• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsaw siswa kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsaw siswa kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA KELAS II MI AL MASTHURIYAH BEKASI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

SITI FAHRIAH

NIM 809018300832

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v

Siti Fahriah, NIM 809018300832, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw Siswa Kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi. Skripsi. Jakarta : Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah. 2014.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw terhadap peningkatan hasil belajar IPS siswa di kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Metode penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus dan setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes yang berupa pretest dan postest, serta instrumen nontes berupa lembar observasi, catatan lapangan, dan lembar wawancara. Hipotesis tindakannya adalah penggunaan Teknik Jigsaw ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa di kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi dengan materi ajar Masalah Sosial. Adapun indikator keberhasilannya yang dicapai KKM > 70.

Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw sangat efektif terhadap hasil belajar siswa yang diterapkan dalam pembelajaran IPS, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar IPS siswa dari siklus I ke siklus II. Nilai rata-rata N-Gain siklus I adalah 0,35 dengan kategori sedang. Sedangkan siklus II rata-rata N-Gainnya mencapai 0,81 dengan kategori tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi, pada pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan teknik Jigsaw sangat efektif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Setelah belajar dengan teknik Jigsaw siswa menjadi lebih aktif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran.

(7)

vi

Siti Fahriah, NIM 809018300832, Expedient Enhancement of Learning Result at the Subject of Social Studies through Cooperative Learning Technique of Jigsaw in the II Grade at MI Al Masthuriyah Bekasi. Thesis. Jakarta: Study Program of Pedagogic of Madrasah Ibtidaiyah in the Faculty of Tarbiyah Science and Pedagogic of UIN Syarif Hidayatullah. 2014

The purpose of this study was to determine the effectiveness of using the Jigsaw method of cooperative learning techniques to the improvement of student learning outcomes in social studies class II MI Al Masthuriyah Bekasi. The methods used in this study is the method of Classroom Action Research ( CAR). This research method using Classroom Action Research ( CAR), which consists of two cycles, and each cycle includes planning, implementation, observation, and reflection. The instrument used is a test instrument in the form of pretest and posttest, as well as instruments such as sheet nontes observation, field notes, and interview sheet. Hypothesis actions Jigsaw is the use of this technique is expected to improve student learning outcomes in social studies class II MI Al Masthuriyah Bekasi Social problem with teaching materials.

ial studies learning, this is evidenced by the increased IPS student learning outcomes from the first cycle to the second cycle. The average value of N-Gain first cycle was 0.35 with a medium category. While the second cycle the average N-Gainnya reached 0.81 with the high category.

Based on the results of research conducted in class II MI Al Masthuriyah Bekasi, on social studies learning by applying the Jigsaw cooperative learning model technique can be concluded that learning to use the Jigsaw technique is very effective in order to improve student learning outcomes IPS. After learning the techniques Jigsaw students become more active and fun in the learning process .

(8)

vii

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pembelajaran Kooperatif Tehnik Jigsaw Siswa Kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi”, ini akhirnya dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak sekali hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuan, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA.Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Fauzan, MA. Ketua Program Studi PGMI, atas bimbingan dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Seluruh Dosen PGMI yang telah bersedia dengan ikhlas berbagi ilmu dengan penulis, selama penulis menempuh studi di PGMI FITK UIN Syarif Hidayatullah

4. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan utama dan perpustakaan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang turut memberikan pelayanan dan fasilitas serta buku-buku yang penulis perlukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Mukhsin, S.Ag. Kepala Sekolah di MI Al Masthuriyah Bekasi, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitan di MI Al Masthuriyah Bekasi. 6. Seluruh rekan-rekan guru di MI Al Masthuriyah Bekasi yang telah membantu

dalam menyelasaikan skripsi ini.

7. Suami tercinta, anak-anak penulis, dan keluarga penulis yang telah mendukung dan memberikan bantuannya selama ini.

(9)

viii

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah Subhanahu Wata’ala, amiin.

Walaupun disadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangan, namun diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia pendidikan.

Jakarta, 18 September 2013

(10)

ix

Halaman

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 2

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 3

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 3

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 3

BAB II : KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 5

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 21

C. Hipotesis Tindakan ... 24

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat, dan Waktu Penelitian ... 25

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 25

C. Subyek Penelitian ... 28

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 29

(11)

x

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 33

I. Teknik Pengumpulan Data ... 36

J. Teknik Pemeriksaan Keterpecayaan ... 36

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 37

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 38

BAB IV : DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 39

B. Analisis Data ... 43

C. Pembahasan ... 59

BAB V : KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A.Kesimpulan ... 61

B.Implikasi ... 61

(12)

xi

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 25 Tabel 4.2 Rekapitulasi Peserts Didik MI Al Masthuriyah Bekasi Tahun

Ajaran 2009 – 2013 ... 41 Tabel 4.3 Jumlah Peserta Didik MI Al Masthuriyah Bekasi Tahun Ajaran

2012 – 2013 ... 41 Tabel 4.4 Instrumen Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I ... 47 Tabel 4.5 Instrumen Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I... 48 Tabel 4.6 Nilai Ulangan Pre Test dan Post Test Siklus I Siswa Kelas II MI

Al Masthuriyah Bekasi ... 49 Tabel 4.7 Instrumen Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II ... 54 Tabel 4.8 Instrumen Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II ... 55 Tabel 4.9 Nilai Ulangan Pre Test dan Post Test Siklus II Siswa Kelas II MI

(13)

xii

Gambar 2.1 Bagan Hasil Belajar ... 6

Gambar 2.2 Pembentukan Kelompok Jigsaw ... 18

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Mekanisme Pembelajaran dengan Model Cooperative Learning ... 24

Gambar 3.4 Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 27

Gambar 3.5 Alur Penelitian Tindakan Kelas Melalui Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ... 28

Gambar 3.6 Ikhtisar Teknik Instrumen Pengumpulan Data ... 36

Gambar 4.7 Organisasi MI Al Masthuriyah Bekasi ... 40

Gambar 4.8 Grafik Nilai Perolehan Hasil Belajar IPS Siswa Siklus I ... 50

(14)

xiii

Lampiran 1. Surat Izin Bimbingan Skripsi ... 67

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Skripsi ... 68

Lampiran 3. Surat Keterangan Peneltian ... 69

Lampiran 4. Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 70

Lampiran 5. Lembar Observasi Guru Siklus I ... 71

Lampiran 6. Lembar Catatan Lapangan Siswa ... 73

Lampiran 7. Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 74

Lampiran 8. Lembar Observasi Guru Siklus II ... 75

Lampiran 9. Lembar Catatan Lapangan Siswa ... 77

Lampiran 10. Lembar Wawancara Dengan Siswa ... 78

Lampiran 11. RPP Siklus I ... 80

Lampiran 12. RPP Siklus II ... 85

Lampiran 13. Materi Ajar Peristiwa Penting Dalam Keluarga Dan Macam-Macam Dokumen Pribadi ... 90

Lampiran 14. LKS Siklus I Soal Pre Test dan Post Test ... 96

Lampiran 15. LKS Siklus II Soal Pre Test dan Post Test ... 100

Lampiran 16. Kisi-kisi Tes Tertulis Materi Peristiwa Penting Dalam Keluarga dan Dokumen Pribadi Kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi Siklus I ... 104

Lampiran 17. Kisi-kisi Tes Tertulis Materi Peristiwa Penting Dalam Keluarga dan Dokumen Pribadi Kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi Siklus II ... 105

Lampiran 18. Daftar Referensi ... 106

(15)

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar yang bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangan dan lingkungannya.

Dalam pelajaran IPS lebih mengutamakan pada keterampilan proses dalam belajar, pemilihan metode yang tepat dan pembelajaran berpusat pada cara belajar siswa aktif (CBSA), adalah salah satu cara yang akan meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan yang demikian, lulusan sekolah pendidikan dasar diharapkan dapat mengembangkan pribadinya sebagai warga masyarakat yang secara minimal mampu berdiri di atas kaki sendiri dan dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Tujuan keterampilan yang dapat diraih dalam pelajaran IPS adalah sangat luas. Keterampilan-keterampilan yang harus dikembangkan oleh guru meliputi keterampilan untuk memperoleh pengetahuan, nilai dan sikap. Tetapi pada kenyataan dilapangan banyak persoalan yang ditemui, salah satunya adalah hasil belajar siswa yang masih rendah. Persoalan pendidikan di tingkat dasar sangatlah kompleks, karena menyangkut berbagai pihak, salah satunya adalah guru. Proses belajar tidak sekedar menghafal fakta-fakta atau konsep-konsep saja, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep-konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Oleh karena itu agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali

konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya

(16)

secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan dan penyajiannya disajikan dalam berbagai metode pembelajaran.

Hasil observasi awal di kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi hasil belajar IPS masih tergolong rendah, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS masih berpusat pada guru dengan metode konvensional ceramah sehingga membuat siswa pasif, keadaan siswa yang kurang antusias dan interaktif dalam mengikuti pelajaran IPS. Hal ini perlu dicarikan solusi, terutama metode-metode mengajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga hasil belajarnya pun kurang maksimal.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditekankan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Pembelajaran kooperatif tehnik Jigsaw adalah suatu metode pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Dengan demikian jelas bahwa belajar akan lebih bermakna jika

anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera dari pada hanya mendengarkan penjelasan guru.

Pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan kooperatif atau kerja

kelompok yang melibatkan siswa secara aktif dalam kelompok secara bergotong royong (kooperatif) akan menimbulkan suasana belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup, sehingga dapat meningkatkan kreativitas siswa dan hasil belajar siswa.

Berdasarkanuraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pembelajaran Kooperatif Tehnik Jigsaw siswa kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

(17)

1. Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran IPS. 2. Pola mengajar guru yang bersifat konvensional. 3. Siswa pasif dalam pembelajaran

Penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif tehnik Jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka pembatasan fokus penelitian ini adalah:

1. Peningkatan hasil belajar IPS siswa melalui pembelajaran kooperatif tehnik Jigsaw kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi yaitu dengan penugasan kerja kelompok dan menggunakan media gambar yang sesuai dengan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.

2. Materi pelajaran IPS pada penelitian ini adalah peristiwa penting dalam keluarga dan dokumen pribadi.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Dari latar belakang masalah di atas, maka masalah dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tehnik Jigsaw efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS siswa kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi?

2. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tehnik Jigsaw dalam pembelajaran IPS pada materi ajar peristiwa penting dalam keluarga dan dokumen pribadi?

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian

1. Tujuan Hasil Penelitian:

(18)

b. Mendeskripsikan kesan peserta didik terhadap pelaksanaan strategi pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tehnik jigsaw pada mata pelajaran kelas II di MI AL Masthuriyah Bekasi.

c. Untuk meningkatkan perkembangan perilaku sosial yang positif pada siswa dengan proses belajar mengajar menggunakan strategi kooperatif metode jigsaw.

2. Kegunaan Hasil Penelitian: a. Manfaat Teoritis:

Diharapkan penelitian ini sebagai masukan untuk menambah serta memperkaya pengetahuan dan metode mengajar khususnya dalam pelajaran IPS.

b. Manfaat Praktis:

1. Bagi siswa: Memudahkan siswa dalam mengembangkan ketrampilan berpikir dalam pemahaman konsep-

konsep IPS, melalui pembelajaran kooperatif sehingga

dapat meningkatnya hasil belajar IPS siswa.

2. Bagi guru: Guru memiliki kreatifitas dalam mengembangkan model pembelajaran, strategi, metode dan dapat

menciptakan media pembelajaran IPS.

(19)

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus Yang Diteliti 1. Hasil Belajar

Tujuan pendidikan direncanakan untuk dapat dicapai dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.1

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa disekolah, secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu:faktor internal dan faktor eksternal siswa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut: a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) yaitu:faktor

lingkungan dan faktor instrumental pada diri siswa.

1. Faktor-faktor lingkungan,terbagi dua yaitu faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan sosial.

Yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alam seperti:keadaan suhu,kelembaban udara,waktu (pagi,siang,malam), tempat letak gedung sekolah dan sebagainya.

Yang termasuk faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

2. Faktor-faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/ materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan untuk mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

b. Faktor-faktor kondisi dari dalam diri siswa (internal) yaitu:faktor kondisi siswa berupa faktor kondisi fisiologis siswa dan faktor psikologis siswa.

Sudjana N, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1989) h. 22

(20)

siswa adalah : faktor minat,bakat,intelegensi,motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti, kemampuan

persepsi,ingatan,berfikir,dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan appersepsi) yang dimiliki siswa.2

Faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar pada setiap orang dapat di ikhtisarkan dalam gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1 Bagan Hasil Belajar

2. Hasil Belajar IPS

Hasil belajar IPS adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami belajar IPS meliputi pengetahuan,keterampilan dan sikap yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dimasa yang akan datang.

Pendidikan IPS terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan IPS. Pendidikan mengandung pengertian suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu,dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya.

Di dalam undang-undang pendidikan no 20 tahun 2003 dikatakan bahwa:

2

Sabri A, Psikologi Pendidikan (Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1995) h. 60

(21)

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3

Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan masa depan. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan aspek keruangan atau geografis. Aktivitas sosial manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi. Selain itu dikaji pula bagaimana manusia membentuk seperangkat peraturan sosial dalam menjaga pola interaksi sosial antar manusia dan bagaimana cara manusia memperoleh dan mempertahankan suatu kekuasaan. Pada intinya, fokus kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial (homo socius).

Karakteristik dari pendidikan IPS adalah pada upayanya untuk mengembangkan kompetensi sebagai warga negara yang baik. Warga negara yang baik berarti yang dapat menjaga keharmonisan hubungan di antara masyarakat sehingga terjalin persatuan dan keutuhan bangsa. Hal ini dapat dibangun apabila dalam diri setiap orang terbentuk perasaan yang

menghargai terhadap segala perbedaan, baik itu perbedaan pendapat, etnik, agama, kelompok, budaya dan sebagainya. Bersikap terbuka dan

senantiasa memberikan kesempatan yang sama bagi setiap orang atau kelompok untuk dapat mengembangkan dirinya. Oleh karena itu pendidikan IPS memiliki tanggung jawab untuk dapat melatih siswa dalam membangun sikap yang demikian.

3

(22)

Fokus kajian Pendidikan IPS adalah kehidupan manusia dengan sejumlah aktivitas sosialnya. Materi pendidikan IPS berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang kemudian diorganisasi dan disederhanakan untuk kepentingan pendidikan. Dengan demikian pengembangan pendidikan IPS pada setiap jenjang pendidikan memiliki karakteristik tersendiri yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia siswa. Organisasi materi pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar menggunakan pendekatan secara terpadu/fusi. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik tingkat perkembangan usia siswa SD yang masih pada taraf berpikir abstrak. Materi pendidikan IPS yang disajikan pada tingkat sekolah dasar tidak menunjukkan label dari masing-masing disiplin ilmu sosial. Materi disajikan secara tematik dengan mengambil tema-tema sosial yang terjadi di sekitar siswa. Demikian juga halnya tema-tema sosial yang dikaji berangkat dari fenomena-fenomena serta aktivitas sosial yang terjadi di sekitar siswa. Tema-tema ini kemudian semakin meluas pada lingkungan yang semakin jauh dari lingkaran kehidupan siswa. Dengan demikian

seorang guru yang akan melaksanakan proses pembelajaran IPS harus dibekali dengan sejumlah pemahaman tentang karakteristik pendidikan IPS yang meliputi pengertian dan tujuan pendidikan IPS. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa Pendidikan IPS adalah disiplin ilmu-ilmu sosial ataupun integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi yang mempelajari masalah-masalah sosial. Pendidikan IPS di SD telah mengintegrasikan bahan pelajaran tersebut dalam satu bidang studi. Materi pelajaran IPS merupakan penggunaan konsep-konsep dari ilmu sosial yang terintegrasi dalam tema-tema tertentu.

3. Pendekatan dalam Pembelajaran IPS

(23)

Pendekatan-pendekatan pembelajaran IPS yang bisa menjadi landasan sikap dan persepsi tersebut, sebagai berikut: Pendekatan lingkungan, pendekatan konsep, pendekatan inkuiri, pendekatan keterampilan proses, pendekatan pemecahan masalah, pendekatan induktif-deduktif, pendekatan nilai, pendekatan komunikatif, pendekatan kesejarahan dan pendekatan tematik.

Dalam pendekatan lingkungan, IPS sebagai mata pelajaran yang membelajarkan siswa untuk bermasyarakat, perlu memperhatikan lingkungan sebagai topik kajian, baik lingkungan sosial budaya maupun lingkungan fisik. Pendekatan ini bisa diawali dari lingkungan siswa yang paling dekat yaitu keluarga, untuk menanamkan nilai moral dan aktifitas bermasyarakat. Guru perlu mencermati lingkungan sebagai aspek yang berperan dalam membentuk perilaku siswa, seperti: lingkungan kauman, lingkungan perdagangan, lingkungan pertanian dan sebagainya.

Pendekatan konsep, menekankan bahwa pemahaman konsep sangat mempengaruhi perilaku siswa. Konsep tentang keadilan,

kesejahteraan, demokrasi, kerjasama, tanggung jawab, dan sebagainya, merupakan konsep-konsep yang harus dipahami siswa, bukan sekedar diketahui atau dihafalkan. Pemahaman ini akan membimbing siswa untuk

bisa menghayati yang pada akhirnya mampu mengamalkan dalam perilaku sehari-hari.

Pendekatan inkuiri, diawali dengan suatu pertanyaan atau permasalahan yang mengajak siswa untuk ikut berfikir dalam memecahkan permasalahan. Dalam proses inkuiri, akan tumbuh dan berkembang secara spontan rasa ingin tahu dan berpartisipasi dalam pemecahan masalah melalui tanya jawab yang didesain oleh guru. Dalam kegiatan berinkuiri bisa menghasilkan suatu gagasan, ide, solusi, atau menemukan sesuatu yang dicarinya.

(24)

bermasyarakat. Keterampilan proses bisa dimulai dari mencari informasi sampai nanti bisa menginformasikannya. Sumber-sumber menumbuhkan keterampilan proses dalam pembelajaran IPS antara lain peta, globe, gambar atau foto, grafik, diagram dan sebagainya.

Pendekatan pemecahan masalah, akan mengenalkan siswa pada masalah-masalah dalam kehidupan di masyarakat. Misalnya masalah lingkungan hidup yang tidak bersih, tata tertib di sekolah yang belum dipatuhi,masalah narkoba, kenakalan remaja,kemiskinan dan sebagainya,bisa kenalkan pada siswa dan untuk mengungkap bagaimana respon siswa terhadap permasalahan yang ada dalam masyarakat.

Pendekatan induktif, diawali dari mengemukakan kenyataan-kenyataan yang ada di dalam masyarakat berikut fakta dan datanya. Guru dapat mengangkat contoh-contoh kongkrit, dan kenyataan yang ada di dalam masyarakat, kemudian ditarik generalisasinya dari fakta dan data tersebut menjadi sebuah konsep. Misalnya tentang kemiskinan, korupsi, lapangan pekerjaan, kesejahteraan dan sebagainya.

Pendekatan deduktif, diawali dari konsep-konsep yang telah dipahami oleh siswa kemudian dicarikan contoh-contoh fakta dan data pendukungnya di masyarakat. Pendekatan induktif dan deduktif menjadi

saling menunjang untuk menanamkan konsep pada siswa. Untuk siswa Sekolah Dasar, pembelajaran bisa dimulai dari yang kongkrit menuju abstrak, dari yang sederhana menuju kompleks, dari yang mudah menuju sulit dan dari yang dekat menuju ke yang jauh.

Pendekatan nilai, dikembangkan untuk menumbuhkan sikap dan toleransi siswa dalam berperilaku dimasyarakat, menumbuhkan kepekaan dan rasa tanggung jawab sosial dengan didasari oleh pengetahuan dan keterampilan sosial. Sikap demokratis dan semangat bekerjasama maupun berkompetisi perlu ditumbuhkan sejak dini.

(25)

Bahasa dan istilah-istilah yang digunakan guru haruslah dimengerti dan dipahami sehingga tidak terjadi miskonsepsi atau salah pengertian.

Pendekatan kesejarahan, mengungkap peristiwa masa lalu yang bisa dijadikan contoh (baik maupun tidak baik) bagi siswa,sehingga siswa bisa mengambil makna dan hikmahnya dari peristiwa masa lalu tersebut. Belajar dari nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan maupun peristiwa-peristiwa lain dimasa lalu perlu dikembangkan untuk menjadi contoh pengalaman dan pedoman bagi masa mendatang.

Pendekatan tematik, dikembangkan untuk memberikan wawasan siswa yang komprehensif terhadap tema yang ditampilkan. Misalnya tema lingkungan hidup, hasil pembangunan, demokratisasi dan sebagainya bisa dikembangkan pada pemahaman siswa yang lebih komprehensif.

Dalam penelitian ini, peneliti memakai pendekatan keterampilan proses dengan memakai media gambar dan model pembelajaran kooperatif Jigsaw. Dalam penelitian ini peneliti menerapkan dengan pengemasan rencana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan ( PAIKEM ).

4. Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Jean Piaget, adalah seorang psikolog berasal dari Swiss menyatakan bahwa anak membangun dunia kogniti mereka sendiri karena anak mampu mengolah informasi yang diterima untuk mengembangkan gagasan baru,tidak hanya sekedar menerima informasi dari lingkungan.

Terdapat dua hal penting dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika individu menghubungkan informasi baru kedalam pengetahuan mereka sebelumnya. Akomodasi terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.4

Menurut Piaget perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : tahap sensor motorik (sejak lahir sampai 2 tahun), tahap pra

4

(26)

operasional (usia sekitar 2-7 tahun), tahap Operasional Konkret (usia 7-12 tahun), dan tahap Operasional Formal (usia sekitar 11-15 tahun).

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :

1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.

2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. 5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling

berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.5

5. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran konstektual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Terdapat lima struktur dalam belajar kelompok ini yaitu : saling ketergantungan, positif, tanggung jawab individual, interaksi personal dan keahlian bekerja sama.

Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilakuk bersama dalam bekerja atau membantu di antara dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.6

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konsttuktivisme. Pembelajaran kooperatif

merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

5

Yudhawati R, dkk, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan (Jakarta : PT. Prestasi Pustaka, cet-1, 2011) h. 45

6

(27)

Dalam belajar kelompok, siswa dibekali dengan berbagai keterampilan dalam berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

6. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Kooperatif

Strategi pembelajaran adalah serangkaian rencana kegiatan pembelajaran sebagai dasar pijakan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Jenis-jenis strategi pembelajaran kooperatif diantaranya adalah : Mencari Pasangan, Bertukar Pasangan, Berpikir-Berpasangan-Berempat, Berkirim Salam dan Soal, Kepala Bernomor, Kepala Bernomor Berstruktur, Dua Tinggal Dua Tamu, Keliling Kelompok, Kancing

Gemerincing, Keliling Kelas, Lingkaran Kecil Lingkaran Besar, Tari Bambu, Jigsaw, Bercerita Berpasangan.

Keunggulan dari strategi pembelajaran kooperatif adalah:

1. Siswa berkelompok sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

2. Optimalisasi partisipasi siswa.

3. Adanya struktur yang jelas memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan dengan sesama siswa dalam suasana bergotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

4. Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.

5. Meningkatkan penerimaan. 6. Meningkatkan hubungan positif. 7. Motivasi instrinsik makin besar. 8. Percaya diri yang tinggi.

9. Perilaku dalam tugas lebih terstruktur

10.Siswa bertanggung jawab dengan belajarnya.

(28)

12.Siswa meningkat dalam “kolaborasi kognitif”. Mereka mengorganisasi pikirannya untuk dijelaskan ide pada teman-teman sekelas mereka.

Sedangkan kelemahan dari strategi pembelajaran kooperatif ini adalah

1. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.

2. Dapat terjadi siswa yang sekedar menjalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai.

3. Pengelompokan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta memerlukan waktu khusus.7

a) Pembelajaran Kooperatif Tehnik Jigsaw

Metode mengajar (metode pembelajaran) merupakan cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dalam proses pembelajaran. Setiap metode mengajar (metode pembelajaran) masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda dalam membentuk pengalaman belajar siswa, tetapi satu dengan yang lain saling menunjang.

Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyususn potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Model pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan

kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil.

Tehnik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.al.

sebagai metode Coopertive Learning. Tehnik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Tehnik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis dan berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran,

7

(29)

seperti Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika, Agama dan Bahasa.

Dalam tehnik ini,guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesame siswa dalam suasana bergotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Langkah-langkah dalam tehnik Jigsaw adalah sebagai berikut : 1. Guru membagi bahan pelajaran yang akan diberikan

menjadi empat bagian,

2. Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Guru bisa menuliskan topik dipapan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksud untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.

3. Siswa dibagi dalam kelompok berempat.

4. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua. Dan seterusnya.

5. Kemudian, siswa disuruh membaca/mengerjakan bagian mereka masing-masing.

6. Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai yang dibaca/dikerjakan masing-masing. Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.

7. Khusus untuk kegiatan membaca, kemudian guru membagikan cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa, Siswa membaca bagian tersebut.

8. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakuan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.8

b) Pembagian Peran Dalam Pembelajaran Tehnik Jigsaw

Dalam model pembelajaran Jigsaw, guru berperan sebagai fasilitator baik itu fasilitator kelompok asal maupun fasilitator

8

(30)

kelompok ahli. Sedangkan siswa menjalani dua peran yaitu sebagai peneliti dan pengajar.

1. Siswa sebagai peneliti

Ketika seorang siswa berperan sebagai peneliti atau pencari jawaban atas materi yang telah dibagi, siswa tersebut akan tergabung dengan kelompok ahli. Dalam kelompok ahli ini, siswa yang mempunyai materi yang sama saling bertukar pendapat terhadap materi yang dipelajari. Kelompok ahli yang diisi oleh siswa dari kelompok asal ini akan mempelajari lebih dalam terhadap materi yang telah ditentukan. Semua anggota kelompok ahli diharuskan untuk menyampaikan pemahamannya terhadap materi sehingga anggota kelompok ahli yang lain dapat memiliki tambahan pemahaman. Dan pemahaman inilah yang dijadikan sebagai bekal oleh setiap siswa untuk menjalankan perannya yang kedua yakni peran sebagai pengajar.

2. Siswa sebagai pengajar

Setelah siswa berdiskusi di kelompok ahli, siswa akan menjalankan perannya yang kedua yaitu menjadi orang yang mengajarkan. Setiap anggota dari kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal. Kelompok asal inilah yang biasanya disebut kelompok Jigsaw. Dalam kelompok asal, setiap siswa akan memberi pemahaman materi sesuai dengan yang telah didiskusikan dalam kelompok ahli kepada anggota lain dalam kelompok Jigsaw. Hal tersebut

dilakukan secara bergantian sampai materi yang dipelajari semuanya telah dijelaskan.

Agar pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning dapat berjalan dengan baik, maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

(31)

2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas heterogen.

3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran

Cooperative Learning.

4. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.

5. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tehnik Jigsaw adalah sebagai berikut:

1. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok. Jumlah anggota kelompok menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Kelompok ini disebut kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji).

2. Setiap siswa anggota kelompok asal diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut.

3. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar

bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG).

4. Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. 5. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok

asal, selanjutnya dilakukan presentasi untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

6. Guru memberikan evaluasi

(32)

lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif.

Untuk lebih jelasnya tehnik pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini:

Gambar 2.2. Pembentukan Kelompok Jigsaw

7. Media Pembelajaran IPS

Istilah media berasal dari bahasa Latin, yaitu bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Istilah media itu lebih populer dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya adalah aplikasi komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran.

Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan (massage), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan

(33)

peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.9

Penggunaaan media secara kreatif dapa memungkinkan peserta didik untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya lebih baik, dan meningkatkan performance mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

1) Manfaat Media Pembelajaran

Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehinga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci, yaitu: 1) menyampaikan materi pembelajaran dapat diseragamkan 2) proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik 3) proses pembelajaran lebih intensif

4) efisiensi dalam waktu dan tenaga

5) meningkatkan kualitas hasil belajar anak didik

6) media memungkinkan proses belajar dapat didlakukan di mana saja dan kapan saja

2) Jenis-Jenis Media Pembelajaran

1. Media Cetak, contohnya: buku, majalah dan modul, selain itu tulisan/ bagan/ gambar yang difoto kopi ataupun hasil reproduksi sendiri, dapat juga dikategorikan sebagai media cetak.

2. Media Elektronik, contohnya: Perangkat Slide atau film bingkai, Film strips, Rekaman, Overhead Transparansi , Video Tape/Video Casette.

3. Media Realita, adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar. Pemanfaatan media realita tidak harus dihadirkan secara nyata dalam ruang kelas, melainkan dapat juga dengan cara mengajak peserta didik melihat langsung (observasi)

9

(34)

benda nyata tersebut ke lokasinya. Media realita sangat bermanfaat terutama bagi peserta didik yang tidak memiliki pengalaman terhadap benda tertentu. Misalnya untuk mempelajari binatang langka, peserta didik diajak melihat anoa, badak, harimau, yang ada di kebun binatang.

Media yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah media visual berbasis cetakan yaitu foto dan gambar peristiwa penting dalam keluarga dan dokumen pribadi”.

8. Sumber Belajar

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau asal untuk belajar seseorang. Dengan demikian tempat ini merupakan bahan untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal yang baru. Sebab belajar pada hakikatnya adalah mendapatkan hal-hal baru.

Macam-Macam Sumber Belajar, yaitu:

1. Tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku maka tempat itu dapat dikategorikan sebagai tempat belajar yang berarti sumber belajar, misalnya perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan dan sebagainya.

2. Benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi peserta didik, maka benda itu dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya situs, candi, benda peninggalan lainnya.

3. Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu dimana peserta didik dapat belajar sesuatu, maka yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya guru, ahli geologi, polisi, dan ahli-ahli lainnya.

4. Buku, yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik, dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya buku pelajaran, buku tulis, kamus, ensiklopedi, fiksi dan lain sebagainya.

5. Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, peristiwa bencana, dan peristiwa lainnya yang guru dapat menjadikan peristiwa atau fakta sebagai sumber belajar.10

10

(35)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Skripsi I Nyoman Sudana dengan judul “ Penerapan Model Jigsaw Untuk meningkatkan Prestasi Belajar Permainan Bola”, SMP Negeri 4 Nusa Penida, Klungkung. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menerapkan model Jigsaw dalam pembelajaran Permainan Bolavoli. Penelitian terdiri dari dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIc SMPN 4 Nusa Penida yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 14 perempuan. Objek penelitian adalah: (1) unjuk kerja keterampilan teknik passing dalam permainan bolavoli, (2) prilaku bermain, dan (3) pemahaman konsep gerak dasar passing dan permainan bolavoli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMPN 4 Nusa Penida, baik pada aspek keterampilan teknik dasar passing, prilaku passing dan bermain bola voli, maupun pemahaman tentang teknik dasar passing

dan aturan permainan bola voli. Ketiga aspek prestasi belajar di atas mengalami peningkatan dari pembelajaran siklus I ke siklus II.

2. Artikel Penelitian Sumiati, NIM F34209502 , dengan judul “ Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Melalui Pendekatan

(36)

di kelas IV SDN 41 Kecamatan Sungai Kakap dari rata-rata 55,71% pada siklus I menjadi 76,66% pada siklus 2 (mengalami peningkatan sebesar 20,95%). Aktivitas mental siswa dari rata-rata 54,28% pada siklus I, menjadi 75,23% pada siklus 2 (mengalami peningkatan sebesar 20,95%). Selanjutnya, aktivitas emosional siswa rata-rata 57,85% pada siklus I menjadi 85,71% pada siklus 2 (mengalami penigkatan sebesar 27,86%).

Kerangka Berpikir

Belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan sehingga membuat suatu perubahan perilaku yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Belajar adalah mengalami artinya belajar dapat terjadi di dalam interaksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Selain sebagai makhluk individu, peserta didik juga merupakan makhluk sosial yang memiliki sifat ketergantungan terhadap peserta didik lain, sehingga mereka saling membutuhkan. Dan untuk memenuhi kebutuhannya, maka mereka akan berkelompok. Dengan adanya segala perbedaan yang ada pada peserta didik dan kebutuhan mereka akan hidup bersosialisasi, mereka dapat saling berdiskusi, bekerja sama dan saling melengkapi kekurangan masing-masing. Dengan melihat kenyataan bahwa peserta didik merupakan makhluk individu dan sosial, guru dapat menjadikan hal ini sebagai dasar dalam menentukan metode apa sebaiknya diterapkan pada saat proses belajar mengajar di kelas.

Salah satu rendahnya hasil belajar IPS siswa adalah penyampaian materi ajar yang diberikan oleh guru selalu konvensional sehingga siswa kurang tertarik dan membosankan. Oleh karena itu, pelajaran IPS yang menyulitkan agar tidak membosankan dan mudah dipahami dapat disampaikan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah metode pembelajaran kooperatif tehnik Jigsaw.

(37)

struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok

Pada dasarnya cooperative learning tehnik Jigsaw mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam sruktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif salah satunya dengan tehnik Jigsaw merupakan salah satu pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi, pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif dengan tehnik Jigsaw diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi pada pembelajaran IPS.

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Mekanisme Pembelajaran dengan Model

Cooperative Learning

PROGRAM PEMBELAJARAN

TARGET PEMBELAJARAN 1. Penguasaan materi/konsep 2. Sikap dan keterampilan sosial

Perencanaan Pengembangan pengetahuan dan keteram-pilan pebelajar dalam suasana belajar berkelompok.

Peer Tutor

(Tutor Sebaya) Belajar Kolaboratif

(38)

C. Hipotesis Tindakan

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas II MI MI Al Masthuriyah Bekasi pada bulan 05 Februari 2013 sampai tanggal 19 Maret 2013. Untuk lebih jelasnya pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

NO KEGIATAN BULAN

FEB MARET APRIL MEI JUNI JULI 1. Pembuatan Proposal

2. Seminar Proposal 3. Bahan ajar dan instrumen 4. Observasi sekolah & pelaksanaan

pembelajaran 5. Pengumpulan data 6. Analisis Data 7. Penyusunan hasil 8. Pelaporan hasil

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam penelitian ini peneliti berperan aktif sejak proposal penelitian, pelaksanaan penelitian, hingga penyusunan laporan dan bersifat kuantitatif deskriptif.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Proses pembelajaran diharapkan setelah melakukan penelitian tindakan kelas ini hasil belajar IPS siswa akan meningkat dari sebelumnya. 2. Rancangan Siklus Penelitian

Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan

(pra penelitian), dan akan dilanjutkan dengan tiga siklus. Siklus adalah satu putaran kegiatan berurutan yang kembali ke langkah semula. Setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu:

a. Perencanaan (Planning) b. Pelaksanaan tindakan (Acting) c. Pengamatan (Observing) d. Refleksi (Reflecting)

(40)

a. Perencanaan (planning)

Pada tahap ini peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Peneliti membuat rencana dan skenario pembelajaran yang akan disajikan dalam materi penelitian dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tehnik Jigsaw. Selain itu pada tahap ini juga peneliti menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi,lembar wawancara untuk guru dan siswa, dan soal yang harus dikerjakan oleh siswa yaitu berupa lembaran soal pre test,post test dan media gambar.

b. Pelaksanaan tindakan (Acting)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana dan skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya yaitu melakukan penelitian tindakan kelas.

c. Pengamatan (Observing)

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, menggali, dan

mendokumentasikan semua gejala indikator yang terjadi selama proses penelitian. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh guru kelas yang berperan sebagai kolaborator. Sebagai kolaborator guru membantu peneliti untuk mengamati dan menilai dalam proses pembelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tehnik Jigsaw.

d. Refleksi (Reflecting)

(41)

analisis tersebut juga akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan selanjutnya.

Secara lebih rinci prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan dengan gambar 3.4 alur penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

Gambar 3.4 Alur Penelitian Tindakan Kelas

Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II

sudah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah dicapai, maka penelitian dihentikan tetapi apabila indikator keberhasilan belum dicapai,

maka penelitian akan dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.

Alur penelitian tindakan kelas melalui pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat dilihat pada gambar 3.5 berikut ini:

Perencanaan

Siklus I

Pengamatan

Perencanaan

Siklus II

Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

Refleksi Pelaksanaan

(42)

Gambar 3.5 Alur Penelitian Tindakan Kelas Melalui Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

C. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa sebanyak 22 orang, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

Kondisi awal siswa :

 Hasil belajar IPS siswa rendah.

 Siswa kurang aktif dalam pembelajaan.

 Interaktif di dalam kelas tidak terlihat.

 Metode guru megajar tidak terlihat.

 Metode guru mengajar bersifat konvensional.

Melakukan Penelitian Tindakan Kelas

Memakai Metode Pembelajaran Kooperatif Tehnik Jigsaw

Kondisi akhir siswa :

 Hasil belajar IPS siswa meningkat.

 Siswa aktif dalam pembelajaran.

 Interaktif di dalam kelas sudah terlihat.

(43)

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peneliti bertindak sebagai guru, selain mengajarkan materi peneliti juga membuat dan merancang rencana pembelajaran serta mengevaluasi jalannya kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti berkolaborasi dengan guru IPS MI Al Masthuriyah Bekasi.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahap penelitian tindakan kelas ini diawali dengan dilakukannya penelitian pendahuluan atau pra siklus dan akan dilanjutkan dengan tindakan pertama yang berupa siklus, terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada tindakan I, penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan II, jika data yang diperoleh masih memerlukan penyempurnaan akan dilanjutkan kembali pada tindakan III, dan seterusnya. Prosedur utama dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Penelitian Pendahuluan

a. Observasi kegiatan belajar mengajar

Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPS di kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran dan aktivitas di dalam kelas pada mata pelajaran IPS.

b. Wawancara dengan guru dan siswa

Wawancara dilaksanakan terhadap siswa dan guru kelas untuk mengetahui minat siswa terhadap pelajaran IPS, aktivitas belajar siswa, dan permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran IPS di kelas MI Al Masthuriyah Bekasi.

2. Kegiatan Penelitian (Siklus I) a. Tahap Perencanaan

(44)

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan:

 Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) dengan metode teknik

Jigsaw.

 Instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi guru pada KBM, lembar observasi siswa, media gambar, pedoman

wawancara untuk guru dan siswa.

 Lembaran soal pre test dan soal untuk tes pada akhir siklus I.

 Media gambar dengan materi ajar “Dokumen Pribadi dan Benda Berharga”

b. Tahap Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan: Tanggal 19 Februari 2013. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ádalah :

 Pelaksanaan skenario dan rencana pembelajaran yang telah dibuat

sebelumnya. Dalam tahap ini peneliti yang dalam hal ini sebagai pelaksana tindakan menyampaikan materi ajar “Dokumen Pribadi dan Benda Berharga”.

 Pada saat peneliti melaksanakan tindakan, pengamatan kelas dilakukan oleh observer yang telah disiapkan sebelumnya.

 Melaksanakan pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dengan

membagi siswa menjadi 6 kelompok.

 Melakukan pre test diawal pembelajaraan dan post test diakhir

pembelajaran.

c. Tahap Observasi

Waktu pelaksanaan: Tanggal 19 Februari 2013. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

 Pada tahap ini guru kelas (observer) melakukan pengamatan

(45)

d. Tahap Refleksi

Waktu pelaksanaan: Tanggal 19 Februari 2013. Pada tahap ini peneliti dan Observer melakukan:

 Analisis terhadap hasil pengamatan Observer untuk seluruh

rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus I.

 Hasil refleksi digunakan untuk perbaikan pada tahap perencanaan siklus II.

3. Kegiatan penelitian (Siklus II)

a. Tahap Perencanaan

Waktu pelaksanaan: Tanggal 04 Maret 2013. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan:

 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan metode teknik

Jigsaw.

 Instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi guru pada

KBM, lembar observasi siswa.

 Media gambar tentang materi ajar “Peristiwa Penting dalam Keluarga”

 Pedoman wawancara untuk guru dan siswa.

 Soal pre tes di awal pembelajaran dan post tes pada akhir siklus II.

 Pada kegiatan ini peneliti juga mempersiapkan hal-hal apa saja

yang diperlukan pada saat pelaksanaan siklus II. Hal-hal tersebut adalah materi apa saja yang akan dibahas, hasil refleksi dari siklus I, bagaimana cara melaksanakannya dan juga aktivitas-aktivitas apa saja yang harus diperbaiki dari siswa dan guru sehingga pada siklus II aktivitas dan hasil belajar siswa lebih meningkat dari siklus I, keinginan siswa untuk belajar IPS menjadi lebih meningkat dan penggunaan metode Jigsaw dapat diterapkan dengan baik.

b. Tahap Pelaksanaan

(46)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini ádalah:

 Pelaksanaan skenario dan rencana pembelajaran yang telah dibuat

sebelumnya. Dalam tahap ini peneliti melaksanaan tindakan menyampaikan materi ajar “Peristiwa Penting dalam Keluarga”.

 Pada saat peneliti melaksanakan tindakan, pengamatan kelas

dilakukan oleh observer yang telah disiapkan sebelumnya.

 Melaksanakan pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dengan

membagi siswa menjadi 6 kelompok.

 Melakukan pre test diawal pembelajaraan dan post test diakhir

pembelajaran.

c. Tahap Observasi

Waktu pelaksanaan: Tanggal 05 Maret 2013.

 Pada tahap ini guru kelas (observer) melakukan pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan tehnik Jigsaw dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

d. Tahap Refleksi

Waktu pelaksanaan: Tanggal 05 Maret 2013.

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan observer untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukan indikator keberhasilan tercapai, maka penelitian dihentikan. Penyempurnaan akan dilakukan apabila data yang diperoleh masih terdapat kekurangan pada siklus sebelumnya dan akan dilanjutkan ke siklus III.

F. Hasil Interpensi Tindakan Yang Diharapkan

(47)

mendapat nilai kurang dari 70 (KKM 70) dan ketuntasan hasil belajar IPS siswa mencapai 80%.

G. Data dan Sumber Data

Sumber data diperoleh dari siswa siswi kelas MI Al Masthuriyah Bekasi. dan data yang diperoleh berupa situasi dan suasana kelas saat proses pembelajaran berlangsung dan peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode Jigsaw.

Sumber data yang diperlukan pada umumnya berasal dari tiga kelompok, yakni:

a) Tenaga kependidikan, terutama guru, wali kelas, pembimbing, dan kepala sekolah.

b) Siswa itu sendiri. c) Para orang tua siswa.11

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu:

1. Instrumen Tes

Tes adalah sejumlah tugas yang harus dikerjakan siswa dan berdasarkan pretasinya mengerjakan tugas-tugas tersebut dapat ditarik kesimpulan tentang aspek-aspek tertentu dari kepribadian siswa. Aspek-aspek tertentu yang dimaksud dapat berupa prestasi akademik, bakat, sikap, minat,dan lain-lain.

Tes hasil belajar IPS siswa di kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima bahan ajar dan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif siswa dalam pelajaran IPS khususnya materi ajar “Peristiwa Penting Dalam Keluarga dan Dokumen Pribadi”

melalui metode Jigsaw. Tes hasil belajar diberikan sebanyak dua kali setaip siklusnya, yang diawali dengan pre test (tes sebelum diadakan

11

(48)

penelitian) dan diakhiri dengan post test (tes setelah selesai diberikan metode pembelajaran kooperatif tehnik Jigsaw).

2. Instrumen Non Tes

Dalam instrumen non tes yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Dilihat dari kerangka kerjanya, observasi dibedakan dua jenis, yaitu:

1. Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi dengan jelas dan tegas.

2. Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan observer hanya dibatasi oleh tujuan obervasi itu sendiri.

Apabila dilihat dari teknis pelaksanaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu:

1. Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki.

2. Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.

3. Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara iktu ambil begian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.12

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non tes yang dilakukan melalui peracakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik.

Wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara langsung antara pewawancara atau guru dengan orang yang diwawancarai atau peserta didik tanpa melalui perantara.

12

(49)

Wawancara tidak langsung adalah pewawancara atau guru menanyakan sesuatu kepada peserta didik melalui perantaraan orang lain atau media. Jadi, tidak menemui langsung kepada sumbernya.

Tujuan wawancara adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu. 2. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.

3. Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.13

c. Skala Sikap

Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun berupa objek-objek tertentu. Sikap mengacu kepada perbuatan atau perilaku seseorang, tetapi tidak berarti semua perbuatan identik dengan sikap. Perbuatan seseorang mungkin saja bertentangan dengan sikapnya. Guru perlu mengetahui norma-norma yang ada pada peserta didik,

bahkan sikap peserta didik terhadap dunia sekitarnya, terutama terhadap mata pelajaran dan lingkungan sekolah. Jika terdapat sikap peserta didik yang negatif, guru perlu mencari suatu cara atau teknik

tertentu untuk menempatkan sikap negatif itu menjadi sikap yang positif.

d. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mengamati seluruh kegiatan dalam proses pembelajaran berlangsung. Berbagai hasil pengamatan tentang aspek pembelajaran di kelas,suasana kelas,pengelolaan kelas,interaksi guru dengan siswa dan aspek lainnya yang perlu dicatat. Secara ringkas teknik instrument pengumpulan data seperti sudah dijelaskan diatas, dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut ini:

13

(50)

Gambar 3.6 Ikhtisar Teknik Instrumen Pengumpulan Data

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

melakukan observasi terhadap proses pembelajaran, melakukan wawancara, membuat catatan lapangan, dan merekapitulasi nilai hasil belajar yang diperoleh siswa dari tes pada setiap akhir siklus.

Setelah semua data terkumpul penelitian bersama kolaborator (guru mata pelajaran IPS) melakukan analisis dan evaluasi data untuk membuat kesimpulan mengenai peningkatan hasil belajar IPS siswa juga tentang kelebihan dan kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan (trustworthiness) Study 1. Validitas

Sebuah instrument penilaian dikatakan baik apabila memiliki validitas yang tinggi. Yang dimaksud validitas adalah kemampuan instrument tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam

PENILAIAN

Tes Lisan Tes Tertulis Tes Perbuatan

(51)

penilaian hasil belajar, biasanya ada tiga aspek yang hendak dinilai, yaitu aspek kognitif, aspek pskimotor, dan aspek afektif.

Validitas adalah ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Caranya adalah dengan membandingkan skor peserta didik yang didapat dalam tes dengan skor yang dianggap sebagai nilai baku. Misalnya, nilai ujian akhir semester peserta didik dalam salah satu mata pelajaran dibandingkan dengan nilai ujian akhir semester pada mata pelajaran yang lain.

2. Reliabilitas

Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi apabila instrument tersebut dapat menghasilkan hasil pengukuran yang ajeg. Suatu tes dapat dikatakan reliable jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.

Reliabilitas adalah ketepatan alat tersebut dalam mengukur apa

yang dinilainya. Analisis reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah soal yang disusun dapat memberikan hasil yang tepat atau tidak. Hal ini berarti apabila soal dikenakan untuk sejumlah subjek yang sama dalam

waktu tertentu, maka hasil akan tetap sama. Instrumen disebut reliable mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya.

K. Analisis Data dan Interpretasi Data

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian  ............................................................
Gambar 2.1 Bagan Hasil Belajar  ...................................................................
Gambar 2.1 Bagan Hasil Belajar
Gambar 2.2. Pembentukan Kelompok Jigsaw
+7

Referensi

Dokumen terkait

A study was undertaken to determine the effect of the inclusion of chickweed ( Stellaria media ) leaf meal (CLM) on growth per- formance, feed utilization, nutrition retention,

Kajian Kuat Tekan, Kuat Tarik, Kuat Lentur, dan Redaman Bunyi pada Panel Dinding Beton dengan Agregat Limbah Plastik.. PET dan Limbah

ini yaitu penambahan bumbu 4 gram gula, 4 gram garam, 1 gram bawang putih, 0,2 merica dan 0,2 gram pala merupakan formulasi flavored edible film yang paling disukai,

We offer you lots of varieties of link to get guide Battlemage (Age Of Darkness) By Stephen Aryan On is as you require this Battlemage (Age Of Darkness) By Stephen Aryan You can

pasar kabupaten, produk mereka kalah bersaing dengan beras kilang sehingga penggilingan desa hanya menyalurkan beras ke pengecer local dan pihak-pihak yang telah mengadakan

Artikel yang berjudul “ KINK (Katalog Induk Nasional Kesehatan): Gerbang Informasi Sehat Bidang Kesehatan “ini membahas tentang peran perpustakaan Kementerian Kesehatan RI di

Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan.. sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak

For P(n,2), n=1 (mod 6) or 3(mod 6) for 7 ≤ n ≤ 19, the 1-fault tolerant Hamiltonian makes a specific pattern : if the initial point is in the outer polygon (the removing vertex