• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Cokelat Di Kabupaten Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Cokelat Di Kabupaten Dairi"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI COKELAT DI KABUPATEN DAIRI

TESIS

Oleh

DOODY S. TUMANGGOR

077018032/EP

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI COKELAT DI KABUPATEN DAIRI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

DOODY S. TUMANGGOR

077018032/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI COKELAT DI KABUPATEN DAIRI

Nama Mahasiswa : Doody S. Tumanggor

Nomor Pokok : 077018032

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Rahmanta, M.Si) (Drs. Iskandar Syarief, M.A)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 25 Agustus 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Rahmanta, M.Si

Anggota : 1. Drs. Iskandar Syarief, M.A

2. Dr. Murni Daulay, M.Si

3. Dr. Jonni Manurung, MS

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Dengan menggunakan beberapa teori produksi, maka variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah luas lahan, waktu kerja, penggunaan pupuk , penggunaan pestisida dan umur tanaman cokelat.

Penelitian ini menggunakan data primer diperoleh dari petani melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Petani responden ditentukan secara acak sederhana (Simple Random Sampling) sebanyak 95 orang dari sebelas kecamatan sampel, semuanya adalah petani cokelat yang mana kesebelas kecamatan tersebut merupakan penghasil produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi cokelat dianalisis dengan analisis regresi berganda dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least Square)

Hasil penelitian menununjukkan bahwa nilai variabel luas lahan berpengaruh positif dan signifikan pada 10%, variabel waktu kerja dan variabel umur tanaman berpengaruh positif dan signifikan pada 1%, variabel pestisida berpengaruh positif dan signifikan pada 5% dan variabel pupuk berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Elastisitas luas lahan, waktu kerja, penggunaan pupuk, penggunaan pestisida dan umur tanaman mempunyai nilai elastisitas di bawah 1, sehingga digolongkan bersifat tidak elastis (in elastis).

(6)

ABSTRACT

The aims of research to find out the factors which influence on the chocolate production in Dairi Regency. By using several production theory, therefore, the variable observed in this research are the width of area, working hour, the using of fertilizer, the using of pesticide and the age chocolate of plants.

This research employ the primary data which obtained from farmers through direct interview by using quesionaires list prepared. The farmers taken randomly (simple random sampling). There are 95 persons from 11 sub districts. They are all chocolate producers.The amount of factors that affects the production level of chocolate analyzed with multiple regression with production function of Cobb Douglas with OLS (Ordinary Least Square) method test.

The result shows that the value of variable of the width of area positively and influence on the chocolate production significant at 10%, the variable of working hour and the variable of the age of plants positively influence at 1%, the variable of pesticide positively influence and significant at 5% the and the variable of fertilizer positively influence but not significant to the production of chocolate in Dairi Regency. The elasticity of the with of area, working time, the using of fertilizer, the using of pesticide and the age of plants have the elasticity less than 1 (not inelastic).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat dan

Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul

“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cokelat di Kabupaten

Dairi “.

Penulisan Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi

pencapaian derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Penulis menyadari bahwa sejak mengikuti studi hingga penyelesaian

penyusunan tesis ini tidak lepas dari bimbingan, dorongan dan buah pikiran

cemerlang dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati yang

tulus ikhlas, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya serta

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmanta, M.Si sebagai komisi pembimbing dan Bapak

Drs. Iskandar Syarief, M.A. sebagai anggota komisi pembimbing yang telah

berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, ide, arahan dan

dorongan dengan penuh kesabaran dan kearifan yang telah diberikan mulai dari

penulisan proposal sampai dengan selesainya penulisan tesis ini;

2. Bapak Bupati Dairi dan Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Dairi

(8)

Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara (USU) Medan.

3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi

Pembangunan beserta seluruh Staf Pengelola dan Staf Pengajar/Dosen yang

telah memberikan ilmu dan pengetahuan selama mengikuti pendidikan;

4. Bapak Prof Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara;

5. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara;

6. Ayahanda S. Tumanggor dan Ibunda Z. Gurning tersayang serta istri tercinta dan

saudara-saudaraku yang telah banyak memberikan dukungan, semangat dan

terutama doa-doanya;

7. Bapak/Ibu petani cokelat di Kabupaten Dairi yang telah bersedia menjadi

responden;

8. Teman-teman di MEP’ seluruhnya dan khususnya angkatan 13 dan semua pihak

yang telah memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung

atas terselesaikannya penelitian dan penulisan tesis ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan

kelemahan, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan adanya kritik atau saran yang

dapat membuat tesis ini menjadi jauh lebih baik. Selanjutnya penulis berharap

(9)

Pemerintah Kabupaten Dairi yang menjadikan komoditi cokelat sebagai komoditi

unggulan daerah.

Medan, Agustus 2009 Penulis,

(10)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Doody .S. Tumanggor

2. Agama : Islam

3. Tempat/Tgl. Lahir : Sidiklang, 26 Februari 1977

4. Jenis Kelamin : Laki-laki

5. Status : Menikah

6. Alamat : Jl. Sentosa No. 8. Sidikalang, Kab.Dairi

7. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Dinas Pertanian Sidikalang

8. Nama Orang Tua

Ayah : S. Tumanggor

Ibu : Z. Gurning

9. Pendidikan

a. SD ST. Josep Sidikalang : Lulus Tahun 1990

b. SMP Santo Paulus Sidikalang : Lulus Tahun 1993

c. SMA Negeri 1 Sidikalang : Lulus Tahun 1996

d. Strata 1 (Satu) Fakultas Pertanian UISU Medan : Lulus Tahun 2002

(11)

DAFTAR ISI

2.3. Hukum Kenaikan Hasil yang Semakin Berkurang ... 17

2.4. Faktor Produksi dan Pendapatan ... 22

2.5. Penelitian Terdahulu ... 25

2.6. Kerangka Pemikiran... 27

2.7. Hipotesis Penelitian... 28

BAB III. METODE PENELITIAN ... 29

3.1. Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian ... 29

3.2. Populasi dan Sampel ... 29

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 30

3.4. Variabel Penelitian ... 30

3.5. Model dan Metoda Analisis ... 31

3.6. Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit)... 33

(12)

3.7.1. Uji Normalitas... 34

3.7.2. Uji Multikolinieritas... 35

3.7.3. Uji Heteroskedastisitas... 36

3.8. Defenisi Operasional ... 36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian... 38

4.2. Karakteristik Responden ... 39

4.3. Tingkat Produksi Cokelat Dan Variabel yang mempengaruhinya ... 43

4.4. Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit)... 44

4.5. Uji Asumsi Klasik ... 54

4.5.1. Uji Normalitas... 55

4.5.2. Multikolinieritas... 55

4.5.3. Heteroskedastisitas... 56

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1. Kesimpulan ... 58

5.2. Saran... 59

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Luas Lahan, Produksi dan Jumlah Petani Cokelat menurut

Kecamatan di Kabupaten Dairi ...……….... 6

3.1. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian... 30

4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat umur Petani Cokelat di Kabupaten Dairi………... 40

4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani Cokelat di Kabupaten Dairi………... 40

4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Tanaman Cokelat yang diusahakan petani di Kabupaten Dairi………... 41

4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan yang di Usahai ………. 42

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan………... 42

4.6. Tingkat Produksi Cokelat dan variabel yang Mempengaruhinya………... 43

4.7. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Tanaman Cokelat di Kabupaten Dairi………...…... 44

4.8. Hasil Uji Jarque-Bera... 55

4.9. Hasil Uji Multikolinieritas………... 56

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kurva Hukum Kenaikan Hasil Yang Semakin Berkurang.. 18

2.2 Kerangka Pemikiran Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Tabulasi Data Penelitian ………... 62

2. Hasil Estimasi Produksi Tanaman Cokelat ……….. 65

3. Uji Normalitas (Jarque Bera/JB) ……….. 66

4. Uji White Heteroskedastisitas ... 67

5. Uji Multikolinieritas Luas Lahan ………. 68

6. Uji Multikolinieritas waktu kerja ………. 69

7. Uji Multikolinieritas Penggunaan pupuk ………. 70

8. Uji Multikolinieritas Penggunaan Pestisida ………. 71

9. Uji Multikolinieritas Umur Tanaman Cokelat ………. 72

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis

yang sangat tinggi. Apabila dikelola secara baik dapat dimanfaatkan sebagai pemasok

devisa negara. Telah banyak upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi

subsektor perkebunan misalnya dengan cara intensifikasi, ektensifikasi, diversivikasi,

dan rehabilitasi. Salah satu tenaman perkebunan yang diharapkan memberikan

sumbangan devisa negara sebagai komoditi ekspor adalah komoditi cokelat.

Pemuliaan cokelat yang pertama di Indonesia mulai tahun 1921 oleh Van Hall.

Komoditi cokelat diharapkan menduduki tempat yang sejajar dengan komoditi

perkebunan lainnya, seperti kelapa sawit dan karet. (Siregar et al., 2005).

Cokelat merupakan salah satu komoditas yang sangat penting, baik sebagai

sumber penghidupan bagi jutaan petani produsen maupun sebagai salah satu bahan

penyedap yang sangat di perlukan untuk produksi makanan,seperti kue - kue dan

berbagai jenis minuman. Cokelat juga sebagai sumber lemak nabati yang memiliki

keistimewaan yaitu dapat meleleh/mencair pada suhu dimulut. Di Indonesia pada

tahun 1990 telah ditemukan nilai tambah dari produk buah cokelat, limbah kulit buah

cokelat berhasil di proses menjadi bahan pakan ternak, dengan cara limbah kulit buah

cokelat tersebut difermentasikan terlebih dahulu untuk menurunkan kadar lignin yang

(17)

12%-15%. Hal ini diungkapkan oleh Darwis. Pemberian kulit buah cokelat yang telah

diproses itu pada ternak sapi dapat meningkatkan berat badan sapi.Walaupun cokelat

merupakan komoditas yang penting dalam dunia perdagangan internasional, pihak

produsen coklat dihadapkan berbagai masalah yang besar terhadap keberlangsungan

usaha dan kehidupan para petani coklat. Harga coklat di pasar internasional sering

mengalami fluktuasi.(Hatta, 2005).

Produksi cokelat di Indonesia dihasilkan dari perkebunan Negara, Perkebunan

Swasta dan Perkebunan Rakyat. Lokasi perkebunan coklat skala besar yang

diusahakan perusahaan perkebunan terletak di daerah Sumatera Utara dan Jawa

Tenga dan Jawa Timur.Sedangkan Perkebunan Rakyat terletak terutama di Maluku,

Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya.Sejalan

dengan itu pengembangan pertanaman coklat di Indonesia khususnya dipulau Jawa

berjalan dengan pesat. Perkembangannya juga didorong oleh meluasnya penyakit

karat daun pada tanaman kopi oleh Hemeleia vastatrix, sehingga menyebabkan

musnanya areal pertanaman kopi di Jawa.(Siregar et al, 2005).

Pemerintah Indonesia berusaha mempercepat pengembangan cokelat dengan

memperluas areal pertanaman.Usaha tanaman cokelat mempunyai arti penting dalam

aspek sosial ekonomi.Sebab selain merupakan sumber devisa negara ,juga merupakan

tempat tersedianya lapangan kerja bagi penduduk dan sumber penghasilan bagi para

petani cokelat,terutama di daerah-daerah sentra produksi (Hatta., 2005).

Pada umumnya daerah Kabupaten Dairi adalah potensi pertanian yang cukup

(18)

terutama adalah pertanian padi, palawija dan tanaman tahunan/bahan perdagangan

ekspor antara lain :

a. Tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela rambat, ketela pohon,

kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau.

b. Tanaman sayur-sayuran seperti cabe, kentang, tomat, buncis, terung, bayam

dan sayur-sayuran lainnya sangat baik di Kabupaten Dairi. Sedangkan

tanaman bawang merah dan bawang putih di Kecamatan Silahisabungan yakni

di Desa Silalahi II dan Desa Paropo yang terletak di pinggiran Danau Toba.

c. Tanaman perdagangan bahan ekspor seperti kopi, kelapa, coklat, kemenyan,

cengkeh, tembakau, jahe, dan kemiri serta kulit manis dan nilam. Tanaman

tahunan sangat baik diusahakan serta mempunyai hasil yang cukup besar

jumlahnya sehingga dapat mempengaruhi perekonomian masyarakat

Kabupaten Dairi.

d. Sebagai mata pencaharian tambahan juga diperoleh dari hasil hutan seperti

kayu pertukangan, damar, rotan.

Namun sebagian kecil penduduk juga memelihara ternak unggas, perikanan

darat dengan tata cara pemeliharaan secara tradisional sehingga hanya merupakan

penghasilan tambahan, dimana jumlahnya belum memenuhi standar nasional.

Di Kabupaten Dairi Perkembangan luas lahan pertanaman cokelat tiap tahun

mengalami peningkatan. Potensi yang ada di Kabupaten Dairi seharusnya

dikembangkan sehingga mampu meningkatkan produksi,dimana perkembangan luas

(19)

masing-masing hanya sebesar 102 Ha,152 Ha, 349 Ha dan 398,8 Ha (Dairi Dalam Angka

2008). Ini menggambarkan adanya keinginan masyarakat Dairi untuk

mengembangkan perkebunan rakyat melalui pertanaman cokelat. Komoditi cokelat di

Kabupaten Dairi, adalah merupakan salah satu unggulan subsektor perkebunan.

Komoditi cokelat ini memegang peranan dalam memberikan sumbangan atau

kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Meskipun secara

umum terus terjadi fluktasi jumlah produksi tetapi perkebunan cokelat ini masih

menjadi subsektor unggulan yang diharapkan dapat mendukung pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Dairi di masa yang akan datang.

Kabupaten Dairi terletak di wilayah pantai barat Sumatera Utara yaitu pada

98º00´ - 98º38´ Bujur Timur (BT) dan 2º15´-3º10´ Lintang Utara (LU) dengan

ketinggian rata-rata 700 s/d 1.250 m di atas permukaan laut dengan iklim hujan tropis

dan mempunyai luas daerah 191.625 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 268.780

jiwa (BPS Kabupaten Dairi, Dairi dalam Angka, 2008).

Wilayah Kabupaten Dairi sebagian besar merupakan dataran tinggi yang dirinci

sebagai berikut.

Ketinggian sampai 500 meter : 53.978,40 Ha = 28%

Ketinggian antara 500-1.000 meter : 88.678,80 Ha = 46%

Ketinggian > 1.000 meter : 48.967,80 Ha = 26

Keadaan lereng atau kemiringan tanah dapat dirinci sebagai berikut.

Datar (00 – 80) : 2.581 Ha = 1,34%

(20)

Bergelombang (150-250) : 26.724 Ha = 13,86%

Curam (250-400) : 27.824 Ha = 14,43%

Terjal ke atas (>400) : 111.480 Ha = 58,18%

Iklim tropis pada daerah ketinggian kurang dari 500 meter dpl, iklim subtropis

pada daerah dengan ketinggian 500-1000 meter dpl dan iklim dingin pada daerah

ketinggian di atas 1000 meter dpl.

Secara administrasi pemerintahan, Kabupaten Dairi terdiri dari lima belas (15)

kecamatan (8 kelurahan dan 148 desa), yaitu Kecamatan Sidikalang, Sitinjo,

Berampu, Parbuluan, Sumbul, Silahisabungan, Silima Pungga-pungga, Lae Parira,

Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Tigalingga, Gunung

Sitember, Pegagan Hilir, dan Kecamatan Tanah Pinem. Potensi yang ada di

Kabupaten Dairi adalah pengembangan usaha pertanian dalam arti luas.

Adapun sumber daya alam terdiri dari lahan pertanian, perkebunan,

kehutanan, peternakan, perikanan dengan kondisi kesuburan tanah yang berbeda

tetapi pada umumnya adalah Podsolik dan Podsolik Merah Kuning. Berdasarkan

kondisi sumber daya alam wilayah Kabupaten Dairi sangat cocok untuk usaha-usaha

pertanian perkebunan seperti cokelat,kopi, gambir, nilam, kemenyan dan jenis

komoditi perkebunan lainnya. Di samping usaha-usaha pertanian juga terdapat tenaga

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pariwisata yang kini mulai dioptimalkan.

Berdasarkan keadaan alam dan topografi tersebut menggambarkan bahwa

tanaman cokelat merupakan tanaman perkebunan rakyat yang prospektif juga selain

(21)

juga tumbuh hampir di semua wilayah Kabupaten Dairi, dan untuk komoditi cokelat

di Kabupaten Dairi sebagian besar diusahakan oleh petani dalam bentuk perkebunan

rakyat dengan teknologi budidaya terbatas.

Untuk Mengetahui Jumlah Petani, Luas Lahan, Produksi coklat menurut

Kecamatan di Kabupaten Dairi Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.1. Luas Lahan, Produksi dan Jumlah Petani Cokelat menurut Kecamatan di Kabupaten Dairi

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Dairi Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas diketahui bahwa luas lahan tersebar hampir di

(22)

Berdasarkan gambaran tersebut dapat diketahui bahwa perlu adanya pengembangan

usaha tani coklat agar hasil produksi juga maksimal.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba untuk mengangkat judul

tesis ini “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Cokelat di Kabupaten

Dairi“.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang diatas, permasalahan yang akan diteliti dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh luas lahan terhadap produksi cokelat di Kabupaten

Dairi.

2. Bagaimana pengaruh jumlah waktu kerja terhadap produksi cokelat di

Kabupaten Dairi

3. Bagaimana pengaruh jumlah pemakaian pupuk terhadap produksi cokelat

di Kabupaten Dairi.

4. Bagaimana pengaruh jumlah pemakaian pestisida terhadap produksi

cokelat di Kabupaten Dairi.

5. Bagaimana pengaruh umur tanaman terhadap produksi cokelat di

Kabupaten Dairi.

1.3 Tujuan Penelitian

(23)

1. Menganalisis pengaruh luas lahan terhadap produksi cokelat di Kabupaten

Dairi.

2. Menganalisis pengaruh jumlah waktu kerja terhadap produksi cokelat di

Kabupaten Dairi

3. Menganalisis pengaruh jumlah pemaakian pupuk terhadap produksi

cokelat di Kabupaten Dairi.

4. Menganalisis pengaruh jumlah pemakaian pestisida terhadap produksi

cokelat di Kabupaten Dairi.

5. Menganalisis pengaruh umur tanaman terhadap produksi cokelat di

Kabupaten Dairi.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah, dalam merumuskan

perencanaan pembangunan daerah khususnya yang berkaitan dengan

pengembangan perkebunan cokelat di Kabupaten Dairi.

2. Bagi penulis dalam memperluas pengetahuan dan wawasan tentang

pengembangan perkebunan cokelat di Kabupaten Dairi.

3. Sebagai bahan acuan untuk peneliti selanjutnya terutama yang berminat

untuk meneliti mengenai sektor tanaman perkebunan umumnya dan cokelat

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Produksi

Dalam proses produksi pertanian, seorang petani modern menggunakan faktor

produksi (input) seperti tanah, tenaga kerja, mesin dan pupuk. Input tersebut

dipergunakan selama musim tanam, dan pada musim panen petani tersebut

mengambil hasil (output) tanamnya. Petani selalu berusaha keras untuk melakukan

produksi secara efisien atau dengan biaya yang paling rendah, dengan demikian

petani selalu berusaha untuk memproduksi tingkat output maksimum dengan

menggunakan suatu dosis input tertentu, dan menghindarkan pemborosan sekecil

mungkin, selanjutnya petani tersebut dianggap berusaha memaksimumkan laba

ekonomis.

Miler dan Miner (1999) menyatakan produksi merupakan konsep arus.Apa

yang dimaksud konsep arus (flow concept) disini adalah produksi merupakan

kegiatan yang diukur sebagai tingkat-tingkat output per unit periode/waktu.

Sedangkan outputnyan sendiri senantiasa diasumsikan konstan kualitasnya. Jadi bila

kita berbicara mengenai peningkatan produksi, itu berarti peningkatan output dengan

mengasumsikan faktor – faktor yang lain yang sekiranya berpengaruh tidak berubah

sama sekali (konstan).

Konsep produksi analisis produksi berfokus pada penggunaan masukan input

(25)

dengan sasaran menetapkan cara yang optimal menggabungkan input untuk

meminimumkan biaya. Untuk menjelaskan konsep produksi, perlu dikaji lebih jauh

tentang konsep hubungan antara input dan output yang disebut dengan fungsi

produksi (production function)

Joesron dan Fathorrozi (2003) menyatakan produksi merupakan hasil akhir

dalam proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau

input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah

mekombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.

Ahyari (2004) menyatakan Produksi diartikan sebagai kegiatan yang dapat

menimbulkan tambahan manfaat dan penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat

tersebut dapat terdiri dari beberapa macam,misalnya faedah bentuk, faedah waktu,

faedah tempat, serta kombinasi dari faedah-faedah tersebut di atas.Apabila terdapat

suatu kegiatan yang dapat menimbulkan manfaat baru atau mengadakan penambahan

dari manfaat yang sudah ada maka kegiatan tersebut disebut sebagai kegiatan

produksi.

Pindyck dan Rubinfield (2001) menyatakan bahwa hubungan input dan output

untuk setiap sistem produksi adalah fungsi dari karakteristik teknologi. Selagi

teknologi dapat ditingkatkan dan fungsi produksi berubah, sebuah perusahaan dapat

memperoleh lebih banyak output untuk serangkaian input tertentu.Produktivitas

faktor adalah kunci untuk mendapatkan kombinasi atau proporsi input yang optimal

(26)

law of variable proportion faktor memberikan dasar untuk penggunaan sumber daya

yang efesien dalam sebuah sistem produksi.

2.2 Fungsi produksi

Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output, sehingga nilai

barang tersebut bertambah. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang

menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan input-input

(Boediono, 2002).

Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan

hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan input-input.Setiap produsen

dalam teori dianggap mempunyai suatu fungsi produksi, yaitu :

Q = f (X1,X2,X3…Xn)

Q = Tingkat produksi (output)

X1,X2,X3,..Xn = Berbagai input yang digunakan

Fungsi produksi menggambarkan kombinasi penggunaan input yang dipakai

oleh suatu perusahaan. Pada keadaan teknologi tertentu, hubungan antara input dan

output tercermin pada fungsi produksinya.Suatu fungsi produksi menggambarkan

kombinasi input yang dipakai dalam proses produksi, yang menghasilkan output

tertentu dalam jumlah yang sama dapat digambarkan dengan kurva isoquant, yaitu

kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi faktor produksi yang sama (Joesran

(27)

Tujuan setiap perusahaan (termasuk petani yang menggarap lahan dengan

tenaganya sendiri) adalah mengubah input menjadi output sehingga tercipta

produktivitas. Untuk mendapatkan outputnya, perusahaan harus menggunakan

berbagai jenis input yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam dan sebagainya.

Karena input-input ini langka, sehingga mereka harus menggunakan ukuran biaya

yang diasosiasikan dengan penggunaan input, seperti petani mengkombinasikan

tenaga mereka dengan bibit, tanah, hujan, pupuk dan peralatan mesin untuk

memperoleh hasil panen (Nicholson, 2002).

Boediono (1999) menyatakan bahwa meningkatkan output sebagai

konsekuensi pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan meningkatkan

ketrampilan pekerja, penerapan sistem pembagian kerja yang tepat berdasarkan

ketrampilan pekerja dan penggunaan mesin-mesin yang dapat memudahkan dan

mempercepat serta meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Lebih lanjut Boediono (1999) menggambarkan bahwa bentuk umum fungsi

produksi yang bisa menampung berbagai kemungkinan substitusi antara kapital (K),

tenaga kerja (L), Sumber daya (R) dan teknologi (T) adalah sebagai berikut :

Q = f (K, L, R, T)

Keterangan :

Q = Output atau keluaran

K = Stok Kapital atau modal

L = Labor atau tenaga Kerja

(28)

T = Tingkat teknologi yang digunakan

Persamaan di atas menunjukkan bahwa stok kapital, tenaga kerja, penggunaan

pupuk dan teknologi dapat meningkatkan output. Apabila output meningkat pada

periode itu, maka sebagian kenaikan output akan diinvestasikan sehingga stok kapital

akan bertambah besar sebesar output yang diinvestasikan. Proses pertumbuhan output

ini akan terus berulang pada periode berikutnya, sampai pada batas penggunaan

sumber daya alam dan sumber daya tenaga kerja mencapai tingkat yang optimal.

Dari persamaan tersebut berarti bahwa besar kecilnya tingkat produksi suatu

barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam

dan tingkat produksi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda – beda tentunya

memerlukan faktor produksi yang berbeda pula. Tetapi ada juga bahwa jumlah

produksi yang tidak sama akan dihasilkan oleh faktor produksi yang dianggap tetap,

biasanya adalah faktor produksi seperti modal, mesin, peralatannya serta bangunan

perusahaan. Sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan adalah tenaga

kerja. Berkaitan dengan periode produksi, situasi produksi dimana perusahaan tidak

dapat mengubah outputnya disebut jangka waktu yang sangat pendek sedangkan

situasi produksi dimana output dapat dirubah namun demikian ada sebagian faktor

produksi yang bersifat tetap atau input tetap dan sebagian lagi faktor produksinya

dapat dirubah atau input variabel disebut produksi jangka pendek dan produksi

jangka panjang yaitu suatu produksi tidak hanya output dapat berubah tetapi mungkin

semua input dapat diubah dan hanya teknologi dasar produksi yang tidak mengalami

(29)

Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara

variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang

dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa

input. Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak

diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut

disebabkan karena beberapa hal, antara lain:

1. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara faktor

produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut

dapat lebih mudah dimengerti,

2. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara

variabel yang dijelaskan (dependent variable) Y, dan variabel yang menjelaskan

(independent variable) X, serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel

penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, ..., X3, ...Xn)

Dengan fungsi produksi seperti tersebut di atas, maka hubungan Y dan X dapat

diketahui dan sekaligus hubungan X1...Xn dan X lainnya juga dapat diketahui.

Menurut Pappas (2003) fungsi produksi adalah suatu pernyataan deskriptif

yang mengkaitkan masukan dengan keluaran. Fungsi produksi menyatakan jumlah

maksimum yang dapat di produksi dengan sejumlah masukan tertentu atau alternatif

lain, jumlah maksimum masukan yang diperlukan untuk memproduksi satu tingkat

(30)

masukan/keluaran untuk setiap produksi adalah karakteristik teknologi, peralatatan,

tenaga kerja, bahan dan sebagainya yang dipergunakan perusahaan.

Selanjutnya, Widayat (2001) menjelaskan bahwa proses produksi pada

umumnya membutuhkan berbagai macam faktor produksi, misalnya tenaga kerja,

modal dan berbagai bahan mentah. Pada setiap proses produksi, faktor-faktor

produksi tersebut digunakan dalam kombinasi tertentu. Misalnya dari faktor-faktor

produksi yang digunakan itu input X1, penggunaan terus ditambah sedangkan input

yang lain tetap, maka fungsi produksi dianggap tunduk pada hukum yang disebut The

Law of Diminishing Returns. Hukum ini mengatakan bahwa “Bila satu macam input

penggunaannya terus ditambah sedang input-input yang lain penggunaannya tidak

berubah, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input

yang ditambahkan tadi mula-mula menaik akan tetapi kemudian menurun bila input

tersebut ditambah.Untuk selanjutnya, input yang berubah itu dinamakan input

variabel. Tambahan output yang diperoleh karena adanya tambahan satu unit input

tersebut dinamakan Marginal Physical Product (MPP).

Kalau hubungan antara output dan input variabel digambarkan dalam suatu

grafik maka akan didapat suatu kurva yang dinamakan kurva Total Physical Product

(TPP). Kurva Total Physical Product (TPP) ini didefinisikan sebagai kurva yang

menunjukkan tingkat produksi total (Q) pada berbagai tingkat penggunaan input

variabel dan input lainnya dianggap tetap, sehingga:

(31)

Kurva lain yang dapat diturunkan dari kurva Total Physical Product (TPP)

adalah kurva Marginal Physical Product (MPP) dan kurva Average Physical Product

(APP). Kurva Marginal Physical Product (MPP) adalah kurva yang menunjukkan

tambahan Total Physical Product (TPP) karena adanya tambahan penggunaan satu

input variabel. Secara matematis dapat ditulis:

MPP = ∂TPP = ∂Q = ∂f(X)

∂X ∂X ∂X

Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil

rata-rata per unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut,

dan ditulis secara matematis:

APP = TPP = Q = f(X)

X X X

Hubungan antara Marginal Physical Product (MPP) dan Average Physical

Product (APP) di atas selanjutnya dapat menjelaskan tentang elastisitas produksi.

Dengan elastisitas produksi yang berbeda-beda, maka dapat diketahui apakah

pertanian tersebut dalam keadaan increasing atau decreasing. Apabila nilai elastisitas

produksi lebih besar dari satu, bila produksi total menaik maka pertanian ada pada

daerah increasing, dan sebaliknya bila nilai elastisitas produksi lebih besar dari nol

tetapi lebih kecil dari satu, maka pertanian tersebut ada pada daerah decreasing.

Elastisitas produksi (Ep) adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari

persentase perubahan dari input. Ep ini dapat dituliskan melalui rumus sebagai

(32)

Ep = ∆Y ∆X

Y X

Ep = ∆ Y . X

∆ X Y

Di mana : Y adalah hasil produksi (output)

X adalah faktor produksi (input) maka,

MPP = YÚ X

APP = YÚX

Ep = MPPÚAPP

Akan tetapi karena besarnya koefisien elastisitas produksi dapat diketahui dari

hasil fungsi produksi Cobb Douglas (hasil analisis OLS) dan besarnya Average

Physical Product (APP) dapat dihitung berdasarkan data yang tersedia, maka

Marginal Physical Product (MPP) juga dapat dihitung dengan menggunakan

koefisien elastisitas produksi sebagai berikut :

MPPxi = Ep (YÚXi)

= ai (YÚXi)

= ai . APP

2.3 Hukum Kenaikan Hasil yang Semakin Berkurang

Hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang menerangkan arah umum dan

(33)

berubah – ubah jumlahnya. Hukum ini menerangkan jika salah satu input ditambah

secara terus – menerus maka produksi total akan semakin meningkat sampai pada

suatu tingkat tertentu ( titik maksimum ) dan apabila sudah pada tingkat maksimum

tersebut faktor produksinya terus ditambah maka produksi total akan semakin

menurun.

(34)

Keterangan :

TP = Total produksi Titik A = MP maksimum

L = Tenaga kerja Titik B = AP maksimum

MPl = Marginal produk tenaga kerja L Titik C = MP = 0

APl = Produksi rata-rata tenaga kerja L

Produksi Total (total product) banyaknya produksi yang dihasilkan dari

penggunaan total faktor produksi. Produksi Marginal (marginal product) adalah

tambahan produksi karena penambahan penggunaan satu unit faktor produksi.

Produksi rata-rata (average product) adalah rata-rata output yang dihasilkan perunit

faktor produksi.

Dimana :

Total Produksi (TP) : f(K,L)

Secara matematis TP akan maksimum apabila turunan pertama dari fungsi

nilainya sama dengan nol. Turunan pertama TP adalah MP, maka TP maksimum pada

saaat MP sama dengan nol.

Produksi marjinal (MP) = ∂ TP

∂ L

Perusahaan dapat terus menambah tenaga kerja selama MP > 0. Jika MP

sudah < 0 penambahan tenaga kerja justru mengurangi produksi total. Penurunan nilai

MP merupakan indikasi telah terjadinya hukum Pertambahan Hasil Yang Semakin

(35)

Produksi Rata-rata (AP) = TP

L

AP akan maksimum bila turunan pertama fungsi AP adalah 0 (AP = 0).

Dengan penjelasan matematis, AP maksimum tercapai pada saat AP = MP, dan MP

akan memotong AP pada saat Nilai AP maksimum.

Gambar 2.1 menunjukkan tiga tahap Produksi (the htree stages of production)

yaitu sebagai berikut :

1. Tahap I, penmbahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi total maupun

produksi rata-rata. Karena itu hasil yang diperoleh dari tenaga kerja masih jauh

lebih besar dari tambahan upah yang harus dibayarkan. Perusahaan rugi jika

berhenti produksi pada tahap ini. Elastisitas produksi lebih besar dari satu dicapai

pada waktu kurva produksi marjinal berada diatas kurva produksi rata-rata. Ini

merupakan skala usaha yang menunjukkan kenaikan hasil yang bertambah. Setiap

penambahan 1% input (tetap dan variabel) dalam perbandingan tetap akan

menyebabkan kenaikan output yang lebih besar dari 1%. Oleh karena itu pada

daerah increasing return to scale, keuntungan perusahaan akan selalu bisa

ditingkatkan dengan cara menambah input dalam proporsi yang tetap.

Jadi bila pengusaha bertujuan mendapatkan keuntungan yang maksimum,

pengusaha tersebut harus membayar usahanya dengan cara menambah input yang

digunakannya. Bila tidak pengusaha tersebut dikatakan sebagai pengusaha yang

tidak rasional, dengan demikian daerah increasing return to scale disebut dengan

(36)

2. Tahap II, berlakunya the Law of Diminishing Return (LDR), produksi marjinal

maupun produksi rata-rata mengalami penurunan. Namun demikian keduanya

masih positif. Penambahan tenaga kerja akan akan tetap menambah produksi

sampai mencapai nilai maksimum. Elastisitas produksi yang berada diantara non

dan satu merupakan skala usaha yang berada diantara AP maksimum dan MP

sama dengan nol. Di daerah ini kenaikan 1% input tetap dan input variabel dalam

proporsi yang tetap akan menghasilkan kenaikan output diantara 0% sampai 1%.

Bila kita perhitungkan penerimaan dan biaya produksi, di daerah decreasing

return scale pengusaha bisa untung dan bisa rugi. Jadi pengusaha harus memilih

skala usaha setepat-tepatnya untuk mencapai keuntugan maksimum. Oleh karena

itu pengusaha yang berusaha di daerah ini haruslah pengusaha-pengusaha rasional.

3. Tahap III, pengusaha tidak mungkin melanjutkan produksi, karena penambahan

tenaga kerja justru menurunkan produksi total. Perusahaan mengalami kerugian,

dengan demikian perusahaan sebaiknya berproduksi pada tahap II,secara

matematis perusahaan kan berhenti menambah tenaga kerja pada saat tambahan

biaya (maginal cost) yang harus dibayar adalah sama dengan tambahan

pendapatan (marginal revenue) yang diterima. Elastisitas produksi lebih kecil dari

nol dicapai pada waktu produk marjinalnya negatif. Didaerah ini kenaikan 1%

input dan variabel dalam proporsi yang tetap akan menghasilkan kenaikan output

yang negatif. Dengan demikian, pengusaha yang berusaha pada skala usaha ini

merupakan pengusaha yang irrasioanl, karena selalu menderita kerugian.

(37)

2.4 Faktor Produksi dan Pendapatan

2.4.1 Faktor Produksi

Faktor produksi disebut juga korbanan produksi, karena faktor produksi

tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi. Macam faktor produksi atau

input ini berikut jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen. Oleh

karena itu, untuk menghasilkan suatu produk, maka diperlukan pengetahuan

hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output). (Soekartawi, 2003).

Setiap usaha yang dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh karena

itu dalam analisa ketenaga kerjaan dibidang bisnis/perusahaan penggunan tenaga

kerja dinyatakan oleh besrnya curahan tenaga kerja, Skala usaha akan

memepengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan membutuhkan

tenga kerja yang mempunyai keahlian. Biasanya perusahan kecil akan membutuhkan

tenaga kerja yang sedikit, dan sebaliknya perusahaan skala besar lebih banyak

membutuhkan tenaga kerja dan mempunyai keahlian. Dalam perusahaan, hal ini

sangat penting untuk melihat sebaran pengguna tenaga kerja selama proses produlsi

sehingga dengan demikian kelebihan tenaga kerja pada kegiatan tetentu dapat

dihindarkan (Soekartawi, 2002).

Faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan

faktor produksi variabel (variable input). Faktor produksi tetap adalah faktor

produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada

tidaknya kegiatan produksi, faktor produksi harus tetap tersedia. Mesin-mesin pabrik

(38)

perlu ditambah. Tapi jika tingkat produksi menurun bahkan sampai nol unit (tidak

berproduksi), jumlah mesin tidak bisa dikurangi. Jumlah penggunaan faktor produksi

variabel tergantung pada tingkat produksinya. Makin besar tingkat produksi, makin

banyak faktor produksi variabel yang digunakan. Begitu juga sebaliknya. Sebagai

contoh, buruh harian lepas dipabrik rokok. Jika perusahaan ingin meningkatkan

produksi, maka jumlah buruh ditambah. Sebaliknya jika ingin mengurangi produksi,

buruh dapat dikurangi. ( Prathama et al, 2002).

Cepat atau tidaknya inovasi mengadopsi inovasi oleh petani sangat tergantung

dari faktor extern dan intern. Faktor intern itu sendiri terdiri dari faktor sosial dan

ekonomi. Faktor sosial itu diantaranya : umur, tingkat pendidikan, pengalaman

bertani dan kepemilikan lahan.Sedangkan faktor ekonomi diantaranya adalah jumlah

tanggungan keluarga, luas lahan dan ada tidaknya usaha tani lain yang dimiliki

petani. (Soekartawi, 2002).

Kekurangan atau kelebihan unsur khusus dalam tanah akan mengganggu

keseimbangan unsur unsur hara dan bisa mengakibatkan penyakit pada tanaman.

Penyebab ketidakseimbangan semacam itu harus dianalisis, mungkin karena

keracunan Fe atau Al ( dalam pH-nya rendah), pemakian pupuk anorganik jangka

panjang yang menyebabkan kerusakan pada tanah secara alami, maka penting untuk

memeperbaiki unsur hara tertentu dengan pemanfaatan pupuk organik yang seimbang

dapat memeperbaiki keseimbangan tanah, pH dan ketersedian unsur hara.

Penambahan unsur hara dalam tanah dapat menghasilkan peningkatan produksi

(39)

2.4.2 Pendapatan

Bagi rumah tangga pedesaan hanya menguasai faktor produksi tenaga kerja,

pendapatan mereka ditentukan oleh besarnya kesempatan kerja yang dapat

dimanfaatkan dan tingkat upah yang diterima. Kedua faktor ini merupakan fenomena

dari pasar tenaga kerja pedesaan. Kesempatan kerja pedesaan ditentukan oleh pola

produksi pertanian, produksi pertanian, produk barang dan jasa non pertanian di

pedesaan. Pertumbuhan angkatan kerja dan mobilitas tenaga kerja pedesaan. Di

sektor pertanian, besarnya kesempatan kerja di pengaruhi oleh luas lahan pertanian,

produktivitas lahan, intensitas dan pola tanam, serta teknologi yang di terapkan. Di

sektor non pertanian kesempatan kerja ditentukan oleh volume produksi, teknologi

dan tingkat harga komoditi (Kasryno, 2000).

Sukirno (2006) menyatakan pendapatan adalah jumlah penghasilan yang

diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode, baik harian,

mingguan, bulanan ataupun tahunan.Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain :

1. Pendapatan pribadi yaitu semua jenis pendapata yang diperoleh tanpa memberikan

suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara.

2. Pendapatan dipossibel yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus

dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap

dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.

3. Pendapatan nasional yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang

(40)

Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya

(TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan usaha tani (TR) adalah perkalian antara

produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya usaha tani biasanya

diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap

(variabel cost). Biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun

produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang

besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya tenaga

kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC),

maka (TC) = FC + VC. ( Soekartawi., 2002).

2.5 Penelitian Terdahulu

Situmorang (2006) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa adanya

hubungan yang positif peningkatan luas lahan dan tenaga kerja terhadap produksi

kemenyan di Kabupaten Humbang Hasundutan,kondisinya constant to scale

Tetty (2006) melakukan penelitian tentang efisiensi faktor-faktor produksi

dalam usaha tani bawang merah.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi lahan, bibit, pupuk buatan, pestisida dan

tenaga kerja pada usahatani bawang merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)

penggunaan faktor produksi lahan, pestisida dan pupuk buatan masih belum efisien,

dan penggunaannya perlu ditambah untuk memperoleh tingkat efisiensi yang lebih

tinggi, (2) faktor produksi bibit dan tenaga kerja penggunaannya telah melampaui

(41)

lebih tinggi, dan (3) Pergerakan usahatani di daerah penelitian berada pada skala

usahatani menguntungkan dengan jumlah koefisien regresi sebesar 1,093.

Dewi et al (2004) melakukan penelitian tentang pengaruh faktor produksi

pada usaha tani lada di Sulawesi Tenggara. Untuk membedakan teknologi produksi

digunakan dummy variable pada analisa gabungan teknologi, selanjutnya semua

teknologi dianalisa secara terpisah. Hasil analisis regresi fungsi produksi

memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara teknologi lada secara

monokultur dengan teknologi lada yang diintegrasikan dengan ternak kambing pada

tahun pertama percobaan. Upaya untuk meningkatkan produksi pada teknologi

integrasi adalah dengan memperluas areal pertanaman, sedangkan pada teknologi

petani dengan menggunakan atau menambah pupuk kandang. Di samping itu

penambahan tenaga kerja masih perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas.

Kebede (2005) melakukan penelitian tentang usaha tani padi sawah di Nepal.

Memberikan penjelasan bahwa variabel tenaga kerja, luas lahan dan benih

berpengaruh secara nyata dan signifikan terhadap produksi padi sawah, sedangkan

variabel lainnya yaitu tenaga ternak dan pupuk tidak berpengaruh secara nyata dan

signifikan terhadap produksi padi sawah tersebut pada taraf kepercayaan 5 persen.

Nurhayatin (2004) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi nilam di kecamatan Padang Jaya. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa penggunaan pupuk Urea, TSP dan pestisida Decis serta tenaga

kerja berpengaruh nyata terhadap produksi daun nilam kering sedangkan luas lahan,

(42)

produksi nilan kering. Pada industri penyulingan minyak nilam diketahui bahwa

jumlah bahan baku, jumlah bahan bakar, jumlah tenaga kerja, dan lama penyulingan

berpengaruh nyata terhadap hasil minyak nilam, sedangkan pengalaman menyuling

berpengaruh tidak nyata

2.6 Kerangka Pemikiran

Dalam kerangka pemikiran pemikiran perlu dijelaskan secara teoritis

hubungan antara variabel dependent dengan variabel independen.

JUMLAH WAKTU KERJA

JUMLAH PESTISIDA JUMLAH PUPUK

UMUR TANAMAN LUAS LAHAN

PRODUKSI COKELAT

(43)

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian empiris sebelumnya, maka

hipotesis yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut.

1. Luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi cokelat di Kabupaten

Dairi, ceteris paribus

2. Jumlah waktu kerja berpengaruh positif terhadap produksi cokelat di

Kabupaten Dairi, ceteris paribus

3. Jumlah pemakaian pupuk berpengaruh positif terhadap produksi cokelat

di Kabupaten Dairi, ceteris paribus

4. Jumlah pemakaian pestisida berpengaruh positif terhadap produksi

cokelat di Kabupaten Dairi, ceteris paribus

5. Umur tanaman berpengaruh positif terhadap produksi cokelat di Kabupaten

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada faktor – faktor yang

mempengaruhi produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Penelitian ini difokuskan pada

sisi produksi, yaitu Luas lahan, jumlah waktu kerja, jumlah penggunaan pupuk,

jumlah penggunaan pestisida dan umur tanaman cokelat. Penelitian ini dilaksanakan

dengan memusatkan perhatian pada seluruh usaha tani cokelat yang ada di Kabupaten

Dairi.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh usaha tani cokelat yang terdapat

di Kabupaten Dairi. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

secara acak sederhana (Simple Randon Sampling).

Menurut Gay dalam Kuncoro (2003) jumlah sampel yang diambil untuk

penelitian adalah minimal 10 %, dengan demikian akan ditetapkan total sampel yang

dinilai cukup representatif sebesar 10 % dari total populasi petani cokelat yang

terdapat pada masing-masing kecamatan sampel. Secara rinci ukuran sampel

(sample size) yang diambil dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. dibawah

(45)

Tabel 3.1. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Dairi Tahun 2008

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian adalah data primer yang diperoleh dari petani melalui

wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan

terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder yang berhubungan dengan tanaman cokelat

diperoleh dari Dinas Perkebunan dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari dua variabel,

yaitu:

1. variabel bebas atau variabel independent, terdiri dari lima variabel,

yaitu : luas lahan, jumlah waktu kerja, jumlah pupuk, jumlah pestisida dan umur

(46)

2. variabel terikat atau variabel dependent adalah produksi cokelat.

3.5 Model dan Metoda Analisis

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cokelat di

Kabupaten Dairi digunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan

menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Adapun alat bantu yang

digunakan untuk mengolah data tersebut adalah Program Eviews 4.1

Analisis regresi digunakan untuk memprediksi hubungan sebab akibat antara

variabel independen dengan variabel dependen. Dalam analisis regresi tersebut, selain

mengukur kekuatan hubungan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen (Kuncoro, 2001).

Selain itu, alasan dipakainya analisis regresi adalah bahwa antara satu petani

dengan petani lainnya dalam mengelola usahatani cokelat berbeda-beda dalam jumlah

penggunaan input baik dalam luas lahan, jumlah bibit/tanaman, pupuk (organik /

anorganik), pestisida dan waktu kerja, tenaga kerja maupun umur tanaman cokelat

petani. Selanjutnya dengan analisis regresi dapat digunakan untuk membentuk suatu

model fungsi produksi. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

produksi cokelat, digunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode

OLS (Ordinary Least Square). Model dasar teori produksi Cobb-Douglass, yaitu

persamaan:

(47)

Dengan memecah variabel K dan L dalam bentuk yang lebih spesifik, yaitu

variabel-variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini, maka fungsi

produksi menjadi:

Y= f (X1,X2,X3,X4,X5)………..3.2

Dengan memasukkan seluruh variabel independent penelitian ini maka dalam

fungsi Cobb-Douglas menurut Gujarati (2003) menjelaskan bahwa fungsi produksi

Cobb-Douglas diformulasikan sebagai berikut :

Y = A X1 1 X2 2 X3 3 X4 4 X5 5 ………3.3

Selanjutnya untuk mendapatkan model penelitian ini dilakukan log terhadap

variabel yang digunakan. Untuk menguji pengaruh antara veriabel

independent terhadap produksi cokelat. Adapun spesifikasi model penelitian ini

sebagai berikut:

LogY= A+ 1logX1+ 2 logX2+ 3log X3+ 4 logX4+ 5 logX5 + µ………3.4

Keterangan :

Y = Produksi cokelat (kg/ha/tahun )

X1 = Luas lahan (ha)

X2 = Waktu kerja (jam/tahun)

X3 = Penggunaan pupuk (kg/ha/tahun)

X4 = Penggunaan pestisida (liter/ha/tahun)

X5 = Umur tanaman cokelat (tahun)

A = Konstanta

(48)

µ = Kesalahan Pengganggu

Dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), dari analisis

regresi linier akan diperoleh koefisien regresi pada masing-masing variabel

independen dan juga berapa besar hubungan dari faktor-faktor yang mempengaruhi

tersebut secara bersama-sama mempengaruhi produksi cokelat.

3.6 Uji Kesesuaian ( Test Goodness of Fit )

Estimasi terhadap model dilakukan dengan mengguanakan metode yang

tersedia pada program statistik Eviews versi 4.1. Koefisien yang dihasilkan dapat

dilihat pada output regresi berdasarkan data yang di analisis untuk kemudian

diinterpretasikan serta dilihat siginifikansi tiap-tiap variabel yang diteliti

a. R² (koefisien determinasi) bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel

bebas (independent variable) menjelaskan variabel terikat (dependent

variable)

b. Uji serempak (F-test), dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik

koefisien regresi secara serempak. Jika Fhit > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1

diterima.

c. Uji parsial (t-test), dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik

koefisien regresi secara parsial. Jika thit > ttabel, maka H0 ditolak dan H1

(49)

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Setelah dilakukan pengujian regresi, maka dilakukan evaluasi. Evaluasi ini

dimaksudkan untuk mengetahui apakah penggunaan model regresi linier berganda

dalam menganalisis telah memenuhi asumsi klasik yang dipersyaratkan.

Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

3.7.1 Uji Normalitas

Asumsi model regresi linier klasik adalah faktor pengganggu µ mempunyai

nilai rata-rata yang sama dengan nol, tidak berkorelasi dan mempunyai varian yang

konstan. Dengan asumsi ini, OLS estimator atau penaksir akan memenuhi sifat-sifat

yang diiniginkan, seperti ketidakbiasan dan mempunyai varian yang minimum. Untuk

mengetahui normal tidaknya faktor pengganggu µdilakukan dengan Jarque-Bera Test

(J-B Test). Uji ini menggunakan hasil estimasi residual dan X² probability

distribution, yaitu dengan membandingkan nilai JBhitung atau X²hitung dengan X²tabel.

Kriteria keputusan sebagai berikut :

1. Jika nilai JBhitung > X²tabel maka hipotesis yang menyatakan bahwa residual ui

berdistribusi normal ditolak

2. Jika nilai JBhitung < X²tabel maka hipotesis yang menyatakan bahwa residual ui

berdistribusi normal diterima

3. Tahap uji Jarque Bera dengan menggunakan Eviews secara ringkas adalah

sebagai berikut :

a. Formulasi hipotesis

(50)

HA : distribusi ut tidak normal

b. Menentukan tingkat signifikansi ( )

c. Menentukan kriteria pengujian

H0 ditolak jika prob. JB < , H0diterima jika prob. JB >

d. Kesimpulan

3.7.2 Uji Multikolinieritas

Multikolnieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linear

diantara veriebel-veriabel dalam model regresi. Interprestasi dari persamaan regresi

linier secara emplisit bergantung bahwa variabel-variabel beda dalam perasamaan

tidak saling berkorelasi. Bila variabel-variabel bebas berkorelasi dengan sempurna,

maka di sebut multikolinieritas sempurna. Multikolineritas dapat dideteksi dengan

besaran-besaran regresi yang didapat yaitu :

1. Variasi besar (dari taksiran OLS)

2. Interval kepercayaan lebar (karena variasi besar,maka standar error besar

sehingga interval kepercayaan lebar)

3. Uji-t tidak signifikan. Suatu variable bebas secara subtansi maupun secara

statistic jika dibuat regresi sederhana bias tidak signifikankarena variasi besar

akibat kolinieritas. Bila standar error terlalu besar pula kemungkinan taksiran

koefisien regresi tidak signifikan.

4. R² tinggi tetapi tidak banyak variable yang signifikan dari t-test.

5. Terkadang nilai taksiran koefisien yang didapat akan mempunyai nilai yang

(51)

3.7.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas adalah variasi residual yang tidak sama untuk semua

pengamatan. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui terjadinya penyimpangan model

karena varian gangguan berbeda antara satu observasi ke observasi yang lain. Dalam

model regresi linier berganda juga harus bebas dari heteroskedastisitas. Dalam

penelitian ini, digunakan metode uji white atau white’s general heteroscedasticity test

(Gujarati, 2003)

Tahap uji white dengan menggunakan Eviews secara ringkas adalah sebagai

berikut :

a. Formulasi hipotesis

H0 : distribusi bebas masalah heterokedastisitas

HA : distribusi terdapat masalah heterokedastisitas

b. Menentukan tingkat signifikansi ( )

c. Menentukan kriteria pengujian

H0 ditolak jika prob Obs R Square <

H0diterima jika prob Obs R Square >

e. Kesimpulan

3.8 Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan

(52)

1. Produksi adalah jumlah produksi biji cokelat dalam bentuk kering yang

diperoleh petani dari hasil panen per satuan hektar diukur dalam satuan

kilogram per tahun

2. Luas lahan adalah total luas tanah yang digunakan oleh petani untuk

tanaman cokelat di ukur dalam satuan hektar.

3. Waktu kerja adalah jumlah jam kerja yang digunakan oleh petani untuk

mengelola tanaman cokelat diukur dalam per tahun

4. Pupuk adalah jumlah pupuk organik yang digunakan dalam proses

produksi dalam per satuan hektar diukur dalam satuan kilogram per tahun

5. Pestisida adalah obat yang dipakai dalam pengendalian gulma maupun

hama penyakit pada tanaman cokelat dalam per satuan hektar diukur dalam

satuan liter/tahun.

6. Umur tanaman cokelat adalah lama tanaman cokelat yang sudah

(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian

Daerah Kabupaten Dairi mempunyai Luas 191.625 Hektaryaitu sekitar 2,68

% dari luas Propinsi Sumatera Utara (7.160.000 Hektar) dimana Kabupaten Dairi

terletak sebelah Barat Laut Propinsi Sumatera Utara.Kabupaten Dairi sebagian besar

terdiri dari dataran tinggi dan berbukit-bukit yang terletak antara 98000' – 98030'dan

2015'-30 00'LU. Sebagian besar tanahnya didapati gunung-gunung dan bukit-bukit

dengan kemiringan bervariasi sehingga terjadi iklim hujan tropis.

Kota Sidikalang adalah ibukota Kabupaten Dairi berada pada ketinggian

1.066 meter diatas permukaan laut. Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada

ketinggian rata-rata 700 s/d 1.250 m diatas permukaan laut. Sedangkan Kecamatan

Tigalingga, Kec. Siempat Nempu dan Kecamatan Silima Pungga-Pungga terletak

pada keting-gian antara 400 – 1.360 m diatas permukaan laut. Kecamatan Sumbul,

Sidikalang Kec.Tanah Pinem berada pada ketinggian 700 - 1.600 meter diatas

permukaan laut.Musim hujan yang paling berpengaruh biasanya pada bulan Januari,

April, Mei, September, Nopember, dan Desember setiap tahunnya. Angin laut

berhembus kencang dari arah barat menuju timur sewaktu menjelang musim dingin

yang mengakibatkan terjadinyan musim hujan. Angin barat berhembus dengan

kecepatan sedang dari arah timur menuju arah barat sewaktu menjelang musim

(54)

Pertanian merupakan sektor utama yang mendukung perekonomian

masyarakat Kabupaten Dairi, karena sebagian besar penduduknya adalah berusaha

pada sektor ini. Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dalam Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi, yaitu sebesar 68,67 persen

(BPS Kabupaten Dairi, 2008). Dalam pengelompokan sektor ekonomi, sektor

pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, perikanan, peternakan, kehutanan

dan perkebunan.

Daerah penelitian adalah terdiri dari 11 kecamatan dari 15 kecamatan yang

ada di Kabupten Dairi, yaitu Kecamatan Sidikalang, Berampu, Silima

Pungga-Pungga, Laeparira, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu

Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember, Pegagan Hilir dan Tanah Pinem yang semuanya

merupakan daerah penghasil cokelat di Kabupaten Dairi.

4.2 Karakteristik Responden

 Adapun  karakteristik  responden  dibagi  menurut  katagori  umur/usia,  tingkat 

pendidikan, umur tanaman cokelat, status kepemilikan tanah, luas lahan ,yang digunakan 

dalam mengelola usahataninya Berikut ini Tabel karakteristik responden : 

 

 

 

(55)

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat umur Petani Cokelat di

Sumber : Data primer, diolah, 2009

Dari Tabel 4.1. diatas dapat dilihat, mayoritas petani cokelat di Kabupaten Dairi

yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah berada pada interval umur di

bawah 36 tahun sebanyak 7 orang atau 7,37 persen, interval umur antara 36 - 45

tahun sebanyak 27 orang atau 28,42 persen, interval umur 46 - 55 tahun sebanyak

26 orang atau 27,37 persen, interval umur 56-65 tahun sebanyak 30 orang atau 31,58

persen. Diikuti dengan jumlah sampel terkecil interval umur di atas 65 tahun

sebanyak 5 orang atau 5,26 persen.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani Cokelat di Kabupaten Dairi

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 Tamat SD 14 14,74

2 Tamat SLTP 36 37,89

3 Tamat SLTA 43 45,26

4 Tamat S1 2 2,11

Total 95 100

Sumber : Data primer, diolah, 2009

Dari Tabel 4.2. diatas dapat dilihat, petani cokelat di Kabupaten Dairi

(56)

orang atau 45,26 persen. Lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

merupakan tingkat pendidikan mayoritas kedua dari responden penelitian, yaitu

sebanyak 36 orang atau 37,89 persen. Mayoritas berikutnya adalah responden dengan

tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 14 orang atau 14,74 persen.

Responden penelitian yang paling sedikit adalah yang memiliki tingkat pendidikan

Strata Satu (S1), yaitu sebanyak 2 orang atau 2,11 persen.

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Tanaman Cokelat yang diusahakan petani di Kabupaten Dairi

No Umur Tanaman Cokelat Frekuensi Persentase (%)

1 3 – 4 Tahun 22 23,16

2 5 – 6 Tahun 40 42,10

3 7 – 8 Tahun 22 23,16

4 9 – 10 Tahun 7 7.37

5 > 10 Tahun 4 4,21

Total 95 100

Sumber : Data primer, diolah, 2009

Dari Tabel 4.3. diatas dapat dilihat mayoritas umur tanaman cokelat yang

diusahakan petani cokelat di Kabupaten Dairi yang menjadi responden dalam

penelitian ini adalah berada pada interval umur tanaman antara 5 - 6 tahun sebanyak

40 orang atau 42,10 persen. Mayoritas kedua adalah berada pada interval umur

tanaman 3 - 4 tahun dan 7 -8 tahun masing-masing 22 orang atau 23,16 persen.

Mayoritas ketiga adalah berada pada interval umur 9 -10 tahun, yaitu 7 orang atau

7,37 persen. Diikuti dengan jumlah sampel terkecil interval umur di atas 10 tahun

(57)

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan luas lahan yang di usahai

No Luas Lahan ( Ha) Frekuensi Persentase (%)

1 < 0,5 25 26,31

2 0,5 – 1 60 63,16

3 > 1 10 10,53

Total 95 100

Sumber : Data primer, diolah, 2009

Dari Tabel 4.4 diatas dapat dilihat Luas lahan yang diusahai/dimiliki oleh

para petani cokelat di Kabupaten Dairi bervariasi dari < 0,5 ha hingga > 1 ha.

diketahui bahwa mayoritas petani cokelat memiliki lahan berada pada interval

0,5 - 1 ha, yaitu sebanyak 60 orang atau 63,16 persen. Mayoritas kedua berada pada

interval luas lahan dibawah 0,5 ha, yaitu sebanyak 25 orang atau 26,31 persen. Paling

sedikit berada pada interval luas lahan diatas 1 ha, yaitu 10 orang atau 10,53 persen.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan

No Status KepemilikanTanah Frekunsi Persentase (%)

1 Milik sendiri 95 100

Total 95 100

Sumber : Data primer, diolah, 2009

Dari Tabel 4.5. diatas diketahui bahwa keseluruhan responden penelitian ini,

memiliki lahan pertanian cokelat dengan status milik sendiri, yaitu sebanyak 95

(58)

4.3 Tingkat Produksi Cokelat dan variabel yang mempengaruhinya

Tabel 4.6. dibawah ini menunjukkan komposisi tingkat produksi serta faktor

yang mempengaruhinya.

Tabel 4.6. Tingkat produksi cokelat dan variabel yang mempengaruhinya

No Variabel N Minimum Maksimum

1 Produksi (kg) 95 96 2.400

2 Luas Lahan (ha) 95 0,12 2,5

2 Waktu Kerja (jam) 95 336 1848

3 Pupuk (kg) 95 50 3.000

4 Pestisida (liter) 95 0,25 10

5 Umur tanaman (tahun) 95 3 15

Sumber : Data primer,diolah, 2009

Dari Tabel 4.6. di atas dapat dilihat, tingkat produksi cokelat yang maksimum

dihasilkan petani cokelat di Kabupaten Dairi adalah 2.400 kg per tahun. Produksi

paling sedikit adalah 96 kg. Tingkat produksi cokelat sangat tergantung pada luas

lahan dan juga variabel-variabel lain yang mempengaruhinya. Dilihat dari luas lahan

yang terluas adalah 2,5 ha dan yang paling sempit 0,12 ha.

Selain luas lahan, faktor yang mempengaruhi produksi lainnya adalah waktu

kerja yang digunakan untuk berusahatani cokelat, banyaknya waktu kerja petani

tergantung dari luas lahan petani cokelat tersebut, hasil observasi dijumpai waktu

yang paling banyak digunakan 1848 jam per tahun, sedangkan yang paling sedikit

336 jam per tahun.

Selain waktu kerja, faktor yang mempengaruhi poduksi lainnya adalah

(59)

dipengaruhi luas lahan,iklim,tekstur tanah,dan kondisi lingkungan lainnya, hasil

observasi dilapangan dijumpai penggunaan pupuk dan pestisida yang terbanyak

masing-masing 3000 kg dan 10 liter per tahun, sedangkan petani yang paling sedikit

menggunakan pupuk dan pestisida masing-masing adalah digunakan adalah 50 kg

dan 0,25 liter. Disamping pupuk dan pestisida produksi juga dipengaruhi oleh umur

tanaman, dari observasi di lapangan dapat dilihat umur tanaman cokelat yang di

usahakan oleh petani cokelat di Kabupaten Dairi yang paling tinggi pada umur 15

tahun dan paling rendah pada umur 3 tahun.

4.4 Uji Kesesuaian ( Test Goodness of Fit )

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi (Y) tanaman

cokelat, maka dengan menggunakan sejumlah data yang telah dikumpulkan langsung

dari petani responden dilakukan pengolahan data dengan metode Ordinary Least

Square yang menggunakan alat bantu program Evieews Versi 4.1.

Dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh model persamaan pada Tabel

4.7. berikut ini :

Tabel 4.7. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi

Tanaman Cokelat di Kabupaten Dairi

LogY = 0,670 + 0.203 logX1 + 0.607 logX2 + 0.048 logX3 + 0.160 logX4 + 0.668 logX5

Std. Error (0,112) (0,142) (0,066) (0,070) (0,118) t-stat (1,813)* (4.259)*** (0,729) (2.260) ** (5,641)***

Gambar

Tabel 1.1.    Luas Lahan, Produksi dan Jumlah Petani Cokelat menurut Kecamatan                     di Kabupaten Dairi
Gambar 2.1. Kurva Hukum kenaikan hasil yang Semakin Berkurang
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi     Cokelat di Kabupaten Dairi
Tabel 3.1. Lokasi Penelitian, Populasi dan  Sampel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari analisis yang dilakukan hasilnya menunjukkan bahwa variabel luas panen dalam jangka pendek dan harga beras berpengaruh positif dan signifikan

luas lahan, jumlah populasi, umur tanaman, jumlah penggunaan pupuk, jumlah pestisida, curahan tenaga kerja, dan jenis lahan mempengaruhi produksi kelapa sawit

Dari hasil regresi, variabel luas lahan dan tenaga kerja berpengaruh positif dan secara statistik signifikan terhadap hasil produksi kelapa sawit dan variabel pupuk

1) Variabel tenaga kerja, luas lahan, modal kerja, dan keterampilan petani berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi petani anggrek di Kota Denpasar. 2)

Dari analisis statistik dengan Uji F disimpulkan bahwa faktor luas lahan, varietas bibit, jarak dan jumlah tanaman, biaya tenaga kerja dan biaya pembelian pupuk berpengaruh

Hasil estimasi menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi kopi secara signifikan adalah luas lahan, jumlah tanaman dan penggunaan pupuk,

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Variabel produktivitas Padi dan harga padi berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi luas lahan

luas lahan, jumlah populasi, umur tanaman, jumlah penggunaan pupuk, jumlah pestisida, curahan tenaga kerja, dan jenis lahan mempengaruhi produksi kelapa sawit