ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKSI COKELAT DI KABUPATEN DAIRI
TESIS
Oleh
DOODY S. TUMANGGOR
077018032/EP
S
E K O L AH
P A
S C
A S A R JA
NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKSI COKELAT DI KABUPATEN DAIRI
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
DOODY S. TUMANGGOR
077018032/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI COKELAT DI KABUPATEN DAIRI
Nama Mahasiswa : Doody S. Tumanggor
Nomor Pokok : 077018032
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Rahmanta, M.Si) (Drs. Iskandar Syarief, M.A)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur
(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal : 25 Agustus 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Rahmanta, M.Si
Anggota : 1. Drs. Iskandar Syarief, M.A
2. Dr. Murni Daulay, M.Si
3. Dr. Jonni Manurung, MS
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Dengan menggunakan beberapa teori produksi, maka variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah luas lahan, waktu kerja, penggunaan pupuk , penggunaan pestisida dan umur tanaman cokelat.
Penelitian ini menggunakan data primer diperoleh dari petani melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Petani responden ditentukan secara acak sederhana (Simple Random Sampling) sebanyak 95 orang dari sebelas kecamatan sampel, semuanya adalah petani cokelat yang mana kesebelas kecamatan tersebut merupakan penghasil produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi cokelat dianalisis dengan analisis regresi berganda dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least Square)
Hasil penelitian menununjukkan bahwa nilai variabel luas lahan berpengaruh positif dan signifikan pada 10%, variabel waktu kerja dan variabel umur tanaman berpengaruh positif dan signifikan pada 1%, variabel pestisida berpengaruh positif dan signifikan pada 5% dan variabel pupuk berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Elastisitas luas lahan, waktu kerja, penggunaan pupuk, penggunaan pestisida dan umur tanaman mempunyai nilai elastisitas di bawah 1, sehingga digolongkan bersifat tidak elastis (in elastis).
ABSTRACT
The aims of research to find out the factors which influence on the chocolate production in Dairi Regency. By using several production theory, therefore, the variable observed in this research are the width of area, working hour, the using of fertilizer, the using of pesticide and the age chocolate of plants.
This research employ the primary data which obtained from farmers through direct interview by using quesionaires list prepared. The farmers taken randomly (simple random sampling). There are 95 persons from 11 sub districts. They are all chocolate producers.The amount of factors that affects the production level of chocolate analyzed with multiple regression with production function of Cobb Douglas with OLS (Ordinary Least Square) method test.
The result shows that the value of variable of the width of area positively and influence on the chocolate production significant at 10%, the variable of working hour and the variable of the age of plants positively influence at 1%, the variable of pesticide positively influence and significant at 5% the and the variable of fertilizer positively influence but not significant to the production of chocolate in Dairi Regency. The elasticity of the with of area, working time, the using of fertilizer, the using of pesticide and the age of plants have the elasticity less than 1 (not inelastic).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cokelat di Kabupaten
Dairi “.
Penulisan Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
pencapaian derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Penulis menyadari bahwa sejak mengikuti studi hingga penyelesaian
penyusunan tesis ini tidak lepas dari bimbingan, dorongan dan buah pikiran
cemerlang dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati yang
tulus ikhlas, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmanta, M.Si sebagai komisi pembimbing dan Bapak
Drs. Iskandar Syarief, M.A. sebagai anggota komisi pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, ide, arahan dan
dorongan dengan penuh kesabaran dan kearifan yang telah diberikan mulai dari
penulisan proposal sampai dengan selesainya penulisan tesis ini;
2. Bapak Bupati Dairi dan Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Dairi
Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara (USU) Medan.
3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi
Pembangunan beserta seluruh Staf Pengelola dan Staf Pengajar/Dosen yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuan selama mengikuti pendidikan;
4. Bapak Prof Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara;
5. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara;
6. Ayahanda S. Tumanggor dan Ibunda Z. Gurning tersayang serta istri tercinta dan
saudara-saudaraku yang telah banyak memberikan dukungan, semangat dan
terutama doa-doanya;
7. Bapak/Ibu petani cokelat di Kabupaten Dairi yang telah bersedia menjadi
responden;
8. Teman-teman di MEP’ seluruhnya dan khususnya angkatan 13 dan semua pihak
yang telah memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung
atas terselesaikannya penelitian dan penulisan tesis ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan adanya kritik atau saran yang
dapat membuat tesis ini menjadi jauh lebih baik. Selanjutnya penulis berharap
Pemerintah Kabupaten Dairi yang menjadikan komoditi cokelat sebagai komoditi
unggulan daerah.
Medan, Agustus 2009 Penulis,
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Doody .S. Tumanggor
2. Agama : Islam
3. Tempat/Tgl. Lahir : Sidiklang, 26 Februari 1977
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Status : Menikah
6. Alamat : Jl. Sentosa No. 8. Sidikalang, Kab.Dairi
7. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Dinas Pertanian Sidikalang
8. Nama Orang Tua
Ayah : S. Tumanggor
Ibu : Z. Gurning
9. Pendidikan
a. SD ST. Josep Sidikalang : Lulus Tahun 1990
b. SMP Santo Paulus Sidikalang : Lulus Tahun 1993
c. SMA Negeri 1 Sidikalang : Lulus Tahun 1996
d. Strata 1 (Satu) Fakultas Pertanian UISU Medan : Lulus Tahun 2002
DAFTAR ISI
2.3. Hukum Kenaikan Hasil yang Semakin Berkurang ... 17
2.4. Faktor Produksi dan Pendapatan ... 22
2.5. Penelitian Terdahulu ... 25
2.6. Kerangka Pemikiran... 27
2.7. Hipotesis Penelitian... 28
BAB III. METODE PENELITIAN ... 29
3.1. Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian ... 29
3.2. Populasi dan Sampel ... 29
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 30
3.4. Variabel Penelitian ... 30
3.5. Model dan Metoda Analisis ... 31
3.6. Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit)... 33
3.7.1. Uji Normalitas... 34
3.7.2. Uji Multikolinieritas... 35
3.7.3. Uji Heteroskedastisitas... 36
3.8. Defenisi Operasional ... 36
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian... 38
4.2. Karakteristik Responden ... 39
4.3. Tingkat Produksi Cokelat Dan Variabel yang mempengaruhinya ... 43
4.4. Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit)... 44
4.5. Uji Asumsi Klasik ... 54
4.5.1. Uji Normalitas... 55
4.5.2. Multikolinieritas... 55
4.5.3. Heteroskedastisitas... 56
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 58
5.1. Kesimpulan ... 58
5.2. Saran... 59
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1. Luas Lahan, Produksi dan Jumlah Petani Cokelat menurut
Kecamatan di Kabupaten Dairi ...……….... 6
3.1. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian... 30
4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat umur Petani Cokelat di Kabupaten Dairi………... 40
4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani Cokelat di Kabupaten Dairi………... 40
4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Tanaman Cokelat yang diusahakan petani di Kabupaten Dairi………... 41
4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Luas Lahan yang di Usahai ………. 42
4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan………... 42
4.6. Tingkat Produksi Cokelat dan variabel yang Mempengaruhinya………... 43
4.7. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Tanaman Cokelat di Kabupaten Dairi………...…... 44
4.8. Hasil Uji Jarque-Bera... 55
4.9. Hasil Uji Multikolinieritas………... 56
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Kurva Hukum Kenaikan Hasil Yang Semakin Berkurang.. 18
2.2 Kerangka Pemikiran Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Tabulasi Data Penelitian ………... 62
2. Hasil Estimasi Produksi Tanaman Cokelat ……….. 65
3. Uji Normalitas (Jarque Bera/JB) ……….. 66
4. Uji White Heteroskedastisitas ... 67
5. Uji Multikolinieritas Luas Lahan ………. 68
6. Uji Multikolinieritas waktu kerja ………. 69
7. Uji Multikolinieritas Penggunaan pupuk ………. 70
8. Uji Multikolinieritas Penggunaan Pestisida ………. 71
9. Uji Multikolinieritas Umur Tanaman Cokelat ………. 72
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis
yang sangat tinggi. Apabila dikelola secara baik dapat dimanfaatkan sebagai pemasok
devisa negara. Telah banyak upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi
subsektor perkebunan misalnya dengan cara intensifikasi, ektensifikasi, diversivikasi,
dan rehabilitasi. Salah satu tenaman perkebunan yang diharapkan memberikan
sumbangan devisa negara sebagai komoditi ekspor adalah komoditi cokelat.
Pemuliaan cokelat yang pertama di Indonesia mulai tahun 1921 oleh Van Hall.
Komoditi cokelat diharapkan menduduki tempat yang sejajar dengan komoditi
perkebunan lainnya, seperti kelapa sawit dan karet. (Siregar et al., 2005).
Cokelat merupakan salah satu komoditas yang sangat penting, baik sebagai
sumber penghidupan bagi jutaan petani produsen maupun sebagai salah satu bahan
penyedap yang sangat di perlukan untuk produksi makanan,seperti kue - kue dan
berbagai jenis minuman. Cokelat juga sebagai sumber lemak nabati yang memiliki
keistimewaan yaitu dapat meleleh/mencair pada suhu dimulut. Di Indonesia pada
tahun 1990 telah ditemukan nilai tambah dari produk buah cokelat, limbah kulit buah
cokelat berhasil di proses menjadi bahan pakan ternak, dengan cara limbah kulit buah
cokelat tersebut difermentasikan terlebih dahulu untuk menurunkan kadar lignin yang
12%-15%. Hal ini diungkapkan oleh Darwis. Pemberian kulit buah cokelat yang telah
diproses itu pada ternak sapi dapat meningkatkan berat badan sapi.Walaupun cokelat
merupakan komoditas yang penting dalam dunia perdagangan internasional, pihak
produsen coklat dihadapkan berbagai masalah yang besar terhadap keberlangsungan
usaha dan kehidupan para petani coklat. Harga coklat di pasar internasional sering
mengalami fluktuasi.(Hatta, 2005).
Produksi cokelat di Indonesia dihasilkan dari perkebunan Negara, Perkebunan
Swasta dan Perkebunan Rakyat. Lokasi perkebunan coklat skala besar yang
diusahakan perusahaan perkebunan terletak di daerah Sumatera Utara dan Jawa
Tenga dan Jawa Timur.Sedangkan Perkebunan Rakyat terletak terutama di Maluku,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya.Sejalan
dengan itu pengembangan pertanaman coklat di Indonesia khususnya dipulau Jawa
berjalan dengan pesat. Perkembangannya juga didorong oleh meluasnya penyakit
karat daun pada tanaman kopi oleh Hemeleia vastatrix, sehingga menyebabkan
musnanya areal pertanaman kopi di Jawa.(Siregar et al, 2005).
Pemerintah Indonesia berusaha mempercepat pengembangan cokelat dengan
memperluas areal pertanaman.Usaha tanaman cokelat mempunyai arti penting dalam
aspek sosial ekonomi.Sebab selain merupakan sumber devisa negara ,juga merupakan
tempat tersedianya lapangan kerja bagi penduduk dan sumber penghasilan bagi para
petani cokelat,terutama di daerah-daerah sentra produksi (Hatta., 2005).
Pada umumnya daerah Kabupaten Dairi adalah potensi pertanian yang cukup
terutama adalah pertanian padi, palawija dan tanaman tahunan/bahan perdagangan
ekspor antara lain :
a. Tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela rambat, ketela pohon,
kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau.
b. Tanaman sayur-sayuran seperti cabe, kentang, tomat, buncis, terung, bayam
dan sayur-sayuran lainnya sangat baik di Kabupaten Dairi. Sedangkan
tanaman bawang merah dan bawang putih di Kecamatan Silahisabungan yakni
di Desa Silalahi II dan Desa Paropo yang terletak di pinggiran Danau Toba.
c. Tanaman perdagangan bahan ekspor seperti kopi, kelapa, coklat, kemenyan,
cengkeh, tembakau, jahe, dan kemiri serta kulit manis dan nilam. Tanaman
tahunan sangat baik diusahakan serta mempunyai hasil yang cukup besar
jumlahnya sehingga dapat mempengaruhi perekonomian masyarakat
Kabupaten Dairi.
d. Sebagai mata pencaharian tambahan juga diperoleh dari hasil hutan seperti
kayu pertukangan, damar, rotan.
Namun sebagian kecil penduduk juga memelihara ternak unggas, perikanan
darat dengan tata cara pemeliharaan secara tradisional sehingga hanya merupakan
penghasilan tambahan, dimana jumlahnya belum memenuhi standar nasional.
Di Kabupaten Dairi Perkembangan luas lahan pertanaman cokelat tiap tahun
mengalami peningkatan. Potensi yang ada di Kabupaten Dairi seharusnya
dikembangkan sehingga mampu meningkatkan produksi,dimana perkembangan luas
masing-masing hanya sebesar 102 Ha,152 Ha, 349 Ha dan 398,8 Ha (Dairi Dalam Angka
2008). Ini menggambarkan adanya keinginan masyarakat Dairi untuk
mengembangkan perkebunan rakyat melalui pertanaman cokelat. Komoditi cokelat di
Kabupaten Dairi, adalah merupakan salah satu unggulan subsektor perkebunan.
Komoditi cokelat ini memegang peranan dalam memberikan sumbangan atau
kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Meskipun secara
umum terus terjadi fluktasi jumlah produksi tetapi perkebunan cokelat ini masih
menjadi subsektor unggulan yang diharapkan dapat mendukung pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Dairi di masa yang akan datang.
Kabupaten Dairi terletak di wilayah pantai barat Sumatera Utara yaitu pada
98º00´ - 98º38´ Bujur Timur (BT) dan 2º15´-3º10´ Lintang Utara (LU) dengan
ketinggian rata-rata 700 s/d 1.250 m di atas permukaan laut dengan iklim hujan tropis
dan mempunyai luas daerah 191.625 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 268.780
jiwa (BPS Kabupaten Dairi, Dairi dalam Angka, 2008).
Wilayah Kabupaten Dairi sebagian besar merupakan dataran tinggi yang dirinci
sebagai berikut.
Ketinggian sampai 500 meter : 53.978,40 Ha = 28%
Ketinggian antara 500-1.000 meter : 88.678,80 Ha = 46%
Ketinggian > 1.000 meter : 48.967,80 Ha = 26
Keadaan lereng atau kemiringan tanah dapat dirinci sebagai berikut.
Datar (00 – 80) : 2.581 Ha = 1,34%
Bergelombang (150-250) : 26.724 Ha = 13,86%
Curam (250-400) : 27.824 Ha = 14,43%
Terjal ke atas (>400) : 111.480 Ha = 58,18%
Iklim tropis pada daerah ketinggian kurang dari 500 meter dpl, iklim subtropis
pada daerah dengan ketinggian 500-1000 meter dpl dan iklim dingin pada daerah
ketinggian di atas 1000 meter dpl.
Secara administrasi pemerintahan, Kabupaten Dairi terdiri dari lima belas (15)
kecamatan (8 kelurahan dan 148 desa), yaitu Kecamatan Sidikalang, Sitinjo,
Berampu, Parbuluan, Sumbul, Silahisabungan, Silima Pungga-pungga, Lae Parira,
Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Tigalingga, Gunung
Sitember, Pegagan Hilir, dan Kecamatan Tanah Pinem. Potensi yang ada di
Kabupaten Dairi adalah pengembangan usaha pertanian dalam arti luas.
Adapun sumber daya alam terdiri dari lahan pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan, perikanan dengan kondisi kesuburan tanah yang berbeda
tetapi pada umumnya adalah Podsolik dan Podsolik Merah Kuning. Berdasarkan
kondisi sumber daya alam wilayah Kabupaten Dairi sangat cocok untuk usaha-usaha
pertanian perkebunan seperti cokelat,kopi, gambir, nilam, kemenyan dan jenis
komoditi perkebunan lainnya. Di samping usaha-usaha pertanian juga terdapat tenaga
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pariwisata yang kini mulai dioptimalkan.
Berdasarkan keadaan alam dan topografi tersebut menggambarkan bahwa
tanaman cokelat merupakan tanaman perkebunan rakyat yang prospektif juga selain
juga tumbuh hampir di semua wilayah Kabupaten Dairi, dan untuk komoditi cokelat
di Kabupaten Dairi sebagian besar diusahakan oleh petani dalam bentuk perkebunan
rakyat dengan teknologi budidaya terbatas.
Untuk Mengetahui Jumlah Petani, Luas Lahan, Produksi coklat menurut
Kecamatan di Kabupaten Dairi Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.1. Luas Lahan, Produksi dan Jumlah Petani Cokelat menurut Kecamatan di Kabupaten Dairi
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Dairi Tahun 2008
Berdasarkan Tabel 1.1 di atas diketahui bahwa luas lahan tersebar hampir di
Berdasarkan gambaran tersebut dapat diketahui bahwa perlu adanya pengembangan
usaha tani coklat agar hasil produksi juga maksimal.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba untuk mengangkat judul
tesis ini “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Cokelat di Kabupaten
Dairi“.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas, permasalahan yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh luas lahan terhadap produksi cokelat di Kabupaten
Dairi.
2. Bagaimana pengaruh jumlah waktu kerja terhadap produksi cokelat di
Kabupaten Dairi
3. Bagaimana pengaruh jumlah pemakaian pupuk terhadap produksi cokelat
di Kabupaten Dairi.
4. Bagaimana pengaruh jumlah pemakaian pestisida terhadap produksi
cokelat di Kabupaten Dairi.
5. Bagaimana pengaruh umur tanaman terhadap produksi cokelat di
Kabupaten Dairi.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh luas lahan terhadap produksi cokelat di Kabupaten
Dairi.
2. Menganalisis pengaruh jumlah waktu kerja terhadap produksi cokelat di
Kabupaten Dairi
3. Menganalisis pengaruh jumlah pemaakian pupuk terhadap produksi
cokelat di Kabupaten Dairi.
4. Menganalisis pengaruh jumlah pemakaian pestisida terhadap produksi
cokelat di Kabupaten Dairi.
5. Menganalisis pengaruh umur tanaman terhadap produksi cokelat di
Kabupaten Dairi.
1.4 Manfaat penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah, dalam merumuskan
perencanaan pembangunan daerah khususnya yang berkaitan dengan
pengembangan perkebunan cokelat di Kabupaten Dairi.
2. Bagi penulis dalam memperluas pengetahuan dan wawasan tentang
pengembangan perkebunan cokelat di Kabupaten Dairi.
3. Sebagai bahan acuan untuk peneliti selanjutnya terutama yang berminat
untuk meneliti mengenai sektor tanaman perkebunan umumnya dan cokelat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Produksi
Dalam proses produksi pertanian, seorang petani modern menggunakan faktor
produksi (input) seperti tanah, tenaga kerja, mesin dan pupuk. Input tersebut
dipergunakan selama musim tanam, dan pada musim panen petani tersebut
mengambil hasil (output) tanamnya. Petani selalu berusaha keras untuk melakukan
produksi secara efisien atau dengan biaya yang paling rendah, dengan demikian
petani selalu berusaha untuk memproduksi tingkat output maksimum dengan
menggunakan suatu dosis input tertentu, dan menghindarkan pemborosan sekecil
mungkin, selanjutnya petani tersebut dianggap berusaha memaksimumkan laba
ekonomis.
Miler dan Miner (1999) menyatakan produksi merupakan konsep arus.Apa
yang dimaksud konsep arus (flow concept) disini adalah produksi merupakan
kegiatan yang diukur sebagai tingkat-tingkat output per unit periode/waktu.
Sedangkan outputnyan sendiri senantiasa diasumsikan konstan kualitasnya. Jadi bila
kita berbicara mengenai peningkatan produksi, itu berarti peningkatan output dengan
mengasumsikan faktor – faktor yang lain yang sekiranya berpengaruh tidak berubah
sama sekali (konstan).
Konsep produksi analisis produksi berfokus pada penggunaan masukan input
dengan sasaran menetapkan cara yang optimal menggabungkan input untuk
meminimumkan biaya. Untuk menjelaskan konsep produksi, perlu dikaji lebih jauh
tentang konsep hubungan antara input dan output yang disebut dengan fungsi
produksi (production function)
Joesron dan Fathorrozi (2003) menyatakan produksi merupakan hasil akhir
dalam proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau
input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah
mekombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.
Ahyari (2004) menyatakan Produksi diartikan sebagai kegiatan yang dapat
menimbulkan tambahan manfaat dan penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat
tersebut dapat terdiri dari beberapa macam,misalnya faedah bentuk, faedah waktu,
faedah tempat, serta kombinasi dari faedah-faedah tersebut di atas.Apabila terdapat
suatu kegiatan yang dapat menimbulkan manfaat baru atau mengadakan penambahan
dari manfaat yang sudah ada maka kegiatan tersebut disebut sebagai kegiatan
produksi.
Pindyck dan Rubinfield (2001) menyatakan bahwa hubungan input dan output
untuk setiap sistem produksi adalah fungsi dari karakteristik teknologi. Selagi
teknologi dapat ditingkatkan dan fungsi produksi berubah, sebuah perusahaan dapat
memperoleh lebih banyak output untuk serangkaian input tertentu.Produktivitas
faktor adalah kunci untuk mendapatkan kombinasi atau proporsi input yang optimal
law of variable proportion faktor memberikan dasar untuk penggunaan sumber daya
yang efesien dalam sebuah sistem produksi.
2.2 Fungsi produksi
Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output, sehingga nilai
barang tersebut bertambah. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang
menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan input-input
(Boediono, 2002).
Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan
hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan input-input.Setiap produsen
dalam teori dianggap mempunyai suatu fungsi produksi, yaitu :
Q = f (X1,X2,X3…Xn)
Q = Tingkat produksi (output)
X1,X2,X3,..Xn = Berbagai input yang digunakan
Fungsi produksi menggambarkan kombinasi penggunaan input yang dipakai
oleh suatu perusahaan. Pada keadaan teknologi tertentu, hubungan antara input dan
output tercermin pada fungsi produksinya.Suatu fungsi produksi menggambarkan
kombinasi input yang dipakai dalam proses produksi, yang menghasilkan output
tertentu dalam jumlah yang sama dapat digambarkan dengan kurva isoquant, yaitu
kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi faktor produksi yang sama (Joesran
Tujuan setiap perusahaan (termasuk petani yang menggarap lahan dengan
tenaganya sendiri) adalah mengubah input menjadi output sehingga tercipta
produktivitas. Untuk mendapatkan outputnya, perusahaan harus menggunakan
berbagai jenis input yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam dan sebagainya.
Karena input-input ini langka, sehingga mereka harus menggunakan ukuran biaya
yang diasosiasikan dengan penggunaan input, seperti petani mengkombinasikan
tenaga mereka dengan bibit, tanah, hujan, pupuk dan peralatan mesin untuk
memperoleh hasil panen (Nicholson, 2002).
Boediono (1999) menyatakan bahwa meningkatkan output sebagai
konsekuensi pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan meningkatkan
ketrampilan pekerja, penerapan sistem pembagian kerja yang tepat berdasarkan
ketrampilan pekerja dan penggunaan mesin-mesin yang dapat memudahkan dan
mempercepat serta meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Lebih lanjut Boediono (1999) menggambarkan bahwa bentuk umum fungsi
produksi yang bisa menampung berbagai kemungkinan substitusi antara kapital (K),
tenaga kerja (L), Sumber daya (R) dan teknologi (T) adalah sebagai berikut :
Q = f (K, L, R, T)
Keterangan :
Q = Output atau keluaran
K = Stok Kapital atau modal
L = Labor atau tenaga Kerja
T = Tingkat teknologi yang digunakan
Persamaan di atas menunjukkan bahwa stok kapital, tenaga kerja, penggunaan
pupuk dan teknologi dapat meningkatkan output. Apabila output meningkat pada
periode itu, maka sebagian kenaikan output akan diinvestasikan sehingga stok kapital
akan bertambah besar sebesar output yang diinvestasikan. Proses pertumbuhan output
ini akan terus berulang pada periode berikutnya, sampai pada batas penggunaan
sumber daya alam dan sumber daya tenaga kerja mencapai tingkat yang optimal.
Dari persamaan tersebut berarti bahwa besar kecilnya tingkat produksi suatu
barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam
dan tingkat produksi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda – beda tentunya
memerlukan faktor produksi yang berbeda pula. Tetapi ada juga bahwa jumlah
produksi yang tidak sama akan dihasilkan oleh faktor produksi yang dianggap tetap,
biasanya adalah faktor produksi seperti modal, mesin, peralatannya serta bangunan
perusahaan. Sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan adalah tenaga
kerja. Berkaitan dengan periode produksi, situasi produksi dimana perusahaan tidak
dapat mengubah outputnya disebut jangka waktu yang sangat pendek sedangkan
situasi produksi dimana output dapat dirubah namun demikian ada sebagian faktor
produksi yang bersifat tetap atau input tetap dan sebagian lagi faktor produksinya
dapat dirubah atau input variabel disebut produksi jangka pendek dan produksi
jangka panjang yaitu suatu produksi tidak hanya output dapat berubah tetapi mungkin
semua input dapat diubah dan hanya teknologi dasar produksi yang tidak mengalami
Fungsi produksi menurut Soekartawi (2003) adalah hubungan fisik antara
variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang
dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa
input. Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak
diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut
disebabkan karena beberapa hal, antara lain:
1. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara faktor
produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut
dapat lebih mudah dimengerti,
2. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara
variabel yang dijelaskan (dependent variable) Y, dan variabel yang menjelaskan
(independent variable) X, serta sekaligus mengetahui hubungan antarvariabel
penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, ..., X3, ...Xn)
Dengan fungsi produksi seperti tersebut di atas, maka hubungan Y dan X dapat
diketahui dan sekaligus hubungan X1...Xn dan X lainnya juga dapat diketahui.
Menurut Pappas (2003) fungsi produksi adalah suatu pernyataan deskriptif
yang mengkaitkan masukan dengan keluaran. Fungsi produksi menyatakan jumlah
maksimum yang dapat di produksi dengan sejumlah masukan tertentu atau alternatif
lain, jumlah maksimum masukan yang diperlukan untuk memproduksi satu tingkat
masukan/keluaran untuk setiap produksi adalah karakteristik teknologi, peralatatan,
tenaga kerja, bahan dan sebagainya yang dipergunakan perusahaan.
Selanjutnya, Widayat (2001) menjelaskan bahwa proses produksi pada
umumnya membutuhkan berbagai macam faktor produksi, misalnya tenaga kerja,
modal dan berbagai bahan mentah. Pada setiap proses produksi, faktor-faktor
produksi tersebut digunakan dalam kombinasi tertentu. Misalnya dari faktor-faktor
produksi yang digunakan itu input X1, penggunaan terus ditambah sedangkan input
yang lain tetap, maka fungsi produksi dianggap tunduk pada hukum yang disebut The
Law of Diminishing Returns. Hukum ini mengatakan bahwa “Bila satu macam input
penggunaannya terus ditambah sedang input-input yang lain penggunaannya tidak
berubah, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input
yang ditambahkan tadi mula-mula menaik akan tetapi kemudian menurun bila input
tersebut ditambah.Untuk selanjutnya, input yang berubah itu dinamakan input
variabel. Tambahan output yang diperoleh karena adanya tambahan satu unit input
tersebut dinamakan Marginal Physical Product (MPP).
Kalau hubungan antara output dan input variabel digambarkan dalam suatu
grafik maka akan didapat suatu kurva yang dinamakan kurva Total Physical Product
(TPP). Kurva Total Physical Product (TPP) ini didefinisikan sebagai kurva yang
menunjukkan tingkat produksi total (Q) pada berbagai tingkat penggunaan input
variabel dan input lainnya dianggap tetap, sehingga:
Kurva lain yang dapat diturunkan dari kurva Total Physical Product (TPP)
adalah kurva Marginal Physical Product (MPP) dan kurva Average Physical Product
(APP). Kurva Marginal Physical Product (MPP) adalah kurva yang menunjukkan
tambahan Total Physical Product (TPP) karena adanya tambahan penggunaan satu
input variabel. Secara matematis dapat ditulis:
MPP = ∂TPP = ∂Q = ∂f(X)
∂X ∂X ∂X
Kurva Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hasil
rata-rata per unit input variabel pada berbagai tingkat penggunaan input tersebut,
dan ditulis secara matematis:
APP = TPP = Q = f(X)
X X X
Hubungan antara Marginal Physical Product (MPP) dan Average Physical
Product (APP) di atas selanjutnya dapat menjelaskan tentang elastisitas produksi.
Dengan elastisitas produksi yang berbeda-beda, maka dapat diketahui apakah
pertanian tersebut dalam keadaan increasing atau decreasing. Apabila nilai elastisitas
produksi lebih besar dari satu, bila produksi total menaik maka pertanian ada pada
daerah increasing, dan sebaliknya bila nilai elastisitas produksi lebih besar dari nol
tetapi lebih kecil dari satu, maka pertanian tersebut ada pada daerah decreasing.
Elastisitas produksi (Ep) adalah persentase perubahan dari output sebagai akibat dari
persentase perubahan dari input. Ep ini dapat dituliskan melalui rumus sebagai
Ep = ∆Y ∆X
Y X
Ep = ∆ Y . X
∆ X Y
Di mana : Y adalah hasil produksi (output)
X adalah faktor produksi (input) maka,
MPP = YÚ X
APP = YÚX
Ep = MPPÚAPP
Akan tetapi karena besarnya koefisien elastisitas produksi dapat diketahui dari
hasil fungsi produksi Cobb Douglas (hasil analisis OLS) dan besarnya Average
Physical Product (APP) dapat dihitung berdasarkan data yang tersedia, maka
Marginal Physical Product (MPP) juga dapat dihitung dengan menggunakan
koefisien elastisitas produksi sebagai berikut :
MPPxi = Ep (YÚXi)
= ai (YÚXi)
= ai . APP
2.3 Hukum Kenaikan Hasil yang Semakin Berkurang
Hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang menerangkan arah umum dan
berubah – ubah jumlahnya. Hukum ini menerangkan jika salah satu input ditambah
secara terus – menerus maka produksi total akan semakin meningkat sampai pada
suatu tingkat tertentu ( titik maksimum ) dan apabila sudah pada tingkat maksimum
tersebut faktor produksinya terus ditambah maka produksi total akan semakin
menurun.
Keterangan :
TP = Total produksi Titik A = MP maksimum
L = Tenaga kerja Titik B = AP maksimum
MPl = Marginal produk tenaga kerja L Titik C = MP = 0
APl = Produksi rata-rata tenaga kerja L
Produksi Total (total product) banyaknya produksi yang dihasilkan dari
penggunaan total faktor produksi. Produksi Marginal (marginal product) adalah
tambahan produksi karena penambahan penggunaan satu unit faktor produksi.
Produksi rata-rata (average product) adalah rata-rata output yang dihasilkan perunit
faktor produksi.
Dimana :
Total Produksi (TP) : f(K,L)
Secara matematis TP akan maksimum apabila turunan pertama dari fungsi
nilainya sama dengan nol. Turunan pertama TP adalah MP, maka TP maksimum pada
saaat MP sama dengan nol.
Produksi marjinal (MP) = ∂ TP
∂ L
Perusahaan dapat terus menambah tenaga kerja selama MP > 0. Jika MP
sudah < 0 penambahan tenaga kerja justru mengurangi produksi total. Penurunan nilai
MP merupakan indikasi telah terjadinya hukum Pertambahan Hasil Yang Semakin
Produksi Rata-rata (AP) = TP
L
AP akan maksimum bila turunan pertama fungsi AP adalah 0 (AP = 0).
Dengan penjelasan matematis, AP maksimum tercapai pada saat AP = MP, dan MP
akan memotong AP pada saat Nilai AP maksimum.
Gambar 2.1 menunjukkan tiga tahap Produksi (the htree stages of production)
yaitu sebagai berikut :
1. Tahap I, penmbahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi total maupun
produksi rata-rata. Karena itu hasil yang diperoleh dari tenaga kerja masih jauh
lebih besar dari tambahan upah yang harus dibayarkan. Perusahaan rugi jika
berhenti produksi pada tahap ini. Elastisitas produksi lebih besar dari satu dicapai
pada waktu kurva produksi marjinal berada diatas kurva produksi rata-rata. Ini
merupakan skala usaha yang menunjukkan kenaikan hasil yang bertambah. Setiap
penambahan 1% input (tetap dan variabel) dalam perbandingan tetap akan
menyebabkan kenaikan output yang lebih besar dari 1%. Oleh karena itu pada
daerah increasing return to scale, keuntungan perusahaan akan selalu bisa
ditingkatkan dengan cara menambah input dalam proporsi yang tetap.
Jadi bila pengusaha bertujuan mendapatkan keuntungan yang maksimum,
pengusaha tersebut harus membayar usahanya dengan cara menambah input yang
digunakannya. Bila tidak pengusaha tersebut dikatakan sebagai pengusaha yang
tidak rasional, dengan demikian daerah increasing return to scale disebut dengan
2. Tahap II, berlakunya the Law of Diminishing Return (LDR), produksi marjinal
maupun produksi rata-rata mengalami penurunan. Namun demikian keduanya
masih positif. Penambahan tenaga kerja akan akan tetap menambah produksi
sampai mencapai nilai maksimum. Elastisitas produksi yang berada diantara non
dan satu merupakan skala usaha yang berada diantara AP maksimum dan MP
sama dengan nol. Di daerah ini kenaikan 1% input tetap dan input variabel dalam
proporsi yang tetap akan menghasilkan kenaikan output diantara 0% sampai 1%.
Bila kita perhitungkan penerimaan dan biaya produksi, di daerah decreasing
return scale pengusaha bisa untung dan bisa rugi. Jadi pengusaha harus memilih
skala usaha setepat-tepatnya untuk mencapai keuntugan maksimum. Oleh karena
itu pengusaha yang berusaha di daerah ini haruslah pengusaha-pengusaha rasional.
3. Tahap III, pengusaha tidak mungkin melanjutkan produksi, karena penambahan
tenaga kerja justru menurunkan produksi total. Perusahaan mengalami kerugian,
dengan demikian perusahaan sebaiknya berproduksi pada tahap II,secara
matematis perusahaan kan berhenti menambah tenaga kerja pada saat tambahan
biaya (maginal cost) yang harus dibayar adalah sama dengan tambahan
pendapatan (marginal revenue) yang diterima. Elastisitas produksi lebih kecil dari
nol dicapai pada waktu produk marjinalnya negatif. Didaerah ini kenaikan 1%
input dan variabel dalam proporsi yang tetap akan menghasilkan kenaikan output
yang negatif. Dengan demikian, pengusaha yang berusaha pada skala usaha ini
merupakan pengusaha yang irrasioanl, karena selalu menderita kerugian.
2.4 Faktor Produksi dan Pendapatan
2.4.1 Faktor Produksi
Faktor produksi disebut juga korbanan produksi, karena faktor produksi
tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi. Macam faktor produksi atau
input ini berikut jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen. Oleh
karena itu, untuk menghasilkan suatu produk, maka diperlukan pengetahuan
hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output). (Soekartawi, 2003).
Setiap usaha yang dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh karena
itu dalam analisa ketenaga kerjaan dibidang bisnis/perusahaan penggunan tenaga
kerja dinyatakan oleh besrnya curahan tenaga kerja, Skala usaha akan
memepengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan membutuhkan
tenga kerja yang mempunyai keahlian. Biasanya perusahan kecil akan membutuhkan
tenaga kerja yang sedikit, dan sebaliknya perusahaan skala besar lebih banyak
membutuhkan tenaga kerja dan mempunyai keahlian. Dalam perusahaan, hal ini
sangat penting untuk melihat sebaran pengguna tenaga kerja selama proses produlsi
sehingga dengan demikian kelebihan tenaga kerja pada kegiatan tetentu dapat
dihindarkan (Soekartawi, 2002).
Faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan
faktor produksi variabel (variable input). Faktor produksi tetap adalah faktor
produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada
tidaknya kegiatan produksi, faktor produksi harus tetap tersedia. Mesin-mesin pabrik
perlu ditambah. Tapi jika tingkat produksi menurun bahkan sampai nol unit (tidak
berproduksi), jumlah mesin tidak bisa dikurangi. Jumlah penggunaan faktor produksi
variabel tergantung pada tingkat produksinya. Makin besar tingkat produksi, makin
banyak faktor produksi variabel yang digunakan. Begitu juga sebaliknya. Sebagai
contoh, buruh harian lepas dipabrik rokok. Jika perusahaan ingin meningkatkan
produksi, maka jumlah buruh ditambah. Sebaliknya jika ingin mengurangi produksi,
buruh dapat dikurangi. ( Prathama et al, 2002).
Cepat atau tidaknya inovasi mengadopsi inovasi oleh petani sangat tergantung
dari faktor extern dan intern. Faktor intern itu sendiri terdiri dari faktor sosial dan
ekonomi. Faktor sosial itu diantaranya : umur, tingkat pendidikan, pengalaman
bertani dan kepemilikan lahan.Sedangkan faktor ekonomi diantaranya adalah jumlah
tanggungan keluarga, luas lahan dan ada tidaknya usaha tani lain yang dimiliki
petani. (Soekartawi, 2002).
Kekurangan atau kelebihan unsur khusus dalam tanah akan mengganggu
keseimbangan unsur unsur hara dan bisa mengakibatkan penyakit pada tanaman.
Penyebab ketidakseimbangan semacam itu harus dianalisis, mungkin karena
keracunan Fe atau Al ( dalam pH-nya rendah), pemakian pupuk anorganik jangka
panjang yang menyebabkan kerusakan pada tanah secara alami, maka penting untuk
memeperbaiki unsur hara tertentu dengan pemanfaatan pupuk organik yang seimbang
dapat memeperbaiki keseimbangan tanah, pH dan ketersedian unsur hara.
Penambahan unsur hara dalam tanah dapat menghasilkan peningkatan produksi
2.4.2 Pendapatan
Bagi rumah tangga pedesaan hanya menguasai faktor produksi tenaga kerja,
pendapatan mereka ditentukan oleh besarnya kesempatan kerja yang dapat
dimanfaatkan dan tingkat upah yang diterima. Kedua faktor ini merupakan fenomena
dari pasar tenaga kerja pedesaan. Kesempatan kerja pedesaan ditentukan oleh pola
produksi pertanian, produksi pertanian, produk barang dan jasa non pertanian di
pedesaan. Pertumbuhan angkatan kerja dan mobilitas tenaga kerja pedesaan. Di
sektor pertanian, besarnya kesempatan kerja di pengaruhi oleh luas lahan pertanian,
produktivitas lahan, intensitas dan pola tanam, serta teknologi yang di terapkan. Di
sektor non pertanian kesempatan kerja ditentukan oleh volume produksi, teknologi
dan tingkat harga komoditi (Kasryno, 2000).
Sukirno (2006) menyatakan pendapatan adalah jumlah penghasilan yang
diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode, baik harian,
mingguan, bulanan ataupun tahunan.Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain :
1. Pendapatan pribadi yaitu semua jenis pendapata yang diperoleh tanpa memberikan
suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara.
2. Pendapatan dipossibel yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus
dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap
dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.
3. Pendapatan nasional yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang
Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya
(TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan usaha tani (TR) adalah perkalian antara
produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya usaha tani biasanya
diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap
(variabel cost). Biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun
produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang
besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya tenaga
kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC),
maka (TC) = FC + VC. ( Soekartawi., 2002).
2.5 Penelitian Terdahulu
Situmorang (2006) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa adanya
hubungan yang positif peningkatan luas lahan dan tenaga kerja terhadap produksi
kemenyan di Kabupaten Humbang Hasundutan,kondisinya constant to scale
Tetty (2006) melakukan penelitian tentang efisiensi faktor-faktor produksi
dalam usaha tani bawang merah.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi lahan, bibit, pupuk buatan, pestisida dan
tenaga kerja pada usahatani bawang merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
penggunaan faktor produksi lahan, pestisida dan pupuk buatan masih belum efisien,
dan penggunaannya perlu ditambah untuk memperoleh tingkat efisiensi yang lebih
tinggi, (2) faktor produksi bibit dan tenaga kerja penggunaannya telah melampaui
lebih tinggi, dan (3) Pergerakan usahatani di daerah penelitian berada pada skala
usahatani menguntungkan dengan jumlah koefisien regresi sebesar 1,093.
Dewi et al (2004) melakukan penelitian tentang pengaruh faktor produksi
pada usaha tani lada di Sulawesi Tenggara. Untuk membedakan teknologi produksi
digunakan dummy variable pada analisa gabungan teknologi, selanjutnya semua
teknologi dianalisa secara terpisah. Hasil analisis regresi fungsi produksi
memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara teknologi lada secara
monokultur dengan teknologi lada yang diintegrasikan dengan ternak kambing pada
tahun pertama percobaan. Upaya untuk meningkatkan produksi pada teknologi
integrasi adalah dengan memperluas areal pertanaman, sedangkan pada teknologi
petani dengan menggunakan atau menambah pupuk kandang. Di samping itu
penambahan tenaga kerja masih perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas.
Kebede (2005) melakukan penelitian tentang usaha tani padi sawah di Nepal.
Memberikan penjelasan bahwa variabel tenaga kerja, luas lahan dan benih
berpengaruh secara nyata dan signifikan terhadap produksi padi sawah, sedangkan
variabel lainnya yaitu tenaga ternak dan pupuk tidak berpengaruh secara nyata dan
signifikan terhadap produksi padi sawah tersebut pada taraf kepercayaan 5 persen.
Nurhayatin (2004) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi nilam di kecamatan Padang Jaya. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penggunaan pupuk Urea, TSP dan pestisida Decis serta tenaga
kerja berpengaruh nyata terhadap produksi daun nilam kering sedangkan luas lahan,
produksi nilan kering. Pada industri penyulingan minyak nilam diketahui bahwa
jumlah bahan baku, jumlah bahan bakar, jumlah tenaga kerja, dan lama penyulingan
berpengaruh nyata terhadap hasil minyak nilam, sedangkan pengalaman menyuling
berpengaruh tidak nyata
2.6 Kerangka Pemikiran
Dalam kerangka pemikiran pemikiran perlu dijelaskan secara teoritis
hubungan antara variabel dependent dengan variabel independen.
JUMLAH WAKTU KERJA
JUMLAH PESTISIDA JUMLAH PUPUK
UMUR TANAMAN LUAS LAHAN
PRODUKSI COKELAT
2.7 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian empiris sebelumnya, maka
hipotesis yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut.
1. Luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi cokelat di Kabupaten
Dairi, ceteris paribus
2. Jumlah waktu kerja berpengaruh positif terhadap produksi cokelat di
Kabupaten Dairi, ceteris paribus
3. Jumlah pemakaian pupuk berpengaruh positif terhadap produksi cokelat
di Kabupaten Dairi, ceteris paribus
4. Jumlah pemakaian pestisida berpengaruh positif terhadap produksi
cokelat di Kabupaten Dairi, ceteris paribus
5. Umur tanaman berpengaruh positif terhadap produksi cokelat di Kabupaten
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada faktor – faktor yang
mempengaruhi produksi cokelat di Kabupaten Dairi. Penelitian ini difokuskan pada
sisi produksi, yaitu Luas lahan, jumlah waktu kerja, jumlah penggunaan pupuk,
jumlah penggunaan pestisida dan umur tanaman cokelat. Penelitian ini dilaksanakan
dengan memusatkan perhatian pada seluruh usaha tani cokelat yang ada di Kabupaten
Dairi.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh usaha tani cokelat yang terdapat
di Kabupaten Dairi. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
secara acak sederhana (Simple Randon Sampling).
Menurut Gay dalam Kuncoro (2003) jumlah sampel yang diambil untuk
penelitian adalah minimal 10 %, dengan demikian akan ditetapkan total sampel yang
dinilai cukup representatif sebesar 10 % dari total populasi petani cokelat yang
terdapat pada masing-masing kecamatan sampel. Secara rinci ukuran sampel
(sample size) yang diambil dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1. dibawah
Tabel 3.1. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Dairi Tahun 2008
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data penelitian adalah data primer yang diperoleh dari petani melalui
wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder yang berhubungan dengan tanaman cokelat
diperoleh dari Dinas Perkebunan dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari dua variabel,
yaitu:
1. variabel bebas atau variabel independent, terdiri dari lima variabel,
yaitu : luas lahan, jumlah waktu kerja, jumlah pupuk, jumlah pestisida dan umur
2. variabel terikat atau variabel dependent adalah produksi cokelat.
3.5 Model dan Metoda Analisis
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cokelat di
Kabupaten Dairi digunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Adapun alat bantu yang
digunakan untuk mengolah data tersebut adalah Program Eviews 4.1
Analisis regresi digunakan untuk memprediksi hubungan sebab akibat antara
variabel independen dengan variabel dependen. Dalam analisis regresi tersebut, selain
mengukur kekuatan hubungan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen (Kuncoro, 2001).
Selain itu, alasan dipakainya analisis regresi adalah bahwa antara satu petani
dengan petani lainnya dalam mengelola usahatani cokelat berbeda-beda dalam jumlah
penggunaan input baik dalam luas lahan, jumlah bibit/tanaman, pupuk (organik /
anorganik), pestisida dan waktu kerja, tenaga kerja maupun umur tanaman cokelat
petani. Selanjutnya dengan analisis regresi dapat digunakan untuk membentuk suatu
model fungsi produksi. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
produksi cokelat, digunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode
OLS (Ordinary Least Square). Model dasar teori produksi Cobb-Douglass, yaitu
persamaan:
Dengan memecah variabel K dan L dalam bentuk yang lebih spesifik, yaitu
variabel-variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini, maka fungsi
produksi menjadi:
Y= f (X1,X2,X3,X4,X5)………..3.2
Dengan memasukkan seluruh variabel independent penelitian ini maka dalam
fungsi Cobb-Douglas menurut Gujarati (2003) menjelaskan bahwa fungsi produksi
Cobb-Douglas diformulasikan sebagai berikut :
Y = A X1 1 X2 2 X3 3 X4 4 X5 5 ………3.3
Selanjutnya untuk mendapatkan model penelitian ini dilakukan log terhadap
variabel yang digunakan. Untuk menguji pengaruh antara veriabel
independent terhadap produksi cokelat. Adapun spesifikasi model penelitian ini
sebagai berikut:
LogY= A+ 1logX1+ 2 logX2+ 3log X3+ 4 logX4+ 5 logX5 + µ………3.4
Keterangan :
Y = Produksi cokelat (kg/ha/tahun )
X1 = Luas lahan (ha)
X2 = Waktu kerja (jam/tahun)
X3 = Penggunaan pupuk (kg/ha/tahun)
X4 = Penggunaan pestisida (liter/ha/tahun)
X5 = Umur tanaman cokelat (tahun)
A = Konstanta
µ = Kesalahan Pengganggu
Dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), dari analisis
regresi linier akan diperoleh koefisien regresi pada masing-masing variabel
independen dan juga berapa besar hubungan dari faktor-faktor yang mempengaruhi
tersebut secara bersama-sama mempengaruhi produksi cokelat.
3.6 Uji Kesesuaian ( Test Goodness of Fit )
Estimasi terhadap model dilakukan dengan mengguanakan metode yang
tersedia pada program statistik Eviews versi 4.1. Koefisien yang dihasilkan dapat
dilihat pada output regresi berdasarkan data yang di analisis untuk kemudian
diinterpretasikan serta dilihat siginifikansi tiap-tiap variabel yang diteliti
a. R² (koefisien determinasi) bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel
bebas (independent variable) menjelaskan variabel terikat (dependent
variable)
b. Uji serempak (F-test), dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik
koefisien regresi secara serempak. Jika Fhit > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1
diterima.
c. Uji parsial (t-test), dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik
koefisien regresi secara parsial. Jika thit > ttabel, maka H0 ditolak dan H1
3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Setelah dilakukan pengujian regresi, maka dilakukan evaluasi. Evaluasi ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah penggunaan model regresi linier berganda
dalam menganalisis telah memenuhi asumsi klasik yang dipersyaratkan.
Asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :
3.7.1 Uji Normalitas
Asumsi model regresi linier klasik adalah faktor pengganggu µ mempunyai
nilai rata-rata yang sama dengan nol, tidak berkorelasi dan mempunyai varian yang
konstan. Dengan asumsi ini, OLS estimator atau penaksir akan memenuhi sifat-sifat
yang diiniginkan, seperti ketidakbiasan dan mempunyai varian yang minimum. Untuk
mengetahui normal tidaknya faktor pengganggu µdilakukan dengan Jarque-Bera Test
(J-B Test). Uji ini menggunakan hasil estimasi residual dan X² probability
distribution, yaitu dengan membandingkan nilai JBhitung atau X²hitung dengan X²tabel.
Kriteria keputusan sebagai berikut :
1. Jika nilai JBhitung > X²tabel maka hipotesis yang menyatakan bahwa residual ui
berdistribusi normal ditolak
2. Jika nilai JBhitung < X²tabel maka hipotesis yang menyatakan bahwa residual ui
berdistribusi normal diterima
3. Tahap uji Jarque Bera dengan menggunakan Eviews secara ringkas adalah
sebagai berikut :
a. Formulasi hipotesis
HA : distribusi ut tidak normal
b. Menentukan tingkat signifikansi ( )
c. Menentukan kriteria pengujian
H0 ditolak jika prob. JB < , H0diterima jika prob. JB >
d. Kesimpulan
3.7.2 Uji Multikolinieritas
Multikolnieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linear
diantara veriebel-veriabel dalam model regresi. Interprestasi dari persamaan regresi
linier secara emplisit bergantung bahwa variabel-variabel beda dalam perasamaan
tidak saling berkorelasi. Bila variabel-variabel bebas berkorelasi dengan sempurna,
maka di sebut multikolinieritas sempurna. Multikolineritas dapat dideteksi dengan
besaran-besaran regresi yang didapat yaitu :
1. Variasi besar (dari taksiran OLS)
2. Interval kepercayaan lebar (karena variasi besar,maka standar error besar
sehingga interval kepercayaan lebar)
3. Uji-t tidak signifikan. Suatu variable bebas secara subtansi maupun secara
statistic jika dibuat regresi sederhana bias tidak signifikankarena variasi besar
akibat kolinieritas. Bila standar error terlalu besar pula kemungkinan taksiran
koefisien regresi tidak signifikan.
4. R² tinggi tetapi tidak banyak variable yang signifikan dari t-test.
5. Terkadang nilai taksiran koefisien yang didapat akan mempunyai nilai yang
3.7.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas adalah variasi residual yang tidak sama untuk semua
pengamatan. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui terjadinya penyimpangan model
karena varian gangguan berbeda antara satu observasi ke observasi yang lain. Dalam
model regresi linier berganda juga harus bebas dari heteroskedastisitas. Dalam
penelitian ini, digunakan metode uji white atau white’s general heteroscedasticity test
(Gujarati, 2003)
Tahap uji white dengan menggunakan Eviews secara ringkas adalah sebagai
berikut :
a. Formulasi hipotesis
H0 : distribusi bebas masalah heterokedastisitas
HA : distribusi terdapat masalah heterokedastisitas
b. Menentukan tingkat signifikansi ( )
c. Menentukan kriteria pengujian
H0 ditolak jika prob Obs R Square <
H0diterima jika prob Obs R Square >
e. Kesimpulan
3.8 Definisi Operasional
Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan
1. Produksi adalah jumlah produksi biji cokelat dalam bentuk kering yang
diperoleh petani dari hasil panen per satuan hektar diukur dalam satuan
kilogram per tahun
2. Luas lahan adalah total luas tanah yang digunakan oleh petani untuk
tanaman cokelat di ukur dalam satuan hektar.
3. Waktu kerja adalah jumlah jam kerja yang digunakan oleh petani untuk
mengelola tanaman cokelat diukur dalam per tahun
4. Pupuk adalah jumlah pupuk organik yang digunakan dalam proses
produksi dalam per satuan hektar diukur dalam satuan kilogram per tahun
5. Pestisida adalah obat yang dipakai dalam pengendalian gulma maupun
hama penyakit pada tanaman cokelat dalam per satuan hektar diukur dalam
satuan liter/tahun.
6. Umur tanaman cokelat adalah lama tanaman cokelat yang sudah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian
Daerah Kabupaten Dairi mempunyai Luas 191.625 Hektaryaitu sekitar 2,68
% dari luas Propinsi Sumatera Utara (7.160.000 Hektar) dimana Kabupaten Dairi
terletak sebelah Barat Laut Propinsi Sumatera Utara.Kabupaten Dairi sebagian besar
terdiri dari dataran tinggi dan berbukit-bukit yang terletak antara 98000' – 98030'dan
2015'-30 00'LU. Sebagian besar tanahnya didapati gunung-gunung dan bukit-bukit
dengan kemiringan bervariasi sehingga terjadi iklim hujan tropis.
Kota Sidikalang adalah ibukota Kabupaten Dairi berada pada ketinggian
1.066 meter diatas permukaan laut. Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada
ketinggian rata-rata 700 s/d 1.250 m diatas permukaan laut. Sedangkan Kecamatan
Tigalingga, Kec. Siempat Nempu dan Kecamatan Silima Pungga-Pungga terletak
pada keting-gian antara 400 – 1.360 m diatas permukaan laut. Kecamatan Sumbul,
Sidikalang Kec.Tanah Pinem berada pada ketinggian 700 - 1.600 meter diatas
permukaan laut.Musim hujan yang paling berpengaruh biasanya pada bulan Januari,
April, Mei, September, Nopember, dan Desember setiap tahunnya. Angin laut
berhembus kencang dari arah barat menuju timur sewaktu menjelang musim dingin
yang mengakibatkan terjadinyan musim hujan. Angin barat berhembus dengan
kecepatan sedang dari arah timur menuju arah barat sewaktu menjelang musim
Pertanian merupakan sektor utama yang mendukung perekonomian
masyarakat Kabupaten Dairi, karena sebagian besar penduduknya adalah berusaha
pada sektor ini. Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dalam Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi, yaitu sebesar 68,67 persen
(BPS Kabupaten Dairi, 2008). Dalam pengelompokan sektor ekonomi, sektor
pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, perikanan, peternakan, kehutanan
dan perkebunan.
Daerah penelitian adalah terdiri dari 11 kecamatan dari 15 kecamatan yang
ada di Kabupten Dairi, yaitu Kecamatan Sidikalang, Berampu, Silima
Pungga-Pungga, Laeparira, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu
Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember, Pegagan Hilir dan Tanah Pinem yang semuanya
merupakan daerah penghasil cokelat di Kabupaten Dairi.
4.2 Karakteristik Responden
Adapun karakteristik responden dibagi menurut katagori umur/usia, tingkat
pendidikan, umur tanaman cokelat, status kepemilikan tanah, luas lahan ,yang digunakan
dalam mengelola usahataninya Berikut ini Tabel karakteristik responden :
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat umur Petani Cokelat di
Sumber : Data primer, diolah, 2009
Dari Tabel 4.1. diatas dapat dilihat, mayoritas petani cokelat di Kabupaten Dairi
yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah berada pada interval umur di
bawah 36 tahun sebanyak 7 orang atau 7,37 persen, interval umur antara 36 - 45
tahun sebanyak 27 orang atau 28,42 persen, interval umur 46 - 55 tahun sebanyak
26 orang atau 27,37 persen, interval umur 56-65 tahun sebanyak 30 orang atau 31,58
persen. Diikuti dengan jumlah sampel terkecil interval umur di atas 65 tahun
sebanyak 5 orang atau 5,26 persen.
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani Cokelat di Kabupaten Dairi
No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 Tamat SD 14 14,74
2 Tamat SLTP 36 37,89
3 Tamat SLTA 43 45,26
4 Tamat S1 2 2,11
Total 95 100
Sumber : Data primer, diolah, 2009
Dari Tabel 4.2. diatas dapat dilihat, petani cokelat di Kabupaten Dairi
orang atau 45,26 persen. Lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
merupakan tingkat pendidikan mayoritas kedua dari responden penelitian, yaitu
sebanyak 36 orang atau 37,89 persen. Mayoritas berikutnya adalah responden dengan
tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 14 orang atau 14,74 persen.
Responden penelitian yang paling sedikit adalah yang memiliki tingkat pendidikan
Strata Satu (S1), yaitu sebanyak 2 orang atau 2,11 persen.
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Tanaman Cokelat yang diusahakan petani di Kabupaten Dairi
No Umur Tanaman Cokelat Frekuensi Persentase (%)
1 3 – 4 Tahun 22 23,16
2 5 – 6 Tahun 40 42,10
3 7 – 8 Tahun 22 23,16
4 9 – 10 Tahun 7 7.37
5 > 10 Tahun 4 4,21
Total 95 100
Sumber : Data primer, diolah, 2009
Dari Tabel 4.3. diatas dapat dilihat mayoritas umur tanaman cokelat yang
diusahakan petani cokelat di Kabupaten Dairi yang menjadi responden dalam
penelitian ini adalah berada pada interval umur tanaman antara 5 - 6 tahun sebanyak
40 orang atau 42,10 persen. Mayoritas kedua adalah berada pada interval umur
tanaman 3 - 4 tahun dan 7 -8 tahun masing-masing 22 orang atau 23,16 persen.
Mayoritas ketiga adalah berada pada interval umur 9 -10 tahun, yaitu 7 orang atau
7,37 persen. Diikuti dengan jumlah sampel terkecil interval umur di atas 10 tahun
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan luas lahan yang di usahai
No Luas Lahan ( Ha) Frekuensi Persentase (%)
1 < 0,5 25 26,31
2 0,5 – 1 60 63,16
3 > 1 10 10,53
Total 95 100
Sumber : Data primer, diolah, 2009
Dari Tabel 4.4 diatas dapat dilihat Luas lahan yang diusahai/dimiliki oleh
para petani cokelat di Kabupaten Dairi bervariasi dari < 0,5 ha hingga > 1 ha.
diketahui bahwa mayoritas petani cokelat memiliki lahan berada pada interval
0,5 - 1 ha, yaitu sebanyak 60 orang atau 63,16 persen. Mayoritas kedua berada pada
interval luas lahan dibawah 0,5 ha, yaitu sebanyak 25 orang atau 26,31 persen. Paling
sedikit berada pada interval luas lahan diatas 1 ha, yaitu 10 orang atau 10,53 persen.
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan
No Status KepemilikanTanah Frekunsi Persentase (%)
1 Milik sendiri 95 100
Total 95 100
Sumber : Data primer, diolah, 2009
Dari Tabel 4.5. diatas diketahui bahwa keseluruhan responden penelitian ini,
memiliki lahan pertanian cokelat dengan status milik sendiri, yaitu sebanyak 95
4.3 Tingkat Produksi Cokelat dan variabel yang mempengaruhinya
Tabel 4.6. dibawah ini menunjukkan komposisi tingkat produksi serta faktor
yang mempengaruhinya.
Tabel 4.6. Tingkat produksi cokelat dan variabel yang mempengaruhinya
No Variabel N Minimum Maksimum
1 Produksi (kg) 95 96 2.400
2 Luas Lahan (ha) 95 0,12 2,5
2 Waktu Kerja (jam) 95 336 1848
3 Pupuk (kg) 95 50 3.000
4 Pestisida (liter) 95 0,25 10
5 Umur tanaman (tahun) 95 3 15
Sumber : Data primer,diolah, 2009
Dari Tabel 4.6. di atas dapat dilihat, tingkat produksi cokelat yang maksimum
dihasilkan petani cokelat di Kabupaten Dairi adalah 2.400 kg per tahun. Produksi
paling sedikit adalah 96 kg. Tingkat produksi cokelat sangat tergantung pada luas
lahan dan juga variabel-variabel lain yang mempengaruhinya. Dilihat dari luas lahan
yang terluas adalah 2,5 ha dan yang paling sempit 0,12 ha.
Selain luas lahan, faktor yang mempengaruhi produksi lainnya adalah waktu
kerja yang digunakan untuk berusahatani cokelat, banyaknya waktu kerja petani
tergantung dari luas lahan petani cokelat tersebut, hasil observasi dijumpai waktu
yang paling banyak digunakan 1848 jam per tahun, sedangkan yang paling sedikit
336 jam per tahun.
Selain waktu kerja, faktor yang mempengaruhi poduksi lainnya adalah
dipengaruhi luas lahan,iklim,tekstur tanah,dan kondisi lingkungan lainnya, hasil
observasi dilapangan dijumpai penggunaan pupuk dan pestisida yang terbanyak
masing-masing 3000 kg dan 10 liter per tahun, sedangkan petani yang paling sedikit
menggunakan pupuk dan pestisida masing-masing adalah digunakan adalah 50 kg
dan 0,25 liter. Disamping pupuk dan pestisida produksi juga dipengaruhi oleh umur
tanaman, dari observasi di lapangan dapat dilihat umur tanaman cokelat yang di
usahakan oleh petani cokelat di Kabupaten Dairi yang paling tinggi pada umur 15
tahun dan paling rendah pada umur 3 tahun.
4.4 Uji Kesesuaian ( Test Goodness of Fit )
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi (Y) tanaman
cokelat, maka dengan menggunakan sejumlah data yang telah dikumpulkan langsung
dari petani responden dilakukan pengolahan data dengan metode Ordinary Least
Square yang menggunakan alat bantu program Evieews Versi 4.1.
Dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh model persamaan pada Tabel
4.7. berikut ini :
Tabel 4.7. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Tanaman Cokelat di Kabupaten Dairi
LogY = 0,670 + 0.203 logX1 + 0.607 logX2 + 0.048 logX3 + 0.160 logX4 + 0.668 logX5
Std. Error (0,112) (0,142) (0,066) (0,070) (0,118) t-stat (1,813)* (4.259)*** (0,729) (2.260) ** (5,641)***