PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK
(16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO
(
Theobroma cacao
L.)
SKRIPSIOLEH :
HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL/ 090301128 BPP-AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK
(16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO
(
Theobroma cacao
L.)
SKRIPSI
OLEH :
HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL/ 090301128 BPP-AGROEKOTEKNOLOGI
Usulan penelitian sebagai salah satu syarat melakukan penelitian di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi : Pengaruh Pupuk Kandang Kelinci dan Pupuk NPK (16:16:16) Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.)
Nama : Hendrikson Ferrianto Sitompul
NIM : 090301128
Departemen : Budidaya Pertanian dan Perkebunan Program Studi : Agronomi
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Mengetahui,
Ir. T Sabrina.M AgrSc.PhD Ketua Departemen Agroekoteknologi
Ketua
(Ir. Toga Simanungkalit, MP.) NIP :1959 0728 198702 1 001
Anggota
ABSTRAK
HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL : Pengaruh Pupuk Kandang Kelinci dan Pupuk NPK (16:16:16) Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.), dibimbing oleh Toga Simanungkalit dan Lisa Mawarni.
Salah satu faktor yang menentukan mutu bibit kakao adalah media tumbuh yang memiliki kesuburan kimia dan fisika, agar dapat diperoleh bibit yang baik dan sehat untuk pertumbuhan selanjutnya. Kesuburan media tumbuh dapat diperbaiki atau ditingkatkan dengan pemupukan anorganik maupun organik, diantaranya adalah dengan memanfaatkan pupuk kandang kelinci yang merupakan salah satu jenis kotoran padat dari kandang kelinci dan diolah menjadi pupuk serta pupuk NPK (16:16:16) yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan kakao pada media pembibitan. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU pada bulan Juli 2013 sampai dengan bulan September 2013, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial denga dua faktor yaitu dosis pupuk kandang kelinci (0, 50, 100, dan 150 g/polibag) dan dosis pupuk NPK (0, 4, 8, dan 12 g/polibag). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, dan bobot kering akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, dan bobot basah akar. Pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter. Interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter. Hasil terbaik dari penelitian ini diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk kandang kelinci 150 g/polibag
ABSTRACT
HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL : Response of Rabbit manure and NPK (16:16:16) fertilizer on cocoa seedlings growth, supervised by TOGA SIMANUNGKALIT and LISA MAWARNI.
One of the factors that determine the quality of cocoa seedlings are growing medium that has a chemical and physical fertility, in order to obtain a good and healthy seeds for further growth. Growing media fertility can be improved or enhanced with inorganic or organic fertilizer, such as Rabbit manure, which is one type of solid waste rabbit manure and NPK fertilizer, is expected to increase the growth of cocoa seedling. This research had been conducted at experimental field of Fakultas Pertanian USU in Julyy 2013 until September 2013, using factorial randomized block design with two factor, i.e. dose of rabbit boats fertilizer (0, 50, 100, and 150 gram per polybag) and dose of NPK fertilizer (0 ,4, 8, and 12 gram per polybag). Parameter observed were plant height, stem diameter, number of leaf, summarize of leaf area, fresh weight of shoot, fresh weight of root, dry weight of shoot and dry weight of root.
The result showed response of rabbit boats fertilizer on cocoa seed significantly increase plant height, stem diameter, number of leaf, summarize of leaf area, fresh weight of shoot, dry weight of shoot and fresh weight of root. NPK fertilizer significantly not affect the parameter. Interaction of both significantly not affect the parameter. The best results from this experimental were obtained in the treatment of rabbit manure at 150 g/polybag.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 28 Oktober 1990 dari
ibu M. Br. Pasaribu dan ayah R. Sitompul. Penulis merupakan anak pertama dari
4 bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 18 Medan, dan pada
tahun 2009 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian masuk bersama
(UMB). Penulis memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program
Studi Agroekoteknologi.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus unit
kegiatan mahasiswa kebaktian mahasiswa kristen (UKM KMK).
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Pupuk Kandang Kelinci dan Pupuk NPK (16:16:16) terhadap
Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacaoL.)”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua
orang tua yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada bapak Ir. Toga Simanungkalit, MP., selaku
dosen ketua komisi pembimbing dan ibu Ir. Lisa Mawarni, MP sebagai dosen
anggota komisi pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan masukan
selama penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada seluruh
staf pengajar, pegawai serta kerabat di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam kelancaran studi dan penyelesaian
skripsi ini.
Semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, November 2013
DAFTAR ISI
Tempat dan Waktu Penelitian ... 16Bahan dan Alat ... 16
Persiapan Media Tanam. ... 19
Pengecambahan Benih. ... 19
Penanaman Kecambah ... 19
Aplikasi Pupuk Kandang Kelinci ... 20
Pemeliharaan Tanaman ... 20
Penyiraman ... 20
Penyiangan ... 20
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 21
Pengamatan Parameter ... 21
Tinggi Tanaman (cm) ... 21
Jumlah Daun (helai) ... 21
Diameter Batang (mm) ... 21
Total Luas Daun (cm2) ... 22
Bobot Basah Tajuk (g) ... 22
Bobot Kering Tajuk (g) ... 22
Bobot Basah Akar (g) ... 22
Bobot Kering Akar (g) ... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 24
Pembahasan ... 40
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 46
Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
LAMPIRAN ... 49
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Tabel kandungan zat hara pada kotoran ternak ... 10 2. Rataan tinggi tanaman 4-14 MST (cm) pada pemberian pupuk
kandang kelinci dan pupuk npk ... 25 3. Rataan jumlah daun 4-14 MST (helai) pada pemberian pupuk kandang
kelinci dan pupuk npk ... 27 4. Rataan diameter batang 4-14 MST (mm) pada pemberian pupuk
kandang kelinci dan pupuk npk ... 30 5. Rataan total luas daun (cm2) pada pemberian pupuk kandang kelinci
dan pupuk npk ... 33 6. Rataan bobot basah tajuk (g) pada pemberian pupuk kandang kelinci
dan pupuk npk ... 35 7. Rataan bobot kering tajuk (g) pada pemberian pupuk kandang kelinci
dan pupuk npk ... 36 8. Rataan bobot basah akar (g) pada pemberian pupuk kandang kelinci
dan pupuk npk ... 38 9. Rataan bobot kering akar (g) pada pemberian pupuk kandang kelinci
dan pupuk npk ... 39
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Kurva respon tinggi tanaman dengan pemberian beberapa dosis pupuk kandang kelinci ... 26 2. Kurva respon jumlah daun dengan pemberian beberapa dosis pupuk
kandang kelinci ... 28 3. Kurva respon diameter batang dengan pemberian beberapa dosis
pupuk kandang kelinci ... 32 4. Kurva respon total luas daun dengan pemberian beberapa dosis pupuk
kandang kelinci ... 34 5. Kurva respon bobot basah tajuk dengan pemberian beberapa dosis
pupuk kandang kelinci ... 35 6. Kurva respon bobot kering tajuk dengan pemberian beberapa dosis
pupuk kandang kelinci ... 37 7. Kurva respon bobot basah akar dengan pemberian beberapa dosis
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Deskripsi tanaman kakao varietas Lindak ... 49
2. Bagan penelitian ... 50
3. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian ... 51
4. Data hasil analisis pupuk kandang kelinci ... ..52
5. Data hasil analisis tanah ultisol ... 53
6. Data pengamatan tinggi tanaman 4 MST (cm) ... 54
7. Sidik ragam tinggi tanaman 4 MST ... 54
8. Data pengamatan tinggi tanaman 6 MST (cm) ... 55
9. Sidik ragam tinggi tanaman 6 MST ... 55
10. Data pengamatan tinggi tanaman 8 MST (cm) ... 56
11. Sidik ragam tinggi tanaman 8 MST ... 56
12. Data pengamatan tinggi tanaman 10 MST (cm) ... 57
13. Sidik ragam tinggi tanaman 10 MST ... 57
14. Data pengamatan tinggi tanaman 12 MST (cm) ... 58
15. Sidik ragam tinggi tanaman 12 MST ... 58
16. Data pengamatan tinggi tanaman 14 MST (cm) ... 59
17. Sidik ragam tinggi tanaman 14 MST ... 59
18. Data pengamatan jumlah daun 4 MST (helai) ... 60
19. Sidik ragam jumlah daun 4 MST ... 60
20. Data pengamatan jumlah daun 6 MST (helai) ... 61
21. Sidik ragam jumlah daun 6 MST ... 61
22. Data pengamatan jumlah daun 8 MST (helai) ... 62
23. Sidik ragam jumlah daun 8 MST ... 62
24. Data pengamatan jumlah daun 10 MST (helai) ... 63
25. Sidik ragam jumlah daun 10 MST ... 63
26. Data pengamatan jumlah daun 12 MST (helai) ... 64
27. Sidik ragam jumlah daun 12 MST ... 64
28. Data pengamatan jumlah daun 14 MST (helai) ... 65
29. Sidik ragam jumlah daun 14 MST ... 65
30. Data pengamatan diameter batang 4 MST (mm) ... 66
31. Sidik ragam diameter batang 4 MST ... 66
32. Data pengamatan diameter batang 6 MST (mm) ... 67
33. Sidik ragam diameter batang 6 MST ... 67
34. Data pengamatan diameter batang 8 MST (mm) ... 68
35. Sidik ragam diameter batang 8 MST ... 68
36. Data pengamatan diameter batang 10 MST (mm) ... 69
37. Sidik ragam diameter batang 10 MST ... 69
39. Sidik ragam diameter batang 12 MST ... 70
40. Data pengamatan diameter batang 14 MST (mm) ... 71
41. Sidik ragam diameter batang 14 MST ... 71
42. Data pengamatan total luas daun daun (cm2) ... 72
43. Sidik ragam total luas daun daun ... 72
44. Data pengamatan bobot basah tajuk (g) ... 73
45. Sidik ragam bobot basah tajuk ... 73
46. Data pengamatan bobot kering tajuk (g) ... 74
47. Sidik ragam bobot kering tajuk ... 74
48. Data pengamatan bobot basah akar (g) ... 75
49. Sidik ragam bobot basah akar ... 75
50. Data pengamatan bobot kering akar (g) ... 76
51. Sidik ragam bobot kering akar ... 76
52. Rangkuman uji beda rataan pengamatan parameter ... 77
ABSTRAK
HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL : Pengaruh Pupuk Kandang Kelinci dan Pupuk NPK (16:16:16) Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.), dibimbing oleh Toga Simanungkalit dan Lisa Mawarni.
Salah satu faktor yang menentukan mutu bibit kakao adalah media tumbuh yang memiliki kesuburan kimia dan fisika, agar dapat diperoleh bibit yang baik dan sehat untuk pertumbuhan selanjutnya. Kesuburan media tumbuh dapat diperbaiki atau ditingkatkan dengan pemupukan anorganik maupun organik, diantaranya adalah dengan memanfaatkan pupuk kandang kelinci yang merupakan salah satu jenis kotoran padat dari kandang kelinci dan diolah menjadi pupuk serta pupuk NPK (16:16:16) yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan kakao pada media pembibitan. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU pada bulan Juli 2013 sampai dengan bulan September 2013, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial denga dua faktor yaitu dosis pupuk kandang kelinci (0, 50, 100, dan 150 g/polibag) dan dosis pupuk NPK (0, 4, 8, dan 12 g/polibag). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, dan bobot kering akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, dan bobot basah akar. Pemberian pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter. Interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter. Hasil terbaik dari penelitian ini diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk kandang kelinci 150 g/polibag
ABSTRACT
HENDRIKSON FERRIANTO SITOMPUL : Response of Rabbit manure and NPK (16:16:16) fertilizer on cocoa seedlings growth, supervised by TOGA SIMANUNGKALIT and LISA MAWARNI.
One of the factors that determine the quality of cocoa seedlings are growing medium that has a chemical and physical fertility, in order to obtain a good and healthy seeds for further growth. Growing media fertility can be improved or enhanced with inorganic or organic fertilizer, such as Rabbit manure, which is one type of solid waste rabbit manure and NPK fertilizer, is expected to increase the growth of cocoa seedling. This research had been conducted at experimental field of Fakultas Pertanian USU in Julyy 2013 until September 2013, using factorial randomized block design with two factor, i.e. dose of rabbit boats fertilizer (0, 50, 100, and 150 gram per polybag) and dose of NPK fertilizer (0 ,4, 8, and 12 gram per polybag). Parameter observed were plant height, stem diameter, number of leaf, summarize of leaf area, fresh weight of shoot, fresh weight of root, dry weight of shoot and dry weight of root.
The result showed response of rabbit boats fertilizer on cocoa seed significantly increase plant height, stem diameter, number of leaf, summarize of leaf area, fresh weight of shoot, dry weight of shoot and fresh weight of root. NPK fertilizer significantly not affect the parameter. Interaction of both significantly not affect the parameter. The best results from this experimental were obtained in the treatment of rabbit manure at 150 g/polybag.
PENDAHULUAN
Latar BelakangKakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang
berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2011 Indonesia
menjadi produsen kakao terbesar ke-3 di dunia dengan produksi 721.231
ton, dibawah negara Pantai Gading dan Ghana dengan produksi 1,4 juta ton
dan 1,1 juta ton. Volume ekspor kakao Indonesia tahun 2011 sebesar 936 266
ton dengan nilai Rp. 1.613.535.000. Luas areal produksi kakao di Indonesia
tahun 2011 sebesar 1 677 254 ha dengan 94 % luas areal adalah perkebunan
rakyat (Ditjenbun, 2011).
Untuk mendukung pengembangan tanaman kakao agar berhasil dengan
baik, langkah awal usaha budidaya kakao yang baik adalah mempersiapkan bahan
tanam di pembibitan. Karena pembibitan merupakan pertumbuhan awal suatu
tanaman sebagai penentu pertumbuhan selanjutnya maka pemeliharaan dalam
pembibitan harus lebih intensif dan diperhatikan. Selain pemupukan, pertumbuhan
bibit kakao juga dipengaruhi jenis tanah yang digunakan sebagai media
(Syamsulbahri, 1996).
Pada saat ini permasalahan yang dihadapi dalam pembibitan kakao pada
skala besar adalah keterbatasan tanah top soil sebagai media tanam di polibag.
Pada kenyataannya ketersediaan tanah sub soil yang cukup banyak di lapangan
sudah mulai digunakan sebagai pengganti media tanam sub soil. Pada umumnya
tanah sub soil mempunyai nilai kesuburan yang lebih rendah dibandingkan tanah
top soil, antara lain ditunjukan dengan rendahnya kandungan bahan organik dan
kakao yang baik pada tanah sub soil maka kandungan bahan organik dan unsur
hara harus ditingkatkan.
Kotoran kelinci merupakan salah satu alternatif sebagai pupuk organik
dikarenakan kelinci dengan berat badan 1 kg menghasilkan 28,0 g kotoran lunak
per hari dan mengandung 3 g protein serta 0,35 g nitrogen dari bakteri atau setara
1,3 g protein. Kotoran kelinci dikenal sebagai sumber pupuk organik yang
potensial untuk tanaman hortikultura. Pemanfaatan limbah ini diduga berpengaruh
signifikan dalam suatu integrasi usaha sayuran ternak berbasis kelinci di
sentra-sentra produksi hortikultura. Pada saat ini, pupuk kandang kelinci belum pernah
dimanfaatkan dan digunakan pada pembibitan tanaman perkebunan bahkan sangat
sedikit informasi penggunaan pupuk organik dari kotoran kelinci yang
hanya banyak dimanfaatkan pada tanaman hortikultura misalnya jagung,
kacang-kacangan, dan ubi (Rahardjo dkk.,2010).
Pupuk NPK (nitrogen phosphate kalium) merupakan pupuk majemuk
cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Bentuk pupuk NPK yang sekarang
beredar di pasaran adalah pengembangan dari bentuk-bentuk NPK lama yang
kadarnya masih rendah. Kadar NPK yang banyak beredar adalah 16-16-16 dan
8-20-15. Kadar lain yang tidak terlalu umum beredar adalah 6-12-15, 12-12-12
atau 20-20-20. Tiga tipe pupuk NPK tersebut juga sangat populer karena kadarnya
cukup tinggi dan memadai untuk menunjang pertumbuhan tanaman.
(Marsono dan Sigit, 2001).
Pemberian pupuk organik merupakan tindakan pengelolaan yang
diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah melalui perbaikan sifat fisik,
meningkatkan efisiensi pemberian pupuk organik yang pada gilirannya dapat
menunjang produksi yang maksimal. Pemberian bahan organik dan pupuk
anorganik (N, P dan K) merupakan suatu usaha dalam memenuhi kebutuhan hara
bagi tanaman. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki keseimbangan hara yang
terdapat dalam tanah. Fungsi bahan organik adalah (1) memperbaiki struktur
tanah, (2) menambah ketersediaan unsur hara N, P, dan S, (3) meningkatkan
kemampuan tanah mengikat air (4) memperbesar kapasitas tukar kation (KTK)
dan (5) mengaktifkan organisme (Rachman dkk., 2008).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap
pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK
(16:16:16) terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.).
Hipotesis Penelitian
Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) serta interaksi
keduanya berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit kakao
(Theobroma cacao L.).
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data dalam penyusunan skripsi
yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan diharapkan dapat
TINJAUAN PUSTAKA
Botani TanamanKakao merupakan satu-satunya diantara 22 jenis marga Theobroma, suku
Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Sistematika tanaman kakao
menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2004) adalah : Kingdom :
Plantae ; divisio : Spermatophyta; subdivisio : Angiospermae; kelas :
Dicotyledoneae ; ordo : Dialypetale ; famili : Malvales ; genus :
Theobroma ; spesies : Theobroma cacao L
Pada awal perkecambahan benih, akar tunggang tumbuh cepat, yakni
mencapai 1 cm pada umur 1 minggu, 16-18 cm pada umur satu bulan dan 25 cm
pada umur tiga bulan. Laju pertumbuhannya kemudian melambat dan untuk
mencapai mencapai panjang 50 cm diperkirakan memakan waktu dua tahun.
Kedalaman akar tunggang menembus tanah dipengaruhi oleh kondisi air tanah
dan struktur tanah. Pada tanah yang jeluknya dalam dan berdrainase
baik, akar tunggang kakao dewasa mencapai kedalaman 1,0-1,5 m
(Wahyudi dkk., 2008).
Pertumbuhan batang kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua
bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan
tunas ortotrof atau tunas air, sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya ke
samping disebut dengan plagiotrotrof atau cabang kipas. Tinggi tanaman umur
tiga tahun mencapai 1,8-3,0 meter pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,5-7,0
meter (Pusat Penelitian kopi dan Kakao Indonesia, 2004).
Daun kakao terdiri atas tangkai daun dan helai daun. Panjang daun
tunas biasanya berwarna merah dan disebut daun flus, permukaannya sutera.
Setelah dewasa, warna daun akan berubah menjadi hijau dan permukaannya kasar.
Pada umumnya daun-daun yang terlindung lebih tua warnanya bila dibandingkan
dengan daun yang langsung terkena sinar matahari (Siregar dkk., 1997).
Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang
dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut
semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan
bunga (cushion). Bunga kakao disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama
lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkar yang tersusun
dari 5 tangkai sari tetapi hanya 1 tangkai sari yang fertil, dan 5 daun buah yang
bersatu. Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat
terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap
kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkotanya
panjang 6-8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku
binatang (claw) dan biasanya terdapat dua garis merah. Bagian ujung berupa
lembaran tipis, fleksibel dan berwarna putih (Suryani dan Zulfebriansyah, 2007).
Kulit buah ada yang halus dan ada yang kasar, tetapi dasarnya kulit buah
beralur 10 yang letaknya berselang-seling. Buah kakao masak setelah berumur 5-6
bulan, tergantung pada elevasi tempat penanaman. Pada saat buah masak, ukuran
yang terbentuk cukup beragam dengan ukuran berkisar 10-30 cm,
berdiameter 7-15 cm, tetapi tergantung pada kultivar dan faktor-faktor lingkungan
selama proses perkembangan buah (Wahyudi dkk.,2008).
Biji dibungkus oleh daging buah atau pulp yang berwarna putih dan
karena biji kakao tidak memiliki masa dorman maka seringkali biji dalam buah
pun dapat tumbuh bila terlambat dipanen. Biji kakao terdiri dari kulit biji atau
testa, dua kotiledon yang saling meliapat dan embrio yang terdiri dari epikotil,
hipokotil dan radikula (Susanto,1994).
Syarat Tumbuh
Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor lingkungan yang cukup berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan keberhasilan budidaya tanamn, termasuk budidaya
kakao. Tanaman kakao dapat tumbuh pada garis lintang 100 LS-100 LU dan pada
ketinggian 0-600 m dpl (Wahyudi dkk., 2008).
Faktor suhu sangat berhubungan dengan tinggi tempat. Pada umumnya
kakao di usahakan pada ketinggian kurang dari 300 m dpl. Suhu maksimal untuk
kakao sekitar 300C-320C, sedangkan suhu minimum sekitar 180C-210C. Bila suhu
terlalu tinggi menyebabkan hilangnya dormansi apikal dan tunas ketiak daun
tumbuh menjadi daun kecil-kecil. Sedangkan suhu terlalu rendah menyebabkan
daun seperti terbakar dan bunga mengering (Susanto, 1994).
Tanaman kakao menghendaki lingkungan yang dengan kelembapan tinggi
dan konstan, yakni diatas 80%. Nilai kelembapan ini merupakan mikrolimat hujan
tropis yang dapat menjaga kestabilan tanaman. Kelembapan tinggi bisa
mengimbangi evapotranspirasi tanaman dan mengompensasi curah hujan yang
rendah (Wahyudi dkk., 2008).
Kakao tergolong sebagai tanaman C3 yang mampu berfotosintesis pada
suhu rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada
fotosintesis setiap daun cokelat yang telah membuka sempurna berada pada
kisaran 3-30% dari cahaya matahari penuh atau pada 15% dari cahaya matahari
penuh. Hal ini berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang menjadi lebih
besar bila cahaya matahari yang diterima lebih banyak (Siregar dkk., 1997).
Curah hujan adalah faktor iklim terpenting dalam budidaya kakao.
Tanaman kakao membutuhkan curah hujan yang sebarannya merata atau curah
hujan tahunannya lebih besar dari evapotranspirasinya. Kisaran curah hujan yang
ideal bagi pertumbuhan tanaman kakao adalah 1500-2500 mm/ tahun
(Wahyudi dkk.,2008).
Tanah
Tanaman kakao dapat tumbuh pada tanah yang memiliki kisaran
pH 4,0-8,5. Namun pH yang ideal adalah 6,0-7,5 dimana unsur-unsur hara dalam
tanah dapat tersedia bagi tanaman. Pada pH yang tinggi misalnya lebih dari 8,0
kemungkinan tanaman akan kekurangan unsur hara dan akan keracunan Al, Mn
dan Fe pada pH rendah, misalnya kurang dari 4,0 (Susanto, 1994).
Tanah yang cocok untuk tanaman kakao adalah yang berstektur geluh
lempung (clay loam) yang merupakan perpaduan antara 50% pasir, 10-20% debu,
dan 30-40% lempung berpasir. Tekstur tanah ini dianggap memilki kemampuan
menahan air yang tinggi dan memilki sirkulasi udara yang baik
(Wahyudi dkk., 2008).
Tanaman kakao membutuhkan tanah berkadar bahan organik tinggi, yaitu
diatas 3%. Kadar bahan organik yang tinggi akan memperbaiki struktur tanah,
biologi tanah, kemampuan penyerapan (absorbsi) hara dan daya simpan lengas
terhadap unsur-unsur hara cukup tinggi dan selanjutnya melepaskannya untuk
diserap akar tanaman (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).
Tanaman kakao dapat tumbuh dan berproduksi pada jenis tanah ultisol
yang dikenal dengan solum tanahnya antara 1,3-5,0 m, tanah podsolik merah
hingga kuning, teksturnya lempung berpasir sampai lempung liat, gembur,
kandungan haranya rendah, tanah andosol dapat dikenal dengan solum tanah yang
tebal antara 1-2 m, berwarna hitam kelabu sampai coklat tua (Widya, 2008).
Kandungan hara pada tanah ultisol umumnya rendah karena pencucian
basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena
proses dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi. Pada tanah ultisol
yang mempunyai horizon kandik, kesuburan alaminya hanya bergantung pada
bahan organik lapisan atas. Dominasi kaolinit pada tanah ini tidak memberi
kontribusi pada kapasitas tukar kation tanah, sehingga kapasitas tukar kation
hanya bergantung pada kandungan bahan organik dan fraksi liat. Oleh karena itu,
peningkatan produktivitas tanah ultisol dapat dilakukan melalui
perbaikan tanah (ameliorasi), pemupukan, dan pemberian bahan organik
(Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).
Media tanam yang biasa digunakan dalam pembibitan kakao adalah
berupa campuran antara tanah dan pupuk organik. Beberapa penelitian
memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan perbandingan dan campuran
medium tumbuh antara satu tempat dengan tempat yang lain. Di Malaysia banyak
perkebunan menerapkan campuran lapisan atas tanah yang cukup berliat dan
pasir kasar dengan perbandingan 2 : 1 Wood (1989). Menurut Soeratno (1980)
tanah lapisan atas dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1.
Menurut Zulfan (1988) dan Erwiyono (1990) menganjurkan apabila digunakan
tanah lapisan atas jenis podsolik merah kuning untuk medium tumbuh bibit
kakao, sebaiknya dicampur dengan pasir dan pupuk kandang dengan
perbandingan 2 : 1 : 1, sedangkan Wahyudi (1986) dan Soetanto (1991)
menganjurkan perbandingan tanah dan pupuk kandang 2 : 1 untuk tanah lapisan
atas. Rekomendasi dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (1997), yaitu dengan
perbandingan komposisi 1 : 1 : 1. (tanah : pasir : bokashi).
Pupuk Kandang Kelinci
Kelinci pada awalnya adalah ternak liar yang sulit dijinakkan. Tetapi sejak
dua puluh abad yang silam hewan ini sudah mulai dijinakkan. Pada umumnya
tujuan pemeliharaan kelinci adalah untuk ternak hias ,penghasil daging, kulit dan
untuk hewan percobaan. Manfaat lain yang bisa diambil dari kelinci adalah hasil
ikutannya yang dapat dijadikan pupuk, kerajinan dan pakan ternak
(Kartadisastra, 2001).
Potensi kelinci tidak hanya sebagai penghasil daging yang sehat dan
sebagai penghasil kulit bulu (fur) dan wool. Selain dari pada itu
kotoran kelinci merupakan sumber pupuk kandang yang baik karena mengandung
unsur hara N, P dan K yang cukup baik dan arena kandungan proteinnya yang
tinggi (18% dari berat kering) sehingga kotoran kelinci masih dapat diolah
menjadi pakan ternak (Suradi, 2005).
Sistem pencernaan kelinci berbeda dengan ternak ruminasia, sehingga
kandungan unsur hara pada kotorannya berbeda. Sistem pencernaan pada kelinci
saluran pencernaan. Kemudian komposisi kotoran kelinci lunak dan
diselaputi mukosa yang mengandung bahan protein yang tinggi (28,5%)
sedangkan pada kotoran kerasnya 9,2% (Rahardjo dkk., 2010).
Tingginya protein ini disebabkan populasi mikroba dalam sekum yang
sangat aktif dalam memanfaatkan nitrogen dari urea darah yang masuk sekum dan
protein mikroba ini turut menyumbang tingginya kadar protein dalam kotoran.
Pada tabel terlihat nitrogen dan fospor papuk kandang dari kotoran kelinci lebih
tinggi dibandingkan ternak ruminansia, namun masih lebih rendah dibandingkan
dengan kotoran unggas dan guano. Lebih rendahnya ini disebabkan faktor
makanan, ternak unggas maupun burung penghasil guano dengan makanan utama
bijia-bijian dan serangga yang memiliki kandungan protein lebih tinggi dari pada
serat kasarnya (Rahardjo dkk., 2010).
Tabel 1 .Kandungan zat hara beberapa kotoran ternak
Nama Ternak N (%) P (%) K (%)
Sumber : Karama dkk. (1991)
Bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga
mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan organik
dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta
membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah. Bahan organik
tanah melalui fraksi-fraksinya mempunyai pengaruh nyata terhadap pergerakan
jumlah ion yang tercuci, sedangkan asam humat berkorelasi negatif dengan kadar
dan jumlah ion yang tercuci (Prasetyo dkk., 2006).
Senyawa-senyawa organik yang ada di dalam tubuh tanaman pada
umumnya mengandung nitrogen. Beberapa senyawa nitrogen yang ada di dalam
tubuh tanaman seperti protein, asam-asam amino, enzim-enzim, bahan penghasil
energi seperti ADP, ATP, dan klorofil. Tanaman tidak dapat melakukan
metabolisme bila kahat nitrogen untuk membentuk bahan-bahan vital tersebut
nitrogen berperan sebagai penyusun klorofil yang dapat meningkatkan fotosintesis
pada tanaman. Fosfor berperan dalam pembelahan sel dan pembentukan lemak,
pembentukan bunga, buah, dan biji, merangsang perkembangan akar, dan
meningkatkan kwalitas hasil tanaman. Kalium memegang peranan penting dalam
metabolisme karbohidrat, pembentukan, pemecahan dan translokasi pati,
metabolisme dan sintesis protein, mengaktifkan berbagai jenis enzim, serta
mengatur membuka dan menutup stomata dan hal-hal yang berkaitan dengan air.
Kalsium berperan penting untuk pembentukan lamella tengah sel, karena berperan
dalam hal sintesa kalsium pekat. Kalsium juga berperan mencegah pengguguran
serta proses menuanya daun, serta penyusun dinding sel. Magnesium berperan
sebagai penyusun klorofil, pembentukan gula, mengatur penyerapan unsur hara
lainnya, menstimulasi pembentukan minyak dan lemak, serta berperan dalam
translokasi pati di dalam tubuh tanaman (Damanik dkk., 2010).
Pupuk NPK (16:16:16)
Pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara
yang digunakan untuk menambah kesuburan tanah. Contoh pupuk majemuk yaitu
NPK yang mengandung senyawa ammonium nitrat (NH4NO3), amonium
dihidrogen fosfat (NH4H2PO4) dan kalium klorida (KCL). Kadar unsur hara N, P,
dan K dalam pupuk majemuk dinyatakan dengan komposisi angka tertentu.
Misalnya pupuk NPK 10-20-15 berarti dalam pupuk itu terdapat 10% nitrogen,
20% fosfor (sebagai P2O5) dan 15 % kalium (sebagai K2O). Penggunaan pupuk
majemuk harus disesuaikan dengan kebutuhan dari jenis tanaman yang akan
dipupuk karena setiap jenis tanaman memerlukan perbandingan N, P dan K
tertentu. Di, Indonesia beredar beberapa jenis pupuk majemuk dengan komposisi
N, P, dan K yang beragam (Imran, 2005).
Pupuk NPK yang dibutuhkan pada tanaman kakao NPK dengan
kandungan 16% N, 16% P, 16% K (16:16:16). Pemberian pupuk diberikan pada
usia tanaman kakao di pembibitan berusia 4 minggu. Pupuk NPK yang diberikan
sebanyak 2 sampai 4 gram per tanaman, dengan tujuan untuk menyuburkan
pertumbuhan, pupuk NPK dilakukan tiap 1 sampai 4 bulan sekali (Widya. 2008).
Pupuk NPK merupakan sebutan dari unsur yang dikandungnya, bukan
merek. Celakanya lagi ialah merek dagang pupuk NPK ada sangat banyak dengan
kadar hara yang berbeda-beda. Misalnya NPK Holland dan NPK Mutiara yang
sama-sama pupuk NPK, tetepai kadar N, P, dan K nya berlainan. Oleh karena itu,
sebaiknya disebutkan merek dagangnnya atau kalu tidak sebutkan hara yang
dikandungnya. Misalnya, disebutkan NPK (15-15-15) maka akan diperoleh pupuk
majemuk NPK berkadar N 15%, P 15% dan K 15%. (Lingga dan Marsono, 2004)
Pada masa vegetatif tanaman membentuk tubuhnya agar menjadi
tanaman yang sehat dan kuat sehingga ia menyerap nutrien atau
jumlah tunas batang baru berlangsung dengan cepat. Dalam masa pertumbuhan
tanaman, seperti juga pada manusia dan hewan, membutuhkan protein untuk
membangun tubuhnya. Protein diambil dari unsur nitrogen. Contoh pupuk yang
banyak dibutuhkan untuk masa vegetatif adalah urea, NPK (15:15:15), pupuk
kandang dan humus (Prihmantoro, 1997).
Nitrogen adalah komponen utama dari berbagai subtansi penting di dalam
tanaman. Sekitar 40-50% kandungan protoplasma yang merupakan substansi
hidup dari sel tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen
digunakan tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi
protein. Nitrogen juga dibutuhkan untuk membentuk senyawa penting seperti
klorofil, asam nukleat dan enzim. Karena itu, nitrogen dibutuhkan dalam jumlah
relatif besar pada saat pertumbuhan tanaman, khususnya pada tahap pertumbuhan
vegetatif, seperti pembentukan tunas atau perkembangan batang dan daun
(Novizan, 2002).
Menurut Lindawati dkk (2000), pupuk nitrogen merupakan pupuk yang
sangat penting bagi semua tanaman, karena nitrogen merupakan penyusun dari
semua senyawa protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya.
Nitrogen juga memiliki peranan yaitu merangsang pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Nitrogen penting dalam hal
pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis.
Pemupukan bertujuan untuk memenuhi jumlah kebutuhan hara yang
kurang sesuai di dalam tanah, sehingga produksi meningkat. Hal ini berarti
penggunaan pupuk dan input lainnya diusahakan agar mempunyai efisiensi
ketidaktepatan pemberian pupuk merupakan pemborosan yang berarti
mempertinggi input. Keefisienan pupuk diartikan sebagai jumlah kenaikan hasil
yang dapat dipanen atau parameter pertumbuhan lainnya yang diukur sebagai
akibat pemberian satu satuan pupuk/hara.
Bagi tanaman pupuk fospor berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan
akar semai, memacu dan memperkuat tanaman, meningkatkan produksi
biji-bijian. Unsur P merupakan bahan pembentukan sel inti, selain itu mempunyai
peranan penting bagi pembelahan sel serta perkembangan jaringan meristematik.
Dapat membentuk ikatan fosfat yang dipergunakan untuk mempercepat
proses-proses fisologis (Sutejo, 2002).
Secara umum dapat disimpulkan bahwa kalium memegang peranan
penting dalam peristiwa-peristiwa fisiologis seperti metabolisme karbohidrat,
pembentukan, pemecahan dan translokasi pati, metabolisme protein dan sintesis
protein, mengawasi dan mengatur aktivitas berbagai unsur mineral, mengaktifkan
berbagai kerja enzim, mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik,
netralisasi asam-asam organik bagi hasil fisiologis, mengatur membuka dan
menutup stomata dan hal-hal yang berkaitan dengan air (Damanik dkk., 2010).
Hara yang diserap tanaman dimanfaatkan untuk berbagai proses
metabolisme dalam menjaga fungsi fisiologis tanaman. Gejala fisiologis sebagai
efek pemupukan diantaranya dapat diamati melalui parameter yaitu bobot segar,
bobot kering, kadar klorofil daun nitrogen dan magnesium jaringan. Unsur
nitrogen akan meningkatkan warna hijau daun, mendorong pertumbuhan batang
dan daun sedangkan magnesium merupakan faktor untuk pembentukan klorofil
Pemupukan yang diberikan pada tanaman sebaiknya harus memperhatikan
kaedah 4 T (tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara) untuk mendukung
pertumbuhan dan produksi yang baik pada tanaman. Tepat jenis merupakan salah
satu faktor yang penting dalam tata laksana pemupukan sesuai kebutuhan unsur
hara pada tanaman. Dosis pupuk dalam pemupukan haruslah tepat, artinya dosis
tidak terlalu sedikit atau banyak yang dapat menyebabkan pemborosan atau dapat
merusak akar tanaman. Waktu pemberian pupuk juga haruslah tepat, misalnya
pemberian pupuk yang terlalu awal sebelum bertanam misalnya untuk
pupuk-pupuk yang bersifat mudah larut dan mudah tercuci seperti pupuk nitrogen
tidak effisien. Cara pemupukan perlu juga diperhatikan sebab cara pemupukan
BAHAN DAN METODE
Tempat dan WaktuPenelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan. Dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas
permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai dengan
September 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kakao lindak,
polibag ukuran 25 x 30 cm atau ± 5 kg, tanah sub soil ultisol, pasir, pupuk
kandang kelinci, pupuk NPK (16:16:16), fungisida, bambu sebagai pondasi
naungan, daun nipah sebagai atap naungan, dan bahan-bahan lain yang
mendukung pelaksanaan penelitian.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, parang,
handsprayer, meteran, timbangan analitik, dan alat-alat lain yang mendukung
pelaksanaan penelitian.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial
dengan dua faktor perlakuan, sebagai berikut :
Faktor 1: Perlakuan pemberian pupuk kandang kelinci dengan 4 taraf, yaitu:
K0 : Tanpa pupuk
K1 : 50 gr/polibag
K2 : 100 gr/polibag
Faktor 2: Dosis Pupuk NPK (16:16:16) dengan 4 taraf, yaitu:
N0 : Tanpa pupuk
N1 : 4 gram / polibag
N2 : 8 gram / polibag
N3 :12 gram / polibag
Sehingga diperoleh 16 kombinasi, yaitu:
K0N0 K1N0 K2N0 K3N0
K0N1 K1N1 K2N1 K3N1
K0N2 K1N2 K2N2 K3N2
K0N3 K1N3 K2N3 K3N3
Jumlah ulangan = 3
Jumlah Kombinasi = 16
Jumlah plot penelitian = 48
Jumlah sampel/plot = 3
Jumlah tanaman / plot = 4
Jumlah tanaman seluruhnya = 192 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya = 144 tanaman
Jarak antar blok = 50 cm
Jarak antar plot = 30 cm
Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
dimana: Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i yang diberi Pupuk kandang
kelinci pada taraf ke-j dan pupuk NPK pada taraf ke-k
µ = Nilai tengah
ρi = Pengaruh blok ke-i
αj = Pengaruh pemberian Pupuk kandang kelinci pada taraf ke-j
βk = Pengaruh pupuk NPK pada taraf ke-k
(αβ)jk = Pengaruh interaksi pemberian pupuk kandang kelinci pada
taraf ke-j dan pupuk NPK pada taraf ke-k
εijk = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan
pemberian Pupuk kandang kelinci pada taraf ke-j dan pupuk
NPK pada taraf ke-k
Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata
dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5%
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan LahanAreal penelitian dibersihkan dari gulma dan sampah lainnya. Lahan diukur
dan dilakukan pembuatan plot dengan luas 80 x 80 cm dengan jarak antar plot
30 cm dan jarak antar blok 50 cm.
Persiapan Naungan
Naungan dibuat dari bambu sebagai tiang dan daun nipah sebagai atap
memanjang utara-selatan dengan tinggi 1,5 m di sebelah timur dan 1,2 m di
sebelah barat dengan panjang areal naungan 22 m dan lebar 5 m.
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah tanah subsoil ultisol Simalingkar.
Ukuran polibag yang digunakan adalah 20x 30 cm. Sebelum media dimasukan ke
dalam polibag terlebih dahulu dibersihkan dari sampah dan kotoran lainnya,
kemudian olah tanah subsoil yang telah dikering udarakan hingga remah lalu
masukan ke dalam polibag.
Pengecambahan Benih
Media perkecambahan adalah pasir setebal 10-15 cm di bak
perkecambahan, dibuat arah utara-selatan. Benih didederkan dengan radikula pada
bagian bawah dengan jarak antar benih 2 cm x 3 cm.
Penanaman Kecambah
Pemindahan bibit ke dalam polibag dilakukan setelah benih mulai
dengan membenamkannya sedalam jari telunjuk lalu ditutup dengan campuran
media tanam. Polibag yang telah diisi kecambah disusun rapi/teratur di atas lahan
pembibitan dan diberi naungan.
Aplikasi Pupuk Kandang kelinci
Aplikasi pupuk kandang kelinci dengan cara mencampurkan ke dalam
media tanam yang terdapat di polibag sesuai dengan taraf perlakuan yaitu 0 gram,
50 gram, 100 gram dan 150 gram.
Aplikasi pupuk NPK (16:16:16)
Aplikasi pupuk NPK (16:16:16) dilakukan 1 minggu dan 5 minggu setelah
penanaman kecambah ditanam dengan dosis setengah dari dosis yang pada
perlakuan masing-masing. Aplikasi dilakukan dengan cara membuat lubang
dengan tugal di samping tanaman lalu dibenamkan dan di tutup kedalam tanah
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari pada pukul
09.00- 10.00 Wib dan sore hari pada pukul 16.00- 18.00 atau sesuai dengan
kondisi di lapangan.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut rumput yang
berada dalam polibag yang dilakukan setiap minggunya dan menggunakan
herbisida Roundup dengan bahan aktif paraquat untuk gulma yang berada pada
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan
insektisida Matador 25 EC dengan bahan aktif curacrondan 2 cc/l air dan
fungisida Dithane M 45 dengan konsentrasi 2 g/l air. Pada saat penelitian
dilaksanakan di lapangan, dijumpai serangan hama pada daun sehingga
pengaplikasian insektisida Matador 25 EC dilakukan pada 4 MST, 6 MST, 9
MST, 12 MST dan 14 MST .
Pengamatan Parameter
Tinggi Bibit (cm)
Tinggi bibit diukur mulai dari garis permukaan tanah pada patok standar
hingga titik tumbuh bibit dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi
tanaman dilakukan sejak tanaman berumur 4 MST hingga 16 MST dengan
interval pengamatan dua minggu sekali.
Jumlah Daun (Helai)
Jumlah daun yang dihitung adalah seluruh daun yang telah membuka
sempurna dengan ciri-ciri helaian daun dalam posisi terbuka yang ditandai telah
terlihatnya tulang-tulang daun seluruhnya bila diamati dari atas daun. Pengukuran
jumlah daun dilakukan sejak tanaman berumur 4 MST hingga 16 MST dengan
interval pengamatan dua minggu sekali.
Diameter Batang (mm)
Diameter batang diukur sejajar garis 1 cm di atas garis permukaan tanah
pada patok standar dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan
dirata - ratakan. Pengukuran dilakukan sejak tanaman berumur 4 MST
hingga 16 MST dengan interval pengamatan dua minggu sekali.
Total Luas Daun (cm2)
Pengukuran total luas daun dilakukan pada akhir penelitian
(pada saat tanaman berumur 16 MST) dengan menggunakan Pengukuran total
luas daun dilakukan pada akhir penelitian dengan menggunakan persamaan yang
dibuat oleh Asomaning dan Locard dalam Sunarwidi (1982) yaitu : Log Y = -0,495 + 1,904 log x
Dimana : Y = Luas Daun (cm2)
X = panjang daun (cm)
Bobot Basah Tajuk (g)
Tajuk tanaman adalah bagian atas tanaman yang terdiri dari batang, serta
daun-daun pada tanaman kakao. Bobot basah tajuk diukur pada akhir penelitian.
Bahan dibersihkan dan kemudian ditimbang dengan timbangan
analitik.Pengukuran bobot basah tajukdilakukan pada akhir penelitian (pada saat
tanaman berumur 16 MST).
Bobot Kering Tajuk (g)
Bobot kering tajuk diukur pada akhir penelitian (pada saat tanaman
berumur 16 MST) Setelah bahan dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam
amplop coklat yang telah dilubangi, kemudian dikeringkan pada suhu 105°C di
dalam oven selama 24 jam.
Bobot Basah Akar (g)
Bobot basah akar diukur pada akhir penelitian (pada saat tanaman berumur
Bobot Kering Akar (g)
Bobot kering akar diukur pada akhir penelitian (pada saat tanaman
berumur 16 MST) Setelah dibersihkan bahan kemudian dimasukkan ke dalam
amplop coklat yang telah dilubangi, kemudian dikeringkan pada suhu 105°C di
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 1-46)
diketahui bahwa pemberian pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata terhadap
parameter tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), diameter batang (mm), total
luas daun (cm2), bobot basah tajuk (g), bobot kering tajuk (g), dan bobot basah
akar (g). Pemberian pupuk NPK serta interaksi antara pemberian pupuk kandang
kelinci berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh paremeter tanaman.
Tinggi Tanaman (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam tinggi bibit pada 4 – 14 MST dapat
dilihat pada Lampiran 6-17. Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
perlakuan pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman 10 – 14 MST dan perlakuan pupuk NPK serta interaksi perlakuan pupuk
kandang kelinci berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit. Rataan tinggi
tanaman (cm) dengan berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK
Tabel 2.Rataan tinggi bibit (cm) pada berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) umur 4-14 MST.
Pupuk Kandang NPK Rataan
Kurva hubungan pemberian beberapa dosis pupuk kandang kelinci
terhadap tinggi tanaman (cm) dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kurva hubungan pemberian beberapa dosis pupuk kandang kelinci terhadap tinggi tanaman 14 MST
Berdasarkan gambar 1 dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk kandang
kelinci terhadap tinggi tanaman menunjukkan hubungan yang linier positif,
dimana persentase dosis pupuk kandang kelinci yang lebih baik adalah pada taraf
K3 dengan rataan tinggi tanaman 21,19 cm.
Jumlah Daun (helai)
Data jumlah daun dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 18-29. Dari hasil
sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun pada umur 10-14 MST dan perlakuan pupuk NPK serta
interaksi pupuk kandang kelinci berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun
bibit kakao. Rataan jumlah daun (helai) dengan berbagai perlakuan Pupuk
kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.Rataan tinggi bibit (cm) pada berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) umur 4-14 MST.
Pupuk Kandang NPK Rataan
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada satu kelompok rataan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan jumlah daun tanaman yang
terdapat pada taraf K3 (10,78 cm) yang berbeda nyata dengan perlakuan
K0 (8,72 cm) dan K2 (9,69 cm) tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan
K1 (10,47 cm). Rataan jumlah daun terendah terdapat pada perlakuan
K0 (8,72 cm).
Bibit kakao tertinggi pada umur 12 MST dengan dosis perlakuan pupuk
kandang kelinci pada taraf K3 (13,22 helai) yang berbeda nyata dengan
perlakuan K1 (12,53 helai), K2 (12,08 helai) dan K0 (10,94 helai)
sedangkan taraf K1 (12,53 helai) berbeda nyata dengan perlakuan taraf
K0 (10,94 helai) tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan taraf K2 (12,08 helai).
Rataan jumlah daun yang terendah terdapat pada perlakuan K0 (10,94 helai).
Bibit kakao tertinggi pada umur 14 MST dengan dosis perlakuan pupuk
kandang kelinci pada taraf K3 (13,75 helai) yang berbeda nyata dengan
perlakuan K2 (12,31 helai) dan K0 (11,42 helai) tetapi berbeda tidak nyata
pada perlakuan taraf K1 (13,03 helai). Rataan jumlah daun yang terendah terdapat
pada perlakuan K0 (11,42 helai).
Kurva hubungan pemberian beberapa dosis pupuk kandang kelinci
terhadap jumlah daun dapat dilihat pada Gambar 2.
Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk kandang
kelinci terhadap Jumlah daun menunjukkan hubungan yang linier positif, dimana
persentase dosis pupuk kandang kelinci yang lebih baik adalah pada taraf K3
dengan rataan jumlah daun 13,75 helai.
Diameter Batang (mm)
Data diameter batang dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 30-41.
Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk kandang kelinci
berpengaruh nyata terhadap diameter batang pada umur 4-14 MST dan perlakuan
pupuk NPK (16:16:16) serta interaksi pupuk kandang kelinci berpengaruh tidak
nyata terhadap jumlah daun bibit kakao. Rataan diameter batang (mm) dengan
berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) dapat
Tabel 4.Rataan diameter batang (mm) pada berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) umur 4-14 MST.
Pupuk Kandang NPK Rataan
N0 N1 N2 N3
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan diameter batang tanaman yang
tertinggi pada umur 4 MST dengan perlakuan dosis pupuk kandang kelinci
terdapat pada taraf K3 (2,64 mm) yang berbeda nyata dengan perlakuan
K1 (2,46 mm), K2 (2,46 mm), dan K0 (2,37 mm). Pada taraf perlakuan
K1 (2,46 mm) berbeda nyata dengan perlakuan K2 (2,46 mm) tetapi berbeda tidak
nyata pada perlakuan K0 (2,37 mm). Rataan diameter batang yang terendah
terdapat pada perlakuan K0 (2,37 mm).
Bibit kakao tertinggi pada umur 6 MST dengan dosis perlakuan pupuk
kandang kelinci pada taraf K3 (2,89 mm) yang berbeda nyata dengan
perlakuan K1 (2,76 mm), K2 (2,71 mm) dan K0 (2,59 mm) sedangkan
taraf K1 (2,76 mm) berbeda nyata dengan perlakuan taraf K0 (2,59 mm)
tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan taraf K2 (2,71 mm). Rataan jumlah
daun yang terendah terdapat pada perlakuan K0 (2,59 mm).
Bibit kakao tertinggi pada umur 8 MST dengan dosis perlakuan pupuk
kandang kelinci pada taraf K3 (3,42 mm) yang berbeda nyata dengan
perlakuan K1 (3,24 mm), K2 (3,20 mm) dan K0 (2,98 mm) sedangkan
taraf K1 (12,53 helai) berbeda nyata dengan perlakuan taraf K0 (2,98 mm)
tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan taraf K2 (3,20 mm). Rataan jumlah
daun yang terendah terdapat pada perlakuan K0 (2,98 mm).
Bibit kakao tertinggi pada umur 10 MST dengan dosis perlakuan pupuk
kandang kelinci pada taraf K3 (4,09 mm) yang berbeda nyata dengan
perlakuan K0 (3,41 mm) tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan
taraf K1 (3,92 mm) dan K2 (3,90 mm). Rataan jumlah daun yang terendah
Bibit kakao tertinggi pada umur 12 MST dengan dosis perlakuan pupuk
kandang kelinci pada taraf K3 (4,53 mm) yang berbeda nyata dengan
perlakuan K0 (3,70 mm) tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan
taraf K1 (4,33 mm) dan K2 (4,29 mm). Rataan jumlah daun yang terendah
terdapat pada perlakuan K0 (3,70 mm).
Bibit kakao tertinggi pada umur 14 MST dengan dosis perlakuan pupuk
kandang kelinci pada taraf K3 (5,40 mm) yang berbeda nyata dengan
perlakuan K0 (4,41 mm) tetapi berbeda tidak nyata pada perlakuan
taraf K1 (5,17 mm) dan K2 (5,02 mm). Rataan jumlah daun yang terendah
terdapat pada perlakuan K0 (4,41 mm).
Kurva hubungan pemberian beberapa dosis pupuk kandang kelinci
terhadap diameter batang dapat dilihat pada Gambar
Gambar 3. Kurva hubungan pemberian beberapa dosis pupuk kandang kelinci terhadap diameter batang 14 MST
Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk kandang
kelinci terhadap diameter batang menunjukkan hubungan yang linier positif,
Total Luas Daun (cm2)
Data total luas daun dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 42-43.
Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk kandang kelinci
berpengaruh nyata terhadap total luas daun sedangkan perlakuan pupuk
NPK (16:16:16) serta interaksi pupuk kandang kelinci berpengaruh tidak nyata
terhadap total luas daun bibit kakao. Rataan total luas daun (cm2) dengan berbagai
perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5.Rataan total luas daun (cm2) pada berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16)
Pupuk Kandang NPK Rataan
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada satu kelompok rataan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan total luas daun tanaman yang
tertinggi pada taraf perlakuan dosis pupuk kandang kelinci terdapat pada taraf
K3 (708,55 cm2) yang berbeda nyata dengan perlakuan K2 (537,49 cm2)
dan K0 (355,42 cm2). tetapi berbeda tidak nyata pada taraf perlakuan K1
(584,74 cm2). Rataan terendah total luas daun terdapat pada taraf perlakuan K0
Kurva hubungan pemberian beberapa dosis pupuk kandang kelinci
terhadap total luas daun dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Kurva hubungan pemberian beberapa dosis pupuk kandang kelinci terhadap total luas daun 14 MST
Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk kandang
kelinci terhadap total luas daun menunjukkan hubungan yang linier positif,
dimana persentase dosis pupuk kandang kelinci yang lebih baik adalah pada taraf
K3dengan rataan total luas daun sebesar 708,55 cm2.
Bobot Basah Tajuk (g)
Data bobot basah tajuk dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 44-45. Dari
hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk kandang kelinci berpengaruh
nyata terhadap bobot basah tajuk sedangkan perlakuan pupuk NPK
(16:16:16) serta interaksi pupuk kandang kelinci berpengaruh tidak nyata terhadap
bobot basah tajuk bibit kakao. Rataan bobot basah tajuk (g) dengan berbagai
perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) dapat dilihat pada
Tabel 6.Rataan bobot basah tajuk (g) pada berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16)
Pupuk Kandang NPK Rataan
N0 N1 N2 N3
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada satu kelompok rataan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa rataan bobot basah tajuk tanaman yang
tertinggi pada taraf perlakuan dosis pupuk kandang kelinci terdapat pada taraf
K3 (12,51 g) yang berbeda nyata dengan perlakuan K0 (6,18 g) tetapi
berbeda tidak nyata pada taraf perlakuan K1 (10,29 g) dan K2 (10,05 g). Rataan
terendah bobot basah tajuk terdapat pada taraf perlakuan K0 (6,18 g).
Kurva hubungan pemberian beberapa dosis pupuk kandang kelinci
terhadap bobot basah tajuk dapat dilihat pada Gambar 5
Gambar 5. Kurva hubungan pemberian beberapa dosis pupuk kandang kelinci terhadap bobot basah tajuk 14 MST
Berdasarkan gambar 5 dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk kandang
kelinci terhadap bobot basah tajuk menunjukkan hubungan yang linier positif,
dimana persentase dosis pupuk kandang kelinci yang lebih baik adalah pada taraf
K3dengan rataan bobot basah tajuk sebesar 12,51 g.
Bobot Kering Tajuk (g)
Data bobot kering tajuk dan sidik ragam dapat dilihat pada
lampiran 46-47. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk
kandang kelinci berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk sedangkan
perlakuan pupuk NPK (16:16:16) serta interaksi pupuk kandang kelinci
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk bibit kakao. Rataan bobot
kering tajuk (g) dengan berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk
NPK (16:16:16) dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7.Rataan bobot kering tajuk (g) pada berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16)
PupukKandang NPK Rataan
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada satu kelompok rataan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rataan bobot kering tajuk tanaman yang
tertinggi pada taraf perlakuan dosis pupuk kandang kelinci terdapat pada taraf
(1,90 g). tetapi berbeda tidak nyata pada taraf perlakuan K1 (3,12 g). Rataan
terendah bobot kering tajuk terdapat pada taraf perlakuan K0 (1,90 g).
Kurva hubungan pemberian beberapa dosis pupuk kandang kelinci
terhadap bobot kering tajuk dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Kurva hubungan pemberian beberapa dosis pupuk kandang kelinci terhadap bobot kering tajuk 14 MST
Berdasarkan gambar 6 dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk kandang
kelinci terhadap bobot kering tajuk menunjukkan hubungan yang linier positif,
dimana persentase dosis pupuk kandang kelinci yang lebih baik adalah pada taraf
K3dengan rataan bobot kering tajuk sebesar 4,02 g.
Bobot Basah Akar (g)
Data bobot basah akar dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 48-49.
Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk kandang kelinci
berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar sedangkan perlakuan pupuk
NPK (16:16:16) serta interaksi pupuk kandang kelinci berpengaruh tidak nyata
terhadap bobot basah tajuk bibit kakao. Rataan bobot basah akar g) dengan
berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) dapat
Tabel 8.Rataan bobot basah akar (g) pada berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16)
Pupuk Kandang NPK Rataan
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada satu kelompok rataan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa rataan bobot basah akar tanaman yang
tertinggi pada taraf perlakuan dosis pupuk kandang kelinci terdapat pada taraf
K3 (4,16 g) yang berbeda nyata dengan perlakuan K2 (2,94 g), K1 (2,53 g)
dan K0 (1,80 g). Rataan terendah bobot basah akar terdapat pada taraf perlakuan
K0 (1,800 g).
Kurva hubungan pemberian beberapa dosis pupuk kandang kelinci
terhadap bobot basah akar dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Kurva hubungan pemberian beberapa dosis pupuk kandang kelinci terhadap bobot basah akar 14 MST
Berdasarkan gambar 7 dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk kandang
kelinci terhadap bobot basah akar menunjukkan hubungan yang linier positif,
dimana persentase dosis pupuk kandang kelinci yang lebih baik adalah pada taraf
K3dengan rataan bobot basah akar sebesar 4,16 g.
Bobot Kering Akar (g)
Data bobot kering akar dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 50-51.
Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk kandang kelinci
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar sedangkan perlakuan
pupuk NPK (16:16:16) serta interaksi pupuk kandang kelinci berpengaruh tidak
nyata terhadap bobot basah tajuk bibit kakao. Rataan bobot kering akar (g) dengan
berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16) dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9.Rataan bobot kering akar (g) pada berbagai perlakuan Pupuk kandang kelinci dan pupuk NPK (16:16:16)
Pupuk Kandang NPK Rataan
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada satu kelompok rataan menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pupuk kandang dan
pupuk npk serta interaksinya memberikan pengaruh tidak nyata terhadap
parameter bobot kering tanaman.
Pembahasan
Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kelinci Terhadap Pertumbuhan Bibit
Kakao (Theobroma cacao L.)
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
pupuk kandang kelinci berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada
umur 10 MST - 14 MST, jumlah daun pada umur 10 MST - 14 MST, diameter
batang pada umur 4 MST - 14 MST, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot
kering tajuk, bobot basah akar, dan bobot kering akar.
Pada parameter tinggi tanaman (Tabel 2) perlakuan pupuk kandang kelinci
berpengaruh nyata pada umur 10 MST - 14 MST, jumlah daun (Tabel 3)
berpengaruh nyata pada umur 10 MST – 14 MST, dan diameter batang (Tabel 4)
pada umur 4 MST – 14 MST dipengaruhi oleh kandungan unsur hara utama yang
terdapat pada pupuk kandang kelinci seperti N, P, K, dan Mg sangat baik diantara
kotoran ternak yang dipakai sebagai pupuk. Menurut Rahardjo dkk (2010)
kandungan zat hara seperti N, P, dan K yang terdapat pada pupuk kandang kelinci
cukup tinggi disebabkan populasi mikroba dalam sekum yang sangat aktif. Hal ini
juga diperkuat oleh pernyataan Novizan (2002) yang menyatakan Nitrogen
merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya
sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif
tanaman seperti daun, batang dan akar. Fosfor berperan dalam berbagai proses
fisiologis di dalam tanaman seperti fotosintesis dan respirasi dan sangat
membantu perkembangan perakaran dan mengatur pembungaan. Kalium berperan
Pada parameter total luas daun (Tabel 5) perlakuan pupuk kandang kelinci
berpengaruh nyata. Peningkatan total luas daun bibit kakao terjadi karena luas
daun dipengaruhi oleh faktor ketersediaan unsur hara seperti nitogen, fosfor
dan kalium. Dari hasil analisis laboratorim terhadap kandungan pupuk kandang
kelinci terkandung unsur N 2,28%, P2O5 2,31%, dan K2O 1,34%. Pada pemberian
pupuk kandang kelinci sampai pada dosis 150 g/polibag dapat mencukupi
ketersediaan nitogen, fosfor dan kalium pada tanah, sehingga berpengaruh
terhadap pertambahan luas daun kakao. Menurut Lindawati, dkk (2000)
menyatakan bahwa nitogen diperlukan untuk memproduksi protein, lemak, dan
berbagai persenyawaan organik lainnya. Nitrogen penting dalam hal pembentukan
hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis. Klorofil yang tersedia
dalam jumlah yang cukup pada daun tanaman akan meningkatkan kemampuan
daun untuk menyerap cahaya matahari, sehingga proses fotosintesis akan berjalan
lancar. Fotosintat yang dihasilkan akan dirombak kembali melalui proses respirasi
dan menghasilkan energi yang diperlukan oleh sel untuk melakukan aktifitas
seperti pembelahan dan pembesaran sel yang terdapat pada daun tanaman yang
menyebabkan daun dapat mencapai panjang dan lebar maksimal. Selain itu, fosfor
yang terkandung dalam pupuk kandang kelinci berfungsi untuk perkembangan
jaringan meristem. Jaringan meristem terdiri dari meristem pipih dan meristem
pita. Meristem pita akan menghasilkan deret sel yang berfungsi dalam
memperpanjang jaringan sehingga daun tanaman akan semakin panjang dan lebar,
serta akan mempengaruhi luas daun tersebut. Sementara kalium berperan sebagai
aktivator dari berbagai enzim esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan
faktor di atas akan berinteraksi mempengaruhi pembelahan sel dan pertumbuhan
pada tanaman.
Pada parameter bobot basah tajuk (Tabel 6) perlakuan pupuk kandang
kelinci berpengaruh nyata. Bobot basah tajuk bibit kakao dipengaruhi oleh
kandungan zat hara N, P, dan K yang terdapat pada pupuk kandang kelinci. Pupuk
kandang kelinci mengandung unsur kimia N 2,28%, P2O5 2,31%, dan K2O 1,34%,
dimana kandungan nitrogen berfungsi merangsang pertumbuhan tanaman kakao.
Nitrogen penting karena dapat membentuk bahan-bahan vital yang ada di dalam
tubuh tanaman. Menurut Damanik, dkk (2010), yang menyatakan bahwa
senyawa-senyawa organik yang ada di dalam tubuh tanaman pada umumnya
mengandung nitrogen, seperti protein, asam-asam amino, enzim-enzim, bahan
penghasil energi seperti ADP, ATP, dan klorofil. Tanaman tidak dapat melakukan
metabolisme bila kahat nitrogen untuk membentuk bahan-bahan vital tersebut.
Pemberian pupuk kandang kelinci dengan dosis 150 g/polibag dapat berperan
meningkatkan ketersediaan unsur hara pada tanah, termasuk unsur hara makro
yang dapat diserap tanaman untuk mengoptimalkan proses fotosintesis sebagai
penghasil asimilasi sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kakao.
Pada parameter bobot kering tajuk (Tabel 7) perlakuan pupuk kandang
kelinci berpengaruh nyata. Hal ini karena kandungan unsur hara pada pupuk
kandang kelinci 150g/polibag mampu mendukung proses fisiologis tanaman
seperti fotosintesis dan transpirasi sehingga pemanfaatan unsur hara oleh tanaman
lebih efisien. Menurut Supriadi dan Soeharsono (2005), hara yang diserap
tanaman yang dimanfaatkan untuk berbagai proses metabolisme adalah untuk