1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini adalah masa yang sulit bagi setiap orang meskipun tingkat kesulitannya berbeda. Sifat dasar dari fase remaja ini adalah memiliki tingkat keingintahuan yang tinggi dan keinginan untuk mencoba hal-hal yang baru bagi dirinya. Lingkungan yang kurang baik dapat menyebabkan para remaja menyalurkan sifat dasar mereka dalam bentuk kenakalan remaja. Belakangan ini banyak aktivitas yang mengarah pada kegiatan kelompok yang mengacu pada minat yang sama. Jika berada dalam koridor positif, maka akan positif pula hasilnya. Namun persoalannya adalah pada usia yang labil kecenderungan ini masih bercabang pada kemungkinan positif dan negatif. Negatif mengarah pada tindakan destruktif, dan geng motor adalah salah satu bentuk kenakalan tersebut.
2 dengan kebut-kebutan dan balap liar, tetapi juga mulai melakukan hal-hal yang meresahkan masyarakat dan melakukan tindak kriminal dengan alasan untuk eksistensi nama gengnya seperti tawuran, pengeroyokan, melakukan konvoi yang meresahkan masyarakat, melakukan aksi terror terhadap geng lain, penjarahan, dan lain-lain. Adapun kelompok-kelompok yang senang dengan sepeda motor di antaranya adalah klub motor dan komunitas motor namun kelompok ini sebagian besar merupakan kelompok yang telah terdaftar di kepolisian maupun di masyarakat.
3 Saat ini pihak kepolisian terus berupaya untuk memberantas geng motor dengan berbagai cara, diantaranya memasang spanduk anti geng motor di beberapa ruas jalan, melakukan penyuluhan ke sekolah menengah pertama dan menengah atas, melakukan razia geng motor di jalan raya, menjatuhkan hukuman yang sama dengan orang dewasa kepada remaja anggota geng motor yang melakukan tindak kriminal seperti hukuman penjara dan tembak ditempat, serta mengadakan apel pembubaran geng motor.
Masyarakat yang telah dibuat resah oleh keberadaan geng motor sangat mendukung tindakan polisi kepada anggota geng motor tersebut, mereka menyambut baik aksi pembubaran geng motor meskipun masih menyangsikan akan kebenaran bubarnya geng motor ini. Masyarakat di beberapa kawasan kota dan kabupaten Bandung juga membuat spanduk yang inti pesannya menentang kegiatan kekerasan geng motor. Ada juga beberapa anggota masyarakat yang menginginkan jika ada anggota geng motor yang terbukti melakukan tindak kriminal agar langsung ditembak di tempat saja untuk membuat jera remaja yang menjadi anggota geng motor tersebut.
4 anggota geng motor merupakan salah satu bentuk pelarian dari masalah mereka. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengamankan keadaan perlu dibuat tidak hanya berpihak kepada kepentingan masyarakat saja tetapi anggota geng motor juga harus diperhatikan mengingat mereka masih remaja. Penanganan yang tepat yaitu sesuai dengan tingkat kejahatan dan mempertimbangkan umur sangat diperlukan untuk kepentingan masa depan mereka.
1.2. Identifikasi Masalah
- Realitas saat ini hampir seluruh anggota geng motor merupakan remaja awal sampai remaja akhir yaitu sekitar usia 12-22 tahun yang dapat dengan mudah melakukan tindakan kriminal yang meresahkan masyarakat.
- Alasan dari para remaja ini mengikuti geng motor antara lain karena senang dengan kebut-kebutan, mengikuti idolanya, ajakan teman, tidak percaya diri, ingin berkuasa dan terkenal diantara teman-temannya, hubungan keluarga yang memiliki masalah, serta keingintahuan yang besar mengenai gangster.
5 - Akibat yang terjadi dari keberadaan geng motor adalah ketika mulai adanya selisih paham diantara geng motor tersebut, mereka mulai bersaing menjadi geng nomor satu dengan berbagai cara seperti tawuran, mengintimidasi dan mengeroyok anggota geng lain, menandai daerah kekuasaannya dengan mencorat-coret tembok sehingga membuat resah masyarakat, sehingga masyarakat takut menjadi korban dan takut pula jika anak-anak mereka menjadi salah satu anggota geng motor tersebut.
- Pihak kepolisian terus melakukan upaya untuk mengamankan geng motor karena dianggap telah merugikan dan menindak tegas mereka jika tindakan mereka termasuk dalam tindakan kriminal dengan cara memberi hukuman yang sama dengan penjahat dewasa agar mereka jera.
- Upaya-upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak terhadap keberadaan geng motor ini dianggap tidak benar-benar berpengaruh bagi generasi selanjutnya dan tidak terlalu diperhatikan oleh remaja. Perlu adanya upaya persuasi lain dengan media yang dekat dengan lingkungan dan mendapat perhatian dari mereka.
1.3. Rumusan Permasalahan
6 tetapi sebaiknya perlu ada penanganan yang lebih mendalam untuk aksi pencegahan.
Rumusan permasalahan yang diangkat adalah mengarahkan remaja sejak dini untuk menyadari keberadaan pengaruh negatif dari lingkungannya seperti geng motor dan berani untuk menghindarinya. Terutama bila pengaruh tersebut mengarahkan pada tindak kejahatan dan pengrusakan properti ataupun lingkungan.
1.4. Batasan Masalah
Hal-hal yang akan dibahas disini adalah mengenai perancangan pemecahan masalah untuk penanganan keberadaan geng motor di Kota Bandung. Media ini ditujukan kepada para remaja usia 12-15 tahun yang berpeluang besar melakukan kenakalan remaja agar tidak menjadi anggota geng motor. Perancangan pemecahan masalah berupa tindakan persuasif untuk mencegah remaja menjadi anggota geng motor melalui kampanye sosial.
1.5. Tujuan Perancangan
7 BAB II
WASPADA PENGARUH NEGATIF GENG MOTOR PADA REMAJA DI
KOTA BANDUNG
Seperti telah diuraikan dalam bab sebelumnya permasalahan yang dibahas adalah mengenai tindakan persuasif untuk pencegahan pengaruh negatif keberadaan geng motor di kalangan remaja kota Bandung. Pihak yang bertanggung jawab atas hal ini ialah pihak kepolisian, namun pihak-pihak lain seperti pemerintah, instansi sekolah dan masyarakat diharapkan memiliki andil untuk ikut membantu penanganan tersebut. Permasalahan yang muncul dari penanganan yang telah dilakukan saat ini adalah solusi yang dilakukan pihak kepolisian dimana penanganan tersebut harus membuat masyarakat merasa aman tetapi tetap memperhatikan baik tidaknya terhadap psikologi anggota geng motor yang merupakan remaja di bawah umur dan bagaimana pengaruh penanganan tersebut terhadap masa depannya. Untuk itu masyarakat perlu memahami bagaimana perilaku remaja dan cara memperlakukan mereka.
2.1 Kota Bandung
8 melampaui besar angka yang diproyeksikan. Karena hal tersebut, tingkat persaingan untuk mendapatkan kehidupan yang layak tinggi, sehingga mulai timbul konflik sosial di masyarakat. Jika tidak ditanggapi dengan baik dalam lingkungan keluarga pun dapat muncul konflik antara anak dan orang tua yang sibuk bekerja yang berakibat pada anak yang mencari perlindungan dan perhatian dari luar terutama bagi anak remaja. Pada akhirnya persaingan tersebut muncul pada lingkungan sekolah. Siswa yang kurang mendapat perhatian di dalam keluarga maupun sekolah memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan kenakalan. Dengan berbagai kemudahan dan fasilitas yang ada di kota ini, kurangnya pengawasan orang tua, dan contoh konflik yang ada di masyarakat, tindak kenakalan dapat dengan mudah dilakukan oleh remaja.
2.2 Kecenderungan Kenakalan pada Remaja dan Geng Motor
9 khususnya untuk tujuan bersosialisasi. Kemudahan ini tentu memiliki dampak positif dan negatif dalam kehidupan remaja. Hal yang harus diwaspadai dari kemudahan ini adalah dampak negatifnya. Dengan kemudahan ini mereka dapat dengan mudah melakukan apa yang mereka inginkan, apa yang mereka ingin tahu dan mencoba sesuatu yang belum pernah mereka lakukan. Seperti kebut-kebutan dengan sepeda motor, berkumpul dengan teman-teman dengan hobi yang sama, masuk ke dalam sebuah geng, atau bahkan membentuk sebuah geng bersama teman-temannya.
Pada fase ini peran keluarga sangat penting, remaja yang memiliki hubungan baik dengan keluarga cenderung lebih mudah menghindarkan diri dari pengaruh negatif teman sebaya. Sedangkan remaja yang memiliki hubungan yang kurang baik dengan keluarga berpotensi cukup besar mendapat pengaruh negatif pada dirinya. Keluarga khususnya orang tua perlu lebih peka dan berhati-hati dalam mendidik remaja karena masa ini merupakan masa transisi yang sulit, baik bagi remaja itu sendiri maupun orang tuanya. Adapun alasannya menurut Sidik Jatmika (h.166) dalam buku Geng Remaja, adalah:
10 2. Remaja lebih mudah dipengaruhi teman-temannya. Ini berarti pengaruh orang tua pun melemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga.
3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksualitas yang muncul bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi.
4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan remaja sukar untuk menerima nasehat orang tua.
Kenakalan remaja adalah suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarkat. Kartini Kartono (seperti dikutip Dirgantara Wicaksono, 2010) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai
suatu kelainan dan disebut “kenakalan”. Kenakalan remaja ini biasanya
11 disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal:
1. Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku nakal. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
1. Keluarga
12 perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan
pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2. Teman sebaya yang kurang baik
3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik
Geng motor muncul sebagai salah satu bentuk ekspresi diri dari remaja yang ingin menyampaikan rasa kebebasannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), geng berarti sebuah kelompok/gerombolan remaja yang dilatarbelakangi oleh persamaan latar sosial, sekolah, daerah dan pelakunya disebut sebagai gengster, sebuah kata yang berasal dari Bahasa Inggris yaitu Gangster. Geng motor sendiri dilandasi oleh kesenangan di atas motor. Oleh karena itu dapat diartikan geng motor adalah sebuah kelompok remaja yang dilatarbelakangi oleh persamaan dari anggotanya dan kesenangan menaiki sepeda motor tanpa terdaftar di pihak kepolisian.
14 Gambar 2.1. Aksi corat-coret tembok sebagai penanda daerah kekuasaan geng motor
(sumber:
http://awan965.wordpress.com/2010/06/27/geng-motor-di-kuningan-merusak-sejumlah-bangunan/)
Gambar 2.2. Aksi yang dilakukan anggota geng
(sumber:
15 Gambar 2.3. Korban luka akibat tindakan geng motor
(Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/node/127531)
2.2.1 Geng Motor Di Kota Bandung
Ada empat geng motor yang telah lama berdiri di kota Bandung dan memiliki banyak anggota hingga ke pelosok daerah sekitar Bandung diantaranya adalah XTC (Exalt To Coitus), BRIGEZ (Brigade Seven), M2R (MoonRaker), GBR (Grab On Road). Meskipun tidak memiliki aturan tertulis, setiap geng motor memiliki kebiasaan melantik anggota baru dengan tes keberanian, diantaranya adalah berkelahi dengan senior dan melakukan kebut-kebutan tanpa rem dan pengaman.
- XTC (Exalt To Coitus)
16 putih, biru muda, biru tua. Di tengahnya ada gambar lebah yang melambangkan solidaritas antar anggota. Bila salah satu di antara mereka ada yang diserang, maka yang lainnya akan membela. Menurut seorang anggotanya, banyak anggota XTC yang berasal dari lingkungan TNI atau Polisi. Oleh karena itu tidak jarang terjadi perang menggunakan senjata api. Mereka pun memiliki koneksi dengan pihak kepolisian, sehingga jika mereka berurusan dengan pihak kepolisian akan mudah untuk diselesaikan.
- BRIGEZ (Brigade Seven)
Brigez mulai berdiri di SMUN 7 Bandung sekitar awal tahun 1980-an. Awal terbentuk geng ini hanya dari kumpul-kumpul biasa. Anggotanya hanya ingin bebas menjalankan motor, tidak memakai helm, tidak memakai lampu apalagi rambu-rambu dan hanya beranggotakan tidak lebih dari 50 motor. Kini pengikutnya mencapai ribuan motor dan tersebar di berbagai daerah di Jawa Barat. Warna bendera dari geng ini adalah warna bendera negara Irak tanpa huruf Arab dengan kelelawar hitam sebagai simbolnya.
- M2R (MoonRaker)
Geng ini berdiri sekitar tahun 1978, nama “MoonRaker”
17 saat itu. Awalnya geng ini merupakan sebuah band yang anggotanya senang dengan balapan, namun pada perkembangannya banyak remaja yang menjadi anggotanya dan mulai mengubah pola perilaku geng menjadi cenderung negatif karena menganggap menjadi anggota geng motor merupakan ajang ekspresi keberanian. Geng ini memiliki lambang yaitu bendera dengan warna merah-putih-biru bergambar kelelawar. Gambar ini mereka ambil dari lambang
“Hells Angel”, sebuah kelompok motor di Amerika Serikat.
MoonRaker memiliki peraturan yang jika dilanggar anggotanya maka anggota tersebut akan disiksa oleh anggota senior. - GBR (Grab On Road)
Geng ini muncul sekitar tahun 1980-an di SMPN 2 Bandung dan memiliki lambang bendera berwarna hitam-merah-kuning dan kelompok ini mengidentifikasi diri dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Jerman. Meskpun berdiri di SMPN 2 Bandung, mereka senang dengan balapan liar dan anggota GBR cukup beragam, bukan hanya siswa atau alumni sekoah itu saja, tetapi kalangan umum lain.
18 1. Geng motor
Hampir seluruh anggota geng motor tidak memakai pengaman yang lengkap dan kondisi motorpun kurang lengkap saat berkumpul
Sering membawa senjata tajam
Tujuannya ingin menjadi geng motor nomor satu
Tidak terdaftar di kepolisian dan masyarakat setempat Pelantikan biasanya menguji mental calon anggota,
diantaranya berkelahi dan mengendarai motor tanpa rem.
2. Klub motor
Perlengkapan berkendara lengkap
Terdaftar di kepolisian atau masyarakat setempat
Biasanya terdiri dari satu merek kendaraan
Pelantikan tanpa kekerasan dan memberi pengetahuan mengenai seluk beluk berlalu lintas yang benar
Setiap klub motor memiliki tujuan dalam berkendara dan peraturan-peraturan yang tidak membebankan anggotanya.
3. Komunitas motor
Biasanya anggota terdiri dari beberapa merek motor
Tidak terlalu banyak aturan
19 Nama komunitas motor ada yang terdaftar dan ada pula
yang tidak
Pelantikan hanya untuk pengenalan komunitas dan peraturan saja.
2.3 Penanganan Kasus Geng Motor dan Opini Masyarakat
Banyak upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian dan lembaga terkait untuk mengatasi masalah geng motor ini. Upaya-upaya yang dilakukan pihak kepolisian menurut Bapak Bambang, anggota BAGRESKRIM POLRESTABES antara lain:
Melakukan kerjasama dengan pihak sekolah menengah pertama dan menengah atas untuk melakukan penyuluhan kepada siswa tentang pelarangan menjadi anggota geng motor
Membuat kampanye berupa pemasangan spanduk di sekitar jalanan di Kota Bandung seperti di Jalan Merdeka, perempatan Jalan BKR - M. Toha, Palasari, Cicaheum, dan lain-lain yang isinya menentang keberadaan geng motor
Menindak tegas anggota geng motor yang terlibat dalam aksi kriminal dengan cara tidak akan memberi surat keterangan perilaku baik, melakukan penahanan dalam sel tahanan, hingga tembak di tempat untuk membuat efek jera.
20 Gambar 2.4. Para anggota geng motor yang tertangkap polisi saat melakukan
konvoi (sumber:
http://www.whooila.com/2010/09/foto-geng-motor-xtc-ditelanjangi-polisi.html)
Selain upaya yang dilakukan pihak kepolisian, ada juga upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah, yaitu mengeluarkan siswa yang terbukti menjadi anggota geng motor agar siswa lain tidak mengikuti perilaku siswa anggota geng motor tersebut. Adapun upaya yang dilakukan oleh masyarakat diantaranya memasang spanduk anti geng motor, terutama masyarakat yang berada di kabupaten, hingga mengeroyok anggota geng motor yang terbukti melakukan tindak kriminal.
21 sehingga masyarakat mempersepsikan bahwa geng motor itu adalah kumpulan orang-orang yang tidak baik dan harus diberantas meskipun sebenarnya mereka tidak mengetahui keberadaannya secara langsung.
22 2.4 Solusi Penanganan Keberadaan Geng Motor
Menurut pengamatan di lapangan, ada sebagian remaja yang beranggapan bahwa geng motor memiliki citra positif yang dalam pergaulannya disebut cool, keren, eksis, disegani, terkenal dan bisa menyediakan perlindungan bagi mereka di dalam pergaulan sehari-hari. Seperti yang diutarakan mantan anggota salah satu geng motor di Kota Bandung, menurutnya dulu dirinya masuk geng motor karena beranggapan geng motor itu sesuatu yang keren, di sekolahnya setiap siswa anggota geng motor disegani oleh siswa lain dan disenangi gadis-gadis selain itu juga mereka beranggapan bahwa dengan menjadi anggota geng motor akan dilindungi dari orang-orang yang akan berbuat jahat padanya.
Dalam kenyataannya remaja ingin terlihat berbeda untuk menarik perhatian orang lain. Dengan masuknya seorang remaja menjadi anggota geng motor yang perilakunya berbeda dan nakal, remaja akan merasa diperhatikan oleh orang lain. Semakin jahat citra geng tersebut, semakin banyak remaja yang bergabung ke dalamnya karena mereka juga akan merasa terlindungi oleh citra tersebut.
23 porsi dari kampanye ini dibanding dengan kampanye sebelumnya adalah untuk tindakan pencegahan sejak dini karena cara pencegahan lebih halus daripada tindakan memerangi yang dapat membuat remaja merasa tersudutkan.
2.5 Target Audiens
Target audiens merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses sebuah perencanaan kampanye. Dalam hal ini penulis menetapkan target audiens yang dapat dipengaruhi oleh kampanye baik anggota geng motor maupun non anggota guna mencegah maupun menghentikan tindakan negatif dalam taraf masih bisa diperbaiki yang dilakukan geng motor.
- Demografis
Jenis kelamin: Pria dan wanita.
Kelompok umur: Remaja, yaitu remaja awal (12-15 tahun)
Kelompok umur remaja dipilih karena geng motor muncul dalam lingkungan remaja. Dalam usia remaja awal biasanya tindakan-tindakan yang mereka lakukan dalam lingkungan geng motor belum masuk kedalam tindakan kriminal dan masih bisa dikendalikan karena masih memiliki sifat anak-anak.
Kelompok pendidikan: SMP dan awal SMA
24 remaja yang memiliki sepeda motor dan ketiga status ekonomi sosial tersebut memungkinkan remajanya memiliki sepeda motor.
- Geografis
Perancangan kampanye ini dikhususkan untuk remaja di Kota Bandung dengan alasan di kota ini terdapat empat geng motor yang besar dan memiliki anggota sampai ke pelosok daerah sekitar Kota Bandung, selain itu empat geng motor ini sering sekali melakukan aksi yang dianggap merusak hingga aksi kriminal yang meresahkan masyarakat di Kota Bandung.
- Psikografis
26 BAB III
KAMPANYE WASPADA PENGARUH NEGATIF GENG MOTOR
PADA REMAJA KOTA BANDUNG
3.1. Strategi Perancangan
Untuk mempengaruhi dan mengubah perilaku remaja yang memiliki kecenderungan menjadi anggota geng motor agar terhindar dari aksi negatif geng tersebut dibutuhkan suatu bentuk komunikasi yang mampu menyampaikan suatu informasi atau pesan yang dapat dengan mudah dimengerti oleh mereka. Komunikasi tersebut dapat menggunakan bahasa verbal atau bahasa visual. Dalam hal ini penulis memberikan solusi berupa kampanye sosial bagi remaja yang berpeluang besar menjadi anggota geng motor.
27 remaja sejak dini. Oleh karena itu target audieans kampanye ini merupakan remaja awal karena perilaku nakal mereka masih dapat dikendalikan dan masih dapat dicegah dari tindakan kriminal.
Remaja pada umumnya senang dengan hal-hal yang baru dan berbeda dengan apa yang biasa dlakukan, maka perancangan kampanye ini dibuat agar sesuai dengan kegemaran mereka. Pendekatan yang dilakukan pada kampanye ini terhadap remaja awal baik yang hanya memiliki kecenderungan maupun yang telah menjadi anggota geng motor adalah dengan menggunakan graffiti. Pada website Wikipedia (6 Juli 2011) mengemukakan bahwa “graffiti adalah salah satu tulisan ataupun penanda yang dengan sengaja dibuat oleh manusia pada suatu permukaan benda, baik itu milik pribadi ataupun publik”.
Pendekatan ini digunakan karena geng motor erat kaitannya dengan jalanan dan mereka juga menganggap dirinya sebagai raja jalanan. Graffiti pun erat kaitannya dengan jalanan karena graffiti dimulai sebagai salah satu seni urban underground yang ditampilkan secara mencolok di area-area publik seperti di tembok-tembok gedung. Selain itu, dalam graffiti terdapat jenis yang bernama graffiti geng yaitu Graffiti yang sering digunakan oleh anggota kalangan geng untuk menandai suatu wilayah atau untuk menyampaikan ancaman kekerasan dan ketenaran sama halnya dengan geng motor di kota Bandung yang melakukan aksi corat-coret tembok untuk menandai wilayahnya.
28 3.1.1. Strategi Komunikasi
Perancangan komunikasi kampanye ini dibuat untuk menarik perhatian remaja awal sebagai target audiens agar mereka dapat dengan mudah untuk dipengaruhi yaitu dengan memberi informasi tentang pengaruh negatif yang akan didapat bila mereka menjadi anggota geng motor dan tidak melarang secara langsung. Bahasa yang digunakan adalah bahasa visual dan bahasa verbal yang mudah dipahami oleh remaja awal yaitu menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baku dan biasa dipakai sehari-hari. Cara yang dilakukan adalah menggunakan media yang dekat dengan lingkungan mereka seperti media yang mudah dijumpai di sekolah dan tempat yang sering mereka singgahi seperti sticker dan poster.
3.1.2. Tujuan Komunikasi
Perancangan kampanye ini dilakukan untuk memberi informasi dan mempengaruhi agar target mengetahui pengaruh buruk yang akan didapat jika mereka menjadi anggota geng motor sehingga diharapkan kecenderungan perilaku buruk remaja yang menjadi anggota geng motor dapat diminimalisir.
Efek yang diharapkan dari pendekatan komunikasi ini adalah: 1. Remaja yang memiliki kecenderungan menjadi anggota
29 2. Remaja terhindar dari tindakan negatif yang akan sangat mudah dilakukan bila mereka berada dalam lingkungan geng motor
3. Remaja diharapkan dapat menyalurkan peluang kenakalannya dan emosi yang labil kepada hal-hal yang lebih positif
3.1.3. Tema Dasar Komunikasi
Menghindarkan remaja yang memiliki kecenderungan menjadi anggota geng motor dan anggota geng motor itu sendiri agar tidak melakukan tindakan negatif dengan pendekatan graffiti art.
3.1.4. Materi Pesan
Banyak dari remaja yang berpikiran bahwa dengan menjadi anggota geng motor mereka akan disegani dan terkenal di kalangan teman-temannya. Hal ini bisa saja benar, tetapi remaja harus mengetahui dampak negatif jika menjadi anggota geng motor. Mereka perlu memikirkan masa depannya dan bagaimana meraih cita-citanya mulai dari saat ini karena tetap berpotensi besar untuk menjadi generasi yang sukses.
30 dan bagaimana individu tersebut menanggapi lingkungan sekitarnya. Masa remaja merupakan masa yang penting dimana manusia beranjak dewasa, mulai memilih jalan hidupnya dan menentukan masa depannya. Jika saat remaja seseorang menjadi anggota geng motor dan melakukan tindakan negatif yang dapat dengan mudah dilakukan dalam lingkungannya maka hal negatif tersebut dapat berakibat buruk bagi dirinya dan orang lain. Tindakan kriminal dalam perkumpulan geng motor dapat mengakibatkan seseorang kehilangan masa depan yang baik karena sanksi yang didapat bisa berupa cap negatif dari masyarakat dan hukuman penjara, selain itu ada pula ancaman dari anggota geng motor lain hingga dapat mengancam jiwanya.
31 dilakukan agar remaja tidak merasa dituntut mengingat pemikiran mereka masih labil dan merasa ingin bebas.
3.1.5. Pendekatan Visual
Kampanye Penanggulangan Keberadaan Geng Motor ini menggunakan pendekatan visual dengan menggunakan ilustrasi dan tipografi gaya graffiti dan jenis yang dipakai adalah bubble graffiti. Ilustrasi adalah seni gambar yang dimanfaatkan untuk memberi penjelasan suatu maksud atau tujuan secara visual (Mikke Susanto, 2002; 53). Sedangkan graffiti, menurut Susanto (2002:47) menjelaskan bahwa “Graffiti berasal dari bahasa Italia yaitu “graffito” yang berarti tulisan atau guratan. Sebuah graffiti
dapat berupa sebuah karya seni, gambar ataupun kata-kata. Jenis bubble graffiti adalah gaya huruf graffiti yang sering digunakan untuk “throw up letters” (meng-graffiti secara cepat)
32 Gambar 3.5. Contoh font bubblestyle
(Sumber: http://www.fatcap.com/graffiti/94511-lightup-washington.html)
Gambar 3.6. Contoh font yang digabung dengan karakter bubblestyle
33 Gambar 3.7. Contoh karakter bubblestyle
(Sumber: http://www.fatcap.com/graffiti/110595-bigshow-yogyakarta.html)
Kampanye ini memiliki beberapa elemen, diantaranya adalah tipografi, karakter, warna, dan bentuk. Keseluruhan elemen bertema bubble graffiti style, namun karena adanya tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja, pada kampanye ini terdapat beberapa elemen yang menggambarkan kondisi kontradiktif sebagai pesan agar remaja peduli terhadap perilakunya sendiri.
3.1.6. Pendekatan Bahasa
34 tidak terlalu baku dan biasa digunakan oleh remaja sehari-hari agar pesan dari kampanye ini mudah dimengerti. Bahasa yang digunakan dalam kampanye ini merujuk pada majalah remaja “Hai”, contoh dari bahasa yang digunakan pada edisi 13-19 Juni 2011 halaman 33 pada paragraf “Bioskop memang tempat
hiburan yang lagi ngetop banget pada masa itu. Kehadirannya boleh dibilang mulai membuat redup kesenian panggung seperti sandiwara, tonil, atau wayang orang. Orang mulai makin sering ke bioskop. Apalagi pergantian film pun boleh dibilang lumayan cepat”
Dalam kampanye ini terdapat tagline dan headline. Pada Cafebisnis Online (6 Juli 2011), tagline merupakan ungkapan atau slogan atau informasi tambahan yang juga singkat namun mampu membuat orang tertarik untuk membaca info yang lebih lengkap lagi dan headline adalah kalimat pembuka yang singkat namun bisa menceritakan banyak hal dan membuat orang penasaran
untuk membaca kelanjutan informasinya. Sebuah headline idealnya
harus jelas, mudah dipahami, membuat penasaran dan memenuhi
keinginan pembacanya.
35 keberadaannya, terkenal dan disegani. Tetapi geng motor menjadikan dirinya “eksis” dengan cara-cara negatif, cara inilah
yang dapat menjerumuskan kepada tindak kriminal yang dapat menghancurkan masa depan dan disebut “kalah” dalam tagline tersebut. Selain itu kata “kalah” juga merujuk pada kekalahan
karena tidak dapat mengendalikan diri untuk menghindar dari hal-hal negatif meskipun telah mengetahui hal yang baik dan tidak baik.
Adapun headline dari kampanye ini adalah “Generasi Lurus, Masa Depan Mulus”. Maksud dari headline ini adalah untuk mengajak remaja agar tetap berada “di jalan yang lurus” yaitu
menjauhi segala hal negatif yang biasa dilakukan geng motor agar masa depan mereka baik dan tidak mendapat halangan yang sulit dan disebut juga dengan kata “mulus”.
3.1.7. Strategi Kreatif
36 sedangkan pendekatan emosionalnya menggunakan visualisasi yang dapat menyentuh perasaan target audiens.
Pendekatan penyampaian pesan yang akan dilakukan yaitu menggunakan ambience media sebagai media utama dengan gaya bubble graffiti pada dinding sekolah dan tema media lain untuk penyampaian pesan. Kampanye ini menggunakan bubble style karena bubble style memiliki tingkat keterbacaan yang cukup mudah dimengerti dibanding dengan style yang lain, namun tetap terkesan segar, main-main, dan ringan serta mewakili kepribadian remaja.
Gambar 3.8. 3D style
(sumber: http://www.fatcap.com/graffiti/110867-bond-pamplona.html )
Gambar 3.9. Wild Style
37 Gambar 3.10. Bubble style
(sumber: http://www.fatcap.com/graffiti/107006-prins-one-apostoloi.html)
Gambar 3.11. Old School style
(sumber: http://www.fatcap.com/graffiti/111158-saner-paris.html)
Gambar 3.12. Hardcore
38 3.1.8. Strategi Media
Untuk menyampaikan kampanye yang tepat kepada target audiens yang dituju dan mencapai tujuan yang diharapkan, serta mempertimbangkan sistem strategi komunikasi yang dibuat, maka dipilih berbagai media kampanye. Media tersebut nantinya akan didaftarkan kepada pihak pemerintahan daerah dan dikenakan pajak reklame. Di Kota Bandung sendiri telah diatur dalam PERDA no. 8, tahun 2003 tentang pajak reklame.
1. Poster
39 2. Graffiti
Graffiti adalah kegiatan seni rupa yang menggunakan komposisi warna, garis, bentuk dan volume untuk menuliskan kalimat tertentu di atas dinding. Graffiti bisa juga dikategorikan kedalam ambience media. Selain untuk menginformasikan pesan tujuan lain dari media street art ini adalah untuk tahap pengingat. Media ini dibuat pada tempat yang strategis dan sering dilihat siswa, oleh karena itu visualisasi dari kampanye pada media ini perlu dapat memperlihatkan langsung akibat yang ditimbulkan jika menjadi anggota geng motor.
3. Web banner
Web banner adalah bentuk iklan yang dipakai dalam media internet. Pemakaian web banner pada kampanye ini adalah karena remaja sudah menggunakan internet. Web banner ini akan dipasang pada situs-situs yang sering digunakan remaja dan menjadi media pengenal pertama pada tahap awal kampanye.
4. Grup Facebook
40 anggota dapat berbagi informasi yang berkaitan dengan keberadaan geng motor dan berdiskusi dengan anggota lain. Grup ini mulai diaktifkan dari awal tahapan hingga akhir tahapan kampanye.
5. Leaflet
Leaflet adalah media cetak yang digunakan kampanye ini untuk menyampaikan informasi secara lebih terperinci, informasi tersebut mencakup awal mula keberadaan geng motor, akibat jika menjadi anggota geng motor, ciri-ciri remaja yang cenderung menjadi anggota geng motor, hingga cara untuk menyalurkan kenakalan kedalam perilaku yang lebih positif. Leaflet diberikan langsung kepada target audiens di sekolah-sekolah maupun di tempat umum. Leaflet termasuk kedalam media Below The Line. Bahasa yang digunakan dalam leaflet ini menggunakan bahasa Indonesia tidak baku yang mudah dimengerti oleh remaja oleh karena itu bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang biasa dipergunakan sehari-hari oleh remaja.
6. Sticker
41 kampanye pada dinding yang telah dicorat coret oleh geng motor dan disebarkan pada tahap kedua dan ketiga. Serta ada pula sticker khusus untuk dibagikan kepada remaja. Media ini bisa ditempel dimana saja dan oleh siapa saja. Sticker diberikan kepada siswa di sekolah dan remaja di tempat-tempat umum sejak awal dimulainya kampanye.
7. Sketch book
Media ini merupakan media gimmick yang diberikan langsung kepada target audiens. Dipilihnya media ini karena berkaitan dengan tema visual kampanye yaitu graffiti. Target audiens dapat menggunakan sketch book ini untuk menggambar graffiti atau media corat coret.
8. Gantungan Kunci
Termasuk kedalam media gimmick. Dipilihnya media ini karena dapat dipakai oleh remaja yang mulai memiliki motor untuk gantungan kuncinya.
3.2. Strategi Penyebaran Media
42 mula penyebaran media bersamaan dengan hari Kesaktian Pancasila pada Tanggal 1 Oktober 2011. Media yang pertama kali disebar adalah media pada web banner, poster dan sticker dengan tujuan untuk menarik perhatian target audiens. Pada tahap awal ini, web banner dijadikan sebagai media pengenal pertama yang dipasang di laman-laman internet yang sering disinggahi oleh remaja seperti kaskus dan facebook. Untuk tahap pengenalan yang langsung disebar, kampanye ini menggunakan media poster yang dipasang di tiap-tiap majalah dinding (mading) sekolah, setelah itu dilanjutkan dengan pemberian sticker oleh pihak sekolah dan pihak kepolisian bersamaan dengan datangnya pihak kepolisian ke sekolah-sekolah menengah pertama untuk memberikan penyuluhan.
43 dilakukan disetiap SMP dan tempat-tempat yang sering disinggahi remaja awal.
Tahap akhir adalah untuk tahap pengingat dimana media-media yang dibagikan kepada target audiens merupakan media pakai yang dapat bertahan cukup lama. Oleh karena itu kampanye ini menggunakan media gantungan kunci dan sketch book.
Media Tahap 1
44 3.3. Konsep Visual Perancangan Kampanye
3.3.1. Format Desain
Format yang digunakan disesuaikan dengan media yang akan dipakai salah satunya adalah graffiti. Graffiti sebagai Media utama dengan ukuran 4m x 3m. Pertimbangan penyesuaian media adalah untuk bisa menyesuaikan dengan karakteristik media yang digunakan.
3.3.2. Lay Out
Layout dibuat dengan memadukan berbagai macam unsur grafis yang meliputi warna, bentuk, ilustrasi dan tipografi menjadi satu kesatuan yang masih bertema graffiti. Layout disesuaikan dengan media yang akan di buat dengan mengedepankan kesan tema bubble graffiti.
Tata letak yang akan digunakan dalam media utama ini adalah tata letak dengan format I, yaitu setiap orang melihat media kampanye dari atas ke bawah.
3.3.3. Tipografi
45 ReskaGraf
Font ini diolah kembali dengan menggunakan kerangka/hiasan berupa bubble dan stripes yaitu betuk gelembung dan garis-garis yang biasa dilakukan pada tulisan graffiti.
Gambar 3.13. Contoh font yang telah diolah
Bombardier
46 3.3.4. Ilustrasi
Dalam kampanye ini terdapat satu karakter remaja laki-laki memakai jaket sweater berwarna abu-abu, celana biru, dan sepatu hitam sebagai karakter utama. Selain itu pada media web Banner terdapat pula karakter laki-laki tersebut pada saat mengalami pertumbuhan. Gaya visual dari karakter ini adalah karakter bubble graffiti style yang sederhana dengan bentuk dan warna yang tidak rumit seperti bentuk aslinya.
Gambar 3.14. Referensi karakter
47 Karakter ini muncul dengan wajah yang lugu, masih kekanak-kanakan dengan raut wajah yang sedih, bingung dan telah melakukan tindak kriminal dengan ditunjukkannya darah pada baju dan stick softball serta dengan mengenakan borgol pada ilustrasi yang lain. Visualisasi dari karakter tersebut merupakan cerminan dari karakter remaja yang cenderung menjadi anggota geng motor dan memiliki kontrol diri yang lemah.
Gambar 3.16. Hasil karakter Gambar 3.17. Hasil karakter
48 3.3.5. Warna
Warna dominan pada kampanye ini adalah warna hitam, hijau, jingga dan putih. Warna hitam pada back ground menandakan adanya ketakutan, depresi, pemberontakan, kejahatan, kekuatan, dan anarki yang dirasakan oleh karakter remaja. Warna hijau pada kata “Geng Motor” berkesan muda
menandakan bahwa geng motor muncul di lingkungan masa remaja. Warna jingga pada kata “kalah sebelum eksis” bersifat
peringatan, bahaya dan agresi yang ditujukan kepada geng motor, selain itu warna jingga juga digunakan untuk menonjolkan makna kata tersebut. warna putih menandakan cahaya, maksudnya kampanye ini memberikan penerangan informasi tentang geng motor agar remaja bisa menghindar dari geng tersebut. adapun warna yang dipakai pada media poster diantaranya gradasi warna dari hijau ke jingga untuk background, warna coklat untuk permukaan jurang dan abu abu untuk jalan.
49 menandakan bahwa warna tersebut merupakan warna untuk seragam SMP. Untuk karakter bayi, balita, dan siswa SD, baju yang digunakan adalah warna putih, maksud pemakaian warna ini adalah karena anak-anak masih bersih hatinya, masih polos dan masih perlu banyak belajar.
Tabel 3.2. Warna RGB
50 Tabel 3.3. Warna CMYK
Warna CMYK digunakan untuk media yang akan dicetak seperti sticker, leaflet, dan poster.
3.3.6. Konsep dan Studi Logo
Logo merupakan simbol yang menjadi sebuah identitas untuk menyampaikan suatu citra. Oleh karena itu pada kampanye ini logo dibuat berdasarkan tujuannya. Dari segi konstruksinya logo kampanye ini terdiri dari picture mark dan letter mark.
51 Elemen visual yang membentuk logo ini adalah:
Lingkaran yang memiliki makna keamanan dan ketahanan. Garis lengkung dengan brush style yang merupakan bentuk
stilasi (penyederhanaan bentuk) dari seseorang yang merangkul orang lain yang lebih muda. Garis lengkung menandakan kesan ekspresif sedangkan brush style memiliki kesan tidak formil, menyenangkan dan bersahabat.
Font Mail Ray Stuff yang terkesan muda dan tidak formil
Warna jingga bermakna peringatan dan bahaya
Warna hijau menandakan masa muda
52 BAB IV
MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI
4.1. Tahap Pra Produksi
Sebelum memasuki tahap produksi pada media kampanye, tahap pertama yang harus dilalui dalam pembuatan sebuah perancangan visual kampanye adalah:
Sketsa
Sketsa dibuat berdasarkan tema dan tujuan dari kampanye. Untuk memudahkan mencari ide penulis menggunakan cara mind maping dan menuliskan semua hal yang berhubungan dengan geng motor. Hasil dari mind mapping disaring kembali dan divisualisasikan kedalam suatu bentuk rancangan visual, seperti tampilan karakter, tipografi, layout, warna, ilustrasi maupun format desain, secara manual. Kemudian menentukan jenis visual seperti apa yang memadai dengan tema dan target audiens, setelah itu rancangan visual mulai diolah melalui teknis komputerisasi.
Pengolahan Gambar
53 Finishing
Setelah mendapatkan tampilan visual yang diinginkan, penulis
memilih media yang tepat untuk menyampaikan pesan kepada target audiens. Media-media yang dipilih dirancang sesuai dengan tema kampanye setelah itu media tersebut mulai dicetak dan
diaplikasikan.
4.2. Tahap Produksi
4.2.1. Graffiti
Media utama pada kampanye ini adalah media graffiti yang dibuat pada media dinding dengan menggunakan alat cat semprot, cat tembok, koas, dan thinner. Dijadikannya graffiti sebagai media utama adalah karena graffiti dekat dengan dunia jalanan yang sama halnya dengan anggapan remaja anggota geng motor terhadap dirinya. Media graffiti termasuk kedalam ambience media karena menggunakan media yang tidak biasa untuk mengantarkan pesan. Graffiti memiliki beberapa gaya dalam pembuatannya, dalam kampanye ini gaya graffiti yang dipakai adalah gaya bubble yaitu gaya berbentuk gelembung dan bundar.
54 mengajak remaja berpikir mengenai makna dari tagline yang nantinya akan dijelaskan pada media leaflet. Oleh karena itu media ini di sebarkan pada tahap kedua.
Konsep dari media ini adalah untuk menginformasikan mengenai dampak negatif dan hal terburuk yang akan didapat jika menjadi anggota geng motor. Media ini terdiri dari tagline dan ilustrasi yang menggambarkan informasi dan bercerita tentang anggota geng motor yang telah mencelakai anggota geng lain. Dalam visualisasinya media ini menggunakan tema bubble graffiti pada tagline namun pada ilustrasi menggunakan bayangan motor, tanda adanya kecelakaan dan bercak darah yang disesuaikan dengan bentuk aslinya. Maksud dari keseluruhan visualisasi adalah untuk menunjukkan kondisi kontradiktif yang terjadi di lingkungan remaja geng motor yaitu bahwa remaja merupakan masa peralihan dimana mereka masih memiliki sifat anak-anak yang ditandai dengan tema bubble graffiti tetapi sudah melakukan tindakan negatif yang sangat merugikan yang ditandai dengan bentuk ilustrasi bayangan motor dan tanda kecelakaan.
Ukuran : 3 x 3 x 0.75 m
55 Gambar 4.19. Media Graffiti pada dinding sekolah.
4.2.2. Sticker
Media sticker pada kampanye ini dibagi menjadi dua bagian menurut fungsi dan bentuknya, yaitu
a. Sticker untuk dibagikan
56 tidak langsung karakter tersebut menjelaskan isi dari headline.
Format / bentuk : Persegi panjang
Ukuran : 13 x 4 cm
Material : kertas sticker Teknik produksi : Digital printing
Gambar 4.20.a. Media Sticker
Gambar 4.20.b. Media Sticker
b. Sticker untuk ditempel
57 Format penempelan sticker ini disesuaikan dengan format coretan yang dibuat oleh anggota geng motor yaitu sticker di tempel pada nama geng, nama anggota, dan wilayah asal anggota geng tersebut atau ditempel pada nama geng motornya saja.
Gambar 4.21. Format penempelan sticker
Format / bentuk : Persegi panjang
Ukuran : 28 x 7 cm
Material : kertas sticker Teknik produksi : Digital printing
58 Format / bentuk : Persegi panjang
Ukuran : 28 x 20 cm
Material : kertas sticker Teknik produksi : Digital printing
59 Gambar 4.24. Penempelan Media Sticker
4.2.3. Poster
Fungsi dari media poster adalah untuk pengenalan kampanye yang didistribusikan pada tahap awal kampanye di sekolah-sekolah menengah pertama. Dipilihnya media ini karena poster merupakan media yang memiliki jangkauan yang luas.
Dalam media ini terdapat ilustrasi remaja yang sedang mengendarai sepeda motor dan dihadapkan pada pemilihan jalan yang harus ia lalui yaitu jalan lurus yang cerah dan jalan yang berkelok-kelok, sempit, diserta jurang. Selain itu terdapat headline dari kampanye yaitu “generasi lurus, masa depan mulus” yang berarti mengajak remaja untuk berjalan lurus
60 Format / bentuk : Persegi empat
Ukuran : (A2) 42 cm x 59,4 cm Material : kertas sticker
Teknik produksi : Digital printing
61 4.2.4. Leaflet
Meskipun bukan media utama, leaflet merupakan media yang cukup penting pada kampanye ini karena leaflet berisi informasi tentang geng motor dan persuasi agar remaja menjauhi geng motor. Leaflet akan dibagikan kepada para remaja oleh pihak sekolah maupun pihak kepolisian di tempat-tempat umum dan pada saat adanya penyuluhan di sekolah oleh petugas polisi. Format / bentuk : Persegi empat
Ukuran : (A4) 29.7 x 21 cm Material : Art paper
Teknik produksi : Cetak Offset
62 Gambar 4.26.b. Leaflet
4.2.5. Web banner
Web banner digunakan dalam kampanye ini karena remaja saat ini senang menggunakan internet. Media ini akan dipajang pada tiap-tiap laman internet yang sering dikunjungi oleh remaja.
63 4.2.6. Gantungan kunci
Gantungan kunci merupakan media pengingat bagi para remaja karena media ini merupakan media pakai. Gantungan kunci akan dibagikan kepada remaja saat petugas kepolisian melakukan penyuluhan pada tahap akhir kampanye. Media ini akan menjadi hadiah bagi siswa yang melakukan tanya jawab saat penyuluhan berlangsung.
Ukuran : 3,5 x 9 cm Material : Acrylic 3mm
Teknik produksi : Cutting dan Printing
64 4.2.7. Grup facebook
Dipakainya media ini sebagai salah satu media kampanye karena remaja awal sebagai target audiens banyak yang memiliki akun Facebook. Dalam grup terdapat informasi mengenai geng motor dan kampanye penanggulangan keberadaan geng motor ini.
Gambar 4.29. Grup Facebook
4.2.8. Sketch book
Sama halnya dengan gantungan kunci, media ini juga dibagikan pada tahap akhir kampanye dan digunakan sebagai hadiah pada saat tanya jawab.
65 Material : Art paper dan kertas hvs
Teknik produksi : Digital printing
Gambar 4.31. Sketch book
Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir
KAMPANYE WASPADA PENGARUH NEGATIF GENG
MOTOR PADA REMAJA DI KOTA BANDUNG
DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011
Oleh:
Wini Fitria Dewi
NIM:
51907209 Program Studi
Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
i KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadiran Illahi Robbi, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Laporan yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana I, Program Studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Komputer Indonesia ini berjudul “Kampanye Waspada Pengaruh Negatif Geng Motor Pada Remaja Di
Kota Bandung”. Laporan ini berisi proses perancangan kampanye untuk meminimalisir tindakan negatif remaja anggota geng motor yang didasari pada hasil studi penulis mengenai keberadaannya di kota Bandung.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan sosialisasi pada penulis. Namun segala kesulitan, hambatan dan rintangan yang penulis rasakan semuanya dapat teratasi dengan bimbingan, dorongan dan bantuan semua pihak.
Oleh karena itu atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan laporan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
ii 2. Tiara Isfiaty, M.Sn dan Ade Muhammad Wantoro, S.Ds, sebagai dosen penguji. Terima kasih atas semua saran yang telah diberikan kepada penulis.
3. Bambang, S.H, sebagai wakil dari Bagian Reserse dan Kriminal POLRESTABES Bandung. Terimakasih atas segala informasi yang telah diberikan kepada penulis.
4. Bagian Reserse dan Kriminal POLRESTABES Bandung. Terimakasih atas segala informasi yang telah diberikan kepada penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat berguna sebagai tambahan wawasan bagi pembaca pada umumnya, dan bagi penulis pada khususnya. Untuk memperbaiki kekurangan dari tugas akhir ini, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Bandung, 13 Juli 2011
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Wini Fitria Dewi
Tempat, Tgl Lahir : Bandung, 16 Oktober 1988 Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Pendidikan Terkakhir: Sarjana Desain/Desain Komunikasi Visual Alamat : Jl. Pln Dalam 1 N0 23 Rt 06 Rw 05
Mochamad Toha-Bandung Telepon/HP : 022-5225185/085294462695
Email : Winneydakhuem@yahoo.com
PENDIDIKAN FORMAL
Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) di Bandung, (2007 - 2011)
PENDIDIKAN NON FORMAL
TOEFL Test di MMC Bandung (2007)
Seminar “1001 Inspiration Design Festival”, Bandung (2007)
Kerja Praktek di TABLOID BANDUNG X-PO, CV. ANAK BANGSA (2010) Kuliah Umum Ilustrasi “Don’t Judge Book By It’s Cover” (2011)