• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksplorasi Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Eksplorasi Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adiyanti, SH. 2014. Formulasi Gel Ekstrak Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) dan Efek Penyembuhan Terhadap Luka Eksisi.Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Arief, A. 2001.Hutan dan Kehutanan.Kanisius.Yogyakarta.Kawasan Taman Hutan Rakyat Bukit Barisan Desa Tongkoh Kabupaten Karo.Departemen Kehutanan USU. Medan.

Atta-ur-Rahman. N. Amber, A. Farjana, S. M. Saleh, C. Jon, P. Masood, dan C.M.

Iqbal. 1997. New Sterodial Alkaloids from the Roots of Buxus sempervirens. American Chemical Society and American Society of

Pharmacognosy. Journal of Natural Products No. 60, pp. 770-774. Washington DC.

Azrifitria, Aziz, S. dan Chairul. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Daun dan Umbi Crinum asiaticum Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat.Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. Majalah Farmasi Indonesia 21 (4): 236-241.

Badan Pusat Statistika Kabupaten Toba Samosir. 2013. Kecamatan Lumban Julu dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistika. Sumut.

Dalimartha, Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid V. Puspa Swara. Jakarta

Darmawi, AR., Saleh, Chairul. dan Kartika, Rudi. 2015. Aktivitas Antihiperglikemik dari Ekstrak Etanol dan n-Heksana Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia A.Gray) pada Tikus Putih Jantan. Fakutas MIPA. Universitas Mulawarman. Jurnal Kimia Mulawarman Vol. 12 (2): 59-61.

Hamzari.2008. Identifikasi Tanaman Obat-obatan yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Sekitar Hutan Tabo-tabo.Jurnal Hutan dan Masyarakat.Tadulako 3(2) 111-234 p.

Hariana, A.H. 2004. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hostettmann, K. dan Marston, A. 1995. Cara Kromatografi Preparatif. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata.Penerbit ITB. Bandung

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Penerbit PT Bumi Aksara. Jakarta.

(2)

Kumalasari, LOR. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanan. Universitas Indonesia.Depok.

Kusdianti.2008. Tumbuhan Obat di Legok Jero Situ Lembang.Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam.Universitas Pendidikan Indonesia.

Kusumo, S., Hasanah, M., Moeljoprawiro, S., Thohari, M., Subandrijo,.Hardjamulia, A., Nurhadi, A dan Kasim, H. 2002.Pedoman Pembentukan Komisi Daerah Plasma Nutfah.BadanPenelitian dan PengembanganPertanian.Komisi Nasional Plasma Nutfah. Bogor. Hlm. 18.

Mans, Dennis R. A. 2013. From Forest to Pharmacy: Plant Based Traditional Medicines as Sources for Novel Therapeutic Compounds. Academia Journal of Medicinal Plants 1(6):101-110.

.

Octaviani, R. 2007. Profil Kromatogram dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Rimpang Lempuyang Gajah ( Zingiber zerumbet Smith ) Terhadap Bakteri Escherichia coli In Vitro.Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Semarang.

Penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam. 2010. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rismawan, Eriawan. 2013. Efektivitas Khasiat Pengobatan Luka Bakar Sediaan Gel Mengandung Fraksi Ekstrak Pegagan Berdasarkan Analisis Hidroksiprolin dan Histopatologi pada Kulit Kelinci.Pusat Teknologi Farmasi dan Medika.Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Buletin Penelitian Kesehatan Vol. 41 (1): 45 – 60

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi VI. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata.Penerbit ITB.Bandung.

Siswoyo, P. 2004. Tumbuhan Berkhasiat Obat. Penerbit Absolut. Yogyakarta.

Sitorus, Panal. 2015. Characterization Simplisia and Ethanolic Extract of Pirdot (Saurauia vulcani, Korth) Leaves and Study of Antidiabetic Effect in Alloxan Induced Diabetic Mice.Faculty of Pharmacy.University of Sumatera Utara.International Journal of ChemTech Research Vol. 8 (6) pp 789-794. Medan

Soetarahardja, S. 1997. Inventarisasi Hutan. IPB Press. Bogor.

Supriadi. 2001. Tumbuhan Obat Indonesia : Penggunaan dan Khasiatnya. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 16-27.

(3)

Utami, WS. 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Tithonia diversifolia Sebagai Antimalaria pada Mencit Galur Balb/C Sebelum dan Sesudah Diinfeksi Plasmodium berghei..Fakultas Kedokteran. Universitas Jember..Jurnal Medika Planta Vol. 1 (5): 56-66.

(4)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015. Pengambilan

sampel tumbuhan obat di hutan lindung Lumban Julu, Kecamatan Lumban Julu,

Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara. Analisis metabolit sekunder tumbuhan obat

dilaksanakan di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara : alat tulis, kantung

plastik, kertas label, tali rafia, kalkulator, meteran, gelas ukur, beaker glass,

tabung reaksi, shaker, kertas saring, oven, penangas air, pipet tetes, saringan,

spatula, timbangan analitik dan buku identifikasi tumbuhan obat.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : HCl 2 N, HCl

10%, Pereaksi Lieberman-Bouchard, Pereaksi Wagner, Pereaksi Maeyer, Pereaksi

Dragendorff, Pereaksi Salkowsky, Cerium Sulfat 1%, H2SO4 10%, NaOH 10%, FeCl3 1%, Mg-HCl cair, alkohol-air dan metanol.

Prosedur Penelitian

1. Aspek Pengetahuan Lokal

Survei pengetahuan lokal dilakukan dengan mengunakan metode

wawancara dan kuisioner tentang tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh

masyarakat. Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat yang

mengetahui tentang tumbuhan obat atau ahli dalam pengobatan. Data yang

diperoleh dari hasil wawancara bersama responden ditabulasikan dan dianalisa

(5)

2. Aspek Keanekaragaman

Pengumpulan data tumbuhan obat dilakukan dengan menggunakan metode

sampling plot dimana penentuan titik awal ditentukan dengan metode purposive

sampling, yaitu keberadaan tumbuhan obat yang dianggap mewakili kawasan

tersebut (Soetarahardja,1997).

Luas total hutan lindung Lumban Julu, Kecamatan Lumban Julu,

Kabupaten Toba Samosir adalah 3671 ha. Intensitas sampling yang dibuat dalam

penelitian adalah sebesar 0,5 % dari luas total hutan tersebut. Luas kawasan yang

diteliti adalah sebesar 18 ha dan jumlah plot yang dibuat sebanyak 360 plot.

Sampling plot yang dibuat adalah berbentuk lingkaran dengan jari-jari 12,6 meter

dan diameter 25,2 m dengan luasan plot lingkaran sebesar 0,05 ha. Pengamatan

tumbuhan obat dilakukan secara eksploratif di dalam plot sepanjang jalur

pengamatan.

Gambar 1. Desain Plot Tumbuhan Obat

Data yang diperoleh dianalisis de€€ngan menggunakan rumus:

a. Kerapatan suatu jenis (K)

(6)

b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR)

c. Frekuensi suatu jenis (F)

petak

d. Frekuensi relatif suatu jenis (FR)

%

Indeks Nilai Penting (INP) pada tingkat tumbuhan bawah (under stories),

semai (seedling), dan pancang (sapling) dihitung dari nilai kerapatan relatif (KR)

dan frekuensi relatif (FR) (Fachrul, 2007) :

INP = KR + FR

Keanekaragaman spesies ada indeks keanekaragaman yang dapat

digunakan dalam analisis komunitas tumbuhan adalah indeks Shanon atau Shanon

Indeks of General Diversity (H’) (Odum, 1993 dalam Indriyanto, 2006).

RumusIndeks Keanekaragaman Shanon-Wienner atau Shanon Indeks of General

Diversity (H’)

H’ = - ∑ (ni/N) ln (ni/N)

Keterangan :

H’ = indeks Shannon = indeks keanekaragaman Shannon-Wienner

Ni = jumlah individu dari suatu jenis i

N = jumlah total individu seluruh jenis

Besarnya indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon-Wiener

(7)

a. Nilai H’ > 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu

transek adalah melimpah tinggi;

b. Nilai H’ 1 < H’ < 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada

suatu transek sedang melimpah;

c. Nilai H’ < 1 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu

transek adalah sedikit atau rendah

(Indriyanto, 2006).

3. Aspek Fitokimia

Aspek fitokimia mengacu kepada pendeteksian kandungan metabolit

sekunder yang berpotensi sebagai bahan obat. Jenis-jenis tumbuhan obat dideteksi

kandungan senyawanya yang tergolong metabolit sekunder yaitu senyawa

alkaloid, terpen, tanin dan saponin. Prosedur pengujian fitokimia yang dilakukan

berdasarkan Penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam (2010) adalah sebagai

berikut:

A. Pengujian Alkaloid

Sampel diiris halus lalu dimasukkan ke dalam beaker glass sebanyak 10

gram. Selanjutnya direndam dengan HCl 2 N dan dipanaskan di atas

penangas air selama 2 jam pada suhu 60oC. Hasilnya didinginkan dan disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut :

a. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Maeyer, jika

mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk endapan

(8)

b. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Dragendorff,

jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk

endapan berwarna merah bata;

c. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Bouchardart,

jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk

endapan berwarna cokelat kehitaman;

d. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Wagnerika ,

jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk

endapan berwarna cokelat

Gambar 2. Skema Pengujian Alkaloid Filtrat (3 tetes) Filtrat (3 tetes) Filtrat (3 tetes)

(9)

B. Pengujian Terpen

Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC. Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-3 gram, dimasukkan ke dalam beaker

glass dan diekstraksi dengan 10 mL metanol. Ekstrak dipanaskan selama

15 menit di atas penangas air kemudian disaring. Filtrat akan diujikan

sebagai berikut :

a. Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes pereaksi

Lieberman-Bouchard (20 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat), jika

mengandung senyawa golongan terpen maka akan tampak perubahan

warna larutan menjadi warna hijau kebiru-biruan;

b. Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes pereaksi Salkowsky,

jika mengandung senyawa golongan terpen maka akan tampak

perubahan warna larutan menjadi warna merah pekat;

c. Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan CeSO4 1%

(10)

Gambar 3. Skema Pengujian Terpen-Steroid

C. Pengujian Flavonoid

Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC.

Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-4 gram, dimasukkan ke dalam beaker

glass dan diekstraksi dengan 20 mL metanol. Ekstrak dapat diekstraksi

dalam kondisi panas maupun dingin kemudian disaring. Filtrat akan

diujikan sebagai berikut:

a. Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan FeCl3 1%, jika

mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan

warna larutan menjadi warna hitam;

b. Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan NaOH 10%,

jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak

perubahan warna larutan menjadi warna ungu kemerahan;

Sampel (2-3 gram) Ekstrak Metanol (10 mL)

Pemanasan

Filtrat (1 tetes) Filtrat (1 tetes) Filtrat (1 tetes)

Larutan cokelat Larutan merah pekat

(11)

c. Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes Mg-HCl encer, jika

mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan

warna larutan menjadi warna merah jambu;

d. Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan H2SO4, jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan

warna larutan menjadi warna merah intensif.

Gambar 4. Skema Pengujian Flavonoid

D. Pengujian Saponin

Sampel diekstraksi dengan alkohol-air di atas penangas air. Ekstrak

dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu dibiarkan hingga suhu semula.

Hasilnya dikocok selama 2-3 menit kemudian busa yang terbentuk

didiamkan selama 1 menit. Selanjutnya dilakukan pengujian busa

permanen dengan penambahan 1-3 tetes HCl 10%.

Filtrat (1 tetes) Sampel (2-4 gram) Ekstrak Metanol (20 mL)

(12)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Tumbuhan Obat yang Ditemukan di Hutan Lindung Lumban Julu

Jenis-jenis tumbuhan obat yang ditemukan dari hasil eksplorasi penelitian

yang dilakukan di Hutan Lindung Lumban Julu ada delapan jenis

tumbuhan.Jenis-jenis tumbuhan obat yang telah ditemukan dari penelitian yang dilakukan

dideskripsikan sebagai berikut.

1. Pegagan (Centella asiatica)

Klasifikasi Pegagan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi :

Magnoliophyta, Kelas: Magnoliopsida, Ordo: Apiales, Famili: Apiaceae, Genus:

Centella dan Spesies: Centella asiatica.

Gambar 5. Pegagan (Centella asiatic)

Pegagan (Centella asiatica) merupakan tumbuhan tahunan yang tumbuh

menjalar dan berbunga di tanah yang datar dengan kondisi agak lembab, terbuka

atau agak ternaungi.Tumbuhan ini tidak berbatang, mempunyai rimpang

(13)

berbulu, daun tunggal, bertangkai panjang, tersusun dalam roset akar yang terdiri

dari 2-10 helai daun.Bunga tersusun dalam karangan berupa payung, tunggal atau

3-5 bunga bersama-sama keluar dari ketiak daun, berwarna merah muda atau

putih.Buah kecil bergantung, berbentuk lonjong dan pipih.

Kandungan kimia pada Pegagan (Centella asiatica) yang terkandung pada

daun adalah senyawa golongan terpen (Tabel 2).Menurut Rismawan (2013)

ekstrak Pegagan (Centella asiatica) berkhasiat untuk menyembuhkan luka bakar

dan memulihkan kembali bekas luka.

2. Paet-paet (Tithonia diversifolia)

Klasifikasi Paet-paet sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi:

Magnoliophyta, Kelas: Magnoliopsida, Ordo: Asterales, Famili: Asteraceae,

Genus: Tithonia dan Spesies: Tithonia diversifolia

Gambar 6. Paet-paet (Tithonia diversifolia)

Paet-paet atau Kembang Bulan (Tithonia diversifolia) merupakan

tumbuhan semak tahunan yang tumbuh liar di tempat yang landai atau curam

dengan kondisi tempat terang dan banyak sinar matahari langsung. Batang tegak,

(14)

runcing, pertulangan daun menjari serta berwarna hijau.Bunga majemuk, di ujung

ranting, tangkai bulat, kelopak bentuk tabung, berbulu halus, hijau, mahkota lepas,

bentuk pita, halus, kuning, benang sari bulat, kuning, putik melengkung,

kuning.Buahnya bulat, jika masih muda berwarna hijau setelah tua berwarna

coklat, bijinya bulat, keras dan berwarna coklat serta akarnya berupa akar

tunggang.

Kandungan kimia Paet-paet (Tithonia diversifolia) yang terdapat pada

daunnya adalah senyawa golongan terpen, senyawa golongan flavonoid dan

senyawa golongan alkaloid (Tabel 2). Menurut Utami (2012) bahwa Paet-paet

(Tithonia diversifolia) memiliki manfaat sebagai antimalaria, menurut Darmawi

dkk (2015) daun Paet-paet (Tithonia diversifolia) dapat digunakan sebagai agen

antihiperglikemik untuk menurunkan kadar glukosa darah dan menurut Adiyanti

(2015) bahwa daun Paet-paet (Tithonia diversifolia) memiliki efek untuk

menyembuhkan luka.

3. Ompu-ompu (Crinum asiaticum)

Klasifikasi Ompu-ompu sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi:

Magnoliophyta, Kelas: Liliopsida, Ordo: Liliales, Famili: Liliaceae, Genus:

(15)

Gambar 7. Ompu-ompu (Crinum asiaticum)

Ompu-ompu atau Bakung (Crinum asiaticum) adalah tumbuhan tahunan

yang tumbuh di tempat yang datar dengan kondisi tanah yang lembab dan gembur.

Batang semu pada ujung umbi dengan tunas samping lunak dan berwarna putih

kehijauan serta mempunyai umbi lapis yang besar. Daun Tunggal, roset akar,

bentuk garis atau pita, tebal, ujung runcing, pangkal rata, tepi rata, pertulangan

sejajar, permukaan licin dan berwarna hijau mengkilat. Bunga majemuk,

berbentuk payung, bunga sempurna.Buah berbentuk kapsul, beruang 3, biji

berbentuk pipih, berwarna putih dan kulit biji berlapis lendir serta akar serabut.

Kandungan kimia terdapat pada daun Ompu-ompu (Crinum asiaticum)

adalah senyawa golongan terpen dan senyawa golongan alkaloid (Tabel

2).Menurut Azrifitria dkk (2010)ekstrak daun Ompu-ompu (Crinum asiaticum)

mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab jerawat.

4. Ikausabi (Crassocephalum crepidioides)

Klasifikasi Ikausabi sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi:

Magnoliophyta, Kelas: Magnoliopsida, Ordo: Asterales, Famili: Asteraceae,

(16)

Gambar 8. Ikausabi (Crassocephalum crepidioides)

Ikausabi atau Sintrong (Crassocephalum crepidioides) merupakan

tumbuhan semak tahunan yang tumbuh di tempat datar atau cukup landai dengan

kondisitanah lembap dan tempat terbuka.Batang tegak sedikit berair, halus,

bergaris dan bercabang. Daunnya tersusun secara spiral dan menyirip, tidak

memiliki stipula, letak tersebar, daun yang lebih rendah memiliki tangkai daun

yang lebih pendek sedangkan daun bagian atas tidak memiliki tangkai, helai daun

berbentuk elips hingga lonjong dengan tepi daun bergerigi dan berbulu halus.

Bunganya berbentuk silinder yang tersusun atas banyak bunga berbentuk seperti

cawan, mahkota berwarna kuning dengan ujung berwarna merah bata.Buah keras,

ramping memanjang seperti gelendong berusuk 10 dengan banyak rambut sikat

berwarna putih.

Kandungan kimia Ikausabi (Crassocephalum crepidioides) pada daunnya

adalah senyawa golongan terpen, senyawa golongan alkaloid dan senyawa

golongan saponin (Tabel 2). Menurut Kusdianti (2008) bahwa daun Ikausabi

(Crassocephalum crepidioides) digunakan sebagai obat bisul

(17)

Klasifikasi Pirdot sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi:

Magnoliophyta, Kelas: Magnoliopsida, Ordo: Ericales, Famili: Actinidiaceae,

Genus: Saurauia dan Spesies: Saurauia vulcani

Gambar 9. Pirdot (Saurauia vulcani)

Pirdot (Saurauia vulcani) merupakan suatu jenis tumbuhan yang tumbuh

di hutan dekat aliran air atau di tempat yang lembab pada kemiringan landai atau

curam.Batang berkayu berbentuk bulat, tegak, permukaan kayu kasar dan terdapat

bercak putih, bercabang banyak dengan arah cabang mendatar. Daun tunggal,

berukuran lebar, tulang daun menyirip, bagian atas daun runcing, bagian bawah

daun membulat, tepi daun bergerigi dan memiliki dua sisi warna daun yang

berbeda dengan sisi daun bagian atas berwarna hijau dan sisi daun bagian bawah

berwarna putih kecoklatan. Buah berbentuk bulat, berukuran kecil, letak di ketiak

daun, berwarna hijau dan di dalam buah berisi lendir bening dengan biji-biji kecil

halus serta bunga berwarna putih.

Kandungan kimia yang terdapat pada daun Pirdot (Saurauia vulcani)

(18)

golongan alkaloid.Menurut Sitorus (2015) ekstrak daun Pirdot (Saurauia vulcani)

mempunyai manfaat sebagai anti penyakit diabetes.

6. Ciplukan Mini (Physalis minima)

Klasifikasi Ciplukan Mini sebagai berikut; Kingdom : Plantae, Divisi :

Magnoliophyta, Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Solanales, Famili : Solanacea,

Genus : Physalis dan Spesies : Physalis minima

Gambar 10. Ciplukan Mini (Physalis minima)

Ciplukan Mini (Physalis minima) merupakan tumbuhan liar yang tumbuh

di tempat datar dengan kondisi tanah yang gembur, cukup lembab dan tidak

tergenang air.Batang bercabangan melebar kesamping dan sebagian mendatar

hingga menyentuh tanah.Daun berwarna hijau, permukaan berbulu, bentuk

meruncing, berurat jelas, tulang daun menyirip, daun bergerigi pada bagian

tepinya, ujung daun meruncing, pangkal daun runcing dan daun berwarna

hijau.Bunga berbentuk tunggal dari ketiak daun yang terdiri dari tangkai bunga,

(19)

lonceng, tangkai sari dan tangkai putik.Buah berbentuk bulat, keras dan berwarna

hijau dan biji berstruktur keras dengan warna coklat muda.

Kandungan kimia pada daun Ciplukan Mini (Physalis minima) adalah

senyawa golongan flavonoid, senyawa golongan terpen, senyawa golongan

alkaloid dan senyawa golongan saponin (Tabel 2).Menurut Karpagasundari dan

Kulothungan (2014) Ciplukan Mini (Physalis minima) dapat dimanfaatkan

sebagai antioksidan, obat diabetes dan kanker.

7. Rumput Mutiara (Hedyotis Corymbosa)

Klasifikasi Rumput Mutiara sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi:

Magnoliophyta ,Kelas: Magnoliopsida, Ordo: Rubiales, Famili: Rubiaceae, Genus

: Hedyotis dan Spesies: Hedyotis corymbosa

Gambar 11.Rumput Mutiara (Hedyotis Corymbosa)

Rumput Mutiara (Hedyotis Corymbosa) merupakan tumbuhan perdu

musiman yang tumbuh di tempat datar dengan tanah kering dan banyak cahaya.

Batang bersegi empat dengan sisik atau bulu sangat pendek, bercabang dan

berwarna hijau kecoklatan. Daunnya relatif kecil, letak berhadapan bersilangan,

(20)

runcing, tepi daun rata dengan sedikit sisik atau bulu, tulang daun satu ditengah

dan daun berwarna hijau. Bunga majemuk dengan karangan bunga tersusun

bertangkai yang terletak di bagian ketiak daun 2-8 helai, cuping kelopak sebesar

bakal buah, mahkota berbentuk payung berwarna putih. Buah berbentuk bulat

dengan ujung pecah-pecah dan akarnya tunggang dengan akar cabang halus

berbentuk benang.

Kandungan kimia Rumput Mutiara (Hedyotis Corymbosa) yang

terkandung pada daunnya adalah senyawa golongan terpen, senyawa golongan

alkaloid dan senyawa golongan saponin (Tabel 2).Menurut Dalimartha (2008)

Rumput Mutiara (Hedyotis Corymbosa) berkhasiat sebagai pereda demam dan

menghilangkan panas.

8. Langge (Zingiber zerumbet)

Klasifikasi Langge sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi :

Magnoliophyta, Kelas: Magnoliopsida, Ordo : Zingiberales, Suku : Zingiberaceae,

Genus : Zingiber dan Spesies: Zingiber zerumbet

(21)

Langge (Zingiber zerumbet) merupakan tumbuhan semak semusim yang

tumbuh di tempat datar atau cukup landai dengan tanah yang lembab dan agak

ternaungi serta dapat ditemukan pada dataran dengan ketinggian hingga 1200

mdpl. Batang tegak, berdaging, semu berupa kumpulan pelepah daun yang

berseling, beberapa batang berkoloni dan membentuk rimpang. Daun tunggal,

berbentuk lanset, berselingan, tepi daun rata, ujung dan pangkal daun runcing,

permukaan licin, berambut di permukaan atas, berwarna hijau muda dan pelepah

berbentuk talang berwarna hijau. Bunga majemuk, berbentuk bongkol, tumbuh

dari pangkal rimpang, berwarna jingga atau merah, kelopak lepas satu sama lain.

Biji berbentuk bulat panjang dengan warna hitam dan akar serabut berwarna

kuning keputih-putihan.

Kandungan kimia pada Langge (Zingiber zerumbet) adalah senyawa

golongan terpen, senyawa golongan alkaloid dan senyawa golongan flavonoid

(Tabel 2). Menurut Octaviani (2007) Langge (Zingiber zerumbet) mempunyai

aktivitas sebagai antibakteripenyebab penyakit diare dan disentri.

Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Lumban Julu

Tumbuhan obat yang ditemukan dari eksplorasi penelitian di Hutan

Lindung Lumban Julu sebanyak delapanjenis tumbuhan.Data analisis tumbuhan

obat tersebut ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Data Analisis Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Lumban Julu

(22)

Cipukan Mini 0.25 2.72 0.07 8.09 10.81

Pirdot 0.29 3.06 0.13 15.01 18.07

Total 9.35 100.00 0.85 100.00 200.00

Nilai Kerapatan Relatif (KR) tertinggi ditunjukkan pada Tabel 1 adalah

jenis Paet-paet (Tithonia diversifolia) dengan nilai sebesar 24.21%. Nilai ini menunjukkan bahwa jenis Paet-paet (Tithonia diversifolia) banyak tumbuh di

Hutan Lindung Lumban Julu karena dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi

lahan hutan tersebut. Nilai Kerapatan Relatif (KR) terendah yang ditunjukkan

tabel 1 adalah jenis Ciplukan Mini (Physalis minima)dengan nilai sebesar

2.72%.Nilai ini disebabkan karena Ciplukan Mini (Physalis minima) sedikit tumbuh dan jarang ditemukan di Hutan Lindung Lumban Julu. Beragamnya nilai

KR dapat disebabkan oleh kondisi hutan yang memiliki beragam kondisi

lingkungan sehingga jenis-jenis tertentu yang mampu beradaptasi cenderung

banyak tumbuh. Sebagian tumbuhan dapat berhasil tumbuh dalam kondisi

lingkungan yang beraneka ragam sehingga tumbuhan tersebut cenderung tersebar

luas.

Nilai Frekuensi Relatif (FR) tertinggi ditunjukkan pada Tabel 1 adalah

jenis Pegagan (Centella asiatica) dengan nilai sebesar 17.59%.Nilai ini menunjukkan bahwa jenis Pegagan (Centella asiatica) dominan tumbuh dan

penyebarannya paling luas di Hutan Lindung Lumban Julu. Nilai Frekuensi

Relatif (FR) yang paling rendah adalah jenis Rumput Mutiara (Hedyotis

Corymbosa) dengan nilai sebesar 7.50%, disebabkan karena jenis Rumput Mutiara (Hedyotis Corymbosa)sifat tumbuhnya yang mudah mati dan sulitnya

menghasilkan anakan yangmampu berkompetisi dengan jenis lain.Frekuensi

(23)

konstansi atau frekuensi kehadiran organisme dapat dikelompokkan atas empat

kelompok yaitu jenis aksidental (frekuensi 0-25%), jenis aksesori (25-50%), jenis

konstan (50-75%), dan jenis absolut (di atas 75%). Berdasarkan data pada Tabel 1

menunjukkan bahwa delapan jenis tumbuhan obat yang ditemukan di Hutan

Lindung Lumban Julu tergolong ke dalam kategori jenis aksidental sehingga

jenis-jenis tumbuhan obat ini memiliki daerah penyebaran yang terbatas dan

hanya pada sekitar tempat tumbuhnya.

Nilai Indeks Nilai Penting (INP) yang tertinggi pada Tabel 1 adalah jenis

Paet-paet (Tithonia diversifolia) sebesar 39.57 sedangkan nilai Indeks Nilai Penting (INP) terendah adalah jenis Ciplukan Mini (Physalis minima) sebesar 10.81. Indeks Nilai Penting (INP) menyatakan kepentingan suatu jenis tumbuhan serta

memperlihatkan peranannya dalam komunitas. Nilai ini menunjukkan bahwa

Paet-paet (Tithonia diversifolia) memiliki peranan penting dalam komunitasnya.

Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Winner (H`) tumbuhan obat di

Hutan Lindung Lumban Julu yang ditunjukkan pada Tabel 1 adalah sebesar 1.83.

Berdasarkan data nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Winner (H`)

tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman delapan spesies tumbuhan obat

yang ditemukan di hutan Lindung Lumban Julu sedang melimpah. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Indriyanto (2006) yang menyatakan bahwa jika nilai H’ berada

diantara 1 < H’ < 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu

(24)

Pengujian Metabolit Sekunder Tumbuhan Obat di Hutan Lindung

LumbanJulu

Kandungan senyawa metabolit sekunder yang diuji pada tumbuhan

sebagai indikator adanya kandungan senyawa yang dapat dijadikan obat pada

tumbuhan. Adaempat golongan yang diuji yaitu senyawa golongan alkaloid,

senyawa golongan flavonoid, senyawa golongan saponin dan senyawa golongan

terpen. Data hasil pengujian metabolit sekunder pada tumbuhan obat ditunjukkan

(25)

Tabel 2. Data Hasil Uji Metabolit Sekunder Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Lumban Julu

Jenis Tumbuhan Flavonoid/ Fenolik

Terpen /Steroid

Alkaloid Saponin

FeCl3 CeSo4 Bouchardart Wagner Meyer Dragendorf

Paet-paet + +++ - - - + -

Ikausabi - +++ - - - +++ +

Pegagan - ++ - - - - -

Langge +++ +++ - - - +++ -

Rumput Mutiara - +++ - - - + +

Ompu-ompu - ++++ - - - +++ -

Cipukan Mini + +++ - - - +++ +++

Pirdot + ++++ - - - +++ -

Keterangan:

CeSo4 - : Tidak bereaksi terhadap pereaksi

(26)

Sebelum dilakukan skrining uji metabolit sekunder, tumbuhan obat

tersebut dikering udarakan hingga kadar airnya menjadi rendah. Pengeringan

dilakukan untuk mempermudah penghalusan sampel tumbuhan obat tersebut.

Sampel yang telah dihaluskan, dapat dicampurkan dengan pereaksi-pereaksi kimia

untuk mendapatkan kandungan senyawa metabolit sekundernya.

Senyawa-senyawa tersebut meliputi Alkaloid, Flavonoid, Terpenoid dan Saponin. Pengujian

dilakukan pada masing-masing spesies tumbuhan obat. Tumbuhan obat yang

mengandung senyawa tersebut, ditandai dengan adanya minimal dua pereaksi

yang bernilai positif. Pengujian saponin hanya digunakan satu pereaksi.

a. Alkaloid

Alkaloid didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa, mengandung

atom nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Kegunaan alkaloid bagi

tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat

tumbuh-tumbuhan dan pengatur kerja hormon. Alkaloid sangat penting dalam industri

farmasi karena kebanyakan alkaloid mempunyai efek fisiologis. Fungsi aktifitas

senyawa alkaloid menurut Atta-ur-Rahman (1997) adalah sebagai antibakteri dan

antifungi. Untuk pengujian alkaloid menggunakan pereaksi Bouchardat, Wagner,

Meyer dan Dragendorff. Perubahan warna larutan yang ditunjukkan oleh pereaksi

Bouchardat adalah coklat, sedangkan dengan pereaksi Wagner ditunjukkan

dengan adanya endapan warna coklat. Untuk pereaksi Meyer, perubahan warna

larutan menjadi putih kekuningan dan pereaksi Dragendorff ditunjukkan dengan

adanya endapan warna merah bata. Hasil dari pengujian metabolit sekunder

didapatkan bahwa jenis tumbuhan obat yang mengandung alkaloid adalah Langge

(27)

Ompu-ompu (Crinum asiaticum), Ikausabi (Crassocephalum crepidioides),

Ciplukan Mini (Physalis minima) dan Rumput Mutiara (Hedyotis Corymbosa).

b. Flavonoid

Flavonoid adalah suatu kelompok yang termasuk ke dalam senyawa fenol

yang terbanyak di alam, senyawa-senyawa flavonoid ini bertanggung jawab

terhadap zat warna ungu, merah, biru dan sebagian zat warna kuning dalam

tumbuhan. Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula

sebagai glikosida dan aglikon flavonoida (flavonoida tanpa gula terikat) terdapat

dalam berbagai bentuk struktur. Kegunaan dari flavonoid antara lain, pertama

terhadap tumbuhan, yaitu sebagai pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis, kerja

antimikroba dan antivirus. Kedua, terhadap manusia, yaitu sebagai antibiotik

terhadap kanker dan ginjal, menghambat perdarahan. Ketiga, terhadap serangga,

yaitu sebagai daya tarik untuk melakukan penyerbukan. Menurut Robinson

(1995) Flavonoid dapat berfungsi sebagai antimikroba, antivirus, antioksidan,

antihipertensi, merangsang pembentukan estrogen dan mengobati gangguan

fungsi hati. Pereaksi yang digunakan dalam pengujian flavonoid adalah FeCl3.

Tanda yang ditunjukkan oleh reaksi yang terjadi antara ekstrak tumbuhan dengan

pereaksi FeCl3 adalah adanya perubahan warna larutan menjadi warna hitam

pekat. Hasil dari pengujian metabolit sekunder didapatkan bahwa jenis tumbuhan

obat yang mengandung flavonoid adalah Ompu-ompu (Tithonia diversifolia),

Pirdot (Saurauia vulcani), Ciplukan Mini (Physalis minima) dan Langge

(28)

c. Saponin

Saponin adalah senyawa aktif dengan permukaan yang kuat yang

menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah

sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Peran saponin pada tumbuhan

sebagai bagian sistem pertahanan dapat menunjukkan aktivitas alelopati,

antimikroba, anti-jamur dan anti serangga. Fungsi aktifitas senyawa saponin

menurut Hostettmann dan Marston (1995) adalah sebagai antimikroba, fungisida,

antibakteri, antivirus, piscisida, molluscisida dan insektisida. Pereaksi dalam

pengujian saponin adalah HCl 10%. Uji skrining menunjukkan adanya

kandungan saponin ditandai dengan munculnya buih permanen saat sampel

tumbuhan dicampur dan diguncangkan bersama dengan senyawa pereaksi.Hasil

dari pengujian metabolit sekunder didapatkan bahwa jenis tumbuhan obat yang

mengandung saponin adalah Ikausabi (Crassocephalum crepidioides) dan

Ciplukan Mini (Physalis minima).

d. Terpen

Terpen adalah senyawa triterpenoida yang kerangka dasarnya sistem

cincin siklopentanoperhidropenantren. Senyawa ini tersebar luas dialam dan

mempunyai fungsi biologis yang sangat penting misalnya untuk antiinflamasi.

Menurut Robinson (1995) Senyawa ini tidak berwarna, berbentuk kristal.

Senyawa ini merupakan komponen aktif dalam tumbuhan obat yang telah

digunakan untuk penyakit diabetes, gangguan menstruasi, beberapa senyawa

triterpenoida menunjukkan aktivitas antibakteri atau antivirus. Pereaksi yang yang

digunakan pada pengujian terpen adalah Liberman Burchard dan Cerik Sulfat.

(29)

burchard menunjukkan warna larutan menjadi hijau kebiruan. Sedangkan dengan

menggunakan pereaksi Cerik Sulfat menunjukkan perubahan warna larutan

menjadi coklat.Hasil dari pengujian metabolit sekunder didapatkan bahwa jenis

tumbuhan obat yang mengandung terpen adalah Pegagan (Centella asiatica),

Paet-paet (Tithonia diversifolia), Ompu-ompu (Crinum asiaticum), Ikausabi

(Crassocephalum crepidioides), Pirdot (Saurauia vulcani), Ciplukan Mini

(Physalis minima), Rumput Mutiara (Hedyotis Corymbosa) serta Langge

(30)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Eksplorasi tumbuhan obatdi Hutan Lindung Lumbanjulu ditemukan

delapan jenis tumbuhan obat.Jenis tumbuhan obat yang mendominasi

adalah Paet-paet (Tithonia diversifolia) sedangkan jenis tumbuhan yang

paling sedikit adalah Ciplukan Mini (Physalis minima).

2. Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Winner (H`) adalah sebesar

1.83. Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis tumbuhan obat di hutan Lindung Lumban Julu sedang melimpah.

3. Pengujian metabolit sekunder jenis tumbuhan obatCiplukan Mini (Physalis

minima)memiliki kandungan metabolit sekunder yang kompleks karena

mengandung ke-empat senyawa metabolit sekunder, yaitu: senyawa

golongan flavonoid, senyawa golongan terpen, senyawa golongan alkaloid

dan senyawa golongan saponin.

Saran

Diharapkan dilakukan pengembangan pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan

obat yang diteliti sebagai bahan industri obat-obatan dan dilakukan upaya

(31)

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan obat

Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang memiliki khasiat obat dan

digunakan sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan

penyakit.Pengertian berkhasiat obat adalah mengandung zat aktif yang berfungsi

mengobati penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi

mengandung efek resultan/sinergi dari berbagai zat yang berfungsi mengobati

(Siswoyo, 2008).

Pemanfaatan tumbuhan obat atau bahan obat alam pada umumnya

sebenarnya bukanlah merupakan hal baru.Upaya pengobatan tradisional dengan

obat-obat tradisional merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dan

sekaligus merupakan teknologi tepat guna yang potensial untuk menunjang

pembangunan kesehatan.Dalam rangka peningkatan dan pemerataan pelayanan

kesehatan masyarakat, obat tradisional perlu dimanfaatkan dengan

sebaik-baiknya.Kenyataan menunjukkan bahwa dengan bantuan tanaman obat alam

tersebut, masyarakat dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan yang

dihadapinya (Tukiman, 2004).

Potensi khasiat obat dari tumbuhan tingkat tinggi yang ada di hutan dan

kebun sangatlah besar. Industri obat tradisional dan fitofarmaka telah

memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan baku obat. Indonesia

memiliki sekitar 370 etnis yang hidup di dalam atau di sekitar kawasan

hutan.Mereka umumnya memiliki pengetahuan tradisional dalam penggunaan

(32)

tradisional tentang tumbuhan obat ini merupakan dasar pengembangan obat

fitofarmaka atau obat modern (Supriadi, 2001).

Tumbuhan obat yang beranekaragam jenis, habitus dan khasiatnya

mempunyai peluang besar serta memberi kontribusi bagi pengembangan dan

pembangunan hutan.Karakteristik berbagai tanaman obat yang menghasilkan

produk berguna bagi masyarakat memberi peluang untuk dibangun dan

dikembangkan bersama dalam hutan di daerah tertentu. Berbagai keuntungan

yang diperoleh dengan berperannya tanaman obat dalam hutan adalah pendapatan,

kesejahteraan, konservasi sebagai sumberdaya, pendidikan nonformal,

keberlanjutan usaha dan penyerapan tenaga kerja serta keamanan sosial

(Hamzari, 2008).

Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan, penjelajahan, mencari dan

mengumpulkan jenis – jenis sumberdaya genetik tertentu (tumbuhan obat) untuk

dimanfaatkan dan mengamankannya dari kepunahan. Kegiatan eksplorasi

diperlukan guna menyelamatkan varietas-varietas lokal dan kerabat liar yang

semakin terdesak keberadaannya, akibat semakin intensifnya penggunaan varietas

unggul baru, dan perusakan habitat sumberdaya genetik tanaman untuk memenuhi

kebutuhan hidup manusia (Kusumo dkk., 2002).

Metabolit sekunder merupakan senyawa organik yang tidak secara

langsung berhubungan dengan pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi

tumbuhan.Beberapa metabolit sekunder bagi tumbuhan bersifat seperti hormon

atau mempengaruhi warna dan aroma buah.Beberapa metabolit sekunder antara

lain adalah alkaloid, flavonoid, tanin, steroid dan saponin.Keefektifan metabolit

(33)

sekunder mempunyai makna penting farmakologi yang dapat dimanfaatkan untuk

mengobati berbagai penyakit yang menyerang manusia. Meskipun sebagian besar

obat-obatan yang berbasis tumbuhan dapat disintesis manusia dengan kemajuan

teknologi dalam laboratorium, namun biaya yang dikeluarkan akan lebih efektif

jika mengekstrak langsung metabolit sekunder dari sumber alaminya, sehingga

eksplorasi tumbuhan yang menghasilkan metabolit sekunder menjadi penting

dilakukan untuk menemukan kandidat senyawa aktif yang dapat menjadi bahan

obat baru (Mans, 2013)

Kondisi Umum

Kabupaten Toba Samosir terletak di dataran Bukit Barisan dengan

topografi dan kontur tanah datar, landai, bergelombang, miring dan terjal dengan

ketinggian antara 300-2200 meter di atas permukaan laut.. Keadaan permukaan

tanah (topografi) wilayah Kabupaten Toba Samosir sebagian besar adalah

berbentuk daerah wilayah yang bergunung dan dataran rendah serta disusul

dengan wilayah berbukit dan yang landai (43% daerah miring, 28,75% daerah

terjal, 15,26% daerah datar), struktur tanahnya labil dan berada pada wilayah

gempa tektonik dan vulkanik.Sesuai dengan letak geografis Kabupaten Toba

Samosir tergolong ke dalam daerah beriklim tropis basah dengan suhu berkisar

antara 17°C - 29°C dan rata-rata kelembaban udara 85,04%. Posisi geografis

Kecamatan Lumban Julu terletak antara 2°29’-2°39’ LU dan 99°02’-99°15’ BT

serta berada sekitar 1200 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayahnya

89,9 km². Kecamatan ini di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten

Simalungun dan Kabupaten Asahan, di sebelah selatan berbatasan dengan Danau

(34)

serta di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Asahan dan Kecamatan

(35)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam penyediaan bahan

baku tumbuhan obat karena sumberdaya yang tersimpan di dalam

hutan.Indonesia memiliki lebih dari 1.000 jenis tumbuhan yang dapat digunakan

sebagai obat dan sekitar 300 jenis yang sudah dimanfaatkan untuk pengobatan

tradisional. Kekayaan alam hutan tropis Indonesia menyimpan berbagai tumbuhan

yang berkhasiat sebagai obat dan dihuni oleh berbagai suku dengan pengetahuan

pengobatan tradisional yang berbeda (Hariana, 2004)

Penggunaan tumbuhan sebagai bahan baku obat-obatan sudah dilakukan

oleh manusia sejak dikenalnya proses meramu dan masih berlangsung hingga

kini. Penggunaan tumbuhan obat ini kerap digunakan oleh orang banyak karena

relatif memiliki efek samping yang kecil dan lebih murah bila dibandingkan

dengan obat-obatan sintetis (Kumalasari, 2006).

Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional juga semakin banyak

diminati oleh masyarakat karena telah terbukti bahwa obat yang berasal dari

tumbuhan lebih menyehatkan dan tanpa menimbulkan adanya efek samping jika

dibandingkan dengan obat-obatan yang berasal dari bahan kimia. Namun, yang

menjadi permasalahan bagi peminat obat tradisional adalah kurangnya

pengetahuan dan informasi memadai mengenai berbagai jenis tumbuh-tumbuhan

yang biasa digunakan sebagai ramuan obat-obatan tradisional dan bagaimana

pemanfaatannya (Arief, 2001).

Masyarakat Desa Lumban Julu yang tinggal di daerah sekitar kawasan

(36)

mengobati beberapa jenis penyakit.Pengenalan terhadap berbagai jenis tumbuhan

obat harus dilakukan sebelum melakukan pemanfaatan terhadap tumbuhan obat

itu. Oleh karena itu, perlu dilakukan eksplorasi dan identifikasi jenis-jenis

tumbuhan obat yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat desa tersebut, selain

berfungsi untuk mendekatkan masyarakat kepada pemanfaatan tumbuhan obat,

juga berfungsi sebagai sarana untuk mengikut sertakan masyarakat di dalam

upaya pelestarian sumber daya alam khususnya sumber daya alam bukan kayu.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilaksanakan di hutan lindung Lumban Julu,

Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir ini antara lain:

1. Identifikasi jenis-jenis tumbuhan obat di daerah tersebut dan

pemanfaatannya;

2. Analisis keanekaragaman jenis tumbuhan obat di daerah tersebut;

3. Analisis metabolit sekunder dari jenis-jenis tumbuhan obat tersebut;

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah observasi awal untuk memberi informasi

mengenai jenis-jenis tumbuhan obat yang terdapat di hutan lindung Lumban Julu,

Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir ini serta menjawab

kekurangan pengetahuan tentang bermacam-macam tumbuhan obat yang dapat

dijadikan referensi bagi yang berkepentingan khususnya masyarakat serta dapat

dijadikan petunjuk praktis untuk mempertahankan penggunaan tumbuhan obat

(37)

ABSTRAK

ALEXANDER MANURUNG. Eksplorasi Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Lumban Julu Kecamatan Lumban JuluKabupaten Toba Samosir. Dibimbing oleh YUNUS AFIFUDDIN dan LAMEK MARPAUNG

Hutan Lindung Lumban Julu memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan yang sedang melimpah.Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengeksplorasi tumbuhan obat pada kawasan hutan tersebut.Tujuan penelitian ini adalah identifikasi jenis-jenis tumbuhan obat, analisis keanekaragaman jenis tumbuhan obat dan analisis metabolit sekunder dari jenis-jenis tumbuhan obat.Metode eksplorasi penelitian tumbuhan obat ini memiliki tiga tahap.Tahap yang pertama adalah aspek pengetahuan lokal dengan survei pengetahuan lokal.Tahap yang kedua adalah aspek keanekaragaman hayati tumbuhan obat dengan pengumpulandata analisis vegetasi.Tahap ketiga adalah aspek fitokimia dengan mendeteksi kandungan metabolit sekunder.Hasil penelitian didapatkan delapan jenis tumbuhan obat dengan Indeks Nilai Penting tertinggi adalah Paet-paet (Tithonia diversifolia)sebesar39.57 sedangkan Indeks Nilai Pentingterendah adalahCiplukan Mini (Physalis minima) sebesar 10.81.Hasilpengujian metabolit sekunder didapatkan Ciplukan Mini (Physalis minima)memiliki kandungan metabolit sekunder yang kompleks.

(38)

ABSTRACT

ALEXANDER MANURUNG. Explorationof Medical Plants in Protected Forest Lumban Julu Districts Toba Samosir Regency.Supervised by YUNUS AFIFUDDIN and LAMEK MARPAUNG

Protected Forest Lumban Julu has abundant diversity of plant species. Therefore, conducted a research exploration of the medical plants in that forest area. The purpose of this research was to identify species of medical plants, analyze diversity of medical plants and analyze secondary metabolites of medical plants. This research exploration method of medical plants has three stages. The first stages isaspect local knowledge with survey local knowledge. The second is aspect biodiversity of medical plants with analysis of vegetation data collection. The third is aspect phytochemical with detect the contain of secondary metabolites. The research result showed eight species of medical plants with the highest importance value index is Paet-paet (Tithonia diversifolia) at 39.57while the lowest importance value index is Ciplukan Mini (Physalis minima) at 10.81. The result of secondary metabolite test showed Ciplukan Mini (Physalis minima)have complex secondary metabolites.

(39)

EKSPLORASI TUMBUHAN OBAT DI HUTAN LINDUNG

LUMBAN JULU KECAMATAN LUMBAN JULU

KABUPATEN TOBA SAMOSIR

SKRIPSI

Oleh:

ALEXANDER MANURUNG 111201051

TEKNOLOGI HASIL HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(40)

ABSTRAK

ALEXANDER MANURUNG. Eksplorasi Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Lumban Julu Kecamatan Lumban JuluKabupaten Toba Samosir. Dibimbing oleh YUNUS AFIFUDDIN dan LAMEK MARPAUNG

Hutan Lindung Lumban Julu memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan yang sedang melimpah.Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengeksplorasi tumbuhan obat pada kawasan hutan tersebut.Tujuan penelitian ini adalah identifikasi jenis-jenis tumbuhan obat, analisis keanekaragaman jenis tumbuhan obat dan analisis metabolit sekunder dari jenis-jenis tumbuhan obat.Metode eksplorasi penelitian tumbuhan obat ini memiliki tiga tahap.Tahap yang pertama adalah aspek pengetahuan lokal dengan survei pengetahuan lokal.Tahap yang kedua adalah aspek keanekaragaman hayati tumbuhan obat dengan pengumpulandata analisis vegetasi.Tahap ketiga adalah aspek fitokimia dengan mendeteksi kandungan metabolit sekunder.Hasil penelitian didapatkan delapan jenis tumbuhan obat dengan Indeks Nilai Penting tertinggi adalah Paet-paet (Tithonia diversifolia)sebesar39.57 sedangkan Indeks Nilai Pentingterendah adalahCiplukan Mini (Physalis minima) sebesar 10.81.Hasilpengujian metabolit sekunder didapatkan Ciplukan Mini (Physalis minima)memiliki kandungan metabolit sekunder yang kompleks.

(41)

ABSTRACT

ALEXANDER MANURUNG. Explorationof Medical Plants in Protected Forest Lumban Julu Districts Toba Samosir Regency.Supervised by YUNUS AFIFUDDIN and LAMEK MARPAUNG

Protected Forest Lumban Julu has abundant diversity of plant species. Therefore, conducted a research exploration of the medical plants in that forest area. The purpose of this research was to identify species of medical plants, analyze diversity of medical plants and analyze secondary metabolites of medical plants. This research exploration method of medical plants has three stages. The first stages isaspect local knowledge with survey local knowledge. The second is aspect biodiversity of medical plants with analysis of vegetation data collection. The third is aspect phytochemical with detect the contain of secondary metabolites. The research result showed eight species of medical plants with the highest importance value index is Paet-paet (Tithonia diversifolia) at 39.57while the lowest importance value index is Ciplukan Mini (Physalis minima) at 10.81. The result of secondary metabolite test showed Ciplukan Mini (Physalis minima)have complex secondary metabolites.

(42)

RIWAYAT HIDUP

Alexander Manurung dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal

10 Juni 1993. Anak pertama dari empat bersaudara dari Ayahanda Drs. P.

Manurung(Alm.) dan Ibunda A. Purba, SE. Pada tahun 2005 penulis

menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 173654Lumban Julu,

Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Pada tahun

2008 lulus dari SMP Negeri 1Lumban Julu, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten

Toba Samosir, Sumatera Utara. Pada tahun 2011 lulus dari SMASwasta Kalam

Kudus Pematang Siantar dan pada tahun 2011 penulis diterima sebagai

Mahasiswa Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Program Studi Kehutanan, Fakultas

Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota dalam

Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS).Penulis mengikuti Praktek Pengenalan

Ekosistem Hutan (P2EH) di Taman Hutan Raya (TAHURA) Tongkoh, Kabupaten

Karo, Sumatera Utara pada tahun 2013.Penulis juga melaksanakan Praktek Kerja

Lapang (PKL) di Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), Jember, Jawa Barat pada

bulan Januari sampai dengan Februari 2015.

Penulis melakukan penelitian pada bulan Juni 2015 sampai dengan Juli

2015 dengan judul “Eksplorasi Tumbuhan Obat Di Hutan Lindung Lumban Julu

Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir” di bawah bimbingan oleh

(43)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan atasberkat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Eksplorasi

Tumbuhan ObatDi Hutan Lindung Lumban Julu Kecamatan Lumban Julu

Kabupaten Toba Samosir ”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk menjadi Sarjana Kehutanan.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing,

yaitu:bapak Yunus Afifuddin, S.Hut.,M.Sidan bapak Lamek Marpaung,

M.P.hil,Ph.Dyang telah membimbing dan memberi masukan-masukan serta saran

dalam pembuatan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada orangtua, keluarga dan teman-teman penulis

yang telah mendukung dan membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan

pengembangan ilmu pegetahuan, khususnya Kehutanan.Akhir kata penulis

mengucapkan terima kasih.

Medan, April2016

(44)

DAFTAR ISI

Deskripsi Tumbuhan Obat yang Ditemukan di Hutan Lindung Lumban Julu ... 16

Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Lumban Julu ... 23

(45)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Data Analisis Tumbuhan Obat di Hutan Lindung Lumban Julu ... 23

2. Data Hasil Uji Metabolit Sekunder Tumbuhan Obat di Hutan

(46)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Desain Plot Tumbuhan Obat ... 7

2. Skema Pengujian Alkaloid ... 10

3. Skema Pengujian Terpen ... 12

4. Skema Pengujian Flavonoid ... 13

5. Pepagan (Centella asiatica) ... 14

6. Paet-paet (Tithonia diversifoli) ... 15

7. Ompu-ompu (Crinum asiaticum) ... 16

8. Ikausabi (Crassocephalum crepidioides) ... 17

9. Pirdot (Saurauia vulcani) ... 18

10. Ciplukan Mini (Physalis minima) ... 19

11. Rumput Mutiara(Hedyotis Corymbosa) ... 20

Gambar

Gambar 1. Desain Plot Tumbuhan Obat
Gambar 2. Skema Pengujian Alkaloid
Gambar 3. Skema Pengujian Terpen-Steroid
Gambar 4. Skema Pengujian Flavonoid
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Persepsi Masyarakat dan Prospek Pembangunan Hutan Wisata Lumban Julu (Studi Kasus di Desa Sionggang Utara Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba

Manfaat dari penelitian ini adalah agar nantinya jenis tanaman beracun dapat diketahui dan kandungan senyawa racun alami pada tumbuhan beracun tersebut dapat dimanfaatkan

Aktivitas Antihiperglikemik dari Ekstrak Etanol dan n-Heksana Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia A.Gray) pada Tikus Putih Jantan.. Jurnal Kimia

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman hayati terutama keanekaragaman tumbuhan hias.Beranekaragam flora dan fauna ada di Indonesia dan sebagian

Tanaman hias adalah tanaman bunga-bungaan atau segala bentuk tanaman yang menghasilkan bunga (organ generatif).Sejalan dengan perkembangan jaman dan kemajuan keberadaban

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul “Eksplorasi Tumbuhan

Poisonous plants, Lumban Julu Protected Forest, Phytochemicals, Plant

Pengujian metabolit sekunder jenis tumbuhan obat Ciplukan Mini (Physalis minima) memiliki kandungan metabolit sekunder yang kompleks karena mengandung keempat