SISTEM PENDID!KAN
DI PESANTREN LUHUR SABILUSSALAM CIPUT AT
Mumuh
Mu:rsidi
NIIVI: 104011000065
JURUSAN PENDIDIKAN AGArVIA. ISLAM
FAI(ULTAS ILMU TARBIY AH
dajセ@KEGlJR.UAN
•
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARil<' 1-IIDAYATULLAII
"Tidak ada keterasingan bagi mereka yang berilmu, dan tidak ada tanah air bagi mereka yang bodoh"
(Ibnu Hajar al-Asqalani)
Skripsi l'ni dipersembahkan untuk:
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Meraih Gelar Saijana Pendidikan Islam
Oleh:
Mumuh Mursidi 104011000065
Di bawah Bimbingan
Prof. Dr. H. Abdurrahman Ghazali, MA NIP. 150063509
Pembimbing II,
Hrs. Safiuddin Shidig, M.A NIP. 150299477
JURUSAN PENDIDIKAN AGArVIA ISLAl\/l
FAI(ULTAS ILMU TARBIYAif DAN l(EGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SY ARIF HIDAYATULLAH
JAI\:.ARTA
Hidayatullah Jakarta. dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 20 November 2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh
gelar sarjana SI (S.Pd. l) dalam bi dang Pendidikan Agama.
Jakarta, 25 November 2008
Panitia Ujian Munaqasyah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Dr. AF. Wibisono, MA
NIP. 150236009
セZvイRᄚMセ@
Sekretaris (Sekrelaris Jurusan/Prodi) Ors. Sapiudin Shidiq, MA
NIP. 150299477 Penguji I
Dr. Syafi'ie Noor, MA NIP. 150022781 Penguji II
Dr. AF. Wibisono, MA NIP. 150236009
Mengetahui: Dekan,
•
GMBGBBGMBGMBセBGJBBセNッウケ。、。L@ MA NIP. 5 231356
NIM
Jurnsan/Semester Alam at
: 104011 000065
: Pendidikan Agama Islam/IX (sembilan)
: Kp. Wam, Rt 13, Rw. 06, Ds. Pasir Jaya, Kee. Cikupa, Kab. Tangerang, Prov. Banten 15710
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi dengan judul "Sistem Pendidikan di Pesantren Lubur Sabilussalam Ciputat" adalah benar hasil karya saya sendiri dibawah bimbingan:
I. Prof Dr. H. AbdmTalmmn Ghazali, MA 2. Drs. Safiuddin Shidiq, M.A
NIP. 150063509
NIP. 150299477
Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima konsekuensi secara akademis apabila temyata s lTipsi ini bukan hasil karya saya sendiri.
Penelitian ini berlujuan untuk memperoleh data tentang tujuan pendidikan yang hendak dicapai oleh Pesantren Luhur Sabilussalam, kurikulum apa yang digunakan, dan untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan dalam proses pembelajarannya. Sehingga dapat diketahui model sistem pendidikan yang terdapat di Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat.
Kesimpulan yang penulis peroleh dalan1 penelitian ini adalal1 bal1wa Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat mempakan suatu bentuk lembaga pendidikan pesanlren dengan fenomena barn, karena dalam penyelenggaraan pendidikannya mcnggabungkan antara sistcm pendidikan pondok pesantren dengan sistem pendidikan perguman tinggi yang berbasis mal1asiswa. Hal ini dapat dilihat dari empat unsur yang terdapat di dalan1 sistem pendidikan pesantren mahasiswa ini, yaitu tujuan pendidikan, kurikulum yang di gunakan, materi ajar yang diberikan, dan metode pembelajarannya.
Penelitian yang pcnulis Jakukan mcrupakan pcnelitian kualilatif yang deskriptit:analisis, yakni penulis menarasikan dan menganalisis data yang telal1 diperoleh. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data meliputi: studi dokumentasi,
observasi, dan ,ya,vancara.
..
セMjNNNNZ⦅[B⦅L、|@ \セ|セセMMMMMMMMM⦅Zセ@
Segala puji dan sanjungan hanya milik Allah SWT, Tuhan Pencipta alam semesta. Karena atas Inayah dan kasih sayang-Nya skripsi ini dapat terselesaikan pada waktunya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Rasul-Nya yang mulia, juga kepada keluarga dan para sahabatnya serta segenap para pengikut swmah-nya hingga hari kiamat.
Suka cita menyelimuti hati penulis seiring d.engan terselesaikannya penyusunan skripsi ini. Skripsi yang be1judul "Sistem Pendidikan di Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat" ini disusun tmtuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sa1jana S 1 (S.Pd.l) dalam bi dang Pendidikan Agania Islam (PAI) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari betul banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi. Sehingga han1pir saja tidak terselesaikan tepat pada waktunya. Akan tetapi, atas dorongan dan bantuan berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan juga. Oleh karenanya, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dekan Fakultas Ilnm Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakmta 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agmna Islan1 FITK UIN Jakarta. 3. Bapak Prof. Dr. H. Abdurrahman Ghazali, MA dan Drs. Safiuddin Shidiq,
Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitasnya kepada penulis selama penelitian ini dilakukan.
G. Bapak Pro( Dr. HD Hidayat, MA selaku Direktur Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat yang telah memberikan kesempatan dan bru1tuan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini.
7. Kepacla para pengurus harian Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat, kang Dede Abel. Fatah, Kang Oni, Pak Supra, clan Kang Dede Daya\, yang telah memberikan kesempatan, fasilitas clan bantuannya kepada penulis sehingga memuclahkan dalam pengumpulan data.
8. Seluruh dewan Asatidz di Pesantren Luhur Sa bi lussalam clan guru-guru penulis di manapun berada yang telah memberikan pencerahan moral clan intelektual selama belajar di bawah bimbingarmya.
9. Apa-Umi tercinta yang kini telah tenang berada di alwn sana, yang senan\iasa memberikan motivasi clan inspirasi kepacla penulis bila mengingatnya, bahwa
life must go 011.. Hanya seuntai do 'a yang bisa ananda panjatkan (selaku anak
yang belum bisa berbakti dan membalas semua jasa-jasa kalian). Semoga Allah menempatkan kalian dalam rahmat dan Ridha -Nya.
Allahummagfirlah11111a War!wmhwna Kama Rabbaayani Shagira.
I 0. Kakak, adik, nenek, paman, bi bi serta seluruh kerabat penulis yang senantiasa membantu, baik moril maupun materiil serla clo'a yang selalu terpanjatkan siang clan malam sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
l 1. t・ュ。ョセエ・ョQ。ョ@ seperjuangru11 di jurusa.11 P ftJ dan alumni Sabi1ussalan1
Jakruia, 06 November 2008
KATA PENGANTAR. ... v
DAFTAR ISi ... viii
DAFTAR TABEL ... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... I A. Latar Belakang Masalah.. ... ... ... .... .... ... ... ... .. ... . ... ... ... ... I B. Pembatasan Masalah... 6
C. Perumusan Masalah... 7
D. Tujuan clan Kegunaan Penelitian ... 7
BAB II SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTRJl<.:N ... · 9
A. Pondok Pesantren... 9
I. Pengertian Ponclok Pesantren... 9
2. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren ... 12
3. Karakteristik Ponclok Pesantren. ... ... ... .. ... ... ... ... .. 16
4. Tipologi Ponclok Pesantren... 19
B. Sistcm Pcndidikan Pondok Pesantrcn ... 24
I. Tujuan Pencliclkan Ponclok Pesantren ... 27
2. Kurikulum Pencliclikan Ponclok Pesantren ... 29
3. Metocle Pengajaran Ponclok Pesantren ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37
A. Waktu clan Tempat Penelitian ... 37
B. Metocle Penelitian. ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. 3 7 C. Tahap-Tahap Penelitian ... 38
2. Visi dan Misi Pesantren Pesantren Luhur Sabilussalam ... 44
3. Letak Geografis ... 44
4. Keadaan Guru, Peserta Didik, dan Fasilitas yang Dimiliki ... 45
5. Struktur Organisasi ... 57
B. Pelaksanaan Sistem Pendidikan di Pesantren Lnhur Sabilussalam ... 59
1. Tujuan Pendidikan Pesantren Luhur Sabilussalam ... 59
2. Kurikulum Pendidikan di Pesantren Luhur Sabilussalam ... 60
2. Materi Pendidikan di Pesantren Luhur Sabilussalam ... 63
3. Metode Pengajaran di Pesantren Luhur Sabilussalam ... 66
4 . .Tadual Kegiatan dan Tata Tertib di Pesantren Luhur Sabilussalam ...
p;>
BAB V PENUTUP ... 73A.Kesimpulan ... 73
B. Saran-saran ... ·: 75
DAFT AR PUSTAKA ... 77
Tabel 2 : Data Santri ... 49
Tabel 3 : Data Alumni Santri ... 49
Tabel 4 : Struktur Organisasi Pesantren ... ,. ... 57
Tabel 5 : Struktur Organisasi KMPLS ... 58
Tabel 6 : J adwal Mata Kuliah Pesantren ... 61
[image:12.518.27.415.98.503.2]Pondok Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui oJeh masyarakat dengan sistem asrama (kampus), santri-santrinya menerima pendidikan agama melalui sistem pengajaran/madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dan kepemimpinan seseorang/beberapa kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal.1
Menurut Azyumardi Azra, sistem pendidikan pesantren merupakan sistem pendidikan tertua di Indonesia saat ini. Pendidikan ini merupakan pendidikan yang dimulai sejak munculnya masyarakat Islam di negara ini pad a abad ke-13. Beberapa abad kemudian penyelenggaraan pendidikan ini semakin teratur dengan munculnya tempat-tempat pengajian yang telah merumuskan kmikulumnya, yakni pengajaran bahasa Arab, Tafsir, Hadis, Tauhid, Fiqh dan lain-lainnya. Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian tempat-tempat menginap bagi para pelajar (santri) yang kemudian disebut pesantren. 2
Sampai saat ini pesantren dalam konteks kebangsaan tetap menunjukkan eksistensi dan berperan secara konkret dan nyata dalam multidimensi peran dan statusnya. Di dalam pesantren sekurang-kurangnya terkandung tiga dimensi peran
1
H. Djamaludin & Abduh Aly, Kapita Se/ekla Pendidikan .Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), cet. Ke-I, h.99.
dan status. Perlama adalah keberadaannya sebagai institusi pendidikan. Kedua adalah sebagai institusi dakwah dan ketiga perkembangannya sesuai dengan dinamika masyarakat.
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam telah banyak be1jasa dalam mencerdaskan bangsa, setelah Indonesia merdeka, pondok pesantren mendapat perhatian dari semua pihak. Bahkan dalam rangka mencari suatu sistem pendidikan nasional, pesantren kadang-kadang muncul sebagai salah satu alternatif. Seirama clengan tuntutan perkembangan zaman, pesantren telah bernsaha mencari alternatif-alternatif baru untuk memajukan dan mengembangkannya.
Pertmnbuhan clan perkembangan pesantren tidak dapat dilepaskan clari kehiclupan masyarakat. Lembaga ini clisamping mempunyai kecludukan sebagai model penclidikan khas Indonesia juga memiliki fungsi sosial/kemasyarakatan dan keagamaan. Pencliri Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara pernah menyatakan bahwa ponclok pesantren merupakan clasar pencliclikan nasional, diantara alasan yang dapat dikemukakan adalah bahwa penclidikan pada ponclok pesantren sesuai dan selaras clenganjiwa clan kepribaclian bangsa Inclonesia.3
Pesantren memang unik clan setiap orang mengenal bahwa pesantren merupakan suatu sistem pencliclikan klasik dan mungkin paling tradisional di negeri ini. Namun melalui kebanggaan traclisionalitasnya, tidak bisa dipungkiri, pesantren justru semakin survive-bertahan berabad-abad bahkan clianggap sebagai alternative dalam glamoritas clan hegemoni moclernisrne yang pada saat bersamaan mencatat tradisi sebagai masalah. Basis kekuatan eksistensial pesant:ren menurut Azyumardi Azra, pacla satu pihak terletak pacla corak clan paham keislaman masyarakat Jawa itu sencliri, pada pihak lain, basis eksistensial pesantren terletak pula pada integrasi lembaga ini ke clalam struktur-struktur sosial yang acla.4
pendidikan "sekuler"; atau mengalami transformasi menjadi lembaga pendidikan umum; atau setidak-tidaknya menyesuaikan diri dan mengadopsi sedikit banyak isi clan metodologi pendidikan umum.5
Selain itu pembaruan pesantren juga diarahkan padajimgsi pesantren sebagai salah satu pusat penting bagi pembangunan masyarakat secara keseluruhan. Dengan posisi dan kedudukannya yang khas, pesantren diharapkan menjadi altematif pembangunan yang berpusat pada masyarakat itu sendiri clan sekaligus sebagai pusat pengembangan pembangunan yang berorientasi pada nilai.
Di pondok pesantren, nilai-nilai keikhlasan yang ada di dunia perguruan
tinggi dan len1baga pendidikan
un1un1 te1ahbanyak bergeser ke arah
materiaJistik-justru tumbuh dengan subur. Dalam pandangan orang pesantren, belajar mengajar bukanlah semata-mata demi mengejar prestasi duniawi, melainkan merupakan salah satu realisasi ibadah. Mereka tekun belajar demi menggapai 1idha Ilahi. Sehingga tidak dikenal istilah "kolusi nilai" antara pengajar dengan santri.
Pesantren juga memiliki nilai lebih dalam ha! kemandirian. Para santri mempunyai gairah yang Jcuat untuk mandiri. Sehingga dalam soal pengangguran yang telah mencapai ambang mengkhawatirkan dewasa ini, ketika banyak smjana yang tidak memperoleh ー・ォ・セェ。。ョL@ justm para santri tidak ada yang menganggur. Mereka tekun bekerja apa saja tanpa pilih-pilih, yang penting halal.6
tidak hanya menekankan penguasaan terhadap khazanah keilrnuan Islam klasik tetapi
juga mempunyai integritas dari keduanya. Selain
itc1juga dalam upaya
memodernisasikan pendidikan Islam.7
Dengan demikian, pesantren tidak lagi identik dengan kelembagaan pendidikan khas Jawa; tetapi juga diadopsi oleh wilayah-wilayah lain. Jelaslah bahwa pesantren bukan hanya mampu bertahan, tetapi lebih baru dari itu, dengan penyesuaian, akomodasi dan konsesi yang dibe1ikannya, pesantren pada gilirannya juga mampu mengembangkan diri, dan bahbui kembali menempatkan diri pada posisi yang penting dalam sistem pendidikan nasional Indonesia secara keseluruhan.
Respon Pesantren terhadap modemisasi pendidikan Islam dan perubahan-perubahan sosial ekonomi yang berlangsung pada masyarakat Indonesia sejak awal abad orde baru mencakup; pertama, pembaruan substansi atau isi pendidikan pesantren dengan memasukkan subyek-subyek umum dan vocational; kedua,
pembaruan metodologi, scperti sistem klasikal, perjenjangan; ketiga pembaruan
kelembagaan, seperti kepemimpinan pesantren, disferifikasi lembaga pendidikan; dan keempat pembaruan fungsi, dari fungsi kependidikan untuk juga mencakup fongsi sosial ekonomi.8
Perlu ditcgaskan bahwa pesantren dalam konteks pembangunan ma11us1a seutuhnya mempunyai andil cukup besar bagi bangsa ini. Ia memiliki peran signifikan dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik di bidang sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Dalam konteks globalisasi yang me:nuntut adanya kualitas SDM (Sumber Daya Manusia), diperlukan kepeloporan pesantren untuk menerima dan mensosialisasiakan ilmu pengetahuan dan teknok•gi.9
Dalam perkembangan selanjutnya, bentuk-bentuk pesantren kini sangat bervariasi, yang dapat diklasifikasikan sedikitnya menjadi lima tipe, yakni:
Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Krilik Nurcho/is 1Hadjid terhadap Pendidikan
(1) Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal yang menerapkan kurikulun1 nasiona1, baik y·ang n1en1iliki sekolah )rang berciri l{has keagan1aan seperti MT, MTs, MA, dan PT Agama Islam, maupun juga berbentuk sekolah umum (SD, SMP, SMU/SMK, dan PT Umum), seperti pesantren Tebu Ireng Jombang, Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak, dan Pesantren Syafi'iyyah Jakarta.
(2) Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum nasional, seperti pesantren Gontor Ponorogo, pesantn;n Maslakul Huda Kejaten Pati, dan DaruJ Rahman Jakarta.
(3) Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk madrasah diniyah, seperti pesantren Salafiyah Langitan Tuban, Lirboyo Kediri, dan pesantren Tegalrejo Magelang.
(4) Pesantren yang hanya menjadi tempat pengajian (majlis ta'lim).
(5) Kini mulai berkembang pula pesantren untuk asrama anak-anak pelajar sekolah umum dan atau mahasiswa.
Banyaknya model pesantren tipe ke-5 (Pesantren Mahasiswa) yang muncul sejak dekade 80-an ini menjadi sebuah fenomena yang sangat menarik untuk dicermati. Hal ini bukan saja karena usianya yang relatif muda, akan tetapi manajemen dan pengelolaan pesantren mahasiswa memiliki spesifikasi tersendiri.
Semangat dan ikhtiar yang mulia untuk mempersiapkan kader ulama yang intelek dan berwawasan IPTEK yang tinggi juga dilirik oleh Yayasan Islam Sabilussalam Ciputat. Sebuah lembaga pendidikan keagaaman yang jaraknya tidak jauh dari kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini memiliki pesantren khusus mahasiswa dengan nama Pesantren Luhur Sabilusslam.
Sejak dibuka pada tahun akademik 1994-1995 hingga sekarang Pesantren Luhur ini telah mewisuda 12 angkatan. Dan sejak tahun 1999 Pesantren Luhur Sabilussalam menerima mahasantri putri selain mahasantri putra yang sebelumnya telah be1jalan. Pesantren ini dibuka khusus untuk mahasiswa guna mencetak mahasiswa dan sarjana menjadi ulama yang berakhlakul karimah yang kokoh dalam menghadapi pergulatan kehidupan di era modern ini.
Dilihat dari sisi pesantren mahasiswa yang mulai banyak bennunculan serta kurikulumnya yang pastinya memiliki ciri khusus dibanclingkan pesantren lain pada umumnya, malca penulis tertarik untuk mengangkat pennasalahan sistem penclidikan yang cliterapkan di Pesantren Luhur Sabilussalam ke clalam sebuah karya ilmiah yang berbentuk skripsi clengan juclul: "SISTEM PENDIDIKAN DI PESANTREN LUHURSABILUSSALAM CIPUTAT"
B. Pembatasan Masalah
Sebenarnya banyak masalah yang dapat cliteliti berkaitan dengan Ponclok Pesantren, akan tetapi dalam skripsi ini penulis hanya mernbatasi permasalahan pada proses penyelenggaraan Sistem Pendidikan di Pesantren Luhur Sabilussalam.
C. Pcrumusan Masalah
Berdasarkan batasan permasalahan di atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini dapal dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah sistem Pendidikan di Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat?
D. Tujuan dan Kegunaan Pcnelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem pendidikan yang terdapat di Pesantren Luhur Sabilussalan1 Ciputat. Hal ini dapat di lihat dari 3 unsur yang terdapat dalam sistem pendidikan pesantren, yaitu: tujuan Pendidikan, kurikulum, dan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran di Pesantren Luhur Sabilussal= Ciputat.
2. Kegunaan Penclitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, diantaranya:
a. Kegunaan akademis, dapat menambah kajian keilmuan para akademisi tentang usaha-usaha yang dilakuk:m untuk mengembangkan pesantren yang komprehensif, tidak hanya menekankan penguasaan terhadap khazanah keilmuan Islam klasik tetapi juga memptmyai integritas dengan keilmuan modern.
A.
Pondok
Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam telah banyak berjasa dalam mencerdaskan bangsa. SeteJah Indonesia merdeka, pondok pesantren mendapat perhatian daii semua pihak. Bahkan dalam rangka mencari suatu sistem pendidikan nasional, pesantren kadang-kadang muncul sebagai salah satu alternatif. Seirama dengan tuntutan perkembangan zaman, pesantren telah berusaha mencari alternatif-alternatifbam untuk memajukan dan mengembangkannya.
Jika disandingkan dengan lembaga pendidikan yang pernah muncul di Indonesia, Pondok Pesantren mernpakan sistem pendidikan te1tua saat ini. Namun untuk penge1tian istilah pondok pesantren sendiri masih terdapat perselisihan dikalangan para ahli.
santri.1 Kata santri terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata sant (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik.2
Menurut beberapa ahli yang telah dikutip oleh Zamakhsyari Dhofier dalam bukunya Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai antara Jain Jhon, kata santri berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buk-u-buku suci agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Kata shastri berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan. Maka pengertian dasar dari kata pesantren adalah tempat belajar para santri. 3
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata pondok berarti Madrasah dan Asrama (tempat mengaji, belajar agama Islam). Sedanglrnn secara terminologi pondok berarti tempat menginap. Adapun kata pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe-didepan dan akhiran -an yang berarti temp at tinggal para sant1i.4
Sedangkan asal-usul kata "santri" dalam pandangan Nurcholish Madjid dapat dilihat dari dua pendapat. l'ertama, pendapat yang mengatakan bahwa "santri" berasal dari perkataan "santri", sebuah kata dari bahasa Sangskerta yang aiiinya melek huruf. Pendapat ini menurut Nurcholish Madjid agaknya didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary bagi orang Jawa yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab be1tulisan dan be1bahasa Arab. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, clari. kata "cantrik", berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru ke mana guru ini pergi menetap. Dari sinilah barangkali Nurcholish Madjid berpendapat bahwa secara historis pesantren tidak hanya mengandung makna keislaman, tetapi juga makna keaslian Indonesia.5
1
Manfred Zicmek, Pesanlren Dalam Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1986), eel. I, h. 98-99.
2 Waltjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren: Pendidikan Alternatif Masa Depan, (Jakarta:
Gema lnsani Press, 1997), Cct. l, h. 70
3 Zamakhsyari Dhofier,
Tradisi Pesantren, S1udi Tentang Pandangan lfidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1994), eet. Ke-6, h. 18
Secara tem1inologis, istilah pesantren sudah mengisyaratkan adanya interaksi yang harmonis antara Islam dengan budaya lokal (nusantara). Konon, "pesantren" merupakan pinjaman dari bahasa Sansekerta: sastri, yang berarti orang yang pandai membaca kitab suci. "Pesantren" sendiri dimaknai sebagai tempat penganut agama Hindu dan Budha yang menyelenggarakan pembelajaran dalam rangka memahami kitab suci mereka. Dan pada gilirannya, istilah tersebut lebih sering digunakan dan bahkan menjadi istilah khas Islam Indonesia.6
Pendapat serupa juga dapat terlihat dalam penelitian Karel A Steenbrink sebagaimana dijelaskannya:
Secara terminologis dapat dijelaskan bahwa pendidikan pesantren, dilihat dari segi bentuk dan sistemnya, berasal dari India. Sebelum proses penyebaran Islam di Indonesia, sistem tersebut telah dipergunakan secara umum untuk pendidikan dan pengajaran agama Hindu di Jawa. Setelah Islam masuk dan tersebar di Jawa, sistem tersebut kemudian diambil oleh J[slam.7
Jika informasi ini benar adanya, maka makna terdalam yang dapat diperoleh adalah betapa Islam, khususnya Islam Indonesia, sangat concern dengru1 nilai-nilai yang lebih substantif, melebihi batas-batas simbol bahkan simbol-simbol agama sekalipun, sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai dan ajaran Islam.
Dilihat dari fungsi dan kemanfaatan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang memiliki ci1i yang khas, maka di daerah lain (luar Jawa) hidup lembaga pendidikan Islam yang mempunyai fungsi dan kemanfaatan yang sama dengan nama yang berbeda, misalnya meunasah di Aceh, surau di Sumatera, rangkang di Kalimantan. Bahkan menurut para ahli lain dikenal dengan nama sebutan zawiyah di mana letak bangunannya terpencil dari pusat keramaian dan sistem belajarnya melingkar yang sekarang dikenal dengan sistem bandongan.8
Berdasarkan pcngertian kata
pondok
dan katapesantren
di atas, maka dapat didefinisikan bahwa pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikar1 tradisional Islam yang mempunyai tujuan untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan6
Nunu Ahmad An-Nahidl, "Pcsantren clan Dinamika Pesan Damai", dalam Jumal Edukasi:
Jumal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamam1, Volume 4, No. 3, Juli-September 2006, h. 17
ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman hidup masyarakat sehari-hari.
2. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren
Pondok Pesantren, menurut sejarah akar berdirinya di Indonesia, ditemukan dua versi pendapat, Pertama pendapat yang menyebutkan bahwa Pondok Pesantren berakar pada tradisi Islam sendiri, yaitu tradisi tarekat. Pondok Pesantren mempunyai kaitan yang erat dengan tempat pendidikan yang khas bagi kaum sufi. Pendapat ini berdasarkan fakta bahwa penyiaran Islam di Indonesia pada awalnya lebih banyak dikenal dalam bentuk kegiatan tarekat. Di samping mengajarkan amalan tarekat para pengikut kegiatan itu juga diajarkan kitab agama dalan1 berbagai cabang ilmu pengetahuan agama Islam. Dalam perkembangan selanjutnya lembaga pengajian ini twnbuh dan berkembang menjadi lembaga Pondok Pesantren.
Kedua, Pondok Pesantren pada mu!anya merupakan pengambil alihan dari sistem Pondok Pesantren yang diadakan orang-orang Hindu di Nusantara. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa jauh sebelum datangnya Islam ke Indonesia lembaga Pondok Pesantren sudah ada di negeri ini. Pendirian Pondok Pesantren pada masa itu dimaksudkan sebagai tempat mengajarkan ajaran-ajaran agama Hindu.9
menegaskan dari India dan orang Islam Indonesia. Dan teori ketujuh menilai dari India, Timur Tengah dan tradisi lokal yang lebih tua. 10
Terlepas dari pe1ianyaan ihwal apakah lembaga pesantren mernpakan karya budaya asli (indigeneous) Indonesia ataukah bukan, yang jelas adalah bahwa pesantren pada awalnya lahir sebagai manifestasi dari bertemunya dua kemauan:
semangat orang yang ingin menimba ilmu ( santri) sebagai bekal hidupnya dan
keikhlasan orang yang ingin mengamalkan ilmu dan pengalamannya kepada umat,
yakni kyai (Jawa), ajengan (Sunda), tengku (Aceh), syaikh (Jambi dan Sumatera Utara), dan sebutan-sebutan lain yang senada dan semakna.11
Kekuatan jejaring pesantren selan1a ini banyak ditentukan oleh para kiai.
Sejak abad ke-17 jejaring antara Kyai di Jawa dengan para ulama di dua kota suci,
Mekkah dan Madinah, sangat kuat. Mata rantai keilmuan para Kyai di Jawa dan
Nusantara dapat dilacak sampai kepada para ulama di Haramayn. 12
Mengenai kehadiran pondok pesantren di Indonesia pertama kalinya, di mana
dan siapa pendirinya, sampai saat ini belum diperoleh keterangan yang pasti.
Berdasarkan hasil pendataan yang dilaksanakan oleh Depaiiemen Agama pada tahun
1984-1985 diperoleh keterangan bahwa pesantren tertua di Indonesia didirikan pada tahun 1062 di Pamekasan Madura, dengan nama pesantren Jan Tapes II. Akai1 tetapi ha! ini juga diragukan, karena tentunya ada pesantren Jan Tapes I yang berdiri lebih
awal. Kendatipun demikian, pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di
Indonesia yang peran sertai1ya tidak diragukan lagi khususnya bagi perkembangan
Islai11 di Nusantai·a.13
Kehadiran pesantren ditengah-tengah masyarakat tidak hai1ya sebagai
lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai lembaga penyiaran agama dan sosial
keagainaan. Dengan sifatnya yang fleksibel, sejak awal kehadiraimya, pesantren
10 Mujammil Qon1ar, Pesantren dari Transfor1nasi Metodologi Menuju De1nokratisasi lnstitusi,
(Jakarta: Erlangga, 2002), h. 10
11 Jamali, "Kaum Santri dan Tantangan Kontemporer", dalam Said Aqiel Siradj, et.al,
mampu mengadaptasikan diri dengan masyarakat se11a memenuhi tuntutan masyarakat.
Model dan pengembangan pesantren di pulau Jawa mulai ada bersamaan dengan zaman Wali Songo. Karena itu, menurut Wahjoetomo, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pondok pesantren yang pertama didirikan adalah pondok pesantren yang didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maulana Maghribi.
Meskipun begitu, tokoh yang dianggap berhasil mendirikan dan mengembangkan pondok pesantren dalam arti yang sesungguhnya adalah Raden Rahmat (Sunan Ampel). Ia mendirikan pesantren di Kembang Kuning, yang pada waktu didirikan hanya memiliki tiga orang santri, yaitu: Wiryo Suroyo, Abu Hurairoh, dan Kyai Bangkuning, yang dikemudian hari santrinya bertambah banyak dan diantaranya adalah Raden Fatah dan Sunan Giri. Mereka berdualah yang secara khusus mempergiat usaha-usaha pendidikan dan pengajaran Islam secara terencana dan teratur. 14
Dalam masa perkembangannya pondok pesantren memang sangat pesat, pada zaman Belanda saja jumlah pesantren di Indonesia tercatat lebih dari 200.000.15 Perkembangan setelah itu, pesantren mengalami pasang surut, ada daerah tertentu membuka pesantren baru, ada pula pesantren di daerah lain yang harus menghentikan kegiatannya karena tidak dikelola dengan profesional.
Pada masa silam, pondok pesantren di Indonesia dapat merespon tantangan-tantangan zanrnnnya dengan sukses. Sementara itu, sistem pondok pesantren yang dikembangkan oleh kaum sufi seperti banyak エ・セェ_N、ゥ@ di Malaysia atau seperti di Thailand bagian utara sebagai kekuatan di luar sekolah dan sebagai institusi agama (ajaran agama) sekarang ini merana talc henti-hentinya ditekan oleh sistem sekolah model barat. Pondok pesantren di Indonesia menampakkan kemampuan (capability) yang unik dalam merespon problem yang sangat kompleks se11a menolak secara umum sistem pendidikan di Indonesia.
Kemudian pada tahun 1930-an, pondok pesantren sudah memperlihatkan percampuran kurikulum. Puncak kemapanan sekolah agama negeri di lingkungan pondok pesantren te1jadi sekitar tahun 1960-an hingga 1970-an. 16
Pesantren berhasil menjadikan dirinya sebagai pusat gerakan pengembangan Islam, sebagaimana yang diakui oleh Dr. Soebardi dan Prof Jhons, yang dikutip oleh Zamakhsyari Dhofier:
Lembaga-lembaga pesantren itulah yang paling menentukan watak keislaman dari kerajaan-kerajaan Islam dan memegang peranan paling penting bagi penyebaran Islam sampai ke pelosok-pelosok. Dari lembaga-lembaga pesantren itulah asal-usul sejumlah manuskrip tentang pengajaran Islam di Asia Tenggara yang tersedia secara terbatas, yang dikumpulkan oleh pengembara-pengembara pertama dari perusahaan-perusahaan dagang Belanda dan Inggris sejak akhir abad ke-16. untuk dapat betul-betul memahami sejarah Islamisasi di wilayah ini, kita harus mulai mempelajari lembaga-lembaga pesantren tersebut, karena lembaga inilah yang menjadi anak panah penyebaran Islam di wilayah ini. 17
Waiau pada masa penjajahan, pondok pesantren mendapat tekanan dari pemerintah kolonial Belanda, namun pondok pesantren masih bertahan terns dan tetap tegak berdiri, walaupun sebagian besar berada di daerah pedesaan.
Peran pesantren di masa lalu kelihatan paling menonjol dalam ha! menggerakkan, memimpin, dan melakukan perjuangan dalam rangka mengusir penjajah. Muhammad Mansur Suryanegara, seorang pakar sejarah dari Universitas Padjadjaran Bandung, pernah menyatakan bahwa sulit mencari gerakan melawan penjajah di Indonesia ini yang bukan digerakkan dan dipimpin oleh orang
18
pesantren.
Dalam perkembangan terakhir, pendidikan pesantren sudah memperlihatkan model yang dihasilkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi akibat persentuhan dengan pola-pola pendidikan modern. Penting dicatat bahwa kontak antara pesantren dan madrasah baru terjadi secara intensif dan massif pada awal dekade 70-an M. Sebelum itu kedua lernbaga ini cenderung berjalan sendiri-sendiri, baik karena latar
16 Abdurrahman Wahid, "Pondok Pesantren Masa Dcpan'', dalam Said Aqiel Siradj, et.al,
belakang pertumbuhannya yang berbeda maupun karena ta.ntangan eksistensial yang dihadapi masing-masing lembaga juga tidak sama. 19
Namun akhir-akhir ini dunia pesantren menunjukkan trend lain, yaitu disamping masih mempe1iahankan sistem tradisionalnya, tidak sedikit pula pesantren yang telah membuka sistem madrasah, sekolah umum, bahkan diantaranya membuka semacam lembaga kejuruan seperti bidang pertanian, petemakan, tehnik, dan sebagainya. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa \embaga ini tetap berkernbang baik dalarn masyarakat hingga sekarang dalam rnernberikan corak terhadap pendidikan nasional
3. Karakteristik Pondok Pesantren
Pondok pesantren sebagai lernbaga pendidikan Islam berbeda dengan lernbaga pendidikan lainnya baik dari aspek sistem pendidikan maupun unsur pendidikan yang dimilikinya. Perbedaan dari segi sistem pendidikannya, terlihat dari proses belajar mengajar yang cenderung sederhana :!an tradisional, dengan metode wetonan, sorogan, dan musyawarah-, sekalipun terdapat pesantren yang
memadu-kannya dengan sistem pendidikan modem.20
Tegak berdirinya sebuah pesantren sekurang-kurangnya hams diclukung oleh lima unsur atau elemen, dirnana unsur ini merupakan karakteristik tersendiri dari pondok pesantren, diantaranya:
a. Kyai
pondok pesantren selain sebagai tokoh primernya juga sebagai pemimpin, pernilik, guru bahkan secara tidak berlebihan adalah raja dalarn pesantren. 21
Adanya keikhlasan yang muncul dari seorang kyai rnembawa efek rnunculnya pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan yang selalu disegani dan tetap menarik tanpa dipengaruhi oleh waktu yang berkembang dan lingkungan yang mengitarinya.22
Kebanyakan kyai hanya rnengajarkan kitab kuning, tetapi tidak sedikit juga yang telah menambah khazanah Islam tradisional dengan rnengarang kitab sendiri. Ada perbedaan besar antara karya ulama (kyai) modernis dan reformis dengan karya ulama tradisional. Ulama modernis menulis karyanya dalam bahasa Indonesia dengan huruf latin, sementara ulama tradisional menulisnya dengan bahasa Arab, karena dianggap menambah nilai kehorrnatannya. 23 Kalau pun karya mereka ditulis dalarn bahasa seternpat, narnun tetap rnernakai huruf Arab.
b. Masjid
Di dunia pesantren, rnasjid dijadikan sebagai sentral kegiatan pendidikan baik dalarn pengertian modern maupun tradisional. Di dalam mesjid para santri dibina dan dipersiapkan agar mampu rnandiri khususnya dibidang ilmu keagamaan. Sehingga masjid di samping dijadikan sebagai pusat pelaksanaan ibadah juga sebagai tempat dilaksanakannya proses belajar mengajar serta latihan-latihan bagi para santri. Dalarn konteks yang Jebih jauh masjidlah yang menjadi pesantren pertama, karena seorang kyai yang ingin mengembangkan sebuah pesantren biasanya pertarna-tama akan mendirikan masjid di dekat rumahnya. 24
c. Santri
Menurut pengertian yang dipakai dalam lingkungan orang-orang pesantren, seorang alim hanya disebut kyai bilamana memiliki pesantren dan santri yang tinggal
dalam pesantren tersebut untuk mempelaja1i kitab-kitab Islam.. Oleh karena itu, santri mempakan salah satu elemen/ciri khas pesantren.
Di dalam proses belajar mengajar menurut Zamakhsyari Dhofier ada dua tipologi santri yang belajar di pesantren, yaihi:
1) Santri mukim, yaitu santli yang menetap, tinggal bersama kyai secara aktif menuntut ilmu, juga sebagai pengurus pesantren yang ikut bertanggung jawab untuk mengumsi kepentingan sehari-hari, bahkan mereka juga memik:ul tanggung jawab mengajar santJi-santri muda.
2) Santri kalong, yaitu santri yang berasal dari desa di sekitar pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajaran di pesantren, mereka bolak-balik dari rumahnya.25
d. Pondok
Sebuah pesantrcn pada dasarnya adalah sebuah asrama (pondokan) di mana para siswanya tinggal bersama clan belajar di bawah bimbingan seorang atau lebih guru yang dikenal dengan sebutan kyai. Bagi para santri, pondok sangat esensial keberadaannya, dengan santri tinggal di pondok berarti dengan mudah kyai mendidik dan mengajarkan segala bentuk jenis ilmu yang telah ditetapkan sebagai kurikulumnya. Begitu pula santri dapat melatih diri dengan ilmu-ilmu prak"tis sepe1ti kepandaian berbahasa Arab maupun Inggris juga mampu menghafal al-Qur'an se1ta keterampilan-keterampilan yang Iain.26
e. Pengajaran Kitab-Kitab Islam Klasik
memasukkan pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan pengetahuan umum dan modern, sehingga kitab-kitab yang dikaji pun tidak lagi "kitab kuning", tetapi telah menj adi "kitab putih".
Ada dua esensi seorang santri mempelajari kitab-kitab klasik, disamping rnendalami isi kitab tersebut, secara tidak langsung juga rnernpelajari bahasa arab sebagai bahasa kitab tersebut27. Sedangkan alasan pemilihan Kitab Kuning dipelajari
di pesantren antara lain dengan mempertimbangkan perkembangan tradisi intelektual Islam Nusantara. Untuk menjadikan pesantren tetap sebagai pusat kajian keislaman, pemeliharaan, dan bahkan pengayaan kitab kuning harus tetap menjadi ciri utamanya. Termasuk dalam proses pengayaan ini adalah penanganan kitab kuning dalam bidang dan masa yang lebih luas, termasuk yang lahir belakangan, yakni al-kutub al- 'ashriyyah. 23 Bukan hanya terbatas mengkaji hasil. pemikiran ulama abad pertengahan (abad ke-10 M hingga abad ke-15 M).
4. Tipologi Pondok Pesantren
Pondok pesantren sebagai lernbaga pendiclikan Islam mengalami perkembangan bentuk sesuai clengan perubahan zaman, terutama clengan adanya dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi perubahan bentuk pesantren bukan berarti hilangnya kekhasan pondok pesantren.
Ada beberapa tipe pondok pesantren yang berkembang dimasyarakat, cliantaranya:
a. Pondok Pesantren Salaf/Tradisional
Pondok pesantren salaf aclalah pesantren yang tidak rnenyelenggarakan pendidikan formal semacam madrasah ataupun sekolah. Kalaulah
garakan pendidikan keagamaan dengan sistem berkelas, kurikulumnya berbeda
dari kurikulum model sekolah ataupun madrnsah ;Jada umumnya.29
Pondok pesantren ini memiliki karakter dan ciri-ci1i tertentu, yaitu rnasih tetap mempertahankan bentuk aslinya dengan semata-mata rnengajarkan kitab yang ditulis oleh ulama abad ke-15 dengan menggunakan bahasa Arab. Kitab yang dikaji di pesantren tipe ini adalah kitab kuning yang dikategorikan
11111 'tabarah, dan sistem yang ditcrapkan adalah sistem sorogan atau bandongan.
Pola pengajaran yang diterapkan dengan menggunakan sistem halaqoh yang dilaksanakan di masjid atau surau. Hakikat dari sistem pengajaran halaqoh adalah penghafalan yang titik akhirnya dari segi metodologi cenderung kepada terciptanya santri yang menerima dan merniliki ilmu.30 Artinya ilmu tersebut tidak berkembang, melainkan hanya terbatas pada apa yang diberikan oleh kyai, begitu juga halnya dengan kurikulum yang dipakai sepenuhnya tergantung kepada kehendak kyai selaku pengasuh pondok pesantren. Santrinya ada yang menetap di dalam pondok (santri mukim), dan ada pula yang pulang pergi dari rumahnya (santri ka!ong).31
b. Pondok Pesantren Modern
Ponclok pesantren model ini merupakan pengembangan dari model pesantren sebelumnya. Orientasi belajamya yang cenderung mengadopsi selumh sistern belajar klasikal clan meninggalkan sistem belajar tradisional. Penerapan sistem belajar modem ini nampak pada penggunaan kelas-kelas baik dalam bentuk madrasah maupun sekolah. Kurikulurn yang dipakai adalah ku1ikulum sekola11 atau madrasa11 yang berlaku secara nasional. Kedudukan k"Yai hanya sebagai koordinator pelaksana proses belajar mengajar di samping sebagai pengajar langsung di kelas. Santrinya acla yang menetap di pesantren, acla pula yang tersebar di sekitar pondok pesantren.32
c. Pondok Pesantrcn Komprehensif
Tipe pondok pesantren yang ketiga ini disebut komprehensif, karena sistem pendidikan dan pengajarannya merupakan gabungan antara pondok pesantren tradisional dan pondok pesantren modern. Artinya di dalam proses penclidikannya diajarkan kitab kuning dengan metode sorogan, banclongan, dan wetonan, namun secara reguler sistem persekolahan tetap dikembangkan. Bahkan pendidikan keterampilan pun diaplikasikan sehingga menjadikan tipe pesantren ini berbeda dari tipe-tipe pesantren sebelumnya. Lebih jauh lagi pendidikan masyarakat pun menjadi garapannya. 33
Ketiga tipe pondok pesantren di atas memberikan gambaran bahwa pondok pesantren merupakan lembaga pencliclikan sekolah, luar sekolah, clan masyarakat yang secara langsung atau tidak dikelola oleh masyarakat clan bahkan merupakan milik masyarakat karena tumbuh dari clan oleh masyarakat.
Mengenai tipologi pesantren pertama dan keclua di atas, Saifullah Ma'sbum clan Abdul Aziz menganggap penyebutan istilah traclisional bagi pesantren salaf dan modern bagi pesantren non-salqf sebetulnya tidak lagi memadai, sebab pada perkembangan pesantren selama ini, banyak terjacli perubahan yang mengakibatkan munculnya saling keterkaitan antara nilai-nilai tra<lisionalitas clan modernitas pacla clm pesantren. · . . 34
Masih mengenai tipologi pesantren yang ada saat m1, Prof Haidar Putra Daulay mengklasifikasikannya ke clalam 5 pola, yaitu:
Pola II merupakan pengembangan dari pesantren Pola I. Cirinya adalah walaupun masih menggunakan kitab-kitab klasik tetapi diajarkan dalam bentuk klasikal dan non-klasikal. Di samping itu diajarkan ekstra-kurikuler seperti keterampilan dan praktik ke-organisasian.
Pola ill adalah pesantren yang di dalamnya program keilmuan telah diupayakan menyeimbangkan antara ilmu agama dan ilmu umum. Dalam pesantren Pola III 1m dilakukan penanaman berbagai aspek pendidikan, seperti
kemasyarakatan, keterampilan, kesenian, kejasmanian, kepramukaan dan pengembangan masyarakat. Kurikulum yang dipakai ada yang mendasarkannya kepada struktur madrasah negeri dengan memodifikasi mata pelajaran agama, dan ada pula yang memakai kurikulum yang dibuat oleh pondok sendiri. Pengajarannya tidak mesti bersumber dari kitab-kitab klasik.
Pola IV adalah pesantren yang mengutamakan pengaJaran ilmu-ilmu keterampilan disamping ilmu-ilmu agama sebag3i mata pelajaran pokok. Pesantren ini mendidik para santri untuk memahami dan melaksanakan berbagai keterampilan guna dijadikan bekal hidupnya.
Pola V adalah pesantren yang mengasuh bern.neka ragam lembaga pendidikan yang tergolong formal dan nonformal. Pesantren ini juga dapat dikatakan sebagai pesantren yang lebih lengkap dari pesantren yang telah disebutkan di atas. Kelengkapannya ditinjau dari segi keanekaragaman bentuk pendidikan yang dikelolanya. Di pesantren ini ada madrasah, perguruan tinggi, pengkajian kitab-kitab klasik, majelis taklim, dan pendidikan keterampilan.35
Selain dari tipologi pesantren yang disebutkan di atas, sekarang ini banyak bermunculan pesantren Mahasiswa atau lvla'had 'Aly. Inisiatif dan usaha sejumlah pesantren mcngcmbangkan A1a 'had Aly akan menghidupkan kembali tradisi
akaden1ik di Jingkungan pesnntren dengan n1engembangkan k·ajian-kajian yang Juas,
akhirnya akan melahirkan mujtahidin yang dapat menjewantahkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan kontemporer.
Dengan berkembangnya fenomena demikian ini, kita dapat membagi pesantren mahasiswa kepada dua bentuk: Bentuk Pertama: Pondok pesantren mahasiswa-mahasiswi yang fungsi utamanya sebagai media pengembangan ilmiah. Yakni sebuah lembaga yang dengan sengaja didirikan bertujuan untuk mengembangkan dan melestarikan kualitas ilmiah. Sejak awal berdirinya pesantren ini bukan "menekan" para mahasiswa untuk menjadi santri. Tetapi lembaga tersebut "menawarkan" kepada para mahasiswa atau sarjana, untuk menjadi santri. Sehingga hadirnya para calon sarjana, ataupun yang sudah jadi sarjana lee dalam tatanan lembaga tersebut, adalah berdasar kesadaran nurani ilmiah. Serta yang menjadi santri pada pesantren tersebut, mayoritas para calon sarjana atau sarjana yang telah menyelesaikan studinya baik di dalam maupun luar negeri, adalah mereka yang pernah mengenyam pendidikan pesantren, atau juga mereka yang punya "ruh" pendidikan pesantren. 36 Sehingga "greget" mereka untuk menjadi santri cukup serius. Yang tentu hal itu akan mempengaruhi terhadap kualitas gerak ilmiah yang diterapkan dan digulirkan di dalam pesantren tersebut. Jadi, di pesantren mahasiswa yang demikian ini, akan terus memacu untuk berkembangnya pola ilmiah, dan tentu hal itu sangat menjembatani terhadap para calon cendikiawan muslim kampus, maupun calon kiyai pesantren.
Bentuk kedua: pesantren mahasiswa yang "menekan" para mahasiswa untuk jadi santri. Sehingga fungsi utamanya lebih cenderung sebagai benteng moral.
Sedangkan gerak ilmiahnya indolen dan statis. 37 Dan ーHセウ。ョエイ・ョ@ bentuk kedua ini, efektifitas pesantrennya sangat kurang. Sebab, dalam pergumulan pemikiran kampus, dengan berbagai karaktcr dan pola pcmikiran manusia. Yang juga tidak sedikit para n1ahasisw·a yang 11
aJergi11
pesnntren.
Kiranya hal itu inerupakan sa1ah satu £1ktor yang dapat diyakini akan terns menggaitjal kelancaran lajunya "pesantren" itu.Pesantren ini biasanya dicanangkan oleh pihak kampus, yakni menciptakan pesantren di dalam asrama kampus. Namun bagaimanapun usaha pesantren ini satu sisi culrnp bagus dan sangat maslahat. Sebab, meskipun sebagai "Universitas Islam", namun banyak sekali mahasiswa yang sebelumnya, belum tallU banyak tentang Islam, atau bahkan sarna sekali belum bersentuhan dengan pendidikan ilmu agama Islam, misalnya mahasiswa yang terlahir clari keluarga yang kurang religius clan hidup di ibu kota, sebelum masuk Ice universitas tersebut, mereka menempuh studi pada SL TP/SL TA yang kurang pelajaran agamanya.
Menyadari pentingnya l'vfa 'had Aly dalam mengupayakan penyiapan ulama dan intelektual rnuslirn yang handal, Departemen Agama menaruh perhatian yang sangat serius. Sejumlah langkah telah dilakukan, セイゥエ。イ。@ lain dengan mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Agama No. 284 tahun 2001 tentang Ma'had Aly, yang ditindak lanjuti dengan Surat Keputusan Dirjen Bimbingan Kelembagaan Agama Islam (Bimbaga Islam) No. : E/179/2001 tentang Pokok-Pokok Pedoman Penyelenggaraan Ma'had Aly. Dua keputusan ini diharapkan rnenjadi dasar yuridis
yang cukup untuk mendorong pengembangan Ma'had Aly ke depan yang lebih serius.38
B. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
Sebelum menjelaskan pengertian sistem pendidikan pondok pesantren, terlebih dahulu penulis akan menerangkan definisi kata sistem dan pendidikan.
Sehingga akan dapat lebih mudah memahami pengertian dari sistem pendidikan. Istilah sistem itu sendiri rnerupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani
systema, yang berarti sehirnpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan rnempakan suatu keseluruhan. Secara umum, sistem dimaknai sebagai suatu kesatuan unsur-unsur yang saling berinteraksi secara fungsional yang memperoleh masukan menjadi keluaran.39
fungsinya yang berkaitan dengan fungsi dari komponen-komponen Iainnya yang secara terpadu bergerak menuju ke arah satu tujuan yang telah ditetapkan. 40
Dari pengertian sistem di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah suatu kaitan atau hubungan unsur-unsur atau organ dari suatu organisasi atau benda secara menyeluruh untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan pendidikan berasal dari kata didik, mendapat awalan pe- dan akhiran
-an
yang berarti proses pengubahan sikap dan tata lah.'U seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.41Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat l dinyatakan:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik sec.am aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 42
Pendidikan dalam pengertiannya yang sempit hanya meliputi ah.1:ivitas manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya sebagai individu dan sebagai masyarakat. Dalam proses pemeliharaan diri ini termasuk:lah pewarisan berbagai nilai, ilmu, dan keterampilan dari orang ke orang dan dari generasi ke generasi untuk memelihara identitasnya dari zaman ke zaman.43
Para ahli filsafat pendidikan memberikan arti "Pendidikan" sebagai suatu proses bukan sebagai suatu seni atau teknik. Akan tetapi proses yang diinginkan dalam usaha kependidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan yaitu mengarahkan anak didik (manusia) kepada titik optimal kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh
40 H.M Arifin, Kapila Se/ekta Pe11didika11 (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi Aksara, 2000),
cet. Ye-4, h. 76
41
Deparlernen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia .... , h. 232.
sebagai manusia individual dan sosial serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada-Nya. 44
Dari berbagai pengertian pendidikan di atas dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan suatu proses interaksi kcgiatan jasmani dan rohani yang dilakukan dengan penuh kesadaran, terarah dan b1iujuan dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki manusia. Dari dua definisi tentang "sistem" dan "pendidikan" tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem pendidikan merupakan suatu proses interaksi yang menyeluruh dan terpadu dari semua komponen-komponen pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.
Setelah pengertian tentang sistem pendidikan didapatkan, selanjutnya penulis menghubungkan dengan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren adalah suatu perangkat yang terdiri dari unsur-unsur dalam suatu sistem pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung di pondok pesantren.
Dalam sistem pendidikan pesantren harus selalu melakukan upaya rekonstruksi pemahaman terhadap ajaran-ajarannya agar tetap relevan dan survive. Bahkan lebih lanjut pesantren hams mampu mewujudkan sistem pendidikan sinergik. Yakni sistem yang memadukan akar tradisi dan modernitas. Sesuai dengan slogan
/ / 0 0 ) _, " "' ..-<> ),- / "-'
yang dimiliki pesantren: c-G':JI ZZTZ「Njセ@ .b:. ':J\"j
dL.all
セZ[uIi@ セLjp@ wセi@(memeliha-ra hat-ha! yang baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik).45
Sistem pendidikan pesantren yang dibangun dalam rangkaian sejarah telah meJahirkan sejumlah jiwa pesantren yang meniscayakan standarisasi nilai. Jiwa yang dibangun itu secara keseluruhan akan menjadi karakteristik-karakteristik yang belum pernah dibangun oleh sistem pendidikan manapun. Jiwa pesantren yang dimaksud terimplikasi dalam panca-jiwa pesantren berikut ini.
melarat, nrimo, dan miskin, tetapi mengandung unsur kekuatan dan ketabahan hati, penguasaan diri dalam menghadapi segala kesulitan. KefiKa, jiwa ukhuwah Islamiyyah yang demokratis. Situasi dialogis dan akrab antar komunitas pesantren yang dipraktekkan sehari-hari, disadari atau tidak, akan mewujudkan suasana damai, senasib dan sepenanggungan. Perbedaan kultur, primordialisme, suku, ras dan kekayaan tidak menjadi penghalang dalam jalinan yang dilandasi oleh spiritualitas Islam yang tinggi.
Keempat, jiwa kemandirian. Mandiri di sini bukanlah kemampuan dalam mengurusi persoalan-persoalan pribadi dan intern, tetapi juga kesanggupan membentuk kondisi pesantren sebagai institusi yang tidak menggantungan diri pada bantuan dan belas kasihan pihak lain. Dan kelima, jiwa bebas dalam memilih alternatif jalan hidup dan menentukan masa depan dengan jiwa besar dan sikap optimis menghadapi segala problematika hidup berdasarkan nilai-nilai [slam. Kebebasan ini juga berarti tidak terpengaruh atau tidak mau didikte oleh dunia luar.46 Ada tiga pokok bahasan untuk mengenal sistem pendidikan dalam sebuah pondok pesantren, yaitu tujuan pendidikan, kurikulum, dan metode pengajaran.
1. Tujuan Pendidikan Pondok Pesantren
Tujuan pendidikan pesantren jarang sekali tertulis secara jelas. Selama ini hanya sebatas ada dalam pikiran pengasuh dan hanya dibicarakan saja. Menurut Mastuhu yang dikutip oleh Mujamil Qomar dikatakan bahwa:
Menurut H. M Arifin, tujuan pendidikan pesantren yang diasumsikan secara praktis· pcngajaran dirumuskan dalam tujuan khusus dan tujuan urnum.
a. Tujuan khusus: "Mempersiapkan para santri untuk menjacli orang yang 'alim clalam ilmu agama yang diajarkan oleh Kiai yang bersangkutan se1ia mengamalkannya dalam masyarakat".
b. Tujuan umum: "Membimbing anak cliclik untuk menjacli manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam clalam masyarakat sekitar melalui ilmu clan amalnya"48.
Seclangkan Prof. Mujarnrnil Qomar rnenambahkan clalam tujuan khusus pesantren adalah sebagai berikut:
1. Mencliclik siswa/santri anggota masyarakat untuk menjacli seorang muslim yang bertaqwa kepacla Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki kecerclasan, keterampilan clan sehat lahir batin sebagai warga negara yang berpancasila. 2. Mendidik siswa/santri untuk menjadikan manusia muslim selaku kacler-kacler
ulama dan mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah, tangi,>uh, wiraswasta clalam mengamalkan sejarah secara utuh dan dinamis.
3. Mendidik siswa/santri untuk memperoleh kepribadian dan mempertebal scmangat keba ngsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia
.
. pembangunan yang clapat membani,,.un clirinya dan bertanggung jawab kepada pembangunan bangsa dan negara4. Mendiclik tenaga-tenaga pembangunan mikro (keluarga) dan regional (pedesaan/masyarakat lingkungannya)
5. Mendidik siswa/santri agar menjacli tenaga-tenaga yang cakap dalam berbagai sektor pcmbangunan, khususnya pembangunan mental-spiritual 6. Mendidik siswa/santri untuk membantu meningkatkan kesejahteraan sosial
lingkungan dalam usaha pembangunan masyarakat bangsa. 49
pengetahuan serta mengamalkannya demi kemajuan agama, bangsa dan negara
dengan penuh pengabdian kepada Allah S\Vvr.
2.
Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantrenlstilah kurikulum berasal dari bahasa Perancis, yaitu courier yang berarti to run, maksudnya adalah berlari. Sedangkan dalam bahasa. Yunani kuno Kurikulum berasal dari kata Curir yang artinya pelari dan Curere artinya tempat berpacu atau tempat berlari . Sedangkan Curriculum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Sehingga kurikulum dalam pendidikan diartikan sebagai sejumlah pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan oleh anak didik guna mendapatkan
.. I so IJaza i.
Pengertian ini sejalan dengan pendapat Crow dan Crow, bahwa k11rikulum adalah rancangan. Pengajaran yang isinya terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis dan sejalan dengan hal-hal yang diperlukan sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu proses dalam kegiatan pendidikan tertentu51.
Perkataan kurikulum mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan sekitar tahun 1955. Istilah ini muncul pertama kalinya dalam Kamus Webster tahun 1956. Dalam Ka11111s Webster tersebut kurikulum diartikan dua macam, yaitu:
1. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa pada lembaga pendidikan sekolah atau perguruan tinggi gm1a memperoleh ijazah tertentu.
2. Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu kmbaga pendidikan atau jurusan. 52
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 19 dinyatakan bahwa: "Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajara.n untuk mencapa1 tujuan pendidikan tertentu. 53
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah segenap pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dalam mempengaruhi
ー。ョセ@ siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu
institusi pendidikan.
Ketika pendidikan pesantren masih berlangsung di mesjid, kurikulum pendidikan pesantren masih sangat sederhana. Rangkaian trio ajaran islam yang berupa iman, islam, dan ihsan menjadi inti dari kurikulum.
Peralihan dari masjid ke pondok pesantren membawa perubahan terhadap kurikulum. Mahmud Yunus mencatat ilmu yang mula-mula diajarkan di pesantren adalah ilmu Sharaf dan Nahwu, kemudian ilmu fiqih, tafsir, ilmu kalam (tauhid), akhirnya sampai pada ilmu tasawuf dan sebagainya.54
Sekarang ini, menurut istilah Abduralunan Wahid, sistem pendidikan di pesantren tidak didasarkan pada kurikulum yang digunakan secara luas, tetapi diserahkan pada persesuaian yang elastis antara kehendak kiai dan santrinya secara individual. Sehingga akan te1:jadi suasana dan interaksi pembelajaran yang demokratis. Keunikan pengajaran di pesantren juga clapat diterima pada cam pemberian pelajarannya., dan kemudian dalam penggunaan materi yang telah diajarkan kepada clan dikuasai oleh para santri. 55
Saat ini, beberapa pesantren telah melakukan agenda inovasi kurikulum. Untuk mernenuhi kebutuhan santri dan masyarakat, perlu dilakukan pembaharuan kurikulum pada tiga aspek penting yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan kurikulum harus didahului clengan kegiatan kajian kebutuhan (needs asssesment) secara akurat agar pendidikan pesantren fungsional. Kajian kebutuhan tersebut perlu dikaitkan clengan era global, utamanya pendidikan yang berbasis kepada kecakapan hidup (/!fe skill) yang akrab dengan kehidupan sant1i. Pelaksanaan kurikulumnya menggunakan pendekatan kecerclasan majemuk (multiple inte/egence)
dan pembelajaran kontekstual. Sedangkan evaluasi secarn menyeluruh pada segala kompetensi santri. 56
Dalam kurikulum ada beberapa isi yang dapat dikelornpokkan menjadi empat aspek, sebagaimana yang dicetuskan oleh Hilda Taba dan Ralp W. Tyler, yaitu aspek tujuan, materi pelajaran, metode, dan evaluasi. 57
Sebagai gambaran, pada umunrnya cabang ilmu yang diajarkan di pesantren adalah: I. Nahwu sharaf
1. Fiqih
3. Ushul fiqih 4. Tafsir 5. Hadits 6. Tauhid
7. Tasawuf 8. Tarikh 9. Balaghah
Nurcholish Madjid rnerinci kitab-kitab yang rnenjadi konsentrasi keilmuan di Pesantren. Dalam cabang ilmu fiqih, misalnya: Safinat al-Shalih, Safinat al-Najah, Fath al-Qarib, Taqrib, Fath a/-lv/11 'in, 1\/linhqj a!-Qawim, /\1uthma 'innah, al-lqna ', dan Fath a!-Wahhab. Dalarn cabang ilrnu tauhid: Aqidat al-Awwam, Bad'u al-Amal, dan Sanusiyah. Kemudian cabang ilmu tasawuf Al-Nasha 'ih Diniyyah, lr.syad al-/bad, Tanbih a!-Ghaji!i11, 1\1inhaj al-Abidin, Al-Hikam, Bidayaiul Hidayah. Selanjutnya dalam ilmu nahwu-sharaf: A!-A1aqshud, Awamil, Imrithi, Ajurumiyah, Kaylani, A!fiyah, dan lbnu Aqil. Dalam ilmu balaghah: Jauhar Jviaknun, Uqud al-Juman, dan lain-lain. 58
Dalarn ilmu tafsir secara umum dipergunakan: Tc{fsir al-Jalalain, t。ェセゥイ@
al-/'vf11;1ir, GjャWヲセゥイ@ Ib;ni 1'<i1tsir, ./c11n 'iii 1Jl7Jil7ii, l7l-lvftllll1r. Selanjutnya juga dapat diten1ui
56
kitab-kitab hadis, antara lain: B11!11gh11l Jvfaram, Subul al-Salam, Riyadh al-Shalihi11, Shahih Bukhari, Shahih J'vf11s/im, dan lain-lain. 59
Tidak semua pesantren mengajarkan ilmu tersebut secara ketat. Kombinasi ilmu tersebut hanyalah lazimnya ditetapkan di pesantren. Bebempa pesantren lainnya menerapkan kombinasi ilmu yang berbeda-beda karena belum ada standarisasi kurikulum pesantren baik yang berskala lokal, regional, maupun nasional. Upaya standarisasi kurikulum selalu berhadapan dengan otonomi pesantren sebagai pantulan dari otoritas kiai dan spesialisasi ilmu yang didalaminya. Disamping itu, sebagian besar kalangan pesantren tidak setuju dengan standarisasi kurikulum pesantren. SebaJiknya variasi kurikuJum pesantren justru diyakini lebih baik. Muhammad Tholchah Hasan misalnya, sebagai alumni pesantren clan sekarang telah menjadi kiai, dia tidak te1tarik dengan penyamaan kurikulum. Biarlah pesantren tetap dengan kekhususan-kekhususan mereka sendiri, sebab jauh lebih baik dari pada harus disamakan.60 Alasannya, terkadang membelenggu kemampuan santri seperti pengalaman madmsah yang mengikuti kurikulum pemerintah, yang ternyata lulusan madmsah hanya memiliki kemampuan setengah-setengah.
3. Metode Pengajarnn Pondok Pesantren
Kata metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu metha artinya melalui atau melewati, clan kata Hodos artinya jalan atau cam. Jadi metode adalah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. 61 Menumt Kamus Umum Bahasa Indonesia, metode adalah cam kerja yang bersistem guna memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan agar mencapai suatu tujuan yang telah dicanangkan.
Sedangkan menurut istilah metode adalah suatu cara tertentu (khusus) yang tepat dan sesuai guna menyajikan suatu materi pendidikan, sehingga tercapai tujuan pernJidikan tersebut, baik berupa tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang, di mana para santri dapat menerima pendidikan dengan mudah serta mampu
59 Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren ...... , It 158-160; lihatjuga Yasmadi, Modernisasi
menangkap makna yang terkandung di dalamnya dan pada akhirnya para santri dapat mengamalkan materi pendidikan dengan tanpa ada unsur pemaksaan (penekanan)62
Metode dipahami sebagai cara-cara yang ditempuh untuk menyampaikan aJaran yang diberikan. Melalui metode tertentu, suatu pemahaman atas teks-teks pelajaran dapat dicapai. Selama kurun waktu panjang, pesantren telah memper-kenalkan dan menerapkan beberapa metode pembelajaran seperti wetonan atau bandongan, sorogan dan hajalan Di beberapa pesantren dikenal istilah metode musyawarah. Semua metode ini tetap dipertahankan dalam sistem halaqah maupun
6'
klasikal (madrasah). '
Berikut ini beberapa rnetode yang digunakan dalam sistem pendidikan pesantren:
a. Wetonan
Metode wetonan a1au bendongan adalah metocle yang paling utama di Jingkungan pesantren. Zamakhsyari Dhofier menerangkan bahwa metode wetonan adalah suatu metode pengajaran dengan cara guru membaca, menterjemahkan, menerangkan, clan mengulas buku-buku Islam dalam bahasa arab seclang sekelompok santri menclengarkannya.64 Metode ini bisa dikatakan metode bebas, karena data kehacliran santri ticlak ada, santri boleh datang atau tidak, serta ticlak terdapat sistem evaluasi dan perjenjangan.
b. Sorogan
Di pesantren metode ini ditujukan untuk santri tingkat rendah yang baru menguasai pembacaan al-Quran. Melalui sorogan, kyai dapat mengontrol langsung perkembangan intelektual santrinya. Selain itu metode sorogan merupakan metode
b l e a3ar tuntas. . 65
Metode sorogan dan wetonan dapat bermanfaat ketika jumlah peserta didik cukup besar dan waktu yang tersedia relatif sedikit, sementara materi yang harus disampaikan cukup banyak. Penerapan metode ini mengakibatkan santri bersifat pasif, karena santri hanya mendengarkan dan memperhatikan saja. Metode ini tidak melatih santri untuk mengekpresikan diri dan kritis terhadap suatu kebenaran pendapat. Untuk ha! seperti ini, maka sebaiknya guru menyediakan waktu yang cukup untuk te1jadinya dialog, setidaknya ada waktu dan kesempatan murid bertanya kepada guru.66
c. Muhawaroh
Metode muhawaroh adalah suatu kegiatan yang melatih bercakap-cakap (melakukan komunikasi) dengan menggunakan bahasa arab yang diwajibkan oleh kyai kepada para santri selama mereka menetap di lembaga pendidikan pesantren.67 Metode ini sangat bagus sekali untuk melatih para santri berbahasa asing. Mereka mempraktekannya setiap hari. Dalam bahasa inggris metocle ini disebut conversation.
Pesantren yang melakukan metode ini secara intensif akan sangat membantu para santri untuk menguasai bahasa asing, karena mereka dapat memperoleh kata-kata baru tanpa han.1s hafalan clan langsung mempraktekkannya. Kondisi lingkungan yang mendukung sangat menjamin keberhasilan metode ini. Pesantren Gontor Ponorogo merupakan contoh pesantren yang sukses menerapkan metode muhawaroh ini.
d. Mudzakarah
umumnya. 68 Metode ini bisa membangkitkan semangat intel.ektual para santri. Para santri diajak untuk menggunakan penafaran-penalaran denga.n berpedoman pada af-Quran, al-Hadist dan kitab-kitab klasik. Metode ini belum berkembang secara optimal karena masih dibatasi pada madzhab te1tentu.
Materi bahasan dari metode mudzakarah telah rnengalami perkembangan sesua1 dengan masalah-masalah aktual yang belakangan muncul di masyarakat. Metode ini bahkan diminati kyai yang tergabung dalam fomm Bahtsu! l'vfasail
dengan wilayah pembahasan yang sedikit meluas.
e. Majlis Ta'lim
Metode majlis talirn ialah suatu rnetode yang menggunakan media penyampaian ajaran islam yang bersifat umum clan terbuka. Biasanya para peserta terdiri dari berbagai latar belakang yang berbeda baik usia, jenis kelamin, maupun pengetahuan.69 Metode ini melibatkan masyarakat di sekitar pesantren. Metode majlis ta'lim ini dilaksanakan pada waktu te1tentu saja. Materi yang dibahas adalah materi agama yang umum seperti ajakan dan nasihat bempa amar ma 'ruf nahyi nnmkar. Metode ini bisa rnenjalin keakraban antara pesantren dan masyarakat.
Sedangkan pada lembaga pendidikan pesantren yang telah maju mengalami pengembangan metode pengajaran yang beragam, seperti:
a. Metode Tanya Jawab b. Metode Diskusi c. Metode Irnla'
d. Metode Muthala'ah!recital
e. Metode Proyek f. Metode Dialog
g. Metode Pemberian Tugas
h. Metode karya wisata, seperti ziarah ke makam Wali Songo
J. Metode Sosiodrama
k. Metode Seminar
I. Sistem Modul (tapi agak sulit karena memerlukan biaya besar) 70
Perubahan-perubahan metode pendidikan yang diterapkan di pesantren tampaknya dipengarubi oleh selera kyai. Penyerapan metocle-metode baru sebagai tambahan terhadap metode tradisional tidak pernah seragam. Transformasi metode pendidikan pesantren tersebut mulai dari sorogan, wetonan, ceramah, muhawarah, majelis ta/dim, hingga perkembangan terakhir yang cenderung menerapkan diskusi dan seminar menunjukkan bahwa kendati secara perlahan-lahan telah ada benih-benih upaya menyampaikan pelajaran secara modem sebagaimana terjadi di sekolah-sekolah sekuler. Hal ini scsuai dengan slogan yang dimiliki pesantren al-Jvfuhqfadzah
Waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah terhitung dari bulan Mei hingga bulan