• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Daya Saing Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ekspor Alas Kaki Indonesia Ke Amerika Latin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Daya Saing Dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ekspor Alas Kaki Indonesia Ke Amerika Latin"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI EKSPOR ALAS KAKI INDONESIA

KE AMERIKA LATIN

SISKA NURWULAN YUNIA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Alas Kaki Indonesia ke Amerika Latin adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015

Siska Nurwulan Yunia

(4)

ABSTRAK

SISKA NURWULAN YUNIA. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Alas Kaki Indonesia ke Amerika Latin. Dibimbing oleh SRI MULATSIH.

Salah satu perdagangan ekspor yang dilakukan Indonesia yaitu perdagangan komoditas alas kaki Indonesia ke negara-negara di Amerika Latin. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis daya saing ekspor alas kaki Indonesia serta mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ekspor alas kaki ke Amerika Latin pada tahun 2010-2013. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari WITS, CEPII, World Bank, UNCTAD. Metode analisis menggunakan RCA dan EPD untuk mengetahui daya saing, posisi pangsa pasar alas kaki Indonesia, serta gravity model untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alas kaki Indonesia mempunyai daya saing komparatif, hal ini ditunjukkan dengan nilai RCA >1. Namun pada hasil estimasi EPD alas kaki Indonesia rata-rata menunjukkan pangsa ekspor yang meningkat namun tidak diikuti peningkatan permintaan produk alas kaki. Pada hasil gravity model menunjukkan bahwa GDP Indonesia, dan jarak ekonomi mempunyai hubungan negatif dan signifikan, GDP negara tujuan, dan nilai tukar mempunyai hubungan positif dan signifikan, sedangkan harga ekspor alas kaki Indonesia mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap nilai ekspor alas kaki ke Amerika Latin.

Kata kunci: alas kaki, daya saing, EPD, gravity model, RCA.

ABSTRACT

SISKA NURWULAN YUNIA. The Competitiveness Analysis and the Factors Affecting Indonesian Footwear Export to Latin America. Supervised by SRI MULATSIH.

One of Indonesia's export trade is commodity trading footwear Indonesia to Latin America. This research was conducted to analyze the competitiveness of Indonesia's footwear exports and determine the factors that affect the export of footwear in Latin America in 2010-2013. The data used are secondary data obtained from WITS, CEPII, World Bank, and UNCTAD. Revealed Comparative Advantage (RCA) and Export Product Dynamic (EPD) are used in this research to analyze the position of competitiveness of Indonesian footwear, and also the gravity model to analyze the factors that affect exports. The results from RCA show that the footwear Indonesia has a comparative competitiveness, as shown by RCA> 1. The results from EPD show footwear exports increased, but not an increase in demand for footwear products. On the results of gravity models indicate that Indonesia's GDP and economic distance has a negative and significant, Latin America’s GDP and the exchange rate has a positive and significant, while the price of Indonesia's footwear exports have negative and non-significant to the value of footwear exports to Latin America.

(5)

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI EKSPOR ALAS KAKI INDONESIA

KE AMERIKA LATIN

SISKA NURWULAN YUNIA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Alas Kaki Indonesia ke Amerika Latin

Nama : Siska Nurwulan Yunia

NIM : H14110022

Disetujui oleh

Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.A. Ec. Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tak lupa salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi dan Rasul termulia Muhammad SAW beserta keluarganya dan sahabatnya yang setia hingga akhir zaman.

Skripsi yang berjudul “Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang

Memengaruhi Ekspor Alas Kaki Indonesia ke Amerika Latin”, ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Bapak Lili Masriri (Alm) dan Ibu Euis Nining Yuningsih serta kakak dan adik tercinta dari penulis, Linda Farida Febriani dan Novia Delvi Silvia atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Tanti Novianti, S.P., M.Si selaku dosen penguji utama dan Heni Hasanah, S.E, M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas saran dan kritik yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi.

3. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.

4. Keluarga OMDA Sumedang, Aulia, Khodijah, Adila, Qisthia, Winy, Taofik, Rizky, Agus, dan Angga yang telah memberikan motivasi dan doa.

5. Teman satu bimbingan, Lita, Mas Ayu, Nindhia, dan Sella yang telah memberikan masukan dan doa.

6. Teman-teman Ilmu Ekonomi 48, Dian, Zulva, Tika, Rhealin, Dita, Sri, Rachmat, Selamet, Kemal, Feri, Faris, Faizal, Randy, Dijeh, Deny dan yang lainnya atas dukungan dan motivasinya.

7. Semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2015

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 Ruang Lingkup Penelitian 3 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Teori Perdagangan Internasional 4 Ekspor dan Impor 5 Konsep Daya Saing 6 Teori Keunggulan Komparatif 6 Gross Domestic Product (GDP) 7 Nilai Tukar Riil 8 Harga Ekspor 8 Jarak Ekonomi 9 Kerangka Pemikiran 9 Penelitian Terdahulu 11 Hipotesis Penelitian 13 METODE PENELITIAN ... 13

(12)

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Alas Kaki Indonesia 22 SIMPULAN DAN SARAN... 24

Simpulan 24

Saran 25

(13)

DAFTAR TABEL

1. Hasil RCA alas kaki Indonesia ke Amerika Latin 19

2. Hasil indeks RCA alas kaki Indonesia 19

3. Hasil RCA alas kaki Cina ke Amerika Latin 20 4. Hasil indeks RCA alas kaki Cina ke Amerika Latin 20 5. Koefisien penduga ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin 22

DAFTAR GAMBAR

1. Nilai ekspor alas kaki Indonesia 1

2. Nilai output industri mikro dan kecil alas kaki domestik 2

3. Kurva perdagangan internasional 4

4. Kerangka pemikiran analisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin 10

5. Matriks posisi daya saing 15

6. Nilai ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin 18 7. Hasil EPD alas kaki Indonesia ke Amerika Latin 21

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil RCA pada negara-negara di Amerika Latin 27 Lampiran 2 Hasil RCA alas kaki Cina ke Amerika Latin 28 Lampiran 3 EPD pada komoditas alas kaki Indonesia di Amerika Latin 29 Lampiran 4 Variabel analisis faktor-faktor yang memengaruhi alas kaki Indonesia

di Amerika Latin 30

Lampiran 5 Hasil Estimasi FEM 31

Lampiran 6 Uji Chow 31

Lampiran 7 Uji Hausman 32

Lampiran 8 Uji Heteroskedastisitas 32

Lampiran 9 Korelasi antar variabel 32

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ekspor mempunyai peranan yang penting terhadap perekonomian, yaitu sebagai sumber utama devisa terutama untuk pendanaan impor kebutuhan industri dalam negeri, dan sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi, yang berarti juga peningkatan kesempatan kerja dan pengurangan kemiskinan. Pada tahun 2012 ekspor Indonesia berdasarkan sektor di dominasi oleh non migas sebesar 79.62% dan sisanya migas. Ekspor sektor non migas di dominasi oleh sektor industri sebesar 75.42% (Kemenperin 2012). Hal ini memberikan gambaran bahwa sektor industri Indonesia memiliki peran yang sangat tinggi pada kegiatan ekspor.

Indonesia telah melakukan kerjasama perdagangan dengan banyak negara di pasar internasional seperti Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, India, dan Singapura. Ekspor 10 komoditi unggulan Indonesia di pasar intenasional dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Alas kaki merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia setelah tekstil, elektronik, karet, kelapa sawit, dan produk hasil hutan. Alas kaki juga merupakan salah satu sektor strategis, karena mampu menyerap banyak tenaga kerja dan memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pada tahun 2013, industri alas kaki yang terdiri dari industri mikro dan kecil, masing-masing dapat menyerap tenaga kerja sebesar 39 539 orang dan 211 067 orang (BPS 2014). Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian terus mendorong pengembangan industri alas kaki nasional dengan menciptakan iklim usaha yang kondusif serta meningkatkan daya saingnya di pasar dalam negeri maupun internasional.

Sumber: Kementerian Perindustrian 2014

Gambar 1 Nilai ekspor alas kaki Indonesia

(16)

Nilai tersebut tumbuh dari tahun 2012 yang hanya mencapai US$ 3.6 miliar atau sekitar 42 triliun rupiah (Kemenperin 2013). Pertumbuhan ekspor alas kaki terus mengalami pertumbuhan yang positif, sehingga Indonesia memiliki banyak peluang terhadap kegiatan ekspor alas kaki. Salah satu upaya untuk mendorong perkembangan industri alas kaki, pemerintah Indonesia banyak menggelar pameran untuk menjaring pembeli. Upaya lainnya dengan mengembangkan desain, membuat kemasan lebih menarik, menetapkan harga yang lebih kompetitif, dan meningkatkan kualitas produksi untuk menaikan daya saing di dalam dan luar negeri.

Indonesia terus memperluas pangsa pasar alas kaki, salah satunya dengan strategi diversifikasi negara tujuan ekspor yaitu ke negara-negara non-tradisional seperti Amerika Latin, Afrika Selatan, dan Timur Tengah. Tujuan perluasan negara tujuan ekspor tersebut salah satunya ialah untuk menghadapi dampak krisis global, menstabilkan ekspor, peningkatan nilai tambah, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan menambah daya saing perekonomian suatu negara. Amerika Latin memberikan peluang besar dan potensial untuk menjadi tujuan ekspor Indonesia. Negara-negara tersebut mempunyai potensi krisis yang lebih kecil dibandingkan dengan negara di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Oleh karena itu untuk mengetahui peluang ekspor alas kaki di Amerika Latin, penulis menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin.

Perumusan Masalah

Krisis global yang berangsur pulih dapat merangsang permintaan alas kaki Indonesia, khususnya alas kaki segmen kelas menengah atas. Namun, karena kapasitas produksi sepatu terbatas, produsen dalam negeri tidak bisa memenuhi semua permintaan ekspor. Kini, produksi sepatu nasional rata-rata sekitar 1.2 miliar pasang per tahun. Produksi ini diperoleh dari 500 pabrik sepatu. Pada Gambar 2, nilai output dari industri alas kaki Indonesia pada tahun 2013 di dominasi oleh industri kecil mencapai nilai 13 903 014 rupiah dan industri mikro sebesar 1 865 006 rupiah. Terlihat jelas bahwa pada tahun 2013, industri kecil memiliki nilai output yang melonjak tinggi, dan sebaliknya pada industri mikro memiliki nilai output yang menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya (BPS 2014).

Sumber: BPS 2014

(17)

Permintaan ekspor alas kaki Indonesia di pasar internasional mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan mahalnya harga alas kaki dari pesaing utama Indonesia yaitu Cina. Sehingga negara-negara tradisional seperti Amerika Serikat, Jepang, Eropa, dan Korea Selatan mengalihkan permintaan alas kaki dari Cina ke Asia Tenggara termasuk Indonesia dan menyebabkan permintaan ekspor alas kaki meningkat yaitu pada tahun 2013 mencapai US$ 3.8 miliar (Kemenperin 2013). Didukung produksi alas kaki domestik rata-rata meningkat serta untuk mengetahui strategi diversifikasi negara tujuan ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin. Maka daya saing ekspor alas kaki Indonesia serta faktor-faktor yang memengaruhi atas ekspor alas kaki menjadi hal yang harus dianalisis sebagai strategi perluasan pasar tujuan ekspor ke Amerika Latin. Sehingga permasalahan yang perlu dijawab adalah:

1. Bagaimana perkembangan ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin? 2. Bagaimana daya saing alas kaki Indonesia ke Amerika Latin?

3. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika latin?

Tujuan Penelitian

Bedasarkan uraian diatas, maka tujuan penelitian ini ialah:

1. Mengetahui perkembangan ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin. 2. Menganalisis potensi daya saing alas kaki Indonesia ke Amerika Latin. 3. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ekspor alas kaki Indonesia

ke Amerika Latin.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang perdagangan komoditas alas kaki ke Amerika Latin sebagai diversifikasi negara tujuan ekspor.

2. Bagi pihak-pihak lain, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan perdagangan.

Ruang Lingkup Penelitian

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional merupakan teori-teori yang menganalisis dasar-dasar terjadinya perdagangan internasional dan keuntungan yang di dapat dari adanya perdagangan tersebut (Salvatore 1997). Perdagangan internasional sudah ada sejak zaman dahulu, namun dalam ruang lingkup dan jumlah yang terbatas, dimana pemenuhan kebutuhan suatu negara yang tidak dapat diproduksi, dipenuhi secara barter (pertukaran barang dengan barang lainnya yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak, dimana masing-masing negara tidak dapat memproduksi barang tersebut untuk memenuhi kebutuhannya sendiri). Hal ini terjadi karena setiap negara dengan negara partner dagangnya mempunyai perbedaan sumber daya alam, seperti: iklim, penduduk, teknologi, konfigurasi geografis, spesifikasi tenaga kerja, sumber daya manusia, tingkat harga, sosial dan politik. Sehingga dengan perbedaan tersebut terciptanya perdagangan internasional (Halwani 2002).

Latar belakang perdagangan internasional yaitu diawali dengan proses awalnya merupakan pertukaran dalam arti perdagangan tenaga kerja dengan barang dan jasa lainnya, yang selanjutnya diikuti dengan perdagangan barang dan jasa dikemudian hari. Akhirnya berkembang hingga pertukaran antar negara/internasional dengan aset-aset yang mengandung risiko. Adapun sebab-sebab umum yang mengandung terjadinya perdagangan internasional adalah sebagai berikut (Halwani 2002):

1. Sumber daya alam (natural resources). 2. Sumber daya modal (capital resources). 3. Tenaga kerja (human resources).

4. Teknologi.

Perdagangan internasional berlangsung atas dasar saling percaya dan saling menguntungkan, mulai dari barter hingga transaksi jual beli antara para pedagang dari berbagai belahan wilayah hingga diluar batas negara. Keunggulan khusus yang dimiliki oleh masing-masing negara, dijadikan basis dalam meningkatkan perdagangan yang saling menguntungkan. Teori tersebut mengenai keunggulan komparatif berkembang sebagai basis perdagangan internasional. Kurva perdagangan internasional secara teoritis dapat ditunjukkan pada Gambar 3.

(19)

Gambar 3 menjelaskan bahwa sebelum terjadi perdagangan internasional, negara A memiliki harga domestik lebih rendah (PA) dan negara B berada pada PB dimana harga domestik lebih tinggi. Negara A mempunyai kelebihan produksi yaitu sebesar X yang berada diatas kurva keseimbangan, sedangkan pada negara B mempunyai kekurangan produksi yang artinya negara B tidak dapat memenuhi kebutuhan domestiknya sebesar M. Sehingga perdagangan internasional dapat terjadi antara negara A dan negara B dengan harga dan kuantitas berada pada tingkat P* dan Q* yang dapat memberikan keuntungan terhadap masing-masing negara.

Teori perdagangan internasional lainnya dijelaskan oleh Adam Smith dalam Salvatore (1997) yang berpendapat bahwa sumber pendapatan suatu negara berasal dari produksi hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Pada teori ini dijelaskan bahwa suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada negara lain. Hal ini disebabkan negara tersebut mempunyai keunggulan mutlak (absolute advantage) dalam memproduksi barang tersebut yang artinya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa per unit dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibanding kemampuan negara-negara lain. Adam Smith berpendapat bahwa keunggulan komparatif berpusat pada variabel riil yang berkaitan dengan nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang, sehingga makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut (labor theory of value ).

Ekspor dan Impor

Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak eksportir dan importir. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Setiap negara memiliki peraturan dan ketentuan perdagangan yang berbeda-beda. Kebijakan perdagangan internasional dibidang ekspor diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan memengaruhi struktur, komposisi, dan arah transaksi serta kelancaran usaha untuk peningkatan devisa eskpor suatu negara (Hady 2004).

(20)

Konsep Daya Saing

Daya saing ekspor merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan dalam pasar itu. Daya saing suatu komoditi dapat diukur atas dasar perbandingan pangsa pasar komoditi tersebut pada kondisi pasar yang tetap (Amir 2004).

Terdapat faktor-faktor yang menentukan tingkat daya saing suatu komoditi ekspor, yaitu (Amir 2004):

1. Faktor langsung, yang terdiri dari mutu komoditi, biaya produksi dan penentuan harga jual, ketepatan waktu penyerahan (delivery time), intensitas promosi, penentuan saluran pemasaran, dan layanan purna jual (after sales service).

2. Faktor tidak langsung, yang terdiri dari kondisi sarana pendukung ekspor contohnya fasilitas transportasi dan fasilitas birokrasi pemerintahan, subsidi pemerintah untuk ekspor, tingkat efisiensi dan disiplin nasional, dan kondisi ekonomi global seperti resesi dunia, proteksionisme, dan restrukturisasi perusahaan.

Teori Keunggulan Komparatif

Hukum keunggulan komparatif menurut David Ricardo dalam Salvatore (1997) ialah meskipun negara mempunyai kerugian absolut terhadap negara lain dalam memproduksi suatu komoditi, namun perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak masih dapat berlangsung. Hal ini dapat terjadi jika salah satu negara melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (komoditi yang memiliki keunggulan komparatif) dan mengimpor yang memiliki kerugian absolut lebih besar (yang memiliki kerugian komparatif).

Hukum keunggulan komparatif berlaku dengan beberapa asumsi, diantaranya:

1. Hanya terdapat dua negara dan dua komoditi. 2. Perdagangan bersifat bebas.

3. Terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara namun tidak ada mobilitas antar dua negara.

4. Biaya produksi konstan.

5. Tidak terdapat biaya transportasi. 6. Tidak ada perubahan teknologi. 7. Menggunakan teori nilai tenaga kerja.

Asumsi satu sampai enam dapat diterima, namun asumsi tujuh tidak berlaku dan seharusnya tidak digunakan untuk menjelaskan keunggulan komparatif (Salvatore 1997).

(21)

kompratif ditentukan oleh perbedaan relatif kekayaan faktor produksi (the relative abundancy of endowments of factors of production) dan penggunaan faktor tersebut (the abundant factor) secara relatif intensif dalam kegiatan produksi barang ekspor (Basri 2010).

Teori Keunggulan Kompetitif

Konsep ini dikembangkan oleh M. Porter dalam Hady (2004) yang menurutnya bahwa terdapat empat atribut utama yang bisa membentuk lingkungan dimana perusahaan-perusahaan lokal berkompetisi sedemikian rupa, sehingga mendorong terciptanya keunggulan kompetitif. Keempat atribut tersebut meliputi:

1. Kondisi faktor produksi (factor conditions), yaitu posisi suatu negara dalam faktor produksi (misalnya tenaga kerja terampil, infrastruktur, dan teknologi) yang dibutuhkan untuk bersaing dalam industri tertentu.

2. Kondisi permintaan (demand conditions), yakni sifat permintaan domestik atas produk atau jasa industri tertentu.

3. Industri terkait dan industri pendukung (related and supporting industries), yaitu keberadaan atau ketiadaan industri pemasok dan “industri terkait” yang kompetitif secara internasional di negara tersebut.

4. Strategi, struktur dan persaingan perusahaan, yakni kondisi dalam negeri yang menentukan bagaimana perusahaan-perusahaan dibentuk, diorganisasikan, dan dikelola serta sifat persaingan domestik.

Faktor-faktor ini, baik secara individu maupun sebagai satu sistem, menciptakan konteks dimana perusahaan-perusahaan dalam sebuah negara dibentuk dan bersaing. Ketersediaan sumber daya dan keterampilan yang diperlukan untuk mewujudkan keunggulan kompetitif dalam suatu industri ialah informasi yang membentuk peluang apa saja yang dirasakan dan arahan kemana sumber daya dan keterampilan dialokasikan, tujuan pemilik, manajer, dan karyawan yang terlibat dalam atau yang melakukan kompetisi, dan yang jauh lebih penting, tekanan terhadap perusahaan untuk berinvestasi dan berinovasi.

Gross Domestic Product (GDP)

Gross Domestic Product (GDP) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam hasil perhitungan ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/ orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karena jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/ kotor (Apridar 2012).

(22)

perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. Peningkatan GDP dan perdagangan internasional identik dengan peningkatan kemakmuran suatu negara. Melalui perdagangan bebas akan terjadi interaksi peningkatan ekspor dan impor sehingga mengakibatkan produksi nasional (GDP) meningkat. Ini berarti meningkatnya kemakmuran negara (Hady 2004).

GDP terbagi menjadi dua yaitu GDP riil dan GDP perkapita. Menurut Pradipta (2014) GDP riil merupakan nilai barang dan jasa yang diukur dengan menggunakan harga konstan. Selain itu GDP riil menunjukkan apa yang akan terjadi terhadap pengeluaran atas output apabila yang berubah kuantitasnya, sedangkan harganya tetap (konstan). Sedangkan GDP perkapita merupakan pendapatan rata-rata penduduk disuatu negara pada waktu tertentu yang dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat konsumsi atau kemampuan daya beli suatu negara atas barang dan jasa. GDP perkapita yang tinggi maka mengindikasikan bahwa negara tersebut dapat dijadikan peluang jangkauan pasar bagi kegiatan ekspor (Karlinda 2012).

Nilai Tukar Riil

Nilai tukar mata uang akan berfluktuasi karena dipengaruhi oleh banyak faktor. Nilai tukar rupiah atau disebut juga kurs rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara dimana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau kurs (Salvatore 1997).

Nilai tukar terbagi atas nilai tukar nominal dan nlai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Sedangkan nilai riil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain (Mankiw 2006).

Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri. Nilai tukar dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini (Mankiw 2006):

Harga Ekspor

Harga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi ekspor. Jika harga komoditi meningkat maka akan menurunkan ekspor, dengan kata lain meningkatnya harga komoditi yang ditawarkan maka akan menurunkan permintaan ekspor akan komoditi tersebut (cateris paribus).

(23)

menyebabkan volume ekspor dari suatu negara akan mengalami penurunan (Lipsey, Courant, Purvis, Steiner 1997). Ketika terjadi penurunan harga ekspor, suatu negara akan berusaha untuk mempertahankan pendapatan ekspornya, sehingga akan meningkatkan volume ekspor.

Jarak Ekonomi

Jarak adalah indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor. Biaya transportasi adalah suatu faktor penghambat perdagangan Internasional. Li, Song, dan Zhao (2008) menjelaskan bahwa jarak ekonomi mewakili biaya transportasi oleh suatu negara dalam melakukan kegiatan perdagangan yaitu dengan menggunakan jarak geografis Indonesia dengan negara tujuan dikalikan dengan perbandingan antara GDP total negara tujuan ekspor dengan jumlah GDP total seluruh negara tujuan ekspor yang diteliti, secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

Jarak geografis : jarak geografis Indonesia dengan negara Amerika Latin j : negara tujuan ekspor

i : 1,2,3,....

Kerangka Pemikiran

Indonesia merupakan negara yang memiliki peluang besar dalam mengembangkan industri alas kaki. Nilai ekspor alas kaki dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Ekspor Indonesia di beberapa negara tujuan ekspor terutama negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang dan Eropa sangat rentan terhadap krisis. Sehingga jika terjadi krisis di negara tujuan ekspor maka akan memengaruhi perdagangan Indonesia. Untuk menghindari hal tersebut, Indonesia mengeluarkan strategi yaitu diversifikasi negara tujuan ekspor terutama negara-negara yang tahan terhadap krisis seperti Amerika Latin, Afrika Selatan, dan Timur Tengah.

Tujuan dari diversifikasi negara tujuan ekspor yaitu salah satunya untuk memperluas pangsa pasar ekspor Indonesia dan mengurangi resiko penurunan ekspor. Amerika Latin merupakan negara yang tahan terhadap krisis, sehingga walaupun terjadi krisis dunia Indonesia akan terhindar dari resiko penurunan ekspor. Salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia ke Amerika Latin yaitu alas kaki. Alas kaki merupakan salah satu komoditas dengan nilai ekspor yang tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya yang di ekspor ke Amerika Latin.

(24)

Gambar 4 Kerangka pemikiran analisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin

Alas kaki termasuk ke dalam 10 komoditi

unggulan ekspor Indonesia

Tahan terhadap krisis

Resiko penurunan ekspor kecil

RCA (Revealed

Comparative Advantage)

EPD (Export Product

Dynamic)

Gravity Model dengan melihat: GDP negara Amerika Latin dan Indonesia

Nilai tukar riil Harga Ekspor Jarak ekonomi

Implikasi Kebijakan Ekspor ke negara

tradisional (Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa)

Strategi diversifikasi negara tujuan ekspor

Amerika Latin

Daya saing alas kaki Indonesia ke Amerika Latin

Faktor-faktor yang memengaruhi ekspor alas kaki Indonesia

Ekspor ke negara non tradisional (Amerika Latin, Afrika Selatan, dan Timur Tengah)

Rentan terhadap krisis

(25)

Penelitian Terdahulu

Firsya (2014) menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor komoditas kakao olahan Indonesia. Penelitian ini menggunakan alat analisis RCA untuk menghitung daya saing dan menggunakan model data panel yaitu gravity model untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor komoditas kakao olahan. Penelitian ini dilakukan pada komoditas kode HS 4 digit dengan tiga jenis produk kakao olahan Indonesia yang diekspor dalam jumlah relatif besar diantaranya kakao dalam bentuk pasta, mentega (butter) atau lemak, dan bubuk. Negara tujuan ekspor utama yang diambil oleh peneliti ialah kode HS 1803 dan 1804 untuk negara Amerika, kode HS 1805 untuk negara Cina. Dalam delapan tahun terakhir total ekspor kakao olahan Indonesia ke Amerika, Jerman, dan Cina terus meningkat.

Pada hasil analisis daya saing produk kakao olahan Indonesia di negara-negara tujuan ekspor menunjukkan bahwa kakao dengan kode HS 1804 yaitu mentega, lemak dan minyak kakao secara umum memiliki daya saing yang terbaik dan tertinggi di negara tujuan utama ekspor kecuali di Cina. Di Cina produk olahan Indonesia yang berdaya saing hanya kakao olahan dalam bentuk bubuk (HS 1805) dan nilai daya saingnya tertinggi dibandingkan dengan negara tujuan ekspor lainnya. Sementara produk kakao olahan dengan kode HS 1803 nilai daya saing tertingginya pada negara Jerman. Nilai daya saing untuk semua jenis kakao olahan dalam lima tahun terakhir berfluktuasi.

Pada hasil analisis dengan pendekatan gravity model diketahui bahwa faktor-faktor yang memengaruhi aliran ekspor kakao olahan Indonesia ke negara tujuan ekspor berbeda-beda pada masing-masing komoditas kakao olahan. Variabel populasi penduduk Indonesia, harga ekspor kakao olahan indonesia di negara tujuan dan nilai tukar riil Indonesia berpengaruh secara negatif terhadap aliran ekspor kakao olahan Indonesia kecuali populasi penduduk Indonesia untuk ekspor bubuk kakao (HS 1805). Variabel lainnya yang terdapat pada model ialah GDP riil perkapita Indonesia dan negara tujuan ekspor, populasi negara tujuan ekspor dan jarak ekonomi yang berpengaruh signifikan terhadap aliran ekspor kakao olahan jenis mentega, lemak, dan minyak kakao (HS 1084) dengan arah negatif kecuali GDP riil perkapita Indonesia berpengaruh positif. Keempat variabel tersebut juga berpengaruh signifikan terhadap aliran ekspor kakao olahan dalam bentuk pasta (HS 1803) dan bubuk kakao (HS 1805), kecuali populasi penduduk negara tujuan ekspor untuk HS 1803 dan kecuali jarak ekonomi untuk HS 1805.

(26)

rumput laut Indonesia, nilai ekspor negara pesaing Filiphina dan dummy krisis, sedangkan yang tidak memengaruhi ialah nilai tukar riil.

Mustopa (2010) menganilisis daya saing kopi Indonesia di pasar internasional dengan metode RCA, Ordinary Least Square serta pendekatan porter’s diamond theory. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa komoditas kopi Indonesia memiliki daya saing yang tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia mempunyai keunggulan komparatif atas komoditas kopi. Faktor-faktor yang memengaruhi daya saing kopi Indonesia adalah produktivitas kopi, volume ekspor kopi, harga ekspor kopi, dan dummy krisis over supply kopi dunia. Pada hasil analisis porter’s diamond theory komoditas kopi memiliki keunggulan kompetitif dengan ditunjukan sumber daya alam, kondisi permintaan domestik, kondisi permintaan ekspor, persaingan, industri terkait dan pendukung, dan peran kesempatan yang memiliki nilai positif.

Yanti dan Widyastutik (2012) menganalisis daya saing produk turunan susu Indonesia di pasar dunia dengan menggunakan metode RCA, EPD, dan Constant Market Share Analysis (CMSA). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa produk turunan susu Indonesia untuk milk not concentrated nor sweetened 1-6% fat (HS 040120), milk and cream, concentrated or sweetenend (HS 0402) nad buttermilk, curdled milk, cream, kephir, etc (HS 040390) Tidak memiliki keunggulan komparatif tetapi milk and cream powder unsweetened>1,5% fat (HS 040221), milk and cream nes sweetened or concentrated (HS 040299), dan cereal, flour, starech, milk preparations and products (HS19) memiliki keunggulan komparatif. Pada hasil estimasi EPD menemukan bahwa seluruh produk turunan susu Indonesia berada pada posisi rising star. Sedangkan pada hasil CMSA ialah sebagian besar faktor yang signifikan memengaruhi pertumbuhan ekspor HS 040390 dan HS 0402 adalah efek pertumbuhan impor, HS19 didominasi oleh efek komposisi komoditas dan sisanya disebabkan karena efek daya saing.

Soraya (2013), menganalisis mengenai determinan ekspor karet Indonesia dengan menggunakan gravity model. Penelitian ini menggunakan data panel dari tahun 2001 sampai 2010 pada negara Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Singapore dengan menggunakan pendekatan gravity model dengan random effect model. Pada hasil penelitiannya disimpulkan bahwa variabel nilai tukar riil dan jarak menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan, variabel PDB negara tujuan ekspor menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan. Sedangkan pada variabel PDB negara Indonesia, kebijakan International Rubber Consortium (IRCo), dan populasi negara tujuan ekspor karet tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.

(27)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori-teori, penelitian terdahulu dan kerangka penelitian yang terbentuk, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. GDP riil Indonesia berpengaruh negatif terhadap ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin.

2. GDP riil negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap nilai ekspor. 3. Nilai tukar riil mempunyai pengaruh positif terhadap nilai ekspor.

4. Harga ekspor berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin.

5. Jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor komoditas alas kaki Indonesia ke Amerika Latin.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data panel yang terdiri dari data cross section dan time series. Data tersebut meliputi data nilai ekspor alas kaki ke delapan negara bagian Amerika Latin yaitu Argentina, Brazil, Chili, Ekuador, Peru, Paraguay, Uruguay, dan Venezuela pada periode 2010-2013. Komoditas yang menjadi objek penelitian ini adalah alas kaki dengan kode

Harmonized System 640319 yaitu sepatu olahraga atau sepatu dengan sol luar dari karet/ plastik/ kulit/ kulit komposisi dan bagian atas dari kulit.

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah nilai perdagangan alas kaki ke delapan negara di Amerika Latin, GDP riil Indonesia, GDP riil negara pengimpor, Jarak ekonomi dengan negara-negara pengimpor, nilai tukar riil negara tujuan terhadap dollar, dan harga ekspor alas kaki Indonesia.

Sumber data berasal dari Badan Pusat Statistik dan Kementerian Perindustrian untuk data produksi alas kaki Indonesia, World Intergrated Trade Solution (WITS) untuk data nilai perdagangan ekspor alas kaki di Amerika Latin,

(28)

Metode Pengolahan Data

Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Dynamic Product (EPD) dan Gravity Model.

Revealed Comparative Advantage (RCA)

Revealed Comparative Advantage (RCA) merupakan metode kuantitatif yang dapat menunjukkan keunggulan komparatif suatu komoditi atau daya saing industri pada suatu negara di pasar internasional. Pada metode RCA dapat dihitung perbandingan pangsa pasar ekspor sektor tertentu negara atau produsen lainnya serta menunjukkan daya saing industri suatu negara. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode RCA, untuk mengukur keunggulan komparatif alas kaki Indonesia dibandingkan dengan negara lain. Negara pembanding pada penelitian dikarenakan kemampuannya dalam meningkatkan daya saing alas kaki.

Dalam perhitungan RCA, penulis menggunakan data ekspor alas kaki pada masing-masing negara. Dapat diketahui rumus perhitungan RCA pada penelitian ini adalah sebagai berikut (Basri 2010):

RCA = Dimana:

=nilai ekspor alas kaki Indonesia ke negara tujuan (US$) Xit = nilai total ekspor Indonesia ke negara tujuan (US$) Wj = nilai ekspor alas kaki dunia ke negara tujuan (US$) Wt = nilai total ekspor dunia ke negara tujuan (US$)

Setelah melakukan perhitungan di atas kemudian akan dilakukan perhitungan indeks RCA yang merupakan perbandingan nilai RCA pada tahun sekarang dengan nilai RCA pada tahun sebelumnya. Rumus indeks RCA dapat dijabarkan sebagai berikut (Pradipta 2014):

Indeks RCA

=

Dimana :

RCAt = Nilai RCA pada tahun ke-t

RCAt-1 = Niai RCA pada tahun sebelumnya

(29)

Export Product Dynamic (EPD)

Export Product Dynamic (EPD) adalah metode analisis yang digunakan untuk menganalisis dan mengidentifikasi produk atau komoditi yang mempunyai daya kompetitif tertinggi serta pertumbuhan produk atau barang yang cepat pada arus perdagangan ekspor dalam suatu negara (Pradipta 2014). Terdapat beberapa keunggulan EPD diantaranya mampu untuk memberikan gambaran yang baik mengenai daya saing dan mampu membandingkan kinerja ekspor diantara negara-negara seluruh dunia. Pada analisis EPD terdapat matriks posisi daya saing seperti pada gambar dibawah ini:

Sumber: Agri (2011)

Gambar 5 Matriks posisi daya saing

Sumbu X : Peningkatan pangsa pasar ekspor alas kaki Indonesia di Amerika Latin

Sumbu Y : Peningkatan pangsa pasar produk negara Indonesia di Amerika Latin

Dimana:

Xi : nilai ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin (US$) Xt : nilai total ekspor Indonesia ke Amerika Latin (US$) Wi : nilai ekspor alas kaki dunia ke Amerika Latin (US$) Wt : nilai total ekspor Dunia ke Amerika Latin (US$) t : tahun ke-t

T : jumlah tahun analisis

Lost Opportunity

FallingStar Rising Star

Retreat

Y

(30)

Gambar 5 menunjukkan bahwa matriks posisi daya saing EPD tardiri dari

Rising Star, Lost Opportunity, Falling Star, dan Retreat. Rising Star merupakan posisi tertinggi atau dapat dikatakan sebagai posisi pasar yang paling ideal. Lost Opportunity merupakan kondisi pasar dengan penurunan pangsa pasar ekspor yang tidak diharapkan, sehingga kehilangan kesempatan pangsa ekspor produk yang dihasilkan dalam perdagangan internasional. Falling Star merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan pangsa ekspor, namun tidak diikuti oleh peningkatan permintaan terhadap produk. Sedangkan Retreat merupakan kondisi dimana produk suatu negara sudah tidak diinginkan lagi oleh pangsa pasar, sehingga terjadi pangsa ekspor dan permintaan produk yang negatif (Pradipta 2014).

Gravity Model

Gravity model adalah model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor ekonomi dan non-ekonomi yang dapat memengaruhi perdagangan antara dua negara berdasarkan hukum gravitasi teori Sir Isaac Newton. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin dianalisis dengan menggunakan gravity model dengan variabel independen berupa variabel nilai tukar negara tujuan terhadap dollar, variabel GDP riil negara Indonesia dan delapan negara di Amerika Latin, variabel harga alas kaki di pasar dunia, dan variabel jarak ekonomi Indonesia ke negara tujuan di Amerika Latin. Sedangkan variabel dependennya ialah nilai ekspor alas kaki Indonesia ke delapan negara Amerika Latin yaitu Argentina, Brazil, Chili, Ekuador, Peru, Paraguay, Uruguay, dan Venezuela. Sehingga estimasi model penelitian ini sebagai berikut:

LnEKSit = β0 + β1LnGDPRIit+ β2LnGDPRTit+ β3LnNTit + β4LnHEit + β5LnJEit +

e

it

Dimana:

EKSit : Nilai ekspor alas kaki Indonesia ke negara j (US$)

NTit : Nilai tukar riil mata uang negara tujuan terhadap dollar Amerika (mata uang negara tujuan/US$)

GDPRIit : GDP riil Indonesia pada tahun ke-t (US$)

GDPRTit : GDP riil negara tujuan ekspor pada tahun ke-t (US$) HEit : Harga alas kaki di pasar dunia pada tahun ke-t (US$) JEit : Jarak Ekonomi antar negara Indonesia dan negara tujuan

e

it : error term

β0 : intercept

βn : slope (n= 1, 2, ...)

Definisi Operasional

Definisi operasional dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Nilai ekspor merupakan nilai ekspor dari produk alas kaki Indonesia ke

(31)

2. Nilai GDP Indonesia dalam satuan US$ dengan periode 2010-2013. Data GDP Indonesia diubah dalam bentuk logaritma natural (ln).

3. Nilai GDP delapan negara di Amerika Latin dengan satuan US$. Data GDP Amerika Latin diubah dalam bentuk logaritma natural (ln)

4. Nilai tukar, misalnya mata uang negara tujuan terhadap mata uang Amerika Serikat, dinyatakan dalam mata uang negara tujuan/dollar. Nilai tukar diubah dalam bentuk logaritma natural (ln).

5. Harga alas kaki Indonesia di pasar dunia pada kurun waktu 2010-2013, data ini diubah dalam bentuk logaritma natural (ln).

6. Jarak ekonomi menjadi variabel utama dalam aliran perdagangan gravity model. Jarak ekonomi merupakan pendekatan yang mewakili biaya transportasi, dinyatakan dalam bentuk kilometer. Data jarak ekonomi diubah dalam logaritma natural (ln).

Pengujian Asumsi Model

Dalam analisis regresi, terdapat tiga asumsi yang harus diuji dalam model yaitu heteroskedastisitas, multikolinieritas, dan autokorelasi. Selain itu ada juga uji normalitas untuk mengetahui error term menyebar normal atau tidak.

Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah salah satu penyimpangan pada asumsi klasik statistika. Heteroskedastisitas terjadi jika ragam sisaan tidak konstan. Masalah ini sering terjadi jika ada penggunaan data cross section dalam estimasi model, namun dapat terjadi juga dalam data time series. Salah satu mengatasi masalah ini yaitu dengan metode Generalized Least Square (GLS) yang merupakan metode kuadrat terkecil yang terboboti, dimana model ditransformasikan dengan memberikan bobot pada data asli (Juanda 2009).

Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas menyebabkan R-Squared tinggi, tetapi sedikit koefisiennya yang nyata bahkan tanda hubungan dapat terbalik. Cara mendeteksinya dengan Spearman’s Rho Correlation, apabila angka korelasi lebih kecil dari 0.8 maka dapat dikatakan terbebas dari masalah multikolinieritas.

Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan dengna cara membandingkan Durbin Watson (DW) hasil estimasi dengan DW tabel. Jika nilai DW berada pada area non-autokorelasi mendekati dua maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut bebas dari masalah autokrelasi.

Uji Normalitas

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Ekspor Alas Kaki ke Amerika Latin

Perkembangan ekspor alas kaki Indonesia ke delapan negara Amerika latin yaitu Argentina, Brazil, Chili, Ekuador, Paraguay, dan Uruguay rata-rata mengalami penurunan, kecuali pada negara Peru dan Venezuela setiap tahunnya mengalami peningkatan nilai ekspor alas kaki Indonesia. Pada Gambar 6 menunjukkan bahwa negara Brazil memiliki nilai ekspor yang paling tinggi diantara negara-negara di Amerika Latin lainnya. Selanjutnya secara berurutan diikuti oleh negara Chili, Argentina, Uruguay, Ekuador, Venezuela, dan Paraguay. Penurunan nilai ekspor ke delapan negara di Amerika Latin disebabkan oleh beberapa faktor yang terjadi pada tahun yang bersangkutan. Faktor-faktor yang memengaruhi ekspor alas kaki Indonesia ialah GDP Indonesia dan GDP negara tujuan, nilai tukar rupiah, harga, dan jarak ekonomi. Faktor-faktor tersebut menjadi bahan analisis dalam penelitian ini dan juga sebagai implikasi kebijakan dari adanya kebijakan diversifikasi negara tujuan ekspor ke Amerika Latin yang akan dibahas pada pembahasan selanjutnya.

Sumber: UNCOMTRADE (2015)

Gambar 6 Nilai ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin

Analisis Daya Saing Alas Kaki Indonesia Periode 2010-2013

(33)

Tabel 1 Hasil RCA alas kaki Indonesia ke Amerika Latin

Negara Nilai RCA

Rata-rata

2010 2011 2012 2013

Argentina 106.616 113.653 111.025 129.920 115.303 Brazil 53.851 74.373 77.158 110.981 79.091 Chili 156.629 190.995 232.999 280.182 215.201 Ekuador 138.289 60.789 78.655 190.022 116.938 Peru 168.384 95.762 102.594 151.986 129.681 Paraguay 143.553 190.086 134.267 260.050 181.989 Uruguay 188.702 130.055 240.373 325.203 221.083 Venezuela 98.604 10.319 102.473 637.819 212.304 Sumber: UNCOMTRADE (diolah) 2015

Hasil estimasi nilai RCA pada negara-negara di Amerika Latin mempunyai nilai rata-rata >1, bahkan nilai rata-rata RCA alas kaki Indonesia ke Amerika mempunyai nilai yang sangat tinggi. Sehingga hal ini mengindikasikan bahwa alas kaki Indonesia memiliki keunggulan daya saing komparatif. Pada rata-rata nilai RCA alas kaki Indonesia di negara Amerika Latin dari yang terbesar yaitu negara Uruguay mempunyai nilai rata-rata yang tertinggi terhadap alas kaki Indonesia. Selanjutnya diikuti oleh Chili, Venezuela, Paraguay, Peru, Ekuador, Argentina, dan Brazil.

Tabel 2 Hasil indeks RCA alas kaki Indonesia

(34)

Tabel 3 Hasil RCA alas kaki Cina ke Amerika Latin Amerika Latin rmempunyai nilai RCA >1 yaitu pada negara Argentina, Ekuador, dan Venezuela. Hal ini mengindikasikan bahwa alas kaki Cina mempunyai keunggulan komparatif pada negara tersebut. Sedangkan untuk nilai RCA alas kaki Cina yang mempunyai nilai RCA<1 yaitu negara Brazil, Chili, Peru, Paraguay, dan Uruguay. Ini mengindikasikan bahwa alas kaki Cina pada negara tersebut tidak mempunyai keunggulan komparatif. Jika dibandingkan dengan nilai RCA alas kaki Indonesia dengan Cina, Indonesia lebih unggul dibandingkan dengan Cina. Hal ini terlihat jelas pada hasil nilai RCA Indonesia yang mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan dengan RCA alas kaki Cina ke Amerika Latin.

Tabel 4 Hasil indeks RCA alas kaki Cina ke Amerika Latin

Negara Indeks RCA

(35)

ekspor dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan hasil indeks RCA Indonesia, perbaikan kinerja ekspor alas kaki Indonesia pada tahun 2011 menuju 2012 terjadi perbaikan kinerja ekspor, namun sebaliknya pada tahun 2013 terjadi penurunan ekspor alas kaki ke Amerika Latin. Namun jika dilihat perbaikan kinerja ekspor alas kaki dari nilai indeks RCA Indonesia dan nilai indeks RCA Cina, Indonesia masih unggul karena nilai indeks RCA Indonesia mempunyai nilai >1 pada tahun 2013.

Sumber: UNCOMTRADE (diolah) 2015

Gambar 7 Hasil EPD alas kaki Indonesia ke Amerika Latin

Pada Gambar 7, hasil estimasi EPD alas kaki Indonesia ke delapan negara Amerika Latin ialah dua negara menempati posisi retreat dan enam negara lainnya menempati posisi falling star. Negara yang menempati posisi retreat yaitu negara Argentina dan Ekuador. Hasil ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan pertumbuhan pangsa pasar ekspor alas kaki Indonesia di negara tersebut dan diikuti dengan penurunan permintaan terhadap produk alas kaki Indonesia.

Hasil estimasi EPD alas kaki Indonesia yang menempati posisi falling star

pada enam negara di Amerika Latin yaitu Brazil, Chili, Paraguay, Peru, Uruguay, dan Venezuela. Hasil ini mengindikasikan bahwa alas kaki Indonesia di negara-negara tersebut mengindikasikan adanya pertumbuhan pangsa pasar ekspor yang positif, namun permintaan terhadap alas kaki Indonesia di negara ini justru negatif.

Dilihat dari hasil analisis RCA yang ternyata alas kaki Indonesia mempunyai daya saing yang tinggi ke Amerika Latin. Namun ternyata pada hasil estimasi EPD alas kaki Indonesia rata-rata mempunyai nilai ekspor yang yang tinggi namun tidak diikuti oleh kenaikan permintaan produk alas kaki Indonesia di

(36)

Amerika Latin. Hal ini membuktikan bahwa kualitas dari alas kaki Indonesia masih belum mampu bersaing sehingga tidak terjadi permintaan produk alas kaki Indonesia di pasar Amerika Latin.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Alas Kaki Indonesia

Gravity model digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi nilai ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin. Berikut merupakan tabel hasil estimasi gravity model untuk ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin.

Tabel 5 Koefisien penduga ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LnNT 0.665187 0.294341 2.259924 0.0358*

LnGDPRT 60.35794 25.89500 2.330873 0.0309*

LnHE -0.791789 1.489417 -0.531610 0.6012

LnJE -56.86647 26.36622 -2.156792 0.0440* LnGDPRI -31.14167 12.93485 -2.407579 0.0264*

C -298.2204 141.5136 -2.107362 0.0486*

Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.928715 Adjusted R-squared 0.883692 F-statistic 20.62787 Prob(F-statistic) 0.000000

Keterangan: signifikan pada taraf nyata 5% (*)

Model yang digunakan dalam alas kaki Indonesia adalah sebagai berikut: LnEKSit = -298.2204 – 31.14167 LnGDPRIit + 60.35794 LnGDPRTit + 0.665187

LnNTit– 56.8664 LnJEit– 0.791789 LnHEit.

Pada Tabel 5, yang memengaruhi ekspor alas kaki Indonesia adalah GDP Indonesia, GDP negara tujuan, jarak ekonomi, nilai tukar, dan harga ekspor. Namun pada harga ekspor tidak berpengaruh nyata pada nilai ekspor alas kaki Indonesia. Pada hasil estimasi model di atas memiliki nilai R-squared 0.928715. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada model tersebut dapat menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi sebesar 92.8% dalam model, sedangkan sisanya 7.2% dijelaskan di luar model.

Pada hasil uji asumsi klasik, uji multikolinearitas pada model yaitu nilai korelasi parsial antar peubah X lebih kecil dari 0.8 (Spearman’s Rho Correlation)

(37)

GDP Indonesia

GDP riil Indonesia mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan nilai ekspor alas kaki Indoesia ke delapan negara di Amerika Latin. GDP riil Indonesia mempunyai nilai probabilitas sebesar 0.0264 terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia. Pada hasil estimasi menunjukkan bahwa ketika terjadi kenaikan GDP Indonesia sebesar 1% maka akan terjadi penurunan nilai ekspor alas kaki ke delapan negara Amerika Latin sebesar 31.14167% (cateris paribus). Dengan kenaikan GDP Indonesia maka alas kaki Indonesia lebih banyak di konsumsi di dalam negeri dibandingkan ekspor, karena terjadi peningkatan daya beli masyarakat Indonesia terhadap alas kaki Indonesia.

GDP negara tujuan

GDP riil negara tujuan yaitu mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan nilai probabilitas sebesar 0.0309 terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika terjadi kenaikan GDP negara tujuan maka akan mengakibatkan peningkatan ekspor alas kaki ke Amerika Latin. Pada hasil estimasi, dapat dilihat bahwa jika terjadi kenaikan GDP negara tujuan ekspor sebesar 1%, maka ekspor alas kaki Indonesia di negara tersebut akan meningkat sebesar 60.35794% (cateris paribus). Peningkatan GDP dan perdagangan internasional identik dengan kemakmuran suatu negara. Dengan GDP ke delapan negara di Amerika Latin meningkat mengindikasikan bahwa nilai ekspor alas kaki meningkat karena terjadi peningkatan daya beli masyarakat terhadap alas kaki Indonesia.

Nilai tukar riil

Nilai tukar riil adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Nilai tukar riil juga menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Pada hasil estimasi nilai tukar riil mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan nilai probabilitas sebesar 0.0358 terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia. Ketika tarjadi apresiasi pada mata uang negara tujuan ekspor sebesar 1% maka akan mengakibatkan kenaikan ekspor alas kaki sebesar 0.665187% (cateris paribus). Hasil estimasi ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mankiw (2006) bahwa kurs riil terkait dengan ekspor neto. Bila nilai tukar riil lebih rendah, maka barang-barang domestik relatif lebih murah dibanding barang-barang luar negeri, dan ekspor neto lebih besar.

Harga ekspor

Harga ekspor alas kaki Indonesia mempunyai hubungan negatif dan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai ekspor alas kaki ke Amerika Latin. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi harga ekspor alas kaki Indonesia akan berdampak pada penurunan ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin. Pada hasil estimasi model, bahwa setiap terjadi kenaikan harga ekspor sebesar 1% maka akan mengakibatkan penurunan nilai ekspor alas kaki Indonesia sebesar 0.791789 % (cateris paribus).

(38)

menengah ke atas. Sehingga berapa pun tingkat harga ekspor pada alas kaki Indonesia, konsumen akan membeli produk alas kaki tersebut.

Jarak ekonomi

Jarak ekonomi pada gravity model mengindikasikan besaran biaya transportasi yang harus dikeluarkan pada saat terjadi perdagangan. Pada hasil estimasi ini jarak ekonomi memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0440 yang mengindikasikan bahwa jarak ekonomi berpengaruh nyata terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia. selain itu, jarak ekonomi mempunyai hubungan yang negatif terhadap nilai ekspor alas kaki Indonesia. Dimana semakin jauh jarak Indonesia dengan jarak negara tujuan ekspor sebesar 1% maka akan mengakibatkan penurunan nilai ekspor sebesar 56.8664 % (cateris paribus).

Jarak ekonomi merupakan proksi biaya transportasi bagi negara-negara yang melakukan perdagangan. Jarak ekonomi memiliki pengaruh nyata terhadap ekspor alas kaki Indonesia. Hal ini diduga akibat dari produk alas kaki yang membutuhkan ruang dan volume pengangkutan, sehingga dengan bertambahnya ruang dan volume ekspor, serta jarak geografis yang semakin jauh akan mengakibatkan biaya transportasi semakin meningkat.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Simpulan yang dapat diambil penelitian ini ialah;

1. Perkembangan ekspor alas kaki Indonesia ke delapan negara di Amerika Latin pada tahun 2010-2013 rata-rata mengalami penurunan, kecuali pada negara Peru dan Venezuela.

2. Alas kaki Indonesia mempunyai posisi daya saing yang sangat tinggi dilihat dari nilai RCA yang mempunyai nilai rata-rata>1. Sedangkan pada hasil estimasi EPD alas kaki Indonesia masih menempati posisi falling star pada enam negara di Amerika Latin yaitu Brazil, Chili, Paraguay, Peru, Uruguay, dan Venezuela. Dua negara lainnya menempati posisi retreat yaitu negara Argentina, dan Ekuador.

(39)

Saran

1. Ekspor alas kaki Indonesia ke Amerika Latin dapat menjadi potensi besar bagi Indonesia dengan memerhatikan pengaruh ekspor tersebut seperti GDP negara tujuan dan Jarak ekonomi.

2. Pemberian perhatian khusus pada komoditas alas kaki Indonesia yang mengalami penurunan daya saing terutama ke negara Argentina dan Ekuador.

3. Bagi penelitian selanjutnya dapat menganalisis komoditas alas kaki Indonesia terkait dengan kebijakan antar negara ekspor serta dapat menambahkan variabel-variabel non-ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Agri M. 2011. Posisi Dayasaing Hortikultura Indonesia di Sepuluh Negara Tujuan Utama dan Dunia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Amir. 2004. Strategi Memasuki Pasar Ekspor. Jakarta (ID): Victory Jaya Abadi. Apridar. 2012. Ekonomi Internasional (Sejarah, Teori, Konsep, dan

Permasalahan dalam Aplikasinya. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2014. Nilai output industri alas kaki domestik mikro dan kecil [internet]. [diunduh pada 2015 Jan 10] tersedia pada; htttp//www.bps.go.id.

[BPS] Badan Pusat Statistika. 2014. Tenaga kerja industri mikro dan kecil tahun 2010-2013 [internet]. [diunduh pada 2015 Apr 4] tersedia pada; htttp//www.bps.go.id.

Basri F. 2010. Dasar-dasar Ekonomi Internasional. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group.

[CEPII] Research and Expertise on the World Economy. 2015. Data Jarak Geografis Indonesia ke negara tujuan [internet]. [diunduh pada 2015 Feb 15]. Tersedia pada: http//www.cepii.org.

Firsya AF. 2014. Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Komoditas Kakao Olahan Indonesia. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hady H. 2004. Ekonomi Internasional, Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.

Halwani RH. 2002. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Ghalia Indonesia: -

Juanda B. 2009. Ekonometrika Permodelan Dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press.

(40)

Karlinda F. 2012. Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Mutiara Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[Kemenperin] Kementerian Perindustrian. 2012. Ekspor Indonesia berdasarkan sektor migas dan non-migas [internet]. [diunduh pada 2014 Nov 25] tersedia pada; htttp//www. kemenperin.go.id.

[Kemenperin] Kementerian Perindustrian. 2013. Nilai ekspor alas kaki Indonesia [internet]. [diunduh pada 2014 Nov 25] tersedia pada; htttp//www. kemenperin.go.id.

Lipsey R, Courant P, Purvis D, Steiner P. 1997. Pengantar Makroekonomi.

Maulana A, penerjemah. Jakarta (ID): Binaputra Aksara. Terjemahan dari:

Economics 10th ed. Ed ke-10.

Mankiw G. 2006. Makroekonomi. Liza F, Nurmawan I, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari Macroeconomicc 6th Edition. Ed ke-6.

Mustopa BA. 2010. Analisis Dayasaing Kopi Indonesia di Pasar Internasional. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pradipta A. 2014. Posisi Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Buah-Buahan Indonesia di Dunia dan Negara Tujuan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rafiana N. (2014). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Daya Saing Hasil Olahan Rumput Laut Indonesia. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Salvatore D. 1997. Ekonomi Internasional. Jakarta (ID): Erlangga.

Soraya B. (2013). Determinan Karet Indonesia dengan Pendekatan Gravity Model [Working Paper 2013]. Medan (ID): Fakultas Pertanian, Universitas Darma Agung.

Yanti L, Widyastutik. (2012). Daya Saing Produk Turunan Susu Indonesia di Pasar Dunia [working paper 2012]. Bogor (ID): Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

[UNCTAD] United Nations Conference on Trade and Development. 2015. Data nilai tukar riil. 2015 [internet]. [diunduh 2015 Jan 10]. Tersedia pada: http//www.unctad.org.

[UNCOMTRADE] United Nations Comodity Trade Statistics Database. Berbagai tahun terbitan. [diunduh 2014 Des 20]. Tersedia pada: http://www.wits.worldbank.org.

(41)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil RCA pada negara-negara di Amerika Latin

Negara Tahun Xij Xjt Wj Wt RCA INDEKS

RCA

Argentina 2010 11594.918 281122.535 19881.460 51392810.863 106,6169167

Argentina 2011 16461.255 354470.430 26715.696 65382994.601 113,6530893 1,065994899 Argentina 2012 11059.158 312538.817 19094.386 59911469.328 111,0254065 0,976879794 Argentina 2013 7819.008 335214.473 11730.823 65339653.300 129,9203674 1,17018592 Brazil 2010 18764.069 1528240.987 39418.308 172887382.250 53,85183396

Brazil 2011 38953.232 1734907.929 65498.265 216960713.146 74,37352561 1,381076932 Brazil 2012 35459.194 1486190.667 67327.848 217731872.188 77,15811402 1,037440586 Brazil 2013 32736.512 1514413.165 42201.097 216664575.448 110,9819108 1,438369927 Chile 2010 16740.633 192651.824 27507.947 49583089.753 156,629715

Chile 2011 24308.040 213966.915 38126.503 64098233.143 190,9951779 1,219405768 Chile 2012 25014.064 175346.547 42200.723 68926810.291 232,999682 1,219924422 Chile 2013 22057.559 170766.832 30494.082 66145954.883 280,1829183 1,202503436 Ecuador 2010 1776.809 67702.228 3152.225 16609600.529 138,286493

Ecuador 2011 2840.849 90137.514 10001.344 19290487.891 60,78933897 0,439589852 Ecuador 2012 736.371 80895.859 2392.517 20673538.155 78,65569327 1,293906047 Ecuador 2013 534.998 81427.338 737.432 21327734.124 190,0223392 2,415875206 Peru 2010 1729.658 94180.274 2910.197 26682361.505 168,3845209

Peru 2011 4079.731 161982.563 8844.390 33628026.616 95,76278321 0,568714884 Peru 2012 5447.599 159888.339 12381.041 37281401.515 102,5943417 1,071338345 Peru 2013 7892.949 178450.734 10942.802 37602064.292 151,9861817 1,4814285 Paraguay 2010 754.162 24775.366 1731.877 8167471.458 143,5539502

Paraguay 2011 841.574 19597.016 2202.041 9747069.435 190,0863894 1,324146003 Paraguay 2012 351.439 18152.281 1303.666 9041072.614 134,2679527 0,70635227 Paraguay 2013 614.315 17564.701 1287.112 9570263.112 260,0506221 1,936803362 Uruguay 2010 2552.441 30386.708 3750.379 8425200.089 188,7022702

Uruguay 2011 4288.732 44653.568 8189.126 11089021.393 130,0554062 0,689209547 Uruguay 2012 4732.588 38157.205 6472.971 12544943.438 240,3738332 1,848241763 Uruguay 2013 2956.296 29495.074 3842.149 12466108.595 325,2034382 1,352906986 Venezuela 2010 282.207 64636.884 1489.243 33633645.048 98,60427386

(42)

Lampiran 2 Hasil RCA alas kaki Cina ke Amerika Latin

Negara tahun Xij Xjt Wj Wt RCA Indeks

RCA

Argentina 2010 4904.287 6115764.185 19881.460 51392810.863 2,072904258

Argentina 2011 7106.548 8502556.365 26715.696 65382994.601 2,045537704 0,98679797 Argentina 2012 3390.295 7869366.024 19094.386 59911469.328 1,351767549 0,66083727 Argentina 2013 2310.596 8750429.703 11730.823 65339653.300 1,470763965 1,08803024 Brazil 2010 8051.481 24460651.866 39418.308 172887382.250 1,443687066

Brazil 2011 9697.412 31836677.325 65498.265 216960713.146 1,008972699 0,69888601 Brazil 2012 4812.753 33413633.342 67327.848 217731872.188 0,46579749 0,4616552 Brazil 2013 3611.493 35895471.244 42201.097 216664575.448 0,516548718 1,10895556 Chile 2010 6246.633 8024929.525 27507.947 49583089.753 1,40307269

Chile 2011 5959.549 10816757.816 38126.503 64098233.143 0,926265256 0,66016912 Chile 2012 1898.783 12600991.714 42200.723 68926810.291 0,246115462 0,26570732 Chile 2013 2208.117 13105469.078 30494.082 66145954.883 0,365474632 1,48497225 Ecuador 2010 794.133 1495611.929 3152.225 16609600.529 2,797797652

Ecuador 2011 757.228 2224132.316 10001.344 19290487.891 0,656675617 0,23471162 Ecuador 2012 241.369 2613995.860 2392.517 20673538.155 0,797877785 1,21502575 Ecuador 2013 7.575 2966845.611 737.432 21327734.124 0,073843186 0,0925495 Peru 2010 577.773 3549668.095 2910.197 26682361.505 1,492352341

Peru 2011 1134.588 4653277.170 8844.390 33628026.616 0,9270705 0,62121422 Peru 2012 1050.336 5332543.568 12381.041 37281401.515 0,593101343 0,63975862 Peru 2013 978.499 6188837.905 10942.802 37602064.292 0,543293394 0,91602118 Paraguay 2010 481.825 1050603.918 1731.877 8167471.458 2,162822579

Paraguay 2011 175.128 1248050.527 2202.041 9747069.435 0,621115088 0,28717801 Paraguay 2012 59.350 1335794.864 1303.666 9041072.614 0,308130417 0,49609231 Paraguay 2013 24.816 1356499.622 1287.112 9570263.112 0,136025284 0,44145361 Uruguay 2010 883.787 1477574.983 3750.379 8425200.089 1,343702562

Uruguay 2011 826.986 2001564.357 8189.126 11089021.393 0,559479614 0,41637162 Uruguay 2012 207.824 2413268.772 6472.971 12544943.438 0,166899507 0,29831204 Uruguay 2013 125.881 2323633.647 3842.149 12466108.595 0,175771812 1,05315957 Venezuela 2010 569.769 3648586.662 1489.243 33633645.048 3,526813702

(43)

Lampiran 3 EPD pada komoditas alas kaki Indonesia di Amerika Latin

Argentina 2011 0,001731313 -0,012758897 Argentina 2012 -0,003684699 -0,013513868

Argentina 2013 -0,00401984 -0,010563822 -0,001991075 -0,012278862 Brazil 2010

FALLING STAR

Brazil 2011 0,00339147 -0,007499367 Brazil 2012 0,000468831 -0,009959925

Brazil 2013 -0,000747494 -0,01024253 0,001037602 -0,009233941

Chile 2010

FALLING STAR

Chile 2011 0,008903581 -0,018294557 Chile 2012 0,009682826 -0,019623036

Chile 2013 -0,004495771 -0,0202548 0,004696879 -0,019390798 Ecuador 2010

RETREAT

Ecuador 2011 0,001757455 -0,00615329 Ecuador 2012 -0,007471377 -0,01724342

Ecuador 2013 -0,000844151 -0,00384609 -0,002186024 -0,009080934

Peru 2010

FALLING STAR

Peru 2011 0,002273613 -0,003547938 Peru 2012 0,002961679 -0,008656185

Peru 2013 0,003386379 -0,010972894 0,00287389 -0,007725672 Paraguay 2010

FALLING STAR

Paraguay 2011 0,004167998 -0,006992883 Paraguay 2012 -0,00786113 -0,007482544

Paraguay 2013 0,005204603 -0,004761627 0,000503824 -0,006412352 Uruguay 2010

FALLING STAR

Uruguay 2011 0,004015317 -0,014591779 Uruguay 2012 0,009328044 -0,024444323

Uruguay 2013 -0,007932842 -0,01709668 0,001803506 -0,018710927 Venezuela 2010

FALLING STAR

Venezuela 2011 0,000334554 -0,0013025 Venezuela 2012 0,001111089 -0,017316309

(44)

Lampiran 4 Variabel analisis faktor-faktor yang memengaruhi alas kaki Indonesia di Amerika Latin

NEGARA TAHUN LnEKS LnGDPRI LnGDPRT LnJE LnHE LnNT

Argentina 2010 1 6.266 26.657 26.405 7.764 2.91 3.212 Argentina 2011 16.616 26.720 26.487 7.803 2.90 2.543 Argentina 2012 16.218 26.781 26.497 7.790 3.01 3.092 Argentina 2013 15.872 26.837 26.526 7.791 3.05 3.678 Brazil 2010 16.747 26.657 27.723 9.151 2.90 1.687 Brazil 2011 17.477 26.720 27.750 9.134 3.09 1.257 Brazil 2012 17.383 26.781 27.760 9.123 3.26 1.629 Brazil 2013 17.304 26.837 27.785 9.119 3.08 2.212 Chile 2010 16.633 26.657 25.718 7.101 2.82 6.083 Chile 2011 17.006 26.720 25.774 7.114 2.95 6.238 Chile 2012 17.034 26.781 25.827 7.145 2.99 6.561 Chile 2013 16.909 26.837 25.867 7.156 2.94 6.407 Ecuador 2010 14.390 26.657 24.615 6.201 2.68 0.773 Ecuador 2011 14.859 26.720 24.691 6.233 2.85 0.349 Ecuador 2012 13.509 26.781 24.742 6.262 3.02 0.902 Ecuador 2013 13.190 26.837 24.787 6.279 2.87 0.625

Peru 2010 14.363 26.657 25.373 6.896 2.95 0.968

Peru 2011 15.221 26.720 25.436 6.915 2.95 1.078

Peru 2012 16.510 26.781 25.493 6.952 2.95 1.538

Peru 2013 15.881 26.837 25.550 6.979 2.88 1.647

Gambar

Gambar 1  Nilai ekspor alas kaki Indonesia
Gambar 3 Kurva perdagangan internasional
Gambar 4 Kerangka pemikiran analisis daya saing dan faktor-faktor yang
Gambar 5   Matriks posisi daya saing
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemilihan variabel faktor-faktor yang memengaruhi daya saing hasil olahan rumput laut, diduga faktor-faktor yang berpengaruh adalah nilai ekspor hasil olahan rumput

Nilai ekspor elektronika Indonesia di pasar Amerika Latin mengalami fluktuasi tiap tahunnya. Peningkatan terjadi di beberapa negara, diantaranya Venezuela, Chili,

Dengan pendekatan diketahui bahwa faktor-faktor yang memengaruhi ekspor komoditas kakao Indonesia ke kawasan Uni Eropa adalah variabel GDP negara tujuan ekspor (GDP jt ),

regresi linear berganda untuk pengaruh volume ekspor kayu Indonesia, kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan PDB Amerika Serikat terhadap nilai ekspor

Judul Skripsi : Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Kopi Indonesia ke 6 Negara di Eropa Tahun 2012-2018.. Menyatakan dengan sebenarnya bahwa

bahwa variabel yang memengaruhi nilai ekspor kertas Indonesia adalah GDP riil Indonesia, GDP riil negara tujuan, harga ekspor, dan jarak ekonomi sedangkan nilai tukar tidak

Analisis RCA digunakan untuk menganalisis posisi daya saing komparatif elektronika Indonesia di negara-negara Amerika Latin, yang tercermin dari pangsa pasar

Variabel-variabel independen yang digunakan pada penelitian ini yaitu harga ekspor CPO, harga minyak kedelai dunia, kurs rupiah terhadap dollar Amerika,