• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Mengenai Seks Bebas pada Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Mengenai Seks Bebas pada Tahun 2009"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN

MENGENAI SEKS BEBAS PADA TAHUN 2009

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

SUDIBIO

060100052

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN

MENGENAI SEKS BEBAS PADA TAHUN 2009

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

SUDIBIO

060100052

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian :

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Mengenai Seks Bebas pada Tahun 2009

Nama : SUDIBIO NIM : 060100052

Pembimbing Penguji

(dr. Rina Amelia , MARS) (dr. T. Siti Harilza Z,Sp.M) NIP : 19760420 200312 2 002 NIP : 19760422 200501 1 002

Penguji

(dr. Dina Keumala Sari, M. Gizi, Sp.GK)

NIP : 19731221 200312 2 001

Medan, 2 Desember 2009 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Masalah seksualitas sampai saat ini selalu menjadi topik menarik yang selalu dibicarakan. Salah satu masalah seksual yang kerap dibicarakan adalah seks bebas. Dampak-dampak negatif dari seks bebas ini sangat meresahkan masyarakat. Dari hasil survei terakhir di 33 provinsi pada tahun 2008 oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dilaporkan 63 persen remaja di Indonesia pada usia antara SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Persentase remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap siswa/i SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai seks bebas. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriprif. Jumlah sampel sebanyak 93 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d) sebesar 0,1 . Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan secara proporsional berdasarkan tingkatan kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif.

Hasil uji tingkat pengetahuan siswa/i SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai seks bebas sebesar 68,8% dikategorikan cukup. Hasil uji sikap siswa/i SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai seks bebas sebesar 57,0% dikategorikan baik.

Dari hasil penelitian tersebut maka diharapkan pihak sekolah dan orang tua siswa/i dapat berperan aktif dalam memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi dan pendidikan seks pada siswa/i tersebut.

(5)

ABSTRACT

Sexuality issue has become an interesting topic which has been conversed about. One of the sex issues that emerges evermore in conversation is free sex. Negative outgrowths arising from free sex attitudes are upsetting the community. Recent survey results in 33 provinces in 2008 done by BKKBN showed that 63 percents of adolescents between the age of secondary students and high school students have involved in sexual premaritual sex. This percentage of adolescents’ involvement towards premaritual sex has increased compared to the previous years.

This study was conducted to apprehend the knowledge and attitudes of SMA Santo Thomas 1 adolescent students towards free sex. Descriptive study was chosen in this study. A total of 93 samples were included with 0,1 as the precisions (d). Stratified random sampling was used and samples were then distributed proportionally based on their level of education. Data were collected by utilizing questionaires and analyzed by using descriptive statistic.

The result of high school students’ knowledge in SMA Santo Thomas 1 towards free sex is 68,8% categorized as sufficient. The results done in the same manner about attitude towards free sex showed 57,0% catagorized as good.

(6)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Mengenai Seks Bebas pada Tahun 2009”, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih yang tak terhingga buat kedua orang tua, abang dan kakak yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun material, motivasi dan masukan kepada saya selama pembuatan karya tulis ini.

Dalam penulisan karya tulis ini, saya telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya dengan rendah hati ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Rina Amelia, MARS selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah atas kesabaran dan waktu yang diberikannya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. dr. Emir Taris Pasaribu, Sp.B.Onk selaku pembimbing akademik selama masa perkuliahan.

3. dr. T. Siti Harilza Z, Sp.M dan dr. Dina Keumala Sari atas saran dan masukan yang diberikannya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama masa pendidikan.

(7)

6. Buat paman-paman dan keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungan. 7. Senior-senior terutama Steven Tandean dan Rudi yang telah memberikan

saran, bantuan dan motivasi.

8. Teman-teman peneliti, terutama Cindy, Jansen, Andy, Dyana, Chintami, Erny, Yenny Chandra, Juliana Gozali, Hadi Marzuki, Shelly Ros, Vijay dan teman-teman lainnya yang telah memberikan saran dan bantuan selama penyusunan karya tulis ini.

Saya juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan karya tulis ini karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Untuk itu, semua saran dan kritik akan menjadi sumbangan yang sangat berarti bagi kualitas karya tulis ini.

Semoga hasil karya tulis ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, bangsa dan Negara kita Indonesia, serta pengembangan ilmu.

Medan, 17 November 2009

Peneliti,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ...i

Abstrak ... ii

2.1.1. Pengertian Remaja ... 4

2.1.2. Karakteristik Seksualitas Remaja ... 5

2.2. Seks Bebas ... 6

2.2.1. Pengertian Seks Bebas ... 6

2.2.2. Dampak Seks Bebas ... 7

2.3. Pendidikan Seksual ... 11

2.3.1. Pengertian Pendidikan Seksual ... 11

2.3.2. Materi Pendidikan Seksual... 11

2.3.3. Tujuan Pendidikan Seksual ... 12

2.4. Pengetahuan ... 13

2.5. Sikap ... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 15

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 15

3.2. Definisi Operasional ... 15

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 17

4.1. Jenis Penelitian ... 17

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 17

(9)

4.3.1. Populasi Penelitian ... 17

4.3.2. Sampel Penelitian ... 18

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 18

4.4.1. Data Primer ... 18

4.4.2. Data Sekunder ... 18

4.4.3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 18

4.5. Metode Analisis Data ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 20

5.1. Hasil Penelitian ... 20

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 20

5.1.2. Karakteristik Individu ... 20

5.1.3. Hasil Analisa Data ... 21

5.2. Pembahasan ... 24

5.2.1. Tingkat Pengetahuan ... 24

5.2.2. Sikap ... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

6.1. Kesimpulan ... 29

6.2. Saran ... 29

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel

Halaman

4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner ... 19

5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia ... 20

5.2. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 21

5.3. Distribusi jawaban responden pada variabel pengetahuan ... 21

5.4. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ... 22

5.5. Distribusi jawaban responden pada variabel sikap... 23

5.6. Distribusi frekuensi sikap ... 23

5.7. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan usia ... 24

5.8. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin ... 25

5.9. Distribusi frekuensi sikap berdasarkan usia ... 26

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2. Kuesioner

Lampiran 3. Lembar Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik menarik yang selalu dibicarakan. Salah satu masalah seksual yang kerap dibicarakan adalah seks bebas. Dampak-dampak negatif dari seks bebas ini yang paling meresahkan masyarakat salah satunya adalah penyakit menular seksual.

Jumlah kasus penyakit menular seksual dari tahun ke tahun terus meningkat terutama HIV/AIDS. Menurut WHO (2007) jumlah penderita HIV/AIDS di dunia ada sebanyak 33.300.000 dan di asia ada sebanyak 4.900.000 kasus. Di Indonesia sendiri menurut perkiraan Departemen Kesehatan Repubilk Indonesia (Depkes RI) pada tahun 2002 penderita HIV/AIDS ada sebanyak 110.000 dan pada 2006 naik menjadi 193.000 dan pada tahun 2007-2008 jumlah kasus ini ditafsir menjadi 270.000 orang. Salah satu penyebab peningkatan ini adalah perilaku seks bebas yang didominasi oleh kelompok usia remaja (Depkes RI, 2008).

(13)

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, ,maka peneliti ingin mengetahui bagaimanakah tingkat pengetahuan dan sikap remaja SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai seks bebas pada tahun 2009.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap remaja SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai seks bebas.

1.3.2.Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai seks bebas

b. Untuk mengetahui sikap remaja SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai seks bebas.

1.4.Manfaat penelitian

1.4.1.Petugas kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi petugas-petugas kesehatan di puskesmas setempat dalam rangka menurunkan angka kejadian penyakit menular seksual dan kehamilan diluar nikah.

1.4.2.Departemen Pendidikan

(14)

1.4.3.Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara untuk dapat melakukan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah. 1.4.4.Peneliti

Untuk mengembangkan kemampuan peneliti di bidang penelitian dan mengasah daya analisa peneliti.

(15)

ABSTRAK

Masalah seksualitas sampai saat ini selalu menjadi topik menarik yang selalu dibicarakan. Salah satu masalah seksual yang kerap dibicarakan adalah seks bebas. Dampak-dampak negatif dari seks bebas ini sangat meresahkan masyarakat. Dari hasil survei terakhir di 33 provinsi pada tahun 2008 oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dilaporkan 63 persen remaja di Indonesia pada usia antara SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Persentase remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap siswa/i SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai seks bebas. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriprif. Jumlah sampel sebanyak 93 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d) sebesar 0,1 . Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan secara proporsional berdasarkan tingkatan kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif.

Hasil uji tingkat pengetahuan siswa/i SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai seks bebas sebesar 68,8% dikategorikan cukup. Hasil uji sikap siswa/i SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai seks bebas sebesar 57,0% dikategorikan baik.

Dari hasil penelitian tersebut maka diharapkan pihak sekolah dan orang tua siswa/i dapat berperan aktif dalam memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi dan pendidikan seks pada siswa/i tersebut.

(16)

ABSTRACT

Sexuality issue has become an interesting topic which has been conversed about. One of the sex issues that emerges evermore in conversation is free sex. Negative outgrowths arising from free sex attitudes are upsetting the community. Recent survey results in 33 provinces in 2008 done by BKKBN showed that 63 percents of adolescents between the age of secondary students and high school students have involved in sexual premaritual sex. This percentage of adolescents’ involvement towards premaritual sex has increased compared to the previous years.

This study was conducted to apprehend the knowledge and attitudes of SMA Santo Thomas 1 adolescent students towards free sex. Descriptive study was chosen in this study. A total of 93 samples were included with 0,1 as the precisions (d). Stratified random sampling was used and samples were then distributed proportionally based on their level of education. Data were collected by utilizing questionaires and analyzed by using descriptive statistic.

The result of high school students’ knowledge in SMA Santo Thomas 1 towards free sex is 68,8% categorized as sufficient. The results done in the same manner about attitude towards free sex showed 57,0% catagorized as good.

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik menarik yang selalu dibicarakan. Salah satu masalah seksual yang kerap dibicarakan adalah seks bebas. Dampak-dampak negatif dari seks bebas ini yang paling meresahkan masyarakat salah satunya adalah penyakit menular seksual.

Jumlah kasus penyakit menular seksual dari tahun ke tahun terus meningkat terutama HIV/AIDS. Menurut WHO (2007) jumlah penderita HIV/AIDS di dunia ada sebanyak 33.300.000 dan di asia ada sebanyak 4.900.000 kasus. Di Indonesia sendiri menurut perkiraan Departemen Kesehatan Repubilk Indonesia (Depkes RI) pada tahun 2002 penderita HIV/AIDS ada sebanyak 110.000 dan pada 2006 naik menjadi 193.000 dan pada tahun 2007-2008 jumlah kasus ini ditafsir menjadi 270.000 orang. Salah satu penyebab peningkatan ini adalah perilaku seks bebas yang didominasi oleh kelompok usia remaja (Depkes RI, 2008).

(18)

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, ,maka peneliti ingin mengetahui bagaimanakah tingkat pengetahuan dan sikap remaja SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai seks bebas pada tahun 2009.

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap remaja SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai seks bebas.

1.3.2.Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai seks bebas

b. Untuk mengetahui sikap remaja SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai seks bebas.

1.4.Manfaat penelitian

1.4.1.Petugas kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi petugas-petugas kesehatan di puskesmas setempat dalam rangka menurunkan angka kejadian penyakit menular seksual dan kehamilan diluar nikah.

1.4.2.Departemen Pendidikan

(19)

1.4.3.Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara untuk dapat melakukan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah. 1.4.4.Peneliti

Untuk mengembangkan kemampuan peneliti di bidang penelitian dan mengasah daya analisa peneliti.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Remaja

2.1.1. Pengertian remaja

Remaja adalah aset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi bangsa di masa mendatang. Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan aspek fungsional. Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle adolescence (14-16 tahun) dan remaja akhir/late adolescence (17-20 tahun) (Behrman, Kliegman & Jenson, 2004).

Menurut Depkes RI (2005), masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa muda.

Masa remaja atau adolescence diartikan sebagai perubahan emosi dan perubahan sosial pada masa remaja. Masa remaja menggambarkan dampak perubahan fisik, dan pengalaman emosi yang mendalam. Masa remaja adalah masa yang penuh dengan gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru termasuk pengalaman berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal manusia untuk mengisi kehidupan mereka kelak (Nugraha & Windy, 1997).

(21)

Pada masa remaja, rasa ingin tahu mengenai seksualitas sangat penting terutama dalam pembentukan hubungan dengan lawan jenisnya. Besarnya keingintahuan remaja mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas menyebabkan remaja selalu berusaha mencari tahu lebih banyak informasi mengenai seksualitas. Remaja merupakan suatu masa peralihan baik secara fisik, psikis, maupun sosial dari masa kanak-kanak menuju dewasa (Arma, 2007).

2.1.2. Karakteristik Seksualitas Remaja

Menurut Pardede (2002), masa remaja berhubungan dengan suatu fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas. Pubertas adalah suatu bagian penting dari masa remaja dimana yang lebih ditekankan adalah proses biologis yang mengarah kepada kemampuan bereproduksi.

Menurut Tukan (1993), pada masa ini seseorang mengalami perubahan ciri seks sekunder. Ciri seks sekunder individu dewasa adalah :

a. Pada pria tampak tumbuh kumis, jenggot, dan rambut sekitar alat kelamin dan ketiak. Selain itu suara juga menjadi lebih besar/kasar, dada melebar serta kulit menjadi relatif lebih kasar.

b. Pada wanita tampak rambut mulai tumbuh di sekitar alat kelamin dan ketiak, payudara dan pinggul mulai membesar dan kulit menjadi lebih halus.

Selain tampaknya ciri seks sekunder, organ kelamin pada remaja juga mengalami perubahan ke arah pematangan, yaitu:

a. Pada pria sejak usia remaja, testis akan menghasilkan sperma dan penis dapat digunakan untuk bersenggama dalam perkawinan.

(22)

Seiring dengan pertumbuhan remaja ke arah kematangan seksual yang sempurna, muncul jugalah hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar karena secara alamiah dorongan seksual ini harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi pengembangbiakan dan mempertahankan keturunan ( Mutadin, 2002).

2.2. Seks Bebas

2.2.1. Pengertian Seks Bebas

Manusia adalah mahkluk seksual. Seksualitas diartikan sebagai perbedaan antara laki-laki dan perempuan baik secara fisik, psikologis, dan dalam istilah-istilah perilaku :

a. Aktivitas, perasaan dan sikap yang dihubungkan sengan reproduksi, dan ;

b. Bagaimana laki-laki dan perempuan berinteraksi dalam berpasangan dan di dalam kelompok.

Dengan demikian seksualitas adalah bagaimana orang merasakan dan mengekspresikan sifat dasar dan ciri-ciri seksualnya yang khusus (Nugraha & Windy,1997).

Menurut Mutadin (2002), pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Objek seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Dalam hal ini tingkah laku seksual diurutkan sebagai berikut:

1. Berkencan

(23)

4. Berpelukan 5. Mencium bibir

6. Memegang buah dada di atas baju 7. Memegang buah dada di balik baju 8. Memegang alat kelamin di atas baju 9. Memegang alat kelamin di bawah baju 10. Melakukan senggama

Menurut Luthfie (2002), perilaku seks bebas adalah perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu. Menurut Akbar (1992), perilaku seksual pranikah merupakan segala bentuk perilaku atau aktivitas seksual yang dilakukan tanpa adanya ikatan perkawinan.

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, berciuman, bercumbu dan bersenggama. Objek seksual dapat berupa orang, baik sesama jenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri (Behrman, Kliegman & Jenson 2004).

2.2.2. Dampak seks bebas

Perilaku seks bebas pada remaja akan menimbulkan beberapa manifestasi khususnya di kalangan remaja itu sendiri. Dampak yang berkaitan dengan perilaku seks bebas ini menurut BKKBN (2008) meliputi :

a. Masalah penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS b. Kehamilan yang tidak diinginkan

c. Dampak sosial seperti putus sekolah d. Kanker

(24)

A. Masalah Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS

Masalah penyakit menular seksual dapat menyebabkan masalah kesehatan seumur hidup,termasuk kemandulan dan rasa sakit kronis, serta meningkatkan resiko penularan HIV.

Kasus HIV/AIDS yang ditemukan dari tahun ke tahun kian meningkat. Menurut WHO (2007) jumlah penderita AIDS di dunia ada sebanyak 33.300.000 dan di asia ada sebanyak 4.900.000 kasus. Di Indonesia sendiri menurut perkiraan Depkes RI pada tahun 2002 penderita HIV/AIDS ada sebanyak 110.000 dan pada 2006 naik menjadi 193.000 dan pada tahun 2007-2008 jumlah kasus ini ditafsir menjadi 270.000 orang (Depkes RI, 2008).

AIDS merupakan penyakit yang menakutkan umat manusia oleh karena dapat dipastikan bahwa penyakit ini akan membawa kematian dan sampai sekarang belum ditemukan obatnya atau vaksin pencegahnya (Ashari, 2000).

Menurut Brook (2005), perkembangan vaksin masih sulit karena HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi pada semua sel yang terinfeksi dan tidak tersingkirkan secara sempurna.

AIDS adalah sekumpulan gejala (sindrom) dari berbagai keadaan yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Virus ini akan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dengan merusak sel-sel limfosit yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh manusia. Ketika daya tahan tubuh melemah, berbagai mikroorganisme dan penyakit dapat secara beruntun menyerang tubuh penderita AIDS sehingga dapat berakibat fatal hingga menyebabkan kematian (Komisi Penanggulangan AIDS, 2007).

(25)

AIDS saat ini bisa memasuki kehidupan siapa saja, tanpa memandang umur, jenis kelamin, orientasi seksual, pekerjaan, atau gaya hidup. Yang membuat orang mempunyai resiko tinggi adalah perilakunya. Apa yang dilakukannya itu yang menentukan resiko tinggi terhadap penularan HIV, tidak peduli apapun kelompoknya (Yatim, 2006).

Menurut Muma dan Borucki (1997), kegiatan dan/atau perilaku yang dianggap mempunyai resiko tinggi dan seringkali ada hubungannya dengan infeksi HIV antara lain hubungan seksual melalui anal serta kegiatan seksual lainnya yang potensial dapat menyebabkan seseorang terinfeksi oleh HIV. Kegiatan seksual lain yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya infeksi HIV antara lain :

a) Anilungus : menginduksi hubungan intim di daerah anal dengan menggunakan lidah.

b) Cunnilingus : menginduksi hubungan intim di daerah vagina/klitoris dengan menggunakan lidah (resiko lebih tinggi terutama saat menstruasi).

c) Fellatio : menginduksi hubungan intim di daerah genital pria dengan menggunakan lidah dan penghisapan (resiko lebih tinggi bila terjadi ejakulasi di dalam mulut).

d) Fisting : memasukkan atau meletakkan tangan, kepalan tangan, ataupun lengan bawah kedalam rektum atau vagina.

e) Urolagnia : menginduksi hubungan intim dengan cara mengeluarkan urin ke kulit (lebih beresiko bila terdapat luka terbuka pada kulit, oral, vagina, atau rektum). f) Memakai benda-benda seks pada rektum dan/atau vagina: memasukkan sex toys

pada rektum/vagina dapat menyebabkan perobekan pada mukosa, dimana luka yang terjadi dapat merupakan jalan masuk bagi virus.

B.Kehamilan yang Tidak Diinginkan

(26)

berakhir dengan aborsi. Menurut BKKBN (2006), 21 persen dari 63 persen remaja yang telah pernah berhubungan seksual melakukan aborsi.

Menurut WHO (2009) sekitar 16 juta perempuan berusia 15-19 tahun melahirkan tiap tahun, 95% kelahiran tersebut terjadi pada negara dengan pendapatan yang rendah dan menengah. Angka rata-rata dari remaja yang melahirkan pada negara dengan pendapatan menengah lebih tinggi dua kali dibandingkan negara dengan pendapatan yang tinggi. Memiliki anak di luar nikah merupakan hal yang tidak biasa di banyak negara, sehingga bila terjadi kehamilan di luar nikah biasanya akan berakhir dengan tindakan aborsi. Sekitar 14% dari kejadian aborsi yang tidak aman pada negara dengan pendapatan yang rendah dan menengah dilakukan oleh remaja berusia 15-19 tahun, sekitar 2,5 juta remaja dilaporkan melakukan aborsi tiap tahun.

Kehamilan yang terjadi pada remaja berdampak berat pada remaja seperti dikucilkan oleh masyarakat, diberhentikan dari sekolah dan menjadi bahan pembicaraan yang tidak enak dalam masyarakat. Kehamilan yang tidak diinginkan dapat mendatangkan upaya aborsi yang tidak aman oleh tenaga non-profesional (Asfriyati,2006).

Aborsi yang disengaja (induced abortion) seringkali beresiko lebih besar pada remaja putri dibandingkan pada wanita yang lebih tua. Remaja cenderung menunggu lebih lama sebelum mencari bantuan karena tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan, atau bahkan mungkin mereka tidak sadar atau tahu bahwa mereka hamil (Triswan, Gordon, Hughes, Murphey & Wilson, 2000).

(27)

infertilitas. Secara psikologis seks pranikah memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan terhadap masyarakat. Menurut WHO (2003), kehamilan pada remaja memiliki resiko kematian lebih tinggi 2-4 kali.

2.3. Pendidikan Seksual

Menurut Zulaini (2000), sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap seks masih merupakan hal yang tabu. Termasuk diantaranya dalam pembicaraan, pemberian informasi dan pendidikan seks. Akibatnya, jalur informasi yang benar dan bersifat mendidik sulit untuk dikembangkan dan mengimbangi jalur informasi yang salah dan menyesatkan yang berkembang bebas dan tidak legal.

Remaja sering kali kekurangan informasi dasar mengenai kesehatan reproduksi ataupun mengenai seksualitas. Padahal pada masa remaja rasa ingin tahu tersebut sangat tinggi, sehingga para remaja sering mencari sumber informasi mengenai seksualitas. Dari hasil penelitian Collins, Elliot, Berry, Kanouse, Kunkel, Hunter, et al (2004), menunjukkan bahwa eksploitasi seksual dalam video klip, majalah, televisi dan film-film ternyata mendorong para remaja untuk melakukan aktivitas seks secara sembarangan di usia muda.

2.3.1. Pengertian Pendidikan Seksual

Pendidikan seksual adalah suatu kegiatan pendidikan yang berusaha untuk memberikan pengetahuan agar remaja dapat mengubah perilaku seksualnya ke arah yang lebih bertanggung jawab ( Arma, 2007).

(28)

menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar (Mutadin, 2002).

2.3.2. Materi Pendidikan Seksual

Pendidikan seksual yang diberikan dapat berupa dalam bentuk pendidikan kesehatan reproduksi remaja (PKRR). Materi PKRR meliputi pertumbuhan dan perkembangan remaja, perkembangan seksual remaja, kebersihan organ reproduksi, perilaku seksual beresiko, pergaulan bebas, PMS dan HIV/AIDS, pelecehan seksual, kehamilan dan persalinan, serta hak reproduksi remaja ( Arma, 2007).

Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang baik harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia, nilai kultur dan agama, sebagai pendidikan akhlak dan moral (Mutadin, 2002).

2.3.2. Tujuan Pendidikan Seksual

Tujuan pendidikan seksual adalah menciptakan sikap yang sehat terhadap seks dan seksualitas. Penyampaian materi pendidikan seksual dapat dilakukan di rumah,sekolah maupun di tempat ibadah. Disini peranan orang tua dan masyarakat sangat diperlukan, terutama untuk dapat memberikan informasi kepada remaja mengenai kesehatan reproduksi dan apa saja yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksi mereka (Abineno, 1999).

Pendidikan seksual bukan seolah-olah menyetujui remaja melakukan hubungan seksual melainkan bermaksud menanamkan rasa tanggung jawab dikalangan remaja tentang perilaku seksualnya dan kesehatan reproduksinya (BKKBN, 2005).

(29)

menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu yang tertentu saja. Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut :

a. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.

b. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab)

c. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi

d. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.

e. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.

f. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.

g. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.

(30)

2.4. Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, indra perasa dan indra peraba. Pengetahuan seseorang individu terhadap sesuatu dapat berubah dan berkembang sesuai kemampuan, kebutuhan, pengalaman dan tinggi rendahnya mobilitas informasi tentang sesuatu dilingkungannya.

Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu (know) adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension) adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek .

2.5. Sikap

(31)

Menurut Notoadmojo (2007), sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Seperti pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :

a. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespons (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Ini merupakan indikasi sikap tingkat tiga.

(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

A. Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh para remaja tentang pengertian dan akibat yang ditimbulkan dari perilaku seks bebas.

Penilaian tingkat pengetahuan remaja mengenai seks bebas dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa kuisioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 8 pertanyaan. Bila tiap jawaban responden benar akan diberi nilai 1, jika jawaban salah diberi nilai -1. Menurut Arikunto (2007), penilaian terhadap pengetahuan remaja dalam mengenai seks bebas dengan total skor 19 adalah sebagai berikut :

a. Skor 14-19 : baik b. Skor 7-13 : cukup c. Skor 0-6 : kurang

Pengetahuan

Sikap

(33)

B. Sikap adalah tanggapan ataupun respon remaja terhadap hal-hal yang berhubungan dengan seks bebas.

Penilaian sikap remaja mengenai seks bebas dilakukan berdasarkan jawaban pernyataan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 8. Bila responden menjawab sangat setuju dan setuju pada pernyataan postif akan diberi nilai 3 dan 2. Sedangkan bila menjawab kurang setuju dan tidak setuju pada pernyataan positif akan diberi nilai 1 dan 0, begitu juga sebaliknya pada pernyataan negatif. Menurut Arikunto (2007), penilaian terhadap sikap remaja dalam mengenai seks bebas dengan total skor 24 adalah sebagai berikut :

(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk menentukan tingkat pengetahuan dan sikap remaja di SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai seks bebas.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Santo Thomas 1 Medan, provinsi Sumatera Utara. Menurut peneliti lokasi di sekitar SMA tersebut merupakan daerah yang cukup rawan karena cukup banyak warnet (warung internet) yang beroperasi, dan tidak jauh dari lokasi tersebut ada banyak diskotik .

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 11 bulan, sejak peneliti menentukan judul, menulis proposal hingga seminar hasil yang berlangsung sejak bulan Februari 2009 hingga Desember 2009. Time table dilampirkan pada lampiran.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i di SMA Santo Thomas 1 Medan. Populasi pada penelitian ini berjumlah sekitar 1339 orang.

4.3.2. Sampel

(35)

populasi sebanyak 1.339 orang. Maka melalui perhitungan menurut Notoadmojo (2005) diperoleh sebanyak 93 sampel.

n = ___N___

1 + N(d2) d = 0.1 dimana: N=1339

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan merata pada siswa SMA tersebut:

a. Siswa SMA kelas X : 1/3 x 93 = 31 orang. b. Siswa SMA kelas XI : 1/3 x 93 = 31 orang. c. Siswa SMA kelas XII: 1/3 x 93 = 31 orang.

4.4. Metode Pengumpulan Data

4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan metode angket dengan menggunakan instrumen kuesioner.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan pihak sekolah yang berhubungan dengan jumlah siswa/i dan masyarakat di sekitar sekolah tersebut.

4.4.3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

(36)

Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner

Variabel No. Total Pearson Correlation Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0,462 Valid 0,756 Reliabel

2 0,502 Valid Reliabel

3 0,573 Valid Reliabel

4 0,862 Valid Reliabel

5 0,607 Valid Reliabel

6 0,499 Valid Reliabel

7 0,453 Valid Reliabel

8 0,677 Valid Reliabel

Sikap 1 0,499 Valid 0,647 Reliabel

2 0,446 Valid Reliabel

3 0,544 Valid Reliabel

4 0,452 Valid Reliabel

5 0,546 Valid Reliabel

6 0,744 Valid Reliabel

7 0,477 Valid Reliabel

8 0,573 Valid Reliabel

4.5. Metode Analisis Data

(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Katolik St. Thomas 1 Medan berdiri pada tahun 1955 oleh Vikariat Apolostik Medan. SMA ini berada di pusat kota tepatnya bertempat di Jl. Letnan Jenderal S.Parman 109 Medan. SMA ini merupakan salah satu SMA di Medan yang statusnya terakreditasi dengan peringkat A (sangat baik). SMA ini memiliki 29 ruang kelas, 4 ruang laboratorium, perpustakaan, aula serba guna, studio musik, halaman/lapangan olah raga, kantin, ruang tata usaha, ruang guru dan ruang kepala sekolah, dengan jumlah siswa sebanyak 1339.

5.1.2. Karakteristik Individu

Dalam penelitian ini responden yang terpilih sebanyak 93 siswa yang terdiri dari 31 siswa kelas X, 31 siswa kelas XI dan 31 siswa kelas XII.

Dari keseluruhan responden gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi : usia dan jenis kelamin. Data lengkap bila ditinjau dari segi usia dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia

Usia f %

<14 0 0

14-15 59 63,4

>15 34 36,6

Jumlah 93 100

(38)

Data lengkap bila didistribusikan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin f %

Laki-laki 40 43

Perempuan 53 57

Jumlah 93 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelompok terbesar adalah pada kelompok perempuan yaitu sebesar 57% dan terendah pada kelompok laki-laki yaitu sebesar 43%.

5.1.3. Hasil Analisa Data

Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahuan

No. Pertanyaan/Pernyataan

(39)

Berdasarkan hasil tersebut maka tingkat pengetahuan seputar seks bebas dapat dikategorikan pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan

Pengetahuan f %

Baik 26 28,0

Cukup 64 68,8

Kurang 3 3,2

Total 93 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori cukup memiliki persentase paling besar yaitu 68,8%, tingkat pengetahuan yang dikategorikan baik sebanyak 28,0% dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan kurang sebesar 3,2%.

(40)

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel sikap

No. Pernyataan

Jawaban Responden Sikap Positif Sikap Negatif

f % f %

1. Seks bukanlah hal yang tabu untuk dibicarakan

83 89,2 10 10,8 2. Melakukan hubungan seks di luar nikah

merupakan hal yang sah-sah saja

84 90,3 9 9,7

3. Ciuman termasuk salah satu perbuatan seksual

49 52,7 44 47,3 4. Aborsi merupakan hal yang harus dilegalkan 63 67,7 30 32,3 5. Salah satu cara dalam mengungkapkan rasa

cinta adalah melalui hubungan seks

77 82,8 16 17,2 6. Pendidikan seks diajarkan sejak SMP 75 80,6 18 19,4 7. Disediakan tempat pelayanan remaja yang

mengatasi persoalan remaja seperti pacaran, seks, hubungan dengan orang tua,

penggunaan obat-obatan, dll

74 79,6 19 20,4

8. Keluarga, pemuka agama dan guru tidak boleh memberikan pengetahuan mengenai seksualitas

83 89,2 10 10,8

Dari tabel di atas terlihat bahwa pernyataan yang paling banyak dijawab dengan sikap postif adalah pada pernyataan nomor 2 yaitu sebesar 90,3%. Pernyataan yang paling sedikit dijawab dengan sikap yang positif adalah pernyataan nomor 3 yaitu sebesar 52,7%.

Berdasarkan hasil tersebut maka sikap seputar seks bebas dapat dikategorikan pada tabel 5.6.

Tabel 5.6.Distribusi frekuensi sikap

Sikap f %

Baik 53 57,0

Cukup 40 43,0

Kurang 0 0

(41)

Dari tabel 5.6. dapat dilihat bahwa sikap yang dikategorikan baik memiliki persentase yang paling besar yaitu 57,0%. Sikap dengan kategori cukup sebesar 43,0%.

5.2. Pembahasan

5..2.1. Tingkat Pengetahuan

Dari hasil analisa data dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan siswa/i SMA St.Thomas 1 Medan mengenai seks bebas paling banyak berada dalam kategori cukup, hal ini menurut asumsi peneliti ada kaitannya dengan faktor usia, hal ini dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan usia

Usia

(42)

Menurut peneliti hal yang mungkin mempengaruhi tingkat pengetahuan selain faktor usia adalah jenis kelamin/gender. Menurut Hanifah (2007) di masyarakat, gender menentukan bagaimana dan apa yang harus diketahui oleh laki-laki dan perempuan mengenai masalah seksualitas, termasuk perilaku seksual, kehamilan dan penyakit menular seksual (PMS). Sehingga dikatakan bahwa laki-laki lebih mengetahui masalah seksualitas daripada perempuan, karena perempuan dianggap lebih pasif sedangkan laki-laki lebih aktif dalam mencari informasi mengenai seksualitas. Data lengkap distribusi tingkat pengetahuan tentang seks bebas berdasarkan gender dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin

Jenis

Dilihat dari tabel 5.9 di atas, tingkat pengetahuan laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda karena sebenarnya saat ini perempuan juga memiliki akses yang sama dengan laki-laki dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan tentang seks dan kesehatan reproduksi. Hasil ini cocok dengan Prihyugiarto (2008) dalam penelitiannya, jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai seks bebas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hadi, et al (2008), tidak ditemukannya kolerasi yang bermakna antara pengetahuan seksualitas dengan jenis kelamin.

(43)

mata pelajaran biologi dalam topik sistem reproduksi sejak SMP. Sedangkan pertanyaan/pernyataan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan/pernyataan tentang dampak-dampak dari perilaku seks bebas. Hal ini menunjukkan masih kurangnya pengetahuan responden mengenai dampak dari perilaku seks bebas, menurut peneliti hal ini mungkin terjadi akibat masih kurangnya sosialisasi tentang kesehatan reproduksi dan dampak-dampak perilaku seks bebas di sekolah tersebut.

5.2.2. Sikap

Dari hasil analisa data dapat dilihat bahwa tingkat sikap siswa/i SMA St.Thomas 1 Medan mengenai seks bebas berada dalam kategori baik, hal ini menurut asumsi peneliti ada kaitannya dengan faktor usia, hal ini dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9. Distribusi frekuensi sikap berdasarkan usia

Usia

Dari tabel 5.9. terlihat bahwa sebanyak 50,4% dari 59 siswa/i yang berusia 14-15 tahun memiliki sikap yang dikategorikan baik dan sebanyak 39,6% dari 34 siswa/i yang berusia >15 tahun memiliki sikap yang dikategorikan baik, dari tabel tersebut terlihat bahwa seiring dengan pertambahan usia maka sikap akan semakin baik. Pertambahan usia seseorang akan berhubungan dengan perkembangan kognitif, penalaran moral, perkembangan psiko seksual dan perkembangan sosial (Hadi, et al, 2008).

(44)

mempengaruhi seseorang menilai ataupun bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut. Selain usia menurut peneliti faktor lain yang dapat mempengaruhi sikap adalah tingkat pengetahuan mengenai hal tersebut. Data lengkap distribusi frekuensi hasil uji sikap berdasarkan tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10. Distribusi frekuensi sikap berdasarkan tingkat pengetahuan

Hasil Uji

Dari tabel di atas terlihat bahwa pada tingkat pengetahuan cukup dan baik memiliki sikap yang dikategorikan baik, sedangkan pada tingkat pengetahuan yang kurang memiliki sifat yang dikategorikan cukup. Hal ini sesuai karena pengetahuan akan suatu objek atau stimulus memegang peranan penting dalam penentuan sikap (Notoadmojo, 2007).

Selain itu menurut Rahayuningsih (2008), pemahaman ataupun pengetahuan baik dan buruk, salah atau benarnya suatu hal akan menentukan sistem kepercayaan seseorang sehingga akan berpengaruh dalam penentuan sikap seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Asfriyati, Sanusi dan Siregar (2004) yaitu, bila seseorang memiliki dasar agama yang kuat meskipun pengetahuan seksualitas yang kurang, tetapi karena dasar agama yang kuat menyebabkan adanya pengaruh terhadap penentuan sikap.

(45)

Selain itu sikap responden terhadap pemberian pendidikan seks sejak smp dan penyediaan tempat pelayanan remaja yang mengatasi persoalan remaja juga telah sangat bagus karena menurut peneliti pada masa remaja tersebut merupakan masa ingin tahu terhadap perubahan fisik dan psikis yang dialaminya. Secara fisik dan psikis yang dialaminya, hal ini sesuai dengan Arma (2007), karena besarnya keingintahuan remaja mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas menyebabkan remaja selalu berusaha mencari tahu lebih banyak informasi mengenai seksualitas sehingga pemberian informasi tentang pendidikan seks dan tempat pelayanan remaja yang mengatasi persoalan remaja memang sangat dibutuhkan.

(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a) Tingkat pengetahuan remaja SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai seks bebas sebanyak 26 orang (28,0%) dikategorikan baik, 64 orang (68,8%) dikategorikan cukup dan 3 orang (3,2%) dikategorikan kurang.

b) Sikap remaja SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai seks bebas sebanyak 53 orang (57,0%) dikategorikan baik dan 40 orang (43,0%) dikategorikan cukup.

6.2. Saran

a) Bagi pihak sekolah agar mewaspadai masalah ini karena masalah ini sangat rawan. Pihak sekolah mungkin dapat membuat suatu program pendidikan baik berupa penyediaan suatu tempat pelayanan/konseling (UKS) ataupun penyuluhan di sekolah tersebut yang mencakup pendidikan kesehatan reproduksi, pendidikan seks dan narkoba. Program tersebut diharapkan dapat melibatkan psikiatri, guru maupun petugas kesehatan di sekolah tersebut sehingga siswa/i di sekolah tersebut dapat mendapat informasi yang tepat dan dapat melakukan konsultasi bila berhadapan dengan suatu masalah. Selain itu pihak sekolah mungkin juga harus berkerja sama dengan pihak orang tua agar orang tua juga dapat memberikan informasi seputar kesehatan reproduksi kepada anak-anaknya. Sehingga siswa/i tersebut dapat terpantau baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Abineno, J.L.Ch., 1999. Seksualitas dan Pendidikan Seksual. Jakarta : Gunung Mulia. Akbar, A., 1992. Merawat Cinta Kasih. Jakarta : PT. Pustaka Antara.

Arikunto, S.,2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT RINEKA CIPTA

Arma, A.J.A., 2007. Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Perilaku Seks Remaja dan Pengetahuan Kespro Sebagai Alternatif Penangkalnya. Info Kesehatan Masyarakat : The Journal of Public Health. 11 (2) : 189- 197.

Asfriyati, Sanusi, S.R., Siregar, F.A., 2004. Perilaku Seks Remaja Santri di Pesantren Purba Baru Tapanuli Selatan serta Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Diperoleh

dari :

29 Oktober 2009]

Asfriyati, 2005. Masalah Kehamilan Pranikah pada Remaja Ditinjau dari Kesehatan Reproduksi. Info Kesehatan Masyarakat : The Journal of Public Health. 9 (1) : 61-64.

Ashari, M.D., 2000. Hindari Aids Demi Masa Depan Kita Semua. Dalam: Nasution, R.H., Anwar, C., Nasution, D.P., ed. AIDS Kita Bisa Kena Kita Bisa Cegah. Medan : Percetakan MONORA, 13-22.

Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Jenson, H.B.,2004. Adolesence. In : Nelson Textbook of Pediatrics, 17th ed. Philadelphia : Saunders.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2005. Pendidikan Seks dan Kespro Sebaiknya Masuk Kurikulum. Diperoleh dari :

Maret 2009]

(48)

berhubungan-seks-di-luar-nikah&catid=1:national&Itemid=54

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2008. Dampak Seks Bebas terhadap Kesehatan Fisik dan Psikologis Remaja. Diperoleh dari : . [diakses pada 27 January 2009]

2009]

Collins, R.L., et al.,2004. Watching Sex on Televison Predicts Adolescent Initiation of Sexual Behaviour. Boulevard : American Academy of Pediatrics. Available from

Department of Reproductive Health and Research, World Health Organization, 2003. Preparing for Adulthood : Adolescent Sexual and Reproductive Health. Geneva : Department of Reproductive Health and Research, World Health Organization.

Available from :

[accesed 20 February 2009]

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Pendekatan dan Penanganan pada Remaja Berisiko Tinggi. Diperoleh dari :

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Berantas HIV Berdayakan Keluarga. Diperoleh dari :

pada 20 Februari 2009]

Hadi, et al., 2008. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja Jakarta Tentang Seks Aman dan Faktor yang Berhubungan. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional.

Hanifah, Laily, 2007. Gender dan HIV/AIDS. Diperoleh dari :

(49)

poor/The%20National%20HIV%20&%20AIDS%20Strategy%202007-2010%20(Indonesia).pdf

Luthfie, R.E.,2002. Fenomena Perilaku Seksual Pada Remaja. Diperoleh dari: [diakses pada 3 Maret 2009]

February 2009]

Ministry of Health Republic Indonesia & The World Health Organization, 2003. Indonesia Reproduction Health Profile 2003. Available from :

24 January 2009]

Muma, R.D. & Borucki, M.J., 1997. Cara Transmisi HIV. Dalam : Muma, R.D., Lyons, B.A., Borucki, M.J., Pollard, R.B., ed. HIV : Manual Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 9-11.

Mutadin, Zainun, 2002. Pendidikan Seksual pada Remaja. Diperoleh dari:

Maret 2009]

Notoatmodjo, S., 2007. Domain Perilaku. Dalam : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 139-146.

Nugraha, B.D., Windy, M.T., 1997. Apa yang Ingin Diketahui Remaja Tentang Seks. Jakarta : Bumi Aksara.

Pardede, N., 2002. Masa remaja. Dalam : Narendra, M.B., Sularyo, T.S., Soetjiningsih, Suyitno, H., Ranug, IG.N.G., ed. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto, 138-170.

Prihyugiarto, T.Y., 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Perilaku Seks Pranikah pada Remaja di Indonesia. Dalam : Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi II (2). Diperoleh dari :

(50)

Rahayuningsih, S.U., 2008. Sikap (Attitude). Diperoleh dari :

[diakses pada 9 Maret 2009]

Tukan, J.S., 1993. Metode Pendidikan Seks, Perkawinan, dan Keluarga. Jakarta : Erlangga.

Triswan, Y., Gordon, J.C., Hughes, J., Murphey, E., Wilson, A., 2000. Kesehatan Reproduksi Remaja : Membangun Perubahan yang Bermakna. Out Look, 16 :

1-8. Diperoleh dari :

Februari 2009]

UNAIDS, 2007. AIDS Epidemic Update. Geneva : World Health Organization. Available from:

January 2009]

World Health Organization, 2009. Making Pregnancy Safer. Available from :

Yatim, D.I, 2006. Dialog Seputar AIDS. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Zein, U., 2006. 100 Pertanyaan Seputar HIV/AIDS yang Perlu Anda Ketahui. Medan: USU press.

(51)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

Tempat / Tanggal Lahir Agama

Alamat

Riwayat Pendidikan

Riwayat Organisasi

:

Lubuk Pakam / 29 September 1988 Budha

Jl. Punak no.7D Medan 1.

TK Letjen Djamin Ginting Brastagi SD Letjen Djamin Ginting Brastagi SMP Negeri 1 Brastagi

SMP Sutomo 1 Medan SMA Sutomo 1 Medan

Peserta Bakti Sosial KMB 2007

Panitia Bakti Sosial KMB 2008 sebagai koordinator seksi medis

(52)

Lampiran 2

KUESIONER

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Mengenai Seks Bebas pada Tahun 2009

Data responden

Pilihlah jawaban yang menurut anda benar

1. Menurut anda apakah seksualitas itu : (jawaban boleh lebih dari 1)

a) Hal yang menjijikan dan kotor b) Cara orang mengekspresikan

sifat dasar dan ciri seksual

c) Perbedaan antara laki-laki dan perempuan

d) Hal yang tabu untuk dibicarakan dan dilakukan

2. Tanda seks sekunder laki-laki adalah : (jawaban boleh lebih dari 1)

a) Tumbuhnya jakun b) Tinggi badan bertambah c) Tumbuhnya rambut putih d) Tumbuhnya kumis e) Tumbuhnya rambut pubis

3. Tanda-tanda seks sekunder perempuan adalah: (jawaban boleh lebih dari 1) a) Ukuran pinggul membesar

b) Berat badan bertambah c) Tumbuhnya Rambut putih d) Tumbuhnya jerawat

4. Penyakit kelamin yang anda ketahui : (jawaban boleh lebih dari 1)

a) Sifilis b) Gonorhoe c) Kusta d) Herpes e) Kutil kelamin f) Hemofilia g) Ascariasis h) Tidak tahu

5. Bentuk hubungan seksual yang benar a) Hubungan alat kelamin dengan alat

kelamin

b) Hubungan alat kelamin dengan mulut (oral sex)

c) Hubungan alat kelamin dengan dubur (anal sex)

d) Semua benar

6. Apakah Perilaku seks bebas dapat menyebabkan kemandulan ?

a) Ya b) Tidak c) Tidak tahu

(53)

a) Hubungan seks b) Berciuman

c) Bersalaman/bersentuhan dengan penderita

d) Memakai barang penderita

e) Menggunakan kamar mandi/WC yang sama

f) Memakai jarum suntik secara bergantian

g) Transfusi darah

h) Ibu kepada anak yang dilahirkan i) Tidak tahu

8. Apakah penyakit menular seksual hanya terjadi pada orang yang sering berganti-ganti pasangan seksual ? a) Ya

b) Tidak c) Tidak tahu Sikap

Berilah tanda (√) pada salah satu jawaban yang menurut anda benar

No Pernyataan Sangat

Setuju Setuju

Kurang

Setuju

Tidak

Setuju

1. Seks bukan merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan

2. Melakukan hubungan seksual di luar nikah merupakan hal yang sah-sah saja

3. Ciuman termasuk salah satu perbuatan seksual

4. Tindakan aborsi merupakan hal yang harus dilegalkan

5. Salah satu cara dalam mengungkapkan rasa cinta adalah melalui hubungan seks

6. Pendidikan seks diajarkan sejak SMP

7. Disediakan tempat pelayanan remaja yang mengatasi persoalan remaja seperti pacaran, seks, hubungan dengan orang tua, penggunaan obat-obatan, dll

(54)

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBYEK PENELITIAN

Dengan hormat,

Saya Sudibio, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul

“ Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Santo Thomas 1 Medan Tentang Seks Bebas “. Saya mengikutsertakan saudara/i dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja SMA Santo Thomas 1 Medan mengenai seks bebas.

Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela. Pada penelitian ini identitas saudara/i akan disamarkan. Kerahasiaan data saudara/i akan dijamin sepenuhnya. Bila hasil penelitian ini dipublikasikan, kerahasiaan data saudara/i akan tetap dijaga.

Jika selama menjalankan penelitian ini terjadi keluhan pada saudara/i silahkan menghubungi saya Sudibio ( HP: 0819891792).

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu saudara/i sekalian, saya ucapkan terima kasih.

LEMBAR PERSETUJUAN SUBYEK PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Umur :

Jenis kelamin : Laki-laki/ Perempuan *) Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

(55)

Lampiran 5

rentang umur

34 36,6 36,6 36,6

59 63,4 63,4 100,0

93 100,0 100,0

>16 14-15 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Karakteristik Responden

jenis kelamin

40 43,0 43,0 43,0

53 57,0 57,0 100,0

93 100,0 100,0

laki-laki perempuan Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Hasil Uji Variabel Pengetahuan

pertanyaan/pernyataan 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(56)

pertanyaan/pernyataan 4

82 88,2 88,2 88,2

11 11,8 11,8 100,0

93 100,0 100,0

benar salah Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pertanyaan/pernyataan 5

83 89,2 89,2 89,2

10 10,8 10,8 100,0

93 100,0 100,0

benar salah Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pertanyaan/pernyataan 6

61 65,6 65,6 65,6

32 34,4 34,4 100,0

93 100,0 100,0

benar salah Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pertanyaan/pernyataan8

65 69,9 69,9 69,9

28 30,1 30,1 100,0

93 100,0 100,0

benar salah Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(57)

rentang Umur * kategori total Crosstabulation

17 17 0 34

65,4% 26,6% ,0% 36,6%

9 47 3 59

34,6% 73,4% 100,0% 63,4%

26 64 3 93

100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

Count

% within kategori total Count

% within kategori total Count

% within kategori total >15

jenis kelamin * kategori total Crosstabulation

11 29 0 40

42,3% 45,3% ,0% 43,0%

15 35 3 53

57,7% 54,7% 100,0% 57,0%

26 64 3 93

100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

Count

% within kategori total Count

% within kategori total Count

% within kategori total laki-laki

83 89,2 89,2 100,0

93 100,0 100,0

sikap -sikap + Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Hasil Uji Variabel Sikap

pernyataan 2

9 9,7 9,7 9,7

84 90,3 90,3 100,0

93 100,0 100,0

sikap -sikap + Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pernyataan 3

44 47,3 47,3 47,3

49 52,7 52,7 100,0

93 100,0 100,0

sikap -sikap + Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

(58)

pernyataan 4

30 32,3 32,3 32,3

63 67,7 67,7 100,0

93 100,0 100,0

sikap -sikap + Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pernyataan 5

16 17,2 17,2 17,2

77 82,8 82,8 100,0

93 100,0 100,0

sikap -sikap + Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pernyataan 6

18 19,4 19,4 19,4

75 80,6 80,6 100,0

93 100,0 100,0

sikap -sikap + Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pernyataan 7

19 20,4 20,4 20,4

74 79,6 79,6 100,0

93 100,0 100,0

sikap -sikap + Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

pernyataan 8

10 10,8 10,8 10,8

83 89,2 89,2 100,0

93 100,0 100,0

sikap -sikap + Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

kategori total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 53 57,0 57,0 57,0

cukup 40 43,0 43,0 100,0

(59)

rentang Umur * kategori total Crosstabulation

% within kategori total Count

% within kategori total Count

% within kategori total >15

kategori pengetahuan * kategori sikap Crosstabulation

13 13 26

% within kategori sikap Count

% within kategori sikap Count

% within kategori sikap Count

(60)

Lampiran 6

Time Tabel

Waktu Kegiatan

Februari-Maret Pengajuan dan Penentuan judul

Maret-April Penyusunan Proposal

Mei Seminar proposal

Juni-Juli Uji validitas dan Uji Reliabilitas

Juli Pengumpulan data penelitian

Agustus-November Menganalisa data dan melakukan pembahasan

Gambar

Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tahap perencanaan pada Sikus I, terlebih dahulu guru sekaligus peneliti merancang perencanaan yang akan dijadikan acuan implementasi tindakan pada siklus

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat – Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis dan Perancangan Aplikasi Pemesanan Iklan

dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok kemudian,

Koperasi dan UKM merupakan bagian integral dunia usaha nasional, mempunyai kedudukan, potensi, dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan

In FSPP, fuzzy numbers can be used to model the uncertain aspects of the The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information

Jika terdapat kredit pajak PPh Pasal 24, maka jumlah yang diisi adalah maksimum yang dapat dikreditkan sesuai lampiran tersendiriU. (Rupiah) DEPARTEMEN

If the distribution of errors had a normal behavior and there were no extreme values, the error metrics of the root mean square, the average error and the standard deviation would

Menimbang : bahwa sehubungan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan