1 ABSTRAK
TINJAUAN ATAS PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT ANGSURAN SISTEM GADAI (KRASIDA) PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) KANWIL X BANDUNG
Oleh : DITA WAHYUNI
21312021
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung. Fenomena yang terjadi adalah calon debitur yang memberikan angsuran secara menunggak sehingga terjadinya kredit macet. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana prosedur Pemberian Kredit KRASIDA, apa saja masalah yang dihadapi dalam Pemberian Kredit KRASIDA dan bagaimana usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam melakukan Pemberian Kredit KRASIDA.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian studi lapangan, wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian bahwa prosedur Pemberian Kredit KRASIDA pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung sudah baik, tetapi terdapat hambatan yang terjadi yaitu calon debitur yang memberikan emas palsu sebagai barang jaminan. Hal ini sangat menyulitkan PT. Pegadaian (Persero) dalam mengatasi masalah ini.
Kata Kunci : Pemberian Kredit, Kredit Angsuran Sistem Gadai (KRASIDA).
This research was carried out in PT. Pegadaian (Persero) Regional Office X Bandung . The phenomenon is happening is candidates that give debtors debt in installments so that the occurrence of bad credit. The purpose of this research is to know how the procedure of granting credit KRASIDA, what are the problems encountered in Administering the credit KRASIDA and how the efforts being made to solve problems that occur in the conduct of granting credit KRASIDA.
The methods used in this research is descriptive, methods of data collection conducted by the researchers is the research field studies, interviews and studies of the literature. The results of research that the procedure of granting credit KRASIDA on PT Pegadaian (Persero) Regional Office X Bandung's been good, but there are obstacles that occur i.e. prospective debtor who gave false gold items as collateral. This is very troublesome PT. Pegadaian (Persero) in overcoming this problem.
Keywords: Granting Credit, Installment Credit System Pledge (KRASIDA). Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung merupakan bidang jasa gadai yang mempermudah masyarakatdalam melakukan pinjaman. PT. Pegadaian (Persero) adalah perusahaan gadai yang memiliki slogan “mengatasi masalah tanpa masalah” dan prinsip Pegadaian saat ini adalah kerabat menggapai cita. Dengan prinsip
2 1.2 Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penelitian yang akan dilakukan penulis terkait dengan prosedur pemberian kredit angsuran dengan sitem gadai pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung adalah :
1. Pemberian kredit sistem gadai, pada tahapannya tidak dilakukan secara menyeluruh sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada.
2. Nasabah yang membayar angsuran secara menunggak, serta adanya yang memberikan emas palsu sebagai barang yang akan digadaikan.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur pemberian kredit angsuran sistem gadai (KRASIDA) pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung.
2. Apa saja masalah-masalah yang dihadapi dalam melakukan pemberian kredit angsuran sistem gadai (KRASIDA) pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung.
3. Bagaimana cara menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam melakukan pemberian kredit angsuran sistem gadai (KRASIDA) pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung.
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.4.1 Maksud Penelitian
Maksud penulis dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan memperoleh informasi hasil yang diperoleh akhirnya akan digunakan sebagai bahan penyusunan Laporan Tugas Akhir mengenai pelaksanaan pemberian kredit angsuran sistem gadai (KRASIDA) yang dilakukan oleh PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung.
1.4.2 Tujuan Penelitian
Dari latar belakang diatas dapat diuraikan Tujuan Penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui prosedur pemberian kredit angsuran sistem gadai (KRASIDA) pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung.
2. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam melakukan pemberian kredit angsuran sistem gadai (KRASIDA) pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung.
3. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan PT. Pegadaian (Persero) untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam melakukan pemberian kredit angsuran sistem gadai (KRASIDA) pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung.
1.5 Kegunaan Penelitian
1.5.1 Kegunaan Praktis (Kegunaan Operasional)
Kegunaan praktis yang penulis tujukan pada perusahaan adalah sebagai berikut :
a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat
membantu memecahkan
permasalahan dalam mengenai Prosedur Pemberian Kredit Angsuran Sistem Gadai (KRASIDA) pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandunng. b. Bagi Pihak Lain
Selain itu hasil penelitian ini juga dapat menjadi manfaat, gambaran yang cukup jelas bagi peneliti lainnya yang akan mengambil judul yang sama. Da menambah pengetahuan serta wawasan.
1.5.2 Kegunaan Akademis
3 pihak yang berkepentingan, seperti sebagai berikut :
a. Kegunaan Bagi Penulis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan gambaran yang lebih jelas mengenai Prosedur Pemberian Kredit Angsuran Sistem Gadai (KRASIDA). Selain itu penelitian ini berguna sebagai salah satu syarat kelulusan program studi Diploma III Jurusan Akuntansi pada Universitas Komputer Indonesia.
b. Kegunaan Bagi Perusahaan
Hasil dari Tugas Akhir ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi perusahaan untuk menilai hasil dari Prosedur Pemberian Kredit Angsuran Sistem Gadai (KRASIDA) pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung.
c. Kegunaan Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai Prosedur Pemberian Kredit Angsuran Sistem Gadai (KRASIDA) pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung, sehingga hal ini dapat dipergunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian lainnya yang berkaitan dengan judul dari Tugas Akhir ini.
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penulis melaksanakan penelitian ini adalah di PT. Pegadaian (Persero)-Kantor Wilayah (Kanwil) X Bandung yang beralamat di Jln. Pungkur No. 125 Bandung 40252.
1.6.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian, dilaksanakan dari mulai bulan Maret 2015 sampai dengan bulan Juni 2015.
Tabel 1.1
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Prosedur
Menurut Mulyadi pengertian prosedur adalah:
“Suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.” (2013:5)
2.2 Pengertian Pemberian Kredit
Pasal 6 huruf b dan Pasal 13 huruf b UU Perbankan Indonesia 1992/1998 Masing-masing menetapkan kredit sebagai usaha bagi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Dengan dicantumkan pemberian kredit sebagai usaha bank dalam ketentuan undang-undang, maka kegiatan pemberian pinjaman uang ke masyarakat yang dilakukan bank telah mempunyai dasar hokum yang kuat. Bank dengan demikian tidak dapat digolongkan sebagai rentenir atau lintah darat yang sering tidak disukai oleh masyarakat. Pemberian kredit adalah usaha yang sah bagi bank sebagai badan usahadan sesuai
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Tahap Prosedur
Tahap Persiapan:
Bulan
I
1. Membuat Outline dan Proposal Tugas Akhir
2. Mengambil Formulir Penyusunan Tugas Akhir
3. Menentukan Tempat Penelitian
III
Tahap Pelaksanaan :
1. Mengajukan Outline dan Proposal Tugas Akhir
2. Meminta Surat Pengantar ke Perusahaan
3. Penelitian di Perusahaan
II
4. Penyusunan Tugas Akhir
Tahap Pelaporan :
1. Menyiapkan Draft Tugas Akhir 2. Sidang Tugas Akhir 3. Penyempurnaan Laporan Tugas Akhir
4 dengan salah satu fungsi utamanya sebagai penyalur dana masyarakat.
2.3 Pengertian Prosedur Pemberian Kredit
Menurut Kasmir bahwa :
“Prosedur pemberian kredit adalah tahap -tahap yang harus dilalui sebelum sesuatu kredit diputuskan untuk dikucurkan. Tujuannya adalah untuk mempermudah bank dalam menilai kelayakan suatu permohonan kredit”.(2012:143)
2.4 Pengertian Gadai
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1150, pengertian gadai adalah :
“Suatu hak yang diperoleh seorang kreditur atas suatu barang bergerak yang bertubuh maupun tidak bertubuh yang diberikan kepadanya oleh debitur atau orang lain atas namanya untuk menjamin suatu hutang dan yang memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mendapatkan pelunasan dari barang tersebut lebih dahulu daripada kreditur lainnya terkecuali biaya-biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara benda itu, biaya-biaya mana harus didahulukan”. 2.5 Peranan Pegadaian
Tugas pokok PT. Pegadaian adalah memberi pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai agar masyarakat tidak dirugikan oleh lembaga kegiatan keuangan non formal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari masyarakat. Masyarakat yang sedang memerlukan pinjaman ataupun mengalami kesulitan keuangan cenderung dimanfaatkan oleh lembaga keuangan non bank seperti renternir, lintah darat, maupun ijon untuk mendapatkan sewa dana dengan tingkat bunga yang sangat tinggi. (Sumber : www.pegadaian.co.id)
Bab III Objek dan Metodologi Penelitian 3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan suatu hal yang dijadikan sasaran penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran dan fakta tentang suatu hal tersebut :
Menurut Sugiyono pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut :
“Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.” (2011:32)
3.2 Metode Penelitian
Menurut Umi Narimawati pengertian dari metode penelitian adalah : “Cara peneliti yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu”.(2010:29)
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data
1. Studi Lapangan (Field Research) Studi Lapangan adalah melakukan peninjauan secara langsung untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir. Penelitian ini dilakukan terhadap kegiatan dari seluruh objek penelitian yang meliputi :
a. Observasi (Pengamatan) b. Wawancara (Interview)
c. Dokumentasi (Documentation) 2. Studi Pustaka (Library Research)
5 3.2.2 Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana data tersebut dapat diperoleh dan memiliki informasi kejelasan tentang bagaimana mengambil data tersebut dan bagaimana data tersebut diolah. Sumber data yang diperoleh penulis merupakan data yang didapat langsung dari PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung.
Sumber data dapat berasal dari Data Primer dan Data Sekunder, pengertian Data Primer dan Data Sekunder menurut Suharsimi Arikunto adalah:
1. Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak pertama, biasanya dapat melalui wawancara, jajak pendarat dan lain-lain.
2. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui pihak kedua , biasanya diperoleh melalui instansi yang bergerak dibidang pengumpulan data seperti Badan Pusat Statistik dan lain-lain. (2013:172)
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung bergerak dibidang pembiayaan, yang meminjamkan uang. Pada awalnya masyarakat mendatangi renternir atau lintah darat untuk melakukan pinjaman dengan memberikan jaminan yang mereka miliki serta membayar bunga yang melampaui batas kewajaran, sehingga mereka tidak sanggup untuk membayar. Dalam mengatasi masalah pinjaman uang ini maka pemerintah membantu dengan membentuk lembaga keuangan perbanka yaitu PT. Pegadaian (Persero).
4.1.2 Analisis Deskriptif
Untuk menanggulangi masalah keterlambatan pembayaran nasabah tiap bulannya, maka pihak PT. Pegadaian (Persero) akan menegakan sanksi
administrasi berupa denda dari setiap jumlah yang terutang di setiap hari keterlambatan. Biasanya akan diberikan surat peringatan sebanyak tiga kali, bilamana surat peringatan ketiga debitur masih belum membayar maka akan melakukan eksekusi barang jaminan dan apabila masih belum membayar makan akan dilakukan pelelangan barang jaminan sesuai dengan perjanjian sebelumnya dan kemudian untuk perhitungannya dengan sisa hutang debitur. Selain dengan cara mengambil emas jaminan, masalah diatas juga dapat diselesaikan dengan cara debitur membayar lunas hutangnya kepada PT. Pegadaian (Persero) berserta dengan biaya yang timbul berdasarkan catatan pembukuan PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Prosedur Pemberian Kredit Angsuran Sistem Gadai (KRASIDA) Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung.
Prosedur yang telah diberikan oleh PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung dalam pemberian kredit angsuran sistem gadai (KRASIDA) terdiri atas beberapa tahapan. Tahapan tersebut sangat membantu perusahaan dalam memberikan pinjaman kepada nasabah karena tahapan tersebut menentukan apakah kredit disetujui atau ditolak.
Sesuai dengan teori menurut Kuncoro & Suhardjono bahwa :
6 Dalam prosedur pemberian kredit angsuran sistem gadai (KRASIDA) pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung telah sesuai dengan teori yang ada, namun pada saat melakukan prosedur pemberian kredit pada tahap pengembalian atau pelunasan nasabah tidak dilakukan dengan baik, sedangkan prosedur pemberian kredit angsuran sistem gadai (KRASIDA) tersebut sudah berjalan dengan baik.
4.2.2 Masalah Yang Dihadapi Dalam Melakukan Pemberian Kredit Angsuran Sistem Gadai (KRASIDA) Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung.
Masalah yang dihadapi oleh PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung dalam melakukan pemberian kredit yaitu data yang diberikan oleh calon debitur kurang lengkap, fotocopy persyaratan yang diberikan oleh calon debitur kurang jelas, terjadinya pemberian emas palsu yang diberikan oleh calon debitur dan keterlambatannya nasabah dalam melakukan pembayaran angsuran setiap bulannya. Masalah-masalah yang dialami oleh PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung terdapat dalam teori yang telah dijelaskan oleh Gatot Supramono bahwa : Masalah yang terjadi salah satunya adalah keterlambatan nasabah membayar angsuran yang menimbulkan terjadinya kredit macet.(2010 : 24)
Masalah yang dihadapi dalam melakukan pemberian kredit angsuran sistem gadai pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung sudah sesuai dengan teori diatas, namun terjadinya pembayaran secara angsuran menunggak maka mengakibatkan kredit macet. Seharusnya nasabah mentaati semua prosedur dan ketentuan yang diberikan oleh perusahaan sehingga masalah ini tidak akan terjadi dan akan berjalan dengan lancar.
4.2.3 Usaha Yang Dilakukan PT. Pegadaian (Persero) Untuk Menyelesaikan Masalah Yang Terjadi Dalam Melakukan Pemberian Kredit Angsuran Sistem Gadai (KRASIDA) Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung.
Usaha yang dilakukan oleh PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung untuk mengatasi masalah yang terjadi pada perusahaan salah satunya adalah keterlambatan nasabah dalam melakukan pembayaran angsuran. Hal ini dilakukan dengan ketentuan yang telah disepakati sebelumnya dengan debitur. Dan hal tersebut sesuai dengan teori dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, yang disebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lainnya yang mewajibkan pikah peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
7 Bab V Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai prosedur pemberian kredit angsuran sistem gadai (KRASIDA) pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Usaha Yang Dilakukan PT. Pegadaian (Persero) Untuk Menyelesaikan Masalah Yang Terjadi Dalam Melakukan Pemberian Kredit Angsuran Sistem Gadai (KRASIDA) Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung adalah sebagai berikut, dalam hal pemberian data yang calon debitur berikan kurang lengkap, maka PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung akan meminta ulang data-data tersebut. Fotocopy syarat pemberian kredit angsuran sistem gadai yang kurang lengkap diatasi dengan cara meminta ulang fotocopy kepada calon debitur yang bersangkutan. Pemeriksaan emas yang diberikan oleh calon debitur akan lebih teliti sehingga untuk calon debitur yang sengaja memberikan emas palsu maka tidak akan mendapatkan fasilitas pemberian kredit dan untuk menanggulangi masalah keterlambatan pembayaran nasabah tiap bulannya, maka pihak PT. Pegadaian (Persero) akan menegakan sanksi administrasi berupa denda dari setiap jumlah yang terutang di setiap hari keterlambatan.
5.2 Saran
Pada dasarnya pelaksanaan pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung sudah berjalan dengan baik, namun beberapa saran dari penulis kiranya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan. Diantaranya yaitu :
1. Untuk menghindari agar tidak terjadi masalah dalam pemberian kredit, salah satunya atas keterlambatan nasabah dalam melakukan pembayaran angsuran, sebaiknya perusahaan menetapkan atau melaksanakan survey kepada nasabah agar perusahaan
mengetahui dan dapat memiliki hak untuk memantau jalannya atas pembayaran nasabah dan pada akhirnya tidak akan menimbulkan kredit macet.
2. Untuk menyelesaikan masalah pemberian emas palsu, sebaiknya perusahaan lebih meningkatkan ketelitian dalam melakukan taksiran terhadap barang jaminan yang akan digadaikan, sehingga tidak akan terjadi kembali dengan masalah tersebut.
Daftar Pustaka
Eddy Rinaldy. 2009. Membaca Neraca Bank, Jakarta : Indonesia Legal Center Publishing.
Gatot Suparmono. 2010. Perbankan & Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis, Jakarta.
Iwan Satibi. 2011. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers.
Jonathan Sarwono, Ely Suhayati. 2010. Riset Akuntansi Menggunakan SPSS. Bandung: Graha Ilmu.
Kasmir. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Enam. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Kasmir. 2012. Dasar-Dasar Perbanka.
Jakarta, Penerbit : PT Bumi Aksara. Maluyu, Sp, Hasibuan. 2009. Dasar-Dasar Perbanka. Jakarta : PT. Grafindo.
Mudrajat Kuncoro, Suhardjono. 2011. Manajemen Perbanka Teori Aplikasi. Edisi Kedua Yogyakart, Penerbit : BPFE Yogyakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
8 ( Mixed Methods ) . Bandung :Alfabeta.
Suharsimi A. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Supriati. 2012. Metodologi Penelitian. Mataram: Yayasan Cerdas Press.
Suyatno Thomas. 2012. Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Teguh, P Mujono. 2010. Ekonomi Indonesia. Yogyakarta : PT. Raja Semesta. Thamrin Abdullah, Francis Tantri. 2013.
Bank & Lembaga Keuangan. Edisi Satu-Cetakan Ketiga. Jakarta : Rajawali Pers.
Tony Wijaya. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ulber Silalahi. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Umi Narimawati, Sri Dewi anggadini, dan
Linna Ismawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Bekasi : Genesis. Yvonne Agustine, 2013. “Metodologi
Penelitian Bisnis dan Akuntansi”, Dian Rakyat, Jakarta.
Sumber Undang-Undang :
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan atas Undang-Undang Nomer 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
Undang-Undang Pasal 24 (1) Nomor 14 Tahun 1967.
11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kredit
Dalam mengetahui konsep dasar kredit maka kita harus mengetahui terlebih
dahulu pengertian dari kredit antara lain seperti berikut :
2.1.1 Pengertian Kredit
Secara etimologi, kata kredit berasal dari bahasa latin yaitu “credete” yang
berarti percaya, atau “to believe” atau “to trus”. Jadi dasar pemikiran pemberian
kredit pada dasarnya berlandaskan kepercayaan. Dilihat dari sudut pandang ekonomi,
kredit diartikan sebagai penundaan pembayaran. Maksudnya pengertian
pengembalian atas penerimaan uang atau suatu barang yang tidak dilakukan secara
bersamaan pada saat penerimaannya, akan tetapi pengembaliannya dilakukan di masa
yang akan datang.
Beberapa definisi kredit dari beberapa ahli adalah sebagai berikut :
Menurut Teguh P. Muljono pengertian kredit adalah sebagai berikut :
“Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan
suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran akan dilakukan ditangguhkan pada
Sedangkan secara yuridis pun ditemukan dalam Pasal 7 tahun 1998 tentang
perubahan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang merumuskan
pengertian kata kredit sebagai berikut :
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat dipersamakan,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain.”
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan kredit adalah persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu.
2.1.2 Fungsi dan Tujuan Kredit
Menurut Maluyu Hasibuan fungsi kredit bagi masyarakat adalah :
1. Menjadi motivator dan dinamisator peningkat kegiatan perdagangan
dan perekonomian.
2. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat.
3. Memperlancar arus barang dan arus uang.
4. Meningkatkan hubungan internasional (L/C, CGI, dan lain-lai).
5. Meningkatkan dana produktifitas dana yang ada.
6. Meningkatkan daya guna (utility) barang.
7. Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat.
8. Memperbesar modal kerja usaha.
9. Meningkatkan Income Per Capita (IPC) masyarakat.
10.Mengubah cara berpikir masyarakat untuk lebih ekonomis.
Adapun menurut Suyatno Thomas fungsi kredit adalah sebagai berikut :
1. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari uang.
2. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang.
3. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
4. Kredit adalah salah satu alat stabilisasi ekonomi.
5. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.
6. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.
7. Kredit adalah juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional.
(2012:5)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi kredit adalah
sebagai berikut :
1. Kredit dapat meningkatkan lapangan kerja dan peredaran dan lalu lintas
uang.
2. Kredit dapat meningkatkan hubungan antara Negara dan menjadi
jembatan bagi pendapatan nasional.
3. Kredit dapat menjadi motivator dan dinamisator untuk meningkatkan daya
guna dari barang maupun uang dalam kegiatan perdagangan serta
2.1.3 Tujuan Penyaluran Kredit
Menurut Malayu Hasibuan tujuan penyaluran kredit, antara lain sebagai
berikut :
1. Memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit.
2. Memanfaatkan dan memproduktifitaskan dana-dana yang ada.
3. Melaksanakan kegiatan operasional bank.
4. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat.
5. Memperlancar lalu lintas pembayaran.
6. Menambah modal kerja perusahaan.
7. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
(2009 : 98)
Sedangkan menurut Kasmir tujuan penyaluran kredit adalah sebagai berikut :
1. Mencari Keuntungan.
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit
tersebut, hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima
oleh Bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang
diberikan kepada nasabah.
2. Membantu Usaha Nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang
memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal
3. Membantu Pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh
pihak perbankan maka semakin baik, berarti adanya peningkatan
pembangunan di berbagai sektor.
(2011 : 90)
Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penyaluran kredit adalah untuk
memberi kemudahan pinjaman modal usaha kepada nasabah, meningkatkan
keuntungan untuk perusahaan itu sendiri dan membantu pembangunan di berbagai
sektor khususnya sektor ekonomi.
2.1.4 Jenis-jenis Kredit
Menurut Malayu Hasibuan jenis-jenis kredit dilihat dari beberapa segi dan
terdapat penjelasan, maka dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan Tujuan
a. Kredit Konsumtif adalah kredit yang tidak produktif digunakan
untuk kebutuhan sendiri berasama keluarganya, seperti kredit
rumah.
b. Kredit Modal Kerja (Kredit Perdagangan) yaitu kredit yang
produktif dipergunakan untuk menambahkan modal usaha
c. Kredit Investasi adalah kredit untuk investasi produktif dalam
jangka waktu relative lama, misalnya kredit untuk perkebunan
kelapa sawit.
2. Berdasarkan Jangka Waktu
a. Kredit Jangka pendek adalah kredit dengan jangka waktu
paling lama satu tahun.
b. Kredit jangka menengah adalah kredit dengan jangka waktu
antara satu hingga tiga tahun.
c. Kredit jangka panjang adalah kredit dengan jangka waktu lebih
dari tiga tahun.
3. Berdasarkan Macamnya
a. Kredit askep adalah kredit yang diberikan bank yang
hakekatnya hanya merupakan pinjaman uang biasa.
b. Kredit penjual adalah kredit yang diberikan oleh para penjual
kepada pembeli, dengan arti barang telah diterima pembayaran
kemudian.
c. Kredit pembeli adalah pembayaran yang telah dilakukan
kepada penjual tetapi barang diterima belakangan atau
pembelian dengan uang muka.
4. Berdasarkan Sektor Perekonomian
a. Kredit pertanian adalah kredit yang diberikan kepada
b. Kredit perindustrian adalah kredit yang disalurkan kepada
industry kecil, menengah dan besar
c. Kredit pertambangan adalah kredit yang diberikan kepada
beraneka macam pertambangan.
d. Kredit akspor-impor adalah kredit yang diberikan kepada
eksportis dan atau importer beraneka baramg.
e. Kredit operasi adalah kredit yang diberikan kepada jenis-jenis
koperasi.
f. Kredit profesi adalah kredit yang digunakan untuk
macam-macam profesi.
g. Kredit perumahan adalah kredit yang untuk membiayai
pembangunan atau pembelian rumah.
5. Berdasarkan Agunan/Jaminan
a. Kredit agunan rumah adalah kredit yang diberikan dengan
jaminan seseorang terhadap debitur yang bersangkutan.
b. Kredit agunan efek adalah kredit yang diberikan dengan
agunan efek-efek dan surat-surat berharga.
c. Kredit agunan barang yaitu kredit yang diberikan dengan
agunan barang tetap, barang bergerak dan logam mulia.
d. Kredit agunan dokumen adalah kredit yang diberikan dengan
6. Berdasarkan Golongan Ekonomi
a. Golongan ekonomi lemah adalah kredit yang disalurkan kepada
penguasaha golongan ekonomi lemah.
b. Golongan ekonomi menengah dan konglomerat adalah kredit
yang diberikan kepada pengusaha menengah dan besar.
7. Berdasarkan Penarikan dan Pelunasan
a. Kredit perdagangan adalah kredit yang dapat ditarik dan
dilunasi setiap saat, besarnya sesuai dengan kebutuhan.
b. Kredit berjangka yaitu kredit yang penarikannya sekaligus.
(2010:98)
Adapun menurut Thamrin Abdullah kredit yang diberikan bank umum dan
bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis, secara umum
jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi dan penjelasannya maka dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Dilihat dari segi kegunaan terdapat dua jenis kredit yaitu :
a. Kredit Investasi adalah kredit yang digunakan untuk keperluan
keperluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru
dimana masa perkiraannya untuk suatu periode yang lebih
lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan
utama suatu perusahaan.
b. Kredit modal kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk
seperti membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau
biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi.
2. Dilihat dari segi tujuan kredit jenis kredit dilihat dari tujuannya
adalah :
a. Kredit produktif yaitu yang digunakan untuk meningkatkan
usaha produksi atau investasi untuk menghasilkan barang dan
jasa.
b. Kredit konsumtif adalah kredit yang digunakan untuk
dikonsumsi atau dipakai secara pribadi.
c. Kredit perdagangan adalah kredit yang digunakan untuk
kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang
dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan
barang dagang tersebut.
3. Dilihat dari segi jangka waktunya adalah sebagai berikut :
a. Kredit Jangka Pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1
tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk
keperluan modal kerja.
b. Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang masa pengambilannya paling panjang
kredit jangka panjang waktu pengambilannya diatas 3 tahun
atau 5 tahun biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang.
4. Dilihat dari segi jaminan adalah sebagai berikut :
a. Kredit dan Jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan
tertentu jaminan tersebut dapat bebbentuk barang berwujud
atau tidak berwujud yang artinya setiap kredit yang
dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan
oleh calon debitur.
b. Kredit tanpa jaminan
Adalah kredit yang diberikan tanpa barang jaminan tertentu
atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat
prospek usaha karakter serta loyalitas calon debitur selama
berhubungan dengan bank yang bersangkutan.
5. Dilihat dari Sektor usaha
Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda-beda, oleh
karena itu pemberian fasilitas kredit pun berbeda pula. Jenis kredit
ini jika dilihat dari sektor usaha sebagai berikut.
a. Kredit pertanian merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor
perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor pertanian dapat
berupa jangka pendek atau jangka panjang.
b. Kredit peternakan adalam hal ini kredit diberikan untuk jangka
waktu yang relatif pendek misalnya peternakan ayam dan
c. Kredit industry untuk membiayai industry pengolahan industri
kecil, menengah maupun industri besar.
d. Kredit pertambangan adalah jenis kredit untuk usaha tambang
yang dibiayainya, biasanya dalam jangka panjang seperti
tambang emas, minyak atau tambang timah.
e. Kredit pendidikan merupakan yang diberikan untuk
membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula
kredit untuk para mahasiswa yang sedang belajar.
f. Kredit profesi adalah kredit yang diberikan kepada kalangan
para professional seperti dosen, dokter atau pengacara.
g. Kredit perumahan yaitu kredit untuk membiayai pembangunan
atau pembelian perumahan.
(2013:169)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan jenis-jenis kredit adalah sebagai berikut :
1. Jenis kredit berdasarkan tujuan, adalah pemberian kredit akan
diberikan sesuai dengan kebutuhan konsumen yang berupa
kebutuhan konsumtif, modal kerja dan investasi. Maka pemberian
kredit akan disesuaikan dengan jenis kebutuhan konsumen itu
2. Jenis kredit berdasarkan jangka waktu dengan agunan/jaminan,
maksudnya kredit adalah yang deberikan sesuai dengan jaminan
yang diberikan oleh konsumen kepada perusahaan itu sendiri dan
jangka waktu pelunasannya sesuai dengankesepakatan.
3. Jenis kredit berdasarkan sektor ekonomi adalah pemberian kredit
akan disesuaikan dengan usaha yang dijalankan oleh konsumen.
Besar kecilnya jumlah pinjaman akan disesuaikan dengan jenis
usaha.
2.2 Prosedur
Prosedur adalah peraturan. Dalam pengertian lebih lengkap prosedur adalah
sama, aturan berkoordinasi, sehingga unit-unit dalam sistem, subsistem dan
seterusnya dapat berinteraksi satu sama lain secara efisien dan efektif. Prosedur
juga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian tugas-tugas yang saling
berhubungan dan berurutan menurut waktu dan tata cara tertentu untuk
melaksanakan suatu tata cara kerja atau kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan.
2.2.1 Pengertian Prosedur
Menurut Mulyadi pengertian prosedur adalah :
“Suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam
suatu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara
seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.”
Menurut Zaki Baridwan bahwa:
“Prosedur merupakan suatu urutan-urutan pekerjaan kerani (clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang
terjadi.”
(2009:30)
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prosedur merupakan
urutan kegiatan clerical, sedangkan kegitan clerical terdiri dari kegiatan yang
dilakukan untuk mencatat informasi dalam formulir, buku jurnal dan buku besar
maka kegiatan yang dilakukan menghitung memberi kode, mendaftar, memilih dan
memandingkan.
2.2.2 Karakteristik Prosedur
Karakteristik prosedur yang dikemukakan oleh Mulyadi menyatakan terdapat
beberapa karakteristik prosedur, di antaranya sebagai berikut:
1. Prosedur menunjang tercapainya tujuan organisasi.
Dengan adanya prosedur, suatu organisasi dapat mencapai tujuannya karena
melibatkan beberapa orang dalam melakukan kegiatan operasional
organisasinya dan menggunakan suatu penanganan segala kegiatan yang
2. Prosedur mampu menciptakan adanya pengawasan yang baik dan
menggunakan biaya yang seminimal mungkin.
Pengawasan atas kegiatan organisasi dapat berjalan dengan baik karena
kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan.
Selain itu, biaya yang digunakan untuk melakukan kegiatan tersebut dapat
diatur seminimal mungkin karena kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan.
3. Prosedur menunjukan urutan-urutan yang logis dan sederhana.
Dalam suatu prosedur yang dilaksanakan oleh suatu organisasi dalam
menjalankan segala kegiatannya, biasanya prosedur tersebut menunjukan
rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan dan rangkaian tindakan tersebut
dilakukan seragam.
4. Prosedur menunjukkan adanya penetapan keputusan dan tanggung jawab.
Penetapan keputusan yang dibuat oleh pimpinan organisasi merupakan
keputusan yang harus dilaksanakan oleh para bawahannya untuk menjalankan
prosedur kegiatan yang sudah ada. Selain itu, keputusan atas orang-orang
yang terlibat dalam menjalankan prosedur tersebut, memberikan suatu
tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh para pelaksana tersebut sesuai
dengan tugasnya masing-masing.
5. Prosedur menunjukkan tidak adanya keterlambatan dan hambatan.
Apabila prosedur yang sudah ditetapkan oleh suatu organisasi dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka hambatan yang akan dihadapi
ketepatan waktu dalam pelaksanaan kegiatan sehingga tujuan organisasi yang
ingin dicapai oleh organisasi yang ingin dicapai organisasi dapat terlaksana
dengan cepat.
(2009:5)
2.2.3 Manfaat Prosedur
Selain karakteristik prosedur Mulyadi menyatakan mengenai manfaat dari
prosedur, di antaranya sebagai berikut:
1. Lebih memudahkan dalam menentukan langkah-langkah kegiatan dimasa
yang akan datang.
Jika prosedur yang telah dilaksanakan tidak berhasil dalam pencapaian tujuan
organisasi maka para pelaksana dapat dengan mudah menentukan
langkah-langkah yang harus diambil pada masa yang akan datang. Karena dari
prosedur tersebut dapat diketahui kesalahan-kesalahan yang terjadi sehingga
pencapaian tujuan organisasi tidak berhasil.
2. Mengubah pekerjaan yang berulang-ulang menjadi rutin dan terbatas.
Dengan prosedur yang dilaksanakan secara teratur, para pelaksana tidak perlu
melakukan pekerjaan secara berulang-ulang dan melakukan pelaksanaan
kegiatan secara teratur dan rutin. Sehingga para pelaksana dapat
melaksanakan kegiatannya secara sederhana dan hanya mengerjakan
3. Adanya suatu petunjuk atau program kerja yang jelas dan harus dipatuhi oleh
seluruh pelaksana.
Berdasarkan prosedur yang telah ditentukan oleh perusahaan, maka para
pelaksana mengetahui tugasnya masing-masing. Karena dari prosedur tersebut
dapat diketahui program kerja yang akan dilaksanakan. Selain itu, program
kerja yang telah ditentukan dalam prosedur tersebut harus dilaksanakan oleh
seluruh pelaksana.
4. Membantu dalam usaha meningkatkan produktifitas kerja yang efektif dan
efisien.
Dengan prosedur yang telah diatur oleh perusahaan, maka para pelaksana mau
tidak mau harus melaksanakan tugasnya masing-masing sesuai prosedur yang
berlaku. Hal ini menyebabkan produktifitas kinerja para pelaksana dapat
meningkat, sehingga tercapai hasil kegiatan yang efisien dan efektif.
5. Mencegah terjadinya penyimpangan dan memudahkan dalam pengawasan.
Pengawasan terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh para pelaksana dapat
dilakukan dengan mudah bila para pelaksana melaksanakan kegiatan tersebut
sesuai dengan prosedur yang akan terjadi pun dapat dicegah, tetapi apabila
terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan, maka akan apat segera
diadakan perbaikan-perbaikan sepanjang dalam tugas dan fungsinya
masing-masing.
(2009:7)
Prosedur Pemberian kredit adalah secara umum dapat dibedakan antara
pinjaman perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan hukum, kemudian, ditinjau
dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau produktif.
2.3.1 Pengertian Prosedur Pemberian Kredit
Menurut Kasmir bahwa :
“Prosedur pemberian kredit adalah tahap-tahap yang harus dilalui sebelum sesuatu
kredit diputuskan untuk dikucurkan. Tujuannya adalah untuk mempermudah bank
dalam menilai kelayakan suatu permohonan kredit”.
(2012:143)
Menurut Kuncoro & Suhardjono bahwa :
“Prosedur pemberian kredit adalah upaya bank dalam mengurangi risiko dalam
pemberian kredit yang dimulai dengan tahap penyusunan perencanaan perkreditan, dilanjtkan dengan proses pemberian putusan kredit (prakarsa, analisis dan evaluasi, negosiasi, rekomendasi dan pemberian putusan kredit), penyusunan perjanjian kredit, dokumentasi dan administrasi kredit, persetujuan pencairan kredit serta pengawasan
dan pembinaan kredit”.
(2011:223)
Dari pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prosedur pemberian
kredit adalah suatu proses yang harus dipenuhi melalui tahapan-tahapan sebelum
2.3.2 Tahapan Kegaiatan Dalam Prosedur Pemberian Kredit
Tahapan dalam prosedur pemberian kredit pada setiap bank atau lembaga
keuangan lainnya pada umumnya tidaklah jauh berbeda dimana setiap permohonan
kredit dari calon debitur haruslah wajib dilakukan analisisnya untuk mendapat
persetujuan kreditnya.
Menurut Hasibuan dalam prosedur pemberian kredit antara lain dengan skema
sebagai berikut :
1. Calon debitur menulis nama, alamat, agunan dan jumlah kredit yang
diinginkan pada formulir aplikasi permohonan kredit.
2. Calon debitur mengajukan jenis kredit yang diinginkan.
3. Analisis kredit dengan cara mengikuti asas 5C, 7P dari permohonan kredit
tersebut.
4. Karyawan analisis kredit menetapkan besarnya plafond krdit atau Legal
Lending Limit (L3) atau BMPK-nya. Jika BMPK disetujui nasabah.
(2008 :91)
Sedangkan menurut Firdaus & Ariyanti tahapan proses pemberian kredit
yaitu:
1. Persiapan kredit (credit preparation)
Adalah kegiatan tahap permulaan dengan maksud untuk saling mengetahui
informasi dasar antara calon debitur dengan bank, terutama calon debitur
baru, baiasanya dilakukan melalui wawancara atau cara-cara lain.
Dalam tahap ini diadakan penilaian yang mendalam tentang keadaan usaha
atau proyek pemohon kredit.
3. Keputusan Kredit (Credit Desicion)
Atas dasar laporan hasil analisi kredit, maka pihak bank melalui pemutus
kredit, dapat memutuskan permohonan kredit tersebut layak untuk diberi
kredit atau tidak. Jika tidak dapat diberikan, maka permohonan tersebut
harus ditolak melalui surat penolakan, bila permohonan layak untuk
diberikan, maka dituangkan dalam surat keputusan kredit yang memuat
beberapa persyaratan tertentu.
4. Pelaksanaan dan administrasi kredit (credit realization dan credit
administration)
Pada tahap ini kedua belah pihak (bank dan calon debitur) menandatangani
perjanjian kredit beserta lampiran-lampirannya.
5. Supervisi kredit & pembinaan debitur (credit supervision dan follow up)
Supervisi/pengawasan/pengendalian kredit dan pembinaan debitur pada
dasarnya ialah upaya pengamanan kredit yang telah diberikan oleh bank
dengan jalan terus memantau/memonitor dan mengikuti jalannya perusahaan
(secara langsung atau tidak langsung), serta memberikan saran/nasihat dan
konsultasi agar perusahaan/debitur berjalan baik sesuai dengan rencana,
sehingga pengembalian kredit akan berjalan dengan baik pula.
2.4 Pemberian Kredit
Pemberian kredit adalah sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank atau
lembaga pihak lainnya harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar
akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit
tersebut disalurkan.
2.4.1 Pengertian Pemberian Kredit
Pasal 6 huruf b dan Pasal 13 huruf b UU Perbankan Indonesia 1992/1998
Masing-masing menetapkan kredit sebagai usaha bagi Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat. Dengan dicantumkan pemberian kredit sebagai usaha bank dalam
ketentuan undang-undang, maka kegiatan pemberian pinjaman uang ke masyarakat
yang dilakukan bank telah mempunyai dasar hokum yang kuat. Bank dengan
demikian tidak dapat digolongkan sebagai rentenir atau lintah darat yang sering tidak
disukai oleh masyarakat. Pemberian kredit adalah usaha yang sah bagi bank sebagai
badan usahadan sesuai dengan salah satu fungsi utamanya sebagai penyalur dana
masyarakat.
2.4.2 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Menurut Thamrin Abdullah pemberian kredit adalah sebelum suatu fasilitas
kredit diberikan maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali, keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar. Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama. Begitu juga dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan dan telah menjadi standar penilaian setiap bank.
Menurut Thamrin Abdullah biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan
oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan
analisis 5C dan 7P. kredit dengan penilaian 5c berisi penilaian tentang Character,
Capacity, Capital, Collateral dan Condition dan sedangkan untuk analisis 7P kredit
adalah Personality, Party, Purpose, Prospect, Payment, Profitability dan Protection.
Dan inilah analisis 5C dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Character (Karakter)
Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit harus dapat
dipercaya yang tercermin dari latar belakang nasabah baik latar belakang
yang bersikap pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup
atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan sosial
standingnya. Character merupakan ukuran untuk menilai kemauan
nasabah membayar kreditnya.
2. Capacity (Kapasitas)
Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang
dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta
kemampuannya mencari laba. Sehingga akan terlihat kemampuannya
3. Capital (Modal)
Penggunaan modal yang efektif dapat dilihat dari laporan keuangan
(neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari
segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital adalah
untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah
terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
4. Collateral (Agunan)
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan
juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah,
jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
5. Condition (Kondisi)
Kondisi ekonomi pada masa sekarang dan yang akan datang harus dinilai
sesuai dengan sektor masing-masing. Prospek usaha dari sektor yang
dijalankan oleh nasabah juga harus dinilai. Penilaian prospek bidang usaha
yang dibiayai hendaknya memiliki prospek yang baik, sehingga
kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
Penilaian kredit analisis 7P sebagai berikut:
1. Personality (Kepribadian)
Personality (kepribadian) adalah sifat dan perilaku yang dimiliki
calon debitur yang mengajukan permohonan kredit bersangkutan,
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pemberian kredit. Jika
kepribadiannya baik maka kredit dapat diberikan. Sebaliknya
apabila kepribadiannya jelek maka kredit tidak dapat diberikan.
Alasannya adalah karena kepribadian yang baik akan berusaha
membayar pinjamannya sedangkan kepribdian yang jelek akan
sulit membayar pinjamannya. Kepribadian calon nasabah ini dapat
diketahui dengan mengumpulkan informasi tentang keturunan,
pekerjaan, pendidikan, dan pergaulannya. menilai nasabah dari
segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa
lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku
dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.
2. Party (Partai)
Mengklasifikasikan nasabah dalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta
karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan
tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.
3. Purpose (Tujuan)
Purpose (tujuan) adalah tujuan dan penggunaan kredit oleh calon
kerja. Tujuan kredit ini akan menjadi hal yang menentukan apakah
permohonan calon debitur disetujui atau ditolak. Apabila kredit
digunakan sebgai kegiatan konsumtif maka kredit tidak dapat
diberikan, tetapi jika digunakan sebagai modal kerja (produktif)
maka kredit dapat diberikan. Jadi, analisis kredit harus mengetahui
secara pasti tujuan dan penggunaan kredit yang akan diberikan
sehingga dapat dipertimbangkan
4. Prospect (Prospek)
Untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
menguntungkan dan mempunyai prospek atau sebaliknya.
Prospect adalah prospek perusahaan dimasa datang,apakah akan
menguntungkan (baik) atau merugikan (jelek). Jika prospek
terlihat baik maka kredit dapat diberikan, sebaliknya jika jelek
akan ditolak. Oleh karena itu analisis kredit harus mampu
mengestimasi masa depan perusahaan calon debitur agar
pengembalian kredit menjadi lancar.
5. Payment (Pembayaran)
Payment (pembayaran) adalah mengetahui bagaimana pembayaran
kembali kredit yang diberikan hal ini dapat diketahui jika analisis
kredit memperhitungkan kelancaran penjualan dan pendapatan
calon debitur sehingga dapat memperkirakan kemampuannya
6. Profitability (Profitabilitas)
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah
akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan
tambahan kredit yang akan diperolehnya.
7. Protection (Perlindungan)
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan
barang atau orang atau jaminan asuransi.
(2013:175)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa analisi kredit
adalah penilaian yang diberikan kepada nasabah dalam pengajuan kredit. Dengan
adanya Analisis 5C dan 7P diharapkan dapat mencegah secara dini kemungkinan
terjadinya kegagalan nasabah dalam memenuhi kewajibannya untuk melunasi
kredit yang diterimanya.
2.4.3 Jaminan Dalam Pemberian Kredit
Pemberian jaminan dalam kredit pada sebuah Lembaga atau Bank adalah
merupakan suatu keharusan sebagaimana diatur dalam Pasal 24 (1)
Undang-Undang Nomor 14 tahun 1967 tentang pokok-pokok perbankan, sebagai berikut :
“Bank Umum tidak memberikan kredit tanpa jaminan kepada siapapun”
Menurut Thomas Suyatno menyatakan bahwa secara umum jaminan kredit
menanggung pembayaran kembali suatu utang, kegunaan jaminan adalah untuk sebagai berikut :
1. Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan
pelunasaan dari hasil penjualan barang-barang jaminan tersebut, apabila nasabah melakukan cidera janji, yaitu tidak membayar kembali utangnya pada yang telah ditetapkan dalam perjanjian.
2. Menjamin agar nasabah berperan serta dalam transaksi untuk membiayai
usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaanya, dapat dicegah atau sekurang-kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat demikian diperkecil terjadinya.
3. Memberi dorongan kepada debitur (tertagih) untuk memenuhi perjanjian
kredit. Khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank.
(2011:89)
Menurut Thomas Suyatno jaminan dapat dibedakan dan dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Jaminan berupa benda (Jaminan Kebendaan)
Pemberian jaminan berupa benda berarti mengkhususkan suatu
bagian dari kekayaan seseorang dan menyediakan guna
pemenuhan atau pembayaran kewajiban seseorang debitur.
Kekayaan tadi dapat kepunyaan debitur sendiri, dapat pula
kekayaan orang lain. Kekayaan dapat beraneka ragam bentuk, baik
berupa benda bergerak, benda tidak bergerak, serta benda yang
tidak berwujud (seperti piutang).
2. Jaminan Perorangan
Pasal jaminan perorangan adalah suatu perjanjian ketiga yang
menyanggupi pihak berpiutang (kreditur) bahwa ia menanggung
kewajibannya (Pasal 1820 KUH Perdata). Jaminan jenis ini dapat
diadakan tanpa sepengetahuan debitur. Dalam hal ini dapat
menjamin pembayaran sepenuhnya atau suatu jumlah tertentu. Dan
penjamin berhak untuk menuntut agar :
a. Debitur ditagih terlebih dahulu, bila ada kekurangan
barulah kekurangan tersebut ditagih kepadanya (recht van
eerdereuitwinning, Pasal 1831 KUH Perdata).
b. Jika ada penjamin laiinya, utang tersebut dipecah-pecah
atau dibagi diantara para penjamin (recht van
schuldsplitsing, Pasal 1837 KUH Perdata).
3. Credietverband
Dilihat dari objek pengikatannya, kredietverban adalah semacam
hipotek yang berlaku atas tanah adat apabila dijadikan jaminan.
Credietverband merupakan jaminan atas tanah berdasarkan
Koninklijke Besluit tanggal 6 Juli 1908 Nomor 50 dan diubah
sengan Stbl. Tahun 1937 Nomor 190. Berdasarkan Peraturan
Menteri Agraria (PMA) Nomor : 15 Tahun 1961 tentang
pemebanan dan pendaftaran hipotek, maka Credietverband dapat
dibebankan pada hak milik, hak guna bangunan, baik yang berasal
dari hak-hak tanah Barat maupun hak-hak tanah Adat.
2.5 Gadai
Gadai adalah suatu badan atau organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan
jasa peminjaman uang dengan menggadaikan suatu barang sebagai jaminannya.
2.6 Pengertian Gadai
Menurut Kasmir secara umum pengertian gadai adalah :
“Kegiatan menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak tertentu, guna
memperoleh sejumlah uang dan barang yang akan dijaminkan lalu ditebus kembali
sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga lain”.
(2010 : 262)
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1150, pengertian
gadai adalah :
“Suatu hak yang diperoleh seorang kreditur atas suatu barang bergerak yang bertubuh
maupun tidak bertubuh yang diberikan kepadanya oleh debitur atau orang lain atas namanya untuk menjamin suatu hutang dan yang memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mendapatkan pelunasan dari barang tersebut lebih dahulu daripada kreditur lainnya terkecuali biaya-biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara benda itu, biaya-biaya mana harus
didahulukan”.
Pada pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gadai adalah suatu kegiatan
yang menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak tertentu yang akan
diserahkan oleh seseorang yang berhutang atau oleh orang lain atas namanya dan
didahulukan dari pada orang-orang yang berpiutang lainnya dengan perjanjian antara
nasabah dengan lembaga gadai.
2.5.2 Peranan Pegadaian
Tugas pokok PT. Pegadaian adalah memberi pinjaman kepada masyarakat
atas dasar hukum gadai agar masyarakat tidak dirugikan oleh lembaga kegiatan
keuangan non formal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak
dari masyarakat. Masyarakat yang sedang memerlukan pinjaman ataupun
mengalami kesulitan keuangan cenderung dimanfaatkan oleh lembaga keuangan
non bank seperti renternir, lintah darat, maupun ijon untuk mendapatkan sewa
74
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai prosedur pemberian
kredit angsuran sistem gadai (KRASIDA) pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X
Bandung, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Prosedur Pemberian Kredit Angsuran Sistem Gadai (KRASIDA) adalah
Calon debitur terlebih dahulu harus mengajukan permohonan pinjaman
kepada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung, permohonan yang
diajukan oleh calon debitur tersebut tidak dapat langsung disetujui
dikarenakan ada beberapa proses pemeriksaan dan pengecekan data terlebih
dahulu untuk diputuskan apakah permohonan tersebut dapat disetujui atau
ditolak. Kemudian calon debitur harus mengikuti beberapa tahapan yang ada
bila calon debitur akan mengajukan permohonan peminjaman harus
melakukan prosedur dengan memenuhi persyaratan peminjaman yang telah
ditetapkan.
2. Masalah Yang Dihadapi Dalam Melakukan Pemberian Kredit Angsuran
Sistem Gadai (KRASIDA) Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung
adalah Pemulihan ekonomi yang terus membaiknya kepercayaan masyarakat
karena itu masyarakat banyak yang menginginkan fasilitas pemberian kredit
ini sehingga ada beberapa yang menimbulkan berbagai masalah yang dihadapi
oleh PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung antara lain seperti data yang
diberikan oleh calon debitur kurang lengkap, fotocopy yang diberikan oleh
calon debitur kurang jelas, terjadinya pemberian emas palsu yang diberikan
oleh calon debitur, keterlambatan nasabah dalam melakukan pembayaran
angsuran setiap bulannya.
3. Usaha Yang Dilakukan PT. Pegadaian (Persero) Untuk Menyelesaikan
Masalah Yang Terjadi Dalam Melakukan Pemberian Kredit Angsuran Sistem
Gadai (KRASIDA) Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung adalah
sebagai berikut, dalam hal pemberian data yang calon debitur berikan kurang
lengkap, maka PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung akan meminta
ulang data-data tersebut. Fotocopy syarat pemberian kredit angsuran sistem
gadai yang kurang lengkap diatasi dengan cara meminta ulang fotocopy
kepada calon debitur yang bersangkutan. Pemeriksaan emas yang diberikan
oleh calon debitur akan lebih teliti sehingga untuk calon debitur yang sengaja
memberikan emas palsu maka tidak akan mendapatkan fasilitas pemberian
kredit dan untuk menanggulangi masalah keterlambatan pembayaran nasabah
tiap bulannya, maka pihak PT. Pegadaian (Persero) akan menegakan sanksi
administrasi berupa denda dari setiap jumlah yang terutang di setiap hari
5.2 Saran
Pada dasarnya pelaksanaan pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung
sudah berjalan dengan baik, namun beberapa saran dari penulis kiranya dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan. Diantaranya yaitu :
1. Untuk menghindari agar tidak terjadi masalah dalam pemberian kredit, salah
satunya atas keterlambatan nasabah dalam melakukan pembayaran angsuran,
sebaiknya perusahaan menetapkan atau melaksanakan survey kepada nasabah
agar perusahaan mengetahui dan dapat memiliki hak untuk memantau
jalannya atas pembayaran nasabah dan pada akhirnya tidak akan
menimbulkan kredit macet.
2. Untuk menyelesaikan masalah pemberian emas palsu, sebaiknya perusahaan
lebih meningkatkan ketelitian dalam melakukan taksiran terhadap barang
jaminan yang akan digadaikan, sehingga tidak akan terjadi kembali dengan
SISTEM GADAI (KRASIDA) PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO)
KANWIL X BANDUNG
Review Procedures Of Granting Credit Installment Pawn System (KRASIDA) In PT. Pegadaian (Persero) Regional Office X Bandung
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Akuntansi
Disusun Oleh :
DITA WAHYUNI 21312021
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
77
Eddy Rinaldy. 2009. Membaca Neraca Bank, Jakarta : Indonesia Legal Center
Publishing.
Gatot Suparmono. 2010. Perbankan & Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis,
Jakarta.
Iwan Satibi. 2011. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
Rajawali Pers.
Jonathan Sarwono, Ely Suhayati. 2010. Riset Akuntansi Menggunakan SPSS.
Bandung: Graha Ilmu.
Kasmir. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Enam. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Kasmir. 2012. Dasar-Dasar Perbanka. Jakarta, Penerbit : PT Bumi Aksara.
Maluyu, Sp, Hasibuan. 2009. Dasar-Dasar Perbanka. Jakarta : PT. Grafindo.
Mudrajat Kuncoro, Suhardjono. 2011. Manajemen Perbanka Teori Aplikasi. Edisi
Kedua Yogyakart, Penerbit : BPFE Yogyakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono .2013 .Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Kombinasi ( Mixed
Methods ) . Bandung :Alfabeta.
Suharsimi A. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Supriati. 2012. Metodologi Penelitian. Mataram: Yayasan Cerdas Press.
Suyatno Thomas. 2012. Dasar-Dasar Perkreditan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Teguh, P Mujono. 2010. Ekonomi Indonesia. Yogyakarta : PT. Raja Semesta.
Thamrin Abdullah, Francis Tantri. 2013. Bank & Lembaga Keuangan. Edisi
Satu-Cetakan Ketiga. Jakarta : Rajawali Pers.
Tony Wijaya. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis Teori & Praktik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ulber Silalahi. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.
Umi Narimawati, Sri Dewi anggadini, dan Linna Ismawati. 2010. Penulisan Karya
Ilmiah. Bekasi : Genesis.
Yvonne Agustine, 2013. “Metodologi Penelitian Bisnis dan Akuntansi”, Dian
Rakyat, Jakarta.
Sumber Undang-Undang :
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan atas Undang-Undang Nomer 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan.
Undang-Undang Pasal 24 (1) Nomor 14 Tahun 1967.
Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1150 Tentang Gadai.
Sumber lainnya :
www.pegadaian.co.id
DATA PRIBADI
Nama : Dita Wahyuni
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 15 Oktober 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Warga Negara : Indonesia
Alamat Rumah : Jl. PLN Dalam I No. 10 RT. 06/RW. 05
Moch. Toha Bandung 40255
Telp : 022-5227621
PENDIDIKAN FORMAL
Tahun 1999-2000, TK Nugraha Bandung.
Tahun 2000-2006, SD Nugraha Bandung.
Tahun 2006-2009, SMP Negeri 10 Bandung.
Tahun 2009-2012, SMA Negeri 17 Bandung.
PENDIDIKAN NON FORMAL
Februari-April Tahun 2014, Pelatihan Pajak Terapan Brevet A dan B Terpadu
vi
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK. ... i
ABSTRACT. ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Rumusan Masalah ... 6
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6
1.4.1 Maksud Penelitian ... 6
1.4.2 Tujuan Penelitian ... 7
1.5 Kegunaan Penelitian ... 7
1.5.1 Kegunaan Praktis ... .7
1.5.2 Kegunaan Akademis ... 8
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 9
1.6.1 Lokasi Penelitian ... 9
vii
2.1 Konsep Dasar Kredit ... 11
2.1.1 Pengertian Kredit ... 11
2.1.2 Fungsi dan Tujuan Kredit ... 12
2.1.3 Tujuan Penyaluran Kredit ... 14
2.1.4 Jenis-Jenis Kredit ... 14
2.2 Prosedur ... 22
2.2.1 Pengertian Prosedur ... 22
2.2.2 Karakteristik Prosedur ... 23
2.2.3 Manfaat Prosedur ... 25
2.3 Prosedur Pemberian Kredit ... 27
2.3.1 Pengertian Prosedur Pemberian Kredit ... 27
2.3.2 Tahapan Kegiatan Dalam Pemberian Kredit ... 28
2.4 Pemberian Kredit ... 30
2.4.1 Pengertian Pemberian Kredit ... 30
2.4.2 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit ... 30
2.4.3 Jaminan Dalam Pemberian Kredit ... 35
2.5 Gadai ... 38
2.5.1 Pengertian Gadai ... 38
viii
3.2 Metode Penelitian ... 41
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ... 43
3.2.2 Sumber Data ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 47
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 47
4.1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan/Intansi ... 48
4.1.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan / Instansi ... 51
4.1.1.3 Uraian Tugas dan Jabatan ... 53
4.1.1.4 Aktivitas Perusahaan ... 59
4.1.2 Analisis Deskriptif ... 64
4.1.2.1 Prosedur Pemberian Kredit Angsuran Sistem Gadai (KRASIDA) Pada PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung ... 64
ix
Dalam Melakukan Pemberian Kredit Angsuran
Sistem Gadai (KRASIDA) Pada
PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung ... 69
4.2 Pembahasan ... 71
4.2.1 Prosedur Pemberian Kredit Angsuran Sistem
Gadai (KRASIDA) Pada PT. Pegadaian (Persero)
Kanwil X Bandung ... 71
4.2.2 Masalah yang Dihadapi Dalam Melakukan Pemberian
Kredit Angsuran Sistem Gadai (KRASIDA) Pada
PT. Pegadaian (Persero) Kanwil X Bandung ... 72
4.2.3 Usaha yang Dilakukan PT. Pegadaian (Persero)
Untuk Menyelesaikan Masalah Yang Terjadi
Dalam Melakukan Pemberian Kredit Angsuran Sistem
Gadai (KRASIDA) Pada PT. Pegadaian (Persero)
Kanwil X Bandung ... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 74
x
LAMPIRAN ... 79