• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Fungsi Sosialisasi Politik Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Jawa Barat (Studi Tentang Peningkatan Pendidikan Politik Masyarakat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Fungsi Sosialisasi Politik Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Jawa Barat (Studi Tentang Peningkatan Pendidikan Politik Masyarakat)"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Oleh:

RONALD AL KAUSAR NIM. 41710021

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)
(4)

DATA PRIBADI

Nama : Ronald Al Kausar

Nama Panggilan : Ronald

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 23 November 1992 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Telepon : 083821488158 / 085222658264

Status : Belum Menikah

Nama Ayah : Jimmy Sukriana Sidik

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Dedeh Komala Sari

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Orang Tua : Jl. Terusan Kopo KM. 13,5 No. 114 Rt.04/Rw.11 Ds. Pangauban Kec. Katapang Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat–Indonesia 40971.

Motto Hidup : Berpijak akan Ilmu, Berpikir dengan Cerdas dan Bertindak atas Moral.

Visi Hidup : Unggul terdepan dalam kinerja yang memprioritaskan dedikasi, professional, karakter, managerial dan tanggung jawab.

(5)

3. 2007 - 2010 SMA Negeri 1 Soreang Bandung Berijazah 4. 2010 - 2014 Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Berijazah

PENDIDIKAN NONFORMAL

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2002 - 2006 Swimming ClubBandung

-2. 2005 - 2007 Recorder Music ClubBandung

-3. 2008 Pelatihan Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Penelitian Tanaman dan Sayuran di Badan Penelitian Tanaman dan Sayuran (BALITSA) Lembang.

Bersertifikat

4. 2010 Pelatihan Aplikasi Komputer Bandung. Bersertifikat 5. 2014 Pelatihan Aplikasi IT dan Hardware

Komputer.

Bersertifikat

PENGALAMAN ORGANISASI

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2003–2012 Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra)

Jabatan Koordinator Divisi Bimbingan dan Latihan (Binlat) serta Koordinator Divisi Kesehatan Paskibra (Kespas).

-2. 2007–2012 Kelompok Ilmiah Remaja (KIR)

Jabatan Koordinator Divisi Penelitian Alam dan Humas.

-3. 2011–2013 Himpunan Mahasiswa Prodi Ilmu

Pemerintahan FISIP Unikom Periode 2011-2012 Jabatan Divisi Penalaran Keilmuan dan Periode 2012-2013 Jabatan Ketua Umum Hima Podi IP.

Bersertifikat

4. 2011–Sekarang Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB).

-5. 2011–Sekarang Pembina Umum Komunitas Mahasiswa Executive Group Independent(E.G.I).

Bersertifikat

6. 2012 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unikom Jabatan Divisi Kepemimpinan Manajerial Mahasiswa.

(6)

-Kabupaten Bandung.

2. 2000 Juara I Lomba Cerdas Cermat Antar SD Kabupaten Bandung.

-3. 2005 Partisipan Panitia Siswa Pilihan Terbaik oleh Bupati Bandung dalam Peresmian Stadion Si Jalak Harupat Bandung.

Bersertifikat

4. 2005 Juara Umum Partisipan Siswa Teraktif dalam kegiatan Rereongan Wiyata Mandala Kabupaten Bandung di SMPN 1 Margahayu.

Bersertifikat

5. 2005 Juara I Partisipan Siswa Teraktif dalam kegiatan Rereongan Wiyata Mandala Kabupaten Bandung di SMPN 1 Margahayu.

Bersertifikat

6. 2006 Juara I Lomba Footsal dalam Pekan Olahraga dan Kesenian (PERNIK) antar sekolah Se-Bandung Raya di SMPN 1 Margahayu.

Bersertifikat

7. 2006 Juara II Lomba Bola Basket Putra dalam Pekan Olahraga dan Kesenian (PERNIK) antar sekolah Se-Bandung Raya di SMPN

9. 2008 Partisipan Siswa Menengah Atas

Penelitian Biodesel Minyak Kelapa dan Pemanfaatan Pupuk Kompos dan Penyelamatan Efek Rumah Kaca (Global Warming) Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Se-Bandung Raya.

-10. 2013 Mahasiswa Berprestasi Tingkat Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Unikom.

-11. 2013 Mahasiswa Berprestasi Tingkat Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unikom.

Bersertifikat 12. 2013 Peraih Beasiswa Kopertis IV Provinsi

Jawa Barat Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) Tahun Akademik 2013/2014.

(7)

(AKRABARAYA)” di SMPN 1

Margahayu Bandung.

2 2006 Komandan Pasukan Upacara dalam Lomba Upacara Sekolah Tingkat SMP Se-Bandung Raya.

-3. 2007 Pasukan Pengibar Bendera Pusaka

Kabupaten Bandung dalam Memperingati HUT RI ke- 61.

-4. 2008 Koordinator Humas dan Acara Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) Kelompok Ilmiah Remaja (KIR).

-5. 2008 Koordinator Lapangan dan Promosi Masa Orientasi Siswa Baru (MOSB) Kelompok Ilmiah Remaja (KIR).

-6. 2012 Ketua Pelaksana Open House & Penerimaan Mahasiswa Baru 2012 Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP Unikom.

Bersertifikat

7. 2012 Koordinator Panitia Khusus Penerimaan Mahasiswa Baru dan Wisuda Unikom.

Bersertifikat 8. 2012 Koordinator Humas dan Acara Bakti

Sosial di Panti Asuhan Ulul Al-Bab Kota Bandung.

-9. 2012 Ketua Pelaksana Mentoring Agama Islam 2012 Hima Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP Unikom.

-10. 2012 Koordinator Humas dan Acara Lomba Debat SMA Se-Bandung Raya Unikom.

Bersertifikat 11. 2012 Koordinator Humas dan Acara Soft Skill

Meeting& IP On Nature 2012 Hima Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP Unikom.

-12. 2012 Penanggung jawab Kegiatan Acara Hima Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP Unikom Periode 2012-2013.

-13. 2013 Koordinator Mahasiswa dalam Seminar Pilgub Jabar 2013 FISIP Unikom.

Bersertifikat

14. 2013 Wakil Ketua Pelaksana Kegiatan

Keagamaan Isra Mi`raj 2013 FISIP Unikom.

Bersertifikat

15. 2014 Dirigen Paduan Suara Kegiatan Dengar Pendapat Umum MPR RI dan Forum Komunikasi Anggota (FKA) DPD RI.

(8)

Trade Agreement Impact To Ward

National Economy”di UPI.

2 2010 Peserta Diskusi dan Kuliah Umum,“Temu Kenal Mahasiswa Baru 2010 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik”di Unikom.

Bersertifikat

3. 2010 Peserta Diskusi dan Kuliah Umum, “Peningkatan Pelayanan Publik Melalui Pemanfaatan Aplikasi ICT”di Unikom.

Bersertifikat

4. 2010 Peserta LDKM (Latihan Dasar

Kepemimpinan Mahasiswa),

“Membentuk Kader-Kader Pemimpin Bangsa Yang Berkualitas, Berkompeten, Bertanggung jawab dan Penuh Dedikasi”di DBN Rindam III Siliwangi.

Bersertifikat

5. 2011 Peserta Seminar dan Talkshow,

“Technopreneur”di Unikom.

Bersertifikat 6. 2011 Peserta Pelatihan dan Kuliah Kursus,

“Table Manner Course” di Golden

Flower Bandung.

Bersertifikat

7. 2011 Peserta Diskusi Politik, “Kesiapan Pemerintah Indonesia dalam Aspek Kebijakan Pertahanan dan Keamanan NKRI dalam Menghadapi Gejolak Politik di Timur Tengah”di GIM.

Bersertifikat

8. 2011 Peserta Diskusi dan Talkshow, “Dialog Publik bersama Jasa Raharja”Unikom.

Bersertifikat 9. 2012 Peserta Seminar Nasional,“Sosialisasi Empat

Pilar Kebangsaan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika”, di Gedung MPR RI Senayan Jakarta.

Bersertifikat

10. 2012 Peserta Seminar Nasional dan Umum, “Anak Muda dan Politik”di ITB.

Bersertifikat 11. 2012 Peserta Diskusi dan Kuliah Umum,

“Pelaksanaan E-KTP Guna

Meningkatkan Pelayanan Publik bersama

Pemerintahan Kota Cimahi”di Unikom.

Bersertifikat

12. 2012 Peserta Seminar Nasional XXIV AIPI (Assosiasi Ilmu Politik Indonesia), “Evaluasi Kritis Reformasi Birokrasi di Indonesia”di Gedung Merdeka Bandung.

(9)

14. 2013 Peserta Seminar Akhir Tahun, “Politik Demokrasi Menuju Pilgub Jabar 2013” di Unpad Dipati Ukur.

Bersertifikat

15. 2013 Peserta Seminar Pilgub Jabar, “Harapan Rakyat Jawa Barat”di Unikom.

Bersertifikat 16. 2013 Peserta LKM (Latihan Kepemimpinan

Mahasiswa) Prodi IP FISIP Unikom 2013, di Rindam III Siliwangi–Bandung.

Bersertifikat

17. 2013 Peserta Seminar Nasional, “Technology and Science”di Universitas Widyatama.

Bersertifikat 18. 2013 Peserta Seminar Internasional, “ASEAN

COMMUNITY 2015”di Unikom.

Bersertifikat 19. 2013 Peserta Seminar Nasional, Pendidikan

di Unikom.

Bersertifikat 20. 2013 Peserta Seminar, “Bisnis Spektakuler

Bedah Tuntas Rahasia Menjadi Pengusaha”di Golden Flowers.

Bersertifikat

21. 2013 Peserta Seminar Spirit of Communication Science Student, “Opportunities and

Challenges in Broadcasting and Mass

Media”di Unikom.

Bersertifikat

22. 2013 Peserta Seminar dan Pelatihan, “Edukasi Jurnalistik TOPIK Citizen Journalism ANTV”di Unikom.

Bersertifikat

23. 2014 Peserta Kuliah Umum, “Elan Vital: Wawasan Kebangsaan dan Entrepreneurship Pemuda”di Unikom.

Bersertifikat

24. 2014 Peserta Seminar, “Nasionalisme dan Pemilu 2014”di Unikom.

Bersertifikat

25. 2014 Peserta Kuliah Umum, “Pemekaran

Wilayah Dalam Aspek Otda”di Unikom.

Bersertifikat

26. 2014 Peserta Workshop, “Cepat dan Mudah Membuat Website Online dalam 30 Menit”di Lab. Hardware - Unikom.

Bersertifikat

27. 2014 Peserta Seminar Nasional, “Uji Sahih UU tentang Pengembangan Wilayah Megapolitan Jabodetabekjur”di ITB.

Bersertifikat

28. 2014 Peserta Seminar Nasional, “Peran Strategis DPD RI Dalam Upaya Perubahan Kelima UUD NRI Tahun 1945 (Pilar Kebangsaan)”di Bandung.

(10)

(Balitsa) Lembang.

2 2013 Small Research Tentang Pendidikan

Politik Masyarakat di Kabupaten Bandung.

Pelaksana

3. 2013 Penelitian Survei Koperasi Di Kota Bandung.

5. 2014 Penelitian Survei Evaluasi Organisasi Perangkat Daerah Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung.

Surveyor

KARYA TULIS ILMIAH

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2013 Peran Masyarakat Pada Bidang Politik Pembangunan Masyarakat Pedesaan Melalui Pendidikan Politik di Kawasan Kabupaten Bandung.

Pemilihan Mahasiswa Berprestasi 2. 2013 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Potensi

Sumber Daya Alam Desa Cibeusi

2. Manager LeadhershipdanRelationship Humas.

3. Master of CeremonydanModerator Debate Political or Government. 4. Operasionalisasi Perangkat Komputer,Microsoft OfficedanIT. 5. Dirigen Paduan Suara, BermusikRecorderdan Bernyanyi.

Bandung, 16 Agustus 2014 Hormat Saya,

(11)

xii

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR REVISI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR BAGAN ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 11

2.1.1 Pengertian Sosialisasi ... 11

2.1.1.1 Tujuan dan Bentuk Sosialisasi ... 13

2.1.1.2 Pelaksana dan Faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi ... 15

2.1.2 Pengertian Politik ... 16

2.1.3 Pengertian Sosialisasi Politik ... 19

2.1.3.1 Tujuan Sosialisasi Politik ... 22

(12)

xiii

2.1.4.2 Fungsi Partai Politik ... 37

2.1.5 Pengertian Pendidikan Politik ... 40

2.2 Kerangka Pemikiran ... 44

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 53

3.1.1 DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 53

3.1.1.1 Makna dan Filosofis Lambang DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 53

3.1.1.2 Dasa Prasetya DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 54

3.1.1.3 Visi dan Misi DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 56

3.1.1.4 Struktur Organisasi DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 58

3.1.2 Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat ... 61

3.1.2.1 Visi dan Misi Provinsi Jawa Barat ... 63

3.1.2.2 Partisipasi Politik Masyarakat Provinsi Jawa Barat .. 66

3.1.2.3 Partai Politik Di Lingkungan Provinsi Jawa Barat ... 68

3.2 Metode Penelitian ... 80

3.2.1 Desain Penelitian ... 80

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 81

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 81

3.2.2.2 Studi Lapangan ... 81

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 82

3.2.4 Teknik Analisa Data ... 86

3.2.5 Uji Keabsahan Data ... 87

(13)

xiv

Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 90 4.1.2 Kelompok Pendidikan Sebagai Agen Sosialisasi Politik

DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 95 4.1.3 Media Massa Sebagai Agen Sosialisasi Politik DPD PDI

Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 100 4.1.4 Kelompok Kerja Sebagai Agen Sosialisasi Politik DPD PDI

Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 104 4.1.5 Kelompok Agama Sebagai Agen Sosialisasi Politik

DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 108 4.1.6 Kelompok Kepentingan Sebagai Agen Sosialisasi Politik

DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 111 4.2 Materi Sosialisasi Dalam Pelaksanaan Sosialisasi Politik DPD

PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 116 4.2.1 Pengetahuan Yang Disampaikan Dalam Sosialisasi

Politik DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 117 4.2.2 Nilai-nilai Yang Disampaikan Dalam Sosialisasi Politik

Politik DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 124 4.2.3 Cerminan Sikap Yang Disampaikan Dalam Sosialisasi

Politik DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 128 4.3 Mekanisme Sosialisasi Dalam Pelaksanaan Sosialisasi Politik

DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 133 4.3.1 Peniruan Berupa Tingkah Laku Dalam Sosialisasi Politik

DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 134 4.3.2 Instruksi Dalam Sosialisasi Politik DPD PDI Perjuangan

Provinsi Jawa Barat ... 136 4.3.3 Motivasi Dalam Sosialisasi Politik DPD PDI Perjuangan

(14)

xv

4.4.2 Pola Partisipatoris Dalam Sosialisasi Politik DPD PDI

Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 146

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 151

5.2 Saran ... 152

DAFTAR PUSTAKA ... 153

(15)

xvi

(16)

xvii

Gambar 2.1 Peranan Media Dalam Proses Sosialisasi Politik ... 28

Gambar 2.2 Pendidikan Politik Oleh Partai Politik ... 41

Gambar 2.3 Model Kerangka Pemikiran ... 52

Gambar 3.1 Lambang DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 53

Gambar 3.2 Peta Provinsi Jawa Barat ... 62

Gambar 3.3 Lambang Provinsi Jawa Barat ... 65

Gambar 4.1 Rapat Kerja Cabang III DPC PDI Perjuangan Kabupaten Sukabumi Dibuka Oleh Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 93

Gambar 4.2 Rapat Kerja Daerah DPC PDI Perjuangan Kabupaten Subang Dihadiri oleh Sekertaris DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 93

Gambar 4.3 Seminar Pilgub Jabar 2013 di Unikom Dihadiri oleh Tokoh Politik DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 98

Gambar 4.4 Pelatihan Monografi Politik DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat Dihadiri Oleh Perwakilan DPC PDI Perjuangan Kabupaten dan Kota ... 118

Gambar 4.5 Tokoh Politik DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat Bapak Rudi Harsa ... 139

Gambar 4.6 Tokoh Politik DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat Bapak Ara Mauarar Sirait ... 140

(17)

xviii

Bagan 3.1 Struktur Organisasi Kepengurusan DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 60 Bagan 4.1 Sosialisasi Politik DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat

(18)

xix

Lampiran 1 Surat Permohonan Penelitian ... 157

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat ... 158

Lampiran 3 Berita Acara Bimbingan ... 159

Lampiran 4 Surat Keterangan Penyerahan Hak Ekslusif ... 160

Lampiran 5 Daftar Informan Penelitian ... 161

Lampiran 6 Contoh Transkip Wawancara Penelitian ... 164

Lampiran 7 Dokumentasi Wawancara Informan Penelitian ... 172

Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian ... 176

(19)

153

Aini, Nurul dan Ng. Philipus. 2004. Sosiologi dan Politik. Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada.

Alfian. 1992.Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia. Aldrich, J.H. 1995.Why Parties? The Origin and Transformation of PartyPolitics

in America. Chicago: University of Chicago Press.

Althoff, Michael Rush dan Phillip. 2013.Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Berger, Peter L. 1978. Invitation to Sociology: A Humanistic Perspective. Harmondsworth, Mid-dlesex: Penguin Books.

Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Firmanzah. 2011.Mengelola Partai Politik Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi. Jakarta: Yayasan Pusaka Obor.

Friedrich, Carl J. 1967. An Introduction to Political Theory: Twelve Lectures at Harvard.New York: Harper and Row.

Gillin, J. L.andJ. P. Gillin. 1954.Cultural Sociology. New York: The Macmillan Company.

Harsojo. 1999.Pengantar Antropologi. Jakarta: CV. Putra A Bardin.

Hasan, Erliana. 2011. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan.Bogor: Ghalia Indonesia.

Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Isjwara, F. 1999.Pengantar ilmu Politik. Jakarta: CV. Putra Abardin.

Kartini, Kartono. 1996.Pengantar Sosiologi Politik.Bandung: CV. Mandar Maju. Kencana Syafiie, Inu. 2005.Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: PT. Refika

Aditama.

(20)

Laswell, Harold D. 1972. Politics: Who Gets What, When, How. New York: Meridian Books, Inc.

MacIver, Robert M. 1961.The Web of Government. New York: The Macmillan Company.

Nawawi, Hadari. 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Jakarta: Gadjah Mada University.

Neumann, Sigmund. 1963. Modern Political Parties in Comparative Politics: A Reader. London: The Free Pressof Glencoe.

Papasi, J.M. 2010.Ilmu Politik Teori dan Praktik.Jogyakarta: Graha Ilmu.

. 2013. Pembangunan Politik Strategi Nasional. Bandung: CV. Amanah.

Rush, Michael. 1992.Politics and Society: An Introduction to Political Sociology. Hemel Hempstead: Harvest Wheatsheap.

Sartori, Giovani. 1976. Parties and Party Systems: A Framework for Analysis. Cambridge: Cambridge University Press.

Sirozi, M. 2005. Politik Pendidikan Dinamika Hubungan Antara Kepentingan Kekuasaan dan Praktik Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada.

Soelaeman, M. Munandar. 2001. Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.

Sugiono. 2005.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas Indonesia.

Surbakti, Ramlan. 1999.Memahami Ilmu Politik. Jakarta:Rajawali Press. Susanto.1992.Pengantar sosialisasi. Jakarta: Rajawali Press.

Sutaryo. 2005.Dasar-Dasar Sosialisasi. Jakarta: Rajawali Press.

Syarbaini, Syahrial. 2004.Sosiologi dan Politik. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Diktat Perkuliahan :

(21)

Karniawati, Nia. 2010.Materi Kuliah Antropologi. Bandung: Unikom.

. 2011.Materi Kuliah Pengantar Sosiologi. Bandung: Unikom.

Dokumen-dokumen :

Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Jawa Barat, 2014.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Amanden I, II, III dan IV).

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.

Rujukan Elektronik :

http://jabarprov.go.id/index.php. Diakses tanggal 14 Maret 2014, pada pukul 19:16 WIB.

(22)

viii

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat, karunia dan ilmu pengetahuan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak terlupakan shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah, dimana Beliau dapat memberikan tauladan menuju kehidupan yang lebih baik. Peneliti dalam skripsi ini berkesempatan mengambil judul, “Pelaksanaan Fungsi Sosialisasi Politik Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Jawa Barat (Studi Peningkatan Pendidikan Politik Masyarakat)”.

Sehubungan dalam tahap pembelajaran, peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak menemukan kesulitan dan hambatan disebabkan keterbatasan dan kemampuan peneliti. Berkat bantuan dan pengarahan serta dorongan dari berbagai pihak, disertai keinginan yang kuat dan usaha yang sungguh-sungguh, maka akhirnya skripsi ini dapat selesai sesuai dengan harapan.

Kesempatan yang berharga ini dengan segala kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan rasa ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Yth. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Komputer Indonesia (Unikom) yang telah memberikan ijin dan mengeluarkan surat pengantar untuk melakukan penelitian.

(23)

ix penulisan skripsi.

4. Yth. Ibu Tatik Fidowaty, S.IP., M.Si selaku dosen wali Prodi IP FISIP Unikom Angkatan 2010 yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada peneliti dalam menempuh jenjang pendidikan Strata-1 khususnya dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi.

5. Yth. Ibu Ratna Widiastuti, Amd selaku Sekretariat FISIP Unikom dan Ibu Airinawati, Amd selaku Sekretariat Prodi IP FISIP Unikom yang telah membantu peneliti dalam administrasi perkuliahan dan selama proses penyusunan skripsi.

6. Yth. Dosen Tetap dan Dosen Luar Biasa Prodi IP FISIP Unikom yang telah memberikan wawasan cakrawala pengetahuan secara luas dan pengalaman ilmu selama menjalani perkuliahan.

(24)

x

10. Yth. Pimpinan dan Staf DPC PDI Perjuangan kabupaten atau kota di Provinsi Jawa Barat khususnya DPC Kabupaten Bandung, Kabupaten Subang, Kota Cimahi dan Kabupaten Sukabumi yang telah memberikan informasi kepada peneliti, sehingga dapat menjawab dan menjangkau penelitian ini ke daerah. 11. Yth. Pimpinan dan Staf Kompas TV, Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI)

Jawa Barat, Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) Paguyuban Bandung, Pesantren Darul Ma `Arif Kabupaten Bandung dan Tokoh Masyarakat Provinsi Jawa Barat yang telah memberikan informasi, masukan dan gagasan penting dalam tukar pikiran penelitian ini.

12. Yth. Ayahanda, ibunda, adinda, dan keluarga besar yang senantiasa selalu memberikansupport, financial,maupun do’a dimana pun berada.

13. Yth. Abdul Muhit (Family FriendIP Unikom 2010) yang berkontribusi besar baik dalam perkuliahan maupun dalam penelitian ini di lapangan yang senantiasa mendampingi untuk mendokumentasikan hasil penelitian dan memberikan motivasi, semangat dan dorongan bantuan baik materil maupun moril yang tak ternilai harganya, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. 14. Yth. Irfan Ansori Ortrifa yang berkontribusi dalam memberikan dukungan,

semangat dan motivasi kepada peneliti dalam pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini.

(25)

xi

menghargai, menyayangi, toleransi, perhatian, menjaga sikap dan rasa dalam kebersamaan.

17. Yth. Ikra Rahardian Permadi Arsy, Yandie Herdyansah, Muhammad Jamain Soamole, Kisfendy Noor Hidayadi, Shela Damayanti Putri dan semua sahabat kerabat IP FISIP Unikom lainnya, terima kasih senantiasa telah menjadi sahabat khususnya dalam berdiskusi, berdebat dan berorganisasi di kampus. 18. Sahabat, kerabat, dan semua pihak lainnya yang telah memberikan dukungan

dan bantuan bagi peneliti dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat. Hal ini disebabkan karena keterbatasan yang dimiliki peneliti dalam hal pengalaman, pengetahuan dan penyusunan, maka dari itu peneliti meminta saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan skripsi sebagai bahan acuan dalam penulisan berikutnya.

Akhir kata, peneliti berharap penulisan skripsi ini dapat membantu menambah wawasan dan cakrawala pengetahuan serta bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.Amien.

Bandung, 16 Agustus 2014

(26)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Partai politik menjadikan pilar utama dalam mewujudkan negara ke arah yang lebih demokratis sebagai tolok ukur warga negara untuk berpartisipasi dalam pengelolaan kehidupan berbangsa dan bernegara serta memperjuangkan kepentingan publik yang mengarah kepada negara kuat dan rakyat sejahtera dengan menumbuhkan orientasi-orientasi politik pada masyarakat. Hal tersebut merupakan proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

(27)

Desentralisasi telah melahirkan otonomi daerah, yang dibagi ke dalam beberapa wilayah meliputi wilayah provinsi dan kabupaten atau kota. Partai politik berperan sangat penting dalam menciptakan iklim perpolitikan daerah yang lebih maju dan mampu menghasilkan pembangunan politik yang merata, luas dan bertanggung jawab. Upaya mewujudkan partai politik di daerah secara efektif dan efisien dapat dilihat pada aspek-aspek hubungan antara susunan partai politik di daerah, dimana dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik telah dijelaskan pada pasal 3 ayat (2) huruf c adalah kepengurusan pada setiap provinsi dan paling sedikit 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah kabupaten atau kota pada provinsi yang bersangkutan dan paling sedikit 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah kecamatan pada kabupaten atau kota yang bersangkutan.

(28)

Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik telah dijelaskan bahwa upaya untuk memperkuat dan mengefektifkan sistem demokrasi, paling tidak dilakukan pada empat hal yaitu pertama, mengkondisikan terbentuknya sistem multipartai sederhana. Kedua,

mendorong terciptanya pelembagaan partai yang demokratis dan akuntabel. Ketiga, mengkondisikan terbentuknya kepemimpinan partai yang demokratis dan akuntabel. Keempat, mendorong penguatan basis dan struktur kepartaian pada tingkat masyarakat. Adapun hal-hal pokok yang diatur dalam penataan dan penyempurnaan partai politik adalah persyaratan pembentukan partai politik, persyaratan kepengurusan partai politik, perubahan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), rekrutmen dan pendidikan politik, pengelolaan keuangan partai politik dan kemandirian partai politik.

Provinsi Jawa Barat lebih dari separuh penduduk memberikan hak suara dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Pilgub Jabar) 2013. Jika diperkirakan rata-rata hanya sebagian penduduk saja yang memberikan hak suara. Pusat Kajian dan Kepakaran Statistika (PK2S) Universitas Padjadjaran, berdasarkan data yang dipublikasikan padawebsitenasional.news.viva.co.id mengatakan bahwa:

(29)

meningkatnya golput karena penilaian masyarakat terhadap politikus negatif. Ini dipicu oleh banyaknya kisruh politik di internal partai. Masyarakat melihat tidak ada perubahan dalam setiap pemilihan. Mereka juga tidak menemukan calon yang visioner’, kata Toni Toharudin, peneliti PK2S Unpad di Bandung”.(nasional.news.viva.co.id, 04/3/2013).

Berita di atas menggambarkan minimnya sosialisasi politik dan pemberian pendidikan politik pada masyarakat serta banyaknya masalah politik di sejumlah internal partai politik yang mengakibatkan masyarakat menilai politikus dari sejumlah partai politik berpandangan negatif, belum lagi dengan adanya isu-isu politik lainnya yang berkembang di masyarakat baik di dalam internal partai maupun antar partai. Hal tersebut diindikasikan tidak adanya perubahan dalam setiap pemilihan dan tidak menemukan calon yang visioner.

(30)

dengan perilaku dan gaya hidup masyarakat saat itu dengan adanya stiker, poster, baliho, spanduk dan sejenisnya para calon anggota legislatif yang memampang dirinya demi perolehan dan menarik perhatian masyarakat lain untuk memilih mereka.

Berdasarkan hasil observasi dalam penelitian sosialisasi politik Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) Provinsi Jawa Barat terdapat beberapa masalah yang ditemukan dilapangan. Pertama, permasalahan minimnya kerjasama DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat terhadap agen-agen sosialisasi lainnya misalnya kerjasama terhadap agen pendidikan seperti institusi perguruan tinggi, agen kelompok agama seperti tokoh masyarakat, agen kelompok masyarakat seperti organisasi masyarakat dan lain sebagainya. Jika diamati di lapangan, DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat hanya menekankan pada agen media massa saja baik cetak maupun elektronik secara nasional dengan iklan politik dan seruan mengajak masyarakat untuk memilih saja tanpa secara detailmenjelaskan dan memaparkan tentang visi, misi dan strategi politik. Terbatasnya penyampaian politik mengindikasikan bahwa minimnya sosialisasi politik DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat dalam pendidikan politik masyarakat Provinsi Jawa Barat.

Kedua, permasalahan materi sosialisasi politik yang diberikan kepada

(31)

famplet dan baliho masih mendominasi, sehingga banyaknya para calon kepala daerah dan calon anggota legislatif daerah yang menampangkan dirinya bersama dengan tokoh-tokoh pimpinan partai politik, pendiri partai politik atau tak jarang negarawan dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat diindikasikan bahwa partai politik sebagai agen sosialisasi politik yang memiliki krisis kurang percaya diri yang mengarahkan masyarakat kepada pemikiran partai yang terfokus pada masalah kewibawaan dan yang terpikat masa lalu, sehingga mengakibatkan penguasaan mobilisasi politik kepada masyarakat secara berlebihan dan memberikan pendidikan politik yang minim.

Ketiga, permasalahan mekanisme sosialisasi politik di lapangan yang

terfokus pada masalah kewibawaan dan yang terpikat masa lalu tersebut membuat masyarakat tidak berpikir secara luas. Masyarakat diarahkan untuk mengikuti alur yang diharapkan, dimana pelaksanaan sosialisasi politik dilakukan hanya pada saat tertentu saja misalnya menjelang pemilihan umum untuk perolehan suara. Masih adanya sikap dan tingkah laku anggota partai yang menjadi kepala daerah dan legislatif yang melakukan tindakan penyalahgunaan wewenang seperti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam menjalankan tugas pemerintahannya yang mempengaruhi sosialisasi politik. Masih minimnya anggota partai politik yang memiliki prestasi tinggi dalam kinerja pemerintahan dan perpolitikan yang dapat memberikan pengalamannya untuk memotivasi.

(32)

kepala daerah baik tingkat provinsi, kabupaten dan kota, pemilu legislatif dan pemilihan presiden. Berdasarkan pengamatan awal di lapangan sosialisasi politik yang dilakukan DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat hanya menekankan kepada kader dan anggota internal saja tanpa secara penuh kepada masyarakat, sehingga minimnya partisipasi dan reaksi masyarakat terhadap program-program yang ada pada DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat.

DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat melalui fungsi partai politik sebagai agen utama dalam sosialisasi politik kepada masyarakat Provinsi Jawa Barat, maka DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat berupaya meningkatkan kualitas sosialisasi politik secara cerdas sebagai upaya peningkatan pendidikan politik kepada masyarakat Provinsi Jawa Barat. DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat yang memperjuangkan hak dan kewajiban masyarakat Provinsi Jawa Barat juga memiliki kebutuhan dan harapan penyelenggara sosialisasi politik yang profesional dalam memberikan sosialisasi politik kepada masyarakat yang mampu mencerdaskan, membangun etika, dan menciptakan budaya politik pada masyarakat Provinsi Jawa Barat.

(33)

sosialisasi politik kepada masyarakat Provinsi Jawa Barat. Hal tersebut diharapkan dapat bekerja secara optimal dan terkoordinir dengan baik. DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat dalam menyampaikan sosialisasi politik kepada masyarakat Provinsi Jawa Barat diharapkan dapat memberi pengetahuan dan pemahaman politik yang disajikan serta mewujudkan terciptanya partai politik yang baik dan berkualitas. Hal tersebut tentunya akan berdampak pada peningkatan partai politik terutama pada fungsi sosialisasi politik masyarakat Provinsi Jawa Barat yang memprioritaskan terwujudnya pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta mampu mencerdaskan, membangun etika dan menciptakan budaya politik pada masyarakat Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa sosialisasi politik menjadi suatu tolok ukur fungsi partai politik yang paling kasat mata. Masyarakat dapat langsung menilai situasi kondisi perpolitikan dan fungsi partai politik berdasarkan kualitas pendidikan politik yang diterima, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang fungsi partai politik yaitu sosialisasi politik pada masyarakat oleh partai politik dalam penyusunan penelitian skripsi yang berjudul: “Pelaksanaan Fungsi Sosialisasi Politik Dewan Pimpinan Daerah Partai

(34)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka untuk mempermudah arah dan proses pembahasan, peneliti merumuskan masalah yaitu bagaimana pelaksanaan fungsi sosialisasi politik Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Jawa Barat melalui peningkatan pendidikan politik masyarakat ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana pelaksanaan fungsi sosialisasi politik DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat melalui pendidikan politik masyarakat. Sedangkan tujuanya adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan agen sosialisasi terhadapDPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat melalui peningkatan pendidikan politik masyarakat.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis materi sosialisasi politik DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat melalui peningkatan pendidikan politik masyarakat.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis mekanisme sosialisasi politik DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat melalui peningkatan pendidikan politik masyarakat.

(35)

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang ditinjau dari sudut pendekatan keilmuan sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai pelaksanaan fungsi sosialisasi politik DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat tentang peningkatan pendidikan politik masyarakat dan bahan perbandingan bagi penelitian sejenis bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Secara teoritis, penelitian ini untuk menerangkan dan mengembangkan teori-teori yang peneliti gunakan dan relevan pada permasalahan dalam penelitian ini berkenaan dengan pelaksanaan fungsi sosialisasi politik DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat tentang peningkatan pendidikan politik masyarakat, sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu pemerintahan dalam pelaksanaan pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan serta perkembangan ilmu politik dalam pelaksanaan perpolitikan.

(36)

11 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi mencakup kebiasaan-kebiasaan yang berkembang di masyarakat. Kebiasaan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut antara lain dibidang ekonomi, kekeluargaan, pendidikan, agama, politik dan sebagainya yang harus dipelajari oleh setiap anggota baru suatu masyarakat melalui suatu proses yang dinamakan sosialisasi. Pemeriksaan mengenai lingkungan kultural, lingkungan sosial dari masyarakat yang bersangkutan, interaksi sosial dan tingkah laku sosial. Berdasarkan hal tersebut, sosialisasi merupakan bentuk kesatuan paling penting diantara sistem-sistem sosial lainnya karena dalam sosialisasi adanya keterlibatan antara individu-individu masyarakat sampai dengan kelompok-kelompok masyarakat dalam satu sistem untuk berpartisipasi.

M. Munandar Soelaeman,“Sosialisasi merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosial”.

(37)

akan selalu tampak karena dapat menerapkan pengalaman baru dari perkembangan yang ada dan berjalan terus dengan segala daya tiruannya.

Kamanto Sunarto mengemukakan pendapatnya tentang sosialisasi, sebagai berikut:

“Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam kaitan inilah para ahli berbicara mengenai bentuk-bentuk sosialisasi seperti sosialisasi setelah masa kanak-kanak (socialization after childhood), pendidikan sepanjang hidup (life long education), atau pendidikan berkesinambungan (continuing education)”. (Sunarto, 2004:29).

Pendapat di atas menjelaskan bahwa sosialisasi adalah segala aktifitas masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dengan berbagai bentuk sosialisasi seperti pendidikan yang dimulai dari pelatihan atau pendidikan dasar kemudian mengarah kepada penerapan aplikatif nyata atau dapat didaya gunakan dan kemudian aktifitas tersebut dapat berkelanjutan kepada generasi selanjutnya.

Peter L. Berger,“Socialization a process by which a child learns to be a participant member of society”. (Berger, 1978:116). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan sosialisasi merupakan proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Pemahaman lain dari pendapat tersebut tergambar pandangannya bahwa melalui sosialisasi masyarakat dimasukan ke dalam manusia.

Charles R. Wright dalam Sutaryo mengemukakan pendapatnya dengan rinci tentang sosialisasi, sebagai berikut:

(38)

Pendapat di atas menjelaskan bahwa sosialisasi merupakan proses belajar pada dasarnya sifat manusia adalah tidak akan pernah puas untuk belajar sesuatu hal yang belum diketahuinya seperti belajar norma-norma untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Pemahaman sosialisasi terletak pada objek dari sosialisasi yaitu masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia dan proses yang ditimbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Sosialisasi terdapat interaksi antara manusia sebagai anggota kelompok. Timbulnya kelompok-kelompok dalam masyarakat ialah karena kedua sifat manusia yang bertentangan satu sama lain, di satu pihak ingin bekerja sama dan dipihak lain cenderung untuk bersaing dengan sesama manusia untuk dapat berkuasa. Kekuasaan merupakan kajian dan konsep dari politik mengenai hubungan sosialisasi.

2.1.1.1 Tujuan dan Bentuk Sosialisasi

Sosialisasi merupakan sistem dalam kehidupan masyarakat yang sangat penting. Berdasarkan hal tersebut, tujuan sosialisasi memberikan dua kontribusi fundamental bagi kehidupan masyarakat yaitu:

1. Pertama, memberikan dasar atau fondasi kepada individu bagi terciptanya partisipasi yang efektif dalam masyarakat.

2. Kedua, memungkinkan lestarinya suatu masyarakat, karena tanpa sosialisasi akan hanya ada satu generasi saja sehingga kelestarian masyarakat akan sangat terganggu.

(Susanto, 1992:39).

(39)

masyarakat. Sosialisasi kepada masyarakat dapat ikut serta untuk kepentingan hidupnya dan menciptakan regenerasi ke generasi selanjutnya untuk kelestarian kehidupan sekarang dan dimasa yang akan datang.

Light et al., mengemukakan bentuk sosialisasi, “Setelah sosialisasi dini yang

dinamakannya sosialisasi primer (primary socialization) kita jumpai sosialisasi sekunder (secondary socialization)”. (Light et al., 1989:130). Berdasarkan pendapat tersebut arahan sosialisasi primer memfokuskan terhadap kebutuhan yang dipentingkan, sedangkan arahan sosialisasi sekunder diharapkan mampu untuk menunjang arahan sosialisasi primer. Berger dan Luckmann dalam Sunarto, mengemukakan pendapatnya dengan rinci sebagai berikut:

“Sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa

kecil, melalui mana ia menjadi anggota masyarakat, sedangkan sosialisasi sekunder mereka mendefinisikan sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari

dunia objektif masyarakatnya”. (Sunarto, 2004:29).

(40)

resosialisasi maupun proses desosialisasi adalah proses yang berlangsung dalam institusi total dimana dapat terjadinya doktrinalisasi atau arahan tuntutan secara penuh.

2.1.1.2 Pelaksana dan Faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi

Sosialisasi akan berjalan dengan baik apabila adanya pelaksana yang menjalankan sosialisasi tersebut. Pelaksana sosialisasi biasa disebut dengan agen sosialisasi. Kamanto Sunarto mengemukakan tentang agen sosialisasi sebagai

pelaksana sosialisasi, “Agen sosialisasi (agents of socialization) adalah pihak yang melaksanakan sosialisasi dengan empat agen sosialisasi utama yaitu

keluarga, kelompok bermain, media massa dan sistem pendidikan”. (Sunarto, 2004:24). Pendapat tersebut menjelaskan bahwa pelaksana sosialisasi diantaranya pertama, keluarga adalah agen sosialisasi yang terdiri dari orang tua dan saudara. Kedua, kelompok bermain adalah agen sosialisasi yang terdiri atas kerabat

maupun tetangga dan teman sekolah. Ketiga, media massa adalah agen sosialisasi yang terdiri dari media cetak (surat kabar, majalah) maupun elektronik (radio, televisi, film, internet) merupakan bentuk komunikasi yang menjangkau sejumlah besar orang. Keempat, sistem pendidikan adalah agen sosialisasi seperti sekolah yang memberikan sistem pendidikan formal.

Faktor yang menunjang proses sosialisasi yaitu faktor lingkungan dimana didalamnya terdapat interaksi sosial. Faktor lingkungan terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi sosialisasi diantaranya adalah:

(41)

2. Bagaimana cara mensosialisasikan, melibatkan proses pembelajaran. 3. Siapa yang mensosialisasikan, institusi, mass-media, individu dan

kelompok.

(Susanto,1992:45).

Berdasarkan pendapat di atas sosialisasi dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana didalamnya terdapat interaksi sosial dimulai dari apa yang disosialisasikan dan bentuk informasi yang memuat nilai-nilai, aturan dan kegunaannya. Cara penyampaiannya dengan berbagai proses pembelajaran yang ada serta yang menjalankan sosialisasi tersebut baik itu intitusi, organisasi, media massa maupun kelompok masyarakat lainnya.

2.1.2 Pengertian Politik

(42)

Miriam Budiardjo, “Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan -peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa

masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis”. (Budiardjo, 2008:15). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa politik merupakan usaha untuk menggapai good life, ini menyangkut bermacam-macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem politik serta cara-cara melaksanakan tujuan politik itu. Masyarakat mengambil keputusan yang dari sistem itu untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan umum yang menyangkut pengaturan dan alokasi dari sumber daya yang mana perlu memiliki kekuasaan serta wewenang dimana kekuasaan ini diperlukan baik untuk membina kerjasama maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Konsep politik tersebut berkaitan dengan negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kesejahteraan umum, pembagian dan alokasi nilai-nilai di dalam masyarakat.

Inu Kencana Syafiie, “Politik adalah suatu cara yang dipakai untuk

(43)

hubungan dengan masyarakat sehingga terbentuknya suatu aturan, kewenangan, perilaku pejabat, legalitas kekuasaan dan akhirnya kekuasaan.

Ramlan Surbakti, “Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu”. (Surbakti, 1999:10-11). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa politik adalah salah satu proses interaksi atau hubungan antara pemerintah dengan masyarakat. Pemerintah harus mampu memberikan pelayanan dan memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah harus sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat dimana tujuan yang dicita-citakan dapat dicapai dengan baik.

Kartini Kartono, “Politik dapat diartikan sebagai aktivitas perilaku atau

proses yang menggunakan kekuasaan untuk menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang sah berlaku di tengah masyarakat”. (Kartono, 1996:64). Berdasarkan pendapat tersebut maka politik merupakan suatu tindakan dalam proses penegakan peraturan dalam suatu negara dengan menggunakan kekuasaan secara legal formal untuk membuat keputusan di dalam masyarakat. Menegakkan peraturan tersebut tidak boleh menyalahgunakan wewenang atau aturan-aturan yang telah disepakati bersama dan yang terpenting tidak bisa mengedepankan kepentingan pribadi atau kelompok saja akan tetapi harus mengedepankan kepentingan umum atau bersama.

Berbeda dengan Kartono, Rod Hague berpendapat bahwa :

(44)

mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan diantara anggota-anggotanya”. (Rod Hague, 2001:78).

Pendapat Rod Hague tersebut menjelaskan bahwa politik merupakan suatu cara yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat bisa secara kolektif dan bersifat mengikat dengan tujuan menyatukan perbedaan yang ada dalam kelompoknya misalnya partai politik, asosiasi dan komunitas masyarakat lainnya dengan disatukannya perbedaan dalam kelompok maka kelompok tersebut akan membuat suatu keputusan untuk kepentingan umum atau bersama.

F. Isjwara, “Politik adalah salah satu perjuangan untuk memperoleh kekuasaan atau tekhnik menjalankan kekuasaan-kekuasaan atau masalah-masalah pelaksanaan kontrol kekuasaan”. (Isjwara, 1999:42). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa politik merupakan sebuah proses atau cara untuk mencapai kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan dengan berbagai cara sebagai tujuan dan harapan yang diinginkan.

2.1.3 Pengertian Sosialisasi Politik

(45)

Michael Rush mengemukakan pendapatnya tentang sosialisasi politik, sebagai berikut:

Political socialization may be defined is the process by which individuals in a given society become acquainted with the political system and which to a certaint degree determines their pereptions and their reactions to political phenomena”.(Rush, 1992:92).

Berdasarkan pendapat di atas maka sosialisasi politik merupakan proses yang melaluinya orang dalam masyarakat tertentu belajar mengenai sistem politik atau suatu proses bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik.

Secara lebih rinci Michael Rush dan Phillip Althoff mengemukakan pendapatnya tentang sosialisasi politik sebagai berikut:

“Sosialisasi politik adalah proses oleh pengaruh mana seorang individu bisa mengenali sistem politik, yang kemudian menetukan sifat persepsi-persepsinya mengenai politik serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Sosialisasi politik mencakup pemeriksaan mengenai lingkungan kultural, lingkungan politik dan lingkungan sosial dari masyarakat individu yang bersangkutan; juga mempelajari sikap-sikap politik serta penilaiannya

terhadap politik”.(Rush & Althoff, 2013:22).

Berdasarkan pendapat di atas maka sosialisasi politik merupakan proses seseorang atau masyarakat bisa mempelajari dan mengenali sistem politik yang mampu memahami tentang politik serta kejadian-kejadian politik yang dipengaruhi oleh lingkungan yang ada di dalam masyarakat tersebut termasuk juga memahami bagaimana sikap dan penilaian politik itu terjadi.

Fred Greenstein menjelaskan pengertian sosialisasi politik, sebagai berikut:

“Sosialisasi politik dalam arti sempit dan luas yaitu:

(46)

2. Semua usaha untuk mempelajari, baik formal maupun informal, disengaja ataupun tidak direncanakan, pada setiap tahap siklus kehidupan dan termasuk didalamnya tidak secara eksplisit masalah belajar saja, akan tetapi juga secara nominal belajar bersikap mengenai krakteristik-kerakteristik kepribadian yang bersangkutan”.

(Rush & Althoff, 2013:33).

Berdasarkan pendapat di atas maka sistem politik merupakan penyebaran informasi mengenai nilai-nilai dan norma-norma adalah inti dari sosialisasi yang dilakukan oleh badan-badan atau kelompok-kelompok kepentingan untuk menanamkan nilai-nilai, sikap-sikap dan pengetahuan pada objek sosialisasi.

David Easton dan Jack Dennis, “Sosialisasi politik adalah suatu proses perkembangan seseorang untuk mendapatkan orientasi - orientasi dan pola tingkah lakunya. (Rush & Althoff, 2013:34). Berdasarkan pendapat tersebut sosialisasi merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sebuah sistem pada seseorang dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksinya.

Ramlan Surbakti, “Sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat”. (Surbakti, 1999:117). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sosialisasi politik merupakan suatu proses dimana para anggota masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat.

Soemarno mengemukakan pendapatnya tentang sosialisasi politik, sebagai berikut:

“Sosialisasi politik adalah sebagai upaya dinamis untuk mempertahankan sesuatu nilai yang dirasakan manfaatnya di dalam menggerakkan dinamika masyarakat ke tingkat kehidupan yang berkualitas. Sosialisasi politik ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan”.

(47)

Berdasarkan pendapat di atas maka sosialisasi politik merupakan suatu cara seseorang atau masyarakat negara yang ingin mempertahankan sistem nilai yang sedang berlangsung dan mengestafetkan ke generasi berikutnya. Sikap seperti itu karena diwujudkan oleh pengalaman positif bahwa sistem politik yang sedang berlangsung saat ini telah memberi manfaat bagi seluruh penghuni sistem.

Miriam Budiardjo mengemukakan pendapatnya tentang sosialisasi politik, sebagai berikut:

“Sosialisasi politik adalah sebagai proses melaluinya masyarakat

menyampaikan ‘budaya politik’ yaitu norma-norma dan nilai-nilai, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian sosialisasi politik merupakan faktor penting dalam terbentuknya budaya politik (political culture) suatu bangsa”.(Budiardjo, 2008:407).

Berdasarkan pendapat di atas maka sosialisasi politik merupakan transfer aktifitas dan kebiasaan masyarakat dalam hal politik. Proses sosialisasi bergerak secara dinamis dan berkembang melalui keluarga, sekolah, peer group, tempat kerja, pengalaman, organisasi keagamaan dan partai politik yang menjadi penghubung mensosialisasikan nilai-nilai politik generasi yang satu ke generasi selanjutnya. Disinilah posisi partai politik sesungguhnya dalam memainkan fungsi dan peran sebagai sarana sosialisasi politik.

2.1.3.1 Tujuan Sosialisasi Politik

(48)

beberapa dimensi yaitu dimensi psikologis, ideologis dan normatif”. (Soemarno,

2004:57). Pendapat dari ketiga dimensi tersebut akan memberikan dampak saling keterkaitan yang bersifat sasaran yang merupakan bentuk stabilitas berkesinambungan dalam arti lestarinya sistem politik berikut sistem nilai yang mendasarinya. Ketiga dimensi tersebut akan peneliti uraikan sebagai berikut: 1. Dimensi psikologis, sosialisasi politik terarah kepada pembentukan sikap

politik, perilaku politik dan kepribadian politik yang secara utuh merupakan faktor-faktor kejiwaan. (Soemarno, 2004:57). Berdasarkan pendapat tersebut dalam proses ini berlangsung secara bertahap dalam rangkaian peristiwa politik, hal ini berawal dari tingkat pemahaman atau pengenalan tentang politik kemudian meningkat kepada pendalaman akan makna pada yang memberi dampak terhadap cara berpikir yang membuka cakrawala. Pada tahap ini masyarakat telah mengahayati dan meminati keberlanjutannya dengan keyakinan yang akan terbentuk kepribadian politik yang dapat diketahui dalam wujud perilaku politik dan sikap politik yang mengarah kepada kematangan politik. Pelestarian sistem politik sekaligus sistem nilainya telah dapat didekati karena mereka telah berada dalam kondisi adaptasi terhadap nilai-nilai yang berlangsung.

(49)

perilaku kehidupan bernegara sehingga pengaruh kontemporer tidak memberi makna yang berarti.

3. Dimensi normatif menunjukkan kepada kondisi terintegrasinya sikap mental dan pola pikir ke dalam sistem norma yang berlaku. (Soemarno, 2004:58). Berdasarkan pendapat tersebut dalam dimensi ini norma menunjukkan kaidah-kaidah yang dibentuk penguasa dan kaidah-kaidah-kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang berkembang dalam masyarakat.

2.1.3.2 Bentuk Sosialisasi Politik

Ramlan Surbakti mengemukakan bahwa dari segi penyampaian pesannya sosialisasi politik dibagi dua, yaitu:

1. Pendidikan politik, merupakan suatu proses dialogik diantara pemberi dan penerima pesan, melalui proses ini para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik, seperti sekolah pemerintah dan partai politik.

2. Indoktrinasi politik, proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga masyarakat untuk menerima nilai, norma dan simbol yang dianggap pihak yang berkuasa, sebagai ideal dan baik. Melalui berbagai forum pengarahan yang penuh paksaan psikologis dan latihan yang penuh disiplin.

(Surbakti, 1992:117-118).

(50)

kelompok kepentingan yaitu memperoleh kekuasaan secara legitimasi dari masyarakat.

Miriam Budiardjo juga menyampaikan pelaksanaan dan fungsi sosialisasi politik, sebagai berikut:

“Pelaksanaan proses sosialisasinya dilakukan dengan berbagai cara yaitu

media massa, ceramah-ceramah, penerangan (pendidikan), kursus kader, penataran dan sebagainya. Sisi lain fungsi sosialisasi politik adalah upaya menciptakan citra (image) bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum”.

(Budiardjo, 2008:407).

Berdasarkan pendapat di atas maka proses dan fungsi sosialisasi penting jika dikaitkan dengan tujuan partai untuk menguasai pemerintahan melalui kemenangan dalam pemilu karena itu partai harus memperoleh dukungan sebanyak mungkin dan partai berkepentingan agar para pendukungnya mempunyai solidaritas yang kuat dengan partainya yaitu dengan mendidik masyarakat melalui pendidikan politik yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga negara dan menempatkan kepentingan bersama atas kepentingan nasional. Pendidikan politik yang diberikan secara continue sebagai wujud arahan-arahan pengetahuan baru masyarakat tentang politik dan pelaksanaannya baik dari pengalaman-pengalaman politik, sejarah politik dan lain sebagainya.

2.1.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi Politik

(51)

“Proses keberhasilan sosialisasi politik ditentukan oleh :

1. Agen sosialisasi politik, yang terdiri dari keluarga, pendidikan, media massa, kelompok sebaya, kelompok kerja, kelompok agama. Selain itu keberadaan kelompok kepentingan dan organisasi kemasyarakatan memberi pengaruh sebagai agen sosialisasi politik terhadap partisipasi masyarakat.

2. Materi sosialisasi politik, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan sikap-sikap politik yang hidup di masyarakat.

3. Mekanisme sosialisasi politik, di bagi menjadi tiga yaitu imitasi, instruksi dan motivasi.

4. Pola sosialisasi politik proses yang terus berkesinambungan, untuk mengetahui proses sosialisasi, yang terdiri dari badan atau instansi yang melakukan proses sosialisasi, hubungan antara badan atau instansi tersebut dalam melakukan proses sosialisasi”.

(Rush & Althoff, 2013:35-40).

Berdasarkan pendapat di atas maka proses keberhasilan sosialisasi politik yaitu pertama, agen sosialisasi politik merupakan pihak yang melaksanakan sosialisasi politik. Agen sosialisasi merupakan pemeran utama dalam keberhasilan proses sosialisasi politik untuk menyebarkan atau menanamkan nilai-nilai dan norma norma yang terdapat dalam materi sosialisasi politik. Keberhasilan tersebut ditentukan oleh mekanisme yang terencana dan digambarkan dalam pola proses sosialisasi yang baik apabila proses-proses tersebut dapat tersusun, maka penyebaran informasi mengenai materi sosialisasi politik dapat dengan tepat disampaikan ke sasaran sosialisasi. Agen sosialisasi politik adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Agen sosialisasi politik tersebut antara lain:

(52)

dalam sosialiasi politik. Pernyataan tersebut diperinci oleh Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut:

“Melalui lingkungan itulah seseorang mengalami proses sosialisasi awal. Orang tua, saudara, maupun kerabat terdekat lazimnya mencurahkan perhatiannya untuk mendidik supaya memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik, melalui penanaman disiplin dan kebebasan serta penyerasiannya”. (Soekanto, 2012:386).

Berdasarkan hal tersebut, maka keluarga memiliki peran utama dalam hal perhatian untuk menerapkan pendidikan moral dalam hidup dalam masyarakat sebagai unit terkecil.

b. Kelompok pendidikan adalah agen sosialisasi yang berada pada sistem pendidikan formal. Mempersiapkan untuk menguasaan peran-peran baru dikemudian hari, dikala seseorang tidak tergantung lagi pada orang tuanya. (Sunarto, 2004:25). Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa pendidikan formal akan membentuk pengetahuan dan pengalaman baru seseorang. Pernyataan tersebut diperinci oleh Soerjono Soekanto, sebagai berikut:

“Pada taraf pendidikan formal tersebut, guru mempunyai peranan yang cenderung mutlak di dalam bentuk dan mengubah pola perilaku anak didik. Dengan demikian, hasil kegiatan guru tersebut akan tampak nyata pada kadar motivasi dan keberhasilan studi pada taraf itu, yang mempunyai berpengaruh yang sangat besar pada tahap-tahap pendidikan selanjutnya”. (Soekanto, 2012:391).

Berdasarkan hal tersebut, pendidikan formal akan mengubah perilaku seseorang dengan bentuk motivasi dan keberhasilan dalam pendidikan lainnya. c. Media massa adalah sebagai agen sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap

(53)

KEMUNGKINAN

“Agen media massa ini merupakan bentuk peningkatan teknologi yang

memungkinkan peningkatan kualitas pesan serta peningkatan frekuensi penerapan masyarakat pun memberi peluang bagi media massa untuk

berperan sebagai agen sosialisasi yang semakin penting”. (Sunarto,

2004:26).

Pemahaman tentang agen sosialisasi media massa oleh Light, Keller and

Calhoun dalam Sunarto diperinci kembali sebagai berikut, “Media massa yang terdiri atas media cetak (surat kabar, majalah) maupun elektronik (radio, televisi, film, internet) merupakan bentuk komunikasi yang menjangkau

sejumlah besar orang”. (Sunarto, 2004:26). Berdasarkan hal tersebut, maka media massa seperti koran, majalah, siaran televisi, internet dan lain sebagainya merupakan bentuk informasi yang kuat dalam masyarakat mengingat tampilan tiga dimensi dalam media massa dapat memberikan kesan adanya kualitas yang dapat meyakinkan masyarakat dalam hal sosialisasi.

Gambar 2.1

Peranan Media Dalam Proses Sosialisasi Politik

(54)

organisasi masyarakat tetapi yang menerima pesan dapat dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya, media massa, kelompok kerja bahkan kelompok agama.

d. Kelompok sebaya adalah seseorang belajar berinteraksi dengan orang yang sebaya dan sederajat. (Sunarto, 2004:25). Pada tahap ini seseorang memasuki tahap mempelajari aturan yang mengatur peran seseorang yang kedudukannya sederajat dalam kelompok ini seseorang mulai belajar nilai-nilai keadilan. e. Kelompok kerja adalah kelompok yang melakukan pekerjaan sejenis.

Kelompok kerja dapat dikategorikan sebagai kelompok okupasional. Soerjono Soekanto secara rinci menjelaskan tentang kelompok okupasional sebagai berikut:

“Kelompok okupasional merupakan kelompok yang terdiri dari orang -orang yang melakukan pekerjaan sejenis. Kelompok-kelompok semacam ini kemudian sangat besar peranannya di dalam mengarahkan kepribadian

seseorang (terutama yang menjadi anggotanya)”. (Soekanto, 2012: 126-127).

Berdasarkan hal tersebut, maka kelompok kerja merupakan kumpulan orang-orang yang melakukan pekerjaaan yang sama, dimana seseorang-orang dengan mudah untuk diarahkan kepada suatu keadaan yang diharapkan.

f. Kelompok agama adalah kelompok yang tumbuh berdasarkan rasa solidaritas pada sanak saudara, kerabat, agama, wilayah kelompok etnis dan pekerjaan. g. Kelompok kepentingan adalah agen sosialisasi dalam kelompok asosiasional

(55)

Kedua, materi sosialisasi politik merupakan isi yang akan disampaikan kepada sasaran sosialisasi. Pada dasarnya, materi sosialisasi harus mengandung pengetahuan, nilai-nilai dan sikap-sikap politik yang hidup di masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan adalah bila seseorang memiliki pengertian (understanding) atau sikap (attitude) tertentu, yang diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman sendiri. (Syafiie, 2005:2). Pengetahuan merupakan bagian dari suatu ilmu dan ilmu dapat dimiliki dari pendidikan yang didapat baik formal maupun informal dan pengalaman yang pernah terjadi.

2. Nilai-nilai politik adalah nilai-nilai yang mempedominani manusia untuk mewujudkan nilai-nilai keadilan dan kebenaran memberi pengalaman kepada manusia tentang kehidupan manusia. (Soemarno, 2004:55). Nilai-nilai yang bermanfaat mendorong masyarakat untuk berupaya mempertahankan dan sekaligus untuk melestarikannya. Nilai-nilai itu adalah sebagai berikut:

1. Tradisi; terutama agama, tetapi juga termasuk ikatan-ikatan kekeluargaan dan tradisi pada umumnya.

2. Prestasi; ketekunan, pencapaian atau perolehan, ganjaran-ganjaran material, mobilitas sosial.

3. Pribadi; kejujuran, ketulusan, keadilan, dan kemurahan hati

4. Penyesuaian diri; bergaul dengan baik, menjauhkan diri dari kericuhan, menjaga keamanan dan kententraman.

5. Intelektual; belajar dan pengetahuan sebagai tujuan.

6. Politik; sikap-sikap dan kepercayaan berkaitan dengan pemerintahan. (Syarbaini, 2004:71).

(56)

misalnya tradisi, penyesuaian diri, serta sikap-sikap dan kepercayaan lainnya sehingga siap untuk menerima penilaian baik dan buruk dalam partai politik tersebut.

3. Sikap-sikap politik adalah seperti suatu transparansi dari das wollenyaitu lebih dari satu keinginan yang ingin berbagi kebahagiaan terhadap generasi seterusnya. (Soemarno, 2004:55). Michael Rush dan Phipil Althoff secara rinci menjelaskan tentang sikap-sikap politik sebagai berikut:

“Sikap-sikap politik adalah berkaitan dengan nilai-nilai dalam kepercayaan-kepercayaan individu dapat memainkan peranan yang penting dalam penentuan reaksi terhadap rangsangan khusus dan terhadap pembentukan sikap-sikap ataupun pendapat-pendapat khusus akan tetapi sikap-sikap dapat mendahului nilai-nilai khususnya yang berlangsung pada

dasar imitatif (dengan jalan menirukan)”. (Rush & Althoff, 2013:36-37). Berdasarkan hal tersebut, maka sikap-sikap politik merupakan nilai dan kepercayaan politik misalnya pada partai politik dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk dapat menarik perhatian masyarakat. Sikap politik akan memunculkan pengalaman sebagai gambaran masyarakat untuk menilai baik atau buruk yang akan mempengaruhi terhadap informasi yang didapatkan.

Ketiga, mekanisme sosialisasi politik adalah cara mentransmisikan elemen-elemen dari sosialisasi melalui beberapa cara:

1. Imitasi, merupakan peniruan terhadap tingkah laku individu-individu,dan merupakan hal yang penting dalam sosialisasi pada masa kanak-kanak. 2. Intruksi, merupakan peristiwa penjelasan diri, akan tetapi para ahli

mengatakan hal tersebut tidak terlalu diperlukan karena terbatas pada proses belajar formal.

3. Motivasi, lebih banyak diidentifikasikan dengan pengalaman. Motivasi adalah merupakan bentuk tingkah laku yang tepat yang dipelajari melalui proses coba-coba dan gagal, individu yang bersangkutan secara langsung belajar dari pengalaman mengenai tindakan-tindakan sama cocok dengan sikap-sikap dan pendapat-pendapat sendiri.

(57)

Berdasarkan pendapat di atas mekanisme sosialisasi politik berupa cara imitasi lebih cocok diterapkan dalam sosialisasi untuk masa kanak-kanak atau pada masa awal. Intruksi lebih banyak dilakukan pada proses belajar formal. Imitasi dan intruksi merupakan tipe-tipe khusus dari pengalaman akan tetapi motivasi lebih banyak diidentifikasikan dengan pengalaman. Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung lama dan rumit yang dihasilkan dari usaha saling mempengaruhi diantara kepribadian individu dengan pengalaman-pengalaman yang relevan untuk mempermudah hasil proses sosialisasi politik dibentuklah pola sosialisasi yang diilustrasikan dalam sebuah gambar. Pembuatan pola tersebut dilakukan setelah proses sosialisasi berjalan yang akan berkaitan dengan unsur-unsur sebelumnya.

Keempat, pola sosialisasi politik adalah proses yang terus berkesinambungan untuk mengetahui proses sosialisasi, yang terdiri dari organisasi dan hubungan organisasi tersebut dalam melakukan proses sosialisasi misalnya pemerintah dan partai politik kepada yang diberikan sosialisasi misalnya aparatur pemerintah, anggota partai dan masyarakat. Menurut Jaeger dalam Sunarto, pola sosialisasi politik terdiri atas sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris adalah sebagai berikut:

1. Sosialisasi repsresif adalah menekankan pada pengunaan hukuman terhadap kesalahan. Sosialisasi represif pun mempunyai ciri lain seperti penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan, penekanan pada kepatuhan masyarakat pada agen sosialisasi, penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan titik berat sosialisasi pada agen sosialisasi dan pada keinginan agen sosialisasi, dan peran masyarakat sebagaisignificant other.

(58)

komunikasi bersifat lisan, masyarakat menjadi pusat sosialisasi, keperluan masyarakat dianggap penting dan masyarakat menjadigeneralized other. (Sunarto, 2004:31).

Berdasarkan pendapat di atas pola sosialisasi ada yang bersifat memaksa dan ada pula yang bersifat mengarahkan. Pola sosialisasi yang bersifat memaksa bersifat indoktrinasi artinya komunikasi satu arah dan menekankan pada tujuan tertentu secara mengikat dan tunduk terhadap perintah untuk mengikuti keinginannya. Pola sosialisasi yang bersifat komunikatif dan partisipatif mengarah kepada memberikan pengajaran dan contoh perilaku yang baik, komunikatif dan tidak berpihak pada keinginan tertentu secara memaksa.

2.1.4 Partai Politik

Gambar

Gambar 2.1Peranan Media Dalam Proses Sosialisasi Politik
Gambar 2.2Pendidikan Politik Oleh Partai Politik
Gambar 2.3Model Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1Lambang DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Sistem Among dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran

Bagi penggunaan peta minda, pelajar tidak menghadapi masalah untuk membuat keputusan memilih templet yang paling sesuai untuk menghasilkan nota berbanding penggunaan alat

Hasil perhitungan penjadwalan menggunakan metode CCPM, didapatkan waktu penyangga sebesar 7 hari sehingga estimasi durasi penyelesaian proyek apabila waktu penyangga

Hasil wawancara yang dilakukan pada subjek S5 menunjukkan bahwa S5 mulai dengan mengamati kasus dan langsung mencari dan memprediksi pola dengan menggambar segi tiga

Berdasarkan hasil analisis MANOVA dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh variabel karakteristik UKM alas kaki (skala, usia, jenis produk) tidak memberi

Tujuan dari pendidikan dengan model sekolah asrama adalah untuk mendidik siswa agar hidup mandiri dan memiliki kehidupan yang harmonis dengan masyarakat.. Sekolah asrama

Seperti halnya model Kemp, model lain yang dapat digunakan untuk mengembangkan produk terkait dengan pembelajaran adalah model Pengembangan Dick &

Tuli saraf (sensoryneural deafness) : gangguan pada telinga dalam, N VIII atau pusat : labirinitis, obat-obat ototoksik, tuli mendadak, trauma akustik, neuroma akustik, tumor