AKUMULASI BAHAN KERING BEBERAPA VARIETAS TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor(L.) Moench)RATOON1 PADA TINGKAT
KERAPATAN TANAMAN BERBEDA
(Skripsi)
Oleh
BANGUN FERDIAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
AKUMULASI BAHAN KERING BEBERAPA VARIETAS TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor(L.) Moench)RATOON1 PADA TINGKAT
KERAPATAN TANAMAN BERBEDA
Oleh
BANGUN FERDIAN
Sorgum (Sorghum bicolor(L.) Moench) adalah tanaman pangan yang memiliki banyak keunggulan, salah satunya adalah dapat dibudidayakan dengan sistem ratoon (tumbuh kembali setelah di panen). Bahan kering tanaman merupakan ukuran yang paling sering dilakukan untuk mempelajari pertumbuhan dari tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui akumulasi bahan kering tanaman sorgumratoonI akibat kerapatan tanamanan berbeda (2) Mengetahui akumulasi bahan kering pada tiga varietas sorgumratoonI (3) Mengetahui pengaruh interaksi antara kerapatan tanamanan dan varietas sorgum dalam akumulasi bahan kering beberapa sorgumratoonI. Penelitian ini
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan rancangan perlakuan dalam pola faktorial (3x4) yaitu dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah kerapatan tanaman (P) dan faktor kedua adalah varietas tanaman sorgum (G). Kerapatan tanaman dibagi menjadi empat taraf, yaitu satu (p1), dua (p2), tiga (p3), dan empat (p4) tanaman/ lubang tanam serta varietas yang digunakan ada tiga, yaitu numbu (g1), keller (g2), dan wray (g3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kerapatan tanaman berpengaruh nyata
terhadap akumulasi bahan kering tanaman sorgum ratoon 1, kecuali pada variabel indeks panen dan secara umum peningkatan kerapatan tanaman menurunkan akumulasi bahan kering per tanaman (2) Varietas tanaman berpengaruh nyata terhadap akumulasi bahan kering tanaman sorgum ratoon 1, kecuali jumlah daun 7 mst, bobot akar kering, bobot batang kering dan bobot daun kering 5,7 dan 11 mst dan secara umum varietas Numbu memiliki hasil yang lebih tinggi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 22 Mei 1992, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Prayogo dan Ibu Farida.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak Dwi Tunggal Kedaton Bandar Lampung dan lulus pada tahun 1998, setelah itu melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Beringin Raya Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2004, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 13 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2007, Pendidikan Sekolah Menengah Atas ditempuh penulis di SMA Perintis 2 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2010.
Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur PKAB (Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen mata kuliah Dasar-Dasar Budidaya Tanaman dan Produksi Tanaman Pangan tahun ajaran 2013/2014. Pada tahun 2013 penulis
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbilalamin
Dengan Ketulusan Hati dan Rasa Penuh Syukur, Kupersembahkan
Karya ini Kepada :
Kedua Orang Tuaku
Bapak Prayogo dan Ibu Farida untuk Kasih Sayang, Pengorbanan
dan Do a yang Tiada Henti
Adik-adikku
Ferina Dwi Apriyanti dan Bagas Prastyo yang Menjadi
Kebanggaanku
Keluarga Besar Selamet dan Onah yang memberikan dukungan dan
menjadi inspirasiku
Para Sahabat yang Selalu Menemani dalam Suka Duka
Sukses terdiri dari 1% bakat dan 99% keringat
(Thomas Alva Edison)
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
(QS. Al-Mujadalah:11)
SANWACANA
Segala puji bagi Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, tempat kita memuja, meminta petunjuk dan memohon pertolongan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan yang tidak disengaja. Pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Sunyoto, M.Agr., selaku Dosen Pembimbing Pertama selaku pembimbing utama yang telah membimbing penulis, memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi. 2. Bapak Dr. Ir. Agus Karyanto, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang
telah membimbing penulis, memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi;
3. Bapak Prof. Dr. Ir. M. Kamal, M.Sc., selaku Dosen Peguji atas segala saran, nasihat, dan motivasi yang diberikan selama pelaksanaan penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai;
5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P.,selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung;
6. Bapak Prof. Dr. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Ketua Bidang Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung;
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;
8. Balai Pengkajian Teknologi Pangan (BPTP) Lampung Kebun Percobaan (KP) Natar beserta segenap karyawannya khususnya Pak Sumarko, Pak Jumari, dan Pakde Untung atas bantuan dan dukungannya;
9. Kedua oang tua penulis yaitu Ibu Farida dan Bapak Prayogo, adikku Ferina Dwi Aprianti dan Bagas Prastyo, Bibi Lina dan keluarga serta Keluarga Besar Selamet yang senantiasa memberikan kasih sayang, semangat, perhatian, doa, dan dukungan kepada penulis;
10. Teman seperjuangan dalam melaksanakan penelitian Galih, Sherly, Novri, Dian, Desi, Kiki dan Iyut atas kerjasamanya dalam melaksanakan penelitian. 11. Sahabat-sahabat yaitu Agung, Tibor, Ade, Alawiyah, Annisa, Septi,
Mustajab, Rahmat, Roby, Eko, Wanda, Viaz, amey, Agung ade, Adawiyah, diansa dan teman Agroteknologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... xi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 4
1.3 Kerangka Pemikiran. ... 4
1.4 Hipotesis. ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Tanaman Sorgum ... 7
2.2 Morfologi Tanaman Sorgum... 8
2.2.1 Akar... 8
2.2.2 Batang... 9
2.2.3 Daun... 9
2.2.4 Biji... 10
2.3 Varietas Tanaman ... 10
2.4 Kerapatan Tanaman ... 11
2.5 Ratoon pada Sorgum... 12
III. BAHAN DAN METODE ... 13
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 13
3.3 Metode Penelitian ... 14
3.4 Pelaksanaan Penelitian... 16
3.4.1 Pemotongan batang... 16
3.4.2 Perbaikan petakan... 17
3.4.3 Penjarangan... 17
3.4.4 Pemupukan... 17
3.4.5 Pemeliharaan... 17
3.5 Variabel yang diamati ... 18
3.5.1 Jumlah daun... 18
3.5.2 Panjang daun... 18
3.5.3 Lebar daun... 18
3.5.4 Bobot akar kering... 19
3.5.5 Bobot daun kering... 19
3.5.6 Bobot batang kering... 19
3.5.7 Bobot malai kering... 19
3.5.8 Bobot biji kering... 20
3.5.9 Jumlah biji... 20
3.5.10 Bobot kering total tanaman ... 20
3.5.11 indeks panen... 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 21
4.1 Hasil Penelitian ... 21
4.1.1 Jumlah daun... 23
4.1.2 Panjang daun... 24
4.1.3 Lebar daun... 26
4.1.4 Bobot akar kering... 28
4.1.5 Bobot batang kering... 29
4.1.6 Bobot daun kering... 31
4.1.7 Bobot malai kering... 32
4.1.8 Bobot biji kering... 35
4.1.9 Jumlah biji... 37
4.1.11 Indeks panen... 40
4.1.12 Pola akumulasi bahan kering... 41
4.2 Pembahasan... 44
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
5.1 Kesimpulan ... 49
5.2 Saran ... 50
PUSTAKA ACUAN ... 51
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kombinasi perlakuan varietas tanaman dan kerapatan tanaman dalam
percobaan. ... 14 2. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh kerapatan tanaman,
varietas dan interaksi pada pertumbuhan dan hasil tanaman
sorgum. ... 21 3. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh kerapatan tanaman,
varietas dan interaksi pada pertumbuhan dan hasil tanaman
sorgum. ... 22 4. Pengaruh varietas dan kerapatan tanaman terhadap jumlah daun
tanaman sorgumratoon1 pada umur 5, 7, dan 9 mst. ... 23 5. Pengaruh varietas dan kerapatan tanaman terhadap panjang daun
tanaman sorgumratoon1 pada umur 5, 7, dan 9 mst. ... 24 6. Pengaruh varietas dan kerapatan tanaman terhadap lebar daun
tanaman sorgumratoon1 pada umur 5, 7, dan 9 mst. ... 26 7. Pengaruh varietas dan kerapatan tanaman terhadap bobot akar kering
tanaman sorgumratoon1 pada umur 5, 7, 9, 11 dan 13 mst. ... 28 8. Pengaruh varietas dan kerapatan tanaman terhadap bobot batang
kering tanaman sorgumratoon1 pada umur 5, 7, 9 dan 11 mst. ... 29 9. Pengaruh interaksi varietas dan kerapatan tanaman terhadap bobot
batang kering tanaman sorgumratoon1 pada umur 13 mst. ... 30 10. Pengaruh varietas dan kerapatan tanaman terhadap bobot daun
kering tanaman sorgumratoon1 pada umur 5, 7, 9, 11 dan 13 mst. .. 31 11. Pengaruh varietas dan kerapatan tanaman terhadap bobot malai
kering tanaman sorgumratoon1 pada umur 9 dan 11 mst. ... 33 12. Pengaruh interaksi varietas dan kerapatan tanaman terhadap bobot
13. Pengaruh varietas dan kerapatan tanaman terhadap bobot biji kering
tanaman sorgumratoon1 pada umur 11 mst. ... 35
14. Pengaruh interaksi varietas dan kerapatan tanaman terhadap bobot biji kering tanaman sorgumratoon1 pada umur 13 mst. ... 36
15. Pengaruh varietas dan kerapatan tanaman terhadap jumlah biji tanaman sorgumratoon1 pada umur 11 mst. ... 37
16. Pengaruh interaksi varietas dan kerapatan tanaman terhadap jumlah biji tanaman sorgumratoon1 pada umur 13 mst. ... 38
17. Pengaruh interaksi varietas dan kerapatan tanaman terhadap bobot kering total tanaman sorgumratoon1 pada umur 13 mst. ... 39
18. Pengaruh varietas dan kerapatan tanaman terhadap indeks panen tanaman sorgum. ... 40
19. Data jumlah daun tanaman sorgum pada umur 5 mst. ... 56
20. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada umur 5 mst. ... 56
21. Data jumlah daun tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 57
22. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 57
23. Data jumlah daun tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 58
24. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 58
25. Data panjang daun tanaman sorgum pada umur 5 mst. ... 59
26. Analisis ragam panjang daun tanaman sorgum pada umur 5 mst. ... 59
27. Data panjang daun tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 60
28. Analisis ragam panjang daun tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 60
29. Data panjang daun tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 61
30. Analisis ragam panjang daun tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 61
31. Data lebar daun tanaman sorgum pada umur 5 mst. ... 62
32. Analisis ragam lebar daun tanaman sorgum pada umur 5 mst. ... 62
33. Data lebar daun tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 63
36. Analisis ragam lebar daun tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 64
37. Data bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 5 mst. ... 65
38. Analisis ragam bobot akar kering sorgum pada umur 5 mst. ... 65
39. Data bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 66
40. Analisis ragam bobot akar kering sorgum pada umur 7 mst. ... 66
41. Data bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 67
42. Analisis ragam untuk bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 67
43. Data bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 11 mst. ... 68
44. Analisis ragam untuk bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 11 mst. ... 68
45. Data bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 13 mst. ... 69
46. Analisis ragam untuk bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 13 mst. ... 69
47. Data bobot batang kering tanaman sorgum pada umur 5 mst. ... 70
48. Analisis ragam untuk bobot batang kering tanaman sorgum pada umur 5 mst. ... 70
49. Data bobot batang kering tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 71
50. Analisis ragam untuk bobot batang kering tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 71
51. Data bobot batang kering tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 72
52. Analisis ragam untuk bobot batang kering tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 72
53. Data bobot batang kering tanaman sorgum pada umur 11 mst. ... 73
54. Analisis ragam untuk bobot batang kering tanaman sorgum pada umur 11 mst. ... 73
55. Data bobot batang kering tanaman sorgum pada umur 13 mst. ... 74
56. Analisis ragam untuk bobot batang kering tanaman sorgum pada umur 13 mst. ... 74
58. Analisis ragam untuk bobot daun kering tanaman sorgum pada
umur 5 mst. ... 75 59. Data bobot daun kering tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 76 60. Analisis ragam untuk bobot daun kering tanaman sorgum pada
umur 7 mst. ... 76 61. Data bobot daun kering tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 77 62. Analisis ragam untuk bobot daun kering tanaman sorgum pada
umur 9 mst. ... 77 63. Data bobot daun kering tanaman sorgum pada umur 11 mst. ... 78 64. Analisis ragam untuk bobot daun kering tanaman sorgum pada
umur 11 mst. ... 78 65. Data bobot daun kering tanaman sorgum pada umur 13 mst. ... 79 66. Analisis ragam untuk bobot daun kering tanaman sorgum pada
umur 13 mst. ... 79 67. Data bobot malai kering tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 80 68. Analisis ragam untuk bobot malai kering tanaman sorgum pada
umur 9 mst. ... 80 69. Data bobot malai kering tanaman sorgum pada umur 11 mst. ... 81 70. Analisis ragam untuk bobot malai kering tanaman sorgum pada
umur 11 mst. ... 81 71. Data bobot malai kering tanaman sorgum pada umur 13 mst. ... 82 72. Analisis ragam untuk bobot malai kering tanaman sorgum pada
umur 13 mst. ... 82 73. Data bobot biji kering tanaman sorgum pada umur 11 mst. . ... 83 74. Analisis ragam untuk bobot biji kering tanaman sorgum pada
umur 11 mst. ... 83 75. Data bobot biji kering tanaman sorgum pada umur 13 mst. ... 84 76. Analisis ragam untuk bobot biji kering tanaman sorgum pada
79. Data jumlah biji tanaman sorgum pada umur 13 mst. ... 86
80. Analisis ragam jumlah biji tanaman sorgum pada umur 13 mst. ... 86
81. Data bobot kering total tanaman sorgum umur 13 mst. ... 87
82. Analisis ragam untuk bobot kering total tanaman sorgum 13 mst. ... 87
83. Data indeks panen tanaman sorgum. ... 88
84. Analisis ragam untuk indeks panen tanaman sorgum. ... 88
85. Data analisis tanah sebelum dilakukan penelitian. ... 89
86. Data curah hujan setasiun Rejosari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan saat penelitian berlangsung . ... 89
87. Data hasil penelitian Rahmawati tentang Varietas Wray. ... 89
88. Data hasil penelitian Rahmawati tentang Varietas Keller . ... 90
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata letak percobaan ... 15
2. Tata letak lubang tanam per petakan ... 16
3. Pola akumulasi bahan kering tanaman sorgum umur 5 mst pada tingkat kerapatan tanaman berbeda... 41
4. Pola akumulasi bahan kering tanaman sorgum umur 7 mst pada tingkat kerapatan tanaman berbeda... 41
5. Pola akumulasi bahan kering tanaman sorgum umur 9 mst pada tingkat kerapatan tanaman berbeda... 42
6. Pola akumulasi bahan kering tanaman sorgum umur 11 mst pada tingkat kerapatan tanaman berbeda... 43
7. Pola akumulasi bahan kering tanaman sorgum umur 13 mst pada tingkat kerapatan tanaman berbeda... 43
8. Malai tanaman sorgumratoon1 Varietas Numbu pada kerapatan satu, dua, tiga dan empat tanaman/lubang tanam... 91
9. Malai tanaman sorgumratoon1 Varietas Keller pada kerapatan satu, dua, tiga dan empat tanaman/lubang tanam. ... 91
10. Malai tanaman sorgumratoon1 Varietas Wray pada kerapatan satu, dua, tiga dan empat tanaman/lubang tanam ... 92
11. Biji tanaman sorgumratoon1 Varietas Numbu ... 92
12. Biji tanaman sorgumratoon1 Varietas Keller ... 93
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Di Indonesia komoditas tanaman pangan yang menjadi unggulan adalah padi, padahal ketahanan pangan yang terlalu bergantung pada satu komoditas tanaman mengandung resiko bahwa kebutuhan pangan rumah tangga dan nasional akan rapuh (Husodo, 2002). Perhatian terhadap pengembangan komoditas sumber karbohidrat non-beras masih sangat kurang, sedangkan di Indonesia bahan pangan sumber karbohidrat lokal sebagai pendamping tanaman padi sangat banyak
ragamnya (Widowati dan Damardjati, 2001). Yudiarto (2006) dalam Sihono dan Human (2010) menyatakan bahwa peningkatan produksi padi harus disertai dengan program diversifikasi yang memiliki potensi yang baik.
2
Sorgum adalah salah satu komoditas yang berpeluang untuk dikembangkan sebagai pendamping padi atau sebagai komoditas alternatif. Sorgum merupakan bahan pangan pokok di beberapa negara sub tropis di Asia maupun Afrika dan merupakan andalan sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral jutaan penduduk marginal di wilayah tersebut (Onofiok dan Nnanyelugo, 1998). Di Asia Selatan tanaman sorgum juga banyak ditanam oleh petani untuk dijadikan sebagai pakan ternak (Akhtaret al.,2013). Suarni (2004) menyatakan bahwa di Afrika produk olahan tepung sorgum lebih menguntungkan karena praktis serta mudah diolah menjadi produk makanan.
Untuk meningkatan produksi tanaman sorgum terdapat banyak upaya yang bisa dilakukan, salah satunya melalui pemanfaatan sistemratoon. Ratoonmerupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan hasil per satuan luas lahan dan per satuan waktu dengan cara pemotongan batang tanaman yang telah dipanen dan dibiarkan untuk tumbuh tunas-tunas baru (Chauchanet al., 1985).
Pemilihan varietas juga penting dalam budidaya tanaman sorgum karena pemilihan varietas yang tepat dapat mempengaruhi potensi produksi tanaman sorgum yang optimal di Indonesia. Pada umumnya masing-masing varietas tanaman sorgum memiliki ciri- ciri khas yang berbeda, seperti bentuk dan tinggi tanaman, produksi, kandungan nira, rasa, ketahanan terhadap hama penyakit, kekeringan, tingkat kerebahan dan umur panen (Sirappa, 2003).
Distribusi bahan kering adalah hasil dari fotosintesis yang disebarkan pada
3
memungkinkan tanaman dapat melakukan fotosintesis secara optimal sehingga fotosintat yang dihasilkan meningkat. Selanjutnya fotosintat digunakan untuk pembentukan malai dan pengisian biji pada akhirnya akan meningkatkan bobot malai kering, bobot biji per tanaman dan hasil per petak (Turmudi, 2010).
Selain varietas, pertumbuhan dan produksi tanaman juga tergantung pada pengaturan jarak tanam atau populasi tanaman persatuan luas. Penanaman yang terlalu rapat akan meningkatkan persaingan tanaman dalam mendapatkan energi surya untuk fotosintesis serta pergerakan air dan hara (Moenandir, 1993). Sebaliknya, jarak tanam yang terlalu longgar akan mengurangi efisiensi kemanfaatan sumber daya alam dan produktivitas tanaman.
Berdasarkan hal tersebut, maka akan dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan serta produksi beberapa varietas tanaman sorgum.
Berdasarkan uraian diatas dalam penelitian ini dapat di rumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan akumulasi bahan kering tanaman sorgumratoonI akibat kerapatan tanamanan yang berbeda ?
2. Apakah terdapat perbedaan akumulasi bahan kering pada tiga varietas sorgum
ratoonI ?
4
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui akumulasi bahan kering tanaman sorgumratoonI akibat kerapatan tanamanan berbeda.
2. Mengetahui akumulasi bahan kering pada tiga varietas sorgumratoonI. 3. Mengetahui pengaruh interaksi antara kerapatan tanamanan dan varietas
sorgum terhadap akumulasi bahan kering sorgumratoonI.
1.3 Kerangka Pemikiran
Berikut ini disusun kerangka pemikiran untuk memberikan penjelasan secara teoritis terhadap perumusan masalah.
Pengembangan sorgum di Indonesia masih sangat rendah, hal ini di karenakan teknologi pengolah hasil produksi sorgum masih sangat minim. Selain itu kesadaran masyarakat akan makanan pokok non-beras masih sangat minim. Di Indonesia banyak petani enggan untuk menanam sorgum, para petani beranggapan bahwa menanam sorgum tidak akan memberikan pendapatan yang baik maka petani di Indonesia sedikit yang melakukan penanaman sorgum.
5
Serikat, India, Nigeria, China, Mexico, Sudan dan Argentina (ICRISAT/FAO, 1996) dalam Sihono (2009).
Salah satu kelebihan sorgum dari tanaman pokok lainya adalah sorgum dapat dilakukan sistimratoon. Ratoon dilakukan dengan pemotongan batang yang dimaksudkan untuk merangsang tumbuhnya tunas dan akar baru sehingga dengan sendirinya akan meningkatkan jumlah anakan dan jumlah daun tanaman.
Menghilangkan batang dan daun tua berarti menghilangkan sumber auksin dan dengan demikian pertumbuhan tunas baru akan terbentuk begitu juga akarnya, mengingat fungsi auksin dapat menghambat pertumbuhan tunas dan dapat menstimulir pertumbuhan akar baik panjang maupun jumlahnya (Abidin, 1993).
Tanaman sorgum belum banyak dibudidayakan petani sehingga introduksi varietas-varietas baru perlu diuji untuk mendapatkan varietas yang cocok dengan lokasi tertentu (spesifik lokasi).
Salah satu teknologi budidaya yang digunakan agar memperoleh hasil dan pertumbuhan yang baik adalah dengan mengatur jumlah populasi tanaman atau kerapatan tanamanan. Kerapatan tanamanan mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan jumlah hasil yang akan diperoleh dari sebidang tanah. Kerapatan tanamanan penting diketahui untuk dapat menentukan sasaran produksi maksimum tanaman (Jumin, 1991).
6
energi matahari oleh permukaan daun sangat menentukan pertumbuhan tanaman (Gardneret al., 1991).
1.4 Hipotesis
Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat kerapatan tanaman yang memberikan pengaruh terbaik dalam akumulasi bahan kering tanaman sorgumratoonI.
2. Terdapat akumulasi bahan kering pada tiga varietas sorgumratoonI.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Sorgum
Tanaman sorgum (Sorghum bicolor(L.) Moench) termasuk familiGraminae
(Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut Roesmarkamet al.(1996) dan Bacoet al.(1998) sorgum memiliki potensi yang cukup besar untuk dapat dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini toleran terhadap kekeringan dan genangan, memiliki adaptasi yang luas, dan dapat tumbuh baik di lahan yang kurang subur.
Klasifikasi botani tanaman sorgum adalah sebagai berikut (Martin, 1970) : Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta Class : Liliopsida Ordo : Cyperales Family : Poaceae Genus : Sorghum
8 2.2 Morfologi Tanaman Sorgum
Tanaman sorgum (Sorghum bicolorL.) merupakan tanaman graminae yang mampu tumbuh hingga 6 meter. Bunga sorgum termasuk bunga sempurna dimana kedua alat kelaminnya berada di dalam satu bunga. Bunga sorgum merupakan bunga tipe panicle (susunan bunga di tangkai). Rangkaian bunga sorgum berada di bagian ujung tanaman (Candra, 2011).
Sorgum memiliki tinggi rata-rata 2,6 sampai 4 meter. Batang dan daun sorgum sangat mirip dengan jagung. Batang sorgum tidak memiliki kambium. Jenis sorgum manis memiliki kandungan nira yang tinggi pada batang sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber bahan baku gula sebagaimana halnya tebu. Daun sorgum berbentuk lurus memanjang. Biji sorgum berbentuk bulat dengan ujung mengerucut, berukuran diameter + 2 mm. Satu batang sorgum mempunyai satu tangkai buah yang memiliki beberapa cabang buah (Soeranto, 2012).
2.2.1 Akar
9
2.2.2 Batang
Batang tanaman sorgum beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian tengah batang terdapat seludang pembuluh yang diselubungi oleh lapisan keras (sel-sel parenchym). Daun tumbuh melekat pada buku-buku batang dan tumbuh memanjang, yang terdiri dari kelopak daun, lidah daun dan helaian daun (Candra, 2011).
2.2.3 Daun
Daun sorgum dilapisi oleh sejenis lilin yang agak tebal dan berwarna putih. Lapisan lilin ini berfungsi untuk menahan atau mengurangi penguapan air dari dalam tubuh tanaman sehingga mendukung resistansi terhadap kekeringan. Lapisan lilin yang terkandung pada permukaan daun dan sistem perakaran yang ekstensif, fibrous dan dalam, cenderung membuat tanaman sorgum efisien dalam absorpsi dan pemanfaatan air untuk pertumbuhan dan perkembanganya. Sorgum lebih sedikit memerlukan air dibandingkan tanaman jagung, barley dan gandum. Untuk menghasilkan 1 kg akumulasi bahan kering sorgum hanya memerlukan 332 kg air, sedangkan yang dibutuhkan oleh jagung, barley dan gandum sebanyak 368; 434 dan 514 kg air (House, 1995). Kebutuhan air untuk sorgum adalah 1/8 dari jumlah air yang dibutuhkan padi.
10 pupuk dengan dosis N100P100K100Ca0yang diberikan pada tanaman sorgum
mempengaruhi bobot daun tanaman dibandingkan tanpa pemberian pupuk dan peningkatan dosis dari 75 kg/ha N menjadi 120 kg/ha dapat meningkatkan bobot segar tanaman sorgum dari 30,5 menjadi 38,1 ton/ha.
2.2.4 Biji
Sorgum memiliki biji berkeping satu dan tidak memiliki akar tunggang, hanya terdapat akar lateral yang halus, berada agak dalam di bawah tanah. Sekam yang liat menutupi biji sorgum, bulir yang normal terdiri atas dua buah sekam yang berbentuk perisai. Seluruh organ bunga terbungkus oleh sekam ini sewaktu bunga belum mekar, kulit biji sorgum warnanya putih, abu abu dan coklat tua. Menurut Dickoet al.,2006) biji sorgum banyak dikonsumsi dalam bentuk roti, bubur, minuman, berondong dan keripik
2.3 Varietas Tanaman
Varietas tanaman yang selanjutnya disebut varietas, adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang–kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan. (Undang-Undang No.29 Tahun 2000).
11 morfologi dari spesies lain dan diberi nama latin menurut aturan kode tata nama botanis internasional.
Perbedaan varietas sorgum akan mempengaruhi masing-masing varietas sorgum. Pertumbuhan dan hasil pada tanaman sorgum sangat ditentukan oleh genetiknya. Tanaman sorgum akan memiliki tampilan tanaman yang berbeda yang ditentukan oleh gen yang terdapat dalam setiap benih tanaman sorgum yang varietasnya berbeda. Dari adanya perbedaan tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum dengan perlakuan yang sama (Rahmawati, 2013).
2.4 Kerapatan tanaman
Pengaturan kerapatan tanaman di dalam satu areal penanaman sangat diperlukan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi terjadinya kompetisi di antara tanaman dan untuk memperoleh peningkatan hasil dari tanaman budidaya, yaitu dengan menambah kerapatan tanamanan atau populasi tanaman (Susilowati, 2002).
12 Menurut Kroppf dan Lotz (1993) dalam Suwartoet al.(2005), persaingan antar tanaman dalam mendapatkan air ataupun cahaya matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, sehingga jarak tanaman yang lebih lebar akan lebih memacu pertumbuhan vegetatif tanaman, penurunan hasil dapat terjadi karena adanya persaingan antar spesies tanaman dalam mendapatkan faktor tumbuh Laju fotosintesis daun, bahan kering, jumlah biji, jumlah akar, dan besar batang jagung akan dipengaruhi oleh intensitas cahaya (Bunyamin dan Aqil, 2009).
2.5 Ratoon pada Sorgum
Keistimewaan dari tanaman sorgum daripada tanaman pangan lainnya yakni memiliki kemampuan untuk tumbuh kembali setelah dipotong atau dipanen disebutratoon, setelah panen akan tumbuh tunas - tunas baru yang tumbuh dari bagian batang di dalam tanah, oleh karena itu pangkasannya harus tepat di atas permukaan tanah. Ratoonsorgum dapat dilakukan 2 - 3 kali, apabila dipelihara dan dipupuk dengan baik, hasilratoondapat menyamai hasil panen pertama jika dalam kondisi lingkungan yang optimal (Nurmala, 2003).
Menurut Chauchanet al. (1985), beberapa kelebihan dengan menggunakanratoon
di antaranya adalah umurnya relatif lebih pendek, kebutuhan air lebih sedikit, biaya produksi lebih rendah karena penghematan dalam pengolahan tanah,
penggunaan bibit, kemurnian genetik lebih terpelihara, sedangkan kelemahan dari
13
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di (BPTP) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian di Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan yang dilaksanakan dari bulan September 2013 sampai bulan Desember 2013. Lahan percobaan terletak pada ketinggian 135 m dpl, dengan jenis tanah latosol dan sebagian podsolik merah kuning (PMK). Iklim disekitar kebun percobaan termasuk tipe B (Schmith Ferguson, 1951) dengan curah hujan rata-rata 1786 mm/tahun (BPTP Lampung, 2013).
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk Urea, SP36, KCl, pestisida Dithane M-45 dan tiga varietas sorgum (Numbu, Keller, dan Wray),. Dalam penelitian ini alat-alat yang digunakan terdiri dari golok, cangkul, sabit, ember, carter, gayung, alat penyedot air, selang, label sampel, mikrometer sekrup, gunting, meteran, timbangan, oven dan buku tulis. Sorgum varietas Numbu, Keller dan Wray yang digunakan berasal dari BPPT Balai Penelitian dan Pengkajian Teknologi) Sulusuban, Lampung Tengah dan merupakanbenih
14 3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan rancangan perlakuan dalam pola faktorial (3x4) yaitu dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah kerapatan tanaman (P) dan faktor kedua adalah varietas tanaman sorgum (G). Kerapatan tanaman dibagi menjadi empat taraf, yaitu satu (p1), dua (p2), tiga (p3), dan empat (p4) tanaman/ lubang tanam. Serta varietas yang digunakan ada tiga, yaitu Numbu (g1), Keller (g2), dan Wray (g3).
Penelitian ini terbagi dalam 3 ulangan dengan kombinasi perlakuan berjumlah 12, sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Tiap satu satuan percobaan seluas 16 m2 dengan jarak tanam 80x20 cm. Aditivitas data di uji dengan uji Tukey dan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlet. Pemisahan nilai tengah dilakukan dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.
Tabel 1.Kombinasi perlakuan varietas tanaman dan kerapatan tanamanan dalam percobaan.
No Kombinasi Perlakuan
Varietas Kerapatan
Tanaman
1 g1p1 Numbu 1 tanaman /lubang tanam
2 g1p2 Numbu 2 tanaman /lubang tanam
3 g1p3 Numbu 3 tanaman /lubang tanam
4 g1p4 Numbu 4 tanaman /lubang tanam
5 g2p1 Keller 1 tanaman /lubang tanam
6 g2p2 Keller 2 tanaman /lubang tanam
7 g2p3 Keller 3 tanaman /lubang tanam
8 g2p4 Keller 4 tanaman /lubang tanam
9 g3p1 Wray 1 tanaman /lubang tanam
10 g3p2 Wray 2 tanaman /lubang tanam
11 g3p3 Wray 3 tanaman /lubang tanam
15
Ulangan 3
U
Ulangan 2
`
Ulangan 1
Gambar 1. Denah tata letak percobaan
g3p1 g3p2 g2p3
g1p1 g1p2 g3p4
g2p1 g2p2 g1p3
g1p4 g3p3 g2p4
g1p3 g1p4 g2p1
g3p1 g2p2 g1p1
g2p1
g2p3 g2p4
g2p4 g3p3
g1p3
g1p2 g3p2 g3p4
g3p1
g2p2 g3p4 g3p2
g3p3 g1p1
16 Terdapat 100 lubang tanam dalam satu petakan seperti pada gambar (Gambar 2).
U
80 cm
20 cm
40 cm
Gambar 2. Tata letak lubang tanam/ petakan
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Dilakukan setelah pemanenan tanaman sorgum pertama, dengan cara sebagai berikut :
3.4.1 Pemotongan batang
Setelah panen pada tanaman pertama segera dilakukan pemotongan batang tua (± 5 cm) di atas akar adventif dengan menggunakan arit atau golok.
4 m
17
1.4.2 Perbaikan petakan
Setelah pemotongan tanaman pertama dilakukan perbaikan petakan yang meliputi pembumbunan tanaman dan pembuatan paritan di sekeliling petakan.
3.4.3 Penjarangan
2 minggu setelah pemotongan batang tua, penjarangan dilakukan dengan cara membuang tunas-tunas baru yang telah muncul di permukaan tanah. Penjarangan dilakukan sesuai dengan perlakuan awal tanaman sorgum pertama dan memilih tunas tunas yang tumbuh dibawah permukaan tanah. Tunas-tunas yang dipilih juga adalah tunas tanaman yang seragam.
3.4.4 Pemupukan
Pemberian pupuk dilakukan sebanyak dua kali. Pemupukan menggunakan pupuk kimia Urea dengan dosis 100 kg/ha, SP36 100 kg/ha, dan KCl 150 kg/ha.
Pemupukan pertama Urea : SP36 : KCl dengan perbandingan1/2: 1 : 1 diberikan pada umur 2 minggu setelah pemotongan batang dan pemupukan kedua yaitu1/2: 0 : 0 bagian pupuk urea diberikan pada saat tanaman berumur 6 minggu setelah pemotongan batang. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara larikan terputus (pada bagian tanamannya saja).
3.4.5 Pemeliharaan
18 di sekitar tanaman sorgum dengan cara menggemburkan tanah, dan meninbunkan bagian bawah batang sorgum. Penyiangan juga dilakukan dengan cara menyiangi dengan tangan atau dengan menggunakan alat agar tidak mengganggu perakaran tanaman sorgum serta dengan cara kimiawi bila diperlukan. Sedangkan
pengendalian hama penyakit tanaman dilakukan apabila sudah terdapat hama atau penyakit pada tanaman sorgum.
3.5 Variabel yang diamati
Setiap petak jumlah tanaman yang diamati sebanyak 5 tanaman yang dipilih secara acak. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah ;
3.5.1. Jumlah daun
Sampel diambil 5 minggu setelah tanam (mst) dengan interval pengamatan setiap 2 minggu. Dengan menghitung jumlah daun dari 2 lubang tanaman sampel.
3.5.2. Panjang daun
Sampel diambil 5 minggu setelah tanam (mst) dengan interval pengamatan setiap 2 minggu. Dengan menghitung panjang daun dari 2 lubang tanaman sampel lalu dirata-ratakan.
3.5.3. Lebar daun
19
3.5.4. Bobot akar kering
Sampel diambil 5 minggu setelah tanam (mst) dengan interval pengambilan sampel setiap 2 minggu. Dimambil dengan cara mencabut tanaman sorgum dengan menggunakan cangkul. Bobot akar kering didapatkan dengan pengovenan selama tiga hari dengan suhu 80oC.
3.5.5. Bobot daun kering
Sampel diambil 5 minggu setelah tanam (mst) dengan interval pengambilan sampel setiap 2 minggu. Bobot daun kering didapatkan dengan pengovenan selama tiga hari dengan suhu 80oC.
3.5.6. Bobot batang kering
Sampel diambil 5 minggu setelah tanam (mst) dengan interval pengambilan sampel setiap 2 minggu. Bobot batang kering didapatkan dengan pengovenan selama tiga hari dengan suhu 80oC.
3.5.7. Bobot malai kering
20
3.5.8. Bobot biji kering
Sampel diambil 11 minggu setelah tanam (mst) dengan interval pengambilan 2 minggu. Bobot biji kering didapatkan dengan pengovenan selama tiga hari dengan suhu 80oC. Diukur dengan moisturetester dan disetarakan pada kadar air 14 %. Penyetaraan kadar air dihitung dengan rumus:
100% - kadar air terukur x bobot biji terukur 100% - 14 %
3.5.9. Jumlah biji
Sampel diambil 11 minggu setelah tanam (mst) dengan interval pengambilan 2 minggu. Jumlah biji didapatkan dengan menghitung jumlah biji/tanaman.
3.5.10. Bobot Kering Total Tanaman
Sampel diambil ketika panen. Bobot kering total tanaman diperoleh dari jumlah total tanaman tanpa biji.
3.5.11. Indeks panen
Sampel diambil ketika panen. Indeks panen diperoleh dari hasil tanaman dibagi dengan berat kering total tanaman. Indeks panen merupakan kemampuan
tanaman untuk mendistribusikan bahan kering ke biji. Indeks panen diukur dalam satuan persen (%). Lalu dihitung dengan cara:
49
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kerapatan tanaman berpengaruh nyata terhadap akumulasi bahan kering tanaman sorgumratoon1, kecuali pada variabel indeks panen. Secara umum peningkatan kerapatan tanaman menurunkan akumulasi bahan kering per tanaman.
2. Varietas tanaman berpengaruh nyata terhadap akumulasi bahan kering tanaman sorgumratoon1, kecuali jumlah daun 7 mst, bobot akar kering, bobot batang kering dan bobot daun kering 5,7 dan 11 mst. Secara umum varietas Numbu memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan Keller dan Wray.
50 5.2 Saran
51
PUSTAKA ACUAN
Abidin, Z. 1993.Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.
Angkasa. Bandung.
Akhtar, M.F., A. Ahmad, M.S.I. Zamir, F. Khalid, A.U. Mohsin, and M. Afzal. 2013. Agro-Qualitative Studies on Forage Sorghum(Sorghum bicolorL.) Sown Alone and In Mixture with Forage Legumes.Pakistan Journal of Science.65(2): 179-185.
Baco, D., M. Mejaya and S Singgih. 1998. Sorghum Research and Development for Dryland Areas in Indonesia in Gowda, C.L.L. and Stenhouse, J.W. (Eds) Strenghthening Sorghum Reseach Collaboration in Asia: Report of the
Asian Sorghum Scientients’ Meeting.International Crops Reseach Institute
for the Semi-Arid Tropics (ICRISAT). Andhra Pradesh, India.
Bunyamin, Z dan M. Aqil. 2009. Pengaruh Sistem Pertanaman Sisipan Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung.Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009.
257. ISBN :978-979-8940-27-9. 254-60 hal.
Candra, M.J. 2011.Pengaruh Pemberian Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) Dan Berbagai Dosis Pupuk Kompos Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench).Universitas
Pembangunan Nasional Veteran. Yogyakarta. Hal 21.
Chauchan J.S, B.S. Vergara dan S.S. Lopez. 1985.Rice Ratooning. IRRI Research Paper Series. Number 102 . February 1985. IRRI: Philippines.
Coursey. D. G.,J.P. Evenson and B.A. Keating. 1979. Root Crops Training Course. Faculty of Agriculture. Udayana University Australian, Asia University Coorperation Scheme. 92p
52 Effendi, Nawawi, Basuki dan Dewi. 1995.Tanggapan Tiga Varietas Sorgum
Manis Terhadap Pemupukan Nitrogen Pada Tanah Aluvial, Pasuruan. Tanaman Sorgum. Edisi Khusus Balitkabi.No 4. 1995
Gardner,F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. diterjemahkan oleh Susilo, H dan Subiyanto. 1991.Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia (UI press). Jakarta.
Ginting, M. 1991. Pengujian Pupuk Komplesal dan Hasil Tanaman Kedelai (Glicine max(L.) Merril).Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Darussalam-Banda Aceh. 32 hlm.
Hanafi, M.A. 2005. Pengaruh Kerapatan Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Kultivar Jagung (Zea maysL.) Untuk Produksi Jagung Semi.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. Hal 6-9. Heddy, Suwasono, W.H. Susanto dan M. Kurniati. 1994. Pengantar Produksi
Tanaman dan Penanganan Pasca Panen. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Husodo, S.V. 2002.Membangun Kemandirian di Bidang Pangan: Suatu Kebutuhan Bagi Indonesia.Makalah disampaikan pada Seminar Kemandirian Ekonomi Nasional. Jakarta, 22 Nopember 2002.
House, L. R. (1995).A Guide to Sorghum Breeding. International Crops Research Institute for Semi-Arid Tropics. Andhra Pradesh, India. 238p.
Jumin,H.B. 1991. Dasar-Dasar Agronomi.Rajawali Press. Jakarta.
Lakitan, B. 2008.Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Martin, J. H. 1970.History and Classification of Sorghum.DalamSorghum
Production and Utilization: Major Feed and Food Crops in Agriculture and Food Series. Editor: Joseph S. Wall and William M.R. Westport, CT: Avi Pub. 1-27
Moenandir. 1993.Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Nelson C.J, and K.L.Larson. 1998. Seedling growth, p. 93-129.InM.B. Tesar (Ed). Physiological Basis of Crop Growth and Development. American Society of Agronomy Crop Science Society of America, Madison, Wisconsin.
53 Onofiok, N.O. and D.O. Nnanyclugo. 1998.Weaning Foods in West Africa:
Nufritionul problems and possible solutions. Food and Nutrition Bulletin Vol 19(1): 26-33.
Prawiranata, S. Harran dan P. Tjondronegoro. 1981.Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jilid II Departemen Botani. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 224 hal
Purnomohadi, M. 2006. Potensi Penggunaan Beberapa Varietas Sorgum Manis (Sorghum bicolor(L.) Moench) Sebagai Tanaman Pakan.Berk. Penel. Hayati: Vol.12 No.41-4. Surabaya. Hlm 41-44.
Rahmawati, A. 2013. Respons Beberapa Genotipe Sorgum (Sorghun bicolor(L.) Moench) Terhadap Sistem Tumpang Sari Dengan Ubi Kayu (Manihot esculentaCrantz).Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Rismunandar. 2006.Sorgum Tanaman Serba Guna. Sinar Baru. Bandung. Hal 71. Roesmarkam, S., Sutoro dan Subandi. 1996. Sorgum: Kegunaan, Pola Tanam, dan
teknik Budi Daya dalamMahyudin Syam, Hermanto, dan Arif Musaddad (Eds). Kinerja Penelitian Tanaman Pangan, Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III, Buku 4. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Hal 1176-1185.
Rubatzky, E. V dan M. Yamaguchi. 1998.Sayuran Dunia 3. Prinsip Dan Gizi. Elia Herwood Publisher. Chitester England. p. 197-199.
Samanhudi. 2010. Pengujian Cepat Ketahanan Tanaman Sorgum Manis Terhadap Cekaman Kekeringan.Jurnal Agrosains.12(1): 9-13.
Sihono. 2009. Penampilan Sifat Agronomi Galur Mutan Sorgum (Sorghum bicolorL. Moench) di Kabupaten Bogor.Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi.5 (1): 31-42.
Sihono, M.I.W., dan S. Human. 2010. Perbaikan Kualitas Sorgum Manis Melalui Teknik Mutasi untuk Bioetanol.Prosiding Pekan Serealia Nasional 2010.
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional. Jakarta.
Sirappa, M.P. 2003. Prospek Pengembangan Sorghum Di Indonesia Sebagai Komoditas Alternatif Untuk Pangan, Pakan, dan Industri.Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian.22 (4): 133-140.
54 Soeranto, H. 2012.Prospek Dan Potensi Sorgum Sebagai Bahan Baku Bioetanol.
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Jakarta Selatan.
Sungkono. 2004. Evaluasi Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Genotipe Padi Gogo Tahan Naungan Pada Dua Lokasi Berbeda. Tesis Pascasarjana. Universitas Lampung. Lampung. 60 hlm.
Sungkono. 2010. Seleksi Galur Mutan Sorgum (Sorghum bicolor(L.) Moench) Untuk Produktivitas Biji dan Bioetanol Tinggi Di Tanah Masam Melalui PendekatanParcipatory Plant Breeding.(Disertasi). Bogor. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Suseno, S. 2013. Respon Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Tanaman Jagung (Zea maysL.) Terhadap Sistem Tumpangsari dengan Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculentaCrantz).Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. Hal 35.
Susilowati. 2002. Pengaruh Kerapatan Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Empat Kultivar Petsai (Brassica campestrisvar. pekinensis).Skripsi. Fakultas Pertanian universitas Brawijaya. Malang. h.7.
Suwarto, S., Y. Handoko dan M. A. Chozin. 2005. Kompetisi Tanaman Jagung dan Ubikayu dalam Sistem Tumpang Sari.Jurnal Agronomi. 2 (33): 1-7. Turmudi, E. 2010. Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sorgum (Shorgum
Bicolor) Terhadap Frekuensi Dan Dosis Pupuk Nitrogen.Jurnal Ilmiah Pertania Biofarm13 (9): 11-24.
Widowati, S. dan D.S. Damardjati. 2001. Menggali Sumberdaya Pangan Lokal Dalam Rangka Ketahanan Pangan.Majalah PANGAN, BULOG Jakarta.
Yuliasari, R. 2013. Distribusi Bahan Kering Beberapa Genotipe Sorgum