• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kandungan Logam Berat Pb dan Cd pada Sedimen di Waduk Saguling, Bandung, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kandungan Logam Berat Pb dan Cd pada Sedimen di Waduk Saguling, Bandung, Jawa Barat"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA SEDIMEN

DI WADUK SAGULING, BANDUNG, JAWA BARAT

RIO DWI BIANTARA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kandungan Logam Berat Pb dan Cd pada Sedimen di Waduk Saguling, Bandung, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

(4)

iv

ABSTRAK

RIO DWI BIANTARA. Kandungan Logam Berat Pb dan Cd pada Sedimen di Waduk Saguling, Bandung, Jawa Barat. Dibimbing oleh SULISTIONO dan AGUSTINUS M. SAMOSIR.

Waduk Saguling merupakan salah satu waduk yang menerima masukan air dari Sungai Citarum, yang menerima banyak limbah dari industri. Limbah tersebut diantaranya mengandung logam berat Pb dan Cd yang mencemari air, sedimen maupun biota yang terdapat di dalam waduk tersebut. Pengamatan pada sedimen diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat pencemaran logam berat di waduk tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan kandungan logam Pb dan Cd pada sedimen masing-masing sebesar 8.623 ppm dan 0.721 ppm. Nilai dari kedua logam berat pada masing-masing stasiun menyatakan bahwa tingkat pencemaran logam berat pada sedimen telah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan oleh EPA (1987) dalam Laws (1993). Jika dibandingkan dengan kandungan logam berat di air, sedimen memiliki nilai konsentrasi yang lebih besar dengan rata-rata rasio 11:1. Sedangkan jika dibandingkan kandungan logam berat di dalam biota (Tutut), sedimen memiliki nilai konsentrasi yang lebih kecil dengan rata-rata rasio 0.4:1. Sebaran logam berat Pb dan Cd di Waduk Saguling mempunyai pola yang sama, di inlet tinggi, di tengah menurun dan di outlet meningkat lagi melebihi inlet. Pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran limbah di Waduk Saguling salah satunya yaitu perlunya penerapan IPAL pada industri-industri yang diperkirakan membuang limbah ke perairan.

Kata kunci: Pencemaran, Logam berat, Waduk Saguling

ABSTRACT

(5)

sediment in comparison with the content of heavy metals in Tutut, they have a smaller concentration values with an average ratio of 0.4:1. Distribution value of the heavy metal Pb and Cd in Saguling Reservoir have the same pattern, is high in inlet, and then decrease in the middle and increase surpass the inlet. The recommended supervision to reduce waste pollution in Saguling, is the implementation of the waste water treatment (IPAL) to industries that dispose their wastes to the water.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA SEDIMEN

DI WADUK SAGULING, BANDUNG, JAWA BARAT

RIO DWI BIANTARA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Kandungan Logam Berat Pb dan Cd pada Sedimen di Waduk Saguling, Bandung, Jawa Barat

Nama : Rio Dwi Biantara

NIM : C24090042

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Sulistiono, MSc Pembimbing I

Ir Agustinus M. Samosir, MPhil Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Muhammad Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Kandungan Logam Berat Pb dan Cd pada Sedimen di Waduk Saguling, Bandung, Jawa Barat” dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2012 hingga Januari 2013 dimulai dari pengambilan sampel di Waduk Saguling, Jawa Barat dan analisis di Laboratorium Pengujian, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, dan analisis kekeruhan dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof Dr Ir Sulistiono, MSc selaku Pembimbing I dan Ir Agustinus M. Samosir, MPhil selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada Penulis sampai menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr Ir Isdrajad Setyobudiandi atas kesediaan bapak sebagai penguji tamu. 3. Dr Ir Yunizar Ernawati, MS atas kesediaan ibu menjadi penguji dari komisi

pendidikan MSP.

4. Dr Ir Sigid Hariyadi MSc sebagai dosen pembimbing akademik atas bimbingannya selama ini di MSP

5. Ayahanda Tumar dan Ibunda Roh Dwi Wilujeng serta keluarga besar yang telah memberikan semangat, doa dan dukungannya.

6. Kang Ali dan keluarga yang sudah membantu Penulis di lapang dalam melakukan aktivitas penelitian.

7. Sahabat Seperjuangan Riza, Riandi, Hari, Fatkur, Umay, Fajar, Reza, Ferdy serta teman seperjuangan di RISBHA, BEM FPIK, dan SOSMAS BEM KM. 8. Sahabat Seperjuangan Saguling Ai, Ika, Dwi, dan Eka atas kerjasamanya

selama penelitian, serta keluarga besar MSP 46 terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

(12)

xi

Kandungan Logam Berat Pb pada Sedimen ... 9

Kandungan Logam Berat Cd pada Sedimen ... 10

Rasio Kandungan Logam Pb pada Air, Biota dan Sedimen ... 10

Rasio Kandungan Logam Cd pada Air, Biota dan Sedimen ... 11

Sebaran Logam Pb dan Cd pada Sedimen di Waduk Saguling ... 12

Pembahasan ... 13

Kondisi Lingkungan ... 13

Fraksi Sedimen ... 13

Kandungan Logam Berat Pb dan Cd pada Sedimen ... 13

Rasio kandungan logam Pb dan Cd pada Air, Biota dan Sedimen ... 14

Sebaran logam Pb dan Cd pada sedimen di Waduk Saguling ... 15

(13)

DAFTAR TABEL

1 Deskripsi dari masing-masing stasiun pengamatan ... 4

2 Parameter kualitas air yang diamati beserta alat dan metode analisisnya. . 5

3 Baku mutu logam berat pada sedimen ... 6

4 Kriteria Pb dalam badan air ... 6

5 Kriteria Cd dalam badan air ... 7

6 Nilai baku mutu kekeruhan, suhu, dan pH ... 7

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan alir perumusan masalah ... 2

2 Lokasi penelitian ... 3

3 Grafik perbandingan beberapa parameter lingkungan ... 8

4 Fraksi sedimen pada Waduk Saguling ... 9

5 Kandungan rata-rata logam berat Pb pada masing-masing stasiun ... 9

6 Kandungan rata-rata logam berat Cd pada masing-masing stasiun ... 10

7 Rasio kandungan logam berat Pb pada air, biota dan sedimen ... 11

8 Rasio kandungan logam berat Cd pada air, biota dan sedimen ... 11

9 Sebaran logam Pb pada sedimen di Waduk Saguling ... 12

10 Sebaran logam Cd pada sedimen di Waduk Saguling ... 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lokasi pengambilan contoh sedimen ... 19

2 Alat yang digunakan selama penelitian ... ... 19

3. Pengukuran kandungan logam berat dalam sedimen ... . 19

4. Data logam berat Pb dan Cd hasil pembacaan AAS ... 20

5. Baku mutu yang digunakan... 20

6. Tabel jenis dan jumlah industri yang beroperasi pada DAS Citarum... 21

(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Waduk Saguling adalah salah satu dari tiga waduk yang berada pada aliran Sungai Citarum. Penduduk memanfaatkan potensi perairan waduk untuk kepentingan usaha budidaya ikan khususnya Sistem Jaring Terapung (KJA) dan sangat membantu bagi peningkatan perekonomian masyarakat di sekitar waduk. Saat ini, jumlah sedimen yang masuk dan mengendap dalam Waduk Saguling setiap tahun terus meningkat, tidak adanya tindakan pengerukan dapat mengakibatkan pendangkalan Waduk Saguling dan kondisi kualitas air waduk cenderung menunjukkan penurunan, baik sebagai akibat pencemaran oleh limbah industri, rumah tangga, maupun secara kuantitas yaitu faktor penurunan jumlah atau volume air terutama kemarau panjang yang sering terjadi pada beberapa tahun terakhir.

Waduk Saguling merupakan waduk yang berada di posisi teratas yang secara otomatis menjadi penerima awal limpasan air dari Sungai Citarum Hulu, termasuk segala sedimentasi yang dibawa. Masalah peningkatan beban sedimentasi yang tinggi ini menjadi masalah krusial Saguling beberapa tahun terakhir ini. Saguling yang terletak di daerah perbukitan, menjadi tempat bermuara banyak sumber air yang ada di daerah tersebut. Belum lagi limbah-limbah industri, maupun rumah tangga, ikut berkontribusi pada kualitas air yang tidak memenuhi baku mutu. Umumnya air limbah industri mengandung logam berat tertentu, seperti industri kimia, industri cat, dan industri pupuk karena dalam proses produksinya banyak melibatkan bahan kimia (Darmono 1995).

Logam berat Pb dan Cd selain merupakan unsur runutan yang tidak esensial bagi tumbuhan maupun hewan air, juga bersifat sangat beracun. Logam berat tersebut memiliki sifat afinitas besar terhadap protein dan lipid pada tubuh hewan air, dan pada kadar relatif rendah dalam badan air akan mudah diabsorpsi dan terakumulasi pada tubuh hewan air tersebut (Sanusi dkk 1984). Logam berat yang berasal dari buangan limbah pabrik maupun limbah rumah tangga dapat berpengaruh pada pengakumulasian logam berat pada perairan, terutama pada sedimen dasar perairan. Hal ini dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap lingkungan perairan, termasuk organisme yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, dibutuhkan kajian mengenai kandungan logam berat pada sedimen di Waduk Saguling secara berkala.

Perumusan Masalah

(15)

Konsentrasi logam berat timbal dan kadmium yang ada di lingkungan perairan akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya beban masukan yang mengandung logam berat tersebut ke dalam perairan. Demikian pula konsentrasi logam berat di sedimen dimana logam berat yang tersuspensi dalam air lama kelamaan akan mengendap dan terakumulasi dalam sedimen.

Jika hal ini dibiarkan akan menimbulkan perubahan ekosistem perairan bahkan biota-biota tertentu yang tidak dapat mentolerir pencemaran tersebut dapat terancam keberadaannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema perumusan masalah dibawah ini.

Gambar 1 Bagan alir perumusan masalah

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status dan sebaran kandungan logam berat Pb dan Cd yang terakumulasi pada sedimen di Waduk Saguling.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi mengenai logam berat pada sedimen di perairan Waduk Saguling dan faktor yang mempengaruhi, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam perumusan langkah-langkah pengelolaan Waduk Saguling.

Aktivitas manusia (Industri, Pertanian & Domestik)

Faktor alami

(Hujan, Sedimentasi, Gunung meletus & Erosi)

Limbah logam berat (Pb, dan

Cd)

Kegiatan Budidaya (KJA) yang Berkelanjutan Kualitas Perairan Waduk Saguling

Biota perairan Faktor yang mempengaruhi

(16)

3

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Waduk Saguling, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Pengamatan di lapang dilakukan selama 3 bulan dimulai dari bulan November 2012 s.d Januari 2013. Pengambilan contoh dilakukan sebanyak satu kali setiap bulan pada tiga stasiun yang berbeda (Gambar 2), yaitu daerah Maroko (Stasiun 1), daerah Karang Anyar (Stasiun 2) dan daerah DAM (Stasiun 3). Analisis logam berat dilakukan di Laboratorium Pengujian, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Analisis kekeruhan dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis fraksi sedimen dilakukan di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada penelitian ini melakukan pengambilan contoh sebanyak satu kali setiap bulan pada tiga stasiun yang berbeda (Gambar 2), yaitu daerah Maroko (Stasiun 1), daerah Karang Anyar (Stasiun 2) dan daerah DAM (Stasiun 3). Adapun gambaran dari masing-masing stasiun yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini

(17)

Tabel 1 Deskripsi dari masing-masing stasiun pengamatan

Stasiun Deskripsi

1

Merupakan bagian inlet yang terdapat masukan dari Sungai Citarum, terdapat aktivitas dari kegiatan Industri dan aktivitas manusia, seperti budidaya ikan sistem KJA. Selain itu di daerah ini juga terdapat banyak tanaman eceng gondok.

2

Muara sungai Ciminyak, dimana terdapat aktivitas manusia, seperti budidaya ikan sistem KJA, kegiatan jual beli sembako di pasar tradisional, kegiatan jual beli bahan bakar minyak. Selain itu di daerah ini juga terdapat banyak tanaman eceng gondok.

3

Merupakan bagian Outlet atau DAM yang menampung dari berbagai masukan anak sungai. Pada daerah ini terdapat aktivitas kegiatan manusia, seperti budidaya ikan sistem KJA, pertanian, pembangkit tenaga listrik dan penambangan pasir. Di daerah ini terdapat sedikit tanaman eceng gondok.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan selama penelitian terdiri dari AAS (Atomic Absorption Spectrophotometrik), GPS (Global Positioning System), kertas lakmus, turbidity meter, plastik klip, erlenmeyer, gelas ukur, hot plate, ember, botol sample, kamera digital, baki, timbangan digital, kertas label, alat tulis, cool box dan perahu. Sedangkan bahan yang digunakan adalah akuades, larutan HNO3

dan HClO4.

Metode Penelitian

Penentuan Titik Pengambilan Contoh

Penentuan titik pengambilan contoh dilakukan secara purposive atau berdasarkan pertimbangan tertentu. Jumlah titik pengambilan contoh yang dipilih diharapkan dapat mewakili kondisi perairan Waduk Saguling, sehingga pengambilan contoh diambil dari tiga wilayah, yaitu Inlet, Tengah dan Outlet. Maroko yang terletak lebih dekat ke arah inlet (air masuk ke dalam waduk) sebagai Stasiun 1. Karanganyar sebagai daerah yang padat kegiatan budidaya dengan sistem keramba jaring apung dan terletak di bagian tengah waduk sebagai Stasiun 2. DAM sebagai daerah yang terletak lebih dekat ke arah outlet (lokasi air keluar dari Waduk) sebagai Stasiun 3.

Pengambilan Contoh Sedimen

(18)

5

Perlakuan Contoh Analisis

Pengukuran logam berat pada contoh sedimen tersebut menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). Prinsip dari metode ini berdasarkan pada penguapan larutan contoh, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas (Darmono 1995).

Pengukuran parameter fisik dan kimia dilakukan dengan dua cara, yakni cara langsung dan analisis laboratorium. Pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter suhu dan pH. Analisis kekeruhan dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Analisis logam berat dengan AAS dan destruksi sedimen dilakukan di Laboratorium Pengujian, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Parameter fisika dan kimia, beserta alat dan metode disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Parameter kualitas air yang diamati beserta alat dan metode analisisnya

Parameter Satuan Metode/Alat Pengukuran

Fisika

Suhu oC Termometer air raksa Insitu

Kekeruhan NTU Turbidity meter Laboratorium

Kimia

pH - pH indikator Insitu

DO mg/L Titrasi Winkler Insitu

Logam Berat

Pb ppm AAS Laboratorium

Cd ppm AAS Laboratorium

Prosedur Analisis Data

Penentuan Konsentrasi Logam Berat

Pengukuran logam berat dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrofotometry) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Ac : Absorban contoh Ab : Absorban blanko

a : Intercept dari persamaan regresi standar b : Slope dari persamaan regresi standar W : Berat sampel (gram)

Analisis Deskriptif

(19)

Tabel 3 Baku mutu logam berat pada sedimen

Level target. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai yang lebih kecil dari nilai level target, maka substansi yang ada pada sedimen tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan.

Level limit. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai maksimum yang dapat ditolerir bagi kesehatan manusia maupun ekosistem.

Level tes. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen berada pada kisaran nilai antara level limit dan level tes, maka dikategorikan sebagai tercemar ringan.

Level intervensi. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen berada pada kisaran nilai level tes dan level intervensi, maka dikategorikan sebagai tercemar sedang.

Level bahaya. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai yang lebih besar dari baku mutu level bahaya maka harus segera dilakukan pembersihan sedimen.

Tabel 4 Kriteria Pb dalam badan air

Tipe Air Konsentrasi

(20)

7

Tabel 5 Kriteria Cd dalam badan air

Tipe Air Konsentrasi

Sumber: EPA 1987 dalam Laws 1993 Analisis Kualitas Air

Nilai-nilai parameter fisika dan kimia yang diukur akan dibandingkan dengan baku mutu air menurut PP. RI No. 82 Tahun 2001 dan beberapa pustaka dari beberapa sumber. Nilai baku mutu yang diukur beserta baku mutunya dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6 Nilai baku mutu kekeruhan, suhu dan pH

Parameter Nilai Baku Mutu Sumber

Kekeruhan 30 NTU Pescod (1973) dalamRetnowati (2003)

Suhu 27 ± 3 0C Hariyadi dkk (1992)

(21)

Gambar 3 Grafik perbandingan beberapa parameter lingkungan Kisaran suhu yang diperoleh adalah 28-30.3oC. Pada Stasiun 1 diperoleh rata-rata suhu sebesar 29 ± 0oC, di Stasiun 2 sebesar 29.6 ± 0.6939oC dan pada Stasiun 3 sebesar 28.7 ± 0.8819oC. Kisaran pH yang diperoleh adalah 6-6.5. Nilai pH tertinggi terdapat di Stasiun 3 sebesar 6.33 ± 0.2887, kemudian pada Stasiun 1 sebesar 6.17 ± 0.2887 dan nilai pH terendah pada Stasiun 2 yaitu sebesar 6.00 ± 0.2887. Kisaran kekeruhan yang diperoleh pada ketiga stasiun adalah berkisar antara 2.28-12.95 NTU. Nilai kekeruhan tertinggi terdapat di Stasiun 2 sebesar 12.95 ± 4.8338 NTU, kemudian pada Stasiun 1 sebesar 5.52 ± 3.4279 NTU dan nilai terendah pada Stasiun 3 diperoleh nilai kekeruhan sebesar 4.00 ± 0.6002 NTU. Kandungan oksigen terlarut yang diperoleh pada ketiga stasiun berkisar antara 2.02–6.56 mg/L. Nilai oksigen terlarut tertinggi terdapat di Stasiun 3 sebesar 5.97 ± 0.53 mg/L, kemudian pada Stasiun 2 sebesar 4.80 ± 0.67 mg/L dan nilai terendah pada Stasiun 1 diperoleh nilai sebesar 3.11 ± 1.02 mg/L.

Fraksi Sedimen

Pengukuran terhadap fraksi sedimen merupakan suatu pengukuran untuk mengetahui jenis sedimen yang terdapat di waduk Saguling. Jenis sedimen yang terdapat di Waduk Saguling ditunjukkan oleh gambar 4.

(22)

9

Kandungan Logam Berat Pb pada Sedimen

Logam Pb merupakan logam yang bersifat tidak esensial dan beracun. Logam ini tergolong ke dalam logam yang keberadaannya di dalam tubuh manusia maupun hewan dapat bersifat toksik. Tinggi rendahnya konsentrasi logam berat disebabkan oleh jumlah masukan limbah logam berat ke perairan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tiga kali ulangan pada setiap stasiun. Berikut ini merupakan grafik rata-rata kandungan logam berat Pb pada masing-masing stasiun pengamatan dengan nilai standar deviasinya (Gambar 5).

Hasil pengamatan rata-rata logam berat Pb dalam sedimen di Waduk Saguling, Jawa Barat pada Stasiun 1 adalah sebesar 4.1389 ± 3.9451 ppm, pada Stasiun 2 adalah sebesar 2.6276 ± 2.3454 ppm dan pada Stasiun 3 adalah sebesar 5.1711 ± 4.5388 ppm. Nilai ini menunjukkan bahwa dari ketiga stasiun pengamatan masih di bawah standar baku mutu yang ditetapkan oleh

Gambar 4 Fraksi sedimen pada Waduk Saguling

(23)

(IADC/CEDA 1997). Namun di lihat dari standar baku mutu yang ditetapkan oleh (US. EPA 1987) dalam Laws (1993), ketiga Stasiun pengamatan sudah melewati batas baku mutu. Hal ini menunjukan bahwa perairan tersebut telah tercemar. Kandungan Logam Berat Cd pada Sedimen

Kadmium bersumber dari buangan industri limbah pertambangan, pengelasan logam dan pipa-pipa air. Kadmium di dalam tubuh manusia dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, perusakan ginjal, perusakan jaringan testikular dan sel-sel darah merah. Tinggi rendahnya konsentrasi logam berat disebabkan oleh jumlah masukan limbah logam berat ke perairan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tiga kali ulangan pada setiap stasiun. Berikut ini merupakan grafik rata-rata kandungan logam berat Cd pada masing-masing stasiun pengamatan dengan nilai standar deviasinya (Gambar.6).

Gambar 6 Kandungan rata-rata logam berat Cd pada masing-masing stasiun Hasil pengamatan rata-rata kandungan logam berat Cd dalam sedimen di Waduk Saguling, Jawa Barat pada Stasiun 1 adalah sebesar 0.1348 ± 0.2248 ppm, pada Stasiun 2 adalah sebesar 0.0452 ± 0.0697 ppm dan pada Stasiun 3 adalah sebesar 0.2438 ± 0.4136 ppm. Nilai ini menunjukkan bahwa dari ketiga Stasiun pengamatan masih di bawah standar baku mutu yang ditetapkan oleh (IADC/CEDA 1997). Jika di lihat dari standar baku mutu yang ditetapkan oleh (US. EPA 1987) dalam Laws (1993), ketiga Stasiun pengamatan hanya Stasiun 3 saja yang sudah melewati batas baku mutu, hal ini menunjukan bahwa perairan tersebut telah tercemar.

Rasio Kandungan Logam Pb pada Air, Biota dan Sedimen

Beberapa sumber utama logam berat timbal berasal dari kendaraan bermotor dan industri. Industri terbesar yang menggunakan timbal dan membuang limbahnya ke perairan adalah industri pembuatan baterai. Konsentrasi logam berat Pb pada air juga menunjukan nilai yang bervariasi pada setiap stasiun pengambilan contoh. Grafik rasio kandungan logam Pb pada air, biota dan sedimen di masing-masing stasiun pengamatan ditunjukkan oleh Gambar 7.

(24)

11

pada Stasiun 1 sebesar 1:18, pada Stasiun 2 1:10 dan pada Stasiun 3 1:20. Pada biota memiliki kisaran nilai pada Stasiun 1 sebesar 1:0.26, Stasiun 2 1:0.17 dan pada Stasiun 3 1:0.40.

Rasio Kandungan Logam Cd pada Air, Biota dan Sedimen

Tinggi rendahnya konsentrasi logam berat disebabkan oleh jumlah masukan limbah logam berat ke perairan. Konsentrasi logam berat Cd pada air dan biota juga menunjukan nilai yang bervariasi pada setiap stasiun pengambilan contoh. Berikut ini merupakan grafik rasio kandungan logam Cd pada air, biota dan sedimen di masing-masing stasiun pengamatan (Gambar 8).

. Gambar 8 Rasio kandungan logam Cd pada air, biota dan sedimen

Berdasarkan gambar 8 dapat dilihat bahwa ratio kandungan logam Cd pada air, biota dan sedimen pada masing-masing stasiun memiliki nilai kisaran pada Stasiun 1 sebesar 1:6, pada Stasiun 2 1:2 dan pada Stasiun 3 1: 13.

(25)

Sedangkan pada biota memiliki kisaran nilai pada Stasiun 1 sebesar 1:0.10, Stasiun 2 1:0.02 dan pada Stasiun 3 1:1.28.

Sebaran Logam Pb dan Cd pada Sedimen di Waduk Saguling

Sebaran logam Pb dan Cd di Waduk Saguling mempunyai pola yang sama, di Stasiun 1 tinggi, di Stasiun 2 menurun, dan pada saat di Stasiun 3 meningkat lagi. Berikut merupakan peta sebaran kandungan logam berat Pb dan Cd pada masing-masing stasiun pengamatan.

Gambar 9 Sebaran logam Pb pada sedimen di Waduk Saguling

(26)

13

Pembahasan

Kondisi Lingkungan

Suhu, pH, kekeruhan merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi proses akumulasi logam. Nilai suhu yang diperoleh pada ketiga stasiun pengamatan cenderung stabil dan berkisar antara 28 – 30°C. Nilai pH pada ketiga stasiun juga tidak mengalami perbedaan yang cukup berarti berkisar antara 6-6.5. Pada saat pengukuran suhu dilakukan pada pagi hari sehingga suhu yang di peroleh berkisar antara 28-30o C. Kisaran kekeruhan yang diperoleh pada ketiga stasiun adalah berkisar antara 2.28-10.72 NTU. Nilai DO yang diperoleh memiliki rata-rata yang berkisar antara 3.11- 5.97 mg/L. Jika dibandingkan dengan perairan Waduk Cirata (Hadaming 2007) nilai kisaran dari kondisi lingkungan yang diperoleh tidak jauh berbeda. Hasil pengukuran suhu, kekeruhan dan pH di perairan Waduk Cirata berkisar antara 28.67-29.67 °C, 4.08-27 NTU, 7.4-7.7.

Nilai pH, suhu, kekeruhan dan DO pada setiap stasiun pengamatan baik di perairan Waduk Saguling maupun Waduk Cirata masih dalam toleransi untuk kehidupan biota air pada umumnya. Berdasarkan PP. RI No.82 tahun 2001 kisaran DO yang sesuai untuk kegiatan perikanan berkisar antara 3-6 mg/l. Dengan demikian nilai DO baik pada Waduk Saguling maupun Cirata masih memenuhi kriteria yang baik untuk perikanan. Kebanyakan organisme akuatik memiliki suhu optimum berkisar antara 20-300C (Arifin dkk 2012). Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air (Wardhana 1995 dalam Siregar 2013).

Fraksi sedimen

Persentase fraksi sedimen di semua lokasi stasiun pengamatan di dominasi oleh fraksi pasir. Pada Stasiun 1 memiliki fraksi sedimen berupa pasir sebesar 56,91%, debu sebesar 28,43% dan liat sebesar 14,66%. Pada Stasiun 2 memiliki fraksi sedimen berupa pasir sebesar 58,31%, debu sebesar 25,95% dan liat sebesar 15,74%. Pada Stasiun 3 memiliki fraksi sedimen berupa pasir sebesar 59,46%, debu sebesar 16,03% dan liat sebesar 24,51% (Gambar 4). Kondisi sedimen ini umumnya berwarna hitam dan abu-abu kehijauan yang mengindikasi kondisi anoxik. Endapan sedimen di Stasiun 1 daerah Maroko dicirikan oleh warna sedimen yang hitam serta berbau amoniak. Warna dan bau sedimen tersebut merupakan indikasi perairan telah tercemar terutama akibat bahan organik, oleh berbagai aktifitas industri yang kemudian bercampur dan mengendap di sedimen. Kandungan Logam Berat Pb dan Cd pada Sedimen

(27)

lingkungan (IADC/CEDA 1997). Jika dibandingkan dengan standar baku mutu EPA (1987) dalam Laws (1993), dengan nilai baku mutu sebesar 1,3 mg/L, maka secara umum konsentrasi logam timbal di sedimen sudah melebihi baku mutu dan sudah mulai tercemar.

Berdasarkan Gambar 5, rata-rata kandungan logam Pb pada sedimen menyebar secara merata pada masing-masing stasiun. Nilai rata-rata kandungan logam Pb pada perairan Waduk Saguling berkisar antara 2.6276-5.1711 ppm. Pada perairan Waduk Cirata (Hadaming 2007) memiliki nilai rata-rata kandungan logam Pb pada sedimen berkisar antara 20.5-29.43 ppm. Pada perairan Waduk Jatiluhur (Thezar 2010) memiliki nilai rata-rata kandungan logam berat pada sedimen berkisar antara 16.41-41.43 ppm. Pada perairan Waduk Saguling, Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur memiliki nilai kandungan logam Pb yang sudah melewati nilai batas baku mutu yang telah ditetapkan oleh EPA (1987) dalam Laws (1993), maka secara umum perairan Waduk Saguling, Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur sudah mulai tercemar.

Selain itu, rendahnya kandungan logam berat pada Stasiun 1 dan 2 disebabkan oleh banyaknya tanaman air berupa eceng gondok yang mengapung dan menutupi sebagian besar perairan. Tanaman air tersebut diduga telah menyerap logam berat yang terbawa oleh air sehingga kandungan logam Pb pada sedimen pada kedua stasiun tersebut lebih rendah dibanding Stasiun 3 yang cenderung hanya terdapat sedikit eceng gondok.

Berdasarkan Gambar 6, rata-rata kandungan logam Cd di dalam sedimen pada Waduk Saguling berkisar antara 0.04-0.24 ppm. Nilai rata-rata kandungan logam Cd pada Waduk Cirata (Amin 2007) berkisar antara 0.001-1.02 ppm. Nilai rata-rata kandungan logam Cd pada Waduk Jatiluhur (Thezar 2010) berkisar antara 1.34-1.92 ppm. Pada Waduk Saguling kandungan logam Cd masih di bawah kadar baku mutu yang ditetapkan oleh Dutch QualityStandards for Metals in Sediments (IADC/CEDA 1997). Besar konsentrasi logam berat kadmium pada sedimen di Waduk Saguling masih tergolong aman bagi kehidupan biota yang ada menurut Dutch Quality Standards for Metals in Sediments yaitu di bawah 0.8 mg/kg (IADC/CEDA 1997). Namun menurut EPA (1987) dalam Laws (1993), besar konsentrasi logam berat kadmium dalam perairan maksimum yang masih diperbolehkan adalah sebesar 1.8 ppb. Sangat kecilnya konsentrasi logam berat kadmium dalam sedimen diduga karena tidak terjadi pembuangan limbah lumpur dari beragam sumber pencemaran seperti dari industri cat dan plastik, kegiatan penambangan, kegiatan ekstraksi dan pengolahan logam Zn, maupun kegiatan-kegiatan industri lainnya yang berada disekitar perairan yang berpotensi menimbulkan pencemaran di Waduk Saguling.

Kadmium bersumber dari buangan industri limbah pertambangan, pengelasan logam, dan pipa-pipa air. Kadmium didalam tubuh manusia dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, perusakan ginjal, perusakan jaringan testicular dan sel-sel darah merah, dan toksisitas bagi biota perairan (Murtini dan Rachmawati 2007). Logam Kadmium memiliki batas U.S. Public Health Service (USPHS) sebesar 0.01 mg/l (Saeni 1989).

Rasio kandungan logam Pb dan Cd pada Air, Biota dan Sedimen

(28)

15 menetap dan terakumulasi jauh lebih lama dibandingkan air yang sifatnya mengalir, selain itu karena residence time air di waduk itu cukup lama dibandingkan dengan sungai, maka logam yang terbawa oleh air dari daerah inlet sedikit banyaknya ada yang sudah turun dan mengendap di sedimen dan terakumulasi seiring berjalan waktu. Jika dibandingkan dengan kandungan logam berat di air, sedimen memiliki nilai rasio perbandingan yang lebih besar dengan rata-rata rasio sebesar 11:1. Perbandingan rata-rata keseluruhan kandungan logam berat di air dan sedimen adalah 11:1, yang menandakan bahwa kandungan logam berat pada sedimen itu 11 kali lebih tinggi daripada kandungan logam berat di air. Sedangkan rasio kandungan logam Pb dan Cd pada biota dan sedimen memiliki nilai rasio perbandingan yang lebih kecil dengan rata-rata rasio sebesar 0.4: 1. Sebaran logam Pb dan Cd pada sedimen di Waduk Saguling

Berdasarkan gambar 9 dan 10 menunjukan sebaran kandungan logam berat Pb dan Cd pada sedimen di Waduk Saguling dilihat berdasarkan gradasi warna. Sebaran logam Pb dan Cd memiliki pola yang sama pada bagian inlet memiliki gradasi warna merah dengan kisaran 3.644-4.153 ppm dan 0.125-0.164 ppm, pada bagian tengah memiliki gradasi warna putih dengan kisaran 2.627-3.135 ppm dan 0.045-0.085 ppm, dan pada bagian outlet memiliki gradasi warna cokelat dengan kisaran 4.661-5.17 ppm dan 0.204-0.244 ppm.

Pada bagian inlet memiliki nilai kandungan logam Pb dan Cd yang cukup tinggi karena di inlet mendapat masukan dari DAS Citarum yang memiliki tingkat pencemaran yang sangat tinggi dari kegiatan industri, domestik dan rumah tangga (Rochyatun 2006). Namun pada bagian tengah memiliki nilai kandungan yang sangat rendah karena pada daerah bagian tengah terdapat banyak tanaman air berupa eceng gondok yang mengapung dan menutupi sebagian besar perairan. Tanaman air tersebut diduga telah menyerap logam berat yang terbawa oleh air sehingga kandungan logam Pb pada sedimen dikedua stasiun tersebut lebih rendah dibanding Stasiun 3 yang cenderung hanya terdapat sedikit eceng gondok.

Pengendalian Pencemaran

Setidaknya ada 4 strategi untuk mengendalikan pencemaran yaitu, pengawasan dan penegakan hukum, monitoring dan evaluasi, pengolahan limbah dan penetapan daya dukung. Berikut merupakan penjabaran dari masing-masing strategi untuk mengendalikan pencemaran.

(29)

dapat dilakukan melalui beberapa cara, seperti diterapkannya penegakan hukum (law enforcement) yang lebih tegas lagi terhadap para pengusaha yang memiliki industri yang berpotensi membuang limbah ke lingkungan. Peraturan-peraturan yang telah ada yang mengatur mengenai penanganan limbah B3 seharusnya dengan tegas harus dipatuhi oleh para pengusaha agar buangan-buangan limbah berbahaya tidak dilepaskan ke lingkungan dengan kondisi yang tidak memenuhi persyaratan. Tindakan dan sangsi hukum seharusnya diberlakukan dengan tegas terhadap para pelanggarnya.

Selain itu upaya monitoring terhadap logam berat di perairan Waduk Saguling harus dilakukan secara terus-menerus. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat pencemaran logam berat di waduk Saguling adalah mewajibkan kepada perusahaan atau industri untuk membuat IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) bagi yang belum memiliki. Penyempurnaan prasarana untuk pengolahan limbah berbahaya bagi perusahaan yang memiliki IPAL namun kondisinya telah tidak layak lagi. Jika IPAL tidak berjalan lancar, maka pada umumnya sangat sulit bagi para pengusaha untuk melakukan pengolahan limbah sesuai dengan peraturan yang diharuskan. Bagi industri kecil yang tidak mampu membuat dan mengoperasikan IPAL secara mandiri dapat dilakukan secara bersama dengan industri kecil yang lain (IPAL Terpadu). Berbasis pada wawasan kita terhadap resiko polusi lingkungan oleh ion logam berat, hal ini menyebabkan kita mau tidak mau harus memperbaiki kembali perhatian kita terhadap sistem pengolahan limbah logam-logam berat tersebut. Salah satunya adalah proses pengolahan dengan menggunakan mikroorganisme dengan tujuan mengurangi tingkat keracunan elemen polusi terhadap lingkungan, pendekatan ini dapat mengacu pada proses bioremediasi (Juhaeti dkk 2004) . Saat ini, pengolahan secara biologis untuk mengurangi ion logam berat dari air tercemar muncul sebagai teknologi alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan dibandingkan dengan proses kimia, seperti menambahkan zat kimia tertentu untuk proses pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion (exchange resins), dan beberapa methode lainnya seperti penyerapan dengan menggunakan karbon aktif, electrodialysis dan reverse osmosis. Bioremoval didefinisikan sebagai terakumulasi dan terkonsentrasinya zat polusi (pollutant) dari suatu cairan oleh material biologi, selanjutnya melalui proses rekoveri material ini dapat dibuang dan ramah terhadap lingkungan. Berbagai jenis mikroba biomassa dapat digunakan untuk tujuan ini. Proses bioremoval berpotensi tinggi dalam kontribusinya untuk mengurangi kadar logam berat pada level konsentrasi yang sangat rendah. Bioremoval lebih efektif dibanding dengan ion exchange dan reverse osmosis dalam kaitannya dengan sensitifitas kehadiran padatan terlarut (suspended solid), zat organik dan logam berat lainnya, serta lebih baik dari proses pengendapan (presipitation) bila dikaitkan dengan kemampuan menstimulasikan perubahan pH dan konsentrasi logam beratnya (Suhendrayatna 2001).

(30)

17 masing-masing stasiun menyatakan bahwa tingkat pencemaran logam berat pada sedimen telah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan oleh EPA (Enviromental Protection Area). Pencemaran tersebut diduga berasal dari pembuangan limbah dari industri tekstil, industri logam, limbah domestik, dan juga limpasan minyak. Sebaran logam berat Pb dan Cd di Waduk Saguling mempunyai pola yang sama, di Stasiun 1 tinggi, di Stasiun 2 menurun dan pada saat di Stasiun 3 meningkat lagi. Selain itu perairan Waduk Saguling juga didominasi oleh fraksi sedimen jenis pasir.

Implikasi bagi pengelolaan kualitas air yang ditawarkan untuk Waduk Saguling antara lain pengawasan dan penegakan hukum, monitoring dan evaluasi, pengolahan limbah, penetapan daya dukung dan perlunya pengelolaan IPAL pada industri-industri yang diperkirakan membuang limbah di sungai.

Saran

Perlunya adanya penelitian lanjutan mengenai study penelusuran asal-usul logam berat pada sedimen di Waduk Saguling.

DAFTAR PUSTAKA

Alihar F, Cahyadi R, Asiati D, Nugraha B, Miranda TI & Indrawardani KF. 2005. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Waduk Saguling. Pusat Penelitian Kependudukan. DIPA Biro Perencanaan dan Keuangan. LIPI. Jakarta. Arifin B, Deswati & Loekman U. 2012. Analisis Kandungan Logam Cd, Cu, Cr

dan Pb dalam Air Laut di Sekitar Perairan Bungus Teluk Kabung Kota Padang. [Jurnal] Teknik Lingkungan UNAND 9 (2): 139-145.

Connell DW, Miller GJ. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Yanti Koestoer (penerjemah) & Sahati. UI Press. Jakarta. 520 hlm.

Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Garno YS. 2001. Status dan Karakteristik Pencemaran Air Waduk Kaskade Citarum. [Jurnal] Teknologi Lingkungan Vol.2 (2).

(31)

Hariyadi S, Suryadiputra INN & Widigdo B. 1992. Limnologi : Metoda Analisa Kualitas Air. Laboratorium Limnologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

IADC/CEDA. 1997. Environmental aspects of dredging - conventions, codes and conditions: marine disposal. International Association of Dredging Companies (IADC), & Central Dredging Association (CEDA), Netherlands, 1-71.

Juhaeti T, Syarif F, Hidayati N. 2004. Inventarisasi Tumbuhan Potensial Untuk Fitoremediasi Lahan dan Air Terdegradasi Penambangan Emas. [Jurnal] Biodiversitas Vol.6 (1): 31-33.

Laws EA. 1993. Aquatic pollution: An introductory text. Canada: John Riler and Sons, Inc. 611 Hlm.

Murtini JT dan Rachmawati N. 2007. Kandungan Logam Berat pada Ikan, Air dan Sedimen di Waduk Saguling Jawa Barat. [Jurnal] Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol.2 (2).

[PP. RI] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Sekretaris Negara Republik Indonesia. Jakarta.

Retnowati DN. 2003. Struktur Komunitas Makrozoobenthos dan Beberapa Parameter Fisika Kimia Perairan Situ Rawa Besar, Depok, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rochyatun E, Kaisupy MT & Rozak A. 2006. Distribusi Logam Berat dalam Air dan Sedimen di Perairan Muara Sungai Cisadane. [Jurnal] Makara, Sains, Vol. 10 (1), April 2006: 35-40.

Saeni S. 1989. Kimia Lingkungan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sanusi HS, Horas H & Hamidah R. 1984. Hubungan antara Umur, Kadar Air Raksa (Hg) dan Kadmium (Cd) yang Terakumulasi oleh Kerang Hijau Mytilus viridis L., yang dibudidaya di Perairan Teluk Jakarta. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan. Insitut Pertanian Bogor. Proyek Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi No. 39/PIT/DPPM/408/1983, Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Siregar NMA. 2013. Analisis Kandungan Logam Berat Pb dan Cd pada Keong Tutut (Bellamya javanica v.d Bush 1844) di Waduk Saguling, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suhendrayatna. 2001. Bioremoval Logam Berat dengan Menggunakan Mikroorganisme: Suatu Kajian Kepustakaan (Heavy Metal Bioremoval by Microorganisms: A Literature Study) Sinergy Forum - PPI Tokyo Institute of Technology

(32)

19

LAMPIRAN

Lampiran 1 Lokasi pengambilan contoh sedimen

Lampiran 2 Alat yang digunakan selama penelitian

Lampiran 3 Pengukuran kandungan logam berat dalam sedimen

1. Dimasukkan masing-masing contoh sedimen ke dalam beaker Teflon secara merata agar mengalami proses pengeringan sempurna.

2. Kemudian dikeringkan contoh sedimen dalam oven pada suhu 1050C selama 4 jam.

3. Contoh sedimen yang telah kering kemudian ditumbuk sampai halus. 4. Setiap contoh sedimen ditimbang sebanyak kurang lebih 1 gram dengan

alat timbang digital.

5. Contoh sedimen yang telah ditimbang dimasukkan kedalam beaker Teflon yang tertutup.

6. Selanjutnya ditambahkan 5 ml larutan aqua regia dan dipanaskan pada suhu 1300 C.

7. Setelah semua sedimen larut, pemanasan diteruskan hingga larutan hampir kering dan selanjutnya didinginkan pada suhu ruang dan dipindahkan ke sentrifuse polietilen.

8. Kemudian ditambahkan aquades hingga volumenya mencapai 100 ml dan dibiarkan mengendap, setelah itu tampung fasa airnya. Terakhir siap diukur dengan AAS menggunakan nyala udara-asetilen.

Stasiun 1. Maroko Stasiun 2. Karang Anyar Stasiun 3. DAM

(33)

Lampiran 4Data logam berat Pb dan Cd hasil pembacaan AAS

Stasiun Pengamatan Unit Logam

Pb Cd

Stasiun 1 Ppm 4.1389 0.1348

Stasiun 2 Ppm 2.6276 0.0452

Stasiun 3 Ppm 5.1711 0.2438

Lampiran 5 Baku mutu yang digunakan Logam Berat Level Tabel 4. Kriteria Pb dalam badan air

Tipe Air Konsentrasi

Sumber: EPA 1987 dalam Laws 1993 Tabel 5. Kriteria Cd dalam badan air

Tipe Air Konsentrasi

(34)

21

Lampiran 6 Tabel jenis dan jumlah industri yang beroperasi pada DAS Citarum

Sumber: Garno (2001)

No Jenis Industri Jumlah

1 Tekstil 228

2 Aneka Industri 38

3 Logam 17

4 Makanan dan minuman 14

5 Farmasi 10

6 Kimia 8

7 Plastik 7

8 Kulit 6

9 Minyak dan Cat 4

(35)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Maret 1991 dari pasangan Bapak Tumar dan Ibu Roh Dwi Wilujeng. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan Penulis dimulai dari Taman Kanan-Kanak (TK) Kasih Ananda tahun pada tahun 1996-1997. Kemudian selama enam tahun yaitu pada tahun 1997-2003 penulis menempuh Sekolah Dasar Negeri 05 Pagi Sunter Agung. Penulis kemudian menempuh pendidikan Sekolah Menegah Pertama Negeri 116 Jakarta, selama tiga tahun (2003-2006).Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas Negeri 80 Jakarta pada tahun 2006-2009. Penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada program studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama masa perkuliahan, penullis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (2010-2011) Sebagai Staff Komunikasi dan Informasi, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (2011-2012) sebagai Kepala Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa dan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (2012-2013) sebagai Menteri Sosial Masyarakat. Penulis juga pernah menjadi asisten luar biasa pada mata kuliah Ikhtiologi Fungsional (2012) dan asisten luar biasa pada mata kuliah Ekotoksikologi Perairan (2012)

Gambar

Gambar 1 Bagan alir perumusan masalah
Gambar 2 Lokasi penelitian
Tabel 3 Baku mutu logam berat pada sedimen
Gambar 3 Grafik perbandingan beberapa parameter lingkungan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, data dasar dan informasi mengenai tingkat pencemaran logam berat di suat u perairan perikanan budi daya sangat diperlukan agar dapat dilakukan upaya- upaya

Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) Dalam Air, Sedimen dan Organ Tubuh Ikan Sokang (Triachantus nieuhofi) di Perairan Ancol.. Institut

Status pencemaran logam berat di perairan Barat Laut Dumai, dilihat berdasarkan perbandingan tingkat pencemaran pada tiap titik sampling penelitian dengan menggunakan baku

Data analisis kandungan logam berat Pb dan Cd di sedimen diketahui sungai Pasar Batu dan Istra Buntu adalah nilai tertinggi hal ini diduga karena pada lokasi

Pencemaran logam Pb dan Cd pada sedimen aliran Sungai Kreo dengan kelas pencemaran tinggi terjadi mulai dari jarak 0 meter sampai dengan jarak 143 meter dari outlet lindi,

Telah dilakukan penelitian tentang tingkat pencemaran logam kadmium (Cd) dan kobalt (Co) pada sedimen disekitar pesisir Bandar Lampung.. Konsentrasi logam kadmium dan kobalt

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Kajian Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Seng (Zn) Pada Air, Sedimen, dan Makrozoobentos di Perairan Waduk Cirata,

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Kajian Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Seng (Zn) Pada Air, Sedimen, dan Makrozoobentos di Perairan Waduk Cirata,