjutan terhadap keberadaan kupu-kupu.

Kerangka Pemikiran Penelitian

(19)

3 mencapai dewasa. Kematian (mortalitas) dan kelahiran (natalitas) terjadi dalam setiap tahap dalam siklus hidupnya.

Pemanfaatan yang dilakukan pihak Tangkahan yaitu dengan pemberian umpan seperti air nenas, ampas kelapa maupun kopi pada saat matahari mulai terbit untuk mendatangkan kupu agar wisatawan asing dapat melihat atraksi kupu-kupu. Hal ini didukung oleh Hamer et al. (2003) yang menyatakan bahwa mineral yang dibutuhkan kupu-kupu dapat berasal dari sari buah, urin maupun pasir pinggiran sungai sehingga menarik banyak kupu-kupu yang datang sehingga wisatawan dapat bersentuhan langsung dengan satwa tersebut. Apabila hal ini terus menerus dilakukan maka akan terjadi penurunan kelestarian hidup kupu-kupu.

Pemanfaatan yang dilakukan tidak mempertimbangkan kelestarian hidup kupu-kupu. Salah satu upaya dalam melestarikan kupu-kupu adalah dengan cara membuat suatu desain pemanfaatan secara berkelanjutan berupa taman kupu-kupu. Desain pelestarian pemanfaatan (sustainable utilization) merupakan suatu rancangan yang dibentuk oleh pihak pengelola dengan tujuan memanfaatkan secara seimbang dan memberikan dampak positif bagi lingkungan serta keberadaan kupu-kupu sebagai objek wisata, sehingga dapat memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat sekitar. Upaya pelestarian ini harus disertai dengan pemeliharaan sistem pengetahuan tradisional dan pengembangan sistem pemanfaatan keanekaragaman hayati yang dilandasi oleh pembagian keuntungan yang adil (NSW 2001). Pembuatan taman kupu-kupu ini berlandaskan pada Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar disebutkan bahwa penangkaran adalah upaya pengembangan tumbuhan dan satwaliar dengan tetap memelihara kemurnian jenisnya. Adapun alur pemikiran disajikan dalam Gambar 1.

(20)

4

2 TINJAUAN PUSTAKA

Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu

Kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga yang termasuk ke dalam ordo Lepidoptera, yang berasal dari kata lepido yang berarti sisik dan ptera yang berarti sayap. Ordo ini mempunyai daerah penyebaran yang luas dari dataran rendah hingga hutan pegunungan tinggi dari 0-2.000 mdpl (Sihombing 1999). Hidup di daerah tropis, kutub, pegunungan sampai gurun pasir. Kupu-kupu merupakan salah satu fauna berdarah dingin yang mendapatkan panas dari luar tubuhnya. Warna pokok pada sayap berperan terhadap penyerapan panas. Kupu-kupu mendinginkan tubuh dengan diam dalam naungan atau jika tidak ada tempat perlindungan, maka mereka akan menutup sayapnya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi terserapnya sinar matahari pada tubuhnya. Lepidoptera mempunyai sisik-sisik pada sayapnya, sisik-sisik ini akan lepas seperti debu bila dipegang (Borror et al. 1992). Lembaran sisik tersebut memberikan corak dan warna pada sayap kupu-kupu. Warna-warna terang dan keanekaragaman jenis yang tinggi terdapat diantara Lepidoptera tropikal (Wali 2014). Peggie dan Amir (2006), menyatakan bahwa hingga saat ini perkiraan jumlah kupu-kupu yang telah teridentifikasi di dunia sebesar 100.000-150.000 jenis dan 2.500 jenis diantaranya merupakan endemik Indonesia. Jumlah spesies kupu-kupu hanya sekitar 10% dari 170.000 spesies didunia dan Indonesia memiliki jumlah jenis kupu-kupu yang cukup banyak dan diperkirakan berjumlah 1600 jenis dan beberapa diantaranya termasuk dalam daftar IUCN redlist (Peggie dan Amir 2006). Di alam satwa ini memiliki peranan yang sangat penting dalam mempertahankan ekosistem, seperti membantu penyerbukan serta menjadi indikator perubahan lingkungan dalam suatu habitat karena memiliki respon yang cepat dan sensitif terhadap perubahan iklim dan ekosistem sehingga dapat mencerminkan kondisi kelimpahan dan keanekaragaman hayati tertentu (Subahar dan Yulianna2010; Ngongolo dan Mtoka 2013).

Keanekaragaman jenis (species diversity) merupakan sesuatu hal yang paling mendasar dan menarik dalam ekologi, baik itu teori maupun terapan. Pengukuran keanekaragaman jenis tidak terlepas dari dua komponen, yaitu: (1) jumlah jenis (species richness) yang disebut kepadatan jenis (species density) berdasarkan pada jumlah total jenis yang ada dan (2) kesamaan atau kemerataan (equatability/evenness) berdasarkan pada kelimpahan relatif suatu jenis dan tingkat dominansi. Di Indonesia suatu keanekaragaman hayati dapat dikatakan tinggi apabila memiliki nilai indeks keanekaragamannya lebih dari 3.5. Krebs (1978), menyebutkan bahwa terdapat enam faktor yang saling berkaitan dalam menentukan naik turunnya keanekaragaman jenis pada suatu komunitas, yaitu: waktu, haterogenitas ruang, persaingan, pemangsaan, kestabilan lingkungan dan produktivitas jenis. Selain ke enam faktor tersebut, Soerianegara (1996) menambahkan bahwa keanekaragaman jenis tidak hanya ditentukan oleh banyaknya jenis, tetapi ditentukan juga oleh banyaknya individu dari setiap jenis.

(21)

5 dewasa dapat menghasilkan telur dalam jumlah besar selama hidupnya tetapi sebagian kecil saja yang berhasil mencapai dewasa. Kematian (mortalitas) dan kelahiran (natalitas) terjadi dalam setiap tahap dalam siklusn hidupnya. Hal ini menjaga keseimbangan populasi tersebut. Faktor yang berpengaruh terhadap variasi populasi adalah perubahan rata-rata laju kelahiran, laju kematian, adanya emigrasi atau imigrasi dalam suatu habitat. Selain itu, keteraturan ukuran populasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dependen (saling tergantung) dan faktor independen (tidak saling tergantung). Faktor dependen adalah faktor yang memiliki ketergantungan terhadap individu yang ada dalam habitat, misalnya ketersediaan sumberdaya (pakan dan ruang). Faktor independen ialah faktor yang mempengaruh yang sama kuat dalam suatu populasi, tanpa memperhatikan jumlah dari satwa yang ada itu, misalnya iklim. Selanjutnya pada kebanyakan kupu-kupu faktor dependen lebih banyak berperan.

Di Resort Selabintana jenis kupu-kupu yang ada sangat beragam menyebabkan kupu-kupu menjadi salah satu kelompok satwa yang indah hingga menarik perhatian masyarakat (Benyamin 2008). Pada penelitian sebelumnyaa keragaman spesies kupu-kupu di Taman Nasional Halimun berbeda dengan keragaman spesies kupu-kupu di taman nasional lainnya di Indonesia. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan iklim, musim, ketinggian tempat, serta jenis-jenis tanaman inang sebagai makanan bagi larvanya. Namun dikawasan penyangga TNGL hanya terdapat 38 spesies kupu-kupu yang berasal dari 5 famili yaitu Papilionidae (9 spesies), Nymphalidae (16 spesies), Pieridae (6 spesies), Lycaenidae (4 spesies) dan Riodinidae (3 spesies) (Irni 2014).

Karakteristik Vegetasi

Suatu habitat merupakan hasil interaksi sejumlah komponen yang meliputi komponen fisik yang terdiri dari air, tanah, topografi dan iklim (baik makro maupun mikro) serta komponen biologis yang terdiri dari manusia, vegetasi, dan margasatwa. Habitat merupakan suatu tempat yang digunakan untuk makan, minum, berlindung, bermain dan berkembangbiak (Alikodra 2010). Kupu-kupu menyukai tempat-tempat yang bersih dan sejuk serta tidak terpolusi oleh pestisida, asap dan bau yang tidak sedap. Oleh karena itu, maka kupu-kupu merupakan salah satu spesies dari kelompok serangga yang dipergunakan sebagai indiktor terhadap perubahan ekologis. Semakin beragam jenis kupu-kupu di suatu tempat menandakan kondisi lingkungan di wilayah tersebut masih baik (Odum 1993).

(22)

6

dari daya dukung habitatnya, yakni habitat yang memiliki penutupan vegetasi perdu dan pohon yang berakar kuat, serta adanya sungai-sungai yang mengalir.

Jenis Pakan

Kupu-kupu merupakan jenis satwa pemakan tumbuhan (fitofagus), oleh karena itu keberadaan vegetasi sebagai sumber pakan penting untuk kupu-kupu baik pakan larva maupun pakan kupu-kupu, selain vegetasi itu juga berfungsi sebagai tempat berlindung. Pakan kupu-kupu di saat larva adalah daun tanaman, sedangkan pada saat dewasa atau fase kupu adalah nektar. Kehidupan kupu-kupu terkait dengan keberadaan tanaman pakan, jumlah dan jenis pakan akan berpengaruh pada kemampuan reproduksi kupu-kupu (Dennis et al. 2004). Keberadaan kupu-kupu berkaitan erat dengan sedikitnya tersedia tumbuhan pakan di area tersebut (Febrita et al 2014). Tanaman pakan adalah tumbuhan berbunga yang dimanfaatkan nektar bunganya untuk kupu-kupu dewasa. Kupu-kupu umumnya hidup dengan mengisap madu bunga (nektar/ sari kembang) serta dedaunan, namun beberapa jenis lainnya menyukai cairan yang diisap dari buah-buahan yang jatuh di tanah dan membusuk, (Irni 2014; Tambaru 2015).

Kupu-kupu (fase dewasa) hidup dengan memakan nektar bunga dengan menggunakan mulut yang berbentuk selang penghisap yang disebut probosis. Nektar merupakan sumber pakan bagi kupu-kupu dan penyebarannya sangat tergantung pada keberadaan tumbuhan sebagai sumber pakan (Aisyah 2013). Papilio gigon jantan menyukai hinggap pada bunga Lantana camara (Asteraceae) (Koneri dan Saroyo 2012). Selain itu sumber pakan seperti kacang-kacangan, umbi-umbian, tanaman tomat, tanaman cabe,dan pohon jambu. Larva kupu-kupu umumnya memakan daun-daunan dari tumbuhan tertentu dengan ciri khas morfologi daun yang lembut, tidak berbulu pada permukaannya, daun tidak bergetah (Vane dan Dejong 2003; Opler dan Strawn 2000). Lokasi penangkaran memiliki komposisi vegetasi yang terdiri dari tanaman sengon (Paraserianthes falcataria), pinus (Pinus merkusii), kelapa sawit (Elaeis guineensis), nangka (Arthocarpus heteropilus), jati (Tectona grandis), puspa (Schima wallichii), dan bambu apus (Gigantochloa apus) dengan tumbuhan bawah seperti kembang sepatu (Hibiscus rosa), soka (Ixora coccinea), rumput teki (Cyperus rotundus), cente (Lantana camara), harendong (Melastoma candidum), dan takokak (Solanum torvum). Sebagian dari tumbuhan diketahui dimanfaatkan oleh kupu-kupu sebagai tanaman pakan, diantaranya sebagai pakan larva dan sebagai pakan kupu-kupu dewasa.

(23)

7 saja yang memiliki nektar sebagai tanaman pakan, tentunya jenis bunga-bunga yang memiliki nektar yang mampu dijangkau oleh alat hisap atau sulur pada mulut kupu-kupu.

Menurut hasil penelitian Aisyah (2013) tanaman pakan larva yang ada di Taman Kupu-Kupu TN Babul dibiakkan secara budidaya, namun ada juga yang tumbuh secara alami. Tipe dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh larva dapat mempengaruhi karakter morfologi dan fisiologinya, seperti: pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, perilaku, ukuran, bahkan warna (Sihombing 1999). Secara umum pakan larva merupakan pakan yang kaya akan protein. Kekurangan pakan pada larva akan memperlambat larva memasuki fase pupa, mengurangi laju pertumbuhan, ukuran tubuh, dan kemampuan reproduksi saat dewasa. Tanaman pakan juga berperan dalam mekanisme perlindungan diri. Sirih hutan (Aristolochia tagala) diketahui mengandung sejenis racun dengan nama aristochid acid. Racun ini akan disimpan dalam tubuh larva. Kupu-kupu dari genus Troides dan Pachliopta memanfaatkan racun ini sebagai perlindungan diri dari predator.

Pohon Inang

Kupu-kupu sangat bergantung pada keanekaragaman tanaman inang, Tanaman inang adalah berbagai jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai sumber pakan bagi larva kupu-kupu, sehingga memberikan hubungan yang erat antara keanekaragaman kupu-kupu dengan kondisi habitatnya (Rahayu dan Basukriadi 2012; Scoble 1992). Perbedaan kelimpahan spesies kupu-kupu yang ditemukan dapat disebabkan oleh kurangnya tanaman inang yang menjadi sumber makanan dari spesies kupu-kupu tersebut. Keberhasilan kolonisasi kupu-kupu tergantung pada habitat yang sesuai sumber makanan. Kupu-kupu dipengaruhi oleh keberadaan tumbuhan inang yang menjadi pakan bagi ulat dan kupu-kupu. Kondisi hutan yang ada memiliki berbagai macam tumbuhan yang relatif baik dan menjadi faktor penting yang menyebabkan tinggi atau rendah jumlah spesies kupu-kupu tersebut. Spesies kupu-kupu membutuhkan pohon inang yang cocok sebagai tempat bertelur (Adrian 2005). Tanaman inang dari spesies Catopsilia scylla asema dan Catopsilia pamona flava, yaitu Caesalpiniacea (Cassia, Senna, Bauhinia, Brownea), Capparaceae (Crateva), Papilionaceae (Butea, Pterocarpus, Sesbania) (Peggie dan Amir2006).

Taman wisata Kandi terdapat banyak pohon inang seperti Clausena excavata, Bougenvilla spectabilis, Annona muricata, A. reticulata, Citrus Aurantifolia dan diintroduksi beberapa tanaman yang di sukai oleh kupu-kupu antara lain Ixora javanica, Caesalpinia pulcherima (Pulungan 2011). Menurut Fitzgerald (1999) tumbuhan inang merupakan tempat larva mendapatkan nutrisi penting dan zat kimia yang diperlukan untuk memproduksi warna dan karakteristik kupu-kupu dewasa. Umumnya tumbuhan berupa pohon, perdu, semak, liana, atau herba dapat dimanfaatkan sebagi pakan larva dan imago kupu-kupu (Tjitrosoepomo 2007; Vane dan Dejong 2003).

(24)

8

akan air untuk proses metabolisme tubuh tergantung pada kandungan air yang terdapat di dalam daun (pakan yang di konsumsi). Hal ini sejalan dengan penelitian lainnya bahwa kandungan air yang tinggi pada suatu pakan berkorelasi positif dengan pemilihan inang bagi serangga.

Karakteritik Fisik Habitat Kupu-Kupu

Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis menjadi habitat yang cocok bagi perkembangan berbagai jenis kupu-kupu, yang diperkirakan sekitar 4000-5000 jenis. Walaupun diperkirakan tidak kurang dari 1000 spesies kupu-kupu di pulau Sumatera, tetapi belum ada data yang lengkap mengenai keanekaragaman kupu-kupu di Sumatera (Soekardi 2007). Kupu-kupu-kupu merupakan serangga yang umumnya melakukan aktivitas pada siang hari, aktifitas kupu-kupu sangat dipengaruhi oleh cuaca, pada cuaca mendung apalagi hujan akan membuat kupu-kupu enggan untuk terbang. Menurut Sihombing (1999), kupu-kupu-kupu-kupu biasanya melakukan aktifitas makan mengunjungi bunga pada pagi hari pukul 8.00-10.00, saat sinar matahari cukup menyinari untuk mengeringkan sayap mereka. Jika cuaca berkabut aktifitas makan akan tertunda, periode makan ini juga terjadi pada sore hari pukul 15.00-17.00. pada malam hari kupu-kupu akan tinggal di puncak pohon atau pada naungan untuk beristirahat. Faktor abiotik yang mempengaruhi keragaman kupu-kupu antara lain suhu, kelembaban, dan intensitas cahaya (Efendi 2009). Habitat kupu-kupu berada didaerah landai, ketinggian tempat mulai dari 1.130 sampai dengan 3.019 m dpl (Benyamin 2008). Selain itu juga faktor cahaya, kelembaban serta suhu juga mempengaruhi kelimpahan kupu-kupu (Irni 2014).

Curah hujan dan kelembapan berpengaruh secara langsung terhadap kupu-kupu. Serangga termasuk kupu-kupu merupakan satwa yang tergantung pada air, sehingga tubuhnya lebih tahan terhadap kelebihan air daripada kekurangan air. Serangga harus menjaga kandungan air dalam tubuhnya karena kekurangan air dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkannya mati. Selain itu kadar kelembapan yang sesuai juga dapat membantu serangga bertahan hidup pada suhu tinggi. Berkurangnya kandungan air berakibat pada kerdilnya pertumbuhan dan rendahnya laju metabolisme dalam tubuh serangga. Kandungan air dalam tubuh serangga bervariasi, umumnya berkisar antara 50-90% dari berat tubuh. Serangga yang memiliki kulit tebal, kandungan airnya lebih rendah. Serangga akan berusaha menyeimbangkan kandungan air dalam tubuhnya untuk bertahan hidup.

(25)

mineral-9 mineral lain yang dibutuhkan untuk proses reproduksi. Aktiftas mencari mineral ini lebih terlihat pada individu jantan.

Persepsi Masyarakat

Persepsi masyarakat adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu respon. Selain itu persepsi juga merupakan proses menerima informasi dari lingkungan dan mengubahnya dalam kesadaran psikologis. Karena itu persepsi seseorang berdasarkan kebutuhan, minat dan latar belakang masing-masing sehingga persepsi juga dapat keliru terhadap suatu objek. Oleh karenanya, untuk menentukan persepsi masyarakat harus jelas mengenai objeknya. Faktor yang mempengaruhi persepsi masyrakat yaitu faktor personal dan situasional. Faktor personal adalah faktor yang menentukan persepsi seseorang bukan dari jenis dan bentuk stimulus melainkan dari karaktristik individu yang memberikan respon pada stimulus. Faktor fungsional yang disebut kerangka rujukan persepsi objek sehingga psikolog sosial menggunakan konsep ini untuk menjelaskan persepsi sosial (Davies dan Butler 2008). Dalam kegiatan konservasi, faktor fungsional mepengaruhi cara seseorang memberi makna pada pesan yang diterimanya. Dalam hal ini psikolog menganggap bahwa kerangka rujukan amat berguna untuk menganalisis interprstasi faktoral dan peristiwa yang dialami. Sedangkan faktor situasional yaitu sering disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian. Stimulus diperhatikan karena memiliki sifat yang menonjol seperti gerakan, intensitas stimulus dan kebaruan serta perulangan.

Teori tentang hubungan antara persepsi dengan prilaku merupakan proses memahami apa yang tampak atau tidak tampak pada indera penglihatan. Prilaku seseorang merupakan tindakan yang dipengaruhi oleh persepsi, sehingga persepsi bukan saja suatu proses pemahaman tentang tindakan sesorang melainkan memahami motif tindakannya (Abdullah 2005). Selain itu persepsi adalah proses dimana individu memilih, mengorganisasikan, dan mengartikan stimulus yang diterima melalui alat inderanya menjadi suatu makna. Tiga tahapan persepsi, yakni tahap pemaparan (Exposure), perhatian (Attention), dan pemaknaan (Interpretation). Pemaparan terjadi ketika stimulus berada pada jangkauan reseptor sensorik seseorang. Adapun perhatian merujuk kepada proses-proses aktivitas yang fokus terhadap stimulus yang telah diterima. Tahap terakhir adalah pemaknaan diartikan sebagai bertugasnya stimulus sensorik. Seluruh indra manusia memegang peranan penting dalam meneruskan informasi dan otak akan mengolahnya melalui tahap pemaparan, perhatian, dan pemaknaan. Persepsi diperoleh melalui pengalaman langsung dari objek dan informasi dari berbagai sumber lainnya. Artinya persepsi dapat diartikan sebagai suatu objek yang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri individu yang terbentuk dari nilai-nilai yang diproduksi individu tersebut. Sedangkan, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu. Faktor internal disebut sebagai demografi responden, sedangkan faktor eksternal merupakan media habit responden.

(26)

10

semi-alami dari kupu-kupu (misalnya dengan Ornithoptera sp seperti yang pernah dilakukan di daerah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung), masyarakat lokal dapat menjual pajangan dari kupu-kupu yang telah diawetkan dan dengan demikian penghasilan masyarakat meningkat (Rahmadetassani 2008). Contoh lain adalah pemanfaatan kepompong dari kupu-kupu Famili Saturniidae yang menghasilkan sutera sebagai bahan untuk kain, yang saat ini banyak diminati oleh masyarakat. Juga ada masyarakat yang memakan ulat/ kepompong famili tersebut, karena kaya akan protein. Nikmat keindahan juga merupakan manfaat bagi manusia yang lebih menyenangi kupu-kupu daripada spesies serangga lain (misalnya kecoak, lalat, nyamuk). Minat dapat begitu besar sehingga kelompok parawisata datang untuk mengunjungi daerah tertentu. Manfaat tidak langsung dari kupu-kupu bagi manusia antara lain kehadiran kupu-kupu di alam, banyak membantu proses penyerbukan pada tumbuhan, yang akhirnya secara tidak langsung bermanfaat bagi manusia (Suhartini 2009). Contoh lain adalah digunakannya kupu-kupu sebagai ornamen dari suatu iklan ditelevisi, juga gambarnya sebagai tema perangko, motif kain untuk pakaian, stiker dan lain-lain.

Pembahasan mengenai persepsi masyarakat terhadap kupu-kupu tidak terlepas dari karakteristik masyarakat tersebut. Oleh karena itu, perlu diketahui karakteristik responden yang ada agar dapat mewakili keseluruhan populasi. Karakteristik responden pada penelitian ini dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, umur dan jenis pekerjaan (Supriana 2008). Selain itu, karakteristik responden tersebut juga digunakan sebagai parameter persepsi, sehingga dapat diketahui faktor yang mempengaruhi tingkat persepsi responden terhadap hutan kota. Persepsi ditentukan oleh faktor internal seperti kecerdasan, minat, emosi, pendidikan, pendapatan, kapasitas alat indera dan jenis kelamin.

Desain Pemanfaatan Secara Berkelanjutan

(27)

11 atau sistem lingkungan serta diarahkan pada sumberdaya alam yang menekankan serendah mungkin eksploitasi, (b) pengamanan (Safeguarding) terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan ekosistem dalam rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi yang akan dating, (c) pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk kepentingan mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan antar generasi, (d) mempertahankan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan baik masa kini maupun masa yang mendatang (inter temporal), (e) mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang ataupun lestari antar generasi. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai dengan habitatnya (Supriatna 2008; Suhartini 2009).

Fokus pelestarian keanekaragaman hayati adalah mengelola kekayaan hayati Indonesia secara berkelanjutan yang meliputi ekosistem darat dan laut, kawasan agroekosistem dan kawasan produksi, serta konservasi eksitu. Upaya pelestarian ini harus disertai dengan pemeliharaan sistem pengetahuan tradisional dan pengembangan sistem pemanfaatan keanekaragaman hayati yang dilandasi oleh pembagian keuntungan yang adil dan disusun sebagai berikut: meningkatkan pembentukan sistem kawasan lindung berikut pengelolaannya secara efektif, melestarikan keanekaragaman hayati pada kawasan agroekosistem dan kawasan nonlindung/ produksi, pelestarian keanekaragaman hayati secara eksitu, melindungi sistem pengetahuan masyarakat tradisional serta meningkatkan seluruh sistem pengetahuan yang ada tentang konservasi dan keanekaragaman hayati, mengembangkan dan mempertahankan sistem pengelolaan keanekaragaman hayati berkelanjutan, termasuk pembagian keuntungan yang adil adil (Suhartini 2009).

(28)

12

Studi Kelayakan Usaha

Ada beberapa definisi dari pengertian Studi Kelayakan Bisnis menurut beberapa ahli. Berikut ini definisi dari pengertian studi kelayakan bisnis, yaitu kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha atau proyek. Dengan demikian studi kelayakan yang juga sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha atau proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha atau proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat, baik dalam arti manfaat finansial maupun dalam arti manfaat sosial (Ibrahim 2003). Dilihat dari segi perbankan dan lembaga keuangan lainnya, peranan studi kelayakan bisnis menjadi lebih penting lagi untuk mengadakan penilaian terhadap gagasan usaha atau proyek yang mempunyai sumber dana dari lembaga tersebut. Dengan adanya studi kelayakan dalam berbagai kegiatan usaha atau proyek dapat diketahui sampai seberapa jauh gagasan usaha yang dilaksakan mampu menutupi segala kewajiban-kewajiban serta prospeknya di masa yang akan datang. Tujuan dilakukan studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan, untuk menghindari resiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar. Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek keuangan, aspek sosial ekonomi, aspek manajemen dan sumber daya manusia, aspek hukum, dan aspek dampak lingkungan (Ibrahim 2003).

(29)

13 1. Menetapkan rencana atau skala produksi;

2. Menghitung biaya (cost) usaha;

3. Menghitung penerimaan (revenue) usaha; 4. Menghitung pendapatan (income) usaha; 5. Menghitung kelayakan usaha.

Yang dimaksudkan dengan rencana produksi dalam hal ini adalah skala (volume) usaha dan jenis usaha yang akan dikerjakan. Hal ini penting untuk dasar dalam perhitungan finansial lebih lanjut, semakin besar skala (volume) usaha akan semakin besar pula kebutuhan modal dan biaya usaha serta semakin komplek pengelolaan usaha dan resiko kecenderungan semakin besar. Oleh karena itu penetapan rencana skala usaha dibutuhkan banyak pertimbangan baik secara teknis maupun ekonomis. Biaya usaha adalah seluruh pengeluaran dana (korbanan ekonomis) yang diperhitungkan untuk keperluan usaha. Dalam praktek di agribisnis oleh masyarakat, yang dimaksud dengan biaya usaha hanyalah biaya yang secara riel atau cash dikeluarkan oleh pelaku usaha, sedangkan biaya yang tidak riel/cash dikeluarkan seperti biaya tenaga kerja rumah tangga, gaji petani selaku pengelola usaha, nilai sewa lahan usaha, dll tidak dihitung sebagai biaya usaha. Cara pandang seperti tersebut adalah tidak tepat karena akan mengakibatkan laba atau keuntungan usaha yang didapat oleh pelaku usaha hanyalah laba kotor. Demikian juga akan mengakibatkan hasil analisis kelayakan usaha (secar financial) menjadi tidak benar. Oleh karena itu dalam analisis finansial dalam rangka kelayakan usaha, biaya usaha haruslah dihitung seluruhnya, baik yang riel (cash/kontan) maupun yang tidak dikeluarkan petani, Biaya usaha secara terinci meliputi :

a. Investasi tetap.

b. Biaya operasional usaha : - Biaya Usaha (biaya tetap).

- Biaya Pokok Produksi (biaya tidak tetap). a. Investasi Tetap

Yaitu seluruh biaya yang digunakan untuk investasi harta tetap. Harta tetap adalah sarana prasarana usaha yang mempunyai jangka usia ekonomi atau usia pemakaian yang panjang atau berumur tahunan. Misalnya : biaya pembangunan kandang, biaya peralatan, biaya sarana penunjang (seperti: sumur, drainase, pemasangan listrik, dll).

b. Biaya Operasional Usaha

Yaitu seluruh biaya yang digunakan untuk pelaksanaan proses produksi suatu usaha. Biaya operasional usaha dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Biaya Usaha atau Biaya Tetap (Fixed Cost/FC) 2. Biaya Pokok Produksi (Variable Cost/VC)

Yaitu seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk yang besarnya tidak tetap dan dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Dengan demikian biaya pokok produksi dapat diartikan sebagai Biaya Tidak Tetap (Variable Cost).

(30)

14

Pengembangan Usaha Kupu-Kupu Skala Rumah Tangga

Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah. Pengertian usaha kecil secara jelas tercantum dalam UU No. 9 Tahun 1995 yang menyebutkan bahwa usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan bersih paling banyak Rp200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dengan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp1 000 000 000. Kriteria lainnya dalam UU No 9 Tahun 1995 adalah: milik WNI, berdiri sendiri, berafiliasi langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau besar dan berbentuk badan usaha perorangan, baik berbadan hukum maupun tidak. Home Industri juga dapat berarti industri rumah tangga, karena termasuk dalam kategori usaha kecil yang dikelola keluarga.

Pada umumnya, pelaku kegiatan ekonomi yang berbasis di rumah ini adalah keluarga itu sendiri ataupun salah satu dari anggota keluarga yang berdomisili di tempat tinggalnya itu dengan mengajak beberapa orang di sekitarnya sebagai karyawannya. Meskipun dalam skala yang tidak terlalu besar, namun kegiatan ekonomi ini secara tidak langsung membuka lapangan pekerjaan untuk sanak saudara ataupun tetangga di kampung halamannya. Dengan begitu, usaha perusahaan kecil ini otomatis dapat membantu program pemerintah dalam upaya mengurangi angka pengangguran.

Sebagaimana nama kegiatan ekonomi ini, Home Industri pada umumnya memusatkan kegiatan di sebuah rumah keluarga tertentu dan biasanya para karyawan berdomisili di tempat yang tak jauh dari rumah produksi tersebut. Karena secara geografis dan psikologis hubungan mereka sangat dekat (pemilik usaha dan karyawan), memungkinkan untuk menjalin komunikasi sangat mudah. Dari kemudahan dalam berkomunikasi ini diharapkan dapat memicu etos kerja yang tinggi. Karena masing-masing merasa bahwa kegiatan ekonomi ini adalah milik keluarga, kerabat dan juga warga sekitar. Bertambahnya jumlah keluarga tentu saja akan menambah jumlah kebutuhan dalam memenuhi keperluan anggota keluarga itu sendiri semakin meningkat. Kebutuhan keluarga ini akan terasa ringan terpenuhi jika ada usaha yang mendatangkan income atau penghasilan keluarga untuk menutupi kebutuhan tersebut. Home Industri yang pada umumnya berawal dari usaha keluarga yang turun menurun dan pada akhirnya meluas ini secara otomatis dapat bermanfaat menjadi mata pencaharian penduduk kampung di sekitarnya. Kegiatan ekonomi ini biasanya tidak begitu menyita waktu, sehingga memungkinkan pelaku usaha membagi waktunya untuk keluarga dan pekerjaan tetap yang diembannya.

(31)

15

3

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Desember 2015 sampai Februari 2016 di kawasan penyangga TNGL wilayah Tangkahan. Kawasan ini terdiri dari permukiman, sungai dan hutan sehingga penelitian ini telah dilakukan pada 3 tipe tutupan lahan yaitu permukiman, pinggiran sungai dan hutan. Adapun lokasi dan denah penelitian disajikan dalam Gambar 2 dan Gambar 3.

Pemukima n

Sunga i

Hutan

Gambar 3 Lokasi penelitian di tiga tutupan lahan yaitu pinggiran sungai, hutan dan pemukiman

Gambar 2 Peta lokasi penelitian kawasan penyangga Tangkahan

Taman Nasional Gunung Leuser

(32)

16

Alat Dan Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan alat dan bahan penelitian yaitu global positioning system (GPS), lightmeter, termometer, hygrometer, tallysheet, kamera dan alat tulis, kertas papilot, kuisioner, buku identifikasi kupu-kupu Butterffly of the world dan Practical Guide to The Butterflies of Bogor Botanic Garden. Perangkat lunak yang digunakan untuk pengolahan dan analisis data yaitu Microsoft Excel 2013, SPSS 16, Sketchup Pro 2015 dan Garden Planner .

Jenis Data Yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Jenis dan metode pengumpulan data penelitian secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Data yang dikumpulkan dalam penelitian

Data Metode Data yang dikumpulkan Sumber

A. Keanekaragaman Jenis

1. Kupu-kupu Pengamatan Jumlah jenis, jumlah

individu dan waktu aktifitas

Lapang

2. Tumbuhan pakan Pengamatan Jumlah jenis dan jumlah individu

Lapang

3. Tumbuhan inang Pengamatan Jumlah jenis dan jumlah individu

Lapang

B. Karakteristik Lingkungan

1. Suhu udara Pengukuran Suhu setiap tutupan lahan Lapang

2. Kelembaban udara Pengukuran Kelembaban setiap tutupan lahan

Lapang

3. Intensitas cahaya Pengukuran Intensitas cahaya setiap tutupan lahan

(33)

17 Metode dan Analisis Data

Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu

Pengambilan data keanekaragaman jenis kupu-kupu menggunakan metode pollard transek sepanjang 500 m (Noerdjito dan Aswari 2003) pada tiga tutupan lahan yaitu permukiman, sempadan sungai dan hutan. Jalur pengamatan sebanyak 2 transek setiap tutupan lahan dengan petak contoh 20 x 20 m dengan jarak antar petak contoh 10 m sebanyak 18 plot dan dilakukan pengamatan selama 10 menit berdasarkan waktu aktifnya. Menurut Dahelmi et al.(2010) menyatakan bahwa kupu-kupu aktif pada pagi hari pukul 09.00-11.00 WIB dan sore hari pukul 14.00-16.00. Data yang dikumpulkan berupa jumlah jenis dan jumlah individu kupu-kupu dan mencatat titik koordinat pertemuan dengan menggunakan GPS. Jalur pengamatan disajikan pada gambar 4. Data yang terkumpul dianalisis dengan Microsoft Excel 2013 untuk melihat jumlah jenis dan jumlah individu menurut family dan dihitung indeks keanekaragaman jenis Shanon-Wiener, kekayaan jenis Margalef dan kemerataan jenis (Magurran 1988).

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Pakan dan Tumbuhan Inang

Pengambilan data keanekaragaman jenis tumbuhan pakan dan tumbuhan inang menggunakan metode jalur berpetak (Indriyanto 2006). Jalur pengamatan yang digunakan sama dengan jalur pengamatan keanekaragaman kupu-kupu pada tiga tutupan lahan yang dapat dilihat pada Gambar 4. Data yang dikumpulkan untuk tumbuhan pakan berupa data jumlah jenis dan jumlah individu pada setiap tingkat pertumbuhan (tumbuhan bawah. pancang dan tiang) sedangkan untuk tumbuhan inang data yang dikumpulkan juga berupa jumlah jenis dan jumlah individu pada setiap tingkat pertumbuhan (pancang, tiang dan pohon). Pengamatan tanaman pakan diamati dari kupu-kupu yang hinggap dan menghisap nektar dan tanaman inang dilihat dari daun yang dimakan ulat atau adanya kepompong. Data yang terkumpul dianalisis untuk melihat jumlah jenis dan jumlah individu dan selanjutnya dihitung indeks keanekaragaman jenis Shanon-Wiener, kekayaan jenis Margalef dan kemerataan jenis (Magurran 1988). Hubungan antara keanekaragaman jenis kupu-kupu terhadap keanekaragaman tumbuhan pakan dan tumbuhan inang dianalisis dengan menggunakan Korelasi Spearman dan uji lanjut dengan Analisis Friedman pada SPSS 16 (Adrian 2005).

(34)

18

Karakteristik Lingkungan

Karakteristik lingkungan merupakan faktor abiotik yang berpengaruh pada keankaragaman kupu-kupu. Pengamatan faktor abiotik meliputi kelembaban udara, suhu udara serta intensitas cahaya matahari (Efendi 2009). Pengukuran parameter ini dilakukan selama 30 hari disetiap tutupan lahan. Data yang dikumpulkan berupa suhu dengan menggunakan alat thermometer, kelembaban udara menggunakan hygrometer dan intesitas cahaya menggunakan lightmeter. Alat yang digunakan digantungkan pada salah satu ranting pohon agar tidak mengalami banyak pergerakan yang akan mengganggu kearutan pengukuran.

Desain Taman Kupu-kupu (Butterfly Park)

Desain taman kupu-kupu merupakan rancangan yang dilakukan untuk pemanfaatan berkelanjutan. Desain ini mempertimbangkan prinsip ekologi dan ekonomi (Rahmadetassani 2008). Data yang dikumpulkan untuk melakukan desain taman kupu-kupu meliputi data tentang lokasi (site) yang didasarkan pada lokasi ditemukannya kupu-kupu, tumbuhan pakan dan tumbuhan inang serta kesesuaian faktor lingkungan fisik (suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan sumber air) pada tiga tipe habitat. Prinsip ekonomi dalam merancang taman kupu-kupu dilakukan untuk mengetahui pengetahuan tentang kupu-kupu serta kesiapan setiap responden dalam pembuatan taman tersebut (Purwanto 2007). Pengambilan responden sebanyak minimum 30 orang yang terdiri dari 5 kategori yaitu penduduk lokal, pengelola Tangkahan, pengelola TNGL serta pengunjung dalam dan luar negeri. Menentukan jenis kupu-kupu yang akan dikembangkan pada taman tersebut dengan mempertimbangkan status perlindungan dan keindahan warna dan bentuk kupu-kupu sehingga dapat menjamin kelestarian kupu-kupu-kupu-kupu dan pemanfaatannya sebagai sarana pendidikan konservasi serta potensi dan prospek pengembangan pemanfaatan lestari kupu-kupu sebagai produk yang bernilai ekonomi. Pembuatan desain taman kupu-kupu menggunakan software Sketchup Pro 2015 dan Garden Planner.

Asumsi Kelayakan Usaha

Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun t 1. NPV (Nilai bersih saat ini)

Kelayakan usaha dilakukan dengan membuat asumsi-asumsi biaya investasi dan biaya operasional untuk mengetahui kelayakan usaha taman kupu-kup sebagai objek wisata baru di kawsan penyangga Tangkahan Taman Nasional

Gunung Leuser. Analisis kelayakan finansial menggunakan kriteria utama yakni Net Present Value (NPV), Benefit Ratio (B/C Ratio), setelah itu dilakukan analisis

Break Event Point (BEP) produksi dan BEP harga, PP dan IRR untuk mengetahui efisiensi modal dalam melakukan usaha. Asumsi kelayakan usaha ini menggunakan rumus:

(35)

19

2. B/C Ratio (Rasio pendapatan dan pengeluaran)

Keterangan :

4. IRR (Tingkat Pengembalian Hasil Intern)

Keterangan :

NPV1 = NPV positif NPV2 = NPV negatif

i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif Kriteria :

• IRR > discount rate: usaha layak • IRR < discount rate: usaha tidak layak

(36)

20

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser

a. Letak Geografis dan Topografi

Tangkahan merupakan salah satu kawasan penyangga Taman Nasional Gunung Leuser dengan luas wilayah pengelolaan ± 17 500 hektar. Secara geografis titik koordinat kawasan ini berada pada 03o37’45” - 03o44’45” N dan 98o00’00” -98o06’45” E. Tangkahan berada diantara dua desa yaitu Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat. Berdasarkan data Lembaga Pariwisata Tangkahan, kawasan yang dikembangkan berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser diwilayah kerja Resort Tangkahan dan Resort Cinta Raja, Sub Seksi TNGL Wilayah-IV Besitang. Kawasan Ekowisata Tangkahan memiliki batas-batas administratif sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit milik PTPN II Kuala Sawit

- Sebelah Selatan berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit milik PT. Ganda Permana

- Sebelah Timur berbatasan dengan dusun Kuala Buluh

- Sebelah Barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser

Tangkahan berada pada ketinggian 80-155 m diatas permukaan laut yang terdiri dari kawasan landai dan berbukit dengan kemiringan yang bervariasi yaitu 45%-90% . Tangkahan memiliki musim kemarau terjadi pada bulan Maret-Agustus dan musim hujan pada bulan September-Februari. Suhu rata-rata minimum berkisar antara 230-250C dan suhu rata-rata maksimum 300-330C dengan kelembaban udara relatif antara 65%-75%. Kondisi Tangkahan dapat dilihat pada Gambar 5.

b. Aksesibilitas

(37)

21

Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu

Keanekaragaman jenis kupu-kupu merupakan sesuatu hal yang paling mendasar dan menarik dalam ekologi, baik itu teori maupun terapan. Hasil pengamatan keanekaragaman jenis kupu-kupu pada tiga tipe tutupan lahan menurut waktu aktifnya (pagi dan sore) diketahui sebanyak 61 jenis kupu-kupu dari lima famili dengan jumlah total individu sebanyak 1213 individu. Daftar jumlah jenis dan jumlah individu kupu-kupu dari masing-masing famili menurut tipe tutupan dan waktu aktifnya disajikan pada Gambar 6 dan Tabel 2.

Gambar 6 Jumlah individu kupu-kupu menurut waktu aktif dan tipe tutupan lahan di kawasan penyangga Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser

(a) (b)

(c)

(38)

22

Hasil penelitian menunjukkan bahwa famili Nymphalidae paling banyak ditemukan pada pagi hari ditutupan lahan permukiman sedangkan yang paling rendah terdapat pada tutupan lahan hutan dari famili Papilionidae. Jumlah individu yang ditemukan diseluruh tutupan lahan pada pagi hari ditemukan sebanyak 234 individu dari famili Nymphalidae dan paling rendah dari famili Riodinidae sebanyak 19 individu. Jumlah individu kupu-kupu lebih banyak ditemukan pada pagi hari dan lebih sedikit pada sore hari. Jenis yang paling banyak ditemukan pada pagi maupun sore hari yaitu Graphium Agamemnon, Papilio nephalus, Melanitis leda, Junonia almana, J. atletis, Appias indra, A.lyncida, A. libythea, Udaiana aegis, Elymnias panthera, Mycalesis parseus, Eurema blanda dan Hypolimnas bolina.

Tabel 2 Jumah jenis kupu-kupu menurut waktu aktif dan tipe tutupan lahan di kawasan penyangga Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser

Famili Jumlah Jenis

Hutan Sempadan Sungai Permukiman

Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Indeks keanekaragaman juga dipengaruhi faktor abiotik seperti suhu, kelembaban udara serta intensitas cahaya yang sesuai dengan aktifitas kupu-kupu serta faktor jumlah jenis, jumlah individu masing-masing jenis dan total individu sehingga dapat berubah sesuai komposisi dan sebaran serta kelimpahan masing-masing jenis. Pada pagi hari kupu-kupu aktif beraktivitas mencari pakan serta bereproduksi sehingga pada saat tersebut banyak ditemukan jenis kupu-kupu yang beranekaragam. Menurut Peggie dan Amir (2006) juga menyatakan bahwa umumnya kupu-kupu aktif pada hari yang cerah, hangat, dan tenang sekitar pukul 09.00-15.00 WIB. Di Resort Selabintana jenis kupu-kupu yang ada sangat beragam menyebabkan kupu-kupu menjadi salah satu kelompok satwa yang indah hingga menarik perhatian masyarakat (Benyamin 2008).

(39)

23 Tabel 3 Indeks keanekaragaman, kekayaan dan kemerataan jenis kupu-kupu

menurut waktu aktifnya di tiga tipe tutupan lahan kawasan penyangga Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser

Tutupan Lahan Keanekaragaman Kekayaan Kemerataan

Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore keanekaragaman hayati dapat dikatakan tinggi apabila memiliki nilai indeks keanekaragamannya lebih dari 3.0 dan terdapat enam faktor yang saling berkaitan dalam menentukan naik turunnya keanekaragaman jenis pada suatu komunitas, yaitu: waktu, haterogenitas ruang, persaingan, pemangsaan, kestabilan lingkungan dan produktivitas jenis. Selain ke enam faktor tersebut, Soerianegara (1996) menambahkan bahwa keanekaragaman jenis tidak hanya ditentukan oleh banyaknya jenis, tetapi ditentukan juga oleh banyaknya individu dari setiap jenis.

Hal ini juga didukung Jumar (2000); Sreekumar dan Balakrisnan (2001); Raut dan Pendharkar (2010) yang menyatakan bahwa Nymphalidae bersifat polifagus dan aktif terbang sehingga mudah ditemukan pada berbagai tutupan lahan terbuka seperti permukiman terdapat banyak penduduk, sedangkan Lycaenidae merupakan famili yang paling sedikit ditemukan disebabkan famili ini membutuhkan tumbuhan inang khusus. Keanekaragaman jenis kupu-kupu lebih banyak ditemukan pada pagi hari daripada sore hati pada setiap tutupan lahan.

Kupu-kupu mrupakan jenis serangga yang penting untuk memonitor suatu habitat karena memiliki mekanoreseptor yang terdiri dari 3 sensor yaitu rambut sensorik yang terdapat pada seluruh bagian tubuh yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh terhadap lingkungan, proprioseptor yang merupakan organ indera yang merespon secara terus menerus pada deformasi dan tekanan dalam tubuh. dan deteksi sinyal yang mendukung kinerja proprioseptor dan kupu-kupu juga mampu menerima gelombang suara sehingga kupu-kupu lebih menyukai tempat terbuka atau tempat yang memiliki tutupan kanopi yang tidak terlalu rapat karena adaptasi kupu-kupu yang selalu membutuhkan sinar matahari untuk berjemur sehingga pada permukiman dipagi hari banyak ditemukan kupu-kupu beraktifitas (Padhye et al. 2006; Panjaitan 2008).

(40)

24

secara alami dimana sasaran utama mereka adalah wisatawan asing. Adapun daftar jenis kupu-kupu yang ditemukan dalam satu tahun dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Kalender jenis kupu-kupu dalam satu tahun

Keterangan : x = Kehadiran kupu-kupu dalam satuan tahun Sumber : Peggie dan Amir (2006)

Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Pakan

(41)

25 berpengaruh pada kemampuan reproduksi kupu-kupu (Dennis et al. 2004; Febrita 2014). Kupu-kupu (fase dewasa) hidup dengan memakan nektar bunga dengan menggunakan mulut yang berbentuk selang penghisap yang disebut probosis. Nektar merupakan sumber pakan bagi kupu-kupu dan penyebarannya sangat tergantung pada keberadaan tumbuhan sebagai sumber pakan (Aisyah 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa jenis tumbuhan yang digunakan sebagai sumber pakan (nektar). Tanaman pakan yang dipilih kupu-kupu memiliki karakteristik tertentu seperti warna bunga dan kandungan kimia yang dibutuhkan. Hasil analisis keanekaragaman tumbuhan pakan menunjukkan bahwa jenis tumbuhan pakan yang banyak ditemukan kupu-kupu terdiri dari tiga tingkat pertumbuhan yakni tumbuhan bawah, pancang dan tiang. Hasil identifikasi jumlah jenis dan perhitungan indeks keanekaragaman tumbuhan pakan di ketiga tipe tutupan lahan pada setiap tingkat pertumbuhan disajikan pada Gambar 7 dan Tabel 5.

Tingkat keanekaragaman jenis tertinggi terdapat di tutupan lahan permukiman pada tumbuhan bawah dengan jumlah jenis sebanyak 17 jenis dengan nilai indeks keanekaragaman sebesar 2.75 dan indeks kekayaan sebesar 2.53 dan paling rendah pada tingkat pancang di tutupan lahan hutan sebesar 1.36 dan indeks kekayaan sebesar 0.96. Hal ini menunjukkan tumbuhan pakan yang terdapat pada tutupan lahan permukiman. hutan dan sempadan sungai memiliki keanekaragaman sedang.

Tabel 5 Jumlah jenis tumbuhan pakan kupu-kupu di Tangkahan kawasan penyangga TNGL

Tipe Habitat Tingkat Pertumbuhan

Tumbuhan Bawah Pancang Tiang

Hutan 6 5 10

Gambar 7 Indeks keanekaragaman tumbuhan pakan pada tiga tipe tutupan lahan di Tangkahan kawasan penyangga TNGL

(42)

26

Jenis tumbuhan tingkat tumbuhan bawah yang banyak ditemukan sebagai tumbuhan pakan kupu-kupu dalam penelitian ini adalah Cyperus rotundus, Urtica dioica, Taraxacum officinale, Impatiens balsamina, Ageratum conyzoides, Pennisetum polystachyon dan Nelsonia canescens dan pada tingkat pancang yang berbunga seperti Citrus aurantiifolia, Ixora grandiflora, Hibiscus rosasinensis, Bougainvillea sp dan Syzygium sp. Jenis tumbuhan pakan pada tingkat tiang ditemukan dalam jumlah paling sedikit seperti Annona muricata dan Melaleuca cajuputi. Papilio gigon jantan menyukai hinggap pada bunga Lantana camara (Asteraceae) (Koneri dan Saroyo 2012). Selain itu sumber pakan seperti kacang-kacangan, umbi-umbian, tanaman tomat, tanaman cabe,dan pohon jambu. Larva kupu-kupu umumnya memakan daun-daunan dari tumbuhan tertentu dengan ciri khas morfologi daun yang lembut, tidak berbulu pada permukaannya, daun tidak bergetah (Vane dan Dejong 2003; Opler dan Strawn 2000).

Sharm dan Joshi (2009) menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan tumbuhan bawah memiliki keanekaragaman tinggi sehingga kompleksitas struktural habitat dan keragaman bentuk vegetasi berkorelasi dengan keanekaragaman jenis kupu. Menurut Shodiq (2009) terdapt tiga karakteristik tanaman yang dipilih kupu-kupu untuk memperoleh sumber pakan antara lain: ukuran. bentuk dan kualitas warna tanaman. Selain itu, serangga memiliki spektrum warna yang berbeda dengan manusia. Hal ini didukung bahwa serangga hanya memiliki dua tipe pigmen penglihatan yaitu pigmen yang dapat menyerap warna hijau dan kuning terang. serta pigmen yang dapat menyerap warna biru dan sinar ultraviolet. Daftar jenis keberadaan tumbuhan pakan dalam satu tahun dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Kalender jenis tumbuhan pakan kupu-kupu dalam satu tahun di Tangkahan kawasan penyangga TNGL Keterangan : x = Kehadiran jenis tumbuhan pakan dalam satuan tahun

(43)

27 Semakin banyak jumlah individu dan jenis tumbuhan pakan maka jumlah kupu-kupu juga akan meningkat. Di alam, tumbuhan pakan ini tidak selalu ada dalam setiap musim. Ada jenis tumbuhan pakan yang hanya terdapat pada bulan-bulan tertentu sehingga dapat mempngaruhi keberadaan jenis kupu-kupu yang memanfaatkannya. Keberadaan tumbuhan pakan dalam satu tahun ini penting diketahui untuk memudahkan mengontrol keberadaan satwa ini. Pakan kupu-kupu merupakan sumber makanan yang sangat penting bagi perkembangan kupu-kupu, baik pada saat larva maupun saat menjadi imago. Kebanyakan larva kupu - kupu memakan daun dan bagian tanaman yang lain. Larva yang lebih besar umumnya menggigiti tepi daun dan mengkomsumsi semua bagian daun, kecuali tulang-tulang daun yang besar. Sedang larva yang lebih muda memakan daun dengan cara melubanginya. Beberapa contoh daun pada tumbuhan yang menjadi sumber makanan larva kupu-kupu adalah Familia Rutaceae, Annonaceae, Aristolochiaceae, dan Arecales. Pakan imago, pada umumnya menyukai tumbuhan yang memiliki bunga yang berwarna cerah, berbau menyengat dan sari bunga yang memiliki rasa manis (nektar). Beberapa contoh tumbuhan berbunga yang menjadi pakan imago adalah Familia Malvaceae, Fabaceae dan Rosaceae.

Hubungan Kupu-kupu dengan Tumbuhan Pakan

Keberadaan dan aktivitas kupu-kupu sangat bervariasi terkait struktur vegetasi dan tajuk yang terbuka menghasilkan ruang dan cahaya yang cukup. Kondisi lingkungan seperti ini memiliki pengaruh positif terhadap banyaknya jenis kupu-kupu yang datang dan akibatnya berpengaruh terhadap kekayaan spesies (Hamer et al. 2003; Vogel et al. 2007; Saika et al. 2009; Koneri dan Saroyo 2012).

Hasil uji spearman menjelaskan bahwa ada hubungan antara tumbuhan pakan dengan kupu-kupu yang dapat dilihat pada Gambar 8. Selanjutnya, dilakukan uji Friedman untuk mengetahui tingkat pertumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan kupu-kupu, sehingga diperoleh hasil Chi-Square = 2.364 dan Asymp. sig 0.307 > (α:0.05) dengan mean rank tertinggi 3. Artinya bahwa pada tumbuhan bawah merupakan tingkat pertumbuhan paling banyak dimanfaatkan kupu-kupu sebagai tanaman pakan. Hal ini juga sesuai dengan beberapa hasil penelitian yang membuktikan bahwa jenis kupu-kupu Papilio gigon jantan misalnya lebih suka hinggap atau memanfaatkan bunga Lantana camara (Asteraceae) yang berhabitus semak dan perdu (Bonbrake et al. 2010) dibandingkan dengan habitus lainnya.

y = 1.2626x - 53.587

Gambar

Gambar 1  Kerangka pikir penelitian
Gambar 2  Peta lokasi penelitian kawasan penyangga Tangkahan  Taman Nasional Gunung Leuser
Tabel 1  Data yang dikumpulkan dalam penelitian
Gambar 5  Kondisi umum Tangkahan kawasan penyangga TNGL (a) Hutan, (b)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Lab Cup memerlukan suatu media untuk memberikan informasi terkait jadwal pertandingan, score pertandingan, gallery gambar, berita-berita seputar kegiatan

(3) Untuk mengetahui hasil pengembangan pendidikan kedisiplinan di MTs Muhammadiyah Kemuning Tegalombo Pacitan. Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa

Bu araştırmanın amacı; özgün doğal ve kültürel miras değerlerine sahip Bodrum Yarıma - dası kuzeybatısındaki Sandıma köyü kırsal miras varlığının,

Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa., Tuhan semesta alam, yang sedalam-dalamnya atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyajikan

dari pekerjaan proyek pembangunan rumah hunian, sehingga dapat diketahui durasi penyelesaian proyek dan (2) Mengetahui aktivitas mana saja yang merupakan lintasan

Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua, pencarian pengobatan dan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas

berikut: a) tingginya angka kejadian penyakit Demam Berdarah, sehingga berdampak pada kualitas hidup sehat masyarakat desa Purwosari, b) tingginya angka perokok

Landasan Teori dan Program Proyek Akhir Arsitektur 72 ini dapat.. terselesaikan