• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS

KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK

KANDANG KOTORAN SAPI

SKRIPSI

Oleh :

M. IKMAL TAWAKKAL. P 030301012 /BDP-AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS

KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK

KANDANG KOTORAN SAPI

SKRIPSI

Oleh :

M. IKMAL TAWAKKAL. P 030301012 /BDP-AGRONOMI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Ujian Sarjana di Departemen Budidaya Pertanian Fakultan Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

Judul Skripsi : Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas

Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi

Nama : M. Ikmal Tawakkal P. NIM : 030301012

Departemen : Budidaya Pertanian Pogram Studi : Agronomi

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

( Ir. Guslim, MS ) ( Ir. Yaya Hasanah, MSi )

Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

M. Ikmal Tawakkal P. : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.)

ABSTRACT

Objectives of the research was to know the respons of growth and production of some soybean (Glycine max (L.) Merill) varieties that given cow manure. The research was conducted in Tumpatan Nibung Village, Batang Kuis, Deli Serdang from July to October 2008 by using Randomized Complete Block Design with 2 factors and 3 replications. The first factor was soybean varieties that consisted of Kaba, Anjasmoro and Sinabung. The second one was cow manure dose that consisted of 0 kg/plot; 9 kg/plot; 18 kg/plot and 27 kg/plot. The research result showed that soybean varieties were significant different of plant height, at 35 day after planting number of leaves, number of productive branches, number of pods per sample, dry weight of seed per sample, dry weight of seed per plot, dry weight 100 of seed per plot and harvest dates. Fertilizer dose were significantly effect of 14, 28 and 35 days plant height; 21, 28 and 35 days number of leaves, flowering dates, number of productive branches, dry weight of seed per sample, dry weight of seed per plot, dry weight 100 of seed per plot and harvest dates. The dose of cow manure about 18 kg/plot gave more better effect than the others. Interaction between soybean varieties and dose of cow manure did not give the significant effect for all parameters.

(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai (Glycine max (L.) Merill) terhadap pemberian pupuk kandang kotoran sapi. Penelitian dilaksanakan di Desa Tumpatan Nibung Batang Kuis, Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Oktober 2008 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang diulang 3 kali. Faktor pertama adalah varietas yang terdiri dari 3 varietas yaitu varietas Kaba, Anjasmoro dan Sinabung. Faktor kedua adalah pemberian pupuk kandang kotoran sapi yang terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu 0 kg/plot; 9 kg/plot; 18 kg/plot dan 27 kg/plot. Hasil penelitian menunjukkan varietas berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 35 HST, jumlah daun 35 HST, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman sampel, bobot biji kering per tanaman sampel, bobot biji kering per plot, bobot 100 biji kering per plot dan umur panen dan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 14 HST, 21 HST, 28 HST, jumlah daun 14 HST, 21 HST, 28 HST dan umur berbunga. Perlakuan pemberian pupuk berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 14 HST, 28 HST, 35 HST, jumlah daun 21 HST, 28 HST, 35 HST, umur berbunga, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman sampel, bobot biji kering per tanaman sampel, bobot biji kering per plot, bobot 100 biji kering per plot dan umur panen, dimana pemberian pupuk kandang kotoran sapi 18 kg/plot memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian lainnya. Interaksi antara varietas dengan pemberian pupuk kandang kotoran sapi tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi penelitian ini.

Judul skripsi ini adalah “ Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa

Varietas Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang

Kotoran Sapi “ yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar

sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Bapak Ir.Guslim, MS. selaku Ketua Pembimbing dan Ibu Ir. Yaya Hasanah, MSi.

selaku Anggota Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan saran

untuk kesempurnaan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada Ayahanda dan

Ibunda tercinta yang telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang serta

pengorbanan yang tak terhingga, serta abang dan kakak yang tercinta yang telah

mendukung penulis dalam doa dan perhatiannya.

Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman terbaik

saya, Alfinur Pratiwi Zebua, Daryudi, Taufiqurahman, dan Donald

(7)

Terima kasih juga kepada teman-teman mahasiswa Agronomi dan

Pemuliaan Tanaman angkatan 2003 dan 2004 atas segala bantuan dan dukungan

selama penulis menjalani perkuliahan di kampus yang tercinta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu

penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfat bagi

seluruh pihak yang membutuhkan.

Medan, Februari 2008

(8)

RIWAYAT HIDUP

M. Ikmal Tawakkal P. dilahirkan di Sei Merah pada tanggal

30 September 1985 dari Bapak Achmadsyah Pulungan dan Ibu Nur Hafni Siregar.

Penulis merupakan anak ke-4 dari 4 bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis antara lain; tahun

1991-1997 menempuh pendidikan dasar di SDN 107417 Sei Merah Estate, Tanjung

Morawa; Tahun 1997-2000 menempuh pendidikan di MTs Nurul Amaliah,

Tanjung Morawa; 2000-2003 menempuh pendidikan di MA Negeri 3, Medan;

Tahun 2003 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur

Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP). Penulis memilih Program Studi Agronomi

Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.

Penulis telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Perusahaan

Perkebunan Swasta PT.PP. London Sumatera, Tbk (LONSUM), Sei Merah Estate

(9)

DAFTAR ISI BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode Penelitian... 15

(10)

Pembumbunan ... 18

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 18

Panen ... 19

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm) ... 19

Jumlah Daun (helai) ... 19

Jumlah Cabang Produktif (cabang) ... 19

Umur Berbunga (hari) ... 20

Umur Panen (hari) ... 20

Jumlah Polong per Tanaman Sampel (polong) ... 20

Bobot Biji Kering per Tanaman Sampel (g) ... 20

Jumlah Cabang Produktif (cabang) ... 25

Umur Berbunga (hari) ... 27

Umur Panen (hari) ... 28

Jumlah Polong per Tanaman Sampel (polong) ... 30

Bobot Biji Kering per Tanaman Sampel (g) ... 31

Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai ... 37

(11)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman 35 HST (cm) ... 23

Tabel 2. Rataan Jumlah Daun 35 HST (helai) ... 24

Tabel 3. Rataan Jumlah Cabang Produktif (cabang) ... 26

Tabel 4. Rataan Umur Berbunga (hari) ... 27

Tabel 5. Rataan Umur Panen (hari) ... 29

Tabel 6. Rataan Jumlah Polong per Tanaman Sampel (polong) ... 30

Tabel 7. Rataan Bobot Biji Kering per Tanaman sampel (g) ... 32

Tabel 8. Rataan Biji Kering per Plot (g) ... 33

(12)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1. Grafik Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat Terhadap Tinggi Tanaman 35 HST ... 23

Gambar 2. Grafik Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat Terhadap Jumlah Daun 35 HST ... 25

Gambar 3. Grafik Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat Terhadap Jumlah Cabang Produktif ... 26

Gambar 4. Grafik Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat Terhadap Umur Berbunga ... 28

Gambar 5. Grafik Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat Terhadap Umur

Panen ... 29

Gambar 6. Grafik Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat Terhadap Jumlah Polong per Tanaman Sampel ... 31

Gambar 7. Grafik Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat Terhadap Bobot Biji Kering per Tanaman Sampel ... 32

Gambar 8. Grafik Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat Terhadap Bobot Biji Kering per Plot ... 34

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Kedelai ... 44

Lampiran 2. Bagan Penelitian ... 45

Lampiran 3. Bagan Tanaman Sampel Dalam Plot ... 46

Lampiran 4. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 47

Lampiran 5. Data Tinggi Tanaman 14 HST (cm) ... 48

Lampiran 6. Two Way Table Tinggi Tanaman 14 HST ... 48

Lampiran 7. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 14 HST ... 48

Lampiran 8. Data Tinggi Tanaman 21 HST (cm) ... 49

Lampiran 9. Two Way Table Tinggi Tanaman 21 HST ... 49

Lampiran 10. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 21 HST ... 49

Lampiran 11. Data Tinggi Tanaman 28 HST (cm) ... 50

Lampiran 12. Two Way Table Tinggi Tanaman 28 HST ... 50

Lampiran 13. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 28 HST ... 50

Lampiran 14. Data Tinggi Tanaman 35 HST (cm) ... 51

Lampiran 15. Two Way Table Tinggi Tanaman 35 HST ... 51

Lampiran 16. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 35 HST ... 51

Lampiran 17. Data Jumlah Daun 14 HST (helai) ... 52

Lampiran 18. Two Way Table Jumlah Daun 14 HST (helai) ... 52

Lampiran 19. Sidik Ragam Jumlah Daun 14 HST (helai) ... 52

Lampiran 20. Data Jumlah Daun 21 HST (helai) ... 53

(14)

M. Ikmal Tawakkal P. : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.)

Lampiran 22. Sidik Ragam Jumlah Daun 21 HST (helai) ... 53

Lampiran 23. Data Jumlah Daun 28 HST (helai) ... 54

Lampiran 24. Two Way Table Jumlah Daun 2 8HST (helai) ... 54

Lampiran 25. Sidik Ragam Jumlah Daun 28 HST (helai) ... 54

Lampiran 26. Data Jumlah Daun 35 HST (helai) ... 55

Lampiran 27. Two Way Table Jumlah Daun 35 HST (helai) ... 55

Lampiran 28. Sidik Ragam Jumlah Daun 35 HST (helai) ... 55

Lampiran 29. Data Jumlah Cabang Produktif (cabang) ... 56

Lampiran 30. Two Way Table Jumlah Cabang Produktif (cabang) ... 56

Lampiran 31. Sidik Ragam Jumlah Cabang Produktif (cabang) ... 56

Lampiran 32. Data Umur Berbunga (hari) ... 57

Lampiran 33. Two Way Table Umur Berbunga (hari) ... 57

Lampiran 34. Sidik Ragam Umur Berbunga (hari) ... 57

Lampiran 35. Data Umur Panen (hari) ... 58

Lampiran 36. Two Way Table Umur Panen (hari) ... 58

Lampiran 37. Sidik Ragam Umur Panen (hari) ... 58

Lampiran 38. Data Jumlah Polong per Tanaman (polong) ... 59

Lampiran 36. Two Way Table Jumlah Polong per Tanaman (polong) ... 59

Lampiran 37. Sidik Ragam Jumlah Polong per Tanaman (polong) ... 59

Lampiran 38. Data Bobot Biji Kering per Tanaman sampel (g) ... 60

Lampiran 39. Two Way Table Bobot Biji Kering per Tanaman sampel (g) ... 60

Lampiran 40. Sidik Ragam Bobot Biji Kering per Tanaman sampel (g) ... 60

Lampiran 41. Data Bobot Biji Kering per Plot (g) ... 61

(15)

Lampiran 43. Sidik Ragam Bobot Biji Kering per Plot (g) ... 61

Lampiran 44. Data Bobot 100 Biji Kering per Plot (g) ... 62

Lampiran 45. Two Way Table Bobot 100 Biji Kering per Plot (g) ... 62

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kedelai telah dikenal nenek moyang kita sejak berabad-abad lalu.

Menurut para ahli tanaman,kedelai yang sudah disebarluaskan di Indonesia bukan

lagi tanaman asli, melainkan berasal dari daerah Manshukuo di negeri Cina,

kemudian menyebar ke daerah Mansyuria dan Jepang (Asia Timur). Demikian pula

kedelai yang ditanam di benua lain seperti Amerika dan Afrika berasal dari Asia

(Adrianto dan Indarto, 2004).

Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan terpenting ketiga setelah

padi dan jagung. Tanaman ini biasanya ditanam setelah padi sebagai palawija.

Dalam upaya memacu produksi kedelai untuk mengurangi impor, berbagai paket

program telah dilaksanakan antara lain: intensifikasi, introduksi varietas unggul,

penyuluhan usaha tani, operasi khusus kedelai dengan pola kemitraan,

kebijaksanaan harga, pembatasan impor. Tingginya pertumbuhan konsumsi kedelai

diduga tidak hanya karena meningkatnya konsumsi kedelai untuk pangan, tetapi

juga karena pesatnya pertumbuhan industri pakan ternak, terutama unggas

(Swastika, 1997).

Beberapa tahun terakhir produksi kedelai mengalami penurunan. Pada tahun

1992 produksi kedelai sebesar 1,86 juta ton telah menurun menjadi 0.67 juta ton

pada tahun 2002. Impor biji kedelai tahun 2001 sebesar 1.14 juta ton atau sekitar

50% dari kebutuhan kedelai nasional. Produksi kedelai pada 2004 hingga 2006

(17)

ton, 808.353 ton (2005) dan 746.611 ton (2006). Bahkan pada 2007 kembali turun

menjadi sekitar 608.000 ton (BPS, 2008). Produksi kedelai untuk daerah Sumatera

Utara tahun 2007 sebesar 4.345 ton atau mengalami penurunan 2.697 ton atau

38,30 % dibandingkan tahun 2006. Penurunan ini disebabkan penurunan luas panen

sebesar 2.564 atau 40.63 %. Melihat masalah diatas diperlukan suatu usaha untuk

meningkatkan produksi kedelai Nasional dan Sumut khususnya, yakni dengan

penerapan teknologi budidaya yang memanfaatkan sumber daya sekitar. Dan

dipersulit lagi luas lahan produski yang semakin sempit. Untuk memenuhi

kebutuhan tersebut, pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan melalui

peningkatan produktivitas. Saat ini produktivitas kedelai masih rendah sekitar 1.2

ton/ha. Pemerintah telah menetapkan peningkatan produktivitas rata-rata 1.47

ton/ha melalui penerapan teknologi secara intensif, terutama penggunaan benih

unggul bermutu dan pemupukan berimbang (BPS Sumut, 2008).

Penggunaan varietas unggul yang mempunyai adaptasi pada kondisi

setempat merupakan faktor penting. Berdasarkan pengamatan di lapangan,

varietas-varietas unggul tertentu memberikan hasil yang cukup baik apabila ditanam pada

lahan-lahan yang subur. Penggunaan varietas unggul yang sesuai dengan

agroklimat setempat dapat meningkatkan hasil kedelai per satuan luas

(Hanafiah, 1997).

Salah satu alternatif untuk meningkatkan kesuburan tanah adalah melalui

penggunaan pupuk organik yaitu pupuk kandang kotoran sapi. Beberapa kelebihan

pupuk kandang kotoran sapi antara lain adalah untuk memperbaiki struktur tanah,

(18)

itu pupuk kandang kotoran sapi padat mempunyai pengaruh yang positif terhadap

hasil tanaman.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang respons pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai

(Glycine max L.) terhadap pemberian pupuk kandang sapi.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi beberapa varietas

kedelai yang sesuai terhadap pemberian pupuk kandang kotoran sapi.

Hipotesis Penelitian

1. Varietas menunjukkan perbedaan pertumbuhan dan produksi kedelai.

2. Ada pengaruh pemberian pupuk kandang kotoran sapi terhadap pertumbuhan

dan produksi kedelai.

3. Ada pengaruh interaksi antara varietas dan pemberian pupuk kandang kotoran

sapi terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Sharma (1993) tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Polypetales

Family : Papilionaceae

Genus : Glycine

Species : Glycine max (L.) Merill

Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar

tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada

akar cabang terdapat bintil-bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum yang

mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang kemudian

dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto dan Indarto, 2004).

Jaringan batang dan daun terbentuk dari pertumbuhan dan perkembangan

plumula. Kuncup-kuncup ketiak tumbuh membentuk cabang ordo pertama dari

batang utama. Jumlah buku dan ruas yang membentuk batang utama tergantung

dari rekasi genotipe terhadap panjangnya hari dan dari tipe tumbuh, yaitu

(20)

Batang berwarna ungu dominan terhadap batang berwarna hijau. Dilihat

dari tipe pertumbuhan, tipe indeterminate dominan terhadap tipe determinate.

Namun ada kalanya hasil perkawinan kedua tipe tersebut menunjukkan bahwa tipe

determinate lebih dominan (Andrianto dan Indarto, 2004).

Terdapat empat tipe daun berpengaruh, yaitu kotiledon atau daun biji, daun

primer sederhana, daun bertiga, dan profila. Daun primer sederhana berbentuk telur

(oval), berupa daun tunggal, terletak berseberangan pada buku pertama di atas

kotiledon. Daun-daun berikutnya yang terbentuk pada batang utama dan pada

cabang ialah daun bertiga (trifoliat). Daun profila ialah daun yang terletak pada

pangkal tiap cabang (Hidajat, 1985 dalam Somaatmadja, dkk, 1985).

Bunga kedelai berwarna putih, ungu pucat atau ungu. Bunga dapat

menyerbuk sendiri. Saat berbunga bergantung pada kultivar (varietas) dan iklim.

Suhu mempengaruhi proses pembungaan. Semakin pendek penyinaran dan semakin

tinggi suhu udaranya, akan semakin cepat berbunga

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Polong kedelai muda berwarna hijau. Warna polong matang beragam antara

kuning hingga kuning kelabu, coklat atau hitam. Jumlah maksimum polong tiap

tanaman dan ukuran biji ditentukan secara genetik, namun jumlah nyata polong dan

ukuran nyata biji yang terbentuk dipengaruhi oleh lingkungan semasa proses

pengisian biji (Hidajat, 1985 dalam Somaatmadja, dkk, 1985).

(21)

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman kedelai sebagaian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis

dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok

bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung.

Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar

100-400 mm/bulan (Sugeno, 2008).

Pada lingkungan yang optimal, biji kedelai berkecambah setelah 4 hari

ditanam. Pertumbuhan terbaik terjadi pada suhu 29.40 C dan menurun bila suhu

lebih rendah. Apabila air mencukupi, kedelai masih dapat tumbuh baik pada suhu

yang sangat tinggi (360C) dan akan berhenti tumbuh pada suhu 90C

(Baharsjah, dkk, 1985 dalam Somaatmadja, dkk, 1985).

Melihat kondisi iklim di negara kita, maka kedelai umumnya ditanam pada

musim mareng (musim kemarau), yakni setelah panen padi rendheng (padi musim

hujan). Banyaknya curah hujan sangat mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam

menyediakan nitrogen. Namun, ketergantungan ini dapat diatasi, asalkan selama

30 – 40 hari suhu di dalam dan di permukaan pada musim panas sekitar 350 C– 390

C, dengan kelembaban sekitar 60 – 70 % (Andrianto dan Indarto, 2004).

Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan

ketinggian 0,5 – 300 m dpl (diatas permukaan laut). Sedangkan varietas kedelai

(22)

biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 dpl

(Sugeno, 2008).

Tanah

Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5.8 – 7, namun

pada tanah dengan pH 4.5 pun kedelai masih dapat tumbuh baik. Dengan

manambah kapur 2.4 ton per ha (Andrianto dan Indarto, 2004).

Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asal drainase dan

aerasi tanah cukup baik. Tanah-tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol,

latosol dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang

mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila

diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah yang cukup

(Andrianto dan Indarto, 2004).

Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak (tinggi 70 – 150 cm),

menyemak, berbulu halus, dengan sistem perakaran luas. Tanaman ini umumnya

dapat beradaptasi terhadap berbagai jenis tanah, dan menyukai tanah yang

bertekstur ringan hingga sedang, dan berdrainase baik. Tanaman ini peka terhadap

kondisi salin (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Dalam pembudidayaan tanaman kedelai, sebaiknya dipilih lokasi yang

topografi tanahnya yang datar, sehingga tidak perlu dibuat teras dan tanggul.

Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik.

Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga

merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan

unsur hara untuk pertumbuhan tanaman (Sugeno, 2008).

(23)

Varietas

Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh

setiap sifat (morfologi, fisiologi, sitologi, kimia, dll) yang nyata untuk usaha

pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang yang dapt

dibedakan dari yang lainnya (Sutopo, 1998). Varietas berdasarkan teknik

pembentukannya dibedakan atas varietas hibrida, varietas sintetik dan varietas

komposit (Mangoendidjojo, 2003).

Varietas hibrida dibuat dengan mempersilangkan dua inbrida yang unggul.

Oleh karena itu pembuatan inbrida unggul merupakan langkah pertama dalam

pembuatan varietas hibrida. Varietas hibrida memberikan hasil yang lebih tinggi

dari pada varietas bersari bebas karena varietas hibrida menggabungkan gen-gen

dominan karakter yang diinginkan dari galur-galur penyusunnya, dan hibrida

mampu memanfaatkan gen aditif dan non aditif. Varietas hibrida memberikan

keuntungan yang lebih tinggi bila di tanam pada lahan yang produktivitasnya tinggi

(Kartasapoetra, 1988).

Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu

lingkungan untuk mendapatkan genotif unggul pada lingkungan tersebut. Pada

umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap

genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam

penampilan fenotipik dari tanaman bersangkutan (Darliah dkk, 2001).

(24)

Varietas-varietas kedelai yang dianjurkan mempunyai kriteria-kriteria

tertentu, misalnya umur panen, produksi per hektar, daya tahan terhadap hama dan

penyakit. Setelah ciri-ciri tanaman kedelai diketahui, akhirnya dapat dihasilkan

varietas-varietas yang dianjurkan. Varietas-varietas ini diharapkan sesuai dengan

keadaan tempat yang akan ditanami. Dengan ditemukannya varietas-varietas baru

(unggul) melalui seleksi galur atau persilangan (crossing), diharapkan sifat-sifat

baru yang akan dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan, baik dalam hal produksi,

umur produksi, maupun daya tahan terhadap hama dan penyakit

(Andrianto dan Indarto, 2004)

Menggunakan varietas unggul merupakan salah satu upaya yang mudah dan

murah untuk meningkatkan produksi kedelai. Mudah karena teknologinya tidak

rumit karena hanya mengganti varietas kedelai dengan varietas yang lebih unggul

dan murah karena tidak memerlukan tambahan biaya produksi. Tersedianya

varietas unggul yang beragam sangat penting artinya guna menjadi banyak pilihan

bagi petani baik untuk pergiliran varietas antar musim, mencegah petani menanam

satu varietas terus-menerus, mencegah timbulnya serangan hama dan penyakit, dan

menjadi pilihan petani sesuai kondisi lahan. Pengenalan atau identifikasi varietas

unggul adalah suatu teknik untuk menentukan apakah yang dihadapi tersebut

adalah benar varietas unggul yang dimaksudkan. Pelaksanaannya dapat dilakukan

dengan mempergunakan alat pegangan berupa deskripsi varietas (Gani, 2000).

Ada dua macam perbedaan antara individu organisme : (I) Perbedaan yang

ditentukan oleh keadaan luar, yaitu yang dapat ditelusuri dari lingkungan dan (II)

Perbedaan yang dibawa sejak lahir, yaitu yang dapat ditelusuri dari kebakaan. Suatu

(25)

antara genotip (warisan alami) dan lingkungannya. Walaupun sifat khas suatu

fenotip tertentu tidak dapat selamanya ditentukan oleh perbedaan genotip atau oleh

lingkungan, ada kemungkinan perbedaan fenotip antara individu yang terpisahkan

itu disebabkan oleh perbedaan lingkungan atau perbedaan keduanya

(Lovelles, 1989).

Gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter terkecuali jika

mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruh

terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan

lingkungan terkecuali jika gen yang diperlukan ada. Namun, harus disadari bahwa

keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh

perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas

didalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan

dimana individu berada (Allard, 2005).

Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu penyebab keragaman

penampilan tanaman. Program genetik akan diekspresikan pada suatu fase

pertumbuhan yang berpengaruh dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman

yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman

pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat susunan genetik

selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis

yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).

Hasil maksimum akan dapat dicapai apabila suatu kultivar unggul menerima

respons terhadap kombinasi optimum dari air, pupuk dan praktek budidaya lainnya.

(26)

Pupuk kandang kotoran sapi adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak

sapi, baik berupa kotoran padat (faeces) yang bercampur sisa makanan maupun air

kencing (urine), sehingga kualitas pupuk kandang kotoran sapi beragam tergantung

pada jenis, umur serta kesehatan ternak, jenis dan kadar serta jumlah pakan yang

dikonsumsi, jenis pekerjaan dan lamanya ternak bekerja, lama dan kondisi

penyimpanan, jumlah serta kandungan haranya. Pupuk kandang sapi biasanya

terdiri atas campuran 0,5% N; 0,25% P2O5 dan 0,5% K2O. Pupuk kandang sapi

padat dengan kadar air 85% mengandung 0,40% N; 0,20%P2O5 dan 0,1% K2O

dan yang cair dengan kadar air 95% mengandung 1% N; 0,2%P2O5 dan 1,35%

K2O (Soepardi,1983).

Biasanya pemberian pupuk kandang sapi selalu diikuti peningkatan hasil

tanaman. Peningkatan hasil tanaman tersebut tergantung pada beberapa faktor,

seperti tingkat kematangan pupuk kandang sapi itu sendiri, sifat-sifat tanah, cara

aplikasi, dan sebagainya. Pengaruh dari pupuk kandang sapi terhadap hasil tanaman

dapat disebabkan oleh pengaruh yang menguntungkan terhadap sifat-sifat fisik,

kimia, dan biologi tanah (Rivaie, 2006).

Pupuk kandang kotoran sapi mempunyai beberapa sifat yang lebih baik dari

pupuk alami lainnya maupun pupuk buatan, yaitu sebagai sumber hara makro dan

mikro, dapat meningkatkan daya menahan air, dan banyak mengandung

(27)

nitrogen, phosfat dan kalium. Nitrogen berada dalam pupuk yang sudah dicernakan

dalam bentuk protein, persenyawaan amonium dan amoniak. Sebagian tersedia

untuk diserap tanaman, sisanya tersedia berangsur-angsur sebagai akibat proses

penguraian mikrobiologis dari protein. Reaksi kerja nitrogen di dalam pupuk

kandang sapi tidak sama dengan reaksi kerja nitrogen pada pupuk buatan.

Perbandingan antara keduanya ditunjukkan dengan faktor kerja (working

coefficient) dari nitrogen pupuk kandang sapi terhadap nitrogen pupuk buatan. Hal

ini juga disebut sebagai nilai pupuk buatan dari nitrogen pupuk kandang sapi, dan

biasanya dinyatakan dalam persentase. Faktor kerja nitrogen di dalam pupuk

kandang sapi padat berkisar antara 20–40 persen. Berdasarkan hal tersebut, maka

konversi kandungan nitrogen pupuk kandang sapi ke dalam pupuk buatan harus

mengacu pada faktor kerja tersebut. Phosfat dan kalium didalam pupuk kandang

sapi padat, nilainya sama dengan phosfat dan kalium yang dikandung oleh pupuk

buatan. Oleh karena itu, pengurangan berdasarkan faktor kerja tidak dilakukan

(Rinsema, 1986).

Pupuk kandang sapi yang diberikan secara teratur kedalam tanah dapat

meningkatkan daya menahan air, sehinga terbentuk air tanah yang bermanfaat,

karena akan memudahkan akar-akar tanaman menyerap unsur hara bagi

pertumbuhan dan perkembangannya (Mulyani dan Kartasapoetra, 1991).

Penggunaan pupuk bokashi kotoran sapi 0-15 ton/ha memberikan pengaruh

nyata terhadap tinggi tanaman, berat basah pipilan dan berat kering pipilan tanaman

jagung. Hanya pada jumlah tongkol penggunaan pupuk bokashi namum cenderung

(28)

mengandung sejumlah unsur hara dan bahan organik yang dapat memperbaiki sifat

fisik, kimia, dan biologi tanah. Ketersediaan hara dalam tanah, struktur tanah dan

tata udara yang baik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar

serta kemampuan akar tanaman dalam menyerap unsur hara

(Dahlan dan Kaharuddin, 2007)

Unsur hara yang akan diserap oleh akar ditentukan oleh semua faktor yang

mempengaruhi ketersediaan unsur hara sampai unsur hara tersebut berada di

permukaan akar sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta

hasil tanaman. Penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk

berbanding lurus dengan selisih hasil maskimum dengan hasil aktual. Hasil

maskimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi pemberiannya

karena makin tinggi pemberian, maka hasil justru menurun (Agustina, 1990).

Bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain sehingga

faktor lain tersebut tertutupi dan masing-masing faktor mempunyai sifat yang jauh

berpengaruh pengaruhnya dan sifat kerjanya, maka akan menghasilkan hubungan

yang berpengaruh dalam mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman

(Sutedjo dan Kartosapoetra, 1987)

(29)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tumpatan Nibung Batang Kuis, Deli

Serdang, dengan ketinggian tempat + 25 m di atas permukaan laut dengan topografi

datar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Oktober 2008.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas

Kaba, Anjasmoro, dan Sinabung sebagai objek penelitian (deskripsi dapat dilihat

pada Lampiran 1); pupuk kandang kotoran sapi padat sebagai perlakuan, insektisida

Decis 2.5 EC 0.5 cc/liter air untuk mengendalikan hama, fungisida Dithane M 45

dengan pemberian 2 g/liter air untuk mengendalikan jamur, dan air.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul sebagai alat

pengolahan dan penggembur tanah, gembor, hand sprayer, meteran, timbangan

(30)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua

faktor perlakuan, yaitu :

Faktor I : Varietas Kedelai (V), terdiri dari 3 varietas yaitu :

V1 = Kaba

V2 = Anjasmoro

V3 = Sinabung

Faktor II : Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat (P), terdiri dari 4 taraf

perlakuan yaitu :

P0 = Kontrol P2 = 18 kg/plot

P1 = 9 kg/plot P3 = 27 kg/plot

Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan, yaitu :

V1P0 V2P0 V3P0

V1P1 V2P1 V3P1

V1P2 V2P2 V3P2

V1P3 V2P3 V3P3

Jumlah ulangan (blok) : 3 ulangan

Jumlah plot/blok : 12 plot

Jumlah seluruh plot : 36 plot

Jumlah tanaman/plot : 91 tanaman

Jumlah tanaman sampel/plot : 9 tanaman

Jumlah seluruh tanaman sampel : 324 tanaman

Jumlah seluruh tanaman : 3276 tanaman

Ukuran plot : 210 cm x 210 cm

(31)

Jarak tanam : 30 cm x 15 cm

Jarak antar plot : 50 cm

Jarak antar blok : 100 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam

berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yijk = µ + τi+ αj + βk + (αβ)jk + εijk

i = 1,2,3 j = 1,2,3 k = 1,2,3,4

Dimana :

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan varietas pada kategori ke-j

dan pemberian pupuk kandang kotoran sapi padat pada taraf ke-k.

µ = nilai tengah

τI = Efek blok ke-i

αj = Efek varietas pada kategori ke-j

βk = Efek pemberian pupuk kandang kotoran sapi padat pada taraf ke-k

(αβ)jk = Efek interaksi antara varietas pada kategori ke-j dengan pemberian pupuk

kandang kotoran sapi padat pada taraf ke-k

εijk = Efek galat pada blok i dari kedua faktor yaitu varietas pada kategori

ke-j dan pemberian pupuk kandang kotoran sapi pada taraf ke-k

Data hasil penelitian yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda

rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %

(Bangun, 1991).

(32)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Lahan dibersihkan dari gulma-gulma kemudian tanah digemburkan, dibuat

plot dengan ukuran 210 cm x 210 cm dengan jarak antar plot 50 cm dan jarak antar

ulangan 100 cm, penggemburan tanah pada setiap plot bersamaan dengan

pengaplikasian pupuk kandang kotoran sapi sesuai dengan perlakuannya

masing-masing.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara memasukkan benih ke dalam lubang

tanam sebanyak 3 benih per lubang tanam dengan jarak tanam 30 cm x 15 cm pada

kedalaman 2-3 cm. Setelah benih dimasukkan kemudian lubang ditutup dengan

kompos atau tanah yang gembur untuk memudahkan dalam pemunculan plumula

tanaman, kemudian lubang disiram dengan air.

Pemeliharaan

Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman

dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari dengan menggunakan

gembor.

(33)

Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari setelah tanam. Dalam

kenyataannya tidak semua biji yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, sehingga

akan terlihat tidak seragam. Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman

yang mati atau abnormal pertumbuhannya dengan tanaman cadangan yang masih

hidup. Waktu penyulaman yang baik adalah sore hari.

Penjarangan

Penjarangan tanaman dilakukan saat tanaman berumur 2 minggu.

Penjarangan dilakukan dengan memotong tanaman yang tidak perlu sehingga hanya

tinggal satu tanaman yang baik pertumbuhannya.

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau menggunakan cangkul.

Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang ada di dalam maupun di

luar plot atau dilakukan sesuai kondisi di lapangan.

Pembumbunan

Agar tanaman tidak mudah rebah dan berdiri tegak dan kokoh dilakukan

pembumbunan dengan cara menambahkan tanah di polibek dan pada saat fase

reproduktif tanaman diberi ajir.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2,5

EC dengan dosis 2 ml/liter air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan

(34)

pestisida dilakukan dengan interval 2 minggu sekali atau disesuaikan dengan

kondisi serangan hama dan penyakit pada tanaman.

Panen

Panen dilakukan sekali dengan cara memotong 5 cm diatas pangkal batang

utama dengan menggunakan sabit.. Adapun kriteria panennya adalah ditandai

sebagian besar daun sudah menguning tetapi bukan karena serangan hama penyakit,

lalu gugur, buah berubah warna daun hijau sampai kuning kecoklatan, batang

berwarna kuning agak kecoklatan dan gundul. Kemudian polong dijemur dibawah

sinar matahari selama 4 hari dan biji diambil dari polongnya.

Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 14 Hari

Setelah Tanam (HST), 21 HST, 28 HST, sampai 35 HST. Tinggi tanaman diukur

mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh.

Jumlah Daun (helai)

Pengamatan jumlah daun dilakukan pada saat tanaman berumur 14 Hari

Setelah Tanam (HST), 21 HST, 28 HST, sampai 35 HST. Penghitungan jumlah

daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun yang telah membuka

sempurna.

Jumlah Cabang Produktif (Cabang)

(35)

Pengamatan jumlah cabang dilakukan pada akhir pengamatan yaitu pada

saat menjelang panen. Cabang yang diamati adalah cabang produktif yang

menghasilkan polong.

Umur Berbunga (Hari)

Umur berbunga adalah kondisi dimana tanaman mengalami fase generatif

atau fase pembungaan. Umur berbunga diamati setelah tanaman mengeluarkan

bunga sekitar 60% atau 6 tanaman sampel telah berbunga.

Umur Panen (Hari)

Umur panen dihitung setelah sebagian besar daun sudah menguning, sekitar

95% polong telah matang, yaitu berwarna kuning kecoklatan.

Jumlah Polong per Tanaman Sampel (Polong)

Pengamatan dilakukan terhadap semua jumlah polong setiap tanaman

sampel, dengan menghitung jumlah polong berisi dan jumlah polong hampa.

Pengamatan ini dilakukan pada saat panen.

Bobot Biji Kering per Tanaman Sampel (g)

Pengamatan ini dilakukan setelah biji kedelai dikeringkan dengan kadar air

14%, pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran biji di bawah sinar matahari

selama 2 – 3 hari, kemudian biji per tanaman sampel ditimbang

Bobot Biji Kering per Plot (g)

(36)

Pengamatan ini dilakukan setelah biji kedelai dikeringkan dengan kadar air

14%, pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran biji di bawah sinar matahari

selama 2 – 3 hari, kemudian biji per plot ditimbang.

Bobot 100 Biji Kering per Plot (g)

Penimbangan dilakukan setelah biji dikeringkan dengan kadar air 14%,

pengeringan dilakukan dengan cara menjemur biji di bawah sinar matahari selama

2 – 3 hari, kemudian dihitung 100 biji lalu ditimbang.

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata

terhadap parameter tinggi tanaman 35 HST, jumlah daun 35 HST, jumlah cabang

produktif, jumlah polong per tanaman sampel, bobot biji kering per tanaman

sampel, bobot biji kering per plot, bobot 100 biji kering per plot dan umur panen

dan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 14 HST, 21 HST,

28 HST, jumlah daun 14 HST, 21 HST, 28 HST dan umur berbunga. Pemberian

pupuk kandang kotoran sapi padat berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi

tanaman 14 HST, 28 HST, 35 HST, jumlah daun 21 HST, 28 HST, 35 HST, umur

berbunga, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman sampel, bobot biji

kering per tanaman sampel, bobot biji kering per plot, bobot 100 biji kering per plot

dan umur panen dan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 21

HST dan jumlah daun 14 HST. Interaksi antara varietas dan pemberian pupuk

kandang kotoran sapi padat tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter

yang diamati.

Tinggi Tanaman 35 HST (cm)

Berdasarkan hasil pengamatan dan daftar sidik ragam tinggi tanaman 35

HST (Lampiran 16) diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap

parameter tinggi tanaman 35 HST. Pemberian pupuk kandang kotoran sapi padat

(38)

40.00

Dosis Pupuk Kandang Kotoran sapi (kg/plot)

T

antara varietas dan pemberian pupuk kandang kotoran sapi padat tidak berpengaruh

nyata terhadap parameter tinggi tanaman yang diamati.

Rataan tinggi tanaman 35 HST pada varietas dan pemberian pupuk kandang

kotoran sapi padat dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman 35 HST (cm)

Varietas Pemberian Pupuk Kandang (kg/plot) rataan 0 kg/plot 9 kg/plot 18 kg/plot 27 kg/plot

Kaba 40.70 48.54 49.50 41.52 45.06c

Anjasmoro 53.69 58.36 56.60 51.25 54.98a

Sinabung 43.92 50.00 57.57 46.65 49.54b

rataan 46.10b 52.30a 54.56a 46.47b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %

Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa pada perlakuan varietas, perlakuan V2

berbeda nyata dengan V1 dan V3, dan perlakuan V1 berbeda nyata dengan V3. Pada

perlakuan pemberian pupuk kandang kotoran sapi padat, perlakuan P2 berbeda

nyata dengan P0 dan P3, dan tidak berbeda nyata dengan P1.

Grafik tinggi tanaman 35 HST pada beberapa pemberian pupuk kandang

kotoran sapi padat dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat Terhadap Tinggi Tanaman 35 HST

(39)

Pada Gambar 1. dapat dilihat bahwa hubungan antara pemberian pupuk

kandang kotoran sapi padat dengan tinggi tanaman membentuk model grafik

kuadratik. Pada grafik dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang kotoran sapi

padat optimum sebesar 13.98 kg/plot dengan tinggi tanaman sebesar 54.38 cm.

Jumlah Daun 35 HST (helai)

Berdasarkan hasil pengamatan dan daftar sidik ragam jumlah daun 35 HST

(Lampiran 28) diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter

jumlah daun 35 HST. Pemberian pupuk kandang kotoran sapi padat berpengaruh

nyata terhadap parameter jumlah daun 35 HST. Sedangkan interaksi antara varietas

dan pemberian pupuk kandang kotoran sapi padat tidak berpengaruh nyata terhadap

parameter jumlah daun yang diamati.

Rataan jumlah daun 35 HST pada varietas dan pemberian pupuk kandang

kotoran sapi padat dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Jumlah Daun 35 HST (helai)

Varietas Pemberian Pupuk Kandang (kg/plot) rataan 0 kg/plot 9 kg/plot 18 kg/plot 27 kg/plot

Kaba 19.48 19.69 22.63 19.81 20.40b

Anjasmoro 20.41 21.02 25.01 22.28 22.18a

Sinabung 20.34 20.67 22.48 21.59 21.27b

rataan 20.08b 20.46b 23.37a 21.23b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %

Pada Tabel 2. dapat dilihat bahwa pada perlakuan varietas, perlakuan V2

berbeda nyata dengan V1 dan V3, dan perlakuan V1 tidak berbeda nyata dengan V3.

Pada perlakuan pemberian pupuk kandang kotoran sapi padat, perlakuan P2 berbeda

(40)

Grafik pertumbuhan jumlah daun pada beberapa pemberian pupuk kandang

kotoran sapi padat dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat Terhadap Jumlah Daun 35 HST

Pada Gambar 2. dapat dilihat bahwa hubungan antara pemberian pupuk

kandang kotoran sapi padat dengan jumlah daun membentuk model grafik

kuadratik. Pada grafik dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang kotoran sapi

padat optimum sebesar 17.50 kg/plot dengan jumlah daun sebesar 22.15 helai.

Jumlah Cabang Produktif (cabang)

Berdasarkan hasil pengamatan dan daftar sidik ragam jumlah cabang

produktif (Lampiran 31) diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap

jumlah cabang produktif. Pemberian pupuk kandang kotoran sapi padat

berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah cabang produktif. Sedangkan

interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter

jumlah cabang produktif.

Rataan jumlah cabang produktif pada varietas dan pemberian pupuk

kandang kotoran sapi padat dapat dilihat pada Tabel 3.

18.00

Dosis Pupuk Kandang Kotoran sapi (kg/plot)

T

Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat (kg/plot)

(41)

5.70

Dosis Pupuk Kandang Kotoran sapi (kg/plot)

J

Tabel 3. Rataan Jumlah Cabang Produktif (cabang)

Varietas Pemberian Pupuk Kandang (kg/plot) rataan 0 kg/plot 9 kg/plot 18 kg/plot 27 kg/plot

Kaba 5.78 6.01 6.51 6.02 6.08b

Anjasmoro 6.33 6.34 6.72 6.41 6.45a

Sinabung 5.94 5.94 6.57 6.20 6.16b

rataan 6.02c 6.10bc 6.60a 6.21b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %

Pada Tabel 3. dapat dilihat bahwa pada perlakuan varietas, perlakuan V2

berbeda nyata dengan V1 dan V3, dan perlakuan V1 tidak berbeda nyata dengan V3.

Pada perlakuan pemberian pupuk kandang kotoran sapi padat, perlakuan P2 berbeda

nyata dengan P0, P1 dan P3, dan perlakuan P1 tidak berbeda nyata dengan P0 dan P3,

dan perlakuan P3 berbeda nyata dengan P0.

Grafik jumlah cabang produktif pada beberapa pemberian pupuk kandang

kotoran sapi padat dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat Terhadap Jumlah Cabang Produktif

(42)

Pada Gambar 3. dapat dilihat bahwa hubungan antara pemberian pupuk

kandang kotoran sapi padat dengan jumlah cabang produktif membentuk model

grafik kuadratik. Pada grafik dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang

kotoran sapi padat optimum sebesar 17.86 kg/plot dengan jumlah cabang produktif

sebesar 6.39 cabang.

Umur Berbunga (hari)

Berdasarkan hasil pengamatan dan daftar sidik ragam umur berbunga

(Lampiran 34) diketahui bahwa varietas tidak berpengaruh nyata terhadap

parameter umur berbunga. Pemberian pupuk kandang kotoran sapi padat

berpengaruh nyata terhadap parameter umur berbunga. Sedangkan interaksi antara

kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter umur berbunga.

Rataan umur berbunga pada varietas dan pemberian pupuk kandang kotoran

sapi padat dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Umur Berbunga (hari)

Varietas Pemberian Pupuk Kandang (kg/plot) rataan 0 kg/plot 9 kg/plot 18 kg/plot 27 kg/plot

Kaba 29.65 35.38 38.74 30.25 33.51

Anjasmoro 26.39 42.52 41.25 37.35 36.88

Sinabung 32.01 36.44 41.96 34.00 36.10

rataan 29.35b 38.11a 40.65a 33.87ab

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %

Pada Tabel 4. dapat dilihat bahwa pada perlakuan varietas semua perlakuan

menunjukkan tidak berbeda nyata. Pada perlakuan pemberian pupuk kandang

kotoran sapi padat, perlakuan P2 berbeda nyata dengan P0, dan perlakuan P2 tidak

berbeda nyata dengan P1 dan P3, dan perlakuan P3 tidak berbeda nyata dengan P0,

P1, dan P2, dan perlakuan P1 berbeda nyata dengan P0.

(43)

Grafik jumlah umur berbunga pada beberapa pemberian pupuk kandang

kotoran sapi padat dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat Terhadap Umur Berbunga

Pada Gambar 4. dapat dilihat bahwa hubungan antara pemberian pupuk

kandang kotoran sapi padat dengan umur berbunga membentuk model grafik

kuadratik. Pada grafik dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang kotoran sapi

padat optimum sebesar 15.31 kg/plot dengan umur berbunga sebesar 40.45 hari.

Umur Panen (hari)

Berdasarkan hasil pengamatan dan daftar sidik ragam umur panen

(Lampiran 37) diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap umur panen.

Pemberian pupuk kandang kotoran sapi padat berpengaruh nyata terhadap

parameter umur panen. Interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata

terhadap parameter umur panen.

Rataan umur panen pada varietas dan pemberian pupuk kandang kotoran

sapi padat dapat dilihat pada Tabel 5.

0.00

Dosis Pupuk Kandang Kotoran sapi

(kg/plot)

(44)

Tabel 5. Rataan Umur Panen (hari)

Varietas Pemberian Pupuk Kandang (kg/plot) rataan 0 kg/plot 9 kg/plot 18 kg/plot 27 kg/plot

Kaba 87.44 89.32 102.64 89.84 92.31b

Anjasmoro 93.60 95.35 113.44 101.06 100.86a

Sinabung 92.28 93.79 101.98 97.92 96.49ab

rataan 91.11b 92.82b 106.02a 96.27b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %

Pada Tabel 5. dapat dilihat bahwa pada perlakuan varietas, perlakuan V2

berbeda nyata dengan V1 dan tidak berbeda nyata dengan V3, dan perlakuan V3

tidak berbeda nyata dengan V1. Pada perlakuan pemberian pupuk kandang kotoran

sapi padat, perlakuan P2 berbeda nyata dengan P0, P1 dan P3, dan perlakuan P1 tidak

berbeda nyata dengan P0 dan P3.

Grafik umur panen pada beberapa pemberian pupuk kandang kotoran sapi

padat dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat Terhadap Umur 29

Dosis Pupuk Kandang Kotoran sapi (kg/plot)

U

(45)

Pada Gambar 5. dapat dilihat bahwa hubungan antara pemberian pupuk

kandang kotoran sapi padat dengan umur panen membentuk model grafik

kuadratik. Pada grafik dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang kotoran sapi

padat optimum sebesar 17.94 kg/plot dengan umur panen sebesar 100.78 hari.

Jumlah Polong per Tanaman Sampel (polong)

Berdasarkan hasil pengamatan dan daftar sidik ragam jumlah polong per

tanaman sampel (Lampiran 40) diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata

terhadap jumlah polong per tanaman sampel. Pemberian pupuk kandang kotoran

sapi padat berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong per tanaman

sampel. Sedangkan interaksi antara varietas dengan pemberian pupuk kandang

kotoran sapi padat tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah polong per

tanaman sampel.

Rataan jumlah polong per tanaman sampel pada varietas dan pemberian

pupuk kandang kotoran sapi padat dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Jumlah Polong per Tanaman Sampel (polong)

Varietas Pemberian Pupuk Kandang (kg/plot) rataan 0 kg/plot 9 kg/plot 18 kg/plot 27 kg/plot

Kaba 199.96 208.00 225.36 208.21 210.38b

Anjasmoro 218.96 219.24 232.26 221.87 223.08a Sinabung 205.58 205.51 227.35 214.46 213.22b

rataan 208.16c 210.92bc 228.32a 214.85b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %

Pada Tabel 6. dapat dilihat bahwa pada perlakuan varietas, perlakuan V2

berbeda nyata dengan V1 dan V3, dan perlakuan V1 tidak berbeda nyata dengan V3.

(46)

195.00

Dosis Pupuk Kandang Kotoran sapi (kg/plot)

J

Grafik jumlah polong per tanaman sampel pada beberapa pemberian pupuk

kandang kotoran sapi padat dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat Terhadap Jumlah Polong per Tanaman Sampel

Pada Gambar 6. dapat dilihat bahwa hubungan antara pemberian pupuk

kandang kotoran sapi padat dengan jumlah polong per tanaman sampel membentuk

model grafik kuadratik. Pada grafik dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang

kotoran sapi padat optimum sebesar 17.70 kg/plot dengan jumlah polong per

tanaman sampel sebesar 221.55 polong.

Bobot Biji Kering per Tanaman Sampel (g)

Berdasarkan hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot biji kering per

tanaman sampel (Lampiran 43) diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata

terhadap bobot biji kering per tanaman sampel. Pemberian pupuk kandang kotoran

sapi padat berpengaruh nyata terhadap parameter bobot biji kering per tanaman 31

Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat (kg/plot)

(47)

14.00

sampel. Sedangkan interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata

terhadap parameter bobot biji kering per tanaman sampel.

Rataan bobot biji kering per tanaman sampel pada varietas dan pemberian

pupuk kandang kotoran sapi padat dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Bobot Biji Kering per Tanaman sampel (g)

Varietas Pemberian Pupuk Kandang (kg/plot) rataan 0 kg/plot 9 kg/plot 18 kg/plot 27 kg/plot

Kaba 13.78 16.44 16.76 14.06 15.26c

Anjasmoro 18.19 19.76 19.17 17.36 18.62a

Sinabung 14.87 16.94 19.50 15.80 16.78b

rataan 15.61b 17.71a 18.48a 15.74b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %

Pada Tabel 7. dapat dilihat bahwa pada perlakuan varietas, perlakuan V2

berbeda nyata dengan V1 dan V3, dan perlakuan V1 berbeda nyata dengan V3. Pada

perlakuan pupuk kandang kotoran sapi padat, perlakuan P2 berbeda nyata dengan P0

dan P3, dan tidak berbeda nyata dengan P1, dan perlakuan P3 tidak berbeda nyata

dengan P0.

Grafik bobot biji kering per tanaman sampel pada beberapa pemberian

pupuk kandang kotoran sapi padat dapat dilihat pada Gambar 7.

(48)

Gambar 7. Grafik Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat Terhadap Bobot Biji Kering per Tanaman Sampel

Pada Gambar 7. dapat dilihat bahwa hubungan antara pemberian pupuk

kandang kotoran sapi padat dengan bobot biji kering per tanaman sampel

membentuk model grafik kuadratik. Pada grafik dapat dilihat bahwa pemberian

pupuk kandang kotoran sapi padat optimum sebesar 14.00 kg/plot dengan bobot biji

kering per tanaman sampel sebesar 18.44 g.

Bobot Biji Kering per Plot (g)

Berdasarkan hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot biji kering per

plot (Lampiran 46) diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap bobot biji

kering per plot. Pemberian pupuk kandang kotoran sapi padat berpengaruh nyata

terhadap parameter bobot biji kering per plot. Sedangkan interaksi antara kedua

perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot biji kering per plot.

Rataan bobot biji kering per plot pada varietas dan pemberian pupuk

kandang kotoran sapi padat dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Biji Kering per Plot (g)

Varietas Pemberian Pupuk Kandang (kg/plot) rataan 0 kg/plot 9 kg/plot 18 kg/plot 27 kg/plot

Kaba 1357.77 1386.87 1593.79 1394.96 1433.35b Anjasmoro 1437.87 1480.56 1761.39 1569.30 1562.28a Sinabung 1432.93 1456.29 1583.45 1520.32 1498.25ab

rataan 1409.52b 1441.24b 1646.21a 1494.86b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %

Pada Tabel 8. dapat dilihat bahwa pada perlakuan varietas, perlakuan V2

berbeda nyata dengan V1 dan tidak berbeda nyata dengan V3, dan perlakuan V3

(49)

1250.00

Dosis Pupuk Kandang Kotoran sapi (kg/plot)

B

Grafik bobot biji kering per plot pada beberapa pemberian pupuk kandang

kotoran sapi padat dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Grafik Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat Terhadap Bobot Biji Kering per Plot

Pada Gambar 8. dapat dilihat bahwa hubungan antara pemberian pupuk

kandang kotoran sapi padat dengan bobot biji kering per plot membentuk model

grafik kuadratik. Pada grafik dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang

kotoran sapi padat optimum sebesar 18.04 kg/plot dengan bobot biji kering per plot

sebesar 1566.82 g.

Bobot 100 Biji Kering per Plot (g)

Berdasarkan hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot 100 biji kering

per plot (Lampiran 49) diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap bobot

100 biji kering per plot. Pemberian pupuk kandang kotoran sapi padat berpengaruh 34

Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat (kg/plot)

(50)

13.20

Dosis Pupuk Kandang Kotoran sapi (kg/plot)

B

kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot 100 biji kering

per plot.

Rataan bobot 100 biji kering per plot pada varietas dan pemberian pupuk

kandang kotoran sapi padat dapat dilihat pada Tabel 9

Tabel 9. Rataan Bobot 100 Biji Kering per Plot (g)

Varietas Pemberian Pupuk Kandang (kg/plot) rataan 0 kg/plot 9 kg/plot 18 kg/plot 27 kg/plot

Kaba 13.54 14.09 15.26 14.10 14.25b

Anjasmoro 14.83 14.85 15.73 15.03 15.11a

Sinabung 13.93 13.92 15.39 14.52 14.44b

rataan 14.10cc 14.29bc 15.46a 14.55b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %

Pada Tabel 9. dapat dilihat bahwa pada perlakuan varietas, perlakuan V2

berbeda nyata dengan V1 dan V3, dan perlakuan V3 tidak berbeda nyata dengan V1.

Pada perlakuan pupuk kandang kotoran sapi padat, perlakuan P2 berbeda nyata

dengan P0, P1 dan P3, dan perlakuan P3 tidak berbeda nyata dengan P1 dan berbeda

nyata dengan P0.

Grafik bobot 100 biji kering per plot pada beberapa pemberian pupuk

kandang kotoran sapi padat dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Grafik Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat Terhadap Bobot 100 Biji Kering per Plot

Bob

Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat (kg/plot)

(51)

Pada Gambar 9. dapat dilihat bahwa hubungan antara pemberian pupuk

kandang kotoran sapi padat dengan bobot 100 biji kering per plot membentuk

model grafik kuadratik. Pada grafik dapat dilihat bahwa pemberian pupuk kandang

kotoran sapi padat optimum sebesar 18.18 kg/plot dengan bobot 100 biji kering per

plot sebesar 15.04 g.

Pembahasan

Pengaruh Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam (Lampiran 5 - 49) dapat

dilihat bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman 35

HST, jumlah daun 35 HST, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman

sampel, bobot biji kering per tanaman sampel, bobot biji kering per plot, bobot 100

biji kering per plot dan umur panen. Dari data rataan dapat dilihat bahwa varietas

Anjasmoro memiliki pertumbuhan dan produksi yang lebih baik. Adanya

perbedaan pertumbuhan dan produksi dari ketiga varietas terhadap pengamatan

parameter vegetatif dan generatif diatas, diduga disebabkan oleh adanya perbedaan

sifat atau keunggulan dari masing-masing varietas sesuai dengan genotipe yang

dimilikinya (dapat dilihat pada lampiran 1. deskripsi ketiga varietas kedelai). Ini

sesuai dengan literatur Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan bahwa

perbedaan susunan genetik merupakan salah satu penyebab keragaman penampilan

tanaman. Program genetik akan diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan yang

berpengaruh dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup

(52)

Keragaman penampilan tanaman akibat susunan genetik selalu mungkin terjadi

sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama.

Terdapat perbedaan yang beragam dari masing-masing varietas terhadap

peubah amatan yang diamati. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan genetik

pada ketiga varietas tanaman dan adanya pengaruh lingkungan. Setiap varietas

memiliki ciri dan sifat khusus yang berpengaruh satu sama lain sehingga akan

menunjukkan keragaman penampilan. Seperti yang dikemukakan

oleh Lovelles (1989) suatu fenotip (penampilan dan cara berfungsinya) individu

merupakan hasil interaksi antara genotip (warisan alami) dan lingkungannya.

Walaupun sifat khas suatu fenotip tertentu tidak dapat selamanya ditentukan oleh

perbedaan genotip atau oleh lingkungan, ada kemungkinan perbedaan fenotip

antara individu yang terpisahkan itu disebabkan oleh perbedaan lingkungan atau

perbedaan keduanya.

Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Padat Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, secara statistik diperoleh

bahwa perlakuan pemberian pupuk kandang kotoran sapi berpengaruh nyata

terhadap parameter tinggi tanaman 14 HST, 28 HST, 35 HST, jumlah daun 21

HST, 28 HST, 35 HST, umur berbunga dan jumlah cabang produktif. Dari hasil

yang diperoleh diketahui bahwa pertumbuhan tertinggi terdapat pada perlakuan P2.

Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pemberian pupuk kandang kotoran sapi

padat yang diberikan akan meningkatkan pertumbuhan sampai titik optimum dan

(53)

tersedia nutrien dalam jumlah banyak, beberapa hara menjadi pembatas dan

menghentikan pertumbuhan tanaman.

Parameter jumlah polong per tanaman sampel, bobot biji kering per

tanaman sampel, bobot biji kering per plot, bobot 100 biji kering per plot dan umur

panen, perlakuan pemberian pupuk kandang kotoran sapi secara statistik

menunjukkan pengaruh yang nyata. Tabel rataan produksi per tanaman diperoleh

bahwa, perlakuan P2 memberikan hasil yang lebih baik. Berdasarkan grafik

hubungan antara pemberian pupuk kandang kotoran sapi dengan produksi per

tanaman dan produksi per plot, membentuk model grafik kuadratik. Ini

menunjukkan semakin tinggi pemberian pupuk kandang kotoran sapi yang

diberikan meningkatkan produksi sampai titik optimum dan menurunkan produksi

tanaman setelah melewati titik optimum. Ini sesuai dengan literatur Agustina

(1990), penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk berbanding

lurus dengan selisih maskimum dengan hasil aktual. Hasil maksimum dicapai pada

sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi pemberiannya karena makin tinggi

pemberiannya hasil justru terus menurun. Perlakuan kebutuhan pupuk yang sesuai

akan memberikan hasil yang terbaik. Hal ini didukung juga dengan hasil yang

diperoleh dari penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan produksi dari deskripsi

tanaman.

Pengaruh Interaksi Varietas dan Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai

Dari hasil analisis secara statistik diketahui bahwa interaksi antara varietas

(54)

varietas kedelai dan pemberian pupuk kandang kotoran sapi padat tidak saling

mempengaruhi satu sama lain. Sutedjo dan Kartosapoetra (1987), menyatakan

bahwa bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain maka faktor

lain tersebut akan tertutupi, dan masing-masing faktor mempunyai sifat yang jauh

berpengaruh pengaruhnya dan sifat kerjanya, maka akan menghasilkan hubungan

yang berpengaruh dalam mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman.

(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Varietas yang sesuai untuk pertumbuhan dan poduksi tanaman kedelai

terhadap pemberian pupuk kandang sapi padat adalah varietas Anjasmoro.

2. Pemberian pupuk kandang kotoran sapi yang sesuai untuk pertumbuhan

tinggi tanaman sebesar 13.98 kg/plot, jumlah daun sebesar 17.50 kg/plot,

jumlah cabang produktif sebesar 17.86 kg/plot, umur berbunga sebesar

15.31 kg/plot, umur panen sebesar 17.94 kg/plot, jumlah polong per

tanaman sampel sebesar 17.70 kg/plot, bobot biji kering per tanaman sampel

sebesar 14.00 kg/plot, bobot biji kering per plot sebesar 18.04 kg/plot dan

bobot 100 biji kering per plot sebesar 18.18 kg/plot.

3. Tidak ada interaksi antara varietas dengan pupuk kandang kotoran sapi

untuk semua parameter yang diamati.

Saran

1. Varietas kedelai yang digunakan adalah varietas anjasmoro.

2. Pemberian pupuk kandang kotoran sapi padat yang sesuai untuk tanaman

kedelai adalah 18.00 kg/plot (40 ton/Ha).

3. Agar penelitian ini dilanjutkan pada kondisi lingkungan pertanaman yang

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L. 1990. Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta, Jakarta.

Allard, R. W., 2005. Principles of Plant Breeding. Jhon Wiley and Sons, New York. 485 pp.

Andrianto, T.T dan N. Indarto, 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani : Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Cetakan Pertama. Penerbit Absolut, Yogyakarta. Hal. 9 - 92

Baharsjah, J.S., D. Suardi dan I. Las, 1985 dalam Somaatmadja, S., M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung dan Yuswadi, 1985. Kedelai : Hubungan Iklim dengan Pertumbuhan Kedelai. Institut Pertanian Bogor dan Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Hal 87 - 102

Bangun, M. K., 1991. Rancangan Percobaan. FP USU, Medan. 91 halaman

BPS, 2008. Deptan Targetkan Produksi Kedelai 1.3 juta Ton.

____, Sumut. 2008. Produks Gabah Kering Giling Sumut 2007 Naik 250.187 ton.

Hidajat, O. O., 1985 dalam Somaatmadja, S., M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung dan Yuswadi, 1985. Kedelai : Hubungan Iklim dengan Pertumbuhan Kedelai. Institut Pertanian Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Diakses pada tanggal 7 Desember 2007.

Dahlan, F.H., dan Kaharuddin, 2007. Pengaruh penggunaan pemberian pupuk bokashi kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Jurnal Agribisnis, Juni 2007. Vol. 3 No. 1, Jakarta.

Darliah, I. Suprihatin, D. P. Devries, W. Handayati, T. Hermawati dan Sutater, 2001. variabilitas Genetik, Heritabilitas, dan Penampilan Fenotipik 18 Klon Mawar Cipanas. Zuriat 3 No.11.

Dartius, 1988. Fisiologi Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara. Medan

Gani, J. A., 2000. Kedelai Varietas Unggul Baru. Penerbit Instlasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram, Mataram.

(57)

Pangan Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Hal 73 - 86

Kartasapoetra, A.G., 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Bina Angkasa, Jakarta.

Loveless, A.R., 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Terjemahan K. Kartawinata, S. Dinimiharja dan U. Soetisna. Gramedia, Jakarta.

Mangoendidjojo, 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.

Mulyani, S.M. dan A.G.Kartasapoetra.1991. Pupuk dan Cara Pemupukan. PenerbitPT.RinekaCipta.

Nasir, M., 2002. Bioteknologi Molekuler Teknik Rekayasa Genetik Tanaman. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Rinsema, W.T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Bhrarata Karya Aksar Diakses pada tanggal 26 November 2007

Rivaie, A.A, 2006. Pupuk Kandang Sapi, PT. Kreatif Energi Indonesia, http://www.indobiofuel.com/menu%20artikel%20jarak%209. Diakses pada tanggal 26 November 2007.

Rubatzky, V. E dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia Prinsip Produksi dan Gizi. Terjemahan Catur Herison. Jilid kedua. Edisi kedua. Penerbit ITB, Bandung.

Sharma, O.P., 1993. Plant Taxonomy. Tata Mc Graw Hill Publishing Company Limited, New Delhi.

Sitompul, S. M dan B. Guritno, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Press, Yogyakarta.

Soepardi, 1983. Peranan Pupuk Kandang Sebagai Bahan Organik. http://library.usu.ac.id/modules.php?op=modload&name=download&file= index&req=getit&lid=488.

Sugeno, R, 2008. Budidaya Kedelai.

Diakses pada tanggal 26 November 2007.

(58)

Sutedjo, M. M. dan Kartasapotra . 2006. Pupuk dan Cara Pemupukan. Edisi ke-5. Rineka Cipta, Jakarta

Gambar

Grafik tinggi tanaman 35 HST pada beberapa pemberian pupuk kandang
Tabel 2. Rataan Jumlah Daun 35 HST (helai)
Grafik pertumbuhan jumlah daun pada beberapa pemberian pupuk kandang
Grafik jumlah cabang produktif pada beberapa pemberian pupuk kandang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fornix (berarti busur) adalah bagian yang tampak besar pada sistem limbic, ia membentuk busur dari hippocampus di sepanjang ventrikel ketiga sampai ke bagian anterior thalamus,

[r]

Pembagian kuisioner dan wawancara terhadap pengelola yakni Kelompok Pemanfaaat dan Pemelihara (KPP). KPP adalah sekelompok orang yang bertanggung jawab terhadap

Namun lebih jauh dari itu adalah untuk membaca asma dan kemuliaan Allah, membaca teknologi genetika, membaca teknologi komunikasi, dan membaca segala yang belum

Berdasarkan tabel 25 diketahui nilai R sebesar 0,727 yang menunjukkan bahwa koefisien korelasi bernilai positif artinya terdapat hubungan positif antara efikasi diri, status

Kinerja Universitas untuk Persfektif Pemangku Kepentingan (Stakeholders Perspective) belum mencapai apa yang diharapkan pada Rencana Strategi Bisnis 2008-2012,

Berdasarkan pengolahan dan analisis data hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh simpulan bahwa Penerapan Pendidikan Teknologi Dasar (PTD) pada pembelajaran

(digunakan dalam definisi al-Ishfahani) yang tidak hanya menyirat- kan aktivitas olah fikir atau perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, tetapi juga menunjukkan bahwa pengetahuan