SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Sidang Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas
Oleh : Marcelyna NIM. 41809231
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.2.1 Rumusan Masalah Makro ... 8
1.2.2 Rumusan Masalah Mikro ... 8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian ... 9
1.3.2 Tujuan Penelitian... 9
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 10
1.4.2 Kegunaan Praktis... 10
1.4.2.1 Bagi Peneliti ... 10
1.4.2.2 Bagi Akademik ... 10
1.4.2.3 Bagi Masyarakat ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penelitian Relevan ... 12
2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Budaya ... 17
2.1.3 Tinjauan Tentang Upacara Adat ... 19
2.1.4 Tinjauan Pernikahan ... 20
2.1.4.1 Definisi Pernikahan ... 20
2.1.4.2 Fungsi Pernikahan ... 20
2.1.5 Tinjauan tentang Interaksi Simbolik ... 22
2.1.5.1 Simbol ... 23
2.1.6 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal dan Non Verbal ... 24
2.1.6.1 Definisi Komunikasi Verbal ... 24
xii
2.1.6.1.2 Pentingnya Komunikasi Verbal ... 26
2.1.6.2 Definisi Komunikasi Non Verbal ... 27
2.1.6.2.1 Karakteristik dan Fungsi Komunikasi Non Verbal ... 29
2.1.7 Tinjauan Tentang Aktivitas Komunikasi ... 31
2.2 Kerangka Pemikiran... 33
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 37
3.1.1 Pernikahan Adat Batak Toba ... 37
3.1.1.1 Kekhasan Perkawinan Adat Batak Toba ... 39
3.1.1.2 Tahapan Pernikahan Adat Batak Toba ... 40
3.1 Metode Penelitian ... 41
3.2.1 Desain Penelitian ... 41
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 43
3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 47
3.2.4 Teknik Analisa Data ... 49
3.2.5 Uji Keabsahan Data ... 52
3.2.6.2 Waktu Penelitian ... 53
BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4.1 Deskripsi Identitas Informan... 59
4.1.1 Identitas Informan ... 59
4.1.2 Identitas Informan Kunci ... 63
4.2 Hasil Penelitian ... 67
4.2.1 Situasi Komunikatif Aktivitas Komunikasi Pernikahan Adat Batak Toba ... 68
4.2.2 Peristiwa Komunikatif Aktivitas Komunikasi Pernikahan Adat Batak Toba ... 71
4.2.3 Tindakan Komunikatif Aktivitas Komunikasi Pernikahan Adat Batak Toba ... 74
4.3 Pembahasan... 77
4.3.1 Situasi Komunikatif Aktivitas Komunikasi Pernikahan Adat Batak Toba ... 78
4.3.1.1 Menyambut Kedatangan Hula-Hula ... 78
4.3.2 Peristiwa Komunikatif Aktivitas Komunikasi Pernikahan Adat Batak Toba ... 79
xiv
4.3.2.2 Menyerahkan Tudu Sipanganon ... 82
4.3.2.2.1 Tipe Peristiwa ... 83
4.3.2.2.2 Topik ... 84
4.3.2.2.3 Fungsi dan Tujuan ... 85
4.3.2.2.4. Setting ... 85
4.3.2.2.5. Partisipan ... 86
4.3.2.2.6.Bentuk Pesan ... 87
4.3.2.2.7. Isi Pesan ... 87
4.3.2.2.8. Urutan Tindakan ... 89
4.3.2.2.9. Kaidah Interaksi ... 90
4.3.2.2.10. Norma-Norma Interpretasi ... 90
4.3.3 Tindakan Komunikatif Aktivitas Komunikasi Pernikahan Adat Batak Toba ... 90
4.3.3.1 Pembagian Jambar ... 91
4.3.3.2 Mempelai Saling Menyuapi ... 92
4.3.3.3 Proses Pengambilan Amplop ... 93
4.3.3.4 Sinamot ... 94
4.3.3.5 Mangulosi ... 96
4.3.4 Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Btak Toba ... 97
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 99
5.2 Saran ... 100
5.2.1 Saran Bagi Masyarakat Batak Toba ... 100
5.2.1 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 102
LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 106
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Relevan ... 15
Tabel 3.1 Daftar Informan Penelitian ... 48
Tabel 3.2 Daftar Informan Kunci ... 49
Tabel 3.3 Waktu Penelitian ... 54
Tabel 4.1 Jadwal Wawancara ... 57
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Alur Kerangka Pemikiran...36
Gambar 3.1 Penarikan Kesimpulan Kualitatif...50
Gambar 4.1 Informan A.Simarmata...61
Gambar 4.2 Informan J.Limbong...62
Gambar 4.3 Informan M.Simanjorang...63
Gambar 4.4 Informan Kunci A.Sinaga...64
Gambar 4.5 Informan Kunci R.Limbong...66
Gambar 4.6 Informan Kunci S.Nainggolan...67
Gambar 4. 7 Orang tua menjemput kedatangan hula-hula...79
Gambar 4.8 Marsibuhai-Buhai...81
Gambar 4.9 Tudu Sipanganon...82
Gambar4.10 Tempat Duduk Pihak Wanita dan Pria...86
Gambar 4.11 Pembagian Jambar...91
Gambar 4.12 Mempelai Saling Menyuapi...92
Gambar 4.13 Mempelai Wanita Mengambil Segenggam Amplop...93
Gambar 4.14 Pemberin Ulos Hela...96
xviii
DAFTAR LAMPIRAN - LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Persetujuan Menjadi Pembimbing Skripsi ...107
Lampiran 2 Surat Rekomendasi Sidang...108
Lampiran 3 Berita Acara Bimbingan...109
Lampiran 4 Lembar Revisian Usulan Penelitian...110
Lampiran 5 Transkrip Observasi...111
Lampiran 6 Pengajuan Pendaftaran Ujian Sidang Sidang Sarjana...112
Lampiran 7 Pertanyaan Penelitian...113
Lampiran 8 Biodata Informan...115
Lampiran 9 Biodata Informan Kunci...118
Lampiran 10 Hasil Wawancara...121
vi
Puji dan syukur peneliti panjatkan ke khadirat Tuhan YME, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
Namun atas izin Tuhan YME, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan,
bimbingan serta dukungan yang peneliti terima baik secara langsung maupun
tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi
ini.
Peneliti mengucapkan terima kasih dan rasa bangga kepada kedua orang tua
tercinta yang selalu memberikan rasa kasih sayangnya dan semangat pada peneliti
dan juga memberikan doa serta dukungan moril maupun materi.
Terwujudnya penulisan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah peneliti
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
terutama Yang Terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia,
yang telah mengeluarkan surat
2. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP UNIKOM sekaligus sebagai
Dosen Wali IK-6 2009 yang telah banyak memberikan pengetahuan dan
vii
3. Ibu Melly Maulin P, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi yang senantiasa memberikan pengetahuan dan
berbagi ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.
4. Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang senantiasa memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis
selama melaksanakan bimbingan Skripsi.
5. Bapak Sangra Juliano P., S.,Ikom., M.I.Kom., selaku Dosen Pembina Kemahasiswaan yang telah banyak memberikan pengetahuan
dan berbagi ilmu serta wawasan selama penulis melakukan perkuliahan.
6. Khususnya Kepada, Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si., Bapak Adiyana Slamet., S.IP., M.Si., Bapak Inggar Prayoga, S.I.Kom.,Ibu Ditha Prasanti M.IKom., Bapak Ari Prasetyo, S.Sos., M.Si., Bapak Yadi Supriyadi S.Sos., M.Phil., Bapak Olih Solihin, S.Sos., M.I.Kom., Dr.Drs.H.M.Ali Syamsuddin Amin,S.Ag.,M.Si., Ibu Tine Agustin Wulandari, S.I.Kom., seluruh dosen Ilmu Komunikasi yang telah mengajarkan penulis selama ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu. Yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuannya kepada penulis selama perkuliahan berlangsung.
7. Ibu Retno W., A.Md.,selaku Sekertaris Dekan dan Astri Ikawati, A.Md, selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang selama ini telah banyak membantu dalam mengurus surat perizinan mulai dari
viii
Vida teman-teman terbaiku yang dibanggakan dan yang selalu memberikan motivasi semangat, arahan, membantu ketika kesusahan,
keceriaan dan kebersamaan untuk selalu berbagi dalam suka maupun
duka. Semangat teman-temanku tahun 2013 kita wisuda. Amin.
10. Teman-Teman IK HUMAS 3 Ayo semangat… teruskan langkah kita meraih harapan dan cita-cita kita. Terus maju pantang mundur ayo IK
Humas 3.
11. Teman-Teman Seperjuangan Angkatan 2009 IK Humas 1, IK Humas 2, IK Jurnal 1, & IK Jurnal 2 Ayo semangat…teruskan langkah kita meraih harapan dan cita-cita kita. Terima kasih semuanya.
ix
Akhirnya peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
seluruh pihak yang telah membantu peneliti dalam proses pengerjaan skripsi,
Semoga dibalas setimpal dari Tuhan YME, dan dapat memberikan manfaat yang
berarti. Akhir kata, penulis berharap semoga Skripsi ini dapat berguna dimasa
yang akan datang. Amin. Syalom.
Bandung, Juli 2013 Penulis
102 Bandung
Alo liliweri, 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Prenada Media Group, Jakarta
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Denzin K, Norman. 2009. Handbook of Qualitative Research, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
E.H Tambunan, 1982. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba Dan Kebudayaannya, Tarsito, Bandung
Effendy, Onong Uchjana. 1994. Ilmu teori & filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bakti, Bandung
Ibrahim Syukur, 1994. Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi, Usaha Nasional, Surabaya
Iman Sudiyat, 1981. Hukum Adat Sketsa Asas, Liberty, Yogyakarta
Littlejhon, 2009. Teori Komunikasi “ Theories of Human Communication” ,
Salemba Humanika, Jakarta
Meleong, Lexy.2007. Metode Penelitian Kualitatif . PT Rosdakarya, Bandung
Mulyana, Deddy.2003. Komunikasi Antar Budaya, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
103
Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi. Suatu Pengantar Dan Contoh Penelitiannya. Widya Padjajaran, Bandung
Punguan Saurdot. Mangalap Boru. Jakarta
Rajamarpondang, Gultom,D.J .1992. Dalihan Na tolu Nilai Budaya Suku Batak , Armanda, Medan
Raja Na Pogos, 2008
Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. . PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Satori, Djam’an. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Bandung
Soerjono, 1967. Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat. PT. Gunung Agung, Jakarta
104 http://berlipro.com/index6.html
http://adiprakosa.blogspot.com/2008/10/komunikasi-verbal-dan-non verbal.html
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/602/jbptunikompp-gdl-mauludindw-30053-9-unikom_m-i.pdf
http://female.kompas.com/read/2010/08/18/12331977/makna.dalam.pernikahan.a dat.batak
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/196605162000122-HERLINA/IP-TM4_KOMUNIKASI_VERBAL.pdf
http://www.referensimakalah.com/2012/11/pengertian-budaya-dan-kebudayaan.html
http://media.kompasiana.com/buku/2011/06/17/perkawinan-adat-batak-toba-373729.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perkawinan_Adat_Batak_Toba
http://www.gobatak.com/9-proses-perkawinan-dalam-budaya-batak-toba/
http://titinsetya.wordpress.com/2011/12/07/komunikasi-antar-budaya/
http://gumonounib.wordpress.com/buku-elektronik/etnografi/ (e-book)
http://marintania.blogspot.com/2012/10/acara-adat-pernikahan-batak-toba.html
http://eprints.undip.ac.id/17269/1/EVALINA.pdf
105
Penelitian Relevan
Dinda Ramadhanti NIM. 41808133, Perpustakaan UNIKOM Makna Komunikasi Nonverbal Dalam Kesenian Debus Di Kebudayaan Banten (Studi Etnografi Makna Komunikasi Nonverbal Dalam Kesenian Debus Di Desa Petir Kabupaten Serang Banten)
Septian Restu Unggara; NIM. 41808037/Ilmu komunikasi UNIKOM:2012 Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya)
1 1.1 Latar Belakang Masalah
Pernikahan merupakan suatu hal yang sakral dan paling indah bagi setiap
pasangan yang akan menikah. Bagi setiap orang pernikahan merupakan suatu
proses pendewasaan diri. Pernikahan merupakan proses menyatukan dua insan
manusia menjadi satu. Hal ini merujuk pada pribadi yang berbeda sifat, watak,
kepribadian, sikap, latar belakang, menjadi satu bagian utuh dalam mahligai
pernikahan untuk membentuk keluarga baru.
Pasangan yang akan melangsungkan pernikahan biasanya melakukan
beberapa tahap atau proses pengenalan lebih lanjut antara pribadi yang satu
dengan satu yang lain. Sehingga ketika sudah mencapai tingkat hubungan yang
matang maka mereka biasanya akan memutuskan untuk melanjutkan hubungan
tersebut ke jenjang yang lebih serius yakni pernikahan.
Proses penyatuan kedua insan tersebut juga bermuara pada penyatuan
keluarga dari masing-masing pasangan yang bersangkutan. Misalnya, keluarga
pihak laki-laki dengan pihak keluarga perempuan menjalin secara tidak langsung
hubungan keluarga yang dahulu tersekat atau terpisah menjadi satu lantaran
proses pernikahan yang telah dijalani.
Hal itu disebabkan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak keluarga
yang merestui hubungan pasangan tersebut untuk bersatu dalam ikatan pernikahan.
2
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk saling mengenal antara satu keluarga
dengan yang lain.
Pernikahan memiliki unsur-unsur terpenting di dalamnya, seperti agama
dan budaya. Begitu halnya dengan Indonesia yang memiliki beragam suku di
dalamnya atau yang biasa disebut dengan multikultur. Unsur budaya tidak dapat
dilepaskan dari pernikahan khususnya di Indonesia.
Setiap Budaya mempunyai ciri-ciri khas tertentu, seperti dalam sebuah
pernikahan mempunyai ciri khas tertentu di dalamnya, mulai dari acaranya atau
ritual yang terjadi pada saat proses upacara pernikahan tersebut, Pernikahan
merupakan bagian dari upacara pada suatu Budaya. Hal senada dikatakan E.B. Tylor (1871) dalam E.H Tambunan
“Kebudayaan pada perkembangannya di era globalisasi, seolah dikalahkan oleh adanya kemajuan teknologi yang dapat menghadirkan berbagai macam corak budaya dan setidaknya hal itu yang di rasakan masyarakat pada masa sekarang ini. Namun tidak dapat dipungkiri hal tersebut didukung pula oleh arus globalisasi yang seharusnya diimbangi dengan berkembanganya kebudayaan asli. Walaupun teknologi di era globalisasi ini merupakan faktor dominan dalam kultur kehidupan manusia masa kini dan merupakan ketergantungan yang hebat, budaya pun diartikan sebagai keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan kesenian, moral, hukum, adat istiadat serta segala kemampuan dan kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.”
Salah satu kebudayaan di Indonesia adalah Suku Batak. Suku Batak
mayoritas tersebar di wilayah Sumatera Utara. Suku Batak yang terbagi menjadi
beberapa sub suku yakni Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak
Silindung, Batak Mandailing, Batak Humbang, Batak Angkola, Batak Padang
Menurut legenda yang dipercayai sebagian masyarakat Batak bahwa suku
batak berasal dari pusuk buhit daerah sianjur Mula Mula sebelah barat Pangururan
di pinggiran danau toba, suku batak sebagai salah satu golongan etnis di sumatera
sejak dahulu sampai kini selalu menempuh kebudayaannya menurut identitasnya.
Tampaknya modernisasi yang terjadi tidak mengubah kepribadian atau
identitas budayanya, karena orang-orang Batak di kota tetap berpedoman pada
filsafat leluhur yang tertuang di atas Landasan Dalihan Na Tolu. Hal yang
dimaksudkan adalah sebuah demokrasi Batak yang tertua. Begitu teguhnya prinsip
yang mengikat batin individu dari setiap orang Batak dengan Dalihan Na Tolu,
sehingga mereka baik secara golongan tetap mendasarkan hidupnya pada falsafah
itu sejak dahulu hingga sekarang.
Diantara berbagai Suku Batak, Batak Toba memiliki tradisi tersendiri
dalam hal pernikahan. Prosesi yang dilakukan pada pernikahan adat Batak Toba
memiliki rangkaian acara yang cukup panjang, yakni dilakukan selama satu hari
penuh.
Upacara pernikahan adat Batak yang mempunyai ciri khas di dalamnya.
Dalam proses upacara adat pernikahan ini terjadi komunikasi antar kedua belah
pihak. Upacara pernikahan adat Batak Toba tersebut erat kaitannya dengan studi
etnografi. Etnografi merupakan kajian khusus yang membahas tentang
kebudayaan atau sistem kepercayaan di suatu daerah.
Adanya penjelasan etnografi dalam buku Metode penelitian komunikasi
4
pengetahuan yang meliputi teknik penelitian, teori etnografi , dan berbagai macam
deskripsi kebudayaan.” ( Kuswarno, 2008:32 )
Metode etnografi juga dapat digunakan dalam masyarakat yang kompleks
seperti kelompok-kelompok dalam masyarakat kota yang memiliki kelompok
subkultur tersendiri.
Hal ini menjadi istimewa karena terdapat unsur komunikasi yang melatari
dan menggerakan tradisi adat pernikahan khususnya pada Suku Batak Toba.
Mengenai hal tersebut lebih fokus dibahas dalam ranah komunikasi khususnya
etnografi komunikasi.
Engkus Kuswarno dalam bukunya metode etnografi komunikasi juga
mengemukakan bahwa “Etnografi komunikasi melihat perilaku dalam konteks
sosiokultural, mencoba menemukan hubungan antara bahasa, komunikasi, dan
konteks kebudayaan dimana peristiwa komunikasi itu berlangsung.” (Kuswarno,
2008:17).Seperti halnya Gumperz dalam Engkus Kuswarno yang menyatakan:
“Perlunya untuk melihat konteks sosial politik yang lebih besar dimana sebuah proses komunikasi berlangsung, karena itu akan mempengaruhi pola komunikasi yang digunakan. Pemolaan dalam kajian etnografi disebut juga sebagai hubungan antara komponen komunikasi dan peristiwa
komunikasi.” (Kuswarno,2008:18)
Pola kajian etnografi ini terjadi di semua tingkat komunikasi yakni
masyarakat, kelompok, dan individual. Pada tingkat masyarakat, komunikasi
biasanya berpola dari segi fungsinya, kategori bicara, dan sikap dan konsepsi
urutan mungkin dan bentuk kata-kata dalam sebuah kalimat dibatasi oleh aturan
tata bahasa, dan bahkan definisi baik wacana terbentuk ditentukan oleh budaya.
Perilaku komunikasi yang lahir dari integrasi tiga keterampilan yang
dimiliki setiap individu, ketiga keterampilan itu terdiri dari keterampilan linguistik,
keterampiran interaksi, dan keterampilan budaya, ketiganya disebut sebagai
kompetensi komunikasi yang dalam model etnografi disebut juga peristiwa
komunikasi yang menghasilakan pemolaan komunikasi.
Seperti yang telah di bahas sebelumnya mengenai etnografi komunikasi,
studi etnografi komunikasi merupakan salah satu dari sekian studi penelitian
kualitatif, yang mengkhususkan pada penemuan berbagai pola komunikasi yang di
gunakan oleh manusia dalam suatu masyarakat tutur, untuk sampai kepada
pemahaman etnografi komunikasi, baik sebagai landasan teori maupun sebagai
studi penelitian, sebenarnya berawal dari isu isu dasar yang melahirkannya yaitu
Bahasa, Komunikasi, dan Kebudayaan, karena ketiga itulah yang tergambar dalam
kajian etnografi komunikasi.
“Bahasa hidup dalam komunikasi untuk menciptakan budaya, kemudian budaya itu sendiri yang pada akhirnya akan menentukan sistem komunikasi dan bentuk bahasa seperti apa yang pantas untuknya.” ( Kuswarno,2008:10)
Definisi bahasa yang di gunakan oleh para ahli antropologi adalah sandi
konseptual sistem pengetahuan, yang memberikan kesanggupan kepada penutur
penuturnya guna menghasilkan dan memahami ujaran. Adapun ciri pokok yang
membedakan manusia dari spesies lain yang lebih rendah adalah kemampuan
6
wakili oleh Susanne Langer, filosofi ini mengatakan bahwa setiap makhluk hidup
di dominasi oleh instink, pada manusia instink ini di lengkapi dengan instink
untuk memiliki konsep dan simbol terutama bahasa.
Menurut Mead dalam LittleJhon mengatakan:
“Sesuatu yang bersifat verbal atau berhubungan dengan bahasa (dapat juga
berupa gerak tubuh non verbal ketika ada makna yang dibagi) menjadi nilai dari simbol yang signifikan. Masyarakat ada karena ada
simbol-simbol yang signifikan.” (LittleJhon, 2009:233)
Adapun LittleJohn pada buku metode penelitian komunikasi mengatakan bahasa yaitu di artikan :
“Sebagai simbol yang kompleks, karena terbentuk dari proses pengkombinasian dan pengorganisasian simbol-simbol, hingga memiliki arti khusus yang berbeda jika simbol itu berdiri sendiri, karena bahasa menghubungkan simbol-simbol ke dalam proposisi, jadi merupakan refleksi dari realitas, sehingga melalui bahasa, manusia memahami realitas, berkomunikasi, berfikir dan merasakan.” ( Kuswarno 2008 : 3)
Menurut mead dalam littlejhon “ Masyarakat terdiri atas sebuah jaringan
interaksi sosial di mana anggota-anggotanya menempatkan makna bagi tindakan mereka dan tindakan orang lain dengan menggunakan simbol-simbol. Bahkan, institusi institusi masyarakat yang beragam di bangun oleh interaksi manusia yang terlibat dalam institusi-institusi tersebut” ( Littlejhon, 2009 : 234).
Dalam penelitian ini pernikahan adat batak toba memiliki simbol simbol
tertentu yang menciptkan kebudayaan tersendiri khususnya dalam upacara adat
pernikahan.
Manusia memahami pengalaman mereka melalui makna-makna yang
ditemukan dalam simbol- simbol dari kelompok utama mereka dan bahasa
merupakan bagian penting dalam kehidupan sosial. Menurut Mead dalam Deddy
Mulyana, interaksi simbolik adalah kehidupan sosial pada dasarnya adalah
Aktivitas komunikasi masuk ke dalam ranah etnografi komunikasi. Pada
etnografi komunikasi, yang menjadi fokus perhatian adalah perilaku komunikasi
dalam tema kebudayaan tertentu. Adapun yang dimaksud dengan perilaku
komunikasi menurut ilmu komunikasi adalah tindakan atau kegiatan seseorang,
kelompok atau khalayak ketika terlibat dalam proses komunikasi. (Kuswarno,
2008:35).
Hymes dalam buku Engkus Kuswarno, mengatakan bahwa aktivitas
komunikasi yakni:
“Aktivitas yang khas atau kompleks, yang didalamnya terdapat peristiwa -peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi tertentu dan dalam konteks komunikasi yang tertentu pula, sehingga proses komunikasi dalam etnografi komunikasi, adalah peristiwa-peristiwa yang
khas dan berulang.” (Kuswarno, 2008:42)
Adapun yang di katakan oleh Hymes pada aktivitas komunikasi memiliki
unit-unit diskrit yakni situasi komunikatif, peristiwa komunikatif dan tindakan
komunikatif. Situasi komunikasi merupakan konteks terjadinya komunikasi.
Situasi yang sama bisa mempertahankan konfigurasi umum yang konsisten pada
aktivitas yang sama di dalam komunikasi yang terjadi, meskipun terdapat
diversitas dalam interaksi yang terjadi disana. unit dasar untuk tujuan deskriptif.
Sebuah peristiwa tertentu didefinisikan sebagai keseluruhan perangkat komponen
yang utuh, yang dimulai dengan tujuan umum komunikasi, topik umum yang
sama, dan melibatkan partisipan yang sama, yang secara umum menggunakan
varietas bahasa yang sama untuk interaksi, dalam seting yang sama.dan sebuah
peristiwa komunikatif dinyatakan berakhir, ketika terjadi perubahan partisipan,
8
fungsi interaksi tunggal, seperti peryataan, permohonan, perintah, ataupun
perilaku non verbal.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pernyataan yang jelas, tegas, dan konkrit
mengenai masalah yang akan diteleliti, adapun rumusan masalah ini terdiri dari
pertanyaan makro dan pertanyaan mikro, yaitu sebagai berikut :
1.2.1 Pertanyaan Makro
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan inti dari
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba ?
1.2.2 Pertanyaan Mikro
Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian, maka inti masalah
tersebut peneliti jabarkan dalam beberapa sub-sub masalah, sebagai berikut :
1. Bagaimana Situasi Komunikatif dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba ?
2. Bagaimana Peristiwa Komunikatif dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba ?
1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian
Pada penelitian inipun memiliki maksud dan tujuan yang menjadi bagian
dari penelitian sebagai ranah kedepannya, adapun maksud dan tujuannya sebagai
berikut:
1.3.1 Maksud Penelitian
Penelitian dimaksudkan untuk menggambarkan secara mendalam
tentang “Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba”.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Agar penelitian ini mencapai hasil yang optimal maka terlebih dahulu
perlu tujuan yang terarah dari penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Situasi Komunikatif dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba.
2. Untuk mengetahui Peristiwa Komunikatif dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba.
3. Untuk mengetahui Tindakan Komunikatif dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba
10
1.4 Kegunaan Penelitian
Secara teoritis Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat, sejalan dengan tujuan penelitian di atas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis.
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai rujukan bagi peneltian selanjutnya sehingga mampu menunjang perkembangan dalam bidang ilmu komunikasi dan menambah wawasan serta referensi pengetahuan tentang Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Adapun hasil penelitian ini secara praktis, diharapkan bisa memberikan suatu masukan atau referensi tambahan yang dapat diaplikasikan dan menjadi pertimbangan. Dan kegunaan secara praktis pada penelitian ini sebagai berikut:
1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti
Penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai pengetahuan wawasan yang baru dan menambah pengetahuan dalam bidang Ilmu Komunikasi khususnya, yaitu tentang Aktivitas Komunikasi dalam penelitian Etnografi Komunikasi.
1.4.2.2 Kegunaan Bagi Akademik
1.4.2.3 Kegunaan Bagi Masyarakat
Semoga penelitian ini dapat memberikan kesadaran dan wawasan kepada masyarakat agar lebih tahu nilai-nilai historis yang masih tersimpan di Masyarakat dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba, karena sebagai aset pengetahuan, serta pewarisan budaya bagi generasi mendatang.
11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Pada Bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang relevan mengenai penelitian ini, serta study literature, dokumen atau arsip yang mendukung, yang telah dilakukan sebagai pedoman pelaksanaan pra penelitian.
2.1.1 Penelitian Relevan
Penelitian Relevan adalah referensi yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian Relevan yang dijadikan sebagai bahan acuan antara lain sebagi berikut:
Sasih ini bersifat sakral, tempat pelaksanaannya yaitu Sungai Ciwulan, Bumi Ageung serta Hutan yang dikeramatkan. Peristiwa Komunikatif dalam upacara Hajat Sasih yaitu perayaan dalam bentuk ritual khusus yang dilaksanakan satu tahun enam kali berdasarkan hari-hari besar Islam yang bermula dari kebiasaan nenek moyang mereka untuk menghormati leluhurnya, sedangkan Tindakan Komunikatif yang terdapat dalam upacara Hajat Sasih yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal. Simpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas komunikasi ritual dalam upacara Hajat Sasih bermula dari kebiasaan nenek moyang mereka untuk menghormati leluhur Kampung Naga yang pelaksanaannya dilakukan satu tahun enam kali, namun dalam setiap rangkaiannya mempunyai makna yang sama dan aktivitas khas yang sama pula. (Septian Restu Unggara; NIM. 41808037/Ilmu komunikasi UNIKOM:2012)
Penelitian ini berjudul Komunikasi Masyarakat Batak Toba dalam
Upacara Pernikahan Adat (Proses Komunikasi Antarbudaya Dalam Upacara
Pernikahan Adat Batak Toba Pada Masyarakat di Kelurahan Lestari
Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Sumatera Utara). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui proses komunikasi antarbudaya upacara
pernikahan adat Batak Toba di Kelurahan Lestari Kecamatan Kisaran Timur
Kabupaten Asahan Sumatera Utara dan mengetahui pergeseran simbol yang
mungkin terjadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kasus, yaitu penelitian yang dilakukan secara terperinci tentang seseorang
(individu) atau suatu unit sosial selama kurun waktu tertentu. Metode ini
menggunakan analisis deskriptif dan pendekatan induktif dalam menganalisa
datanya serta dilengkapi oleh teknik triangulasi untuk mengembangkan
validitas data. Lokasi penelitian ini berada di Kelurahan Lestari Kecamatan
13
menunjukkan bahwa identitas etnis yang dimiliki oleh informan yaitu sense of
belonging yang tinggi, namun pemahaman yang kurang terhadap proses
upacara pernikahan adat Batak Toba. Terdapat pergeseran simbol dalam
upacara pernikahan adat Batak Toba, namun hal tersebut tidak menjadi
hambatan untuk melanjutkan upacara pernikahan adat Batak Toba. Persiapan
yang dilakukan oleh masing-masing pasanga berbeda satu dengan yang
lainnya sehingga proses yang dilangsungkan juga berbeda. Dalam upacara
pernikahan adat Batak Toba, membutuhkan komunikasi yang dilangsungkan
dari sebelum pernikahan dilangsungkan sampai akhir pernikahan adat Batak
Toba. Kesadaran informan untuk melestarikan nilai budaya Batak Toba
dilangsungkan lewat pernikahan dengan istri/suami yang juga berasal dari suku
Batak Toba sehingga komunikasi lebih dapat dipahami dibandingkan
pernikahan dengan suku lain. (Sylviana Uli Fransisca Sihite , Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara: 2012 )
Adapula untuk mengetahui Makna Komunikasi Nonverbal dalam
Kesenian Debus mengetahui makna ekspresi wajah,waktu, ruang/tempat,
gerakan, busana dan sentuhan. Penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi dengan informan yang
berjumlah lima orang. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi,
studi pustaka, dokumentasi, internet searching, dan juga tringulasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan reduksi data, pengumpulan data, penyajian
data, penarikan kesimpulan, dan evaluasi. Hasil dari penelitian menunjukkan
kebudayaan banten antara lain terdapat makna nonverbal pada ekpresi wajah
dari kesenian debus yang mengartikan sikap ramah tamah, waktu dimana pada
pelaksanaanya kesenian debus tidak harus sesuai dan tidak dibatasi, debus
banten hanya dilakukan pada ruangan tertentu seperti dipanggung, makna
nonverbal gerakan pula terlihat pada gerakan-gerakan para pemain mulai dari
gerakan di Kebudayaan Banten. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
pembukaan, gerakan rampak sekar, gerakan berpasangan, dan dilanjutkan pada
atraksi debus. makna pada pakaian yang dikenakan para pemain debus
memiliki arti kekuatan dan kebersihan hati yang ikhlas. dan yang utama dalam
kesenian debus banten adalah bertujuan untuk mempererat tali siratirahim serta
menjaga dan melestarikan budaya debus jangan sampai punah. Kesimpulan
dari penelitian ini bahwa makna nonverbal juga ada didalam tradisi dan budaya,
yang terdapat dalam kebudayaan yaitu kesenian debus. Dimana setiap daerah
yang ada di Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang berbeda, dan
memiliki isi makna yang terkandung didalamnya yang disampaikan melalui
Kesenian debus Banten karena tahapan dan prosesnya tidak semua orang
mengetahuinya. Akhirnya peneliti menyarankan agar alangkah baiknya kita
yang terlahir dari tanah sunda maupun pendatang untuk terus melestarikan
debus sehingga debus tidak hilang tertelan zaman. (Dinda Ramadhanti NIM.
15
[image:36.595.83.556.182.691.2]Tabel 2.1
Tabel Penelitian Relevan
Aspek
Nama Peneliti Septian Restu Unggara Sylviana Uli Fransisca
Sihite
Dinda Ramadhanti
Universitas Universitas Komputer Indonesia Bandung Universitas Sumatera Utara Universitas Komputer Indonesia Bandung Judul Penelitian Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Ritual Dalam Upacara Hajat Sasih Kampung Naga Tasikmalaya)
Komunikasi Masyarakat Batak Toba Dalam Upacara Pernikahan Adat (Studi Kasus Tentang Proses Komunikasi Antarbudaya Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba Pada
Masyarakat di Kelurahan Lestari Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Sumatera Utara)
Makna Komunikasi Nonverbal Dalam Kesenian Debus Di Kebudayaan Banten (Studi Etnografi Makna Komunikasi Nonverbal Dalam Kesenian Debus Di Desa Petir
Kabupaten Serang Banten)
Jenis Penelitian
Kualitatif Studi Etnografi
Komunikasi Kualitatif Studi Deskriptif
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Situasi Komunikatif dalam Upacara Hajat Sasih
Kampung Naga Tasikmalaya, Untuk mengetahui Peristiwa Komunikatif dalam Upacara Hajat Sasih
Kampung Naga Tasikmalaya, Untuk mengetahui Tindakan Komunikatif dalam Upacara Hajat Sasih
Kampung Naga Tasikmalaya.
untuk mengetahui proses komunikasi antarbudaya upacara pernikahan adat Batak Toba di Kelurahan Lestari Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Sumatera Utara dan mengetahui pergeseran simbol yang mungkin terjadi. untuk pembukaan, gerakan rampak sekar, gerakan berpasangan, dan dilanjutkan pada atraksi debus. makna pada pakaian yang dikenakan para pemain debus memiliki arti kekuatan dan
kebersihan hati yang ikhlas. dan yang utama dalam kesenian debus banten adalah bertujuan untuk mempererat tali siratirahim serta menjaga dan melestarikan budaya debus jangan sampai punah.
Hasil Penelitian
Situasi Komunikatif yang terdapat dalam upacara Hajat Sasih ini bersifat sakral, tempat
pelaksanaannya yaitu Sungai Ciwulan, Bumi Ageung serta Hutan yang
identitas etnis yang dimiliki oleh informan yaitu sense of belonging yang tinggi, namun pemahaman yang kurang terhadap proses upacara pernikahan adat Batak
17
dikeramatkan. Peristiwa Komunikatif dalam upacara Hajat Sasih yaitu perayaan dalam bentuk ritual khusus yang dilaksanakan satu tahun enam kali berdasarkan hari-hari besar Islam yang bermula dari kebiasaan nenek moyang mereka untuk
menghormati leluhurnya, sedangkan Tindakan Komunikatif yang terdapat dalam upacara Hajat Sasih yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal.
Toba. Terdapat pergeseran simbol dalam upacara pernikahan adat Batak Toba, namun hal tersebut tidak menjadi hambatan untuk melanjutkan upacara pernikahan adat Batak Toba. Persiapan yang dilakukan oleh masing-masing pasanga berbeda satu dengan yang lainnya sehingga proses yang dilangsungkan juga berbeda.
ekpresi wajah dari kesenian debus yang mengartikan sikap ramah tamah, waktu dimana pada
pelaksanaanya kesenian debus tidak harus sesuai dan tidak dibatasi, debus banten hanya
dilakukan pada ruangan tertentu seperti dipanggung, makna nonverbal gerakan pula terlihat pada
gerakan-gerakan para pemain mulai dari gerakan di Kebudayaan Banten.
Sumber : Data Peneliti 2013
2.1.2 Tinjauan Komunikasi Antar Budaya
Bila orang awam berfikir tentang budaya, biasanya mereka berfikir
tentang cara-cara orang berpakaian, kepercayaan-kepercayaan yang mereka
miliki dan kebiasaan-kebiasaan yang mereka praktekkan. Tanpa
menggunakan definisi yang komprehensif, kita dapat mengakui bahwa hal
di atas merupakan aspek budaya, tapi definisi tersebut belum menyeluruh,
berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti “budi” atau “kaal”. Kebudayaan itu sendiri
diartikan sebagai “ hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal”. Istilah
culture, yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata “colere” yang artinya adalah “mengolah atau mengerjakan”, yaitu dimaksudkan kepada keahlian mengolah dan
mengerjakan tanah atau bertani. Kata colere yang kemudian berubah menjadi culture diartikan sebagai “segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam”. Dari berbagai definisi tersebut, dapat
diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan
yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak.
Adapun Dalam Buku Dasar-Dasar Komunikasi menurut Lustig dan
Koester Intercultural Communication Competence, 1993) :
Komunikasi Antarbudaya adalah suatu proses Komunikasi simbolik, interpretatif, transaksional, kontekstual, yang dilakukan oleh sejumlah orang yang karena memiliki perbedaan derajat kepentingan tertentu, memberikan interpretasi dan harapan secara berbeda terhadap apa yang di sampaikan dalam bentuk perilaku tertentu sebagai makna yang dipertukarkan.
Komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan :
19
2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung dari persetujuan antar subjek yang terlibat dalam komunikasi sebuah keputusan dibuat utuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama.
3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita
4. Menunjukan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara. ( Liliweri, 2003 : 11)
2.1.3 Tinjauan Tentang Upacara Adat
Berbicara mengenai upacara adat tentunya tidak terlepas dari sebuah
bentuk kebudayaan atau juga adat istiadat yang sering dilakukan oleh suatu
kumpulan masyarakat di suatu daerah tertentu yang memiliki suatu adat
istiadat yang harus dapat di pertahankan secara turun-temurun, karena dapat
dikatakan bahwa kebudayaan atau istiadat yang dimilki oleh suatu
masyarakat di daerah tertentu merupakan sebuah warisan dari para leluhur
yang harus dipertankan sampai seterusnya. Pengertian upacara adat itu
sendiri adalah suatu bentuk kegiatan yang berhubungan dengan kebudayaan
atau adat-istiadat yang sering dilakukan oleh suatu anggota masyarakat yang
ada di daerah tertentu, dapat dikatakan juga merupakan sebuah tradisi yang
selalu dilakukan secara turun-temurun atau juga merupakan warisan
kebudayan dari para leluhur yang harus dapat dipertahankan, dan juga
merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh kelompok masyarakat
sangat sakral yang harus dijunjung dan apabila melanggarnya dengan
sendirinya akan mendapat sanksi.1
2.1.4 Tinjauan Tentang Pernikahan 2.1.4.1 Definisi Pernikahan
Pernikahan merupakan salah satu jalan atau suratan hidup yang
dialami oleh hampir semua manusia dimuka bumi ini walaupun ada
beberapa diantaranya yang tidak terikat dengan pernikahan sampai ajal
menjemput. Semua agama resmi di Indonesia memandang pernikahan
sebagai sesuatu yang sakral, harus dihormati, dan harus dijaga
kelanggengannya. Oleh karena itu, setiap orang tua merasa tugasnya
sebagai orang tua telah selesai bila anaknya telah memasuki jenjang
pernikahan.
Menurut Soerojo Wignjodipoero Pernikahan adalah suatu pristiwa yang sangat penting dalam penghidupan masyarakat, sebab pernikahan tidak hanya menyangkut wanita dan pria bakal mempelai saja, bahkan keluarga kedua mempelai. 2
2.1.4.2 Fungsi Pernikahan
Adapun fungsi pernikahan menurut Dr. Harold Shryock (seorang
anatomi di sekolah Kedokteran Universitas Loma Linda, California,
Amerika Serikat) dalam buku E.H Tambunan berjudul Sekelumit
Mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaannya, mengemukakan
1
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/602/jbptunikompp-gdl-mauludindw-30053-9-unikom_m-i.pdf
2
21
empat dasar kebahagiaan yang dianggap sebagai fungsi fungsi wajar dalam
sebuah pernikahan, diantaranya yaitu ;
1. Pernikahan itu dimaksudkan untuk memberi jaminan, baik segi finansial dan emosional. Keinginan hayati manusia yang ingin hidup tenteram, itu pula yang mendorong ia untuk nikah. Di samping itu pula, keinginan untuk mendapat keamanan di bidang finansial, sejahtera dalam ekonomi rumah tangga, seirama dalam membelanjakan uang, setujuan dalam filsafat hidup mendorong ia ingin bersatu dengan pasangan pilihannya.
2. Pernikahan adalah untuk memberikan pertumbuhan rohani dan kultural kepada segenap anggota keluarga. Keluarga itu merupakan bagian kecil dari masyarakat yang membentuk satu negara. Jadi kedalaman rohani dan kultural masyarakat keluarga itu menentukan tingkat masyarakat bangsa. Baik buruknya pengaruh yang tercipta dalam rumah tangga itu sangat menentukan nilai rohani dan kultural masyarakat. Bukankah anak-anak dan tingkat rohani mereka ditentukan pula oleh ibu bapa mereka?
3. Pernikahan adalah untuk meneruskan dan menyebarkan cita-cita, tanggung jawab pribadi dan partisipasi yang menjadikan tulang punggung peradaban bangsa. Dalam usaha inilah ibu bapa harus tetap mempertahankan keutuhan itu dapat dipertahankan, sudah pastilah hal itu akan menyebar ke lingkungan terdekat dari kedua insan itu, mula-mula kepada anak, kemudian kepada tetangga, dan terus kepada lingkungan masyarakat yang lebih luas. Budi luhur yang terbina dalam rumah tangga sangat menentukan generasi manusia pada generasi mendatang. Persiapan-persiapan hidup anak yang akan membentuk rumah tangga kemudian hari mendasari tingkat keluhuran ahlak manusia dalam masyarakat ditentukan dalam cita-cita yang telah tertanam, diperkembang dalam rumah tangga.
2.1.5 Tinjauan Tentang Interaksi Simbolik
Menurut teoritisi interaksi simbolik yang di kutip dari buku Deddy
Mulyana, yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif adalah Kehidupan
sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan
simbol-simbol. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang
mempresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan
sesamanya dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas
simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial.
Secara ringkas interaksi simbolik didasarkan pada premis-premis berikut:
1. Individu merespon suatu situasi simbolik. Mereka merespon lingkungan, termasuk objek fisik (benda) dan objek sosial (perilaku manusia) berdasarkan makna yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka. Ketika mereka mengahadapi suatu situasi, respon mereka tidak bersifat mekanis. Tidak pula ditentukan oleh faktor-faktor eksternal. Respon mereka bergantung pada bagaimana mereka mendefinisikan situasi yang dihadapi dalam interaksi sosial. Jadi individulah yang dipandang aktif untuk menentukan lingkungan mereka sendiri.
23
3. Makna yang di interpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial. Perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Manusia membayangkan atau merencanakan apa yang akan mereka lakukaan. (Mulyana, 2008: 71-72)
Adapun menurut Blummer dalam buku Engkus Kuswarno interkasi simbolik mengacu pada tiga premis utama, yaitu:
1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu pada mereka.
2. Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan oleh orang lain. dan,
3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial sedang berlangsung. (Kuswarno, 2008:22).
Keunikan dan dinamika simbol dalam proses interaksi sosial menuntut
manusia harus lebih kritis, peka, aktif dan kreatif dalam menginterpretasikan
simbol-simbol yang muncul dalam interaksi sosial, penafsiran yang tepat
atas simbol tersebut turut menentukan arah perkembangan manusia dan
lingkungan, sebaliknya, penafsiran yang keliru atas simbol dapat menjadi
petaka bagi hidup manusia dan lingkungannya.
2.1.5.1 Simbol
Simbol merupakan hasil kreasi manusia dan sekaligus menunjukkan
tinggi kualitas budaya manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya.
maupun melalui isyarat-isyarat tertentu (nonverbal). Simbol membawa pernyataan dan diberi arti oleh penerima, karena itu memberi arti terhadap
simbol yang dipakai dalam berkomunikasi. bukanlah hal yang mudah,
melainkan suatu persoalan yang cukup rumit. Proses pemberian makna
terhadap simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi, selain
dipengaruhi faktor budaya, juga faktor psikologis, terutama pada saat pesan
di decode oleh penerima. Sebuah pesan yang disampaikan dengan simbol yang sama, bisa saja berbeda arti bilamana individu yang menerima pesan
itu berbeda dalam kerangka berpikir dan kerangka pengalaman. Hal ini di
dapat dari hasil kerja manusia itu pula, dimana yang menunjukan manusia
memiliki keistimewaan sehingga hanya dialah yang dapat menciptakan
komunikasi baru yang mampu menyimpan berbagai ide dan gagasan dalam
human memory yang pada gilirannya tidak mudah dilupakan. ( Alo
Liliweri : 2011 )
2.1.6 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal dan Non Verbal
2.1.6.1 Definisi Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah salah satu bentuk komunikasi yang ada
dalam kehidupan manusia dalam hubungan atau interaksi sosialnya.
Pengertian Komunikasi Verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan lisan
atau dengan tertulis. Peranannya sangat besar karena sebagian besar dengan
25
disampaikan secara verbal dibandingkan non verbal. Komunikan juga lebih
mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan dengan komunikasi verbal
ini.3
2.1.6.1.1 Pesan dan Bahasa dalam Komunikasi Verbal
Pesan yang disampaikan berupa pesan verbal yang terdiri atas
kode-kode verbal. Dalam penggunaannya kode-kode-kode-kode verbal ini berupa bahasa.
Bahasa adalah seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur
sehingga menjadi kumpulan kalimat yang mengandung arti. Bahasa ini
memiliki tiga fungsi pokok, yaitu :
1. Untuk mempelajari tentang segala hal yang ada di sekeliling
kita.
2. Untuk membina hubungan yang baik dalam hubungan
manusia sebagai makhluk sosial antara satu individu dengan
individu lainnya.
3. Untuk menciptakan ikatan-ikatan dalam perjalanan
kehidupan manusia.
Bahasa dapat dipelajari dengan beberapa cara. Hal ini dijelaskan
dalam beberapa teori, seperti teori Operant Conditioning, teori kognitif, dan yang terakhir adalah mediating theory.
a. Menurut teori operant conditing bahasa dipelajari dengan adanya stimulus dari luar yang menyebabkan seseorang pada akhirnya
3
berbicara dengan bahasa yang dimengerti oleh orang yang
memberinya stimulan.
b. Dalam teori kognitif bahasa merupakan pembawaan manusia sejak
lahir yang merupakan pembawaan biologis. Di sini ditekankan
bahwa manusia yang lahir ke dunia berpotensi untuk bisa
berbahasa.
c. Mediating theory dikenal dengan istilah teori penengah. Di sini menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan
kemampuannya berbahasa, tidak hanya sekadar sebagai reaksi dari
adanya stimulus dari luar, tapi juga dipengaruhi proses internal
yang terjadi dalam diri manusia itu sendiri.
Tanpa bahasa manusia tidak bisa berfikir, bahasalah yang
mempengaruhi persepsi serta pola-pola pikir yang ada pada seseorang. Hal
tersebut dinyatakan oleh Benyamin Lee Whorf dan Edward Sapir dalam
hipotesa yang dibuatnya.4
2.1.6.1.2 Pentingnya Komunikasi Verbal
Dengan komunikasi verbal, pesan dapat diterima dengan baik oleh
komunikan. Komunikan pun dapat memberikan feedback dengan komunikasi verbal pula. Sehingga dapat dipastikan bahwa dengan
penggunaan komunikasi verbal ini, kesalahan persepsi komunikasi atau
4
27
miss communication dapat diminimalisir. Oleh karena itu, kemampuan dalam berbahasa merupakan bagian yang sangat penting untuk seorang
komunikator. Semakin banyak bahawa yang dikuasai maka semakin besar
pula potensi untuk menjadi seorang komunikator dan komunikan yang
baik untuk mencapai komunikasi efektif yang dibutuhkan dalam
kehidupan kita dalam segala bidang.
2.1.6.2 Definisi Komunikasi Non Verbal
Seperti halnya komunikasi secara umum, komunikasi non verbal
juga memiliki banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli.
Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter dalam (Mulyana, 2007:343) menuturkan bahwa :
“Komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali
rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan
oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang
mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima”.
Sementara itu Edward T. Hall “Menamai bahasa nonverbal ini sebagai “bahasa diam” (silent language) dan “dimensi tersembunyi”
(hidden dimension). Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan nonverbal tertanam dalam konteks komunikasi. Selain isyarat situasional
dan relasional dalam transaksi komunikasi, pesan nonverbal memberi kita
pesan nonverbal membantu kita menafsirkan seluruh makna pengalaman
komunikasi.”(Mulyana, 2007:344)
Serupa juga dengan apa yang diungkapkan T. Hall mengenai silent language terkait komunikasi non verbal, Albert Mehrebian (1981) didalam bukunya “Silent Messages: Implicit Communication of Emotions and
Attitudes” menegaskan hasil penelitiannya bahwa makna setiap pesan komunikasi dihasilkan dari fungsi-fungsi : 7% peryataan verbal, 38%
bentuk vokal, dan 55% ekspresi wajah. (Sendjaja, 2004:6.1)
Adapun Pendapat lain diutarakan oleh Frank E.X. Dance dan Calr E. Learson (1976) dalam bukunya “The Functions of Human Communication: A Theoritical Approach” menawarkan satu definisi tentang komunikasi nonverbal sebagai suatu stimulus yang pengertiannya tidak
ditentukan oleh makna isi simboliknya. (Sendjaja, 2004:6.3-6.4).
Definisi lain yang diungkapkan Arni Muhammad (2002:130) menyebutkan bahwa :
“Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan
dengan tidak menggunakan kata-kata, melainkan menggunakan
bahasa isyarat seperti gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan
berupa kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak,
sentuhan, dan sebagainya”. (Suranto, 2010:146)
Terlepas dari berbagai definisi komunikasi non verbal yang
29
untuk menggambarkan perasaan, emosi. Jika pesan yang anda terima
melalui sistem verbal tidak menunjukkan kekuatan pesan maka anda dapat
menerima tanda – tanda non verbal lainnya sebagai pendukung.
Komunikasi non verbal acapkali disebut : komunikasi tanpa kata (karena
tidak berkata – kata). (Liliweri, 1994:89)
2.1.6.2.1 Karakteristik dan Fungsi Komunikasi Non Verbal
Asente dan Gundykust (1989) dalam (Liliweri, 1994:97-100) mengemukakan bahwa pemaknaan pesan non verbal maupun fungsi non
verbal memiliki perbedaan dalam cara dan isi kajiannya.
Pemaknaan (meanings) merujuk pada cara interpretasi suatu pesan; sedangkan fungsi (functions) merujuk pada tujuan dan hasil suatu interaksi. Setiap penjelasan terhadap makna dan fungsi komunikasi non verbal harus
menggunakan sistem. Hal ini disebabkan karena pandangan terhadap
perilaku non verbal melibatkan, penjelasan dari beberapa kerangka teoritis
(penulis : sosiologi, antropologi, psikologi, etnologi, dan lain – lain)
seperti teori sistem, interaksionisme simbolis dan kognisi. Pemaknaan
terhadap perilaku non verbal dapat dilakukan melalui tiga pendekatan
yaitu : immediacy, status dan responsiveness.
Adapun yang dimaksudkan dengan pendekatan immediacy merupakan cara mengevaluasi objek non verbal secara dikotomis terhadap
karakteristik komunikator baik / buruk, positif / negatif, jauh dekat.
seseorang maupun objek yang disukainya pada pilihan skala yang
bergerak antara valensi positif hingga ke negatif.
Pendekatan status berusaha memahami makna non verbal sebagai ciri kekuasaan. Ciri ini dimiliki setiap orang yang dalam prakteknya selalu
mengontrol apa saja yang ada di sekelilingnya.
Pendekatan terakhir adalah pendekatan responsiveness yang menjelaskan makna perilaku non verbal sebagai cara orang bereaksi
terhadap sesuatu, orang lain, peristiwa yang berada di sekelilingnya
Responsiveness selalu berubah dengan indeks tertentu karena manusia pun mempunyai aktivitas tertentu.
Dimensi – dimensi Mahrabian seperti diungkapkan tersebut analog
dengan pemaknaan verbal daro Osgood, Suci, dan Tannenbaun dalam
semantic differensial antara lain dalam evaluasi, potensi dan aktivitas.
Dimensi tersebut sangat relevan dengan komunikasi antar budaya
sehingga budaya dianggap sebagai kunci untuk menjelaskan perilaku baik
verbal maupun non verbal. Penelitian terhadap tema ini bersandar pada
pertanyaan : bagaimana budaya mempengaruhi pernyataan dan pemaknaan
pesan non verbal.
Pendekatan berikut terhadap non verbal adalah pendekatan
31
keteraturan, pernyataan keintiman/keakraban, kontrol sosial dan sarana –
sarana yang membantu tujuan komunikasi non verbal.
2.1.7 Tinjauan Tentang Aktivitas Komunikasi
Sebagai makhluk sosial kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan
dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian yang
penting dalam kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Dalam
pengertiannya Aktivitas komunikasi adalah aktivitas rutin serta otomatis
dilakukan, sehingga kita tidak pernah mempelajarinya secara khusus, seperti
bagaimana menulis ataupun membaca secara cepat dan efektif ataupun
berbicara secara efektif .
Adapun pengertian Aktivitas Komunikasi menurut Hymes dalam buku Engkus Kuswarno adalah aktivitas yang khas atau kompleks, yang didalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi tertentu dan dalam konteks yang tertentu pula. (Kuswarno, 2008:42)
Untuk mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas komunikasi, perlu menangani unit-unit deskrit aktivitas komunikasi yang memiliki batasan-batasan yang bisa diketahui. Unit-unit analisis yang dikemukakan oleh Dell Hymes (1972), antara lain :
itu pada saat yang berbeda. Situasi yang sama bisa mempertahankan konfigurasi umum yang konsisten pada aktifitas yang sama di dalam komunikasi yang terjadi, meskipun terdapat diversitas dalam interaksi yang terjadi disana.
2. Peristiwa Komunikatif, merupakan unit dasar untuk tujuan deskriptif. Sebuah peristiwa tertentu didefinisikan sebagai keseluruhan perangkat komponen yang utuh, yang dimulai dengan tujuan umum komunikasi, topik umum yang sama, dan melibatkan partisipan yang sama, yang secara umum menggunakan varietas bahasa yang sama untuk interaksi, dalam seting yang sama. Sebuah peristiwa berakhir apabila terdapat perubahan dalam partisipan utama, misalnya perubahan posisi duduk atau suasana hening.
(Kuswarno, 2008:41). Analisis peristiwa komunikatif dimulai dengan deskripsi komponen-komponen penting, yaitu :
a. Genre, atau tipe peristiwa (misalnya, lelucon, cerita, ceramah, salam, percakapan).
b. Topik, atau fokus referensi.
c. Tujuan atau fungsi, peristiwa secara umum dan dalam bentuk tujuan interaksi partisipan secara individual.
d. Setting, termasuk lokasi, waktu, musim, dan aspek fisik situasi itu (misalnya, besarnya ruang, tata letak perabot).
e. Partisipan, termasuk usianya, jenis kelamin, etnik, status sosial, atau kategori lain yang relevan, dan hubungannya satu sama lain.
33
g. Isi pesan, mencakup apa yang dikomunikasikan, termasuk level konotatif dan refenesi denotatif atau
h. Urutan tindakakan, atau urutan tindak komunikatif atau tindak tutur, termasuk alih giliran atau fenomena percakapan.
i. Kaidah interaksi, atau properti apakah yang harus diobservasikan.
j. Norma-norma interpretasi, termasuk pengetahuan umum, kebiasaan kebudayaan, nilai yang dianut, tabu-tabu yang harus dihindari, dan sebagainya.
3. Tindakan Komunikatif, yaitu fungsi interaksi tunggal, seperti peryataan, permohonan, perintah, ataupun perilaku non verbal (Kuswarno, 2008:41) makna.
2.2 Kerangka Pemikiran
Etnografi komunikasi memandang perilaku komunikasi sebagai
perilaku yang lahir dari integrasi tiga keterampilan yang dimiliki setiap
individu sebagai makhluk sosial, ketiga keterampilan itu terdiri dari
keterampilan bahasa, keterampilan komunikasi, dan keterampilan budaya.
Bahasa hidup dalam komunikasi, bahasa tidak akan mempunyai makna jika
tidak dikomunikasikan.
Dalam etnografi komunikasi terdapat unsur bahasa yang tidak bisa
tepisahakan dalam kajian kebudayaan tersebut. Bahasa menjadi inti dari
komunikasi sekaligus sebagai pembuka realitas bagi manusia. Kemudian
sehingga bahasa secara tidak langsung turut membentuk kebudayaan pada
manusia.
Kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya,
menciptakan pemahaman tentang realita yang diungkapkan secara simbolik,
dan mewariskannya kepada generasi penerusnya, sangat tergantung pada
bahasa.
Kaitan antara bahasa, komunikasi, dan kebudayaan melahirkan
hipotesis relativitas linguistik dari Edward Safir dan Benjamin Lee Wholf, yang berbunyi “Struktur bahasa atau kaidah berbicara suatu budaya akan
menentukan perilaku dan pola pikir dalam budaya tersebut.” (Kuswarno,
2008:9)
Hipotesis tersebut diperkuat oleh pandangan etnografi yang
menyebutkan bahwa:
“Bahasa menjadi unsur pertama sebuah kebudayaan, karena bahasa akan menentukan bagaimana masyarakat penggunanya mengkategorikan pengalamannya. Bahasa akan menentukan konsep dan makna yang dipahami oleh masyarakat, yang pada gilirannya akan memberikan pengertian mengenai pandangan hidup yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dengan kata lain, makna budaya yang mendasari kehidupan masyarakat, terbentuk dari hubungan antara simbol-simbol atas bahasa.”(Kuswarno, 2008:9)
Bahasa hidup dalam komunikasi untuk menciptakan budaya,
kemudian budaya itu sendiri yang pada akhirnya akan menentukan sistem
komunikasi dan bentuk bahasa seperti apa yang pantas untuknya.
Pada etnografi komunikasi terdapat pemaknaan terhadap
35
memunculkan sebuah interaksi yang didalamnya terdapat simbol-simbol
yang memiliki makna tertentu.
Pada penelitian ini terlihat ketika proses dalam upacara pernikahan
adat batak Toba, dimana terdapat aktivitas komunikasi baik komunikasi
verbal dan non verbal, yang khas dan kompleks serta terdapat
peristiwa-peristiwa khas komunikasi. Peristiwa komunikasi tersebut melibatkan
tindakan komunikasi tertentu dan dalam konteks komunikasi yang tertentu,
sehingga proses komunikasi disini menghasilkan peristiwa-peristiwa yang
khas dan berulang.
Dalam medeskripsikan dan menganalisis aktivitas komunikasi, maka
diperlukan sebuah unit-unit diskrit aktivitas komunikasi tersebut, seperti
yang dikatakan oleh Hymes yaitu dengan mengetahui situasi komunikatif,
peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif.
Seperti di dalamnya terdapat berbagai simbol-simbol yang muncul,
ketika masuk ke dalam tempat upacara adat tersebut telah terjadi
tindak-tindak komunikatif. Ketika masuk ke dalam tempat acara terdapat berbagai
tahapan yang harus dilakukan, dan para tamu dalam menempati tempat
duduk harus mengikuti tata letak yang telah ditentukan dari adat batak.
Dimana ada tempat yang sudah diatur untuk para tamu dari pihak laki laki
dan perempuan. begitu juga simbol simbol yang digunakan ketika proses
pernikahan adat batak toba, dari dulu hingga sekarang selalu digunakan,
sehingga simbol simbol tersebut sudah menjadi bagian yang harus ada
Dari pemaparan diatas dapat digambarkan tahapan-tahapan model
[image:57.595.128.496.198.711.2]penelitian, seperti gambar dibawah ini :
Gambar 2.1
Alur Kerangka Pemikiran
Sumber : Data Peneliti 2013
Etnografi Komunikasi Kajian Peranan bahasa,budaya,komunikasi dalam perilaku suatu masyarakat Hymes
dalam Kuswarno 2008:22
Aktivitas Komunikasi
Aktivitas khas yang komplek. Hymes dalam
Kuswarno 2008:41 Situasi Komunikatif Konteks terjadinya komunikasi Peristiwa Komunikatif
Unit dasar untuk tujuan deskriptif / termasuk komponen komunikasi Tindakan Komunikatif Fungsi interaksi tunggal Upacara Pernikahan Adat Batak Toba
Interaksi Simbolik
Pertukaran pesan yang menggunakan simbol yang memiliki makna-makna tertentu.
37 BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
3.1.1 Pernikahan Adat Batak Toba
Masyarakat Batak Toba pada umumnya menganut prinsip keturuanan
masyarakat Batak Toba adalah Patrilineal, maksudnya garis keturunan dari anak
laki-laki. Menurut hukum adat, pernikahan dapat merupakan urusan pribadi,
urusan kerabat, keluarga, persekutuan, martabat, tergantung kepada tata susunan
masyarakat yang bersangkutan.1 Pernikahan bagi masyarakat adat Batak Toba
adalah sakral dan suci maksudnya perpaduan hakekat kehidupan antara laki laki
dan perempuan menjadi satu dan bukan sekedar membentuk rumah tangga dan
keluarga.2
Untuk menggambarkan sesuatu yang bersifat sakral dalam pernikahan
hanya dapat dilihat; dirasa dari sikap prilaku; dan budaya rasa pernikahan itu
sendiri. Budaya rasa yang demikian diwarisi secara rohani dari generasi ke
generasi yang menyebabkan pernikahan adat Batak Toba tetap hidup dan
dilaksanakan oleh masyarakat adat Batak termasuk mereka yang tinggal menetap
di perantauan. Pernikahan pada masyarakat adat Batak Toba adalah
tanggungjawab keseluruhan kerabat kedua belah pihak calon mempelai yang
pelaksanaannya sesuai dengan falsafah Dalihan Na Tolu sehingga pernikahan adat
Batak Toba mempunyai aturan yang lengkap mulai dari meminang, pemberian
1
Iman Sudiyat; Hukum Adat Sketsa Asas, Liberty, Yogyakarta,1981
2
jujur sampai upacara perkawinan. Salah satu ciri khas dari masyarakat adat Batak
Toba adalah merantau dan tetap memegang teguh adat istiadat dimanapun dia
berada, karena umumnya masyarakat Batak mempunyai ikatan lahir dan batin
yang sangat kuat terhadap tanah leluhur.
Pernikahan dalam adat Batak Toba pada asasnya bertujuan membentuk
rumah tangga yang bahagia dan kekal untuk mendapatkan anak sebagai penerus
garis keturunannya yaitu dari anak laki-laki. Pernikahan juga mempertahankan
kehidupan persekutuan setempat/ masyarakat desa dan persekutuan wilayah
selaku kesatuan tata susunan rakyat.
Pentingnya inisiasi (masa peralihan) dan peran-peran yang terlibat,
pernikahan juga menyangkut aspek ekonomi dengan segala macam kepentingan
di dalamnya, termasuk dalam hal perencanaan pesta pernikahan yang akan
dilaksanakan. Peranan dasar aspek ekonomi ini, misalnya, tampak jelas dalam
menetapkan jumlah uang, pembayaran, pengembalian pembayaran: harga
pengantin (sinamot), pembayaran para pelayanan pengantin selama upacara pernikahan berlangsung.
Konsep “pembayaran” dalam pernikahan adat mencakup “pembayaran”
oleh pihak pengantin laki-laki. Pembayaran ini bahkan merupakan bagian utama
dari pengesahan pernikahan menurut adat Batak Toba. Bila pertukaran ini sudah
terpenuhi, maka pernikahan itu menjadi sah dan keluarga yang baru itu sudah
mandiri; dan bila sebaliknya yang terjadi, maka pengantin pria harus
39
artinya yaitu pengesahan sua