Asuhan Keperawatan pada Ny.R dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri
Di Kel. Harjosari I Kec. Medan Amplas
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Dewi Sukma Nasution
102500060
Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri di Kel. Harjosari I
Kec. Medan Amplas.
Adapun maksud penulis membuat laporan ini adalah untuk menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dalam rangka menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. Penyusunan laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan
dan bimbingan semua pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan yang baik ini
penulis akan menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. dr.Dedi Ardinata M.kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati S.Kp,MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Nur Afi Darti S.Kp,M.kep ketua Program Studi DIII Keperawatan
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kebijakannya.
4. Ibu Lufthiani,S.kep,Ns, M.kes selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu, pemikiran serta dengan sabar memberikan bimbingan dan
saran-sarannya selama dalam proses penyusunan sampai dengan penyelesaian
KTI ini.
5. Ibu Siti Zahara Nasution S.Kp, MNS selaku penguji dalam KTI ini.
6. Kedua orang tua saya, Ibunda tercinta Nikmawati Pakpahan dan
Ayahanda Irsan Nasution yang tiada henti-hentinya mendukung dan
memberi semangat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Terima kasih
untuk semua pengorbanan, kasih sayang dan doa yang telah diberikan serta
kepada Adik tersayang Ali imran Nasution yang telah mendukung saya.
7. Abang saya Dani Raja Simbolon yang telah banyak mendukung sekaligus
motivator bagi penulis.
8. Sahabat saya ,Sajidah noer, Elsa Rizky mtd dan Sri Silva lubis yang
selama ini telah mendukung dan memotivasi penulis dalam penyelesaian
9. Teman-teman seperjuangan stambuk 2010 yang saling mendukung dalam
penyelesaian KTI ini.
10.Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah
memberikan saran sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari betul bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kesalahan yang perlu dikoreksi dan diperbaiki. Oleh
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan dikemudian hari.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua .
Medan, Juli 2013
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 3
1.3 Manfaat ... 3
BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 4
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Gangguan Rasa Nyaman : nyeri ... 4
2.1.1 Defenisi Osteoartritis ... 4
2.1.2 Etiologi ... 4
2.1.3 Patofisiologi ... 6
2.1.4 Manifestasi Klinis ... 7
2.1.5 Klasifikasi Osteoartritis ... 8
2.1.6 Penatalaksanaan ... 8
2.1.7 Konsep Nyeri Osteoartritis ... 10
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ... 16
2.2.1 Pengkajian ... 17
2.2.2 Analisa Data ... 18
2.2.3 Rumusan Masalah ... 18
2.2.4 Perencanaan ... 19
2.3 Asuhan Keperawatan Kasus ... 22
2.3.1 Pengkajian ... 22
2.3.2 Analisa Data ... 30
2.3.3 Masalah Keperawatan ... 31
2.3.4 Perencanaan Keperawatan ... 32
2.3.5 Implementasi dan Evaluasi ... 34
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 38
3.1 Kesimpulan ... 38
3.2 Saran ... 38
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan
makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga
usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak
pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya
dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan
penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan
muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan
makin meningkat sejalan dengan meningkatnya usia manusia. Reumatik dapat
mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada
bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan
meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik.
Osteoartritis (OA) dikenal juga sebagai Artritis Degeneratif, penyakit
degeneratif sendi), adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi
ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi. Terjadi
pada orang dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan
penyebab tersering disabilitas jangka panjang pada pasien dengan usia lebih dari
65 tahun. Lebih dari sepertiga orang dengan usia lebih dari 45 tahun
mengeluhkan gejala persendian yang bervariasi mulai sensasi kekakuan sendi
tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan dengan aktivitas, sampai
kelumpuhan.
Anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanya dirasakan akibat
deformitas dan ketidakstabilan sendi. Degenerasi sendi yang menyebabkan
sindrom klinis osteoartritis muncul paling sering pada sendi tangan, kaki, panggul,
dan spine, meskipun dapat terjadi pada sendi synovial mana pun. Prevalensi
kerusakan sendi synovial ini meningkat dengan bertambahnya usia.
Berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal
menempati urutan kedua (14,5%) setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola
penyakit masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health, Dept. of
Health, 2012). Penderita Arthtritis di seluruh dunia telah mencapai angka 355 juta
Osteoarthtritis mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun,
65% pada usia >61 tahun. Untuk osteoarthtritis lutut prevalensinya cukup tinggi
yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Dari survey WHO di Jawa
ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari pola
penyakit lansia (Boedhi Darmojo, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh dari
puskesmas Harjosari Kec. Medan Amplas tahun 2012 penyakit sendi menempati
urutan kedua setelah ISPA yaitu dengan total 1359 orang. Angka ini menunjukkan
bahwa rasa nyeri akibat rematik sudah cukup mengganggu aktivitas masyarakat.
Manifestasi klinis dari penyakit ini antara lain nyeri dalam dan
terlokalisasi di sendi yang terkena, nyeri pada malam hari yang bisa mengganggu
tidur dan akan melemahkan pasien, kekakuan pada sendi yang terkena setelah
inaktivitas (misalnya saat bangun pagi hari). Akibat dari adanya keterbatasan
gerak tersebut, maka akan timbul perasaan nyeri yang terjadi saat peregangan.
Nyeri pada Osteoartrits sangat perlu diperhatikan karena sangat
menganggu aktifitas pasien. Gangguan tersebut bertingkat-tingkat, dan mulai
keluhan yang paling ringan yang tidak mengganggu aktifitas sehari-hari, sampai
yang paling berat sehingga pasien tidak bisa berjalan. Nyeri yang ditimbulkan
akan menyebabkan spasme otot yang jika dibiarkan terus menerus dapat
menyebabkan elastisitas jaringan akan menurun sehingga dapat menyebabkan
kontraktur yang akan berakhir dengan lingkup gerak sendi akan menjadi lebih
terbatas.
Manajemen terpadu yang dilakukan dalam Penatalaksanaan nyeri yaitu
dengan melibatkan serta peran aktif pasien, termasuk memodifikasi gaya hidup
dan melakukan edukasi seperti : Senam rematik, Pijat kaki,melakukan ROM,
Kompres hangat pada sendi yang sakit serta memberikan massage yang lembut
pada ekstermitas yang terkena.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk membahas tentang
penyakit reumatik terutama pada keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
dengan nyeri sendi dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Setelah menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini diharapkan penulis
mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
rematik secara tepat.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui proses keperawatan datri awal sampai akhir
2. Melakukan pengkajian terhadap pasiendengan masalah rematik
3. Merumuskan diagnosa keperawatan dengan tepat dengan masalah rematik
4. Menentukan rencana keperawatan yang tepat dengan masalah rematik
5. Melakukan implementasi sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
dibuat pada pasien dengan masalah rematik
6. Melakukan evaluasi hasil dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
dengan masalah rematik
1.3 Manfaat
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Untuk menambah wacana baru khususnya pada ilmu asuhan keperawatan
dengan pasien rematik
2. Bagi Akademik
Untuk menambah literatur di Keperawatan USU yang bisa dimanfaatkan
pembaca karya tulis ilmiah ini dalam penelitian selanjutnya terkait asuhan
keperawatan pada pasien rematik
3. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang proses asuhan
keperawatan dengan masalah rematik dan dapat menerapkan ilmu yang
diperoleh selama perkuliahan serta meningkatkan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan.
4. Bagi Kebutuhan Klien
Menambah Pengetahuan Klien dan Keluarga tentang rematik khususnya
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Gangguan Rasa
Nyaman : Nyeri
2.1.1 Defenisi Osteoartritis
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada
usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai
pada usia diatas 60 tahun.
Osteoarthritis (OA) merupakan suatu kelainan pada sendi yang bersifat
non inflamasi, tidak simetris, dengan perubahan patologi dan pada tulang rawan
subchondral serta terjadi ketidakstabilan sendi, sehingga fungsi sendi berkurang
(Ismiati, 2000).
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau
osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling
sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
(Smeltzer, C Suzanne, 2002 hal .1087)
Menurut American Rheumatism Association (ARA), OA diklasifikasikan
menjadi 2, yaitu osteoarthritis primer disebabkan oleh idiopatik namun bisa juga
karena herediter, OA ini adalah jenis yang paling sering ditemukan. Yang kedua
yaitu osteoarthritis sekunder penyebabnya adalah kelainan pertumbuhan tulang
sejak lahir, penyakit metabolik, trauma,peradangan, faktor endokrin. (Low, 2000)
2.1.2 Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun
beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
1. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin
meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah
pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur
diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin
dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis misal, pada ibu
dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang
distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut,
dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering
dari pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
4. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya
terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya
osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia
dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang
Amerika asli dari pada orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun
perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
5. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria.
Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi
yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan
2.1.3 Patofisiologi
UMUR JENIS KELAMIN GENETIK SUKU KEGEMUKAN
Kerusakan fokal tulang rawan Pembentukan tulang baru pada sendi yang progresif tulang rawan, sendi dan tepi sendi
Perubahan metabolisme tulang
Peningkatan aktivitas enzim yang merusak makro molekul matriks tulang rawan sendi
Penurunan kadar proteoglikan
Berkurangnya kadar proteoglikan
Perubahan sifat sifat kolagen
Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi
Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan
Timbul laserasi
2.1.4 Manifestasi Klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada
pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya
berjalan.
1. Nyeri Sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa
gerakan dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi
gerakan lain.
Umumnya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai
sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat
konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (Soeroso, 2006 ).
Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan kartilago
pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga dapat diasumsikan
bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal dari luar kartilago (Felson, 2008).
2. Hambatan Gerakan Sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan
dengan pertambahan rasa nyeri (Soeroso, 2006).
3. Kaku Pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu
yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari( Soeroso, 2006 ).
4. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini
umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan
akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang
memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar
hingga jarak tertentu (Soeroso, 2006).
5. Pembesaran Sendi (Deformitas)
6. Pembengkakan Sendi Yang Asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang
biasanya tidak banyak (< 100 cc) atau karena adanya osteofit, sehingga
bentuk permukaan sendi berubah (Soeroso, 2006).
7. Tanda-tanda peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai pada OA
karena adanya synovitis. Biasanya tanda-tanda ini tidak menonjol dan timbul
pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada
OA lutut (Soeroso, 2006).
8. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien
lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi
tumpuan berat badan terutama pada OA lutut ( Soeroso, 2006 ).
2.1.5 Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
1. Tipe Primer (Idiopatik)
Tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan
osteoarthritis.
2. Tipe Sekunder
Seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Obat-obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi
ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai
analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat
2. Perlindungan Sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga
perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk
(pronatio).
3. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
4. Dukungan Psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya
yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak
pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin
orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali
keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
5. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada
tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai
dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
6. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoatrtritis, yang
meliputi panas dan dingin dan program latihan yang tepat. Pemakaian panas
yang sedang diberikan sebelum latihan untuk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat
gosok jangan dipakai sebelum pemanasan.Berbagai sumber panas dapat
dipakai seperti hidrokolator, bantalan elektronik, ultrasonic, inframerah, dan
mandi dari pancuran panas.
Program latihan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot
yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoarthritis. Latihan isometric
lebih baik daripada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi
berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena
otot-otot periatrikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan
sendi dan beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
7. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoarthritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyeri yang menetap dengan kelemahan fungsi.
Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy unrtuk mengoreksi
ketidaklurusan atau ketidaksesuaian dan debridement sendi untuk
menghilangkan fragmen tulang sendi.
2.1.7 Konsep Nyeri Osteoartritis
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal
yang di sebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat
bersifat individual. Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk
melindungi diri. Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu.
Walaupun nyeri merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi
dibidang medis tetapi merupakan hal yang paling sedikit dipahami. Individu yang
merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk
menghilangkan nyeri. Nyeri dapat merupakan faktor utama yang menghambat
kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu penyakit.
1. Pengertian Nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
(Tamsuri, 2007).
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi yang
disebabkan oleh stimulasi tertentu (Mahon, 1994).
Menurut The International Association For the Study of Pain nyeri
merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak nyaman, yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan atau berpotensi merusak jaringan.
Definisi tersebut merupakan pengalaman subyektif dan bersifat individual.
Dengan dasar ini dapat dipahami bahwa kesamaan penyebab tidak secara
Nyeri sendi pada osteoarthritis sering dikeluhkan sebagai nyeri dalam,
terlokalisasi di sendi yang terkena. Biasanya nyeri pada osteoarthritis
diperberat oleh perkembangan penyakit nyeri tersebut menjadi menetap
karena kartilago sendi tidak memiliki persyarafan, nyeri sendi pada
osteoarthtritis berasal dari struktur lain. Nyeri bisa disebabkan oleh
peregangan syaraf di periosteum yang menutupi osteofit dan bisa juga berasal
dari fraktur di tulang subkondral atau hipertensi medularis yang disebabkan
oleh gangguan aliran darah akibat penebalan trabekula subkondral. Kejang
otot dan instabilitas sendi menyebabkan peregangan kapsul sendi juga dapat
merupakan sumber nyeri (Brandt, 2000).
2. Sumber Nyeri
Ada tiga tempat yang dapat menjadi sumber nyeri, yaitu sinovium,
jaringan lunak sendi dan tulang. Nyeri sinovium dapat terjadi akibat reaksi
radang yang timbul akibat adanya debris dan kristal dalam cairan sendi.
Selain itu juga dapat terjadi akibat kontak dengan rawan sendi pada waktu
sendi bergerak. Kerusakan pada jaringan lunak sendi dapat menimbulkan
nyeri, misalnya robekan ligamen dan kapsul sendi, peradangan pada bursa
atau kerusakan meniskus. Nyeri yang berasal dari tulang biasanya akibat
rangsangan pada periosteum karena periosteum kaya akan serabut-serabut
penerima nyeri.
Pada membran sinovial ini juga terdapat banyak sekali reseptor nyeri,
sehingga jika makrofag ataupun sel-sel polimorfonuklear mengenai daerah
dengan banyak reseptor nyeri tersebut akan menmbulkan nyeri dan hidrops.
Teori terjadinya nyeri pada kasus tersebut juga dapat disebabkan oleh
terjepitnya ujung-ujung saraf polimodal yang terdapat disekitar sendi karena
terbentuknya osteofit serta adanya pembengkakan dan penebalan jaringan
lunak disekitar sendi maka akan menimbulkan nyeri tekan dan nyeri gerak.
Kapsul ligamen sendi akan mengalami iritasi dan pemendekan, hal ini
disebabkan karena immobilisasi dan kelenturan kolagen yang melapisinya
berkurang, pelunakan lapisan rawan yang diikuti oleh pecahnya permukaan
sendi, terjadi pengerasan pada tulang dibawah lapisan rawan sehingga
kapsul sendi sehingga pergerakan semakin lama menjadi semakin sempit dan
sulit untuk dilakukan, menyebabkan keterbatasan ROM.
3. Fisiologi Nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah
ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat
yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor,
secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada
juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam
beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep
somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah,
nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang
berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan.
Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :
a. Reseptor A delta : Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan
tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya
nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab
nyeri dihilangkan.
b. Serabut C : Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan
tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang
lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit
dilokalisasi.
Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang
terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga
lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan
nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.Reseptor nyeri jenis ketiga adalah
reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati,
usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya
tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap
4. Teori Nyeri
Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana
nosireseptor dapat menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal
berbagai teori yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul,
namun teori gerbang kendali nyeri dianggap paling relevan (Tamsuri, 2007).
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa
impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di
sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri
dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah
pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar
teori menghilangkan nyeri.
Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol
desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C
melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentranmisi impuls
melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor, neuron
beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan neurotransmiter
penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A,
maka akan menutup mekanisme pertahanan. Diyakini mekanisme penutupan
ini dapat terlihat saat seorang perawat menggosok punggung klien dengan
lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila
masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan
membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri.
Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang
lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan
opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami
yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan
dengan menghambat pelepasan substansi P. tehnik distraksi, konseling dan
pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorfin (Potter,
5. Mekanisme Timbulnya Nyeri
Pada awal terjadi OA kadang seseorang belum merasakan nyeri
namun setelah agak lama akan merasakan nyeri terutama setelah berdiri atau
berjalan lama dan hilang saat istirahat, namun pada tahap dini tidak sampai
terjadi nyeri yang menjalar ke daerah lain. Perasaan nyeri ini akan sangat
mengganggu aktivitas sehari-hari jika timbul pemprovokasian dari nyeri
tersebut. Pemprovokasian nyeri ini terjadi jika lutut pasien mendapat tekanan
atau saat menggerakkan lututnya, sehingga pasien akan berteriak nyeri saat
tekanan tepat di daerah nyeri. Stres mekanik akan mengakibatkan kerusakan
sendi dan memunculkan respons pada tubuh dalam bentuk zat kimiawi yang
merangsang pembentukan tulang baru untuk mengatasi kerusakan tulang
rawan. Dari situlah kemudian muncul penebalan atau tonjolan tulang yang tak
teratur atau disebut perkapuran.Selanjutnya akan mengganggu jaringan di
sekitarnya dan menimbulkan rasa nyeri.
6. Klasifikasi Nyeri
Pengalaman sensorik dalam nyeri bersifat multidimensi dan dengan
berbagai tingkat variasi. Berdasarkan aspek intensitas, nyeri dapat
dikategorikan atas nyeri ringan, sedang dan berat. Berdasarkan lamanya nyeri
dapat dikategorikan atas transient (sementara), intermittent (berulang), dan
persisten (menetap). Berdasarkan kualitas nyeri dapat dikategorikan atas :
a. Nyeri tajam merupakan perasaan yang menyengat, rangsangannya sangat
cepat dijalarkan ke pusat. Biasanya terdapat di kulit dan tidak terus
menerus.
b. Nyeri tumpul merupakan rasa sakit di kulit sampai jaringan yang lebih
dalam, terasa menyebab dan lambat di jalarkan ke pusat dan sifatnya
terus menerus.
Berdasarkan waktu dapat dikategorikan atas nyeri akut dan kronik.
Kemampuan manusia beradaptasi terhadap nyeri yang dialaminya, nyeri
dikategorikan atas nyeri adaptif dan maladaftif. Nyeri adaptif berguna dalam
proses survival karena berfungsi untuk membangunkan reflek menghindar
terhadap stimulus noksius sebelum terjadi kerusakan jaringan. Misalnya
nyeri sangat bermanfaat dalam proses penyembuhan, khususnya proses
inflamasi.Kebalikan dari nyeri tersebut adalah nyeri maladaftif yang terjadi
karena proses patologik di system saraf yang manfaatnya sampai sekarang
belum diketahui.
Klasifikasi berdasarkan mekanisme nyeri adalah sebagai berikut :
a. Nyeri Noniseptif (Nyeri Fisiologik) yaitu nyeri sementara sebagai
respon terhadap stimulus noksius. Nyeri seperti ini jarang mendorong
penderita berobat ke dokter, karena pada umumnya nyeri nyeri hilang
tanpa pengobatan atau dengan analgetik ringan.Ciri khasnya adalah
adanya korelasi positif antara kekuatan stimulus dengan intensitas
nyeri dan merupakan sensasi fisiologik yang penting.Pasien yang
tidak mampu merasakan nyeri ini oleh karena kelainan congenital
(menggigit lidah tanpa merasakan nyeri).
b. Nyeri psikogenik yaitu nyeri yang dikeluhkan tanpa terdeteksi adanya
kelainan organik. Woolf (2004) menyebutkan nyeri fungsional karena
timbulnya nyeri tersebut disebabkan abnormalitas atau gangguan
fungsi system saraf pusat yang berupa peningkatan sensitivitas
terhadap berbagai stimulus.
c. Nyeri inflamasi dapat bersifat spontan atau dapat pula bersifat
dibangunkan yang disebabkan oleh kerusakan jaringan dan proses
inflamasi.Nyeri jenis ini berguna untuk mempercepat proses
penyembuhan jaringan yang rusak. Gerakan jaringan yang rusak
berkurang oleh karena adanya nyeri, pada gilirannya hal tersebut
memungkinkan proses penyembuhan berjalan dengan baik. Bila lesi
atau kerusakan jaringan sembuh, biasanya diiringi dengan hilangnya
rasa nyeri.
d. Nyeri neuropatik yaitu nyeri yang disebabkan oleh lesi atau disfungsi
primer pada system saraf.
7. Pengukuran derajat dan intensitas nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon
fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik
ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri
(Tamsuri, 2007).
Nyeri dapat diukur dengan berbagai skala antara lain skala VAS,
VDS, Skala 5 tingkat, skala intensitas nyeri deskritif, skala intensitas nyeri
numerik dan skala nyeri menurut bourbanis.Dalam penelitian ini penulis
melakukan pemeriksaan derajat atau intensitas nyeri dengan menggunakan
skala nyeri menurut bourbanis yaitu:
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap
tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak
dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi
dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.
10 : Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,
2.2 Konsep Askep
2.2.1 Pengkajian
1. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : – Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress
pada sendi : kekakuan pada pagi hari. − Keletihan
Tanda : – Malaise
− Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau
kelainan pada sendi dan otot
2. Kardiovaskuler
Gejala : – Jantung cepat, tekanan darah menurun
3. Integritas Ego
Gejala : – Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial,
pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor hubungan − Keputusasaan dan ketidak berdayaan
− Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya
ketergantungan pada orang lain
4. Makanan atau Cairan
Gejala : – Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/
cairan adekuat : mual. − Anoreksia
− Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : – Penurunan berat badan
− Kekeringan pada membran mukosa
5. Hygine
Gejala : – Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi,
ketergantungan pada orang lain.
6. Neurosensori
Gejala : – kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan
Tanda : – Pembengkakan sendi
Gejala : – Fase akut dari nyeri, terjadi nyeri kronis dan kekakuan
8. Keamanan
Gejala : – Kesulitan dalam menangani tugas / pemeliharaan rumah tangga − Kekeringan pada mata dan membrane mukosa.
2.2.2Analisa Data
Analisa Data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan menghubungkan
data dengan keluhan dirasakan klien secara subjektif dan objektif, dimana data
subjektif ini didapatkan perawat dari keluhan yang dirasakan klien pada saat ia
sakit seperti nyeri, mual, tidak dapat beraktifitas dan kaku pada kedua kaki.
Sedangkan data objektif ini didapatkan perawat dari hasil pengamatan maupun
dari hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap klien seperti pemeriksaan tanda-
tanda vital , sehingga dapat diketahui apa masalah kesehatan atau masalah
keperawatan yang dihadapi pasien pada saat itu.
2.2.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan analisa data yang diperoleh, maka dapat diketahui
masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh klien
yang selanjutnya dapat dilakukan intervensi. Namun masalah yang telah
dirumuskan tidak mungkin dapat diatasi sekaligus. Oleh karena itu
perawat harus membuat prioritas masalah. (Bambang,2009).
Dimana kriteria penentuan prioritas masalah keperawatan ini ditentukan
berdasarkan hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Abraham H.
Diagnosa 1 : Nyeri b/d penurunan fungsi tulang
Kriteria Hasil : Nyeri hilang atau tekontrol
2.2.4 Perencanaan
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
− Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
− Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
− Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi
− Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang
menyentak
− Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk
mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi
− Berikan masase yang lembut Kolaborasi
− Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil salisilat.
− Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program.
− Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri
− Pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.
− Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi
− Panas meningkatkan
relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan − Meningkatkan
elaksasi/mengurangi tegangan otot
Diagnosa 2 : Intoleran aktivitas b/d perubahan otot.
Kriteria Hasil : Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
INTERVENSI RASIONAL
− Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. − Bantu bergerak dengan bantuan
seminimal mungkin.
− Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
− Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu. − Berikan obat-obatan sesuai
indikasi seperti steroid.
− Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan. − Meningkatkan fungsi sendi,
kekuatan otot dan stamina umum. − Memaksimalkan fungsi sendi dan
mempertahankan mobilitas. − Menghindari cedera akibat
kecelakaan seperti jatuh.
− Untuk menekan inflamasi sistemik akut.
Diagnosa 3 : Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang.
Kriteria Hasil : Klien dapat me mpertahankan keselamatan fisik.
INTERVENSI RASIONAL
− Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan
penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah,
gunakan pencahayaan malam siapkan lampu panggil − Memantau regimen medikasi − Izinkan kemandirian dan
kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya ketimbang mengagetkannya.
− Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluarga dari
kekhawatiran yang konstan. − Hal ini akan memberikan pasien
merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi,
Diagnosa 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri
Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur.
INTERVENSI RASIONAL
Madiri
− Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan biasanya dan perubahan yang terjadi.
− Berikan tempat tidur yang nyaman − Buat rutinitas tidur baru yang
dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru
− Instruksikan tindakan relaksasi − Tingkatkan regimen kenyamanan
waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage.
− Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi: rendahkan tempat tidur bila mungkin.
− Hindari mengganggui bila mungkin, misalnya
membangunkan untuk obat atau terapi
Kolaborasi
− Berikan sedative, hipnotik sesuai indikasi
− Mengkaji perlunya dan
mengidentifikasi intervensi yang tepat.
− Meningkatkan kenyamaan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis − Bila rutinitas baru mengandung
aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas yang
berhubungan dapat berkurang − Membantu menginduksi tidur − Meningkatkan efek relaksasi
− Dapat merasakan takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, pagar tempat untuk membantu mengubah posisi
− Tidur tanpa gangguan lebih
menimbulkan rasa segar dan pasien mungkin mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun. − Mungkin diberikan untuk
2.3 Asuhan Keperawatan Kasus
2.3.1 Pengkajian
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 68tahun
Status Perkawinan : kawin
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Garu II A
Tanggal Pengkajian : 17 juni 2013
Diagnosa Media : Osteoartritis
II. KELUHAN UTAMA
Ny. R mengatakan kaki kanan dan kirinya sakit, nyeri, merasa pegal, linu,
kekakuan dan kesemutan. Hal itu dirasakan oleh Ny.R sejak 1 tahun
terakhir.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya :
Penyebabnya karena terlalu lama berdiri dalam melakukan
aktivitas.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Meminum obat dan istirahat
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Nyeri dengan intensitas sedang yaitu skala nyeri 6
2. Bagaimana dilihat
C. Region
1. Dimana lokasinya
Nyeri dirasakan dibagian kaki kanan dan kiri
2. Apakah menyebar
Ya, Klien mengatakan terkadang menyebar ke pinggang
D. Severity
Nyeri yang dirasakan mengganggu aktivitas karena pernah membuat
klien tidak bisa berjalan.
E. Time
Nyeri timbul Ketika cuaca dingin dan terkadang setelah selesai
beraktivitas.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami :
Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang serius, hanya
mengalami demam biasa saja
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan :
Kien mengatakan hanya meminum obat dari warung.
C. Pernah dirawat/dioperasi :
Klen mengatakan tidak pernah dirawat/dioperasi.
D. Lama dirawat : -
E. Alergi :
Klien tidak ada alergi tetapi sekarang mempunyai pantangan seperti
jeroan dan ayam.
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang Tua
Klien mengatakan orang tuanya tidak mempunyai penyakit yang sama
dengannya
B. Saudara Kandung
Klien mengatakan saudara kandungnya tidak memiliki penyakit yang
C. Penyakit ketururan yang ada
Tidak ada penyakit keturunan pada keluarga klien
D. Anggota keluarga yang meninggal
Anggota keluarga yang meninggal adalah orang tua klien
E. Penyebab meninggal
Klien mengatakan penyebab meningggal karena memang sudah lanjut
GENOGRAM
Usia
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
---: Serumah
Ny.R anak ke-3 dari 3 bersaudara, 1 saudara klien sudah
meninggal, mempunyai 5 orang anak, Ny, R tinggal serumah
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien mengetahui penyakitnya dan berharap lekas sembuh
B. Konsep Diri :
− Gambaran diri : Klien mengatakan berat badannya mulai menurun dan mudah lelah. − Ideal diri : Klien mengharpkan agar diberikan
ketabahan dalam menghadapi
penyakitnya.
− Harga diri : Klien merasa senang tinggal
dirumahnya.
− Peran diri : Klien merupakan ibu rumah tangga
− Identitas : Klien adalah ibu dari 5 orang
anaknya
C. Keadaan Emosi :
Keadaan emosi pasien dalam keadaan stabil.
D. Hubungan sosial :
− Orang yang berarti : Suami, anak dan cucunya
− Hubungan dengan keluarga : Harmonis dengan keluarga yang
ada
− Hubungan dengan orang lain : Baik, klien mau bergaul dengan
tetangganya.
− Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : tidak ada E. Spiritual :
− Nilai dan keyakinan : Klien beragama islam dan
mengikuti perwiritan di
lingkungannya
VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : Klien dalam kondisi baik, namun
terlihat kondisi kaki lemah
sehingga perlu bantuan tongkat
untuk berjalan.
B. Tanda-tanda Vital
− Suhu tubuh : 36.8 o
− Tekanan darah : 130/ 80 mmhg
C
− Nadi : 82 x/i
− Pernapasan : 23 x/i
− Skala nyeri : 6
− TB : 158 cm
− BB : 67 kg
C. Pemeriksaan head to toe
Kepala dan rambut
− Bentuk : Bulat dan simetris
− Ubun-ubun : Tidak ada kelainan
− Kulit kepala : Bersih
Rambut
− Penyebaran dan keadaan rambut : rambut menyebar merata dan
banyak uban.
− Bau : tidak berbau
− Warna kulit : sawo matang
Wajah
− Warna kulit : sawo matang
− Struktur wajah : bulat
Mata
− Kelengkapan dan kesimetrisan : Mata lengkap dan simetris
− Palpebra : normal
− Konjungtiva dan sclera : Konjunctiva tidak pucat dan sclera tidak ikterik
− Kornea dan iris : reflek terhadap cahaya +
Hidung
− Tulang hidung dan posisi septum nasi : normal dengan letak medial
− Lubang hidung : simetris
Telinga
− Bentuk telinga : simetris − Ukuran telinga : normal
− Lubang telinga : terdapat serumen
− Ketajaman pendengaran : pendengaran klien berkurang Mulut
− Keadaan bibir : bibir klien kering
− Keadaan gusi dan gigi : tidak ada pembengkakan − Keadaan lidah : normal (medial)
Leher
− Thyroid : Tidak ada pembesaran KGB
− Suara : Klien mengeluarkan kata- kata
dengan jelas − Denyut nadi karotis : teraba − Vena jugularis : teraba
Pemeriksaan Integument
− Kebersihan : bersih
− Kehangatan : akral hangat
− Warna : sawo matang
− Turgor : baik ( kulit cepat kembali) − Kelembaban : kulit tampak tidak kering − Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan
Pemeriksaan Thoraks/Dada
− Inspeksi thoraks : simetris
Pemeriksaan Abdomen
− Inspeksi : tidak ada benjolan
− Palpasi : tidak ada tanda nyeri tekan Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya
− Tidak dilakukan
− Pemeriksaan musculoskeletal
Kesimetrisan :
− Ekstremitas atas : Tangan kanan dan kiri simetris − Ekstremitas bawah : Kaki kanan dan kiri simetris
− Edema : tidak ada edema
− Kekuatan otot : kekuatan otot telah berkurang dimana
klien lebih sering duduk. Dan bila berjalan
lambat serta menggunakan alat bantu
berjalan.
Pemeriksaan Neurologi
− GCS=15 , E = 6, M =4, V = 5
Fungsi motorik
− Cara berjalan : Klien berjalan lambat
− Pronasi dan Supinasi : Klien mampu membalik-balikkan tangan − Romberg test : Klien mampu berdiri walau dengan
bantuan
Fungsi Sensorik
− Test tajam- tumpul : Klien dapat membedakan tajam dan
tumpul
− Test panas- dingin : Klien dapat membedakan panas dan
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
I. Pola Makan dan Minum
− Frekuensi makan/hari : Klien makan 3 kali per hari
− Nafsu/selera makan : klien mengatakan selera makannya
baik
− Waktu pemberian makan : Pagi,siang malam
− Jumlah dan jenis makan : 1 piring sekali makan dan makanan biasa
− Waktu pemberian cairan/ minuman : Meminum air putih
II. Perawatan Diri/ Personal Hygiene
− Kebersihan tubuh : Mandi 2 kali per hari − Kebersihan gigi dan mulut : gosok gigi 2 kali per hari
− Kebersihan kuku kaki dan tangan : Pemotongan kuku jika
panjang
III. Pola kegiatan/Aktivitas
− Klien tidak memiliki kegiatan rutin karena penyakitnya, hanya
jalan- jalan sebentar dan terkadang menyiram bunga
IV. Pola eliminasi
1. BAB
− Pola BAB : 1 kali /hari − karakter feses : kuning,lembek
− Riwayat Pendarahan : tidak ada dan saat mengkaji tidak terjadi diare
2. BAK
− Pola BAK : 6-7 kali/ hari
2.3.2 Analisa Data
No Data Masalah keperawatan
1
2
DS :
− Klien mengatakan sakit dan nyeri pada kaki kanannya dan
terkadang menyebar ke pinggang.
DO:
− Klien memijit-mijit kakinya. − Wajahnya terlihat meringis. − Skala nyeri 6
TD :130/80 mmhg HR :81x/i
RR :22x/i T : 36,5 oC
DS :
− Klien mengatakan tidak
sanggup berjalan jauh.
− Klien berjalan menggunakan alat bantu tongkat.
DO :
− Klien dibantu oleh anaknya dalam melakukan aktifitas. − Klien lebih banyak duduk.
Gangguan rasa nyaman : nyeri
2.3.3 Masalah Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri
2. Intoleransi aktifitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penurunan fungsi
tulang ditandai dengan wajah meringis dan skala nyeri 6
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan otot lemah ditandai
2.3.4 Perencanaan
Dx Perencanaan Keperawatan
18 Juni 2013
1 Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan masalah klien dapat teratasi atau berkurang dengan kriteria hasil :
− Nyeri berkurang − Klien tampak rileks − Nyeri dapat teratasi
Rencana Tindakan Rasional
Mandiri :
− Kaji nyeri, catat lokasi dan skala nyeri
− Ajarkan teknik relaksasi
− Berikan kompres hangat pada daerah yang nyeri − Berikan massage yang
lembut
− Ukur tanda-tanda vital
Penkes :
− Mengajarkan ROM − Mengajarkan senam
rematik
− Untuk menentukan tindakan pengontrolan nyeri
− Untuk pengontrolan nyeri dan mengurangi rasa nyeri − Untuk pelebaran pembuluh
darah dan stimulasi
− Meningkatkan relaksasi dan mengurangi nyeri
− Untuk mengetahui respon tubuh terhadap nyeri
− Mencegah kekakuan sendi − Mengurangi nyeri dan
melancarkan peredaran darah
2 Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan masalah klien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
− Klien mampu beraktifitas secara normal
RENCANA TINDAKAN Mandiri :
− Pertahankan istirahat dan tirah baring yang cukup
− Bantu klien dengan gerak rentang aktif /pasif − Ciptakan lingkungan
yang tenang dan nyaman
− Dorong klien
mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, dan berjalan.
RASIONAL
− Untuk mentoleransi kemampuan tubuh
− Meningkatkan kekuatan otot
− Mengurangi kegelisahan pasien dan merilekskan kerja tubuh
2.3.5 Implementasi dan Evaluasi
Hari/ Tanggal
No.
Dx Implementasi Keperawatan
Evaluasi
− Mengajarkan teknik relaksasi
− Memberikan kompres hangat pada daerah yang nyeri
− Memberikan massage pada daerah yang nyeri
− Mengukur TTV klien
− Mengajarkan ROM
− Mengajarkan senam rematik
O : klien memijat-mijat kakinya. TD :130 / 80 mmhg HR : 80x/i
RR: 22x/i T : 36.5 oC
A : Masalah teratasi sebagian
2.4 Pembahasan
Dalam bab ini, penulis akan membahas Asuhan keperawatan pada Ny.R
dengan masalah Prioritas gangguan rasa nyaman : nyeri (Osteoartritis),
pembahasan meliputi : Pengkajian, Analisa Data, Diagnosa Keperawatan,
Intervensi Keperawatan, Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan.
Pengkajian yang sudah didapat berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan
penulis dan keluhan pasien yang ditemukan pada pengkajian yang dilakukan pada
tanggal 17 juni 2013 didapatkan data Ny.R, umur 68 tahun, jenis kelamin
perempuan, status menikah, agama Islam, pendidikan tamat SD, alamat Kel
Harjosari 1 Kec. Medan Amplas. Didapatkan data antara lain : data subyektif yang
meliputi pasien mengatakan kedua kakinya nyeri, kekakuan , linu dan kesemutan
dan pasien mengatakan tidak dapat melakukan aktifitas seperti biasanya. Data
obyektif meliputi pasien tampak meringis, klien memijit-mijit kedua kakinya dan
pasien lebih banyak istirahat.
Pembahasan ini terjadi dari masing-masing diagnosa keperawatan dengan
tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip dalam proses keperawatan. Adapun tiga
diagnosa yang muncul adalah sebagai berikut :
1. Gangguan Rasa Nyaman : nyeri
Menurut teori berdasarkan berat ringannya nyeri yang sesuai dalam
pengkajian ini adalah nyeri sedang karena nyeri yang dirasakan menimbulkan
reaksi. Hal tersebut dapat disebabkan oleh peregangan syaraf di periosteum yang
menutupi osteofit. (Brandt, 2000).
Faktor yang mempengaruhi menurut data yang di dapat karena adanya
nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara
perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang
saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, pembesaran
sendi, dan perubahan gaya berjalan.
Dalam mengatasi masalah tersebut penulis menetapkan beberapa rencana
dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama diharapkan nyeri yang
dirasakan pasien hilang atau berkurang.
Berikut ini adalah beberapa rencana keperawatan yang ditentukan penulis
untuk diagnosa ini:
a. Kaji nyeri, catat lokasi dan skala nyeri
Rasionalnya : Untuk menentukan tindakan pengontrolan nyeri
b. Berikan kompres hangat pada daerah yang nyeri
Rasionalnya :. Untuk pelebaran pembuluh darah dan stimulasi
c. Berikan massage yang lembut
Rasionalnya : Meningkatkan relaksasi dan mengurangi nyeri
d. Mengajarkan ROM
Rasionalnya :Untuk Mencegah kekakuan sendi.
e. Mengajarkan senam rematik
Rasionalnya : Mengurangi nyeri dan melancarkan peredaran darah
Evaluasi pada diagnosa keperawatan Gangguan rasa nyaman nyeri yang
dilakukan pada tanggal 19-06-2013 penulis menemukan data subyektif
klien S: Pasien mengatakan nyeri pada kakinya sudah berkurang. O: klien
terlihat tenang. Analisa masalah gangguan rasa nyaman nyeri sebagian
teratasi planning melanjutkan intervensi yang telah dibuat dalam rencana
tindakan keperawatan selanjutnya.
2. Intoleransi aktifitas
Secara teori diagnosa ini dimunculkan apabila terdapat batasan
karakteristik Klien tidak mampu beraktifitas secara normal dan Klien tidak dapat
melakukan aktifitas secara mandiri.
Dalam mengatasi masalah tersebut penulis menetapkan beberapa rencana
keperawatan, tujuan serta kriteria hasil. Penulis menetapkan tujuan yang ingin
dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien mampu
melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
Berikut ini adalah beberapa rencana keperawatan yang ditentukan penulis
untuk diagnosa ini:
a. Pertahankan istirahat dan tirah baring yang cukup.
b. Bantu klien dengan gerak rentang aktif /pasif
Rasionalnya : Meningkatkan kekuatan otot
c. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
Rasionalnya : Mengurangi kegelisahan pasien dan merilekskan kerja tubuh
d. Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, dan berjalan.
Rasionalnya : Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan
mobilitas.
Berdasarkan pengelolaan kasus penulis memunculkan 2 diagnosa
keperawatan yaitu Gangguan rasa nyaman nyeri dan Intoleransi aktifitas .
Sedangkan pada teori terdapat diagnosa keperawatan : Resiko tinggi cedera fisik
dan Perubahan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
1. Resiko tinggi cedera fisik tidak dimunculkan karena tidak ada data
yang ditemukan penulis sesuai dengan batasan karakteristik yaitu tidak
dapat mempertahankan keselamatan fisik.
2. Perubahan pola tidur tidak dimunculkan karena tidak ada data yang
ditemukan oleh penulis sesuai dengan batasan karakteristik yaitu tidak
dapat memenuhi kebutuhan istirahan dan tidur. Pada saat dilakukan
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 17
sampai 22 juni 2013 di Kel.Harjosari I Kec. Medan Amplas dapat diambil
kesimpulan bahwa yang menjadi prioritas masalah keperawatan pada Ny. R
dengan diagnosa Osteoartritis adalah Gangguan Rasa Nyaman : nyeri. Data – data
yang mendukung yaitu klien mengatakan nyeri,kekakuan,kesemutan dan linu pada
kedua kakinya.Setelah dilakukan pengkajian intensitas nyeri, Skala nyeri berada
dalam intensitas sedang yaitu 6.
Intervensi yang diimplementasikan terkait dengan masalah Gangguan rasa
Nyaman : nyeri adalah Mengkaji lokasi dan tingkatan nyeri, Mengajarkan teknik
relaksasi, memberikan kompres hangat pada daerah yang nyeri, Mengukur TTV
klien, Mengajarkan ROM dan senam rematik serta memberikan massage yang
lembut pada kaki.
Dari Implementasi yang telah dilakukan diperoleh hasil evaluasi bahwa
masalah teratasi sebagian yaitu klien mengatakan nyeri berkurang. Dengan skala
4.
2.2.Saran
Dari penelitian yang dilakukan pada Ny.R menunjukkan bahwa informasi
tentang penatalaksanaan nyeri bagi penderita rematik di Harjosari 1 Kec. Medan
Amplas masih kurang. Untuk itu peneliti menyarankan kepada pelayanan
kesehatan khususnya puskesmas untuk memberikan informasi tentang
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta kedokteran. Media Aesculaapius FKUI:Jakarta.
Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. .Jakarta: EGC.
Long C Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan proses Keperawatan), Yayasan Ikatan alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung
R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta : Balai Penerbit FK Universitas Indonesia.
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I., dan Setiowulan, W. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta: Media Aesculapius.
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC.
Lampiran
− Mengkaji keluhan nyeri dan catat
skala nyeri. Skala nyeri = 6
− Menganjurkan klien mandi air hangat − Memberikan posisi yang nyaman
pada waktu duduk di kursi
− Memberikan massase yang lembut
pada kaki
S : Klien mengatakan kakinya masih sakit
O : Klien terlihat masih memijit-mijit
kakinya.Nyeri = 6
A: Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
− Memberikan kompres hangat pada kaki klien
− Mengajarkan ROM
− Menganjurkan untuk melakukan pijat
kaki
S : Klien mengatakan kaki kanannya
sakitnya sudah berkurang, tapi kaki
kirinya masih sakit
O : Klien memijat kaki kirinya
A : Masalah teratasi sebagian
3 Jumat,
21 juni 2013
08.00
08.20
08.50
09.00
− Mengompres hangat kaki yang sakit − Memberikan posisi yang nyaman
yaitu duduk bersandar
− Menganjurkan memijat bagian sendi
yang sakit
− Menganjurkan untuk melakukan
senam rematik
S : Klien mengatakan sakit pada kaki
kirinya berkurang
O : Klien terlihat agak tenang
Skala nyeri : 4
A : Masalah teratasi sebagian