• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Booklet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Booklet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO DAN BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL

TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2013

TESIS

Oleh

MARTINA PERANGIN-ANGIN 117032145/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE EFFECTIVENESS OF HEALTH PROMOTION THROUGH THE MEDIA OF VIDEO AND BOOKLET ON THE KNOWLEDGE AND

ATTITUDE OF PREGNANT MOTHERS ABOUT EARLY INITIATION OF BREASTFEEDING AND EXCLUSIVE

BREASTFEEDING IN THE WORKING AREA OF PUSKESMAS STABAT, LANGKAT DISTRICT

IN 2013

THESIS

By

MARTINA PERANGIN-ANGIN 117032145/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO DAN BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL

TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MARTINA PERANGIN-ANGIN 117032145/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO DAN BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Martina Perangin-angin Nomor Induk Mahasiswa : 117032145

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M) (Dra. Syarifah, M.S) Ketua Anggota

Dekan

(Dr.Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah Diuji

pada Tanggal : 22 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. R. KintokoRochadi, M.K.M Anggota : 1. Dra. Syarifah, M.S

(6)

PERNYATAAN

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO DAN BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL

TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2013

(7)

ABSTRAK

Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup. Fakta menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 13% kematian balita dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat menyelamatkan 22% kematian bayi baru lahir. Hal ini disebabkan antara lain karena rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI. Salah satu upaya penanggulangan masalah ini adalah dengan metode promosi kesehatan yang efektif .

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas promosi kesehatan

dengan media video dan promosi kesehatan dengan media booklet dalam

meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI ekslusif di wilayah kerja puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013.

Jenis penelitian adalah quasi eksperimen design (eksperimen semu).

Penelitian menggunakan dua kelompok perlakuan, yaitu kelompok yang diberi

perlakuan promosi kesehatan dengan media video dan kelompok dengan media

booklet . Sampel sebanyak 30 orang untuk masing-masing kelompok ditentukan

secara purposive sampling. Alat yang dipakai dalam pengumpulan data adalah

kuesioner. Uji statistik yang digunakan Paired Samples T Test dan Independent-Samples T Test dimana perbedaan dinyatakan bermakna bila nilai p<0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi kesehatan dengan media video

dan booklet ditemukan bahwa ada peningkatan pengetahuan dan sikap tentang Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) dan ASI ekslusif. Hasil uji Independent-Samples T Test

menunjukkan bahwa media video lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan

responden dibandingkan media booklet. Sedangkan pada variabel sikap ditemukan

bahwa media video dan media booklet memiliki efektifitas yang sama dalam

meningkatkan sikap responden.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Langkat agar menyediakan fasilitas

video (LCD) dan booklet di tiap puskesmas agar kegiatan promosi kesehatan dapat berjalan dengan baik. Selain itu agar melakukan pelatihan bagi petugas kesehatan agar mampu melakukan promosi kesehatan kepada ibu hamil tentang IMD dan ASI ekslusif.

(8)

ABSTRACT

Infant Mortality Rate in Indonesia is still high; that is 34 per 1,000 live births. Fact indicates that the administration of exclusive breastfeeding can prevent 13% of the infant mortality and Early Initiation of Breastfeeding can save 22% of newborn mortality. This high infant mortality rate is due, among other things, to the less knowledge of mothers about the benefit of breastfeeding. One of the countermeasure efforts for this issue is the application of effective health promotion method.

The purpose of this quasi-experimental study was to compare the effectiveness of health promotion promoted through the media of video and through the media of booklet in improving the knowledge and attitude of pregnant mothers about Early Initiation of Breastfeeding and Exclusive Breastfeeding in the working area of Puskesmas (Community Health Center) Stabat, Langkat District in 2013.

This study used two treatment groups. Each group consisted of 30 persons (samples) selected through purposive sampling technique. One group was given health promotion through the media of video, and the other was given health promotion through the media of booklet. The data for this study were obtained through questionnaire distribution. The data obtained were statistically testet through Paired Samples t-test and Independent Samples t-test and the difference became significant if p value was less than 0.05 (P<0.05).

The result of this study showed that the health promotion through the media of video and booklet assisted in improving the knowledge and attitude of pregnant mothers about Early Initiation of Breastfeeding and Exclusive Breastfeeding. The result of Independent Samples t-test showed that the health promotion through the media of video was more effective than through the media of booklet in improving respondents knowledge, while both the media of video and the media of booklet had the same effectiveness in improving respondents’ attitude.

The management of Langkat District Health Service is suggested to provide video (LCD) facility and booklet at each Puskesmas that the health promotion activity can run properly and to provide trainings for the health workers that they are able to do health promotion about Early Initiation of Breastfeeding and Exclusive Breastfeeding to the pregnant mothers.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat

dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul:

“Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Booklet terhadap

Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI

Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat tahun 2013.”

Penulis menyadari penulisan ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan

kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan,

(10)

5. Drs .Syarifah, M.S, selaku Pembimbing Kedua yang telah meluangkan waktu dan

memberi motivasi, bimbingan, arahan, petunjuk hingga selesainya penulisan tesis

ini.

6. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes dan Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku Tim

Pembanding yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan guna

penyempurnaan tesis ini.

7. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat

bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Kepala Puskesmas Stabat yang telah memberikan izin penelitian, para petugas

kesehatan baik bidan koordinator dan para bidan desa serta mahasiswa AKBID

Pemkab Langkat yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

9. Seluruh responden, ibu-ibu hamil yang ada di wilayah kerja puskesmas Stabat

yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

10.Seluruh keluarga terutama suami tercinta Ir. Muhammad Yusuf Kaban, ananda

Danendra Ramiro Ibnu Kaban, Athaya Calya Putri br Kaban dan Nadhira Putri

Rahima br Kaban yang selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi, pada

penulis terutama dalam penyusunan tesis ini.

11.Seluruh teman-teman mahasiswa S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara khususnya minat studi PKIP angkatan 2011 yang telah

(11)

Semoga Allah SWT yang senantiasa dapat memberikan balasan atas kebaikan

yang telah diperbuat. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan,

untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan, sehingga tesis ini dapat

bermanfaat.

Medan, Juli 2013 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Martina Perangin-angin, jenis kelamin perempuan, berumur

34 tahun, lahir tanggal 23 Maret 1979. Penulis beragama Islam, tinggal di Jl. Sei Mati

No.1 Payamabar Stabat. Penulis merupakan anak pasangan dari Alm. Benih Maulana

Perangin-angin dan Almh. Rosni Br. Sembiring.

Jenjang pendidikan formal penulis mulai di SD Negeri No. 101735 Sei

Semayang pada tahun 1985 dan tamat pada tahun 1991. Pada tahun 1994, penulis

menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 1 Diski Deli Serdang. Pada tahun 1997,

penulis menyelesaikan pendidikan di SMU Teladan Binjai. Pada tahun 2002 penulis

menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumetera

Utara dan pada tahun 2011-2013 penulis menempuh pendidikan S-2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP) Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menikah pada tahun 2003 dan dikarunia 1 orang putra dan 2 orang

putri. Tahun 2005 penulis bekerja di puskesmas Lawe Dua kabupaten Aceh Tenggara

provinsi Aceh (NAD), dan pada tahun 2008 pindah kerja ke Dinas Kesehatan

kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara hingga saat ini.

(13)

DAFTAR ISI

2.2.1 Pengertian Promosi Kesehatan ... 12

2.2.2 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan ... 13

2.2.3 Visi dan Misi Promosi Kesehatan ... 15

2.2.4 Strategi Promosi Kesehatan ... 17

2.2.5 Sasaran Promosi Kesehatan ... 18

2.2.6 Strategi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 19

2.2.7 Media Promosi Kesehatan ... 23

2.4.1 Tahap-tahap dalam Inisiasi Menyusu Dini ... 34

(14)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 52

4.1.1. Keadaan Geografis ... 52

4.1.2. Demografi ... 52

4.2. Karakteristik Responden ... 54

4.3. Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Media Video terhadap Pengetahuan dan Sikap Responden ... 56

4.3.1 Gambaran Pengetahuan Responden pada Kelompok Perlakuan Promosi Kesehatan dengan Video ... 56

4.3.2. Gambaran Sikap Responden pada Kelompok Perlakuan Promosi Kesehatan dengan Media Video ... 59

4.4. Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Media Booklet terhadap Pengetahuan dan Sikap Responden ... 64

4.4.1. Gambaran Pengetahuan Responden pada Kelompok Perlakuan Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 64

4.4.2. Gambaran Sikap Responden pada Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 67

4.5. Pengetahuan Responden sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Video dan sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 72

4.6. Pengetahuan Responden sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Video dan sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 74

4.7. Sikap Responden sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 75

4.8. Sikap Responden sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 77

BAB 5 PEMBAHASAN ... 79

(15)

5.2 Efektifitas Promosi Kesehatan dengan Media Video terhadap

Pengetahuan Responden... 81

5.3 Efektifitas Promosi Kesehatan dengan Media Video terhadap Sikap Responden ... 84

5.4 Efektifitas Promosi Kesehatan dengan Media Booklet terhadap Pengetahuan Responden... 86

5.5 Efektifitas Promosi Kesehatan dengan Media Booklet terhadap Sikap Responden ... 88

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

6.1. Kesimpulan ... 91

6.2 Saran ... 91

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 49

3.2 Aspek Pengukuran ... 51

4.1. Jumlah Lingkungan, Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga

Menurut Kelurahan/Desa Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Tahun 2012 .. 53

4.2. Cakupan ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Tahun 2013 ... 53

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Pekerjaan

di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 54

4.4. Distribusi Pengetahuan Responden pada Kelompok Promosi Kesehatan

dengan Media Video tentang IMD dan Asi Ekslusif ... 57

4.5. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pengetahuan sebelum Intervensi dan sesudah Intervensi pada Kelompok Promosi Kesehatan

dengan Media Video di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Tahun 2013 ... 58

4.6. Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Tingkat

Pengetahuan Responden Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media

Video ... 58

4.7. Distribusi Sikap Responden Sebelum Intervensi Promosi Kesehatan

dengan Media Video tentang IMD dan ASI Ekslusif ... 59

4.8. Distribusi Sikap Responden Sesudah Intervensi Promosi Kesehatan

dengan Media Video tentang IMD dan ASI Ekslusif ... 61

4.9. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sikap sebelum Intervensi dan sesudah Intervensi pada Kelompok Promosi Kesehatan dengan

Media Video di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Tahun 2013 ... 63

4.10. Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Sikap Responden

Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media Video ... 63

4.11. Distribusi Pengetahuan Responden pada Kelompok Promosi Kesehatan

(17)

4.12. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pengetahuan sebelum Intervensi dan sesudah Intervensi pada Kelompok Promosi Kesehatan

dengan Media Booklet di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Tahun 2013 .. 66

4.13. Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Tingkat

Pengetahuan Responden Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media

Booklet ... 66

4.14. Distribusi Sikap Responden sebelum Intervensi Promosi Kesehatan

dengan Media Booklet tentang IMD dan ASI Ekslusif ... 67

4.15. Distribusi Sikap Responden sesudah Intervensi Promosi Kesehatan

dengan Media Booklet tentang IMD dan ASI Ekslusif ... 69

4.16. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sikap sebelum Intervensi dan sesudah Intervensi pada Kelompok Promosi Kesehatan dengan

Media Booklet di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Tahun 2013... 71

4.17. Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Sikap Responden

Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 71

4.18. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pengetahuan sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Media Booklet di Wilayah

Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 72

4.19. Perbedaan Pengetahuan Responden tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Ekslusif sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Video dan

Responden sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 73

4.20. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pengetahuan sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Media Booklet di Wilayah

Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 74

4.21. Perbedaan Pengetahuan Responden tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Ekslusif sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Video

dengan Responden sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 74

4.22. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sikap sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Media Booklet di Wilayah Kerja

Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 75

4.23. Perbedaan Sikap Responden tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Ekslusif sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Video dengan

(18)

4.24. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sikap Sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Media Booklet di Wilayah Kerja

Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 77

4.25. Perbedaan Sikap Responden tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Ekslusif sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Video dengan Responden sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 77

DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman 2.1 Taxonomi Bloom ... 32

2.2 Hubungan Status Kesehatan, Perilaku dan Promosi Kesehatan ... 40

2.3 Kerangka Konsep Penelitian ... 41

3.1 Rancangan Penelitian ... 42

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Halaman 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 98

2 Kuesioner Penelitian ... 99

3 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat ... 103

4 Surat Izin Penelitian dari Kantor Bappeda Kabupaten Langkat ... 104

(19)

6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 106

7 Hasil Distribusi Frekwensi Karakteristik Responden ... 110

8 Hasil Uji Paired Samples T Test dan IndependentSamples T Test ... 115

9 Master Data Penelitian ... 119

10 Materi Promosi Kesehatan ... 125

11 Booklet ... 128

12 Dokumentasi Kelompok Perlakuan Dengan Media Video ... 131

13 Dokumentasi Kelompok Perlakuan Dengan Media Booklet ... 132

14 Hasil Frekwensi Pengetahuan dan Sikap Responden ... 133

(20)

ABSTRAK

Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup. Fakta menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 13% kematian balita dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat menyelamatkan 22% kematian bayi baru lahir. Hal ini disebabkan antara lain karena rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI. Salah satu upaya penanggulangan masalah ini adalah dengan metode promosi kesehatan yang efektif .

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas promosi kesehatan

dengan media video dan promosi kesehatan dengan media booklet dalam

meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI ekslusif di wilayah kerja puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013.

Jenis penelitian adalah quasi eksperimen design (eksperimen semu).

Penelitian menggunakan dua kelompok perlakuan, yaitu kelompok yang diberi

perlakuan promosi kesehatan dengan media video dan kelompok dengan media

booklet . Sampel sebanyak 30 orang untuk masing-masing kelompok ditentukan

secara purposive sampling. Alat yang dipakai dalam pengumpulan data adalah

kuesioner. Uji statistik yang digunakan Paired Samples T Test dan Independent-Samples T Test dimana perbedaan dinyatakan bermakna bila nilai p<0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi kesehatan dengan media video

dan booklet ditemukan bahwa ada peningkatan pengetahuan dan sikap tentang Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) dan ASI ekslusif. Hasil uji Independent-Samples T Test

menunjukkan bahwa media video lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan

responden dibandingkan media booklet. Sedangkan pada variabel sikap ditemukan

bahwa media video dan media booklet memiliki efektifitas yang sama dalam

meningkatkan sikap responden.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Langkat agar menyediakan fasilitas

video (LCD) dan booklet di tiap puskesmas agar kegiatan promosi kesehatan dapat berjalan dengan baik. Selain itu agar melakukan pelatihan bagi petugas kesehatan agar mampu melakukan promosi kesehatan kepada ibu hamil tentang IMD dan ASI ekslusif.

(21)

ABSTRACT

Infant Mortality Rate in Indonesia is still high; that is 34 per 1,000 live births. Fact indicates that the administration of exclusive breastfeeding can prevent 13% of the infant mortality and Early Initiation of Breastfeeding can save 22% of newborn mortality. This high infant mortality rate is due, among other things, to the less knowledge of mothers about the benefit of breastfeeding. One of the countermeasure efforts for this issue is the application of effective health promotion method.

The purpose of this quasi-experimental study was to compare the effectiveness of health promotion promoted through the media of video and through the media of booklet in improving the knowledge and attitude of pregnant mothers about Early Initiation of Breastfeeding and Exclusive Breastfeeding in the working area of Puskesmas (Community Health Center) Stabat, Langkat District in 2013.

This study used two treatment groups. Each group consisted of 30 persons (samples) selected through purposive sampling technique. One group was given health promotion through the media of video, and the other was given health promotion through the media of booklet. The data for this study were obtained through questionnaire distribution. The data obtained were statistically testet through Paired Samples t-test and Independent Samples t-test and the difference became significant if p value was less than 0.05 (P<0.05).

The result of this study showed that the health promotion through the media of video and booklet assisted in improving the knowledge and attitude of pregnant mothers about Early Initiation of Breastfeeding and Exclusive Breastfeeding. The result of Independent Samples t-test showed that the health promotion through the media of video was more effective than through the media of booklet in improving respondents knowledge, while both the media of video and the media of booklet had the same effectiveness in improving respondents’ attitude.

The management of Langkat District Health Service is suggested to provide video (LCD) facility and booklet at each Puskesmas that the health promotion activity can run properly and to provide trainings for the health workers that they are able to do health promotion about Early Initiation of Breastfeeding and Exclusive Breastfeeding to the pregnant mothers.

(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para Kepala Negara dan

perwakilan dari 189 negara dalam sidang Persatuan Bangsa-Bangsa di New York

pada bulan September 2000 menegaskan kepedulian utama masyarakat dunia untuk

bersinergi dalam mencapai Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium

Development Goals-MDGs) pada tahun 2015. Tujuan MDGs menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang

tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat (Bapenas, 2012).

Komitmen Indonesia untuk mencapai MDGs mencerminkan komitmen

Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi

kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dunia. Karena itu, MDGs merupakan

acuan penting dalam penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional.

Pemerintah Indonesia telah mengutamakan MDGs dalam rencana pembangunan

nasional, termasuk kesehatan (Depkes RI, 2012).

Sehat menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) didefinisikan sebagai suatu

keadaan sejahtera sempurna dari fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya terbatas

pada bebas dari penyakit dan kecacatan. (WHO, 2000). Sejalan dengan

perkembangan, maka definisi tersebut sudah dirasakan perlu direvisi kembali, karena

(23)

pada tahun 1986 disebutkan bahwa sehat itu bukan hanya sekedar tujuan hidup, tetapi

merupakan alat untuk hidup secara produktif (Ahmad, 2009).

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan guna

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kesinambungan

dan keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan oleh tersedianya pedoman

penyelenggaraan pembangunan kesehatan (Kemenkes RI, 2011).

Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh,

terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat

peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) masih dirasakan kurang. Jumlah

sarana dan prasarana kesehatan masih belum memadai. Tercatat jumlah Puskesmas

untuk seluruh Indonesia sebanyak 7.237 unit, Puskesmas Pembantu sebanyak 21.267

unit dan Puskesmas Keliling 6.392 unit. Untuk rumah sakit terdapat sebanyak 1.215

RS, terdiri dari 420 RS milik pemerintah, 605 RS milik swasta, 78 RS milik BUMN

dan 112 RS milik TNI & Polri, dengan jumlah seluruh tempat tidur sebanyak 130.214

buah. Penyebaran sarana dan prasarana kesehatan belum merata. Rasio sarana dan

prasarana kesehatan terhadap jumlah penduduk di luar pulau Jawa lebih baik

dibandingkan dengan di Pulau Jawa. Hanya saja keadaan transportasi di luar Pulau

(24)

Secara implementasi, sistem kesehatan bersifat dinamis dan sangat

dipengaruhi berbagai kondisi ekonomi, politik dan budaya suatu negara (Adisasmito,

2008). Dengan kata lain, sistem kesehatan merupakan kombinasi antara institusi

kesehatan, sumber daya manusia pendukung, mekanisme finansial, sistem informasi,

mekanisme jaringan organisasi dan manajemen struktur yang di dalamnya termasuk

komponen administrasi (Lassey, 1997).

Salah satu upaya kesehatan dasar yang merupakan program minimal dan

harus dilaksanakan setiap Puskesmas adalah Program Promosi Kesehatan dengan

melaksanakan berbagai kegiatan promosi hidup bersih dan sehat dengan indikator

keberhasilan adalah perbaikan perilaku sehat masyarakat (Depkes RI, 2002). Promosi

Kesehatan menurut Piagam Ottawa diartikan sebagai suatu proses yang

memungkinkan seseorang untuk meningkatkan dan mengontrol derajat kesehatannya,

baik secara individu, kelompok maupun masyarakat (Siregar, 2009).

Dalam mengimplementasikan program promosi kesehatan di puskesmas

dibutuhkan sumber daya yang andal dalam melaksanakannya. Kajian Muninjaya

(2004) menjelaskan bahwa visi dan misi baru puskesmas di era desentralisasi kurang

dihayati baik oleh pimpinan maupun staf puskesmas. Hal itu mengakibatkan upaya

advokasi dan juga pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan menjadi kurang

mendapat sambutan di masyarakat. Masalah lain adalah Sistem Informasi Manajemen

Puskesmas (SIMPUS) yang bertujuan untuk proses penyusunan rencana strategis

(25)

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk

menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik

itu melalui media cetak, elektonika, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat

meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya

ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Menurut Suhardjo (2003),

media sebagai sarana belajar mengandung pesan atau gagasan sebagai perantara

untuk menunjang proses belajar atau penyuluhan tertentu yang telah direncanakan.

Menurut Notoatmodjo (2005), promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media

karena melalui media, pesan-pesan disampaikan dengan mudah dipahami dan lebih

menarik. Media juga dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi,

mempermudah pengertian. Disamping itu, dapat mengurangi komunikasi yang

verbalistik dan memperlancar komunikasi. Dengan demikian sasaran dapat

mempelajari pesan tersebut dan mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai

dengan pesan-pesan yang disampaikan. Simnett dan Ewles (1994) menambahkan

bahwa metode mengajar dan alat belajar seperti leaflet, poster dan video banyak

dipakai dalam praktik promosi kesehatan.

Dalam beberapa tahun belakangan, promosi kesehatan menjadi penting untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Isu-isunya juga beragam, salah satunya

adalah kesehatan ibu dan anak (KIA). Tujuan utamanya adalah mencegah morbiditas

dan mortalitas ibu dan bayi. Topik promosi kesehatan KIA juga beragam, namun

yang umum dan paling banyak diangkat adalah inisiasi menyusui dini (IMD) dan ASI

(26)

kematian bayi antara usia 9 – 12 bulan meningkat 40 % jika bayi tersebut tidak

disusui. Untuk bayi berusia dibawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat, sekitar

40 % kematian balita terjadi satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi Menyusu

Dini (IMD) dapat mengurangi 22 % kematian bayi 28 hari, berarti Inisiasi Menyusu

Dini (IMD) mengurangi kematian balita 8,8 % (Roesli, 2008).

Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, yaitu 34 per 1000 kelahiran

hidup. Fakta menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 13%

kematian balita. Demikian juga dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat

menyelamatkan 22% kematian bayi baru lahir (neonatal). Data survey demografi dan

kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa cakupan ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan

di Indonesia menunjukkan penurunan dari 62,2% (2007) menjadi 56,2% (2008).

Sementara berdasarkan Riskesdas tahun 2010 capaian ASI Ekslusif pada bayi sampai

berumur 6 bulan hanya 15,3% saja. Hal ini disebabkan antara lain karena rendahnya

pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar,

kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari Petugas Kesehatan,

persepsi – persepsi sosial budaya yang menentang pemberian ASI, kondisi yang

kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan pemasaran agresif oleh perusahan –

perusahaan susu formula yang tidak saja mempengaruhi para ibu namun juga petugas

Kesehatan (Kemenkes RI, 2011 dan Baskoro, 2008).

Menurut data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (2010) menunjukkan

bahwa, pemberian ASI ekslusif pada bayi di Sumatera Utara mencapai 25,43% dan pada

(27)

cakupan ASI Eksklusif yang ditargetkan dalam Program Pembangunan Nasional

(Propenas) adalah 80%. Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat (2010)

di Kabupaten Langkat hanya 29,83% bayi yang mendapat ASI Eksklusif.

Salah satu upaya penanggulangan masalah tersebut diatas antara lain dengan

metode promosi kesehatan yang efektif. Metode promosi kesehatan yang paling

sering dilakukan adalah metode ceramah. Adapun kelemahan ceramah adalah pesan

yang terinci mudah dilupakan setelah beberapa lama. Selain itu ceramah juga

mementingkan kreadibilitas komunikator sehingga ketertarikan komunikan terhadap

materi tergantung kemampuan komunikator. Lain hal bila promosi kesehatan

dilakukan dengan menggunakan grafis, misalnya booklet atau video. Keuntungan

penggunaan media tersebut dalam promosi kesehatan yaitu dapat menghindari

kesalahan pemahaman, memperjelas pesan yang disampaikan, materi atau pesan

mudah diingat dan tahan lama, serta sasaran promosi kesehatan lebih memiliki

perhatian yang banyak dibandingkan metode ceramah (Notoatmodjo, 2007).

Hasil penelitian Sitepu (2008), menunjukkan bahwa metode promosi

kesehatan dengan menggunakan metode ceramah dengan pemutaran video lebih

efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang pneumonia di

Kabupaten Langkat dibandingkan metode ceramah tanpa pemutaran video. Hal ini

berarti metode promosi kesehatan dengan grafis lebih efektif dibandingkan metode

ceramah.

Menurut penelitian Zulaekah (2012), dimana pendidikan gizi diberikan

(28)

asupan makan terutama asupan besi dan kadar hemoglobin anak akan meningkat.

Pendidikan gizi secara komprehensif dengan alat bantuan booklet pada anak, orang tua dan guru kelas di Semarang dapat meningkatkan pengetahuan gizi anak sekolah

dasar yang anemia.

Kabupaten Langkat adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi

Sumatera Utara. Dinas Kesehatan Langkat memiliki tujuan pembangunan kesehatan

bagi masyarakat di Kabupaten Langkat. Namun, berdasarkan profil kesehatan

Kabupaten Langkat Tahun 2012, menunjukkan angka morbiditas dan mortalitas yang

belum mencapai standar yang ditetapkan Departemen Kesehatan RI. Misalnya saja,

angka kematian bayi di kabupaten ini yang mencapai 4,74 per 1000 kelahiran hidup.

Angka pemberian ASI eksklusif di kabupaten ini juga masih rendah, yaitu sekitar

29,83% pada tahun 2010, 30,46% di tahun 2011, 38,48% pada tahun 2012 dan

Inisiasi Menyusu Dini masih sangat rendah (Dinkes Langkat, 2012).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti, masih kurang

beragamnya metode penyuluhan yang dilaksanakan dan cenderung dengan media

yang sama yaitu dengan media ceramah. Menurut beberapa bidan dan petugas

kesehatan lainnya, informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini belum pernah diberikan

kepada masyarakat. Peranan media promosi kesehatan tentang ASI Ekslusif yang ada

dalam bentuk poster dan buku KIA ternyata belum efektif untuk mencapai tujuan

perubahan perilaku sasaran yang sesuai dengan harapan.

Media yang efektif adalah media yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat,

(29)

Langkat selama ini hanya sebatas komunikasi langsung dan belum intensif. Sehingga

perlu dilakukan pengembangan media promosi kesehatan sesuai kebutuhan

masyarakat setempat. Oleh karena itu peneliti merasa perlu dirancang suatu media

yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai budaya masyarakat sehingga pesan

dapat efektif untuk merubah pengetahuan dan sikap ibu tentang Inisiasi Menyusu

Dini (IMD) dan ASI Ekslusif. Media promosi kesehatan yang akan digunakan adalah

video dan booklet dengan pertimbangan yang sudah dikenal masyarakat, mudah dipahami, lebih menarik dan dapat diulang –ulang.

Kabupaten langkat terdiri dari 23 kecamatan dengan jumlah puskesmas

sebanyak 30 puskesmas. Dari seluruh wilayah kerja puskesmas yang ada, tercatat

bahwa capaian ASI Ekslusif di Puskesmas Stabat masih rendah yaitu 13,08% pada

tahun 2011 dan 14,69% pada tahun 2012 dan menjadi lokasi penelitian untuk melihat

efektivitas media promosi kesehatan video dan booklet.

1.2Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat kita ketahui bahwa permasalahan

dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya efektivitas promosi kesehatan dengan

media video dan booklet terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Stabat

(30)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas promosi

kesehatan dengan media video dan booklet terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil

tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Stabat Kabupaten Langkat tahun 2013.

1.4 Hipotesis

1. Ada perbedaan rata-rata pengetahuan dan sikap ibu hamil sebelum dan sesudah

promosi kesehatan dengan media video tentang IMD dan ASI Ekslusif di wilayah

kerja puskesmas Stabat tahun 2013.

2. Ada perbedaan rata-rata pengetahuan dan sikap ibu sebelum dan sesudah

promosi kesehatan dengan media booklet tentang IMD dan ASI Ekslusif di

wilayah kerja puskesmas Stabat tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten dalam merancang

program promosi kesehatan agar lebih efektif dengan memperhatikan

media-media yang cocok dalam penyampaian pesan kesehatan sehingga masyarakat

mudah untuk menyerapnya.

2. Memberikan masukan bagi Puskesmas Stabat untuk memilih dan mendesain

media promosi kesehatan yang baik sehingga pengunjung puskesmas mudah

(31)

kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Stabat, khususnya mengenai

IMD dan ASI Eksklusif.

3. Bagi kalangan akademik, penelitian ini tentunya bermanfaat sebagai kontribusi

untuk memperkaya khasanah keilmuan pada umumnya dan pengembangan

(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil

atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer

mendefenisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau

menunjang tujuan.

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang

telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut

efektif apabila terjadi ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan. Hal ini sesuai

dengan pendapat H.Emerson yang dikutip Soewarno Handayaningrat S (1994) yang

menyatakan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang

telah ditentukan sebelumnya. Lebih lanjut lagi menurut Kuniawan (2005)

mendefenisikan efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi

kegiatan program atau misi) daripada suatu organisai atau sejenisnya yang tidak

adanya tekanan tau ketegangan diantara pelaksanaannya.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah

suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target yang telah dicapai oleh suatu

(33)

2.2. Promosi Kesehatan

2.2.1. Pengertian Promosi Kesehatan

Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan

dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan,

Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi

kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang

bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan

peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di

dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku

masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik

fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan

aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya.

Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan

yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat

sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya (Hartono,2010). Menurut Green

dalam Notoatmodjo (2005), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi

pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan

organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang

(34)

Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai dicetuskan setidaknya pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya konfrensi

Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada pada tahun 1965.

Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang didalamnya memuat definisi

serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu, istilah yang cukup

terkenal hanyalah penyuluhan kesehatan, dan disamping itu pula muncul dan populer

istilah-istilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social

Marketing (Pemasaran Sosial), Mobilisasi Sosial dan lain sebagainya.(Bapenas, 2012)

2.2.2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai

berikut :

1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang

penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan

kesadaran, kemauan dan kemampuan.

2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang

penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.

3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi)

yang tekanannya pada penyebaran informasi.

4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya

(35)

5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya

untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan

yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan,

dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).

6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community

organization), pengembangan masyarakat (community development),

penggerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat

(community empowerment), dll.

Ruang lingkup promosi kesehatan menurut Notoadmodjo (2008), ruang

lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu: a).dimensi aspek

pelayanan kesehatan, dan b).dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan

promosi kesehatan.

1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan

Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok,

yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sedangkan ahli lainnya membagi

menjadi dua aspek, yakni :

a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan

b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran

kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok

yang sakit.

Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan di kelompok

(36)

a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.

b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.

2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan

Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :

a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).

b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.

c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.

d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.

e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan

Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat

dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel

and Clark.

a. Promosi Kesehatan.

b. Perlindungan khusus (specific protection).

c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).

d. Pembatasan cacat (disability limitation) e. Rehabilitasi (rehabilitation).

2.2.3. Visi dan Misi Promosi Kesehatan

Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi

yang jelas. Dalam konteks promosi kesehatan “ Visi “ merupakan sesuatu atau apa

(37)

program-program kesehatan lainnya. Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi dari

promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-Undang Kesehatan

Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO (World Health

Organization).

Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara

ekonomi maupun sosial.

2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit

menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun

program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan

peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.

Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya

yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi

kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam

pencapaian suatu visi.

Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Advokasi (Advocation)

Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan

kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang

spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk

(38)

dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan

melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.

2. Menjembatani (Mediate)

Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu

kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang

terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan

(partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya

dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor

kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah

kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting

dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.

3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)

Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan

memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari

pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan

pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga,

maka kemampuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan

meningkat.(Notoatmodjo, 2007)

2.2.4 Strategi Promosi Kesehatan

Strategi merupakan cara untuk mencapai/mewujudkan visi dan misi

pendidikan/promosi kesehatan tersebut secara efektif dan efisien. Berikut adalah

(39)

1. Strategi Global (Global Strategy)

* Advokasi (advocacy)

* Dukungan sosial (social support)

* Pemberdayaan masyarakat (empowerment)

2. Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter)

Konfrensi internasional promosi kesehatan di Ottawa-Canada tahun 1986

telah menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter), dan salah satunya adalah

rumusan strategi promosi kesehatan yang telah dikelompokkan menjadi lima bagian

diantaranya :

* Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy).

* Lingkungan yang medukung (supportive environment)

* Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service). * Keterampilan individu (personal skill).

* Gerakan masyarakat (community action).

2.2.5. Sasaran Promosi Kesehatan

Berdasarkan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam

tiga kelompok sasaran, yaitu :

1. Sasaran Primer (Primary Target)

Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi,

kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk

(40)

dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan

masyarakat (empowerment).

2. Sasaran Sekunder (Secondary Target)

Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat,

tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh

penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi

kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali

menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya. Tokoh

masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat

menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.

3. Sasaran Tersier (Tertiary Target)

Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah

pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini

dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang

dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi

sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi

advokasi (advocacy)(Kemenkes,2011)

2.2.6. Strategi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Ditinjau dari prinsip-prinsip yang dapat dipelajari dalam promosi kesehatan,

pada pertengahan tahun 1995 dikembangkanlah strategi atau upaya peningkatan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), sebagai suatu bentuk operasional

(41)

dikembangkan dalam pertemuan baik internal, pusat penyuluhan kesehatan maupun

eksternal secara lintas program dan lintas sektor, termasuk dengan organisasi profesi,

FKM UI dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

Adapun beberapa hal yang disarikan tentang pokok-pokok promosi kesehatan

(health promotion) atau PHBS yang merupakan embrio promosi kesehatan di

Indonesia ini adalah bahwa:

1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi: Proses

pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatannya (the process of enabling people to control over and improve their

health), lebih luas dari Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi

Kesehatan meliputi Pendidikan/ Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain

Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari Promosi

Kesehatan.

2. Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan (dapat dikatakan) menekankan pada upaya

perubahan atau perbaikan perilaku kesehatan. Promosi Kesehatan adalah upaya

perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan upaya

mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap

perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.

3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan)

sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan

(42)

menjual yang bersifat persuasif, karena sesungguhnya “kesehatan” merupakan

“sesuatu” yang sangat layak jual, karena sangat perlu dan dibutuhkan setiap

orang dan masyarakat.

4. Pendidikan/penyuluhan kesehatan menekankan pada pendekatan edukatif,

sedangkan pada promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya

pendekatan edukatif yang banyak dilakukan pada tingkat masyarakat di strata

primer (di promosi kesehatan selanjutnya digunakan istilah gerakan

pemberdayaan masyarakat), perlu dibarengi atau didahului dengan upaya

advokasi, terutama untuk strata tertier (yaitu para pembuat keputusan atau

kebijakan) dan bina suasana (social support), khususnya untuk strata sekunder (yaitu mereka yang dikategorikan sebagai para pembuat opini). Maka dikenalah

strategi ABG, yaitu Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan/pemberdayaan

Masyarakat.

5. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan, masalah diangkat dari apa yang ditemui

atau dikenali masyarakat (yaitu masalah kesehatan atau masalah apa saja yang

dirasa penting/perlu diatasi oleh masyarakat); Pada PHBS, masyarakat

diharapkan dapat mengenali perilaku hidup sehat, yang ditandai dengan sekitar

10 perilaku sehat (health oriented). Masyarakat diajak untuk mengidentifikasi apa dan bagaimana hidup bersih dan sehat, kemudian mengenali keadaan diri dan

lingkungannya serta mengukurnya seberapa sehatkah diri dan lingkungannya itu.

Pendekatan ini kemudian searah dengan paradigma sehat, yang salah satu dari

(43)

6. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan yang menonjol adalah pendekatan di

masyarakat (melalui pendekatan edukatif), sedangkan pada PHBS/promosi

kesehatan dikembangkan adanya 5 tatanan: yaitu di rumah/tempat tinggal (where

we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work), di

tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana kesehatan

(where we get health services). Dari sini dikembangkan kriteria rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, tempat umum sehat, dan lain-lain yang

mengarah pada kawasan sehat seperti : desa sehat, kota sehat, kabupaten sehat,

sampai ke Indonesia Sehat.

7. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi

oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat

(mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara

lintas program dan lintas sektor.

8. Sebagaimana pada Pendidikan dan Penyuluhan, Promosi Kesehatan sebenarnya

juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti

hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur

hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan

masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi kegiatan

seperti: advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dan lain-lain. Karena

(44)

mengaitkan hasil kegiatan tersebut pada jumlah tatanan sehat, seperti: rumah

sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, dan seterusnya.(Kemenkes,2012)

2.2.7. Media Promosi Kesehatan

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk

menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik

itu melalui media cetak, elektonika, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat

meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya

ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Menurut Suhardjo (2003),

media sebagai sarana belajar mengandung pesan atau gagasan sebagai perantara

untuk menunjang proses belajar atau penyuluhan tertentu yang telah direncanakan.

Menurut Notoatmodjo (2005), promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media

karena melalui media, pesan-pesan disampaikan dengan mudah dipahami dan lebih

menarik. Media juga dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi,

mempermudah pengertian. Disamping itu, dapat mengurangi komunikasi yang

verbalistik dan memperlancar komunikasi. Dengan demikian sasaran dapat

mempelajari pesan tersebut dan mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai

dengan pesan-pesan yang disampaikan. Simnett dan Ewles (1994) menambahkan

bahwa metode mengajar dan alat belajar seperti leaflet, poster dan video banyak

dipakai dalam praktik promosi kesehatan.

Arsyad (2010), mengelompokkan media promosi kesehatan berdasarkan

pengembangan media pembelajaran, yaitu:

(45)

2. Media berbasis cetakan, seperti buku, penuntun, dan lembaran lepas

3. Media berbasis visual, seperti grafik,peta, gambar, tranparansi atau slide).

4. Media berbasis audio visual seperti video, film, slide dan tape serta televisi.

5. Media berbasis komputer ( media dengan bantuan komputer)

Menurut Notoatmodjo (2003), berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran

pesan- pesan kesehatan, media dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Media cetak, seperti booklet, leaflet, flyer, flip chart, rubrik/tulisan-tulisan poster, foto.

2. Media elektronik, seperti televisi, radio , video compact disc, slide, film strip 3. Media papan (bill board), yang mencakup pesan-pesan yang ditulis pada

lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum.

2.2.8. Video

Video merupakan salah satu alat bantu dalam kegiatan promosi kesehatan

yang sering disebut juga VCD (Video Compact Disk). VCD adalah video yang

disimpan dalam piringan disk (CD). Video sebagai media elektronik adalah media

komunikasi yang memiliki unsur audio-visual yaitu terdapat unsur narasi, musik,

dialog, sound efect, gambar, teks, animasi dan grafik.(Arsyad,2010)

Media audio visual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari sasaran,

dimana penggunaan penggunaan audivisual melibatkan semua alat pembelajaran,

sehingga semakin banyak alat indera yang terlibat untuk menerima dan mengolah

informasi, semakin besar kemungkinan isi informasi tersebut dapat di mengerti dan

(46)

yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang

lebih 75% sampai 87% dan pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan melalui mata.

Sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indera lainnya.Film, cerita,

iklan, video adalah contoh media audio visual yang lebih menonjolkan fungsi

komunikasi (Notoadmodjo,2007).

Kelebihan dari penggunaan video yaitu :

 Lebih mudah dipahami

 Lebih menarik

 Sebagai informasi umum dan hiburan

 Bertatap muka, mengikutsertakan seluruh panca indera

 Penyajian dapat dikendalikan jangkauannya relatif besar

Sementara kelemahannya, yaitu :

 Biaya lebih tinggi

 Sedikit rumit

 Perlu listrik alat

 Perlu persiapan

 Perlu penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya

(Notoatmodjo,2005)

2.2.9. Booklet

(47)

Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar, atau foto

tata warna.

Fungsi utama media cetak ini adalah memberi informasi dan menghibur.

Kelebihan dari media ini adalah

 Tahan lama

 Mencakup banyak orang

 Biaya tidak tinggi

 Tidak perlu listrik

 Dapat dibawa kemana-mana

 Dapat mengungkit rasa keindahan

 Mempermudah pemahaman

 Meningkatkan gairah belajar

Sedangkan kelemahan dari media ini yaitu

 Tidak dapat menstimulir efek suara

 Efek gerak dan mudah terlipat (rusak/koyak).

Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan

informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan

sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan

pesan-pesan yang disampaikan. Promosi kesehatan di sekolah misalnya, merupakan

langkah yang strategis dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, khususnya

(48)

2.3. Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

semua makhluk hidup berperilaku karena mereka semua mempunyai aktivitas

masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya

adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan

yang sangat luas sepanjang kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain: berjalan,

berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan seterusnya.

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia

adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung,

maupun yang tidak dapat diamati dari luar (Notoatmodjo, 1993).

2.3.1. Determinan Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat

tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.

Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun

respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan

perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:

1. Determinan atau Faktor Internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan,

(49)

2. Determinan atau Faktor Eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,

sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini

merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku

seseorang.(Notoatmodjo,2003)

2.3.2. Bentuk Perilaku

Bloom (1956) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia

itu ke dalam tiga domain yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (pshycomotor) yang dikenal dengan taxonomi Bloom. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni :a)

Pengetahuan(knowledge), b) Sikap (attitude), c) Praktek atau tindakan (practice). Menurut Syah(2008), mengungkapkan uapaya pengembangan fungsi ranah koqnitif

sendiri, melainkan juga terhadap ranah afektif dan psikomotor.

A.Ranah Kognitif/Pengetahuan

Ranah koqnitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut

Bloom, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah

kognitif. Dalam ranah kognitif itu enam aspek atau jenjang proses berpikir, mulai dari

jenjang terendah yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud

adalah:

1.Pengetahuan (Knowledge)/C1

Yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau

(50)

,engharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan adalah

merupakan prosess ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.

2.Pemahaman (Comprehension)/C2

Yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah

itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang

sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.

3.Penerapan (Application)/C3

Yaitu kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide

umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori

dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan konkret.

4.Analisis (Analysis)/C4

Yaitu kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan

atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami

hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor ang satu dengan faktor-faktor

lainnya.

5.Penilaian (Evaluation)/C5

Yaitu merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan

terhadap suatu kondisi, niali atau ide.

6.Berkreasi (Create)/C6

Yaitu merupakan jenjang berpikir paling tinggi, dapat juga berarti merancang,

membangun, merencanakan, menyempurnakan, memproduksikan, memproduksi,

(51)

B. Ranah Afektif (Sikap)

Merupakan perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti

minat, sikap, apresiasi dan cara penyesuaian diri. Arti kata sikap secara umum dapat

diterjemahkan sebagai “tendensi mental” atau “ kecendrungan mental” untuk

diaktualkan dalam kecendrungan afektif, baik ke arah yang positif atau negatif. Jika

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sikap, kecendrungan afektif biasa diekspresikan

dalam bentuk suka-tidak suka, setuju- tidak setuju, mencintai-membenci, menyukai-tidak menyukai dan sebagainya.

Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu :

1. Receiving atau Attending (menerima atau memperhatikan), adalah yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-akan membawa

kerugian atau penyesalan. Contoh hasil belajar afektif jenjang receiving,

misalnya : peserta didik memperhatikan sistem koloid dalam kehidupan

sehari-harinya.

2. Responding (menanggapi) mengandung arti adanya partisipasi aktif. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk

mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat

reaksi terhadapnya salah satu cara.

3. Valuing (menilai atau menghargai). Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau

objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa

Gambar

Gambar 2.1. Taxonomi Bloom
Gambar  2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.1. Rancangan Penelitian
Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil menunjukkan bahwa media promosi kesehatan (leaflet) efektif untuk menaikkan skor pengetahuan dan skor sikap ibu hamil tentang IMD dan ASI Eksklusif di Wilayah

Hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Pemberian ASI Eksklusf Pada Ibu Primpara dengan Bayi Usia &gt;6-12 Bulan (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ambulu

Penelitian setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang inisiasi menyusu dini (IMD) pada ibu hamil tidak terjadi perubahan sikap, karena hasil penelitian sebelum diberikan

Menurut studi awal yang sudah peneliti lakukan di Puskesmas X Kota Surabaya, cakupan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) masih rendah karena tidak adanya niat ibu hamil untuk

promosi kesehatan dengan media video tentang IMD dan ASI Ekslusif di wilayah. kerja puskesmas Stabat

Dengan disusunnya buku pedoman Asi Eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di RSB ASIH kota Metro diharapakan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya dalam

Dalam buku Inisiasi Menyusu Dini, JNPK-KR (2007) mengatakan bahwa seorang bidan dalam pelaksanaan IMD antara lain: (a) melatih keterampilan, mendukung, membantu, dan

melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) walaupun kemungkinan berhasilnya sekitar 50% daripada proses persalinan normal. Jika saat operasi caesar diberikan anastesi