• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENDAPATAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI SAYURAN DI KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENDAPATAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI SAYURAN DI KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI SAYURAN DI KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG

SELATAN

Oleh Anggi Nastiti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola tanam sayuran, pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga, serta distribusi pendapatan rumah tangga petani sayuran di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive). Responden dalam penelitian ini berjumlah 50 orang. Metode analisis data yang digunakan adalah kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif (statistik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga tipe pola tanaman sayuran di Kecamatan Jati Agung yaitu pola tanam I (Sawi, Bayam, dan Selada); pola tanam II (sawi dan Bayam); dan pola tanam III (Sawi dan selada). Rata-rata pendapatan rumah tangga petani sayuran pada pola tanam I, II dan III berturut-turut sebesar Rp14.719.534, Rp13.023.096 dan Rp11.274.800 per tahun. Berdasarkan indeks gini menurut Kriteria Oshima dan Kriteria Bank Dunia maka diperolah pola tanam I 0,19 dan 30,17 persen, pola tanam II 0,08 dan 21,72 persen dan pola tanam III 0,39 dan 23,55 persen. Angka-angka tersebut menunjukkan ketimpangan pendapatan rumah tangga petani sayuran dalam kategori rendah.

(2)

ABSTRACT

THE INCOME AND HOUSEHOLD INCOME DISTRIBUTION OF VEGETABLE FARMERS IN JATI AGUNG SUBDISTRICT OF SOUTH LAMPUNG REGENCY

By Anggi Nastiti

The purposes of this study were to analyze the cropping patterns of vegetables, the farm income and household income, and the distribution of household income of vegetable farmers in Jati Agung Subdistrict of South Lampung Regency. The research location was chosen purposively. The number of respondents in this study was 50 vegetable farmers. The data was analyzed using qualitative (descriptive) and quantitative (statistics). The result of this study showed that there were three types of cropping pattern of vegetables in Jati Agung Subdistrict. Type one was consisted of mustard green, spinach and lettuce; type two was mustard green and spinach; while type three was mustard green and lettuce. The average of years farm income of cropping pattern I, II and three were Rp14.719.534, Rp13.023.096 and Rp11.274.800 respectively. The Gini index based on criteria Oshima and world bank were as followed: cropping patterns I were 0,19 and 30,17 percent, cropping pattern II were 0,08 and 21,72 percent and cropping pattern III were 0,39 and 23,55 percent. These numbers showed that there were low equity income and income inequality of vegetable farmer households.

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 11 September 1990 sebagai anak ke dua

dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Gempar Babarto, S.Sos. dan Ibu Winarni.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Sari Teladan pada tahun

1996, pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Beringin Raya pada tahun 2002.

Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 14 Bandar Lampung

diselesaikan pada tahun 2005. Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 7

Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2008 melalui jalur SNMPTN.

Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) selama 30 hari di PTPN VII Unit

Usaha pematang Kiwah Natar. Pada tahun yang sama penulis melaksanakan Kuliah Kerja

Nyata (KKL) selama 40 hari di Desa Punjul Agung, Buay Bahuga, Way Kanan. Selama

menjadi mahasiswa, penulis pernah menjabat sebagai anggota Bidang III (Pengabdian

(7)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pendapatan dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani Sayuran Di Kecamatan Jati Agung Kabupaten lampung Selatan dengan baik. Penulis menyadari skripsi ini tidak akan terealisasi dengan baik tanpa adanya dukungan, bantuan, bimbingan dan doa dari berbagai

pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada :

1. Dr. Ir. Yaktiworo Indriani, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan

bimbingan, kritik dan bantuannya selama proses penulisan skripsi.

2. Ir. Indah Nurmayasari, M.Sc, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan

bimbingan dan saran kepada penulis.

3. Dr. Ir. Dyah Aring H.L, M.Si, selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan bimbingan

serta arahan kepada penulis selama masa perkuliahan dan kritiknya selama penulisan

skripsi.

4. Mb Iin, Pak Margono, Mas Bo, Mas Kardi, Mas Boim, yang telah membantu kelancaran

administrasi selama ini.

5. Ayahanda Gempar Babarto, S.Sos. dan Ibunda Winarni tercinta, terima kasih untuk

semua kasih sayang, perhatian yang tiada hentinya, kekuatan dan doa yang selalu berikan

(8)

6. Saudara penulis Mas Angga, Mba ika dan Ica terima kasih untuk dukungan dan

semangatnya.

7. Sahabat-sahabat penulis, Alin, Vient, Eka, Mae, Lika, Wibik, Bella, Handini, Ega, Devi,

Oni, Nyoman, Rizky, Finko, Haris, Ebie, Ando, Ari, terima kasih untuk semangat,

bantuan, dan keceriaan yang selalu kalian hadirkan. Semoga kita semua menjadi orang

yang sukses dan berhasil.

8. Vitho Yerriandha,yang selalu memberikan semangat, bantuan, motivasi serta

perhatiannya, terima kasih untuk waktu dan kesempatanya.

9. Teman-teman AGB’08, AGB’09, AGB’010 terima kasih untuk bantuan dan

kekompakannya.

10.Almamater Tercinta dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam penulisan skripsi ini.

Bandar Lampung, 5 Juni 2014

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Tinjauan Agronomis Komoditi Sayuran ... 10

2. Konsep Usahatani... 14

3. Konsep Pendapatan Usahatani ... 15

4. Konsep Pendapatan Rumah Tangga Petani ... 18

5. Pendapatan Rumah Tangga ... 20

6. Distribusi Pendapatan... 20

B. Kerangka Pemikiran ... 26

III.METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ... 30

B. Lokasi Penelitian, Sampel dan Waktu Penelitian ... 33

C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data ... 34

D. Metode Analisis Data ... 34

1. Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran ... 34

2. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petani Sayuran ... 36

(10)

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan ... 40

B. Keadaan Umum Petani Responden... 40

1. Karakteristik Sosial Ekonomi ... 46

2. Karakteristik Ekonomi ... 48

3. Luas Lahan ... 49

C. Keragaan Usahatani Sayuran ... 51

1. Pola Tanam... 51

2. Pelaksanaan Komoditi Sayuran ... 52

D. Penggunaan Sarana Produksi ... 56

1. Penggunaan Benih ... 58

2. Penggunaan Pupuk ... 59

3. Penggunaan Pestisida ... 61

E. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petani ... 63

1. Pendapatan Usahatani Sayuran ... 63

2. Pendapatan Usahatani di Luar Kegiatan Budidaya ... 68

3. Pendapatan Non Usahatani ... 61

F. Analisis Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani ... 72

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perkembangan produksi sayuran di Indonesia Tahun 2006-2010 ... 2

2. Luas panen dan poduksi tanaman sayur-sayuran di Kabupaten

Lampung Selatan ... 4

3. Luas tanam dan produksi hortikultura di Kecamatan Jati Agung ... 4

4. Distribusi tingkat kesjahteraan keluarga di Kecamatan Jati Agung .. 5

5. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Kabupaten

Lampung Selatan ... 40

6. Luas panen dan produksi padi dan palawija di Kabupaten

Lampung Selatan tahun 2011... 41

7. Luas panen dan produksi tanaman sayur-sayuran di Kabupaten

Lampung selatan . ... 42

8. Sebaran penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin .. 43

9. Luas lahan pertanian di Kecamatan Jati Agung menurut desa dan

penggunaannya tahun 2010 ... 45 10.Sebaran petani sayuran responden menurut kelompok umur dan

desa ... 46

11.Sebaran petni menurut umur desa dan tingkat pendidikan ... 47

12.Sebaran responden di Kecamatan Jati Agung berdasarkan jumlah

tanggungan keluarga tahun 2011 ... 49

13.Sebaran responden petani sayuran berdasarkan lama berusahatani ... 49

14.Sebaran luas lahan yang dimiliki petani sayuran ... 50

15.Penggunaan benih sawi, bayam dan selada oleh petani responden ... 57

16.Rata-rata penggunaan pupuk dalam budidaya tanaman selada oleh

(12)

17.Sebaran petani responden dalam budidaya sawi,bayam dan selada .. 60

18.Rata-rata penggunaan tenaga kerja petani dan per pola tanam per luas lahan ... 62

19.Rata-rata penerimaan, biaya da pendapatan petani pola tanam I di Kecamatan Jati Agung ... 64

20.Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan petani pola tanam II di Kecamatan Jati agung ... 65

21.Rata-rata penerimaan, biaya dan pendapatan petani pola tanam III di Kecamatan Jati Agung ... 66

22.Rata-rata pendapatan usahatani petani sayuran per pola tanam ... 67

23.Rata-rata pendapatan petani sayuran dari kegiatan nonsayuran ... 68

24.Rata-rata pendapatan petani sayuran dari kegiatan nonfarm ... 70

25.Rata-rata pendapatan rumah tangga petani sayuran di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan ... 70

26.Distribusi pendapatan rumah tangga petani sayuran pada pola tanam I di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan ... 73

27.Distribusi pendapatan rumah tangga petani sayuran di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan ... 74

28.Distribusi pendapatan rumah tangga petani sayuran di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan ... 76

29.Identitas responden ... 83

30.Rata-rata nilai penyusutan ushatani di Kecamatan Jati Agung ... 85

31.Rata-rata penggunaan benih dan pupuk di Kecamatan Jati Agung ... 86

32.Rata-rata penggunaan benih dan pupuk di Kecamatan Jati Agung ... 87

33.Pendapatan usahatani onfarm sayura pola tanam I di Kecamatan Jati Agung ... 88

34.Pendapatan usahatani onfarm sayuran pola tanam II di Kecamatan Jati Agung ... 89

35.Pendapatan usahatani onfarm sayuran pola tanam III di Kecamatan Jati Agung ... 90

(13)

37.Rata-rata pendapatan nonfarm di Kecamatan Jati Agung ... 91

38.Rata-rata pendapatan petani sayuran di Kecamatan Jati Agung ... 92

39.Total pendapatan rumah tangga petani sayuran pola tanam I di Kecamatan Jati Agung ... 93

40.Total pendapatan rumah tangga petani sayuran pola tanam II di Kecamatan Jati Agung ... 94

41.Total pendapatan rumah tangga petani sayuran pola tanam III di Kecamatan Jati Agung ... 95

42.Gini ratio onfarm sayuran pola tanam I di Kecamatan Jati Agung.... 96

43.Gini ratio nonsayuran pola tanam I di Kecamatan Jati Agung... . 97

44.Gini ratio offfarm pola tanam I di Kecamatan Jati Agung... ... 98

45.Gini ratio nonfarm pola tanam I di Kecamatan Jati Agung... . 99

46.Gini ratio total pendapatan rumah tangga petani sayuran pola tanam I di Kecamatan Jati Agung... . 100

47.Gini ratio onfarm sayuran pola tanam II di Kecamatan Jati Agung.. ... 101

48.Gini ratio nonsayuran pola tanam II di Kecamatan Jati Agung... ... 102

49.Gini ratio offfarm pola tanam II di Kecamatan Jati Agung... . 103

50.Gini ratio nonfarm pola tanam II di Kecamatan Jati Agung... . 104

51.Gini ratio total pendapatan rumah tangga petani sayuran pola tanam II di Kecamatan Jati Agung... 105

52.Gini ratio onfarm sayuran pola tanam III di Kecamatan Jati Agung. ... 106

53.Gini ratio nonsayuran pola tanam III di Kecamatan Jati Agung... ... 107

54.Gini ratio offfarm pola tanam III di Kecamatan Jati Agung... .. 108

55.Gini ratio nonfarm pola tanam III di Kecamatan Jati Agung... ... 109

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan Indeks Gini (Gini Ratio) dengan Kurva Lorentz ... 22

2. Kerangka Pemikiran ... 29

3. Pola Tanam Petani Sayuran di Kecamatan Jati Agung ... 51

4. Kurva Lorentz Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani

Sayuran Pola Tanam I di Kecamatan Jati Agung ... 74

5. Kurva Lorentz Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani

Sayuran Pola Tanam II di Kecamatan Jati Agung ... 75

6. Kurva Lorentz Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani

(15)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang menopang kehidupan sebagian besar

masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu

terus dikembangkan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan

perkembangan teknologi guna meningkatkan produksi hasil pertanian.

Produksi hasil pertanian berperan penting dalam pembangunan, terutama

untuk memenuhi konsumsi pangan masyarakat.

Pembangunan pertanian tidak hanya dititikberatkan pada peningkatan

produksi, namun juga diarahkan pada peningkatan pendapatan masyarakat,

peningkatan taraf hidup petani dan perluasan pasar produk pertanian, baik di

dalam maupun di luar negeri. Kemampuan sektor pertanian untuk

memberikan kontribusi secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan rumah tangga petani tergantung pada tingkat pendapatan

usahatani dan surplus yang dihasilkan oleh sektor itu sendiri, dengan

demikian tingkat pendapatan usahatani di samping merupakan penentu utama

kesejahteraan rumah tangga petani, juga menjadi salah satu faktor penting

yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu

(16)

2

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang banyak memproduksi

hortikultura. Hal tersebut karena iklim tropis yang dimiliki Indonesia

mendukung tanaman apapun bisa tumbuh di Indonesia. Tanaman hortikultura

mudah mengalami kebusukan, sementara produk hortikultura dibutuhkan

setiap hari dalam keadaan segar. Dari pemanenan hingga pemasaran tanaman

hortikultura diperlukan penanganan dengan cermat dan efisien karena

penanganan yang baik dapat meningkatkan kualitas dan harga pasar.

Sayuran termasuk komoditas penting yang mendukung ketahanan pangan

nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai

sumber vitamin, dan mineral yang bernilai ekonomi tinggi. Produksi dan

konsumsi sayuran Indonesia meningkat setiap tahun seiring dengan pertumbuhan

penduduk Indonesia yang terus bertambah. Adapun perkembangan produksi

sayuran di Indonesia tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan produksi sayuran di Indonesia Tahun 2006-2010 (ton)

Tahun Kubis Sawi Kangkung Bayam Buncis

2006 1,267,745 590,401 292,950 149,435 269,532

2007 1,288,740 564,912 335,087 155,862 266,790

2008 1.323.702 565,636 323,757 163,817 266.551

2009 1,358,113 562,838 360,992 173.750 290,993

2010 1,384,044 583,770 350,879 152,334 336,494

Pada Tabel 1 dapat dilihat beberapa sayuran yang memberikan kontribusi

terhadap produksi nasional pada periode tahun 2006 hingga 2010. Kontribusi

produksi terbesar diperoleh tanaman kubis, hal tersebut dapat dilihat dari

produksinya dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Kemudian

(17)

3

perkembangan produksi yang paling rendah tiap tahun, hal itu dikarenakan

bayam merupakan tanaman yang sensitif dan mudah mengalami kegagalan

dalam penanaman.

Sektor pertanian merupakan salah satu tumpuan perekonomian di Lampung

Selatan. Kabupaten Lampung Selatan merupakan sentra produksi tanaman

pangan dengan produk terbesarnya adalah padi dan jagung. Selain itu,

tanaman hortikultura khususnya sayuran juga menjadi prioritas utama kerena

merupakan komoditas unggulan di Lampung Selatan. Luas panen dan

produksi sayuran di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2 produksi tanaman sayuran tiga terbanyak di kabupaten

Lampung Selatan pada tahun 2011 adalah petai, kemudian di ikuti oleh

ketimun dan kemudian sawi. Ketiga sayuran tersebut banyak diusahakan

sebagai penopang kehidupan masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan.

Salah satu kecamatan di Lampung Selatan yang dikenal sebagai penghasil

sayuran adalah Kecamatan Jati Agung

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa tanaman sayuran yang paling banyak di

usahakan di Kecamatan Jati Agung adalah bayam dan sawi. Tanaman bayam

dan sawi lebih dominan diusahakan diduga karena kedua tanaman tersebut

mudah dibudidayakan dan lebih cepat menghasilkan sehingga cepat pula

(18)

4

Tabel 2. Luas panen dan produksi tanaman sayur-sayuran di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2011

Tabel 3. Luas tanam dan produksi berbagai jenis sayuran di Kecamatan Jati Agung tahun 2010

Jenis Tanaman Luas Tanam (Ha) Produksi

Cabe 11 22

Kacang Panjang 6 18

Tomat 6 24

Kentimun 6 24

Terong 4 12

Katuk 4 4

Bayam 21 27

Sawi 22 29

Segala fasilitas yang ada di Bandar Lampung mudah dicapai dari Kecamatan

jati Agung. Sehingga memungkinkan untuk Kecamatan Jati Agung

berkembang ddengan cepat seirig dengan pembangunan yang ada di Bandar

No Jenis Tanaman Luas Panen (ha) Produksi (ton)

1 Bawang merah 37,0 353,3

2 Bawang putih - -

3 Bawang daun 238,0 2.414,7

4 Kentang - -

5 Lobak - -

6 Sawi 450,0 4.800,5

7 Cabai 403,0 2.981,8

8 Terung 202,0 2.337,6

9 Tomat 284,0 3.322,0

10 Ketimun 357,0 4.504.5

11 Kacang panjang 385,0 3.600,7

12 Buncis 216,0 2.287,0

13 Kangkung 372,0 3.149,3

14 Bayam 435,0 971,4

15 Labu siam 55,0 611,7

16 Melinjo 555,2 2.700.6

(19)

5

Lampung. Namun demikian di Kecamatan jati Agung masih banyak ditemui

keluarga yang belum sejahtera sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi tingkat kesejahteraan keluarga di Kecamatan Jati Agung Menurut Desa 2011

Desa Keluarga Pra

Sejahtera

Keluarga Sejahtera I

Keluarga Sejahtera II

1 Wayhuwi 268 558 1.459

2 Jatimulyo 1.088 750 792

3 Banjar agung 202 78 126

4 Gedong harapan 57 31 29

5 Gedung agung 104 118 128

6 Sidodi asri 659 355 348

7 purwotani 269 137 26

8 Sumberjaya 430 255 247

9 Margodadi 210 184 200

10 Marga agung 835 122 36

11 Marga lestari 288 118 174

12 Sidoharjo 300 109 359

13 Rejomulyo 294 213 611

14 Karang anyar 696 741 1.077

15 Fajar baru 445 365 23

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung (2011)

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa desa yang masih banyak memiliki keluarga

prasejahtera yaitu Jatimulyo dan Marga Agung. Banyaknya jumah keluarga

prasejahtera mempengaruhi pendapatan antarpetani dan oleh sebab itu

pemilihan lokasi penelitian berada pada desa Jatimulyo dan Marga Agung.

Pendapatan petani sayuran yang ada di Kecamatan Jati Agung juga bersumber

dari pendapatan lainnya, ada yang berasal dari usahatani lainnya ada pula yang

berasal dari non usahatani. Pekerjaan sampingan di luar usahatani, seperti

(20)

6

tersebut maka dapat dikatakan bahwa pendapatan bersih petani berasal dari

banyak sumber.

Umumnya pendapatan rumah tangga di pedesaan tidak berasal dari satu

sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan, misalnya bekerja

di luar sektor pertanian, sektor industri, dan sektor jasa. Hal ini sejalan dengan

beberapa studi yang menunjukkan bahwa bekerja di luar sektor pertanian

merupakan salah satu upaya petani untuk keluar dari belenggu kemiskinan atau

setidaknya sebagai kiat kelangsungan hidup rumah tangga (Soeratno, 1996).

B.Perumusan Masalah

Kecamatan Jati Agung merupakan salah satu daerah penghasil sayuran dengan

produksi yang cukup tinggi di Kabupaten Lampung Selatan, namun masih

memiliki banyak keluarga prasejahtera. Hal tersebut menjadi pertimbangan

dalam melakukan penelitian di daerah ini.

Rendahnya kualitas dan kuantitas sayuran yang dihasilkan oleh petani

seringkali diakibatkan oleh kurangnya tingkat pengetahuan dan sarana yang

dimiliki petani. Selain itu budidaya dan teknologi yang digunakan masih

sangat sederhana, serta faktor lain yang melekat pada usahatani rakyat adalah

skala usahataninya yang umumnya kecil dan tersebar. Oleh karena itu bila

petani merasakan kurangnya pendapatan dari usahatani yang dilakukannya,

mereka akan melakukan beberapa pekerjaan tambahan sebagai sumber

(21)

7

akhirnya pendapatan petani berhubungan dengan kesejahteraan rumah

tangganya.

Kabupaten Lampung Selatan merupakan kabupaten yang memiliki potensi

besar di bidang pertanian, sehingga menjadi sentra penghasil beberapa

komoditas unggulan tanaman pangan dan sayuran. Namun, dalam

perkembangan usahatani di Kabupaten Lampung Selatan masih banyak

mengalami kendala seperti rendahnya penggunaan sarana produksi, rendahnya

penyerapan informasi dan teknologi dalam usahatani sayuran, rendahnya

modal yang dimiliki dan rendahnya harga jual serta adanya alih fungsi lahan.

Alih fungsi terjadi akibat sejumlah lahan persawahan tidak berfungsi dengan

baik, sehingga dimanfaatkan masyarakat sebagai lahan nonpertanian. Alih

fungsi lahan tersebut berdampak pada kemiskinan serta pendapatan petani dan

mengakibatkan ketidakmerataan pendapatan antara petani satu dan lainnya.

ketidakmerataan (ketimpangan pendapatan) dapat disebabkan oleh

keberagaman faktor faktor produksi yang dimiliki oleh setiap orang dalam

suatu daerah/wilayah. Semakin banyak faktor produksi yang dimiliki oleh

seseorang, maka berkemungkinan besar ia akan memiliki pendapatan yang juga

semakin besar. Apabila suatu daerah memiliki ketidakmerataan pendapatan

atau ketimpangan yang besar, maka akan menyebabkan meningkatnya angka

kriminalitas dan kesenjangan sosial.

Distribusi pendapatan adalah bagaimana tingkat penyebaran pendapatan

(22)

8

masyarakat adalah kemiskinan, pengangguran dan penyediaan kesempatan

kerja, serta inflasi dan lain-lainnya. Dariuraian yang telah dijelaskantersebut,

dapat dirumuskan beberapa masalah yang melatarbelakangi penelitian ini yaitu,

(1) bagaimana pola tanam sayuran (2) berapakah besarnya pendapatan

usahatani sayuran (3) berapakahbesarnya pendapatan rumah tangga petani,

serta (4) berapakah besarnyatingkat distribusi pendapatan rumah tangga petani

sayuran di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Mengetahui pola tanam sayuran di Kecamatan Jati Agung Kabupaten

Lampung Selatan.

(2) Menganalisis pendapatan usahatani sayuran di Kecamatan Jati Agung

Kabupaten Lampung Selatan.

(3) Menganalisis pendapatan rumah tangga petani sayuran di Kecamatan Jati

Agung Kabupaten Lampung Selatan, dan

(4) Menganalisis tingkat distribusi pendapatan rumah tangga petani sayuran di

Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

D.Kegunaan Penelitian

(1) Sebagai salah satu sumber informasi bagi individu-individu ataupun

(23)

9

(2) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam membantu

mengembangkan dan meningkatkan produksi sayuran guna meningkatkan

kesejahteraan rumah tangga petani.

(3) Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian

(24)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang menopang kehidupan sebagian besar

masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu

terus dikembangkan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan

perkembangan teknologi guna meningkatkan produksi hasil pertanian.

Produksi hasil pertanian berperan penting dalam pembangunan, terutama

untuk memenuhi konsumsi pangan masyarakat.

Pembangunan pertanian tidak hanya dititikberatkan pada peningkatan

produksi, namun juga diarahkan pada peningkatan pendapatan masyarakat,

peningkatan taraf hidup petani dan perluasan pasar produk pertanian, baik di

dalam maupun di luar negeri. Kemampuan sektor pertanian untuk

memberikan kontribusi secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan rumah tangga petani tergantung pada tingkat pendapatan

usahatani dan surplus yang dihasilkan oleh sektor itu sendiri, dengan

demikian tingkat pendapatan usahatani di samping merupakan penentu utama

kesejahteraan rumah tangga petani, juga menjadi salah satu faktor penting

yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu

(25)

2

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang banyak memproduksi

hortikultura. Hal tersebut karena iklim tropis yang dimiliki Indonesia

mendukung tanaman apapun bisa tumbuh di Indonesia. Tanaman hortikultura

mudah mengalami kebusukan, sementara produk hortikultura dibutuhkan

setiap hari dalam keadaan segar. Dari pemanenan hingga pemasaran tanaman

hortikultura diperlukan penanganan dengan cermat dan efisien karena

penanganan yang baik dapat meningkatkan kualitas dan harga pasar.

Sayuran termasuk komoditas penting yang mendukung ketahanan pangan

nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai

sumber vitamin, dan mineral yang bernilai ekonomi tinggi. Produksi dan

konsumsi sayuran Indonesia meningkat setiap tahun seiring dengan pertumbuhan

penduduk Indonesia yang terus bertambah. Adapun perkembangan produksi

sayuran di Indonesia tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan produksi sayuran di Indonesia Tahun 2006-2010 (ton)

Tahun Kubis Sawi Kangkung Bayam Buncis

2006 1,267,745 590,401 292,950 149,435 269,532

2007 1,288,740 564,912 335,087 155,862 266,790

2008 1.323.702 565,636 323,757 163,817 266.551

2009 1,358,113 562,838 360,992 173.750 290,993

2010 1,384,044 583,770 350,879 152,334 336,494

Pada Tabel 1 dapat dilihat beberapa sayuran yang memberikan kontribusi

terhadap produksi nasional pada periode tahun 2006 hingga 2010. Kontribusi

produksi terbesar diperoleh tanaman kubis, hal tersebut dapat dilihat dari

produksinya dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Kemudian

(26)

3

perkembangan produksi yang paling rendah tiap tahun, hal itu dikarenakan

bayam merupakan tanaman yang sensitif dan mudah mengalami kegagalan

dalam penanaman.

Sektor pertanian merupakan salah satu tumpuan perekonomian di Lampung

Selatan. Kabupaten Lampung Selatan merupakan sentra produksi tanaman

pangan dengan produk terbesarnya adalah padi dan jagung. Selain itu,

tanaman hortikultura khususnya sayuran juga menjadi prioritas utama kerena

merupakan komoditas unggulan di Lampung Selatan. Luas panen dan

produksi sayuran di Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2 produksi tanaman sayuran tiga terbanyak di kabupaten

Lampung Selatan pada tahun 2011 adalah petai, kemudian di ikuti oleh

ketimun dan kemudian sawi. Ketiga sayuran tersebut banyak diusahakan

sebagai penopang kehidupan masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan.

Salah satu kecamatan di Lampung Selatan yang dikenal sebagai penghasil

sayuran adalah Kecamatan Jati Agung

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa tanaman sayuran yang paling banyak di

usahakan di Kecamatan Jati Agung adalah bayam dan sawi. Tanaman bayam

dan sawi lebih dominan diusahakan diduga karena kedua tanaman tersebut

mudah dibudidayakan dan lebih cepat menghasilkan sehingga cepat pula

(27)

4

Tabel 2. Luas panen dan produksi tanaman sayur-sayuran di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2011

Tabel 3. Luas tanam dan produksi berbagai jenis sayuran di Kecamatan Jati Agung tahun 2010

Jenis Tanaman Luas Tanam (Ha) Produksi

Cabe 11 22

Kacang Panjang 6 18

Tomat 6 24

Kentimun 6 24

Terong 4 12

Katuk 4 4

Bayam 21 27

Sawi 22 29

Segala fasilitas yang ada di Bandar Lampung mudah dicapai dari Kecamatan

jati Agung. Sehingga memungkinkan untuk Kecamatan Jati Agung

berkembang ddengan cepat seirig dengan pembangunan yang ada di Bandar

No Jenis Tanaman Luas Panen (ha) Produksi (ton)

1 Bawang merah 37,0 353,3

2 Bawang putih - -

3 Bawang daun 238,0 2.414,7

4 Kentang - -

5 Lobak - -

6 Sawi 450,0 4.800,5

7 Cabai 403,0 2.981,8

8 Terung 202,0 2.337,6

9 Tomat 284,0 3.322,0

10 Ketimun 357,0 4.504.5

11 Kacang panjang 385,0 3.600,7

12 Buncis 216,0 2.287,0

13 Kangkung 372,0 3.149,3

14 Bayam 435,0 971,4

15 Labu siam 55,0 611,7

16 Melinjo 555,2 2.700.6

(28)

5

Lampung. Namun demikian di Kecamatan jati Agung masih banyak ditemui

keluarga yang belum sejahtera sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi tingkat kesejahteraan keluarga di Kecamatan Jati Agung Menurut Desa 2011

Desa Keluarga Pra

Sejahtera

Keluarga Sejahtera I

Keluarga Sejahtera II

1 Wayhuwi 268 558 1.459

2 Jatimulyo 1.088 750 792

3 Banjar agung 202 78 126

4 Gedong harapan 57 31 29

5 Gedung agung 104 118 128

6 Sidodi asri 659 355 348

7 purwotani 269 137 26

8 Sumberjaya 430 255 247

9 Margodadi 210 184 200

10 Marga agung 835 122 36

11 Marga lestari 288 118 174

12 Sidoharjo 300 109 359

13 Rejomulyo 294 213 611

14 Karang anyar 696 741 1.077

15 Fajar baru 445 365 23

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung (2011)

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa desa yang masih banyak memiliki keluarga

prasejahtera yaitu Jatimulyo dan Marga Agung. Banyaknya jumah keluarga

prasejahtera mempengaruhi pendapatan antarpetani dan oleh sebab itu

pemilihan lokasi penelitian berada pada desa Jatimulyo dan Marga Agung.

Pendapatan petani sayuran yang ada di Kecamatan Jati Agung juga bersumber

dari pendapatan lainnya, ada yang berasal dari usahatani lainnya ada pula yang

berasal dari non usahatani. Pekerjaan sampingan di luar usahatani, seperti

(29)

6

tersebut maka dapat dikatakan bahwa pendapatan bersih petani berasal dari

banyak sumber.

Umumnya pendapatan rumah tangga di pedesaan tidak berasal dari satu

sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan, misalnya bekerja

di luar sektor pertanian, sektor industri, dan sektor jasa. Hal ini sejalan dengan

beberapa studi yang menunjukkan bahwa bekerja di luar sektor pertanian

merupakan salah satu upaya petani untuk keluar dari belenggu kemiskinan atau

setidaknya sebagai kiat kelangsungan hidup rumah tangga (Soeratno, 1996).

B.Perumusan Masalah

Kecamatan Jati Agung merupakan salah satu daerah penghasil sayuran dengan

produksi yang cukup tinggi di Kabupaten Lampung Selatan, namun masih

memiliki banyak keluarga prasejahtera. Hal tersebut menjadi pertimbangan

dalam melakukan penelitian di daerah ini.

Rendahnya kualitas dan kuantitas sayuran yang dihasilkan oleh petani

seringkali diakibatkan oleh kurangnya tingkat pengetahuan dan sarana yang

dimiliki petani. Selain itu budidaya dan teknologi yang digunakan masih

sangat sederhana, serta faktor lain yang melekat pada usahatani rakyat adalah

skala usahataninya yang umumnya kecil dan tersebar. Oleh karena itu bila

petani merasakan kurangnya pendapatan dari usahatani yang dilakukannya,

mereka akan melakukan beberapa pekerjaan tambahan sebagai sumber

(30)

7

akhirnya pendapatan petani berhubungan dengan kesejahteraan rumah

tangganya.

Kabupaten Lampung Selatan merupakan kabupaten yang memiliki potensi

besar di bidang pertanian, sehingga menjadi sentra penghasil beberapa

komoditas unggulan tanaman pangan dan sayuran. Namun, dalam

perkembangan usahatani di Kabupaten Lampung Selatan masih banyak

mengalami kendala seperti rendahnya penggunaan sarana produksi, rendahnya

penyerapan informasi dan teknologi dalam usahatani sayuran, rendahnya

modal yang dimiliki dan rendahnya harga jual serta adanya alih fungsi lahan.

Alih fungsi terjadi akibat sejumlah lahan persawahan tidak berfungsi dengan

baik, sehingga dimanfaatkan masyarakat sebagai lahan nonpertanian. Alih

fungsi lahan tersebut berdampak pada kemiskinan serta pendapatan petani dan

mengakibatkan ketidakmerataan pendapatan antara petani satu dan lainnya.

ketidakmerataan (ketimpangan pendapatan) dapat disebabkan oleh

keberagaman faktor faktor produksi yang dimiliki oleh setiap orang dalam

suatu daerah/wilayah. Semakin banyak faktor produksi yang dimiliki oleh

seseorang, maka berkemungkinan besar ia akan memiliki pendapatan yang juga

semakin besar. Apabila suatu daerah memiliki ketidakmerataan pendapatan

atau ketimpangan yang besar, maka akan menyebabkan meningkatnya angka

kriminalitas dan kesenjangan sosial.

Distribusi pendapatan adalah bagaimana tingkat penyebaran pendapatan

(31)

8

masyarakat adalah kemiskinan, pengangguran dan penyediaan kesempatan

kerja, serta inflasi dan lain-lainnya. Dariuraian yang telah dijelaskantersebut,

dapat dirumuskan beberapa masalah yang melatarbelakangi penelitian ini yaitu,

(1) bagaimana pola tanam sayuran (2) berapakah besarnya pendapatan

usahatani sayuran (3) berapakahbesarnya pendapatan rumah tangga petani,

serta (4) berapakah besarnyatingkat distribusi pendapatan rumah tangga petani

sayuran di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Mengetahui pola tanam sayuran di Kecamatan Jati Agung Kabupaten

Lampung Selatan.

(2) Menganalisis pendapatan usahatani sayuran di Kecamatan Jati Agung

Kabupaten Lampung Selatan.

(3) Menganalisis pendapatan rumah tangga petani sayuran di Kecamatan Jati

Agung Kabupaten Lampung Selatan, dan

(4) Menganalisis tingkat distribusi pendapatan rumah tangga petani sayuran di

Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

D.Kegunaan Penelitian

(1) Sebagai salah satu sumber informasi bagi individu-individu ataupun

(32)

9

(2) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam membantu

mengembangkan dan meningkatkan produksi sayuran guna meningkatkan

kesejahteraan rumah tangga petani.

(3) Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian

(33)

1

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan agronomis dan produksi komoditi sayuran

Sayuran merupakan komoditi yang berprospek cerah, karena dibutuhkan

sehari-hari sehingga permintaannya cenderung terus meningkat.

Sebagaimana jenis tanaman hortikultura lainnya, kebanyakan tanaman

sayuran mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi. Kenyataan ini dapat

dipahami sebab sayuran harus dikonsumsi setiap hari.

Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan

pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral yang

bernilai ekonomi tinggi. Produksi sayuran Indonesia meningkat setiap

tahun dan konsumsinya tercatat 44 kg/kapita/tahun sedangkan laju

pertumbuhan produksi sayuran di Indonesia berkisar antara 7,7-24,2%/tahun

Jenis tanaman yang digunakan sebagai sayuran hanya sedikit, di antara

ratusan ribu jenis yang diketahui, hanya beberapa ratus jenis saja yang

digunakan sebagai sayuran. Namun, untuk mengelola informasi tentang

berbagai tanaman tersebut diperlukan beberapa sistem klasifikasi, terutama

(34)

2

cara mengelompokkan tanaman secara logis. Sayuran iklim dingin

menyukai suhu rata-rata 10-18°C selama sebagian besar masa

pertumbuhannya. Tanaman iklim panas adalah tanaman yang menyukai

suhu rata-rata 18-30°C selama sebagian besar masa pertumbuhan dan

perkembangannya (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995).

Salah satu komoditi hortikultura yang memiliki peluang untuk

dikembangkan dan menguntungkan adalah sayuran. Tanaman sayuran

dapat dibagi atas tiga jenis yang dipilah menurut bagian tanaman yang

dipanen, yaitu: (1) sayuran daun yang dipanen bagian daunnya, seperti

bayam, kangkung, katu, selada dan sawi, (2) sayuran biji dan polong, yang

dipanen bagian polong dan bijinya seperti karpri, kacang hijau, kedelai, dan

petai, dan (3) sayuran umbi dan buah yang dipanen bagian umbi dan

buahnya misalnya wortel, kentang, ubi jalar, tomat dan cabe.

Sawi (Brassica juncea L.) merupakan sayuran yang banyak memberikan manfaat pada masyarakat. Kebutuhan sawi segar sebagai bahan sayuran

semakin hari semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan sawi

tersebut diperlukan pembudidayaan yang baik, sehingga tanaman dapat

tumbuh dengan baik dan produksinya banyak (Lingga, 1999)

Tanaman sawi bila ditinjau dari aspek ekonomis dan bisnisnya layak untuk

dikembangkan atau diusahakan untuk memenuhi permintaan konsumen

serta adanya peluang pasar. Kelayakan pengembangan budidaya sawi antara

(35)

3

Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas tersebut, disamping itu, umur

panen sawi yang relatif singkat menghasilkan keuntungan yang memadai.

Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar

ke semua arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi

antara lain mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta

menguatkan berdirinya batang tanaman. Curah hujan yang cukup sepanjang

tahun dapat mendukung kelangsungan hidup tanaman karena ketersedian air

tanah yang mencukupi. Tanaman sawi hijau tergolong tanaman yang tahan

terhadap curah hujan, sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa

memberikan hasil yang cukup baik. Curah hujan yang sesuai untuk

pembudidayaan tanaman sawi hijau adalah 1000-1500 mm/tahun. Akan

tetapi tanaman sawi yang tidak tahan terhadap air yang menggenang (Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2011).

Bayam (Amaranthus sp) adalah salah satu sayuran yang banyak

dibudidayakan, selain berguna sebagai bahan sayuran yang lezat, bayam

juga kaya akan gizi dan berfungsi ganda. Saat ini Indonesia dihadapkan

pada empat permasalahan utama yaitu kekurangan energi dan protein

(KEP), kekurangan yodium, kekurangan vitamin A, dan kekurangan gizi.

Bayam diprogramkan sebagai tanaman yang menunjang Usaha Perbaikan

Gizi keluarga (UPGK) (Rukmana, 1994)

Bayam ditanam di berbagai jenis tanah terutama tanah gembur liat ringan

(36)

4

mempunyai saluran yang baik dan mempunyai kemasaman tanah di antara

5.5 – 6.5 adalah paling sesuai. Ciri-ciri bayam cabut siap panen adalah

umur tanaman antara 25-35 hari setelah tanam. Tinggi tanaman antara 15-20

cm dan belum berbunga. Waktu panen yang paling baik adalah pagi atau

sore hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi (Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan, 2011).

Selada (Lactuca sativa) adalah tumbuhan sayur yang biasa ditanam di daerah beriklim sedang maupun daerah tropika. Selada (Lactuca sativa) memiliki penampilan yang menarik. Ada yang berwama hijau segar dan

ada juga yang berwama merah. Selain sebagai sayuran, daun selada yang

agak keriting ini sering dijadikan penghias hidangan. Selada yang ditanam

di dataran rendah cenderung lebih cepat berbunga dan berbiji. Suhu optimal

bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-25°C. Jenis tanah yang disukai

selada ialah lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah yang masih

mengandung humus (Rahardi, 1993)

2. Konsep Usahatani

Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam,

tenagakerja, modal, dan pengolahan yang diusahakan oleh perorangan atau

sekumpulan orang-orang untuk menghasilkan output yang dapat memenuhi

kebutuhan keluarga ataupun orang lain disamping bermotif mencari

keuntungan (Soeharjo dan Patong, 1973).

Mubyarto (1989) menyatakan bahwa usahatani adalah himpunan

(37)

5

pertanian seperti tanah, air, sinar matahari dan bangunan pertanian.

Pembagian bidang pertanian terdiri atas dua bagian yaitu usahatani

pertanian rakyat dan perusahaan pertanian. Ditinjau dari segi ekonomi,

pertanian rakyat sebagai pertanian keluarga (pertanian subsisten atau

setengah subsisten) yang umumnya memiliki luas lahan yang sempit,

sedangkan perusahaan pertanian adalah usahatani yang sepenuhnya

dijalankan secara komersial.

Hernanto (1991) menyatakan bahwa usahatani adalah setiap organisasi

alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

pertanian. Pelaksanaan organisasi itu sendiri dapat dilaksanakan oleh

seseorang atau sekumpulan orang. Dalam hal ini usahatani mencakup

pengertian mulai dari bentuk sederhana yaitu hanya untuk kebutuhan

keluarga sampai kepada bentuk yang paling modern yaitu mencari

keuntungan.

Soekartawi (1995) mendefinisikan usahatani sebagai ilmu yang mempelajari

bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif

dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu

tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan

sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan

dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan

keluaran (output) yang melebihi masukan (input).

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mosher (1974), bahwa

(38)

6

dilaksanakan baik petani sebagai pemilik, penyewa ataupun buruh tani.

Dalam suatu usahatani, tanaman yang diusahakan tidak terbatas pada satu

jenis saja, tetapi dapat terdiri dari berbagai macam tanaman. Begitu pula

ternak yang diusahakan, ataupun kombinasi antara tanaman, ternak, dan

pemeliharaan ikan. Berhasil atau tidaknya suatu usahatani dapat dilihat dari

besarnya pendapatan yang diperoleh petani dalam mengelola suatu

usahatani. Pendapatan dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan

nilai penerimaan dan biaya yang dikeluarkan.

3. Konsep Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.

Analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi petani maupun

bagi pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama analis pendapatan,

yaitu menggambarkan keadaan kegiatan usaha dan menggambarkan

keadaan yang akan datang dalam perencanan.

Menurut Soekartawi (1986), pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Selain itu,

pengeluaran total usahatani (total farm expenses) didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi,

tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga tani. Jadi dapat dikatakan

(39)

7

Analisis pendapatan dan keuntungan dari setiap cabang usaha memberikan

bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahatani itu berhasil atau tidak.

Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila memenuhi syarat sebagai berikut

: (1) cukup untuk membayar pembelian sarana produksi termasuk biaya

angkutan dan administrasi, (2) cukup untuk membayar bunga modal yang

ditanamkan, dan (3) cukup untuk membayar tenaga kerja yang dibayar atau

bentuk upah lainnya untuk tenaga kerja yang tidak dibayar.

Menurut Soekartawi (2002), penerimaan usahatani adalah perkalian antara

produksi yang diperoleh dengan harga jual. Secara matematis dapat

dirumuskan sebagai berikut :

TR = Y . Py

Keterangan :

TR = Total penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Y

Sedangkan pendapatan atau keuntungan usahatani adalah selisih

antarapenerimaan dengan semua biaya produksi, dirumuskan sebagai berikut :

π = TR – TC = Y . Py – (X . Px) – BTT

Keterangan :

π = Keuntungan (pendapatan) TR = Total penerimaan

TC = Total biaya Y = Harga produksi

(40)

8

Biaya usahatani berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu biaya tetap

(fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang

diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung

kepada besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya tidak tetap adalah biaya

yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Selain itu

biaya juga diklasifikasikan menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan.

Biaya tunai merupakan pengeluaran tunai usahatani yang dikeluarkan oleh

petani. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang dibebankan kepada

usahatani untuk penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan alat-alat

pertanian, dan biaya imbangan sewa lahan serta digunakan untuk menghitung

berapa besarnya keuntungan kerja petani jika sewa lahan dan nilai tenaga kerja

dalam keluarga diperhitungkan.

4. Konsep Teori Pendapatan Rumah Tangga

Keluarga pada umumnya terdiri dari seorang kepala keluarga dan beberapa

anggotanya. Kepala rumah tangga adalah orang yang paling bertanggungjawab

terhadap rumah tangga tersebut, sedangkan anggota keluarga atau rumah

tangga adalah mereka yang hidup dalam satu atap dan menjadi tanggungan

kepala rumah tangga yang bersangkutan.

Umumnya pendapatan rumah tangga pedesaan tidak berasal dari satu sumber,

tapi berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan. Tingkat pendapatan

tersebut di duga dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga

(41)

9

mempengaruhi keberhasilan usahatani, yaitu faktor internal seperti unsur tanah,

air, iklim, tingkat teknologi, manajemen, tenaga kerja, modal, dan jumlah

tenaga kerja. Selain itu ada faktor eksternal yaitu tersedianya sarana

transportasi dan komunikasi, harga sarana produksi, fasilitas kredit, dan

penyuluhan.

Menurut Rodjak (2002), yang dimaksud dengan pendapatan petani adalah

jumlah pendapatan petani dari usahatani dan dari luar usahatani, yang

diperoleh dalam setahun. Rodjak (2002) menyatakan bahwa, tingkat

pendapatan petani dapat dipengaruhi oleh berbagai sumber, antara lain dari

pendapatan petani sebagai pengelola, pendapatan tenaga kerja petani,

pendapatan tenaga kerja keluarga petani, dan pendapatan keluarga petani.

Pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan

pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari

penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan

yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang

berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih

antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usahatani

adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar

usahatani seperti berdagang, mengojek, dan lain-lain.

Pendapatan Rumah Tangga

Menurut Mosher (1985), tolok ukur yang sangat penting untuk melihat

(42)

10

dari kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan petani. Besarnya

pendapatan petani itu sendiri akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus

dipenuhi yaitu, pangan, sandang, papan, kesehatan dan lapangan kerja.

Soekartawi (1986), menjelaskan bahwa pendapatan bersih usahatani adalah

selisih antara pendapatan kotor dan pengeluaran total usahatani. Pendapatan

kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka

waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pengeluaran total

usahatani adalah nilai semua masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan

dalam produksi. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang

diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja,

pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan

ke dalam usahatani.

Pendapatan rumah tangga diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan

keluarga yang berasal dari usahatani dan pendapatan keluarga yang berasal dari

luar usahatani, dengan rumus sebagai berikut :

Prt = Pusahatani + Pofffarm + Pnonfarm

Keterangan :

Prt = Pendapatan Rumah Tangga Petani per-tahun

Pusahatani = Pendapatan usahatani

Pofffarm = Pendapatan usahatani diluar kegiatan budidaya

(43)

11

5. Distribusi Pendapatan

Gini Ratio (Indeks Gini) adalah suatu variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat pemerataan pendapatan masyarakat secara global. Rumus

yang digunakan untuk menghitung angka Gini adalah sebagai berikut :

G = 1 - Pi (Ii + Ii– 1)

Keterangan :

G = Bilangan Gini yang besarnya berkisar antara 0 sampai 1 ditulis sampai 4 angka dibelakang koma

Pi = Presentase kumulatif penerima pendapatan sampai kelompok ke-i

Ii = Presentase kumulatif pendapatan yang diterima sampai dengan kelompok ke-i

k = Jumlah kelompok penerima pendapatan

1 = Konstanta

Untuk memberikan penilaian tinggi rendahnya ketimpangan distribusi

pendapatan tersebut dilakukan dengan kriteria sebagai berikut, (a) Indeks Gini

kurang dari 0,4 menunjukkan ketimpangan distribusi pendapatan yang rendah,

(b) Indeks Gini antara 0,4-0,5 menunjukkan ketimpangan distribusi pendapatan

sedang, (c) Indeks Gini lebih besar atau sama dengan 0,5 menunjukkan

ketimpangan distribusi pendapatan yang tinggi.

Nilai Gini ratio yang semakin mendekati nol berarti makin baik distribusinya,

sebaliknya makin mendekati satu, distribusi pendapatan makin buruk atau

(44)

12

sebuah metode grafis untuk melihat distribusi secara menyeluruh. Metode

grafis berupa kurva tersebut disebut kurva Lorentz. Kurva Lorentz diperoleh

dengan menghubungkan variabel frekuensi penerima pendapatan dan persen

atau relatif yang terakumulasikan sebagai sumbu vertikal, dengan variabel

pendapatan yang sudah dikelompokkan atau digolongkan dalam percentiles

sebagai sumbu horizontal.

Menurut Todaro dan Smith (1993), untuk mengetahui tingkat ketimpangan

pendapatan Kurva Lorentz harus dipadu dengan kriteria Bank Dunia. Menurut

Badan Pusat Statistik (BPS 2011) Bank Dunia mengelompokan penduduk pada

tiga kelompok sesuai dengan besarnya pendapatan 40% penduduk dengan

pendapatan rendah, 40% penduduk dengan pendapatan menengah dan 20%

penduduk dengan pendapatan tinggi. Kategori ketimpangan ditentukan dengan

mengunakan kriteria seperti berikut:

a) Jika proporsi jumlah pendapatan dari rumah tangga yang masuk kategori

40% terendah terhadap total pendapatan seluruh rumah tangga kurang dari

12% dikategorikan ketimpangan pendapatan tinggi.

b) Jika proporsi jumlah pendapatan rumah tangga yang masuk kategori 40%

terendah terhadap total pendapatan seluruh rumah tangga antara 12-17 %

(45)

13

c) Jika proporsi jumlah pendapatan rumah tangga yang masuk kategori 40%

terendah terhadap total pendapatan seluruh rumah tangga lebih dari 17%

[image:45.595.153.511.237.464.2]

dikategorikan ketimpangan pendapatan rendah.

Gambar 1. Hubungan Indeks Gini (Gini Ratio) dengan kurva Lorentz (Todaro, 1993)

6. Pengkajian Penelitian Terdahulu

Studi mengenai analisis pendapatan dan usahatani telah banyak dilakukan,

baik di ruang lingkup perusahaan agribisnis maupun ruang lingkup kondisi

pedesaan. Analisis ini telah banyak mengkaji berbagai komoditi, khususnya di

bidang pertanian. Salah satunya adalah penelitian yang telah dilakukan Edy

(2011) melakukan analisis pendapatan usahatani sayuran daun di Kabupaten

Pidie pada hasil penelitian petani sayuran menunjukan bahwa usahatani % Pendapatan kumulatif

A

C

B

D E

F

% Penerimaan pendapatan

Keterangan :

- Kurva Lorentz: adalah kurva ABCDEF

- Garis pemerataan sempurna: adalah garis AF

- Garis Ketidakmerataan sempurna: adalah garis AGF

(46)

14

sayuran daun yang memberikan nilai produksi yang paling tinggi adalah

usahatani sawi. Hasil analisis data diperoleh nilai dari perhitungan rasio ROI

(Return On Investment) untuk usahatani sawi, kangkung, bayam, dan selada masing-masing 112,03%, 99,58%, 93,24%, dan 92,94%. Rasio perolehan ROI

sebagaimana diperlihatkan di atas, memberi makna bahwa kemampuan setiap

Rp100,- biaya produksi yang telah dicurahkan dalam kegiatan usahatani

tersebut dapat memberikan pendapatan usahatani (laba bersih) sebesar

Rp112,03 untuk usahatani sawi, Rp99,58 untuk usahatani kangkung, Rp93,24

untuk usahatani bayam, dan sebesar Rp92,94 untuk usahatani selada. Dengan

demikian, hasil penelitian membuktikan bahwa usahatani sayuran sawi

merupakan jenis usahatani yang memiliki kemampuan untuk memberikan

pendapatan yang paling besar dari setiap biaya produksi yang dicurahkan,

kemudian secara berturut-turut diikuti usahatani kangkung, bayam, dan selada.

Laba bersih sebagaimana digambarkan di atas dinilai relatif besar, karena jarak

waktu yang diperhitungkan antara pengeluaran-pengeluaran yang harus

dilakukan dengan penerimaan hasil penjualan yang diperoleh untuk semua

komoditi sayuran daun tersebut diasumsikan memiliki rentang waktu yang

sama yaitu selama 60 hari atau 2 bulan. Demikian pula hasil penelitian

Sunawirawan (2010) tentang efesiensi produksi dan pendapatan usahatani sawi

di Kota Bandar Lampung. Menyimpulkan bahwa usahatani sawi merupakan

usahatani yang menguntungkan. Tingkat pendapatan sebesar Rp1.640.004,00

per1.851, 43 m2 memiliki R/C ratio atas biaya tunai yaitu sebesar 2,58,

sedangkan pendapatan atas biaya total sebesar Rp749.333,40 per 1.851,43 m2

(47)

15

kendala lahan seluas 1851,43 m2 diperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar

Rp1.618.015,48 dengan R/C ratio sebesar 3,23, sedangkan atas biaya total

adalah sebesar 1.017.648,14 dengan R/C ratio sebesar 1,77.

Pada penelitian usahatan tani sayuran di atas, belum mencakup mengenai

distribusi pendapatan pada rumah tangga petani sebagaimana yang telah

dilakukan oleh Endah (2004) yang melakukan penelitian tentang pengaruh

status penguasaan lahan pertanian terhadap distribusi pendapatan petani padi di

Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Hasilpenelitian yang diperoleh

menunjukkan bahwa rata-rata luas lahan garapanpetani penggarap 0,50 per ha

dengan pendapatan usahatani sebesar Rp 4.171.537per ha. Kemudian nilai

Koefisian Gini (Rasio Gini) sebesar 0,59. Hal inimenunjukkan ketimpangan

distribusi pendapatan tinggi yaitu lebih besar dari 0,50.

Menurut Agus (2009) yang melakukan penelitian mengenai pendapatan

usahatani padi anorganik di Kabupaten Klaten yaitu sebesar Rp1.168.090

setiap usahatani atau mencapai Rp1.946.817 setiap hektar. Distribusi

pendapatan usahatani padi anorganik di Kabupaten Klaten dalam Kurva Lorenz

tergambar terjadi ketimpangan distribusi pendapatan. Hal ini terjadi karena

jumlah petani tinggi tetapi pendapatan petani rendah. Distribusi pendapatan

usahatani padi anorganik di KabupatenKlaten dalam Koefisien Gini sebesar

0,512. Hal ini menunjukkan terjadiketimpangan distribusi pendapatan tinggi

menurut Bank Dunia.

Afriyanti (2012) melakukan penelitian mengenai pendapatan rumah tangga

(48)

16

Kecamatan Padang Cermin berasal dari berbagai kegiatan usaha, yaitu

usahatani kakao, luar usahatani kakao, dan dari kegiatan usaha nonusahatani.

Besarnya rata-rata pendapatan rumah tangga petani kakao adalah

Rp20.944.667,36/tahun. Persentase berbagai sumber pendapatan adalah

sebesar 53,12 persen pendapatan rumah tangga diperoleh dari usahatani kakao

dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp11.614.140,16/tahun, sebesar 27,88

persen pendapatan rumah tangga diperoleh dari kegiatan usahatani selain kakao

dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp5.838.371,17/tahun, dan sebesar 19,00

persen pendapatan rumah tangga diperoleh dari kegiatan nonusahatani dengan

rata-rata pendapatan sebesar Rp3.979.094,20/tahun. Distribusi pendapatan

rumah tangga petani kakao di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang

Cermin tidak merata, hal ini dikarenakan angka Gini Rasio dari hasil

perhitungan distribusi pendapatan adalah sebesar 0,41 dengan arti bahwa

distribusi pendapatan rumah tangga masih berada pada ketimpangan yang

sedang.

Berdasarkan tinjauan penelitian terdahulu, banyak yang melakukan penelitian

mengenai pendapatan usahatani dengan berbagai macam komoditi. Untuk

penelitian mengenai sayuran, penelitian sebelumnya adalah mengenai

pendapatan usahatani sayuran daun. Pada penelitian ini, selain dilakukan

penelitian mengenai pendapatan rumah tangga petani sayuran, juga dilakukan

penghitungan tingkat distribusi pendapatan petani guna mengetahui

ketimpangan pendapatan rumah tangga petani sayuran yang masih jarang

diterapkan pada penelitian pada petani sayuran sebelumnya. Dengan demikian,

(49)

17

pendapatan rumah tangga petani sayuran yang dapat berguna sebagai bahan

referensi untuk penelitian selanjutnya.

B. Kerangka Pemikiran

Petani dalam melakukan usahataninya menggunakan beberapa faktor produksi

seperti lahan, modal / sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida dan peralatan)

serta tenaga kerja untuk memperoleh hasil dan keuntungan. Dalam usahatani

kepemilikan lahan yang merupakan salah satu faktor produksi umumnya sangat

mendukung untuk perkembangan usahatani tersebut. Hal ini dikarenakan,

semakin luas lahan yang dimiliki petani maka semakin besar potensi petani

untuk mengembangkan usahataninya.

Modal juga berperan besar dalam pembiayaan usahatani terutama untuk

pengadaan sarana produksi. Modal di dalam usahatani biasanya digunakan

untuk pembelian berbagai sarana produksi seperti bibit, pupuk, pestisida, serta

upah tenaga kerja di dalam produksi akan sangat berpengaruh pada proses

produksi, karena suatu proses produksi membutuhkan input produksi. Input

atau korbanan ini semula berupa fisik, kemudian dinilai dalam bentuk uang

atau rupiah, yang disebut dengan total biaya produksi. Dalam usahatani

sayuran diperoleh produksi di mana jika dikalikan dengan harga jualnya akan

menghasilkan penerimaan usahatani, dan selisih antara penerimaan usahatani

dengan total biaya usahatani disebut dengan pendapatan usahatani.

Komoditi sayuran termasuk komoditi yang diunggulkan di Kecamatan Jati

(50)

18

besar petani mengandalkan usahatani ini sebagai usaha pokok dalam

menunjang perekonomian keluarga selain tanaman pangan. Upaya yang perlu

dilakukan dalam rangka peningkatan pendapatan petani adalah sistem

usahatani pada setiap tingkat usahatani, memperkuat kelembagaan pada tingkat

petani, serta membangun kerjasama yang sinergis antar stakeholder. Selain itu,

faktor lain yang perlu diketahui dalam pengusahaan usatani sayuran ini adalah

penggunaan input produksi agar petani bisa memperoleh keuntungan sesuai

yang diharapkan.

Tingkat pendapatan usahatani sayuran erat kaitannya dengan jumlah produksi

sayuran, dan jumlah produksi sayuran dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi

yang mendukungnya. Besarnya biaya produksi yang dikeluarkan untuk

memenuhi kebutuhan faktor produksi selama kegiatan usahatani dilaksanakan,

secara langsung akan berdampak pada hasil penerimaan petani sayuran yang

bergantung pada harga sayur di tingkat petani.

Distribusi Pendapatan rumah tangga digolongkan ke dalam dua sektor, yaitu

sektor pertanian dan nonpertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian

dapat dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak, buruh tani,

menyewakan lahan, dan bagi hasil. Sumber pendapatan petani dari sektor

nonpertanian dibedakan menjadi pendapatan dari industri rumah tangga,

perdagangan, pegawai, jasa, buruh nonpertanian, serta buruh subsektor

pertanian lainnya (Sajogyo, 1990).

Kegiatan nonusahatani akan meningkatkan penerimaan tambahan petani

(51)

19

usahatani. Kegiatan yang dilakukan nonusahatani diharapkan dapat

meningkatkan ekonomi rumah tangga yang tercermin dari peningkatan

pendapatan rumah tangga. Dengan diketahuinya pendapatan rumah tangga

petani sayuran akan dapat digunakan untuk menghitung tingkat distribusi

pendapatan rumah tangga petani. Berdasarkan uraian di atas, maka disusun

(52)
[image:52.595.134.518.86.640.2]

20

Gambar 2. Paradigma pemikiran analisis pendapatan dan distribusi pendapatan rumah tangga petani sayuran di Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan. On Farm Off Farm Non utama: perkebunan, peternakan, perikanan dll Utama: Sayuran sawi,bayam ,selada. Produksi Sayuran x1,x2,x3 Non Farm -mengojek, berdagang Biaya produksi Penerimaan Usahatani Sayuran Pendapatan Usahatani Sayuran Pendapatan Rumah Tangga Petani Analisis Distribusi Pendapatan

Pendapatan Pendapatan

Usahatani Non Usahatani

Harga Input Faktor produksi - Benih - Pupuk - Tenagakerja - Pestisida - Biaya angkut

(53)

1

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan agronomis dan produksi komoditi sayuran

Sayuran merupakan komoditi yang berprospek cerah, karena dibutuhkan

sehari-hari sehingga permintaannya cenderung terus meningkat.

Sebagaimana jenis tanaman hortikultura lainnya, kebanyakan tanaman

sayuran mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi. Kenyataan ini dapat

dipahami sebab sayuran harus dikonsumsi setiap hari.

Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan

pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral yang

bernilai ekonomi tinggi. Produksi sayuran Indonesia meningkat setiap

tahun dan konsumsinya tercatat 44 kg/kapita/tahun sedangkan laju

pertumbuhan produksi sayuran di Indonesia berkisar antara 7,7-24,2%/tahun

Jenis tanaman yang digunakan sebagai sayuran hanya sedikit, di antara

ratusan ribu jenis yang diketahui, hanya beberapa ratus jenis saja yang

digunakan sebagai sayuran. Namun, untuk mengelola informasi tentang

berbagai tanaman tersebut diperlukan beberapa sistem klasifikasi, terutama

(54)

2

cara mengelompokkan tanaman secara logis. Sayuran iklim dingin

menyukai suhu rata-rata 10-18°C selama sebagian besar masa

pertumbuhannya. Tanaman iklim panas adalah tanaman yang menyukai

suhu rata-rata 18-30°C selama sebagian besar masa pertumbuhan dan

perkembangannya (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995).

Salah satu komoditi hortikultura yang memiliki peluang untuk

dikembangkan dan menguntungkan adalah sayuran. Tanaman sayuran

dapat dibagi atas tiga jenis yang dipilah menurut bagian tanaman yang

dipanen, yaitu: (1) sayuran daun yang dipanen bagian daunnya, seperti

bayam, kangkung, katu, selada dan sawi, (2) sayuran biji dan polong, yang

dipanen bagian polong dan bijinya seperti karpri, kacang hijau, kedelai, dan

petai, dan (3) sayuran umbi dan buah yang dipanen bagian umbi dan

buahnya misalnya wortel, kentang, ubi jalar, tomat dan cabe.

Sawi (Brassica juncea L.) merupakan sayuran yang banyak memberikan manfaat pada masyarakat. Kebutuhan sawi segar sebagai bahan sayuran

semakin hari semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan sawi

tersebut diperlukan pembudidayaan yang baik, sehingga tanaman dapat

tumbuh dengan baik dan produksinya banyak (Lingga, 1999)

Tanaman sawi bila ditinjau dari aspek ekonomis dan bisnisnya layak untuk

dikembangkan atau diusahakan untuk memenuhi permintaan konsumen

serta adanya peluang pasar. Kelayakan pengembangan budidaya sawi antara

(55)

3

Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas tersebut, disamping itu, umur

panen sawi yang relatif singkat menghasilkan keuntungan yang memadai.

Sistem perakaran tanaman sawi memiliki akar tunggang (radix primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar

ke semua arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi

antara lain mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta

menguatkan berdirinya batang tanaman. Curah hujan yang cukup sepanjang

tahun dapat mendukung kelangsungan hidup tanaman karena ketersedian air

tanah yang mencukupi. Tanaman sawi hijau tergolong tanaman yang tahan

terhadap curah hujan, sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa

memberikan hasil yang cukup baik. Curah hujan yang sesuai untuk

pembudidayaan tanaman sawi hijau adalah 1000-1500 mm/tahun. Akan

tetapi tanaman sawi yang tidak tahan terhadap air yang menggenang (Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2011).

Bayam (Amaranthus sp) adalah salah satu sayuran yang banyak

dibudidayakan, selain berguna sebagai bahan sayuran yang lezat, bayam

juga kaya akan gizi dan berfungsi ganda. Saat ini Indonesia dihadapkan

pada empat permasalahan utama yaitu kekurangan energi dan protein

(KEP), kekurangan yodium, kekurangan vitamin A, dan kekurangan gizi.

Bayam diprogramkan sebagai tanaman yang menunjang Usaha Perbaikan

Gizi keluarga (UPGK) (Rukmana, 1994)

Bayam ditanam di berbagai jenis tanah terutama tanah gembur liat ringan

(56)

4

mempunyai saluran yang baik dan mempunyai kemasaman tanah di antara

5.5 – 6.5 adalah paling sesuai. Ciri-ciri bayam cabut siap panen adalah

umur tanaman antara 25-35 hari setelah tanam. Tinggi tanaman antara 15-20

cm dan belum berbunga. Waktu panen yang paling baik adalah pagi atau

sore hari, saat suhu udara tidak terlalu tinggi (Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan, 2011).

Selada (Lactuca sativa) adalah tumbuhan sayur yang biasa ditanam di daerah beriklim sedang maupun daerah tropika. Selada (Lactuca sativa) memiliki penampilan yang menarik. Ada yang berwama hijau segar dan

ada juga yang berwama merah. Selain sebagai sayuran, daun selada yang

agak keriting ini sering dijadikan penghias hidangan. Selada yang ditanam

di dataran rendah cenderung lebih cepat berbunga dan berbiji. Suhu optimal

bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-25°C. Jenis tanah yang disukai

selada ialah lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah yang masih

mengandung humus (Rahardi, 1993)

2. Konsep Usahatani

Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam,

tenagakerja, modal, dan pengolahan yang diusahakan oleh perorangan atau

sekumpulan orang-orang untuk menghasilkan output yang dapat memenuhi

kebutuhan keluarga ataupun orang lain disamping bermotif mencari

keuntungan (Soeharjo dan Patong, 1973).

Mubyarto (1989) menyatakan bahwa usahatani adalah himpunan

(57)

5

pertanian seperti tanah, air, sinar matahari dan bangunan pertanian.

Pembagian bidang pertanian terdiri atas dua bagian yaitu usahatani

pertanian rakyat dan perusahaan pertanian. Ditinjau dari segi ekonomi,

pertanian rakyat sebagai pertanian keluarga (pertanian subsisten atau

setengah subsisten) yang umumnya memiliki luas lahan yang sempit,

sedangkan perusahaan pertanian adalah usahatani yang sepenuhnya

dijalankan secara komersial.

Hernanto (1991) menyatakan bahwa usahatani adalah seti

Gambar

Tabel 1. Perkembangan produksi sayuran di Indonesia Tahun 2006-2010 (ton)
Tabel 3. Luas tanam dan produksi berbagai jenis sayuran di Kecamatan Jati Agung tahun 2010
Tabel 4.   Distribusi tingkat kesejahteraan keluarga di Kecamatan Jati Agung Menurut Desa 2011
Tabel 1. Perkembangan produksi sayuran di Indonesia Tahun 2006-2010 (ton)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah penulis melakukan penelitian dan pengamatan mengenai pengaruh bauran pemasaran (marketing mix) yaitu produk, harga, tempat/lokasi dan promosi terhadap

Tujuan dari perlindungan aset, integritas data, efektivitas sistem, dan efisiensi sistem dapat dicapai dengan baik jika manajemen organisasi meningkatkan sistem

pelajaran Instalasi Listrik Komersial yang tidak sesuai dengan tuntutan dunia kerja, dihapus dari GBPP Kurikulum 1984 SMKTA. Sejalan dengaxi uraian pada sub bab

hubung pada karangan narasi siswa kelas VIII SMP YPN Mensanak, dengan jumlah 15 siswa atau 34% dari seluruh sampel berjumlah 45 orang masih terdapat kesalahan dalam

Kebijakan hukum pidana terhadap perlindungan anak korban dari tindak pidana kekerasan fisik dalam rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam pasal 76c, bahwa pelaku

Sebelum melakukan pengujian kuat tekan beton, lokasi tanah lempung yang akan digunakan untuk sampel diuji terlebih dahulu dan mendapatkan hasil pengujian fisis tanah di

Dengan adanya kesadaran merek terhadap M yang tinggi dari konsumen, asosiasi merek yang kuat dari konsumen terhadap Minute Maid Pulpy, serta adanya pemberian

Sedangkan pada sore hari, struktur jenis burung diurnal yang terdapat di dalam jalur pengamatan di gambarkan dengan nilai indeks dominansi, indeks kekayaan jenis, indeks