• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, DEBT TO EQUITY RATIO, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, DAN SIZE PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, DEBT TO EQUITY RATIO, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, DAN SIZE PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, DEBT TO EQUITY RATIO, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, DAN SIZE PERUSAHAAN

TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

(Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

Oleh

INTAN PUSPITA SARI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF INSIDER OWNERSHIP, DEBT TO EQUITY RATIO, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, AND

CORPORATE SIZE TOWARD DIVIDEND POLICY (At Manufacture Companies That List At BEI)

By

INTAN PUSPITA SARI

The research purpose is to prove empirically an influence of insider ownership, debt to equity ratio, investment opportunity set, and corporate size toward dividend policy. This research using manufacture factories which are listing on 2008-2011 of indonesia stock exchange (IDX). The research is using secondary data that obtained from www.idx.co.id, indonesian capital market directory (ICMD), and www.duniainvestasi.co.id. Sampling technique that used on this research is purposive sampling. Where as the sample quantity on this research is about 14 corporates. Hypothesis testing is done by using multiple linear regression analysis.

The result of analysis showed that insider ownership, debt to equity ratio, and corporate size variables are not influence to the dividend policy with level of significance is more than 5%. Meanwhile, the investment opportunity set variable is proved positive influence significantly toward dividend policy. Be shared equally ( IO, DER, IOS, SIZE) is significantly proved toward dividend policy at less 5% level. Prediction ability from those variables toward dividend policy is about 36%. As showed from adjusted R square is about 36% and while the rest 64% be affected by another factors that are not contain on this research.

(3)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, DEBT TO EQUITY RATIO, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, DAN SIZE PERUSAHAAN

TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

(Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI) Oleh

INTAN PUSPITA SARI

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris pengaruh insider ownership, debt to equity ratio, investment opportunity set, dan size perusahaan terhadap kebijakan dividen. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode pengamatan dari tahun 2008-2011. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Situs Bursa Efek Indonesia (BEI) www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), www.Duniainvestasi.co.id. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sedangkan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 14 perusahaan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Dari hasil analisis menunjukan bahwa variabel insider ownership, debt to equity ratio, dan size perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada level of significance lebih dari 5%. Sedangkan variabel investment opportunity set terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Secara bersama-sama (IO, DER, IOS, dan SIZE) terbukti signifikan berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada level kurang dari 5%. Kemampuan prediksi dari empat variabel tersebut terhadap kebijakan dividen sebesar 36%. Sebagaimana ditunjukan dari besarnya adjusted R square sebesar 36% sedangkan sisanya 64% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN

RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTO

SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Batasan Masalah ... 7

1.4. Tujuan Penelitian ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 8

1.5.2 Manfaat Praktis ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori ... 9

2.1.1. Teori Pensinyalan (Signalling Theory) ... 9

(8)

2.1.3.Pasar Modal ... 15

2.1.4. Kebijakan Dividen ... 16

2.2. Penelitian Terdahulu ... 22

2.3. Model Penelitian ... 24

2.4. Pengembangan Hipotesis ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel ... 29

3.2. Data Penelitian ... 30

3.2.1 Jenis dan Sumber Data ... 30

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.3. Operasional Variabel Penelitian ... 31

3.4. Metode Analisis Data ... 34

3.5. Pengujian Hipotesis ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 37

4.2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 40

4.3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 43

4.4. Pembahasan ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 52

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 54

5.3. Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Daftar Nama Perusahaan Sampel ... 30

Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 37

Tabel 3 Dasar Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi ... 41

Tabel 4 Hasil Uji Statistik Autokorelasi ... 41

Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 42

Tabel 6 Kesimpulan Hasil Uji Multikolinearitas ... 42

Tabel 7 Hasil Uji Goodness of Fit ... 44

Tabel 8 Hasil Uji Statistik F ... 44

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Nama Perusahaan Sampel

Lampiran 2. Hasil Perhitungan Exel Tahun 2008-2011 Lampiran 3. Hasil Pengujian Descriptive Statistics Lampiran 4. Hasil Uji Asumsi Klasik

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor kepada perusahaan bertujuan agar investor mendapatkan profit maksimal yang dapat meningkatkan

kesejahteraannya yaitu berupa dividen maupun capital again. Capital again merupakan keuntungan atas hasil yang diperoleh investor dari selisih harga jual saham yang lebih besar dari harga beli saham. Sedangkan dividen merupakan laba bersih yang diterima pemegang saham atas hasil keuntungan yang diperoleh perusahaan dari kegiatan operasionalnya. Oleh karena itu tinggi rendahnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham harus disesuaikan dari besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan dan kebijakan yang dibuat oleh masing-masing perusahaan.

Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang paling penting di dalam

(13)

dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. Apabila keputusan perusahaan membagikan dividen yang tinggi kepada pemegang saham, maka perusahaan akan mengalami kekurangan dana internal yang akan mengakibatkan terjadinya penghambatan dalam meningkatkan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Dalam hal ini maka perusahaan harus dapat membuat kebijakan dividen yang optimal agar dapat menyeimbangkan antara dua kepentingan tersebut. Menurut Brigham dan Houston, (2001) kebijakan dividen optimal yaitu kebijakan yang dapat

menyeimbangkan antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa yang akan datang yang dapat memaksimumkan harga saham perusahaan.

(14)

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa investor lebih menyukai dividen yang stabil, tapi dalam kenyataannya bahwa rata-rata perkembangan dividend payout ratio dari tahun 2008-2011 mengalami fluktuasi yang sangat berbeda dari tahun ketahun. Pada tahun 2008 tingkat rata-rata perkembangan dividen sebesar 25,26 kemudian pada tahun 2009 tingkat rata-rata dividen mengalami kenaikan drastis sebesar 35,80. Tetapi pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 34,36. Sampai pada tahun 2011 rata-rata perkembangan dividen mengalami kenaikan sebesar 36,11. Investor akan termotivasi untuk menanamkan sahamnya kepasar modal apabila investor memperoleh tingkat dividen yang stabil, dan investor menggunakan perubahan deviden sebagai sinyal untuk mengetahui performance perusahaan.

(15)

kebijakan dividen. Akan tetapi dalam penelitian Andriyani (2008) menunjukan tidak adanya pengaruh signifikan insider ownerhip terhadap variabel DPR.

Debt to equity ratio sering digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya, rasio ini merupakan rasio yang dapat mengukur seberapa besar hutang yang dimiliki sebuah perusahaan. Semakin besar utang maka aset yang dimiliki oleh perusahaan akan semakin tinggi, sehingga akan mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh perusahaan. Karena perusahaan yang menggunakan sumber dana eksternal dalam melakukan kegiatan operasionalnya tidak memiliki pendapatan yang pasti apakah perusahaan akan mengalami keuntungan atau kerugian di masa mendatang namun melainkan biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar seluruh kewajiban perusahaan. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Puspita (2009) membuktikan DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap variabel DPR. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhartono (2004) dalam Amalia (2011) yang menyatakan bahwa debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR.

(16)

tingginya IOS akan menyebabkan rendahnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Dalam penelitian Andriyani (2008) membuktikan bahwa IOS berpengaruh positif signifikan terhadap variabel DPR. Namun berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang dilakukan Mulyono (2009) membuktikan bahwa IOS berpengaruh negatif terhadap DPR.

Perusahaan yang memiliki Size besar umumnya akan memberikan dividen yang tinggi kepada pemegang saham dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki size rendah. Dalam hal ini perusahaan yang berukuran besar menunjukan bahwa perusahaan tersebut memiliki laba tinggi dan aset yang lebih banyak sehingga perusahaan lebih mudah masuk kepasar modal dan dapat menarik investor agar dapat menginvestasikan sahamnya ke perusahaan. Sedangkan perusahaan yang memiliki size rendah lebih cendrung memanfaatkan keuntungan yang diperoleh perusahaan untuk disimpan sebagai sumber dana internal yang dapat menambah aset perusahaan, sehingga dengan adanya sumber dana internal maka perusahaan dapat membiayai kegiatan operasional perusahaan di masa mendatang. Dalam penelitian Sari (2010) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. Sebaliknya hasil penelitian Puspita (2009) menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen.

(17)

dengan membedakan proksi kesempatan investasi dan ukuran perusahaan, serta adanya perbedaan dan penambahan tahun pengamatan. Proksi kesempatan investasi yang dipakai dalam penelitian ini dengan menggunakan proksi harga berdasarkan nilai aset, dalam penelitian sebelumnya menggunakan proksi harga berdasarkan ekuitas. Alasan menggunakan proksi tersebut yaitu semakin besar peluang investasi suatu perusahaan maka secara umum semakin besar pula nilai pasarnya yang berhubungan dengan nilai bukunya. Hal ini dikarenakan harga saham mencerminkan aktiva yang tak terukur (intangable asset) (Utomo, 2005 dalam Sari, 2010). Proksi ukuran perusahaan dalam penelitian ini menggunakan natural logaritma of sales dalam penelitian sebelumnya menggunakan natural log aset. Alasan penggunaan proksi tersebut karena besar kecilnya ukuran perusahaan dilihat dari seberapa besar kemampuan perusahaan untuk mendapatkan dana dan memperoleh laba yang dilihat dari pertumbuhan penjualan perusahaan (Haruman, 2008 dalam Sari, 2010).

Adanya penambahan tahun pengamatan karena tidak semua perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) membagikan dividennya yang sekaligus memiliki insider ownership. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini dari tahun 2008-2011. Adanya perbedaan tahun pengamatan karena merupakan yang terbaru sehingga akan memperoleh hasil penelitian yang lebih akurat. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik melakukan

(18)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya, terdapat fenomena empiris yaitu adanya ketidaksesuaian antara teori dengan data empiris yang dilihat dari rata-rata DPR dari setiap tahunnya. Sehingga perlu diteliti lebih lanjut faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi fenomena tersebut. Dari beberapa penelitian terdahulu menunjukan hasil yang tidak konsisten. Seperti penelitian Mulyono (2009); Sari (2010); Nuringsih (2005); Puspita (2009); Adriyani (2008) mengenai kebijakan dividen dapat disimpulkan bahwa terdapat hasil yang berbeda-beda yaitu adanya berpengaruh signifikan dan terdapat juga hasil yang tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Perumusan masalah dalam penelitian ini apakah variabel insider ownership, debt to equity ratio, investment opportunity set dan size perusahaan secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap dividend payout ratio.

1.3Batasan Masalah

Untuk lebih memusatkan penelitian ini pada pokok permasalahan, maka perlu ditetapkan batasan masalah, yaitu?

1. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008 – 2011.

2. Perusahaan manufaktur yang membagikan dividen sekaligus memberikan informasi insider ownership selama periode 2008 – 2011.

(19)

4. Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi kebijakan dividen, yaitu: insider ownership, debt to equity ratio, investment opportunity set, dan size perusahaan.

1.4Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan : untuk membuktikan secara empiris pengaruh dari insider ownership, debt to equity ratio, investment opportunity set, dan size perusahaan terhadap dividend payout ratio?

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1.5.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen dan memberikan informasi mengenai perkembangan bidang ekonomi khususnya kebijakan dividen.

1.5.2 Manfaat Praktis

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1Landasan Teori

2.1.1 Teori Pensinyalan (Signalling Theory)

Signal merupakan suatu hal yang dilakukan manajemen perusahaan bertujuan untuk memberikan petunjuk kepada pemegang saham bagaimana manajemen yang bertugas mengelola perusahaan tersebut memandang prospek perusahaan di masa yang akan datang. Manajer memiliki kewajiban dalam memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik sabagai wujud dari tanggung jawab manajer dalam mengelola perusahaan yaitu dengan memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal (Wicaksana, 2012).

Informasi yang diberikan kepada pemilik ataupun pihak yang berkepentingan lainnya tersebut berupa suatu kondisi di dalam perusahaan. Seperti halnya laporan keuangan didalam perusahaan, laporan yang telah dilakukan oleh pihak

(21)

Menurut teori MM dalam Brigham dan Houston, (2006) berpendapat bahwa kenaikan dividen yang lebih tinggi daripada yang diharapkan adalah suatu “sinyal” kepada investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan laba masa

depan yang baik. Sebaliknya pengurangan dividen atau peningkatan yang lebih kecil daripada yang diharapkan, adalah suatu sinyal bahwa manajemen sedang meramalkan laba yang buruk dimasa depan. Dalam hal ini maka dapat

menunjukan bahwa didalam pengumuman dividen terdapat kandungan informasi atau isyarat yang positif bagi para investor. Terjadinya perubahan harga saham dapat dipengaruhi dari akibat terjadinya kenaikan atau penurunan dividen di dalam perusahaan. Apabila dividen mangalami kenaikan maka harga saham akan mengalami kenaikan, dan sebaliknya harga saham akan terjadi penurunan

dikarenakan adanya dividen rendah yang dibagikan kepada pemegang saham.

Manajer memiliki banyak informasi dibandingkan dengan investor, karena

(22)

mendatang, hal ini akan berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan di masa mendatang. Dalam hal ini maka manajer perusahaan dapat dikatakan tidak dapat mengelola laba secara maksimal bagi kepentingan pemagang saham dalam jangka panjang.

Pembagian dividen yang tinggi dapat dikatakan sebagai sinyal yang positif dan sinyal yang negatif. Apabila dalam jangka waktu panjang perusahaan

membagikan dividen yang tinggi kepada pemegang saham maka hal ini menunjukan sinyal yang positif kepada investor bahwa keadaan keuangan di dalam perusahaan terkendali sehingga investor yakin bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik yang dapat meningkatkan kesejahteraannya. Apabila mengalami penurunan dividen maka perusahaan menunjukan kinerja perusahaan yang buruk kepada investor bahwa keadaan keuangan di dalam perusahaan tidak dapat terkendali. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang akan

membagikan dividennya kepada pemegang saham harus disesuaikan dari laba bersih yang diperoleh perusahaan.

Menurut Aljannah (2010) peningkatan dividen dapat pula menjadi sinyal negatif bagi investor. Perusahaan yang meningkatkan pembayaran dividen dapat

(23)

2.1.2 Teori Keagenan (Agency Theory)

Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang

dilakukan oleh principal dan agen. Principal memberikan suatu pekerjaan kepada manajer untuk dapat mengambil suatu keputusan yang terbaik bagi principal. Namun agen harus dapat mempertanggungjawabkan atas keputusan yang telah diambil. Seringkali tujuan pemegang saham berbeda dengan tujuan manajer, tetapi jika principal dan agen mimiliki tujuan yang sama untuk memaksimumkan utilitas maka agen akan melakukan tindakan yang sesuai dengan yang diinginkan oleh kepentingan principal, (Hendriksen, 2000 dalam Tiarini, 2011).

(Jensen dan Meckling, 1976 dalam Mulyono, 2009) mengemukakan teori

(24)

pengawasan (monitoring) yang dapat mensejajarkan kepentingan yang terkait tersebut, maka dengan adanya mekanisme pengawasan ini menyebabkan timbulnya suatu kos yang disebut agency cost.

Wicaksana (2012) Beberapa Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Masalah Keagenan :

1. Moral Hazard

Hal ini umumnya terjadi pada perusahaan-perusahaan besar, di mana manajer cenderung akan memanfaatkan insentif yang sesuai dengan kepentingannya atau berdasarkan keahliannya untuk bayaran yang diterima dari perusahaan dan kemungkinan hal tersebut tidak masuk dalam kontrak.

2. Jumlah laba yang ditahan

Masalah ini berkisar pada kecendrungan untuk melakukan investasi yang berlebihan oleh pihak manajemen (agen) melalui peningkatan dana pertumbuhan dengan tujuan untuk memperbesar kekuasaan, prestise, atau memperbesar kemampuan untuk mendominasi dewan komisaris, maupun penghargaan bagi dirinya sendiri, namun dapat menghancurkan kesejahteraan pemegang sahamnya (principal).

3. Horizon waktu

(25)

4. Penghindaran resiko manajerial

Masalah ini timbul karena adanya batasan diversifikasi portfolio yang berhubungan dengan pendapatan manajerial atas kinerja yang dicapainya, sehingga manajer akan meminimalkan resiko saham perusahaan dari keputusan investasi yang meningkatkan resikonya.

Masalah yang sering terjadi di dalam perusahaan yaitu antara pemegang saham dengan manajer. Konflik ini terjadi karena pemegang saham lebih menyukai resiko yang tinggi yaitu menggunakan sumber dana eksternal untuk melakukan kegiatan operasional di dalam perusahaan dengan harapan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi, sebaliknya manajer lebih menyukai resiko yang rendah dibandingkan resiko yang tinggi, karena resiko lebih rendah kemungkinan tidak akan mengalami kebangkrutan dalam perusahaan dan juga dapat melindungi posisinya. Dengan adanya masalah keagenan maka ada alternatif untuk dapat mengurangi konflik kepentingan dan biaya keagenan atau agency cost tersebut yaitu :

(26)

2. Menaikan dividen (Rozeff, 1982 dalam Sunarto, 2004), pembayaran dividen yang lebih besar akan meningkatkan kemungkinan untuk memperbesar modal dari sumber eksternal. Penambahan modal dari pemodal eksternal baik

melalui Initial Public Offering (IPO) ataupun right issue akan meningkatkan monitoring atau pengawasan dari pihak-pihak yang terkait dengan pasar modal seperti Bapepam, penjamin emisi dan investor. Monitoring ini mendorong manajer untuk bekerja lebih baik sehingga lebih mendekati kepentingan pemegang saham.

3. Meningkatkan pendanaan dengan hutang (Sari, 2010), penurunan hutang akan menurunkan besarnya konflik antara pemegang saham dengan manajemen. Di samping utang akan menurunkan axcess cash flow yang ada dalam

perusahaan, sehingga akan menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen.

2.1.3 Pasar Modal

Pasar modal sama seperti pasar pada umumnya yaitu kegiatan yang

mempertemukan penjual dan pembeli dengan risiko apakah akan mengalami keuntungan atau kerugian. Sehingga dengan adanya pasar modal maka perusahaan akan meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual surat

(27)

kegiatan investasinya. Pasar modal merupakan instrumen keuangan yang jatuh temponya lebih dari satu tahun diperjualbelikan. Instrumen keuangan yang paling populer di pasar modal yaitu saham, obligasi, dan reksa dana. Menurut Anoraga dan Pakarti (2001;54) yang dimaksud dengan instrumen pasar modal adalah semua surat berharga yang diperdagangkan di bursa.

Pengertian pasar modal dalam undang-undang no.8 tahun 1995 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan prosesi yang berkaitan dengan efek. Menurut (Sarida, 1991 dalam Anoraga dan Pakarti, 2001) pentingnya pasar modal sebagai sumber pembelanjaan perusahaan yang berasal dari sumber dana internal dan eksternal. Sumber dana internal seperti laba ditahan dan akumulasi penyusutan ditahan dan sumber dana eksternal yaitu dana dari kreditur.

2.1.4 Kebijakan Dividen

2.1.4.1Pengertian Dividen

Menurut Stice et.al (2009:138) dividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.

(28)

serta melakukan investasi di dalam perusahaan yaitu berupa dividen atau laba ditahan guna investasi perusahaan di masa mendatang. Apabila perusahaan melakukan pembagian dividen yang tinggi dapat menyebabkan saldo laba dalam perusahaan akan berkurang. Di lain pihak perusahaan juga sangat memerlukan sumber dana internal yang diperoleh dari laba ditahan untuk melakukan kegiatan operasionalnya di masa mendatang. Maka dari itu sebelum melakukan pembagian dividen, para pemegang saham akan melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Rapat ini dilakukan agar nantinya tidak akan terjadi konflik dalam pembagian dividen di dalam perusahaan dan dapat menyeimbangkan antara dua kepentingan tersebut. Apabila kestabilan dividen kas tidak dapat dipertahankan oleh perusahaan, maka perusahaan akan mengalami perubahan kebijakan dividen. Perubahan tersebut tergantung RUPS dalam mempertimbangkan kondisi

perusahaan itu sendiri.

2.1.4.2Bentuk-bentuk dividen

Menurut Baridwan (2004:431-433) ada beberapa bentuk-bentuk dividen yang akan dibagikan perusahaan kepada pemegang saham yaitu:

1. Dividen kas

(29)

2. Dividen aktiva selain kas (property dividend)

Kadang-kadang dividen dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas, dividen dalam bentuk ini disebut property dividend. Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh perusahaan, barang dagangan atau aktiva-aktiva lain. Pemegang saham akan mencatat dividen yang diterima sebesar harga pasar aktiva tersebut. Akan tetapi perusahaan yang membagikan property dividend akan mencatat dividen sebesar nilai buku aktiva yang dibagikan.

3. Dividen utang/Scrip dividends

Dividen utang/Scrip dividends timbul apabila laba tidak dibagi itu saldonya mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup. Oleh karena itu perusahaan akan mengeluarkan Scrip dividends yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang.

4. Dividen saham

Dividen saham adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk saham bukan dalam bentuk uang tunai, tanpa dipungut pembayaran kepada para pemegang saham, sebanding dengan saham-saham yang dimiliki, sehingga jumlah saham yang dimiliki oleh perusahaan dapat bertambah banyak.

5. Dividen likuidasi

(30)

mengenai berapa jumlah pembagian laba dan berapa yang merupakan pengembalian modal, sehingga para pemegang saham bisa mengurangi rekening investasinya.

2.1.4.3Jenis-Jenis Kebijakan Dividen

Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:390-393) ada beberapa jenis-jenis kebijakan dividen yaitu :

1. Kebijakan dividen rasio pembayaran konstan

Kebijakan dividen yang didasarkan dengan presentase tertentu dari pendapatan. Masalah dalam kebijakan dividen ini adalah jika pendapatan perusahaan turun atau rugi pada suatu periode tertentu maka dividen menjadi rendah atau tidak ada. Karena dividen merupakan indikator dari kondisi perusahaan yang akan datang maka mungkin dapat berdampak buruk terhadap harga saham.

2. Kebijakan dividen teratur

Kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dividen dengan rupiah yang tetap dalam setiap periode. Seringkali kebijakan dividen teratur digunakan dengan mamakai target rasio pembayaran dividen. Target rasio pembayaran dividen adalah kebijakan di mana perusahaan mencoba

membayar dividen dalam presentase tertentu seperti dividen yang dinyatakan dalam rupiah serta disesuaikan terhadap target pembayaran yang

(31)

3. Kebijakan dividen rendah teratur dan ditambah Ekstra

Kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen rendah yang teratur, ditambah dengan dividen ekstra jika ada jaminan pendapatan. Jika

pendapatannya lebih tinggi dari biasanya pada periode tertentu, perusahaan boleh membayar tambahan dividen, yang disebut dividen ekstra.

2.1.4.4Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Menurut Weston dan Copeland (1997:127-130) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi manajemen perusahaan dalam menetapkan suatu kebijakan dividen yaitu:

1. Kebutuhan pelunasan hutang

Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan menghadapi dua pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang itu pada saat jatuh tempo dan

menggantikannya dengan jenis surat berharga yang lain atau perusahaan dapat memutuskan untuk melunaskan hutang tersebut. Jika keputusannya adalah membayar hutang tersebut, maka ini biasanya perlu penahanan laba.

2. Pembatasan dalam perjanjian hutang

Perjanjian hutang, khususnya apabila merupakan hutang jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai. Larangan yang dibuat untuk melindungi kedudukan pemberi pinjaman

(32)

Dividen pada masa yang akan datang hanya dapat dibayar dari laba yang diperoleh sesudah penandatangan perjanjian hutang (jadi, dividen tidak dapat dibayar dari laba ditahan tahun-tahun lalu) Dividen tidak dapat dibayarkan apabila modal kerja bersih (aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar) berada di bawah suatu jumlah yang telah ditentukan. Demikian pula, perjanjian saham preferen biasanya mengatakan bahwa dividen tunai saham biasa tidak dapat dibayarkan kecuali semua dividen saham preferen sudah dibayar.

3. Tingkat ekspansi aktiva

Semakin cepat sebuah perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai ekspansi aktivanya. Kalau kebutuhan dana di masa depan semakin besar perusahaan akan cenderung untuk menahan laba dari pada membayarkannya.

4. Akses kepasar modal

(33)

5. Posisi pemegang saham sebagai pembayaran pajak

Posisi pemilik perusahaan sebagai pembayar pajak sangat mempengaruhi keinginannya untuk memperoleh dividen. Misalnya, suatu perusahaan yang dipegang hanya oleh beberapa pembayar pajak dalam golongan berpendapatan tinggi, cenderung untuk membayar dividen yang rendah. Pemilik memilih untuk menempatkan pendapatan mereka dalam bentuk peningkatan modal daripada dividen, karena akan terkena pajak penghasilan pribadi yang lebih tinggi. Akan tetapi pemegang saham suatu perusahaan yang dimiliki oleh orang banyak akan memilih pembayaran dividen yang tinggi.

2.2 Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu yang menguji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain:

Penelitian Tiarini (2011) meneliti tentang pengaruh insider ownership, market risk, return on investment dan size terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2004-2008. Hasil pengujian menunjukan bahwa ada tiga variabel independen dari empat variabel yang diuji yang berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen yaitu market risk, return on investment (ROI) dan size, sedangkan variabel insider ownership tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan

dividen.

(34)

manufaktur. Hasil penelitiannya manunjukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan dividen, karena semakin besar keterlibatan manajer dalam manajerial ownership menyebabkan aset tidak terdiversifikasi secara optimal sehingga akan menginginkan dividen yang besar. Variabel positif juga ditunjukan pada ukuran perusahaan. Sedangkan utang dan ROA berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

Mulyono (2009) menguji pengaruh insider ownership, debt to equity ratio, investment opportunity set dan size perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2005-2007. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa tiga dari empat variabel menunjukan pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen yaitu insider ownership, investment opportunity set, dan size perusahaan sedangkan variabel debt to equity ratio berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

Penelitian Wicaksana (2012) meneliti tentang pengaruh cash ratio, debt to equity ratio, dan return on asset terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2005-2009 dan menunjukan hasil bahwa cash ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR. Pada variabel debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPR. Sedangkan pada variabel return on asset berpengaruh signifikan terhadap DPR.

(35)

kebijakan hutang hasilnya berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Sedangkan profitabilitas dan kesempatan investasi tidak berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

2.3 Model Penelitian

Adapun rerangka dalam penelitian ini adalah :

+ -

+ +

[image:35.595.145.500.240.444.2]

Gambar 1

2.4Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Insider Ownership

Insider ownerhip adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (manajer, direktur, dan komisaris) Andriyani ( 2008). Manajer selaku pengelola perusahaan memiliki hak yang sama dengan pemegang saham, karena manejer itu sendiri memiliki proporsi saham di dalam perusahaan. Sehingga ketika dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) manajer akan lebih cenderung berkeinginan untuk memperoleh dividen yang tinggi.

Insider Ownership

Debt to Equity

Ratio Kebijakan

Dividen Investment

Opportunity Set

(36)

Menurut hasil penelitian Nuringsih (2005) menunjukan bahwa managerial

ownership berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen, hal ini karena semakin besar keterlibatan manajer dalam managerial ownership maka kekayaan manajer yang dimiliki tidak terdiversifikasi secara optimal sehingga dividen yang

dibagikan kepada pemegang saham akan semakin tinggi. Selain itu struktur kepemilikan saham di indonesia relatif terkonsentrasi atau dikuasai oleh keluarga sehingga akan lebih cendrung membagikan dividen yang tinggi. Sebaliknya perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial rendah menunjukan bahwa perusahaan tersebut memiliki diversifikasi optimal sehingga cendrung

membagikan dividen yang rendah atau lebih menyukai retained earning. berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan hipotesis pertama:

H1 :Insider Ownership berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio

(DPR).

2.4.2 Debt to Equity Ratio

(37)

Debt to equity ratio menunjukan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha (Jensen et al., 1992 dalam Wicaksana, 2012). Penelitian (Prihantoro, 2003 dalam Yudha, 2011) menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat DER, secara parsial memiliki hubungan negatif signifikan terhadap DPR. Karena semakin tinggi tingkat DER berarti semakin tinggi pula komposisi hutang, maka akan mengakibatkan semakin rendahnya kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada pemegang saham. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan hipotesis kedua: H2 :Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap Dividend

Payout Ratio (DPR).

2.4.3 Investment Opportunity Set

Munculnya istilah investment opportunity set dikemukakan oleh (Myers, 1977 dalam Andriyani, 2008), IOS merupakan satu kombinasi antara aktiva riil (asset in place) dan opsi investasi masa depan dengan net present value positif. Menurut (Gaver dan Gaver, 1993 dalam Andriyani, 2008), opsi investasi masa depan tidak semata-mata hanya ditunjukan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang lebih dalam mengekploitasi kesempatan mengambil keuntungan

dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya. Kemampuan perusahaan yang lebih tinggi ini bersifat tidak diobservasi (unobservable).

(38)

dapat membagikan dividen kepada pemegang saham dan dapat melakukan

investasi di dalam perusahaan yang dapat meningkatkan pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. Sehingga semakin tinggi IOS maka peluang untuk

pertumbuhan perusahaan akan semakin besar. Hasil penelitian (P.A. Mahadwatha dan Jogiyanto Hartono, 2002 dalam Sunarto, 2004) berargumentasi bahwa

pengaruh positif dan signifikannya IOS terhadap DPR menunjukan bahwa free cash flow hypothesis lebih berlaku dan tidak mendukung signalling hypothesis. free cash flow hypothesis berargumentasi bahwa growth yang semakin tinggi akan menyebabkan perusahaan membayarkan dividen yang rendah karena sebagian besar retained earning digunakan untuk investasi. Pengukuran dividen yang hanya menggunakan proporsi dividen dari pihak pemegang saham outsider

mampu mendukung hipotesis bahwa dalam situasi terdapat managerial ownership maka free cash flow hypothesis mampu menjelaskan fenomena kebijakan dividen Sunarto (2004).

H3 : Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh positif terhadap Dividend

Payout Ratio (DPR).

2.4.4 Size Perusahaan

Dalam suatu perusahaan, ukuran perusahaan dapat menentukan apakah perusahaan tersebut berkembang baik atau tidak. Perusahaan yang baik dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki profit yang tinggi dan memiliki aset perusahaan yang lebih besar. Sehingga perusahaan tersebut dapat

(39)

bahwa perusahaan tersebut memiliki peluang investasi yang menjanjikan untuknya, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya.

Menurut Tiarini (2011) ukuran perusahaan dapat menentukan bahwa perusahaan yang besar akan memiliki askes yang lebih mudah masuk ke pasar modal, dan begitu pula sebaliknya. Penelitian Nuringsih (2005) menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen, tetapi tidak

signifikan. Perusahaan yang memiliki aset besar cendrung membayar dividen besar untuk menjaga reputasinya di kalangan investor aktual maupun potensial. Tindakan ini dilakukan untuk memudahkan perusahaan memasuki pasar modal apabila berencana melakukan emisi saham baru.Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan hipotesis kelima:

H4 :Size perusahaan berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008-2011. Sedangkan sampel merupakan bagian atau wakil dari populasi yang memiliki karakteristik sama dengan

populasinya, diambil dari sumber data penelitian. Sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel yaitu sebagai berikut :

1. Perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2008 sampai dengan 2011. 2. Perusahaan yang membagikan dividen sekaligus memberikan informasi

mengenai insider ownership pada tahun 2008 sampai dengan 2011. 3. Perusahaan yang memiliki informasi keuangan (total penjualan, total aset,

total utang, total ekuitas, harga akhir tahun dan jumlah saham yang beredar pada tahun 2008 sampai dengan 2011).

(41)
[image:41.595.114.493.116.380.2]

Tabel 1.

Daftar Nama Perusahaan Sampel

No Kode Nama Perusahaan

1 AKR PT Akr Corporindo Tbk 2 ASII PT. Astra International Tbk 3 AUTO PT. Astra Otopart Tbk 4 BRAM PT. Indo Kordsa Tbk 5 BRNA PT. Berlina Tbk

6 GGRM PT. Gudang Garam Tbk 7 LION PT. Lion Metal Works Tbk 8 LMSH PT. Lionmesh Prima Tbk 9 LTLS PT. Lautan Luas Tbk

10 MTDL PT. Metrodata Electronics Tbk 11 RALS PT. Ramayana Lestari Tbk 12 SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk 13 TBLA PT. Tunas Baru Lampung Tbk 14 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk Sumber : www.idx.co.id

3.2Data Penelitian

3.2.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008 – 2011 yang didapat dari situs resmi yaitu:

1. Data publikasi laporan keuangan tahunan perusahaan (financial report). Data ini diperoleh dari Situs Bursa Efek Indonesia (BEI) (www.idx.co.id).

2. Data publikasi laporan keuangan perusahaan sampel. Data ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

(42)

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan catatan atas laporan keuangan yang diperoleh dari sumber

www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD),

www.Duniainvestasi.co.id. Metode pengumpulan datanya dengan cara studi pustaka, yaitu mengumpulkan data-data yang berasal dari media kepustakaan dan dari buku.

3.3 Operasional Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel independen yaitu: insider ownership, debt to equity ratio, investment opportunity set, dan size perusahaan. Serta satu variabel dependen yaitu devidend payout ratio. Masing-masing variabel penelitian secara operasional dapat didefinisikan sebagai berikut:

3.3.1 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah Dividend Payout Ratio (DPR) yang diukur dari pembayaran dividen tunai dibagi dengan laba bersih dihitung dengan rumus sebagai berikut (Mulyono, 2009) :

(43)

3.3.2 Variabel Independen

Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Adapun variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel yaitu:

1. Insider Ownership

Variabel pertama dalam penelitian ini adalah insider ownership atau sering disebut dengan kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial seperti dewan komisaris, direktur dan manajer. Variabel ini diukur dari jumlah saham pihak manajemen dibagi dengan total saham beredar. Insider ownership dirumuskan sebagai berikut (Wahidahwati, 2002 dan Haruman, 2008 dalam Sari, 2010):

Kepemilikan Manajerial (MOWN) = Jumlah saham pihak manajemen Total saham beredar

2. Debt to Equity Ratio

Variabel kedua dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang yang diproksikan dengan debt to equity ratio. DER merupakan proksi yang digunakan dalam melihat seberapa besar kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh hutang-hutangnya dan mengukur seberapa besar biaya operasional perusahaan dibiayai oleh hutang.

Secara sistematik DER, dapat dirumuskan sebagai berikut (Puspita, 2009) : DER = Total Debt

(44)

3. Investment Opportunity Set

Variabel ketiga dalam penelitian ini adalah Investment Opportunity Set (IOS) Proksi IOS terdiri dari tiga proksi yaitu proksi harga, proksi investasi dan proksi varian (Smith dan Wats, 1992, Kallapur dan Trombley, 1999 dalam Sari, 2010). Namun dalam penelitian ini menggunakan proksi harga berdasarkan Market To Book Value Of Aset (MBVA) yang merupakan perbandingan antara nilai pasar perusahaan dengan nilai buku aset (Brigham dan Daves, 2002 dalam Sari, 2010). Nilai pasar adalah kapitalisasi pasar yaitu total hutang ditambah (harga saham penutupan dikalikan jumlah saham yang beredar). Ditambahnya total hutang dikarenakan perusahaan yang melakukan kegiatan investasi di masa yang akan datang sebagian besar menggunakan hutang dan laba yang ditahan sebagai modal investasinya untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Dengan begitu maka nilai pasar yang semakin besar terhadap nilai

bukunya mencerminkan peluang investasi dalam perusahaan akan semakin besar.

MBVA = Nilai Pasar Nilai Buku Aset Keterangan :

Nilai Pasar = ( Total aktiva – Total Ekuitas) + ( Jumlah Saham yang Beredar × Harga Penutupan)

Nilai Buku Aset = Total Aset

4. Size Perusahaan

(45)

sangat dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki perusahaan dalam mendapatkan dana dan memperoleh profit yang maksimal yang diukur dengan melihat pertumbuhan penjualan perusahaan (Haruman, 2008 dalam Sari 2010). Semakin besar tingkat penjualan maka keuntungan yang diperoleh perusahaan akan semakin besar sehingga dapat meningkatkan pembayaran dividen kepada pemegang saham.

SIZE = Natural Log of Sales

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk melakukan pengujian hipotesis dalam penelitian ini digunakan analisis multiple regression (regresi berganda) untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS (Statistical package for social science) 16.0 for Ms Windows untuk mempermudah perhitungan statistik. Persamaan multiple

regression untuk melakukan pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

DPR = α + β1INSit + β2DER + β3IOS+β4 SIZE + ε

Keterangan:

DPR = Dividend Payout Ratio α = Konstanta

β = Koefisien Regresi INSit = Insider Ownership

(46)

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Penelitian ini akan dilakukan pengujian asumsi klasik, dalam hal ini uji asumsi klasik terdiri dari:

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi secara normal atau tidak. Untuk dapat mengetahui apakah residual berdistribusi secara normal atau tidak ada dua cara yang dapat digunakan yaitu dengan menggunakan analisis grafik dan analisis statistik. Analisis grafik dilihat dengan menggunakan probability plot, apabila data berdistribusi normal maka titik-titik akan mengikuti garis diagonal dan tidak tersebar jauh dari garis diagonalnya. Uji statistik

kolmogorov-smirnov dengan melihat nilai Level of signifikan jika tingkat signifikasinya yaitu > 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa data terdistribusi secara normal.

b. Uji Autokorelasi

(47)

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan terhadap variabel bebas (independent variable) dalam persamaan regresi. Untuk mengetahui apakah uji multikolinearitas ada atau tidak dengan menggunakan nilai tolerance dan Variance Inflation Vactor (VIF). Menurut Amalia (2011) batas dari VIF adalah 10 dan nilai TOLERANCE adalah 0,1. Apabila nilai tolerance nya diatas 0,1 dan nilai VIF dibawah 10 maka regresi dapat dikatakan bebas dari multikolinearitas.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam model regresi yang dilakukan dalam penelitian. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas dalam persamaan regresi dengan menggunakan metode plot pada regresi. Jika dalam grafik scattreplot ada pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2006).

3.5 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan 5%. Dasar pengambilan keputusan berdasarkan

(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat pengaruh dari variabel independen dalam penelitian ini yaitu insider ownership, debt to equity ratio, investment opportunity set, dan size perusahaan terhadap variabel dependen yaitu kebijakan dividen yang diukur dengan dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008-2011 dengan menggunakan 14 sampel perusahaan.

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pembahasan analisis pada bab sebelumnya, yaitu:

(49)

keputusan kebijakan dividen. Sehingga mengakibatkan tidak terdapat pengaruh antara insider ownership terhadap dividend payout ratio.

2. Hasil uji kemampuan debt to equity ratio dalam mempengaruhi dividend payout ratio secara statistik menunjukan bahwa debt to equity ratio tidak mampu dalam mempengaruhi dividend payout ratio. Dalam hal ini dikarenakan perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini rata-rata memiliki DER yang tinggi namun memiliki DPR yang rendah. semakin tinggi hutang maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya dan akibatnya akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan diterima oleh pemegang saham. Oleh karena itu DER mempunyai arah negatif terhadap dividend payout ratio.

(50)

4. Hasil uji kemampuan hipotesis keempat menunjukan bahwa size

perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk membuktikan bahwa size perusahaan tidak dapat mempengaruhi dividend payout ratio. Dalam hal ini dikarenakan sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdapat perusahaan yang memiliki total penjualan yang rendah namun

membagikan dividen dalam jumlah yang tinggi kepada pemegang saham. Sehingga dengan hal ini menunjukan bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan tidak begitu besar pengaruhnya terhadap besar kecilnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham.

5.2Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan dalam penelitian yaitu:

1. Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi kebijakan dividen dalam penelitian ini hanya terdiri dari empat variabel yaitu insider ownership, debt to equity ratio, investment opportunity set dan size perusahaan. Sedangkan masih banyak faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen, yaitu seperti profitabilitas, financial laverage,

sensitivitas kinerja pembayaran, Growth, resiko pasar dan yang lainnya.

2. Terdapat keterbatasan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008-2011. Sehinggga sampel yang digunakan dalam penelitian ini masih terlalu sedikit untuk diteliti, karena tidak semua perusahaan

(51)

dividennya pertahun yang sekaligus memberikan informasi mengenai insider ownership.

5.3Saran

Dari hasil penelitian ini dan terdapatnya keterbatasan data, maka peneliti akan menyampaikan beberapa saran untuk penelitian yang selanjutnya, yaitu:

1. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan agar dapat menambah variabel independen yang digunakan, mengingat masih banyak variabel lain yang dapat memepengaruhi kebijakan dividen.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Aljannah, Regina Ariesta. 2010. “Analisis Pengaruh Hutang, Profitabilitas,

Likuiditas Dan Pertumbuhan Terhadap Dividen (Studi Empiris Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008),” Skripsi. Universitas Diponogoro. Semarang.

Amalia, Shitta. 2011. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout Ratio (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Non Keuangan Periode 2005-2009),”

Skripsi.Universitas Diponegoro. Semarang.

Andriyani, Maria. 2008. “Analisis Pengaruh Cash Ratio, Debt To Equity Ratio, Insider Ownership, Investment Opportunity Set, Dan Profitability Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Empiris pada perusahaan Automotive di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2006),” Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. Jakarta.

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Edisi ke-8. Yogyakarta: BPFE.

Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi ke-8 Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesepuluh Terjemahan. Jakarta: Selemba Empat.

(53)

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Semarang.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Mulyono, Budi. 2009. “Pengaruh Debt To Equity Ratio, Insider Ownership, Size

Dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Pada Industri Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2007),” Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

Semarang.

Nuringsih, Kartika. 2005. “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan

Hutang, ROA, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen (Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia 1995-1996),” Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol.2 No.2. pp 103-123.

Puspita, Fira. 2009. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout Ratio (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2007),” Tesis. Program Pascasarjana

Universitas Diponegoro Semarang.

Sari, Ratih Fitria. 2010. “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan Dan Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen (Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia 2004-2008),” Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi ke-4. Yogyakarta: BPFE.

Stice, Earl K, James D. Stice, K. Fred Skousen. 2009. Akuntansi Keuangan. Edisi ke-16 Terjemahan. Jakarta: Selemba Empat.

Sunarto. 2004. “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Investment

Opportunity Set, Return On Asset Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio (Studi Kasus Pada Saham LQ45 di Bursa Efek

Jakarta),”. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Sundjaja, Ridwan S dan Inge Barlian. 2003. Manajemen keuangan. Edisi Keempat. Jakarta; Literata Lintas Media.

Tiarini, Anis. 2011. “Pengaruh Insider Ownership, Market Risk, ROI, dan Size

(54)

Tim Penyusun. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Penerbit Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Wicaksana, I Gede Ananditha. 2012. “Pengaruh Cash Ratio, Debt To Equity Ratio, Dan Return On Asset Terhadap Kebijakan Dividen (Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia 2005-2009),” Tesis. Program

Pascasarjana Universitas Udayana. Denpasar.

Yudha, Arvindra Belfa. 2011. “Pengaruh Insider Ownership, Resiko Pasar, Dan

Debt To Equity Ratio Terhadap Kebijakan Dividen (Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia 2004-2008),” Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang.

Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1997. Manajemen Keuangan. Edisi Kesembilan Jilid 2. Jakarta. Binarupa Aksara.

www.Duniainvestasi.co.id

Gambar

Gambar 1
Tabel 1.  Daftar Nama Perusahaan Sampel

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, pelatihan Edmodo dapat dilakukan secara online dengan cara pengiriman tugas guru berupa pembuatan kuis maupun gradebook yang hasilnya dapat diakses

Dengan menggunakan acuan kesetimbangan panas bahwa diperlukan entalpi minimum yang sama dengan RSG-GAS sebesar 50 kJ/kg, maka model A, B dan C membutuhkan laju alir teras

Pada saat pemeriksaan interim Laporan Keuangan, sebagian besar Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta telah dikirim ke BPK atas pengalokasian dana untuk

9) Kemasan yang telah dikosongkan apabila akan digunakan kembali untuk mengemas limbah B3 lain dengan karakteristik yang sama, harus disimpan ditempat penyimpanan limbah B3. Jika

Skripsi yang berjudul “ Implementasi Undang-Undang No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Studi Tentang Penerapan E-Surat di Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat) ini

Tari untuk anak usia dini dapat berupa gerak berirama yang ritmis dan indah sesuai dengan karakteristik perkembangan anak usia dini, kegiatannya bersifat kreatif dan konstruktif

MINGGU KE Sub-CPMK (Kemampuan akhir tiap tahapan belajar) Indikator Penilaian Kriteria dan bentuk penilaian Bentuk, metode pembelajaran dan penugasan (media & sumber

Fungsi pelaksana sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 huruf (c), merupakan fungsi koordinasi unsur pelaksana BPBD, dilaksanakan secara terkoordinasi dan terintegrasi