• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Npk Cair Dan Beberapa Jenis Bahan Penahan Air Untuk Mendukung Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus Communis Forst.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Npk Cair Dan Beberapa Jenis Bahan Penahan Air Untuk Mendukung Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus Communis Forst.)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN NPK CAIR DAN BEBERAPA JENIS BAHAN PENAHAN AIR UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN BIBIT SUKUN (Artocarpus

communis Forst.)

KURNIANI SIREGAR 061202001

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGGUNAAN NPK CAIR DAN BEBERAPA JENIS BAHAN PENAHAN AIR UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN BIBIT SUKUN (Artocarpus

communis Forst.)

SKRIPSI

Oleh:

KURNIANI SIREGAR 061202001

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PENGGUNAAN NPK CAIR DAN BEBERAPA JENIS BAHAN PENAHAN AIR UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN BIBIT SUKUN (Artocarpus

communis Forst.)

SKRIPSI Oleh:

KURNIANI SIREGAR 061202001/BUDIDAYA HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

Judul Skripsi : Penggunaan NPK Cair dan Beberapa Jenis Bahan Penahan Air Untuk Mendukung Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis Forst)

Nama : Kurniani Siregar

NIM : 061202001

Departemen : Kehutanan Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr. Budi Utomo SP, MP Dr. Ir. Yunasfi, M. Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

(5)

ABSTRACT

KURNIANI SIREGAR: Use liquid NPK and some type of water retaining to support the growth of breadfruit seedlings (Artocarpus communis Forst). Under the supervision of BUDI UTOMO and YUNASFI.

Water is an important factor to supporting the growth of a plants. Lack of water will disturb the physiological and morphological activities, became an atrophy. The purpose of this study is to knows the effect a liquid NPK and various type of water retaining material appropriate to see influence growth of breadfruit seedlings (Artocarpus communis Forst). This research was conducted from December 2010 until January 2011, in Green House, Agriculture Faculty, USU, Medan, using completely randomized non factorial design. The Parameters analyzed were plants height, plants diameter, percentage of soil moisture content, and the ability of plants to survive

The result of this study showed that liquid NPK and some type of water retaining to give tangible effect to height. In average use liquid NPK and some of water retaining influence to change height of breadfruit seedlings. In average use some of water retaining influence to change height of breadfruit seedlings in M7

(manure) as highest is 0,8 cms and average use some of water retaining influence to change height of breadfruit seedlings in M4 (aquasorb ) as lowest is 0,38 cms. In

average use some of water retaining influence to change diameters of breadfruit seedlings in M6 (compost) as highest is 0.046. and average use some of water

retaining influence to change diameters of breadfruit seedlings in M4 dan M5 (crystal soil and aquasorb) as lowest is 0.034 cms. In average soil moisture content decrease in M7 (manure) as highest is 27,8% and average use some soil moisture content

decrease in M3 (cocopot) as lowest is 21,2%. The most potentially kind of water

retaining that can saving water is manure.

(6)

ABSTRAK

KURNIANI SIREGAR: Penggunaan NPK Cair dan Beberapa Jenis Bahan Penahan Air untuk Mendukung Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis Forst). Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan YUNASFI.

Air merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan suatu tanaman. Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pupuk NPK Cair dan bahan penahan air yang tepat untuk pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst). Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Januari 2011, di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, USU Medan, menggunakan rancangan acak lengkap non faktorial. Parameter yang dianalisis adalah tinggi bibit, diameter bibit, persentase kadar air tanah, dan kemampuan tanaman bertahan hidup.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan NPK cair dan beberapa jenis bahan penahan air memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggi bibit sukun dan kemampuan bertahan hidup. Rataan pertambahan tinggi bibit sukun tertinggi pada perlakuan M7 (pupuk kandang) sebesar 0,8 cm dan Rataan pertambahan tinggi bibit sukun terendah pada perlakuan M4 (aquasorb) sebesar 0,38 cm. Rataan pertambahan diameter bibit sukun tertinggi pada perlakuan M7 (kompos) sebesar 0,046 cm dan rataan pertambahan diameter bibit sukun terendah pada perlakuan M4 dan M5 (crystal soil dan aquasorb ) sebesar 0,034 cm. Rataan penurunan kadar air tertinggi pada perlakuan M7 (pupuk kandang) sebesar 27,8% dan penurunan kadar air terendah M3 (sabut kelapa) sebesar 21,2 %. Jenis bahan penahan air yang paling berpotensi menyimpan air adalah pupuk kandang.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Hasil Penelitian dengan tema ”Pemanfaatan NPK Cair dan Beberapa Jenis Bahan Penahan Air untuk Mendukung Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis Forst)”.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah membimbing dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Budi Utomo, SP, MP dan Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M, Si selaku komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari menetapkan judul, melakukan penelitian sampai pada akhir penulisan skripsi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Departemen Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2011

(8)

DAFTAR ISI

Taksonomi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.) ... 4

Botani Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.) ... 4

(9)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

Bahan dan Alat Penelitian ... 21

Metode Penelitian... 21

Prosedur Penelitian... 22

Parameter Pengamatan ... 24

A. Tinggi Tanaman ... 24

B. Diameter Batang ... 24

C. Kadar Air (KA) Tanah... 24

C. Kemampuan Tanaman Bertahan Hidup ... 25

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Tabel Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Tinggi (cm)

Bibit Sukun ... 37

2. Tabel Analisis Rancangan Percobaan Diameter (cm) Bibit Sukun ... 38

3 . Tabel Kadar Air Awal ... ... 39

4 . Tabel Kadar Air Akhir... 39

5. Tabel Analisis Rancangan Percobaan Penurunan Kadar Air Bibit Sukun... 40

6. Tabel Analisis Rancangan Percobaan Lama Bibit Sukun Bertahan Hidup.. 41

7. Data Kemampuan Tanaman untuk Dapat Bertahan Hidup……….. 42

8. Bibit Sukun ... 43

9. Gambar Label Bahan... 46

10. Bagan petak Penelitian di Rumah Kaca ... 47

(11)

ABSTRACT

KURNIANI SIREGAR: Use liquid NPK and some type of water retaining to support the growth of breadfruit seedlings (Artocarpus communis Forst). Under the supervision of BUDI UTOMO and YUNASFI.

Water is an important factor to supporting the growth of a plants. Lack of water will disturb the physiological and morphological activities, became an atrophy. The purpose of this study is to knows the effect a liquid NPK and various type of water retaining material appropriate to see influence growth of breadfruit seedlings (Artocarpus communis Forst). This research was conducted from December 2010 until January 2011, in Green House, Agriculture Faculty, USU, Medan, using completely randomized non factorial design. The Parameters analyzed were plants height, plants diameter, percentage of soil moisture content, and the ability of plants to survive

The result of this study showed that liquid NPK and some type of water retaining to give tangible effect to height. In average use liquid NPK and some of water retaining influence to change height of breadfruit seedlings. In average use some of water retaining influence to change height of breadfruit seedlings in M7

(manure) as highest is 0,8 cms and average use some of water retaining influence to change height of breadfruit seedlings in M4 (aquasorb ) as lowest is 0,38 cms. In

average use some of water retaining influence to change diameters of breadfruit seedlings in M6 (compost) as highest is 0.046. and average use some of water

retaining influence to change diameters of breadfruit seedlings in M4 dan M5 (crystal soil and aquasorb) as lowest is 0.034 cms. In average soil moisture content decrease in M7 (manure) as highest is 27,8% and average use some soil moisture content

decrease in M3 (cocopot) as lowest is 21,2%. The most potentially kind of water

retaining that can saving water is manure.

(12)

ABSTRAK

KURNIANI SIREGAR: Penggunaan NPK Cair dan Beberapa Jenis Bahan Penahan Air untuk Mendukung Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus communis Forst). Dibimbing oleh BUDI UTOMO dan YUNASFI.

Air merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan suatu tanaman. Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pupuk NPK Cair dan bahan penahan air yang tepat untuk pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst). Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Januari 2011, di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, USU Medan, menggunakan rancangan acak lengkap non faktorial. Parameter yang dianalisis adalah tinggi bibit, diameter bibit, persentase kadar air tanah, dan kemampuan tanaman bertahan hidup.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan NPK cair dan beberapa jenis bahan penahan air memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggi bibit sukun dan kemampuan bertahan hidup. Rataan pertambahan tinggi bibit sukun tertinggi pada perlakuan M7 (pupuk kandang) sebesar 0,8 cm dan Rataan pertambahan tinggi bibit sukun terendah pada perlakuan M4 (aquasorb) sebesar 0,38 cm. Rataan pertambahan diameter bibit sukun tertinggi pada perlakuan M7 (kompos) sebesar 0,046 cm dan rataan pertambahan diameter bibit sukun terendah pada perlakuan M4 dan M5 (crystal soil dan aquasorb ) sebesar 0,034 cm. Rataan penurunan kadar air tertinggi pada perlakuan M7 (pupuk kandang) sebesar 27,8% dan penurunan kadar air terendah M3 (sabut kelapa) sebesar 21,2 %. Jenis bahan penahan air yang paling berpotensi menyimpan air adalah pupuk kandang.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lahan merupakan suatu lingkungan yang terdiri atas iklim, topografi, tanah, air dan vegetasi, faktor-faktor tersebut pada batas tertentu mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan.Berdasarkan penjelasan diatas terlihat bahwa air dan vegetasi mempunyai peran penting dalam keseimbangan ekosistem.Namun, yang terlihat saat ini dilapangan parameter diatas sudah tidak diperdulikan lagi, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan susunan masyarakat dan pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat sehingga kebutuhan sandang, pangan dan papan juga meningkat.Akibatnya lahan untuk tempat tumbuh tanaman menjadi terbatas sehingga perlu dilakukan efisiensi penggunaan lahan namun tidak mengurangi fungsi dari tanaman/pohon tersebut.

Tanah sebagai media tumbuh mempunyai fungsi menyediakan air-udara dan unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman.Namun demikian, kemampuan tanah menyediakan unsur hara sangat terbatas.Hal ini terbukti dengan pemakaian tanah yang terus menerus secara intensif tanpa penambahan unsur hara mengakibatkan merosotnya unsur hara.Untuk itu perlu dilakukan usaha untuk melestarikan kesuburan tanah, salah satu usaha yang dapat dilakukan ialah dengan pemberian pupuk.

(14)

sebagai pengganti beras karena sumber kalori dan kandungan gizinya yang tinggi,sehingga tanaman sukun berkontribusi terhadap upaya global dalam menjamin ketahanan pangan.Sistem agroforestri sederhana dapat dilakukan dalam penanaman sukun, dimana pohon/tanaman tahunan ditanam secara tumpang sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim.Tanaman sukun bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah air. Air merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan suatu tanaman. Selain dalam proses transpirasi dan fotosintesis, air juga berperan dalam penyerapan unsur hara yang diperlukan tanaman. Kebutuhan air oleh suatu tanaman umumnya berbeda-beda, oleh karena itu banyak sedikitnya air yang diberikan dalam penyiraman sangat mempengaruhi kondisi dari pertumbuhan tanaman itu sendiri. Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus-menerus akan menyebabkan perubahan yang tidak dapat balik (irreversibel)dan pada gilirannya tanaman akan mati (Daniel et al., 1987).

(15)

dijangkau misalnya seperti tebing-tebing dan biasanya tanaman hanya ditanam, tidak diperhatikan dan tidak disiram, sehingga tanaman kekeringan dan mati.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pupuk NPK cair dan berbagai jenis bahan penahan air yang tepat untuk pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst).

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitiaan ini adalah memberikan informasi mengenai pengaruh pupuk NPK cair dan jenis bahan penahan air yang tepat mendukung pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst).

Hipotesis Penelitian

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.)

Dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Rauf,2009).

Botani Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.)

Tanaman sukun merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m. Kulit kayunya berserat kasar, dan semua bagian tanaman bergetah encer.Daunnya lebar, bercagap menjari dan berbulu kasar.Bunganya keluar dari ketiak daun pada Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Urticales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus communis Forst. Nama umum/dagang : Sukun

Nama Daerah :

Sumatera : Sukun (Aceh) Hatopul (Batak) Amu (Meteyu) Jawa : Sukun (Jawa) Sakon (Madura)

(17)

ujung cabang dan ranting, tetapi masih dalam satu pohon (berumah satu).Bunga jantan berbentuk tongkat panjang yang biasa disebut ontel.Bunga betina berbentuk bulat bertangkai pendek yang biasa disebut babal seperti pada nangka.Bunga betina ini merupakan bunga majemuk sinkarpik.Kulit buah bertonjolan rata sehingga tidak jelas yang merupakan bekas putik dari bunga sinkarpik tersebut (Sunarjono, 1999).Kayu sukun tidak terlalu keras tapi kuat, elastis dan tahan rayap(Irwanto, 2006).

Tempat Tumbuh

Tanaman sukun dapat tumbuh dan dibudidayakan pada berbagai jenis tanah mulai dari tepi pantai sampai pada lahan dengan ketinggian ±600 m dari permukaan laut.Sukun juga toleran terhadap curah hujan yang sedikit maupun curah hujan yang tinggi antara 80-100 inchi per tahun dengan kelembaban 60-80%, namun lebih sesuai pada daerah-daerah yang cukup banyak mendapat penyinaran matahari.Tanaman sukun tumbuh baik di tempat yang lembab, panas, dengan temperatur antara 15-38°C.Tanaman sukun ditanam di tanah yang subur, dalam dan drainase yang baik, tetapi beberapa varietas tanpa biji dapat tumbuh baik di tanah berpasir (Tridjaja, 2003).

(18)

Kedudukan daun mendatar, melebar dan menghadap ke atas.Bunganya berumah satu, bunga jantan dan betina terdapat pada tongkol yang berbeda. Bunga jantan berbentuk kecil memanjang dan bunga betina berbentuk bulat sampai bulat panjang. Pada saat muda bunga berwarna hijau dan kekuningan pada saat tua. Umur bunga jantan dan betina relatif pendek, bunga jantan 25 hari dan bunga betina ± 90 hari, letaknya bunga jantan atau betina berada di atas pangkal daun. Buahnya berbentuk bulat sampai sedikit agak lonjong. Buah muda berkulit kasar dan berkulit halus pada saat tua serta berwarna hijau kekuningan. Beratnya dapat mencapai 4 kg/buah. Daging buah berwarna putih cenderung krem dan rasanya agak manis dan memiliki aroma spesifik, tidak berbiji sehingga perbanyakannya dengan cara stek dan sambung. Kulit buah menonjol rata sehingga tampak tidak jelas yang merupakan bekas putik dari bunga sinkarpik (Dephut, 1998).

Penyerbukan bunga pada tanaman sukun dibantu oleh angin, sedangkan serangga yang sering berkunjung kurang berperan dalam penyerbukan bunga. Pada buah sukun, walaupun terjadi penyerbukan, pembuahannya mengalami kegagalan sehingga buah yang terbentuk tidak berbiji. Pada sukun (Artocarpus communis Forst) kedua proses dapat berlangsung normal sehingga buah yang terbentuk berbiji normal dan kulit buah berduri lunak sekali oleh karena itu buah sukun tidak berbiji (partenokarpi). Akar tanaman sukun mempunyai akar tunggang yang dalam dan akar samping dangkal. Akar samping dapat tumbuh tunas yang sering digunakan untuk bibit.

(19)

berbagai macam makanan, misalnya getuk sukun, klepon sukun, stik sukun, keripik sukun dan sebagainya. Batang pohon (kayu) sukun dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan maupun dibuat papan kayu yang kemudian dikilapkan (Dephut, 1998).

Syarat Tumbuh

Tanaman sukun baik dikembangkan di dataran rendah hingga ketinggian 1200 mdpl yang bertipe iklim basah. Curah hujan antara 2.000-3.000 mm per tahun. Tanah aluvial yang mengandung banyak bahan organik disenangi oleh tanaman sukun. Derajat keasaman tanah sekitar 6-7. Tanaman sukun relatif toleran terhadap pH rendah, relatif tahan kekeringan, dan tahan naungan. Tanaman sukun masih mampu tumbuh dan berbuah pada tempat yang mengandung batu karang dan kadar garam agak tinggi serta sering tergenang air (Pitojo, 1999).

Media tanam berfungsi sebagai tempat berpegangan akar tanaman yang ditanam dan untuk menyerap larutan nutrisi saat disiram atau diteteskan kemudian larutan nutrisi tersebut diserap oleh perakaran. Syarat yang digunakan untuk media tanam antara lain steril, porus ringan, mudah didapat dan murah. Tanaman membutuhkan unsur hara yang tepat untuk mencukupi kebutuhan tanaman. Selain itu tanaman juga membutuhkan air dan sinar matahari untuk dapat melangsungkan daur hidupnya (Hartus, 2002).

Media Tanam Tumbuhan

(20)

dari suatu jenis tanaman dengan perlakuan tertentu dan sistem periode waktu yang ditetapkan. Tanah yang digunakan sebagai media pembibitan harus memiliki kesuburan yang baik, tidak berkerikil, memiliki aerasi yang baik, tidak terlalu mengandung liat, sumber air cukup tersedia dan berkualitas baik. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam memproduksi media bibit adalah sifat medianya. Media yang memiliki sifat fisik baik memiliki struktur remah, daya serap dan daya simpan air baik serta kapasitas udaranya cukup (Khaerudin, 1999).

(21)

Media tanam berfungsi sebagai tempat tumbuh akar tanaman yang ditanam dan untuk menyerap larutan nutrisi saat disiram atau diteteskan kemudian larutan nutrisi tersebut diserap oleh perakaran. Syarat yang digunakan untuk media tanam antara lain steril, porus ringan, mudah didapat dan murah. Tanaman membutuhkan unsur hara yang tepat untuk mencukupi kebutuhan tanaman. Selain itu tanaman juga membutuhkan air dan sinar matahari untuk dapat melangsungkan daur hidupnya (Hartus, 2002).

Tanah yang merupakan tempat tumbuh suatu tanaman merupakan suatu sistem terpadu antara unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya misalnya mineral anorganik, mineral organik, organik tanah, udara, tanah dan air tanah. Untuk dapat tumbuh dan berproduksi, tanaman mendapatkan suplai nutrisi (hara mineral) dari dalam tanah dan mineral-mineral tersebut diserap dalam bentuk yang spesifik. Untuk mengembalikan mineral-mineral tanah yang hilang, baik yang tercuci oleh hujan maupun yang terserap tanaman maka dilakukan pemupukan (Sitepu, 2007).

Kandungan Air Tanah

Kandungan air didalam tanah merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan keberhasilan pertumbuhan dan produksi tanaman.Kandungan air didalam tanah sangat dipengaruhi oleh iklim, curah hujan dan dipengaruhi oleh sifat tanah seperti tekstur dan struktur tanah.Persentase kandungan air tanah berbeda dengan berbedanya sifat tekstur tanah.

(22)

cukup tersedia di dalam tanahguna dapat melarutkan pupukyang diberikan, karena tanaman hanya dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terlarut didalam larutan tanah.Air tanah sangat berperan dalam hal mekanisme pergerakan hara keakar tanama. Perkembangan akar tanaman sangat dirangsang oleh kondisi tanah yang lembab, sehingga kesempatan dari akar untuk lebih dekat dengan unsur hara yang berasal daripupuk akan lebih besar. Demikian juga dengan aliran massauntuk keperluan transpirasi diperlukan air tanah dan pada waktu bersamaan juga akan mengangkut unsur-unsur hara ke akar dari daerah yang jauh dari jangkauan akar (Damanik et al., 2010).

Pupuk, Pemupukan dan Unsur hara N, P, K Cair

Pupuk adalah setiap bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal tanaman yang dapat diberikan kepada tanah atau tanaman. Sedangkan pemupukan adalah metode atau cara-cara pemberian pupuk atau aplikasi pupuk ke dalam tanah atau ke tanaman melalui daun atau bagian tanaman lainnya.Pemupukan bermaksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan lingkungan yang baik.Pupuk cair larut sempurna (clear liquid fertilizer) merupakan jenis pupuk dimana bahan NPK larut sempurna di dalam larutan pupuk.Pupuk majemuk cair atau NPK sering digunakan sebagai pupuk awal (stater) dan diaplikasikan melalui daun, air irigasi, dan aplikasi langsung ke tanah.

(23)

NH4+ (ammonium) dan ion NO3- (nitrat).Ditinjau dari berbagai hara, nitrogen merupakan yang paling banyak mendapat perhatian.Hal ini disebabkan jumlah nitrogen yang terdapat di dalam tanah sedikit sedangkan yang diangkut tanaman dalam bentuk panen setiap musim cukup bayak. Disamping itu senyawa nitrogen anorganik sangat larut dan mudah hilang dalam air drainase, tercuci dan menguap ke atmosfir (Damanik et al., 2010).

Unsur hara posfor adalah unsur hara makro, dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang bayak dan esensial bagi pertumbuhan tanaman.posfor sering disebut sebagai kunci kehidupan karena terlibat langsung hampir pada seluruh kehidupan tanaman.posfor merupakan komponen setiap sel hidup dan cenderung lebih ditemui pada biji dan titik tumbuh. Permasalahan penting yang harus diketahui dari posfor adalah sebagian posfor didalam tanah umumnya tidak tersedia untuk tanaman, meskipun jumlah totalnya lebih besar dari pada nitrogen.Dalam hal ini ketersediaan posfor sangat tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri, serta bagaimana pengelolaan tanah itu oleh manusia (Damaniket al., 2010).

(24)

Sifat Pupuk Majemuk

Sifat unsur hara dan tata cara penggunaan pupuk majemuk pada dasarnya sama dengan pupuk tunggal. Keuntungan pupuk majemuk adalah karena mengandung 2 atau 3 unsur pupuk.makadengan satu kali pemberian telah dipenuhi 2 atau 3 unsur pupuk sekaligus. Sehingga, lebih menghemat dari segi biaya aplikasi, transportasi dan penyimpanan. Sebaliknya juga terdapat kesukaran bila komposisi hara pupuk majemuk ternyata tidak sesuai dengan kebutuhan tanamanyang akan dipupuk.

Pembuatan Pupuk Majemuk

Terjadi perubahan sifat bahandan komposisi dalam proses pembuatan pupuk majemuk. Bahan dengan sifat-sifat yang berbeda dicampur bersama sehingga terjadi perubahan sifat fisik dan kimia. Proses pembuatan pupuk majemuk dihadapkan pada masalah yang multi kompleks terutama pada formula, proses, control reaksi kimia dan kondisi fisikdari pupuk yang dicampurkan tersebut.

Efisiensi Pemupukan

(25)

pupuk dan sifatnya, dosis pupuk, waktu pemupukan dan metode atau cara pemupukan.

A. Kompos

Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, alang-alang, rumput, sampah kota, dan sebagainya. Proses pelapukan bahan-bahan tersebut dapat dipercepat melalui bantuan manusia. Kandungan utama dengan kadar tertinggi dari kompos adalah bahan organik yang mujarab dan terkenal untuk memperbaiki kondisi tanah. Unsur lain dalam kompos yang variasinya cukup banyak walaupun kadarnya rendah adalah nitrogen, fosfor, kalium, kalsium dan magnesium (Lingga dan Marsono, 2007)

Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit (Isroi, 2008).

(26)

dalam jumlah cukup banyak. Kompos lebih berperan untuk menjaga fungsi tanah agar unsur hara dalam tanah mudah dimanfaatkan atau diserap tanaman. Selain itu kompos bisa menjaga sifat fisik tanah dan menjamin kehidupan mikroba tanah (Simamora dan Salunduk, 2006).

Bahan baku kompos sangat mudah diperoleh karena memanfaatkan sampah organik. Bahan bakunya bisa berupa dedaunan, jerami, serasah sisa panen, kotoran ternak dan sisa sayuran. Adanya aktivitas mikroorganisme dan terbentuknya asam organik pada proses dekomposisi menyebabkan daya larut unsur N, P, K dan Ca menjadi lebih tinggi sehingga berada dalam bentuk tersedia bagi pertumbuhan tanaman. Jika dibandingkan dengan pupuk anorganik, kandungan unsur hara kompos lebih lengkap karena mengandung unsur hara makro, sekaligus unsur hara mikro. Keunggulan kompos antara lain :

• mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap, tetapi sedikit

• dapat memperbaiki struktur tanah sehingga tanah menjadi subur

memiliki daya simpan air (water holding capacity) yang tinggi

• beberapa tanaman yang dipupuk dengan pupuk organik lebih tahan terhadap

serangan penyakit

• meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan

(27)

B. Pupuk Kandang

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urine). Pupuk kandang terdiri dari 2 jenis yaitu padat dan cair. Kadar hara kotoran ternak berbeda-beda karena masing-masing ternak mempunyai sifat khas tersendiri dan makanan masing-masing ternak pun berbeda-beda. Jenis makanan sangat menentukan kadar hara. Jika makanan yang diberikan kaya hara, maka kotorannya pun akan kaya dengan zat hara (Lingga dan Marsono, 2007).

Pupuk kandang merupakan hasil samping yang cukup penting, terdiri dari kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang bercampur sisa makanan, dapat menambah unsur hara dalam tanah. Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur hara, juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Beberapa sifat fisik tanah yang dapat dipengaruhi pupuk kandang antara lain kemantapan agregat, bobot volume, total ruang pori, plastisitas dan daya pegang air. Tersedianya hara yang cukup sepanjang pertumbuhan tanaman, dalam hal ini dengan pemberian pupuk kandang memberikan kemungkinan tanaman menimbun bahan kering yang lebih banyak. (Mayadewi, 2007).

C. Arang

(28)

penambahan arang memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan yang tidak memperoleh penambahan arang. Hal ini dapat terjadi karena arang memiliki kemampuan untuk memperbaiki kemampuan untuk memperbaiki kondisi tanah menjadi lebih baik.

D. Crystal Soil

Crystal soilmerupakan gel yang dapat menyerap dan menahan air.Crystal soil

sering digunakan sebagai media tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis ini sangat praktis dan efisien dalam penggunaan waktu dalam penyiraman dan pemupukan. Media tanam ini juga memiliki keanekaragaman warna sehingga pemilihannya dapat disesuaikan dengan selera dan warna tanaman.Crystal soil mampu menyerap air sebanyak 400 kali berat crystal soil itu sendiri (Rahardjo, 2007).

Crystal soilatau hydrogelmerupakansuper absorbent anionic polyacrylamide

polymers.Crystal soil adalah penahan air-cairan yang dapat digunakan bersinergi

(29)

Crystal soil merupakan agar-agar menyerupai kelereng bulat yang dapat

menyimpan air.Tidak beraroma bau dan dapat digunakan sebagai dekoratif tanaman dan pewangi dalam ruangan.Crystal soil dapat menyimpan air sampai 2 bulan tanpa penyiraman dan pemupukan teratur.Crystal soildapat diletakkan di dalam mangkuk, vas atau wadah lainnya sebagai media untuk penanaman bunga. Biasanya digunakan untuk hiasan, dekorasi rumah dan acara-acara khusus seperti pernikahan dan ulang tahun. Crystal soil menyediakan air dan udara, nutrisi untuk pertumbuhan tanaman (Agencies, 2007)

Crystal soil dapat menghilangkan jamur karena air akan tetap berada di dalam

sampai tanaman membutuhkannya. Sehingga jamur tidak akanmengganggu dan akar tidak akan membusuk. Crystal soil adalah polimer gel dan tidak beracun, ramah lingkungan. Meskipun tidak beracun crystal soil tidak boleh dikonsumsi (Agencies, 2007).

Crystal soildapat digunakan untuk campuran media tanam pada tanaman pot,

lahan pertanian, perkebunan, hutan, dan juga untuk mempercantik ruangan. Hampir semua jenis tanaman hias indoor bisa ditanam dalam media ini misalnya philodendron dan anthurium. Sebagian besar di pembibitan lebih memilih gel sebagai

pengganti tanah untuk pengangkutan tanaman dalam jarak jauh, ini bertujuan agar kelembaban tanaman tetap terjaga (Irawan, 2007).

E. Sabut Kelapa

(30)

sabut kelapa ini juga telah dikembangkan untuk pembuatan briket serbuk sabut kelapa yang digunakan sebagai bahan penyimpan air pada lahan pertanian. Karakteristik sifat daya serap airnya sangat berbeda dengan sifat daya serap air papan partikel yang terbuat dari kayu, yaitu sifat daya serap airnya antara 3,5 sampai 5,5 kali dari beratnya, sedangkan untuk sifat daya serap air nilainya berkisar antara 2,5 sampai 4 kali dari beratnya. Berdasarkan sifat penyerapan air dan oli yang tinggi ini memungkinkan pemanfaatan produk papan partikel yang terbuat dari serbuk sabut kelapa ini dapat digunakan sebagai bahan penyerap air atau oli. Disamping itu dapat juga digunakan sebagai pengganti papan busa (stiroform) sebagai bahan pembungkus anti pecah yang ramah lingkungan karena bahan ini kemungkinan besar dapat terdekomposisi secara alami (Subiyanto et al., 2003).

Pengolahan sabut kelapa menghasilkan serat sabut dan serbuk kelapa. Pemanfaatan keduanya sangat banyak. Seperti seratnya dapat dimanfaatkan untuk aneka kerajinan rumah tangga seperti sapu, keset, dan untuk bahan jok mobil, untuk reklamasi seperti cocomesh, untuk membantu kesuburan tanah seperti coco pot dan lain-lain. Penggunaan dan permintaan sabut kelapamengalami peningkatan pasar yang digunakan sebagai media tanam. Cocopot adalah tempat untuk tanaman yang dibuat dari serabut kelapa sama halnya dengan pot-pot tanaman lainnya tetapi kalau pot tanaman lainnya ada yang terbuat dari plastik, semen, tanah liat dan sebagainya. Cocopot ini sangat potensial bagi tempat tanaman yang ramah akan lingkungan

(eco-friendly) (Mashuri, 2009).

(31)

cocok ditanami cocopot. Sifat cocopot yang biodegrable (mudah terurai) akan membantu keseburan tanah, menambah unsur hara, sehingga penggunaannya akan menumbuhkan tumbuhan baru di area yang ditanami cocopot. Cocopot sangat berguna untuk mencegah kerusakan pada tanaman, adapun kegunaan lain dari cocopot sebagai berikut:

• memproteksi akar didalam permukaan lapisan tanah.

• keseimbangan suhu dan kebasahan konstan pada tanah.

• proteksi ekologi dari hama.

• 100% dapat didaur ulang dan mempermudah proses pemindahan tanaman.

hemat didalam penggunaan konsumsi air untuk tanaman (Mashuri, 2009).

E. Pelepah Pisang

(32)

pertumbuhan pisang, namun demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pisang masih tetap tumbuh pada kondisi tanpa air, karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi produksinya tidak dapat diharapkan (Prihatman, 2000). G. Aquasorb

aquasorb merupakan bahan penahan air yang sifatnya hampir sama dengan

crystal soil. Namun, aquasorb bentuknya tidak beraturan dan lebih mirip seperti

agar-agar. Agar-agar, atau agarosa adalah zat yang biasanya berup disebut lengkong. Jenis rumput laut yang biasa diolah untuk keperluan ini adalah Eucheuma spinosum

agar. Aquasorb sebenarnya adalah mengis

Aquasorb dapat digunakan untuk campuran media tanam pada tanaman pot,

lahan pertanian, perkebunan, hutan, dan juga untuk mempercantik ruangan. Hampir semua jenis tanaman hias indoor bisa ditanam dalam media ini, misalnya philodendron dan anthurium. Namun, tidak bagus untuk tanaman hias berakar keras,

(33)

dalam jarak jauh, ini bertujuan agar kelembapan tanaman tetap terjaga (Irawan, 2007).

(34)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2010 sampai dengan Januari 2011.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, polybag ukuran 3 kg, bibit sukun (Artocarpus communisForst),top soil,kompos, pupuk kandang, arang, aquasorb,crystal soil, batang pisang, sabut kelapa, kertas label, cawan timbang, NPK

cair. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital, alat tulis, kalkulator, penggaris, benang, jangka sorong, oven, gunting dan kamera digital.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial terdiri atas 7 perlakuan dengan 5 kali ulangan, yaitu :

M1 = Arang 200g basah M4 = crystal soil 10 g/tanaman M2 = Batang Pisang 200g basah M5 = aquasorb10 g/tanaman M3 = Sabut Kelapa 200g basah M6 = Kompos 600g

(35)

Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan ini, dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yij = µ + Ti + € ij Keterangan :

Yij =µ + τi + €ij

Yij = Nilai pengamatan pada ulangan ke-j yang mendapat perlakuan ke-i µ = rataan umum

Ti = pengaruh perlakuan terhadap prtumbuhan bibit sukun

€ ij = Galat percobaan pada ulangan ke-j dalam perlakuan ke-i

Apabila ANOVA berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjutan berdasarkan uji jarak DMRT (Duncan’s MultipleRange Test)

(Gomez dan Gomez, 1995).

Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian terdiri atas beberapa tahap yaitu: A.Penyiapan Media Tanam

(36)

B. Penyediaan Media Campuran

Kompos yang digunakan diperoleh dari toko bunga di Tanjung Sari, dan pupuk kandang yang akan digunakan diperoleh dari Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Masing-masing bahan disiapkan 600g sebagai media campuran.

Arang, sabut kelapa, dan Batang pisang, yang akan digunakan dipotong dadu ukuran 1 cm x 1 cm x. Kemudian direndam dengan 3 liter air yang telah dicampur NPK cair dengan dosis 1 ml/liter airselama 7-8 jam, agar NPK cair meresap kedalam bahan.

Crystal soil dan aquasorb yang akan digunakan diperoleh melalui toko

tanaman, crystal soil dan aquasorbdirendam dengan 3 liter air yang telah dicampur NPK cair dengan dosis 1 ml/liter air selama 7-8 jam, agar NPK cair meresap kedalamcrystal soil dan aquasorb. Setelah mengembangdibuang airnya.

C. Penyediaan Bibit

Bibit sukun yang akan digunakan berasal dari lokasi pembibitan di desa Nogorejo Kecamatan Tanjung Morawa.Bibit diambil dari tempat pembibitan ini karena dilokasi pembibitan ini banyak terdapat pilihan bibit sukun yang baik dan umur tanaman ± 3 bulan.

D. Pencampuran Media Tumbuh

Polybag yang telah disediakan diisi dengan top soil dan dimasukkan bahan

(37)

E. Pemindahan Bibit ke Media Tumbuh

Bibit yang telah disediakan dipindahkan ke dalam polybag yang telah berisi media tumbuh dan telah disesuaikan dengan perlakuannya masing-masing.

F. Pemeliharaan

penyiangandilakukan pada tanaman ketika rumput atau gulma sudah mulai muncul dengan maksud agar tidak mengganggu perakaran pada bibit tanaman.

Parameter Pengamatan

Pengamatan dimulai 3 hari setelah dipindahkan ke polybag, parameter yang diamati antara lain :

A. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari pangkal munculnya batang sampai pucuk tanaman tertinggi dengan menggunakan penggaris.Pengamatan dilakukan setiap 3 hari sekali.Agar tidak terjadi perubahan dasar pengukuran, maka diberi tanda tempat pengukuran.

B. Diameter Batang (cm)

Diameter tanaman diukur dengan mengggunakan jangka sorong yang diambil dengan dua arah yang tegak lurus yang diambil rata-ratanya. Pengukuran diameter dilakukan setiap 3 hari sekali Agar tidak terjadi perubahan dasar pengukuran, maka perlu diberi tanda tempat awal pengukuran.

C. Kadar Air (KA) Tanah

(38)

ke dalam cawan timbang lalu dioven dengan suhu 1050 selama 24 jam. Setelah 24 jam dikeluarkan cawan yang berisi tanah tersebut dari oven lalu dimasukkan kedalam desikator kemudian dihitung dengan rumus

dihitung penurunan Kadar Air dengan rumus : penurunan KA = KA akhir – KA awal

D. Kemampuan tanaman bertahan hidup

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian diperoleh dari pengamatan selama empat minggu. dengan parameter yang telah diamati yaitu pertambahan tinggi bibit, diameter bibit, penurunan kadar air dan lama tanaman bertahan hidup.

1. Tinggi Tanaman

Hasil analisis sidik ragammenunjukkan bahwa pemberian bahan penahan air (Lampiran 1), memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi bibit sukun. Pertambahan tinggi bibit sukun yang diamati mulai hari ke tiga setelah perlakuansampai dengan hari ke Sembilan, disajikan pada gambar berikut.

Gambar 1. Rataan pertambahan tinggi bibit sukun pada usia 9 Hari

(40)

yaitu (0,38 cm). Hasil uji jarak Duncan pada taraf nyata 5%, menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata.

2. Diameter Batang

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian bahan penahan air (Lampiran 2), memberikan pengaruh tidak nyata terhadap diameter bibit sukun. Pertambahan diameter bibit sukun yang diamati mulai hari ke tiga setelah perlakuansampai dengan hari ke Sembilan, disajikan pada gambar berikut.

Gambar 2. Rataan pertambahan diameter bibit sukun pada usia 9 Hari

(41)

3. Kadar Air

Persentase kadar air tanah diamati diawal penelitian dan diakhir penelitian (Lampiran 3)menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase kadar air tanah. Berikut grafik penurunan kadar air tanah disajikan pada Gambar 3.

Gambar 2. Rataan kadar air tanah selama satu bulan

Gambar di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase kadar air tanah. Penurunan kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan M7yaitu (27,8). Sedangkan penurunan kadar air terendah padaM3 yaitu (21,2).

4. Lama Tanaman Bertahan Hidup

(42)

Tabel 2. Kemampuan tanaman bertahan hidup hingga hari ke-

Perlakuan Ulangan Hari ke

(43)

Pada tabel di atas menunjukkan kemampuan tanaman untuk dapat bertahan hidup berbeda untuk setiap perlakuan.Tanaman sukun dengan perlakuan M6 dan M7 merupakan tanaman yang mampu bertahan hingga hari ke 18 dan 21 (rataan hari).Perlakuan M3 merupakan tanaman yang mampu bertahan hidup hanya sampai 9 hari.Pada Gambar 5 berikut, dapat dilihat gambar rerata kemampuan tanaman untuk dapat bertahan hidup.

Gambar 5. Rerata kemampuan tanaman bertahan hidup

(44)
(45)

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa pemberian NPK cair dan berbagai jenis bahan penahan air berpengaruh nyata terhadap tinggi dan lama bibit bertahan hidup. Perlakuan tanpa adanya penyiraman tentunya mempengaruhi pertumbuhan bibit sukun. Kemampuan tiap bahan tersebut dalam menahan air tentunya berbeda-beda. Hal ini terlihat dari lamanya tanaman dapat bertahan hidup dan kondisi fisik bibit sukun.

Pada penelitian ini, bibit sukun yang hidup tanpa adanya penyiraman sampai dengan 3 minggu penelitian terlihat pada perlakuanM6 (kompos) dan perlakuan M7 (pupuk kandang). Pada minggu keempat, bibit sukun yang mendapat perlakuan pemberian M6(kompos) dan M7 (pupuk kandang) masih hidup namun sudah dalam kondisi titik layu. Hal ini dikarenakan kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai campuran media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain mengandung unsur hara, pupuk kandang juga membantu dalam penyimpanan air, terutama pada saat musim kemarau. Pupuk kandang juga memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman (Bawolye, 2006).

(46)

lainnya daunnya masih hijau, walaupun beberapa daunnya telah berguguran. Bibit sukun yang mendapat perlakuan M3 (sabut kelapa) mati dihari ke 15.Menurut penelitian penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam sangat baik diaplikasikan pada tanah gersang atau lahan kritis. Lahan kritis seperti bekas galian tambang sangat cocok ditanami sabut lelapa. Sifat sabut kelapa yang biodegrable (mudah mengurai) akan membantu keseburan tanah, menambah unsur hara, sehingga penggunaannya akan menumbuhkan tumbuhan baru di area yang ditanami sabut kelapa(Mashuri, 2009). Tetapi pada penelitian ini penggunaan sabut kelapa tidak dapat

mempertahankan keberlangsungan hidup bibit sukun (Artocarpus communis Forst) selama 4 minggu tanpa adanya penyiraman. Hal ini diduga karena dosis pemberian bahan-bahan tersebut dinilai masih kurang banyak sebagai cadangan air bibit sukun selama 4 minggu tanpa adanya penyiraman.

(47)

banyak sedikitnya air yang diberikan dalam penyiraman sangat mempengaruhi kondisi dari pertumbuhan tanaman itu sendiri (Daniel et al., 1994).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terjadinya penurunan persentase kadar air tanah. Hal ini disebabkan bahwa air yang tersedia di dalam tanah semakin hari semakin berkurang. Menurut Hakim, et al, (1986) Jika kadar air tanah diseluruh daerah perakaran rendah, akar tumbuhan akan mengabsorbsi air secepatnya pada tanah lapisan atas. Begitu tanah mulai mengering dan tegangan air di permukaan meningkat, pengambilan air bergeser ke lapisan bawah. Dengan cara demikian secara progresif akar menyerap air tersedia. kekurangan udara mungkin dapat menjadi penghambat pertumbuhan tanaman. Panas matahari juga mempengaruhi ketersediaan air yang ada pada bahan penahan airtersebut. Di mana suhu pada rumah kaca yaitu pada pagi hari (T=280C dan kelembaban 70%), siang hari (T=360C dan kelembaban 78%) dan sore hari (T=31,50C dan kelembaban 69%).

(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian NPK cair dan beberapa jenis bahan penahan air memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggibibit sukun

2. Tanaman sukun hanya mampu bertahan hidup selama Sembilan hari dengan menggunakan campuran NPK cair pada beberapa jenis bahan penahan air. 3. Jenis bahan penahan air yang paling berpotensi menyimpan air adalah pupuk

kandang.

Saran

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Agencies, 2007. Crystal Soil Bawolye, J. 2006. Bahan Organik dan Pupuk Kandang.http://www.knowledgebank.irr

ii.org. [Tanggal akses 10 Desember 2010].

Damanik, B. Madjid. M, Hasibuan. Efendi. Bachtiar, Fauzi, Sarifuddin, Hanum. Hamidah. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. usupress. Medan

Daniel, T. W., J. A. Helms, dan F. S. Baker. 1987. Prinsip-prinsip Silvikultur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Dephut. 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Jakarta.

Gomez, K .A dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika Untuk Penelitian Pertanian. Diterjemahkan oleh E. Syamsuddin dan J.S. Baharsyah. UI Press. Jakarta. Hartus, T. 2002. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Penebar Swadaya. Jakarta. Haryati. 2003. Pengaruh Cekaman Air terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman.

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Irawan, B. 2007. Pengenalan Teknis Hydrogel 16 Februari 2009. Irwanto. 2006. Pengembangan Tanaman Sukun. Diakses dari http://irwantoshut .com [Tanggal akses 10 Desember 2010]

Irwanto. 2006. Pengembangan Tanaman Sukun. Diakses dari November 2010]

Isroi. 2008. Kompos. Makalah. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor

Khaerudin. 1999. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lingga, P dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mashuri, M. Desember 2010].

Mayadewi, N. Ny. A. 2007. Jurnal Penelitian : Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Bali. Agritrop, 26 (4):153–159. Pitojo, S. 1999. Budidaya Sukun. Kanisius. Jakarta.

Prihatman, K. 2000. Pisang (Musa spp). Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS. Desember 2010].

(50)

Nusa Tenggara Barat. http://ntb.litbang.deptan.go.id. Tanggal akses 16 Februari 2009.

Rauf, A. 2009. Profil Arboretum USU 2006-2008. USU Press. Medan.

Simamora, S dan Salunduk. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sitepu, M. P. 2007. Skripsi : Pengaruh Arang sebagai Campuran Media Tumbuh dan Intensitas Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni (Swietenia macrophylla King). Universitas Sumatera Utara. Medan.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB Press. Bogor.

Subiyanto, B, Raskita. S dan Effendy, H. Jurnal Ilmu & Teknologi Kayu Tropis Vol. 1. No 1. 2003. Pemanfaatan Serbuk Sabut Kelapa Sebagai Bahan Penyerap Air Dan Oli Berupa Panel Papan Partikel. http://jurnalmapeki.biomaterial-lipi.org. [Tanggal akses 10 Desember 2010].

Sunarjono, H. H. 1999. Prospek Perkebunan Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Syakhrul. 2007. Skripsi : Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar (Jathropa curcas L) Menggunakan Beberapa Jenis Bahan Organik dan Taraf Mikoriza di Lahan Kritis Padang Bolak Kabupaten Tapanuli Selatan.

Tridjaja, N. O. 2003. Panduan Teknologi Pengolahan Sukun Sebagai Bahan Pangan Alternatif. Departemen Pertanian. Jakarta. http://docs.google.com [Tanggal akses 18 Januari 2011].

(51)

Lampiran 1. Tabel Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Tinggi (cm) Bibit Sukun

Rataan pertambahan tinggi bibit sukun pada usia 9 Hari

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

Analisis sidik ragam pertambahan tinggi bibit sukun pada usia 2 minggu Sumber M3 = Sabut Kelapa 200g basah M4 = crystal soil 10 g/tanaman M5 = Aqua Soft 10 g/tanaman M6 = Kompos 600g

M7 = Pupuk Kandang 600g

Jumlah perlakuan = 7

Ulangan = 5

(52)

Lampiran 2. Tabel Analisis Rancangan Percobaan Diameter (cm) Bibit Sukun Rataan diameter bibit sukun pada usia 9 Hari

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

Analisis sidik ragam diameter bibit sukun pada usia 4 minggu Sumber

(53)

Analisis sidik ragam diameter bibit sukun pada usia 4 minggu

(54)

KA Awal

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3 4 5

Lampiran 4. Tabel Kadar Air Akhir

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

(55)

Lampiran 5. Tabel Analisis Rancangan Percobaan Penurunan Kadar Air Bibit Sukun

Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan

1 2 3 4 5

Analisis sidik ragam diameter bibit sukun pada usia 4 minggu Sumber M3 = Sabut Kelapa 200g basah M4 = crystal soil 10 g/tanaman M5 = aquasorb 10 g/tanaman M6 = Kompos 600g

M7 = Pupuk Kandang 600g

Jumlah perlakuan = 7

Ulangan = 5

(56)

Lampiran 6. Tabel Analisis Rancangan Percobaan Lama Bibit Sukun

Analisis sidik ragam diameter bibit sukun pada usia 4 minggu Sumber M4 = crystal soil 10 g/tanaman M5 = Aqua Soft 10 g/tanaman M6 = Kompos 600g

M7 = Pupuk Kandang 600g

Jumlah perlakuan = 7

Ulangan = 5

(57)
(58)

Lampiran 7. Data Kemampuan Tanaman untuk Dapat Bertahan Hidup

Perlakuan Ulangan Hari ke

(59)

Lampiran 8. Bibit Sukun

Gambar. Bibit sukun dengan perlakuan Arang pada pengamatan hari ke 15

(60)

Gambar. Bibit sukun dengan perlakuan sabut kelapa pada pengamatan hari ke 12

(61)

Gambar . Bibit sukun dengan perlakuan Crystal soil pada pengamatan hari ke 12

(62)

Lampiran 9. Gambar Label Bahan a. kompos

b. Aquasorb

Gambar

Gambar 1. Rataan pertambahan tinggi bibit sukun pada usia 9 Hari
Gambar 2. Rataan pertambahan diameter bibit sukun pada usia 9 Hari
Gambar di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase kadar air
Tabel 2. Kemampuan tanaman bertahan  hidup hingga hari ke-
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

 Persyaratan khusus untuk penambahan Program Studi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Perguruan Tinggi Terdiri atas :.. Perjanjian Kerjasama Antara Fakultas

Jadual Kegiatan, termasuk Pengaturan Jaga (Rawat Inap). BAB III STANDAR

[r]

2) Manufacturing Cycle Efficiency dan jelaskan hasil perhitungan tersebut. 3) Waktu produksi yang merupakan aktivitas tidak bernilai tambah.. Manajemen meminta bantuan

19 Tahun 2005, namun PP tersebut juga mengatur bahwa setiap satuan pendidikan tinggi dapat melampaui kedelapan standar minimum tersebut dengan merumuskan/

Yunita sebagai pimpinan puncak perusahaan kosmetik terkemuka meminta tim manajemen biaya pada perusahaan tersebut untuk melakukan analisis profitabilitas terhadap

Pengadaan Langsung 71.400.000 Oktober Jakarta 2 Perangkat dan Fasilitas Perkantoran Analisis dampak kependudukan Pengadaan Langsung 22.750.000 Juni Jakarta 3