MEDAN
ANALISIS EFEKTIFITAS MANAJEMEN PEMBIAYAAN
PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI
KANTOR CABANG PEMBANTU AKSARA
DRAFT SKRIPSI
Oleh :
FENTY HASIBUAN 040521010 MANAJEMEN
GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
ABSTRAK
Fenty Hasibuan (2010). Analisis Efektifitas Manajemen Pembiayaan Pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara..
Dunia perbankan di Indonesia pada saat ini telah terbagi menjadi dua jenis yaitu ; bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan yang berdasarkan prinsip syariah. Bank konvensional adalah bank yang dalam kegiatan operasionalnya menerapkan sitem bunga sebagai harga untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito dan menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu untuk jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan bank syariah adalah bank yang dalam kegiatan operasionalnya tidak menggunakan sistem bunga, akan tetapi menggunakan sistem bagi hasil yang aturan perjanjiannya berdasarkan hukum Islam antara bank dengan bank lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara merupakan bank yang kegiatan operasionalnya menerapkan prinsip syariah. Oleh karena itu, PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara memiliki citra yang sangat khusus sebagai sebuah bank yang dalam kegiatan operasionalnya menerapkan syariah Islam. Tetapi dalam penyaluran pembiayaannya masih mengalami kemacetan akibat kurang diterapkannya pengawasan terhadap pengawasan dalam menjaga efektivitas penyaluran pembiayaan.
Berdasarkan pengujian dengan model regresi secara simultan diketahui bahwa untuk mendukung terlaksananya efektivitas manajemen pembiayaan, setiap terjadinya transaksi dana pembiayaan Al-Murabahah selalu didukung dengan dokumen-dokumen yang diberi nomor urut dan dibuat secara rangkap sesuai dengan kebutuhan serta terlebih dahulu mendapat otorisasi dari pihak yang berwenang. Selain itu kegiatan pengawasan efektivitas manajemen pembiayaan dapat dilaksanakan dengan dua cara yakni melalui penilaian (evaluasi) periodik yang terpisah (sparate periodic evaluation) dan juga dapat dilaksanakan pada saat berlangsungnya kegiatan operasional PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara Medan. Hal ini bertujuan agar bila ada kesalahan dapat langsung diadakan perbaikan sehingga kegiatan perusahaan selanjutnya dapat segera terlaksana
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas Rahmat Allah SWT
yang telah memberikan Hidayah-Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini guna melengkapi tugas-tugas serta memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara – Medan.
Penulis menyadari bahwa isi yang terkandung dalam skripsi ini belum
sempurna, hal ini disebabkan oleh terbatasnya waktu, kemampuan dan
pengalaman yang penulis miliki dalam penyajiannya. Oleh karena itu dengan hati
yang tulus dan ikhlas penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca, yang nantinya dapat berguna untuk penyempurnaan skripsi ini.
Pada kesempatan ini juga penulis sertakan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan pada Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Ketua Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan banyak bimbingan, arahan, saran, kritik dan masukan dalam
5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE. M.Si, selaku Dosen Penguji I yang telah
memberikan banyak bimbingan, arahan dan masukan dalam penulisan skripsi
ini.
6. Ibu Srafrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si selaku Dosen Penguji II yang
telah memberikan banyak bimbingan, arahan dan masukan dalam penulisan
skripsi ini
7. Seluruh Dosen dan Pegawai pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara untuk jasa-jasanya selama masa perkuliahan.
8. Bapak Pimpinan serta para staff dan karyawan lainnya pada PT. Bank Syariah
Mandiri KCP Aksara Medan, yang telah memberikan kesempatan pada
penulis mengadakan penelitian dalam hal penyelesaian skripsi ini.
9. Ayahanda tercinta Alm. Achmad Raswin Hasibuan dan Ibunda tercinta
Almh. Dra. Hj. Aida Mahmun yang telah mengasuh dan membesarkan
penulis dengan rasa cinta dan kasih sayang, yang telah memberikan dorongan
semangat serta do’a yang tak pernah putus selama penulis menjalani
pendidikan dan hanya doa yang dapat penulis panjatkan ke Hadirat Allah
SWT, semoga kelak penulis menjadi manusia yang berguna bagi agama, nusa
dan bangsa.
10.Kakanda tersayang Siska Hasibuan dan Abanganda Ikhwan Riva’i Purba ,
Keponakanku tercinta Syaffa dan Ammar serta keluarga besar yang telah
memberikan semangat dan dukungan kepada penulis hingga terselesaikannya
skripsi ini.
11.LVku tersayang Pipiet, Icha, dan kel tak terlupakan juga Pian Bahanoer, Niyot
tiada terkira dan meluangkan waktu menemaniku berjuang menyelesaikan
skripsi ini dan keluarga besar JAMKRINDOkoe : Vivi (perjuangan kita tidak
sia-sia), Mian “Mianul”, Phila “Vida” Aflah, Irma “IMRON” Saerah,
Bapak2ku, Babang2ku dan Kawan2ku semuanya yang telah memberikan
dukungan semangat dan do’anya yang tidak bisa disebutkan namanya satu
persatu, semoga sukses selalu dan terima kasih atas kebersamaan selama ini
yang menjadi bagian dari proses kehidupan yang tidak akan terlupakan.
Penulis menyerahkan diri dan senantiasa memohon petunjuk serta
perlindungan dari Allah SWT atas bantuan dan dukungan yang telah penulis
dapatkan dari semua pihak yang membantu, semoga amalan baik dan perbuatan
baik tersebut mendapat imbalan yang baik pula. Amin Ya Rabbal Alamin.
Medan, Mei 2010 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Kerangka Konseptual ... 7
E. Metode Penelitian ... 9
1. Jenis Data ... 9
2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 9
3. Teknik Pengumpulan Data ... 10
4. Metode Analisis Data ... 10
BAB II : URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 12
B. Perbankan Syariah ... 12
1. Pengertian Bank Syariah ... 12
2. Fungsi dan Karakteristik Bank Syariah ... 13
C. Pembiayaan ... 16
1. Pengertian Pembiayaan ... 16
2. Jenis–jenis Pembiayaan ... 18
3. Efektivitas Manajemen Pembiayaan ... 26
BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara Medan ... .... 32
B. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas ... 36
C. Jenis-jenis Produk Pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara Medan ... 43
D. Efektivitas Manajemen Pembiayaan ... 47
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Efektivitas Manajemen Pembiayaan ... 51
B. Monitoring Penyaluran Dana Pembiayaan ... 55
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58
B. Saran-Saran ... 59
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Kerangka Konseptual... 8
Gambar 2 : Struktur Organisasi... 38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
NAMA : FENTY HASIBUAN
NIM : 040521010
DEPARTEMEN : MANAJEMEN
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS EFEKTIFITAS MANAJEMEN PEMBIAYAAN PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG PEMBANTU AKSARA
Tanggal ...
Dosen Pembimbing Penanggung Jawab Skripsi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
NAMA : FENTY HASIBUAN
NIM : 040521010
DEPARTEMEN : MANAJEMEN
JUDUL SKRIPSI : ANALISIS EFEKTIFITAS MANAJEMEN PEMBIAYAAN PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG PEMBANTU AKSARA
Tanggal ...
Ketua Departemen Manajemen
Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si
Tanggal ...
ABSTRAK
Fenty Hasibuan (2010). Analisis Efektifitas Manajemen Pembiayaan Pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara..
Dunia perbankan di Indonesia pada saat ini telah terbagi menjadi dua jenis yaitu ; bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan yang berdasarkan prinsip syariah. Bank konvensional adalah bank yang dalam kegiatan operasionalnya menerapkan sitem bunga sebagai harga untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito dan menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu untuk jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan bank syariah adalah bank yang dalam kegiatan operasionalnya tidak menggunakan sistem bunga, akan tetapi menggunakan sistem bagi hasil yang aturan perjanjiannya berdasarkan hukum Islam antara bank dengan bank lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara merupakan bank yang kegiatan operasionalnya menerapkan prinsip syariah. Oleh karena itu, PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara memiliki citra yang sangat khusus sebagai sebuah bank yang dalam kegiatan operasionalnya menerapkan syariah Islam. Tetapi dalam penyaluran pembiayaannya masih mengalami kemacetan akibat kurang diterapkannya pengawasan terhadap pengawasan dalam menjaga efektivitas penyaluran pembiayaan.
Berdasarkan pengujian dengan model regresi secara simultan diketahui bahwa untuk mendukung terlaksananya efektivitas manajemen pembiayaan, setiap terjadinya transaksi dana pembiayaan Al-Murabahah selalu didukung dengan dokumen-dokumen yang diberi nomor urut dan dibuat secara rangkap sesuai dengan kebutuhan serta terlebih dahulu mendapat otorisasi dari pihak yang berwenang. Selain itu kegiatan pengawasan efektivitas manajemen pembiayaan dapat dilaksanakan dengan dua cara yakni melalui penilaian (evaluasi) periodik yang terpisah (sparate periodic evaluation) dan juga dapat dilaksanakan pada saat berlangsungnya kegiatan operasional PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara Medan. Hal ini bertujuan agar bila ada kesalahan dapat langsung diadakan perbaikan sehingga kegiatan perusahaan selanjutnya dapat segera terlaksana
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih pada saat
ini, sektor perekonomian turut berkembang dengan pesat. Untuk mencapai
pemerataan perekonomian tersebut, pemerintah telah mengeluarkan
Undang-undang No. 7 Tahun 2002 yang menumbuhkan bank-bank baru di Indonesia
termasuk bank syariah.
Dunia perbankan di Indonesia pada saat ini telah terbagi menjadi dua jenis
yaitu ; bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan yang berdasarkan prinsip
syariah. Bank konvensional adalah bank yang dalam kegiatan operasionalnya
menerapkan sitem bunga sebagai harga untuk produk simpanan seperti giro,
tabungan maupun deposito dan menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal
atau persentase tertentu untuk jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan bank syariah
adalah bank yang dalam kegiatan operasionalnya tidak menggunakan sistem
bunga, akan tetapi menggunakan sistem bagi hasil yang aturan perjanjiannya
berdasarkan hukum Islam antara bank dengan bank lain untuk menyimpan dana
atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. (Kasmir, 2002: 38).
Ada beberapa alasan mengapa kegiatan menyalurkan pembiayaan menjadi
sangat penting bagi bank. Alasan pertama, yaitu kenyataan bahwa sekitar
60–70 % dari kegiatan bank terkait dengan penyaluran pembiayaan. Kegiatan
dipengaruhi oleh keberhasilan mereka mengelola pembiayaan yang telah
disalurkan.
Dampak yang lebih jelas dari kasus-kasus pembiayaan bermasalah adalah
terjadi krisis ekonomi moneter yang melanda banyak negara Asia termasuk
Indonesia pada dekade 1990-an. Hal ini menunjukkan begitu besarnya pengaruh
dan peranan pembiayaan perbankan bagi bank dan membutuhkan penanganan
yang sangat profesional. Laporan tahunan Bank Indonesia tahun 2002-2003
dinyatakan pangsa pembiayaan terhadap jumlah harta bank-bank umum di
Indonesia pada tahun ini mencapai 80,7 % yang terdiri dari pembiayaan yang
disalurkan kepada debitur perusahaan dan perorangan sebesar Rp. 306 trilyun
(76,6 %) serta penyaluran pada sektor pemerintah sebesar Rp. 16 trilyun (4,1 %).
Perkembangan Bank Syariah tergolong sangat cepat. Perkembangannya
bisa dilihat dari semakin banyaknya jaringan kantor, assets, banyaknya bank-bank
syariah yang berdiri (berstatus penuh atau hanya unit usaha syarih dari bank
konvensional) sebagaimana terlihat pada tabel 1.1.
Tabel 1
Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah
Kelompok Bank 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Bank Umum Syariah
Unit Usaha Syariah
Jumlah Kantor BUS & UUS
Jumlah BPRS
Sumber : Laporan Perkembangan Perbankan Syariah (www.bi.go.id
Pemberian pinjaman di perbankan syariah pada prinsipnya sama dengan
alasan, pinjaman merupakan salah satu metode hubungan financial dalam Islam.
Masih banyak metode yang diajarkan oleh syariah selain pinjam-meminjam
seperti jual-beli, sewa dan lain-lain. Selain itu dalam Islam, pinjam-meminjam
adalah akad sosial bukan konvensional. Artinya apabila seseorang meminjam
sesuatu, ia tidak boleh disyaratkan untuk memberikan tambahan atas pokok
pinjamannya karena hukumnya akan riba, sedangkan riba haram hukumnya dalam
Islam. Karena itu dalam perbankan syariah pinjaman tidak disebutkan tetapi
disebut dengan pembiayaan (financing).
Produk pembiayaan bank syariah mempunyai spesifikasi khusus, yaitu
tidak didasarkan pada sistem bunga, tetapi menggunakan pola bagi hasil. Bagi
hasil ini bisa berupa bagi pendapatan (revenue sharing) atau bagi laba (profit
sharing). Manfaat pembiayaan ini bagi perusahaan atau nasabah yaitu akan dapat
mengurangi biaya tetap yang akan dikeluarkannya, tidak sebagaimana dengan
pola pembiayaan dengan bunga yang akan menambah biaya tetap, karena adanya
kewajiban nasabah untuk membayar bunga dalam persentase tertentu dalam
kondisi apapun, sehingga akan menurunkan kemampuan nasabah untuk bersaing
dari sisi harga dengan pesaingnya (Arifin, 2006: 2).
Pola pembiayaan bagi hasil ini nampaknya belum begitu familiar di
kalangan masyarakat. Upaya pemasaran produk pembiayaan ini masih perlu
dilakukan lebih intens lagi dengan cara pendekatan bank kepada nasabah dan
calon nasabah, memberitahukan atau memperkenalkan dan menciptakan image
PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara Medan
berupaya untuk melakukan monitoring penyaluran dana pembiayaan sebaik
mungkin, namun demikian masih juga mengalami kendala-kendala sehubungan
dengan efektifitas manajemen pembiayaannya, hal ini diketahui dari adanya
beberapa nasabah yang mengalami pembiayaan kurang lancar, dimana
pembiayaan yang pengembaliannya pokok pinjaman dan bagi hasilnya telah
mengalami penundaan selama 3 (tiga) bulan dari waktu yang dijanjikan
sebelumnya.
Bank syariah mengutamakan unsur kepercayaan dalam pemberian
pembiayaan yang dilakukan. Dari sisi tingkat bunga, secara teoritis pemberian
pembiayaan yang dilakukan bank syariah tidak memiliki resiko kredit macet.
Dengan demikian untuk melakukan ekspansi pembiayaan yang selektif,
diperlukan informasi-informasi yang mendukung pengelolaan manajemen serta
analisa antisipasi kredit macet sehingga masalah yang akan timbul dapat
diminimalisasi.
PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara merupakan
bank yang kegiatan operasionalnya menerapkan prinsip syariah. Oleh karena itu,
PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara memiliki citra yang
sangat khusus sebagai sebuah bank yang dalam kegiatan operasionalnya
menerapkan syariah Islam. Tetapi dalam penyaluran pembiayaannya masih
mengalami kemacetan akibat kurang diterapkannya pengawasan terhadap
pengawasan dalam menjaga efektivitas penyaluran pembiayaan. Dimana
kemacetan perusahaan pada tahun 2006 sebesar Rp. 1.854.255.575 (57,1%), pada
sebesar Rp. 2.592.564.850 (33,5). Hal ini diakibatkan fasilitas pembiayaan yang
diberikan untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan nisbah yang disepakati.
Setelah jatuh tempo nasabah seharusnya mengembalikan jumlah dana yang
tersebut beserta porsi bagi hasil yang menjadi bagian bank, tetapi hal tersebut
tidak dilakukan oleh nasabah sehingga sangat merugikan bagi PT. Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara.
Pengawasan dalam manajemen pembiayaan juga dilakukan dengan tujuan
agar nasabah dapat menerapkan pembiayaan secara tepat waktu. Hanya saja
prosedur yang telah dilaksanakan dengan baik tersebut masih terdapat
penyeleksian yang kurang teliti akibat banyaknya calon nasabah yang
membutuhkan jasa pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Aksara Medan. Namun hal tersebut tidak menjadi kendala yang besar
bagi perusahaan karena pembiayaan Al-Murabahah yang diberikan pada nasabah
selalu berjalan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah disepakati oleh
nasabah
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis memilih judul penelitian
ini dengan judul : “Analisis Efektifitas Manajemen Pembiayaan Pada
PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara”.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : "Apakah manajemen
pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.Tujuan Penelitian
Tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui kebijakan pemberian pembiayaan dan pertimbangan
atau syarat pelepasan pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Pembantu Aksara Medan.
b. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi sehubungan dengan
efektifitas manajemen pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Pembantu Aksara.
c. Untuk mengetahui kebijakan serta solusi yang dilakukan PT. Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara menyikapi terjadinya
keterlambatan atau kemacetan pembayaran pembiayaan dari nasabah.
2.Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan
Memberikan tambahan informasi tentang manajemen pembiayaan pada
PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara Medan
sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan
kebijakan atau keputusan keuangan di masa yang akan datang.
b. Bagi Peneliti
Memperkaya wacana ilmiah dan pengetahuan keuangan khususnya
analisis manajemen pembiayaan.
c. Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan informasi yang diperlukan dan perbandingan bagi
manajemen pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor
Cabang Pembantu Aksara Medan.
D. Kerangka Konseptual
Kasmir (2001 : 92) menyatakan bahwa pembiayaan adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan hasil bagi.
Imaniyati (2002 : 104) menyebutkan Pembiayaan Mudharabah yaitu suatu
perjanjian pembiayaan antara bank dengan nasabah dimana bank menyediakan
100% pembiayaan bagi usaha kegiatan tertentu dari nasabah. Sedangkan nasabah
mengelola usaha tersebut tanpa campur tangan bank dan bank mempunyai hak
untuk mengajukan usul, melakukan pengawasan serta mendapatkan imbalan atau
keuntungan yang ditetapkan atas dasar persetujuan kedua belah pihak. Apabila
terjadi kerugian atas usaha yang dibiayai tersebut, maka kerugian tersebut
ditanggung sepenuhnya oleh bank, kecuali kerugian akibat kelalaian nasabah..
Pengertian tentang pembiayaan Al-Murabahah ini dikemukakan oleh
Kadir dan Murniyati. (2003 : 56) yang menyatakan bahwa : Pembiayaan
Al-Murabahah ini merupakan pembiayaan modal kerja yang diberikan untuk
kepentingan kelancaran operasional usaha nasabah. Pemberian pembiayaan ini
sasarannya adalah untuk membiayai operasi usaha milik nasabah. Misalnya untuk
Menururt Ikatan Akuntan Indonesia (2006, PSAK No.59 Par 11) bahwa :
Apabila bank bertindak sebagai pemilik dana yang disalurkan disebut pembiayaan
Al-Murabahah. Dari kutipan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pembiayaan
dengan sistem bagi hasil merupakan Implementasi konsep Bank Syari’ah. Konsep
Bank Syari’ah berpegang pada prinsip-prinsip Islam.
Keterkaitan dalam pengelolaan efektivitas manajemen pembiayaan dapat
digambarkan dengan model kerangka pemikiran yang menegaskan masing-masing
variabel efektivitas manajemen pembiayaan pada perusahaan.
Gambar : 1. Kerangka Konseptual Sumber : Antonio (2001)
Perjanjian Bagi Hasil
Nasabah (Mudharib)
Bank (Shahibul Maal)
Proyek / Usaha
Pembagian Keuntungan
Modal
Keahlian /
Keterampilan Modal
Nisbah
E. Metode Penelitian 1. Jenis Data
Skripsi ini merupakan suatu karangan yang bersifat ilmiah, oleh sebab itu
dalam penulisannya diperlukan data yang akurat dan dapat dipertanggung
jawabkan. Adapun data tersebut dapat diperoleh daridua sumber, yaitu :
a. Data Primer
Data pokok yang langsung berkaitan dengan kebutuhan analisis dalam
penelitian ini. Data primer diperoleh secara langsung pada objek penelitian
melalui penelitian lapangan, yang diperoleh dengan melakukan wawancara
langsung dengan karyawan bagian pembiayaan pada. PT. Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Pembantu Aksara Medan.
b. Data Sekunder
Data pendukung yang sifatnya memperkuat hasil analisis. Data sekunder
diperoleh melalui penelitian kepustakaan pada sumber-sumber yang terkait
dengan objek penelitian. Adapun data sekunder dalam penelitian berupa data
Laporan Pembiayaan, data sejarah dan pembagian tugas pada perusahaan serta
data lain yang mendukung topik penelitian.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Aksara Medan yang beralamat di Jl. Letda Sudjono No. 110 Medan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah :
a. Wawancara
Wawancara langsung pada bagian keuangan PT. Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Pembantu Aksara Medan yang dianggap berwenang
memberikan informasi mengenai masalah yang diteliti.
b. Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi dengan meneliti dokumen-dokumen dan bahan tulisan
dari perusahaan serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan
penelitian.
4. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif dan metode analisis statistik sebagai berikut :
a. Metode Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang
ada dikumpulkan dan digolongkan kemudian dianalisis serta diinterpretasikan
secara objektif.
b. Metode Analisis Deduktif
Suatu cara analisa dengan menarik kesimpulan yang bertitik tolak dan
membandingkan data primer dengan data sekunder, sehingga diperoleh
Dari kedua metode analisis tersebut di atas dapat diambil kesimpulan
kemudian memberikan masukan atau saran-saran yang mugkin dapat berguna bagi
perusahaan dalam menghadapi masalah yang terjadi khususnya dalam hal
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Lubis (2005) melakukan penelitian dengan judul: "Analisis Efektivitas
Manajemen Kredit Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Sentra Kredit
Kecil Medan". Dimana metode penelitian yang digunakan adalah dengan
menggunakan penelitian lapangan dan penelitian kepustakaam, serta
menggunakan metode analisis Deskriptif dan Deduktif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian kredit yang dilaksanakan telah sesuai dengan
standar perbankan dan analisa pemberian kredit yang dilaksanakan telah
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan sehingga sistem manajemen kredit telah
efektif.
B. Perbankan Syariah 1. Pengertian Bank Syariah
Setiap orang selalu mengaitkan bank dengan uang, sehingga selalu saja
ada anggapan bahwa yang berhubungan dengan bank selalu ada kaitannya dengan
uang. Hal ini tidak salah, karena bank memang merupakan lembaga keuangan
atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Sebagai lembaga keuangan
bank menyediakan berbagai jasa keuangan.
Menurut UU No. 10 tahun 2000 menyebutkan pengertian bank syariah
Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
Selain itu juga Ikatan Akuntan Indonesia (2006, par. 31.2) dijelaskan
bahwa :
Bank Syariah adalah Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan / atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.
Salah satu jenis bank yang kini sedang berkembang pesat yaitu bank
Syariah, yaitu suatu bank yang dalam pengelolaan-usahaan dan kegiatannya
berlandaskan ajaran agama Islam dengan berbagai jenis jasa yang disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat Islam tetapi tidak melanggar ajaran Islam.
2. Fungsi dan Karakteristik Bank Syariah
Bank Syariah dalam melakukan kegiatannya memiliki beberapa fungsi
yang menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2006, par 1.1) yaitu :
a. Manajer investasi
Bank Syariah dapat mengelola investasi atas dana nasabah dengan menggunakan akad Mudharabah sebagai agen investasi.
b. Investor
Bank Syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya dengan menggunakan alat investasi yang sesuai dengan Syariah. Keuntungan yang diperoleh dibagi secara proporsional sesuai nisbah yang disepakati antara bank dan pemilik dana.
c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran
d. Pengemban fungsi sosial
Bank Syariah dapat memberikan pelayanan sosial dalam bentuk pengelolaan dana zakat, infaq, shadaqah serta pinjaman kebajikan (qardhul hasan) sesuai ketentuan yang berlaku.
Pengertian bahwa bank syariah dalam operasinya juga mempunyai fungsi
yang sama dengan bank-bank lain yang umum. Dimana fungsi utama bank secara
umum adalah mengelola dana yang diperoleh dari masyarakat serta
menyalurkannya pada kegiatan yang dapat memberikan keuntungan bagi bank itu
sendiri.
Pelaksanaan operasional bank syariah juga mempunyai karakteristik
tersendiri seperti yang ditegaskan oleh Biro Perbankan Syariah Bank Indonesia
(2002: 2) yang menyatakan bahwa :
Karakteristik bank syariah : a. Berdasarkan prinsip syariah
b. Implementasi prinsip ekonomi Islam dengan ciri : 1). Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya 2). Tidak mengenal konsep “time-value of money”
3). Uang sebagai alat tukar bukan komoditi yang diperdagangkan
c. Beroperasi atas dasar bagi hasil
d. Kegiatan usaha untuk memperoleh imbalan atas jasa
e. Tidak menggunakan “bunga” sebagai alat untuk memperoleh
pendapatan.
f. Azas utama yaitu kemitraan, keadilan, transparansi dan universal
g. Tidak membedakan secara tegas sektor moneter dan sektor riil
yaitu dapat melakukan transaksi-transaksi sektor riil.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa operasional pada
bank syariah pada dasarnya sama dengan bank komersil lainnya, hanya saja dalam
3. Jenis-jenis Produk Bank Syariah
Kegiatan usaha yang utama bank adalah penghimpunan dan penyaluran
dana. Penyaluran dana dengan tujuan untuk memperoleh penerimaan akan dapat
dilakukan apabila dana telah dihimpun. Kasmir (2003: 12) menyebutkan bahwa :
Kegiatan usaha bank syariah antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip usaha patungan (musyarakah), jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa (ijarah).
Penghimpunan dana dari masyarakat perlu dilakukan dengan cara-cara
tertentu sehingga efisien dan dapat disesuaikan dengan rencana penggunaan dana
tersebut. Prinsip-prinsip produk syariah yang dipergunakan dalam penghimpunan
dana menurut Sugandi (2003: 158) yaitu :
a. Wadiah Yad Dhamanah.
Wadiah adalah titipan dari satu pihak ke pihak lain baik individu maupun golongan yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat bila pemilik menghendakinya.
Adapun Wadi`ah yad dhamanah adalah wadiah dimana sipenerima titipan dapat memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seijin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat saat si pemilik menghendakinya.
b. Mudharabah Mutlaqah.
Adalah kerja sama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan modal dan memberikan kewenangan penuh kepada pihak lainnya (mudharib) dalam menentukan jenis dan tempat investasi, sedangkan keuntungan dan kerugian dibagi menurut kesepakatan dimuka.
c. Mudharabah Muqqayadah.
Adalah kerja sama antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan modal dan memberikan kewenangan terbatas kepada pihak lainnya (mudharib) dalam menentukan jenis dan tempat investasi, dimana keuntungan dan kerugian dibagi menurut kesepakatan dimuka.
a. Giro
b. Tabungan
c. Deposito
d. Murabahah
e. Jual Beli Saham f. Jual Beli Istishna`
g. Pembiayaan Medharabah
h. Pembiayaan Musyarakah
i. Ijarah
j. Wakalah
k. Kafalah
Istilah tersebut memang berbeda dengan istilah akuntansi yang ada pada
bank umum lainnya, namun pada kenyataannya kegiatan yang termaksud pada
istilah tersebut juga sama dengan kegiatan bank umum lainnya.
C. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Dewasa ini dunia usaha semakin berkembang dengan pesatnya, baik bagi
perusahaan yang bergerak dibidang jasa maupun perdagangan. Perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya membutuhkan dana. Dana tersebut dibutuhkan oleh
perusahaan untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu
perusahaan memerlukan alternatif sumber dana. Alternatif sumber dana dapat
diperoleh perusahaan dari pihak internal maupun eksternal. Kebutuhan akan dana
dapat diperoleh perusahaan akan menyebabkan timbulnya lembaga keuangan
yaitu lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan non perbankan.
Lembaga-lembaga keuangan tersebut merupakan salah satu alternatif sumber dan
bagi perusahaan dalam menjalankan aktifitasnya didalam perusahaan.
Hampir semua jenis perusahaan sepakat memusatkan perhatian pada
prusedur-prosedur yang dapat mencegah timbulnya praktek-praktek yang
merugikan perusahaan. Langkah-langkah manajemen juga dibutuhkan oleh
perusahaan untuk tetap menjaga kekayaan mereka, salah satunya yaitu dengan
adanya prosedur yang ditetapkan perusahaan untuk memperoleh dana atas
manajemen pemberian fasilitas pembiayaan yang dilakukan perusahaan.
Pengertian pembiayaan menurut Kasmir (2001 : 92) Pembiayaan adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan hasil bagi.
Imaniyati (2002: 104) menyebutkan Pembiayaan Mudharabah yaitu suatu
perjanjian pembiayaan antara bank dengan nasabah dimana bank menyediakan
100% pembiayaan bagi usaha kegiatan tertentu dari nasabah. Sedangkan nasabah
mengelola usaha tersebut tanpa campur tangan bank dan bank mempunyai hak
untuk mengajukan usul, melakukan pengawasan serta mendapatkan imbalan atau
keuntungan yang ditetapkan atas dasar persetujuan kedua belah pihak. Apabila
terjadi kerugian atas usaha yang dibiayai tersebut, maka kerugian tersebut
ditanggung sepenuhnya oleh bank, kecuali kerugian akibat kelalain nasabah.
Pengertian tentang pembiayaan Al-Murabahah ini dikemukakan oleh
Kadir dan R. Murniyati. (2003: 56) yang menyatakan bahwa : Pembiayaan
Al-Murabahah ini merupakan pembiayaan modal kerja yang diberikan untuk
kepentingan kelancaran operasional usaha nasabah. Pemberian pembiayaan ini
Menururt Ikatan Akuntan Indonesia (2006, PSAK No.59 Par 11) bahwa :
Apabila bank bertindak sebagai pemilik dana yang disalurkan disebut pembiayaan
Al-Murabahah. Dari kutipan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pembiayaan
dengan sistem bagi hasil merupakan Implementasi konsep Bank Syari’ah. Konsep
Bank Syari’ah berpegang pada prinsip-prinsip Islam.
Dalam konsep Islam peminjam berperan serta atas dasar mitra usaha
sehingga bank dan mitra usahanya sama-sama memperoleh pembagian
hasil/keuntungan dan bersama-sama pula memikul resiko kerugian.
2. Jenis–jenis Pembiayaan
Jenis – jenis pembiayaan menurut Antonio (2001: 160) adalah:
1. Berdasarkan sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi
dua hal berikut:
a. Pembiayaan Produktif
Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi. Misalnya untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.
b. Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan Konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis untuk memenuhi kebutuhan.
2. Berdasarkan keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi
menjadi dua hal berikut:
a. Pembiayaan modal kerja
Pembiayan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan produksi baik secara kuantitatif (jumlah hasil produksi), dan untuk keperluan perdagangan atau peningkatan suatu barang.
b. Pembiayaan Investasi
Jenis-jenis pembiayaan yang telah diuraikan di atas harus memiliki
prosedur yang jelas. Prosedur tersebut dituangkan dalam bentuk prosedur
pemberian pembiayaan. Prosedur pemberian pembiayaan adalah tahap-tahap
yang harus dilalui oleh pemohon pembiayaan sejak permohonan itu diajukan
sampai disetujui oleh Bank dan akhirnya dapat dipergunakan oleh nasabah. Proses
pemberian pembiayaan berdasarkan suatu perjanjian saling percaya satu sama lain
yang mana kedua belah pihak akan berbuat jujur dan memiliki kewajiban
masing-masing.
Adapun tujuan utama pemberian pembiayaan menurut Kasmir (2002 : 96)
antara lain:
a. Mencari keuntungan yaitu, bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian pembiayaan tersebut. Hasil tersebut dalam bentuk hasil bagi yang disepakati antara nasabah dengan bank.
b. Membantu usaha nasabah yang memerlukan dana. Dengan dana
tersebut, maka nasabah akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
c. Membantu Pemerintah
Bagi Pemerintah, semakin banyak pembiayaan yang disalurkan pihak perbankan maka semakin baik, mengingat semakin banyak pembiayaan berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarkan pemberian pembiayaan adalah:
1). Penerimaan pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah
dan bank.
2). Membuka kesempatan kerja. Dalam hal ini untuk pembiayaan
pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat memberikan peluang bagi tenaga kerja yang masih menganggur.
3). Meningkatkan jumlah barang dan jasa.
4). Menghemat devisa negara terutama untuk produk-produk
Disamping tujuan di atas fasilitas pembiayaan juga memiliki fungsi yaitu:
1. Untuk meningkatkan daya guna uang. Maksudnya jika uang yang disimpan
saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya
pembiayaan, uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau
jasa oleh si nasabah.
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Dalam hal ini uang yang disalurkan akan beredar dari suatu wilayah ke
wilayah lainnya. Sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan
memperoleh pembiayaan maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan
uang dari daerah lainnya.
3. Untuk meningkatkan daya guna barang
Pembiayaan yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh nasabah
untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna.
4. Meningkatkan peredaran barang
Pembiayaan dapat menambah atau memperlancar arus barang dari satu
wilayah ke wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang beredar bertambah
dan dapat meningkatkan jumlah barang yang beredar.
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi
Karena dengan adanya pembiayaan yang diberikan akan menambah jumlah
barang yang diperlukan masyarakat. Kemudian pembiayaan membantu dalam
mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan
devisa negara.
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha terutama bagi nasabah yang
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak pembiayaan yang disalurkan maka akan semakin baik
terutama dalam meningkatkan pendapatan sehingga pendapatan semakin
merata.
Menurut Djumhana (2000: 370) pembiayaan dalam arti luas mencakup
unsur-unsur sebagai berikut :
1. Kepercayaan 2. Kesepakatan 3. Jangka waktu 4. Resiko 5. Balas jasa
Berikut akan dijelaskan unsur pembiayaan satu persatu.
1. Kepercayaan
Kepercayaan yaitu suatu keyakinan pemberi pembiayaan bahwa
pembiayaan yang diberikan akan benar-benar diterima kembali dimasa
yang akan datang.
2. Kesepakatan
Kesepakatan yaitu perjanjian antara si pemberi pembiayaan yang telah
disepakati dengan si nasabah, dimana masing-masing pihak
menandatangani hak dan kewajiban masing – masing.
3. Jangka waktu
Jangka waktu mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah
disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka
4. Resiko
Resiko merupakan tenggang waktu pengembalian tak tertagihnya
pemberian pembiayaan. Semakin panjang suatu pembiayaan semakin
besar resikonya. Demikian pula sebaliknya, resiko terbesar yang dipikul
oleh bank berasal dari kegiatan pemberian pembiayaan. Bentuknya
bermacam-macam, seperti:
a. Resiko pembiayaan bermasalah. Resiko ini timbul sebagai akibat tidak
dapat dipenuhinya kewajiban nasabah pembiayaan untuk membayar
angsuran pembiayaan pada waktu yang sudah disepakati antara pihak
bank dan nasabah.
b. Resiko nilai jaminan. Resiko ini timbul sebagai akibat turunnya nilai
jaminan (agunan) yang dipegang bank dibandingkan dengan jumlah
sisa pinjaman yang masih harus dilunasi nasabah.
c. Resiko kurs valuta asing. Resiko ini timbul sebagai akibat kenaikan
nilai kurs valuta asing terhadap mata uang lokal (Rupiah). Sehingga
nasabah tidak memiliki dana yang cukup memadai yang disebabkan
oleh pendapatan nasabah dalam valuta lokal.
5. Balas jasa
Balas jasa ini merupakan keuntungan atas pemberian pembiayaan.
Balas jasa bagi Bank Syariah ditentukan dengan bagi hasil.
Secara umum prosedur pemberian pembiayaan menurut Kasmir
1. Pengajuan berkas-berkas. Dalam hal ini nasabah mengajukan
permohonan pembiayaan yang dituangkan dalam suatu proposal.
Kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lain yang dibutuhkan.
Pengajuan proposal ini hendaknya berisi:
a. Latar belakang usaha seperti : Jenis bidang usaha, nama pengurus
dan sebagainya.
b. Maksud dan tujuan untuk memperbesar omset penjualan atau
meningkatkan kapasitas produksi serta tujuan lainnya.
c. Besarnya pembiayaan dan jangka waktu
Dalam hal ini pemohon menentukan besarnya jumlah pembiayaan
yang ingin diperoleh dan jangka waktu pengembaliannya. Jika
hasil analisis tidak sesuai dengan permohonan, maka pihak bank
tetap berpedoman terhadap hasil analisis mereka dalam
memutuskan jumlah pembiayaan dan jangka waktu yang layak
diberikan kepada si pemohon.
d. Cara pemohon mengembalikan pembiayaan. Apakah pembiayaan
tersebut dikembalikan dari hasil penjualan atau cara lainnya.
e. Jaminan pembiayaan. Merupakan jaminan untuk menutupi segala
resiko terhadap kemungkinan macetnya suatu pembiayaan.
Penilaian terhadap jaminan tersebut haris diteliti.
2. Penyelidikan berkas pinjaman. Tujuannya adalah untuk mengetahui
3. Wawancara I, merupakan penyidikan kepada nasabah dengan langsung
berhadapan untuk meyakinkan dan mengetahui kebutuhan nasabah
yang sebenarnya.
4. On The Spot, Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan
meninjau objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian
hasilnya dicocokkan dengan hasil wawancara I.
5. Wawancara II, Merupakan perbaikan berkas jika ada
kekurangan-kekurangan.
6. Keputusan Pembiayaan. Menentukan apakah pembiayaan akan
diberikan atau ditolak. Pembiayaan yang diterima dibuat administrasi
yang mencakup:
a. Jumlah uang yang diterima.
b. Jangka waktu pembiayaan
c. Biaya-biaya yang harus dibayar
Jika pembiayaan ditolak maka dikirim surat penolakan sesuai
dengan alasannya masing-masing. Karena keputusan pembiayaan
merupakan keputusan team.
7. Penandatanganan akad pembiayaan
Sebelum pembiayaan dicairkan maka terlebih dahulu nasabah
menandatangani akad pembiayaan.
8. Realisasi Pembiayaan
Realisasi diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang
diperlukan dengan membuka rekening tabuangan di bank yang
9. Penyaluran/Penarikan dana. Yaitu pencairan atau pegembalian uang
dari rekening sebagai realisasi dari pemberian pembiayaan. Dapat
diambil sekaligus atau secara bertahap. Pencairan pembiayaan dapat
dilakukan bank setelah nasabah yang bersangkutan memenuhi berbagai
persyaratan yang ditandatangani kedua belah pihak (bank dan nasabah)
serta dicatat dihadapan notaris publik. Persyaratan untuk pencairan
pembiayaan tersebut pada umumnya meliputi hal-hal berikut:
a. Perjanjian pembiayaan sudah ditandatangani.
b. Penarikan Pembiayaan sudah sesuai dengan kebutuhan usaha si
nasabah.
10.Penarikan pembiayaan sudah sesuai dengan jadwal pembangunan
proyek.
11.Permohonan pencairan pembiayaan didukung oleh dokumen-dokumen
yang sesuai dengan kebutuhan pencairan pembiayaan.
12.Besarnya pembiayaan harus sesuai dengan kesepakatan antara nasabah
dan bank.
Beberapa kutipan yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan
bahwa pembiayaan harus melalui proses/prosedur yang ditetapkan dengan
melakukan tinjauan administrasi dan kerjasama antara bank dan nasabah
sebelum memberikan pembiayaan. Karena pembiayaan dilakukan atas
dasar musyawarah mufakat dan akad yang telah disepakati bersama.
3. Efektivitas Manajemen Pembiayaan
Dalam proses pembiayaan terdapat resiko bahwa pembiayaan yang
diberikan akan mengalami kegagalan dan nasabah tidak dapat mengembalikan
pembiayaan tersebut. Menurut Kadir (2000: 61) “Kriteria penilaian yang harus
dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar
menguntungkan dilakukan dengan analisis 5 C atau 7 P. “
Analisis pembiayaan dengan 5 C adalah sebagai berikut:
a. Character, yaitu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang
akan diberikan pembiayaan benar-benar dapat dipercaya.
b. Capacity, Yaitu kemampuan dalam mengembalikan pembiayaan yang
diberikan.
c. Capital, yaitu apakah modal yang diberikan dapat dimanfaatkan secara
efektif.
d. Collatertal, yaitu suatu jaminan yang diberikan nasabah. Jaminan ini
hendaknya melebihi jumlah pembiayaan yang diberikan dan harus diteliti
keabsahannya.
e. Conditioning, yaitu penilaian terhadap prospek usaha yang dibiayai. Apakah
usaha yang dijalankan sesuai dengan kondisi ekonomi dan politik sekarang
dan dimasa yang akan datang. Sehingga kemungkinan pembiayaan tersebut
bermasalah relatif kecil.
Sedangkan analisis pembiayaan dengan 7 P adalah sebagai berikut:
a. Personality, yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya yang mencakup
sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu
b. Party, yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya.
c. Perpose, yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil
pembiayaan termasuk jenis pembiayaan yang diinginkan nasabah. Tujuan
pengambilan pembiayaan dapat bermacam-macam apakah untuk konsumtif
atau produktif.
d. Prospect, yaitu menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang
menguntungkan atau tidak.
e. Payment, yaitu ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan
pembiayaannya dan dari sumber mana saja dana yang digunakan untuk
mengembalikan pembiayaan tersebut.
f. Profitability, yaitu menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode untuk mengetahui
labanya akan tetap sama atau meningkat.
g. Protection, yaitu bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan
perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang, orang, atau
jaminan asuransi.
Menurut Jumhana (2000: 401) jaminan yang dapat dijadikan jaminan oleh
nasabah adalah:
a. Jaminan benda berwujud. Yaitu barang-barang yang dapat
1). Sertifikat tanah
2). Rekening tabungan
3). Dan surat tagihan lainnya
c. Jaminan orang, yaitu jaminan yang diberikan seseorang. Apabila pembiayaan tersebut macet maka orang yang memberikan jaminan itulah yang menanggung resikonya.
Analisis pembiayaan atau penilaian pembiayaan adalah suatu proses yang
dimaksudkan untuk menganalisis atau menilai suatu permohonan pembiayaan
yang diajukan oleh nasabah sehingga memberikan keyakinan kepada pihak bank
bahwa usaha yang akan dibiayai cukup layak. Pelaksanaan analisis pembiayaan
ini berpedoman pada UU No 7 Tahun 2002.
Menurut Tjekam (2003: 221) :
Pengawasan pembiayaan adalah usaha untuk mengetahui dan menyusun strategi bank dan debitur dalam proses pembiayaan yang kemudian menjadi penyebab pembiayaan bermasalah dan mendatangkan kerugian bagi bank dan debitur.
Maksud dari pengawasan pembiayaan adalah untuk mengetahui dan
mengamati pelaksanaan pemberian pembiayaan dengan tujuan untuk mengetahui
dipenuhi atau tidak persyaratan-persyaratan pembiayaan yang menjadi dasar
pemberian pembiayaan tersebut. Menurut Lukman Dendawijaya (2000: 96)
pengawasan pembiayaan meliputi berbagai aspek atau kegiatan sebagai berikut:
a. Adanya administrasi pembiayaan yang memadai dengan menggunakan
cara-cara mutakhir seperti penggunaan komputer, online sistem dan lain-lain.
b. Keharusan bagi nasabah pembiayaan untuk menyampaikan laporan secara
berkala atas jenis-jenis laporan yang telah disepakati dalam perjanjian seperti
laporan produksi, laporan tenaga kerja dan lain-lain.
c. Keharusan bagi account officer untuk melakukan ke perusahaan atau pihak
d. Adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dan debitur.
e. Adanya sistem peringatan pada administrasi bank yang pada umumnya
dikelola oleh account officer yang menangani nasabah yang bersangkutan.
Peringatan dini tersebut dapat memperlihatkan kepada account officer
berbagai informasi tentang nasabah yang berkaitan dengan kepatuhan kepada
ketentuan yang telah dibuat dalam perjanjian misalnya:
1). Pengangsuransian berbagai aktiva tetap yang dimiliki nasabah terutama
aktiva tetap yang dijadikan agunan yang diserahkan kepada bank.
2). Besarnya nilai agunan yang masih ada.
3). Posisi nasabah berdasarkan kolektibilitas pembiayaannya pada setiap
waktu. Apakah nasabah tergolong pembiayaan lancar, pembiayaan kurang
lancar, pembiayaan diragukan atau pembiayaan macet.
Pembiayaan lancar adalah pembiayaan yang tidak mengalami penundaan
pengembalian pokok pinjaman dan bagi hasilnya. Pembiayaan kurang lancar
adalah pembiayaan yang pengembaliannya pokok pinjaman dan bagi hasilnya
telah mengalami penundaan selama 3 (tiga) bulan dari waktu yang dijanjikan
sebelumnya.
Untuk mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah, bank dapat
melakukan beberapa tindakan penyelamatan yaitu:
1. Penjadwalan ulang (Rescheduling) yaitu perubahan syarat-syarat
pembiayaan yang menyangkut jadwal pembayaran, jangka waktu, dan
2. Penataan ulang (Restructuring) yaitu usaha penyelamatan pembiayaan
yang terpaksa harus dilakukan bank dengan mengubah komposisi
pembiayaan.
3. Persyaratan ulang (Reconditioning) yaitu usaha pihak bank untuk
menyelamatkan pembiayaan yang diberikan dengan cara mengubah
sebahagian atau seluruh kondisi (persyaratan) yang semula dituangkan
dalam perjanjian. Perubahan kondisi ini dibuat dengan memperhatikan
masalah-masalah yang dihadapi nasabah.
4. Kombinasai 3 R merupakan Kombinasi dari ketiga jenis diatas yaitu:
a. Rescheduling (Penjadwalan ulang) dan restructuring (Penataan ulang).
b. Rescheduling (Penjadwalan ulang) dan reconditioning (persyaratan
ulang)
c. Restructuring (Penataan ulang) dan reconditioning (persyaratan ulang)
d. Rescheduling (Penjadwalan ulang), restructuring (Penataan ulang) dan
Reconditioning (Persyaratan ualang) sekaligus.
5. Ekskusi. Jika semua usaha penyelamatan seperti diuraikan di atas sudah
dicoba namun masih juga tidak mampu memenuhi kewajibannya terhadap
bank maka jalan terakhir adalah bank melakukan eksekusi melalui
berbagai cara antara lain:
a. Menyerahkan kewajiban kepada BUPN (Badan Usaha Piutang
Negara)
b. Menyerahkan perkara ke Pengadilan Negeri (Perkara Perdata)
Pihak manajemen mengambil kebijaksanaan dengan pembuatan struktur
tugas khususnya bagian pembiayaan. Bila dilihat dari segi manajemen,
jelaslah bila manajemen tidak memiliki manajemen dalam pemberian fasilitas
pembiayaan dan akan dapat mengakibatkan timbulnya kesalahan prosedur
dalam pembiayaan. Maka itu hampir semua perusahaan memusatkan perhatian
pada penataan pengawasan intewrn perusahaan itu sendiri yang tujuannya
untuk menghindari kesalahan prosedur.
Efektifitas manajemen pembiayaan sebagai suatu proses menentukan
apa-apa yang akan dilaksanakan dan merupakan evaluasi pelaksanaan kerja
sehubungan dengan pemberian pembiayaan. Apabila manajemen pembiayaan
telah dilaksanakan maka akan terhindar dari berbagai macam kesalahan. Oleh
karena itu diperlukan penerapan terhadap analisis pembiayaan. Penerapan
analisis ini akan membantu dan ikut memajukan pembiayaan baik usaha kecil
maupun usaha menengah ataupun masyarakat umum lainnya yang memenuhi
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara Medan
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peran
penting dalam masyarakat yang berfungsi sebagai lembaga keuangan yang
menghimpun dana dari masyarakat (dalam bentuk tabungan, deposito dan giro)
dan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pembiayaan untuk
membantu menciptakan fungsi investasi (selain jasa-jasa operasional perbankan
lainnya), meningkatkan income / kesejahteraan masyarakat.
PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara Medan
pertama kali didirikan sebagai bank dikarenakan sistem bunga pada bank dan
kompleknya permasalahan yang dihadapi dunia perbankan telah menyebabkan
menurunnya kepercayaan masyarakat kepada sistem perbankan konvensional.
Penurunan tersebut telah memperluas opini masyarakat akan ketidakcocokan
sistem perbankan konvensional dengan kondisi masyarakat Indonesia pada saat
ini. Persepsi tersebut pada akhirnya membawa masyarakat untuk melihat sistem
perbankan lain selain sistem perbankan konvensional yaitu Perbankan syariah.
Konsep perbankan syariah selama ini masih lebih berorientasi pada
pendekatan demografi berupa agama melalui isu halal dan haram. Positioning
yang dilakukan perbankan syariah sebagai Bank Islam dan segmentasi pada
kalangan masyarakat Islam dapat dimaklumi karena mayoritas penduduk
Indonesia beragama Islam. Hal ini diperkuat lagi dengan adanya Fatwa Majelis
Lahirnya Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas
Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, pada bulan November
1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah
di Indonesia. Undang-undang tersebut memungkinkan Bank beroperasi
sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.
PT. Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan
Pegawai (YKP), PT. Bank Dagang Negara dan PT. Mahkota Prestasi berupaya
keluar dari krisis ekonomi pada tahun 1997 – 1999 dengan konvensi menjadi
Bank Syariah dengan suntikan modal dari pemilik. Dengan terjadinya merger 4
(empat) bank yakni Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank EXIM dan
Bapindo ke dalam PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999, rencana
perubahan PT. BSB menjadi Bank Syariah (dengan nama Bank Susila Sakinah)
diambil alih oleh PT. Bank Mandiri (Persero).
PT. Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya
dan melanjutkan rencana perubahan PT. BSB menjadi Bank Syariah, sejalan
dengan keinginan PT. Bank Mandiri (Persero) untuk membentuk Unit Syariah.
Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang nama PT. BSB menjadi
PT. Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris Ny. Machrani M.S, SH No.
29 pada tanggal 8 September 1999, Notaris Sutjipto, SH nama PT. Bank Susila
Sakinah Mandiri diubah menjadi PT. Bank Syariah Mandiri, ditambah lagi
keluarnya izin dari Bank Indonesia pada tanggal 25 Oktober 1999, melalui Surat
keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/I/KEP.BI/1999, tentang perubahan
1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, PT. BSB menjadi PT. Bank Syariah
Mandiri. Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 Nopember 1999
merupakan hari pertama beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri. Pada tanggal
30 Oktober 2003 diresmikan PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu
Aksara Medan oleh Bapak Nurdin Hasibuan selaku Direktur Utama dan Bapak
Abdul Wahab selaku Wakil Gubernur Sumatera Utara.
Suatu organisasi sebelum menentukan tujuan-tujuan lebih dahulu jarus
menetapkan misi dan visi perusahaan. Misi menggambarkan bidang-bidang
produk, pasar dan teknologi yang ditekankan perusahaan, dimana hal ini
mencerminkan nilai-nilai dan berbagai prioritas dari para pembuat keputusan
strategik. Misi organisasi juga menunjukkan fungsi yang hendak dijalankan dalam
sisten ekonomi Islam. Sedangkan visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana
organisasi akan dibawa agar dapat eksis, antisivatif dan innovatif, pernyataan visi
ini merupakan suatu gambaran memandang tentang keadaan masa depan yang
ingin dicapai.
Adapun misi PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu
Aksara Medan adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan suasana pasar Perbankan Syariah agar dapat berkembang dengan
mendorong terciptanya syarikat dagang yang terkoordinasi dengan baik.
2. Mencapai pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan melalui
sinergi dengan mitra strategis agar menjadi Bank Syariah terkemuka di
Indonesia yang mampu meningkatkan nilai bagi para pemegang saham dan
3. Mempekerjakan pegawai yang profesional dan sepenuhnya mengerti
operasional Perbankan Syariah.
4. Menunjukkan komitmen terhadap standar kinerja operasional perbankan
dengan pemanfaatan teknologi mutakhir serta memegang teguh prinsip-prinsip
keadilan, keterbukaan dan kehati-hatian.
5. Mengutamakan mobilisasi pendanaan dari golongan masyarakat menengah dan
ritel, memperbesar portofolio pembiayaan untuk skala menengah dan kecil
serta mendorong terwujudnya manajemen zakat, infak dan sadaqah yang lebih
efektif sebagai cerminan kepedulian sosial.
6. Meningkatkan permodalan sendiri dengan mengundang perbankan lain,
segenap lapisan masyarakat dan investor asing.
Sedangkan yang menjadi visi PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Aksara Medan adalah “Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra
Usaha.”
Maka kegiatan pembiayaan merupakan salah satu kegiatan utama Bank
Syariah Mandiri dan menjadi sumber utama pendapatan bank. Faktor penting
yang harus diperhatikan untuk mengurangi resiko pembiayaan adalah keyakinan
Bank atas kemampuan dan kesanggupan nasabah untuk melunasi kewajibannya
sesuai dengan yang diperjanjikan antara lain dengan melakukan penilaian secara
cermat terhadap watak, kemampuan, modal, prospek usaha dan agunan serta harus
mengacu pada budaya pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Aksara Medan, yakni Profesional, Objektif, Independen, Normatif dan
B. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
Pada penyusunan struktur organisasi dalam suatu perusahaan sangat
penting dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan tugas. Struktur organisasi
adalah suatu cara atau sistem pembagian tugas, pendelegasian kekuasaan,
pembatasan tugas, wewenang dan tanggung jawab serta penetapan hubungan
antara unsur-unsur organisasi, dalam mencapai tujuan tertentu dengan cara yang
paling efektif.
Struktur organisasi bagi suatu perusahaan adalah sangat penting sebagai
alat untuk menyusun fungsi dan departemen-departemen serta posisi organisasi
secara keseluruhan. Hal ini akan mempermudah pelaksanaan pekerjaan, dimana
setiap individu dalam organisasi perusahaan akan mengetahui dengan jelas
batas-batas wewenangnya dan kepada siapa ia bertanggungjawab.
Agar manajemen dalam suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik,
maka perlu suatu struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan oleh perusahaan di dalam mencapai tujuannya.
Struktur organisasi adalah susunan dari setiap jabatan dan hubungannya antara
jabatan-jabatan yang sudah stabil dan yang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi orang yang bergabung dalam organisasi.
Struktur organisasi bagi perusahaan tidak selalu sama dengan perusahaan
lainnya walaupun sejenis, karena organisasi perusahaan harus disesuaikan dengan
bentuk dan seluruh kegiatan perusahaan. Dalam menjalankan roda organisasi
perusahaan, PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara Medan
dikenal satu garis komando atau pemerintahan dimana masing-masing bawahan
melaksanakan tugas-tugasnya dan bertanggungjawab kepada atasannya.
Berikut akan disajikan gambar dari struktur organisasi PT. Bank Syariah
KEPALA CABANG PENGAWAS
INTERN
Manajer Operasional
Manajer Marketing Officer Manajer
Pemasaran
Teller SDI Umum
Customer Service
Adm Pembiayaan Back Oficer
Gambar 2 : Struktur Organisasi
Pembagian Tugas
Secara umum dapat diberikan bentuk struktur organisasi perusahaan dan
uraian tugas pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara
Medan sebagai berikut :
a. Kepala Cabang
Kepala Cabang mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai
berikut :
1) Pencapaian target operasional yang meliputi penghimpunan dana,
penyaluran pembiayaan, jasa-jasa, hasil usaha dan kualitas aktiva
produktif
2) Pemberian pembiayaan yang aman, sesuai kebutuhan nasabah dan
menghasilkan.
3) Pelayanan yang prima kepada nasabah (customer satisfaction).
b. Manajer Pemasaran
Manajer Pemasaran mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai
berikut :
1) Terlaksananya kegiatan pemasaran produk dan jasa-jasa bank kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
2) Target operasional cabang yang meliputi penghimpunan dana,
penyaluran pembiayaan, jasa-jasa, hasil usaha dan kualitas aktiva
produktif.
3) Terlaksananya pemberian pembiayaan yang aman dan sesuai dengan
c. Manajer Operasional
Manajer Operasional mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai
berikut :
1) Memantau dan melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan
operasional.
2) Menangani complain nasabah.
3) Mengkoordinasi dan mengawasi tugas-tugas dari pada Teller sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dan bertanggung jawab langsung kepada
kepala cabang.
4) Menyerahkan dan menerima uang yang dibutuhkan maupun yang
disetor oleh Teller setiap pagi dan sore yang diambil maupun yang
disimpan di Khasanah.
d. Pengawasan Intern
Pengawasan Intern mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai
berikut :
1) Meyakini bahwa setiap kegiatan / transaksi cabang telah dilaksanakan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2) Meyakini bahwa isi dari pada setiap laporan yang disampaikan kepada
Bank Indonesia dan kantor pusat telah benar dan penyampaiannya
dilakukan tepat waktu.
3) Memonitor pelaksanaan pelurusan atas penyimpangan-penyimpangan
yang ditemukan oleh Divisi Pengawasan Intern, Unit Kepatuhan atau
4) Melakukan sosialisasi ketentuan kepada seluruh pegawai di unit
kerjanya.
5) Membuat laporan hasil pengawasan kepada Unit Kepatuhan.
e. Asisten Marketing Officer
Asisten Marketing Officer mempunyai wewenang dan tanggung jawab
sebagai berikut :
1) Terlaksananya kegiatan pemasaran produk dan jasa-jasa Bank kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
2) Tercapainya target operasional yang telah ditetapkan oleh Kepala
Cabang.
3) Tercapainya pelayanan yang prima kepada nasabah / investor.
f. Customer Service
Customer Service mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai
berikut :
1) Terselenggaranya pemasaran produk Bank Syariah Mandiri kepada
masyarakat.
2) Terselenggaranya kecepatan dan ketepatan pelayanan kepada nasabah
maupun investor.
g. Sumber Daya Intern – Umum
Sumber Daya Intern – Umum mempunyai wewenang dan tanggung jawab
sebagai berikut :
1) Terpenuhinya kebutuhan pegawai sesuai kondisi cabang.
3) Terlaksananya pengadaan dan pendistribusian persediaan kebutuhan
kantor berupa alat tulis, barang cetakan, peralatan / kebutuhan kantor
lainnya.
4) Menginventarisasi, membukukan dan memelihara keutuhan barang,
bangunan dan peralatan milik kantor atau yang menjadi tanggung
jawab kantor.
h. Administrasi Pembiayaan
Administrasi Pembiayaan mempunyai wewenang dan tanggung jawab
yaitu :
1) Memelihara kelengkapan persetujuan pemberian pembiayaan.
2) Bertanggung jawab atas pembebanan biaya-biaya sehubungan dengan
pemberian fasilitas pembiayaan (biaya administrasi, biaya premi
asuransi, biaya notaris, dan sebagainya).
i. Back Office
Back Office mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut :
1) Melakukan transaksi kliring, transfer / intercity kliring dan
bertanggung jawab kepada Manajer Operasional.
2) Menginput jurnal yang masuk, deposito dan pencairan deposito,
pembayaran pajak dan lain-lain.
j. Teller
Teller mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut :
1) Terselenggaranya pelayanan kas secara benar dan tepat.
2) Terkelolanya persediaan uang tunai secara efektif dan efisien.
C. Jenis-jenis Produk Pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Aksara Medan
Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku dengan berpedoman
kepada prinsip syariah Islam, maka produk yang ditawarkan kepada
masyarakat adalah sebagai berikut :
a. Tabungan Wadiah
Tabungan Wadiah yaitu dana yang dititipkan oleh masyarakat kepada
Bank Syariah dalam bentuk tabungan, dimana nasabah akan mendapat
bonus dari keuntungan tersebut dari Bank Syariah.
b. Tabungan Mudharabah
Tabungan Mudharabah yaitu dana yang disimpan oleh nasabah yang
dapat ditarik setiap saat yang akan dikelola oleh Bank Syariah untuk
memperoleh keuntungan. Bank Syariah akan membagi keuntungan
kepada nasabah sesuai dengan nisbah / bagi hasil yang telah disetujui
bersama. Pembagian keuntungan dilakukan setiap bulan berdasarkan
saldo rata-rata yang mengendap selama periode tersebut. Setoran awal
minimal Rp. 10.000 dan selanjutnya tidak dibatasi. Selain itu penabung
mendapat bahagian keuntungan dari bank secara bagi hasil dengan
perbandingan 50 : 50 (50 % dari keuntungan diberikan kepada
penabung, 50 % menjadi milik bank)
c. Deposio Investasi Mudharabah
Deposio Investasi Mudharabah yaitu merupakan investasi melalui
dengan mendapatkan bagi hasil dengan perbandingan 70 : 30, dimana
70 % untuk nasabah dan 30 % untuk bank syariah. Setoran awal
minimal Rp. 500.000 (untuk perorangan), Rp. 1.000.000 (untuk badan
hukum) dimana jangka waktu 1, 3, 6, 12 bulan.
d. Tabungan Haji adalah dana yang disimpan masyarakat pada bank
dalam bentuk tabungan, dimana penabung bertujuan mengumpulkan
dananya untuk melaksanakan haji dan dana tersebut bebas dari riba.
Bagi penabung bank akan memberikan bonus, perlengkapan ibadah
haji, fasilitas asuransi jiwa selama menjadi penabung.
e. Tabungan Qurban adalah dana yang disimpan masyarakat pada bank
dalam bentuk tabungan dimana penabung bertujuan untuk
melaksanakan ibadah qurban.
f. Tabungan Pelajar adalah dana yang disimpan masyarakat (pelajar/
mahasiswa) pada bank untuk mewujudkan cita-cita di masa mendatang
bank akan memberikan bonus. Bagi penabung berprestasi bank akan
memberikan hadiah langsung atau bea siswa.
g. Simpanan Amanah adalah dana kebajikan dalam bentuk zakat, infaq,
shadaqoh (ZIS) yang disimpan masyarakat, baik secara individual
maupun melalui lembaga perbankan. Dana ini dikelola oleh bank
sesuai dengan ketentuan syariah untuk peningkatan kegiatan ekonomi
dan kesejahteraan umat.
h. Deposito Prima adalah dana yang disimpan masyarakat pada bank