• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekstrak Daun Tanaman Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) sebagai Antidiare

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ekstrak Daun Tanaman Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) sebagai Antidiare"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

EKSTRAK DAUN TANAMAN LINDUR

(Bruguiera gymnorrhiza) SEBAGAI ANTIDIARE

RAHMAWATI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ekstrak Daun Tanaman Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) sebagai Antidiare adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014 Rahmawati NIM C34100008

(4)
(5)

ABSTRAK

RAHMAWATI. Ekstrak Daun Tanaman Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) sebagai Antidiare. Dibimbing oleh TATI NURHAYATI dan NURJANAH.

Bruguiera gymnorrhiza yang dikenal dengan nama lindur merupakan salah satu vegetasi mangrove yang dapat digunakan untuk mengobati diare. Tujuan penelitian ini adalah menentukan rendemen ekstrak kasar, mengidentifikasi komponen aktif dan mengevaluasi aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab diare pada ekstrak daun lindur hasil ekstraksi tunggal dan ekstraksi bertingkat, serta menentukan kandungan total fenol ekstrak daun lindur hasil ekstraksi tunggal. Rendemen ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal sebesar 14,68%. Rendemen ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol hasil ekstraksi bertingkat masing-masing sebesar 3,56%, 1,93% dan 7,36%. Komponen aktif yang terdapat pada seluruh ekstrak kasar daun lindur adalah steroid dan flavonoid. Ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal dan ekstrak etil asetat hasil ekstraksi bertingkat memiliki aktivitas antibakteri yang tertinggi terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538. Kandungan total fenol ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal sebesar 16,59 mgGAE/g ekstrak.

Kata kunci: antibakteri, B.gymnorrhiza, daun, diare, zona bening

ABSTRACT

RAHMAWATI. Leaf Extracts of Bruguiera gymnorrhiza as Antidiarrhea. Supervised by TATI NURHAYATI and NURJANAH.

Bruguiera gymnorrhiza known as lindur in Indonesia is one of mangrove vegetation that can use for diarrheal treatment. The objectives of this research are to determine yield of crude extracts, to identify active compounds and to evaluate antibacterial activity toward diarrheal-causing bacteria from the leaf extracts of lindur that acquired from singular and multilevel extraction, and to determine the phenolic contents of lindur leaf extract from singular extraction. Yield of ethanolic extract from singular extraction was 14.68%. Yield of n-hexane extract, ethyl acetate extract and ethanolic extract from multilevel extraction were 3.56%, 1.93% and 7.36% respectively. Active compounds that contained in all of crude extracts are steroid and flavonoid. Ethanolic extract from singular extraction and ethyl acetate extract from multilevel extration possess the highest antibacterial activity towards Staphylococcus aureus ATCC 6538. Total phenolic content of ethanolic extract from singular extraction was 16.59 mgGAE/g of extract.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)
(8)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

EKSTRAK DAUN TANAMAN LINDUR

(Bruguiera gymnorrhiza) SEBAGAI ANTIDIARE

RAHMAWATI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(9)
(10)

Judul Skripsi : Ekstrak Daun Tanaman Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) sebagai Antidiare

Nama : Rahmawati

NIM : C34100008

Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr Tati Nurhayati, SPi MSi Pembimbing I

Prof Dr Ir Nurjanah, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi Ketua Departemen

(11)
(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Ekstrak Daun Tanaman Lindur (Bruguiera gymnorrhiza) sebagai Antidiare”. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjanan Perikanan pada Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Insitut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Tati Nurhayati, SPi MSi dan Prof Dr Ir Nurjanah MS selaku dosen pembimbing atas seluruh arahan, bimbingan dan semangat yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr Desniar, SPi MSi selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang sangat membangun kepada penulis. Penghargaan penulis sampaikan kepada Dosen dan staf administrasi Departemen Teknologi Hasil Perairan, Bapak Saeful Bahri dari Laboratorium Karakterisasi Bahan Baku Hasil Perairan, Ibu Ema Masruroh dari Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan dan Ibu Dini Indriani dari Laboratorium Biokimia Hasil Perairan (Departemen Teknologi Hasil Perairan), Ibu Nunung Nuryanti dari Laboratorium Kimia Analitik (Departemen Kimia) dan Pusat Studi Biofarmaka IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik serta seluruh keluarga besar THP 47, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

Ruang Lingkup Penelitian ... 2

METODE PENELITIAN ... 2

Bahan... 3

Alat ... 3

Prosedur Penelitian ... 3

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Rendemen Ekstrak Kasar Daun Lindur ... 6

Komponen Aktif Ekstrak Daun Lindur ... 7

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Lindur ... 9

Kandungan Total Fenol Ekstrak Etanol Daun Lindur ... 12

KESIMPULAN DAN SARAN ... 13

Kesimpulan ... 13

Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 13

LAMPIRAN ... 16

(14)
(15)

DAFTAR TABEL

1 Hasil uji fitokimia ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal ... 8 2 Hasil uji fitokimia ekstrak daun lindur hasil ekstraksi bertingkat ... 9

DAFTAR GAMBAR

1 Aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal

terhadap S. aureus ATCC 6538 pada konsentrasi ( ) 0,5 mg, ( ) 1,0 mg, ( ) 1,5 mg dan ( ) 2,0 mg ... .10 2 Aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat daun lindur terhadap bakteri

S. aureus ATCC 6538 pada konsentrasi ( ) 0,5 mg, ( ) 1,0 mg, ( ) 1,5 mg dan ( ) 2,0 mg ... 11 3 Aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat daun lindur terhadap bakteri

E. coli ATCC 8739 pada konsentrasi ( ) 0,5 mg, ( ) 1,0 mg, ( ) 1,5 mg dan ( ) 2,0 mg ... ….12

DAFTAR LAMPIRAN

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ekosistem mangrove berada di sekitar wilayah pesisir perairan Indonesia. Ekosistem ini memiliki vegetasi yang mampu beradaptasi pada lingkungan perairan yang ekstrim. Salah satu spesies ekosistem ini adalah tanaman Bruguiera gymnorrhiza. Wilayah penyebaran spesies B. gymnorrhiza di Indonesia meliputi pulau Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua (Helmy 2012). Masyarakat Jawa dan Bali menyebut spesies tersebut dengan nama lindur (Sulistyawati et al. 2012). Tanaman lindur banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia untuk mengobati diare dan demam (Allen dan Duke 2006).

Eksplorasi potensi biologis daun tanaman lindur masih terus dilakukan. Hasil penelitian Soonthornchareonnon et al. (2012) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun lindur memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Bacillus cereus ATCC 14579. Haq et al. (2011) menyatakan bahwa ekstrak etanol dan ekstrak metanol daun lindur memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa.

Diare merupakan salah satu penyakit yang sering diderita oleh masyarakat Indonesia. Diare merupakan suatu penyakit infeksi yang menyebabkan frekuensi defekasi melebihi frekuensi normal dengan konsentrasi feses encer bahkan bercampur lendir dan darah (Sari et al. 2010). Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan kematian 73 orang dengan nilai CFR sebesar 1,74% (KEMENKES 2011).

Penyebab diare secara klinis dapat digolongkan menjadi enam bagian, yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Salah satu penyebab yang sering ditemukan adalah diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri (KEMENKES 2011). Spesies bakteri yang sering menjadi penyebab timbulnya diare adalah Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae, Escherichia coli, Yersinia enterocolitica, Shigella flexneri dan Campylobacter jejuni (Farthing 2000; Omwenga et al. 2011). Bakteri-bakteri ini akan menginvasi saluran pencernaan sehingga menimbulkan gejala yang akut (Winarno 2007).

(18)

2

Rahmawati 2008). Hal ini memicu perlunya dilakukan penelitian untuk mempelajari senyawa antibakteri yang berasal dari alam, khususnya dari tanaman. Salah satu tanaman yang berpotensi untuk pengembangan senyawa antibakteri adalah tanaman lindur.

Perumusan Masalah

Diare merupakan salah satu penyakit yang sering diderita oleh masyarakat Indonesia. Penyakit ini sering menjadi salah satu penyebab kematian pada masyarakat Indonesia, terutama balita. Indeks rasio (IR) penyakit diare di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahun dan KLB diare juga masih sering terjadi dengan CFR yang tinggi. Salah satu penyebab diare adalah infeksi bakteri. Tanaman lindur sering dijadikan obat tradisional oleh masyarakat pesisir dalam mengobati diare, namun belum ada penelitian mengenai efektivitas daun tanaman lindur terhadap bakteri penyebab diare.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menentukan rendemen ekstrak kasar, mengidentifikasi komponen aktif dan mengevaluasi aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab diare pada ekstrak daun lindur hasil ekstraksi tunggal dan ekstraksi bertingkat, serta menentukan kandungan total fenol ekstrak daun lindur hasil ekstraksi tunggal.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai potensi daun lindur sebagai komoditas hasil perairan yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab diare.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah pengambilan dan preparasi sampel daun tanaman lindur, ekstraksi tunggal dan bertingkat pada sampel, pengujian komponen aktif (fitokimia), pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab diare pada ekstrak hasilekstraksi tunggal dan bertingkat, serta pengujian kandungan total fenol pada ekstrak daun lindur hasil ekstraksi tunggal.

METODE PENELITIAN

(19)

3 Laboratorium Karakterisasi Bahan Baku Hasil Perairan. Proses evaporasi sampel dilakukan di Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Uji fitokimia dan total fenol dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Uji aktivitas antibakteri dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah daun tanaman lindur (B. gymnorrhiza). Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk ekstraksi daun lindur adalah n-heksana, etil asetat dan etanol pro analisis. Bahan yang digunakan untuk uji komponen aktif adalah pereaksi Meyer, pereaksi Wagner, pereaksi Dragendorff (uji alkaloid), kloroform, anhidra asetat, asam sulfat pekat (uji steroid/triterpenoid), serbuk magnesium, amil alkohol (uji flavonoid), air panas, larutan HCl 2 N (uji saponin) dan etanol 70%, larutan FeCl3 5% (uji fenol

hidrokuinon), FeCl3 10% (uji tanin). Bahan yang digunakan untuk analisis

aktivitas antibakteri adalah bakteri uji berupa Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan bakteri Escherichia coli ATCC 8739, akuades, kloramfenikol, media Nutrient Agar (NA), media Nutrient Broth (NB), media Mueller Hinton Agar (MHA). Bahan yang digunakan untuk uji total fenol adalah etanol 95%, akuades, Na2CO3

5%, reagen Folin-Ciocalteau dan asam galat sebagai standar.

Alat

Peralatan yang digunakan adalah oven pengering (Yamato DV 41), timbangan digital (Quattro), orbital shaker (WiseShake®), kertas saring (Whatman No.42), rotary vacuum evaporator, oven pensteril (Yamato SH 62), vorteks (Geniez ™), inkubator (Yamato IS 900), autoklaf (Yamato SM 52), refrigerator, spektrofotometer (UV Vis RS 2500) dan jangka sorong.

Prosedur Penelitian

(20)

4

Penelitian Tahap I

Pengambilan dan preparasi daun lindur

Pengambilan daun lindur dilakukan di Kawasan Ekowisata Mangrove, Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Daun diambil secara mekanik dengan memotong bagian tangkai daun, lalu dibersihkan dari komponen pengotor. Daun lindur yang sudah bersih kemudian dipreparasi. Daun lindur dicacah halus dan dikeringanginkan menggunakan sinar matahari selama 12 jam. Cacahan halus daun lindur yang telah kering kemudian diukur kadar airnya. Sampel kemudian dibagi dua, bagian pertama yang berbentuk cacahan halus digunakan untuk proses ekstraksi tunggal. Sampel bagian kedua diblender hingga berbentuk serbuk halus untuk proses ekstraksi bertingkat.

Penelitian Tahap II

Ekstraksi daun lindur menggunakan metode ekstraksi tunggal dan ekstraksi bertingkat (modifikasi dari Sari 2008)

Kedua sampel daun lindur diekstraksi dengan cara maserasi. Sampel pertama dimaserasi menggunakan satu jenis pelarut (ekstraksi tunggal). Sampel kedua dimaserasi menggunakan tiga jenis pelarut dengan kepolaran yang berbeda, yaitu n-heksana, etil asetat, dan etanol pro analisis.

Ekstraksi tunggal

Sampel bagian pertama ditimbang sebanyak 50 gram untuk setiap ulangan dan ditambahkan pelarut etanol p.a. sebanyak 250 mL untuk setiap ulangan, lalu dimaserasi selama 24 jam menggunakan orbital shaker dengan kecepatan 180 rpm. Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman No. 42. Proses maserasi dilakukan hingga filtrat yang diperoleh menjadi bening. Filtrat yang terkumpul kemudian dievaporasi dengan rotary vacuum evaporator pada suhu 40 ○C, sehingga diperoleh ekstrak etanol hasil maserasi tunggal.

Ekstraksi bertingkat

Sampel bagian kedua ditimbang sebanyak 35,95 gram untuk setiap ulangan dan ditambahkan pelarut n-heksana p.a. sebanyak 62,5 mL untuk setiap ulangan. Sampel kemudian dimaserasi selama 72 jam dengan kecepatan 180 rpm. Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman No. 42, sehingga diperoleh filtrat dan residu. Residu ini kemudian dimaserasi lagi dengan cara yang sama hingga filtrat yang diperoleh menjadi bening. Filtrat yang terkumpul kemudian dievaporasi menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu 40 ○C. Residu ekstraksi dengan pelarut n-heksana kemudian dilarutkan kembali ke dalam pelarut etil asetat p.a. dan diekstraksi seperti proses sebelumnya. Filtrat yang terkumpul kemudian dievaporasi dan residu yang diperoleh dilarutkan dalam pelarut etanol p.a. serta diekstraksi seperti proses sebelumnya. Filtrat yang terkumpul kemudian dievaporasi dengan rotary vacuum evaporator pada suhu 40 ○C, sehingga diperoleh ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol hasil ekstraksi bertingkat.

Penelitian Tahap III

Pengujian fitokimia (Harborne 1987)

(21)

5 meliputi uji alkaloid, uji steroid/triterpenoid, uji flavonoid, uji saponin, uji fenol hidrokuinon, dan uji tanin.

Penelitian Tahap IV

Pengujian aktivitas antibakteri

Uji aktivitas antibakteri dilakukan terhadap seluruh ekstrak daun lindur yang diperoleh dari kedua metode ekstraksi. Uji ini terdiri atas tahapan persiapan dan tahapan pengujian. Tahapan persiapan merupakan modifikasi dari Renhoran (2013) yang meliputi pembuatan media padat Nutrient Agar (NA), pembuatan media cair Nutrient Broth (NB), penyegaran suspensi bakteri, dan persiapan media padat Mueller Hinton Agar (MHA). Tahapan pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi sumur agar yang merupakan modifikasi dari Praptiwi dan Harapini (2004).

a) Pembuatan media padat Nutrient Agar (NA)

Media NA dibuat dengan cara melarutkan sebanyak 1,4 gram bubuk media NA dalam akuades hingga volumenya 50 mL, lalu dipanaskan sambil diaduk hingga mendidih. Sebanyak 5 mL media NA (Nutrient Agar) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu di sterilisasi. Media kemudian dimiringkan, lalu dibiarkan memadat dan disimpan di dalam refrigerator.

b) Pembuatan media cair Nutrient Broth (NB)

Media NB dibuat dengan cara melarutkan sebanyak 0,702 gram bubuk media NB dalam akuades hingga volumenya 54 mL, lalu dipanaskan sambil diaduk hingga mendidih. Sebanyak 9 mL media NB (Nutrient Broth) dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu disterilisasi. Media kemudian didinginkan dan disimpan pada tempat yang steril.

c) Penyegaran suspensi bakteri

Sebanyak satu ose bakteri uji digoreskan pada media padat NA dengan pola zigzag secara aseptik, lalu diinkubasi pada suhu 37 ○C selama 24 jam. Sebanyak satu sampai tiga ose bakteri uji dari media NA dimasukkan ke dalam media NB yang telah dingin secara aseptik. Sampel diinkubasi pada suhu 37 ○C selama 24 jam, lalu diukur nilai optical density (OD) untuk setiap bakteri uji pada panjang gelombang 600 nm.

d) Pembuatan media padat Mueller Hinton Agar (MHA)

Media padat MHA dibuat dengan cara melarutkan sebanyak 4,56 gram bubuk media MHA dalam akuades hingga volumenya 120 mL, lalu dipanaskan sambil diaduk hingga mendidih. Sebanyak 20 mL media MHA dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu disterilisasi. Media kemudian dibiarkan memadat dan disimpan di dalam refrigerator.

e) Uji aktivitas antibakteri

(22)

6

20 µL. Cawan petri yang telah mengandung bakteri tersebut dilapisi plastik wrapping untuk menghindari kontaminasi dan disimpan di dalam refrigerator selama 3 jam agar ekstrak berdifusi terlebih dahulu. Cawan petri kemudian diletakkan di dalam inkubator pada suhu 37 ○C selama 24 jam. Aktivitas antibakteri diukur dengan mengamati zona bening yang terbentuk menggunakan jangka sorong setiap dua jam selama 24 jam.

Penelitian Tahap V

Pengujian kandungan total fenol (modifikasi dari Pambayun et al. 2007)

Kandungan total fenol dilakukan hanya pada ekstrak etanol hasil ekstraksi tunggal. Penentuan kandungan total fenol pada ekstrak menggunakan prosedur Folin-Ciocalteau. Ekstrak kasar dengan berat sekitar 2 mg ditimbang, lalu diinterpretasikan sebagai milligram ekivalen asam galat (GAE = Galic Acid Equivalent) per gram ekstrak (mg GAE/g ekstrak). Diagram alir prosedur kerja penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rendemen Ekstrak Kasar Daun Lindur

Ekstraksi merupakan proses penarikan komponen zat aktif dari suatu bahan dengan menggunakan pelarut tertentu (Harborne 1987). Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan cara perendaman tanpa menggunakan panas (Astuti 2012). Proses evaporasi filtrat menggunakan suhu 40 °C untuk mencegah terjadinya kerusakan komponen aktif (Harborne 1987).

Ekstrak Kasar Hasil Ekstraksi Tunggal

(23)

7 pelarut yang digunakan. Ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal berwarna hijau kehitaman berbentuk pasta. Warna hijau ini diduga sebagai akibat tertariknya klorofil pada saat proses ekstraksi berlangsung. Harborne (1987) menyatakan bahwa klorofil dapat terekstrak bersama karotenoid saat proses ekstraksi berlangsung.

Ekstrak Kasar Hasil Ekstraksi Bertingkat

Ekstrak kasar yang diperoleh dari ekstraksi bertingkat terdiri atas ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol. Hasil dari ekstraksi bertingkat menunjukkan bahwa rendemen ekstrak tertinggi yaitu ekstrak etanol sebesar 7,36%, diikuti oleh ekstrak n-heksana sebesar 3,56% dan ekstrak etil asetat sebesar 1,93%. Hal ini mengindikasikan bahwa komponen aktif pada daun lindur cenderung larut pada pelarut polar. Hasil serupa diperoleh dari penelitian Fitrial et al. (2008) yang mengekstrak biji teratai (Nymphaea pubescens) menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat dan etanol dan rendemen tertinggi terdapat pada ekstrak etanol. Ekstrak n-heksana berwarna kuning kehitaman dengan tekstur lengket. Hal ini disebabkan adanya lipid yang terekstrak oleh pelarut n-heksana. Komponen yang dapat diekstrak oleh pelarut n-heksana adalah lilin, lipid dan minyak atsiri (Houghton dan Raman 1998). Ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol hasil ekstraksi bertingkat berwarna hijau kehitaman. Kenampakan ekstrak tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2.

Komponen Aktif Ekstrak Daun Lindur

Tanaman lindur memiliki komponen aktif yang penyebarannya berbeda pada setiap bagian dari tanaman tersebut. Penyebaran komponen aktif ini bersifat terbatas dan sering disebut sebagai metabolit sekunder (Sirait 2007). Fitokimia mempunyai peran penting dalam penelitian obat yang dihasilkan dari tanaman. Uji fitokimia yang dilakukan pada ekstrak daun lindur hasil ekstraksi tunggal dan bertingkat meliputi uji alkaloid, steroid/triterpenoid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon dan tanin.

Komponen Aktif pada Ekstrak Kasar Hasil Ekstraksi Tunggal

Hasil uji fitokimia pada ekstrak etanol hasil ekstraksi tunggal dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mengandung alkaloid, steroid, triterpenoid, flavonoid, saponin dan fenol hidrokuinon. Hal serupa juga ditemukan pada hasil penelitian Soonthornchareonnon et al. (2012) yang menyebutkan bahwa ekstrak etanol daun B. gymnorrhiza mengandung komponen flavonoid. Flavonoid tergolong senyawa fenol yang memiliki gugus hidroksil dan dapat berfungsi sebagai antibiotik (Bandaranayake 2002). Komponen alkaloid yang terdeteksi pada ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal merupakan komponen yang bersifat basa, mengandung satu atau lebih atom nitrogen dan bersifat heterosiklik. Alkaloid juga merupakan komponen yang bersifat racun sehingga sering digunakan dalam bidang pengobatan (Harborne 1987).

(24)

8

disebut fitosterol. Jenis fitosterol yang paling banyak terkandung di dalam membran sel tumbuhan adalah stigmasterol (Lehninger 1982). Triterpenoid merupakan bagian dari senyawa terpenoid yang bersifat tidak menguap. Senyawa ini memiliki kerangka karbon yang berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon asiklik (Sirait 2007).

Saponin juga terkandung pada ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal. Hal ini sesuai dengan Harborne (1987) yang menyatakan bahwa saponin merupakan senyawa polar sehingga akan terkestrak oleh pelarut polar pula. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta memiliki kemampuan membentuk busa dan melisiskan sel darah (hemolisis). Komponen fenol hidrokuinon juga terdeteksi ekstrak tersebut. Senyawa ini tergolong ke dalam senyawa fenolik yang memiliki cincin aromatik dan mengandung gugus hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air, sering terdapat dalam bentuk glikosida serta biasanya terdapat di dalam vakuola sel tumbuhan (Harborne 1987).

Komponen tanin tidak terdeteksi pada ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal. Hal ini diduga adanya sifat komponen tanin yang sulit terekstrak. Hal ini didukung oleh Harborne (1987) yang menyebutkan bahwa sangat sulit mengekstraksi seluruh tanin yang terdapat di dalam tanaman, terutama tanin terkondensasi.

Tabel 1 Hasil uji fitokimia ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal

Komponen aktif Hasil uji Parameter

Steroid + Terdapat warna hijau muda

Triterpenoid + Terdapat warna merah pudar

Flavonoid + Warna kuning

Saponin + Busa stabil

Fenol hidrokuinon + Warna hijau biru

Tanin - Tidak terbentuk warna hijau kehitaman

Keterangan : - = tidak terdeteksi

+ = terdeteksi

Komponen Aktif pada Ekstrak Kasar Hasil Ekstraksi Bertingkat

Hasil uji fitokimia pada ekstrak daun lindur hasil ekstraksi bertingkat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa ketiga jenis ekstrak mengandung steroid dan flavonoid. Steroid merupakan molekul kompleks yang larut di dalam lemak dengan empat cincin yang saling bergabung. Steroid yang paling banyak ditemukan adalah sterol, yang merupakan steroid alkohol. Salah satu turunan dari sterol yaitu glikosida jantung yang dapat melindungi tanaman tersebut dari predator (Roswiem et al. 2011). Senyawa flavonoid merupakan turunan dari senyawa induk flavon. Flavonoid mengandung cincin aromatik yang terkonjugasi. Senyawa flavonoid yang terdapat pada tumbuhan umumnya terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid (Harborne 1987).

(25)

9 komponen alkaloid yang terdapat pada sampel. Golongan komponen alkaloid secara kimia bersifat heterogen. Senyawa ini bisa terdapat dalam struktur yang sederhana, contohnya koniina hingga terdapat dalam struktur yang lebih kompleks, contohnya strikhnina. Alkaloid juga merupakan senyawa yang bersifat racun sehingga sering digunakan dalam bidang pengobatan (Harborne 1987).

Tabel 2 Hasil uji fitokimia ekstrak daun lindur hasil ekstraksi bertingkat

Komponen aktif Ekstrak

N-heksana Etil asetat Etanol

Alkaloid

Hasil uji fitokimia pada Tabel 2 menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana dan ekstrak etil asetat hasil ekstraksi bertingkat mengandung senyawa triterpenoid. Triterpenoid memiliki struktur siklik yang relatif kompleks dan kebanyakan merepakan suatu alkohol, aldehid atau asam karboksilat. Komponen triterpenoid dan turunannya terdapat pada lapisan lilin daun tanaman (Sirait 2007).

Saponin terdapat pada ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi bertingkat. Hal ini sesuai dengan Harborne (1987) yang menyatakan bahwa saponin merupakan senyawa polar sehingga akan terekstrak oleh pelarut polar pula. Saponin yang terdapat dalama tumbuhan meupakan prekursor kortison. Senyawa ini dapat meningkatkan resorpsi berbagai zat dan membuat partikel yang bersifat tidak larut menjadi larut (Sirait 2007). Hasil uji fitokimia juga menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol mengandung senyawa fenol hidrokuinon. Senyawa ini cenderung bersifat polar karena mengandung gugus hidroksil (Harborne 1987). Hal ini didukung oleh penelitian Soonthornchareonnon et al. (2012) yang menyebutkan bahwa ekstrak etanol daun B. gymnorrhiza mengandung senyawa fenolik.

Senyawa tanin hanya ditemukan pada ekstrak etanol hasil ekstraksi bertingkat. Tanin tergolong senyawa fenolik yang memiliki kemampuan untuk mempresipitasi protein (Bandaranayake 2002). Senyawa ini tersebar secara tidak merata dalam tumbuhan. Tanin terdiri dari dua jenis, yatiu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis (Harborne 1987).

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Lindur

(26)

10

aktivitas antibakteri ekstrak daun lindur menggunakan kontrol positif dan negatif. Kontrol positif yang digunakan yaitu kloramfenikol dan kontrol negatif yang digunakan yaitu masing-masing pelarut dari ekstrak yang digunakan.

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Lindur Hasil Ekstraksi Tunggal

Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun lindur memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus ATCC 6538 dan E. coli ATCC 8739. Aktivitas antibakteri ekstrak daun lindur hasil ekstraksi tunggal terhadap bakteri E. coli ATCC 8739 hanya terdapat pada konsentrasi ekstrak sebesar 2,0 mg dengan diameter zona bening kurang dari 2 mm. Zona bening tersebut terlihat setelah jam ke-12 hingga jam ke-16. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun lindur memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus ATCC 6538 dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1 Aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal terhadap S. aureus ATCC 6538 pada konsentrasi ekstrak sebesar 10 mg/mL. Perbedaan ini dapat disebabkan adanya perbedaan habitat sampel, konsentrasi ekstrak, dan strain bakteri uji yang digunakan.

Aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal terhadap bakteri S. aureus ATCC 6538 lebih besar daripada aktivitas terhadap bakteri E. coli ATCC 8739. Hasil serupa juga ditemukan dalam penelitian Haq et al. (2011) yang menyebutkan bahwa aktivitas ekstrak etanol daun lindur terhadap bakteri uji S. aureus dan E. coli menghasilkan zona bening masing-masing sebesar 18,95 mm dan 9,91 mm.

(27)

11

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Lindur Hasil Ekstraksi Bertingkat

Pengujian aktivitas antibakteri juga dilakukan pada ekstrak daun lindur hasil ekstraksi bertingkat, yaitu ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol. Aktivitas antibakteri hanya ditemukan pada ekstrak etil asetat. Hasil serupa juga ditemukan pada penelitian Fitrial et al. (2008) yang menyebutkan bahwa ekstrak etil asetat biji teratai (N. pubescens) memiliki aktivitas antibakteri yang tertinggi. Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat daun lindur hasil ekstraksi bertingkat dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 2 Aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat daun lindur terhadap S. aureus ATCC 6538 pada konsentrasi ( ) 0,5 mg, ( ) 1,0 mg, ( ) 1,5 mg dan ( ) 2,0 mg

Gambar 2 menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daun lindur memiliki aktivitas antibakteri yang tertinggi terhadap bakteri S. aureus ATCC 6538 terdapat pada konsentrasi ekstrak 2,0 mg. Konsentrasi ekstrak sebesar 2,0 mg mampu menghasilkan zona bening setelah jam ke-10 hingga jam ke-20. Aktivitas antibakteri yang terendah terhadap bakteri S. aureus ATCC 6538 terdapat pada konsentrasi ekstrak sebesar 1,0 mg. Konsentrasi ekstrak sebesar 1,0 mg hanya mampu menghasilkan zona bening setelah jam ke-10 hingga jam ke-16.

Gambar 3 menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daun lindur memiliki aktivitas antibakteri yang tertinggi terhadap isolat E. coli ATCC 8739 terdapat pada konsentrasi ekstrak 2,0 mg. Aktivitas antibakteri yang terendah terhadap isolat E. coli ATCC 8739 terdapat pada konsentrasi ekstrak 1,0 mg. Seluruh konsentrasi ekstrak etil asetat daun lindur yang digunakan mampu menghasilkan zona bening setelah jam ke-6 hingga jam ke-14.

(28)

12

Gambar 3 Aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat daun lindur terhadap E. coli ATCC 8739 pada konsentrasi ( ) 0,5 mg, ( )

1,0 mg, ( ) 1,5 mg dan ( ) 2,0 mg

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa S. aureus ATCC 6538 yang merupakan bakteri Gram positif, lebih sensitif terhadap senyawa antibakteri daripada E. coli ATCC 8739 yang tergolong bakteri Gram negatif. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan struktur dinding sel dari kedua bakteri tersebut. Dinding sel bakteri Gram postif hanya mengandung lapisan peptidoglikan. Lapisan ini tidak cukup efektif sebagai penghalang terhadap komponen obat. Dinding sel bakteri Gram negatif memiliki struktur tambahan berupa lapisan lipopolisakarida yang terdapat di membran bagian luar. Lapisan ini membuat sel bakteri Gram negatif bersifat lebih impermeabel terhadap komponen obat (Ravikumar et al. 2010).

Diameter zona bening yang dibentuk kloramfenikol lebih besar daripada seluruh jenis ekstrak. Hal ini disebabkan kloramfenikol merupakan senyawa antibakteri murni sedangkan ekstrak daun lindur masih berupa ekstrak kasar yang mengandung bahan organik lain selain antibakteri, misalnya klorofil. Senyawa organik lain dapat menurunkan aktivitas zat antibakteri dengan cara menginaktivasi dan mengganggu kontak antara zat antibakteri dengan sel bakteri sehingga dapat melindungi bakteri dari zat antibakteri tersebut (Pelczar dan Chan 2008). Kloramfenikol bekerja dengan cara menghambat sintesis protein sel bakteri yang berlangsung di ribosom (Madigan et al. 2006).

Kandungan Total Fenol Ekstrak Etanol Daun Lindur

Senyawa fenolik merupakan salah satu metabolit sekunder yang tersebar dalam tumbuhan. Senyawa fenolik dalam tumbuhan dapat berupa asam fenolat, fenilpropanoid, flavonoid, antosianin, lignin, tanin, dan kuinon (Harborne 1987). Kandungan total fenol daun tanaman lindur hasil ekstraksi tunggal adalah 16,59 mgGAE/g ekstrak. Nilai tersebut berbeda dari hasil penelitian Haq et al. (2011) yang menyebutkan bahwa kandungan total fenol ekstrak etanol

(29)

13 disebabkan oleh habitat tanaman lindur, metode preparasi dan metode ekstraksi sampel. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Sultana et al. (2009) yang menyebutkan bahwa daun Aloe barbadensis yang diekstrak menggunakan pelarut etanol 80% dan etanol absolut sebesar 7,93 gGAE/100 g berat kering sampel dan 6,53 gGAE/100 g berat kering sampel. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa senyawa fenol lebih mudah terekstrak pada pelarut yang lebih polar, seperti etanol 80%, dibandingkan dengan etanol absolut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perbedaan metode ekstraksi berpengaruh terhadap hasil rendemen ekstrak daun lindur. Komponen aktif yang terdapat pada ekstrak hasil ekstraksi tunggal dan bertingkat secara keseluruhan adalah steroid dan flavonoid. Ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal memiliki aktivitas antibakteri yang tertinggi terhadap bakteri S. aureus ATCC 6538 pada konsentrasi ekstrak 2,0 mg. Ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri E. coli ATCC 8739 hanya terdapat pada konsentrasi ekstrak 2,0 mg. Aktivitas antibakteri ekstrak daun lindur hasil maserasi bertingkat hanya ditemukan pada ekstrak etil asetat. Ekstrak etil asetat daun lindur memiliki aktivitas antibakteri yang tertinggi terhadap bakteri S. aureus ATCC 6538 dan bakteri E. coli ATCC 8739 pada konsentrasi ekstrak 2,0 mg. Kandungan total fenol ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal sebesar 16,59 mgGAE/g ekstrak.

Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah perlunya dilakukan pengujian tingkat toksisitas ekstrak daun lindur dan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dari ekstrak yang potensial. Pengujian toksisitas dan pemurnian ekstrak perlu dilakukan. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan pengujian total flavonoid pada ekstrak yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

Allen JA, Duke NC. 2006. Bruguiera gymnorrhiza (larged-leafed mangrove). www.traditionaltree.org [20 Juni 2014].

Astuti KW. 2012. Pengaruh metode ekstraksi terhadap perolehan kembali cannabinoid dari daun ganja. Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences.2(1):21-23.

(30)

14

Farthing MJG. 2000. Diarrhoea: a significant worldwide problem. International Journal of Microbial Agents. 14:65-69.

Fitrial Y, Astawan M, Soekarto SS, Wiryawan KG, Wresdiyati T, Khairina R. 2008. Aktivitas antibakteri ekstrak biji teratai (Nymphaea pubescens Willd.) terhadap bakteri patogen penyebab diare. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan.9(2):158-164.

Haq M, Wirakarnain S, Hossain BMS, Taha RM, Monneruzzaman KM. 2011. Total phenolic contents, antioxidant and antimicrobial activities of Bruguiera gymnorrhiza. Journal of Medicinal Plants Research. 5(17):4112-4119.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah; Miksolihin S, editor. Bandung (ID): ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Methods.

Helmy. 2012. Analisis jaringan tanaman lindur (Bruguiera gymnorrhiza) dan pemanfaatannya sebagai bahan baku pembuatan etanol. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for The Fractionation of

Natural Extracts. London (GB): Chapman and Hall.

[KEMENKES] Kementerian Kesehatan. 2011. Situasi diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Triwulan I. Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan Indonesia.

Lehninger AL. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Thenawidjaja M, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.

Madigan MT, Martinko JM, Dunlap PV, Clarck DP. 2006. Brock Biology of Microrganisms. San Fransisco (US): Pearson Benjamin Cummings.

Omwenga OE, Mariita RM, Alaro L, Okemo PO. 2011. Evaluation of methanolic extracts of six medicinal plants used by herbal practitioners in Central Province-Kenya. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research. 2(4):867-874.

Pambayun R, Gardjito M, Sudarmadji S, Kuswanto KR. 2007. Kandungan fenol dan sifat antibakteri dari berbagai jenis ekstrak produk gambir (Uncaria gambir Roxb.). Majalah Farmasi Indonesia. 18(3):141-146.

Pelczar MJ, Chan ECS. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah. Jakarta (ID): UI Press. Terjemahan dari: Elements of Microbiology.

Praptiwi, Harapini M. 2004. Antibacterial and antioxidative activity tests on xtract of siuri (Koordersiodendron pinnatum (Blanco) Merr.) cortex. Majalah Farmasi Indonesia. 15(3):151-157.

(31)

15 Ravikumar S, Gnanadesigan M, Suganthi P, Ramalakshmi A. 2010. Antibacterial potential of chosen mangrove plants against isolated urinary tract infectious bacterial pathogens. International Journal of Medicine and Medical Sciences. 2(3):94-99.

Renhoran M. 2013. Aktivitas antioksidan dan atimikroba ekstrak Sargassum polycystum. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Roswiem AP, Bintang M, Kustaman E, Ambarsari L, Kurniatin PA, Suryani. 2011. Biokimia Umum Jilid I. Bogor (ID): Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Sari DK. 2008. Penapisan antibakteri dan inhibitor topoisomerase I dari Xylocarpus granatum. [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sari YD, Djannah SN, Nurani LH. 2010. Uji aktivitas antibakteri infusa daun sirsak (Annona muricata L.) secara in vitro terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 35218 serta profil kromatografi lapis tipisnya. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4(3):144-239.

Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung (ID): Penerbit ITB. Soonthornchareonnon N, Wiwat C, Chuakul W. 2012. Biological Activities of

Medicinal Plants from Mangrove and Beach Forests. Mahidol University Journal of Pharmaceutical Science. 39(1):9-18.

Sulistyawati, Wignyanto, Kumalaningsih S. 2012. Produksi tepung buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza Lamk.) rendah tanin dan HCN sebagai bahan pangan alternatif. Jurnal Teknologi Pertanian. 13(3):187-198.

Sultana B, Anwar F, Ashraf M. 2009. Effect of extraction solvent/technique on the antioxidant activity of selected medicinal plant extracts. Molecules. 14:2167-2180.

Utami ER. 2012. Antibiotika, resistensi dan rasionalitas terapi. Saintis. 1(1):124-138.

Winarno FG. 2007. Analisis Laboratorium (Gastroenteritis dan Keracunan Pangan). Bogor (ID): M-BRIO Press.

(32)

16

LAMPIRAN

Lampiran 1 Diagram alir prosedur kerja penelitian Daun lindur

Preparasi daun lindur

Ekstraksi tunggal (24 jam, 180 rpm)

Ekstraksi bertingkat (72 jam, 180 rpm)

Evaporasi pada suhu 40○C

Ekstrak etanol

 Perhitungan rendemen

 Uji fitokimia

 Uji aktivitas antibakteri

 Uji kandungan total fenol

Cacahan halus daun lindur

Serbuk halus daun lindur

Evaporasi pada suhu 40○C

Ekstrak n-heksana

Ekstrak etil asetat

Ekstrak etanol

 Perhitungan rendemen

 Uji fitokimia

(33)

17

Lampiran 2 Kenampakan filtrat dan ekstrak kasar daun lindur

(a) (b)

(c)

Filtrat hasil ekstraksi bertingkat (a) filtrat n-heksana, (b) filtrat etil asetat dan (c) filtrat etanol

Ekstrak Etanol

Ekstrak n-heksana

Ekstrak etil asetat

(34)

18

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Tabel 1 Hasil uji fitokimia ekstrak etanol daun lindur hasil ekstraksi tunggal
Tabel 2 Hasil uji fitokimia ekstrak daun lindur hasil ekstraksi bertingkat
Gambar 2 Aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat daun lindur terhadap
Gambar 3 Aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat daun lindur terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun singkong (Manihot esculenta Crantz) sebagai pembersih smear layer pada gigi yang telah di preparasi. Sampel yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menentukan komponen fitokimia daun cengkeh dan ekstraknya, (2) menentukan jenis pelarut ekstraksi yang dapat menghasilkan ekstrak daun

Metode penelitian mengikuti diagram alir pada Lampiran 1 yang meliputi penyiapan sampel, penentuan kadar air daun salam dan serbuk daun salam, ekstraksi serbuk daun salam,

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu preparasi sampel, ekstraksi daun mangga dengan metode maserasi, uji identifikasi senyawa, pembuatan salep

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun singkong ( Manihot esculenta Crantz) sebagai pembersih smear layer pada gigi yang telah di preparasi. Sampel yang

Pada uji fitokimia yang sudah dilakukan terhadap simplisia daun babandotan mengandung senyawa aktif berupa alkaloid, flavonoid, polifenol dan tanin seperti

Daun re-mek daging adalah tanaman yang digunakan untuk pengobatan diare, senyawa aktif yang teridentifikasi dalam daun remek daging yaitu flavonoid, alkaloid,

Metode penelitian mengikuti diagram alir pada Lampiran 1 yang meliputi penyiapan sampel, penentuan kadar air daun salam dan serbuk daun salam, ekstraksi serbuk daun salam,