• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Berorientasi Literasi Sains pada Model Pembelajaran Exclusive

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Berorientasi Literasi Sains pada Model Pembelajaran Exclusive"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERORIENTASI LITERASI SAINS PADA MODEL

PEMBELAJARAN EXCLUSIVE

Oleh

Muhammad Rohli

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan ke beberapa guru SMP/MTs diperoleh bahwa semua guru menyatakan perlu adanya pengembangan perangkat

pembelajaran berorientasi literasi sains. Karena seperti halnya yang terdapat pada SMP Negeri 1 Bandar Lampung, diketahui bahwa perangkat pembelajaran IPA yang digunakan di SMP Negeri 1 Bandar Lampung berupa silabus, RPP, LKS, dan buku siswa tersebut berdasarkan kurikulum 2013 hanya mendorong siswa untuk menguasai materi dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik saja, namun belum menanamkan kemampuan literasi sains kepada siswa. Dengan

mempertimbangkan masalah tersebut, maka peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran yang berorientasi literasi sains pada pembelajaran IPA Terpadu dengan menggunakan model pembelajaran exclusive.

(2)

Muhammad Rohli

iii

yang meliputi delapan langkah, yaitu: potensi dan masalah, mengumpulkan informasi, mendesain produk, melakukan validasi ahli, perbaikan desain, uji coba produk kelas terbatas, revisi produk, dan uji coba pemakaian.

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa produk berupa perangkat pembelajaran IPA terpadu berorientasi literasi sains pada model pembelajaran exclusive telah teruji dan dinyatakan efektif digunakan sebagai media pembelajaran berdasarkan perolehan penilaian efektif, kognitif, dan psikomotorik. Penilaian kognitif sebesar 78,5% siswa uji tuntas KKM dengan hasil belajar secara keseluruhan berkriteria baik. Penilaian afektif sebesar 100% dengan mengisi instrumen penilaian oleh siswa dengan kriteria sangat baik. Penilaian psikomotorik sebesar 78,5% berkriteria baik, dimana siswa melakukan dua kegiatan pembelajaran. Dan terakhir, diperoleh tanggapan siswa terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan sangat baik dengan skor 3,77 (skor maksimal 4).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dihasilkan perangkat pembelajaran berorientasi literasi sains, yang telah teruji sesuai teori dengan kualitas sangat menarik, dinyatakan efektif digunakan sebagai media pembelajaran dengan tanggapan siswa sangat baik.

(3)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERORIENTASI LITERASI SAINS PADA MODEL

PEMBELAJARAN EXCLUSIVE

Oleh

Muhammad Rohli

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 06 Ramadhan 1413 H atau bertepatan dengan tanggal 10 Maret 1992 M, anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Slamet dan Ibu Misinah.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 1 Way Kandis Bandar Lampung yang diselesaikan pada Tahun 2004, kemudian melanjutkan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung yang diselesaikan pada Tahun 2007 dan masuk MA Negeri 1 Model Bandar Lampung yang diselesaikan pada Tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(8)

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al-Insyiroh : 6)

Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun masing-masing ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk

mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah

sekali-kali engkau merasa lemah (HR. Muslim)

Dahulukanlah urusan agama atas apapun urusan lainnya. Dan janganlah kamu jemu dan bosan untuk terus menjalaninya.

(Muhammad Al-Fatih)

Setiap masalah pasti akan berakhir dan akan berganti dengan sebuah kebahagiaan, ingatlah setiap apapun masalah yang Allah beri pasti akan ada jalan keluarnya,

(9)

PERSEMBAHAN

Segala puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati, kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana karya kecilku ini kepada:

1. Bapak dan Ibu tersayang yang senantiasa dengan sepenuh hati memberikan segala yang terbaik untukku yang takkan mungkin ananda balas walau sampai akhir hayat. Mudah-mudahan kelak dapat lebih banyak memberikan

kebahagiaan dan membuat kalian bangga.

2. Adikku tersayang Muhammad Ridwan yang selalu menyayangiku serta turut memberi semangat dan doa dalam setiap langkahku.

3. Mbakku tersayang, Linda Novitasari dan Lelpa Janita yang selalu memberi masukkan, semangat, dan doanya.

4. Keluarga besar dari Bapak dan Ibuku yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang dan iringan doa untuk keselamatan, kesehatan dan

kesuksesanku.

(10)

ix

SANWACANA

Segala puji dan syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena atas segala limpahan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Berorientasi Literasi Sains Pada Model Pembelajaran Exclusive”. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika

4. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I dan pembimbing akademik yang telah memotivasi, membimbing, dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi.

5. Bapak Wayan Suana, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

(11)

x

7. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung, yang telah membimbing penulis dalam perkuliahan di Universitas Lampung.

8. Bapak Antomi Saregar, M.Pd, M.Si,. selaku evaluator uji ahli desain, terima kasih atas waktu dan masukannya.

9. Bapak Khoirul Anwar, S.Pd., selaku evaluator uji ahli materi, terima kasih atas waktu dan masukannya.

10.Bapak Imam Fadli, S.Pdi., selaku Kepala MTs Ulul Albab Lampung Selatan yang telah memberi izin dan arahan selama penelitian.

11.Bapak dan Ibu dewan guru MTs Ulul Albab Lampung Selatan beserta staf tata usaha yang membantu penulis dalam melakukan penelitian.

12.Siswa kelas VIIA MTs Darul Ulum Lampung Selatan atas bantuan dan kerjasamanya.

13.Sahabat-sahabatku Yusron, Yudhi, Didi, Ferry, Ibnu, Risky, Aan, Tawag, Andi, Andrian, Asep, Hadi, Tama, Ajo, Ridwan, Haikal, Andre, Made, Anton, Kak Hamadin, Kak Afif, Kak Sulaiman, Kak Beni dan seluruh keluarga besar pendidikan fisika.

14.Ustadz-ustadzku, Ust. Maryanto, Ust. Irfan, Ust Nur Ahmad, Ust Nurdin, dan lainnya yang memberi saran-saran yang membangun selama perkuliahan. 15.Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis berdoa semoga semua amal dan bantuan mendapat pahala serta balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.

Bandar Lampung, 16 April 2015 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

SURAT PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Pengembangan ... 4

D. Manfaat Pengembangan ... 5

E. Ruang Lingkup Pengembangan ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perangkat Pembelajaran ... 7

B. Literasi Sains ... 11

C. Model Pembelajaran Exclusive ... 17

(13)

xiii III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 30

B. Prosedur Penelitian Pengembangan ... 30

1. Potensi dan Masalah ... 32

C. Data dan Teknik Pengumpulan Data... 35

D. Teknik Analisis Data... 36

IV. HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan ... 39

1. Potensi dan Masalah ... 39

2. Mengumpulkan Informasi ... 40

3. Desain Produk ... 41

1. Produk yang Berorientasi Literasi Sains ... 48

2. Keefektifan LKS dari Hasil Belajar Siswa ... 51

3. Tanggapan Siswa terhadap Produk yang Dikembangkan ... 53

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 54

B. Saran ... 54

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Siklus Model Pembelajaran Exclusive... 20

2.2 Prinsip Intekasi Model Pembelajaran Exclusive... 21

2.3 Perubahan Wujud Zat ... 23

3.1 Prosedur Pengembangan Produk... 31

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban... 37

3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas... 38

3.3 Konversi Skor Penilaian Hasil Belajar Kognitif ... 38

4.1 Hasil Analisis penilaian Kognitif... 47

4.2 Hasil Analisis Penilaian Afektif... 47

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Skenario Pengembangan dan Spesifikasi Produk yang

Dikembangkan... 58

2. Kisi-kisi Penyusunan Angket Instrumen Analisis Kebutuhan Guru ... 64

3. Angket Analisis Pengungkap Kebutuhan Guru SMP/ MTs... 65

4. Kisi-kisi Penyusunan Instrument Angket Uji Ahli Materi... 68

5. Angket Instrumen Uji Ahli Materi... 72

6. Kisi-kisi Penyusunan Instrument Angket Uji Ahli Desain... 78

7. Angket Instrumen Uji Ahli Desain... 80

8. Kisi-kisi Penyusunan Instrument Uji Kemenarikan... 83

9. Angket Instrumen Uji Kemenarikan... 85

10.Kisi-kisi Soal Kognitif... 88

11.Instrumen Penilaian Kognitif... 100

12.Instrumen Penilaian Afektif... 108

13.Instrumen Penilaian Psikomotorik... 111

14.Instrumen Tanggapan Siswa... 115

15.Hasil Angket Kebutuhan Guru... 117

16.Identifikasi Materi………... 119

(17)

xvii

18.Hasil Uji Materi... 129

19.Hasil Uji Desain... 130

20.Hasil Uji Kemenarikan... 132

21.Komentar, Saran, dan Masukan... 133

22.Silabus... 134

23.RPP... 140

24.LKS... 151

25.Buku Siswa... 177

26.Perolehan Hasil Nilai Kognitif... 215

27.Perolehan Hasil Nilai Afektif... 216

28.Perolehan Hasil Nilai Psikomotorik... 218

(18)

1

,

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia pendidikan, pemerintah khususnya kementrian pendidikan dan kebudayaan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan secara menyeluruh, baik dari jenjang TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, hingga

Perguruan Tinggi. Seringnya kita mendengar perubahan kurikulum merupakan salah satu langkah pemerintah untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan Indonesia. Tahun 2013 pemerintah melakukan perubah kurikulum, dari kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menjadi kurikulum 2013. Namun di penghujung tahun 2014 dikembalikan lagi menjadi kurikulum KTSP walaupun ada beberapa sekolah yang masih bertahan dengan kurikulum 2013. Di dalam kurikulum sendiri terdapat sesuatu yang penting dalam mendukung proses pembelajaran yaitu perangkat pembelajaran.

Pembelajaran tidak terlepas dari perangkat pembelajaran, karena perangkat

(19)

2

,

adanya perangkat pembelajaran tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.

Melalui perangkat pembelajarannya seorang guru perlu membangun kemampuan literasi sains kepada peserta didik. Ini semua dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan khususnya dalam bidang IPA. Literasi sains adalah kemampuan seseorang untuk memahami sains, mengkomunikasikan sains (lisan maupun tulisan), serta menerapkan pengetahuan sains untuk

memecahkan masalah sehingga memiliki sikap dan kepekaaan yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya dalam mengambil keputusan berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan sains. Dengan memiliki kemampuan literasi sains ini, peserta didik dapat menguasai materi IPA baik itu kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Berdasarkan penelitian PISA (Programme for International Student Assessment) Indonesia termasuk rendah dalam hal literasi sains. Indonesia telah menjadi partisipan PISA semenjak tahun 2000, namun hasil yang didapatkan masih kurang memuaskan. Pada evaluasi literasi sains, tahun 2000 Indonesia menduduki

peringkat ke-38 dari 41 negara peserta, tahun 2003 menduduki peringkat ke-38 dari 40 negara peserta, pada tahun 2006 menduduki peringkat ke-50 dari 57 negara peserta dan pada tahun 2009 Indonesia menduduki peringkat ke-57 dari 65 peserta.

(20)

3

,

mudah menerima materi yang mereka pelajari. Model pembelajaran itu sendiri adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Dalam pembelajaran kita mengenal banyak sekali model pembelajaran salah satunya, yaitu model pembelajaran exclusive. Model pembelajaran exclusive merupakan model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori metakognisi. Kata exclusive sendiri merupakan kependekan dari Exploring, Clustering, Simulating, Valuing dan Evaluating. 1) Exploring adalah mencari informasi, 2) Clustering adalah mencari kesamaan informasi, 3) Simulating adalah simulasi paham, sadar dan siaga (PS2), 4) Valuing adalah menginternalisasi (internalized) nilai-nilai yang diperoleh, sehingga tumbuh kemauan daan kemapuan yang kuat untuk menerapkan dan membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari. 5) Evaluating adalah mengevaluasi jalannya keseluruhaan proses pembelajaran.

Dengan menerapkan model pembelajaran ini dalam pembelajaran IPA terpadu yang berorientasi literasi sains pada perangkat pembelajaran, diharapkan dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan di Indonesia, sehingga akan didapati hasil belajar peserta didik yang membanggakan. Selain itu, diharapkan proses

(21)

4

,

Setelah dilakukannya penelitian pendahuluan kebeberapa guru SMP dinyatakan bahwa belum ada sekolah yang menggunakan perangkat pembelajaran IPA terpadu yang berorientasi literasi sains dengan menggunakan model pembelajaran exclusive dan mereka beranggapan bahwa perlu dikembangkan perangkat

pembelajaran tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, telah dilakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Berorientasi Literasi Sains pada Model Pembelajaran Exclusive”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah diperlukan pengembangan perangkat pembelajaran IPA terpadu berupa silabus, RPP, LKS, dan buku siswa dengan tema perubahan di sekitar kita yang berorientasi literasi sains menggunakan model pembelajaran exclusive.

C. Tujuan Pegembangan

(22)

5

,

D. Manfaat Pengembangan

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi guru dan siswa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang berorientasi literasi sains dengan menggunakan model pembelajaran exclusive.

E. Ruang Lingkup Pengembangan

Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman terhadap masalah yang akan dibahas, maka ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:

1. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas,

serangkaian perangkat pembelajaran yang harus dipersiapkan seorang guru dalam menghadapi pembelajaran di kelas. Perangkat pembelajaran ini diantaranya terdiri dari: Silabus, RPP, LKS, dan buku siswa

2. Literasi sains adalah kemampuan seseorang untuk memahami sains, mengkomunikasikan sains (lisan maupun tulisan), serta menerapkan

pengetahuan sains untuk memecahkan masalah sehingga memiliki sikap dan kepekaaan yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya dalam mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sains.

(23)

6

,

4. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan mencakup materi IPA terpadu secara tematik dengan tema “Perubahan di Sekitar Kita”.

(24)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perangkat Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran tidak lepas dari perangkat pembelajaran. Karena perangkat pembelajaran merupakan perlengkapan seorang guru dalam melakukan proses pembelajaran. Wahyana (2001: 49) mengemukakan bahwa:

Perangkat dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai perlengkapan, sedangkan pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Jadi perangkat pembelajaran dapat diartikan sebagai alat kelengkapan yang digunakan untuk

pembelajaran

Akbar (2012: 1) mengemukakan bahwa “Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.”

Berdasarkan uraian tersebut dapatlah dikemukakan bahwa perangkat

(25)

8 Akbar (2012: 3) mengatakan bahwa:

Perangkat pembelajaran atau yang sering disebut sebagai Kurikulum merupakan bagian yang penting dari sebuah proses pembelajaran. Tetapi tak bisa dipungkiri bahwa masih banyak guru yang tidak memiliki perangkat pembelajaran saat mengajar. Bahkan yang lebih memprihatinkan bahwa perangkat pembelajaran digunakan hanya sebatas administrasi dan formalitas, dalam artian bahwa sang guru mengaplikasikan sesuatu yang berbeda dari perangkat mengajarnya.

Dari ungkapan di atas kita dapat mengetahui bahwa pentingnya perangkat pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas. Namun kebayakan guru sekarang menjadikan perangkat pembelajaran hanya sebatas administrasi dan formalitas saja. Ini semua menyalahi keberfungsian perangkat pembelajaran dalam dunia pendidikan. Banyak guru yang mengabaikan pentingnya perangkat pembelajaran dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor rendahnya kualitas mutu pendidikan di Indonesia.

Ada beberapa alasan mengapa perangkat pembelajaran merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa perangkat pembelajaran begitu penting bagi seorang guru, diantaranya adalah: 1. Perangkat pembelajaran sebagai panduan

Perangkat pembelajaran memberi panduan apa yang harus dilakukan seorang guru di dalam kelas. Memberi panduan dalam mengembangkan teknik

mengajar dan memberi panduan untuk merancang perangkat yang lebih baik. 2. Perangkat pembelajaran sebagai tolak ukur

Guru dapat mengevaluasi diri nya sendiri sejauh mana perangkat

(26)

9 3. Perangkat pembelajaran sebagai peningkatan profesionalisme

Profesionalisme seorang guru dapat ditingkatkan dengan Perangkat pembelajaran. Artinya perangkat pembelajaran tidak hanya sebagai kelengkapan administrasi saja. Tetapi lebih sebagai media peningkatan profesionalisme.

4. Mempermudah

Memiliki perangkat pembelajaran sangat mempermudah seorang guru dalam membantu proses fasilitasi pembelajaran. Dengan perangkat pembelajaran, seorang guru bisa dengan mudah menyampaikan materi hanya dengan melihat perangkatnya tanpa harus banyak berpikir dan mengingat.

Jadi dapat kita ketahui bahwa perangkat pembelajaran merupakan hal yang

penting untuk disiapkan sejak dini sebelum proses pembelajaran dilakukan. Selain untuk panduan atau pedoman, perangkat pembelajaran dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi diri agar kedepannya lebih baik lagi. Kemudian perangkat pembelajaran dapat mempermudah guru dalam mengajar sehingga akan menjadi guru yang profesional. Dengan ini semua, tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan proses pembelajaran akan lebih efektif.

Dalam perangkat pembelajaran terdapat beberapa komponen yaitu terdiri dari 1. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata

(27)

10 merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP merupakan panduan kegiatan guru dalam kegiatan pembelajaran sekaligus uraian kegiatan siswa yang berhubungan dengan kegiatan guru. Rencana pelaksanaan pembelajaran juga dapat diartikan sebagai rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.

3. Buku Siswa

Buku siswa adalah sumber belajar berupa tulisan yang digunakan siswa untuk menunjang kegiatan pembelajaran.

4. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Sanjaya (2010: 27) menguraikan bahwa:

Lembar kerja siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan ini dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek

(28)

11 yang berubah ini pengembangan yang didapat siswa hanya pada aspek

kognitif saja, sedangkan afektif, dan psikomotorik tidak didapatkan.

Perangkat pembelajaran merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh seorang guru, baik itu silabus, RPP, buku siswa, maupun LKS. Keempat komponen tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dengan adanya perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, buku siswa, dan LKS maka pembelajaran di kelas akan efektif.

B. Literasi Sains

Literasi sains (science literacy, LS) berasal dari gabungan dua kata latin, yaitu literatus, artinya ditandai dengan huruf, melek huruf, atau berpendidikan dan scientia, yang artinya memiliki pengetahuan. Menurut DeBoer (2000: 582-601), orang yang pertama menggunakan istilah literasi sains adalah Paul de Hart Hurt dari Stanford University. Menurutnya, secience literacy berarti tindakan

memahami sains dan mengaplikasikannya dalam kehidupan masyarakat.

Progremme for Internasional Student Assessment (PISA) (2006), berpendapat bahwa:

Literasi (sains) adalah kemampuan menggunakan pengetahuan (sains) untuk mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan

berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan tentang alam dan perilakunya serta perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui serangkaian aktivitas manusia.

Adurrahman, dkk (2012: 2) berpendapat bahwa:

(29)

12 proses sains yang akan memungkinkan seseorang untuk membuat suatu keputusan dengan pengetahuan yang dimilikinya, serta turut terlibat dalam hal kenegaraan, budaya dan pertumbuhan ekonomi, termasuk di dalamnya kemampuan spesifik yang dimilikinya. Literasi sains juga dapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan

aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang kerap terjadi di masyarakat.

Dari beberapa pendapat di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa, Literasi sains adalah kemampuan seseorang untuk memahami sains, mengkomunikasikan sains (lisan maupun tulisan), serta menerapkan pengetahuan sains untuk

memecahkan masalah sehingga memiliki sikap dan kepekaaan yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya dalam mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sains.

Tujuan pendidikan sains adalah meningkatkan kompetensi peserta didik untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. Dengan kompetensi itu, peserta didik akan mampu belajar lebih lanjut dan hidup di masyarakat yang saat ini banyak dipegang oleh perkembangan sains dan teknologi. Dengan begitu, para peserta didik dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat. Berbagai pendapat ahli mengenai konsep literasi sains dan tingkat kepentingannya untuk dikuasai dan dimiliki oleh peserta didik memberikan sebuah gambaran betapa pemahaman mengenai literasi sains ini merupakan sesuatu yang sangat

(30)

13 National Science Teacher Assosiation (NSTA) (2006) mengemukakan bahwa:

Seseorang yang memiliki literasi sains adalah orang yang

menggunakan konsep sains, mempunyai keterampilan proses sains untuk dapat menilai dalam membuat keputusan sehari-hari kalau ia berhubungan dengan orang lain, lingkungannya, serta memahami interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat, termasuk

perkembangan sosial dan ekonomi.

Sedangkan menurut Poedjiadi (2005: 2) mengatakan bahwa:

Seseorang yang memiliki kemampuan literasi sains dan teknologi adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep-konsep sains yang diperoleh dalam pendidikan sesuai dengan jenjangnya. Pengembangan literasi sains sangat penting karena ia dapat memberi kontribusi bagi

kehidupan sosial dan ekonomi, serta untuk memperbaiki pengambilan keputusan ditingkat masyarakat dan personal.

Dengan demikian kemampuan literasi sains perlu untuk dimiliki oleh seseorang terutama peserta didik. Karena dengan kemampuan tersebut peserta didik dapat menyelesaikan masalah dengan cara menggunakan konsep sains dalam

kehidupannya sehari-hari. Sehingga para peserta didik dapat berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat, baik itu interaksinya dengan orang lain maupun

lingkungannya.

Orang yang memiliki kemampuan literasi sains memiliki banyak, diantaranya yaitu: 1. Menggunakan konsep-konsep sains, keterampilan proses dan nilai apabila ia mengambil keputusan yang bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari; 2. Mengetahui bagaimana masyarakat mempengaruhi sains dan teknologi serta bagaimana sains dan teknologi mempengaruhi masyarakat; 3. Mengetahui bahwa masyarakat mengontrol sains dan teknologi melalui

(31)

14 dan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan manusia; 5. Memahami sebagian besar konsep-konsep sains, hipotesis, dan teori sains dan mampu

menggunakannya; 6. Menghargai sains dan teknologi sebagai stimulus intelektual yang dimilikinya; 7. Mengetahui bahwa pengetahuan ilmiah bergantung pada proses-proses inkuiri dan teori-teori; 8. Membedakan antara fakta-fakta ilmiah dan opini pribadi; 9. Mengakui asal-usul sains dan mengetahui bahwa pengetahuan ilmiah itu tentatif; 10. Mengetahui aplikasi teknologi dan pengambilan keputusan menggunakan teknologi; 11. Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk memberikan penghargaan kepada penelitian dan pengembangan teknologi; 12. Mengetahui sumber-sumber informasi dari sains dan teknologi yang dipercaya dan menggunakan sumber-sumber tersebut dalam pengambilan keputusan

(Toharudin, dkk. 2011: 13).

Dengan ciri-ciri tersebut, dapat kita ketahui bahwa apabila literasi sains dimiliki oleh peserta didik maka peserta didik mampu untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep-konsep sains, mengenal teknologi yang ada beserta dampaknya, mempunyai keterampilan proses sains untuk dapat menilai dalam membuat keputusan sehari-hari kalau ia berhubungan dengan orang lain,

lingkungannya, serta memahami interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat, termasuk perkembangan sosial dan ekonomi.

(32)

15 1. Kandungan Literasi Sains (konten sains)

Dalam dimensi konsep ilmiah (scientific concepts), peserta didik perlu menangkap sejumlah konsep kunci atau esensial untuk dapat memahami fenomena alam tertentu dan perubahan-perubahan yang terjadi akibat kegiatan manusia. Hal ini merupakan gagasan besar pemersatu yang berupaya

menjelaskan aspek-aspek lingkungan fisik. 2. Proses Literasi Sains (proses sains)

Proses literasi sains dalam PISA mengkaji kemampuan peserta didik untuk menggunakan pengetahuan dan pemahaman ilmiah, seperti kemampuan peserta didik untuk mencari, menafsirkan dan memperlakukan bukti-bukti. PISA menguji lima proses semacam itu, yakni: (i) mengenali pertanyaan ilmiah, (ii) mengidentifikasi bukti, (iii) menarik kesimpulan, (iv)

mengkomunikasikan kesimpulan, dan (v) menunjukkan pemahaman konsep ilmiah.

3. Konteks Literasi Sains (konteks aplikasi sains)

Konteks literasi sains dalam PISA lebih pada kehidupan sehari-hari daripada kelas dan laboratorium. Sebagaimana dengan bentuk-bentuk literasi lainnya, konteks melibatkan isu-isu yang penting dalam kehidupan secara umum seperti juga terhadap kepedulian pribadi. Pertanyaan-pertanyaan dalam PISA dikelompokkan menjadi tiga area tempat sains deterapkan, yaitu : (i)

kehidupan dan kesehatan, (ii) bumi dan lingkungan, (iii) serta teknologi.

(33)

16 didapatkan masih kurang memuaskan. Pada evaluasi literasi sains, tahun 2000 Indonesia menduduki peringkatke-38 dari 41 negara peserta, tahun 2003

menduduki peringkat ke-38 dari 40 negara peserta, pada tahun 2006 menduduki peringkat ke-50 dari 57 negara peserta dan pada tahun 2009 Indonesia menduduki peringkat ke-57 dari 65 peserta. Dengan demikian bisa dikatakan secara umum kemampuan literasi sains siswa belum memadai dan menggambarkan kualitas mutu pendidikan di Indonesia masih rendah (Rohayati, 2013: 1).

Sedangkan menurut penelitian TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) Indonesia masih rendah dalam hal literasi sains. Pada tahun 1999 Indonesia berada pada peringkat 32 dari 38 negara, tahun 2003 Indonesia berada pada peringkat 37 dari 46 negara, dan tahun 2007 Indonesia berada pada peringkat 35 dari 49 negara. Indonesia masih kalah dengan Negara berkembang lainnya seperti Korea, Hong Kong, Singapura, Thailand, Malaysia, dan Filipina (Toharudin, dkk. 2011: 16-17).

Menurut Firman (2007: 5) menyatakan bahwa:

Salah satu penyebab rendahnya pencapaian literasi sains siswa Indonesia dikarenakan kurangnya pembelajaran yang melibatkan proses sains, seperti memformulasikan pertanyaan ilmiah dalam penyelidikan, menggunakan pengetahauan yang dimiliki untuk menjelaskan fenomena alam serta menarik kesimpulan berdasarkan fakta yang diperoleh melalui penyelidikan

(34)

17 peserta didik dalam hal literasi sains sehingga akan mendapatkan kualitas mutu pendidikan yang lebih baik. Untuk memperbaikinya dapat dilakukan dengan cara melibatkan proses sains dalam pembelajaran, seperti memformulasikan

pertanyaan ilmiah dalam penyelidikan, menggunakan pengetahauan yang dimiliki untuk menjelaskan fenomena alam serta menarik kesimpulan berdasarkan fakta yang diperoleh melalui penyelidikan.

C. Model Pembelajaran Exclusive

Secara umum istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang

digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain, “model” juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang

sesungguhnya, seperti globe yaitu model dari bumi yang kita tempati. Dalam uraian selanjutnya, istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian yang pertama sebagai kerangka konseptual.

Joyce & Weil (2001: 3) mendefinisikan

Model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Winataraputra (2001: 34) berpendapat bahwa:

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam pembelajaran.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang dimaksud dengan “model

(35)

18 sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian aktivitas belajar mengajar benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.

Dalam proses pembelajaran seorang guru harus tepat dalam memilih model pembelajaran yang akan digunakan sehingga tujuan pembelajaran mudah tercapai. Viyanti (2012: 221) mengatakan bahwa:

Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara/gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas dan media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

Jadi sebagai seorang pengajar harus memilih model pembelajaran yang tepat dengan memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas dan media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Ini semua harus dilakukan agar pembelajaran lebih optimal.

(36)

19 lainnya. Namun model pembelajaran yang akan digunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini adalah model pembelajaran exclusive.

Dengan model pembelajaran ini siswa dapat memiliki kemampuan metakognisi. sehingga siswa dapat mengembangkan pemahaman konsep karena dengan kemampuan metakognisi, siswa dapat mengkontruksi pengetahuan,

mengaplikasikan konsep-konsep, dan memperdalam konsep-konsep sehingga melahirkan jawaban dan argumentasi ilmiah yang mempresentasikan pemahaman.

Model exclusive memiliki lima fase/tahapan, sesuai dengan kata exclusive sendiri. Dimana exclusive merupakan singkatan dari lima kata yaitu: Exploring,

Clustering, Simulating, Valuing dan Evaluating. Exploring merupakan tahap awal, yaitu siswa diminta mencari informasi sebanyak mungkin mengenai tema yang sedang dipelajari setelah guru melakukan apresepsi. Clustering merupakan tahap kedua, guru dan siswa mencari kesamaan-kesamaan informasi yang didapat sehingga guru dan siswa berdiskusi untuk mengkonfirmasi data sebelum dilakukan simulasi. Simulating merupakan tahap ketiga, pada tahap ini siswa diajak untuk melakukan simulasi. Valuing merupakan tahap keempat, Pada tahap ini siswa diajak untuk menginternalisasi (internalized) nilai-nilai yang diperoleh melalui diskusi dan

simulasi, sehingga tumbuh kemauan daan kemapuan yang kuat untuk menerapkan

dan membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan terakhir pada tahap kelima

yaitu Evaluating, mengevaluasi jalannya keseluruhaan proses pembelajaran

(37)

20 evaluasi masih ada hal-hal yang perlu digali lebih dalam, tahap Exploring dapat dilakukan kembali dan begitu seterusnya seperti sebuah siklus seperti Gambar 2.1.

Model pembelajaran exclusive ini dapat dikembangkan untuk memacu siswa berperan aktif dalam setiap fase pembelajarannya. Siswa diharapkan mampu dan mengajukan pendapatnya. Model pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif dan terlibat saling tukar pikiran, berkolaborasi, berkomunikasi, dan bersimulasi sama-sama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sehingga diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuannya. Model pembelajaran ini hampir sama dengan model pembelajaran Student Center Learning (SCL) dimana siswa dijadikan pusat perhatian dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa berperan aktif dalam kelas dan guru berperan sebagai fasilitator.

P2S

Exploring

Evaluating Clustering

Valuing Simulating

(38)

21 Dalam model pembelajaran exclusive yang berbasis metakognitif, guru

memposisikan diri sebagai fasilitator yang menyediakan sumber-sumber belajar, mendorong siswa untuk belajar menyelesaikan masalah metakognitif, memberi motivasi, reward dan memberikan bantuan kepada siswa agar dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya secara optimal. Interaksi yang terjadi adalah interaksi timbal balik antara guru siswa, dan bahan ajar (sumber belajar).

Dengan kata lain model pembelajaran exclusive berbasis metakognitif

dikembangkan untuk pendekatan yang bersifat low structure artinya pembelajaran berpusat pada siswa, dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator,

motivator, dan moderator. Penekanan pada model ini adalah implementasi strategi kognitif, mengontrol, dan mengevaluasi sendiri cara belajar siswa dalam sistem interaksi timbal balik seperti pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Prinsip Intekasi Model Pembelajaran Exclusive (Abdurrahman, dkk. 2012:11)

Guru

(39)

22 Dari gambar di atas dapat kita ketahui bahwa terjadi timbal balik antar guru, siswa, dan bahan ajar, ketiganya saling berkaitan. Pembelajaran berpusat pada siswa, dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator, motivator, dan moderator dan bahan ajar sebagai pendukung dalam proses pembelajaran.

D. Perubahan di Sekitar Kita

Materi pembelajaran IPA terpadu dengan tema “Perubahan di Sekitar Kita” merupakan pembelajaran tematik. Sehingga pembelajaran ini mencakum tiga ilmu pengetahuan yaitu Fisika, Biologi, dan Kimia. Pada pembelajaran tematik ini dengan tema “Perubahan di Sekitar Kita” dikembangkan menjadi beberapa subtema sebagai berikut:

1. Perubahan fisika

Perubahan fisika merupakan perubahan pada zat yang tidak menghasilkan zat jenis baru. Misal, beras yang ditumbuk menjadi tepung. Beras yang ditumbuk menjadi tepung, hanya menunjukkan bentuk dan ukuran yang berubah, tetapi sifat molekul zat pada beras dan tepung tetap sama. Contoh-contoh perubahan yang merupakan perubahan fisika diantaranya:

a. Perubahan Wujud

(40)

23 terbentuk zat jenis baru). Perubahan wujud zat, baik zat padat, zat cair, dan zat gas secara umum dapat digambarkan dalam Gambar 2.3.

Berdasarkan gambar di atas, zat dari wujud yang satu ke wujud yang lainnya dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Membeku yaitu perubahan wujud zat dari cair ke padat

2) Mencair atau melebur yaitu perubahan wujud zat dari padat ke cair 3) Menyublim (mengkristal) yaitu perubahan wujud zat dari gas ke padat 4) Menyublim yaitu perubahan wujud zat dari padat ke gas

5) Menguap yaitu perubahan wujud zat dari cair ke gas 6) Mengembun yaitu perubahan wujud zat dari gas ke cair

(41)

24 b. Perubahan Bentuk

Contoh dari perubahan bentuk adalah ketika bejana besi dipanaskan bentuknya berubah menjadi lebih besar karena memuai, sebaliknya jika didinginkan bentuknya berubah menjadi lebih kecil atau menyusut. c. Perubahan Warna

Contoh dari perubahan warna adalah besi hitam akan berubah warna menjadi berpijar merah jika dipanaskan, setelah dingin akan menjadi hitam kembali.

d. Melarut

Sesendok gula pasir dimasukkan ke dalam air lalu diaduk,gula pasir akan menghilang dan air akan berasa manis. Jadi gula pasir berubah menjadi larutan.

2. Perubahan Kimia

Perubahan kimia merupakan perubahan suatu zat yang menghasilkan zat baru. Perubahan kimia merupakan perubahan yang bersifat kekal. Contoh dari perubahan kimia adalah kayu ketika dibakar akan berubah menjadi arang. Perubahan kimia dicirikan dengan terbentuknya gas, terbentuknya endapan, terjadinya perubahan warna, dan terjadinya perubahan suhu. Berikut ini adalah contoh dari perubahan kimia.

a. Pembentukan gas

(42)

25 menghirup oksigen kemudian setelahnya kita akan mengeluarkan gas baru berupa karbondioksuda.

b. Pembentukan endapan

Reaksi pengendapan adalah reaksi yang menghasilkan suatu senyawa yang berbentuk padatan. Padatan tersebut tidak larut dengan cairan di sekitarnya, sehingga disebut endapan. Salah satu contoh reaksi yang dapat membentuk endapan ialah antara timbal nitrat (Pb(NO3)2) dengan natrium iodida (NaI)

akan menghasilkan endapan timbal iodida yang berwarna kuning. c. Perubahan warna

Contoh perubahan warna dapat kita temukan pada buah tomat yang belum masak

berwarna hijau. buah ini akan berubah warna menjadi merah saat sudah masak dan

siap dipetik. Perubahan warna ini menunjukkan adanya perubahan komposisi zat

dalam buah tomat yang masih muda dengan buah tomat yang sudah masak.

d. Perubahan suhu

Reaksi kimia disertai perubahan energi. Salah satu bentuk energi yang sering menyertai reaksi kimia adalah energi panas. Dengan demikian, terjadinya perubahan kimia akan ditandai dengan perubahan energi panas, atau aliran kalor dari atau ke lingkungan. Akibatnya suhu hasil reaksi dapat menjadi lebih tinggi atau dapat menjadi lebih rendah daripada suhu pereaksinya.

3. Pencemaran Lingkungan

(43)

26 lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi, macam-macam pencemaran yaitu: pencemaran udara, pencemaran air.

Salah satu penyebab pencemaran lingkungan adalah kegiatan manusia yang tidak menghargai lingkungan. Banyak contoh yang dapat diambil, misalnya banyak asap kendaraan bermotor yang mengakibatkan polusi udara. Kemudian dapat kita lihat juga saat musim hujan terjadi banjir, yang disebabkan oleh perilaku manusia yang membuang sampah sembarangan, dan membangun perumahan-perumahan yang menyempitkan saluran air (irigasi).

Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara antara lain, seperti berikut. a. Terganggunya kesehatan manusia, seperti batuk dan penyakit pernapasan. b. Rusaknya bangunan karena pelapukan, korosi/karat pada logam, dan

memudarnya warna cat.

c. Terganggunya pertumbuhan tananam, seperti menguningnya daun atau kerdilnya tanaman akibat konsentrasi SO2 yang tinggi atau gas yang bersifat

asam (efek hujan asam).

d. Adanya peristiwa efek rumah kaca (green house effect) yang dapat

menaikkan suhu udara secara global serta dapat mengubah pola iklim bumi dan mencairkan es di kutub. Hal ini sering disebut pemanasan global (global warming).

(44)

27 yang terganggu ditandai dengan perubahan bau, rasa, dan warna. Ditinjau dari asal polutan dan sumber pencemarannya, pencemaran air dapat dibedakan antara lain: limbah pertanian, limbah rumah tangga, dan limbah industri.

Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air antara lain:

a. Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan oksigen.

b. Terjadinya ledakan populasi ganggang dan tumbuhan air (eutrofikasi) c. Menjalarnya wabah penyakit karena air yang kotor menjadi sumber

penyakit

Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah pencemaran lingkungan antara lain:

a. Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah perumahan atau pemukiman penduduk.

b. Pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak mencemari lingkungan atau ekosistem.

c. Pengawasan terhadap penggunaan jenis-jenis pestisida dan zat kimia lain yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.

d. Memperluas gerakan penghijauan.

e. Tindakan tegas terhadap pelaku pencemaran lingkungan.

f. Memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup sehingga manusia lebih mencintai lingkungan hidupnya.

(45)

28

4. Global Warming

Pemansan gobal merupakan salah satu perubahan materi yaitu perubahan fisika dan kimia. Pemanasan global adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi, penyebab pemanasan global yaitu gas rumah kaca (disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat).

Dampak Pemanasan Global diantaranya: a. Mencairnya es di kutub

b. Meningkatnya air permukaan laut

Mencairnya es di Kutub Utara dan Kutub Selatan berdampak langsung pada naiknya level permukaan air laut.

c. Perubahan iklim yang makin ekstrim

curah hujan berubah-ubah tanpa dapat diprediksi sehingga menyebabkan banjir di satu tempat, tetapi kekeringan di tempat yang lain.

d. Gelombang Panas yang Makin Meningkat

Pemanasan global mengakibatkan gelombang panas menjadi makin sering terjadi dan makin kuat. Gelombang panas ini juga menyebabkan kekeringan parah dan kegagalan panen merata.

e. Habisnya Gletser sebagai Sumber Air Bersih

(46)

29

Cara Menanggulangi Pemanasan Global diantaranya:

a. Matikan listrik (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan nyala)

b. Ganti bohlam lampu jenis CFL, sesuai daya listrik karenalebih hemat listrik dan awet.

c. Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%). d. Jika terpaksa memakai AC (tutup pintu dan jendela selama AC menyala.

Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 210-240 C).

e. Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dan lain-lain). f. Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.

g. Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.

h. Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara). i. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).

(47)

30

III. METODE PENGEMBANGAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Tujuan metode penelitian pengembangan ini digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dalam menguji keefektifan dan kebermanfaatan produk, serta mengetahui bagimana tanggapan siswa dan guru terhadap produk yang dikembangkan. Pada penelitian ini dikembangkan perangkat pembelajaran IPA terpadu berorientasi literasi sains dengan menggunakan model pembelajaran exclusive. Subjek uji coba dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.

Pengembangan dilaksanakan pada materi IPA terpadu tematik dengan tema “Perubahan di Sekitar Kita” semester ganjil, tahun ajaran 2014/ 2015 MTs Ulul Albab Lampung Selatan.

B. Prosedur Penelitian Pengembangan

Prosedur penelitian pengembangan berpedoman dari desain penelitian

pengembangan media instruksional oleh Borg and Gall. Skenario pengembangan produk ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Produk yang dihasilkan berupa

(48)

31 meningkatkan kualitas pembelajaran sains yang berimplikasi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran dengan tujuan meningkatkan prestasi belajar. Perangkat pembelajaran IPA terpadu ini berupa silabus, RPP, LKS, dan buku siswa.

Prosedur penelitian pengembangan Borg and Gall dalam Sugiyono (2008: 409) ini meliputi: 1) Potensi dan masalah, 2) Pengumpulan data, 3) Desain Produk, 4) Validasi desain, 5) Perbaikan desain, 6) Uji coba produk, 7) Revisi produk, dan 8) Uji coba pemakaian. Secara umum, prosedur pengembangan produk dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Prosedur Pengembangan Produk

Prosedur ini memiliki langkah-langkah pengembangan yang sesuai dengan penelitian pengembangan pendidikan yaitu penelitian yang menghasilkan atau mengembangkan produk tertentu dengan melakukan beberapa uji ahli seperti uji materi, uji desain, dan uji coba produk di lapangan untuk menguji keefektifan suatu produk. Dalam penelitian pengembangan ini dibutuhkan delapan langkah pengembangan untuk menghasilkan produk akhir yang siap untuk diterapkan dalam lembaga pendidikan. Produk akhir dari penelitian pengembangan ini adalah perangkat pembelajaran berupa silabus, RPP, LKS, dan buku siswa.

(49)

32 1. Potensi dan Masalah

Potensi dalam penelitian pengembangan ini adalah perangkat pembelajaran IPA terpadu berorientasi literasi sains pada model pembelajaran exclusive untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dan masalah dalam penelitian

pengembangan ini adalah belum adanya perangkat pembelajaran IPA terpadu berupa silabus, RPP, LKS, dan buku siswa yang berorientasi literasi sains dengan menggunakan model pembelajaran exclusive, sehingga diperlukan adanya

perangkat pembelajaran ini.

2. Mengumpulkan Informasi

Setelah mengetahui potensi dan masalah dalam penelitian pengembangan ini, langkah berikutnya yaitu mengumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah melalui penelitian pendahuluan.

Mengumpulkan informasi penelitian ini dilakukan di beberapa SMP dengan cara observasi langsung dan wawancara terhadap guru IPA mengenai perangkat pembelajaran yang digunakan di sekolah, dimana isi dari wawancara tersebut diantaranya: 1) Ada tidaknya perangkat pembelajaran yang tersedia di sekolah baik itu silabus, RPP, LKS, maupun buku siswa, 2) Jika tersedia, apakah

(50)

33 dan wawancara ini kemudian dijadikan sebagai landasan dalam penyusunan latar belakang masalah dari analisis kebutuhan sekolah.

3. Desain Produk

Setelah mengumpulkan informasi, selanjutnya membuat produk awal perangkat pembelajaran IPA terpadu berupa silabus, RPP, LKS, dan buku siswa yang berorientasi literasi sains dengan menggunakan model pembelajaran exclusive sehingga bermanfaat bagi guru dan siswa dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran.

4. Validasi Desain

(51)

34 5. Perbaikan Desain

Setelah desain produk divalidasi oleh ahli materi dan ahli desain , maka dapat diketahui kelemahannya baik itu silabus, RPP, LKS, maupun buku siswa.

Kelemahan tersebut kemudian diperbaiki untuk menghasilkan produk yang lebih baik lagi.

6. Uji Coba Produk

Produk yang telah selesai dibuat, selanjutnya diuji cobakan. Uji coba ini

dimaksudkan untuk mendapatkan informasi apakah perangkat pembelajaran IPA terpadu berupa silabus, RPP, LKS, dan buku siswa yang berorientasi literasi sains dengan menggunakan model pembelajaran exclusive ini efektif dan bermanfaat atau tidak. Untuk uji coba produk dilakukan dengan cara uji coba satu lawan satu yaitu dengan mengumpulkan informasi dari beberapa siswa mengenai perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Uji coba ini dilakukan dengan memberikan angket instrumen uji kemenarikan untuk diisi oleh siswa tersebut. Untuk kisi-kisi uji kemenarikan dapat dilihat pada Lampiran 8 dan instrumen uji kemenarikannya dapat dilihat pada Lampiran 9.

7. Revisi Produk

Setelah tahap uji coba produk tahap selanjutnya adalah tahap revisi. Pada tahap ini produk diperbaiki berdasarkan hasil uji coba produk dengan cara uji coba satu lawan satu yaitu uji kemenarikan yang telah dilakukan, produk yang

(52)

35 8. Uji Coba Pemakaian

Setelah melakukan revisi, maka selanjutnya produk yang berupa perangkat pembelajaran yang berorientasi literasi sains diujikan. Perangkat pembelajaran diuji untuk menilai produktif secara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik menggunakan instrumen penilaian. Kisi-kisi penilaian kognitif dapat dilihat pada Lampiran 10. Instrumen penilaian kognitif berupa soal-soal yang diujikan ke siswa untuk mengetahui sejauh mana siswa paham tentang materi yang telah disampaikan (Lampiran 11). Kemudian penilaian afektif berupa angket penilaian yang diisi oleh siswa (Lampiran 12). Setelah itu, untuk penilaian psikomotorik dilaksanakan pada kegiatan laboratorium untuk menguji keaktifan siswa dalam kegiatan laboratorium yang dinilai oleh guru menggunakan angket instrumen penilaian (Lampiran 13). Dan terakhir, untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap produk yang dikembangkan setelah selesainya pembelajaran, dilakukan dengan memberikan angket instumen penilaian (Lampiran 14).

C. Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dan teknik pengumpulan datanya sebagai berikut: 1. Data tentang ada/tidaknya perangkat pembelajaran serta pengetahuan guru

(53)

36 2. Data kelayakan produk berupa perangkat pembelajaran IPA terpadu

berorientasi literasi sains dengan menggunakan model pembelajaran exclusive yang dibuat dan diujikan kepada penguji ahli, yaitu dosen dan guru dengan teknik pengumpulan datanya menggunakan skala penilaian. Uji ahli ini terdiri dari dua penguji yaitu uji ahli materi dan desain, produk yang diuji terdiri dari silabus, RPP, LKS, dan buku siswa.

3. Data kemenarikan produk berupa perangkat pembelajaran IPA terpadu

berorientasi literasi sains dengan menggunakan model pembelajaran exclusive dilakukan uji coba produk satu lawan satu. Uji coba satu lawan satu ini

dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai perangkat pembelajaran yang dikembangkan.

4. Data keefektifan produk diperoleh dari uji lapangan sekolah. Uji keefektifan untuk menguji apakah perangkat pembelajaran yang sudah dikembangkan efektif atau belum dengan penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik. 5. Data tentang baik/tidaknya tanggapan siswa terhadap produk yang

dikembangkan setelah proses pembelajaran. Teknik pengumpulan datanya menggunakan angket yang ditujukan kepada siswa untuk menilai

penggunakan produk selama proses pembelajaran.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis untuk masing-masing data penelitian dilaksanakan:

(54)

37 2. Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli dan uji coba lapangan. Data yang

diperoleh selama uji coba dari semua tahapan yang berupa data kualitatif dianalisis dengan kualitatif deskriptif sehingga diperoleh gambaran mengenai komponen model produk yang perlu direvisi atau dimodifikasi.

3. Data tanggapan siswa terhadap produk yang dikembangkan dianalisis dengan pendekatan kualitatif deskriptif sehingga diperoleh kesimpulan mengenai tanggapan siswa atau guru terhadap model produk yang dikembangkan. Untuk memperoleh tanggapan siswa digunakan instrument penilaian produk. instrument penilaian produk memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, misalnya: “sangat menarik”, “menarik”, “kurang menarik” dan

“tidak menarik” atau “sangat baik”, “baik”, “kurang baik” dan “tidak baik”.

Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian instrumen total

dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor kemudian hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor

Sangat menarik Sangat baik 4

Menarik Baik 3

Kurang menarik Kurang baik 2

Tidak menarik Tidak baik 1

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

� � � � ��� =

� �ℎ � � �

(55)

38

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah subyek sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kualitas dan tingkat kemanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 - 4,00 Sangat Baik

3 2,51 - 3,25 Menarik

2 1,76 - 2,50 Kurang Baik

1 1,01 - 1,75 Tidak Baik

Sumber: Suyanto dan Sartinem (2009)

4. Dari hasil tahap uji coba lapangan, data efektifitas diukur dari hasil belajar siswa baik itu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Data yang diperoleh dari hasil belajar siswa apabila 75% dari siswa yang belajar menggunakan perangkat pembelajaran telah tuntas dari segi kognitif, sedangkan 75 % berkategori baik dari segi afektif dan psikomotorik maka perangkat

pembelajaran dikatakan efektif sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran. Untuk konversi penilaian afektif dan psikomotorik sesuai dengan Tabel 3.2. Sedangkan untuk konversi penilaian kognitif berdasarkan Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Konversi Skor Hasil Belajar Kognitif

Rentang Nilai Konversi Huruf Predikat

(56)

53

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, telah dihasilkan perangkat pembelajaran yang berorientasi literasi sains dengan menggunakan model pembelajaran exclisive, sebagai salah satu media

pembelajaran yang telah teruji secara internal dengan kualitas layak serta telah teruji secara eksternal pada kelas terbatas dengan presentase ketuntasan sebesar 78,5% untuk kognitif, kemudian 100% untuk afektif, serta 78,5% untuk

psikomotorik. Begitupun untuk uji kemenarikan diperoleh rata-rata skor 3,77 (skor maksimal 4) yang menghasilkan produk dengan kualitas sangat menarik.

B. Saran

Saran untuk penelitian pengembangan ini adalah:

1. Untuk pengguna, perangkat pembelajaran berorientasi literasi sains dengan menggunakan model pembelajaran exclusive berupa silabus, RPP, LKS, dan buku siswa dapat digunakan sebagai panduan dalam proses pembelajaran. 2. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan melakukan penelitian

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman., Wini Tarmini., dan Budi Kadaryanto. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Berorientasi Kemampuan Metakognitif untuk Membentuk Karakter Literate dan Awareness bagi Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Rawan Bencana. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains. UNS-Solo.

Akbar, Sa’dun. 2012. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: Rosda.

Arahim, Zaipudin. 2012. IPA Terpadu. Klaten: CV Grafika Dua Tujuh. DeBoer, G. E. 2000. Scientific Literacy: Another Look at its Historical and

Contemporary Meanings and its Relationship to Science Education Refrorm. Journal of Research in Science Taeching. Vol 37, 582-601 Haristy, Djuniar R., Eny Enawaty, dan Ira Lestari. 2013. Pembelajaran Berbasis

Literasi Sains Pada Materi Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit di SMA Negeri 1 Pontianak. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA.

Hendriani, Yeni. 2008. Pengaruh pembelajaran IPA terpadu terhadap pengembangan literasi sains siswa SMPN 3 Cimahi dan SMPN 1 Lembang. Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

Firman, H. 2007. Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional

Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang

Depdiknas.

Joyce, B., & Weil, M. 2001. Models of teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Kamajaya. 2004. IPA Terpadu SMP. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Kristanta, Arif. 2012. Perubahan Wujud Zat. [On line] tersedia:

http://arifkristanta. wordpress.com/ 2012/10/. Diakses Tgl. 30 Oktober 2013.

(58)

PISA. 2006. Science Competencies for Tomorrow’s World Volume

1-analysis.OECD. [On line] tersedia: www.oecd.org/statistics/ statlink.

Diakses Tgl. 13 Februari 2015.

Poedjiadi, A. 2005. Sains Teknologi Masyarakat Pendekatan Pembelajaran

Kntekstual Bermuatan Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya.

.

Rohayati, Tika. 2013. Pengaruh Pembelajaran Interactive Demonstration Terhadap Peningkatan Literasi sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SMP Pada Materi Transfortasi Pada Tumbuhan. [On line] tersedia:

http://repository.upi.edu/1538/4/S_ BIO_0900430_CHAPTER1.pdf. Diakses Tgl. 30 Oktober 2013.

Sanjaya, Oky. 2010. Pengembangan KIT Praktikum Hukum Termodinamika I Beserta Lembar Kerja Siswa (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung. [tidak diterbitkan].

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suroso. 2003. Enslikopedi Sains dan Kehidupan (Referensi dan Petunjuk Lemgkap Untuk Ilmu Biologi, Fisika, dan Kimia). Jakarta: CV. Tarity Samudra Berlian.

Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Bandarlampung: Unila.

Toharudin, Uus., Sri Hendrawati., dan Andrian Rustaman. 2011. Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: Humainora.

Viyanti. 2012. Metodologi Pembelajaran. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Wahyana. 2001. Perencanaan dan Pengelolaan Pembelajaran IPA. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wiliyanti, Vandan., Eko Suyanto., dan Abdurrahman. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Berorientasi Pendidikan Karakter Pada Model Pembelajaran Exclusive. Jurnal Pembelajaran Fisika. Vol 2. No 3.

Gambar

Gambar 2.1 Siklus Model Pembelajaran Exclusive (Abdurrahman, dkk. 2012:10)
Gambar 2.2 Prinsip Intekasi Model Pembelajaran Exclusive (Abdurrahman, dkk. 2012:11)
Gambar 2.3 Perubahan Wujud Zat (http://arifkristanta.wordpress.com/ 2012/10/)
Gambar 3.1. Prosedur Pengembangan Produk
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian tersebut diperoleh informasi sebagai berikut : (1) Proses belajar mengajar model pembelajaran inkuiri dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah

Pengumpulan data menggunakan lembar validasi perangkat pem- belajaran untuk penilaian Silabus, RPP, dan LKS oleh ahli; angket untuk mengetahui sikap siswa terhadap IPA; lembar

Hasil uji ke- sesuaian menurut pendapat guru pada tahap uji coba pemakaian mencapai kriteria yang tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa perangkat asesmen

Hasil uji ke- sesuaian menurut pendapat guru pada tahap uji coba pemakaian mencapai kriteria yang tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa perangkat asesmen

41 tahun 2007 dan BSNP yang menyatakan silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

Dalam penelitian ini pendekatan etnosains diimplementasikan dalam pembelajaran IPA dengan cara memasukkan budaya, khususnya profesi pengrajin tempe yang berkembang di masyarakat ke

Persentase dan Kategori Respon Guru dan Siswa Persentase Kategori Kelayakan 81% - 100 % Sangat Baik 61% - 80 % Baik 41% - 60 % Cukup Baik 21% - 40 % Tidak Baik 0% - 20 % Sangat

Dengan demikian media pembelajaran google sites berbasis literasi sains yang dikembangkan dapat dikatakan layak digunakan oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran