EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO DAN BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL
TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2013
TESIS
Oleh
MARTINA PERANGIN-ANGIN 117032145/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
THE EFFECTIVENESS OF HEALTH PROMOTION THROUGH THE MEDIA OF VIDEO AND BOOKLET ON THE KNOWLEDGE AND
ATTITUDE OF PREGNANT MOTHERS ABOUT EARLY INITIATION OF BREASTFEEDING AND EXCLUSIVE
BREASTFEEDING IN THE WORKING AREA OF PUSKESMAS STABAT, LANGKAT DISTRICT
IN 2013
THESIS
By
MARTINA PERANGIN-ANGIN 117032145/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO DAN BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL
TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2013
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
MARTINA PERANGIN-ANGIN 117032145/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO DAN BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2013
Nama Mahasiswa : Martina Perangin-angin Nomor Induk Mahasiswa : 117032145
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M) (Dra. Syarifah, M.S) Ketua Anggota
Dekan
(Dr.Drs. Surya Utama, M.S)
Telah Diuji
pada Tanggal : 22 Juli 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Drs. R. KintokoRochadi, M.K.M Anggota : 1. Dra. Syarifah, M.S
PERNYATAAN
EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN MEDIA VIDEO DAN BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL
TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2013
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2013
ABSTRAK
Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup. Fakta menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 13% kematian balita dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat menyelamatkan 22% kematian bayi baru lahir. Hal ini disebabkan antara lain karena rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI. Salah satu upaya penanggulangan masalah ini adalah dengan metode promosi kesehatan yang efektif .
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas promosi kesehatan
dengan media video dan promosi kesehatan dengan media booklet dalam
meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI ekslusif di wilayah kerja puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013.
Jenis penelitian adalah quasi eksperimen design (eksperimen semu).
Penelitian menggunakan dua kelompok perlakuan, yaitu kelompok yang diberi
perlakuan promosi kesehatan dengan media video dan kelompok dengan media
booklet . Sampel sebanyak 30 orang untuk masing-masing kelompok ditentukan
secara purposive sampling. Alat yang dipakai dalam pengumpulan data adalah
kuesioner. Uji statistik yang digunakan Paired Samples T Test dan Independent-Samples T Test dimana perbedaan dinyatakan bermakna bila nilai p<0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi kesehatan dengan media video
dan booklet ditemukan bahwa ada peningkatan pengetahuan dan sikap tentang Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dan ASI ekslusif. Hasil uji Independent-Samples T Test
menunjukkan bahwa media video lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan
responden dibandingkan media booklet. Sedangkan pada variabel sikap ditemukan
bahwa media video dan media booklet memiliki efektifitas yang sama dalam
meningkatkan sikap responden.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan Langkat agar menyediakan fasilitas
video (LCD) dan booklet di tiap puskesmas agar kegiatan promosi kesehatan dapat berjalan dengan baik. Selain itu agar melakukan pelatihan bagi petugas kesehatan agar mampu melakukan promosi kesehatan kepada ibu hamil tentang IMD dan ASI ekslusif.
ABSTRACT
Infant Mortality Rate in Indonesia is still high; that is 34 per 1,000 live births. Fact indicates that the administration of exclusive breastfeeding can prevent 13% of the infant mortality and Early Initiation of Breastfeeding can save 22% of newborn mortality. This high infant mortality rate is due, among other things, to the less knowledge of mothers about the benefit of breastfeeding. One of the countermeasure efforts for this issue is the application of effective health promotion method.
The purpose of this quasi-experimental study was to compare the effectiveness of health promotion promoted through the media of video and through the media of booklet in improving the knowledge and attitude of pregnant mothers about Early Initiation of Breastfeeding and Exclusive Breastfeeding in the working area of Puskesmas (Community Health Center) Stabat, Langkat District in 2013.
This study used two treatment groups. Each group consisted of 30 persons (samples) selected through purposive sampling technique. One group was given health promotion through the media of video, and the other was given health promotion through the media of booklet. The data for this study were obtained through questionnaire distribution. The data obtained were statistically testet through Paired Samples t-test and Independent Samples t-test and the difference became significant if p value was less than 0.05 (P<0.05).
The result of this study showed that the health promotion through the media of video and booklet assisted in improving the knowledge and attitude of pregnant mothers about Early Initiation of Breastfeeding and Exclusive Breastfeeding. The result of Independent Samples t-test showed that the health promotion through the media of video was more effective than through the media of booklet in improving respondents knowledge, while both the media of video and the media of booklet had the same effectiveness in improving respondents’ attitude.
The management of Langkat District Health Service is suggested to provide video (LCD) facility and booklet at each Puskesmas that the health promotion activity can run properly and to provide trainings for the health workers that they are able to do health promotion about Early Initiation of Breastfeeding and Exclusive Breastfeeding to the pregnant mothers.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat
dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul:
“Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Booklet terhadap
Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI
Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat tahun 2013.”
Penulis menyadari penulisan ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan
kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang
penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan,
5. Drs .Syarifah, M.S, selaku Pembimbing Kedua yang telah meluangkan waktu dan
memberi motivasi, bimbingan, arahan, petunjuk hingga selesainya penulisan tesis
ini.
6. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes dan Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku Tim
Pembanding yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan guna
penyempurnaan tesis ini.
7. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat
bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.
8. Kepala Puskesmas Stabat yang telah memberikan izin penelitian, para petugas
kesehatan baik bidan koordinator dan para bidan desa serta mahasiswa AKBID
Pemkab Langkat yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
9. Seluruh responden, ibu-ibu hamil yang ada di wilayah kerja puskesmas Stabat
yang telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
10.Seluruh keluarga terutama suami tercinta Ir. Muhammad Yusuf Kaban, ananda
Danendra Ramiro Ibnu Kaban, Athaya Calya Putri br Kaban dan Nadhira Putri
Rahima br Kaban yang selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi, pada
penulis terutama dalam penyusunan tesis ini.
11.Seluruh teman-teman mahasiswa S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara khususnya minat studi PKIP angkatan 2011 yang telah
Semoga Allah SWT yang senantiasa dapat memberikan balasan atas kebaikan
yang telah diperbuat. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan,
untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan, sehingga tesis ini dapat
bermanfaat.
Medan, Juli 2013 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Martina Perangin-angin, jenis kelamin perempuan, berumur
34 tahun, lahir tanggal 23 Maret 1979. Penulis beragama Islam, tinggal di Jl. Sei Mati
No.1 Payamabar Stabat. Penulis merupakan anak pasangan dari Alm. Benih Maulana
Perangin-angin dan Almh. Rosni Br. Sembiring.
Jenjang pendidikan formal penulis mulai di SD Negeri No. 101735 Sei
Semayang pada tahun 1985 dan tamat pada tahun 1991. Pada tahun 1994, penulis
menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 1 Diski Deli Serdang. Pada tahun 1997,
penulis menyelesaikan pendidikan di SMU Teladan Binjai. Pada tahun 2002 penulis
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumetera
Utara dan pada tahun 2011-2013 penulis menempuh pendidikan S-2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Minat Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP) Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulis menikah pada tahun 2003 dan dikarunia 1 orang putra dan 2 orang
putri. Tahun 2005 penulis bekerja di puskesmas Lawe Dua kabupaten Aceh Tenggara
provinsi Aceh (NAD), dan pada tahun 2008 pindah kerja ke Dinas Kesehatan
kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara hingga saat ini.
DAFTAR ISI
2.2.1 Pengertian Promosi Kesehatan ... 12
2.2.2 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan ... 13
2.2.3 Visi dan Misi Promosi Kesehatan ... 15
2.2.4 Strategi Promosi Kesehatan ... 17
2.2.5 Sasaran Promosi Kesehatan ... 18
2.2.6 Strategi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 19
2.2.7 Media Promosi Kesehatan ... 23
2.4.1 Tahap-tahap dalam Inisiasi Menyusu Dini ... 34
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 52
4.1.1. Keadaan Geografis ... 52
4.1.2. Demografi ... 52
4.2. Karakteristik Responden ... 54
4.3. Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Media Video terhadap Pengetahuan dan Sikap Responden ... 56
4.3.1 Gambaran Pengetahuan Responden pada Kelompok Perlakuan Promosi Kesehatan dengan Video ... 56
4.3.2. Gambaran Sikap Responden pada Kelompok Perlakuan Promosi Kesehatan dengan Media Video ... 59
4.4. Efektivitas Promosi Kesehatan dengan Media Booklet terhadap Pengetahuan dan Sikap Responden ... 64
4.4.1. Gambaran Pengetahuan Responden pada Kelompok Perlakuan Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 64
4.4.2. Gambaran Sikap Responden pada Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 67
4.5. Pengetahuan Responden sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Video dan sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 72
4.6. Pengetahuan Responden sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Video dan sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 74
4.7. Sikap Responden sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 75
4.8. Sikap Responden sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 77
BAB 5 PEMBAHASAN ... 79
5.2 Efektifitas Promosi Kesehatan dengan Media Video terhadap
Pengetahuan Responden... 81
5.3 Efektifitas Promosi Kesehatan dengan Media Video terhadap Sikap Responden ... 84
5.4 Efektifitas Promosi Kesehatan dengan Media Booklet terhadap Pengetahuan Responden... 86
5.5 Efektifitas Promosi Kesehatan dengan Media Booklet terhadap Sikap Responden ... 88
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 91
6.1. Kesimpulan ... 91
6.2 Saran ... 91
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 49
3.2 Aspek Pengukuran ... 51
4.1. Jumlah Lingkungan, Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga
Menurut Kelurahan/Desa Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Tahun 2012 .. 53
4.2. Cakupan ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Tahun 2013 ... 53
4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Pekerjaan
di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 54
4.4. Distribusi Pengetahuan Responden pada Kelompok Promosi Kesehatan
dengan Media Video tentang IMD dan Asi Ekslusif ... 57
4.5. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pengetahuan sebelum Intervensi dan sesudah Intervensi pada Kelompok Promosi Kesehatan
dengan Media Video di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Tahun 2013 ... 58
4.6. Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Tingkat
Pengetahuan Responden Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media
Video ... 58
4.7. Distribusi Sikap Responden Sebelum Intervensi Promosi Kesehatan
dengan Media Video tentang IMD dan ASI Ekslusif ... 59
4.8. Distribusi Sikap Responden Sesudah Intervensi Promosi Kesehatan
dengan Media Video tentang IMD dan ASI Ekslusif ... 61
4.9. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sikap sebelum Intervensi dan sesudah Intervensi pada Kelompok Promosi Kesehatan dengan
Media Video di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Tahun 2013 ... 63
4.10. Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Sikap Responden
Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media Video ... 63
4.11. Distribusi Pengetahuan Responden pada Kelompok Promosi Kesehatan
4.12. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pengetahuan sebelum Intervensi dan sesudah Intervensi pada Kelompok Promosi Kesehatan
dengan Media Booklet di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Tahun 2013 .. 66
4.13. Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Tingkat
Pengetahuan Responden Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media
Booklet ... 66
4.14. Distribusi Sikap Responden sebelum Intervensi Promosi Kesehatan
dengan Media Booklet tentang IMD dan ASI Ekslusif ... 67
4.15. Distribusi Sikap Responden sesudah Intervensi Promosi Kesehatan
dengan Media Booklet tentang IMD dan ASI Ekslusif ... 69
4.16. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sikap sebelum Intervensi dan sesudah Intervensi pada Kelompok Promosi Kesehatan dengan
Media Booklet di Wilayah Kerja Puskesmas Stabat Tahun 2013... 71
4.17. Distribusi Frekwensi Pre-test dan Post-test Rata-rata Sikap Responden
Kelompok Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 71
4.18. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pengetahuan sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Media Booklet di Wilayah
Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 72
4.19. Perbedaan Pengetahuan Responden tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Ekslusif sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Video dan
Responden sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 73
4.20. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pengetahuan sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Media Booklet di Wilayah
Kerja Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 74
4.21. Perbedaan Pengetahuan Responden tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Ekslusif sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Video
dengan Responden sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 74
4.22. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sikap sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Media Booklet di Wilayah Kerja
Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 75
4.23. Perbedaan Sikap Responden tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Ekslusif sebelum Promosi Kesehatan dengan Media Video dengan
4.24. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sikap Sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Video dan Media Booklet di Wilayah Kerja
Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 77
4.25. Perbedaan Sikap Responden tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Ekslusif sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Video dengan Responden sesudah Promosi Kesehatan dengan Media Booklet ... 77
DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman 2.1 Taxonomi Bloom ... 32
2.2 Hubungan Status Kesehatan, Perilaku dan Promosi Kesehatan ... 40
2.3 Kerangka Konsep Penelitian ... 41
3.1 Rancangan Penelitian ... 42
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Halaman 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 98
2 Kuesioner Penelitian ... 99
3 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat ... 103
4 Surat Izin Penelitian dari Kantor Bappeda Kabupaten Langkat ... 104
6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 106
7 Hasil Distribusi Frekwensi Karakteristik Responden ... 110
8 Hasil Uji Paired Samples T Test dan IndependentSamples T Test ... 115
9 Master Data Penelitian ... 119
10 Materi Promosi Kesehatan ... 125
11 Booklet ... 128
12 Dokumentasi Kelompok Perlakuan Dengan Media Video ... 131
13 Dokumentasi Kelompok Perlakuan Dengan Media Booklet ... 132
14 Hasil Frekwensi Pengetahuan dan Sikap Responden ... 133
ABSTRAK
Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup. Fakta menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 13% kematian balita dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat menyelamatkan 22% kematian bayi baru lahir. Hal ini disebabkan antara lain karena rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI. Salah satu upaya penanggulangan masalah ini adalah dengan metode promosi kesehatan yang efektif .
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas promosi kesehatan
dengan media video dan promosi kesehatan dengan media booklet dalam
meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI ekslusif di wilayah kerja puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2013.
Jenis penelitian adalah quasi eksperimen design (eksperimen semu).
Penelitian menggunakan dua kelompok perlakuan, yaitu kelompok yang diberi
perlakuan promosi kesehatan dengan media video dan kelompok dengan media
booklet . Sampel sebanyak 30 orang untuk masing-masing kelompok ditentukan
secara purposive sampling. Alat yang dipakai dalam pengumpulan data adalah
kuesioner. Uji statistik yang digunakan Paired Samples T Test dan Independent-Samples T Test dimana perbedaan dinyatakan bermakna bila nilai p<0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi kesehatan dengan media video
dan booklet ditemukan bahwa ada peningkatan pengetahuan dan sikap tentang Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dan ASI ekslusif. Hasil uji Independent-Samples T Test
menunjukkan bahwa media video lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan
responden dibandingkan media booklet. Sedangkan pada variabel sikap ditemukan
bahwa media video dan media booklet memiliki efektifitas yang sama dalam
meningkatkan sikap responden.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan Langkat agar menyediakan fasilitas
video (LCD) dan booklet di tiap puskesmas agar kegiatan promosi kesehatan dapat berjalan dengan baik. Selain itu agar melakukan pelatihan bagi petugas kesehatan agar mampu melakukan promosi kesehatan kepada ibu hamil tentang IMD dan ASI ekslusif.
ABSTRACT
Infant Mortality Rate in Indonesia is still high; that is 34 per 1,000 live births. Fact indicates that the administration of exclusive breastfeeding can prevent 13% of the infant mortality and Early Initiation of Breastfeeding can save 22% of newborn mortality. This high infant mortality rate is due, among other things, to the less knowledge of mothers about the benefit of breastfeeding. One of the countermeasure efforts for this issue is the application of effective health promotion method.
The purpose of this quasi-experimental study was to compare the effectiveness of health promotion promoted through the media of video and through the media of booklet in improving the knowledge and attitude of pregnant mothers about Early Initiation of Breastfeeding and Exclusive Breastfeeding in the working area of Puskesmas (Community Health Center) Stabat, Langkat District in 2013.
This study used two treatment groups. Each group consisted of 30 persons (samples) selected through purposive sampling technique. One group was given health promotion through the media of video, and the other was given health promotion through the media of booklet. The data for this study were obtained through questionnaire distribution. The data obtained were statistically testet through Paired Samples t-test and Independent Samples t-test and the difference became significant if p value was less than 0.05 (P<0.05).
The result of this study showed that the health promotion through the media of video and booklet assisted in improving the knowledge and attitude of pregnant mothers about Early Initiation of Breastfeeding and Exclusive Breastfeeding. The result of Independent Samples t-test showed that the health promotion through the media of video was more effective than through the media of booklet in improving respondents knowledge, while both the media of video and the media of booklet had the same effectiveness in improving respondents’ attitude.
The management of Langkat District Health Service is suggested to provide video (LCD) facility and booklet at each Puskesmas that the health promotion activity can run properly and to provide trainings for the health workers that they are able to do health promotion about Early Initiation of Breastfeeding and Exclusive Breastfeeding to the pregnant mothers.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para Kepala Negara dan
perwakilan dari 189 negara dalam sidang Persatuan Bangsa-Bangsa di New York
pada bulan September 2000 menegaskan kepedulian utama masyarakat dunia untuk
bersinergi dalam mencapai Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium
Development Goals-MDGs) pada tahun 2015. Tujuan MDGs menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang
tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat (Bapenas, 2012).
Komitmen Indonesia untuk mencapai MDGs mencerminkan komitmen
Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi
kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dunia. Karena itu, MDGs merupakan
acuan penting dalam penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional.
Pemerintah Indonesia telah mengutamakan MDGs dalam rencana pembangunan
nasional, termasuk kesehatan (Depkes RI, 2012).
Sehat menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) didefinisikan sebagai suatu
keadaan sejahtera sempurna dari fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya terbatas
pada bebas dari penyakit dan kecacatan. (WHO, 2000). Sejalan dengan
perkembangan, maka definisi tersebut sudah dirasakan perlu direvisi kembali, karena
pada tahun 1986 disebutkan bahwa sehat itu bukan hanya sekedar tujuan hidup, tetapi
merupakan alat untuk hidup secara produktif (Ahmad, 2009).
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk
keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan
kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan guna
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kesinambungan
dan keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan oleh tersedianya pedoman
penyelenggaraan pembangunan kesehatan (Kemenkes RI, 2011).
Upaya kesehatan di Indonesia belum terselenggara secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bersifat
peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) masih dirasakan kurang. Jumlah
sarana dan prasarana kesehatan masih belum memadai. Tercatat jumlah Puskesmas
untuk seluruh Indonesia sebanyak 7.237 unit, Puskesmas Pembantu sebanyak 21.267
unit dan Puskesmas Keliling 6.392 unit. Untuk rumah sakit terdapat sebanyak 1.215
RS, terdiri dari 420 RS milik pemerintah, 605 RS milik swasta, 78 RS milik BUMN
dan 112 RS milik TNI & Polri, dengan jumlah seluruh tempat tidur sebanyak 130.214
buah. Penyebaran sarana dan prasarana kesehatan belum merata. Rasio sarana dan
prasarana kesehatan terhadap jumlah penduduk di luar pulau Jawa lebih baik
dibandingkan dengan di Pulau Jawa. Hanya saja keadaan transportasi di luar Pulau
Secara implementasi, sistem kesehatan bersifat dinamis dan sangat
dipengaruhi berbagai kondisi ekonomi, politik dan budaya suatu negara (Adisasmito,
2008). Dengan kata lain, sistem kesehatan merupakan kombinasi antara institusi
kesehatan, sumber daya manusia pendukung, mekanisme finansial, sistem informasi,
mekanisme jaringan organisasi dan manajemen struktur yang di dalamnya termasuk
komponen administrasi (Lassey, 1997).
Salah satu upaya kesehatan dasar yang merupakan program minimal dan
harus dilaksanakan setiap Puskesmas adalah Program Promosi Kesehatan dengan
melaksanakan berbagai kegiatan promosi hidup bersih dan sehat dengan indikator
keberhasilan adalah perbaikan perilaku sehat masyarakat (Depkes RI, 2002). Promosi
Kesehatan menurut Piagam Ottawa diartikan sebagai suatu proses yang
memungkinkan seseorang untuk meningkatkan dan mengontrol derajat kesehatannya,
baik secara individu, kelompok maupun masyarakat (Siregar, 2009).
Dalam mengimplementasikan program promosi kesehatan di puskesmas
dibutuhkan sumber daya yang andal dalam melaksanakannya. Kajian Muninjaya
(2004) menjelaskan bahwa visi dan misi baru puskesmas di era desentralisasi kurang
dihayati baik oleh pimpinan maupun staf puskesmas. Hal itu mengakibatkan upaya
advokasi dan juga pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan menjadi kurang
mendapat sambutan di masyarakat. Masalah lain adalah Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (SIMPUS) yang bertujuan untuk proses penyusunan rencana strategis
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk
menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik
itu melalui media cetak, elektonika, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat
meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya
ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Menurut Suhardjo (2003),
media sebagai sarana belajar mengandung pesan atau gagasan sebagai perantara
untuk menunjang proses belajar atau penyuluhan tertentu yang telah direncanakan.
Menurut Notoatmodjo (2005), promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media
karena melalui media, pesan-pesan disampaikan dengan mudah dipahami dan lebih
menarik. Media juga dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi,
mempermudah pengertian. Disamping itu, dapat mengurangi komunikasi yang
verbalistik dan memperlancar komunikasi. Dengan demikian sasaran dapat
mempelajari pesan tersebut dan mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai
dengan pesan-pesan yang disampaikan. Simnett dan Ewles (1994) menambahkan
bahwa metode mengajar dan alat belajar seperti leaflet, poster dan video banyak
dipakai dalam praktik promosi kesehatan.
Dalam beberapa tahun belakangan, promosi kesehatan menjadi penting untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Isu-isunya juga beragam, salah satunya
adalah kesehatan ibu dan anak (KIA). Tujuan utamanya adalah mencegah morbiditas
dan mortalitas ibu dan bayi. Topik promosi kesehatan KIA juga beragam, namun
yang umum dan paling banyak diangkat adalah inisiasi menyusui dini (IMD) dan ASI
kematian bayi antara usia 9 – 12 bulan meningkat 40 % jika bayi tersebut tidak
disusui. Untuk bayi berusia dibawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat, sekitar
40 % kematian balita terjadi satu bulan pertama kehidupan bayi. Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) dapat mengurangi 22 % kematian bayi 28 hari, berarti Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) mengurangi kematian balita 8,8 % (Roesli, 2008).
Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, yaitu 34 per 1000 kelahiran
hidup. Fakta menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 13%
kematian balita. Demikian juga dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat
menyelamatkan 22% kematian bayi baru lahir (neonatal). Data survey demografi dan
kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa cakupan ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan
di Indonesia menunjukkan penurunan dari 62,2% (2007) menjadi 56,2% (2008).
Sementara berdasarkan Riskesdas tahun 2010 capaian ASI Ekslusif pada bayi sampai
berumur 6 bulan hanya 15,3% saja. Hal ini disebabkan antara lain karena rendahnya
pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar,
kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari Petugas Kesehatan,
persepsi – persepsi sosial budaya yang menentang pemberian ASI, kondisi yang
kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan pemasaran agresif oleh perusahan –
perusahaan susu formula yang tidak saja mempengaruhi para ibu namun juga petugas
Kesehatan (Kemenkes RI, 2011 dan Baskoro, 2008).
Menurut data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara (2010) menunjukkan
bahwa, pemberian ASI ekslusif pada bayi di Sumatera Utara mencapai 25,43% dan pada
cakupan ASI Eksklusif yang ditargetkan dalam Program Pembangunan Nasional
(Propenas) adalah 80%. Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat (2010)
di Kabupaten Langkat hanya 29,83% bayi yang mendapat ASI Eksklusif.
Salah satu upaya penanggulangan masalah tersebut diatas antara lain dengan
metode promosi kesehatan yang efektif. Metode promosi kesehatan yang paling
sering dilakukan adalah metode ceramah. Adapun kelemahan ceramah adalah pesan
yang terinci mudah dilupakan setelah beberapa lama. Selain itu ceramah juga
mementingkan kreadibilitas komunikator sehingga ketertarikan komunikan terhadap
materi tergantung kemampuan komunikator. Lain hal bila promosi kesehatan
dilakukan dengan menggunakan grafis, misalnya booklet atau video. Keuntungan
penggunaan media tersebut dalam promosi kesehatan yaitu dapat menghindari
kesalahan pemahaman, memperjelas pesan yang disampaikan, materi atau pesan
mudah diingat dan tahan lama, serta sasaran promosi kesehatan lebih memiliki
perhatian yang banyak dibandingkan metode ceramah (Notoatmodjo, 2007).
Hasil penelitian Sitepu (2008), menunjukkan bahwa metode promosi
kesehatan dengan menggunakan metode ceramah dengan pemutaran video lebih
efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang pneumonia di
Kabupaten Langkat dibandingkan metode ceramah tanpa pemutaran video. Hal ini
berarti metode promosi kesehatan dengan grafis lebih efektif dibandingkan metode
ceramah.
Menurut penelitian Zulaekah (2012), dimana pendidikan gizi diberikan
asupan makan terutama asupan besi dan kadar hemoglobin anak akan meningkat.
Pendidikan gizi secara komprehensif dengan alat bantuan booklet pada anak, orang tua dan guru kelas di Semarang dapat meningkatkan pengetahuan gizi anak sekolah
dasar yang anemia.
Kabupaten Langkat adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi
Sumatera Utara. Dinas Kesehatan Langkat memiliki tujuan pembangunan kesehatan
bagi masyarakat di Kabupaten Langkat. Namun, berdasarkan profil kesehatan
Kabupaten Langkat Tahun 2012, menunjukkan angka morbiditas dan mortalitas yang
belum mencapai standar yang ditetapkan Departemen Kesehatan RI. Misalnya saja,
angka kematian bayi di kabupaten ini yang mencapai 4,74 per 1000 kelahiran hidup.
Angka pemberian ASI eksklusif di kabupaten ini juga masih rendah, yaitu sekitar
29,83% pada tahun 2010, 30,46% di tahun 2011, 38,48% pada tahun 2012 dan
Inisiasi Menyusu Dini masih sangat rendah (Dinkes Langkat, 2012).
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti, masih kurang
beragamnya metode penyuluhan yang dilaksanakan dan cenderung dengan media
yang sama yaitu dengan media ceramah. Menurut beberapa bidan dan petugas
kesehatan lainnya, informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini belum pernah diberikan
kepada masyarakat. Peranan media promosi kesehatan tentang ASI Ekslusif yang ada
dalam bentuk poster dan buku KIA ternyata belum efektif untuk mencapai tujuan
perubahan perilaku sasaran yang sesuai dengan harapan.
Media yang efektif adalah media yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
Langkat selama ini hanya sebatas komunikasi langsung dan belum intensif. Sehingga
perlu dilakukan pengembangan media promosi kesehatan sesuai kebutuhan
masyarakat setempat. Oleh karena itu peneliti merasa perlu dirancang suatu media
yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai budaya masyarakat sehingga pesan
dapat efektif untuk merubah pengetahuan dan sikap ibu tentang Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) dan ASI Ekslusif. Media promosi kesehatan yang akan digunakan adalah
video dan booklet dengan pertimbangan yang sudah dikenal masyarakat, mudah dipahami, lebih menarik dan dapat diulang –ulang.
Kabupaten langkat terdiri dari 23 kecamatan dengan jumlah puskesmas
sebanyak 30 puskesmas. Dari seluruh wilayah kerja puskesmas yang ada, tercatat
bahwa capaian ASI Ekslusif di Puskesmas Stabat masih rendah yaitu 13,08% pada
tahun 2011 dan 14,69% pada tahun 2012 dan menjadi lokasi penelitian untuk melihat
efektivitas media promosi kesehatan video dan booklet.
1.2Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat kita ketahui bahwa permasalahan
dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya efektivitas promosi kesehatan dengan
media video dan booklet terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Stabat
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas promosi
kesehatan dengan media video dan booklet terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil
tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Stabat Kabupaten Langkat tahun 2013.
1.4 Hipotesis
1. Ada perbedaan rata-rata pengetahuan dan sikap ibu hamil sebelum dan sesudah
promosi kesehatan dengan media video tentang IMD dan ASI Ekslusif di wilayah
kerja puskesmas Stabat tahun 2013.
2. Ada perbedaan rata-rata pengetahuan dan sikap ibu sebelum dan sesudah
promosi kesehatan dengan media booklet tentang IMD dan ASI Ekslusif di
wilayah kerja puskesmas Stabat tahun 2013.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten dalam merancang
program promosi kesehatan agar lebih efektif dengan memperhatikan
media-media yang cocok dalam penyampaian pesan kesehatan sehingga masyarakat
mudah untuk menyerapnya.
2. Memberikan masukan bagi Puskesmas Stabat untuk memilih dan mendesain
media promosi kesehatan yang baik sehingga pengunjung puskesmas mudah
kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Stabat, khususnya mengenai
IMD dan ASI Eksklusif.
3. Bagi kalangan akademik, penelitian ini tentunya bermanfaat sebagai kontribusi
untuk memperkaya khasanah keilmuan pada umumnya dan pengembangan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil
atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer
mendefenisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau
menunjang tujuan.
Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang
telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut
efektif apabila terjadi ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan. Hal ini sesuai
dengan pendapat H.Emerson yang dikutip Soewarno Handayaningrat S (1994) yang
menyatakan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Lebih lanjut lagi menurut Kuniawan (2005)
mendefenisikan efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi
kegiatan program atau misi) daripada suatu organisai atau sejenisnya yang tidak
adanya tekanan tau ketegangan diantara pelaksanaannya.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah
suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target yang telah dicapai oleh suatu
2.2. Promosi Kesehatan
2.2.1. Pengertian Promosi Kesehatan
Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan
dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan,
Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi
kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang
bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di
dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku
masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik
fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan
aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya.
Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan
yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat
sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya (Hartono,2010). Menurut Green
dalam Notoatmodjo (2005), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi
pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan
organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang
Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai dicetuskan setidaknya pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya konfrensi
Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada pada tahun 1965.
Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang didalamnya memuat definisi
serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu, istilah yang cukup
terkenal hanyalah penyuluhan kesehatan, dan disamping itu pula muncul dan populer
istilah-istilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social
Marketing (Pemasaran Sosial), Mobilisasi Sosial dan lain sebagainya.(Bapenas, 2012)
2.2.2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai
berikut :
1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang
penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan
kesadaran, kemauan dan kemampuan.
2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang
penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi)
yang tekanannya pada penyebaran informasi.
4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya
5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya
untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan
yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan,
dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).
6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community
organization), pengembangan masyarakat (community development),
penggerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat
(community empowerment), dll.
Ruang lingkup promosi kesehatan menurut Notoadmodjo (2008), ruang
lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu: a).dimensi aspek
pelayanan kesehatan, dan b).dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan
promosi kesehatan.
1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok,
yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sedangkan ahli lainnya membagi
menjadi dua aspek, yakni :
a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan
b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran
kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok
yang sakit.
Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan di kelompok
a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.
b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.
2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan
Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :
a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).
b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.
c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.
d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.
e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan
Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat
dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel
and Clark.
a. Promosi Kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection).
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
d. Pembatasan cacat (disability limitation) e. Rehabilitasi (rehabilitation).
2.2.3. Visi dan Misi Promosi Kesehatan
Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi
yang jelas. Dalam konteks promosi kesehatan “ Visi “ merupakan sesuatu atau apa
program-program kesehatan lainnya. Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi dari
promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-Undang Kesehatan
Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO (World Health
Organization).
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun sosial.
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit
menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun
program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya
yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi
kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam
pencapaian suatu visi.
Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Advokasi (Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan
kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang
spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk
dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan
melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.
2. Menjembatani (Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu
kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang
terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan
(partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya
dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor
kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah
kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting
dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan
memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari
pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan
pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga,
maka kemampuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan
meningkat.(Notoatmodjo, 2007)
2.2.4 Strategi Promosi Kesehatan
Strategi merupakan cara untuk mencapai/mewujudkan visi dan misi
pendidikan/promosi kesehatan tersebut secara efektif dan efisien. Berikut adalah
1. Strategi Global (Global Strategy)
* Advokasi (advocacy)
* Dukungan sosial (social support)
* Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
2. Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter)
Konfrensi internasional promosi kesehatan di Ottawa-Canada tahun 1986
telah menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter), dan salah satunya adalah
rumusan strategi promosi kesehatan yang telah dikelompokkan menjadi lima bagian
diantaranya :
* Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy).
* Lingkungan yang medukung (supportive environment)
* Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service). * Keterampilan individu (personal skill).
* Gerakan masyarakat (community action).
2.2.5. Sasaran Promosi Kesehatan
Berdasarkan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam
tiga kelompok sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer (Primary Target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi,
kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk
dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (Secondary Target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat,
tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh
penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi
kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali
menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya. Tokoh
masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat
menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (Tertiary Target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah
pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini
dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang
dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi
sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi
advokasi (advocacy)(Kemenkes,2011)
2.2.6. Strategi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Ditinjau dari prinsip-prinsip yang dapat dipelajari dalam promosi kesehatan,
pada pertengahan tahun 1995 dikembangkanlah strategi atau upaya peningkatan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), sebagai suatu bentuk operasional
dikembangkan dalam pertemuan baik internal, pusat penyuluhan kesehatan maupun
eksternal secara lintas program dan lintas sektor, termasuk dengan organisasi profesi,
FKM UI dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).
Adapun beberapa hal yang disarikan tentang pokok-pokok promosi kesehatan
(health promotion) atau PHBS yang merupakan embrio promosi kesehatan di
Indonesia ini adalah bahwa:
1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi: Proses
pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya (the process of enabling people to control over and improve their
health), lebih luas dari Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi
Kesehatan meliputi Pendidikan/ Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain
Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari Promosi
Kesehatan.
2. Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan (dapat dikatakan) menekankan pada upaya
perubahan atau perbaikan perilaku kesehatan. Promosi Kesehatan adalah upaya
perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan upaya
mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap
perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.
3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan)
sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan
menjual yang bersifat persuasif, karena sesungguhnya “kesehatan” merupakan
“sesuatu” yang sangat layak jual, karena sangat perlu dan dibutuhkan setiap
orang dan masyarakat.
4. Pendidikan/penyuluhan kesehatan menekankan pada pendekatan edukatif,
sedangkan pada promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya
pendekatan edukatif yang banyak dilakukan pada tingkat masyarakat di strata
primer (di promosi kesehatan selanjutnya digunakan istilah gerakan
pemberdayaan masyarakat), perlu dibarengi atau didahului dengan upaya
advokasi, terutama untuk strata tertier (yaitu para pembuat keputusan atau
kebijakan) dan bina suasana (social support), khususnya untuk strata sekunder (yaitu mereka yang dikategorikan sebagai para pembuat opini). Maka dikenalah
strategi ABG, yaitu Advokasi, Bina Suasana dan Gerakan/pemberdayaan
Masyarakat.
5. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan, masalah diangkat dari apa yang ditemui
atau dikenali masyarakat (yaitu masalah kesehatan atau masalah apa saja yang
dirasa penting/perlu diatasi oleh masyarakat); Pada PHBS, masyarakat
diharapkan dapat mengenali perilaku hidup sehat, yang ditandai dengan sekitar
10 perilaku sehat (health oriented). Masyarakat diajak untuk mengidentifikasi apa dan bagaimana hidup bersih dan sehat, kemudian mengenali keadaan diri dan
lingkungannya serta mengukurnya seberapa sehatkah diri dan lingkungannya itu.
Pendekatan ini kemudian searah dengan paradigma sehat, yang salah satu dari
6. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan yang menonjol adalah pendekatan di
masyarakat (melalui pendekatan edukatif), sedangkan pada PHBS/promosi
kesehatan dikembangkan adanya 5 tatanan: yaitu di rumah/tempat tinggal (where
we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work), di
tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana kesehatan
(where we get health services). Dari sini dikembangkan kriteria rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, tempat umum sehat, dan lain-lain yang
mengarah pada kawasan sehat seperti : desa sehat, kota sehat, kabupaten sehat,
sampai ke Indonesia Sehat.
7. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi
oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat
(mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara
lintas program dan lintas sektor.
8. Sebagaimana pada Pendidikan dan Penyuluhan, Promosi Kesehatan sebenarnya
juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti
hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah untuk mengukur
hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku individu dan
masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan frekwensi kegiatan
seperti: advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat, dan lain-lain. Karena
mengaitkan hasil kegiatan tersebut pada jumlah tatanan sehat, seperti: rumah
sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, dan seterusnya.(Kemenkes,2012)
2.2.7. Media Promosi Kesehatan
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk
menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik
itu melalui media cetak, elektonika, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat
meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya
ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Menurut Suhardjo (2003),
media sebagai sarana belajar mengandung pesan atau gagasan sebagai perantara
untuk menunjang proses belajar atau penyuluhan tertentu yang telah direncanakan.
Menurut Notoatmodjo (2005), promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media
karena melalui media, pesan-pesan disampaikan dengan mudah dipahami dan lebih
menarik. Media juga dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi,
mempermudah pengertian. Disamping itu, dapat mengurangi komunikasi yang
verbalistik dan memperlancar komunikasi. Dengan demikian sasaran dapat
mempelajari pesan tersebut dan mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai
dengan pesan-pesan yang disampaikan. Simnett dan Ewles (1994) menambahkan
bahwa metode mengajar dan alat belajar seperti leaflet, poster dan video banyak
dipakai dalam praktik promosi kesehatan.
Arsyad (2010), mengelompokkan media promosi kesehatan berdasarkan
pengembangan media pembelajaran, yaitu:
2. Media berbasis cetakan, seperti buku, penuntun, dan lembaran lepas
3. Media berbasis visual, seperti grafik,peta, gambar, tranparansi atau slide).
4. Media berbasis audio visual seperti video, film, slide dan tape serta televisi.
5. Media berbasis komputer ( media dengan bantuan komputer)
Menurut Notoatmodjo (2003), berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran
pesan- pesan kesehatan, media dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Media cetak, seperti booklet, leaflet, flyer, flip chart, rubrik/tulisan-tulisan poster, foto.
2. Media elektronik, seperti televisi, radio , video compact disc, slide, film strip 3. Media papan (bill board), yang mencakup pesan-pesan yang ditulis pada
lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum.
2.2.8. Video
Video merupakan salah satu alat bantu dalam kegiatan promosi kesehatan
yang sering disebut juga VCD (Video Compact Disk). VCD adalah video yang
disimpan dalam piringan disk (CD). Video sebagai media elektronik adalah media
komunikasi yang memiliki unsur audio-visual yaitu terdapat unsur narasi, musik,
dialog, sound efect, gambar, teks, animasi dan grafik.(Arsyad,2010)
Media audio visual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari sasaran,
dimana penggunaan penggunaan audivisual melibatkan semua alat pembelajaran,
sehingga semakin banyak alat indera yang terlibat untuk menerima dan mengolah
informasi, semakin besar kemungkinan isi informasi tersebut dapat di mengerti dan
yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang
lebih 75% sampai 87% dan pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan melalui mata.
Sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indera lainnya.Film, cerita,
iklan, video adalah contoh media audio visual yang lebih menonjolkan fungsi
komunikasi (Notoadmodjo,2007).
Kelebihan dari penggunaan video yaitu :
Lebih mudah dipahami
Lebih menarik
Sebagai informasi umum dan hiburan
Bertatap muka, mengikutsertakan seluruh panca indera
Penyajian dapat dikendalikan jangkauannya relatif besar
Sementara kelemahannya, yaitu :
Biaya lebih tinggi
Sedikit rumit
Perlu listrik alat
Perlu persiapan
Perlu penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya
(Notoatmodjo,2005)
2.2.9. Booklet
Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar, atau foto
tata warna.
Fungsi utama media cetak ini adalah memberi informasi dan menghibur.
Kelebihan dari media ini adalah
Tahan lama
Mencakup banyak orang
Biaya tidak tinggi
Tidak perlu listrik
Dapat dibawa kemana-mana
Dapat mengungkit rasa keindahan
Mempermudah pemahaman
Meningkatkan gairah belajar
Sedangkan kelemahan dari media ini yaitu
Tidak dapat menstimulir efek suara
Efek gerak dan mudah terlipat (rusak/koyak).
Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan
informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan
sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan
pesan-pesan yang disampaikan. Promosi kesehatan di sekolah misalnya, merupakan
langkah yang strategis dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, khususnya
2.3. Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup berperilaku karena mereka semua mempunyai aktivitas
masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya
adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan
yang sangat luas sepanjang kegiatan yang dilakukannya, yaitu antara lain: berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan seterusnya.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku manusia
adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati dari luar (Notoatmodjo, 1993).
2.3.1. Determinan Perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.
Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun
respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan
perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
1. Determinan atau Faktor Internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan,
2. Determinan atau Faktor Eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini
merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku
seseorang.(Notoatmodjo,2003)
2.3.2. Bentuk Perilaku
Bloom (1956) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia
itu ke dalam tiga domain yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (pshycomotor) yang dikenal dengan taxonomi Bloom. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni :a)
Pengetahuan(knowledge), b) Sikap (attitude), c) Praktek atau tindakan (practice). Menurut Syah(2008), mengungkapkan uapaya pengembangan fungsi ranah koqnitif
sendiri, melainkan juga terhadap ranah afektif dan psikomotor.
A.Ranah Kognitif/Pengetahuan
Ranah koqnitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut
Bloom, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif. Dalam ranah kognitif itu enam aspek atau jenjang proses berpikir, mulai dari
jenjang terendah yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud
adalah:
1.Pengetahuan (Knowledge)/C1
Yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau
,engharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan adalah
merupakan prosess ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
2.Pemahaman (Comprehension)/C2
Yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah
itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.
3.Penerapan (Application)/C3
Yaitu kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide
umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori
dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan konkret.
4.Analisis (Analysis)/C4
Yaitu kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan
atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami
hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor ang satu dengan faktor-faktor
lainnya.
5.Penilaian (Evaluation)/C5
Yaitu merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan
terhadap suatu kondisi, niali atau ide.
6.Berkreasi (Create)/C6
Yaitu merupakan jenjang berpikir paling tinggi, dapat juga berarti merancang,
membangun, merencanakan, menyempurnakan, memproduksikan, memproduksi,
B. Ranah Afektif (Sikap)
Merupakan perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti
minat, sikap, apresiasi dan cara penyesuaian diri. Arti kata sikap secara umum dapat
diterjemahkan sebagai “tendensi mental” atau “ kecendrungan mental” untuk
diaktualkan dalam kecendrungan afektif, baik ke arah yang positif atau negatif. Jika
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sikap, kecendrungan afektif biasa diekspresikan
dalam bentuk suka-tidak suka, setuju- tidak setuju, mencintai-membenci, menyukai-tidak menyukai dan sebagainya.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu :
1. Receiving atau Attending (menerima atau memperhatikan), adalah yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-akan membawa
kerugian atau penyesalan. Contoh hasil belajar afektif jenjang receiving,
misalnya : peserta didik memperhatikan sistem koloid dalam kehidupan
sehari-harinya.
2. Responding (menanggapi) mengandung arti adanya partisipasi aktif. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat
reaksi terhadapnya salah satu cara.
3. Valuing (menilai atau menghargai). Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau
objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa