• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekologi trofik ikan ikan dominan (Trichogaster leerii, T.trichopterus, dan Rasbora dusonensis) di hutan rawa gambut desa Dadahup Kalimantan Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ekologi trofik ikan ikan dominan (Trichogaster leerii, T.trichopterus, dan Rasbora dusonensis) di hutan rawa gambut desa Dadahup Kalimantan Tengah"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

EKOLOGI TROFIK IKAN-IKAN DOMINAN

(Trichogaster leerii, T. trichopterus, dan Rasbora dusonensis)

Dl HUTAN RAWA GAMBUT DESA DADAHUP

KALIMANTAN TENGAH

SEKOLAHPASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHlR DAN SUMBER INFORMAS1

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir "Ekologi Trofik Ikan-lkan Dominan (Jrichogaster leerii, T. trichopterus, and Rasbom dusonensis) di Hutan Rawa Gambut Desa Dadahup, Kalimantan Tengah adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber infonnasi yang berasal atau dikutip dari kaiya yang diterbitkan maupun tidzk diterbltkzn dari penulis !ain te!ah disebutkan dalarn teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, 21 Juli 2008

(3)

ABSTRACT

AHMAD ZAHID. Trophic Ecology of Dominant Fishes (Trichogaster leerii, T. trichopterus, and Rasbora dusonensis) in Peatswamp Forest Dadahup District, Province of Central Kalimantan. Under direction of M.F. Rahardjo, Sutrisno Sukimin, and Lenny S. Syafei

The study was conducted from July to December 2007 which aiming to described diet composition, feeding strategy, and relating of diet consumption and prey availability in peatswamp forest district of Dadahup, Province of Central Kalimantan. Each mounth, research station, and size classes; the stomach contents of Trichogaster leeni on consisted predominantly of periphyton and T. frichopterus, and Rasbom dusonensis were consisted predominantly of phytoplankton. Feeding strategy of three dominant fishes were generalized. Diatoma and Fmgillaria were the dominance in the stomach contents and prey-selectively ingested of T. leerii and T. frichopfeus. Navicula was dominance prey in stomach, but no prey-selectively ingested of R. dusonensis. Size classes-based, the diet of T. leerfi, T. frichopferus, and Rasbom dusonensis were least similar during falling and rising water. Niche breadth no different larger during the falling-water and the rising-water period. Diet overlap between pairs of size classes of T. leerii were high in falling and rising water. Their diet was influenced by changes in the quality and quantity.of food in the waters.

(4)

RINGKASAN

AHMAD ZAHID. Ekologi Trodik Ikan-lkan Dominan (Trichogaster leerii, T. trichopterus, and Rasbora dusonensis) d i Hutan Rawa Gambut Desa Dadahup, Kalimantan Tengah. Dibawah bimbingan M.F. Rahardjo, Sutrisno Sukirnin, dan Lenny S. Syafei

Salah satu daerah yang terkena pengaruh dari kegiatan PLG sejuta hektar adalah Desa Dadahup. Daerah ini berada di daerah aliran Sungai Mangkatip dan di sekitarnya tersebar luas ekosistem hutan rawa gambut. Sebelum kegiatan PLG dirnulai, rawa-rawa gambui Desa Dadahup merupakan daerah produksi ikan dan benih ikan terbesar di Kalimantan Tengah. Namun setelah pelaksanaan kegiatan PLG dirnulai, produksi ikan menjadi menurun dan benih ikan sudah sangat sulit ditemukan di daerah ini. Seperti halnya rawa pada urnumnya, fluktuasi rnuka air di rawa garnbut dipengaruhi oleh sungai yang mengalir di sekitar rawa tersebut. Pada rnusim hujan, tinggi rnuka air sungai akan meningkat, menyebabkan peningkatan rnuka air rawa garnbut. Hal ini berpengaruh kepada peningkatan unsur hara yang masuk bersama limpasan air sungai. Oleh karena itu, sungai memberikan pengaruh terhadap kehidupan organisme di perairan rawa gambut. Selain fluktuasi muka air, vegetasi rawa juga berperan besar dalarn ekosistem rawa gambut. Dalam upaya pengelolaan surnberdaya perikanan diperlukan informasi-inforrnasi biologis mengenai sumberdaya ikan tersebut, yang salah satunya ialah informasi mengenai makanan dan keterkaitan antara ketersediaan organisme rnakanan dengan keberadaan ikan-ikan di hutan rawa gambut. lnformasi biologis tentang ikan-ikan di rawa gambut masih kurang dan terbatas pada inforrnasi mengenai komposisi dan distribusinya

Adanya perubahan fungsi hutan rawa gambut di Kalimantan Tengah rnenjadi lahan pertanian, perkebunan dan pemukirnan rnasyarakat serta pembangunan saluran irigasi mernberikan pengaruh terhadap kualitas dan kuantitas perairan serta surnberdaya hayati (kornunitas ikan dan organisme rnakanan) yang hidup di ekosistem tersebut. Pembukaan lahan dan pernbangunan irigasi menyebabkan air dari rawa akan rnengalir keluar dengan cepat (overdrainage) dan pH 9erairan menjadi semakin menurun (bertambah asam). Selain itu, pembukaan lahan rnenyebabkan vegetasi rawa sebagai penyedia makanan bagi biota perairan (khususnya ikan) juga menjadi berkurang dan seiring dengan itu komunitas ikan akan berkurang. Berkurangnya organisme di ekosistem hutan rawa gambut memengaruhi kualitas dan kuantitas makanan serta pemanfaatannya oleh komunitas ikan. Hal ini akan berpengaruh pada keberadaan ikan di perairan.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan komposisi rnakanan, strategi pola makanan tiga spesies ikan dominan (sepat layang, Trichogaster Ieerii; sepat rawa, T. trichopterus; dan seluang, Rasbora dusonensis) dan mengkaji keterkaitan antara jenis makanan ikan-ikan dominan tersebut dengan ketersediaan jenis makanan di perairan hutan rawa gambut Desa Dadahup rnelalui analisis selektivitas rnakanan, luas dan tumpang tindih relung makanan.

Penelitian dilakukan di hutan rawa gambut Desa Dadahup, Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah (Larnpiran 1) sejak bulan Juli sarnpai dengan Desember 2008. Daerah ini berada di daerah kerja (Blok) A lokasi kegiatan pengembangan lahan gambut (PLG) sejuta hektar dan berada di daerah aliran Sungai Mangkatip. Lokasi pengambilan contoh dibagi menjadi tiga stasiun berdasarkan daerah penyebaran rawa yang terluas dan daerah penangkapan ikan yaitu Rawa Sei Katapi (stasiun I ) , Rawa Sei Kakawang (stasiun 2), dan Rawa Sei Baru (stasiun 3) (Lampiran 1 dan 2). Rawa Sei Katapi merupakan daerah yang telah mengalami kebakaran hutan, ha1 ini menyebabkan penutupan vegetasinya kecil ( ~ r 30%), daerah ini sangat dekat dengan lokasi pemukiman penduduk. Rawa Sei Kakawang rnerupakan daerah dengan penutupan vegetasi

(5)

bobot ikan, kebiasaan makanan, kelirnpahan spesifik organisrne rnakanan, indeks pilihan, dan luas dan tumpang tindih reiung makanan.

(6)

0 Hak Cipta rnilik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang rnengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa rnencanturnkan atau menyebutkan surnbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilrniah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu rnasalah;

dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(7)

EKOLOGI TROFIK IKAN-IKAN DOMINAN

(Trichogaster leerii, T. trichopterus,

dan

Rasbora dusonensis)

Dl HUTAN RAWA GAMBUT DESA DADAHUP

KALIMANTAN TENGAH

AHMAD ZAHlD

TESlS

Sebagai salah satu syarat untuk rnernperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi llrnu Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis : EKOLOGI TROFIK IKAN-IKAN DOMINAN (Trichogasferleerii,

T. frichopferus, dan Rasbora dusonensis) Dl HUTAN RAWA GAMBUT DESA DADAHUP, KALIMANTAN TENGAH

Narna Lengkap : AHMAD ZAHlD

Nomor Pokok : C 151 060 161

Program Studi : ILMU PERAIRAN

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. M.F. Rahardio. DEA Ketua

Ketua Program Studi llmu Perairan

,

,

J

olah Pascasarjana

t

Prof. Dr. Ir. Enang Harris, MS

(9)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa atas kehendak-Nya

sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan. Tesis yang menjadi syarat bagi penulis

untuk memperoleh magister sains ini, disusun dalam lima bagian (bab) isi yaitu bab

pertama berisi pendahuluan yang mengupas mengenai latar belakang, tujuan dan

perumusan masalah dari penelitian; bab kedua berisi tinjauan pustaka yang

merupakan kerangka teoritis dari permasalahan yang diteliti; bab ketiga

memaparkan mengenai daerah penelitian, bahan, alat, dan metode penelitian yang

digunakan; bab keempat berisi hasil penelitian dan pembahasan dari hasil yang

dipemleh; dan bab kelima merupakan kesimpulan dari penelitian dan rnerupakan

jawaban dari tujuan penelitian.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA; Dr. Ir. Sutrisno Sukimin, DEA; dan Dr. Ir. Lenny

S. Syafei, MS atas bimbingan, atas arahan dan sumbangan pemikiran dalam

penyusunan tesis ini; Dr. Ir. M. Ridwan Affandi atas saran yang diberikan dalam

ujian akhir demi kesempumaan tesis ini; Prof. Dr. Ir. Enang Harris, MS selaku Ketua

Program Studi llmu Perairan atas bimbingan selarna penulis menjadi mahasiswa

SPs IPB; Direktur P~asarana Budidaya, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

DKP atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk ikut serta dalam

kegiatan penelitian di Kawasan PLG Kalimantan Tengah melalui PT. Pillar Nugraha

Consultant; Ayahanda Ahmad Satullah, lbunda Raznah Luthfah Hilmie, Kak Zaiem

dan Kak Zahirah atas dukungan, do'a, dan nasehat selama ini; Keluarga Besar

Bapak Lambung O.S. Nyalin dan Bapak Maman, atas bantuan selama penulis

berada di lokasi penelitian; Saudara Charles P.H. Simanjuntak SPi, MSi; Rini "yas"

Susilowati, dan rekan-rekan mahasiswa AIR '06 atas dukungan, kritik, saran dan

nasehat yang diberikan kepada penulis selama ini; dan seluruh pihak yang telah

membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Akhir kata, semoga tesis ini dapat berguna dalam rangka pengelolaan

sumberdaya perikanan dan lingkungan perairan, khususnya pada ekosistem hutan

rawa gambut.

Bogor, Juli 2008

(10)

Penulis dengan nama lengkap Ahmad Zahid dilahirkan di Ujung Pandang pada

tanggal 26 Desember 1982 dari pasangan Ahmad Satullah dan Raznah Luthfah Hilmie.

Pendidikan formai ditempuh dari SD, SMP, dan SMU sejak tahun 1988-2000 di

Makassar. Pendidikan program sajana (SI) diselesaikan pada tahun 2005 di lnstitut

Pertanian Bogor pada Pr~gram Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, dan pada

tahun 2006 melanjutkan studi program magister sains (S2) pada program studi llmu

Perairan dengan bidang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Lingkungan Perairan,

Sekolah Pascasa jana, lnstitut Pertanian Bogor.

Dalarn usaha menyelesaikan studi di Sekolah Pascasa jana, penulis melakukan

penelitian yang pendanaannya mendapat bantuan dari Direktorat Prasarana Budidaya,

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan RI

melalui PT. Pillar Nugraha Consultant dan telah dituiiskan dalam sebuah tesis dengan

judul "Ekologi Trofik ikan-lkan Dominan (Trichogaster leerii,

Z

trichopterus, dan Rasbora dusonensis) di Hutan Rawa Gambut Desa Dadahup, Kalimantan Tengah".

Sebagian hasil penelitian untuk tesis ini telah disarnpaikan pada Forum Nasional

Pemacuan Stok lkan I pada tanggal 10 November 2007 dengan judul Keragaman Ikan-

lkan di Ekosistem Hutan R a m Garnbut Desa Dadahup, Kalimantan Tengah, dan tulisan

tersebut telah dimuat dalam Pmsiding Forum Nasional Pemacuan Stok lkan I. Tulisan

lain terkait dengan tesis ini juga telah disampaikan pada Seminar Nasional lkan V pada

tanggal 3 Juni 2008 dengan judul Variasi Temporal Ragam Makanan lkan Sepat Layang

(Trichogaster leerii, Blkr. 1852) di Hutan R a m Gambut Desa Dadahup, Pmvinsi

Kalimantan Tengah dan akan dimuat pada Jumal lktiologi Indonesia (JII) volume 9

(11)

DAFTAR IS1

...

DAFTAR TABEL

...

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

...

... PENDAHULUAN

...

Latar Belakang

...

Perurnusan Masalah .

.

...

Tujuan dan Manfaat Penelltlan

...

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Hutan Rawa Garnbut ...

Bioekologi lkan

...

DAERAH. BAHAN DAN METODE PENELlTlAN ...

. .

Daerah Penelrtran ... ...

Bahan dan Alat Penelitian . .

Metode Penel~tran

...

Analisis Laboratoriurn

...

...

Analisis Data

HASlL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Lingkungan Perairan

Komposisi Jenis lkan

...

Sebaran Ukuran Pa

Ikan-lkan Dorninan

...

Variasi Temporal

Keterkaitan Antara Jenis Makanan dengan Ketersediaan Jenis Makanan di Perairan

Upaya Pengelolaan S

(12)

DAFTAR TABEL

Judul Halaman

Kisaran nilai pengamatan parameter fisika dan kimia perairan

pada kondisi air suru

...

19

Kisaran nilai pengamatan parameter fisika dan kimia perairan

pada kondisi air nai 19

Jumlah hasil tangkapan, kisaran panjang dan bobot

ikan sepat layang, sepat rawa, dan seluang ... 24

lndeks bagian terbesar jenis makanan ikan sepat layang di hutan rawa gambut Desa Dadahup ... 29

lndeks bagian terbesarjenis makanan ikan sepat layang di hutan rawa gambut berdasarkan ukuran panjang pada kondisi air surut

dan air naik

...

30

lndeks bagian terbesar jenis makanan ikan sepat rawa di hutar:

rawa gambut Desa Dadahup 33

lndeks bagian terbesar jenis makanan ikan sepat rawa di hutan rawa gambut berdasarkan ukuran panjang pada kondisi air surut dan air naik

...

34

lndeks bagian terbesar jenis makanan ikan seluang di hutan

rawa gambut Desa Dadahup 37

lndeks bagian terbesarjenis makanan ikan seluang di hutan rawa gambut berdasarkan ukuran panjang pada kondisi air sumt

dan air naik

.

38

Luas relung makanan ikan sepat layang, sepat rawa, dan seluang setiap bulan

...

41

Luas relung makanan ikan sepat rawa, sepat layang, dan seluang berdasarkan selang kelas panjang pada kondisi air surut

.

.

...

dan a ~ r nark 41

Tingkat kesamaan pemanfaatan sumberdaya makanan ikan sepat layang berdasarkan ukuran panjang pada kondisi air surut

dan kondisi air naik ... 42

Tingkat kesamaan pemanfaatan sumberdaya makanan ikan sepat rawa berdasarkan ukuran panjang pada kondisi air surut

. . . .

dan kondlsl air nalk

...

43

Tingkat kesamaan pemanfaatan sumberdaya makanan ikan seluang berdasarkan ukuran panjang pada kondisi airsurut dan kondisi

.

.

(13)

DAFTAR GAMBAR

[image:13.599.84.511.58.820.2]

Judul Gambar

Diagram alir skema pendekatan rnasalah

...

Plot kelimpahan relatif organisme makanan dengan frekuensi

...

...

kejadian modifikasi Costello

.

.

Fluktuasi ketinggian muka air hutan rawa gambut Desa Dadahup di setiap stasiun dikaitkan dengan tingkat curah hujan

...

Sebaran panjang ikan sepat layang di ekosistem hutan rawa gambut Desa Dadahup

...

Sebaran panjang ikan sepat rawa di ekosisiem hutan rawa garnbut Desa Dadahup

...

Sebaran panjang ikan seluang di ekosistem hutan rawa gambut Desa Dadahup ...

Hubungan panjang bobot ikan sepat layang

...

Hubungan panjang bobot ikan sepat rawa

...

Hubungan panjang bobot ikan seluang ...

Strategi pola makanan ikan sepat layang di tiga stasiun penelitian (a). stasiun 1, (b). stasiun 2, (c). stasiun 3

...

Strategi pola makanan ikan sepat rawa di tiga stasiun penelitian (a). stasiun 1, (b). stasiun 2, (c). stasiun 3

...

Strategi pola makanan ikan seluang di tiga stasiun penelitian (a). stasiun 1, (b). stasiun 2, (c). stasiun 3 ...
(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Larnpiran Judul Halarnan

.

.

1 Peta lokasi penel~t~an

...

55

...

2 Foto lokasi stasiun penelitian dan jenis ikan-ikan dorninan 56

3 Kornposisi jenis ikan yang tertangkap di hutan rawa garnbut Desa Dadahup selarna peneiitian

...

57

...

4 Uji-t terhadap nilai b untuk setiap ikan dorninan 58

5 Pernilihan makanan ikan sepat layang, sepat rawa dan seluang

...

di perairan rawa garnbut Desa Dadahup 59

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Garnbut rnerupakan tanah yang rnengadung bahan organik lebih dari 30%

dan tehentuk dari hasil dekornposisi bahan-bahan organik seperti daun, ranting,

sernak belukar yang berlangsung dalam kecepatan larnbat dan dalarn suasana

anaerob pada daerah cekungan-cekungan di daerah periernbahan, rawa, dan di

daerah antara sungai besar (Wahyunto et a/. 2005; Suryadiputra etal. 2005).

Hutan rawa garnbut rnerupakan ekosistem lahan basah yang terbentuk di

atas tanah gambut dan rnemiliki karakteristik ekosistern yang unik. Ekosistern

rawa garnbut rnerniliki kondisi perairan yang ekstrirn dibandingkan dengan

perairan lainnya yang dicirikan dengan warna perairan hitam, derajat keasaman

(pH) dan konsentrasi oksigen rendah (Ng et a/. 1994; Bearnish et al. 2003). Di

Indonesia, luas hutan rawa garnbut sekitar 20,6 juta ha (52,6% dari luas rawa

garnbut dunia), dan tersebar di pulau Surnatera, Kalirnantan, Sulawesi dan

Papua. Khusus di pulau Kalirnantan, hutan rawa gambut ini tersebar luas di

Provinsi Kalirnantan Tengah (52,18% dari total luas rawa di Kalirnantan atau

14,5% dari total luas rawa di Indonesia) (Wahyunto etal. 2005).

Pada tahun 1995, pemerintah Republik Indonesia rnenetapkan Provinsi

Kalirnantan Tengah sebagai daerah kegiatan pengembangan lahan gambut

(PLG) sejuta hektar. Pelaksanaan kegiatan yang berupa konversi lahan garnbut

rnenjadi lahan pertanian, perkebunan dan permukirnan serta pernbangunan

saluran irigasi pertanian rnernberikan pengaruh besar terhadap ekosistem rawa

gambut. Darnpak yang ditirnbulkan kegiatan ini adalah penurunan kerapatan

vegetasi rawa dan terjadinya kekeringan di lahan gambut akibat aliran keluar air

rawa melalui saluran irigasi pertanian yang tidak terkendali. Hal ini berakibat

pada penurunan fungsi hidrologis dan ekologis rawa garnbut (Boehm dan Siegert

2001; Suryadiputra et al. 2005), dan pada tahun 2007 melalui lnstruksi Presiden

(INPRES) Nomor 2 dilakukan upaya perbaikan berupa pengelolaan dan

pernanfaatan lahan garnbut untuk budidaya (20% dari luas PLG) dan selebihnya

untuk konsewasi.

Salah satu daerah yang terkena pengaruh dari kegiatan PLG sejuta hektar

adalah Desa Dadahup. Daerah ini berada di daerah aliran Sungai Mangkatip dan

di sekitarnya tersebar luas ekosistern hutan rawa garnbut. Sebelurn kegiatan

PLG dirnulai, rawa-rawa gambut Desa Dadahup merupakan daerah produksi ikan

(16)

kegiatan PLG dirnulai, produksi ikan menjadi rnenurun dan benih ikan sudah

sangat sulit diternukan di daerah ini (kornunikasi pribadi). Selanjutnya dinyatakan

pula bahwa ikan betok (Anabas testudineus, Farnili Anabantidae) yang

merupakan salah satu jenis ikan konsurnsi yang paling digernari oleh rnasyarakat

sudah sulit diperoleh pada hasil tangkapan nelayan di Desa Dadahup.

Seperti halnya rawa pada urnurnnya, fluktuasi rnuka air di rawa gambut

dipengaruhi oleh sungai yang mengalir di sekitar rawa tersebut. Pada rnusim

hujan, tinggi rnuka air sungai akan meningkat, menyebabkan peningkatan rnuka

air rawa gambut. Hal ini berpengaruh kepada peningkatan unsur hara yang

rnasuk bersarna lirnpasan air sungai. Oleh karena itu, sungai rnernberikan

pengaruh terhadap kehidupan organisrne di perairan rawa garnbut. Selain

fluktuasi muka air, vegetasi rawa juga berperan besar dalarn ekosistern rawa

gambut. Vegetasi rawa berperan sebagai surnber rnakanan bagi organisme di

perairan, ternpat rneletakkan telur bagi ikan-ikan yang rnernijah di daerah rawa

dan juga sebagai ternpat perlindungan ikan-ikan rnuda (Utorno dan Asyari 1999;

Wardoyo 2006).

Kondisi ekstrirn di hutan rawa garnbut rnenyebabkan keragarnan jenis

organisrne (khususnya ikan) yang hidup di dalarn perairan rnenjadi sedikit.

Beberapa jenis ikan yang dapat hidup di perairan ini yaitu ikan dari farnili

Belontiidae, Anabantidae, Ophiocephalidae, Bagridae dan Siluridae. Selain

kornposisi jenis .ikan, kondisi perairan ini juga rnernengaruhi ketersediaan

rnakanan bagi ikan. Keberadaan vegetasi di rawa garnbut rnenjadi faktor penting

terhadap ketersediaan makanan di perairan. Ketersediaan organisrne rnakanan

di perairan rnernberikan pengaruh terhadap pernanfaatan surnberdaya rnakanan

dan juga berpengaruh pada keberadaan ikan-ikan di perairan (Kornatsu et a/.

2000).

Dalarn upaya pengelolaan surnberdaya perikanan diperlukan inforrnasi-

inforrnasi biologis rnengenai surnberdaya ikan tersebut, yang salah satunya ialah

inforrnasi rnengenai rnakanan dan keterkaitan antara ketersediaan organisrne

rnakanan dengan keberadaan ikan-ikan di hutan rawa garnbut. lnforrnasi biologis

tentang ikan-ikan di rawa garnbut rnasih kurang dan terbatas pada inforrnasi

rnengenai kornposisi dan distribusinya (Roberts 1989; Kottelat ef a/. 1993; Nelson

(17)

Perurnusan Masalah

Adanya perubahan fungsi hutan rawa gambut di Kalimantan Tengah

berupa pembukaan lahan untuk pertanian, perkebunan dan pemukiman

masyarakat serta pembangunan saluran irigasi memberikan pengaruh terhadap

kualitas dan kuantitas perairan serta sumberdaya hayati (komunitas ikan dan

organisme makanan) yang hidup di ekosistex tersebut. Pembukaan lahan

menyebabkan vegetasi rawa sebagai penyedia makanan bagi biota perairan

(khususnya ikan) juga menjadi berkurang dan seiring dengan itu komunitas ikan

akan berkurang.

Selain pennasalahan di atas, vegetasi; hidromorfometrik rawa; kualitas air;

plankton; dan perifiton secara variasi temporal akan memengaruhi kualitas

habitat pada kondisi tinggi air yang berbeda. Selain itu, kondis~ siap tumbuh ikan

sangat ditentukan oleh keberadaan plankton dan perifiton (sebagai makanan

bagi ikan), serta komunitas ikan di perairan. Keberadaan beberapa jenis ikan

dominan di perairan tidak terlepas dari kesuksesan strategi adaptasi yang

dilakukan oleh kelompok ikan tersebut. Pada kondisi kualitas habitat yang

berbeda terkait dengan tinggi muka air, akan memengaruhi tingkat pernanfaatan

makanan oleh komunitas ikan yang pada akhimya akan memengaruhi

keberadaan dan pertumbuhan ikan di perairan. Untuk lebih jelasnya, analisis

komponen dari kerangka pendekatan masalah tersebut dapat dilihat pada

Gambar 1.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan komposisi makanan, strategi

pola makanan tiga spesies ikan dominan (sepat layang, Trichogasfer leerii; sepat

rawa, T. trichopterus; dan seluang, Rasbora dusonensis) dan mengkaji

keterkaitan antara jenis makanan ikan-ikan dominan tersebut dengan

ketersediaan jenis makanan di perairan hutan rawa gambut Desa Dadahup

(18)

1 I

Vegetasi Kualitas habitat (Kualitas I

air. plankton & perifiton)

-

I

pada waktu air sunct I

(Juli

-

Oktober) I

Hidromorfometrik

Keberadaan & Pertumbuhan

ikan

Kualitas air

.- ~

Plankton dan

Perifiton

-

Jenis ikan dominan

-

L

- - -

- - -

Kekradaan &

Periurnbuhan

I I

Kualilas habitat (Kualitas I

air. plankton & perifiton)

pads waktu air naik I I

(November

-

Desember) I [image:18.842.107.707.86.493.2]

I

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Hutan Rawa Gambut

Tanah gambut terbentuk melalui proses paludisasi yang disebabkan oleh

akumulasi bahan organik pada daerah perairan tergenang, sehingga terjadi

kondisi an-aerob yang memungkinkan terjadinya akumulasi sepanjang waktu. Tanah gambut selaiu terbentuk di tempat yang kondisinya jenuh air atau tergenang, rnisalnya cekungan-cekungan di daerah perlembahan, rawa, dan di

daerah antara sungai besar (Wahyunto ef a\. 2005).

Selanjutnya Wahyunto et a/. (2005) menyatakan bahwa lahan gambut mernegang peranan penting dalam sistem hidrologi lahan rawa. Salah satu sifat gambut yang berperan dalam sistem hidrologi adalah kemampuan gambut

rnenahan air yang dimilikinya. Gambut memiliki kemampuan menahan air hingga

300

-

800% dari bobotnya. Selain kernampuan tersebut, gambut juga

mempunyai kemampuan lepas air yang juga besar. Terkait dengan ha1 tersebut,

rnaka keberadaan lahan gambut sangat penting untuk dipertahankan sebagai daerah konservasi air.

Seperti rawa pada umumnya, rawa gambut banyak ditumbuhi oleh berbagai

jenis vegetasi yang telah teradaptasi dengan tingkungan jenuh air. Selain itu, rawa gambut yang terbentuk di atas tanah gambut memiliki karakteristik ekosistem yang unik berupa wama perairan hitam (ekosistem air hitarn), derajat keasaman (pH) relatif rendah, dan konsentrasi oksigen terlarut rendah. Rawa garnbut di Selangor Utara, Malaysia memiliki karakteristik berupa wama perairan hitam, pH dan konsentrasi oksigen terlarut rendah (Beamish ef a/. 2003). Hal

yang sama juga ditemukan di Rawa Berengbengkel, Kalimantan Tengah b e ~ p a wama perairan coklat tua yang diduga disebabkan oleh koloid asam humus yang tersuspensi dan pH perairan yang relatif rendah (2.8

-

3,3) yang juga dipengaruhi oleh asam humus (Sulistiyarto 1998).

Pada tahun 1995, pemerintah Republik Indonesia menetapkan Provinsi

Kalimantan Tengah sebagai lokasi kegiatan pengembangan lahan gambut

sejuta hektar (PLG). Lokasi pengembangan dibagi menjadi lima daerah kerja (blok) yaitu blok A, B, C, D dan E. Kegiatan pengembangan meliputi konversi lahan rawa menjadi lahan pertanian, perkebunan dan pemukiman penduduk serta pembangunan saluran irigasi pertanian.

Kegiatan ini memberikan dampak terhadap penurunan kualitas dan kualitas

(20)

garnbut. Konversi lahan gambut menjadi lahan pertanian, perkebunan dan

perrnukiman telah rnenyebabkan berkurangnya luas vegetasi hutan rawa yang

secara ekologis berfungsi sebagai habitat bagi ikan-ikan dan rnerupakan sumber

rnakanan bagi ikan. Selain itu, pembangunan saluran irigasi menyebabkan

peningkatan aliran air gambut rnenuju ekosistern perairan sekitamya rnemberikan

darnpak negati kepada kehidupan organisrne perairan (Banas dan Gos 2004).

Pelaksanaan kegiatan PLG juga menyebabkan penurunan pH perairan secara

drastis yang rnenyebabkan terjadinya kernatian terhadap ikan-ikan di sungai

dekat lokasi penggalian saluran irigasi (Wardoyo 2006).

Bioekologi ikan

Kornunitas lkan

Keberadaan kornunitas ikan sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

perairan sebagai ternpat hidupnya dalam skala ruang dan waktu. Komposisi

kornunitas ikan di perairan sangat tergantung pada faktor abiotik dan biotik

lingkungannya (Vdootton 1998; Moyle dan Cech 2004).

Faktor abiotik yang rnemengaruhi keberadaan komunitas ikan di suatu

perairan yaitu fluktuasi tinggi rnuka air. Siklus banjir tahunan menunjukkan

fluktuasi rnusirnan penukaan air dan rnerupakan karakteristik ekosistem

perairan di sekitar daerah aliran sungai (Junk, Bayley dan Sparks 1989 in Pouilly dan Rodriguez 2004). Ketika memasuki rnusirn hujan, ketinggian air rnulai

rneningkat dan peningkatan ini dimanfaatkan ikan-ikan untuk rnelakukan ruaya

pernijahan dan mencari rnakanan. Setelah sekian waktu terendam, air akan surut

seiring dengan pergantian rnusirn hujan ke rnusirn kernarau. Penurunan tinggi

rnuka air dirnanfaatkan ikan-ikan peruaya kernbali ke habitatnya. Keberadaan

ikan baik jumlah spesies rnaupun jurnlah individu akan rneningkat pada saat

terjadinya penggenangan. Kornatsu ef a/. (2000) mengatakan bahwa terjadi

peningkatan jurnlah jenis dan individu ikan-ikan di Danau Tundai pada saat tinggi

muka air rneningkat.

Faktor abiotik yang rnencirikan ekosistern hutan rawa garnbut pH dan

kandungan oksigen terlarut. Pada umurnnya perairan di Kalimantan Tengah

rnemiliki nilai pH yang rendah (asarn) yang diakibatkan oleh sedirnen atau tanah

yang banyak mengandung humus. Pada rawa gambut pH dapat berkisar antara

2,O

-

5,5. Rendahnya nilai pH perairan rawa garnbut disebabkan oleh keberadaan
(21)

vegetasi air yang melimpah akan menyebabkan timbunan bahan organik di dasar

perairan. Nilai pH yang rendah juga dinyatakan oleh Beamish etal. (2003) bahwa

pH rawa gambut di Selangor Utara berkisar antara 3,3

-

53.

Selain nilai pH yang rendah, kandungan oksigen terlarut juga rendah. Hal

ini terjadi pada rawa gambut di Selangor Utara yang memiliki kandungan oksigen

berkisar antara 1,9

-

6,l mgll (Beamish etal. 2003). Kandungan oksigen yang

rendah dipengaruhi oleh laju dekomposisi bahan organik yang terakumulasi di

dasar rawa. Pada kondisi ini, ikan sangat jarang ditemukan kecuali ikan-ikan

yang mampu bertahan hidup pada kondisi ekstrim. lkan dan organisme lainnya

memiliki pola adaptasi yang memungkinkan memanfaatkan daerah rawa sebagai

tempat hidupnya (Feyrer et a/. 2006). Selanjutnya Moyle dan Cech (2004)

menyatakan bahwa ikan-ikan yang masih dapat bertahan hidup di lingkungan

perairan yang konsentrasi oksigen terlarutnya rendah dilengkapi dengan alat

pernafasan tambahan berupa labirin dan arboresen.

Selain faktor abiotik, faktor biotik yang memengaruhi keberadaan komunitas

ikan adalah hubungan pemangsaan dan kompetisi (Wootton 1998). Kompetisi

antar jenis ikan terjadi ketika salah satu organisrne menggunakan sumberdaya

yang sama dan jumlahnya terbatas. Krebs (1994) menyatakan bahwa jika terjadi

suatu tekanan dalam lingkungan perairan, maka kekayaan jenis organisme yang

ada relatif rendah dan didominasi oleh jenis tertentu.

Keberadaan ikan di perairan menunjukkan pola distribusi spasial dan

temporal yang berhubungan dengan keberadaan tanaman air, suhu air, oksigen

terlarut, kompetisi dan pemangsaan (Winemiller et a/. 2000; Keast 1978 in Araujo

dan Santos 2001; Pouilly dan Rodriguez 2004). Distribusi temporal terkait

dengan distribusi ikan berdasarkan waktu. Pada musim yang berbeda distribusi

ikan juga akan memiliki pola yang berbeda di dalam perairan. Distribusi spasial

terkait dengan distribusi ikan pada habitatnya sebagai tempat hidup. Pada

perairan tergenang ikan-ikan akan terdistribusi pada daerah litoral, limnetik dan

dasar (dekat dasar) perairan.

Makanan dan Kebiasaan Makanan

Makanan mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan organisrne dan

merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan luas persebaran suatu

spesies. Besarnya populasi ikan di perairan antara lain ditentukan oleh makanan

yang tersedia baik kuantitas maupun kualitasnya. Makanan memengaruhi

(22)

Kebiasaan rnakanan ikan sangat bergantung kepada faktor lingkungan perairan sebagai ternpat hidupnya. Ketersediaan makanan rnerupakan

kornponen utama dalam menentukan kualitas habitat dan merupakan faktor penting yang berpengaruh dalarn distribusi ikan di perairan (Hinz et a/. 2005).

lkan akan cenderung rnencari makanan ke daerah yang kaya akan surnberdaya

rnakanan.

Banyak spesies ikan yang dapat rnenyesuaikan diri dengan penediaan makanan dalarn perairan sehubungan dengan rnusim yang berlaku. Balik et a/.

(2006) menyatakan bahwzi terdapat perbedaan kuantitas dan kualitas rnakanan

pada ikan Sander lucioperca di Danau Egirdir, Turki pada dua rnusirn yang berbeda. Dalam suatu daerah geografis yang luas untuk satu spesies ikan yang hidup terpisah dapat terjadi perbedaan kebiasaan makanannya. Hal ini terjadi pada ikan Cheimdon interuptus di aliran-aliran sungai kecil yang lebih banyak mernanfaatkan larva chironornid dibandingkan dengan spesies yang sarna yang

hidup di kolarn yang lebih banyak rnernanfaatkan jenis plankton sebagai rnakanannya (Escalante dan Menni 1999).

Plankton dan perifiton m e ~ p a k a n makanan alami ikan yang perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan. Adanya penyebaran

organisrne rnakanan yang tidak merata dapat rnemengamhi keberadaan ikan di perairan. Setiap jenis ikan beradaptasi untuk mendapatkan makanan tertentu dalarn ha1 ini mengadaptasikan alat sensorinya untuk mendapatkan rnakanan, misalnya rongga rnulut diadaptasikan terhadap ukuran rnakanan dan saluran

pencernaan diadapfasikan terhadap proses pencernaan rnakanan (Karpouzi dan Stergiou 2003).

Kelirnpahan organisme rnakanan ikan yang ada di suatu perairan selalu berfluktuasi disebabkan oleh daur hidup, iklim, kondisi lingkungan dan jenis

rnakanan yang dirnakan. Kebiasaan rnakanan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor penting antara lain habitat hidupnya, kesukaannya terhadap jenis rnakanan tertentu, ukuran dan urnur ikan. Perubahan lingkungan suatu perairan yang rnenyebabkan perubahan persediaan makanan clan selanjutnya akan merubah

kebiasaan rnakanan ikan. Albrecht dan Caramaschi (2003) rnenyatakan bahwa makanan Leporinus fseniofasciatus mengalami perubahan terkait dengan

(23)

Ketersediaan organisme makanan dalam jumlah terbatas akan mengurangi keberadaan populasi ikan di perairan (Gerking 1994). lkan Orechrumis nilofiws

di Danau Chamo, Ethiopia termasuk dalam golongan fitoplanktivora yang perkembangannya sangat pesat karena didukung oleh ketersediaan fitoplankton

sebagai rnakanannya (Teferi ef a/. 2001). Jumlah dan laju pemangsaan ikan trout

di Danau Oulujarvi rnengalami peningkatan dengan bertambahnya mangsa di perairan (Hyvarinen dan Huusko 2006)

Luas relung makanan menggambarkan sejumlah sumberdaya makanan yang ada dan dimanfaatkan oleh suatu jenis organisme. Luas relung makanan

mencerminkan adanya selektifitas kelompok ikan antar spesies maupun antar individu dalam satu spesies yang sama terhadap sumberdaya makanan tertentu

(Pianka 1981). Ikan-ikan yang memiliki luas relung makanan yang besar berarti ikan tersebut mampu memanfaatkan sumberdaya makanan yang tersedia dalam jurnlah yang besar. Sebaliknya, jika luas relung rnakanannya sempit maka hanya

sedikit sumberdaya makanan yang mampu dimanfaatkan oleh kelompok ikan. Luas relung makanan berbeda menurut ukuran ikan. Semakin besar ukuran ikan, rnaka ikan akan merubah makanannya dan pada perkembangannya

komunitas ikan tersebut dapat mempunyai relung makanan yang lebih luas atau lebih sempit. Krumme ef a/. (2005) menyatakan bahwa ikan Re~ngraulis atherinoides ukuran kecil rnemanfaatkan sumberdaya makanan yang lebih

beragam (kopepoda, kepiting dan amfipoda), sedangkan pada ukuran besar ikan

ini hanya memanfaatkan jenis Natantia dan Teleostei.

lkan yang mempunyai luas relung makanan yang besar menunjukkan keberhasilan keberadaannya di dalam perairan, karena ikan tersebut mempunyai peran besar dalam memanfaatkan makanan yang tersedia, dan mempunyai

kernampuan yang baik dalam menyesuaikan diri terhadap fluktuasi ketersediaan makanan. Pemilihan terhadap jenis makanan terjadi pada lingkungan perairan yarng mempunyai persediaan makanan melimpah dan atau ikan dewasa yang selektif dalarn memilih makanan. Pemilihan makanan terlihat pada ikan Salmo

fmtta

di Danau Oulujarvi, Finldania, pada ikan ukuran kecil (40-99 mm)

melakukan pemilihan terhadap makanannya. Hal yang berbeda terjadi pada ikan

ukuran besar (100

- 159 mm) yang tidak melakukan pemilihan makanan

(Hyvarinen dan Huusko 2006).

Menurut Colwell dan Futuyma (1971), tumpang tindih relung makanan

(24)

spesies atau lebih. Dengan kata lain bahwa tumpang tindih relung makanan adalah daerah relung yang dihuni oleh dua penghuni relung atau lebih.

(25)

DAERAH, BAHAN, DAN METODE PENELlTlAN

Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di hutan rawa garnbut Desa Dadahup, Kecarnatan

Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah (Lampiran 1)

sejak bulan Juli sarnpai dengan Desernber 2008. Daerah ini berada di daerah

kerja (Blok) A lokasi kegiatan pengernbangan lahan garnbut (PLG) sejuta hektar

dan berada di daerah aliran Sungai Mangkatip.

Lokasi pengarnbilan contoh dibagi rnenjadi tiga stasiun berdasarkan daerah

penyebaran rawa yang terluas dan daerah penangkapan ikan yaitu Rawa Sei

Katapi (stasiun I ) , Rawa Sei Kakawang (stasiun 2), dan Rawa Sei Baru (stasiun

3) (Lampiran 1 dan 2). Rawa Sei Katapi merupakan daerah yang telah

rnengalarni kebakaran hutan, ha1 ini menyebabkan penutupan vegetasinya kecil

(+ 30%), daerah ini sangat dekat dengan lokasi pernukirnan penduduk. Rawa Sei

Kakawang merupakan daerah dengan penutupan vegetasi

+

60%, dan sebagian

lahannya telah mengalami kebakaran. Rawa Sei Baru merupakan hutan rawa

yang penutupan vegetasinya tinggi (2 80%), di areal ini terdapat beberapa kolarn

(beje).

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Objek penelitian meliputi ikan-ikan yang dominan tertangkap di perairan

selarna penelitian, plankton, perifiton dan beberapa parameter fisik dan kirnia

perairan. Bahan yang digunakan yaitu formalin 10% dan 4% serta alkohol 70% untuk rnengawetkan ikan, saluran pencemaan; lugol untuk mengawetkan contoh

plankton dan perifiton; dan bahan-bahan untuk analisis kualitas air.

AIat

Alat yang digunakan adalah alat tangkap yang umum digunakan di lokasi

penelitian seperti serok, pancing, tempirai, selembau (panjang 20 meter, lebar

1,5 meter, tinggi 3 meter, ukuran rnata jaring 1 inu), kalang (perangkap) (panjang 2 meter, lebar 1 meter, tinggi 1 meter), dan rawai (panjang 15 meter dan tinggi 2

meter, ukuran mata jaring 1,5 inci); jaring plankton no. 25 (ukuran rnata jaring

0,064 prn); terrnorneter; tongkat skala; keping Seccht alat titrasi; pH digital;

rnikroskop; Sedgwick Rafter cell Counting; alat bedah; penggaris dengan

(26)

Metode Penelitian

Metode Penqambilan Contoh

a. Parameter Fisika dan Kirnia Perairan

Data kualitas air diperoleh dari setiap stasiun penelitian. Analisis parameter

fisik dan kirnia perairan diperiukan sebagai data pendukung penelitian.

Parameter fisika-kjmia perairan yang diukur yaitu suhu dengan menggunakan

terrnometer, kedalaman dengan tongkat skala, kecerahan dengan keping Secchi,

warna perairan secara visual, oksigen terlarut dengan DO meter, dan pH dengan

pH meter.

b. Plankton

Plankton diarnbil dengan menyaring air sebanyak 100 liter air dengan

menggunakan jaring plankton. Contoh air diarnbil secara kornposit pada

kedalarnan tertentu berdasarkan kedalarnan cakram Secchi Contoh plankton

ditampung dalarn botol contoh 10 ml dan diawetkan dengan rnenggunakan

larutan lugol 1 % sebanyak 3-4 tetes.

c. Perifiton

Perifiton diambil dari bagian turnbuhan yang tergenangi air yang rneliputi

daun, batang, dan akar. Contoh perifiton diambil pada setiap bagian dengan

luasan 4 cm2, kemudian dirnasukkan ke daiam botol contoh 10 ml dan dilarutkan dengan rnenggunakan aquades. Contoh perifiton yang telah dilarutkan kernudian

diawetkan dengan menggunakan lugolI% sebanyak 3-4 tetes.

d. lkan

Penangkapan ikan dilakukan dengan menggunakan serok, pancing,

ternpirai, selembau, kalang (perangkap), dan rawai. Alat tangkap selernbau dan

rawai dipasang pada sore hari (17.00 WIB) dan diangkat pada pagi hari (07.00

WIB). Alat tangkap ternpirai dan kalang dipasang selarna dua hari dua rnalarn,

serok dan pancing dioperasikan saat penangkapan ikan di rawa. lkan contoh

yang tertangkap kemudian dipisahkan menurut daerah penangkapannya dan

dirnasukkan dalam wadah tertutup yang berisi larutan formalin 10%.

Analisis Laboratorium

Analisis laboratorium yang dilakukan di Laboratorium Bio Makro I, rneliputi

identiikasi plankton dan perifiton, pengukuran panjang total, penimbangan bobot

ikan, dan analisis isi saluran pencernaan ikan. ldentifikasi plankton dan perifiton

(27)

diteteskan pada Sedgwick Rafler cell Counting sampai penuh (1 ml), kemudian

diamati dan dicacah semua jenis dan jumlah plankton dan perifiton yang

ditemukan. ldentifikasi plankton yang terdapat di perairan menggunakan buku

identifikasi plankton oleh Davis (1955), Needham dan Needham (1962), dan

Mizuno (1979), sedangkan identifikasi perifiton dilakukan berdasarkan Needham

dan Needham (1962), Prescott (1970), dan Pennak (1978).

Kelimpahan plankton di perairan dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut (APHA 1989):

Keterangan:

K = Kelimpahan plankton (indlml)

C = Jumlah individu plankton yang tercacah (ind) At = Luas Sedgwick Rafter cell Counting (mm2) A, = Luas strip pengamatan (mm2)

S = Jumlah strip yang diamati

V

=

Volume air contoh pada Sedgwick Rafter cell Counting (ml)

Kepadatan perifiton di perairan dianaiisis dengan menggunakan rumus sebagai

berikut (APHA 1989):

Keterangan:

K = Kepadatan perifiton (ind/mm2) N = Jumlah perifiton yang tercacah (ml)

At = Luas Sedgwick Rafler cell Counting (mm2) V, = Volume air contoh (ml)

A, = Luas area yang tercacah (mm2)

V, = Volume air contoh pada Sedgwick Rafler cell Counting (ml) A, = Luas permukaan substrat (mrn2)

lkan yang telah diawetkan di dalam larutan formalin lo%, dipindahkan ke

dalam larutan alkohol 70%, lalu ikan-ikan contoh tersebut diidentifikasi jenisnya

/

dengan menggunakan buku Weber dan de Beaufort (1913, 1916, dan 1922),

Roberts (1989), Kottelat et al. (1993), dan Nelson (1994). Selanjutnya dilakukan

pengukuran panjang total ikan dengan menggunakan penggaris dan bobot ikan

ditimbang dengan rneggunakan timbangan digital. Panjang total diukur dari ujung

(28)

bobotnya, ikan dibedah dengan menggunakan gunting bedah lalu saluran

pencemaan ikan diambil dan diawetkan di dalam formalin 4%. Penentuan jenis

kelamin ikan dilakukan dengan rnengamati morfologi gonadnya.

Analisis organisme makanan dilakukan di laboratorium dengan mengamati

keseluruhan jenis organisme makanan yang terdapat dalam saluran pencemaan

ikan yang dominan tertangkap selama penelitian. ldentifikasi jenis organisme

makanan menggunakan buku identifikasi plankton dan perifiton.

Analisis Data

a. Komposisi jenis ikan

Komposisi jenis ikan digunakan untuk melihat dominansi komposisi ikan

yang tertangkap dan dihitung dengan menggunakan rumus (Brower dan Zar

1977):

Keterangan:

K,

=

Kelimpahan relatif (%)

Ni = Jumlah total individu ke-i (ekor) N = Jumlah semua individu (ekor)

b. Hubungan Panjang-Berat

Hubungan panjang-berat ikan mengikuti bentuk rumus yang dikemukakan

oleh Ricker (1970):

W = a L b

Keterangan :

W

=

Bobot ikan (gram) L = Panjang total ikan (mrn) a dan b konstanta

Nilai b digunakan untuk menduga pola pertumbuhan kedua parameter

yang dianalisis, dengan hipotesis:

1. Nilai b = 3 menunjukkan pola pertumbuhan isomefrik

2. Nilai b # 3 menunjukkan pola perturnbuhan allometnk

jika b > 3

=

allometrik positif (pertumbuhan bobot lebih cepat)
(29)

Penentuan pola perturnbuhan dilakukan dengan rnenggunakan uji-t

terhadap nilai b. Keeratan hubungan antara panjang dan bobot ikan ditunjukkan

dengan koefisien korelasi (r) yang diperoleh. Nilai r rnendekati satu rnenunjukkan

hubungan antara kedua peubah tersebut kuat dan terdapat korelasi yang tinggi,

akan tetapi apabila nilai r rnendekati nol, rnaka hubungan keduanya sangat

lemah atau harnpir tidak ada (Walpole 1992).

c. Kebiasaan Makanan

Kebiasaan rnakanan dianalisis dengan rnenggunakan indeks bagian

terbesar (Index of Prepondemnce, IP), yang rne~pakan kornbinasi rnetode

frekuensi kejadian dengan rnetode volurnetrik (Natarajan dan Jhingran 1961).

lndeks bagian terbesar dimmuskan sebagai herikut:

Keterangan:

IPi = lndeks bagian terbesar organisrne makanan ke-i Vi = Persentase volume makanan ke-i

Oi = Persentase frekuensi kejadian makanan ke-i

d. Kelirnpahan spesifik organisrne rnakanan

Kelirnpahan spesifik organisrne rnakanan dihitung dengan rnenggunakan

rnetode Costello yang dirnodifikasi Arnundsen eta/. (1996) in Hinz et a/. (2005):

Keterangan:

Pi = Kelimpahan spesifik organisrne rnakanan Si = Isi lambung yang berisi organisrne rnakanan ke-i Sti = Total isi larnbung yang berisi organisrne rnakanan ke-i

Kelimpahan spesifik organisrne makanan diplotkan dengan persentase

frekuensi kejadian, hasilnya digunakan untuk mengetahui strategi pola rnakanan

(30)

Gambar 2 Plot kelimpahan spesifik organisme makanan dengan frekuensi kejadian modifikasi Costello (Hinz e i a/. 2005)

e. lndeks Pilihan Makanan

lndeks pilihan dihitung untuk mengetahui pemilihan makanan yang tersedia

di perairan oleh ikan. Pernilihan jenis organisme makanan oleh ikan dinyatakan oleh lvlev (1961) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Ei = lndeksi pilihan organisme makanan ke-i

ri = Jumlah relatif organisme makanan ke-i di dalam saluran pencemaan pi = Jumlah relatif organisme makanan ke-i di perairan

Nilai indeks pilihan rnakanan berkisar antara 1 sampai dengan -1. Nilai Ei

mendekati 1 mengandung arti bahwa ikan melakukan pemilihan terhadap jenis organisme tersebut, sedangkan nilai Ei mendekati -1 berarti bahwa ikan tidak memilih jenis organisme tersebut

f. Luas dan Tumpang Tindih Relung Makanan

Luas relung dihitung menggunakan formula indeks Levin's yang teiah

[image:30.605.184.434.84.301.2]
(31)

Keterangan:

BA = lndeks luas relung Levin's yang distdanarkan . -

pij = Poporsi makanan-ke-j yang dimanfaatkan oleh ikan ke-i n = Jumlah total jenis makanan yang dimanfaatkan

Nlai indeks ini antara 0-1, nilai indeks yang kecil (mendekati 0 )

mengindikasikan bahwa ikan hanya memanfaatkan satu atau sangat sedikit jenis

makanan, sebaliknya jika nilai indeks besar (rnendekati 1) mengindikasikan

bahwa ikan memanfaatakan banyak jenis makanan.

Tumpang tindih relung makanan diukur menggunakan indeks Morisita yang

telah disederhanakan oleh Horn (Krebs 1989):

Keterangan:

Cik = lndeks Morisita-Horn dari kelompok ikan ke-i dan ke-k

D

=

Pro~orsi makanan ke-i yann dimanfaatkan oleh kelompok ikan ke-i

. 9

.-

-

phj = ~ r o ~ o r s i makanan ke-j yang dimanfaatkan oleh kelompok ikan ke-k

Nilai tumpang tindih relung berkisar antara 0-1. Jika mendekati no1 maka

tingkat kesamaan makanan kecil dan jika mendekati satu maka terdapat

(32)

HASlL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Lingkungan Perairan

Pengarnatan terhadap kondisi lingkungan perairan di setiap stasiun penelitian

dilakukan dengan mengukur beberapa parameter fisika (suhu, kedalaman,

kecerahan, dan warna perairan), parameter kimia (oksigen terlarut dan pH air), dan

parameter biologi (keiirnpahan plankton dan kepadatan perifiton). Hasil pengukuran

parameter fisika dan kirnia perairan disajikan pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1 Kisaran nilai pengamatan parameter fisika dan kirnia perairan pada kondisi air surut (Juli-Oktober)

Stasiun Pengamatan

Parameter Satuan

St. 1 St. 2 St. 3

Parameter Fisika

1. S U ~ U OC 29.30

-

30,30 28,40

-

29.40 27,20

-

28.20

2. Kedalaman m 1,74-4,15 2,28

-

4,20 2,530

-

4,40

3. Kecerahan m 030

-

0,94 0,63

-

0.72 0,65

-

0.86

4. Wama Perairan

-

~ o k l a t tua*' ~oklat tua*' ~ o k l a t tua" Parameter Kimia

1. Oksigen terlarut m911 2,lO

-

2,70 2,30

-

2,80 2,30

-

3,OO

2. pH unit 3,80

-

4,30 3,80

-

4.30 3.80

-

4,60

'

warna seperti teh

Tabel 2 Kisaran nilai pengamatan parameter fisika dan kirnia perairan pada kondisi air naik (November-Desernber)

Parameter Satuan Stasiun Pengamatan

St. I St. 2 St. 3

Parameter Fisika

1. Suhu OC 28,40

-

28,60 27,80

-

28,OO 26.90

-

27,OO 2. Kedalaman m 350

-

5,43 4,40

-

5,87 4.20

-

6,20 3. Kecerahan m 0,75

-

0,94 0,72

-

0,80 0,78

-

0,89 4. Wama Perairan Coklat tua*' Coklat tua" Coklat tua" Parameter Kimia

1. Oksigen terlarut mgll 3,OO

-

3,20 2,80

-

3,OO 2,90

-

3,lO

2. pH unit 4,40

-

4,530 4,20

-

4,50 4,lO

-

4,60

) warna seperti teh

Selarna penelitian, kisaran suhu perairan hutan rawa gambut Desa Dadahup

berkisar antara 26,9

-

30,3 OC. Hasil pengamatan rnenunjukkan bahwa tejadinya

perubahan suhu terutama terkait dengan perubahan rnusim di daerah peneiitian.

[image:32.599.103.516.261.428.2] [image:32.599.96.502.476.648.2]
(33)

yang rendah, sedangkan November dan Desember merupakan awal musim

penghujan yang ditandai dengan curah hujan yang tinggi (Gambar 3). Hal yang

sama disampaikan oleh Gasim et a/. (2007) bahwa kisaran suhu di hutan rawa

gambut Sungai Bebar, Pahang berkisar 26,2

-

28,9 "C. Hasil pengamatan juga

menunjukkan adanya perbedaan suhu antar ketiga stasiun penelitian, pada stasiun

3 cenderung memiliki suhu lebih rendah dibandingkan dua stasiun lainnya. Hal ini

diduga adanya pengaruh penutupan vegetasi yang menghambat penetrasi cahaya

rnatahari langsung ke permukaan air, sehingga suhu perairan menjadi lebih dingin.

Kondisi ini juga ditemukan di Danau Takapan di Kalimantan Tengah, besarnya

persentase penutupan vegetasi di sekitar perairan menyebabkan suhu perairan

lebih rendah dibandingkan dengan perairan dengan persentase penutupan vegetasi

yang kecii (Hartoto 2000).

Rawa gambut Desa Dadahup berada di tepi Sungai Mangkatip sehingga

ketinggian permukaan air rawa gambut sangat dipengaruhi oleh ketinggian

permukaan air sungai. Kondisi ini menyebabkan kedalarnan perairan rawa gambut

sangat berfluktuasi akibat fluktuasi musiman dari kenaikan permukaan air sungai.

Hal ini secara nyata terlihat pada ketinggian air rawa gambut setiap bulan. Bulan

Juli sampai dengan Oktober ketinggian permukaan air menurun dan bulan

November dan Desember ketinggian muka air mulai meningkat lagi. Argumentasi ini

diperkuat dengan curah hujan rendah pada bulan Juli

-

Oktober dan meningkat

pada bulan November

-

Desember. Perubahan tinggi penukaan air rawa setiap

bulan disajikan pada Gambar 3. Kenaikan muka air rawa akibat tingginya curah

hujan menyebabkan wilayah perairan menjadi semakin luas clan kondisi ini

dimanfaatkan oleh ikan untuk ruaya lateral ke daerah rawa akibatnya kelimpahan

ikan di rawa-rawa menjadi besar. Sejalan dengan ha1 tersebut, ikan-ikan di sungai-

sungai di Mediterania rnerniliki kekayaan spesies dan kelimpahan ikan yang besar

pada saat curah hujan tinggi di wilayah tersebut (Mesquita eta/. 2006).

Kecerahan perairan di hutan rawa gambut Desa Dadahup sangat rendah, ha1

ini diduga karena adanya koloid asam gambut yang mengakibatkan wama air coklat

tua (seperti teh). Selain itu, adanya pengaruh dari air hujan yang menggerus

penukaan tanah (partikel tanah) dan membawanya bersarna aliran permukaan ke

dalarn perairan berakibat pada tingkat kekeruhan perairan menjadi tinggi,

sebaliknya kecerahan rendah.

Kandungan oksigen di perairan hutan rawa gambut sangat rendah, ha1 ini

(34)

organik yang berasal dari guguran vegetasi hutan (allochfhonous natural debris) dan juga suplai oksigen yang terbatas dari udara. Hal ini sesuai yang dinyatakan

Awalina dan Hartoto (2000), bahwa rendahnya konsentrasi oksigen terlarut di

danau-danau tapal kuda di Kalimantan Tengah dipengaruhi oleh laju konsumsi

oksigen yang tinggi untuk proses dekomposisi dan juga suplai oksigen dan udara yang terbatas. Kandungan oksigen yang rendah dapat menyebabkan kematian pada ikan di perairan sebagaimana dilaporkan oleh Townsend dan Edwards (2003)

yang melakukan penelitian di rawa banjiran Sungai Mary. Namun beberapa jenis ikan masih mampu bertahan hidup pada kondisi oksigen rendah dengan melakukan adaptasi terhadap kondisi tersebut, seperti yang dikemukakan Soares ef al. (20B)

bahwa kernarnpuan ikan untuk bertahan hidup pada kondisi kandungan oksigen

perairan yang rendah disebabkan oleh kemampuan adaptasi morfo-anatomi yang dipadukan dengan mekanisme biokimia dan fisiologis.

Juli Pgustus September Oktober November Desernber

Bulan

Gambar 3 Fluktuasi tinggi muka air hutan rawa gambut Desa Dadahup pada setiap stasiun penelitian dikaitkan dengan tingkat curah hujan

Derajat keasaman di perairan rendah (st.1: 3,8

-

4,5; st.2: 3,8 - 4 3 ; st.3: 3,8

-

4,6). Hal yang sama dikemukakan Kurasaki ef al. (2000) bahwa pH di dua saluran Dadahup yang merupakan saluran irigasi pertanian kawasan PLG adalah 2,6 dan 2,9. Kondisi ini dipengaruhi oleh asam humus yang tersuspensi di dalam perairan.

Perairan stagnan yang ditumbuhi oleh vegetasi air yang melimpah menyebabkan

timbunan bahan organik di dasar perairan. Hal ini didukung oleh vegetasi di hutan rawa gambut Desa Dadahup yang didominasi oleh tumbuhan mencuat seperti rumput kumpai (Panicum sfagninum), rumput suduk welut (Eleocharis dulcis), dan

[image:34.602.105.523.331.529.2]
(35)

rnencuat rnerniliki laju dekomposisi yang rendah, sehingga di perairan tersebut

cenderung terjadi akumulasi bahan organik yang tinggi. Pada kondisi pH yang

rendah ini rnasih memungkinkan kehidupan bagi ikan, khususnya ikan-ikan

blacMishes (seperti Tnchogasfer leerfi dan T. tnchoptems). Hal ini diduga ikan-ikan

tersebut memiliki adaptasi khusus dalam menghadapi kondisi perairan dengan pH

rendah, seperti pengaturan ion oleh sel-sel klor yang terdapat pada insang (Hirata ef

a/. 2003).

Plankton yang ditemukan di hutan rawa gambut Desa Dadahup be jurnlah 46

genera dari 6 kelas. Bacillariophyceae dan Chlorophycese merupakan kelas yang

rnemiliki genus terbanyak di perairan. Navicula dan Nitzschia merupakan genus

dengan keiimpahan paling tinggi di perairan. Banyaknya plankton dari kelas

Bacillariophyceae juga ditemukan di Danau Sabuah di Kalimantan Tengah

(Kusakabe et al. 2000). Selanjutnya duelaskan pula bahwa kelimpahan plankton di

rawa gambut dipengaruhi oleh kandungan nutrien yang tinggi di ekosistem ini,

seperti juga yang dijelaskan oleh Townsend dan Edwards (2003), bahwa

konsentrasi nutrien yang rendah sebelum terjadinya penggenangan di perairan rawa

banjiran Sungai Mary diikuti oleh biomassa titoplankton yang rendah pula, dan akan

rneningkat setelah terjadi penggenangan.

Perifiton diambil pada akar, batang, dar: daun dari vegetasi air yang berada di

lokasi penelitian. Di perairan ini ditemukan 33 genera dari 3 kelas periffion dan

seperti halnya plankton tidak ada satu genus pun yang mendominasi perairan.

Navicula, Nifischia, dan Tabellaria merupakan jenis perifiton yang memiliki

kepadatan yang besar di hutan rawa gambut Desa Dadahup. Kepadatan perifiton

sangat tergantung kepada durasi waktu perendaman substrat sebagai tempat

rnenempelnya organisme oleh air. Pada hutan rawa gambut banyak terdapat

vegetasi air yang pada saat tejadi kenaikan muka air, vegetasi ini akan terendam

selama 2-1 1 bulan dan dapat berfungsi sebagai substrat periffion, yang merupakan

makanan alami bagi ikan (Utorno dan Asyari 1999).

Komposisi Jenis lkan

Keragarnan jenis ikan di ekosistem hutan rawa gambut relatif kecil jika

dibandingkan dengan ekosistem perairan umum lainnya, ha1 ini disebabkan kondisi

abiotik perairan yang kurang disukai oleh ikan khususnya pH dan oksigen yang

rendah (Beamish et al. 2003). Keragarnan spesies yang rendah ierlihat dari jumlah

spesies yang ditemukan di hutan rawa gambut Desa Dadahup bejumlah 34 spesies

(36)

berjumlah 47 spesies (Ng et a/. 1993). Berbeda dengan keragaman spesies di

ekosistern perairan umurn lainnya yang relatif besar. Hal ini ditunjukkan di rawa

banjiran Sungai Solimoes ditemukan 77 spesies, 55 genera dari 20 famili dan 5 ordo

(Siqueira-Souza dan Freitas 2004); rawa banjiran Sungai Karnpar Kiri diternukan 86

spesies (Simanjuntak et a/.. 2006) dan di Sungai Barito ditemukan 60 spesies

(Rupawan etal. 2005).

Berdasarkan jurnlah spesies, famili Cyprinidae ditemukan paling dominan di

perairan hutan rawa gambut Desa Dadahup. Banyaknya jumlah spesies dari famili

ini, disebabkan famili Cyprinidae merupakan famili ikan air tawar terbesar di setiap

daerah di dunia, kecuali Australia, Madagaskar, Selandia Baru dan Amerika Selatan

(Kottelat etal. 1993) dan terbesar di kawasan Asia Tenggara (Zakaria-lsmail 1994).

Beberapa hasil penelitian di beberapa perairan hutan rawa gambut yang

menunjukkan farnili Cyprinidae ditemukan dominan, seperti hutan rawa garnbut di

Selangor Utara ditemukan sebanyak 10 spesies (Ng etal. 1994), dan di iokasi yang

sarna oleh Beamish et a/. (2003) ditemukan 7 spesies. Di areal penarnbangan

gambut Desa Perawang, Bengkalis-Riau juga ditemukan famili Cyprinidae yang

terbanyak, berjurnlah 12 spesies, kemudian diikuti oleh Siluridae dan Belontiidae

masing-masing 4 spesies, Bagridae dan Channidae (masing-masing 3 spesies) dan

Clariidae sebanyak 2 spesies (Tjakrawidjaja dan Haryono 2000). Rupawan et a/.

(2005) juga menyatakan bahwa di rawa-rawa Kalimantan Tengah ditemukan famili

Cyprinidae dalarn jumlah yang terbesar (10 spesies), selanjutnya Channidae dan

Belontiidae sebanyak 4 spesies, dan Bagridae 2 spesies serta Pristolepidae,

Chandidae, Cobitidae dan Hemirchampidae masing-masing 1 spesies.

Ditinjau dari perolehan jurnlah spesies dan individu ikan berdasarkan stasiun

penelitian menunjukkan bahwa ikan yang tertangkap di stasiun 3 lebih banyak

dibandingkan dua stasiun lainnya. Di Stasiun 3 diternukan 34 spesies (100%) dan

1145 ekor, di stasiun 1 dan 2 ditemukan masing-masing 17 spesies (50%); 562 ekor

dan 26 spesies (76,47%); 762 ekor. Keberadaan ikan dalam jumlah besar di stasiun

3 diduga dipengaruhi oleh faktor abiotik perairan. Faktor abiotik yang berperan

adalah kedalaman dan suhu perairan serta penutupan vegetasi. Penjelasan ini

didukung oleh pernyataan Dekar dan Magoulick (2007) yang menyatakan bahwa

kelirnpahan ikan Campostoma anomalum dan Sernotilus atromaculatus di sungai

sangat dipengaruhi oleh kedalaman perairan, suhu, dan luasan penutupan kanopi

(37)

lkan yang tertangkap selama penelitian berjumlah 2469 ekor yang didominasi

oleh ikan sepat rawa (Trichogaster frichopterus, Famili Belontiidae) (27,74%), sepat

layang (Trichogaster leerii, Famili Belontiidae) (20,62%), dan seluang (Rasbora

dusonensis, Famili Cyprinidae) (18,63%) (Lampiran 3).

Sebaran Ukuran Panjang dan Hubungan Panjang-Bobot Ikan-lkan Dominan

Sebaran Ukuran Panianq

a. lkan Sepat Layang (Trichogasterleeri~)

lkan sepat layang yang tertangkap berjumlah 509 ekor (st.1: 135; st.2: 170;

st.3: 204) (Tabel 3) dan paling banyak tertangkap berada pada ukuran 55

- 64 mm

(Gambar 4). Kisaran panjang dan bobot ikan yang tertangkap adalah 35

-

78 mm

dan 0,64

-

7,99 gram. Rentang ukuran panjang dan bobot ini masih lebih kecil

daripada ikan sepat layang yang pemah ditemukan di Danau Sabuah yaitu 64

-

91

mm dan 3,8

-

8,7 gram (Buchar 1998).

b. lkan Sepat Rawa (T. trichopferus)

Berdasarkan stasiun pengamatan dan jenis kelamin ikan, ikan sepat rawa

ditemukan 685 ekor (st.1: 188; st.2: 224; st.3: 273) (Tabel 3) dan berdasarkan

sebaran ukuran, ikan paling banyak tertangkap pada ukuran 52

-

61 mm (Gambar

5). Secara keseluruhan panjang total ikan yang tertangkap berkisar 32

-

93 mm. dan

bobot tubuh 1,13

-

18,93 gram. Sejauh ini, ikan sepat rawa yang ditemukan di

Danau Sabuah masih lebih besar daripada yang ditemukan di rawa gambut Desa

Dadahup, yaitu 90

-

110 mm dan bobotnya 11,5

-

18,4 gram (Buchar 1998).

c. lkan Seluang (Rasbora dusonensis)

lkan seluang yang tertangkap berjumlah 460 ekor (st.1: 124; st.2: 151; st.3:

185) (Tabel 3), dan ikan ini paling banyak tertangkap pada ukuran 94

-

103 mm

(Gambar 6). Rentang panjang dan bobot ikan yang tertangkap di perairan hutan

rawa gambut Desa Dadahup berkisar 54

-

203 mm dan bobot 1,02

-

12,03 gram.

Berbeda dengan rentang ukuran panjang ikan ini yang ditemukan di Sungai Kapuas,

Kalimantan Barat; ukuran ikan yang ditemukan di rawa gambut Desa Dadahup

rnemiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan ukuran panjang ikan yang

(38)

Tabel 3 Jumlah hasil tangkapan, kisaran panjang dan bobot ikan sepat layang, sepat rawa, dan seluang

T. leerll T. Mchopterus R dusonensis

Sta Bulan F Kisaran F Kisaran F Kisaran

PT (m) B (g) PT (m) B (g) PT (mm) B ( ~ 1

1 Juli 25 39

-

73 0.98

-

6.52 26 52 -79 3-76

-

12.48 24 92

-

114 4.49

-

932 Agustus 27 40-75 1.20-6.90 33 42-84 1.52-11,57 27 61 -112 1.61 -10.58

September 14 50-75 1,90- 7.99 31 55-78 4.87- 10.86 10 91 -106 4.02-8.15

OMober 13 57-76 3,27-6,63 26 49- 90 2-43

-

13.57 10 95-105 5.10-7.37 November 21 40-70 1,20-4.76 30 48-81 2.23-11.97 16 61 -110 1,61 -8.86

Desember 35 5 5 - 78 0.98-7,88 42 45-70 2.02- 7.57 37 90- 106 4.67-7.79

2 Juli 37 41 -74 0.78-6.51 40 32-88 1,15- 17,42 37 85- 117 3.27-9.36

Agustus 40 42-77 0.86-7.41 45 38-79 1.20-11.15 33 54-116 1.02.10.64

September 18 49- 73 2,OO- 5.98 32 55-88 4.52- 16.60 12 95- 108 533-8.M)

OMober 19 52-73 2.07-6,42 24 54-62 4.68- 14,11 10 96-106 5.15-8.53

November 19 44-71 1,36-5,42 32 38-84 1.23-12,02 25 68-117 1.84-12.03

Desember 37 46-77 1.27-7.41 51 42-71 1.17-7.51 34 80.117 3.06-1203

3 Juli 42 39-76 0.64-7.77 45 46-93 2.71 -18.92 39 86-112 4.24-8.90

Agustus 45 42-78 0.67-5.18 57 38-87 1.13-15.17 38 91-112 4,79-9.82

September 21 43-72 0.98 -5.91 37 53 -67 3.99- 14.86 25 92-203 4.96-8.44

OMober 22 39-72 0.72-6.38 31 50 -80 3.57- 12.91 15 92- 106 5.08-8.50

November 32 46-75 1.04-6.07 38 39-73 1,76-10,88 32 92-113 434-8.90

Desember 42 47-73 2.32 -7.04 65 41

-

67 1.51 - 6,47 36 86

-

112 4.24-8.39

Selang Kelas Panlang (mm)

[image:38.602.80.521.95.712.2] [image:38.602.91.543.113.655.2]
(39)

32-41 42-51 52-61 62-71 72-81 81-91 92-101

[image:39.595.116.465.76.281.2] [image:39.595.92.465.348.566.2]

Selang Kelas Panjang (mm)

Gambar 5 Sebaran panjang ikan sepat rawa di ekosistem hutan rawa gambut Desa Dadahup

Selang Kelas Panjang (mm)

Gambar 6 Sebaran panjang ikan seluang di ekosistern hutan rawa gambut Desa Dadahup

Hubunqan Paniang-Bobot Ikan-lkan Dominan

a. lkan Sepat Layang (Trichogasterleeri)

Hubungan panjang bobot ikan sepat layang disajikan pada Gambar 7.

(40)

perturnbuhannya adalah alometrik positif, yang berarti perturnbuhan bobot lebih

cepat dibandingkan perturnbuhan panjang ikan. Pola alometrik positif didapatkan

juga pada ikan Trisopterus minutus jantan, betina, dan total (3,16; 3,04; 3,14) di

Laut Aegean Tengah (Metin ef al. 2006). Selanjutnya Metin et al. (2006)

menjelaskan bahwa perkembangan gonad ikan berpengaruh positif terhadap

hubungan panjang dan bobot ikan.

0 20 40 60 80 100

Panjang {mm)

Garnbar 7 Hubungan panjang bobot ikan sepat layang (n=509)

b. lkan Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus)

Analisis terhadap hubungan panjang bobot ikan sepat rawa diperoleh hasil

nilai b sebesar 3,079 dan nilai korelasi untuk ketiganya sebesar 0,97 (Gambar 8).

Berdasarkan uji t terhadap ketiga nilai b di atas, diperoleh hasil tt,itung lebih besar dari

ttab,, (Larnpiran 4); dan nilai b > 3 rnaka disimpuikan pola pertumbuhan ikan sepat rawa adalah alometrik positif (perturnbuhan bobot lebih cepat dibandingkan

panjangnya). Pola perturnbuhan yang sarna ditemukan pada ikan Tilapia zillii,

Oreochromis leucostictus, Micropferus salmoides, dan Cyprinus carpio di Danau

Naivasha dan ikan Labeo cylindricus, Barbus intemedius aufralis, dan Clarias

gariepinus di Danau Baringo (Britton dan Harper 2006); namun berbeda dengan

Ctenoporna petherin' (Farnili Anabantidae) di Sungai Ouerne yang rnenunjukkan

pola perturnbuhan bersifat alornetrik negatif (Laleye 2006). Nilai korelasi yang

(41)

0 20 40 60 SO 100

Panjang (mm)

Gambar 8 Hubungan panjang bobot ikan sepat rawa (n=685)

c. lkan Seluang (Rasbom dusonensis)

Berbeda dengan pola pertumbuhan ikan sepat layang dan sepat rawa, ikan

seluang memiliki pola pertumbuhan alometrik negatif (Gambar 9). Kesimpulan ini

didasarkan pada uji t yang dilakukan terhadap nilai b (2,957) yang menghasilkan

nilai thitung > tfabel (Lampiran 4), dan nilai b < 3. Pola pertumbuhan yang sama ditemukan pada dua spesies ikan siprinid di Sungai Segura yaitu Banbus sclafen

dan Gobio lozanoi (Andreu-Soler ef a/. 2006). Pola pertumbuhan alometrik negatif

juga ditemukan pada Channa Punctafa di sungai-sungai Ghatz bagian barat di

Tamil Nadu. Pola pertumbuhan alometrik negatif disebabkan tangkap lebih,

kompetisi, dan potensial trofik di sungailkolam (Kleanthids ef al. 1999 in Haniffa ef

a/. 2005). Nilai korelasi yang besar (0,96 pada ikan jantan; 0,93 ikan betina; dan

0,94 dari gabungan keduanya) menunjukkan kekuatan hubungan antara panjang

dan bobot ikan yang erat.

Panjang (mm)

[image:41.595.167.418.79.247.2]
(42)

Perbedaan p61a pertumbuhan yang tergambar dari konstanta nilai b pada

hubungan panjang dan bobot ikan sangat dipengaruhi oleh ukuran ikan, fase

pertumbuhan, kesehatan ikan, ketersediaan makanan, laju konversi makanan,

tingkat kepenuhan lambung, jenis kelamin, perkembangan gonad dan pematangan

gonad, serta periode pemijahan (Tesch 1971 in Tsoumani et a/. 2006; Bagenal dan

Tesch 1978 in Miranda et al. 2006; Andreu-Soler et a/. 2006). Selain itu juga,

perbedaan konstanta nilai b sangat dipengaruhi oleh kondisi lingktingan perairan,

seperti yang dilaporkan Tsoumani et a/. (2006) bahwa nilai b ikan Camssius gibelio

yang di temukan di Danau Lysimachia (2,58), Danau Mikri Prespa (2,33), Danau

Doirani (2,40) dan Danau Koronia (2,36), danau ini merupakan danau kecil,

dangkal, eutrof, dan dipengaruhi oleh aliran irigasi pertanian yang menyebabkan

deplesi oksigen dan biasa terjadi kematian massal pada ikan; Nilai b yang tinggi

(2,72-3,06) ditemukan di Danau Pamvotis, Chimaditis, Zazari, Kerkini, Volvi dan

Kastoria. Danau ini eutrof, relatif dangkal dan terdapat aliran dari lahan pertanian

dan limbah ~ m a h tangga (di Danau Pamvotis dan Kastoria), kematian massal ikan

jarang terjadi; dan nilai b yang paling tinggi ditemukan di Danau Vegoritis dan

Trichonis (3,25 dan 3,28). Kedua danau ini mencapai kedalaman 75 dan 58 m,

tingkat kesuburan Danau Vegoritis adalah mesotrof dan Danau Trichonis, oligotmf

sampai mesotrof.

Variasi Temporal Komposisi Makanan Ikan-lkan Dominan

a. lkan Sepat Layang (Trichogaster leeri]

Analisis isi saluran pencernaan ikan sepat layang menunjukkan bahwa ikan

ini memakan alga penempel (perifiton) yang menempel pada akar-akar tumbuhan,

guguran daun, dan batang pohon; walaupun terdapat juga zooplankton di dalam

saluran pencernaannya. Pemyataan ini didukung oleh penelitian Komatsu ef al.

(2000) yang menyatakan bahwa ikan T. leerii di Danau Tundai Kalimantan Tengah

memanfaatkan alga berfilamen (filamentous algae) dan perifiton jenis Zygnema

sebagai makanannya. Di ekosistem rawa banjiran Sungai Mamore memperlihatkan

bahwa di perairan tersebut juga didominasi oleh ikan-ikan pemakan alga (algivora)

(Pouilly et a/. 2004). Berdasarkan waktu pengamatan (bulan) dipemleh hasil bahwa

jenis makanan ikan sepat layang yang memiliki persentase terbesar di tiga stasiun

penelitian yaitu Diafoma, Fragillaria, N

Gambar

Gambar
Gambar 1 Skema pendekatan masalah
Gambar 2 Plot kelimpahan spesifik organisme makanan dengan frekuensi kejadian modifikasi Costello (Hinz ei a/
Tabel 2 Kisaran nilai pengamatan parameter fisika dan kirnia perairan pada kondisi air naik (November-Desernber)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fasilitas yang tersedia untuk mendukung operasional peternak madu di Desa Kuapan Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar sebagian besar telah terpenuhi yang terdiri

Kesimpulan Kuesioner Kesimpulan yang dapat diambil dari data kuesioner di atas adalah sudah banyak responden yang mengetahui bahwa di sekeliling mereka terdapat berbagai jenis

PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA SEKOLAH YANG MENGIKUTI PENDIDIKAN HOMESCHOOLING GROUP (Studi Kasus di Homeschooling Group SD Khoiru Ummah

Resistensi reseptor insulin pada jaringan perifer penderita DM tipe 2 didahului oleh keadaan hiperinsulinemia dan gangguan pada reseptor insulin di jaringan

Mengajukan permohonan kepada Bapak untuk dapat diberikan perpanjangan IPHHBK Alam atau IPHHBK Tanaman atau IPHHBK Lindung:.. Di Daerah : Deleng Bencirus

Daftar sementara mahasiswa yang terkena TBU Absensi (Rekapitulasi Sementara TBU Absensi) semester Gasal 2016-2017 dapat dilihat pada lampiran.. Pengumuman ini dikeluarkan agar

Berdasarkan hasil pengujian mekanik (kekuatan tarik, perpanjangan putus, dan modulus elastis) diketahui bahwa dengan penambahan filler kaolin mengakibatkan pertambahan

[r]